ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN Tias Arum Nariswari. H Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Penawaran Kacang Tanah di Indonesia (di bimbing oleh Dedi Budiman Hakim). Pangan memiliki peran yang penting bagi kehidupan manusia. Indonesia memiliki keragaman pangan yang sangat bervariasi. Keragaman pangan mulai dari keragaman pangan komoditas perairan dan kelautan juga keragaman pangan komoditas dari hasil budidaya pertanian dan perkebunan. Komoditas-komoditas pangan yang biasanya diimpor adalah komoditas yang bagi pemerintah memiliki peranan yang penting seperti kacang kedelai, kacang tanah, jagung, dan gandum. Kacang tanah termasuk dalam komoditas pangan penting kedua setelah kedelai. Produktivitas dari kacang tanah Indonesia masih dinilai rendah, yaitu hanya sekitar 1 ton/ha. Tingkat produktivitas hasil yang dicapai hanya setengah jika dibandingkan dengan USA, Cina, dan Argentina yang mencapai lebih dari 2 ton/ha. Perbedaan produktivitas ini bukan hanya karena perbedaan teknologi yang digunakan oleh petani, tetapi juga karena adanya pengaruh faktor-faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah karakter agroklimat, intensitas dan hama penyakit, varietas yang ditanam, umur panen, serta cara usaha tani yang diterapkannya. Perkembangan luas panen dari tahun 1970 hingga tahun 2006 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1970 luas panen kacang tanah adalah hektar dan 2006 meningkat menjadi hektar, luas panen kacang tanah ini mengalami fluktuatif. Perkembangan ekspor dan impor berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Pertanian besarnya volume impor pada tahun 2008 adalah kilogram meningkat sekitar 39 persen dibandingkan dengan tahun Sedangkan ekspor kacang tanah Indonesia dapat dibilang masih cukup rendah hanya kilogram, menurun cukup drastis apabila dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi penurunan volume ekspor sekitar 65 persen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dampak dari pengurangan lahan, menduga elastitisitas respon penawaran serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, dan bagaimana tanaman kompetisi dapat mempengaruhi luas panen kacang tanah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas panen kacang tanah, harga produktivitas kacang tanah, harga kacang tanah, harga kedelai, harga ubi kayu, harga jagung, harga gabah, jumlah penggunaan pupuk, jumlah penggunaan pestisida, jumlah tenaga kerja, suku bunga, curah hujan, dan irigasi waktu pengamatan selama Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas pada respon areal panen bersifat inelastis. Angka yang didapat setelah melakukan pengolah data respon areal pada jangka pendek adalah 0,0807 dan elastisitas jangka panjang sebesar 0,1650. Elastisitas Produktivitas pada jangka pendek sebesar 0,0813 dan elastisitas pada jangka panjang sebesar 0,1363. Elastisitas penawaran pada jangka pendek adalah 0,1620 dan jangak panjang adalah 0,3013. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang elastisitas memiliki sifat yang lebih elastic dibandingkan elastisitas jangka pendek. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen adalah harga kacang tanah, luas panen tahun sebelumnya, irigasi, produktivitas tahun sebelumnya, dan jumlah tenaga kerja. Harga kacang tanah memilki pengaruh yang

3 nyata, hal ini menunjukkan bahwa harga kacang tanah parameter yang digunakan petani untuk memutuskan dalam menanam kacang tanah. Implikasi kebijakan untuk produktivitas dapat ditingkatkan dengan meningkatkan produktivitas tahun sebelumnya dan juga melalui mekanisme peningkatan tenaga kerja. Produktivitas dapat pula dilakukan dengan peningkatan teknologi, dalam hal ini teknologi yang harus ditingkatkan adalah benih. Pemerintah perlu menganggarkan sedikit dana untuk membiaya penelitian mengenai teknologi benih.

4 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Penawaran Kacang Tanah di Indonesia : Tias Arum Nariswari : H Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Rina Oktaviani, Ph.D NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH LAINNYA PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2009 Tias Arum Nariswari H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 29 Maret 1987 di Bogor, Jawa Barat. Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Sucipto dan Endang Sesulih. Penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Mekarsari 3 Cimanggis (Depok) tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Depok dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri 105 Jakarta. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan program belajarnya ke jenjang yang lebih tinggi. Tempat yang menjadi pilihan penulis adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). IPB menjadi tempat bagi penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan pengembangan pola pikir. Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi yang berada di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif dalam oraganisasi seperti Forum Mahasiswa Islam (FORMASI).

8 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 29 Maret 1987 di Bogor, Jawa Barat. Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Sucipto dan Endang Sesulih. Penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Mekarsari 3 Cimanggis (Depok) tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Depok dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri 105 Jakarta. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan program belajarnya ke jenjang yang lebih tinggi. Tempat yang menjadi pilihan penulis adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). IPB menjadi tempat bagi penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan pengembangan pola pikir. Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi yang berada di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif dalam oraganisasi seperti Forum Mahasiswa Islam (FORMASI).

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penulisan Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 8 II. TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Penawaran Penawaran Komoditas Pertanian Model Penyesuaian Parsial Nerlove Model Produksi Respon Beda Kala Komoditi Pertanian Elastisitas Penawaran Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Tinjauan Kebijakan Pemerintah. 28 III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data Fungsi Areal Panen Kacang Tanah Fungsi Produktivitas Kacang Tanah Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang Uji Model Uji t-statistik. 36

10 3.8 Uji F-Statistik Uji Autokorelasi Uji Multikolinearitas.. 40 IV. PEMBAHASAN Hasil Dugaan Fungsi Areal Panen Kacang Tanah Hasil Dugaan Fungsi Produktivitas Kacang Tanah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Panen Luas Panen Sebelumnya Harga Kacang Tanah Saluran Irigasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Produktivitas Sebelumnya Harga Kacang Tanah Jumlah Tenaga Kerja Penduga Respon Penawaran Kacang Tanah Implikasi Kebijakan V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 64 DAFTAR PUSTAKA.. 66 LAMPIRAN 69

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1 Produksi Kacang Tanah Luas Panen Kacang Tanah Produktivitas Kacang Tanah Harga Kacang Tanah Pergeseran Kurva Penawaran Inelastisitas Sempurna Inelastisitas Elastisitas Uniter Elastisitas Elastisitas Sempurna Pertumbuhan Luas Panen danharga Kacang Tanah Tahun Perkembangan Produktivitas

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Selang Nilai Durbin-Watson Hasil Pendugaan Fungsi Respon Areal Panen Kacang Tanah Hasil Dugaan Fungsi Produktivitas tahun Respon Jangka Pendek Luas Panen Elastisitas Jangka Pendek Variabel Input Penduga Respon Penawaran Kacang Tanah Rata-rata Pendapatan dalam Usahatani Beberapa Jenis Tanaman Pangan dan

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Pendugaan Luas Areal Panen Uji Autokorelasi Areal Panen Uji Heteroskedastisitas Areal Panen Uji Multikoliearitas Hasil Pendugaan Produktivitas Uji Heteroskedastisitas Produktivitas Uji Autokorelasi Produktivitas Uji Multikolinearitas Produktivitas... 75

14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan penting setelah air dan udara, setiap manusia membutuhkan bahan pangan untuk kelangsungan hidup mereka. Berbicara tentang pangan secara tidak langsung maka akan berbicara tentang stok atau cadangan bahan pangan yang dimiliki oleh suatu negara. Seharusnya Indonesia adalah negara yang tidak usah risau akan krisis pangan. Karena Indonesia adalah negara yang berada pada garis khatulistiwa dan negara yang dianugerahi dengan kesuburan tanah dan dikelilingi oleh perairan dunia. Indonesia memiliki banyak keragaman hayati, begitu pula dengan keragaman pangan. Keragaman pangan mulai dari keragaman aneka komoditas pertanian dan kelautan juga keanekaragaman akan komoditas dari hasil budidaya pertanian dan perkebunan. Ada beberapa jenis konsumsi pangan, ada pangan yang sangat esensial bagi kehidupan seperti pangan yang berfungsi untuk menyeimbangkan tubuh, pangan yang mengandung protein, lemak, vitamin, karbohidrat, serat, dan lain-lain. Ada juga komoditas pangan yang digunakan untuk merawat kecantikan dan kebugaran tubuh. Meningkatnya akan permintaan konsumsi terhadap pangan membuat pemerintah terkadang harus melakukan impor suatu komoditas guna memenuhi permintaan dari masyarakat. Kebutuhan konsumsi akan pangan oleh negara berkembang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pangan oleh

15 2 negera maju. Hal ini dikarenakan negara-negara maju adalah negara yang sudah memiliki kemampuan dalam hal kemandirian pangan. Pada umumnya mereka sudah mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka baik memproduksi sendiri maupun impor dari negera lain. Sedangkan negara berkembang biasanya masih harus memikirkan bagaimana cara mereka untuk memenuhi permintaan akan konsumsi pangan dari masyarakat negara itu sendiri. Komoditas-komoditas pangan yang biasanya di impor adalah komoditas yang bagi pemerintah memiliki peranan yang penting, seperti kacang kedelai, kacang tanah, jagung, dan gandum. Kacang tanah termasuk dalam komoditas pangan penting kedua setelah kedelai. Konsumsi kacang tanah tertinggi setelah kacang kedelai. Kacang tanah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia menjadi aneka jenis olahan. Selain digunakan untuk pangan kacang tanah juga banyak digunakan untuk produk-produk nonpangan. Produk pangan olahan untuk kacang tanah seperti direbus, digoreng, diolah menjadi selai kacang, mentega kacang, minyak kacang, dan masih banyak lagi produk turunan dari biji kacang. Sedangkan daun dan batangnya dapat digunakan untuk pakan ternak dan juga pupuk kompos. Lalu akarnya dapat digunakan untuk pupuk menyuburkan tanah, karena dalam akar tanaman kacang tanah terdapat nitrogen yang cukup tinggi dan sangat berguna untuk kesuburan tanah. Akar kacang tanah dapat menambah zat hara dalam tanah sehingga akan membuat tanah menjadi lebih subur. Produktivitas dari kacang tanah Indonesia masih dinilai rendah, yaitu hanya sekitar 1 ton/ha. Tingkat produktivitas hasil yang dicapai hanya setengah jika dibandingkan dengan United State of America (USA), Cina, dan Argentina

16 3 yang mencapai lebih dari 2 ton/ha. Perbedaan produktivitas ini bukan hanya karena perbedaan teknologi yang digunakan oleh petani, tetapi juga karena adanya pengaruh faktor-faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah karakter agroklimat, intensitas, dan hama penyakit, varietas yang ditanam, umur panen, serta cara usaha tani yang dieterapkannya. Dari hasil penelitian menunjukkan potensi biologis tertinggi tingkat produktivitas kacang tanah yang pernah dicapai di Indonesia adalah ton/ha (Adisarwanto, 2005). 1.2 Perumusan Masalah Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia cukup tinggi terhadap kacang tanah. Konsumsi kacang tanah adalah konsumsi tertinggi kedua setelah kacang kedelai. Berdasarkan Tabel 1.1. tingkat konsumsi masyarakat pedesaan dan perkotaan mengalami fluktuasi yang beragam, pada tahun 2003 konsumsi akan kacang tanah menurun tetapi terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2005 sedangkan tahun 2006 turun kembali menjadi 0,49 persen dan pada tahun 2007 kembali meningkat menjadi 0,74 persen. Tabel 1.1. Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia (%) Kelompok Bahan Perkotaan + Pedesaan Pangan Kacang-kacangan 8,86 8,31 8,66 9,31 9,42 10,12 Kedelai 7,10 6,93 7,22 7,78 8,31 8,62 Kacang Tanah 0,78 0,57 0,66 0,69 0,49 0,74 Kacang Hijau 0,76 0,65 0,63 0,66 0,52 0,58 Kacang lain 0,21 0,16 0,16 0,18 0,11 0,17 Sumber: Susenas 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007

17 4 Tingkat konsumsi kacang tanah yang tinggi juga ditandai dengan tingginya nilai impor. Berdasarkan data yang dioperoleh dari Departemen Pertanian besarnya volume impor pada tahun 2008 adalah kilogram, meningkat sekitar 39 persen dibandingkan dengan tahun Sedangkan ekspor kacang tanah Indonesia dapat dibilang masih cukup rendah hanya kilogram menurun cukup drastis apabila dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi penurunan volume ekspor sekitar 65 persen TAHUN TON Sumber Data: Departemen Pertanian 2009 Gambar 1.1. Produksi Kacang Tanah Impor harus dilakukan karena produksi kacang tanah domestik masih belum mencukupi permintaan dalam negeri. Produksi kacang tanah seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari tahun 1971 memilki tren yang terus meningkat. Tahun 1971 produksi kacang tanah hanya ton sedangkan pada tahun 2006 sudah meningkat menjadi ton. Pada tahun 2006, meskipun jumlah produksi terus meningkat tetapi jumlah ini masih cukup rendah. rendah.

18 5 Perkembangan luas panen dari tahun 1970 hingga tahun 2006 terus mengalami peningkatan, pada tahun 1970 adalah hektar dan 2006 meningkat menjadi hektar tetapi peningkatannya mengalami flutkuatif. Seperti yang terlihat pada grafik 1.2 dimana luas panen kacang tanah tidak selalu terus meningkat, besarnya berfluktuasi. Pada tahun 1995 luas panen kacang tanah adalah luas panen tertinggi yaitu: Ha lalu pada tahun luas panen kacang tanah hanya berkisar di angka 6 ribuan hektar. Terjadi peningkatan luas panen yang menembus angka 7 ribu hektar pada tahun 2004, tetapi setelah itu luas panen terus mengalami penurunan hingga tahun terakhir pengamatan yaitu tahun Ha Tahun Sumber Data: Departemen Pertanian 2009 Gambar 1.2 Luas Panen Kacang Tanah Hasil produksi yang terus meningkat akan ikut meningkatkan produktivitas kacang tanah..pada Gambar 1.3 meskipun produktivitas mengalami fluktuasi tetapi jarang sekali mengalami penurunan. Setelah mengalami penurunan

19 6 pada tahun 1996, produktivitas kacang tanah untuk tahun-tahun selajutnya terus meningkat. Tetapi produktivitas kacang tanah Indonesia masih rendah apabila dibandingkan dengan produktivitas kacang tanah Amerika Serikat atau Cina. Produktivitas kacang tanah didua negara tersebut 2 ton/ha sedangkan produktivitas Indonesia saat ini hanya 1 ton/ha (Adisarwanto, 2005) KU/Ha Tahun Sumber: Departemen Pertanian 2009 Gambar 1.3 Produktivitas Kacang Tanah Perkembangan harga kacang tanah juga terus mengalami kenaikan secara rata-rata. Harga kacang tanah lebih mahal apabila deibandingkan dengan harga tanaman kacanag-kacangan lainnya. Harga mulai meningkat tajam pada tahun 2000, dan terus meningkat hingga tahun 2006 (Gambar 1.4). Saat ini harga kacang tanah berada dikisaran Rp 9.000, tingginya harga ini seharusnya menjadi daya tarik bagi petani Indonesia untuk menanam kacang tanah di lahan produksi mereka.

20 Rp/Kg Tahun Sumber: Departemen Pertanian 2009 Gambar 1.4 Harga Kacang Tanah Domestik Berdasarkan data-data dan penjabaran diatas maka perumusan masalah yang didapat adalah: 1. Faktor apa yang mempengaruhi luas panen dengan produktivitas? 2. Berapa besar perubahan harga mempengaruhi produktivitas dan luas panen? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas dan luas panen kacang tanah di Indonesia. 2. Menduga besarnya pengaruh perubahan harga terhadap produktivitas dan luas panen kacang tanah.

21 8 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah, sebagai pengambil kebijakan diharapkan pemerintah mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dalam komoditas kacang tanah. Dari penelitian ini pemerintah akan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dari kacang tanah, selain itu penulis juga mencoba menduga elastisitas komoditas lain yang akan mempengaruhi penawaran kacang tanah. Sedangkan untuk petani kacang tanah sendiri, diharapkan dengan adanya penelitian ini lebih mampu meningkatkan produksi kacang tanah mereka. Dengan penelitian ini diharapkan mereka lebih mengetahui mana tanaman subtitusi yang benar-benar berpengaruh dengan kegiatan usaha mereka dan mana yang tidak terlalu mempengaruhi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuan yang akan dicapai maka penelitian ini terbatas pada pendugaan elastisitas dari penawaran kacang tanah melalui luas panen dan produktivitas terhadap beberapa tanaman yang menjadi tanaman kompetisi bagi kacang tanah dan juga faktor input. Data yang digunakan adalah data nasional karena dalam penelitian ini ingin melihat respon penawaran kacang tanah secara umum di daerah Indonesia. Data yang digunakan adalah data dari tahun Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis usahatani dan juga karateristik dari tanaman kacang tanah itu sendiri. Sedangkan model analisis yang digunakan adalah model respon penawaran Nerlovian dengan melihat hasil uji-t dan juga uji-f untuk melihat kebaikan dari suatu model.

22 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penawaran Menurut Lipsey (1995), jumlah komoditi yang akan dijual oleh perusahaan adalah kuantitas yang akan ditawarkan untuk komoditi tersebut. Jumlah penawaran suatu komoditi dipengaruhi oleh beberapa variabel penting seperti harga komoditas itu sendiri, harga variabel input, dan juga teknologi. Pada umumnya untuk mempelajari pengaruh-pengaruh dari masing-masing variabel dengan menggunakan cateris paribus, dimana semua variabel lain dianggap konstan selain variabel yang akan diamati. Satu hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditi, harga komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan berhubungan secara positif, dengan semua faktor yang lain tetap sama. Dengan kata lain semakin tinggi harga satu komoditi, semakin besar jumlah komoditi yang akan ditawarkan, semakin rendah harga, semakin kecil jumlah komoditi yang ditawarkan. Kurva penawaran merupakan hubungan antara jumlah atau kuantitas yang ditawarkan dan harga jika faktor lainnya tetap sama, kemiringan positif menunjukkan bahwa kuantitas atau jumlah yang ditawarkan bervariasi dalam arah yang sama dengan harga. Pergeseran dalam kurva penawaran merupakan akibat dari perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah yang ditawarkan, kecuali harga komoditas itu sendiri. Suatu perubahan pada setiap variabel manapun (selain dari harga komoditas itu sendiri) yang mempengaruhi jumlah

23 10 komoditi yang akan diproduksi dan dijual perusahaan, akan menggeser keseluruhan kurva penawaran untuk komoditas tersebut. Harga S 1 S 0 S 2 0 Kuatitas Per Periode Sumber: Lipsey (1995) Gambar 2.1 Pergeseran Kurva Penawaran Kenaikan harga input akan menggeser kurva penawaran ke kiri, menunujukkan bahwa semakin sedikit jumlah yang ditawarkan pada setiap tingkat harga. Turunnya harga input akan menggeser kurva penawaran ke arah kanan. Perubahan kuantitas yang ditawarkan dapat diakibatkan oleh perubahan penawaran dengan harga konstan oleh perpindahan sepanajang kurva penawaran tertentu yang disebabkan oleh perubahan harga. 2.2 Penawaran Komoditas Pertanian Penawaran komoditas pertanian merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah komoditas pertanian yang ditawarkan oleh produsen (petani, nelayan, dan peternak) berdasarkan harga yang telah ditentukan kepada pembeli (lembaga-

24 11 lembaga pemasaran dan konsumen) sehingga terjadi tawar-menawar terhadap harga komoditas pertanian (Rahim dan Astuti, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian, menurut Suparmoko dalam Rahim dan Astuti, (2008) adalah jumlah barang yang ditawarkan, harga barang, jumlah faktor produksi (input) yang tersedia, keadaan alam, pajak, dan teknologi. Berdasarkan Raharja dan Mandala dalam Rahim dan Astuti (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dari komoditas pertanian adalah harga X (Px), harga Y(Py) berupa barang-barang subtitusi atau komplemen, biaya produksi (C), teknologi produksi (tek), jumlah pedagang/penjual (ped), tujuan perusahaan (tuj), dan kebijakan pemerintah (kebij). Menurut Soekartawi dalam Rahim dan Astuti, 2008 faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran produk pertaninan adalah teknologi (Tc), harga input (Pi), harga produk yang lain (Px), jumlah produsen (NP), harapan konsumen (ExC), dan elastisitas produksi (Ep). Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas penawaran adalah harga input (Pi), harga produk (Ppl), teknologi (T), jumlah Produsen (NP), harapan produsen terhadap harga komoditas di masa yang akan datang (Hpro). Fungsi penawaran adalah penawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi tersebut. Dalam fungsi ini akan diketahui hubungan antara variabel bebas (independent) dan juga variabel tak bebas (dependent), apakah saling mempengaruhi atau tidak. Sehingga dapat dibentuk dalam persamaan matematis secara umum dan sederhana.

25 12 a. Harga Input Besar kecilnya harga input (faktor produksi input) akan mempengaruhi jumlah input yang dipakai. penurunan harga faktor input akan membuat petani membeli input dalam jumlah yang banyak. b. Harga Produk Lainnya Adanya perubahan harga produksi alternatif akan menyebabkan terjadinya jumlah peningkatan produksi atau semakin menurun. Apabila petani beranggapan bahwa harga komoditas lainnya akan meningkat dibandingkan dengan harga komoditas petani saat ini maka akan menyebabkan petani beralih dan menanam komoditas alternatif tersebut. c. Teknologi Perbaikan teknologi baru sebagai pengganti dari teknologi yang sudah lama akan meningkatkan jumlah produksi. Kemajuan teknologi juga akan menurunkan biaya produksi. d. Jumlah Produsen Apabila jumlah produsen (petani kacang tanah) dari suatu komoditas semakin banyak maka penawaran dari komoditas tersebut akan ikut meningkat. e. Harapan Produsen Terhadap Harga Komoditas di Masa Depan (Hpro) Banyak petani yang bisa meramalkan harga komoditas naik atau turun di masa mendatang. Hal ini karena para petani memiliki pengalaman dan sudah mengenal komoditas yang mereka tanam selama bertahun-tahun.

26 Model Penyesuaian Parsial Nerlove Model distribusi beda kala penyesuaian parsial yang dikembangkan Nerlove merupakan model popular digunakan dalam penelitian respon penawaran. Dalam bentuk yang paling sederhana berderajat satu, misalnya salam konteks respon areal kacang tanah terhadap harga. Areal panen kacang tanah yang diinginkan ( dipengaruhi oleh tingkat harga komoditas, maka persamaannya menjadi: 0 1 (2.1) Di mana, = areal panen yang diinginkan X t = harga kacang tanah Luas areal yang diharapkan tidak dapat diamati secara langsung sehingga untuk mengatasinya didalilkan suatu hipotesis yang merupakan hipotesis perilaku penyesuaian parsial: 1 1 ) (2.2) Perubahan areal yang sebenarnya terjadi 1 merupakan proporsi tertentu dari perubahan yang diinginkan. Proporsi tertentu ini disebut koefisien penyesuaian parsial nilai d terletak diantara dua nilai ekstrim 0 dan 1. Jika d = 0 maka tidak ada perubahan apapun dalam areal. Apabila d=1 maka areal yang diharapkan sama dengan yang dicapai sehinggapenyesuaiannya seketika. Persamaan (2.2) dapat diatur kembali sehingga dituliskan: 1 1 (2.3)

27 14 Areal panen padi yang diamati pada periode tertentu dipengaruhi oleh luas areal yang diinginkan dan luas areal yang ada pada permulaan periode sebelumnya. Jika persamaan (2.1) disubtitusi pada (2.3) maka akan diperoleh: Y t = d(b 0 + b 1 X t + (1-d)Y t-1 = db 0 + db 1 X t + (1-d)Y t-1 + du t (2.4) Bentuk sederhana dari model Nerlovian untuk tanaman pertanian tahunan adalah mengikuti tiga persamaan (Askari dan Cummings, 1997) ) (2.5) (2.6) (2.7) Di mana, At = luas area panen pada tahun t = luas area panen pada tahun t Pt = harga pada tahun t = ekspektasi harga pada tahun t Zt = observasi lain, faktor-faktor eksogenus yang memberikan dampak penwaran pada tahun t dan β dan γ adalah bagian dari ekspektasi dan cerminan dari koefisien persamaan. Dalam mengestimasi respon penawaran dengan menggunakan model Nerlovian, sangat penting untuk mengestimasi variabel-variabel yang tidak diamati dengan ekspektasi harga dan penentuan output dari persamaan (2.5) dan (2.6). Dengan mengeliminasi variabel-variabel tersebut atau mengurangi bentuk persamaan Nerlovian. Pengurangan bentuk itu dapat menjadi: A t = b 0 + b 1 P t-1 + b 2 A t-1 + b 3 A t-3 + b 4 Z t + b 5 Z t-1 + v t (2.8)

28 15 Dimana, b 0 = a 0 βγ b 1 = a 1 βγ b 2 = (1-β) + (1+γ), b 3 = -(1-β)(1-γ) b 4 = γa 2 (1-β), b 5 = -γa 2 (1-β), v t = γ(u t -(1- β) u t-1 ) Elastisitas harga dalam jangka pendek adalah kalkulasi dari: (2.9) Elastisitas harga dalam jangka panjang dapat dikalkulasikan dari: 1 (2.10) Dimana P dan Ā adalah penjumlahan rata-rata dari harga dan output. Bentuk model luas areal panen kacang tanahnya adalah sebagai berikut: (2.11) Fungsi dari respon penawaran kacang tanah adalah: A t = f(kt t, KD t, JGt t, UK t, GBH t, IRG t ) = b 0 + b 1 KT t + b 2 KD t + b 3 UK t + b 4 JG t + b 5 GBH t + b 6 IRG + U t (2.12) Persamaan (2.13) lalu dimasukkan kedalam persamaan (2.12), maka akan didapat hasil: A t = d(b 0 + b 1 KT t + b 2 KD t + b 3 UK t + b 4 JG t + b 5 GBH t + b 6 IRG t + U t ) + (1-d)A t-1

29 16 A t = db 0 + db 1 KT t + db 2 KD t + db 3 UK t + db 4 JG t + db 5 GBH t + d b 6 IRG t +du t + (1-d)A t-1 (2.13) Sehingga persamaan dapat dituliskan menjadi seperti: A t = a 0 + a 1 KT t + a 2 KD t + a 3 UK t + a 4 JG t + a 5 GBH t + a 6 IRG t + V t + a 7 A t-1 (2.14) Bentuk model dari produktivitas kacang tanah adalah: (2.15) Fungsi dari produktivitas kacang tanah adalah: Y t = f( KT t, JBENIH t, JPUPUK t, JOBAT t, JTK t, CH t SB t ) = c 0 + c 1 KT t + c 2 JBENIH t + c 3 JPUPUK t + c 4 JOBAT t + c 5 JKT t + c6ch t + c 7 SB t + w t (2.16) Persamaan (2.16) disubtitusikan pada persamaan (2.15), sehingga akan didapat bentuk model seperti: Y t = d(c 0 + c 1 KT t + c 2 JBENIH t + c 3 JPUPUK t + c 4 JOBAT t + c 5 JKT t + c6ch t c 7 SB t + w t ) + (1-d)Y t-1 Y t = dc 0 + dc 1 KT t + dc 2 JBENIH t + dc 3 JPUPUK t + dc 4 JOBAT t + dc 5 JKT t + dc 6 CH t + dc 7 SB t + dw t + (1-d)Y t-1 (2.17) Persamaan (2.17) dapat ditulis menjadi persamaan yang lebih sederhana, seperti persamaan (2.18). Y t = g 0 + g 1 KT t + g 2 JBENIH t + g 3 JPUPUK t + g 4 JOBAT t + g 5 JKT t +g 6 CH t + g 7 SB t + z t + g 8 Y t-1 (2.18)

30 17 Definisi Variabel: A t A t-1 KT t KD t UK t JG t GBH t IRG t Y t Y t-1 JOBAT t JPUPUK t JBENIH t SB t CH t : luas panen pada saat tahun ke-t (ha) : luas panen pada saat tahun t-1(ha) : harga kacang tanah pada saat tahun ke-t (Rp/Kg) : harga kedelai pada saat tahun ke-t (Rp/Kg) : harga ubi kayu pada tahun ke-t (Rp/Kg) : harga jagung pada saat tahun ke-t (Rp/Kg) : harga gabah pasa saat tahun ke-t (Rp/Kg) : luas areal teririgasi pada tahun ke-t (Rp/Kg) : produktivitas pada saat tahun ke-t (ku/ha) : produktivitas pada saat tahun t-1 (ku/ha) : jumlah penggunaan pestisida pada saat tahun ke-t (Liter/ha) : jumlah penggunaan pada tahun ke-t (Kg/ha) : jumlah penggunaan pada saat tahun ke-t (Kg/ha) : tingkat suku bunga pada tahun ke-t (%/thn) : besar curah hujan pada tahun ke-t (mm/thn) 2.4 Model Produksi Meodel empiris penawaran dari kacang tanah yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya menggunakan model penyesuaian Nerlove. Untuk memperoleh dugaan respon penawaran maka dilakukan pendugaan tidak langsung. Ghatak dan Ingers dalam Irawan 1999 mengatakan bahwa hubungan antara luas areal panen, produktivitas, dan output, dalam bentuk yang sederhana

31 18 adalah output (Q) dispesifikan sebagai perkalian antara luas areal panen (A), produktivitas (Y) dan peubah teknis dan ekonomi lainnya (Z), sehingga dapat dituliskan sebagai berikut: Q = A.Y (2.19) Diasumsikan areal panen (A) dan produktivitas (Y) merupakan fungsi dari harga, shingga respon terhadap perubahan harga (P) adalah sebagai berikut : A = A(P,Z.) Y = Y(P, A, Z, ) Maka jika persamaan (2.19) dideferensiakan total terhadap harga adalah sebagai berikut : dq/dp = Y(dA/dP) + A (dy/dp) (2.20) karena produktivitas respon terhadap perubahan areal, maka pengaruh perubahan areal terhadap produktivitas akibat adanya perubahan harga dapat ditulis sebagai berikut: dy/dp = dy/dp (dy/da * da/dp) (2.21) artinya perubahan produktivitas karena perubahan harga terdiri atas perubahan productivitas secara parsial terhadap harga kacang tanah dan perubahan produkivitas karena terjadinya perubahan areal akibat perubahan harga komoditas. Jika persamaan (2.21) disubtitisikan ke persamaan (2.20) maka: dq/dp =Y da/dp + A[(dY/dP + dy/da * da/dp)] (2.22) kedua ruas dikalikan dengan P/Q maka diperoleh: (dq/dp) P/Q = (P/Q)Y (da/dp) + A(P/Q) [dy/dp + (dy/dp + dy/da * da/dp)] (2.23)

32 19 (dq/dp) P/Q = A/A (P/Q)Y(dA/dP + A(P/Q) [dy/dp + (dy/da * da/dp)] (2.23) Karena A.Y = Q maka: (dq/dp) P/Q = P/A (da/dp) + P/Y (dy/dp) + A(P/Q) [(dy/da (A/Y) * (dy/da * da/dp)] (2.24) Jika dinyatakan dalam elastisitas E(P) = E(Y,P) + [E(A,P) (1 + E(Y,A)] (2.25) Di mana: E(P) = elastisitsa respon komoditas E(Y,P) = elastisitas (respon) produktivitas terhadap harga E(A,P) = elastisitas (respon) areal terhadap harga E(Y,A) = elastisitas (respon) produktivitas terhadap areal Dengan demikian maka elastisitas (respon) penawaran agregat E(P) dapat diduga secara tidak langsung dengan melakukan pendugaan lebih dahulu terhadap E(Y,P), E(A,P), E(Y,A). 2.5 Repon Beda Kala komoditi Pertanian Satu hal yang penting dari komoditas pertanian adalah adanya tenggang waktu (gestation period) antara waktu pada saat menanam dengan waktu saat memanen. Dalam menentukan hasil yang akan diperoleh oleh petani didasari pada perkiraan-perkiraan periode mendatang dan pengalamannya di masa lalu. Begitu juga dalam menentukan harga output, petani tidak dapat menentukan harga pada saat mereka mananam. Harga hanya dapat ditentukan pada saat panen terjadi. Sehingga petani akan mengambil keputusan-keputusan berproduksi berdasarkan

33 20 pada perkiraan harga produk yang mengacu pada adanya beda kala antara dua periode saat menanam dan saat memanen. Ini yang membuat respon petani terhadap perubahan-perubahan tersebut memerlukan waktu. Sampai periode tanam selanjutnya, petani tidak akan mengubah luas areal tanam apalagi mengubah lahan yang mereka miliki menjadi aktivitas nonusahatani. Ini yang disebut sabagai sifat kekauan aset (assets fixity) dalam usahatani oleh Tomek dan Robinson dalam Irawan (2008). Hal itu pula yang menyebabkan bahwa respon dari produk-produk pertanian bersifat inelastis. Apabila terjadi perubahan-perubahan harga seperti yang diperkirakan oleh petani secara terus menerus sampai pada periode tanam selanjutnya maka barulah petani akan mengubah komposisi sumberdayanya pada masa tanam mendatang. Oleh sebab itu, perubahan harga akan baru terlihat pengaruhnya pada periode tanam berikutnya. Dengan demikian variabel harga sendiri, harga-harga komoditas alternatif, dan harga-harga input yang digunakan untuk menduga respon areal panen dan respon produktivitas adalah harga-harga yang memliki beda kala satu tahun atau harga-harga tahun lalu. Nerlove dalam Irawan (2008) berpendapat bahwa para petani disetiap periode akan merevisi dugaan mereka terhadap apa yang mereka anggap sebagai proporsi yang normal terhadap perbedaan yang terjadi dengan sebelumnya dianggap normal. Sehingga petani menyeseuaikan perkiraan harga dimasa yang akan datang dalam bentuk proporsi selisih antara perkiraan dengan kenyataan yang terjadi. Tidak dapat segeranya petani menyesuaikan kegiatan produksi

34 21 mereka adalah sebagai respon setelah adanya stimulus atau rangsangan pasar. Alasan-alasan tersebut dalam Gujarati (2008) terjadi karena: 1. Alasan Psikologis. Alasan psikologis ini adalah adanya hambatan untuk segera melakukan perubahan karena terbiasa (habit) dengan perilaku lama. Faktor kelembaman (inersia) dalam menyesuaikan diri akan muncul. Seperti, perubahan yang melibatkan adopsi teknologi baru yang secara tradisional teknologi ini tidak digunakan. 2. Alasan teknis atau juga perlunya penyesuaian parsial, apabila terjadi perubahan harga faktor produksi petani memerlukan waktu untuk melakukan subtitusi input dan ini membutuhkan tenggang waktu. 3. Alasan kelembagaan, dengan adanya perjanjian /kontrak /aturan yang harus ditepati oleh petani sehingga selama masa kontrak seluruh pihak yang terlibat didalamnya harus menaati perjanjian tersebut. Seperti alokasi sumberdaya pertanian yang baru, dapat dilakukan setelah perjanjian selesai. 2.6 Elastisitas Penawaran Berdasarkan buku Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro yang ditulis oleh Putong (2003), elastisitas penawaran adalah derajat kepekaan atas perubahan harga terhadap perubahan barang yang ditawarkan. Barang yang dimaksud disini baik dalam bentuk suatu komoditas maupun jasa. Untuk mengukur besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien. ES = % perubahan jumlah barang yang ditawarkan % peubahan harga barang yang dimaksud (2.26)

35 22 Elastisitas penawaran dibagi menjadi lima macam, pertama in elastisitas sempurna (E= 0). Inelstisitas sempurna dalam penawaran terjadi bilamana perubahan harga yang terjadi tidak memiliki perngaruh terhadap jumlah penawaran (Gambar 2.2). Gambar 2.2 Kurva Inelastisitas Sempurna Inelastis dimana E<1, penawaran in elastis ini terjadi apabila perubahan harga kurang dapat mempengaruhi perubahan pada penawaran (Gambar 2.3). P S E<1 0 Q Gambar 2.3 Kurva Inelastis Elastisitas uniter (E= 1), penawaran elastisitas sempurna terjadi jika perubahan dari harga bernilai sebanding dengan perubahan dari jumlah penawaran (Gambar 2.4).

36 23 P S E=1 0 Q Gambar 2.4 Kurva Elastisitas Uniter Suatu penawaran dinamakan Elastis (E > 1) apabila terjadinya penawaran karena ada perubahan harga diikuti dengan jumlah penawaran yang lebih besar (Gambar 2.5). P S E>1 0 Q Gambar 2.5 Elastisitas Elatisitas sempurna atau E= ~, elastisitas sempurna terjadi apabila perubahan penwaran tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, sehingga kurva penawaran akan sejajar sumbu Q atau X (Gambar 2.6).

37 24 P S E=~ 0 Q Gambar 2.6 Kurva Elastisitas Sempurna 2.7 Penelitian Terdahulu Fauziah (2006) melakukan kajian tentang respon penawaran kacang tanah dengan menduga parameter elastisitas permintaan input dan penawaran output pada usahatani kacang tanah khusus daerah Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan rangkaian waktu dari tahun 1976 sampai dengan tahun 1999, menggunanakan time series selama 24 tahun. Untuk menduga elastisitas permintaan input dan penawaran output pada usahatani kacang tanah dilakukan pooling atau gabungan data dari empat provinsi di Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jogyakarta. Data yang digunakaan dalam penelitian ini adalah harga input dan output, penggunaan input, jumlah produksi, luas areal panen, produktivitas, areal panen, produktivitas, dan struktur ongkos usahatani. Metode analisis yang digunakan adalah Transdental Logaritma (translog) untuk melihat fungsi dari keuntungan. Pendugaan parameter fungsi keuntungan translog tidak dilakukan dalam penelitian ini karena keterbtasan data. Dalam penelitian ini hanya melihat hasil pendugaan fungsi share pengeluaran input

38 25 terhadap keuntungan dan pendugaan elastisitas perintaan input dan penawaran output. Pendugaan fungsi share pengeluaran input terhadap keuntungan dianalisis dengan pangsa biaya (share) yang diperoleh dari penurunan fungsi translog. Cendianto (1998) dalam penelitiannya analisis respon penawaran kacang tanah di daerah sentra produksi pulau Jawa. Data yang digunakan sama seperti penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan data sekunder dengan rangkaian waktu (time series) selama 21 tahun dari tahun 1977 sampai dengan tahun Namun karena diambil beda kala satu tahun data untuk keperluan analisis maka observasi dalam penelitian ini menjadi 20 tahun. Penggambilan data ini dengan menggunakan secara sengaja menentukan tiga daerah produksi dari sepuluh daerah sentra produksi di Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan metode analisis ekonometrika disertai dengan analisis perian atau analisis deskriptif yang dapat menjelaskan dan mendukung model analisis ekonometrika. Model analisis ekonometrika pertama-tama dilakukan telaah yang didasarkan pada teori ekonomi terhadap koefisien-koefisien regresi beberapa peubah bebas yang mempengaruhi respon areal dan respon produktivitas. Kemudian dihitung elastisitas jangka panjang terhadap beberapa peubah bebas yang mempengaruhi respon areal dan respon produktivitas. Hubungan antara peubah-peubah bebas dengan peubah tak bebas ditelaah lewat analisis regresi linear berganda dengan persamaan tunggal. Model analisis yang digunakan dalam regresi tersebut adalah model analisis respon fungsi Cobb-Douglas yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk linear atau model logaritma berganda.

39 Kerangka Pemikiran Respon Penawaran Luas Panen Produktivitas Irigasi Jumlah Produksi Harga Komoditas Pesaing Harga Kacng Tanah Jumlah Input Penggunaan Pupuk Pestisida Tenaga Kerja Modal Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran

40 Hipotesis Berdasarkan Gambar 2.7 maka respon penawaran dapat diamati melaui luas lahan dan juga produktivitas. Untuk mendapatkan respon penawaran yang meningkat maka nilai dari luas lahan dan produktivitas kacang tanah harus bernilai positif. Luas lahan yang meningkat dan produktivitas yang meningkat akan meningkatkan produksi sehingga hubungan antara luas lahan dan produktivitas terhadap produksi bernilai positif. Jumlah produksi dipengaruhi oleh harga komoditas itu sendiri dan juga harga komoditas lainnya. Hubungan antara harga komoditas sendiri terhadap jumlah dari kacang tanah adalah bernilai positif, sedangkan untuk komoditas lainnya bernilai negatif. Sementara, antar harga komoditas juga sering terjadi hubungan yang saling mempengaruhi, misalkan dengan barang subtitusi ketika harga produk A naik yang bersubtitusi dengan produk B maka kenaikan harga produk A akan meningkatkan permintaan terhadap produk B. Produksi kacang tanah juga dipengaruhi oleh penggunaan air. Penggunaan air dalam penelitian ini penggunaan air digunakan dengan menggunakan luas areal teririgasi, sehingga dalam model dimasukkan data tersebut. Irigasi akan mempengaruhi luas panen kacang tanah. Hubungan antara variabel dan luas panen adalah positif. Perluasan lahan teririgasi akan menambah luas panen kacang tanah. Banyaknya produksi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor input yang digunakan. Harga dari faktor input akan mempengaruhi jumlah yang akan digunakan oleh petani. Harga pupuk akan mempengaruhi petani dalam menggunakan jumlah penggunaan pupuknya. Apabila harga pupuk meningakat

41 28 maka petani akan sedikit menggunakan pupuk tersebut sehingga akan mengurangi produktivitas. Begitu pula dengan penggunaan pestisida, sehingga diharapkan hubungan antara harga input dengan produktivitas dan juga luas lahan memiliki hubungan yang negatif Tinjauan Kebijakan Pemerintah Meskipun pemerintah sering mengeluarkan kebijakan mengenai harga tanaman pangan guna melindungi produsen dan agar konsumen juga mendapatkan harga yang sepantasnya, terutama tanaman pangan yang penting bagi masyarakat. Sedangkan untuk komoditi kacang tanah sendiri pemerintah tidak memliki kabijakan menentukkan harga, sehingga harga yang ada saat ini adalah yang terbentuk oleh mekanisme pasar. Sistem mekanisme pasar memang kadang memberikan sisi positif dan juga negatif. Kelemahan dari sistem mekanisme pasar ini adalah harga yang terbentuk saat ini tidak memberikan keuntungan bagi konsumen maupun produsen kacang tanah. Karena harga yang diterima petani rendah, sedangkan yang yang harus dibayar oleh konsumen tinggi. Dari posisi ini yang sangat diuntungkan adalah para tengkulak yang dapat menentukan harga. Karena mereka sendiri yang langsung berhubungan dengan petani dan juga konsumen. Pada tahun 1998 pemerintah mencabut kebijakan mengenai subsidi pupuk. Subsidi pupuk sebelum tahun 1998 diberikan dengan mensubsidi langsung harga pupuk dengan menggunakan Harga Eceran Tertinggi (HET). Subsidi yang diberikan saat ini bukan dengan pemotongan harga pupuk secara langsung, tetapi dengan memberikan subsidi kepada produsen pupuk. Pemerintah memberikan

42 29 subsidi pupuk kepada produsen bertujuan agar nantinya produsen dapat menjual pupuk dengan harga yang lebih rendah dari petani. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Komoditas pertanian juga termasuk barang yang bebas pengenaan pajak pertambahan nilai tersebut. Dihapuskannya pajak impor dari kacang tanah membuat sulitnya kacang tanah domestik bersaing dengan kacang impor, terlebih harga kacang impor lebih rendah bila dibandingkan dengan harga kacang produksi dalam negeri. Hal ini dapat membuat petani menjadi tidak tertarik untuk menanam kacang tanah. Karena perlindungan terhadap harga kacang tanah sudah tidak ada, saat ini ditambah dengan penghapusan tarif impor. Sudah tidak ada perlindungan dari pemerintah bagi petani yang ingin menamam kacang tanah. Karena dari penghapusan pajak impor yang diuntungkan adalah pengusaha atu importir. Petani kacang tanah domestik akan semakin terpuruk, sebab dengan adanya pembebasan tarif impor harga kacang tanah impor menjadi lebih murah apabila dibandingkan kacang tanah domestik. Sebelum adanya peraturan pembebasan impor tarif harga kacang tanah impor sudah lebih rendah dari harga kacang tanah dalam negeri. Adanya pembebasan tarif impor maka yang diuntungkan hanyalah pihak-pihak tertentu saja.

43 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan rangkaian waktu (time series) selama 37 tahun dari tahun 1970 sampai dengan tahun Penentuan dari waktu tersebut berdasarkan ketersediaan data yang diperoleh. Data yang penting dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini adalah luas panen kacang tanah, harga kacang tanah, produktivitas kacang tanah. Harga kacang kedelai, harga ubi kayu, harga jagung dan irigasi adalah data penunjang yang digunakan dalam persamaan luas panen. Data-data variabel input meliputi jumlah penggunaan pupuk, jumlah penggunaan pestisida, jumlah penggunaan tenaga kerja, tingkat suku bunga, dan jumlah penggunaan benih kacang tanah. Data yang diperoleh dari Departemen Pertanian Republik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Survey Sensus Nasional. Data yang diperoleh juga didapat dari lembaga penelitian seperti InterCafe. Data penting yang berkaitan langsung dengan kacang tanah diperoleh dari Departemen Pertanian Direktorat Jendral Tanaman Pangan Sub-Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 3.2 Metode Analisi Data Analisis data yang digunakan dengan menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Model analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan Nerlovian. Model Nerlovian adalah model untuk mengamati respon penawaran dengan menggunakan lag tahun sebelumnya. Untuk mengestimasi respon penawaran dari produk-produk pertanian maka model

44 31 Nerlovian adalah salah satu model yang dapat digunakan dan baik digunakan untuk metode analisis terlebih dalam literatur yang menggunakan jumlah data yang besar. Nerlovian adalah model yang dinamis, berawal dari output yang digunakan sebagai fungsi dari ekspektasi harga, output (area) dan beberapa variable eksogenus. Penurunan dari model Nerlovian ini adalah model autoregresi karena itu termasuk nilai lag dari variabel dependen (output) antara variable penjelas. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik t. Uji statistik t dapat digunakan untuk menduga parameter dari masing-masing peubah, apakah peubah bebas dapat dengan cara terpisah dapat berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Untuk melihat kebaikan dari model ini maka digunakan uji F dengan melihat dari nilai determinasi model (R 2 ), semakin tinggi nilai dari R 2 maka model yang digunakan dapat dikatakan sudah cukup baik. Data harga yang digunakan adalah data yang sudah riil, sehingga data yang digunakan bukan lagi data harga dalam bentuk nominal. Selain itu penggunaan data yang sudah dideflatorkan akan memudahkan dalam menganalisis secara ekonomi. Karena harga-harga riil lebih mencerminkan tingkat harga sesungguhnya dibandingkan dengan harga nominal, sebab harga riil pada umumnya sudah tidak dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Analisis kualitatif yang digunakan dengan menggunakan analisis berdasarkan budidaya pertaniannya dan usahataninya.

45 Fungsi Areal Panen Kacang Tanah Untuk mengestimasi fungsi dari penawaran kacang tanah, penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang mempengaruhi penawaran kacang tanah. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah luas panen kacang tanah, sehingga dalam mengestimasi menggunakan variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi luas panen kacang tanah. Bentuk model luas areal panen kacang tanahnya adalah sebagai berikut: Fungsi dari luas panen adalah: A t = f(kt t, KD t, JGt t, UK t, GBH t, IRG t ) LnA t = a 0 + a 1 LnKT t + a 2 LnKD t + a 3 LnUK t + a 4 LnJG t + a 5 LnGBH t + a 6 LnIRG t + V t + a 7 LnA t-1 (3.1) a 1, a 6 > 0; a 2, a 3, a 4, a 5 < 0, a 7 0<d<1 Di mana: a 0 = db 0, a 1 = db 1, a 2 = db 2, a 3 = db 3, a 4 = db 4, a 5 = db 5, a 4 = db 4, a 5 = db 5, a 6 = db 5, a 7 = 1-d, V t = du t, = perubahan areal yang sebenarnya, = perubahan areal yang diinginkan, Sedangkan d adalah nilai dari koefisien penyesuaian model nerlove. Dan dilai d berkisar diantara dua nilai ekstrim 1 dan 0.

46 33 Jika d = 0, maka tidak ada perubahan apapun dalam areal Jika d = 1, maka perubahan yang terjadi sama dengan perubahan areal yang diinginkan. Definisi Variabel: A t A t-1 KT t KD t UK t JG t : luas panen pada saat tahun ke-t (ha), : luas panen pada saat tahun t-1(ha), : harga kacang tanah pada saat tahun ke-t (Rp/Kg), : harga kedelai pada saat tahun ke-t (Rp/Kg), : harga ubi kayu pada tahun ke-t (Rp/Kg), : harga jagung pada saat tahun ke-t (Rp/Kg), GBH t : harga gabah pada saat tahun ke-t (Rp/Kg), IRG t : luas areal teririgasi pada tahun ke-t (Rp/Kg). 3.4 Fungsi Produktivitas Kacang Tanah Fungsi produktivitas dari kacang tanah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan respon penawaran dari kacang tanah. Hal ini terjadi disebabkan karena model analisis yang digunakan adalah model yang sama. Bentuk model dari produktivitas kacang tanah adalah: Fungsi dari produktivitas kacang tanah adalah: Y t = f( KT t, JBENIH t, JPUPUK t, JOBAT t, JTK t, CH t SB t ) LnY t = g 0 + g 1 LnKT t + g 2 LnJBENIH t + g 3 LnJPUPUK t + g 4 LnJOBAT t + g 5 LnJKT t + g 6 LnCH t + g 7 LnSB t + z t + g 8 LnY t-1 (3.2) g 1, g 2, g 3, g 4, g 5, g 6, g 7 >0; g 8 0<d<1

47 34 Di mana: g 0 = dc 0, g 1 = dc 1, g 2 = dc 2, g 3 = dc 3, g 4 = dc 4, g 5 = dc 5, g 6 = dc 6, g 7 = dc 7, g 8 = 1-d, z t = dw t, = perubahan produktivitas yang sebenarnya, = perubahan produktivitas yang diinginkan, Sedangkan d adalah nilai dari koefisien penyesuaian model Nerlove. Dan dilai d berkisar diantara dua nilai ekstrim 1 dan 0. Jika d = 0, maka tidak ada perubahan apapun dalam produktivitas Jika d = 1, maka perubahan yang terjadi sama dengan perubahan produktivitas yang diinginkan. Definisi Variabel: Y t Y t-1 KT t JOBAT t JPUPUK t JBENIH t JKT t SB t CH t : produktivitas pada saat tahun ke-t (ku/ha), : produktivitas pada saat tahun t-1 (ku/ha), : harga kacang tanah pada saat tahun ke-t (Rp/Kg), : jumlah penggunaan pestisida pada saat tahun ke-t (Liter/ha), : jumlah penggunaan pada tahun ke-t (Kg/ha), : jumlah penggunaan pada saat tahun ke-t (Kg/ha), : jumlah tenaga kerja pada saat tahun ke-t (HOK/ha), : tingkat suku bunga pada tahun ke-t (persen/thn), : besar curah hujan pada tahun ke-t (mm/thn).

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H14053612 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Penawaran dan Kurva Penawaran Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ketiga sebagai tanaman palawija setelah

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE 1971-2006 OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H14050232 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-2015.

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONES SIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWA ARAN OLEH I MADE SANJAYA H14053726 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PROYEKSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Estimasi Model Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4 sampai Lampiran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN 1. Permintaan dan penawaran 2. biaya, produksi, dan keuntungan TIK : Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan prinsip ekonomi yang diterapkan dalam kegiatan pertanian PERMINTAAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bawang merah sangat dibutuhkan sebagai bumbu dapur. Meskipun sering dibutuhkan, tetapi orang tidak mau menanam di pekarangan. Padahal, bawang merah dapat ditanam

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A14301041 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H14053975 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penunjang utama kehidupan masyarakat Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian untuk pembangunan (agriculture

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,

Lebih terperinci

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Hukum permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah

PENDAHULUAN. manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia. Tanpa makan (dan minum) manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah pangan di Indonesia yaitu kualitas dan nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 ANALISIS PENAWARAN CABAI BESAR DI KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 ANALISIS PENAWARAN CABAI BESAR DI KABUPATEN PURWOREJO ANALISIS PENAWARAN CABAI BESAR DI KABUPATEN PURWOREJO Vica Tri Ariyani, Uswatun Hasanah, Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan Indonesia sebagai komoditas khusus (special product) dalam forum perundingan Organisasi Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung dengan periodisasi tiga musim tanam jagung

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus menjadikan kondisi tersebut sebagai titik

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 7.1 Permintaan LPG Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Permintaan LPG pedagang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG 5.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat 5.1.1. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN I. PENDAHULUAN 1. Salah satu target utama dalam Rencana Strategis

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING LADA PUTIH INDONESIA MELALUI ANALISIS PENAWARAN EKSPOR DAN PERMINTAAN IMPOR LADA PUTIH DUNIA

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING LADA PUTIH INDONESIA MELALUI ANALISIS PENAWARAN EKSPOR DAN PERMINTAAN IMPOR LADA PUTIH DUNIA STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING LADA PUTIH INDONESIA MELALUI ANALISIS PENAWARAN EKSPOR DAN PERMINTAAN IMPOR LADA PUTIH DUNIA EDIZAL Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trdinanti Palembang

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi Volume 17, Nomor 2, Hal. 01-08 Januari Juni 2015 ISSN:0852-8349 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI Ardhiyan Saputra Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi, Libria Widiastuti (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Batik Surakarta) Email: triardewi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Usahatani Padi Hingga saat ini beras masih menduduki peringkat pertama dalam konsumsi pangan rumahtangga. Selama beras masih menjadi makanan pokok penduduk Indonesia maka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci