BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaskan mengenai dasar teori yang menjadi acuan tugas akhir ini. Dasar teori yang dibahas meliputi stakeholder, kinerja, Metode Performance Prism, key performance indicator, Metode Pembobotan Borda dan Metode Objective Matrix (OMAX). II.1 Stakeholder Dewasa ini, salah satu cara terbaik agar suatu organisasi/perusahaan dapat bertahan dan berhasil baik secara jangka panjang adalah mengerti keinginan dan kebutuhan semua stakeholder yang penting keberadaannya bagi perusahaan. Secara definitif menurut Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD, 2004), stakeholder memiliki pengertian sebagai bagian dari komunitas atau kelompok individu, masyarakat yang berasal dari wilayah organisasi tersebut berdiri, yang mempunyai pengaruh terhadap jalannya suatu organisasi[azm05]. Kelompok individu tersebut juga memiliki suatu kepentingan antar satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain stakeholder adalah pihakpihak yang memiliki kepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap jalannya suatu organisasi. Stakeholder dapat juga mengacu pada individu-individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh aktivitas organisasi [SVE98]. Menurut definisi pada oxford dictionary, stakeholder berarti seseorang atau organisasi yang mempunyai bagian dan kepentingan pada organisasi [SUD05]. Jadi seseorang atau organisasi yang dianggap sebagai stakeholder memiliki tiga atribut, yaitu kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan. Gambaran keterkaitan antar perusahaan dan para stakeholder-nya dapat dilihat pada Gambar II-1 [NEE02b]. Berdasarkan Gambar II-1, secara umum stakeholder yang berkepentingan terhadap suatu organisasi terdiri dari investors (penanam modal), customers (pelanggan), regulators (pemerintah/regulator), pressure groups (kelompok II-1

2 II-2 penekan), labour unions (serikat pekerja), employees (karyawan), communities (masyarakat), suppliers (pemasok), alliance partner (mitra bisnis) dan intermediaries (perantara). Gambar II-1 Stakeholder relationship web Dari kesepuluh stakeholder tersebut, yang memiliki hubungan kuat dan umum ada pada perusahaan berorientasi profit adalah dengan organisasi adalah [WIB06]: 1. Penanam modal(investors), merupakan pihak-pihak yang turut menyediakan dana bagi perusahaan seperti pemegang saham dan kreditor. 2. Pelanggan(customers), yaitu pihak-pihak yang mendatangkan pemasukan bagi perusahaan dengan cara membeli barang atau menggunakan jasa yang ditawarkan perusahaan. 3. Karyawan(employees), yaitu pihak-pihak di dalam perusahaan yang menjalankan kegiatan-kegiatan perusahaan sehari-hari. 4. Pemasok(suppliers), yaitu pihak-pihak yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatannya.

3 II-3 5. Regulator, merupakan pihak-pihak di luar lingkungan perusahaan seperti pemerintah dan masyarakat yang menetapkan aturan dan mengawasi perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya. II.2 Kinerja II.2.1 Pengertian Kinerja Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah merupakan kata banda (n) yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja (tt peralatan) [PUS01]. Sedangkan penilaian kinerja menurut Mulyadi adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya [MUL97]. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. II.2.2 Sistem Manajemen Kinerja Ljungberg(1994) mendefinisikan sistem manajemen kinerja sebagai sebuah tatanan pengukuran berdasarkan aturan dan prosedur tertentu untuk mencakup, mengompilasi, mempresentasikan, dan mengkomunikasikan data dalam sebuah kombinasi yang mencerminkan kunci kinerja dan karakteristik dari proses terpilih yang cukup efektif yang memungkinkan analisis intelektual sebagai panduan untuk mengambil tindakan yang diperlukan [WIB06]. Stoop(1996) mengemukakan sistem manajemen kinerja memiliki siklus tertutup yang memiliki komponen pengukuran kinerja, evaluasi kinerja, diagnosis, dan tindak lanjut dari proses diagnosis tersebut [WIB06]. Pendapat Stoop tersebut dapat dilihat pada Gambar II-2. II.2.3 Sistem Pengukuran Kinerja II Pengertian Pengukuran Kinerja Menurut Siegel dan Marconi (1989), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang

4 II-4 telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Atkinson (1995) penilaian kinerja adalah pengukuran kinerja dari suatu aktivitas ataupun suatu rantai nilai [SUD05]. Gambar II-2 Tahapan manajemen kinerja [WIB06] Andy Neely, Chris Adams dan Mike Kennerley membuat definisi pengukuran kinerja dalam terminology-terminologi sebagai berikut [NEE02b]: 1. Performance measurement can be defined as the process of quantifying the efficiency and effectiveness of past action. 2. A performance measure can be defined as parameter used to quantify the efficiency and or effectiveness of past action. 3. A performance metric is the definition of scope, content and component parts of bradly-based performance measure. Sedangkan sisitem pengukuran kinerja (performance measurement system) didefinisikan sebagai suatu sistem yang dapat membantu pembuatan keputusan dan realisasi dari keputusan tersebut dengan mengukur efisiensi dan keefektifan kegiatan yang sedang berjalan di suatu organisasi melalui acquisition, collating, sorting, analisis, dan interpretasi data yang akurat [NEE02b]. Data acquisition merupakan proses mengumpulkan fakta. Sedangkan data collating didefinisikan sebagai proses kompilasi fakta-fakta menjadi data-set yang terintegrasi. Data Sorting merupakan proses assignment fakta yang berdiri sendiri di data-set menjadi kategori-kategori yang memiliki arti sehingga data siap untuk dianalisis. Data analysis adalah proses pencarian

5 II-5 pola-pola yang ada di data-set terurut. Sedangkan data interpretation merupakan proses explaining implikasi dari pola-pola yang telah diidentifikasi dalam data-set yang terurut. Di dalam pengukuran kinerja dikenal istilah performance metrics yaitu definisi dari scope, konten, dan bagian komponen dari broadly-based performance measure. Artley et al (2001), mengemukakan bahwa sebagian besar dari performance measure dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori umum [AZM05]. Namun demikian, kategori umum ini tidak mutlak dan dapat dikembangkan oleh tiap-tiap organisasi sesuai dengan misi organisasi. Keenam kategori tersebut adalah: 1. Effectiveness Karakteristik proses yang mengindikasikan tingkat ketepatan output proses terhadap kebutuhan yang akan dipenuhi. 2. Efficiency Karakteristik proses yang mengindikasikan tingkat produksi suatu proses dalam menghasilkan output dengan biaya minimum. 3. Quality Tingkat ketepatan dari produk dalam menjawab ekspektasi customer. 4. Timeliness Mengukur apakah unit kerja telah dilakukan secara benar dan tepat waktu. Kriteria harus dibuat untuk mendefinisikan batasan waktu bagi unit kerja. Pada umumnya kriteria tersebut dibuat berdasarkan customer requirement. 5. Productivity Nilai tambah dari proses dibagi dengan nilai dari tenaga kerja dan modal yang dikeluarkan. 6. Safety Mengukur keadaan kesehatan organisasi dan lingkungan kerja para karyawan secara keseluruhan. II Tujuan Pengukuran Kinerja Artley et al (2001) mengemukakan pendapat beberapa pakar mengenai alasan pentingnya dilakukan suatu pengukuran kinerja antara lain sebagai berikut[sud05]: a. Performance measurement akan sangat bermanfaat bagi banyak organisasi. Salah satu manfaat yaitu menyediakan suatu pendekatan yang terstruktur yang terfokus

6 II-6 pada rencana strategis, goal, dan performansi. Selain itu terdapat pula suatu mekanisme pelaporan pada upper management. b. Performance measurement akan lebih memfokuskan suatu organisasi pada apa yang akan diselesaikan dan menekan untuk lebih berkonsentrasi pada waktu, sumber daya, dan energi dalam mencapai tujuan. c. Performance measurement akan memperbaiki komunikasi internal karyawan dan eksternal antara organisasi dengan customer maupun stakeholders. d. Performance measurement dapat membantu suatu organisasi untuk mempertanggungjawabkan program serta biayanya. Dari alasan-alasan ini, Artley (2001) menyimpulkan bahwa manfaat yang didapatkan suatu organisasi dari performance measurement adalah sebagai berikut [SUD05]: a. Dapat merumuskan standar dan tujuan yang ingin dicapai b. Mampu mendeteksi dan mengoreksi adanya masalah c. Mampu mengelola, mendeskripsikan dan memperbaiki proses d. Dapat mendukung pencapaian efektivitas dan efisiensi sumber daya e. Mampu menunjukkan apakah suatu organisasi telah memenuhi visi mereka f. Dapat menyediakan suatu ukuran yang dapat merepresentasikan kemajuan organisasi tersebut ke arah pencapaian tujuan. Sejalan dengan berbagai pendapat di atas, Mulyadi mengemukakan tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapau sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran [MUL97]. II Perkembangan Sistem Pengukuran Kinerja Sistem pengukuran kinerja sudah mulai dicetuskan sejak revolusi industri berkembang pesat pada awal abad 19. Menurut Suwignjo, perkembangan sistem pengukuran kinerja dapat dibagi menjadi beberapa periode yaitu [AZM05]: : Pengukuran efisiensi proses internal. Pada periode ini, perusahaan membuat metrik-metrik untuk mengukur efisiensi dari proses aktivitas tunggal, seperti cost/lb, cost/hour, standard labour, cost dan standard material cost.

7 II : Pengukuran profitabilitas unit organisasi dan organisasi secara keseluruhan Pada periode ini DuPont menemukan return on investment (ROI) yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja unit-unit organisasi dan kinerja perusahaan secara keseluruhan : Relevance Lost Pada masa ini tidak terjadi inovasi yang fundamental dari pengukuran kinerja sebelumnya. Pengukuran kinerja yang dilakukan masih bersifat tradisional meliputi pengukuran terhadap rasio-rasio keuangan : Perbaikan sistem akuntansi biaya dan pembuatan sistem pengukuran kinerja individual non-finansial Pada periode ini ditemukan Activity-Based Costing untung menghitung penyerapan biaya yang lebih akurat. Selain itu, pada periode ini, pemilik perusahaan mulai menyadai pentingnya aspek nonfinansial dalam pengukuran kinerja. Namun demikian, pengukuran kinerja nonfinansial masih dilakukan secara terpisah dengan kinerja finansial sekarang : Sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi Setelah kesadaran mengenai pentingnya aspek nonfinansial mulai timbul, pengukuran kinerja berkembang menjadi bagaimana mengintegrasikan pengukuran kinerja secara finansial dan nonfinansial. Di dalam periode ini, beberapa metode pengukuran kinerja mulai berkembang seperti Balanced Scorecard, Integrated Performance Measurement System, dan Performance Prism. II.2.4 Hubungan Sistem Manajemen Kinerja dan Sistem Pengukuran Kinerja Bititci et al (1997) mengemukakan bahwa proses manajemen kinerja adalah proses pengaturan kinerja perusahaan yang seiring dengan tujuan serta strategi fungsional dan korporasinya [AZM05]. Tujuan dari proses ini adalah untuk menunjukkan suatu closed loop control system yang proaktif, di mana strategi fungsional dan korporasi dijabarkan ke seluruh proses bisnis, aktivitas, tugas-tugas dan personil, serta feedback yang dimaksudkan melalui suati sistem pengukuran kinerja.

8 II-8 Seperti yang dapat dilihat pada gambar Manajemen Kinerja (Gambar II-2), pengukuran kinerja merupakan salah satu pilar utama sistem manajemen kinerja. Posisi sistem pengukuran kinerja di dalam suatu sistem manajemen kinerja terlihat pada Gambar II-3 Gambar II-3 Posisi sistem pengukuran kinerja [AZM05] II.3 Performance Prism Metode Performance Prism (selanjutnya disebut Metode Prism) merupakan suatu metode pengukuran kinerja organisasi yang dikembangkan oleh Andy Neely, Chris Adams, dan Mike Kennerley dari University of Cambridge, Inggris pada tahun Metode Prism adalah suatu kerangka manajemen kinerja yang memfokuskan pada stakeholder yang dirancang untuk membantu suatu organisasi memutuskan hal-hal yang penting untuk diukur dan dikelola serta bagaimana mengintegrasikan hasil-hasil yang didapat sebagai bagian dari sistem manajemen kinerja [WIK06a]. Overview Metode Prism dapat dilihat pada Gambar II-4 Gambar II-4 Overview Metode Prism

9 II-9 Metode Prism berupaya menyempurnakan model-model yang telah ada sebelumnya seperti Balanced Scorecard dan Integrated Performance Measurement System dengan mengakomodasi kebutuhan informasi yang berkaitan dengan stakeholder. Model yang dikembangkan oleh Andy Nelly dkk ini tidak hanya didasari oleh strategi manajemen stakeholder tetapi juga memperhatikan kepuasan dan kontribusi stakeholder, proses dan kapabilitas perusahaan [NEE02b]. Metode ini menggambarkan kinerja organisasi sebagai bangun 3 dimensi berbentuk prisma (prism) segitiga yang memiliki 5 bidang sisi. Masing-masing bidang sisi menggambarkan perspektif yang dicakupnya, yaitu sisi kepuasan stakeholder, strategi, proses, kapabilitas, dan kontribusi stakeholder [NEE02b]. Gambaran framework Metode Prism dapat dilihat pada Gambar II-5. Gambar II-5 Framework Metode Prism [NEE02b] Berdasarkan Gambar II-5, dapat dipahami bahwai langkah penting dalam Metode Prism adalah memahami atribut apa yang menyebabkan stakeholder (pemilik dan investor, supplier, konsumen, tenaga kerja, pemerintah dan masyarakat sekitar) puas. Dan untuk dapat mewujudkan kepuasan para stakeholder tersebut secara sempurna, maka pihak manajemen perusahaan perlu juga mempertimbangkan strategi strategi apa saja yang harus dilakukan, proses proses apa saja yang diperlukan untuk dapat menjalankan strategi tersebut, serta kemampuan apa saja yang harus dipersiapkan untuk melaksanakannya.

10 II-10 II.3.1 Perspektif dalam Metode Prism Metode Prism memiliki lima perspektif yaitu tuntutan stakeholder, kontribusi stakeholder, strategi, proses dan kapabilitas [NEE02b]. Secara umum kelima perspektif dalam model Prism ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Tuntutan/kepuasan stakeholder Siapa saja stakeholder dari perusahaan dan apa saja tuntutan mereka? 2. Kontribusi stakeholder Kontribusi apa saja yang diharapkan oleh perusahaan dari stakeholder-nya? 3. Strategi Strategi apa saja yang perlu diterapkan perusahaan untuk memenuhi tuntutan serta mendapatkan kontribusi dari stakeholder? 4. Proses Proses-proses apa saja yang diperlukan perusahaan untuk menjalankan strategistrategi yang telah ditetapkan? 5. Kapabilitas Kapabilitas apa saja yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan proses-proses yang telah ditetapkan? Seperti yang diperlihatkan pada Gambar II-5, kontribusi stakeholder menempati sisi tutup dan alas prisma. Dalam posisi ini, tuntutan dan kontribusi stakeholder akan menopang berdirinya ketiga sisi tegak, yaitu strategi, proses, dan kapabilitas perusahaan. Dalam pengertian yang sesungguhnya, Metode Prism mencoba menekankan bahwa perancangan sistem pengukuran kinerja perusahaan harus diawali dengan mengidentifikasi tuntutan stakeholder terhadap perusahaan serta kontribusi stakeholder yang diharapkan oleh perusahaan. Tuntutan dan kontribusi stakeholder ini kemudian dijadikan landasan dalam menentukan strategi, proses, dan kapabilitas perusahaan yang dianggap strategis untuk diukur. Oleh karena itu, dalam pengukuran kinerja, perusahaan dapat memfokuskan pada perpsektif tuntutan dan kontribusi stakeholder sebagai perspektif utama. Sedangkan tiga perspektif lainnya dapat dikategorikan sebagai pengimplementasian dua perspektif sebelumnya dan dapat dikategorikan sebagai perspektif pendukung. Di dalam pengaplikasiannya, untuk melakukan pengukuran kinerja organisasi menggunakan Metode Prism, suatu organisasi dapat memfokuskan pengukuran pada kedua perspektif utama. Pengukuran pada perspektif lain dapat

11 II-11 dilakukan jika hasil pengukuran kedua pespektif utama tidak memuaskan dan organisasi perlu mengetahui titik kelemahan kinerja atau nilai performansi yang rendah[azm05]. Dengan kata lain, ketiga perspektif pendukung akan dimanfaatkan dalam evaluasi kinerja. Oleh karena itu, dapat dilihat adanya keterkaitan yang kuat antara perspektif pada satu sisi prisma dengan perspektif pada sisi prisma yang lainnya. Keterkaitan antara perspektif-perpektif dari Prism ini diilustrasikan pada Gambar II-6 [NEE02b]. Gambar II-6 Keterkaitan perspektif pada Metode Prism [NEE02b] Selain adanya keterkaitan seperti Gambar II-6, masing-masing perspektif pada kelima sisi Prisma ini juga memiliki variabel-variabel pengukuran guna mengukur tingkat keberhasilan pada masing-masing tingkatan perspektif, seperti diilustrasikan pada Gambar II-7. II Tuntutan/Kepuasan Stakeholder Di dalam perspektif ini, identifikasi terhadap stakeholder meliputi hal-hal apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan oleh stakeholder pada organisasi/perusahaan. Tujuan dari pemenuhan tuntutan/kepuasan stakeholder adalah agar dapat menuntut kontribusi dari masing-masing stakeholder tersebut[wib06]. Dengan demikian, pada dasarnya, perspektif ini tidak terpisahkan dari perspektif Metode Prism yang kedua yaitu kontribusi stakeholder. Gambaran keterkaitan antara kepuasan beberapa stakeholder dan kontribusinya ke organisasi/perusahaan dapat dilihat pada Gambar II-8[NEE02a].

12 II-12 Ukuran? Tuntutan Stakeholder Srategi Proses Kapabilitas Investor Pelanggan & Perantara Pegawai Pemerintah(regulator) &Komunitas Supplier Ukuran? Ukuran? Ukuran? Kontribusi Stakeholder Ukuran? Gambar II-7 Variabel-variabel ukuran pada perspektif Metode Prism Gambar II-8 Keterkaitan stakeholder satisfaction dan stakeholder contibution II Kontribusi Stakeholder Identifikasi kontribusi stakeholder dapat juga diartikan sebagai identifikasi kebutuhan dan keinginan organisasi/perusahan terhadap stakeloder-nya. Oleh karena itu, perspektif ini terkadang dianggap sebagai kebalikan dari perspektif tuntutan/kepuasan stakeholder [NEE02b]. Secara umum, kontribusi para stakeholder pada perusahaan berorientasi profit dapat dijabarkan seperti pada Tabel II-1 [WIB06]

13 II-13 Tabel II-1 Gambaran Kontribusi Stakeholder Pihak yang Berkepentingan (Stakeholder) Investor Pelanggan (customer) Karyawan (employees) Pemasok (suppliers) Pemerintah (regulators) II Strategi Kontribusi (Contribution) Pertumbuhan modal (capital growth) Besarnya resiko (greater risk taking) Dukungan jangka panjang (long term support) Keuntungan (profitability) Pembelian uang (retention) Loyalitas (loyality) Umpan balik (feed back) fleksibilitas (flexibility) Keterampilan ganda (multiskilling) Sumbang saran (suggestion) Subpemasok yang lebih luas (more outsourcing) Pedagang yang lebih sedikit (fewer vendors) Solusi yang menyeluruh (total solutions) Integrasi (Integration) Konsistensi yang adil (cross border consistency) Saran-saran nonformal (informal advices) Keterlibatan lebih awal (early involvement) Strategi dalam Metode Prism diartikan sebagai program yang luas untuk menjelaskan dan mencapai tujuan organisasi yang terdiri dari sasaran, pengadopsian jalur tindakan serta pengalokasian sumber daya untuk mencapai sasaran tersebut. Menurut Gerry Johnson dan Kevan Scholes (1993) strategi diartikan sebagai: The direction and scope of an organization over the long term: idealy, which matches its resources to its changing environment, and in particular its markets, customer or clients so as to meet stakeholder expectation [SUD05]. Srategi perusahaan dapat dibagi menjadi tiga kelompok dan diterapkan level organisasi yang berbeda[azm05], yaitu: 1. Corporates strategies Merupakan strategi yang diterapkan oleh level atas dari perusahaan. Strategi ini menjelaskan tentang jenis bisnis yang ingin dimasuki oleh perusahaan serta cara-cara agar perusahaan dapat sukses dalam bisnis tersebut.

14 II Bussines unit strategies Merupakan strategi yang harus diterapkan oleh unit-unit bisnis dalam perusahaan. Strategi ini menjelaskan kelompok pasar yang akan dimasuki, jenis produk atau jasa yang ingin ditawarkan, serta bagaimana produk tersebut dapat sukses di pasaran. 3. Operating strategies Merupakan strategi yang diterapkan pada level operasional perusahaan. Strategi ini menjelaskan tentang proses-proses serta kapabilitas yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan produk atau jasa secara efektif dan efisien serta cara mengimplementasikannya. Di dalam konteks strategi, peran pengukuran kinerja berkaitan dengan 4 hal [NEE02b]: 1. Pengukuran dibutuhkan agar manajer dapat melakukan tracking untuk mengetahui apakah strategi yang selama ini dijalankan sudah tepat atau belum. 2. Pengukuran digunakan untuk mengkomunikasikan strategi-strategi yag ada di dalam perusahaan. 3. Pengukuran bisa diaplikasikan untuk mendorong pengembangan dan mengintensifkan implementasi dari strategi. 4. Data pengukuran bisa dianalisis dan digunakan sebagai acuan apakah strategi yang diterapkan berjalan sesuai rencana. II Proses Setelah identifikasi strategi perusahaan dilaksanakan, selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap proses-proses apa saja yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menjalankan strategi-strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses dalam model Prism merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan kata lain, proses merupakan kegiatankegiatan yang dibutuhkan untuk dapat membuat suatu perusahaan berjalan. Dalam model Prism, proses yang dijalankan oleh perusahaan secara umum terbagi dalam empat kelompok, yaitu [NEE02b]: 1. mengembangkan produk/jasa 2. mengadakan permintaan 3. memenuhi permintaan 4. merencanakan dan mengelola perusahaan

15 II-15 Pada point of view suatu proses pengukuran, aspek-aspek yang tergolong dalam aspek pengukuran kritis antara lain[nee02b]: 1. kualitas (konsistensi, tahan uji, conformance, daya tahan, ketepatan, ketergantungan) 2. kuantitas (volume, kelengkapan) 3. waktu (kecepatan, delivery, ketersediaan, promptness, tepat waktu, terjadwal ) 4. kemudahan penggunaan (fleksibilitas, kenyamanan, kemudahan akses, kejelasan, dukungan) 5. uang (harga, biaya, nilai) II Kapabilitas Kapabilitas didefinisikan sebagai kapasitas organisasi untuk menggunakan sumber daya yang diintegrasikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan [AZM05]. Kapabilitas muncul melalui interaksi kompleks antara sumber daya berwujud dengan sumber daya tidak berwujud. Komponen kapabilitas dapat dilihat pada Gambar II-9 [NEE02b] Gambar II-9 Komponen kapabilitas Empat komponen kapabilitas yang diilustrasikan pada Gambar II-9, dijabarkan sebagai berikut: 1. Manusia, yaitu berupa keterampilan (skills) serta pengetahuan yang dimiliki oleh pekerja. 2. Teknologi, yaitu berupa teknik serta metode-metode yang dikuasai dan digunakan oleh organisasi dalam melakukan proses dan kegiatan yang ada dalam organisasi.

16 II Praktek, yaitu kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi seperti produksi, penyimpanan, perencanaan dan lain-lain. 4. Infrastruktur, yaitu fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh organisasi seperti pabrik, gudang, kantor, dan lain-lain. II.3.2 Tahapan Pengukuran Kinerja pada Metode Prism Tahapan-tahapan dalam merancang sistem pengukuran kinerja dengan Metode Prism adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi stakeholder dari perusahaan serta tuntutan dari masing masing stakeholder 2. Identifikasi kontribusi dari stakeholder yang diharapkan oleh perusahaan 3. Identifikasi strategi yang dibutuhkan guna memenuhi tuntutan dan mendapatkan kontribusi dari stakeholder 4. Identifikasi proses-proses yang dibutuhkan untuk dalam pelaksanaan strategi yang telah diidentifikasi 5. Identifikasi kapabilitas-kapabilitas yang dibutuhkan untuk menjalankan proses yang telah diidentifikasi 6. Tetapkan tujuan (objective) dari hasil identifikasi perspektif Metode Prism. 7. Definisikan key performance indicator akan digunakan untuk mengukur pencapaian objective 8. Validasi key performance indicator yang konflik 9. Pembobotan key performance indicator. 10. Penyusunan alat pengukuran kinerja II.4 Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator) Key Performance Indicator (selanjutnya disebut KPI) adalah satu set pengukuran yang terpusat pada aspek-aspek kinerja organisasi yang paling kritis untuk kelangsungan hidup organisasi saat ini maupun di masa mendatang[sud05]. KPI dapat juga diartikan suatu ukuran untuk dapat mengatakan suatu pekerjaan di dalam organisasi itu berhasil atau gagal. Dengan perkataan lain, KPI adalah suatu tolok ukur untuk menilai kinerja (performance), baik pada tingkat individu, unit kerja, organisasi, wilayah, bahkan sampai dengan negara. Ide utama dari KPI adalah pengukuran pada beberapa aspek kinerja

17 II-17 organisasi yang membutuhkan perbaikan atau pemeliharaan yang lebih penting dari aspek-aspek lainnya. Fokus dari KPI adalah pada aspek-aspek kinerja organisasi yang membutuhkan peningkatan atau aspek-aspek yang harus dipertahankan pada tingkat tertentu untuk menjamin kelangsungan hidup organisasi di masa mendatang. Pemilihan KPI bersifat subjektif dan bergantung dari organisasinya. Minns (1995) mengemukakan bahwa tidak ada KPI yang bersifat otomatis digunakan oleh perusahaan, namun terdapat beberapa KPI yang digunakan saling overlap dalam satu organisasi. II.5 Metode Pembobotan Borda Dalam metode ini, beberapa responden memberikan penilaian terhadap kriteria dengan cara memberikan urutan ranking (R) dari angka 1 (satu) untuk kriteria yang paling penting sampai dengan N di mana N adalah jumlah kriteria untuk kriteria yang paling tidak penting. Dari urutan ranking (R) ini, setiap kriteria diberikan nilai (V) sesuai dengan ranking-nya dengan rumus sebagai berikut: Vi = N +1 Ri, i = 1,2,3,.,N Vi = Nilai untuk kriteria i N = Jumlah kriteria Ri = Urutan ranking kriteria I (II-1) Nilai untuk kriteria dari satu responden ini dirata-ratakan dengan nilai kriteria dari responden yang lain sehingga didapatkan nilai rata-rata yang menunjukkan urutan preferensi dari kriteria yang dinilai. II.6 Metode Objective Matrix (OMAX) Model sistem penilaian ini pertama kali dikembangkan di Oregon State University oleh seorang profesor produktivitas di Departement of Industrial Engineering yaitu James L. Riggs. Objectives Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial

18 II-18 yang dikembangkan untuk memantau produktivitas dari tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut [AZM05]. Pada OMAX terdapat 11 tingkat pencapaian untuk setiap indikator, di mana satu indikator menempati satu kolom. Skala kinerja berkisar antara skala 0 sampai 10. Pada OMAX terdapat tiga skala penting yaitu : a. Level 0 : level terendah yang dicapai kriteria tersebut selama periode tertentu b. Level 3 : indikasi hasil operasi yang menunjukkan kinerja pada saat skala rating dibuat atau pada tahap inisiasi c. Level 10 : estimasi realistis dari hasil yang dapat dicapai pada masa mendatang Level 0 dan level 3 didefinsikan sebagai benchmark sedangkan level 10 merupakan tantangan. Dengan pemberian nilai pada tiap level merepresentasikan pencapaian dari tujuan pencapaian kinerja dari setiap unit kerja.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan dijabarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan metodologi pengerjaan tugas akhir serta sistematika penulisan tugas akhir ini. I.1 Latar

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA Welin Kusuma 1, Patdono Suwignjo 1, Iwan Vanany 1 1 Program Pascasarjana Bidang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX

PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX Vita Rias Prastika 1*, Ahmad Mubin 2*, Shanty Kusuma Dewi 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL

BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis penerapan sistem pengukuran kinerja menggunakan Metode Prism dan pengembangan model pengukuran kinerja tersebut pada unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. serius seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi harus menghadapi tantangan yang semakin berat dan serius seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung cepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan dasar teori yang terkait dengan pelaksanaan tugas akhir yang meliputi teori tentang manajemen kinerja, sistem pengukuran kinerja, balanced scorecard,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4

BAB I PENDAHULUAN. Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit saat ini meningkat dengan sangat cepat. Terutama industri pabrik kelapa sawit yang ada di wilayah Sumatera

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM

IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Proyek Pembangunan dan Revitalisasi Gedung Sekolah di Surabaya) Annas Wibowo 1, Retno Indriyani 2 dan Supani 2 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA BISNIS UNIT. di PT. XYZ

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA BISNIS UNIT. di PT. XYZ PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA BISNIS UNIT dengan PERFORMANCE PRISM di PT. XYZ Waskito Budi Susanto, Patdono Suwignjo Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengukuran Kinerja Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat konsitensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. Kinerja merupakan penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia menuju era globalisasi memungkinkan kegiatan perekonomian berkembangan sedemikian rupa sehingga melewati batas-batas wilayah dan antar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran merupakan upaya mencari informasi mengenai hasil yang dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya penyimpangan akibat

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Oleh : Ariyan Zubaidi 23509025 MAGISTER INFORMATIKA SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan. informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan. informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (http://pasca-unsoed.or.id/adm/data/256,3,pengertian

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja (Performance Measurement)

Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Tujuan sistem pengukuran Iktisar Pengukuran Kinerja Asesmen operasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai apa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai apa yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengukuran Kinerja Perusahaan a. Kinerja Di dalam penelitian ini, kinerja akan menjadi topik utama. Oleh karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai apa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Berkaitan dengan topik kajian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai pembanding.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan tersebut telah tercapai. Pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

KUESIONER. Hormat saya, Chandra Gunawan D. No : Nama : Jabatan :

KUESIONER. Hormat saya, Chandra Gunawan D. No : Nama : Jabatan : KUESIONER Narasumber yang terhormat, Dalam menyelesaikan tugas akhir program sarjana S-1 Teknik Industri USU, penulis melakukan pengumpulan data tentang Pengukuran Kinerja dengan Menggunakan Metode Performance

Lebih terperinci

ALL ABOUT PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM

ALL ABOUT PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM ALL ABOUT PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM A R E V I E W 1 INTRO Edward Deming, said: Jika sebuah perusahaan berkinerja TIDAK BAIK atau BURUK, jarang sekali disebabkan oleh karena seorang pekerja SECARA

Lebih terperinci

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut: Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa

TINJAUAN PUSTAKA. suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROTOTIPE PERANGKAT LUNAK BANTU UNTUK PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN BERORIENTASI PROFIT DENGAN METODE PRISM

PERANCANGAN PROTOTIPE PERANGKAT LUNAK BANTU UNTUK PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN BERORIENTASI PROFIT DENGAN METODE PRISM PERANCANGAN PROTOTIPE PERANGKAT LUNAK BANTU UNTUK PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN BERORIENTASI PROFIT DENGAN METODE PRISM LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana oleh : WIDYA

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Produktivitas merupakan salah satu isu penting dalam perusahaan maupun organisasi. Menurut Tangen (2005), sebuah perusahaan perlu menyadari bahwa peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA PADA PT JAYA CELCON PRIMA DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN SCORING OMAX (OBJECTIVES MATRIX)

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA PADA PT JAYA CELCON PRIMA DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN SCORING OMAX (OBJECTIVES MATRIX) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA PADA PT JAYA CELCON PRIMA DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN SCORING OMAX (OBJECTIVES MATRIX) (Performance Measurement Design of PT Jaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Materi 1. What is Financial Management? 2. Goals of Financial Management in the Context of BSC 3. Financial Aspect of BSC What is Financial Management

Lebih terperinci

EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR

EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR Oleh : STEFAHAYU ILLOZA LAROZZA NO BP 07173047 JURUSAN

Lebih terperinci

2015 IT PERFORMANCE MANAGEMENT

2015 IT PERFORMANCE MANAGEMENT BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert

Lebih terperinci

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1 Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA deden08m.com 1 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA: Posisi Perusahaan dalam Industri (1) Rencana bisnis yang efektif harus mendefinisikan secara jelas di mana posisi perusahaan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur. Pengukuran Kinerja dengan Metoda Performance Prism dan Objectif Matrik

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur. Pengukuran Kinerja dengan Metoda Performance Prism dan Objectif Matrik Pengukuran Kinerja dengan Metoda Performance Prism dan Objectif Matrik Ir. Didi Samanhudi,MMT Jurusan Teknik Industri FTI-UPN Veteran Jawa Timur Abstraksi Pengukuran kinerja merupakan salah satu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi perubahan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, suatu organisasi dituntut untuk melakukan suatu adaptasi yang cepat terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial). 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN PENILAIAN KINERJA Kinerja merupakan kontribusi yang dapat diberikan oleh seseorang atau devisi untuk pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi. Kinerja dapat

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh semua perusahaan di era globalisasi saat ini. Kunci untuk memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, proses dalam menghasilkan produk/jasa tersebut, sistem jual-beli yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengukur kinerjanya hanya berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. Dalam era globalisasi peluang pasar produk dari

Lebih terperinci

DAFTAR REFERENSI. viii

DAFTAR REFERENSI. viii DAFTAR REFERENSI [ASA91] [AZM05] [MUL97] [NEE02a] [NEE02b] [NEE03] [PRE05] [PUS01] [SUD05] [SVE98] [WIB06] [WID06] [WIK06a] [WIK06b] [WIK07] ASAD Moh. 1991. Psikologi Industri. Yogyakarta : Liberti Azmi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dibidang komunikasi, informasi, dan teknologi menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan pengendalian

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK

ANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK ANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK Widhy Wahyuni Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya ( ITATS ) Jl. Arief Rahman Hakim 100, Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman diikuti juga dengan semakin banyaknya perusahaan yang tumbuh dan bersaing dengan perusahaan yang telah lebih dulu ada. Setiap pemilik perusahaan

Lebih terperinci

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN A. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Sistem informasi akuntansi manajemen asalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan, perubahan dan ketidakpastian akan semakin mewarnai kehidupan lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

Lebih terperinci

Pengukuran Produktivitas Perusahaan dengan Metode Data Envelopment Analysis Berbasis Performance Prism

Pengukuran Produktivitas Perusahaan dengan Metode Data Envelopment Analysis Berbasis Performance Prism Pengukuran Produktivitas Perusahaan dengan Metode Data Envelopment Analysis Berbasis Performance Prism Aprillita Putri 1,*, Nur Aini Masruroh 1 1 Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, mendorong kebutuhan atas tanah yang terus meningkat, sementara luas tanah yang ada

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) PENGERTIAN Activity Based Management (ABM) adalah merupakan suatu metode pengelolaan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai (value) produk atau jasa untuk konsumen,

Lebih terperinci

Strategy Review, Evaluation, and Control

Strategy Review, Evaluation, and Control Chapter 9 Strategy Review, Evaluation, and Control The Nature of Strategy Evaluation Hasil dari sebuah strategic-management process adalah keputusan dapat signifikan, bahkan konsekuensinya adalah jangka

Lebih terperinci

TESIS PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS X MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM

TESIS PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS X MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM TESIS PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS X MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM SAMSUDIN HARIYANTO 2504 201 006 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M.Eng.Sc.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin berkembang pesat. Perusahaan harus memberikan produk berkelas

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin berkembang pesat. Perusahaan harus memberikan produk berkelas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Seiring berjalannya era pasar bebas seperti sekarang ini perkembangan perusahaan manufaktur dan jasa di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi mikro di Indonesia dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi mikro di Indonesia dan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ekonomi mikro di Indonesia dan semakin tingginya tingkat persaingan dalam pengembangan usaha khususnya usaha berskala mikro kecil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Organisasi Menurut Stephen P. Robbins dalam buku Teori Organisasi, teori organisasi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Di dalam sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi bisnis,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor sosiologis, teknologi, ekonomi dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK PALCOMTECH MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK PALCOMTECH MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM ANALISIS PENGUKURAN KINERJA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK PALCOMTECH MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM Zaid Amin STMIK PalComTech Abstract STMIK Palcomtech is a private College located in Palembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Didalam sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi bisnis, pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi, dan sistematika pembahasan pelaksanaan tugas akhir ini. 1.1 Latar Belakang Kinerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. pengukuran kinerja yang hanya berdasar pada tolak ukur keuangan sudah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. pengukuran kinerja yang hanya berdasar pada tolak ukur keuangan sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengukur kinerjanya hanya berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. Padahal dalam menghadapi lingkungan bisnis yang

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan teknologi yang ada. Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, turut berkembang pula dunia bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, turut berkembang pula dunia bisnis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman, turut berkembang pula dunia bisnis. Perusahaan-perusahaan baru bermunculan dan perusahaan-perusahaan lama yang dapat mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. Persaingan yang terjadi tidak hanya antar perusahan dalam suatu negara

Lebih terperinci

Key Performance Indicators Perusahaan

Key Performance Indicators Perusahaan Key Performance Indicators Perusahaan Cascade Strategic Visi dan Misi Unit : Corporate Unit Pelayanan Memberikan pelayanan terbaik dengan standart perbankan untuk mencapai kepuasan pelanggan. 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berny Johnson Pakpahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berny Johnson Pakpahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di masa kini dan di masa depan, perusahaan-perusahaan menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks dan turbulen karena meningkatnya proses globalisasi yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2%

BAB V ANALISA DATA. Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2% BAB V ANALISA DATA 5.1 Perspektif Keuangan Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2% yang diperoleh dari kuesioner perbandingan berpasangan untuk mencari tingkat kepentingan dari perspektif

Lebih terperinci

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM ANALISA & PERANCANGAN SISTEM Pengembangan Sistem Informasi Mulyadi, S.Kom, M.S.I Proses dalam Pengembangan Sistem Proses pengembangan sistem - serangkaian kegiatan, metode, praktik, dan alat-alat terotomatisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan merancang suatu sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan metode balanced scorecard yang sesuai dengan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Untuk berhasil dan tumbuh dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Untuk berhasil dan tumbuh dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis perbankan syariah kini dirasakan semakin kompetitif, untuk itu perusahaan perbankan syariah diharuskan untuk semakin efektif dan efisien dalam mengelola

Lebih terperinci

Add your company slogan. 3. Stakeholder Strategy LOGO. Add your company slogan. 4. Stakeholder Process LOGO

Add your company slogan. 3. Stakeholder Strategy LOGO. Add your company slogan. 4. Stakeholder Process LOGO 3. Stakeholder Strategy 4. Stakeholder Process 1 5. Stakeholder Capabilities Validasi Key Performance Indicator (KPI) Kuisioner ini bertujuan untuk menilai apakah KPI yang terbentuk sudah cukup mampu mempresentasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada masyarakat belum memiliki indikator kinerja memadai, sehingga sulit untuk menentukan efektivitas dan efisiensi

Lebih terperinci

2.1. Visi dan Misi...11

2.1. Visi dan Misi...11 ABSTRAK Dalam penulisan skripsi yang berjudul Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Menggunakan Metode Balanced Scorecard, penelitian diadakan pada Perusahaan Jasa Transportasi XTrans Cabang Bandung. Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi. Kinerja dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan Strategik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Sasaran Strategis dan KPI Departemen yang telah ada. Jumlah Sasaran Strategis

BAB V PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Sasaran Strategis dan KPI Departemen yang telah ada. Jumlah Sasaran Strategis BAB V PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi Key Performance Indicator (KPI) perusahaan 2. Merancang Peta Startegi dan KPI berdasarkan kerangka pengukuran kinerja Balanced Scorecard.

Lebih terperinci

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN Modul ke: ORGANIZATION THEORY AND DESIGN EFEKTIFITAS ORGANISASI Fakultas Pascasarjana Dr. Mochammad Mukti Ali, ST., MM. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Mata Kuliah OTD Daftar Isi

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT. PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT. ABC, TBK Andreas Tri Panudju, Andi Hasryningsih Asfar, Fitri Fauziah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: Balanced Scorecard, Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.

ABSTRAK. Keywords: Balanced Scorecard, Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. ABSTRAK (Irene Biringkanae), Pengukuran Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Kabupaten Tana Toraja, (Pembimbing I:Drs. H.Abdul Latif,M.Si,Ak,. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Idealnya, setiap manajemen perusahaan memerlukan suatu alat ukur untuk mengetahui seberapa baik performa perusahaan. Objek yang selalu diukur adalah bagian keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK

BAB I PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK BAB I PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi spektrum dalam kegiatan bisnis dunia. Investasi untuk pengembangan teknologi informasi merupakan sebuah fenomena yang diyakini para

Lebih terperinci

Efektifitas Kinerja. Materi 3

Efektifitas Kinerja. Materi 3 Materi 3 Efektifitas Kinerja Subpokok bahasan : Manajemen kinerja yang efektif Kriteria Efektifitas Pemahaman tentang Balanced Scorecard dan Penerapannya pada perusahaan. 1) Manajemen kinerja yang efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR 7 BAB II KAJIAN LITERATUR Dalam bab ini akan berisi kajian literatur yang nantinya akan digunakan dalam penelitian ini. Dengan tujuan untuk mengetahui apa saja dasar teori dan juga kajian kajian yang telah

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Sistem Manajemen Kinerja

Kerangka Kerja Sistem Manajemen Kinerja VARIABEL KINERJA Kerangka Kerja Sistem Manajemen Kinerja TAHAP 2: PERANCANGAN KELUARAN ORGANISASI PROSES INTERNAL VARIABEL KINERJA SISTEM MANAJEMEN KINERJA KEMAMPUAN SUMBER DAYA SEBAB AKIBAT KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Latar Belakang CMMI (Capability Maturity Model Integration) Menurut Dennis M. Ahern, Aaron Clouse, dan Richard Turner, dalam buku mereka yang berjudul CMMI Distilled: A Practical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntut untuk menempuh langkah-langkah yang strategik dalam kondisi apapun. Selain

BAB I PENDAHULUAN. tuntut untuk menempuh langkah-langkah yang strategik dalam kondisi apapun. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di dalam persaingan bisnis yang pesat seperti sekarang ini, perusahaan di tuntut untuk menempuh langkah-langkah yang strategik dalam kondisi apapun. Selain

Lebih terperinci

Perancangan Key Performance Indicators (KPI) Menggunakan Metode Performance Prism (Studi Kasus di Batik Putra Bengawan)

Perancangan Key Performance Indicators (KPI) Menggunakan Metode Performance Prism (Studi Kasus di Batik Putra Bengawan) Performa (2012) Vol. 11, No.2: 153-158 Perancangan Key Performance Indicators (KPI) Menggunakan Metode Performance Prism (Studi Kasus di Batik Putra Bengawan) Murman Budijanto 1), Yusuf Priyandari, Santi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor publik, termasuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar...

DAFTAR ISI. Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar... DAFTAR ISI Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar... Daftar lampiran... Intisari... Abstract... i ii iii iv vi x xii xiii

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM (STUDI KASUS PADA PDAM TIRTA MOEDAL CABANG SEMARANG TENGAH)

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM (STUDI KASUS PADA PDAM TIRTA MOEDAL CABANG SEMARANG TENGAH) PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM (STUDI KASUS PADA PDAM TIRTA MOEDAL CABANG SEMARANG TENGAH) Nia Budi Puspitasari, Heru Prastawa, dan Aimathin Diana Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penguatan struktur perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. penguatan struktur perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan kompetitif dalam dunia bisnis menuntut organisasi maupun perusahaan untuk lebih peduli terhadap strategi yang dijalankan. Setiap perusahaan harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan pada sisi keuangan (financial perspective). Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan pemerintahan daerah, termasuk didalamnya pengelolaan

Lebih terperinci

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value. Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang meyakini bahwa jika perusahaan memiliki orang-orang dengan kemampuan yang tepat dan sikap yang baik akan dapat melaksanakan

Lebih terperinci

Model deskriptif manajemen strategik lanjutan Meet -5

Model deskriptif manajemen strategik lanjutan Meet -5 Model deskriptif manajemen strategik lanjutan Meet -5 VISI menggambarkan akan menjadi apa suatu organisasi di masa depan. Ia bersifat sederhana, menumbuhkan rasa wajib, memberikan tantangan, praktis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu organisasi dikatakan berhasil apabila visi, misi dan tujuannya tercapai. Untuk dapat mencapainya,

Lebih terperinci