Bab IV Tes Evolusi Orbit Asteroid

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Tes Evolusi Orbit Asteroid"

Transkripsi

1 Bab IV Tes Evolusi Orbit Asteroid Sebelum tahun 1990 konsep perhitungan evolusi atau integrasi orbit yang banyak dipakai adalah menggunakan konsep time-step seperti Runge-Kutta (Dormand et al. 1987), Bulirsch and Stoer (Bulirsch dan Stoer 1966), Radau (Everhart 1985), dan Störmer (Quinlan dan Tremaine 1990). Masa ini disebut dengan Periode Klasik oleh Morbidelli (2002). Telaah evolusi orbit benda kecil di tata surya sangat berkembang pesat sejak awal Hal ini ditunjang oleh adanya pemahaman inovatif evolusi orbit dengan menggunakan konsep simplektik. Meskipun konsep ini telah dijajagi sejak 1980-an, perkembangannya baru terasa setelah diperkenalkannya konsep Mixed Variable Symplectic (MVS) oleh Wisdom dan Holman (1991). MVS merupakan suatu algoritma yang dapat mengintegrasikan gerak orbit yang tidak sepenuhnya Keplerian (atau quasi-keplerian) dan dapat mencakup rentang waktu yang panjang, yakni hingga tahun. Hal ini sangat berguna pada perhitungan integrasi orbit benda kecil karena faktor gangguan sangat dominan dialami sepanjang evolusi orbitnya. Sehingga orbit benda kecil tidak dapat sepenuhnya dipandang bersifat Keplerian. Dengan cakupan rentang hingga usia tata surya, maka terbuka luas kesempatan untuk melakukan simulasi orbit sepanjang usia tata surya, dan demikian halnya untuk evolusi ke masa depan. Hal ini merupakan terobosan penting dalam telaah dinamika benda kecil tata surya. Masa ini dikenal dengan Periode Simplektik (Morbidelli 2002). IV.1 Software Integrator SWIFT_RMVSY Algoritma MVS memiliki kekurangan dalam hal tidak dapat ditanganinya proses encounter benda kecil dengan planet. Levison dan Duncan (1994) kemudian memperbaikinya dengan memasukkan faktor encounter ke dalam algoritma MVS, sehingga memunculkan skema Regularized MVS (RMVS). Skema ini menjadikan proses perhitungan tidak sepenuhnya simplektik. Masa ini disebut oleh Morbidelli (2002) sebagai Periode Statistika. Masa ini juga ditandai dengan dibuatnya paket software SWIFT oleh M. Duncan & H. Levison ( 27

2 edu/~hal/swift.html) yang melibatkan beberapa algoritma seperti Wisdom & Holman, RMVS, dan Bulirsch & Stoer. Dalam melakukan analisis terhadap efek Yarkovsky/YORP, bisa digunakan suatu software integrator tersebut di atas, yaitu SWIFT. Ada beberapa versi dari software ini, versi terbarunya adalah swift_rmvs3. Pada dasarnya swift_rmvsy merupakan software integrator yang digunakan untuk melakukan integrasi secara runut dengan memakai multi time-step. Dimasukkannya perhitungan efek termal (Yarkovsky/YORP) oleh Brož (keterangan program 2002) menandai perkembangan dari swift_rmvsy (lihat lampiran A). Integrasi yang dilakukan umumnya dengan melihat keadaan awal pada saat sekarang, yang meliputi elemen orbit matahari, planet, dan partikel (asteroid). Hal utama yang diamati adalah energi sistem, karena walaupun keadaan berubah, energi sistem akan relatif tetap. Selain keadaan sekarang, keadaan pada masa lampau dan keadaan pada masa datang juga bisa diketahui. Perkembangan pemahaman evolusi orbit benda kecil untuk cakupan waktu yang panjang (puluhan juta hingga milyar tahun) diperkaya dengan pemahaman efek termal Yarkovsky pada beberapa tahun di akhir dekade Efek ini diyakini berperan penting dalam evolusi orbit benda kecil berskala waktu yang panjang. Dengan dasar inilah untuk pertama kalinya dalam perhitungan evolusi orbit benda kecil, efek termal Yarkovsky dilibatkan dalam perhitungan integrasi orbit. Brož (keterangan program 2002) memasukkan faktor efek termal Yarkovsky ke dalam algoritma RMVS (swift_rmvsy), setelah sebelumnya memperbaiki algoritma tersebut menjadi swift_rmvs2 dan swift_rmvs3 (yarko site: yang membuat waktu komputasi perhitungan evolusi orbit menjadi lebih cepat. Beberapa versi keterlibatan faktor non-gravitasi dan kombinasinya dimasukkan oleh Brož ke dalam skema swift_rmvsy sehingga pengguna dapat memilih jenis faktor nongravitasi yang terlibat dalam perhitungan evolusi orbit. 28

3 Perhitungan dalam swift_rmvsy menggunakan orde usia tata surya, dari juta hingga miliar tahun, dengan nilai error energi sistem yang kecil. Integrasi dilakukan dengan multi time step, yang pada versi awal digunakan step waktu integrasi 20 hari. Tetapi pada versi terbaru step waktu integrasi yang dipakai adalah hari dengan tujuan agar kondisi encounter dapat dirunut lebih jelas. Dalam pengerjaan tugas akhir ini dilakukan integrasi tanpa efek Yarkovsky (swift_rmvs3_f) dan yang melibatkan efek Yarkovsky (swift_rmvs3_f_y) seperti yang dilakukan oleh Bottke et al. 2002a untuk ukuran 1 km namun berbeda untuk satu parameter fisis lain yaitu permukaan basalt. Untuk kasus tanpa efek Yarkovsky, file yang perlu dimasukkan ke dalam software ini adalah: data parameter, filter, posisi planet, dan posisi asteroid. Sedangkan yang melibatkan efek Yarkovsky, file masukannya ditambah dengan data spin asteroid, parameter termal, dan file parameter efek Yarkovsky. Dengan keadaan awal asteroid yang sama, diharapkan dapat terlihat perbandingan hasil perhitungan tanpa dan dengan melibatkan efek Yarkovsky. IV.2 Rincian Data Masukan Ada 4 file masukan yang sama dalam menjalankan program swift_rmvs3_f (tanpa efek Yarkovsky) dan swift_rmvs3_f_y (melibatkan efek Yarkovsky). Pertama adalah file parameter umum seperti rentang waktu integrasi. Kemudian file filter yang berkaitan dengan penanganan encounter dengan planet. Posisi planet (Merkurius hingga Neptunus) dimasukkan pada file tersendiri. Setelah itu file posisi partikel (asteroid) dan kecepatannya. Tiga file selanjutnya hanya untuk kasus swift_rmvs3_f_y, yaitu: file sumbu rotasi asteroid, parameter termal, dan parameter efek Yarkovsky. Sumbu rotasi asteroid dibuat acak. Parameter termal meliputi ukuran, bulk density, surface density (ρ), konduktivitas (K), kapasitas termal (C) (lihat Tabel IV.1), albedo, emisivitas infra merah, dan periode rotasi. Nilai albedo berkaitan dengan tipe asteroid yang digunakan yaitu tipe S (Silicate) dan tipe C (Carbonaceous). 29

4 Tabel IV.1 Parameter termal berbagai permukaan asteroid (Farinella et al. 1998). Basalt Regolith-covered Iron-rich ρ (kg/m 3 ) K (W/m/K) C (J/kg/K) Data masukan program ini dibuat untuk 200 asteroid dengan ukuran 1 km yang disebar posisinya secara acak pada sumbu semimajor di daerah dalam (inner AU, 100 asteroid, tipe S dengan albedo 0.2) dan pusat (central AU, 100 asteroid, tipe C dengan albedo 0.05) sabuk utama. Asteroid diasumsikan memiliki permukaan basalt dan regolith yang disebar secara acak di daerah dalam dan pusat sabuk utama. Untuk kedua kasus, rentang integrasi orbit diambil sama, yaitu 100 juta tahun. Waktu integrasi ini digunakan untuk melihat jejak evolusi dan peran efek Yarkovsky yang berorde juta tahun (lihat Gambar III.1). Pada daerah distribusi asteroid-masukan terdapat 3 resonansi utama/kuat yang berpengaruh, yaitu resonansi ν 6 dengan Saturnus di daerah dalam, dan resonansi 3:1 dan 5:2 dengan Jupiter di daerah pusat. Pada diagram a-e (Gambar IV.1), resonansi ν 6 berada pada daerah 2.1 AU, resonansi 3:1 pada 2.5 AU, dan resonansi 5:2 pada 2.8 AU. Garis-garis aphelion dan perihelion Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars ditunjukkan dengan kurva yang nantinya dapat digunakan untuk melihat interaksi asteroid dengan planet. Eksentrisitas Mercury Cross. Venus Cross. Earth Cross. Mars Cross. 7:3 nu 6 3:1 5:2 2: Sumbu Semimajor (AU) Gambar IV.1 Resonansi di daerah sabuk utama dan kurva interaksi planet. 30

5 O Brien (2004) inner belt central belt Gambar IV.2 Distribusi a-e asteroid sebenarnya (atas) dan masukan (bawah) untuk program integrasi orbit. Distribusi asteroid-masukan di sabuk utama dapat dilihat pada Gambar IV.2 yang merupakan plot a-e. Gambar bagian atas menunjukkan distribusi a-e asteroidsebenarnya di sabuk utama (O Brien 2004). Daerah yang dibatasi oleh elips merupakan daerah distribusi a-e asteroid-masukan yang rinciannya diberikan pada gambar di bawahnya. Distribusi asteroid-masukan ini diasumsikan mewakili distribusi asteroid-sebenarnya di sabuk utama. Sebagai catatan, distribusi asteroidmasukan pada daerah pusat melintasi daerah resonansi 5:2. Demikian halnya untuk distribusi a-i asteroid-masukan, kondisi awal disampaikan pada Gambar IV.3. Pada daerah dalam, distribusi ini melintasi resonansi ν 6. 31

6 O Brien (2004) inner belt central belt Gambar IV.3 Distribusi a-i asteroid sebenarnya (atas) dan masukan (bawah) untuk program integrasi orbit. IV.3 Hasil Keluaran Tes evolusi orbit asteroid dijalankan bersamaan untuk kedua kasus, yaitu yang tanpa dan yang melibatkan efek Yarkovsky. Integrasi untuk kasus tanpa Yarkovsky memakan waktu sekitar 5.6 hari sedangkan kasus yang melibatkan efek Yarkovsky memakan waktu sekitar 6.6 hari, pada komputer dengan prosesor 2.8 GHz dan memori 1 GB. Hasil keluaran program ini berupa data yang perlu diolah agar jejak evolusi dan peran efek Yarkovsky dapat dianalisis. Cuplikan beberapa tahap evolusi (0.1, 1, 10, dan 100 juta tahun) untuk kedua kasus di atas diberikan visualisasinya pada Gambar IV.4 dan Gambar IV.5 untuk diagram a-e-i. 32

7 0.1 Myr 1 Myr Gambar IV.4 Cuplikan jejak evolusi (atas ke bawah: 0.1 dan 1 juta tahun) a-e-i asteroid tanpa (kiri) dan dengan (kanan) menggunakan efek Yarkovsky. Warna kurva interaksi planet sama dengan pada Gambar IV.1. 33

8 10 Myr 100 Myr Gambar IV.5 Cuplikan jejak evolusi (atas ke bawah: 10 dan 100 juta tahun) a-e-i asteroid tanpa (kiri) dan dengan (kanan) menggunakan efek Yarkovsky. Warna kurva interaksi planet sama dengan pada Gambar IV.1. 34

9 IV.4 Analisis Hasil dan Diskusi Evolusi orbit yang tampak pada Gambar IV.4 dan IV.5 akan dijelaskan berikut ini. Tahap evolusi 0.1 juta tahun (0.1 Myr): Sejumlah asteroid-masukan di daerah pusat yang secara khusus melintasi resonansi 5:2 pada a ~2.82 AU, dengan tempo yang relatif cepat ( 0.1 juta tahun) berubah bentuk orbitnya menjadi lebih lonjong dengan inklinasi membesar (Gambar IV.4 atas). Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa asteroid yang mendiami daerah resonansi 5:2 pada sumbu semimajor yang tetap, yaitu ~2.82 AU, dengan nilai e dan/atau i yang besar. Semakin lama evolusinya, distribusi asteroid-masukan pada daerah pusat menjadi bimodal, yaitu kelompok dengan a ~ AU, dan a > 2.8 AU. Pada tahap evolusi ini tidak dapat diketahui peran efek Yarkovsky karena kedua kasus integrasi menunjukkan hasil yang relatif sama. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh skala waktu asteroid untuk masuk ke resonansi ( 0.1 juta tahun) lebih cepat daripada skala waktu efek Yarkovsky mulai signifikan (1 juta tahun). Sementara itu pada tahap evolusi selanjutnya, distribusi asteroid pada daerah pusat sudah menjadi bimodal, sehingga kecil kemungkinan asteroid dapat dengan segera masuk ke resonansi 5:2 karena membutuhkan jelajah sumbu semimajor lebih panjang. Tahap evolusi 1 juta tahun (1 Myr): Pada tahap ini distribusi a-e dan a-i asteroid sangat berbeda untuk kasus tanpa dan dengan melibatkan efek Yarkovsky. Pada distribusi a-e tanpa efek Yarkovsky (Gambar IV.4 bawah), distribusi asteroid tampak lebih terbuka dengan lebih banyak asteroid berada pada a ~ AU yang merupakan daerah jelajah interaksi Venus, Bumi, dan Mars. Sedangkan untuk kasus melibatkan efek Yarkovsky, distribusi asteroid tampak jauh lebih teratur yaitu berada pada daerah jelajah interaksi Venus, Bumi, dan Mars. Efek Yarkovsky akan menyebabkan interaksi asteroid dengan planet secara orbital menjadi lebih terjaga atau stabil. 35

10 Pada diagram a-i asteroid pada tahap 1 juta tahun, untuk kasus tanpa efek Yarkovsky, asteroid daerah dalam (dengan bantuan resonansi ν 6 ) lebih cepat menyebar dibandingkan dengan kasus yang melibatkan efek Yarkovsky. Perbedaan pun tampak pada adanya beberapa asteroid yang memiliki inklinasi lebih dari 20 untuk kasus tanpa efek Yarkovsky, dibandingkan dengan lebih banyak asteroid berada pada bidang ekliptika di daerah dekat-bumi untuk kasus dengan melibatkan efek Yarkovsky. Sepintas tampak bahwa efek Yarkovsky dapat membuat inklinasi asteroid menjadi lebih teratur mengikuti interaksi dengan planet, meskipun bentuk orbitnya relatif lonjong. Tahap evolusi 10 juta (10 Myr) dan 100 juta tahun (100 Myr): Kedua tahap ini menunjukkan hasil yang serupa antara kasus tanpa dan dengan efek Yarkovsky. Hal ini berlaku untuk distribusi a-e dan a-i. Berbeda dengan peran resonansi 5:2 atau ν 6, peran resonansi 3:1 pada a ~ 2.50 AU tidak tampak karena distribusi awal asteroid-masukan tidak melintasi daerah resonansi ini. Lebih khusus lagi, tidak ada asteroid-masukan yang berada di daerah 2.50 ± 0.02 AU. Akibatnya walaupun integrasi dilakukan sepanjang 100 juta tahun, jelajah asteroid yang tidak transfer melalui resonansi, umumnya beringsut (drift) tidak lebih jauh dari 0.02 AU. Hal ini ditunjukkan pada Gambar IV.6 kanan, yang merupakan sampel dari asteroid sejenis ini untuk evolusi 100 juta tahun. Berikut ini akan diberikan beberapa contoh jejak evolusi asteroid. Pada gambar IV.6, IV.7, IV.8 berikut ini, jejak evolusi orbit sebuah asteroid sepanjang waktu perhitungan diberikan melalui diagram a-e dan a-i dengan gradasi warna dari ungu ke hitam. Kala waktu perhitungan ini dapat saja berbeda untuk masingmasing asteroid karena akhir riwayatnya ditentukan oleh salah satu faktor berikut ini, yaitu: (1) waktu total integrasi (100 juta tahun), (2) jatuh ke planet atau matahari, dan (3) terlempar keluar dari tata surya. Sebagai catatan, elemen orbit awal asteroid untuk kedua kasus (tanpa dan dengan melibatkan efek Yarkovsky) adalah sama. 36

11 Gambar IV.6 Contoh jejak evolusi orbit asteroid dengan drift kecil. Contoh pertama: evolusi orbit asteroid dengan ingsutan (drift) kecil. Paparan berikut ini merupakan contoh asteroid yang bertahan dan tetap masih ada sepanjang waktu perhitungan 100 juta tahun. Gambar IV.6 bagian atas (diagram a-e) dan IV.6 bagian bawah (diagram a-i) menunjukkan bahwa besar ingsutan untuk kasus tanpa efek Yarkovsky (panel kiri) lebih kecil dibandingkan dengan kasus yang melibatkan efek Yarkovsky (panel kanan). Hal ini ditunjukkan dengan lebar rentang a yang dijelajahi asteroid. Kedua kasus ini menujukkan tidak adanya perubahan pada e dan i, artinya praktis tidak signifikan peran efek Yarkovsky pada perubahan e dan i. Peran efek Yarkovsky yang dominan terlihat pada jauhnya ingsutan posisi akhir asteroid (warna hitam) terhadap letaknya semula (warna ungu) pada domain a. 37

12 Gambar IV.7 Contoh jejak evolusi asteroid yang masuk ke daerah planet dalam. Warna kurva interaksi planet sama dengan pada Gambar IV.1 Contoh kedua: evolusi orbit asteroid memasuki daerah planet dalam. Gambar IV.7 bagian atas dan IV.7 bagian bawah menunjukkan diagram a-e dan a- i untuk asteroid yang sama. Rentang waktu evolusi orbit untuk kasus tanpa efek Yarkovsky (panel kiri) ternyata lebih pendek (~4 juta tahun) daripada untuk kasus yang melibatkan efek Yarkovsky (panel kanan, ~22 juta tahun). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kompleksnya jejak evolusi asteroid untuk kasus yang melibatkan efek Yarkovsky. Tampak pada Gambar IV.7 atas-kanan, asteroid berinteraksi aktif dengan konfigurasi Mars (dipengaruhi resonansi ν 6 )-Bumi- Mars-Bumi-Venus sebelum akhirnya terlempar ke luar tata surya. Pada Gambar IV.7 bawah-kanan menunjukkan bahwa asteroid ini (warna hitam) melakukan penjelajahan dengan inklinasi rendah (warna ungu) dan tinggi (warna hitam). Evolusi kompleks seperti ini tidak dijumpai pada kasus tanpa efek Yarkovsky. Efek Yarkovsky kemungkinan berperan pada tahap evolusi yang lebih dini ketika melewati resonansi ν 6 sebelum memasuki penjelajahan orbit berkonfigurasi 38

13 kompleks, yang akhirnya membuat rentang waktu evolusi orbit menjadi lebih lama. Gambar IV.8 Contoh jejak evolusi asteroid yang terlempar langsung ke luar tata surya. Warna kurva interaksi planet sama dengan pada Gambar IV.1, namun untuk Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Contoh ketiga: evolusi orbit asteroid yang terlempar langsung ke luar tata surya. Diagram a-e dan a-i evolusi orbit untuk contoh ketiga ini diberikan pada Gambar IV.8 bagian atas dan IV.8 bagian bawah. Seperti pada contoh kedua, rentang waktu evolusi orbit untuk kasus tanpa efek Yarkovsky (panel kiri) ternyata juga lebih pendek (~1.5 juta tahun) daripada untuk kasus yang melibatkan efek Yarkovsky (panel kanan, ~2 juta tahun). Perbedaan lain antara kasus tanpa dan dengan melibatkan efek Yarkovsky adalah pada daerah orbit Jupiter yang membuat evolusi orbit asteroid lebih panjang sebelum berinteraksi dengan Jupiter (kasus dengan efek Yarkovsky). Interaksi ini membuat orbit asteroid (diawali 39

14 warna ungu) menjadi sedemikian lonjong (Gambar IV.8 atas-kanan) dengan inklinasi yang meningkat (Gambar IV.8 bawah-kanan) sebelum akhirnya terlempar ke luar tata surya (warna hitam). Keadaan ini tidak dijumpai untuk kasus yang tidak melibatkan efek Yarkovsky yang lebih cepat terlempar ke luar tata surya. Efek Yarkovsky sepertinya berperan untuk membantu proses drift asteroid sehingga berinteraksi dengan Jupiter dan Saturnus yang akhirnya membuat rentang waktu evolusi orbit menjadi lebih lama. 40

Bab III Aplikasi Efek Radiasi Termal Pada Asteroid

Bab III Aplikasi Efek Radiasi Termal Pada Asteroid Bab III Aplikasi Efek Radiasi Termal Pada Asteroid Main Belt Asteroids (MBAs) adalah asteroid-asteroid yang mendiami daerah diantara Mars dan Jupiter, yakni 2.0 3.3 AU, yang ditaksir berjumlah sekitar

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL ASTRONOMI Ronde : Analisis Data Waktu : 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

Telaah Evolusi Orbit 42 Asteroid PHAs

Telaah Evolusi Orbit 42 Asteroid PHAs ISSN: Simposium Nasional Fisika 1 (2015) 1-7 Telaah Evolusi Orbit 42 Asteroid PHAs Judhistira Aria Utama 1*, Waslaluddin 1 Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia *j.aria.utama@upi.edu

Lebih terperinci

EVOLUSI ORBIT CENTAURS DAN TRANS-NEPTUNUS KE BAGIAN DALAM TATA SURYA

EVOLUSI ORBIT CENTAURS DAN TRANS-NEPTUNUS KE BAGIAN DALAM TATA SURYA 102 Jurnal Sains Dirgantara Vol. 8 No. 1 Desember 2010 :102-114 EVOLUSI ORBIT CENTAURS DAN TRANS-NEPTUNUS KE BAGIAN DALAM TATA SURYA B. Dermawan *), Z. Hudaya **), T. Hidayat, M. Putra *), A. Fermita,

Lebih terperinci

Bab II Efek Radiasi Termal Pada Asteroid

Bab II Efek Radiasi Termal Pada Asteroid Bab II Efek Radiasi Termal Pada Asteroid Dalam dasawarsa terakhir ada beberapa ketidakcocokan antara prediksi model klasik dengan hasil observasi (sebagai review lihat Bottke et al. 2006). Ketidakcocokan

Lebih terperinci

TELAAH EFEK RADIASI TERMAL PADA ASTEROID: Tes Evolusi Orbit Asteroid Berukuran 1 Km TUGAS AKHIR ADELIA FERMITA NIM : Program Studi Astronomi

TELAAH EFEK RADIASI TERMAL PADA ASTEROID: Tes Evolusi Orbit Asteroid Berukuran 1 Km TUGAS AKHIR ADELIA FERMITA NIM : Program Studi Astronomi TELAAH EFEK RADIASI TERMAL PADA ASTEROID: Tes Evolusi Orbit Asteroid Berukuran 1 Km TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

DINAMIKA ORBIT ASTEROID 2012 DA14 PASCAPAPASAN DEKAT DENGAN BUMI

DINAMIKA ORBIT ASTEROID 2012 DA14 PASCAPAPASAN DEKAT DENGAN BUMI DINAMIKA ORBIT ASTEROID 2012 DA14 PASCAPAPASAN DEKAT DENGAN BUMI Judhistira Aria Utama 1*), Budi Dermawan 2, Taufiq Hidayat 2, Umar Fauzi 3 1 Program Studi Astronomi, Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 2 KK

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2004 Materi Uji : ASTRONOMI Waktu :

Lebih terperinci

TELAAH AWAL KEUBAHAN SETENGAH SUMBU PANJANG AKIBAT EFEK YARKOVSKY PADA ASTEROID 3362 KHUFU (1984 QA)

TELAAH AWAL KEUBAHAN SETENGAH SUMBU PANJANG AKIBAT EFEK YARKOVSKY PADA ASTEROID 3362 KHUFU (1984 QA) TELAAH AWAL KEUBAHAN SETENGAH SUMBU PANJANG AKIBAT EFEK YARKOVSKY PADA ASTEROID 3362 KHUFU (1984 QA) E. Soegiartini dan S. Siregar Program Studi Astronomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

TELAAH AWAL KEUBAHAN SETENGAH SUMBU PANJANG AKIBAT EFEK YARKOVSKY PADA ASTEROID 3362 KHUFU (1984 QA)

TELAAH AWAL KEUBAHAN SETENGAH SUMBU PANJANG AKIBAT EFEK YARKOVSKY PADA ASTEROID 3362 KHUFU (1984 QA) Telaah Awal Keubahan Setengah Sumbu... (E. Soegiartini et al.) TELAAH AWAL KEUBAHAN SETENGAH SUMBU PANJANG AKIBAT EFEK YARKOVSKY PADA ASTEROID 3362 KHUFU (1984 QA) E. Soegiartini, dan S. Siregar Program

Lebih terperinci

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 1. [SDW] Tata Surya adalah... A. susunan Matahari, Bumi, Bulan dan bintang B. planet-planet dan satelit-satelitnya C. kumpulan

Lebih terperinci

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda 1. Tinggi bintang dari bidang ekuator disebut a. altitude b. latitude c. longitude d. deklinasi e. azimut 2. Titik pertama Aries, didefinisikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari animasi 3D pengenalan tata surya. Dalam animasi 3D pengenalan tata surya dapat mempermudah siswa dan masyarakat

Lebih terperinci

Materi Bumi dan Antariksa)

Materi Bumi dan Antariksa) (Pendalaman Materi Bumi dan Antariksa) Hari/Tanggal : Rabu & Kamis,, 19 & 20 Sep 2007 Waktu : 13.55 11. 45 Penyaji : Drs. Yamin Winduono, M.Pd Tempat : Ruang Plato Brainstorming / Diskusi /Tanya jawab

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya 1. Perhatikan ciri-ciri planet pada tabel berikut. SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1 Nama Planet Ciri Ciri (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata

Lebih terperinci

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM BAB III ANALISA SISTEM Pada bab ini akan dibahas analisa dan cara kerja pembuatan aplikasi pembelajaran tata surya menggunakan Android Studio. Adapun tahapan-tahapan dalam pembuatan aplikasi ini yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi pada dunia saat ini terus menunjukkan peningkatann yang signifikan, terutama pada bidang mobile phone. Mobile phone sebagai alat komunikasi

Lebih terperinci

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Tata Surya, sebuah kerajaan di langit

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Tata Surya, sebuah kerajaan di langit Tata Surya, sebuah kerajaan di langit Kata solar berasal dari bahasa Latin Sol yang artinya Matahari atau Surya. Jadi, yang dimaksud dengan Tata Surya adalah sebutan yang diberikan pada Matahari dan seluruh

Lebih terperinci

3. MEKANIKA BENDA LANGIT

3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3.1. ELIPS Sebelum belajar Mekanika Benda Langit lebih lanjut, terlebih dahulu perlu diketahui salah satu bentuk irisan kerucut yaitu tentang elips. Gambar 3.1. Geometri Elips

Lebih terperinci

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

JAWABAN DAN PEMBAHASAN JAWABAN DAN PEMBAHASAN 1. Dalam perjalanan menuju Bulan seorang astronot mengamati diameter Bulan yang besarnya 3.500 kilometer dalam cakupan sudut 6 0. Berapakah jarak Bulan saat itu? A. 23.392 km B.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : 1 kali pertemuan 2 35 menit. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : 1 kali pertemuan 2 35 menit. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas Semester Alokasi waktu : Ilmu Pengetahuan Alam : VI (enam) : 2 (dua) : 1 kali pertemuan 2 35 menit Standar Kompetensi Memahami matahari sebagai pusat

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 9 Fisika

Antiremed Kelas 9 Fisika Antiremed Kelas 9 Fisika Tata Surya - Latihan Ulangan Doc Name : AR09FIS0599 Version : 2012-10 halaman 1 01. Berikut ini adalah planet-planet pada tata surya kita. Urutan yang benar dari yang terdekat

Lebih terperinci

KELOMPOK I. Raditya Budi Satria ( ) Imelsa Heni Priyayik ( ) Sergius Prastowo ( ) Rina Metasari ( )

KELOMPOK I. Raditya Budi Satria ( ) Imelsa Heni Priyayik ( ) Sergius Prastowo ( ) Rina Metasari ( ) KELOMPOK I Raditya Budi Satria (101134007) Imelsa Heni Priyayik (101134098) Sergius Prastowo (101134116) Rina Metasari (101134131) BERTAMASYA MENJELAJAHI TATA SURYA KI-KD EVALUASI INDIKATOR BERTAMASYA

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

Klik. Korona pada Matahari

Klik. Korona pada Matahari Klik Korona pada Matahari Klik Kromosfer pada Matahari Klik TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya 1. Planet 2. Asteroid 3. Satelit 4. Meteoroid 5. Komet

Lebih terperinci

Implementasi Augmented Reality pada Pemodelan Tata Surya

Implementasi Augmented Reality pada Pemodelan Tata Surya Implementasi Augmented Reality pada Pemodelan Tata Surya Oleh : Nur Muhammad Firdaus Hidayat Nrp : 2207 100 085 Dosen pembimbing : Dr. Surya Sumpeno,S.T.,M.Sc. Christyowidiasmoro, S.T.,M.T. Latar Belakang

Lebih terperinci

BUMI DAN ALAM SEMESTA

BUMI DAN ALAM SEMESTA BUMI DAN ALAM SEMESTA ALAM SEMESTA Universe (alam semesta berasal dari bahasa Perancis kuno (Univers/Universum), dari kata : #Uni yang berarti satu #Vorsum yang berarti sesuatu yang berputar, menggulung,

Lebih terperinci

Bab II TEORI ENCOUNTER PLANET

Bab II TEORI ENCOUNTER PLANET Bab II TEORI ENCOUNTER PLANET Terdapat beberapa populasi asteroid di tata surya. Populasi terbesar berada pada sabuk utama yang terletak di antara orbit Mars dan orbit Jupiter (Main Belt Asteroids, MBAs).

Lebih terperinci

DINAMIKA ORBIT ASTEROID YANG ANALOG DENGAN ORBIT BUMI

DINAMIKA ORBIT ASTEROID YANG ANALOG DENGAN ORBIT BUMI 164 Jurnal Sains Dirgantara Vol. 7 No. 2 Juni 2010 :164-177 DINAMIKA ORBIT ASTEROID YANG ANALOG DENGAN ORBIT BUMI B. Dermawan *), T. Hidayat *), M. Putra *), A. Fermita **), D. T. Wahyuningtyas **), D.

Lebih terperinci

TAKARIR. pakai khusus

TAKARIR. pakai khusus TAKARIR Authoring tool professional : Pengintegrasian elemen-elemen yang terpisah dengan menggunakan perangkat lunak siap pakai khusus Computer Aided Instruction Drill and practice Education Interactive

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SEKOLAH : SMP N 1 Sukorame KELAS / SEMESTER : IX (sembilan) / 2 MATA PELAJARAN : I P A

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SEKOLAH : SMP N 1 Sukorame KELAS / SEMESTER : IX (sembilan) / 2 MATA PELAJARAN : I P A RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SEKOLAH : SMP N 1 Sukorame KELAS / SEMESTER : IX (sembilan) / 2 MATA PELAJARAN : I P A STANDAR KOMPETENSI 5. Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi

Lebih terperinci

NAMA :... NIM :... KELAS :......

NAMA :... NIM :... KELAS :...... NAMA :... NIM :... KELAS :...... T A T A S U R Y A Tata surya terdiri dari matahari sebagai pusat tata surya, planet-planet (termasuk bumi) dan benda langit lain semuanya secara langsung dan tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia dalam bidang digitalisasi sekarang sangat pesat. Era

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia dalam bidang digitalisasi sekarang sangat pesat. Era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia dalam bidang digitalisasi sekarang sangat pesat. Era digitalisasi mampu membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Secara tidak langsung

Lebih terperinci

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014 Oleh : Kunjaya Kompetensi Dasar X.3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi X.4.5 Menyajikan ide / gagasan terkait gerak melingkar Pengertian

Lebih terperinci

seperti sebuah bajak, masyarakat Cina melihatnya seperti kereta raja yang ditarik binatang, dan masyarakat Jawa melihatnya seperti bajak petani.

seperti sebuah bajak, masyarakat Cina melihatnya seperti kereta raja yang ditarik binatang, dan masyarakat Jawa melihatnya seperti bajak petani. GALAKSI Pada malam yang cerah, ribuan bintang dapat kamulihat di langit. Sesungguhnya yang kamu lihat itu belum seluruhnya, masih terdapat lebih banyak lagi bintang yangtidak mampu kamu amati. Di angkasa

Lebih terperinci

Sistem Tata surya. Maulana Pandudinata 9F/09

Sistem Tata surya. Maulana Pandudinata 9F/09 Sistem Tata surya Maulana Pandudinata 9F/09 Tata Surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri dari Matahari sebagai pusatnya dan planet-planet, asteroid, komet dan meteorid yang mengelilinginya

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Revolu si. Rotasi. Mataha ri TATA SURYA. satelit buata n. satelit. alami. satelit. Bulan. palapa. Kalender Masehi. Revolu si.

PETA KONSEP. Revolu si. Rotasi. Mataha ri TATA SURYA. satelit buata n. satelit. alami. satelit. Bulan. palapa. Kalender Masehi. Revolu si. PETA KONSEP TATA SURYA Matahar i Planet Asteroi d Komet Meteor id Pusat Tata Surya Merkuri us Venus Bumi Mars Jupiter Saturnus Uranus Neptunu s Rotasi Revolu si satelit buata n satelit alami Pembagi an

Lebih terperinci

indahbersamakimia.blogspot.com

indahbersamakimia.blogspot.com Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2007 Materi Uji : Astronomi Waktu : 150 menit Tidak diperkenankan menggunakan alat hitung (kalkultor). Di bagian akhir soal diberikan daftar konstanta yang

Lebih terperinci

Gambar tata sury, alam 98

Gambar tata sury, alam 98 TATA SURYA Jika kita terbang mengarungi ruang angkasa meninggalkan bumi. Dari suatu tempat akan dapat melihat bumi bersama delapan planet lainnya bergerak mengedari matahari. Planetplanet (planetai = pengembara)

Lebih terperinci

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya Secara Umum, Pengertian Planet adalah benda langit yang mengorbit atau mengelilingi suatu bintang dengan lintasan dan kecepatan tertentu. Contohnya

Lebih terperinci

TUGAS APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RTG VS SEL SURYA

TUGAS APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RTG VS SEL SURYA TUGAS APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RTG VS SEL SURYA Muhammad Ilham, Mohamad Yusup, Praba Fitra 10211078, 10211077, 10211108 Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia

Lebih terperinci

PLANET DAN SATELITNYA. Merkurius

PLANET DAN SATELITNYA. Merkurius PLANET DAN SATELITNYA Merkurius Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/tata_surya Merkurius dikanal juga dengan bulannya Matahari karena Merkurius merupakan planet yang paling dekat dengan Matahari dan planet

Lebih terperinci

MARKETING PLAN PLANET WIN. By: KinSyamCol

MARKETING PLAN PLANET WIN. By: KinSyamCol MARKETING PLAN PLANET WIN By: KinSyamCol Keunggulan Marketing Plan: Tidak ada biaya pendaftaran Tidak ada TUTUP Poin Tidak ada Side Volume Dapat melakukan Placement Pendaftaran secara ONLINE Reward Akumulasi

Lebih terperinci

Info Astronomy JELAJAH SEMESTA. Penerbit Info Astronomy

Info Astronomy JELAJAH SEMESTA. Penerbit Info Astronomy Info Astronomy JELAJAH SEMESTA Penerbit Info Astronomy JELAJAH SEMESTA Oleh: Info Astronomy Hak Cipta 2013 by Info Astronomy Penerbit Info Astronomy www.infoastronomy.uni.me info.astronomy@gmail.com Desain

Lebih terperinci

UNIT 13: GERAK BENDA LANGIT

UNIT 13: GERAK BENDA LANGIT MATERI KULIAH IPA-1 JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FOTO YANG RELEVAN UNIT 13: GERAK BENDA LANGIT I Introduction 5 Latar Belakang Pada K-13 Kkelas VII terdapat KD sebagai

Lebih terperinci

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Satuan Besaran dalam Astronomi Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar X.3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsipprinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian dan aturan angka penting) X.4.1 Menyajikan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Tata surya

Pendahuluan. Tata surya Pendahuluan Pada langit malam yang cerah (dan tidak mendung), cobalah lihat ke langit. Maka anda akan melihat bintang-bintang di langit yang jumlahnya tergantung pada kualitas langit tempat kita berada.

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SDN Pesantren Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VI / 2 Tahun Pelajaran : 2011/2012 Alokasi Waktu Standar Kompetensi : 30 x 30 menit : 9. Memahami matahari sebagai

Lebih terperinci

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Pluto, Planet?

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Pluto, Planet? Pluto, Planet? Mengapa dinamakan Pluto? Pluto dalam bahasa Yunani berarti Hades, yaitu nama dewa dunia penjahat Yunani. Setelah mendapat banyak usulan pemberian nama planet kesembilan dari sistem tata

Lebih terperinci

Sabar Nurohman, M.Pd

Sabar Nurohman, M.Pd Sabar Nurohman, M.Pd Sistem yang terdiri dari matahari dan sejumlah benda angkasa yang terikat secara gravitasional dengan matahari, yaitu Planetplanet, satelit, komet, planet minor atau asteroid, meteroida

Lebih terperinci

Dunia Baru di Mars. Download Buku Gratis -

Dunia Baru di Mars. Download Buku Gratis - Dunia Baru di Mars Penduduk bumi sangat tertarik dengan Planet Mars yang merah membara. Ketertarikan manusia akan planet lain ini sangat wajar, apalagi jika kita melihat kondisi bumi tempat tinggal kita

Lebih terperinci

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas gerak benda langit dalam medan potensial umum, misalnya potensial sebagai

Lebih terperinci

TATA SURYA & SISTEM KEPLANETAN LAIN

TATA SURYA & SISTEM KEPLANETAN LAIN TATA SURYA & SISTEM KEPLANETAN LAIN Pembentukan Tata Surya Anggota-anggota Tata Surya Hukum Kepler Sistem Keplanetan di Luar Tata Surya Kompetensi Dasar: Memahami konsep Tata Surya Judhistira Aria Utama,

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2012 Waktu 180 menit Nama Provinsi Tanggal Lahir.........

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

BAB III PEMBAHASAN MASALAH BAB III PEMBAHASAN MASALAH 3.1 Rancangan Umum Aplikasi Aplikasi tentang pengenalan Tata Surya ini memiliki 22 Menu, yaitu Scene Intro, Menu Utama yang terdiri dari 3 submenu yaitu menu Asal-usul Tata Surya,

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 Bidang Astronomi Waktu : 150 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kita. IPA lebih populer dengan istilah sains. Istilah ini merujuk pada suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kita. IPA lebih populer dengan istilah sains. Istilah ini merujuk pada suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Hakekat IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu dari bidang ilmu pengetahuan yang objek kajiannya lingkungan alam yang ada di sekitar kita. IPA

Lebih terperinci

UJI KEMAMPUAN IPA TATA SURYA. Isilah titik-titik berikut dengan jawaban yang tepat! 2. Diameter matahari adalah km

UJI KEMAMPUAN IPA TATA SURYA. Isilah titik-titik berikut dengan jawaban yang tepat! 2. Diameter matahari adalah km 102 UJI KEMAMPUAN IPA TATA SURYA Nama : Kelas : No.urut : Isilah titik-titik berikut dengan jawaban yang tepat! 1. Pusat tata surya adalah.. 2. Diameter matahari adalah km 3. Sebagai bintang, matahari

Lebih terperinci

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Asteroid

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Asteroid Asteroid Apakah asteroid itu? Asteroid adalah benda angkasa yang berupa pecahan kecil-kecil dan bergerak mengelilingi matahari. Pecahan kecil-kecil itu berupa batu dengan bentuk yang tidak beraturan. Asteroid

Lebih terperinci

TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya:

TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya: TATA SURYA Susunan Matahari dan anggota tata surya yang mengitarinya. Anggota Tata Surya: 1. Planet 2. Asteroid 3. Satelit 4. Meteorid 5. Komet Planet Planet adalah benda langit yang tidak dapat memancarkan

Lebih terperinci

BAB 2 ORBIT DAN SIFAT FISIS ASTEROID

BAB 2 ORBIT DAN SIFAT FISIS ASTEROID BAB 2 ORBIT DAN SIFAT FISIS ASTEROID 2.1 Asteroid Definisi kata Asteroid adalah star-like atau seperti bintang. Definisi ini menjelaskan penampakan visual asteroid dari teleskop namun tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014

PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014 PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014 NAMA PROVINSI TANGGAL LAHIR ASAL SEKOLAH KABUPATEN/ KOTA TANDA TANGAN 1. Dilihat dari Bumi, bintang-bintang tampak

Lebih terperinci

1. "Ia mempunyai hobi bermain dengan pesawat model " (Benda kecil dengan sifat seperti sesungguhnya)

1. Ia mempunyai hobi bermain dengan pesawat model  (Benda kecil dengan sifat seperti sesungguhnya) Bab 1 Pendahuluan 1-1 Definisi Model adalah representasi suatu masalah dalam bentuk yang lebih sederhana agar mudah dikerjakan dan diaplikasikan 1-2 Pengertian-pengertian 1. "Ia mempunyai hobi bermain

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS CLOSE APPROACH BEBERAPA ASTEROID BERBAHAYA

Bab IV ANALISIS CLOSE APPROACH BEBERAPA ASTEROID BERBAHAYA Bab IV ANALISIS CLOSE APPROACH BEBERAPA ASTEROID BERBAHAYA Sebagian besar asteroid yang termasuk kelompok PHAs menimbulkan ancaman dikarenakan orbitnya yang sangat dekat dengan Bumi (kurang dari 0.05 AU)

Lebih terperinci

Bab III INTERAKSI GALAKSI

Bab III INTERAKSI GALAKSI Bab III INTERAKSI GALAKSI III.1 Proses Dinamik Selama Interaksi Interaksi merupakan sebuah proses saling mempengaruhi yang terjadi antara dua atau lebih obyek. Obyek-obyek yang saling berinteraksi dapat

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI SUSUNAN TATA SURYA DENGAN ALAT PERAGA SEDERHANA ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI SUSUNAN TATA SURYA DENGAN ALAT PERAGA SEDERHANA ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI SUSUNAN TATA SURYA DENGAN ALAT PERAGA SEDERHANA Ashiong Parhehean Munthe Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang Email korespondensi : ean_munthe@yahoo.com

Lebih terperinci

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Komet

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Komet Komet Apakah komet membawa sial? Pada zaman purbakala, komet yang terang merupakan suatu kejadian yang menakutkan. Kemunculan komet dianggap sebagai lambang suatu bencana seperti penyakit pes, kelaparan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang-ruang di antara planet-planet di tata surya kita ternyata tidaklah benar-benar kosong. Ruang-ruang tersebut berisikan partikel-partikel ataupun benda-benda mulai

Lebih terperinci

Relasi Empirik Diameter Asteroid Dengan Fenomena Tsunami Dan Gempa

Relasi Empirik Diameter Asteroid Dengan Fenomena Tsunami Dan Gempa Relasi Empirik Diameter Asteroid Dengan Fenomena Tsunami Dan Gempa TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung oleh: Dhany Dewantara

Lebih terperinci

SINTESIS POPULASI DENGAN PROGRAM STAR

SINTESIS POPULASI DENGAN PROGRAM STAR Bab VI SINTESIS POPULASI DENGAN PROGRAM STAR Sintesis populasi biasanya dilakukan dengan membuat sekelompok model bintang dengan berbagai massa dan parameter yang diinginkan dan kemudian diikuti evolusinya

Lebih terperinci

Contoh Soal : Jawaban : Diketahui. Ditanyakan. Penyelesaian :

Contoh Soal : Jawaban : Diketahui. Ditanyakan. Penyelesaian : Contoh Soal : Planet jupiter memiliki jarak orbit ke matahari yang diperkirakan sama dengan empat kali jarak orbit bumi ke matahari. Periode revolusi bumi mengelilingi matahari 1 tahun. Berapakah periode

Lebih terperinci

APLIKASI MULTIMEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN IPA UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS VI. Endah Arnitasari dan Hanif Al Fatta

APLIKASI MULTIMEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN IPA UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS VI. Endah Arnitasari dan Hanif Al Fatta APLIKASI MULTIMEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN IPA UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS VI Endah Arnitasari dan Hanif Al Fatta Abstracts Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat sekarang ini,

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROVINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROVINSI ASTRONOMI Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL KARYA/ IMPLEMENTASI Kegiatan implementasi atau penerapan dilakukan dengan dasar yang telah direncanakan, pada penerapan sistem yang diusulkan tentu harus disediakan

Lebih terperinci

Planet-planet dalam sistem tatasurya kita

Planet-planet dalam sistem tatasurya kita Cari planet yuuuk Film-film fiksi ilmiah sering menampilkan impian terpendam akan adanya dunia lain di jagad raya ini. Sejauh mana kebenaran film-film tersebut? Apakah memang ada bumi lain di sistem tatasurya

Lebih terperinci

SISTEM TATA SURYA. Matahari merupakan salah satu bintang yang menghiasi galaksi Bima sakti. Suhu

SISTEM TATA SURYA. Matahari merupakan salah satu bintang yang menghiasi galaksi Bima sakti. Suhu SISTEM TATA SURYA 1. SUSUNAN TATA SURYA Tata surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri atas matahari sebagai pusatnya dan planet-planet meteroid,komet, serta asteroid yang mengelilingi matahari.

Lebih terperinci

BULAN = MOON ROTASI & REVOLUSI BULAN. Bidang orbit bulan miring 5,2 0 terhadap bidang ekliptika (orbit bumi mengedari matahari)

BULAN = MOON ROTASI & REVOLUSI BULAN. Bidang orbit bulan miring 5,2 0 terhadap bidang ekliptika (orbit bumi mengedari matahari) BULAN = MOON Bulan, sebagai satelit bumi. Permukaannya tidak indah seperti yang terlihat dari bumi. Permukaan bulan berlembah-lembah, bergunung-gunung. Hal itu bisa dilihat dengan teropong (dari bumi)

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI BIDANG ASTRONOMI Waktu : 210 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Mahasiswa memiliki gambaran umum perkuliahan terkait konsep-konsep dan materi subjek yang akan dibelajarkan.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Mahasiswa memiliki gambaran umum perkuliahan terkait konsep-konsep dan materi subjek yang akan dibelajarkan. Topik/Pokok Bahasan 1 Pertem Materi Pokok 1 Apersepsi konsep kebumian dan antariksa Bintang terdekat Tata surya Bumi Geosfer Pentingnya ilmu kebumian Bencana alam kebumian Topik/Pokok Bahasan 2 Pertem

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Software ini akan diujicobakan di Sekolah Dasar Islam (SDI) Ismariya Alqur aniyyah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Software ini akan diujicobakan di Sekolah Dasar Islam (SDI) Ismariya Alqur aniyyah 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Software ini akan diujicobakan di Sekolah Dasar Islam (SDI) Ismariya Alqur aniyyah yang beralamat di Jln. Hi. Khomarudin Gg Perum Polri Raja

Lebih terperinci

DISTRIBUSI ANOMALI SATELIT SELAMA SIKLUS MATAHARI KE-23 BERDASARKAN ORBITNYA

DISTRIBUSI ANOMALI SATELIT SELAMA SIKLUS MATAHARI KE-23 BERDASARKAN ORBITNYA DISTRIBUSI ANOMALI SATELIT SELAMA SIKLUS MATAHARI KE-23 BERDASARKAN ORBITNYA 84 NEFLIA 2. Data dan metode Data satelit yang digunakan dalam analisis ini adalah satelit yang mengalami anomali selama siklus

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 9 Fisika

Antiremed Kelas 9 Fisika Antiremed Kelas 9 Fisika Persiapan-UAS-1-Fisika-Kelas-9 Doc. Name: AR09FIS01UAS Version: 2015-04 halaman 1 01. Berikut ini adalah gambar atom dan penyusun-penyusunnya Proton, elektron, dan neutron secara

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI

SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI Waktu Jumlah Soal : 150 menit : 30 Soal 1. Bintang A memiliki tingkat kecemerlangan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan Bintang B. Bintang

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI BIDANG ASTRONOMI Waktu : 180 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Bab 2 Metode Pendeteksian Planet Luar-surya

Bab 2 Metode Pendeteksian Planet Luar-surya Bab 2 Metode Pendeteksian Planet Luar-surya Mendeteksi sebuah planet di bintang lain sangat sulit. Cahaya bintang terlalu terang sehingga kalaupun terdapat planet di bintang tersebut, kontras cahaya antara

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Nama Kelas & Sekolah Provinsi Kabupaten/Kota Tanggal Lahir Tanda Tangan Naskah ini

Lebih terperinci

Penulis : Mochamad Erewin Maulana, M.Si. (PPPPTK IPA) Drs. Yamin W. Ono, M.Pd. (PPPPTK IPA)

Penulis : Mochamad Erewin Maulana, M.Si. (PPPPTK IPA) Drs. Yamin W. Ono, M.Pd. (PPPPTK IPA) MODUL TATA SURYA Penulis : Mochamad Erewin Maulana, M.S (PPPPTK IPA) Drs. Yamin W. Ono, M.Pd. (PPPPTK IPA) Penyunting : Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd. (Universitas Negeri Yogyakarta) DAFTAR ISI Daftar Is...i

Lebih terperinci

BAB IV HASIL - HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV HASIL - HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS BAB IV HASIL - HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1. Data NEA dan PHA Data NEA dan PHA yang digunakan di sini diambil dari website NASA http://neo.jpl.nasa.gov/elements yang diambil tanggal 25 Juli 2006.

Lebih terperinci

Tata Surya. Magda Stavinschi. International Astronomical Union Instituto Astronómico de la Academia Rumana(Romania) 2010 Jay M.

Tata Surya. Magda Stavinschi. International Astronomical Union Instituto Astronómico de la Academia Rumana(Romania) 2010 Jay M. Tata Surya Magda Stavinschi International Astronomical Union Instituto Astronómico de la Academia Rumana(Romania) 2010 Jay M. Pasachoff Apakah Tata Surya? Matahari dan semua objek yang bergerak di sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Mari Menjelajah Mars, Fakta Paling Top - Alam Semesta,

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Mari Menjelajah Mars, Fakta Paling Top - Alam Semesta, 5 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data dan Literatur Sumber data: - Kepustakaan : - Buku : Mari Menjelajah Mars, Fakta Paling Top - Alam Semesta, Jagat Raya - Rahasia Tata Surya - Artikel web : http://www.google.com/mars/

Lebih terperinci

SYARAT BATAS DALAM PEMROGRAMAN

SYARAT BATAS DALAM PEMROGRAMAN Bab IV SYARAT BATAS DALAM PEMROGRAMAN Sintesis populasi pada tesis ini dilakukan dengan menggunakan parameterparameter yang telah didefinisikan sebelumnya. Pemodelan evolusi bintang dan sintesis populasi

Lebih terperinci

BUKTI VISUAL PENEMUAN PLANET PADA BINTANG FOMALHAUT

BUKTI VISUAL PENEMUAN PLANET PADA BINTANG FOMALHAUT Berita Dirgantara Vol. 10 No. 1 Maret 2009:26-31 BUKTI VISUAL PENEMUAN PLANET PADA BINTANG FOMALHAUT Emanuel Sungging Mumpuni Peneliti Bidang Matahari dan Antariksa, LAPAN RINGKASAN Untuk pertama kalinya

Lebih terperinci

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA PET AK ONSEP PETA KONSEP Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya Gravitasi Gravitasi planet Hukum Gravitasi Newton Menentukan massa bumi! Fisika XI

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN Fakta Kunci. Fakta kunci mengenai Animasi Edukasi Exploring Space :

BAB 4 KONSEP DESAIN Fakta Kunci. Fakta kunci mengenai Animasi Edukasi Exploring Space : 21 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi Dengan melihat tema mengenai luar angkasa beserta benda-benda luar angkasa merupakan tema edukasi yang akan menjadi media untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KOMUNIKASI

TEKNOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: TEKNOLOGI KOMUNIKASI Media Transmisi Tanpa Kabel Fakultas FIKOM Krisnomo Wisnu Trihatman S.Sos M.Si Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Satelit Satelit adalah benda yang mengorbit benda

Lebih terperinci

Raksasa Merah di Rasi Carinae

Raksasa Merah di Rasi Carinae 2017 Raksasa Merah di Rasi Carinae Suryadi Siregar Astronomy Research Group Center for Advances Sciences Bld Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia Email: Suryadi@as.itb.ac.idnomy

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL ASTRONOMI Ronde : Teori Waktu : 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2014

Lebih terperinci

VISUALISASI SISTEM TATA SURYA MENGGUNAKAN ANIMASI 3D

VISUALISASI SISTEM TATA SURYA MENGGUNAKAN ANIMASI 3D VISUALISASI SISTEM TATA SURYA MENGGUNAKAN ANIMASI 3D Oleh : Achmad Nur Hamid Teknik Informatika, STMIK AMIKOM Purwokerto ABSTRAK Multimedia berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Salah

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (13), Hal. 1-7 ISSN : 337-8 Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet Nurul Asri 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

Jupiter: Dewa Zeus. Planet kelima dalam Tata Surya kita adalah Jupiter. Jupiter

Jupiter: Dewa Zeus. Planet kelima dalam Tata Surya kita adalah Jupiter. Jupiter Jupiter: Dewa Zeus Raja seluruh Planet Planet kelima dalam Tata Surya kita adalah Jupiter. Jupiter merupakan planet paling besar ukuran dan massanya. Garis tengah Jupiter mencapai 142.984 kilometer atau

Lebih terperinci