KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA BURUH PEMETIK MELATI GAMBIR UMU ROSIDAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA BURUH PEMETIK MELATI GAMBIR UMU ROSIDAH"

Transkripsi

1 1 KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA BURUH PEMETIK MELATI GAMBIR (Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah) UMU ROSIDAH DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 3 ABSTRACT UMU ROSIDAH. Study on Family Coping Strategy and Investment Behavior on Children of Jasmine Officinale Labor Families (Case at Gelang Village, Rakit Subdistrict, Banjarnegara District, Central Java). Supervised by HARTOYO and ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. The objectives of this research were to investigate family coping strategy and the investment behavior on children of Jasmine Officinale labor families. Research location was selected purposively base on the wide of Jasmine Officinale area. Data collection carried out from 18 th of April until 15 th of May Sixty six families were selected randomly. The result of this research showed that Jasmine Officinale labor gave important contribution to family income. The amount of poor family which measured by Poverty Line indicator was greater than a qualitative poverty measure. Family welfare was influenced by father s side job and father s job (agricultural and non-agricultural) for Poverty Line; father s education, father s job (agricultural and non-agricultural), and family income for a qualitative poverty measure. Coping strategy done by labor family was classified as low category. Family size, family tipe, father s side job, and family welfare has significant relationship to coping strategy. Investing in children included investment behavior and allocation of expenditure. Mother s education and family income have significant relationship to investment behavior; family size, number of school-age child, father s education and family income have significant relationship to allocation of expenditure. Key words: family welfare, coping strategy, investment behavior on children ABSTRAK UMU ROSIDAH. Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir (Kasus di Desa Gelang Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah). Dibimbing oleh HARTOYO dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. Lokasi penelitian dipilih secara purposive berdasarkan luas lahan melati gambir. Pengambilan data penelitian dilakukan pada 18 April sampai 15 Mei Terdapat sebanyak 66 keluarga yang terpilih secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buruk pemetik melati gambir memberikan kontribusi yang penting terhadap pendapatan keluarga. Jumlah keluarga miskin yang diukur menggunakan indikator Garis Kemiskinan (GK) lebih besar dibandingkan dengan 14 kriteria rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan tambahan suami dan mata pencaharian suami (pertanian dan bukan pertanian) untuk Garis Kemiskinan, pendidikan suami, mata pencaharian suami (pertanian dan bukan pertanian) dan pendapatan keluarga untuk indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT). Strategi koping yang dilakukan oleh keluarga contoh termasuk dalam kategori rendah. Jumlah anggota keluarga, tipe keluarga, pekerjaan tambahan suami, dan kesejahteraan keluarga berpengaruh signifikan terhadap jumlah strategi koping. Pendidikan istri dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku investasi anak; jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah, pendidikan suami, tipe keluarga, dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap alokasi pengeluaran uang untuk anak. Kata kunci: kesejahteraan keluarga, strategi koping, perilaku investasi anak

3 4 RINGKASAN UMU ROSIDAH. Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir (Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah). Dibimbing oleh HARTOYO dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. Tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) menganalisis kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga, (2) menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir, (3) menganalisis strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir, (4) menganalisis perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir, (5)menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan, strategi koping dan investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. Desain penelitian adalah cross sectional study. Pengambilan data dilaksanakan pada 18 April-15 Mei Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga buruh pemetik melati gambir yang memiliki anak sekolah (3-18 tahun). Metode penarikan contoh dilakukan secara simple random sampling. Data keluarga buruh pemetik melati gambir diacak dan diambil sebanyak 66 contoh. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja sebagai buruh pemetik melati gambir. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik keluarga, status kesejahteraan, strategi koping dan investasi anak yang diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data sekunder meliputi keadaan umum wilayah penelitian dan data kependudukan yang diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Desa Gelang, Kantor Kecamatan Rakit dan Badan Pusat Statisik Kecamatan Rakit dan Badan Pusat Statistik Indonesia. Besar keluarga contoh pada umumnya termasuk keluarga sedang (5-6 orang), rata-rata usia suami dan istri adalah 44,05 tahun dan 39,38 tahun, ratarata lama pendidikan suami dan istri adalah 6,08 tahun dan 6,09 tahun, rata-rata pendapatan keluarga adalah Rp ,91/bulan, dan rata-rata jumlah anak sekolah adalah 1,52 orang/keluarga. Sebagian besar keluarga contoh memiliki suami yang bekerja di bidang pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani. Istri yang bekerja sebagai buruh pemetik melati gambir memilki kontribusi sebesar 20,65 persen terhadap pendapatan keluarga. Selain bekerja sebagai buruh pemetik melati gambir, terdapat beberapa keluarga dengan istri yang memiliki pekerjaan tambahan. Secara total, pendapatan istri baik dari pekerjaan utama maupun tambahan memiliki kontibusi sebesar 26,25 persen terhadap pendapatan keluarga. Selain istri, anak yang bekerja juga memiliki kontibusi cukup penting terhadap pendapatan keluarga. Adanya anak yang bekerja menyumbang sebesar 27,10 persen pendapatan keluarga. Namun demikian, suami masih memiliki kontribusi terbesar pendapatan keluarga. Berdasarkan indikator Garis Kemiskinan BPS, terdapat sebesar 71,21 persen keluarga yang termasuk miskin (memiliki pendapatan perkapita Rp /bulan). Sementara itu, berdasarkan indikator 14 kriteria rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), hanya terdapat sebesar 18,18 persen keluarga yang tergolong hampir miskin. Selebihnya, yaitu 81,82 persen keluarga tergolong sebagai keluarga tidak miskin dan tidak terdapat keluarga yang miskin. Penelitian ini mencoba membuat indikator baru dari

4 5 indikator 14 kriteria rumah tangga miskin penerima BLT yaitu indikator BLT dengan 5 skor yang diambil berdasarkan item pernyataan yang dipenuhi oleh sebagian besar keluarga contoh. Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan tambahan suami, mata pencaharian suami, pendidikan suami, dan pendapatan keluarga Strategi koping yang dijalankan keluarga ketika mengalami masalah ekonomi yaitu penurunan pendapatan terdiri atas dua kegiatan yaitu strategi mengurangi pengeluaran (cutting back) dan strategi menambah pendapatan (generating income). Baik cutting back maupun generating income terdiri atas kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lainnya. Secara keseluruhan, lebih dari separuh keluarga contoh (sebanyak 60,61%) melakukan cutting back dalam kategori sedikit. Artinya, keluarga contoh hanya melakukan sedikit kegiatan mengurangi pengeluaran ketika pendapatan keluarga mengalami penurunan. Kegiatan cutting back yang paling banyak dilakukan oleh keluarga contoh untuk kebutuhan pangan adalah mengurangi pembelian kebutuhan pangan baik jenis maupun jumlah, untuk kebutuhan kesehatan berupa mencari tempat pengobatan gratis yaitu dengan menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau Asuransi Kesehatan untuk Orang Miskin (Askeskin), untuk kebutuhan pendidikan berupa mengurangi pembelian buku pelajaran, dan untuk kebutuhan lain-lain berupa menunda pembelian barang elektronik. Sama halnya dengan cutting back, lebih dari separuh keluarga contoh (sebanyak 63,63%) melakukan kegiatan generating income pada kategori sedikit. Keluarga contoh hanya melakukan sedikit kegiatan untuk menambah pendapatan keluarga. Kegiatan generating income yang paling banyak dilakukan oleh keluarga contoh untuk kebutuhan pangan adalah dengan sengaja menerima makanan dari tetangga atau saudara, untuk kebutuhan kesehatan adalah dengan memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami tanaman obat, untuk kebutuhan pendidikan adalah dengan meminta seragam bekas ke saudara/tetangga, dan untuk kebutuhan lain-lain adalah anak bekerja membantu orang tua. Berdasarkan uji regresi linear berganda, jumlah anggota keluarga, tipe keluarga, pekerjaan tambahan suami, dan kesejahteraan keluarga berpengaruh signifikan terhadap jumlah strategi koping keluarga buruh pemetik melati gambir. Investasi anak terdiri atas perilaku investasi (pendidikan dan kesehatan) dan alokasi uang (pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lainnya). Secara keseluruhan, perilaku inevestasi yang dilakukan oleh lebih dari satu per tiga keluarga contoh termasuk dalam kategori sedang dengan kecenderungan perilaku investasi pendidikan lebih baik dibandingkan perilaku investasi kesehatan. Akan tetapi, alokasi uang yang dikeluarkan oleh lebih dari separuh keluarga contoh termasuk dalam kategori rendah dengan proporsi terbanyak pada keluarga dengan anak Sekolah Dasar (SD). Uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa pendidikan istri dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap perilaku investasi anak, sedangkan jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah, pendidikan suami, tipe keluarga dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi uang untuk anak. Hasil uji regresi linear berganda, tidak menunjukkan bahwa perilaku investasi berpengaruh signifikan terhadap alokasi uang. Pada dasarnya semua orang tua menginginkan kehidupan yang lebih baik untuk anak-anaknya. Akan tetapi, keadaan keuangan yang tidak mencukupi membuat orang tua kurang memberikan fasilitas terhadap anak untuk membantu meningkatkan kualitas sumberdayanya. Kata kunci: kesejahteraan keluarga, strategi koping, perilaku investasi anak

5 7 KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA BURUH PEMETIK MELATI GAMBIR (Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah) UMU ROSIDAH Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2011 Umu Rosidah NRP I

7 6 Hak Cipta millik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

8 8 Judul Skripsi Nama NIM : Kajian Strategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir (Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah) : Umu Rosidah : I Disetujui Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Pembimbing I Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si Pembimbing II Diketahui Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Tanggal lulus:

9 9 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Kajian Stategi Koping dan Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Buruh Pemetik Melati Gambir dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains setelah penulis menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyususan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas kesediaan dan kesabaran beliau dalam membimbing penulis dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 2. Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik atas segala masukan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi, nasehat serta kasih sayangnya selama penulis menempuh pendidikan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3. Ibu Megawati Simanjuntak, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan Bapak Ir. M.D. Djamaludin, M.Sc selaku dosen penguji skripsi atas saran yang telah diberikan, dan seluruh staf pengajar dan komisi pendidikan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4. Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) yang telah memfasilitas penulis dalam kegiatan penelitian berupa dana penelitian dan dana beasiswa regular selama satu tahun. 5. Orang tua tersayang, Bapak Sudirman dan Ibu Widiarti, atas segala curahan kasih sayang, bimbingan dan doa demi kebaikan penulis serta semangat membimbing penulis untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan agama. Serta untuk adikku tersayang, Laela Hidayati, yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis. 6. Pemerintah Kecamatan Rakit, Pengurus Desa Gelang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Desa Gelang, dan warga Desa Gelang khususnya ibu-ibu buruh pemetik melati gambir yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 7. Nur Rochimah, Herti Herniati, Karnila Sari dan Puspita Herawati yang telah menjadi sahabat tersayang dan mau mendengarkan suka dan duka penulis dan teman-teman Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 44; teman-teman

10 10 satu bimbingan (Astari Sukmaningtyas, Agus Surachman, Karimah Alatas, Nadia Naomi, Herti Herniati, Fauziah Fajrin, Elmanora, Gilar Cahya N, dan Robi Rizkianto) yang telah saling membantu dan berbagi pengalaman dan sahabat AGGS Sabrina (Rizky Agnestia A, Khusnul Khotimah, Alchemi P.J.K., Rina Ristyawati (Alm), Rima Rahmawati, Noor Zuhaidha, Sitti Sa adah dan Azizah Purwitasari) atas kebahagiaan yang telah menemani hari-hari penulis selama di kostan dan atas persahabatan selama ini. 8. Untuk pihak-pihak yang belum penulis sebutkan, terimakasih atas segala bimbingan dan kasih sayangnya. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin. Bogor, Oktober 2011 Penulis

11 11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xv xv PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan... 4 Manfaat Penellitian... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 7 KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian Karakteristik Demografi Keluarga Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Kontribusi Istri terhadap Pendapatan Keluarga Kesejahteraan Keluarga Strategi Koping Investasi Anak Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Investasi Anak Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alokasi Uang untuk Anak Pembahasan Keterbatasan Penelitian SIMPULAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 87

12 12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Variabel, definisi, dan skala pengukuran data Kategori variabel penelitian Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga Sebaran keluarga berdasarkan tipe keluarga Sebaran keluarga berdasarkan usia suami dan istri 31 6 Sebaran anak keluarga contoh berdasarkan usia Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anak sekolah Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pendidikan suami dan istri Sebaran keluarga berdasarkan jenis pekerjaan utama suami Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan per kapita Kontribusi anggota keluarga terhadap pendapatan keluarga per bulan Penggunaan pendapatan buruh pemetik melati gambir Sebaran keluarga berdasarkan indikator kesejahteraan Garis Kemiskinan Sebaran keluarga berdasarkan kriteria rumah tangga miskin menurut Indikator BPS untuk penerima BLT Sebaran keluarga berdasarkan kategori miskin menurut indikator BPS untuk penerima BLT Sebaran keluarga berdasarkan kategori miskin menurut indikator BPS untuk penerima BLT (cut off point 5) Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi kebutuhan pangan Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi kebutuhan kesehatan Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi pengeluaran pendidikan Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi pengeluaran lain-lain Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah pendapatan pangan Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah pendapatan pendidikan Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah pendapatan lain-lain Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping secara keseluruhan 48

13 13 26 Sebaran keluarga berdasarkan perilaku investasi pendidikan dan kesehatan Alokasi uang untuk anak per bulan berdasarkan tingkat pendidikan anak Alokasi pengeluaran berdasarkan tingkat pendidikan anak Nilai koefisien regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan Nilai koefisien regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah strategi koping Nilai koefisien regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku invetasi anak Nilai koefisien regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi uang untuk anak.. 59 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran penelitian 19 2 Sebaran keluarga berdasarkan kategori strategi koping mengurangi pengeluaran secara keseluruhan 45 3 Sebaran keluarga berdasarkan strategi menambah pendapatan secara keseluruhan Sebaran keluarga berdasarkan perilaku investasi pendidikan Sebaran keluarga berdasarkan perilaku investasi kesehatan 49 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Koefisien korelasi antar variabel penelitian Dokumentasi penelitian 85 3 Lokasi penelitian 86

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menggambarkan kemampuan manusia dalam meningkatkan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Berdasarkan data United Nation for Development Programme (UNDP), IPM Negara Indonesia pada Tahun 2010 menempati urutan ke-108 dari 169 negara di dunia, jauh di bawah Singapura (ke- 27) dan Malaysia (ke-57). Rendahnya kualitas SDM akan berdampak terhadap pembangunan suatu bangsa. Pembanguan diharapkan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi, masih banyak masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dilihat dari segi ekonomi, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta (13,33 persen), menurun sebesar 1,51 juta jiwa dari tahun sebelumnya. Walaupun terjadi penurunan jumlah penduduk miskin, proporsi penduduk miskin paling banyak tetap berada pada wilayah perdesaan yaitu sekitar 64,23 persen dengan proporsi keluarga miskin terbesar berasal dari keluarga petani (BPS 2010a). Termasuk dalam kelompok ini adalah keluarga buruh pemetik melati yang memiliki pendapatan rendah serta rentan terhadap fluktuasi harga dan perubahan musim. Banyak keluarga miskin yang menggantungkan hidupnya pada pekerjaan yang tidak tetap, upah atau gaji yang rendah, tidak sehat, tidak aman dan memiliki kesempatan yang rendah untuk memperbaiki kondisi hidup mereka (CPRC 2009). Ketika menghadapi masalah ekonomi, keluarga melakukan suatu upaya agar kebutuhan anggota keluarga tetap terpenuhi. Dalam keadaan seperti ini, keluarga miskin cenderung lebih suka melakukan penghematan dibandingkan menambah pendapatan dimana strategi penghematan erat kaitannya dengan kemiskinan (Puspitawati 1998). Strategi lain yang dapat digunakan adalah dengan mengandalkan sumberdaya manusia yang ada, seperti anak-anak. Menurut Todaro dan Smith (2006), tingkat pendapatan yang rendah akan mendorong keluarga miskin untuk menambah anak. Hal ini karena anak dianggap sebagai tenaga kerja yang murah dan dapat dijadikan sandaran hidup di hari tua. Selain itu, akibat imbalan kerja yang rendah akan memunculkan peran ganda bagi istri yaitu bekerja di sektor domestik dan sektor publik.

15 2 Hartoyo (1998) mengatakan bahwa anak adalah sumber daya berharga dan tahan lama. Pada golongan keluarga miskin dan menengah, anak diharapkan dapat membantu orang tua di masa yang akan datang. Selain itu, anak adalah sumber daya untuk investasi. Salah satu investasi orang tua untuk membentuk SDM yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan (uang). Hasil penelitian terhadap Suku Jawa dan Minang menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi waktu dan uang. Keluarga dengan penghasilan tinggi akan mencurahkan lebih banyak sumberdaya untuk meningkatkan kualitas anak. Keluarga yang besar dan pendapatan yang rendah akan mempersempit peluang keluarga miskin untuk menyekolahkan anak sebagai investasi jangka panjang. Hasil penelitian Susanto dan Elfindri (1996) di Mentawai yang diacu dalam Ali (2009) menunjukkan bahwa orang tua menganggap anak sebagai barang ekonomi yang nantinya dapat digunakan sebagai input tenaga kerja dalam kegiatan rumah tangga untuk anak perempuan dan input tenaga kerja lahan pertanian berpindah untuk anak laki-laki. Akibatnya, anak-anak dari keluarga miskin sering tidak terdaftar di Sekolah Dasar, tidak menyelesaikan Sekolah Dasar atau hanya mampu menyelesaikan pendidikan sampai Sekolah Dasar. Berdasarkan data Kemendiknas, terdapat 1,62 persen anak Sekolah Dasar tahun yang putus sekolah. Hasil ini belum sesuai dengan tujuan kedua dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menjamin bahwa sampai tahun 2015, semua anak laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Menurut penelitian Edwards dan Grossman (1979) diacu dalam Bryant dan Zick (2006), status kesehatan berpengaruh terhadap perkembangan intelektual anak, sehingga dapat dikatakan bahwa kesehatan berhubungan dengan pendidikan. Orang yang memiliki kesehatan baik akan memiliki waktu produktif yang lebih tinggi dan orang yang memiliki pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi tentang kesehatan. Pada dasarnya, tujuan dari investasi sumber daya manusia adalah sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

16 3 Perumusan Masalah Data BPS menunjukkan bahwa masih terdapat sebesar 5,36 juta orang atau 16,56 persen penduduk Jawa Tengah yang tergolong sebagai penduduk miskin baik di perdesaan maupun perkotaan. Kabupaten Banjarnegara merupakan kabupaten yang memiliki jumlah penduduk miskin sebesar 27,18 persen dari total penduduk Jawa Tengah dan merupakan kabupaten dengan persentase penduduk miskin terbanyak kelima di Jawa Tengah (BPS 2010b). Berdasarkan data BPS Kabupaten Banjarnegara (2008) salah satu kecamatan di Kabupaten Banjarnegara yang memiliki penduduk miskin lebih dari satu per tiga dari total jumlah penduduk (32,27%) adalah Kecamatan Rakit. Penduduk di Kecamatan Rakit memiliki tingkat pendidikan yang didominasi oleh tamatan Sekolah Dasar/sederajat dan Sekolah Menengah Pertama/sederajat serta memiliki pekerjaan sebagai petani (45,97%). Kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat, sementara lahan dan kemampuan petani yang terbatas, mengakibatkan banyak keluarga petani dan buruh mengalami berbagai masalah, khususnya masalah finansial atau keuangan. Sebagian besar penduduk di Desa Gelang memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, termasuk dalam golongan ini adalah buruh pemetik melati gambir. Melati gambir merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak ditanam oleh masyarakat di Desa Gelang karena melati merupakan tanaman yang bebas dimiliki oleh siapa saja yang dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti salah satu bahan baku teh, minyak melati, parfum, kostmetik, obat, dan lain-lain. Kegiatan memetik melati gambir biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Penghasilan para buruh pemetik melati gambir sangat tergantung pada banyaknya bunga melati yang diperoleh, harga bunga melati, dan musim. Beberapa kondisi, yaitu keadaan harga melati yang dikendalikan oleh pasar dan rentannya hasil yang diperoleh terhadap perubahan musim mengharuskan buruh melati untuk mampu melakukan adaptasi agar kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi, termasuk pemenuhan kebutuhan untuk anak-anak seperti pendidikan dan kesehatan. Perannya sebagai buruh pemetik melati gambir, menjadikan perempuan memiliki peran ganda yaitu di sektor domestik (sebagai ibu rumah tangga) dan sektor umum (sebagai pencari nafkah). Akibatnya, kegiatan ibu rumah tangga tidak hanya fokus dalam mengasuh anak, akan tetapi juga fokus dalam kegiatan mencari nafkah.

17 4 Berdasarkan permasalahan diatas dapat dilihat beberapa rumusan masalah yang muncul, yaitu: 1. Bagaimana kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga? 2. Bagaimana status kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir? 3. Bagaimana strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir ketika pendapatan keluarga menurun (harga melati gambir murah)? 4. Bagaimana perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir? 5. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga, strategi koping dan perilaku investasi anak keluarga buruh pemetik melati gambir? Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga. 2. Menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir. 3. Menganalisis strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir ketika pendapatan keluarga menurun (harga melati gambir murah). 4. Menganalisis perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir. 5. Menganalisis faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga, strategi koping dan perilaku investasi anak keluarga buruh pemetik melati gambir.

18 5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini bagi beberapa pihak antara lain: a. Bagi peneliti, dapat mengasah kemampuan berfikir logis dan sistematis, mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan, dan sebagai media pengembangan keilmuan sesuai dengan bidang keilmuan peneliti. b. Bagi civitas akademika (IPB), dapat menyumbang referensi baru dalam khasanah penelitian tentang kajian strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. c. Bagi masyarakat, penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai kondisi kesejahteraan, strategi koping, dan perilaku investasi anak yang dilakukan oleh buruh pemetik melati gambir. d. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Banjarnegara adalah untuk memberikan informasi terkait kesejahteraan dan kualitas SDM di wilayah penelitian. Selain itu, dapat digunakan sebagai alat bantu untuk memecahkan permasalahan dan pengambilan keputusan penentu kebijakan bagi masyarakat, khususnya masalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

19 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesejahteraan Keluarga Undang-undang No 10 Tahun 1992 mendefinisikan keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Sunarti (2008) membagi kesejahteraan keluarga menjadi kesejahteraan ekonomi (family well-being) dan kesejahteraan material (family material well-being). Kesejahteraan ekonomi diukur melalui kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga seperti pendapatan, upah, aset, dan pengeluaran keluarga, sedangkan kesejahteraan material diukur dari jumlah barang dan jasa yang dapat di akses oleh keluarga. Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga. Martinez et al (2003) telah menelaah sebanyak 36 laporan dan hasil penelitian mengenai kesejahteraan keluarga. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga berhubungan dengan aspek kesehatan (health), ekonomi (economics factor), kehidupan keluarga yang sehat (healthy family life), pendidikan (education), kehidupan bermasyarakat (community life and community support) serta budaya dan keberagaman (culture and diversity). Beberapa indikator kesejahteraan keluarga yang telah digunakan dalam penelitian antara lain: indikator garis kemiskinan yang dikemukakan oleh world bank yaitu pendapatan US$ 1per hari dan US$ 2 per hari (Muladsih 2011), garis kemiskinan Badan Pusat Statistik atau BPS (Muladsih 2011 & Elmanora 2011), indikator BPS untuk menentukan sasaran program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yaitu 14 kriteria rumah tangga miskin (Muflikhati 2010), indikator kesejahteraan keluarga Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasonal atau BKKBN (Iskandar 2007 & Aniri 2008), indikator kemiskinan karena alasan ekonomi yang dikeluarkan BKKBN (Aniri 2008), indikator FINCA untuk menentukan sasaran program social metric matrix (Muflikhati 2010, Utami 2010 & Aniri 2008), indikator CBMS atau Community Based Monitoring System (Suryadarma et all 2005) dan Scorecard Poverty for Indonesia (Elmanora 2011).

20 8 Penelitian ini menggunakan Garis Kemiskinan (GK) BPS dan 14 kriteria rumah tangga miskin sasaran program BLT sebagai indikator kesejahteraan keluarga. Indikator Garis Kemiskinan mengukur jumlah penduduk miskin bergasarkan Garis Kemiskinan dengan nilai yang berbeda-beda berdasarkan wilayah yaitu untuk daerah perdesaan dan perkotaan. Menurut BPS, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan (jumlah rupiah untuk konsumsi per orang per bulan). Sampai bulan Maret 2010, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta jiwa (13,33 %). Jumlah ini telah mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya (14,15%). Penelitian ini menggunakan Garis Kemiskinan perdesaan sebagai indikator yaitu untuk wilayah Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp ,00/kapita/bulan. Indikator penerima BLT muncul sebagai akibat kebijakan kenaikan harga BBM. Kriteria ini dilihat dari kondisi rumah tinggal dan pemenuhan kebutuhan dasar lain seperti pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Keluarga yang berhak mendapatkan BLT adalah keluarga yang memenuhi sembilan kriteria atau lebih. Sedangkan keluarga yang memenuhi kriteria kurang dari sembilan butir dinyatakan tidak miskin (BPS diacu dalam Muflikhati 2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga Menurut Syarief dan Hartoyo (1993) kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi, budaya, teknologi, keamanan, kehidupan agama, dan kepastian hukum. Penelitian-penelitian mengenai kesejahteraan dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator, seperti hasil penelitian Iskandar (2007) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga menurut kriteria BPS antara lain pendidikan istri, pendapatan, pekerjaan suami (bukan buruh), kepemilikan aset, dan perencanaan. Penelitian Rambe (2004) menunjukkan kesejahteraan keluarga menurut Garis Kemiskinan BPS dipengaruhi oleh pendidikan suami, semakin tinggi pendidikan suami maka peluang untuk sejahtera juga akan semakin meningkat. Kondisi sosial ekonomi keluarga seperti besar keluarga, pendidikan, aset, pendapatan dan pengeluaran perkapita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan keluarga di wilayah pesisir (Muflikhati et al 2010).

21 9 Strategi koping Menurut Voydanoff (1987), strategi koping adalah proses yang dilakukan oleh individu dan keluarga dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Upaya strategi koping bertujuan untuk menyelesaikan masalah dan mengatur emosi dalam menghadapi tekanan ekonomi yang dialami oleh keluarga. Beberapa strategi koping yang dapat dilakukan untuk mengatasi tekanan ekonomi keluarga antara lain: 1. Family Work Effort atau pengupayaan kerja bagi anggota keluarga yang dilakukan ketika pencari nafkah utama sudah tidak bekerja lagi. 2. Informal Economy. Kegiatan ini berupa penukaran antara barang dan jasa dengan uang (barter). Keterampilan melalui hobi yang dimiliki seperti pekerja kayu dapat memperoleh tambahan pendapatan dari kegiatan ini. Selain itu, terdapat juga keluarga yang menukarkan barang dan jasa dalam bentuk lain seperti peralatan rumah tangga, merawat anak dan transportasi. Penggunaan informal economy ini diasosiasikan dengan keluarga yang memiliki tekanan ekonomi dan kepuasan pernikahan yang rendah. 3. Financial Management atau manajemen keuangan. Hal ini dilakukan melalui pembuatan anggaran dan pembayaran tagihan. Strategi koping seperti penghematan dalam pengeluaran lebih sering dilakukan oleh keluarga saat menghadapi kesulitan ekonomi. Menurut McCubbin (1979) diacu dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003), koping keluarga adalah proses aktif yang dilakukan oleh keluarga dengan menggunakan sumber daya keluarga yang dimiliki dan mengembangkan perilaku baru untuk meningkatkan kekuatan keluarga dan mengurangi dampak stres terhadap anggota keluarga. Selanjutnya Friedman, Bowden, dan Jones (2003), mengumpulkan dua tipe strategi koping yang dapat dilakukan keluarga yaitu internal (internal family coping strategies) dan eksternal (external family coping strategis). Termasuk internal family coping strategies adalah strategi hubungan keluarga (resiliensi keluarga, berbagi/bercerita kepada seluruh anggota keluarga, dan fleksibilitas peran) strategi kognitif (normalisasi, mengartikan masalah, menyelesaikan masalah bersama, dan memperoleh informasi dan pengetahuan), dan strategi komunikasi (terbuka dan jujur, dan menggunakan humor). External family coping strategis terdiri atas strategi komunitas (memanfaatkan jejaring), strategi dukungan sosial (keluarga luas, teman, tetangga, kelompok, dan

22 10 dukungan sosial lainnya), strategi spiritual (nasehat, terlibat dalam kegiatan keagamaan, memiliki keyakinan terhadap Tuhan, dan berdoa). Menurut Puspitawati (1998), keluarga yang hidup di bawah tekanan akan mengalami stres ketika terjadi masalah, khusunya masalah keuangan. Lebih lanjut Puspitawati mengatakan bahwa terdapat dua tipe strategi koping yang dilakukan oleh keluarga ketika mengalami kesulitan keuangan yaitu menambah pendapatan (generating income) dan mengurangi pengeluaran (cutting back). Generating income adalah strategi untuk meningkatkan ketersediaan sumber daya uang di dalam keluarga yang dapat dilakukan dengan cara: anggota keluarga memiliki pekerjaan sampingan, menambah jam kerja atau menambah jumlah anggota keluarga yang bekerja. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan waktu tambahan orang tua untuk bekerja adalah berkurangnya waktu orang tua untuk anak. Cutting back adalah strategi yang digunakan untuk merespon rendahnya keterbatasan sumber daya uang melalui pola pengeluaran yang berbeda sehingga dapat mengurangi pengeluaran. Biasanya keluarga mengurangi pengeluaran yang kurang penting, seperti rencana jalan-jalan. Akibatnya, keluarga mengalami penurunan standar hidup. Strategi penghematan ini lebih sering dilakukan oleh keluarga. Selain itu, tingkat kemiskinan berhubungan erat dengan strategi penghematan dibandingkan dengan strategi menambah pendapatan. Sunarti dan Khomsan (2006) diacu dalam Kusumo (2009) mengatakan bahwa keluarga petani memiliki strategi koping untuk memperoleh ketahanan pangan diawali dari mengurangi pangan sumber protein dengan harga mahal. Selanjutnya mengurangi frekuensi makan dan mencari bahan konvensional yang dalam situasi normal jarang dimakan, menerjunkan anggota keluarga yang selama ini tidak bekerja (anak-anak, orang tua, dan kaum perempuan) untuk bekerja mencari upah tunai. Jika hal ini belum berhasil, maka keluarga akan menjual aset yang dimiliki. Langkah terakhir yang dilakukan adalah sebagain anggota keluarga akan melakukan migrasi mencari nafkah ke luar daerah. Secara tradisional, tanggung jawab ekonomi atau pencari nafkah utama dalam keluarga dilakukan oleh suami. Akan tetapi, saat ini tidak hanya suami saja yang berperan dalam ekonomi keluarga. Banyak wanita yang memiliki peran ganda, yaitu di sektor domestik (ibu rumah tangga) dan sektor umum (wanita bekerja). Menurut Hayghe (1984) diacu dalam Voydanoff (1987) Amerika

23 11 mengalami kenaikan jumlah istri yang bekerja di sektor umum yaitu sebanyak 40 persen pada tahun 1970 meningkat menjadi 59 persen pada tahun Semua itu dilakukan istri agar pendapatan keluarga mampu mencukupi semua kebutuhan anggotanya sehingga tercipta kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga. Suryocondro (1987) dalam Suryawati (2002) menyatakan bahwa setiap wanita bekerja di luar rumah dapat membawa dampat positif terhadap pendapatan keluarga, yaitu dengan membantu atau menambah biaya hidup keluarga dan rata-rata wanita yang bekerja menyumbang 49% dari pendapatan keluarga. Selain itu, jumlah anak yang banyak bukan dijadikan sebagai aset (investasi) akan tetapi sebagai sumber tenaga kerja untuk menambah pendapatan (Rusastra & Napitupulu 2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping Hasil peneltian Firdaus dan Sunarti (2009) terhadap buruh pemetik teh menunjukkan bahwa usia suami istri memiliki hubungan negatif dengan strategi koping. Semakin tinggi usia istri dan suami memungkinkan jumlah tanggungan yang semakin besar dan atau memungkinkan keluarga memiliki tabungan dan aset, dan atau semakin mapannya pendapatan dan pengeluaran keluarga, sehingga koping yang dilakukan tidak dinamis. Selain itu, strategi koping tidak berhubungan dengan kesejahteraan keluarga. Lebih lanjut Firdaus (2008) menyatakan bahwa strategi yang paling efektif dipilih keluarga dalam menyikapi dampak krisis adalah mengurangi pengeluaran untuk makanan dan non makanan serta meningkatkan produktivitas usaha. Koping pendidikan kurang karena biaya pendidikan sudah ada standarnya. Penelitian Rachmawati (2010) menunjukkan bahwa besar anggota keluarga dan umur istri memiliki pengaruh positif terhadap strategi koping. Besarnya anggota keluarga akan meningkatkan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga baik kebutuhan pangan maupun non pangan. Hukum Engel mengatakan bahwa semakin besar persentase pengeluaran pangan diasumsikan dengan semakin tidak sejahtera suatu keluarga. Sementara itu, hasil penelitian Simanjuntak (2010), strategi koping fungsi ekonomi terhadap keluarga penerima Program Keluarga Harapan (PKH) berhubungan signifikan dengan besar keluarga, jumlah utang, rasio utang dan aset, tekanan ekonomi, dan lama pendidikan ibu.

24 12 Investasi Sumber Daya Manusia Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), modal manusia/sumberdaya manusia adalah jumlah total dari kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh manusia dan cara penggunaan sumberdaya manusia yang berpengaruh terhadap sumberdaya di masa yang akan datang. Agar manusia dapat menggunakan sumberdaya yang dimilikinya, diperlukan suatu upaya berupa investasi sumberdaya manusia. Investasi sumber daya manusia merupakan perbaikan dalam pertumbuhan ekonomi (Steuerle & Reynolds 2007). Investasi untuk anggota keluarga dapat berarti sebagai investasi sumberdaya manusia yang dapat dilakukan melaui pendidikan, pengalaman, dan kesehatan. Investasi sumberdaya manusia diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Menurut Bryant dan Zick (2006), investasi pada anak terdiri dari dua komponen yaitu nilai uang dari jasa (seperti makanan, pakaian, rumah, transportasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan) dan nilai waktu (merupakan waktu yang dihabiskan orang tua, khususnya ibu untuk membesarkan anak baik melalui perawatan maupun pemeliharaan). Anak merupakan sumberdaya untuk investasi. Salah satu investasi orang tua untuk membentuk SDM yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan atau uang (Hartoyo 1998). Melalui investasi ini diharapkan anak dapat memiliki masa depan yang lebih baik. Orang tua menginginkan peningkatan kesejahteraan bagi anak-anaknya sehingga orang tua akan melakukan apa saja yang mereka butuhkan untuk memaksimalkan pendapatan mereka dengan harapan pengeluaran orang tua dalam investasi anak akan sama dengan biaya tambahan yang mereka keluarkan (Becker 1993). Investasi Pendidikan Termasuk dalam investasi pendidikan anak antara lain pembayaran Sumbangan Pembangunan Pendidikan (SPP), transportasi, buku pelajaran, les/kursus, seragam sekolah, uang saku, tas sekolah, sepatu, dan buku pendamping belajar (Suryawati 2002). Alasan seseorang menginvestasikan pendidikan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kekayaan di masa yang akan datang dan semakin lama pendidikan maka akan semakin meningkat kesempatan seseorang dalam mengganti biaya pendidikannya (Bryant & Zick 2006).

25 13 Pendidikan merupakan jalan menuju produktivitas yang tinggi bagi masyarakat, sehingga diharapkan melalui pendidikan yang tinggi dapat menghasilkan SDM yang berkualitas. Akan tetapi, Mulatsih et al (2002) mengatakan bahwa masyarakat lapisan bawah menganggap pendidikan sebagi suatu pilihan dan bukan keharusan. Hal ini dikarenakan besarnya pengeluaran untuk biaya pendidikan. Selain itu, biaya pendidikan yang tinggi tidak diimbangi dengan adanya pemanfaatan kelulusan dalam dunia kerja. Menurut Barro dan Lee (2000), pada negara berkembang masih terdapat sebanyak 37 persen masyarakat dengan umur 25 ke atas yang tidak memiliki pendidikan formal, dan hanya sekitar 27 persen yang mencapai Sekolah Menengah Atas (SMA). Beberapa golongan masyarakat masih memiliki persepsi gender yang berbeda dalam investasi anak. Hasil penelitian Mulatsih et al (2003) di Kabupaten dan Kota Bogor menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat menganggap pendidikan anak laki-laki lebih diutamakan dibandingkan dengan anak perempuan. Perempuan memiliki peluang yang lebih kecil (hanya 50%) dibandingkan laki-laki untuk mendapatkan tingkat pendidikan yang sama. Hal ini diperkuat dengan nilai kesediaan orang tua untuk membayar (willingness to pay) waktu perjalanan pergi dan pulang dari sekolah untuk anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Artinya, orang tua menginginkan kualitas pendidikan yang lebih baik bagi anak laki-laki. Selain faktor jenis kelamin, perbedaan investasi sekolah juga disebabkan oleh jumlah anggota keluarga. Penambahan jumlah anggota keluarga akan mengurangi dukungan keluarga terhadap anak dalam penentuan sekolah karena adanya kesulitan keuangan dan hal ini mengindikasikan tingkatan yang rendah dalam investasi keluarga, tetapi tingkat akhir pendidikan tidak tergantung pada jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga (Leibowitz 1982). Investasi Kesehatan Cara lain yang dapat digunakan untuk investasi sumber daya manusia adalah melalui pengeluaran waktu dan uang dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Kelas aerobik, joging, pemeriksaan fisik, pemeriksaan gigi secara rutin dan pemberian nutrisi yang baik merupakan cara-cara yang dapat digunakan sebagai investasi dalam kesehatan. Investasi dalam bidang kesehatan tentunya berbeda dengan investasi dalam bidang pendidikan yang memiliki tujuan agar manusia memiliki produktivitas dan pendapatan yang tinggi dikemudian hari. Melalui investasi kesehatan, akan dapat memperpanjang umur

26 14 harapan hidup dan terhindar dari penyakit sehingga akan menghasilkan waktu produktif yang lebih tinggi. Akan tetapi, investasi kesehatan memiliki biaya tambahan yang lebih rumit dibandingkan dengan investasi pendidikan (Bryant & Zick 2006). Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Hasil penemuan BPS (2009) menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan masih tergolong rendah. Sampai tahun 2009, masih terdapat sebesar 33,68 persen penduduk Indonesia yang mengalami keluhan kesehatan. Pendidikan secara positif berhubungan dengan investasi kesehatan. Selain itu, hasil penelitian Edwards dan Grossman (1979) diacu dalam Bryant dan Zick (2006) menunjukkan bahwa kesehatan juga berpengaruh terhadap perkembangan intelektual anak. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pendidikan dan kesehatan saling berkaitan. Alokasi Pendapatan (uang) Investasi dalam bentuk uang merupakan pendapatan keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak. Sumber pendapatan berupa uang dapat berasal dari pekerjaan dan diluar pekerjaan. Pendapatan yang akan digunakan untuk investasi anak akan tergantung kepada empat sumber utama yaitu aset keluarga, kemampuan atau ketrampilan yang dimilik oleh keluarga, tingkat pendidikan akhir orang tua, dan investasi paska sekolah (Leibowitz 1982). Latar belakang sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi sumber daya orang tua yang diberikan terhadap anak dan kualitas anak (Woodhouse 1999). Jumlah anak akan mempengaruhi pembagian pendapatan orang tua untuk anak. Menurut Behrman, Pollak, dan Taubman (1988) diacu dalam Taubman (1996), peningkatan jumlah anak akan cenderung menurunkan pendapatan orang tua dan biasanya anak dihadapkan pada perbedaan alokasi uang. Pengeluaran orang tua dengan satu anak memiliki persentase yang lebih besar yaitu sekitar 25 persen, sedangkan untuk orang tua yang memiliki tiga anak atau lebih memberikan alokasi pengeluaran yang lebih sedikit yaitu sekitar 22 persen untuk masing-masing anak. Selain itu, biaya tahunan yang dikeluarkan untuk anak secara umum meningkat sesuai dengan bertambahnya umur anak (Lino 2009). Status sekolah anak juga berpengaruh terhadap alokasi pengeluaran untuk pendidikan. Anak yang bersekolah di sekolah swasta memiliki

27 15 alokasi pengeluaran pendidikan yang lebih besar dari pada anak yang sekolah di sekolah negeri (Suryawati 2002). Hasil penelitian Hartoyo (1998) di Agam (Sumatera Utara) dan Wonogiri (Jawa Tengah) menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah dan kelompok suku memiliki hubungan yang signifikan dengan pengeluaran perkapita untuk pendidikan. Keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih besar akan memiliki alokasi pengeluaran perkapita pendidikan yang lebih kecil. Jumlah anggota keluarga memiliki hubungan positif dengan alokasi pengeluaran perkapita pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan telah dirasa penting oleh sebagian keluarga. Keluarga mungkin mengorbankan biaya lain seperti biaya pangan untuk menutupi biaya pendidikan Jumlah pekerja dalam keluarga akan memberikan kontribusi berbeda terhadap alokasi pengeluaran. Menurut Lino (2009), di Amerika, keluarga dengan orang tua ganda (suami dan istri) memiliki alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak sebesar 31 persen untuk keluarga dengan pendapatan rendah dan sebanyak 45 persen dan 56 persen untuk keluarga dengan pendapatan sedang dan tinggi. Orang tua tunggal memiliki pengeluaran untuk pendidikan anak adalah sebesar 34 persen dan 44 persen untuk keluarga dengan pendapatan rendah dan tinggi. Pengeluaran untuk perawatan kesehatan berada pada rentang persen untuk keluarga dengan dua anak pada keluarga pada orang tua ganda dan sebesar persen untuk keluarga dengan dua anak pada keluarga orang tua tunggal. Secara umum, pengeluaran untuk perawatan kesehatan akan meningkat sesuai dengan umur anak dan tidak terlalu berbeda untuk setiap tingkat pendapatan. Pendapatan juga mempengaruhi investasi dan kesejahteraan psikologi ibu. Kesejahteraan psikologi ibu akan mempengaruhi perilaku ibu terhadap anak dan berhubungan dengan perilaku bermasalah anak. Menurut hasil penelitian Yeung, Linver, dan Brooks-Gunn (2002), tingkat dan stabilitas pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang jelas terhadap fungsi keluarga dan kesejahteraan anak. Selain pendapatan, keluarga dapat memanfaatkan aset yang dimiliki untuk membantu pemenuhan kebutuhan anggotanya. Aset merupakan segala sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga dan dapat diturunkan kepada anak. Aset dapat berupa uang tunai, tabungan, mobil, perhiasan, dll. Menurut Becker dan Tomes (2006), keluarga miskin akan lebih sulit memberikan

28 16 invetasi berupa uang untuk anak karena pinjaman yang digunakan untuk menambah kekurangan sumber daya tidak selalu tersedia. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sumber Daya Manusia Kualitas sumber daya manusia yang baik merupakan output dari investasi sumber daya manusia yang dilakukan orang tua sejak dini terhadap anak. Berbagai penelitian mengenai kualitas sumber daya manusia telah dilakukan sebelumnya. Penelitian Muflikhati (2010) yang dilakukan di wilayah pesisir menunjukkan bahwa wilayah, mata pencaharian, besar keluarga, dan pendidikan istri berpengaruh terhadap kualitas sumber daya keluarga. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan dipengaruhi oleh strata, kondisi, jumlah anggota keluarga yang bekerja, jumlah anak bersekolah, dan jenjang pendidikan anak yang sekolah (Zuraidah 1999). Hasil penelitian Hartoyo (1998) di Agam (Sumatera Utara) dan Wonogiri (Jawa Tengah) menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah, dan kelompok suku berpengaruh terhadap pengeluaran uang untuk anak (pangan, pendidikan, dan kesehatan). Pendapatan dan pendidikan ayah berpengaruh terhadap besarnya alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak (Permatasari 2010). Sementara itu, hasil penelitian Suryawati (2002) mengenai alokasi pengeluaran uang untuk anak pada keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja menunjukkan bahwa karakteristik keluarga (pendidikan istri, pendidikan suami, besar keluarga, jumlah anak usia sekolah, pendapatan keluarga, struktur keluarga, etnik dan status bekerja istri) akan mempengaruhi pengeluaran pendidikan untuk anak.

29 17 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga memiliki kewajiban memenuhi kebutuhan anggota keluarganya sehingga tercipta kepuasan bagi masing-masing anggota keluarga. Setiap keluarga memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada latar belakang masing-masing keluarga. Karakteristik keluarga seperti jumlah anggota keluarga, usia orang tua, usia anak, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua akan mempengaruhi keadaan keluarga. Karakteristik keluarga juga akan mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran keluarga baik pengeluaran pangan maupun non-pangan yang akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Selain mempengaruhi status kesejahteraan, karakteristik keluarga juga akan mempengaruhi kegiatan yang akan dijalankan ketika mengalami kesulitan ekonomi. Upaya ini disebut sebagai strategi koping. Strategi koping yang diukur adalah ketika keluarga mengalami penurunan pendapatan. Pada keluarga buruh pemetik melati gambir terjadi saat terjadi penurunan harga melati gambir. Strategi koping dapat dilakukan cara mengurangi pengeluaran dan menambah pendapatan keluarga. Mengurangi pengeluaran merupakan cara yang umumnya dilakukan oleh keluarga. Strategi koping ini akan membantu mempertahankan kesejahteraan keluarga. Anak merupakan aset masa depan bangsa, sehingga diperlukan suatu pengembangan kualitas anak agar dapat meningkatkan kualitas bangsa yang tercermin dari etos kerja bangsa yang tinggi. Peningkatan kualitas ini dapat terlihat dari perilaku investasi sumber daya manusia yang diberikan oleh orang tua untuk anak. Investasi sumber daya manusia dapat berupa investasi pendidikan dan investasi kesehatan yang dapat dilihat dari perilaku orang tua dan alokasi uang (pengeluaran) terhadap anak. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas anak atau sumber daya manusia di masa mendatang agar sumber daya dan alternatif sumber daya keluarga dapat dimanfaatkan dengan tepat dan dapat menata sumber daya materi dengan lebih baik. Orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi, khususnya ibu, akan mempengaruhi bagaimana sebuah keluarga memberikan perlakuan terhadap anak-anaknya. Pendidikan anggota keluarga akan berpengaruh positif terhadap sumber daya manusia dan kesehatan seseorang (Bryant & Zick 2006). Semakin tinggi pendapatan keluarga maka akan semakin besar kemungkinan orang tua menyekolahkan anaknya dan memenuhi kebutuhan dasar anak lainnya, dan

30 18 sebaliknya. Menurut Ali (2009), kaum perempuan yang mengikuti pendidikan dengan lebih baik akan lebih mampu menjaga kesehatan diri dan anak-anaknya, bahkan dapat mengurangi laju pertumbuhan penduduk sehingga menghasilkan generasi yang lebih berkualitas. Semakin banyaknya jumlah saudara, maka besar pengeluaran untuk masing-masing anggota keluarga akan semakin kecil. Latar belakang sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi sumber daya orang tua yang diberikan untuk anak dan kualitas anak (Woodhouse 1999). Secara lebih jelas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

31 19 Karakteristik keluarga Karakteristik demografi keluarga - Jumlah anggota keluarga - Usia suami - Usia istri - Usia anak Karakteristik sosial ekonomi keluarga: - Pendidikan suami - Pendidikan istri - Jenjang pendidikan anak - Pekerjaan ayah - Pendapatan keluarga Status kesejahteraan Perilaku investasi (pendidikan dan kesehatan) Strategi koping (generating income dan cutting back) Peningkatan kualitas SDM Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Keterangan: : Variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti Hubungan yang diteliti Hubungan yang tidak diteliti 19

32 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian adalah Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive karena Desa Gelang memiliki lahan melati gambir terbanyak di Kabupaten Banjarnegara. Waktu pengambilan data dilakukan selama empat minggu yaitu 18 April hingga 15 Mei Contoh dan Metode Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian adalah keluarga buruh pemetik melati gambir yang memiliki anak sekolah (3-18 tahun) di Desa Gelang dengan jumlah populasi sebanyak 283 keluarga. Metode penarikan contoh dilakukan secara simple random sampling. Data keluarga buruh pemetik melati yang memiliki anak sekolah (3-18 tahun) di Desa Gelang diacak dan diambil sebanyak 66 contoh. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja sebagai buruh pemetik melati gambir. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari contoh, seperti data karakteristik keluarga buruh pemetik melati gambir, status kesejahteraan, strategi koping dan investasi anak yang dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan alat bantu kuesioner sebagai panduan pertanyaan. Karakteristik keluarga buruh pemetik melati gambir terdiri atas jumlah anggota keluarga, usia suami istri, jumlah anak sekolah, usia anak, pendidikan suami istri, jenjang pendidikan anak, pekerjaan ayah, pendapatan perkapita dan pendapatan keluarga. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau diolah oleh pihak lain, meliputi keadaan umum wilayah penelitian dan data kependudukan yang diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Desa Gelang, Kantor Kecamatan Rakit dan Badan Pusat Statisik Kecamatan Rakit dan Badan Pusat Statistik Indonesia.

33 22 Variabel Tabel 1 Variabel, definisi, dan skala pengukuran data Definisi 1. Karakteristik demografi keluarga a. Jumlah anggota keluarga Banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan orang tua b. Usia ayah Ulang tahun terakhir ayah pada saat dilakukan penelitian c. Usia ibu Ulang tahun terakhir ibu pada saat dilakukan penelitian d. Usia anak Ulang tahun terakhir anak pada saat dilakukan penelitian e. Jumlah anak sekolah Banyaknya anak sekolah dalam satu keluarga 2. Karakateristik sosial ekonomi keluarga a. Pendidikan ayah Lama pendidikan yang telah ditempuh oleh ayah (suami) b. Pendidikan ibu Lama pendidikan yang telah ditempuh oleh ibu c. Jenjang pendidikan anak Tingkat pendidikan yang sedang ditempuh oleh anak Skala pengukuran Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Ordinal d. Pekerjaan suami Jenis pekerjaan utama suami Nominal e. Pendapatan keluarga Jumlah uang yang diterima oleh seluruh anggota keluarga dari pekerjaan utama dan tambahan Rasio f. Pendapatan perkapita Pendapatan keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga 3. Kontribusi pendapatan Persentase pendapatan anggota keluarga 4. Status kesejahteraan Status kesejahteraan keluarga berdasarkan Garis Kemiskinan dan 14 kriteria rumah tangga penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) 5. Strategi koping a. Menambah pendapatan Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga untuk menambah pendapatan b. Mengurangi pengeluaran Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk mengurangi pengeluaran 6. Perilaku investasi anak a. Investasi pendidikan Tindakan/perilaku yang dilakukan orang tua untuk menunjang pendidikan anak b. Investasi kesehatan Tindakan/perilaku yang dilakukan orang tua untuk menunjang kesehatan anak 7. Alokasi pengeluaran anak Uang yang diberikan orang tua untuk menunjang pendidikan dan kesehatan anak Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Pengolahan dan Analisis Data Instrumen yang telah disusun, diuji reliabilitas dan validitasnya. Uji validitas digunakan untuk menguji apakah instrumen dapat memperoleh data yang sesungguhnya. Uji reliabilitas digunakan untuk menguji apakah hasil yang diperoleh instrumen memiliki nilai yang konsisten di setiap penggunaan instrumen. Nilai Cronbach's Alpha dari perilaku investasi pendidikan adalah

34 23 sebesar 0,861 dari 13 item pernyataan dan perilaku investasi kesehatan sebesar 0,791 dari 10 item pernyataan. Kuesioner untuk strategi koping merupakan modifikasi dari penelitian Kusumo (2009). Data yang telah dikumpulkan, diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning dan analyzing. Tabel 2 menunjukkan pengkategorian variabel penelitian. Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian Variabel Kategori 1. Karakteristik demografi keluarga a. Jumlah anggota keluarga [1] Keluarga kecil ( 4 orang) [2] Keluarga sedang (5-6 orang) [3] Keluarga besar ( 7 orang) b. Usia suami [1] Dewasa muda (18-40 tahun) c. Usia istri [2] Dewasa tengah (41-60 tahun) [3] Dewasa tua (>60 tahun) d. Usia anak [1] Pra sekolah (0-5tahun) [2] Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) [3] Remaja (13-15 tahun) [4] Dewasa awal (16-18 tahun) e. Jumlah anak sekolah [1] Satu orang [3] Tiga orang [2] Dua orang [4] Empat orang 2. Karakateristik sosial ekonomi keluarga a. Pendidikan suami [1] Tidak tamat SD (<6 tahun) b. Pendidikan istri [2] Tamat SD/sederajat (6 tahun) [3] Tamat SMP/sederajat (9 tahun) [4] Tamat SMA/sederajat (12 tahun) c. Jenjang pendidikan anak [1] PAUD/TK [2] Sekolah Dasar (SD) [3] Sekolah Menengah Pertama (SMP) [4] Sekolah Menengah Atas (SMA) d. Pekerjaan suami [1] Tidak bekerja [5] Buruh non-tani [2] Wirausaha [6] Buruh tani [3] Pedagang [7] Jasa [4]Petani [8] Lain-lain e. Pendapatan keluarga [1] <Rp ,00 [2] Rp , ,00 [3] Rp , ,00 [4] Rp , ,00 [5[ >Rp ,00 f. Pendapatan perkapita [1] Rp ,00 [2] Rp ,50 [3] Rp , [4] >Rp ,00 3. Strategi koping [1] Sedikit ( 14 kegiatan); [2] sedang (15-28 kegiatan); [3] banyak ( 29 kegiatan) a. Mengurangi pengeluaran (cutting [1] Sedikit ( 9 kegiatan); [2] sedang (10-17 back) kegiatan); [3] banyak ( 18 kegiatan) b. Menambah pendapatan (generating income) [1] Sedikit ( 5 kegiatan); [2] sedang (6-10 kegiatan); [3] banyak ( 11 kegiatan) 4.Status kesejahteraan [1] Tidak sejahtera; [2] Sejahtera 5.Perilaku investasi anak [1] Rendah ( 33,33%); [2] Sedang (33,34%-66,66%); [3] Tinggi ( 66,67%) a. Investasi pendidikan b. Investasi kesehatan 6.Alokasi pengeluaran anak [1] Rendah ( 33,33%); [2] Sedang (33,34%-66,66%); [3] Tinggi ( 66,67%)

35 24 Analisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan analisis inferensia. Analisis deskriptif dilakukan dengan tabulasi sederhana yang digunakan untuk menggambarkan atau menginterpretasikan data. Analisis deskriptif yang digunakan antara lain nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata, dan standar deviasi, sedangkan analisis inferensia yang digunakan adalah uji regresi logistik dan uji regresi linier berganda. Analisis data sesuai dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kontribusi pendapatan buruh pemetik melati gambir terhadap pendapatan keluarga dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Y= xi x x 100 Keterangan : Y = kontribusi pendapatan buruh pemetik melati (%) xi = pendapatan buruh pemetik melati (rupiah) x = total pendapatan keluarga (rupiah) 2. Tingkat kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir dianalisis secara deskriptif berdasarkan indikator Garis Kemiskinan (GK) dan 14 kriteria penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Berdasarkan indikator Garis Kemiskinan (GK), keluarga yang memiliki penghasilan GK termasuk dalam keluarga miskin dan keluarga yang memiliki penghasilan >GK termasuk dalam keluarga tidak miskin. Garis Kemiskinan yang digunakan adalah Garis Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah untuk Daerah Perdesaan Tahun 2010 yaitu sebesar Rp ,00. Berdasarkan indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT), keluarga yang memenuhi 11 kriteria termasuk dalam kelompok miskin, keluarga yang memenuhi 9-10 kriteria termasuk dalam kategori hampir miskin, dan keluarga yang memenuhi <9 kriteria termasuk dalam kategori tidak miskin. 3. Strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir terjadi ketika terjadi penurunan pendapatan, terdiri atas dua kegiatan yaitu strategi menambah pendapatan dan strategi mengurangi pengeluaran. Data strategi koping diberi skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk jawaban tidak. Strategi koping menambah pendapatan, mengurangi pengeluaran, dan strategi koping secara keseluruhan dikelompokkan menjadi tiga yaitu sedikit, sedang dan banyak. 4. Perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir dianalisis menggunakan analisis deskripstif, dihitung melalui perilaku

36 25 investasi pendidikan, perilaku investasi kesehatan, dan alokasi pengeluaran (uang). Selanjutnya dilakukan transformasi skor komposit dalam bentuk skala dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Y= x Nilai minimum x x100 (Nilai maksimum x Nilai minimum x Keterangan : Y=skor dalam persen x =skor yang diperoleh untuk setiap contoh Setelah dilakukan tranformasi skor komposit, perilaku investasi dikategorikan menjadi tiga yaitu sedikit ( 33,33%), sedang (33,34%-66,66%) dan banyak ( 66,66%). 5. Uji regresi logistik digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan menggunakan indikator Garis Kemiskinan (GK) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Persamaan regresi logistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ln p 1 p = α +β 1x 1 + β 2 x 2 + β 3 x 3 + β 4 x 4 + β 5 x D D D 3 + Keterangan: p = peluang untuk sejahtera (sejahtera=1, tidak sejahtera=0) α = Konstanta regresi β = koefisien regresi X 1 = umur suami (tahun) X 2 X 3 = jumlah anggota keluarga (orang) = pendidikan suami (tahun) X 4 = pendidikan istri (tahun) X 5 = pendapatan keluarga (rupiah) 1-3 = koefisien dummy D 1 = pekerjaan tambahan suami (0=tidak memiliki, 1=memiliki) D 2 = mata pencaharian suami (0=pertanian, 1=bukan pertanian) D 3 = tipe keluarga (0=keluarga inti, 1=keluarga luas) = Eror 6. Uji regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang bepengaruh terhadap jumlah strategi koping, perilaku investasi anak dan alokasi pengeluaran untuk anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Strategi Koping Y=α+β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X 6 + β 7 X 7 + Keterangan: α = kontstanta regresi β = koefisien regresi Y = jumlah strategi koping (skor)

37 26 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 = jumlah anggota keluarga (orang) = pendidikan istri (tahun) = pendidikan suami (tahun) = tipe keluarga (0=keluarga inti, 1=keluarga luas) = pekerjaan tambahan suami (0=tidak memiliki, 1=memiliki) = pendapatan keluarga (rupiah) = kesejahteraan BLT (0=tidak sejahtera, 1=sejahtera) = Eror b. Perilaku investasi anak Y=α+β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + Keterangan: α = kontstanta regresi β = koefisien regresi Y = perilaku investasi anak (skor) X 1 = jumlah anggota keluarga (orang) X 2 = pendidikan istri (tahun) X 3 = pendidikan suami (tahun) X 4 = pendapatan keluarga (rupiah) X 5 = tipe keluarga (0=keluarga inti, 1=keluarga luas) =eror c. Alokasi pengeluaran anak Y=α+β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X 6 + β 7 X 7 + Keterangan: a = kontstanta regresi β = koefisien regresi Y = alokasi pengeluaran anak (rupiah) X 1 = jumlah anggota keluarga (orang) X 2 = jumlah anak sekolah (orang) X 3 = pendidikan istri (tahun) X 4 = pendidikan suami (tahun) X 5 = tipe keluarga (0=keluarga inti, 1=keluarga luas) X 6 = pendapatan keluarga (rupiah) X 7 = perilaku investasi (skor) =eror Definisi Operasional Buruh pemetik melati adalah orang yang memiliki pekerjaan utama sebagai buruh pemetik melati Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan orang tua Umur adalah umur anggota keluarga yang dihutung berdasarkan ulang tahun terakhir dan dinyatakan dalam tahun Pendidikan adalah jumlah tahun atau lama pendidikan yang telah ditempuh oleh anggota keluarga keluarga, diukur dalam tahun

38 27 Pekerjaan utama suami adalah pekerjaan yang menjadi sumber pendapatan utama suami Pekerjaan tambahan suami adalah pekerjaan sampingan yang dimiliki oleh suami, selain pekerjaan utama Pendapatan buruh pemetik melati gambir adalah sejumlah uang yang diterima oleh buruh dari hasil memetik melati gambir setiap bulan, dihitung dalam rupiah/bulan Pendapatan keluarga adalah sejumlah uang yang diterima oleh seluruh anggota keluarga dari pekerjaan utama dan tambahan, dihitung dalam rupiah/bulan Pendapatan perkapita adalah pendapatan seluruh anggota keluarga yang dibagi dengan jumlah anggota keluarga, dinyatakan dalam rupiah/kapita/bulan Keluarga miskin adalah keluarga yang memiliki pendapatan per kapita lebih kecil sama dengan Garis Kemiskinan dan memenuhi indikator BLT sebanyak 11 skor Strategi koping adalah upaya yang dilakukan oleh keluarga ketika terjadi masalah (ekonomi) yaitu penurunan pendapatan Perilaku investasi anak adalah tindakan/perilaku yang dilakukan oleh orang tua untuk menunjang pendidikan dan kesehatan anak Alokasi uang adalah jumlah uang yang diberikan oleh orang tua untuk menunjang pendidikan dan kesehatan anak yang dihitung dalam waktu satu bulan

39 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Gelang termasuk dalam wilayah Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Luas Desa Gelang adalah ha atau 5,79 persen dari luas total Kecamatan Rakit. Sebagian besar wilayah di Desa Gelang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang terdiri atas berbagai macam jenis yaitu padi, kelapa, sayuran, buah (jeruk) dan hasil pertanian lainnya. Desa Gelang merupakan desa yang memiliki tanaman melati gambir terbanyak di Kabupaten Banjarnegara. Setiap tahunnya, melati yang dihasilkan di Desa Gelang sebanyak ±6 ton/ha/tahun dengan harga per kilogramnya yang tidak menentu setiap waktu. Pada saat dilakukan pengambilan data, harga melati gambir adalah Rp ,00/kg dengan pembagian Rp /kg untuk buruh pemetik dan Rp /kg untuk petani atau pemilik lahan melati gambir. Data terakhir pada Tahun 2010, jumlah penduduk Desa Gelang adalah orang yang terdiri atas laki-laki dan perempuan dengan Kepala Keluarga. Pekerjaan mayoritas penduduk di Desa Gelang adalah sebagai petani dan petani penggarap (buruh tani). Pekerjaan selanjutnya yang banyak dimiliki adalah buruh bangunan, buruh industri, dan pedagang. Hanya terdapat beberapa orang saja yang memiliki pekerjaan sebagai PNS. Sampai tahun 2008, jumlah rumah tangga miskin di Desa Gelang sebanyak 30,45 persen dari total rumah tangga. Fasilitas pendidikan yang terdapat di Desa Gelang antara lain enam Taman Kanak-kanak (TK), dua Play Group (PG), tiga Raudatul Aftal (RA), lima Sekolah Dasar (SD), dan dua Madrasah Ibtidai yah (MI). Sementara itu, untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat sebuah yayasan yang dibangun yaitu Yayasan Pendidikan Ma arif yang memberikan pendidikan gratis. Sampai Tahun 2010, penduduk di Desa Gelang yang berumur tahun yang berhasil menempuh pendidikan hingga SD sebanyak 980 orang, tamat SMP sebanyak 367 orang, tamat SMA sebanyak 287 orang, dan tamat Perguruan Tinggi sebanyak 63 orang.

40 30 Karakteristik Demografi Keluarga Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga atau besar keluarga merupakan jumlah seluruh anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan orang tua. Menurut BKKBN, besar keluarga digolongkan menjadi tiga yaitu keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota tidak lebih dari empat orang. Keluarga sedang memiliki jumlah anggota sebanyak lima hingga enam orang sedangkan keluarga besar memiliki jumlah anggota lebih dari enam orang. Tabel 3 memperlihatkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh (51,51%) termasuk dalam keluarga kecil, sisanya yaitu sebesar 37,87 persen dan 10,62 persen merupakan keluarga sedang dan keluarga besar. Jumlah anggota keluarga terkecil adalah tiga orang dan jumlah terbanyak adalah sembilan orang. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka beban orang tua untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarga juga akan semakin besar. Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga Keluarga n % Keluarga kecil ( 4 orang) 34 51,51 Keluarga sedang (5-6 orang) 25 37,87 Keluarga besar ( 7 orang) 7 10,62 Total ,00 Min-max (orang) 3-9 Rataan±SD (orang) 4,67±1,35 Tipe Keluarga Tipe keluarga dibedakan menjadi keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak, sedangkan keluarga luas adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lain seperti kakek, nenek, cucu, menantu, dan lain-lain. Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat sebesar 83,33 persen keluarga yang merupakan keluarga inti dan sebesar 16,67 persen keluarga yang merupakan keluarga luas. Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan tipe keluarga Tipe keluarga Keluarga n % Keluarga inti 55 83,33 Keluarga luas 11 16,67 Total ,00

41 31 Usia Suami dan Istri Usia suami dan istri dikelompokkan menjadi tiga yaitu dewasa muda, dewasa tengah dan dewasa tua (Hurlock 1980). Tabel 5 menunjukkan bahwa usia suami berada pada rentang 28 sampai dengan 65 tahun dengan rataan 44,05 tahun. Terdapat sebesar 57,57 persen keluarga yang memiliki suami pada usia dewasa tengah dan sebanyak 40,90 persen keluarga dengan suami berada pada usia dewasa muda. Hanya 1,53 persen keluarga dengan suami pada usia dewasa tua. Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan usia suami dan istri Usia Suami Istri n % n % Dewasa muda (18-40 tahun) 27 40, ,60 Dewasa tengah (41-60 tahun) 38 57, ,40 Dewasa tua (>60 tahun) 1 1,53 0 0,00 Total , ,00 Min-max (tahun) Rataan±SD (tahun) 44,05±8,17 39,38±7,63 Berbeda dengan usia suami, sebanyak 60,60 persen keluarga memiliki istri pada usia dewasa muda. Sisanya, yaitu 39,40 persen keluarga dengan istri usia dewasa tengah yaitu sebanyak 39,40 persen. Hanya terdapat 1,53 keluarga dengan istri yang berada pada usia 24 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa baik umur suami maupun umur istri berada pada usia produktif. Usia Anak Rentang usia anak sekolah dalam penelitian ini adalah 3-18 tahun. Rentang usia ini diambil berdasarkan usia seorang anak yang mulai mengenal pendidikan baik formal maupun non-formal sejak dini. Tabel 6 memperlihatkan bahwa rentang usia anak dibagi menjadi empat yaitu pra sekolah, anak usia sekolah, remaja, dan dewasa. Jumlah total anak sekolah yang dimiliki keluarga contoh adalah 100 anak. Lebih dari separuh anak keluarga contoh adalah anak usia sekolah dasar (56,00%). Urutan kedua adalah anak keluarga contoh dengan usia anak remaja (26,00%) dan terdapat masing-masing sembilan persen anak keluarga contoh yang berada pada usia pra sekolah dan dewasa awal.

42 32 Tabel 6 Sebaran anak keluarga contoh berdasarkan usia Usia anak Jumlah n % Pra sekolah (3-5 tahun) 9 9,00 Anak usia sekolah (6-12 tahun) 56 56,00 Remaja (13-15 tahun) 26 26,00 Dewasa awal (16-18 tahun) 9 9,00 Total ,00 Jumlah Anak Sekolah Jumlah anak sekolah yang dimiliki oleh satu keluarga berbeda-beda, mulai dari satu anak hingga empat anak sekolah seperti yang ditunjukkan Tabel 7 dibawah ini. Terdapat lebih dari separuh contoh memiliki anak sekolah sebanyak satu orang (56,06%). Terdapat 43,94 persen keluarga yang memiliki anak usia sekolah lebih dari satu orang yaitu 37,68 persen keluarga dengan dua anak sekolah, 4,54 persen keluarga dengan tiga anak sekolah dan 1,62 persen keluarga dengan empat anak sekolah. Tabel 7 Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anak sekolah Jumlah anak sekolah (orang) Keluarga n % , , , ,62 Total ,00 Rataan±SD 1,52±0,66 Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Pendidikan Orang tua Pendidikan menjadi salah satu tolok ukur kemampuan berifikir seseorang. Semakin tinggi pendidikan, seseorang akan semakin mampu untuk berifikir kompleks dengan permasalah yang ada, demikian sebaliknya. Lebih separuh keluarga memiliki istri dengan pendidikan hingga tamat Sekolah Dasar (SD) dan tidak terdapat keluarga dengan istri yang menempuh pendidikan hingga SMA. Sama seperti istri, terdapat lebih dari separuh keluarga yang memiliki suami dengan pendidikan hingga SD. Persentase keluarga dengan istri dan suami yang tidak tamat SD lebih besar dari pada keluarga dengan istri dan suami yang tamat SMP. Rentang pendidikan tertinggi istri hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) sedangkan pendidikan tertinggi suami adalah Sekolah Menengah Atas (SMA).

43 33 Tabel 8 Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pendidikan istri dan suami Lama pendidikan Istri Suami n % n % Tidak tamat SD 13 19, ,69 Tamat SD 42 63, ,17 Tamat SMP 11 17, ,63 Tamat SMA 0 0,00 1 1,51 Total , ,00 Min-max (tahun) Rataan±SD (tahun) 6,08±1,69 6,09±1,85 Pekerjaan Suami Melalui pendidikan yang tinggi diharapkan seseorang akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Seluruh suami adalah kepala keluarga yang bekerja sebagai pencari nafkah utama bagi keluarga (primary breadwinner) sedangkan istri berperan sebagai pencari nafkah tambahan (secondary breadwinner). Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki suami yang bekerja di bidang pertanian yaitu sebanyak 31,81 persen bekerja sebagai buruh tani (termasuk pemetik melati gambir) dan 27,27 persen bekerja sebagai petani. Pekerjaan lain yang ditekuni oleh suami adalah buruh non-tani (bangunan), pedagang, dan pekerjaan lain seperti pencari batu, reparasi jam, dan tukang pijit. Dikarenakan pendapatan dari pekerjaan utama masih kurang mencukupi kebutuhan anggota keluarga, terdapat 6,06 persen keluarga dengan suami yang memiliki pekerjaan tambahan. Pekerjaan tambahan yang dimiliki oleh suami antara lain menjadi tukang kayu, membajak sawah, dan melakukan kegiatan pertanian lainnya. Tabel 9 Sebaran keluarga berdasarkan jenis pekerjaan utama suami Jenis pekerjaan Jumlah n % Pedagang 6 9,09 Petani 18 27,27 Buruh tani 21 31,81 Buruh non-tani 12 18,18 Lain-lain 9 13,65 Total ,00 Pekerjaan Istri dan Anak Seluruh istri memiliki pekerjaan utama sebagai buruh pemetik melati gambir. Sama halnya dengan suami, istri juga mencari pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Terdapat 10,60 persen keluarga dengan istri yang memiliki pekerjaan tambahan. Jenis pekerjaan tambahan yang dimiliki

44 34 istri antara lain sebagai pekerja pabrik, pembuat jajanan, membuka warung di rumah dan penjual jamu. Selain orang tua, terdapat 33,33 persen keluarga yang memiliki sumber penghasilan keluarga dari anak. Pekerjaan yang dimiliki anak antara lain pekerja pabrik, pekerja migran (bekerja di luar kota), berdagang, buruh tani, membuka bengkel, dan bekerja di tempat fotocopy. Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga adalah sejumlah uang yang diterima oleh seluruh anggota keluarga dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan, dihitung dalam rupiah/bulan. Hampir separuh keluarga contoh memiliki pendapatan keluarga kurang dari Rp ,00/bulan (46,96%). Proporsi terbesar kedua adalah keluarga dengan penghasilan antara Rp ,00 sampai Rp ,00/bulan yaitu sebesar 34,85 persen. Hanya terdapat sebagian kecil keluarga contoh yang memiliki pendapatan keluarga lebih dari sama dengan Rp ,00/bulan. Pendapatan keluarga contoh bervariasi dengan nilai minimal adalah Rp ,00/bulan sampai Rp ,00/bulan dengan rataan sebesar Rp ,91/bulan. Tabel 10 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah n % < , , , , , , ,00 6 9, , ,00 5 7,57 > ,00 1 1,53 Total ,00 Min-max (Rp/bulan) , ,00 Rataan±SD(Rp/bulan) ,91± ,58 Pendapatan per Kapita Pendapatan yang dihitung berdasarkan pendapatan seluruh anggota keluarga dibagi jumlah seluruh anggota keluarga adalah pendapatan per kapita yang dinyatakan dalam rupiah/kapita/bulan. Semakin banyak anggota keluarga maka akan semakin besar pula beban yang ditanggung oleh keluarga. Tabel 11 menunjukkan pendapatan keluarga yang dikelompokkan berdasarkan Garis Kemiskinan (GK) BPS. Hampir tiga per empat keluarga contoh memiliki pendapatan per kapita Rp ,00 atau termasuk dalam kategori miskin. Sedangkan sisanya

45 35 termasuk dalam kategori hampir miskin, hampir tidak miskin dan tidak miskin dengan persentase masing-masing sebesar 7,57 persen, 12,12 persen dan 8,59 persen. Pendapatan per kapita terendah yang dimiliki keluarga contoh adalah Rp ,00/bulan dan pendapatan per kapita tertinggi keluarga contoh adalah Rp ,00/bulan dengan rataan sebesar Rp ,84/bulan. Besar rata-rata pendapatan per kapita masih berada di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 11 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan per kapita Pendapatan ab Jumlah (Rp/kapita/bulan) n % Miskin ( ,00) 47 71,72 Hampir miskin ( , ,50) 5 7,57 Hampir tidak miskin ( , ) 8 12,12 Tidak miskin (> ,00) 6 8,59 Total ,00 Min-max (Rp/bulan) , ,00 Rataan±SD (Rp/bulan) ,84± ,00 Keterangan: a. Rp ,00 adalah Garis Kemiskinan (GK) Propinsi Jawa Tengah untuk daerah perdesaan Tahun 2010 b. Menggunakan kriteria dari Badan Resmi Statistik No 47/IX/1 September 2006 (Miksin: <GK, Hampir miskin : 1,00-1,25GK, Hampir tidak miskin : GK dan Tidak miskin >1.50GK) Kontribusi Istri terhadap Pendapatan Keluarga Sebagai ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan sebagai sumber penghasilan, istri memiliki kontribusi terhadap pendapatan keluarga. Tabel 12 memperlihatkan besarnya kontribusi pendapatan suami, istri dan anak terhadap pendapatan keluarga. Rata-rata pendapatan keluarga adalah Rp ,91/bulan. Proporsi terbesar pendapatan keluarga masih berasal dari suami baik dari pekerjaan utama maupun dari pekerjaan tambahan yaitu sebesar 46,65 persen/bulan. Proporsi pendapatan total istri dan anak terhadap pendapatan keluarga hampir sama yaitu 26,25 persen/bulan untuk istri dan 27,10 persen/bulan untuk anak. Artinya, anak dan istri yang bekerja memiliki kontribusi cukup besar terhadap pendapatan keluarga. Sebesar 33,33 persen keluarga yang memiliki anak bekerja, terdapat 9,09 persen keluarga yang memiliki anak bekerja dengan usia anak sekolah yaitu antara tahun. Adanya anak usia sekolah yang bekerja bertujuan untuk menambah pendapatan keluarga sehingga anak bersekolah hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain itu, dapat dikatakan pula bahwa anak memiliki kontribusi penting terhadap pendapatan keluarga. Ketika anak yang

46 36 bekerja memutuskan untuk melanjutkan sekolah dan tidak bekerja maka keluarga akan kehilangan pendapatannya lebih dari satu per empat pendapatan keluarga. Tabel 12 Kontribusi anggota keluarga terhadap pendapatan keluarga per bulan Sumber Utama Tambahan Rataan pendapatan Rp % Rp % Rp % Suami ,00 44, ,03 2, ,03 46,65 Istri ,15 20, ,64 5, ,25 Anak ,09 27,10 0,00 0, ,10 Jumlah ,24 92, ,67 7, ,00 Penggunaan Pendapatan Istri sebagai Buruh Pemetik Melati Gambir Pendapatan rata-rata istri sebagai buruh pemetik melati adalah Rp ,15/bulan dengan kisaran antara Rp ,00 sampai Rp ,00 per bulan. Pendapatan yang diperoleh dari melati gambir digunakan untuk berbagai macam kebutuhan seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 13. Penggunaan pendapatan istri sebagai buruh pemetik melati paling banyak digunakan adalah untuk membeli kebutuhan pokok yang hampir dilakukan oleh seluruh contoh (92,42%). Penggunaan ini sebagai upaya penambahan kebutuhan pokok yang belum tercukupi oleh suami. Terdapat beberapa istri yang tidak menggunakan pendapatan tersebut untuk memenuhi kebutuhan pokok karena pemenuhan kebutuhan pokok sudah menjadi tanggung jawab suami saja, sehingga dimanfaatkan oleh istri untuk pemenuhan kebutuhan lain. Pemanfaatan selanjutnya adalah untuk biaya pendidikan anak. Hasil ini mengindikasikan bahwa kebutuhan pendidikan anak masih menjadi prioritas penting bagi keluarga buruh pemetik melati. Tabel 13 Penggunaan pendapatan buruh pemetik melati gambir Kegiatan Keluarga n % Membeli kebutuhan pokok Biaya pendidikan anak Biaya kesehatan anak Membayar hutang Membeli peralatan rumah tangga Ditabung Investasi 5 7,58 Lain-lain (bahan dan peralatan pertanian) 2 3,03 Hasil lain menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu per tiga keluarga contoh yang memanfaatkan pendapatan dari memetik melati gambir untuk

47 37 membayar hutang baik hutang di warung atau hutang lainnya. Hal ini terjadi karena tingkat kepercayaan masyarakat untuk saling berhutang masih cukup tinggi. Kegiatan menabung juga hanya dilakukan oleh sedikit keluarga contoh. Kegiatan menabung tidak menjadi prioritas utama ketika mendapatkan uang dari pendapatan melati gambir karena pendapatan yang rendah sudah dimanfaatkan terlebih dahulu untuk pemenuhan kebutuhan lain terutama kebutuhan pokok sehingga tidak terdapat uang lebih yang dapat ditabung. Masyarakat memiliki pemahaman yang salah bahwa uang untuk menabung adalah sisa uang yang telah digunakan. Padahal, sebaiknya menabung dilakukan dengan menyisihkan uang diawal. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suryadarma et al (2005) di Cianjur dan Demak bahwa tedapat perbedaan kegiatan yang dilakukan oleh orang kaya dan orang miskin yaitu kebanyakan keluarga kaya memiliki dana tabungan, sementara hampir tidak satu pun keluarga miskin memiliki tabungan. Kesejahteraan Keluarga Indikator Garis Kemiskinan (GK) Badan Pusat Statistik (BPS) Indikator pertama yang digunakan untuk menganalisis kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir adalah indikator Garis Kemiskinan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pada indikator ini, keluarga dengan pendapatan per kapita kurang dari sama dengan Garis Kemiskinan termasuk dalam kategori keluarga miskin, dan sebaliknya. Terdapat hampir tiga per empat keluarga contoh memiliki pendapatan per kapita kurang dari sama dengan Garis Kemiskinan (71,21%) sedangkan sisanya yaitu 28,79 persen keluarga memiliki pendapatan per kapita di atas Garis Kemiskinan. Tabel 14 Sebaran keluarga berdasarkan indikator kesejahteraan Garis Kemiskinan BPS Pendapatan/kapita (Rp/bulan) Jumlah n % Miskin ( Rp ) 47 71,21 Tidak miskin (>Rp ) 19 28,79 Total ,00 Keterangan: Rp ,00 adalah Garis Kemiskinan Propinsi Jawa Tengah di Daerah Perdesaan tahun 2010 (BPS 2010)

48 38 Indikator 14 Kriteria Rumah Tangga Miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) Indikator kedua yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga adalah indikator 14 kriteria rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (selanjutnya disebut BLT) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Keluarga yang menjadi sasaran Bantuan Langsung Tunai adalah keluarga yang memenuhi sembilan kriteria dari 14 kriteria yang ada. Tabel 15 memperlihatkan sebaran keluarga berdasarkan 14 indikator BLT. Tabel 15 Sebaran keluarga berdasarkan 14 kriteria rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) No Kriteria Keluarga n % 1 Luas lantai bangunan tempat tinggal <8m 2 per orang 5 7,57 2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari 15 22,72 tanah/bambu kayu murahan 3 Jenis dinding rumah terbuat dari bambu/rumbia/kayu 37 56,06 berkualitas rendah/tembok tanpa diplester 4 Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama 46 69,69 dengan rumah tangga lain 5 Sumber penerangan tidak menggunakan listrik 0 0,00 6 Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak ,00 terlindung/sungai/hujan 7 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu 56 84,84 bakar/arang/minyak tanah 8 Hanya mengonsumsi susu atau daging/ayam satu kali dalam 54 81,81 seminggu 9 Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 46 69,69 10 Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari 0 0,00 11 Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di 0 0,00 puskesmas/poliklinik 12 Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani 57 83,36 dengan luas 0,5ha, buruh tani/nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan/pekerjaan lain dengan pendapatan <Rp ,00 13 Pendidikan tertinggi kepala keluarga tidak sekolah/tidak 52 78,78 tamat SD/tamat SD 14 Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp ,00 seperti sepeda motor, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya 17 25,75 Rumah adalah kebutuhan dasar manusia disamping pakaian dan makanan. Kondisi dan kualitas rumah menunjukkan keadaan sosial ekonomi pemiliknya, semakin baik kondisi rumah menunjukkan semakin baik pula keadaan sosial ekonomi rumah tangga (BPS 2007). Tabel 15 menunjukkan bahwa masih terdapat sebesar 7,57 persen keluarga contoh yang memiliki rumah dengan luas <8m 2 per orang, dan sebesar 22,71 persen keluarga contoh yang

49 39 memiliki rumah dengan lantai dari tanah/bambu kayu murahan. Dilihat dari jenis dinding, lebih dari setengah keluarga contoh (56,06%) memiliki rumah dengan dinding kayu dan tembok tanpa diplester. Salah satu fasilitas rumah yang penting adalah ketersediaan jamban atau fasilitas buang air besar. Keluarga yang berbagi fasilitas buang air akan lebih beresiko untuk terkena suatu penyakit tertentu seperti disentri, diare, dan thypus (BPS et al 2008). Terdapat sebesar 69,69 persen keluarga contoh yang tidak memiliki fasilitas buang air besar. Pada keluarga ini, sungai dijadikan sebagai fasilitas untuk buang air besar. Sungai yang melewati Desa Gelang, selain dipergunakan sebagai fasilitas buang air besar juga dipergunakan untuk mandi dan mencuci oleh beberapa keluarga contoh. Seluruh keluarga contoh memenuhi kebutuhan air bersih dengan menggunakan mata air dan air sumur. Fasilitas lain yang penting adalah ketersediaan listrik, di Desa Gelang seluruh contoh sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan dan membantu berbagai aktivitas sehari-hari. Akan tetapi, untuk kegiatan memasak, sebagian besar keluarga contoh (84,84%) masih menggunakan kayu bakar atau minyak tanah. Pemerintah sudah menggalakkan program konversi minyak tanah ke gas, akan tetapi masyarakat belum merasakan manfaat dari program tersebut. Harga tabung gas yang dirasa mahal membuat masyarakat tetap menggunakan kayu bakar yang dapat diperoleh secara gratis. Terdapat sebanyak 81,81 persen responden yang tidak mampu mengonsumsi susu atau daging atau ayam dalam satu minggu satu kali. Hal ini terjadi karena sebagian besar contoh menganggap makanan bergizi seperti daging atau ayam dan susu sebagai makanan mewah dan diperoleh dengan harga mahal. Oleh karena itu, lebih baik mengonsumsi makanan jenis lain dengan harga yang lebih murah dan dapat dinikmati oleh seluruh anggota keluarga. Makanan seperti daging dan ayam biasanya dikonsumsi saat acara tertentu seperti pernikahan, khitanan, dan acara istimewa lainnya. Akan tetapi, seluruh keluarga contoh mampu makan lebih dari dua kali dalam satu hari. Kebutuhan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sandang masih tergolong rendah. Sebagian besar keluarga contoh (69,69 persen) hanya memenuhi kebutuhan sandang atau pakaian satu tahun sekali, yaitu pada saat lebaran. Biaya pengobatan di puskesmas dapat dijangkau oleh seluruh keluarga contoh, walaupun tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga contoh sebagian besar merupakan tindakan kuratif yaitu pengobatan ke puskesmas

50 40 ketika terdapat anggota keluarga yang sakit. Terdapat 83,36 persen keluarga contoh dengan kepala keluarga yang memiliki penghasilan kurang dari Rp ,00/bulan. Selain memiliki penghasilan yang rendah, 78,78 persen keluarga contoh juga memiliki kepala keluarga dengan pendidikan terkahir sampai Sekolah Dasar (SD) atau bahkan tidak tamat Sekolah Dasar. Aset merupakan sumber daya materi yang benilai uang yang dimiliki oleh keluarga dapat berupa aset uang dan barang. Tidak semua keluarga memiliki aset, terdapat 25,75 persen keluarga contoh yang tidak memiliki tabungan mudah dijual seperti kolam, sawah, kebun, dan sepeda motor. Keluarga yang memenuhi kurang dari 9 kriteria termasuk sebagai keluarga tidak miskin, 9-10 kriteria termasuk sebagai keluarga hampir miskin dan lebih dari sama dengan 11 termasuk sebagai keluarga miskin. Keluarga yang berhak mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah keluarga yang termasuk dalam kelompok miskin dan hampir miskin. Dalam penelitian ini hanya ditemukan 18,18 persen keluarga buruh pemetik melati yang tergolong dalam keluarga hampir miskin dan berhak mendapatkan bantuan dana BLT seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 16. Selain itu, tidak terdapat keluarga yang tergolong sebagai keluarga miskin. Tabel 16 Sebaran keluarga berdasarkan kategori miskin menurut indikator BPS untuk penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) Kategori Jumlah n % Miskin (skor 11) 0 0 Hampir miskin (skor 9-10) 12 18,18 Tidak miskin (skor <9) 54 81,82 Total ,00 Berdasarkan cut off point yang ada pada Tabel 16, sebagian besar keluarga buruh pemetik melati termasuk dalam keluarga tidak miskin. Hasil ini berbeda dengan jumlah keluarga miskin ketika diukur menggunakan indikator Garis Kemsikinan BPS bahwa jumlah keluarga miskin sebanyak 71,21 persen. Pada kasus ini, penggolongan keluarga sebagai keluarga miskin diubah menjadi keluarga yang memenuhi lima indikator yang dimiliki oleh lebih dari tiga per empat keluarga contoh di setiap item pernyataan indikator BLT yang dijadikan sebagai ciri keluarga miskin pada keluarga buruh pemetik melati gambir di wilayah penelitian. Lima indikator yang dimaksud adalah sumber air minum, sumber bahan bakar untuk memasak, kemampuan mengonsumsi susu/daging dan ayam, sumber penghasilan Kepala Keluarga, dan pendidikan Kepala

51 41 Keluarga. Keluarga contoh yang memenuhi lima indikator tersebut tergolong sebagai keluarga miskin. Berdasarkan indikator baru ini, sebanyak 54,54 persen keluarga contoh termasuk dalam kategori keluarga miskin, sisanya sebesar 45,46 persen termasuk dalam keluarga tidak miskin seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 17. Tabel 17 Sebaran keluarga berdasarkan kategori miskin menurut indikator BPS untuk penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan cut off point 5 Kategori Jumlah n % Miskin 36 54,54 Tidak miskin 30 45,46 Total ,00 Strategi Koping Menurut Voydanoff (1987), strategi koping adalah proses yang dilakukan oleh individu dan keluarga dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Pada penelitian ini strategi koping diukur pada saat keluarga buruh pemetik melati gambir mengalami penurunan pendapatan, yaitu saat harga bunga melati gambir rendah. Mengurangi Pengeluaran (Cutting Back) Cutting back adalah strategi yang digunakan untuk merespon rendahnya keterbatasan sumber daya uang melalui pola pengeluaran yang berbeda sehingga dapat mengurangi pengeluaran. Dalam penelitian ini, strategi mengurangi pengeluaran (cutting back) dikelompokkan menjadi mengurangi kebutuhan pangan, kebutuhan kesehatan, kebutuhan pendidikan, dan kebutuhan lain-lain. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang menjadi prioritas utama bagi manusia. Firdaus dan Sunarti (2009) mengatakan bahwa pengeluaran pangan tidak bisa dikurangi hingga batas tertentu, bahkan jika diperlukan keluarga berhutang terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan pangan. Tabel 18 menunjukkan strategi mengurangi kebutuhan pangan. Strategi yang paling banyak dilakukan oleh keluarga contoh adalah mengurangi pembelian kebutuhan pangan baik jenis maupun jumlahnya, seperti lebih memilih makan menggunakan lauk tempe dari pada daging atau telur. Walaupun pandapatan keluarga rendah, pemenuhan kebutuhan pangan keluarga jarang mendapat pengurangan, karena pemenuhan kebutuhan pangan bagi keluarga adalah hal utama.

52 42 Strategi kedua yang banyak dilakukan oleh keluarga adalah mengubah distribusi pangan yang awalnya untuk ibu dialihkan untuk anak. Strategi lain yang banyak dilakukan adalah mengurangi pembelian susu dan jajan anak (43,93%); mengurangi penggunaan bahan minuman seperti kopi, teh dan gula (40,90%); dengan sengaja memanfaatkan makanan yang tidak habis untuk keesokkan harinya (28,78%) dan mengurangi porsi makan (misalnya satu piring menjadi setengah piring) (18,18%). Strategi mengurangi pengeluaran pangan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mengurangi frekuensi makan yang hanya dilakukan oleh 6,06 persen keluarga. Sementara itu, strategi pengeluaran yang tidak dilakukan oleh keluarga adalah strategi mengganti bahan pangan pokok (misalnya beras diganti menjadi jagung atau singkong). Tabel 18 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi kebutuhan pangan No Strategi koping Keluarga n % 1 Mengurangi pembelian kebutuhan pangan (jenis 45 68,18 dan jumlah) 2 Mengurangi prosi makan (misalnya 1 piring 12 18,18 menjadi setengah piring) 3 Mengganti bahan pangan pokok (misalnya beras 0 0,00 diganti menjadi jagung atau singkong) 4 Mengurangi frekuensi makan (2 kali menjadi 1 kali) 4 6,06 5 Mengurangi pembelian susu dan jajan anak 29 43,93 6 Mengubah distribusi pangan (prioritas ibu menjadi 40 60,60 untuk anak) 7 Dengan sengaja memanfaatkan makanan yang 19 28,78 tidak habis untuk keesokan harinya 8 Mengurangi penggunaan bahan minuman (kopi, teh, gula) 27 40,90 Selain pangan, strategi pengeluaran juga dilakukan dalam mengurangi pengeluaran kesehatan. Tabel 19 menunjukkan bahwa strategi mengurangi pengeluaran dibidang kesehatan yang paling banyak dilakukan adalah keluarga contoh mencari tempat pengobatan gratis (menggunakan asuransi jaminan kesehatan). Strategi selanjutnya adalah menggunakan obat generik ketika berobat, menggunakan pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit, dan lebih memilih mengonsumsi jamu dari pada obat modern. Kesehatan anggota keluarga merupakan hal penting yang harus tetap dijaga. Ketika terdapat anggota keluarga yang sakit, hanya terdapat 6,06 persen keluarga yang menunda pengobatan seperti menggunakan obat warung terlebih dahulu. Jika anggota keluarga yang sakit tidak kunjung sembuh, keluarga akan

53 43 membawa ke Puskesmas atau mantri. Terdapat 4,54 persen keluarga yang mengurangi anggaran pemeriksanaan kesehatan. Selain menggunakan obat moderen, keluarga juga menggunakan obat tradisional atau alternatif untuk menyembuhkan sakit anggota keluarga, seperti menggunakan dedaunan dan tanaman obat. Pembelian suplemen atau vitamin untuk anak tidak menjadi prioritas utama keluarga. Banyak keluarga yang mengaku tidak terlalu memprioritaskan kebutuhan vitamin untuk anak, karena orang tua merasa anak sudah atau tetap sehat tanpa mengonsumsi vitamin. Dari keluarga yang terbiasa membeli vitamin untuk anak hanya terdapat 4,54 persen keluarga yang mengurangi pembelian vitamin. Tabel 19 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi pengeluaran kesehatan No Strategi koping Keluarga n % 1 Menggunakan obat generik 11 16,67 2 Menggunakan jamu dari pada obat modern 6 9,09 3 Mencari tempat pengobatan gratis (menggunakan 35 53,03 asuransi jaminan kemiskinan) 4 Mengurangi pembelian suplemen/vitamin 3 4,54 5 Menunda pengobatan anggota keluarga yang sakit 4 6,06 6 Mengurangi anggaran pemeriksaan kesehatan 3 4,54 7 Mencari pengobatan alternatif/tradisional 10 15,15 Selain pangan dan kesehatan, strategi koping mengurangi pengeluaran juga dilakukan dalam bidang pendidikan seperti yang ditunjukkan Tabel 20 Kebutuhan pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dicukupi oleh orang tua untuk membantu anak belajar. Akan tetapi, penghasilan yang kurang mencukupi sering membuat orang tua melakukan penghematan. Kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh keluarga dalam menghemat pengeluaran pendidikan adalah dengan cara mengurangi pembelian buku pelajaran. Hal ini dapat diatasi dengan cara hanya membeli buku-buku penting yang diharuskan oleh pihak sekolah. Keluarga sangat jarang membeli buku tambahan yang dapat dimanfaatkan anak sebagai tambahan materi belajar. Kegiatan lain yang dilakukan adalah dengan mengurangi uang saku anak. Dalam penelitian ini tidak ditemukan keluarga yang memiliki anak berhenti sekolah karena kekurangan biaya, anak terpaksa bolos karena tidak memiliki uang saku, dan membeli buku bekas.

54 44 Tabel 20 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi pengeluaran pendidikan No Strategi koping Keluarga n % 1 Mengurangi uang saku anak sehari-hari 22 33,33 2 Anak berhenti sekolah 0 0,00 3 Anak terpaksa bolos 0 0,00 4 Membeli buku bekas 0 0,00 5 Mengurangi pembelian buku pelajaran 27 40,90 Strategi mengurangi pengeluaran juga dilakukan oleh keluarga dalam pemenuhan kebutuhan lain, seperti peralatan rumah tangga, barang elektronik, pakaian, dan lain-lain seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 21. Strategi mengurangi kebutuhan lain lebih banyak dilakukan oleh keluarga. Hal ini karena strategi mengurangi kebutuhan lain dianggap bukan suatu kebutuhan wajib yang harus dipenuhi layaknya kebutuhan pangan, pendidikan, dan kesehatan. Dalam kebutuhan lain-lain, strategi yang paling sering dilakukan adalah menunda pembelian barang elektronik (96,96%). Selanjutnya, keluarga menunda pembelian perabot rumah tangga seperti meja, kursi, lemari dan lain-lain (89,39%). Tabel 21 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping mengurangi pengeluaran lain-lain No Strategi koping Keluarga n % 1 Menunda pembelian perabot rumah tangga seperti 59 89,39 meja, kursi, lemari, dll 2 Menunda pembelian barang elektronik 64 96,96 3 Mengurangi penggunaan listrik 37 56,06 4 Mengurangi pembelian pakaian 50 75,75 5 Mengurangi sumbangan sosial 15 22,72 6 Mengurangi pembelian rokok 33 50,00 Gambar 2 menunjukkan pengelompokkan strategi koping mengurangi pengeluaran secara keseluruhan yang terdiri atas kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan lain. Lebih dari separuh keluarga contoh melakukan strategi mengurangi pengeluaran dalam kategori sedikit (60,61%) yaitu hanya melakukan sedikit kegiatan mengurangi pengeluaran ketika terjadi masalah ekonomi yaitu masalah penurunan pendapatan. Sisanya yaitu sebesar 39,39 persen keluarga contoh tergolong dalam kategori sedang dan tidak terdapat keluarga yang melakukan strategi koping dalam kategori banyak.

55 45 Sedikit ( 9 kegiatan) 39,39% 60,61% Sedang (10-17 kegiatan) Banyak ( 18 kegiatan) Gambar 2 Sebaran keluarga berdasarkan kategori strategi koping mengurangi pengeluaran secara keseluruhan Menambah Pendapatan (Generating Income) Generating income adalah strategi untuk meningkatkan ketersediaan sumber daya uang di dalam keluarga yang dapat dilakukan dengan cara: anggota keluarga memiliki pekerjaan sampingan, menambah jam kerja atau menambah jumlah anggota keluarga yang bekerja. Sama halnya dengan strategi mengurangi pengeluaran, strategi menambah pendapatan juga dilihat dari kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lainnya. Strategi menambah pendapatan dalam kebutuhan pangan yang paling banyak dilakukan oleh keluarga pemetik melati gambir di Desa Gelang adalah dengan sengaja menerima makanan dari saudara atau tetangga (Tabel 22). Kegiatan kedua yang paling banyak dilakukan adalah menggunakan hasil panen dari kebun/hasil ternak/kolam untuk dijual dan atau dikonsumsi sendiri. Kegiatan selanjutnya yaitu memelihara hewan ternak seperti ayam, itik, dan kambing; dan memanfaatkan lahah kosong untuk ditanami sayuran seperti bayam, daun singkong, kacang panjang dan jenis sayuran lain yang dengan cara penanaman yang mudah. Tabel 22 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah pendapatan pangan No Strategi koping Keluarga n % 1 Memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami sayuran,dll 28 42,42 2 Memeliharan hewan ternak (ayam atau bebek untuk diambil 31 46,96 telurnya) 3 Dengan sengaja menerima makanan dari tetangga/saudara 64 96,96 4 Menggunakan hasil panen dari kebun/hasil ternak/kolam untuk dijual dan dikonsumsi sendiri 40 60,60 Keluarga contoh tidak terlalu banyak melakukan kegiatan menambah pendapatan dalam bidang kesehatan. Hanya terdapat 24,24 persen keluarga

56 46 contoh yang memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami obat seperti tanaman ciplukan, daun sirih, dan kunyit. Hal ini dikarenakan keluarga contoh banyak yang tidak mengenal tanaman obat dan lebih memilih menggunakan obat warung atau berobat ke puskesmas dan mantri ketika terdapat anggota keluarga yang sakit. Kegiatan menambah pendapatan di bidang pendidikan yang paling banyak dilakukan adalah meminta seragam bekas ke saudara atau tetangga (Tabel 23). Orang tua tetap mengusahakan untuk membeli buku sekolah anak dan tidak terdapat keluarga contoh yang meminta buku bekas ke saudara/tetangga. Hal ini disebabkan bergantinya buku-buku pelajaran yang digunakan anak untuk belajar di sekolah sehingga ketika anak meminta buku ke orang lain dikhawatirkan materi yang terdapat dalam buku berbeda. Selain itu, kebanyakan buku-buku yang dibeli adalah buku yang memang wajib untuk dimiliki oleh masing-masing anak di sekolah seperti Lembar Kerja Siswa (LKS). Untuk buku paket, dapat diakses oleh anak melalui perpustakaan. Meminta sepatu bekas ke saudara atau tetangga masih dilakukan oleh sebagian kecil keluarga (6,06%). Tabel 23 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah pendapatan pendidikan No Strategi koping Keluarga n % 1 Mengusahakan beasiswa untuk anak 12 18,18 2 Meminta buku bekas ke saudara/tetangga 0 0,00 3 Meminta seragam bekas ke saudara/tetangga 22 33,33 4 Meminta sepatu bekas ke saudara/tetangga 4 6,06 Dalam bidang strategi menambah pendapatan lain-lain, sebagain keluarga contoh memiliki anak bekerja untuk membantu orang tua seperti berdagang, bertani, bekerja di pabrik dan bermigrasi ke kota (Tabel 24). Kegiatan selanjutnya adalah mencari pekerjaan tambahan baik suami maupun istri. Lebih dari satu per empat istri mencari pekerjaan tambahan, seperti membuka warung di rumah, bekerja di pabrik, membuat jajanan, dan berjualan keliling. Sementara itu, suami yang mencari pekerjaan tambahan lebih sedikit dari pada istri, karena pekerjaan suami sebagai petani sudah menyita waktu cukup banyak yaitu dari pagi sampai siang bahkan sampai sore.

57 47 Tabel 24 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping menambah pendapatan lain-lain No Strategi koping Keluarga n % 1 Suami mencari pekerjaan tambahan 18 27,27 2 Istri mencari pekerjaan tambahan 12 18,18 3 Suami menambah jam kerja dari pekerjaan utama 10 15,15 4 Istri menambah jam kerja dari pekerjaan utama 17 25,75 5 Anak bekerja membantu orang tua 32 48,48 6 Menjual aset rumah untuk keperluan sehari-hari 4 6,06 7 Menggadaikan barang 1 1,51 Strategi koping menambah pendapatan dikelompokkan menjadi sedikit, sedang, dan banyak (Gambar 3). Lebih dari separuh keluarga responden melakukan kegiatan menambah pendapatan pada kategori sedikit. Artinya keluarga contoh hanya melakukan sedikit kegiatan menambah pendapatan ketika terjadi masalah ekonomi. Sisanya, sebesar 36,37 persen keluarga contoh memiliki startegi koping dalam kategori sedang dan tidak terdapat keluarga contoh yang melakukan strategi koping dalam kategori banyak. sedikit ( 5 kegiatan) sedang (6-10 kegiatan) banyak ( 11 kegiatan) 36,37% 63,63% Gambar 3 Sebaran keluarga berdasarkan kategori strategi koping menambah pendapatan secara keseluruhan Jumlah strategi koping dihitung berdasarkan jumlah strategi mengurangi pengeluaran dan menambah pendapatan. Tabel 25 menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh (68,18%) melakukan strategi koping pada kategori sedikit baik cutting back maupun generating income. Sisanya yaitu sebesar 31,82 persen keluarga contoh melakukan strategi koping pada kategori sedang dan tidak terdapat keluarga contoh yang melakukan cutting back dan generating income pada kategori banyak.

58 48 Tabel 25 Sebaran keluarga berdasarkan strategi koping secara keseluruhan Kategori Keluarga n % Sedikit ( 14 kegiatan) 42 68,18 Sedang (15-28 kegiatan) 24 31,82 Banyak ( 29 kegiatan) 0 0,00 Total ,00 Investasi Anak Perilaku Investasi Anak Setiap manusia memiliki sumber daya yang dapat dikembangkan. Agar manusia dapat menggunakan sumber daya yang dimiliki, diperlukan suatu upaya berupa investasi sumber daya manusia. Investasi pada anak terdiri dari dua komponen yaitu nilai uang dari jasa seperti makanan, pakaian, rumah, transportasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan; dan nilai waktu yaitu waktu yang dihabiskan orang tua, khususnya ibu untuk membesarkan anak baik melalui perawatan maupun pemeliharaan (Bryant & Zick, 2006). Perilaku investasi adalah seluruh perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh orang tua untuk menunjang peningkatan kualitas anak seperti pendidikan dan kesehatan. Perilaku Investasi Pendidikan. Pendidikan merupakan jalan menuju produktivitas tinggi bagi masyarakat, sehingga diharapkan melalui pendidikan yang tinggi dapat menghasilkan SDM yang berkualitas. Perilaku investasi pendidikan adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh orang tua untuk menunjang pendidikan anak. Berdasarkan Gambar 4, sebagian besar keluarga contoh memiliki investasi pendidikan dalam kategori sedang (81,81%) dan hanya sebagian kecil keluarga contoh yang memiliki perilaku investasi pendidikan dalam kategori tinggi (7,59%). Rendah ( 33,33%) Sedang (33,34%-66,66%) Tinggi ( 66,67%) 7,59% 10,60% 81,81% Gambar 4 Sebaran keluarga berdasarkan perilaku investasi pendidikan

59 49 Perilaku Investasi Kesehatan. Perilaku investasi kesehatan merupakan segala tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh orang tua untuk menunjang kesehatan anak. Gambar 5 menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh memiliki perilaku investasi kesehatan dalam kategori sedang. Sebesar 46,96 persen keluarga contoh memiliki perilaku investasi yang tergolong rendah dan hanya terdapat satu keluarga contoh yang memiliki perilaku kesehatan dalam kategori tinggi. rendah ( 33,33%) sedang (33,34%-66,66%) tinggi ( 66,67%) 1,53% 51,51% 46,96% Gambar 5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan perilaku investasi kesehatan Dilihat dari perilaku investasi pendidikan dan investasi kesehatan secara keseluruhan, terdapat tiga per empat keluarga contoh yang memiliki perilaku investasi dalam kategori sedang, sisanya yaitu sebesar 24,24 persen termasuk dalam kategori rendah dan tidak terdapat keluarga yang memiliki perilaku investasi anak dalam kategori tinggi seperti yang ditunjukkan Tabel 26. Tabel 26 Sebaran keluarga berdasarkan perilaku investasi pendidikan dan kesehatan Kategori Keluarga n % Rendah ( 33,33%) 16 24,24 Sedang (33,34%-66,66%) 50 75,76 Tinggi ( 66,67) 0 0,00 Total ,00 Alokasi Uang. Alokasi uang untuk anak terdiri atas tiga kebutuhan yaitu pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan pendidikan terdiri atas seragam sekolah, uang saku harian, buku pelajaran/buku cerita, les, kursus, sepatu, tas, uang SPP dan alat tulis. Kebutuhan kesehatan terdiri atas

60 50 suplemen/vitamin, medical check up dan obat-obatan. Kebutuhan pakaian, jalanjalan dan hobi termasuk dalam kebutuhan lainnya. Tabel 27 Alokasi uang untuk anak per bulan berdasarkan tingkat pendidikan anak Tingkat Rataan Standar Kegiatan pendidikan Rupiah % Deviasi Pendidikan ,44 11, ,75 PAUD Kesehatan ,33 2, ,49 Lainnya ,25 6, ,59 Total ,11 18, ,28 Pendidikan ,25 10, ,93 SD Kesehatan 9.666,58 1, ,09 Lainnya 8.052,40 1, ,68 Total ,12 11, ,80 Pendidikan ,60 13, ,11 SMP Kesehatan 6.875,00 1, ,00 Lainnya ,82 1, ,36 Total ,16 15, ,84 Pendidikan ,40 41, ,80 SMA Kesehatan 5.083,25 0, ,05 Lainnya ,89 1, ,56 Total ,60 43, ,80 Tabel 27 menunjukkan alokasi uang untuk anak per bulan. Alokasi pengeluaran minimal keluarga untuk anak adalah Rp ,00/anak/bulan sedangkan nilai maksimal adalah Rp ,00/anak/bulan dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp ,80/anak/bulan. Pengeluaran keluarga untuk anak bervariasi sesuai dengan jenjang pendidikan dan jumlah anak. Keluarga dengan anak Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki alokasi pengeluaran terbesar yaitu Rp ,60/bulan atau 43,56% dari pendapatan keluarga. Alokasi pengeluaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu rendah, sedang dan tinggi. Lebih dari separuh anak memiliki alokasi pengeluaran dari orang tua dalam kategori rendah (55%) dengan persentase terbesar untuk kelompok Sekolah Dasar (SD) seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 28. Hal ini karena anak dengan jenjang pendidikan Sekolah Dasar mendapat bantuan paling banyak dari pihak pemerintah dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya, sehingga orang tua merasa kewajiban untuk membiayai sekolah anak beralih menjadi tanggung jawab pihak lain yaitu pemerintah (adanya bantuan memicu ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah). Pada kelompok sedang, anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki alokasi terbesar (50,00%), sedangkan untuk kelompok tinggi anak SMA mendapatkan persentase terbesar. Hal ini karena keluarga dengan anak SMA

61 51 memiliki beban yang semakin banyak untuk menunjang segala keperluan sekolah dan sedikitnya dana/bantuan yang diberikan pemerintah bila dibandingkan dengan jenjang pendidikan di bawahnya. Adanya biaya Sumbangan Pembangunan Pendidikan (SPP) menambah semakin banyaknya kebutuhan anak SMA. Selain itu, banyaknya pelajaran yang diterima oleh siswa SMA membuat biaya pendidikan semakin meningkat. Alokasi pengeluaran Tabel 28 Alokasi pengeluaran berdasarkan tingkat pendidikan anak Tingkat pendidikan Total TK SD SMP SMA n % n % n % n % n % Rendah 5 55, , , , Sedang 2 22, , , , Tinggi 2 22,2 3 5, , , Total Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga dianalisis menggunakan analisis regresi logistik untuk indikator Garis Kemiskinan (GK) dan indikator 14 kriteria rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang digunakan adalah indikator dengan lima skor. Keluarga yang memenuhi lima indikator keluarga miskin berdasarkan indikator baru ini tergolong sebagai keluarga miskin dan keluarga yang memenuhi kurang dari lima indikator tergolong sebagai keluarga tidak miskin. Hasil analisis regresi logistik pada Tabel 29 menunjukkan bahwa nilai Negelkerke adalah sebesar 0,332 untuk indikator kesejahteraan Garis Kemiskinan (GK) dan 0,560 untuk indikator kesejahteraan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Artinya, model hanya dapat menjelaskan sebesar 33,2 persen dan 56,00 persen faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan berdasarkan indikator Garis Kemiskinan dan penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Uji regresi logistik untuk variabel kesejahteraan Garis Kemiskinan (GK) sebagai variabel dependen menujukkan bahwa variabel pekerjaan tambahan suami dan mata pencaharian suami berpengaruh signifikan. Keluarga dengan suami memiliki pekerjaan tambahan dan memiliki mata pencaharian bukan di bidang pertanian berpeluang lebih sejahtera dibandingkan dengan keluarga dengan suami yang tidak memiliki pekerjaan tambahan dan bekerja di bidang

62 52 pertanian. Diantara tujuh variabel yang diduga berpengaruh terhadap kesejahteraan Garis Kemiskinan (GK), variabel pekerjaan tambahan suami memiliki pengaruh paling besar terhadap kesejahteraan Garis Kemiskinan (GK). Keluarga dengan suami memiliki pekerjaan tambahan, berpeluang 3,171 kali lipat untuk sejahtera dibandingkan keluarga dengan suami yang tidak memiliki pekerjaan. Tabel 29 Nilai koefisien regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan Kesejahteraan GK Kesejahteraan BLT Variabel independen B Exp (B).Sig B Exp (B).Sig Konstanta -3,636-0,026 0,243-8,484-0,000 0,025 Umur suami (tahun) 0,029 1,029 0,530 0,016 1,016 0,733 Jumlah anggota keluarga 0,110 1,117 0,693-0,410-0,664 0,283 (orang) Pendidikan istri (tahun) 0,062 1,064 0,754 0,197 1,218 0,378 Pendidikan suami (tahun) -0,088-0,916 0,628 0,933 2,541 0,003*** Pekerjaan tambahan suami 3,171 23,837 0,029** -0,735-0,479 0,690 (0=tidak memiliki; 1=memiliki) Mata pencaharian suami (0=pertanian; 1=bukan 2,190 8,933 0,004*** 1,465 4,325 0,061* pertanian) Tipe keluarga (0=keluarga inti; 1=keluarga luas) -1,692-0,184 0,189-0,531-0,588 0,616 Pendapatan keluarga (rupiah) 0,000 1,000 0,004** Chi-square 17,396 35,854 Nagelkerke R 2 0,332** 0,560 ** Keterangan : * =signifikan pada selang kepercayaan 90% **=signifikan pada selang kepercayaan 95% ***=signifikan pada selang kepercayaan 99% Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah pendidikan suami, mata pencaharian suami, dan pendapatan keluarga. Keluarga dengan pendidikan suami tinggi, memiliki mata pencaharian bukan di bidang pertanian, dan memiliki pendapatan keluarga yang tinggi berpeluang lebih besar untuk sejahtera. Diantara delapan variabel yang diduga berpengaruh terhadap kesejahteraan indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT), mata pencaharian suami memiliki pengaruh paling besar. Keluarga dengan suami yang bekerja bukan di bidang pertanian memiliki peluang sejahtera sebanyak 1,465 kali lipat. Berdasarkan dua indikator yang telah digunakan untuk mengukur faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga, variabel mata pencaharian suami berpengaruh secara konsisten terhadap indikator Garis

63 53 Kemiskinan (GK) dan indikator penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Keluarga dengan suami yang bekerja bukan di bidang pertanian memiliki peluang yang lebih besar untuk sejahtera dibandingkan dengan keluarga dengan suami yang bekerja di bidang pertanian. Umur suami memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap indikator kesejahteraan Garis Kemiskinan (GK) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Semakin tua umur suami, peluang untuk sejahtera semakin besar. Bertambahnya umur suami, diikuti dengan pertambahan aset yang dimiliki oleh keluarga, sehingga akumulasi aset dapat terjadi seiring dengan pertambahan umur suami. Jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh signifikan dengan kesejahteraan keluarga baik indikator Garis Kemiskinan (GK) maupun indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT). Akan tetapi, terdapat hubungan positif antara jumlah anggota keluarga dengan indikator Garis Kemiskinan yang diukur menggunakan pendapatan perkapita keluarga. Hal ini diduga karena banyaknya anak yang bekerja dalam keluarga. Berdasarkan pengamatan, sebagian besar anak yang dimiliki oleh keluarga contoh memilih untuk bekerja pada usia dini yaitu sekitar 15 tahun ke atas atau setelah selesai menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Adanya anak bekerja memiliki kontribusi cukup penting terhadap pendapatan keluarga. Sementara itu, jumlah anggota keluarga memiliki hubungan negatif dengan kesejahteraan indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT). Semakin banyak jumlah anggota keluarga, peluang keluarga untuk sejahtera semakin kecil karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga. Keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang besar seringkali mempunyai masalah dalam pemenuhan kebutuhan pokok keluarga (Iskandar 2007). Pendidikan istri tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan keluarga. Akan tetapi, terdapat hubungan positif antara lama pendidikan istri dengan kesejahteraan keluarga baik indikator Garis Kemiskinan (GK) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Semakin tinggi pendidikan istri maka peluang keluarga untuk sejahtera lebih besar. Pendidikan suami berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap indikator kesejahteraan Garis Kemiskinan (GK). Hasil ini diduga karena pendapatan suami tidak ditentukan oleh perbedaan lama tahun pendidikan yang didominasi oleh suami dengan tingkat pendidikan akhir di Sekolah Dasar. Perbedaan pendapatan

64 54 ditentukan oleh kemampuam bekerja. Sementara itu, pendidikan suami berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT). Pendidikan terakhir suami hingga Sekolah Dasar (SD) baik tamat maupun tidak merupakan salah satu ciri keluarga miskin berdasarkan indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT), sehingga keluarga dengan pendidikan suami yang lebih tinggi dari Sekolah Dasar berpeluang lebih besar untuk sejahtera. Variabel pekerjaan tambahan suami berpengaruh positif signifikan tehadap kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator Garis Kemiskinan (GK). Suami yang memiliki pekerjaan tambahan berpeluang lebih besar untuk sejahtera dibandingkan dengan keluarga dengan suami tanpa pekerjaan tambahan. Lain halnya dengan indikator Garis Kemiskinan, variabel pekerjaan suami memiliki hubungan negatif tidak signifikan terhadap indikator kesejahteraan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Perbedaan hasil ini diduga karena indikator Garis Kemiskinan diukur menggunakan pendekatan pendapatan sehingga keluarga dengan suami memiliki pekerjaan tambahan akan memiliki pendapatan per kapita keluarga yang lebih besar dibandingkan keluarga dengan suami yang tidak memiliki pekerjaan tambahan. Sementara itu, variabel pekerjaan tambahan memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kesejahteraan berdasarkan indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT). Hal ini diduga karena pendapatan dari pekerjaan tambahan masih dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan pokok, sedangkan kebutuhan akan sumber air minum yang tidak menggunakan air sumur, kemampuan menggunakan bahan bakar memasak yang tidak menggunakan kayu dan kemampuan mengonsumsi pangan dengan harga mahal (susu, daging dan ayam) yang merupakan ciri keluarga miskin berdasarkan indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT) belum dapat tercukupi oleh keluarga. Variabel tipe keluarga yang dibedakan menjadi keluarga inti dan keluarga luas memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kesejahteraan keluarga baik terhadap indikator Garis Kemiskinan (GK) maupun indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT). Keluarga inti memiliki peluang lebih besar untuk sejahtera dibandingkan dengan keluarga luas. Keluarga dengan status keluarga inti lebih fokus dalam memenuhi segala kebutuhan anggotanya dibandingkan dengan keluarga luas yang terdiri atas anggota keluarga lain. Kehadiran orang lain selain anggota keluarga inti akan membuat kebutuhan semakin beragam dan

65 55 meningkatkan pengeluaran rumah tangga, seperti adanya nenek atau kakek yang tinggal bersama dengan keluarga inti akan menambah kebutuhan anggota keluarga. Pendapatan keluarga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT). Keluarga dengan pendapatan tinggi memiliki peluang lebih besar untuk sejahtera dibandingkan dengan keluarga dengan pendapatan rendah. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap jumlah strategi koping yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 30 menunjukkan nilai Adjusted R square sebesar 0,097. Artinya hanya sebesar 9,7 persen dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap strategi koping yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir dapat dijelaskan oleh model. Jumlah anggota keluarga, tipe keluarga, pekerjaan tambahan suami dan kesejahteraan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap strategi koping keluarga. Tabel 30 Nilai koefisien regresi linier faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah strategi koping Variabel Koefisien β Tidak terstandarisasi Terstandarisasi.Sig Konstanta 10,688-0,000 Jumlah anggota keluarga (orang) 0,645 0,255 0,096* Pendidikan istri (tahun) -0,034-0,017 0,894 Pendidikan suami (tahun) 0,186 0,101 0,498 Tipe keluarga (0=keluarga inti, 1=keluarga luas) -2,720-0,299 0,035** Pekerjaan tambahan suami (0=tidak memiliki, 1=memiliki) 3,068 0,216 0,095* Pendapatan keluarga (rupiah) -2,447E-7-0,035 0,814 Kesejahteraan BLT (0=tidak sejahtera, 1=sejahtera) -2,169-0,319 0,034** F 1,995 R 0,440 Adjusted R square 0,097* Keterangan : * =signifikan pada selang kepercayaan 90% ** =signifikan pada selang kepercayaan 95% ***=signifikan pada selang kepercayaan 99% Diantara tujuh variabel yang diduga berpengaruh terhadap strategi koping keluarga, variabel kesejahteraan keluarga memiliki pengaruh terbesar

66 56 dibandingkan dengan variabel lainnya. Keluarga yang sejahtera akan menurunkan strategi koping yang dilakukan oleh keluarga sebanyak 2,169 poin. Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif tidak signifikan terhadap jumlah strategi koping. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, strategi koping yang dilakukan oleh keluarga akan semakin meningkat. Pendidikan istri dan suami tidak berpengaruh signifikan terhadap strategi koping keluarga. Hal ini diduga karena pendidikan istri dan suami yang cenderung homogen. Akan tetapi, pendidikan istri dan suami memiliki hubungan yang positif dengan strategi koping. Semakin tinggi pendidikan suami dan istri, strategi koping yang dilakukan oleh keluarga akan semakin banyak. Semakin tinggi pendidikan menunjukkan wawasan serta jejaring yang dimiliki akan semakin meningkat sehingga strategi koping yang dilakukan keluarga akan semakin banyak terutama dalam menambah pendapatan yang lebih sulit diwujudkan dibanding mengurangi pegeluaran atau berhemat. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) diacu dalam Rachmawati (2010), salah satu faktor yang mempengaruhi banyaknya strategi koping adalah pengalaman dalam menghadapi masalah. Tipe keluarga berpengaruh negatif signfikan terhadap strategi koping keluarga. Keluarga luas memiliki strategi koping yang lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga inti. Variabel pekerjaan tambahan suami berpengaruh positif signifikan terhadap strategi koping. Adanya pekerjaan tambahan yang dimiliki suami menunjukkan sebagai salah satu bentuk strategi koping menambah pendapatan yang dimiliki oleh keluarga. Pendapatan suami dari pekerjaan utama dirasa belum mencukupi kebutuhan keluarga sehingga suami melakukan suatu upaya menambah pendapatan dengan cara memiliki pekerjaan tambahan. Pendapatan keluarga memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap jumlah strategi koping yang dilakukan keluarga. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka strategi koping yang dilakukan akan semakin sedikit. Deacon dan Firebough (1988) menyatakan bahwa keluarga memiliki strategi koping apabila terjadi penurunan pendapatan sehingga akan mempengaruhi alokasi pengeluaran keluarga. Status kesejahteraan keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap strategi koping. Keluarga yang lebih sejahtera akan melakukan strategi koping yang lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga yang tidak sejahtera.

67 57 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Investasi Anak Perilaku investasi anak adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh orang tua untuk menunjang pendidikan dan kesehatan anak. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda dengan perilaku investasi anak sebagai variabel dependent diperoleh nilai Adjusted R square sebesar 0,111. Artinya sebesar 11,1 persen variabel yang mempengaruhi perilaku investasi anak dapat dijelaskan oleh model. Diantara lima variabel yang diduga berpengaruh terhadap perilaku investasi anak, variabel pendidikan istri memiliki pengaruh terbesar di antara variabel lain. Setiap kenaikan 1 tahun pendidikan istri maka akan terjadi kenaikan perilaku investasi anak sebesar 1,915 poin. Tabel 31 Nilai koefisien regresi linier faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi anak Variabel Koefisien β Tidak terstandarisasi Terstandarisasi.Sig Konstanta 28,806-0,001 Jumlah anggota keluarga (orang) -0,279-0,035 0,813 Pendidikan istri (tahun) 1,915 0,299 0,020** Pendidikan suami (tahun) -0,191-0,033 0,804 Tipe keluarga (0=keluarga inti, -6,057-0,209 0,133 1=keluarga luas) Pendapatan keluarga (rupiah) 5,347E-6 0,238 0,059* F 2,616 R 0,423 Adjusted R square 0,111** Keterangan : * =signifikan pada selang kepercayaan 90% **=signifikan pada selang kepercayaan 95% ***=signifikan pada selang kepercayaan 99% Jumlah anggota keluarga berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap perilaku investasi anak. Hal ini diduga karena banyaknya anggota keluarga didominasi oleh anak yang sudah tidak sekolah. Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan menyebabkan kasih sayang yang diberikan orang tua semakin berkurang. Menurut Gunarsa (1990) diacu dalam Hartoyo dan Hastuti (2003), dalam keluarga kecil seorang anak tidak perlu memperjuangkan kasih sayang dari orang tuanya, tetapi anak-anak dalam keluarga besar harus berjuang untuk mendapat kasih sayang orang tua. Semakin banyak jumlah anggota keluarga diasumsikan dengan semakin bertambahnya jumlah anak. Menurut Laybourn (1994) diacu dalam Tyas (2008), anak yang memiliki saudara tidak bisa mendapatkan seluruh perhatian dan cinta orang tuanya karena orang tua tersebut harus membagi kasih sayang kepada semua anak yang dimilikinya tanpa pilih kasih.

68 58 Pendidikan istri berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku investasi anak. Semakin tinggi pendidikan istri maka perilaku investasi yang diberikan untuk anak akan semakin baik. Lain halnya dengan pendidikan istri, pendidikan suami memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap perilaku investasi anak. Perbedaan hasil ini dikarenakan, perilaku investasi terkait dengan pengasuhan yang lebih banyak dilakukan oleh istri atau ibu. Dilihat dari tipe keluarga, tipe keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku investasi anak. Keluarga luas memiliki perilaku investasi yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tinggal hanya dengan keluarga inti. Pendapatan keluarga berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku investasi anak. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka perilaku investasi yang diberikan orang tua akan semakin tinggi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alokasi Uang untuk Anak Uji regresi linier berganda digunakan untuk menentukan faktor yang berpengaruh terhadap alokasi pengeluaran uang untuk anak. Alokasi pengeluaran uang dihitung berdasarkan nilai rupiah dan persentase dari pendapatan rata-rata keluarga seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 32 di bawah ini. Berdasarkan uji regresi linier berganda diperoleh nilai Adjusted R square sebesar 0,469 untuk pengeluaran dalam rupiah dan pengeluaran dalam persen. Artinya, sebesar 46,9 persen faktor yang berpengaruh terhadap alokasi pengeluaran anak dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Hasil uji regresi keduanya menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah, pendidikan suami, tipe keluarga dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi uang untuk anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. Diantara tujuh variabel yang diduga berpengaruh terhadap alokasi uang untuk anak, variabel jumlah anak sekolah memiliki pengaruh terbesar dibandingkan variabel lainnya. Setiap penambahan satu orang anak sekolah, alokasi uang untuk anak akan bertambah sebanyak Rp ,665 atau 21,431 persen dari total pendapatan keluarga.

69 59 Tabel 32 Nilai koefisien regresi linier faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi uang untuk anak Variabel Pengeluaran (Rp) Pengeluaran (%) B Beta.Sig B Beta.Sig Konstanta ,961-0,763-3,643-0,763 Jumlah anggota keluarga (orang) ,834-0,476 0,001*** -6,419-0,476 0,001*** Jumlah anak sekolah (orang) ,665 0,778 0,000*** 21,431 0,778 0,000*** Pendidikan istri (tahun) ,462-0,124 0,228-1,331-0,124 0,228 Pendidikan suami (tahun) ,275 0,325 0,002*** 3,194 0,325 0,002*** Tipe keluarga (0=keluarga inti, 1=keluarga luas) ,123 0,245 0,055* 11,902 0,245 0,055* Pendapatan keluarga (rupiah) 0,078 0,320 0,003*** 1,208E-5 0,320 0,003*** Perilaku Investasi (skor) 682,388 0,063 0,554 0,105 0,063 0,554 F 9,187 9,187 R 0,725 0,725 Adjusted R square 0,469*** 0,469*** Keterangan : * =signifikan pada selang kepercayaan 90% **=signifikan pada selang kepercayaan 95% ***=signifikan pada selang kepercayaan 99% Jumlah anggota keluarga memiliki hubungan negatif signifikan terhadap alokasi uang untuk anak. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka akan semakin kecil alokasi uang yang diterima oleh masing-masing anggota keluarga. Banyaknya anak sekolah akan membuat pengeluaran orang tua untuk anak semakin tinggi, baik untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan maupun kebutuhan lain-lain. Diantara pendidikan orang tua, pendidikan suami lebih berpengaruh secara signifikan dibandingkan dengan pendidikan istri. Lain halnya dengan perilaku investasi anak yang lebih dipengaruhi oleh pendidikan istri, alokasi uang dipengaruhi oleh pendidikan suami. Tipe keluarga yang dibedakan menjadi keluarga inti dan keluarga luas. Tipe keluarga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap alokasi uang untuk anak. keluarga luas memiliki alokasi uang yang lebih banyak dibandingkan dengn keluarga inti. Pendapatan keluarga berpengaruh positif sangat signifikan terhadap alokasi uang untuk anak. Semakin tinggi pendapatan keluarga, maka alokasi uang yang diberikan untuk anak semakin besar. Sementara itu, hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa perilaku investasi berpengaruh secara signifikan terhadap alokasi uang untuk anak. Akan tetapi, terdapat hubungan yang positif diantara kedua variabel. Semakin baik perilaku investasi anak, alokasi uang yang diberikan orang tua untuk anak akan semakin tinggi.

70 60 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir yang dilakukan di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Keluarga buruh merupakan keluarga dengan pendapatan rendah. Pendapatan rendah menjadi penyumbang besar terhadap kemiskinan yang dialami oleh masyarakat, khususnya masyarakat perdesaan. Bekerja sebagai buruh tidak memerlukan pendidikan tinggi karena buruh lebih mengandalkan kekuatan fisik untuk bekerja. Termasuk dalam kelompok ini adalah buruh pemetik melati gambir. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja sebagai buruh pemetik melati dan memiliki anak sekolah (3-18 tahun). Rata-rata pendapatan keluarga buruh pemetik melati gambir adalah Rp ,91/bulan. Sumber pendapatan keluarga adalah suami, istri dan terdapat beberapa keluarga dengan anak bekerja. Meskipun pendapatan buruh pemetik melati gambir tergolong rendah, buruh pemetik melati gambir memiliki kontribusi penting terhadap pendapatan keluarga. Istri yang bekerja memiliki kontribusi sebesar 26,25 persen terhadap pendapatan keluarga yang terdiri atas 20,65 persen dari pendapatan utama sebagai buruh pemetik melati gambir dan 5,60 persen dari pendapatan tambahan. Hasil ini mendukung pernyataan Suryocondro (1987) dalam Suryawati (2002) bahwa setiap wanita bekerja di luar rumah dapat membawa dampak positif terhadap pendapatan keluarga. Pendapatan rata-rata buruh pemetik melati gambir adalah Rp ,15/bulan dengan kisaran antara Rp ,00 hingga Rp ,00/bulan. Perbedaan pendapatan ini tergantung pada perolehan bunga melati gambir setiap harinya. Tidak terdapat jadwal bekerja bagi buruh pemetik melati gambir. Biasanya, pemetik melati gambir memulai kegiatannya pada pukul WIB dan berakhir dengan waktu yang tidak menentu, tergantung pada habis atau belumnya bunga melati yang dapat dipetik pada hari itu. Akan tetapi, biasanya kegiatan memetik melati gambir dilakukan selama kurang lebih lima sampai enam jam. Pendapatan sebagai buruh pemetik melati gambir tergolong kecil, akan tetapi memiliki manfaat yang besar, antara lain istri dapat membantu suami untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Penggunaan ini merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh istri sebagai buruh pemetik melati.

71 61 Pemanfaatan selanjutnya adalah untuk biaya pendidikan anak (uang saku). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan biaya kesehatan anak tidak terlalu menjadi prioritas utama. Biaya kesehatan hanya dikeluarkan ketika anak sakit atau perawatan tertentu. Tindakan kuratif (ketika anak sakit) merupakan tindakan yang paling sering dilakukan oleh keluarga. Jarang sekali orang tua yang melakukan tindakan preventif (pencegahan) seperti pembelian vitamin dan pemberian susu. Hal ini karena orang tua merasa biaya pemeliharaan kesehatan untuk anak bukan suatu keharusan, sehingga tidak perlu diberikan ketika anak tidak sakit atau anak dalam keadaan sehat. Menurut beberapa orang tua, tanpa diberikan perlakukan preventif kepada anak, anak dapat tumbuh dengan baik dan tetap sehat. Perbedaan karakteristik keluarga akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1992, keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Penelitian ini mengukur kesejahteraan keluarga menggunakan indikator Garis Kemiskinan (GK) dan indikator 14 kriteria rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dikeluarkan oleh BPS. Berdasakan indikator Garis Kemiskinan (GK), terdapat hampir tiga per empat keluarga contoh termasuk dalam keluarga miskin dan menurut indikator 14 kriteria rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) tidak terdapat keluarga buruh pemetik melati di Desa Gelang yang tergolong sebagai keluarga miskin dan sebagain besar keluarga tergolong sebagai keluarga tidak miskn. Hasil yang telah diperoleh berdasarkan dua indikator menunjukkan perbedaan antara jumlah keluarga tidak miskin. Perbedaan hasil ini diduga disebabkan oleh tiga hal. Pertama, indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT) memiliki dimensi lebih luas dan lebih menjelaskan kondisi kehidupan dari berbagai aspek seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial kemasyarakatan (Muflikhati et al 2010). Kedua, terdapat tiga indikator yang tidak dipenuhi oleh seluruh keluarga contoh di wilayah penelitian yaitu sumber penerangan, kemampuan makan/hari dan kemampuan membayar biaya pengobatan. Ketiga, menurut Muflikhati (2010) rendahnya tingkat kemiskinan ini

72 62 disebabkan kriteria yang ditetapkan terlalu banyak untuk menggolongkan rumah tangga menjadi hampir miskin yaitu sembilan kriteria. Berdasarkan dua indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga, variabel mata pencaharian suami secara konsisten berpengaruh terhadap status kesejahteraan, baik indikator Garis Kemiskinan (GK) maupun indikator Bantuan Langsung Tunai (BLT). Keluarga dengan suami yang bekerja di bidang bukan pertanian memiliki peluang yang lebih besar untuk sejahtera dibandingkan dengan keluarga dengan suami yang memiliki pekerjaan di bidang pertanian. Bekerja di bidang pertanian (menjadi buruh tani dan petani dengan lahan sempit) biasanya memiliki penghasilan yang rendah dan tidak menentu setiap bulannya dibandingkan dengan suami yang bekerja bukan di bidang pertanian, misalnya pedagang yang memiliki penghasilan rutin setiap hari. Bekerja di bidang pertanian dianggap sebagai pekerjaan yang menghasilkan pendapatan rendah dan memerlukan tenaga yang banyak. Alasan ini pula yang menyebabkan banyak orang melakukan transmigrasi ke tempattempat yang dinilai mampu menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi daripada sebagai petani. Rendahnya peluang petani untuk sejahtera juga dikarenakan rendahnya produktivitas yang dimiliki oleh petani, kegiatan pertanian yang dilakukan hanya on-farm dan jarang sekali keluarga petani yang melakukan kegiatan off-farm, sehingga pendapatan yang diterima petani masih tergolong rendah. Belum adanya pengembangan hasil pertanian secara luas menyebabkan petani menjual secara langsung hasil pertaniannya dengan harga yang rendah. Sementara itu, menurut hasil penelitian Sitorus et al (2008), menurunnya peluang petani untuk meningkatkan kesejahteraan berkaitan dengan dua hal yaitu semakin banyaknya kebutuhan petani yang harus dibeli di pasar (semakin komersil) dan input produksi usaha tani yang harus dibeli di pasar (semakin komersil). Akibatnya, banyak keluarga yang mencari pekerjaan di luar bidang pertanian. Bagi lapisan bawah, pola nafkah ganda merupakan strategi survival dimana sektor luar pertanian merupakan sumber nafkah penting untuk menutup kekurangan dari sektor pertanian (Whiter 1988 dalam Girsang 1996). Selain mata pencaharian suami, pekerjaan tambahan suami juga berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan berdasarkan indikator Garis Kemiskinan (GK). Keluarga dengan suami yang memiliki pekerjaan tambahan memiliki peluang lebih besar untuk sejatera, dibandingkan dengan keluarga dengan suami yang tidak memiliki pekerjaan tambahan. Adanya pekerjaan

73 63 tambahan yang dimiliki oleh suami menyebabkan pendapatan keluarga, khususnya pendapatan suami yang memiliki kontribusi terbesar terhadap keluarga, lebih besar dibandingkan dengan keluarga dengan suami yang tidak memiliki pekerjaan tambahan. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Aniri (2008) bahwa suami dengan pekerjaan tunggal akan lebih sejahtera karena pendapatan dari pekerjaan utama lebih besar dibandingkan dengan pendapatan dari pekerjaan sampingan. Perbedaan hasil ini karena pendapatan suami dari pekerjaan tambahan memiliki kontribusi yang lebih besar dibandingkan pendapatan dari pekerjaan utama, walaupun pekerjaan tambahan yang dimiliki oleh suami tidak rutin dilakukan setiap hari. Selain mata pencaharian suami, pendidikan suami dan pendapatan keluarga juga berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diukur dengan menggunakan lima indikator baru. Semakin tinggi pendidikan suami peluang keluarga untuk sejahtera lebih besar. Pendidikan tinggi membuka peluang suami untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan yang lebih tinggi semakin besar sehingga keluarga akan semakin sejahtera. Hasil ini mendukung penelitian Rambe (2004) dan Muflikhati (2010) bahwa pendidikan kepala keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Selain itu, Firdausy (1999) diacu dalam Permatasari (2010) menyatakan bahwa keluarga yang dikepalai oleh seseorang dengan tingkat pendidikan rendah cenderung lebih miskin dibandingkan dengan keluarga yang dikepalai oleh seseorang yang berpendidikan tinggi. Semakin tinggi pendapatan keluarga, peluang keluarga untuk sejahtera juga akan semakin besar. Keluarga dengan pendapatan tinggi akan lebih mampu memenuhi kebutuhan anggota keluarga baik untuk kebutuhan pangan ataupun non-pangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Iskandar (2007), Aniri (2008) dan Muflikati (2010) bahwa pendapatan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Ketika keluarga menghadapi suatu kesulitan ekonomi yaitu mengalami penurunan pendapatan ketika harga bunga melati turun, diperlukan upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga atau keuarga tetap dapat mempertahankan kesejahteraannya. Hal ini disebut sebagai strategi koping. Menurut Voydanoff (1987), strategi koping adalah proses yang dilakukan oleh individu dan keluarga dalam menggunakan sumberdaya yang dimiliki untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Dua strategi yang dilakukan keluarga ketika

74 64 mengalami kesulitan keuangan yaitu mengurangi pengeluaran (cutting back) dan menambah pendapatan (generating income) (Puspitawati 1998). Secara keseluruhan, strategi koping yang dilakukan oleh keluarga pemetik melati di Desa Gelang sebagian besar termasuk dalam kategori sedikit baik dalam cutting back maupun generating income. Sedikitnya jumlah cutting back menandakan bahwa keluarga buruh pemetik melati telah berusaha meminimalkan kegiatan mengurangi pengeluaran agar pemenuhan kebutuhan bagi anggota keluarga tidak mengalami penurunan atau tidak terjadi penurunan kualitas hidup bagi anggota keluarga. Kegiatan cutting back yang paling banyak dilakukan oleh keluarga contoh untuk kebutuhan pangan adalah mengurangi pembelian kebutuhan pangan baik jenis maupun jumlah, untuk kebutuhan kesehatan berupa mencari tempat pengobatan gratis yaitu dengan menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau Asuransi Kesehatan untuk Orang Miskin (Askeskin), untuk kebutuhan pendidikan berupa mengurangi pembelian buku pelajaran, dan untuk kebutuhan lain-lain berupa menunda pembelian barang elektronik. Kegiatan cutting back lebih mudah untuk dijalankan dari pada kegiatan generating income, karena dalam menjalankan kegiatan generating income melibatkan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga seperi sumber daya manusia dan jejaring yang dimiliki oleh keluarga untuk meningkatkan sumber daya uang keluarga. Sementara itu, kegiatan cutting back lebih mudah dijalankan karena dalam pelaksanaannya tidak melibatkan orang lain (jejaring sosial), yaitu hanya melibatkan anggota keluarga sendiri. Menurut Puspitawati (1998), tingkat kemiskinan berhubungan erat dengan strategi penghematan (cutting back) dibandingkan dengan strategi menambah pendapatan (generating income). Akan tetapi, sediktinya jumlah generating income yang dilakukan oleh keluarga contoh berarti keluarga contoh cenderung pasif menghadapi kenyataan. Kegiatan generating income yang paling banyak dilakukan oleh keluarga contoh untuk kebutuhan pangan adalah dengan sengaja menerima makanan dari tetangga atau saudara, untuk kebutuhan kesehatan adalah dengan memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami tanaman obat, untuk kebutuhan pendidikan adalah dengan meminta seragam bekas ke saudara/tetangga, dan untuk kebutuhan lain-lain adalah anak bekerja membantu orang tua. Selain itu, rendahnya kegiatan yang dilakukan karena kurangnya akses dan sedikitnya pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga sehingga kurang mampu mengeksplor

75 65 sumberdaya yang ada. Menurut Rogers dalam Rahardjo (1999), rendahnya tingkat inovasi peasant 1 berkaitan dengan tiga hal yaitu: pola hidup peasant cenderung menggunakan cara-cara yang diketahui akan menghasilkan dan enggan menggunakan cara-cara baru yang mungkin menyebabkan kegagalan, sumber-sumber ekonomi yang langka atau penerapan teknologi yang kurang tepat guna karena membutuhkan biaya, dan rendahnya pengetahuan mengenai masalah-masalah teknis (technical know-how) dan sumber daya. Banyak atau sedikitnya kegiatan strategi koping yang dilakukan keluarga tergantung pada latar belakang sosial ekonomi keluarga. Hasil uji regresi linier berganda menyebutkan bahwa jumlah anggota keluarga, tipe keluarga, pekerjaan tambahan suami, dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap strategi koping keluarga buruh pemetik melati gambir. Jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh positif terhadap jumlah strategi koping. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, strategi koping yang dilakukan oleh keluarga akan semakin meningkat. Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan menambah beban keluarga, terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Cara atau strategi koping yang dilakukan oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhan, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan pangan akan semakin sering dilakukan dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga (Rachmawati 2010). Selain itu, Simanjuntak (2010) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka upaya untuk mengatasi masalah keluarga akan semakin optimal dilakukan. Tipe keluarga berpengaruh negatif terhadap strategi koping keluarga. Keluarga luas memiliki strategi koping yang lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga inti. Hal ini diduga karena keluarga luas yang mendapat tambahan anggota keluarga lain dianggap lebih sejahtera, sehingga muncul anggota keluarga lain selain keluarga inti yang tinggal bersama dengan keluarga inti. Friedman, Bowden dan Jones (2003) mengemukakan bahwa terdapat tujuh strategi koping yang dapat dilakukan oleh keluarga internal (intrafamiliar) yaitu mengandalkan kemampuan sendiri dari keluarga, penggunaan humor, musyawarah bersama (memelihara ikatan bersama), mengartikan masalah, pemecahan masalah secara bersama, fleksibilitas peran dan normalisasi. 1 Peasant adalah penghasil-penghasil pertanian yang mengerjakan tanah secara efektif, menjadikan pekerjaan tersebut sebagai nafkah, bukan sebagai bisnis yang bersifat mencari keuntungan (Wolf;1956 diacu dalam Rahardjo;1999)

76 66 Adanya pekerjaan tambahan yang dimiliki suami menunjukkan sebagai salah satu strategi koping menambah pendapatan yang dimiliki oleh keluarga. Pendapatan suami dari pekerjaan utama dirasa belum mencukupi kebutuhan keluarga sehingga suami melakukan suatu upaya menambah pendapatan dengan cara memiliki pekerjaan tambahan. Selanjutnya, strategi koping dipengaruhi oleh status kesejahteraan keluarga. Semakin sejahtera, strategi koping yang dilakukan akan semakin sedikit. Keluarga sejahtera telah mampu memenuhi kebutuhan keluarga baik kebutuhan pangan maupun non pangan, sehingga ketika terdapat penurunan pendapatan, keluarga dapat menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasinya, seperti menggunakan aset yang dimiliki oleh keluarga untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarga. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rachmawati (2010) bahwa keluarga yang lebih sejahtera akan memiliki masalah ekonomi yang lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga miskin. Pada dasarnya setiap keluarga ingin mempertahankan kesejahteraannya, bahkan memperbaiki keadaan ekonomi keluarga untuk dapat meningkatkan kesejahteraan. Strategi koping sebagai upaya untuk mempertahankan kesejahteraan yang merupakan tujuan keluarga tidak saja dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam (endogenous), tetapi ada faktor-faktor lain dari luar (eksogenous) yang turut mempengaruhi proses tersebut (Mardiharini 2002). Salah satu harapan orang tua dari anak adalah anak memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dari orang tua. Untuk dapat mewujudkannya, orang tua perlu memberikan modal agar sumber daya anak memiliki kualitas yang baik. Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), modal manusia/sumber daya manusia adalah jumlah total dari kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh manusia dan cara penggunaan sumber daya manusia yang berpengaruh terhadap sumber daya di masa yang akan datang. Agar manusia dapat menggunakan sumber daya yang dimilikinya, diperlukan suatu upaya berupa investasi sumber daya manusia yang dimulai dari kecil yaitu dari masa anak-anak. Perilaku investasi anak terdiri atas dua kegiatan yaitu perilaku inevstasi pendidikan dan perilaku investasi kesehatan. Pendidikan merupakan jalan menuju produktivitas tinggi bagi masyarakat, sehingga diharapkan melalui pendidikan yang tinggi dapat menghasilkan SDM yang berkualitas. Pentingnya pendidikan seperti yang disebutkan dalam UUD 1945 bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh

77 67 karena itu, orang tua perlu memberikan investasi berupa investasi pendidikan kepada anak. Berdasarkan hasil penelitian, perilaku investasi pendidikan lebih baik daripada perilaku investasi kesehatan pada keluarga contoh. Hal ini terjadi karena orang tua cenderung melakukan tindakan-tindakan yang menjadi keharusan bagi orang tua untuk anak, seperti membayar dengan tepat waktu uang pendidikan atau SPP. Selain itu, sebagian besar orang tua hanya melakukan hal-hal yang umumnya sudah menjadi kebiasaan diberikan kepada anak, sedangkan kegiatan yang membutuhkan biaya tambahan jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan, seperti mengajak anak berekreasi dan memberikan ketrampilan khusus dan les sebagai bekal ketrampilan anak. Hartoyo dan Hastuti (2003) menyatakan bahwa pengeluaran untuk pendidikan anak yang relatif kecil memungkinkan anak kurang dapat mengembangkan potensinya. Masyarakat lapiasan bawah menganggap pendidikan sebagai suatu pilihan dan bukan keharusan (Mulatsih et al 2002). Hal ini karena tingginya biaya pendidikan dan ketidakseimbangan antara biaya pendidikan dan pemanfaatan kelulusan dalam dunia kerja. Selain itu, adanya fasilitas pendidikan gratis bagi siwa SD dan munculnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) turut mendukung perilaku investasi pendidikan. Beban orang tua terasa semakin ringan dengan adanya Yayasan Ma arif di Desa Gelang yang memberikan sekolah gratis bagi anak-anak yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP. Investasi dalam bidang kesehatan tentunya berbeda dengan investasi dalam bidang pendidikan yang memiliki tujuan agar manusia memiliki produktivitas dan pendapatan yang tinggi dikemudian hari. Melalui investasi kesehatan, akan dapat memperpanjang umur harapan hidup dan terhindar dari penyakit sehingga akan menghasilkan waktu produktif yang lebih tinggi. Akan tetapi, keluarga contoh memiliki perilaku investasi kesehatan pada kategori sedang bahkan rendah. Berdasarkan hasil penelitian BPS (2009), kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan masih tergolong rendah. Perilaku investasi kesehatan yang paling sering dilakukan oleh keluarga contoh adalah perilaku kuratif yaitu pada saat anak sakit. Keluarga jarang sekali melakukan kegiatan preventif atau pencegahan. Orang tua merasa memberikan pelayanan kepada anak seperti pemberian makanan bergizi, vitamin, dan lain-lain

78 68 membutuhkan biaya yang tinggi. Sementara pendapatan keluarga sudah habis dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan dasar lainnya. Bryant dan Zick (2006) menyatakan bahwa investasi kesehatan memiliki biaya tambahan yang lebih rumit dibandingkan dengan investasi pendidikan. Pendapatan yang rendah, membuat orang tua hanya melakukan tindakan-tindakan kuratif (ketika anak sakit) terhadap anak. Selain pendidikan, rendahnya pendidikan orang tua membuat pola pikir orang tua kurang mendukung untuk melakukan tindakan promotif dan preventif. Menurut orang tua tindakan promitif dan preventif tidak terlalu penting untuk dilakukan. Orang tua jarang menyediakan susu, makanan bergizi, dan vitamin kepada anak. Hal ini dikarenakan tidak adanya uang untuk membeli semua kebutuhan. Selain itu, kepuasan orang tua dengan keadaan anak membuat orang tua tidak terlalu memberikan perhatian khusus, seperti anak yang sudah gemuk sehingga orang tua tidak perlu memberikan vitamin. Rendahnya perilaku investasi yang dilakukan orang tua diduga karena pendidikan orang tua yang rendah, sehingga mind set yang dimiliki orang tua akan anak bukan untuk investasi sebagai perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia tapi sebagai tenaga kerja yang murah dan sebagai sandaran hidup di hari tua. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku investasi anak adalah pendidikan ibu dan pendapatan keluarga. Istri dengan pendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih baik, sehingga perilaku investasi yang dilakukan terhadap anakpun akan semakin tingggi. Hasil ini mendukung hasil penelitian Leibowitz (1982) bahwa pendidikan istri berhubungan signifikan terhadap IQ anak. Akan tetapi, hasil ini mengindikasikan bahwa investasi yang dilakukan lebih berdasarkan pada hubungan antara anak dengan ibu dibandingkan dengan faktor genetik yang diturunkan oleh ibu. Bryant dan Zick (2006) menyatakan bahwa pendidikan anggota keluarga akan berpengaruh positif terhadap SDM dan kesehatan seseorang. Menurut Ali (2009) kaum perempuan yang mengikuti pendidikan dengan lebih baik akan lebih mampu menjaga kesehatan diri dan anak-anaknya, bahkan dapat mengurangi laju pertumbuhan penduduk sehingga menghasilkan generasi yang lebih berkualitas. Selain pendidikan ibu, pendapatan keluarga juga berpengaruh terhadap bagaimana perilaku investasi yang diterima oleh anak. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka perilaku investasi yang diberikan orang tua akan semakin tinggi. Hal ini terkait dengan beberapa perilaku investasi baik investasi

79 69 pendidikan maupun kesehatan dapat diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang memerlukan biaya, seperti mengikutsetakan anak untuk les, pemberian makanan empat sehat lima sempurna, pemberian vitamin dan buah, mengajak anak untuk rekreasi, dan lain-lain. Keluarga dengan pendapatan tinggi diasumsikan dengan pemenuhan kebutuhan pangan yang telah tercukupi. Menurut Shinta (2008) seiring dengan meningkatnya pendapatan keluarga, maka pemenuhan kebutuhan keluarga setelah pangan akan diprioritaskan untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Bentuk investasi keluarga untuk meningkatkan perkembangan anak menjadi sumberdaya yang berkualitas adalah waktu dan uang (Hartoyo 1998). Investasi anak selain diukur berdasarkan perilaku yang dilakukan orang tua untuk anak juga diukur dengan alokasi uang yang diberikan oleh orang tua untuk anak. Alokasi pengeluaran uang untuk anak adalah semua pengeluaran yang manfaatnya dirasakan oleh anak secara langsung, dari mulai untuk makan, pendidikan, kesehatan dan pengeluaran lainnya untuk anak (Hartoyo & Hastuti 2003). Dalam penelitian ini, alokasi uang untuk makan tidak dihitung, karena kebutuhan makan untuk anak-anak masih bersama dengan orang tua. Alokasi uang ini bervariasi tergantung pada tingkat pendidikan anak dan jumlah anak yang dimiliki oleh keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, keluarga yang memiliki anak SMA memiliki alokasi uang paling besar dibandingkan dengan keluarga dengan anak PAUD, SD maupun SMP. Menurut Lino (2009), biaya tahunan yang dikeluarkan untuk anak secara umum meningkat sesuai dengan bertambahnya umur anak. Dalam alokasi uang untuk anak terdapat kecenderungan bahwa semakin meningkat jenjang pendidikan anak, besarnya alokasi uang untuk pendidikan akan semakin naik. Sementara itu, alokasi kesehatan semakin menurun dengan semakin naiknya jenjang pendidikan anak. Hal ini karena semakin meningkatnya usia anak, orang tua menganggap bahwa anak sudah mampu mengurus dirinya sendiri, sehingga orang tua tidak mengalokasikan uang untuk kesehatan anak. Berbeda dengan alokasi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, alokasi uang untuk kebutuhan lainnya pada kelompok anak usia PAUD memiliki alokasi paling besar diantara jenjang pendidikan lainnya. Keluarga dengan anak usia PAUD lebih sering mencukupi kebutuhan lainnya seperti mengajak anak jalanjalan/rekreasi dan membeli baju.

80 70 Besarnya alokasi uang untuk anak dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah, pendidikan suami, tipe keluarga, dan pendapatan keluarga Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka akan semakin kecil alokasi uang yang diterima oleh masing-masing anggota keluarga. Bertambahnya jumlah anggota keluarga akan menambah beban kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hartoyo (1998) bahwa jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh negatif terhadap investasi anak dalam bentuk uang. Peningkatan jumlah anak akan cenderung menurunkan pendapatan orang tua dan biasanya anak dihadapkan pada perbedaan alokasi uang (Behrman, Pollak & Taubman (1988) diacu dalam Taubman 1996). Selain itu, Leibowitz (1982) menyatakan bahwa penambahan jumlah anggota keluarga akan mengurangi dukungan keluarga terhadap anak dalam penentuan sekolah karena adanya kesulitan keuangan dan hal ini mengindikasikan tingkatan yang rendah dalam investasi keluarga, tetapi tingkat akhir pendidikan tidak tergantung pada jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga. Banyaknya anak sekolah akan membuat pengeluaran orang tua untuk anak semakin tinggi. Diantara pendidikan suami dan istri, pendidikan suami lebih berpengaruh terhadap alokasi uang untuk anak. Semakin tinggi pendidikan suami akan membuat semakin besarnya alokasi pengeluaran uang untuk anak. Hal ini diduga karena ayah adalah pengatur keuangan rumah tangga, sehingga pengambil keputusan pengeluaran masih didominasi oleh ayah. Selain itu, suami dengan pendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang lebih tinggi pula sehingga pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya akan membuat alokasi pengeluaran untuk investasi anak semakin tinggi. Semakin tinggi pendidikan suami akan membuat orientasi anak menjadi lebih penting (Permatasari 2010). Samon (2005) menyatakan bahwa lama pendidikan akan berpengaruh terhadap gaya hidup yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengeluaran yang dilakukan keluarga. Semakin tinggi pendapatan keluarga, alokasi uang yang diberikan untuk anak akan semakin besar. Keluarga dengan pendapatan tinggi akan lebih mencurahkan sumberdayanya untuk meningkatkan kualitas anak (Hartoyo 1998). Berdasarkan hasil penelitian Yeung, Linver, dan Brooks-Gun (2002), tingkat dan stabilitas pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang jelas terhadap fungsi

81 71 keluarga dan kesejahteraan anak. Melalui sumber daya yang maksimal, anak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Berdasarkan tipe keluarga, keluarga luas memiliki alokasi uang yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga inti. Hasil ini berbeda dengan Suryawati (2002) bahwa struktur keluarga memberi pengaruh positif signifikan dimana keluarga inti memberikan alokasi pendidikan lebih banyak dibandingkan dengan keluarga luas. Hasil penelitian ini diduga karena keluarga luas, misalnya hadirnya kakak ipar atau nenek/kakek dalam keluarga turut berpartisipasi terhadap alokasi uang yang diberikan untuk anak. Seperti nenek/kakek yang memberikan uang saku kepada cucu, kakak ipar atau saudara yang lain memberikan bantuan uang seperti baju, buku, sepatu, tas, dan keperluan lainnya. Hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa perilaku investasi memiliki pengaruh terhadap alokasi pengeluaran uang untuk anak. Pada dasarnya semua orang tua menginginkan kehidupan yang lebih baik untuk anak-anaknya. Akan tetapi, keterbatasan sumber daya materi seperti uang dan pengetahuan yang dimiliki orang tua membuat orang tua kurang memperhatikan segala kebutuhan anak yang menunjang masa depan anak dengan meningkatkan kualitas sumberdaya. Keterbatasan penelitian Terdapat hampir tiga per empat jumlah penduduk miskin yang diukur dengan menggunakan indikator Garis Kemiskinan. Hasil ini jauh lebih besar dibandingkan dengan angka kemiskinan Kabupaten Banjarnegera yaitu sebesar 27,18 persen dari total penduduk Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan pendekatan yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan berdasarkan Garis Kemiskinan adalah pendapatan (bukan pengeluaran) dimana pengeluaran keluarga biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan keluarga. Pembuatan cut off point baru dari indikator kesejahteraan Bantuan Langsung Tunai (BLT) menggunakan lima indikator baru yaitu sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/hujan; bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah; hanya mengonsumsi susu atau daging/ayam satu kali dalam seminggu; sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas 0,5ha, buruh tani/nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan/pekerjaan lain dengan pendapatan <Rp ,00; dan pendidikan tertinggi kepala keluarga tidak

82 72 sekolah/tidak tamat SD/tamat SD belum teruji secara konsisten sehingga belum dapat diterapkan di wilayah penelitian lain. Penelitian ini hanya mengkaji perilaku investasi anak dalam bentuk perilaku dan alokasi uang, belum dilakukan pengkajian tentang alokasi waktu dan nilai anak serta hubungan antara nilai anak dengan investasi anak. Selain itu, dalam pengukuran strategi koping, kegiatan strategi koping tidak dilihat berdasarkan intensitas (sering atau tidak) tetapi hanya dilihat apakah dilakukan atau tidak (ya atau tidak).

83 73 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Istri yang bekerja sebagai buruh pemetik melati gambir memiliki kontribusi sebesar 20,65 persen. Bila dibandingkan dengan suami dan anak yang bekerja, istri memiliki kontribusi pendapatan terkecil terhadap pendapatan keluarga. Suami memiliki kontribusi sebesar 46,65 persen dan anak memiliki kontribusi sebesar 27,10 persen terhadap pendapatan keluarga. Berdasarkan indikator Garis Kemiskinan (GK), lebih banyak keluarga buruh pemetik melati gambir yang hidup di bawah Garis Kemiskinan (GK) yaitu sebesar 71,21 persen, sedangkan berdasarkan indikator 14 kriteria rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) hanya terdapat 18,18 persen keluarga buruh pemetik melati gambir yang hampir miskin dan tidak terdapat keluarga yang tergolong miskin. Secara keseluruhan, strategi koping yang dilakukan oleh keluarga contoh temasuk dalam kategori sedikit ketika mengalami penurunan pendapatan keluarga baik dalam kegiatan cutting back (mengurangi pengeluaran) maupun generating income (menambah pendapatan). Strategi cutting back yang paling banyak dilakukan adalah menunda pembelian barang elektronik dan strategi generating income yang paling sering dilakukan adalah dengan sengaja menerima makanan dari tetangga/saudara. Perilaku investasi yang dilakukan oleh keluarga contoh termasuk dalam kategori sedang dengan perilaku investasi pendidikan lebih baik dibandingkan dengan perilaku investasi kesehatan. Artinya, kesadaran yang dimiliki oleh keluarga buruh pemetik melati gambir untuk investasi anak sudah cukup tinggi. Akan tetapi, alokasi uang untuk anak termasuk dalam kategori rendah berdasarkan rata-rata alokasi uang secara keseluruhan yang dikeluarkan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir. Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan tambahan suami, mata pencaharian suami, pendidikan suami, dan pendapatan keluarga. Jumlah anggota keluarga, tipe keluarga, pekerjaan tambahan suami, dan kesejahteraan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah strategi koping yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir di Desa Gelang. Pendidikan istri dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap perilaku investasi anak, sedangkan jumlah anggota keluarga, jumlah anak

84 74 sekolah, pendidikan suami, tipe keluarga dan pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi uang untuk anak. Saran 1. Penggunaan metode penetapan keluarga miskin dengan 14 indikator yang dikembangkan oleh BPS untuk menentukan penerima program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dalam penelitian ini menghasilkan jumlah keluarga miskin yang lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan metode Garis Kemiskinan (GK). Hal ini diduga ada diantara 14 indikator tersebut yang tidak lagi sensitif untuk mengukur kondisi kemiskinan. Pada penelitian ini dilakukan pengkajian terhadap indikator-indikator tersebut dan menghasilkan lima indikator yang dianggap masih relevan dan sensitif, yaitu sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/hujan; bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah; hanya mengonsumsi susu atau daging/ayam satu kali dalam seminggu; sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas 0,5ha, buruh tani/nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan/pekerjaan lain dengan pendapatan <Rp ,00; dan pendidikan tertinggi kepala keluarga tidak sekolah/tidak tamat SD/tamat SD. Penggunaan lima indikator tersebut menghasilkan angka kemiskinan yang hampir konsisten dengan indikator Garis Kemiskinan (GK). Oleh karena itu, disarankan untuk mengkaji kembali lima indikator tersebut di wilayah lain. 2. Jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata dan negatif terhadap kesejahteraan keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, peluang keluarga untuk sejahtera semakin kecil. Oleh karena itu, program peningkatan kesejahteraan keluarga harus dibarengi dengan program lain yang berupaya untuk mengurangi angka kelahiran dan pengendalian penduduk. Peningkatan kembali pemasaran sosial program Keluarga Berencana (KB) pada gilirannya akan berdampak positif terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga dengan suami bekerja di bidang pertanian memiliki peluang yang lebih kecil untuk sejahtera dibandingkan dengan keluarga dengan suami yang bekerja bukan di bidang pertanian. Untuk itu, disarankan adanya program peningkatan kesejahteraan yang lebih ditujukan pada keluarga dengan suami yang bekerja di bidang

85 75 pertanian. Misalnya, pemberian kesempatan pengembangan usaha off-farm agar mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. 4. Pendapatan keluarga berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku investasi anak. Hasil ini mempunyai implikasi bahwa keluarga miskin tidak mampu melakukan investasi anak dengan baik. Untuk membantu keluarga miskin perlu ada program yang memberikan kemudahan akses terhadap fasilitas yang diarahkan untuk investasi pendidikan dan kesehatan, sehingga keluarga miskin mampu memiliki anak yang berkualitas. 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga memiliki perilaku investasi anak pada kategori rendah. Sebaiknya perlu dilakukan sosialisasi oleh pemerintah kepada masyarakat tentang tujuan investasi pada anak, yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 6. Kecilnya nilai Adjusted R square pada perilaku investasi anak karena terdapat variabel penelitian lain yang tidak terdapat dalam model. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya perlu ditambahkan variabel nilai anak dan persepsi orang tua terhadap anak.

86 77 DAFTAR PUSTAKA Ali, M Pendidikan untuk pembangunan nasional: menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Jakarta: Grasindo. Aniri, N.B Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Kesejahhteraan Keluarga Pembudidaya dan Nonpembudidaya Ikan di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan, USIAD Indonesia Demographic and Health Survey Calverton, Maryland, USA: BPS and Macro International. Barro, R.J., Lee, J.W International Data on Educational Attainment Updates and Implications. Harvard University. Becker, G.S Human Capital: A Theoretical and Empirical Analisys with Special Reference to Education. Chicago: University of Chicago Press. Becker, G.S., Tomes, N Family and the Distribution of Economic Rewards. Chicago: University of Chicago Press. Journal of Labor Economics (4). [BPS] Badan Pusat Statistik Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistic) Jakarta: Badan Pusat Statistik Indikator Kesehatan [internet]. [5 Februari 2011]. Tersedia dari : 2010a. Profil kemiskinan di Indonesia Maret [internet]. [9 November 2010]. Tersedia dari : [BPS]. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2010b. Profil Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun [internet]. [12 Maret 2011]. Tersedia dari : 2010c. Jawa Tengah dalam Angka [internet]. [16 Maret 2011]. Tersedia dari : [BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara Kecamatan Rakit dalam Angka. Banjarnegara: Badan Pusat Statistik. Bryant, W.K., Zick, C.D The Economic Organization of the Household, Second Edition. Cambridge: Cambridge University Press. [CPRC] Chronic Poverty Research Centre. The Chronic Poverty Report : Escaping Poverty Traps. Manchester: School of Environment and Development, The University of Manchester. Deacon, R.E., Firebaugh, F.M Family Resource Management. Allymd and Bacon, inc: United State of America.

87 78 Elmanora Kesejahteraan Keluarga, Gaya Pengasuhan, dan Perkembangan Sosial Emosi Anak Petani Kayu Manis di Desa Tamiai, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Firdaus Hubungan Antara Tekanan Ekonomi dan Mekanisme Koping dengan Kesejahteraan Keluarga Wanita Pemetik Teh [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Firdaus, Sunarti, E Hubungan Antara Tekanan Ekonomi dan Mekanisme Koping dengan Kesejahteraan Keluarga Wanita Pemetik Teh. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2(1). Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.J Family Nursing: Research, Theory,& Practice. Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall Girsang, W Dinamika Penguasaan Lahan dan Strategi Hidup Rumah Tangga di Desa Transmigran [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hartoyo Investing in children: study of rural families in Indonesia. [Disertasi]. Blacksburg: Virginia Tech University. Hartoyo, Hastuti, D Perilaku Investasi Anak pada Keluarga Nelayan dan Implikasinya terhadap Pengentasan Kemiskinan [Laporan Penelitian]. Bogor: Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor Hartoyo., Aniri N.B Analisis Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pembudidaya dan Nonpembudidaya Ikan di Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3(1): Hurlock, E.B Psikologi Perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi ke-v. Jakarta: Erlangga. Iskandar, A Analisis Praktek Manajemen Sumberdaya Keluarga dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Kusumo, R.A.B Peran Gender dalam Strategi Koping dan Pengambilan Keputusan serta Hubungannya dengan Kesejahteraan Keluarga Petani Padi dan Hortikultura Di Daerah Pinggiran Perkotaan [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Leibowitz, A Home Investment in Children. Schultz TW, editor. Chicago: University of Chicago Press. Lino, M Expenditures on Children by Families U.S. Department of Agriculture, Center for Nutrition Policy and Promotion. Miscellaneous Publication.

88 79 Mardiharini, M Upaya Keluarga dalam Mempertahankan Kesejahteraannya Selama Krisis Ekonomi [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Martinez, J. Mehesy,C., Seeley, K What counts: measuring indicators of family well-being. Denver: The Colorado Foundation for Families and Children [internet]. [20 September 2011]. Tersedia dari: Muflikhati, I Analisi dan Pengembangan Model Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia dan Kesejahteraan Keluarga di Wilayah Pesisir Provinsi Jawa Barat [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Muflikhati, I., Hartoyo, Sumarwan, U., Fahrudin, A., Puspitawati, H Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga:Kasus di Wilayah Pesisir Jawa Barat. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3(1). Muladsih, O.R Pola Komunikasi, Pengambilan Keputusan, dan Kesejahteraan Keluarga Jarak Jauh pada Mahasiwa Pascasarjana IPB [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Mulatsih, S., Mulyaningrum, Pambudi, R., Perilaku Investasi Pendidikan Bagi Anak Perempuan Dibandingkan Anak Laki-laki: Suatu Tinjauan Ekonomis [Laporan Kegiatan]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Permatasari, D Pengaruh persepsi pendidikan dan nilai anak terhadap alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Puspitawati, H Poverty Level and Conflict Over Money within Families [Thesis]. Iowa: Iowa State University. Rachmawati, A Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif pada Keluarga Penerima Program PKH [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Rahardjo Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rambe, A Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga dan Tingkat Kesejahteraan [tesis]. Bogor. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Rusastra IW, Napitupulu TA Karakteristik Wilayah Keluarga Miskin di Pedesaan : basis Perumusan Intervensi Kebijakan. Prosiding Seminar Nasional Meningkatkan Peran Sektor Pertanian dalam Penanggulangan

89 80 Kemiskinan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Departemen Pertanian. Samon, E.K.T Manajemen Keuangan, Alokasi Pengeluaran, dan Coping Mechanism Keluarga Nelayan dan Petani Tambak [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor. Shinta, Y Analisis Alokasi Pengeluaran dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Kabupaten Indramayu [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Simanjuntak M Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga dan Prestasi Belajat Anak pada Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana: Institut Pertanian Bogor. Sitorus, M.T.F., Dharmawan, A.H., Fadjar, U., Sihaloho. M, Perubahan Struktur Agraria dan Diferensiasi Kesejahteraan Petani [Laporan Hasil Penelitian]. Bogor: Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Steuerle, E.C., Reynolds, G Investing in Children. America: Paternship for America s Economic Succes. Sunarti, E Indikator Keluarga Sejahtera. Naskah Akademik Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Suryadarma, D., Akhmadi, Hastuti, Toyamah, N, Ukuran Objektif Kesejahteraan Keluarga Untuk Penargetan Kemiskinan: Hasil Uji Coba System Pemantauan Kesejahteraan Oleh Masyarakat Di Indonesia [Laporan Penelitian]. Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU. Suryawati Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan Anak pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Syarief, H., Hartoyo Beberapa Aspek dalam Kesejahteraan Keluarga. Prosiding Seminar Keluarga Menyongsong Abad XII dan Perannya dalam Pengembangan Sumberdaya Manusia Indonesia. Bogor: Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Taubman, P Household and Family Economics. Mencik PL, editor. Boston: Kluwer Academik Publisher Todaro, M.P., Smith, S.C, Pembangunan Ekonomi. Ed 9. Jilid 1. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama Tyas, M.P Gambaran Kemandirian Anak Tunggal Dewasa Muda [skripsi]. Depok: Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

90 81 UNDP [United Nations Development Programme] Summary Human Report Utami, L.S.L Persepsi dan Partisipasi Keluarga dalam Lembaga Keuangan Mikro serta Pengaruhnya terhadap Tingkat Kesejahteraan Keluarga [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Voydanoff, P Work and Family Life. California: SAGE Publication Inc. Woodhouse, S Parental Strategies for Increasing Child Well-being: The Case of Elementary School Choice. Barkeley :University of California. Yeung, W.J., Liver, M.R., Brooks-Gunn, J, How Money Metters for Young Children s Development: Parental Investment and Family Processes. Journal of Child Development.73. Zuraidah, Y Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap Elokasi Pengeluaran untuk Pendidikan dan Kesehatan Keluarga [Skripsi]. Bogor. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian.

91 LAMPIRAN 83

92 84 Variabel Umur istri Umur suami Jumlah anggota keluarga Jumlah anak bekerja Jumlah anak sekolah Lampiran 1 Nilai koefisien korelasi antar variabel penelitian Pendidikan istri Pendidikan suami Mata pencaharian suami Tipe keluarga Umur istri 1 Umur suami 0,738 ** 1 Jumlah anggota keluarga 0,136 0,043 1 Jumlah anak bekerja 0,344 ** 0,271 * 0,533 ** 1 Jumlah anak sekolah 0,028-0,058 0,298 * -0,040 1 Pendidikan istri - 0,479 ** -0,307 * -0,103-0,250 * 0,020 1 Pendidikan suami -0,142-0,069-0,258 * -0,215-0,252 * 0,345 ** 1 Mata pencaharian -0,168-0,289 * -0,023-0,025 0,004-0,074-0,008 1 suami Tipe keluarga 0,026 0,003 0,475 ** 0,274 * -0,289 * 0,052 0,044-0,041 1 Pekerjaan tambahan suami 0,038-0,041-0,174-0,084-0,103-0,049 0,195-0,082-0,114 1 Pendapatan keluarga -0,030-0,086 0,260 * 0,438 ** 0,027-0,068-0,157 0,364 ** -0,027 0,194 1 Pendapatan perkapita -0,151-0,157-0,168 0,147-0,166 0,079 0,008 0,336 ** -0,165 0,287 * 0,862 ** 1 Kesejahteraan BLT 5 skor -0,138-0,069-0,136-0,183-0,021 0,158 0,385 ** 0,354 ** -0,082 0,151 0,358 ** 0,402 ** 1 Kesejahteraan GK -0,045-0,061-0,067 0,249 * -0,040-0,068-0,013 0,356 ** -0,195 0,259 * 0,764 ** 0,769 ** 0,428 ** 1 Strategi koping 0,147 0,062 0,081 0,019 0,245 * -0,054-0,037-0,247 * -0,174 0,191 0-,026-0,091-0,249 * -0,102 1 Perilaku investasi -0,094-0,044-0,095-0,121 0,293 * 0,264 * 0,033 0,189-0,218 0,066 0,219 0,201 0,344 ** 0,191 0,113 1 Alokasi uang 0,131 0,155-0,121-0,071 0,508 ** 0,060 0,172 0,155-0,220 0,058 0,181 0,192 0,213 0,237 0,102 0,331 ** 1 Keterangan: *=signifikan pada selang kepercayaan 95%, ** =signifikan pada selang kepercayaan 99% Pekerjaan tambaha n suami Pendapatan keluarga Pendapatan perkapita Kesejahteraan BLT Kesejahteraan GK Strategi koping Perilaku investasi Alokasi uang 84

93 85 Lampiran 2 Dokumentasi penelitian Kondisi rumah keluarga contoh 1 Kondisi rumah keluarga contoh 2 Kondisi rumah keluarga contoh 3 Kondisi rumah keluarga contoh 4 Kegiatan memetik melati gambir 1 Kegiatan memetik melati gambir 2 Pohon melati gambir Bunga melati gambir

94 86 Lampiran 3 Lokasi Penelitian Kabupaten Banjarnegara Desa Gelang, Kecamatan Rakit

TINJAUAN PUSTAKA Kesejahteraan Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA Kesejahteraan Keluarga 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesejahteraan Keluarga Undang-undang No 10 Tahun 1992 mendefinisikan keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS 1 PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG RANI MAULANASARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, M Pendidikan untuk pembangunan nasional: menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Jakarta: Grasindo.

DAFTAR PUSTAKA. Ali, M Pendidikan untuk pembangunan nasional: menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Jakarta: Grasindo. 77 DAFTAR PUSTAKA Ali, M. 2009. Pendidikan untuk pembangunan nasional: menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Jakarta: Grasindo. Aniri, N.B. 2008. Analisis Faktor yang Berpengaruh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun (Anonim 2008). Kemiskinan diartikan sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Gelang termasuk dalam wilayah Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Luas Desa Gelang adalah 187.800

Lebih terperinci

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output 34 KERANGKA PEMIKIRAN Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KELUARGA PENERIMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ARY RACHMAWATI

STRATEGI KOPING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KELUARGA PENERIMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ARY RACHMAWATI STRATEGI KOPING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KELUARGA PENERIMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ARY RACHMAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh 24 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu.

Lebih terperinci

PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN

PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN Jur. Ilm. Kel. & Kons., September 2013, p : 190-198 Vol. 6, No. 3 ISSN : 1907-6037 PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN Nofia Mutiara Bahri 1*), Hartoyo 1 1 Departemen Ilmu Keluarga

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, artinya data penelitian dikumpulkan pada satu periode waktu tertentu. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian adalah Desa

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA DI SEKITAR TAMBANG

PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA DI SEKITAR TAMBANG Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2014, p : 19-29 Vol. 7, No. 1 ISSN : 1907-6037 PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY () TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA DI SEKITAR TAMBANG Gilar Cahya Nirmaya

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT

KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT YULI FITRIYANI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN RUMAH TANGGA MENJADI MISKIN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 OLEH MASFUFAH H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN RUMAH TANGGA MENJADI MISKIN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 OLEH MASFUFAH H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN RUMAH TANGGA MENJADI MISKIN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 OLEH MASFUFAH H14094010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR RENA NINGSIH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Pertanian memegang peranan untuk menyediakan bahan baku pangan maupun non pangan.

Lebih terperinci

PERILAKU INVESTASI PADA ANAK DAN CAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-5 TAHUN SITI ULFAH HASANAH

PERILAKU INVESTASI PADA ANAK DAN CAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-5 TAHUN SITI ULFAH HASANAH PERILAKU INVESTASI PADA ANAK DAN CAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-5 TAHUN SITI ULFAH HASANAH DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

MASALAH DAN KONFLIK KERJA-KELUARGA SERTA STRATEGI PENYEIMBANGAN PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTERI BEKERJA RISDA RIZKILLAH

MASALAH DAN KONFLIK KERJA-KELUARGA SERTA STRATEGI PENYEIMBANGAN PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTERI BEKERJA RISDA RIZKILLAH MASALAH DAN KONFLIK KERJA-KELUARGA SERTA STRATEGI PENYEIMBANGAN PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTERI BEKERJA RISDA RIZKILLAH DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) PALUPI CIPTONINGRUM I34050807 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN ENDANG SARI SIMANULLANG

ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN ENDANG SARI SIMANULLANG ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN (Studi Kasus : Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat yang terbentuk dari hubungan pernikahan laki-laki dan wanita untuk menciptakan

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani Keluarga petani ialah keluarga yang kepala keluarga atau anggota keluarganya bermatapencaharian sebagai petani. Keluarga petani mendapatkan penghasilan utama dari kegiatan

Lebih terperinci

NILAI ANAK DAN PERILAKU INVESTASI ORANGTUA TERHADAP ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA DAN KOTA MARDIANA

NILAI ANAK DAN PERILAKU INVESTASI ORANGTUA TERHADAP ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA DAN KOTA MARDIANA NILAI ANAK DAN PERILAKU INVESTASI ORANGTUA TERHADAP ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA DAN KOTA MARDIANA ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KONSEP DIRI ANAK JALANAN

KONSEP DIRI ANAK JALANAN KONSEP DIRI ANAK JALANAN (Kasus: Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) YUNDA PRAMUCHTIA A14204050 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR ELIS TRISNAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel 15 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494) 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena pengumpulan data hanya dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan, serta retrospektif karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

R Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI KELURAHAN KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI KELURAHAN KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA SKRIPSI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI KELURAHAN KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA SKRIPSI ISMIMARHAMA 205 13 11 018 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian.

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian. BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan pembahasan tentang pengaruh biaya sewa tempat terhadap minat nasabah dalam memilih produk gadai emas syariah di BRI Syariah Kantor Cabang Gubeng

Lebih terperinci

ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. Nanang Ahmad Fauzi

ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. Nanang Ahmad Fauzi ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK Nanang Ahmad Fauzi nanangahmad.fauzi@yahoo.com Sukamdi kamdi_cpps@yahoo.com Abstract The aim of this

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

PENGARUH KESEJAHTERAAN KELUARGA TERHADAP INVESTASI ANAK PADA KELUARGA PETANI NURHARTANTI

PENGARUH KESEJAHTERAAN KELUARGA TERHADAP INVESTASI ANAK PADA KELUARGA PETANI NURHARTANTI PENGARUH KESEJAHTERAAN KELUARGA TERHADAP INVESTASI ANAK PADA KELUARGA PETANI NURHARTANTI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR.

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR. KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR Oleh: NUR AZMI AFIANTI A14301087 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang memepelajari struktur dan proses di suatu wilayah. Demografi menurut PhilipM.

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN NURJANNAH YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK KERBAU DI KECAMATAN KERAJAAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK KERBAU DI KECAMATAN KERAJAAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK KERBAU DI KECAMATAN KERAJAAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT SKRIPSI NURHAYATI M. FITRI MANIK 110306009 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

tingkat kepentingan dan kepuasan sasaran serta keluaran atribut yang harus ditingkatkan pemerintah dan instansi terkait dalam pelaksanaan program

tingkat kepentingan dan kepuasan sasaran serta keluaran atribut yang harus ditingkatkan pemerintah dan instansi terkait dalam pelaksanaan program 22 KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG yang dilakukan sejak tahun 2007 telah mengubah pola perilaku keluarga dari menggunakan minyak tanah menjadi menggunakan LPG. Sebagai suatu kebijakan,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci