BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan dasar teori yang terkait dengan pelaksanaan tugas akhir yang meliputi teori tentang manajemen kinerja, sistem pengukuran kinerja, balanced scorecard, model pembobotan Borda, model Objective Matrix. 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja (performance management) merupakan proses yang dirancang untuk mengelola kinerja organisasi, kelompok kerja, dan individu di bawah pengendalian manajer [KEM05]. Tujuan manajemen kinerja adalah untuk meningkatkan aspek-aspek kinerja seperti prestasi, pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya, serta efektivitas kerja sehari-hari. Lebih lanjut, manajemen kinerja mencoba mengintegrasikan tujuan dari berbagai pihak yang terkait dalam organisasi, yaitu organisasi, individu, dan kelompok kerja dengan tetap berpegang pada nilai-nilai yang dianut oleh organisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen kinerja dianggap potensial untuk menunjang perubahan di masa yang akan datang [KEM05]. Demikian pula menurut Bititci et al (1997), manajemen kinerja seharusnya dipandang sebagai sebuah proses bisnis kunci yang memfokuskan pada keadaan dan prospek masa depan bagi perusahaan [KEM05]. 2.2 Sistem Pengukuran Kinerja Pada bagian ini akan dibahas lebih detil definisi tentang pengukuran kinerja sebagai alat pengukur kegiatan operasional dan perkembangannya yang terbagi ke dalam beberapa periode waktu. II-1

2 II Definisi Pengukuran Kinerja Penilaian/ pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Atkinson, penilaian kinerja adalah pengukuran kinerja dari suatu aktivitas ataupun suatu rantai nilai. Sedangkan menurut U.S. General Accounting Office, pengukuran kinerja dapat didefiniskan sebagai suatu aktivitas monitoring dan reporting secara terus menerus terhadap pencapaian program terutama kemajuan ke arah pencapaian tujuan (goals). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja dipergunakan oleh organisasi untuk mengetahui dan menganalisis kinerja organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Efektivitas sistem pengukuran ditentukan dari kemampuan memenuhi tujuan dari pengukuran kinerja tersebut. Menurut Selleheim, kriteria sistem pengukuran kinerja yang efektif memenuhi beberapa kriteria berikut [KEM05]: a. Dipicu oleh permintaan b. Sistem harus mendukung strategi organisasi dan faktor sukses penting yang digunakan oleh manajemen c. Fleksibel untuk berubah d. Sederhana dan mudah dipahami e. Mempertimbangkan faktor finansial dan nonfinansial f. Memberikan penegasan yang positif Sedangkan menurut Horgen ukuran kinerja yang efektif mempunyai beberapa karakteristik, antara lain [KEM05]: a. Berhubungan dengan tujuan perusahaan b. Mempunyai perhatian yang seimbang antara jangka pendek dan jangka panjang. c. Menggambarkan aktivitas kunci manajemen d. Dipengaruhi oleh tindakan karyawan e. Mudah dipahami oleh karyawan f. Dipergunakan dalam evaluasi dan pemberian imbalan karyawan g. Bertujuan logis dan merupakan pengukuran yang mudah

3 II-3 h. Digunakan secara konsisten dan teratur Perkembangan Sistem Pengukuran Kinerja Usaha untuk menemukan sistem pengukuran kinerja yang tepat baru dimulai setelah sistem industri berkembang dengan pesat saat revolusi industri pada awal abad 19. Jadi, sistem pengukuran kinerja bukanlah merupakan isu baru dalam dunia industri. Menurut Suwignjo, perkembangan sistem pengukuran kinerja dikelompokkan menjadi beberapa periode, yaitu: a. Sistem pengukuran kinerja untuk mengukur efisiensi proses internal ( ) Pada periode ini perusahaan membuat ukuran-ukuran untuk mengukur efisiensi dari proses aktivitas tunggal, seperti cost/lb, cost/hour, standard labour, cost dan standard material cost yang digunakan untuk mengukur efisiensi aktivitas manufaktur. b. Sistem pengukuran kinerja untuk mengukur profitabilitas unit organisasi dan organisasi secara keseluruhan ( ) Pembentukan usaha yang terintegrasi secara vertikal (vertically integrated firms) pada masa ini didorong oleh keberhasilan dalam menggabungkan beberapa singlestage, domestic processes menjadi suatu perusahaan dengan aktivitas tunggal. Beberapa aktivitas seperti manufacturing, purchasing, transportation, dan distribution yang sebelumnya merupakan aktivitas independen, sekarang menjadi aktivitas-aktivitas terintegrasi dari perusahaan dengan berbagai aktivitas (multiactivity organization). Hal tersebut menyebabkan perlunya ukuran kinerja baru yang bisa digunakan untuk mengintegrasikan berbagai ukuran kinerja diperlukan. Pada akhirnya DuPont menemukan Return On Investment (ROI) yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja unit-unit organisasi dan kinerja perusahaan secara keseluruhan. c. Relevance lost ( ) Sampai tahun 1925, seluruh ukuran kinerja tradisional untuk mengukur biaya produksi dan profitabilitas perusahaan seperti biaya pembuatan produk dan variasinya, ROI, profitability dan rasio-rasio keuangan yang lain telah ditemukan.

4 II-4 Tidak ada inovasi fundamental dari pengukuran kinerja yang terjadi pada periode ini, meskipun terjadi perubahan-perubahan pada lingkungan bisnis. d. Perbaikan sistem akuntansi biaya dan pembuatan sistem pengukuran kinerja individual nonfinansial ( ) Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mampu lagi untuk menyediakan informasi yang cepat, akurat, dan relevan yang dapat digunakan oleh manajer untuk mengontrol operasi perusahaan dan menstimulasi dengan tepat perilaku karyawan. Orang-orang mulai mencari sistem akuntansi biaya dan sistem pengukuran kinerja yang baru. Activity-Based Costing ditemukan untuk dapat menghitung penyerapan biaya yang lebih akurat. Manajer dan peneliti akhirnya mulai menyadari bahwa kinerja finansial bukanlah merupakan satu-satunya ukuran kinerja yang menjamin kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Banyak ukuran kinerja lain seperti kualitas, kecepatan pengiriman, dan fleksibilitas telah menjadi suatu indikator kinerja yang tidak kalah penting dari indikator finansial. Oleh karena itu, manajer mulai menggunakan ukuran kinerja nonfinansial di samping ukuran finansial, tetapi kedua ukuran kinerja tersebut masih digunakan secara sendirisendiri (belum terintegrasi). e. Sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi (1990-sekarang) Para peneliti menyadari bahwa indikator kinerja finansial dan nonfinansial harus dibentuk ke dalam suatu bagian sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi dan koheren dan kedua indikator tersebut harus dipergunakan secara seimbang. Berdasarkan pemikiran itu, berkembang penelitian-penelitian untuk membangun sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Bititci et al (1997) bahwa sistem pengukuran kinerja lama yang hanya melakukan pengukuran kinerja finansial memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut: 1. Belum mampu memacu perbaikan yang kontinu 2. Tidak berorientasi pada strategi 3. Tidak secara langsung mendukung proses perubahan 4. Tidak ada ukuran kinerja nonfinansial yang juga diperlukan

5 II Balanced Scorecard Pembahasan balanced scorecard yang selanjutnya disingkat menjadi BSC dimulai dengan pengertian BSC secara umum dan akan dilanjutkan ke dalam masing-masing perspektif BSC, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Pengertian Balanced Scorecard Definisi mengenai balanced scorecard (BSC) adalah dari kata benda score [OLV99] yang mengandung makna penghargaan atas poin-poin yang dihasilkan. Dalam konteks kata kerja, score berarti memberi angka/ nilai. Pengertian yang lebih luas, scorecard berarti pengukuran atau pemberian nilai atas segala sesuatu yang dihasilkan. Jadi, maksud balanced scorecard adalah bahwa score tersebut harus mencerminkan keseimbangan antara sejumlah elemen penting dalam kerja. Gambar II.1 Empat Perspektif Balanced Scorecard Balanced scorecard [KAP00] merupakan suatu set/ seperangkat alat pengukuran yang memberikan kepada manajer atas (top manager) sudut pandang bisnis secara cepat, tetapi menyeluruh termasuk pengukuran finansial yang akan memberi hasil dari tindakan yang telah dilakukan, melengkapi pengukuran finansial dengan pengukuran operasional pada kepuasan pelanggan, proses internal, dan inovasi organisasi serta pertumbuhan kegiatan, dimana pengukuran operasional ini yang akan menggerakkan performansi finansial masa depan. Balanced scorecard sebagai pengukuran dan sistem manajemen memandang performansi unit bisnis dari empat perspektif, yaitu finansial,

6 II-6 pelanggan, proses internal bisnis, dan pembelajaran dan pertumbuhan seperti terlihat pada Gambar II Perspektif-Perspektif Balanced Scorecard BSC merupakan sekumpulan ukuran yang memberikan informasi kinerja bisnis dengan cepat dan komprehensif dan dilakukan dengan empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pertumbuhan dan pembelajaran. Sebagai kerangka kerja operasionalisasi strategi, penjabaran visi, misi, dan strategi ke dalam empat perspektif BSC dimaksudkan untuk menjawab empat pertanyaan pokok, yaitu: 1. Bagaimana penampilan perusahaan di mata pemegang saham? (perspektif keuangan) 2. Bagaimana pandangan para pelanggan terhadap perusahaan? (perspektif pelanggan) 3. Proses bisnis apa yang harus ditingkatkan/ diperbaiki perusahaan? (perspektif proses bisnis internal) 4. Apakah perusahaan dapat melakukan perbaikan dan menciptakan nilai secara berkesinambungan? (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan) Perspektif Keuangan Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Perbaikanperbaikan itu tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham. Untuk perusahaan yang berorientasi profit, maka perspektif keuangan merupakan fokus untuk semua tujuan pengukuran pada tiga perspektif lainnya. Dalam menjawab pertanyaan, Bagaimana penampilan perusahaan di mata pemegang saham? maka kinerja keuangan harus semakin baik sehingga penampilan perusahaan atau penciptaan nilai di mata pemegang saham perusahaan (shareholder value) akan semakin baik pula. Terdapat dua jenis motif strategi seperti terlihat pada Gambar II.2 yaitu strategi pertumbuhan pendapatan (revenue growth strategy) dan strategi produktivitas (productivity strategy). Strategi pertumbuhan pendapatan berfokus pada membangun

7 II-7 sumber-sumber pendapatan dan keuntungan baru bagi perusahaan. Secara umum, motif strategi pertumbuhan pendapatan mempunyai dua pilihan, yaitu: Improve Shareholder Value Revenue Growth Strategy Alternatif Strategy : - Build the Franchise - Increase Customer Value Productivity Strategy Alternatif Strategy : - Improve Cost Structure - Improve Asset Utilization Gambar II.2 Model Umum Perspektif Keuangan 1. Membangun franchise, yaitu membangun sumber-sumber pendapatan baru melalui pasar baru, produk baru, atau konsumen baru. Strategi dalam kelompok ini membuat perubahan-perubahan yang paling besar dalam perusahaan dan membutuhkan waktu paling lama dalam pelaksanaannya. 2. Menaikkan nilai pelanggan, yaitu bekerja dengan pelanggan yang telah ada sebelumnya untuk memperluas hubungan mereka dengan perusahaan. Strategi dalam kelompok ini cenderung memiliki jangka waktu menengah dalam pelaksanaannya dan berfokus pada proses-proses seperti cross selling dan penyediaan solusi kepada pelanggan untuk memperdalam hubungan. Strategi produktivitas mengutamakan pelaksanaan yang efisien terhadap aktivitasaktivitas operasional dalam melayani konsumen yang telah ada. Secara umum, motif strategi produktivitas ini juga memiliki dua komponen, yaitu: 1. Perbaikan struktur biaya yaitu menurunkan biaya-biaya langsung dari produk dan atau jasa dengan cara pengurangan biaya tak langsung dan pemakaian secara bersama sumber daya antara unit bisnis lain untuk menciptakan sinergi. 2. Perbaikan utilisasi aset yaitu mengurangi working dan fixed capital yang dibutuhkan untuk mendukung bisnis perusahaan dengan utilisasi aset yang lebih besar, akuisisi yang lebih hati-hati, serta pembagian yang optimal dari aset.

8 II Perspektif Pelanggan Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu: 1. Customer core measurement, seperti terlihat pada Gambar II.3, dengan beberapa komponen pengukuran, yaitu: a. Market share: pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan b. Customer retention: mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen c. Customer acquisition: mengukur tingkat di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru d. Customer satisfaction: menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition e. Customer profitability: mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut Core Measurement Market Share Customer Aquisition Customer Profitability Customer Retention Customer Satisfaction Gambar II.3 Customer Core Measurement 2. Customer value proposition, merupakan pemicu kinerja yang didasarkan pada atribut sebagai berikut: a. Product service attributes: pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan, contohnya ada pelanggan yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas, atau bahkan harga yang murah. b. Customer relationship: menyangkut perasaan pelanggan terhadap produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan pelanggan sangat dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian.

9 II-9 c. Image and reputation: menggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan, dapat melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan Perspektif Proses Bisnis Internal Proses bisnis internal dapat dianalisis dengan menggunakan analisis rantai (value chain) seperti terlihat pada Gambar II.4. Manajemen mengidentifikasi proses bisnis internal yang kritis yang harus diunggulkan perusahaan sehingga memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Gambar II.4 Analisis Rantai Proses Bisnis Internal Perspektif proses bisnis internal terbagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu: a. Proses inovasi Di dalam proses inovasi ini unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan. Selanjutnya perusahaan mendesain dan mengembangkan produk/ jasa baru yang mampu meningkatkan pasar dan meraih pelanggan baru. b. Proses operasi Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/ jasa. Aktivitias proses operasi terbagi ke dalam dua bagian, yaitu proses pembuatan produk dan penyampaian produk kepada pelanggan. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi adalah waktu, kualitas, dan biaya. c. Proses pelayanan purnajual Proses ini mencakup jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/ jasa tersebut dilakukan dan berkaitan dengan penyelesaian masalah yang timbul, menindaklanjuti secara proaktif, tepat waktu, dan memberikan sentuhan pribadi.

10 II Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Proses pembelajaran dan pertumbuhan, seperti terlihat pada Gambar II.5, ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Ukuran perspektif ini dapat dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu: a. Employee capabilities Bagaimana para pegawai menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi. Untuk itu, perencanaan dan upaya implementasi reskilling pekerja yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi. b. Information system capabilities Meskipun motivasi dan keahlian pekerja telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik yang dapat mendukung kinerja pekerja. c. Motivation, empowerment, and alignment Perspektif ini penting untuk menjamin terciptanya proses berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pekerja. Core Measurement Result Employee Retention Employee Productivity Employee Satisfaction Enabler Staff Competencies Technology Infrastructure Climate for Action Gambar II.5 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 2.4 Model Pembobotan Borda Borda merupakan model yang dapat digunakan dalam pembobotan dengan cara perankingan untuk setiap item untuk kemudian diformulasikan menjadi suatu bobot. Dalam model Borda ini, beberapa responden memberikan penilaian terhadap kriteria

11 II-11 dengan cara memberikan urutan rangking (R) dari angka 1 (satu) untuk kriteria yang paling penting sampai dengan N dimana N adalah jumlah kriteria untuk kriteria yang paling tidak penting [LIB05]. Dari urutan rangking (R) ini, setiap kriteria diberikan nilai (V) sesuai dengan rangkingnya dengan rumus sebagai berikut : Vi = N +1 Ri...(2.4) dimana: i = 1,2,3,.,N Vi = Nilai untuk kriteria i N = Jumlah kriteria Ri = Urutan rangking kriteria i Nilai untuk kriteria dari satu responden ini dirata-ratakan dengan nilai kriteria dari responden yang lain sehingga didapatkan nilai rata-rata yang menunjukkan urutan preferensi dari kriteria yang dinilai. 2.5 Model Objective Matrix (OMAX) Model penilaian ini pertama kali dikembangkan di Oregon State University oleh seorang profesor produktivitas di Departement of Industrial Engineering yaitu James L. Riggs. Objectives matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas dari tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut. Model pengukuran produktivitas OMAX mengatasi masalah-masalah kerumitan dan kesulitan pengukuran produktivitas dengan mengkombinasikan seluruh kriteria produktivitas yang penting dalam suatu bentuk matriks yang terpadu dan saling terkait satu sama lain, sehingga mudah untuk dikomunikasikan.

12 II-12 Dalam pengukuran kinerja, metode ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada saat pengukuran kinerja yang di dalamnya terdapat unsur manusia. Permasalahannya adalah pengaruh sifat manusia yang sulit diukur. Hal tersebut diatasi dengan menerjemahkan kinerja manusia ke dalam sesuatu yang lebih kuantitatif Pengukuran Kinerja dengan Objectives Matrix OMAX dilandasi dengan pernyataan bahwa produktivitas adalah fungsi dari faktorfaktor kinerja, dimana masing-masing unit memiliki dimensi khusus yang berbeda. Cara untuk mengukur produktivitasnya adalah dengan mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi. OMAX dapat digunakan untuk mengukur unit-unit kerja baik dalam skala kecil maupun untuk keseluruhan perusahaan. Namun, hasil pengukuran kinerja dari unit-unit tersebut tidak dapat dikaitkan secara aditif untuk mempresentasikan kinerja dari induk unit-unit tersebut. Oleh karena itu, untuk mengukur keseluruhan organisasi harus dilakukan proses pembobotan dari unit-unit terkait [LIB05]. Model pengukuran OMAX memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki OMAX antara lain: Merupakan kombinasi dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif Dapat dipergunakan untuk mengukur semua aspek kinerja yang dipertimbangkan dalam unit kerja terkait Indikator kinerja untuk setiap input dan output terdefinisi dengan jelas Lebih fleksibel karena memasukkan pertimbangan manajemen dalam penentuan bobot Perhitungan indikator kinerja cukup sederhana Kemampuan untuk menormalisasi unit-unit pengukuran dari beberapa pengukuran Fleksibilitas dalam mengakomodasi pengukuran kualitas, tidak terikat pada waktu, keamanan, sikap pekerja, produktivitas, dan hasil pencapaian Kemampuan mengukur trade offs dan menghasilkan sebuah nilai kinerja keseluruhan

13 II-13 Sedangkan kekurangan dari OMAX adalah: Subjektivitas terkadang dilakukan dalam penentuan objective score untuk tiap level indikator kinerja Untuk mendapatkan indeks kinerja yang diharapkan maka dibutuhkan suatu standar pengukuran dan bersifat berkesinambungan Format dan Fungsi Objectives Matrix Format dari stuktur objectives matrix [RIG83], dapat dilihat pada Gambar II.6, terdiri dari tiga bagian sebagai berikut : A. Defining Faktor-faktor yang menentukan kinerja dari suatu unit kerja didefinisikan sebagai indikator kinerja. Notasi a, pencapaian sesungguhnya dari suatu unit kerja selama periode tertentu dimasukkan dalam baris performance B. Quantifying Badan matriks yang terdiri dari level pencapaian berkirsar dari 0 untuk performance yang tidak memuaskan hingga 10 untuk pencapaian superior. Notasi b1, target kinerja yang realistis untuk dicapai oleh unit kerja selama periode tertentu diberi nilai 10. Notasi b2, target kinerja ketika matriks berada dalam tahap inisiasi diberi nilai 3 untuk semua indikator Notasi b3, target kinerja yang paling rendah atau tidak memuaskan dari unit kerja selama periode tertentu diberi nilai 0. C. Monitoring Indikator kinerja adalah nilai yang diperoleh dengan mengendalikan setiap nilai dari indikator dengan bobotnya. Indeks adalah total nilai dari perkalian antara nilai dengan bobot dari setiap kriteria pengukuran kinerja. Notasi c1, merupakan bobot kepentingan yang diberikan kepada semua indikator untuk menunjukkan dampak relatif indikator tersebut terhadap tujuan pengukuran kinerja dari unit kerja Notasi c2, merupakan indikasi dari kinerja unit kerja ditunjukkan dengan perubahan dari indikator kinerja.

14 II-14 Kriteria performance K1 K2 K3 K4 Score Performance Realistic Performace Objective a b b b3 0 Score Weight c1 Value Current Performance Indicator Previous Performance Indicator Index c2 A B C Gambar II.6 Struktur Dasar Objectives Matrix Skor Kinerja Pada badan OMAX terdapat 11 tingkat pencapaian untuk setiap indikator, dimana satu indikator menempati satu kolom. Skala kinerja OMAX berkisar antara skala 0 sampai 10 dan terdapat tiga skala penting, yaitu : Level 0: level terendah yang dicapai kriteria tersebut selama periode tertentu Level 3 : indikasi hasil operasi yang menunjukkan kinerja pada saat skala rating dibuat atau pada tahap inisiasi Level 10 : estimasi realistis dari hasil yang dapat dicapai pada masa mendatang Level 0 dan level 3 didefinisikan sebagai benchmark, sedangkan level 10 merupakan tantangan. Pemberian nilai pada tiap level merepresentasikan pencapaian dari tujuan pencapaian kinerja. 2.6 Basis Pengetahuan Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai proses mengubah data menjadi informasi yang berarti dan diwujudkan dalam struktur yang lebih besar yang terdiri dari informasiinformasi yang saling terkait [WIJ07]. Dengan kata lain, pengetahuan dapat diartikan proses memahami keterkaitan di antara sekumpulan informasi [WIJ07]. Sekumpulan pengetahuan yang terdiri dari informasi-informasi yang terkait disebut sebagai basis

15 II-15 pengetahuan (knowledge base). Di dalam basis pengetahuan, faktor hirarki merupakan faktor yang sangat dipertimbangkan sehingga pada umumnya basis pengetahuan direpresentasikan dalam struktur pohon atau dikenal dengan istilah knowledge tree. Ciri-ciri utama yang dimiliki oleh basis pengetahuan adalah sebagai berikut: 1. Aspek hirarki sangat diperhatikan dan selalu disimpan 2. Informasi (kesimpulan) yang tidak secara eksplisit dituliskan pada basis pengetahuan dapat diberikan karena adanya proses inferensi 3. Data yang disimpan berisi data lengkap dengan struktur pengetahuannya dan lebih mendekati bahasa yang dipahami manusia Proses penarikan kesimpulan dalam sebuah basis pengetahuan dikenal dengan istilah inferensi. Mesin inferensi adalah mesin yang digunakan untuk melakukan penarikan kesimpulan dari sekumpulan fakta dan aturan yang tersimpan pada basis pengetahuan dan tergantung pada bentuk representasi pengetahuannya. Dalam proses penarikan kesimpulan, sebuah mesin inferensi perlu memperhitungkan strategi inferensi yang akan dijalankan dan mekanisme kendali dari proses penalaran. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai aturan, strategi pencarian, dan mekanisme inferensi Aturan Aturan (rule) umumnya digunakan untuk merepresentasikan suatu hubungan atau keterkaitan. sebuah aturan terdiri dari dua bagian, bagian IF dinamakan anteseden (berisi premis atau kondisi) dan bagian THEN dinamakan konsekuen (berisi konklusi atau aksi) [NEG02] dan terlihat pada Gambar II.7. Gambar II.7 Aturan (rule)

16 II Strategi Pencarian Strategi pencarian yang sering digunakan dalam mesin inferensi adalah DFS (Depth First Search) dan BFS (Breadth First Search). Pada DFS, mesin inferensi akan menggali semua kemungkinan dari sebuah simpul secara terperinci terlebih dahulu. Pengembangan simpul dilakukan dari akar ke sebuah simpul anak, begitu seterusnya hingga didapatkan simpul yang tidak dapat dikembangkan lagi. Sedangkan pada BFS, pencarian dilakukan secara melebar dengan mengembangkan simpul-simpul yang berada pada satu tingkat dalam pohon pencarian sebelum melanjutkan pengembangan simpul anak yang berada pada tingkat berikutnya Mekanisme Inferensi Mekanisme inferensi yang sering digunakan dalam proses penalaran adalah forward chaining dan backward chaining. Pada forward chaining, proses penalaran dimulai dengan mencocokkan data atau fakta yang telah diketahui dengan bagian anteseden aturan. Aturan yang sesuai akan diaktivasi dan bagian konsekuen akan dijalankan dan siklus pencocokan akan berhenti ketika tidak ada aturan lagi yang tersisa untuk dibangkitkan. Berbeda dengan forward chaining yang dipengaruhi data, backward chaining bekerja dengan dipengaruhi tujuan (goal). Mesin inferensi mencoba menemukan fakta-fakta yang mendukung pembuktian hipotesis awal. Bagian konsekuen dari aturan diperiksa, kemudian aturan yang sesuai diaktivasi dan bagian atesendennya digunakan kembali sebagai fakta tambahan pada proses pencocokan berikutnya hingga diperoleh faktafakta yang mendukung tercapainya tujuan tersebut. Pemilihan mekanisme inferensi sangat bergantung pada jenis persoalan yang ingin dipecahkan. Seringkali kedua metode dapat digunakan untuk menyelesaikan sebuah persoalan, tetapi pertanyaannya adalah metode mana yang lebih baik kompleksitas waktu dan ruangnya. Berikut beberapa acuan yang dapat digunakan dalam pemilihan mekanisme inferensi [ANG04], yaitu:

17 II Forward chaining digunakan untuk menghasilkan konklusi atau mencari akibat. Sedangkan backward chaining digunakan untuk membuktikan sebuah hipotesis atau mencari penyebab. 2. Jika terdapat banyak lintasan untuk mencapai suatu kesimpulan tertentu dan jenis kesimpulan yang mungkin diperoleh dari fakta yang tersedia relatif sedikit maka sebaiknya digunakan metode forward chaining. Sebaliknya apabila jenis kesimpulan yang mungkin diperoleh dari fakta yang tersedia relatif banyak, tetapi lintasan untuk mencapai sebuah kesimpulan sedikit atau bahkan unik akan lebih baik digunakan metode backward chaining. 3. Jika diinginkan semua kesimpulan yang mungkin dicapai dari fakta-fakta yang tersedia akan lebih baik digunakan metode forward chaining. Namun, jika yang diinginkan hanyalah memastikan apakah sebuah kesimpulan dari beberapa kesimpulan yang ada bernilai benar maka sebaiknya digunakan backward chaining.

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran merupakan upaya mencari informasi mengenai hasil yang dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya penyimpangan akibat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. 3.1 Kerangka Kerja

BAB III ANALISIS. 3.1 Kerangka Kerja BAB III ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan analisis dari tugas akhir dengan mengacu pada metode balanced scorecard yang meliputi kerangka kerja, identifikasi lingkungan industri, pemahaman komprehensif

Lebih terperinci

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value. Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang meyakini bahwa jika perusahaan memiliki orang-orang dengan kemampuan yang tepat dan sikap yang baik akan dapat melaksanakan

Lebih terperinci

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut: Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Materi 1. What is Financial Management? 2. Goals of Financial Management in the Context of BSC 3. Financial Aspect of BSC What is Financial Management

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perbankan Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghipun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana terbsebut kepada

Lebih terperinci

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja organisasi total, yaitu kemampuan memperoleh keuntungan Tanpa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Berkaitan dengan topik kajian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai pembanding.

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja (Performance Measurement)

Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Tujuan sistem pengukuran Iktisar Pengukuran Kinerja Asesmen operasional

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD FOKUS PENGUKURAN BSC Fokus pengukuran BSC untuk melaksanakan proses manajemen sbb: Mengklarifikasi dan menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Kinerja Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi. Kinerja dalam

Lebih terperinci

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas penerapan sistem pengukuran kinerja perusahaan ditinjau dari metode balanced scorecard dan metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial). 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN PENILAIAN KINERJA Kinerja merupakan kontribusi yang dapat diberikan oleh seseorang atau devisi untuk pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi. Kinerja dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dibidang komunikasi, informasi, dan teknologi menyebabkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2%

BAB V ANALISA DATA. Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2% BAB V ANALISA DATA 5.1 Perspektif Keuangan Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2% yang diperoleh dari kuesioner perbandingan berpasangan untuk mencari tingkat kepentingan dari perspektif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kinerja 2.1.1. Definisi Pengukuran Kinerja Kaplan, dan Norton (1996) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai : the activity of measuring the performance of an activity

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997:419) mengungkapkan penilaian kinerja sebagai penentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi pasar persaingan (globalisasi) dan lingkungan bisnis yang cepat berubah. Oleh

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan teknologi yang ada. Adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing

Lebih terperinci

Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard

Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard Balanced scorecard digunakan dalam hampir keseluruhan proses penyusunan rencana. Tahapan penyusunan rencana pada dasarnya meliputi enam kegiatan berikut: perumusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir PT. Tawada Graha yang menjadi obyek dari tulisan kami menjalankan bisnis mereka secara tradisional. Tidak ada perencanaan strategis jangka panjang yang

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD

BAB II PENINGKATAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD BAB II PENINGKATAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengukuran Kinerja Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat konsitensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. Kinerja merupakan penentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Di dalam sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi bisnis,

Lebih terperinci

Jurnal Sains & Teknologi

Jurnal Sains & Teknologi JUS TEKNO Jurnal Sains & Teknologi ISSN 2580-2801 BALANCE SCORE CARD (BSC), SEBAGAI ALAT PENGUKUR KINERJA Wastam Wahyu Hidayat Abstrak Tujuan penulisan ini untuk mengetahui bagaimana mengukur kinerja organisasi/pusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia menuju era globalisasi memungkinkan kegiatan perekonomian berkembangan sedemikian rupa sehingga melewati batas-batas wilayah dan antar

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN SISTEM EVALUASI KINERJA DENGAN MODEL BALANCED SCORECARD

BAB III KONSEP PERANCANGAN SISTEM EVALUASI KINERJA DENGAN MODEL BALANCED SCORECARD BAB III KONSEP PERANCANGAN SISTEM EVALUASI KINERJA DENGAN MODEL BALANCED SCORECARD 3.1 Sejarah dan Definisi Balanced scorecard 3.1.1. Sejarah Balanced scorecard Balanced scorecard pertama kali dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Idealnya, setiap manajemen perusahaan memerlukan suatu alat ukur untuk mengetahui seberapa baik performa perusahaan. Objek yang selalu diukur adalah bagian keuangan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa

TINJAUAN PUSTAKA. suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, proses dalam menghasilkan produk/jasa tersebut, sistem jual-beli yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi perubahan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, suatu organisasi dituntut untuk melakukan suatu adaptasi yang cepat terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Dengan adanya persaingan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Dengan adanya persaingan tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini persaingan perdagangan di Indonesia semakin pesat. Baik perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Dengan adanya persaingan tersebut, maka perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengukur kinerjanya hanya berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. Dalam era globalisasi peluang pasar produk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh semua perusahaan di era globalisasi saat ini. Kunci untuk memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. pengukuran kinerja yang hanya berdasar pada tolak ukur keuangan sudah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. pengukuran kinerja yang hanya berdasar pada tolak ukur keuangan sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengukur kinerjanya hanya berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. Padahal dalam menghadapi lingkungan bisnis yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Organisasi Menurut Stephen P. Robbins dalam buku Teori Organisasi, teori organisasi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan pada sisi keuangan (financial perspective). Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian koperasi Menurut Sumarni dan Soeprihanto (1995) koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan Strategik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja. seperti koreksi akan kebijakan, meluruskan kegiatan- kegiatan utama dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja. seperti koreksi akan kebijakan, meluruskan kegiatan- kegiatan utama dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak- pihak tertentu untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Analisa SWOT Analisa SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Jika dulu produsen yang memegang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan sehingga dapat dijadikan sebagai suatu perbandingan. Pertama, berdasarkan

Lebih terperinci

Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia

Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia Oleh: Taryana Suryana NPM:2006210007 1 UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Visi Menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan, perubahan dan ketidakpastian akan semakin mewarnai kehidupan lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hubungan dan Penerapan Definisi hubungan menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (2007:334) adalah sebagai berikut: Berangkaian, bersambung, berkaitan bersangkutan,

Lebih terperinci

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1 Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA deden08m.com 1 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA: Posisi Perusahaan dalam Industri (1) Rencana bisnis yang efektif harus mendefinisikan secara jelas di mana posisi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengukuran Kinerja Perusahaan 1. Kinerja dan Pengukuran Kinerja Perusahaan Rivai dan Basri (2005), Kinerja adalah hasil seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di

Lebih terperinci

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 Objektif Pembelajaran (Learning Objectives) Mahasiswa bisa: Menjelaskan mengapa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Padang dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil

BAB V PENUTUP. Padang dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja PDAM Kota Padang dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja perusahaan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.1.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas sebagai konsep output dengan input, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo dan Adam Smith tahun 1810. Inti konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan yang luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia,

Lebih terperinci

Model deskriptif manajemen strategik lanjutan Meet -5

Model deskriptif manajemen strategik lanjutan Meet -5 Model deskriptif manajemen strategik lanjutan Meet -5 VISI menggambarkan akan menjadi apa suatu organisasi di masa depan. Ia bersifat sederhana, menumbuhkan rasa wajib, memberikan tantangan, praktis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur sistem agar mengetahui sejauh mana sistem itu bekerja, dalam sistem itu sendiri banyak

Lebih terperinci

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi 1 MODEL HEURISTIK N. Tri Suswanto Saptadi 2 Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan mampu mengaplikasikan model Heuristik untuk menyelesaikan masalah dengan pencarian solusi terbaik. 1 3 Model

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15

DAFTAR TABEL. Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15 DAFTAR TABEL Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15 Tabel 2.2 : Perbedaan sistem manajemen strategik dalam manajemen tradisional dengan sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap pengukuran kinerja perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA Welin Kusuma 1, Patdono Suwignjo 1, Iwan Vanany 1 1 Program Pascasarjana Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan kemajuan dunia informasi, teknologi, dan industri telah mendorong setiap organisasi perusahaan untuk memasuki babak baru. Persaingan yang kompleks.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan global saat ini merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam dunia bisnis, ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dibidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pusat PT. Asuransi Allianz Life

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pusat PT. Asuransi Allianz Life BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Pusat PT. Asuransi Allianz Life Indonesia yang berkedudukan di Allianz Tower Jl. HR Rasuna Said Kawasan Kuningan Persada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Di masa sekarang dan di masa depan, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Di masa sekarang dan di masa depan, perusahaan-perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Di masa sekarang dan di masa depan, perusahaan-perusahaan menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks. Kompleksitas bisnis tersebut terjadi dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berbagai kemajuan pesat di bidang industri mau tak mau

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berbagai kemajuan pesat di bidang industri mau tak mau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, berbagai kemajuan pesat di bidang industri mau tak mau mengisyaratkan perusahaan untuk berkembang sejalan dengan kemajuan tersebut, yang berarti

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan. informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan. informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (http://pasca-unsoed.or.id/adm/data/256,3,pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kinerja Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program ataupun kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

Lebih terperinci

Efektifitas Kinerja. Materi 3

Efektifitas Kinerja. Materi 3 Materi 3 Efektifitas Kinerja Subpokok bahasan : Manajemen kinerja yang efektif Kriteria Efektifitas Pemahaman tentang Balanced Scorecard dan Penerapannya pada perusahaan. 1) Manajemen kinerja yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengukuran dari aspek keuangan, kurang memperhatikan. pengukuran tersebut dengan strategi badan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengukuran dari aspek keuangan, kurang memperhatikan. pengukuran tersebut dengan strategi badan usaha. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada umumnya pengukuran kinerja yang dilakukan oleh suatu badan usaha hanya berorientasi pada jangka pendek dan mengandung tingkat subyektivitas yang tinggi. Di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam persaingan bisnis di era globalisasi ini, terdapat banyak faktor yang menentukan usaha perusahaan untuk tetap mempertahankan eksistensinya di dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan kriteria penting dalam menilai suatu perusahaan. Pengukuran ini memperlihatkan hubungan antara perencanaan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja. dihasilkan oleh suatu perusahaan atau organisasi dalam periode tertentu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja. dihasilkan oleh suatu perusahaan atau organisasi dalam periode tertentu BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian dari pelaksanaan suatu program/kegiatan/kebijakan dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BALANCE SCORECARD PADA PERUSAHAAN JASA PERHOTELAN : STUDI KASUS PADA PT. HOTEL X DI SEMARANG

IMPLEMENTASI BALANCE SCORECARD PADA PERUSAHAAN JASA PERHOTELAN : STUDI KASUS PADA PT. HOTEL X DI SEMARANG Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juli 2014, Hal. 161-167 JURNAL AKUNTANSI INDONESIA IMPLEMENTASI BALANCE SCORECARD PADA PERUSAHAAN JASA PERHOTELAN : STUDI KASUS PADA PT. HOTEL X DI SEMARANG Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan perusahaan di abad ke-21 ini semakin ketat sejalan dengan diberlakukannya era perdagangan bebas. Hal ini tentu juga mempengaruhi persaingan di dunia

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PADA PT. PAMINDO TIGA T DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD

PENGUKURAN KINERJA PADA PT. PAMINDO TIGA T DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD PENGUKURAN KINERJA PADA PT. PAMINDO TIGA T DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD Hesthi Prakoso - 0700687545 Fadil Ade Winata - 0700686063 ABSTRAK Penilaian kinerja merupakan hal yang esensial bagi

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Pengertian Pengukuran Kinerja

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Pengertian Pengukuran Kinerja 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja 2.1.1 Pengertian Pengukuran Kinerja Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manajer karena penilaian kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan tersebut telah tercapai. Pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi

Lebih terperinci

PEMBOBOTAN SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF BALANCE SCORECARD (BSC) PADA PERUSAHAAN AIR MINUM

PEMBOBOTAN SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF BALANCE SCORECARD (BSC) PADA PERUSAHAAN AIR MINUM Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 PEMBOBOTAN SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF BALANCE SCORECARD (BSC) PADA PERUSAHAAN AIR MINUM Pendahuluan Dwi Sulisworo 1 dan Sari Nurmaningsih

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card

Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card Performa (2008) Vol. 7, No.2: 31-36 Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card Murman Budijanto, Dwi Lia Indriani Laboratorium Sistem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah. pelanggan maupun mitra usaha. Sistem komunikasi dan kemudahan dalam

PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah. pelanggan maupun mitra usaha. Sistem komunikasi dan kemudahan dalam PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah semakin kompetitif. Tuntutan menjadi kompetitif ini telah mendorong terjadinya perubahan demi perubahan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI 1 Sistem akuntansi memainkan peranan penting dalam mengukur kegiatan dan hasil kerja dari kegiatan tersebut, juga dalam menentukan reward

Lebih terperinci

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN Balanced Scorecard (Bsc): Tools Strategis Pengukuran Masa Depan. John F. Sonoto 1.

Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN Balanced Scorecard (Bsc): Tools Strategis Pengukuran Masa Depan. John F. Sonoto 1. Balanced Scorecard (Bsc): Tools Strategis Pengukuran Masa Depan John F. Sonoto 1 asonoto@yahoo.com Abstract This article aims to organizations that want to show measuring corporate performance is too focused

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Bulog Sub Divre Dumai dengan Konsep Balanced Scorecard

Pengukuran Kinerja Bulog Sub Divre Dumai dengan Konsep Balanced Scorecard Petunjuk Sitasi: Melliana, & Fitra. (2017). Pengukuran Kinerja Bulog Sub Divre Dumai dengan Konsep Balanced Scorecard. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F275-281). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk melakukan evaluasi dalam menilai kinerja perusahaan. Seringkali penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk melakukan evaluasi dalam menilai kinerja perusahaan. Seringkali penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penilaian Kinerja Melihat aktifitas perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasinya sehari - hari maka akan menghasilkan penilaian yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk

Lebih terperinci

Analisis Balanced Scorecard Pada Bank X

Analisis Balanced Scorecard Pada Bank X Analisis Balanced Scorecard Pada Bank X Andris Setiawan andrissetiawan507@gmail.com Abstract Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif pada Bank X dengan judul Analisis Balanced Scorecard pada Bank

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pilot pesawat terbang jet modern sedang menerbangkan pesawatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pilot pesawat terbang jet modern sedang menerbangkan pesawatnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seorang pilot pesawat terbang jet modern sedang menerbangkan pesawatnya. Pada saat pesawat dalam keadaan terbang, asisten juniornya menanyakan mengapa hanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Evaluasi Kinerja Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar...

DAFTAR ISI. Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar... DAFTAR ISI Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar... Daftar lampiran... Intisari... Abstract... i ii iii iv vi x xii xiii

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN 2.1 Konsep Dasar Audit Manajemen Menurut Bayangkara (2008:2), audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap efisien dan efektivitas operasi perusahaan.

Lebih terperinci