BAB I PENDAHULUAN. penting. Pendidikan menjadi kebutuhan bagi setiap manusia, sehingga manusia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. penting. Pendidikan menjadi kebutuhan bagi setiap manusia, sehingga manusia"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, peranan pendidikan dalam kehidupan sangatlah penting. Pendidikan menjadi kebutuhan bagi setiap manusia, sehingga manusia berusaha untuk mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya sebagai bekal untuk bersaing di dunia kerja. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional ( pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan pentingnya peranan pendidikan, maka dalam Undang-Undang Dasar 1945 diamanatkan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, pengajaran dan pemerintah berusaha untuk menyelenggarakan suatau sistem pendidikan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius untuk menangani pendidikan yang baik. Dengan perhatian dari 1

2 2 pemerintah diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perguruan Tinggi sebagai salah satu instrumen pendidikan nasional diharapkan dapat menjadi pusat penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan tinggi serta pemeliharaan, pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian sebagai suatu masyarakat ilmiah yang dapat meningkatkan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( penyelenggara pendidikan nasional dilakukan oleh pemerintah melalui Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK), Perguruan Tinggi Agama (PTA), dan swasta melalui Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Demikian juga halnya dengan lembaga pelatihan di Indonesia dengan tujuan meliputi pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu bentuk pelayanan yang diselenggarakannya juga meliputi ketiga aspek tersebut diatas. Pelayanan pengajaran meliputi setiap kegiatan yang diselenggarakan di luar maupun di dalam kelas, pelayanan penelitian meliputi semua kegiatan penelitian baik yang dilakukan oleh instruktur maupun mahasiswa, yang diselenggarakan mandiri maupun diwadahi oleh suatu lembaga, sedangkan pelayanan pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan lembaga kepada masyarakat pada umumnya berkaitan dengan hal-hal yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan ini bisa dilakukan melalui bentuk kerjasama maupun tidak. Menghimpun umpan balik berkaitan dengan berbagai

3 3 aspek pendidikan dari para mahasiswa merupakan bagian yang penting dari penilaian hasil pendidikan. Lembaga pelatihan tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya industri jasa, dan setiap saat berubah seiring dengan proses globalisasi, oleh karenanya perlu dipasarkan dan berorientasi kepada mahasiswa sebagai salah satu pelanggan lembaga, dan itu konsisten dengan kepentingan pemasaran dunia industri sektor pendidikan. Pemasaran merupakan salah satu media bagi lembaga pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar tujuan tersebut tercapai maka setiap lembaga pelatihan harus berupaya menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa yang diinginkan konsumen dengan memberikan pelayanan yang menyenangkan, fasilitas-fasilitas dan harga yang menunjang dan prosedur yang ditetapkan, yang mana hal tersebut akan membentuk rasa kepuasan konsumen. Menurut Kartajaya (2006, 234), promosi yang paling efektif justru melalui word of mouth atau gethok tular. Pelanggan yang terpuaskan akan menjadi juru bicara suatu produk secara lebih efektif dan menyakinkan ketimbang iklan jenis apapun. Kepuasan semacam ini mustahil terjadi tanpa servis yang prima. Subroto dan Nasution (2001), menyatakan dari hasil penelitian tentang pengukuran tingkat kepuasan pelanggan bahwa tingkat kepuasan pelanggan dipengaruhi secara positif oleh dimensi layanan (dimensi empati, kecepatantanggapan dan jaminan). Lee et al. (2000), menyatakan bahwa determinandeterminan service quality yang diterima konsumen ternyata mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen. Penelitian ini dilakukan melalui tiga

4 4 tahap yaitu : pertama, membandingkan antara model kesenjangan dengan performance model. Kedua, menginvestasi sebab akibat antara service quality dan customer satisfaction. Ketiga, menjelaskan pengaruh beberapa dimensi service quality terhadap customer satisfaction pada jenis industri yang berbeda. Hasilnya menyatakan bahwa variance di dalam service quality berbeda dengan expectation dan performance. Hasil penelitian ini juga mendukung hipotesis tentang performance yang diukur berdasarkan service quality akan bervariasi dengan pengukuran yang berbeda. Kotler (2008 : 177), menyatakan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dan persepsi/kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja barada dibawah harapan, pelanggan tidak puas (dissatisfied). Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas (satisfaction). Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas/senang, sehingga kepuasan pelanggan memerlukan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan (need and want) dengan apa yang diberikan (given). Terciptanya kualitas pelayanan pelanggan akan memberi manfaat kepada lembaga pendidikan karena mahasiswa merasa terpenuhi keinginannya sehingga terciptanya loyalitas terhadap jasa pelayanan yang diterima. Selain itu mereka akan lebih loyal terhadap harga, serta akan menyebarkan berita baik dan memberikan rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) kepada teman disekitarnya untuk menggunakan jasa tersebut dan menguntungkan bagi lembaga pendidikan.

5 5 Kepuasan konsumen, dengan level of satisfaction yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pada perilaku WOM (word of mouth). Opinion Research Corporation International of Princeton, New Jersey, menemukan bahwa pelanggan yang puas akan memberitahu pengalamanpengalaman mereka kepada orang lain sebanyak 6 orang (1996), 11 orang (1999), dan 12 orang (2000), (Hasan, 2010: 27). Proses pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk, sering kali melibatkan unsur kepercayaan dan kejujuran yang biasanya datang dari orang-orang dekat seperti teman atau saudara. Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak (Kotler, 2008). Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok yakni : sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga dan kenalan), sumber komersial (iklan dan wiraniaga), sumber publik (media masa) dan sumber pengalaman (pemakaian produk). WOM adalah pengaruh personal, yang berkaitan erat dengan produk yang mahal dan penuh risiko. Harapan kemungkinan risiko yang akan diterima berkurang dengan bertanya atau meminta rekomendasi dari teman (Hesket et al., 1997). Lovelock (2001), juga menekankan bahwa WOM sebagai pendapat dan rekomendasi yang dibuat oleh konsumen tentang pengalaman servis, yang mempunyai pengaruh kuat terhadap keputusan konsumen atau perilaku pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa orang lain percaya terhadap informasi dari teman dibandingkan iklan ataupun tenaga penjual. Menurut Arasli et al. (2005) terkait dengan kualitas layanan menunjukkan adanya temuan positif dimensi pembentuk kualitas layanan (yang terdiri dari

6 6 Reliability, Assurance, Tangible, Emphaty, dan Responisiveness) terhadap tingkat kepuasan konsumen yang dapat mempengaruhi berkembangnya word-of-mouth positif tentang perusahaan. Word-of-mouth positif yang berkembang dimasyarakat seringkali dihubungkan dengan tingkat kepuasan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Setyawati (2009), dalam penelitiannya menyatakan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien, kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap words of mouth, dan kepuasan pasien berpengaruh positif dan signifikan terhadap words of mouth. Praswati (2009), menyatakan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif terhadap komunikasi WOM. Kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap komunikasi WOM. Komitmen berpengaruh positif terhadap komunikasi WOM. Kekuatan hubungan berpengaruh positif terhadap komunikasi WOM. Komunikasi WOM berpengaruh positif terhadap minat guna jasa ulang. Rosiana (2011), menyatakan e-servqual berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pelanggan, e-servqual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan, nilai pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan, kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap WOM, dan nilai pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap WOM anggota situs jejaring sosial Fecebook. Menurut Harrison-Walker (2001), menyatakan kualitas layanan berhubungan negatif terhadap aktifitas WOM dan kualitas layanan berhubungan positif terhadap WOM positif. Hasil penelitian dari Djati dan Darmawan (2004),

7 7 menyatakan bahwa kualitas layanan terbukti secara signifikan dan berpengaruh kuat terhadap minat mereferensikan atau WOM dengan melalui kepuasan terlebih dahulu. Lima dimensi kualitas layanan terbukti secara signifikan terpengaruh terhadap komunikasi WOM, hanya dimensi bukti fisik yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap komunikasi WOM (Alexandris et al., 2002). Kepuasan konsumen sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang dan jasa. Konsumen akan merasa puas apabila keinginan dan harapan yang diterima terpenuhi. Meskipun perusahaan telah berusaha untuk memberikan kepuasan secara optimal kepada konsumennya. Akan tetapi tingkat kepuasan masing-masing konsumen berbeda, sehingga untuk mengetahui seberapa jauh produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat diterima oleh konsumen itu sulit untuk mengetahuinya. Memahami kebutuhan dan keinginan seseorang dalam hal ini konsumen berpengaruh penting pada kepuasan. Konsumen puas merupakan tujuan dari perusahaan, apabila konsumen puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya dan image baik yang dapat menunjang citra baik perusahaan. Kurtz dan Clow (1998) dalam Widjaja (2009 : 58) mengemukakan bahwa pelanggan yang puas bisa menjadi loyal dengan cara melakukan pembelian ulang (repeat purchase), setia pada perusahaan (firm switching) dan atau melakukan rekomendasi negatif (negative word of mouth). Lymperopoulus dan Chaniotakis (2008) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan dapat mendorong pelanggan melakukan WOM positif. Pendapat berikutnya dikemukakan oleh Davidow (2003) serta Ekiz dan Arasli

8 8 (2007) bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan maka semakin tinggi keinginan pelanggan melakukan pembelian ulang dan WOM. Hal tersebut disadari pula oleh Lembaga Pelatihan Pariwisata Bali (LP2B), sebuah lembaga pelatihan dibidang pariwisata dan kapal pesiar yang terletak di Kabupaten Gianyar. Perhatian pada mutu pelayanan jasa pendidikan yang menekankan pada kepuasan siswa muncul dalam rangka menarik para calon siswa, melayani dan mempertahankan mereka. Peningkatan mutu pendidikan tinggi termasuk di dalamnya mutu pelayanan akademik dan mutu pengajaran merupakan upaya-upaya yang harus dilakukan agar kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan lembaga pendidikan dapat diberikan secara optimal. LP2B berdiri sejak tahun 1999 di bawah yayasan Arimbawa Wiyanthi. Saat ini LP2B baru memiliki program Diploma 1 dengan jurusan Tata Hidangan, Tata Boga, Tata Graha, Kantor Depan, dan Spa Therapist. Untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan LP2B melibatkan 17 orang tenaga pengajar dan 7 orang staf pegawai. Untuk tetap mempertahankan serta meningkatkan kualitas SDM yang dihasilkan, LP2B secara terus menerus meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas pelayanan serta menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan untuk bekerja di Hotel, Restaurant dan Kapal Pesiar. LP2B selama ini bekerja sama dengan PT Catina (The Official Hiring Partner for Royal Carribean International in Indonesia), PT Indomarino Maju, PT Demarin, PT Arimbawa Wiyanthi dan PT Ficotama Bina Trampil (selaku PPTKIS) yang berfungsi menyalurkan kandidat ke luar negeri dan kapal pesiar sehingga LP2B bertanggung jawab penuh untuk penempatan job training dan

9 9 memprioritaskan lulusan terbaiknya untuk bekerja di kapal pesiar dan menyalurkan langsung ke luar negeri seperti MSC Cruise, Royal Caribbean, Carnival Cruises Lines, Azamara Cruises, Princess Cruises dan Costa Cruises. Semakin banyaknya minat masyarakat Gianyar dan sekitarnya untuk bekerja dibidang pariwisata dan kapal pesiar sehingga semakin banyak juga berdiri sekolah pariwisata di Kabupaten Gianyar seperti Elisabeth Internasional dan FKIC sekolah kapal pesiar dan perhotelan. Seiring mulai berdirinya lembaga pendidikan baru yang lokasinya hampir berdekatan, sebaiknya dalam master plan pengembangan LP2B ke depan dilakukan tindakan-tindakan secara komprehensif dari berbagai aspek secara terstruktur dan terencana seperti meningkatkan kualitas dosen, menjaga kebersihan kelas, meperhatikan kelengkapan peralatan belajar mengajar dan paktek, dan berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan mahasiswa. Perkembangan mahasiswa LP2B dari tahun akademik 2006/ /2011 tersaji sebagaimana tabel berikut :

10 10 Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Mahasiswa LP2B Tahun Akademik 2006/2007 sampai dengan 2010/2011 Jumlah Mahasiswa Tahun Program Studi Jumlah Akademik Lakilaki an Perempu 2006/2007 Tata Hidangan Tata Boga 1-1 Tata Graha Kantor Depan Jumlah /2008 Tata Hidangan Tata Boga Tata Graha Kantor Depan Jumlah /2009 Tata Hidangan Tata Boga Tata Graha Kantor Depan Spa Therapist Jumlah /2010 Tata Hidangan Tata Boga Tata Graha Kantor Depan Spa Therapist Jumlah /2011 Tata Hidangan Sumber: LP2B, 2011 Tata Boga Tata Graha Kantor Depan Spa Therapist Jumlah Persentase Tabel 1.1 menunjukan terjadi peningkatan jumlah mahasiswa dari tahun akademik 2006/2007 sampai dengan 2009/2010 dan terjadi penurunan jumlah

11 11 mahasiswa pada tahun akademik 2009/2010 sampai dengan 2010/2011 dari 120 orang menjadi 96 orang. Pada program studi kantor depan dan spa therapist mempunyai minat mahasiswa yang masih rendah dibandingkan dengan program studi tata hidangan, tata boga dan tata graha. Penurunan jumlah mahasiswa LP2B dipengaruhi oleh banyak faktor seperti persaingan, promosi yang kurang dan kepuasan mahasiswa yang kurang. Perspektif kepuasan mahasiswa dapat dilihat dari kualitas layanan pendidikan seperti bukti fisik (tangibles), empati (empathy), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), dan jaminan (assurance). Dimana kelima hal tersebut terkait erat dengan faktor-faktor yang dirasa dapat memicu kepuasan sehingga menimbulkan word of mouth positif mahasiswa untuk menyarankan dan merekomendasikan ke orang lain maupun keluarganya agar kuliah di LP2B. Selama ini masih ada beberapa keluhan mahasiswa terhadap LP2B yang perlu dibenahi agar dapat memberikan pelayanan untuk memenuhi kepuasan mahasiswa. Perkembangan jumlah keluhan tersebut tersaji pada Gambar 1.1 berikut ini: / / /2011 tidak ada kantin pergantian instruktur yang mendadak pembagian seragam yang terlambat tidak ada wi-fi Gambar 1.1 Grafik Jumlah Keluhan Mahasiswa LP2B Tahun Akademik 2008/2009 Sampai Dengan 2010/2011 Sumber LP2B, 2011

12 12 Gambar 1.1 menunjukkan terdapat peningkatan jumlah keluhan mahasiswa dari tahun 2008/2009 sampai dengan 2010/2011. LP2B sebaiknya mencari solusi yang tepat untuk mengatasi keluhan mahasiswa tersebut agar tidak terjadi penurunan jumlah mahasiswa pada tahun-tahun berikutnya karena salah satu cara untuk menarik minat mahasiswa untuk masuk sebuah lembaga pendidikan adalah memberikan pelayanan yang dapat memuaskan mahasiswa. Pelayanan yang bertujuan memperoleh kepuasan mahasiswa bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, sehingga terdapat masalah-masalah dalam pengelolaan pelayanan dan ketidakberhasilan memuaskan sebagian besar mahasiswa. Kepuasan mahasiswa (student satisfaction) sangat penting dalam sektor pendidikan tinggi berkaitan dengan peranannya sebagai industri jasa. Oleh karena itu mengevaluasi persepsi mahasiswa terhadap kepuasan mereka yang mereka alami dan harapkan harus terus dilakukan oleh universitas, sekolah tinggi, institut sebagai lembaga pendidikan tinggi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka penelitian ini akan memfokuskan pada mahasiswa dengan mengambil judul: PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN WORD OF MOUTH MAHASISWA LEMBAGA PELATIHAN PARIWISATA BALI. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

13 13 1. Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa LP2B? 2. Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap word of mouth mahasiswa LP2B? 3. Apakah kepuasan mahasiswa berpengaruh terhadap word of mouth mahasiswa LP2B? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan mahasiswa LP2B. 2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap word of mouth mahasiswa LP2B. 3. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan mahasiswa terhadap word of mouth mahasiswa LP2B. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini maka diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi materi dalam mengembangkan ilmu dalam rangka menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dan word of mouth mahasiswa.

14 14 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi manajemen LP2B dalam mengambil kebijakan di bidang kualitas layanan dalam rangka meningkatkan kepuasan dan word of mouth mahasiswa.

15 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Layanan (Service Quality) Pengertian Kualitas Layanan Jasa Jasa bersifat intangible dan lebih merupakan proses yang dialami pelanggan secara subjektif, dimana aktivitas produksi dan konsumsi berlangsung pada saat bersamaan. Kualitas jasa jauh lebih sulit didefinisikan, dijabarkan, dan diukur bila dibandingkan dengan kualitas produk/barang. Perbedaan antara pengertian kualitas barang dan kualitas jasa dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbedaan Antara Kualitas Produk dan Jasa No Kualitas Produk Kualitas Jasa 1 Dapat secara objektif diukur dan ditentukan oleh pemanufaktur. 2 Kriteria pengukuran lebih mudah disusun dan dikendalikan. 3 Standarisasi kualitas dapat diwujudkan melalui investasi pada otomatisasi dan teknologi. 4 Lebih mudah mengkomunikasikan koalitas. 5 Dimungkinkan untuk melakukan perbaikan pada produk cacat guna menjamin kuaitas. 6 Produk itu sendiri memproyeksikan kualitas. 7 Kualitas dimiliki dan dinikmati (enjoyed). Sumber: Tjiptono (2006: 259) Diukur secara subjektif dan acapkali ditentukan oleh konsumen. Kriteria pengukuran lebih sulit disusun dan seringkali sukar dikendalikan. Kualitas sulit distandarisasikan dan membutuhkan investasi besar pada pelatihan sumber daya manusia. Lebih sulit mengkomunikasikan kulitas. Pemulihan atas jasa yang jelek sulit dilakukan karena tidak bisa mengganti jasa-jasa yang cacat. Bergantung pada komponen peripherals untuk merealisasikan kualitas. Kualitas dialami (experienced). 15

16 16 Blery dkk (2009), mendefinisikan kualitas jasa sebagai penilaian menyeluruh yaitu keseluruhan evaluasi pelanggan terhadap suatu jasa. Kotler dan Keller (2008 : 136), menyatakan bahwa konsumen menciptakan harapan-harapan jasa dari pengalaman masa lalu, komunikasi word of mouth, dan iklan. Konsumen membandingkan jasa yang dipersepsikan dan yang diharapkan. Setiap penelitian akademis yang dilakukan sebelumnya telah mengidentifikasikannya sebagai faktor kualitas jasa dalam menjaga keunggulan persaingan dan pengaruhnya dalam mempertahankan hubungan dengan konsumen. Menurut Gronroos dalam Tjiptono (2006: 260), pada dasarnya kualitas suatu jasa yang dipersepsikan pelanggan terdiri atas dua dimensi utama. Dimensi pertama, technical quality (outcome dimension) berkaitan dengan kualitas output jasa yang dipersepsikan pelanggan, yang dapat dijabarkan lagi menjadi tiga jenis, yakni search quality (dapat dievaluasi sebelum dibeli, misalnya harga), experice quality (hanya bisa diefaluasi setelah dikonsumsi, contohnya ketepatan waktu, kecepatan layanan dan kerapian hasil), serta credence quality (sukar dievaluasi pelanggan sekalipun telah mengkonsumsi jasa, misalnya kualitas operasi bedah jantung). Dimensi kedua, functional quality (proses-releted dimension) berkaitan dengan kualitas cara penyampaian jasa atau menyangkut proses transfer kualitas teknis, output atau akhir hasil data dan penyedia jasa kepada pelanggan (contohnya aksesibilitas mesin ATM, restoran atau konsultan bisnis, penampilan dan perilaku pramusaji, teller bank, sopir bis, atau pramugari). Selain itu functional quality juga dipengaruhi kehadiran pelanggan lain yang secara simultan mengkonsumsi jasa yang sama. Mereka bisa menyebabkan antrean panjang atau

17 17 mengganggu pelanggan tertentu. Akan tetapi, dilain pihak mereka bisa pula mempengaruhi terciptanya suasana interaksi pembeli-penjual yang menyenangkan Dimensi Kualitas Layanan Definisi umum tentang kualitas layanan/service quality atau yang seringkali disingkat Servqual dinyatakan oleh Zeithamal (1990) yaitu a customer s judgment of the overall exellence or superiority of a service. Dengan demikian service quality dapat didefinisikan sebagai sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh. Harapan para pelanggan pada dasarnya sama dengan layanan seperti apakah seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan. Harapan para pelanggan ini didasarkan pada informasi dari mulut ke mulut, kebutuhan peribadi, pengalaman di masa lampau, dan komunikasi secara eksternal (iklan dan berbagai bentuk promosi perusahaan lainnya). Parasuraman et al. (1988), menemukan kualitas layanan terdiri atas: 1. Bukti fisik (Tangibles), penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan bahan komunikasi. 2. Keandalan (Reliability), adalah kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara menyakinkan dan akurat. 3. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu ketersediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. 4. Jaminan (Assurance), pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan.

18 18 5. Empati (Empathy), kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan. Pada Tabel 2.2 terdapat daftar atribut-atribut dalam menilai kualitas keseluruhan jasa dikemukakan oleh Zeithaml et all. (Kotler and Keller 2008: 58). Tabel 2.2 Atribut dan Dimensi Model Servqual No Atribut Dimensi 1 Peralatan yang modern Bukti Fisik 2 Fasilitas yang secara visual menarik Bukti Fisik 3 Karyawan yang memiliki penampilan yang rapi Bukti Fisik 4 Bahan-bahan materi yang enak dipandang yang Bukti Fisik diasosiasikan dengan layanan 5 Memberikan layanan sesuai janji Keandalan 6 Ketergantungan dalam menangani masalah layanan Keandalan pelanggan 7 Melakukan layanan pada saat pertama Keandalan 8 Menyediakan layanan pada waktu yang dijanjikan Keandalan 9 Mempertahan rekor yang bebas cacat Keandalan 10 Mengusahakan pelanggan tetap terinformasi, Daya tanggap misalnya kapan layanan itu akan dilakukan 11 Layanan yang tepat pada pelanggan Daya tanggap 12 Keinginan untuk membantu pelanggan Daya tanggap 13 Kesiapan untuk menanggapi pelanggan Daya tanggap 14 Karyawan yang membangkitkan kepercayaan Jaminan kepada pelanggan 15 Membuat pelanggan aman dalam transaksi mereka Jaminan 16 Karyawan yang sangat santun Jaminan 17 Karyawan yang memiliki pengetahuan untuk Jaminan menjawab pertanyaan pelanggan 18 Memberikan pelanggan perhatian individual Empati 19 Karyawan yang menghadapi pelanggan peduli Empati mode 20 Sangat memperhatikan pelanggan terbaik Empati 21 Karyawan yang memahami kebutuhan pelanggan Empati mereka 22 Jam bisnis yang nyaman Empati Sumber: Zeithaml et al. (Kotler and Keller 2008: 58)

19 Kepuasan Pelanggan ( Cutomer Satisfaction) Definisi kepuasan pelanggan Kata kepuasan atau satisfaction berasal dari Bahasa Latin satis yang berarti cukup baik, memadai dan facio yang berarti melakukan atau membuat. Secara sederhana kepuasan diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai (Tjiptono, 2006: 349). Definisi umum tersebut mengacu pada paradigma expectancy-disconfirmation. Berdasarkan paradigma ini, pelanggan membentuk harapan, harapan ini akan menjadi standar untuk menilai kinerja aktual suatu produk atau jasa. Jika apa yang diharapkan pelanggan terpenuhi, maka akan terjadi confirmation. Dengan kata lain, pelanggan puas. Sebaliknya, jika apa yang diharapkan pelanggan tidak terpenuhi, maka akan terjadi disconfirmation. Disconfirmation dibagi menjadi dua, yaitu : disconfirmation positif, dan disconfirmation negatif. Disconfirmation positif terjadi jika suatu produk atau jasa dapat memenuhi kebutuhan pelanggan melebihi apa yang diharapkan oleh pelanggan. Disconfirmation negatif terjadi jika suatu produk atau jasa tidak dapat memenuhi harapan pelanggan. Confirmation dan disconfirmation positif dapat membuat pelanggan puas, sedangkan disconfirmation negatif dapat menyebabkan pelanggan tidak puas (Darsono dan Wellyan, 2007). Sedangkan menurut Parasuraman et al. (1985) kepuasan pelanggan is a customer s perception of a single service experince yang berarti bahwa kepuasan adalah suatu persepsi pelanggan terhadap pengalaman pelayanan yang dialaminya. Lovelock dan Wirtz (2007:102) mendefinisikan kepuasan sebagai keadaan emosional, reaksi pasca pembelian dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan,

20 20 kejengkelan, netralitas, kegembiraan, atau kesenangan. Berdasarkan beberapa definisi mengenai kepuasan dapat dijelaskan bahwa kepuasan pelanggan merupakan suatu perasaan atau penilaian emosional dari pelanggan ketika harapan dan kebutuhan terpenuhi atas penggunaan produk atau jasa suatu perusahaan. Dengan kata lain, jika konsumen merasa apa yang diperoleh lebih rendah dari yang diharapkan maka konsumen tersebut akan tidak puas. Jika yang diperoleh konsumen melebihi apa yang diharapkan maka konsumen akan puas, sedangkan pada keadaan ketika apa yang diterima sama dengan apa yang diharapkan, maka konsumen tersebut akan merasakan puas dan tidak puas (netral). Oliver (1980) dalam Aryani dan Rosinta (2010) merumuskan kepuasan merupakan response menyeluruh yang mempengaruhi perbedaan antara harapan sebelumnya dengan apa yang dirasakan setelah produk layanan tersebut dikomsumsi atau evaluasi purnabeli, dimana persepsi terhadap kinerja jasa yang dipilih memenuhi harapan pelanggan. Kepuasan pelanggan hanya dapat terbentuk apabila pelanggan merasa puas atas pelayanan yang diterima mereka. Kepuasan pelanggan inilah yang menjadi dasar menuju terwujudnya pelanggan yang loyal atau setia. Kepuasan konsumen/pelanggan pada dasarnya mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yangh dirasakan oleh konsumen/pelanggan. Kepuasan pelanggan ini sangat penting diperhatikan oleh perusahaan sebab berkaitan langsung dengan keberhasilan dan penjualan produk perusahaan Konsep Kepuasan Pelanggan Kotler (2008: 177) menyatakan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan

21 21 merupakan fungsi dari persepsi/kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan tidak puas (dissatisfild). Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan puas (satisfaction). Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas senang, sehingga kepuasan pelanggan memerlukan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan (need and want) dengan apa yang diberikan (given). Sullivan dan Adcock (2002 : 233) menyatakan kepuasan pelanggan tercipta dari adanya perbandingan (oleh konsumen) nilai atau manfaat yang diterima (persepsi dari apa yang telah diterima) dengan pengorbanan (termasuk biaya) yang talah dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat tersebut. Nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan merupakan dua konsep yang berbeda namun saling memiliki keterkaitan (Sweeney dan Soutar, 2001) Terciptanya kualitas pelanggan akan memberi manfaat kepada perusahaan karena pembeli merasa terpenuhi keinginannya dan kebutuhan akan membeli ulang (repeat buying) dan terciptanya loyalitas terhadap jasa pelayanan yang diterima, selain itu mereka akan lebih loyal terhadap harga, serta akan menyebarkan berita baik dan memberikan rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) kepada teman sekitarnya untuk menggunakan jasa tersebut dan menguntungkan perusahaan. Kepuasan tinggi atau rasa amat senang menimbulkan ikatan emosional dengan merek atau perusahaan penyedia jasa tersebut. Secara konseptual kepuasan pelanggan dapat dilihat pada Gambar 2.1

22 22 Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan Produk Harapan Pelanggan Terhadap Produk Nilai Produk Bagi pelanggan Tingkat Kepuasan Pelanggan Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan Sumber: Tjiptono (2006: 147) Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan Telah banyak dilakukan riset untuk menentukan kepuasan pelanggan, walaupun ini bukanlah suatu pekerjaan mudah, namun perusahaan harus melaksanakannya agar pelanggan sesalu merasa puas atas pelayanan yang diberikan. Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengukur kepuasan pelanggan. Kotler (2008: 179), menemukan 4 (empat) metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, terdiri atas: 1. Sistem keluhan dan saran. Perusahaan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer oriented) seharusnya memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pelanggannya untuk menyampaikan keluhan, saran, komentar mereka melalui media yang bisa digunakan meliputi saluran telepon khusus bebas pulsa (custamer hotline), situs, web, , SMS, dan lain-lain. Hal tersebut memungkinkan pelanggan

23 23 memberikan respon mereka dengan cepat tanggap setiap ada masalah. Metode ini bersifat pasif sehinga sulit mendapat gambaran lengkap mengenai kepuasan pelanggan, tidak semua pelanggan bersedia memberikan responnya. Yang lebih penting dari konsumen adalah bagaimana perusahaan menyikapi keluhan dan saran tersebut sehingga perusahaan dapat memuaskan keluhan pelanggan tersebut. 2. Survei kepuasan pelanggan. Penelitian menunjukkan sekalipun pelanggan tidak puas dalam satu dan setiap empat pembelian, hanya sekitar lima persen yang akan mengeluh. Sebanyak 95 persen lainnya merasa keluhan tidak berguna untuk disampaikan atau pelanggan tidak tahu bagaimana atau kepada siap harus mengeluh. Sekitar 34 persen pelanggan yang mendaftarkan keluhan besar akan membeli lagi dan perusahaan tersebut jika keluhan mereka diselasaikan dan angka ini naik menjadi 52 persen untuk keluhan kecil. Jika keluhan tersebut dapat diselasaikan dengan cepat, sekitar 52 persen (keluhan besar) dan 95 (keluhan kecil) akan membeli lagi dari perusahaan tersebut. Sebagaian besar pelanggan hanya akan mengurangi pembelian/transaksi atau pindah ke perusahaan lain yang sejenis. Bila karena itu, perusahaan-perusahaan tidak dapat menggunakan banyak keluhan sebagai ukuran kepuasan pelanggan. 3. Belanja Misterius. Metode ini dilaksanakan dengan cara membayar beberapa orang untuk berperan sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan guna melaporkan temuan tentang kekuatan dan

24 24 kelemahan, serta perlakuan yang mereka alami ketika melakukan transaksi. Pembelanja misterius tersebut bahkan dapat menyampaikan masalah tertentu untuk menguji keterampilan karyawan dalam melayani dan menyelesaikan masalah tersebut. Dari hasil pembelanja misterius tersebut perusahaan dapat mengevaluasi kualitas pelayanan yang selama ini dijalankan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada bagian-bagian yang kurang, baik pada produk, proses maupun pada karyawan, sehingga kedepan pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dapat ditingkatkan terus sesuai dengan perkembangan pasar. 4. Analisis Hilangnya Pelanggan. Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya telah berhenti membeli/bertransaksi atau yang telah beralih ke perusahaan lain untuk mengetahui mengapa hal tersebut bisa terjadi. Yang penting bukan hanya melakukan wawancara saat pelanggan mulai berhenti, melainkan juga memantau tingkat hilangnya pelanggan. Jika tingkat hilangnya pelanggan meningkat, menunjukkan bahwa perusahaan telah gagal memuaskan pelanggannya. Informasi ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijaksanaan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan.

25 Word of Mouth Pengertian Word of Mouth Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk ataupun jasa, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk tersebut dapat berguna, makan konsumen tidak akan pernah membeli produk tersebut. Salah satu alat promosi yang paling ampuh adalah sistem Word of mouth (WOM). Harrison-Walker dalam Brown et al. (2005), menyatakan bahwa word of mouth (WOM) merupakan sebuah komunikasi informal diantara seorang pembicara yang tidak komersil dengan orang yang menerima informasi mengenai sebuah merek, produk, perusahaan atau jasa. Word of Mouth dapat diartikan sebagai aktifitas komunikasi dalam pemasaran yang mengindikasikan seberapa mungkin customer akan bercerita kepada orang lain tentang pengalamannya dalam proses pembelian atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Pengalaman customer tersebut dapat berupa pengalaman positif atraupun pengalaman negatif. Seperti yang dinyatakan Davidow (2003): that word of mouth is actually a U shaped relationship, where satisfied complainers spread positive word of mouth valance, and dissatisfied complainers spread negative word of mouth valance Bahwa sebenarnya hubungan dari mulut ke mulut berbentuk U, dimana apabila seseorang puas maka ia akan menyebarkan berita positif dari mulut ke mulut, tapi apabila mengeluh tidak puas maka ia akan menyebarkan berita negatif dari mulut ke mulut. Pengalaman yang kurang memuasakan pada customer dapat memunculkan beberapa respons terhadap perusahaan. Perusahaan dapat

26 26 menanggapi respon tersebut dengan berbagai cara yang dinamis. Peluang meningkatnya aktivitas word of mouth dapat memberikan pengaruh yang hebat. Hawkins dkk. (2007 : 241) mengemukakan bahwa WOM merupakan kegiatan penyebaran informasi dari seseorang kepada orang lainnya dalam bentuk komunikasi verbal termasuk bertatap muka langsung, melaui telepon, dan internet. Suprapti (2010 : 274) mengemukakan bahwa komunikasi getok tular atau word of mouth merupakan komunikasi pribadi antara dua individu atau lebih, misalnya antara pelanggan atau antar anggota dari suatu kelompok. Word of mouth yang diperoleh pelanggan melalui orang yang dipercayai seperti para ahli, teman, keluarga cenderung lebih cepat diterima. Selain word of mouth juga dapat dijadikan referensi karena pelanggan jasa biasanya sulit untuk mengevaluasi jasa yang belum dibeli atau belum dirasakan sendiri. Suatu pengertian yang telah diterima secara luas dalam customer behavior adalah bahwa WOM memegang peranan penting dalam membentuk sikap dan perilaku pelanggan. Hal ini dikemukakan oleh Reingen dan Walker (2001). Dari hasil penelitiannya menghasilkan penelitian yang menunjukan WOM 7 kali lebih efektif dibandingkan iklan dimajalah dan koran, 4 kali lebih efektif dari personal selling serta 2 kali lebih efektif dari pada iklan radio pada usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam mempengaruhi pelanggan untuk beralih guna menggunakan produk perusahaan tersebut. Komunikasi WOM yang positif telah diakui sebagai wahana yang berharga untuk mempromosikan produk dan jasa dari sebuah perusahaan. Sebenarnya dengan sifat yang non komersial, komunikasi WOM dipandang tidak

27 27 terlalu skeptis dari upaya-upaya promosi yang dilakukan perusahaan, walaupun komunikasi WOM bisa menjadi faktor yang sangat mempengaruhi setiap keputusan pembelian. Riset sebelumnya menunjukakan bahwa komunikasi WOM ini sangat penting untuk bidang jasa Dimensi Word Of Mouth Word of mouth pada dasarnya adalah komunikasi informal tentang produk atau jasa, berbeda dengan komunikasi formal, karena dalam komunikasi informal pembicara cenderung bertindak sebagi seorang teman yang lebih persuasif. Pengaruh seseorang dalam word of mouth sangat kuat karena informasi dari sumber word of mouth relatif dipercaya dan terpercaya, selain itu bisa mengurangi resiko dalam keputusan pembelian. Dimensi word of mouth menurut Rosiana (2011) : 1. Cerita positif, adalah keinginan konsumen untuk memberitakan atau menceritakan hal-hal positif mengenai produk yang dikonsumsinya kepada orang lain. 2. Rekomendasi, adalah keinginan konsumen untuk memberikan rekomendasi kepada orang lain yang membutuhkan informasi mengenai produk yang berkualitas. 3. Ajakan, adalah kesediaan konsumen untuk mengajak orang lain agar menggunakan produk yang telah dikonsumsinya Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan dan Word of Mouth Dalam penelitian yang dilakukan oleh Naeem dan Akram (2009) mengenai Service Quality And Its Impact On Customer Satisfaction: An Empirical

28 28 Evidence From The Pakistani Banking Sector menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas jasa dengan kepuasan konsumen. Apabila kualitas jasa yang ditawarkan tersebut dikelola secara efektif, maka hal tersebut akan memberikan konstribusi atau dampak yang signifikan terhadap kepuasan konsumen. Kualitas memilki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yeng menyenangkan dan meminimumkan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Harrison-Walker (2001) menyatakan bahwa kualitas jasa merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi word of mouth. Penelitian ini menyatakan bahwa kualitas jasa secara positif berpengaruh terhadap kecenderungan pelanggan untuk melakukan word of mouth. Persepsi kualitas jasa perusahaan yang lebih tinggi daripadsa harapan konsumen, akan menciptakan suatu word of mouth yang positif. Namun, jika kualitas jasa yang ditawarkan lebih rendah dari pada harapan pelanggan, maka pelanggan tersebut akan memberikan rekomendasi atau word of mouth negatif. Informasi negatif tersebut akan disebarkan kepada lebih banyak orang dengan tingkat intensitas yang tinggi dan secara detail, hal ini dikarenakan pada dasarnya seseorang tidak ingin orang lain mendapatkan atau mengalami hal buruk seperti pangalaman yang telah terjadi pada pelanggan tersebut.

29 29 Tjiptono (2002: 24) menyatakan bahwa tujuan dasar dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat menciptakan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan. Brown et al. (2005), menyatakan ketika seorang pemasar mampu menawarkan tingkat kepuasan yang masimal kepada konsumen, makan konsumen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan positif word of mouth. Brown et al. (2005), juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara kepuasan pelanggan dan word of mouth.

30 30 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Pendekatan kualitas jasa pertama kali diperkenalkan oleh Gronroos dalam Tjiptono, (2006 : 259). Lewat konsep perceived service quality dan model kualitas jasa total. Pendekatan ini didasarkan pada riset mengenai perilaku konsumen dan pengaruh ekspektasi menyangkut kinerja jasa terhadap evaluasi purna konsumsi. Konsep penelitian secara konseptual mengacu pada kajian teori lima penentu kualitas jasa menurut Parasuraman et al. (1988), yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Mengetahui kepuasan dan word of mouth konsumen sangat penting bagi manajemen perusahaan untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat. Hubungan antara kualitas layanan dan kepuasan secara luas didokumentasikan dalam literatur terutama pemasaran, hubungan tersebut secara teoritis maupun empiris adalah positif seperti yang telah diteliti oleh Wijayanti (2008). Secara teoritis ketika pelayanan yang diberikan mampu memenuhi atau melampaui pengharapan atau ekpetasi pelanggan maka pelanggan tersebut merasa puas (Parasuraman et al., 1988). Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda-beda telah membuktikan bahwa kualitas layanan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan seperti yang diungkapkan oleh Suwastika (2010), Rahayu et al. (2002), Prasetianingrum (2009), Sutanto (2008), Subroto dan Nasution (2001), Kusmanto (2008), Artati (2006), dan Wahyuddi (2004). 30

31 31 Setelah terpenuhinya kepuasan pelanggan, maka pihak perusahaan tentu saja berharap hal tersebut akan mempengaruhi pelangganya untuk melakukan komunikasi getok tular atau word of mouth (WOM). Suprapti (2010 : 247) menyatakan bahwa komunikasi getok tular atau word of mouth (WOM) merupakan komunikasi pribadi antara dua individu atau lebih, misalnya antara pelanggan atau antar anggota dari suatu kelompok. Pengaruh kepuasan terhadap WOM diteliti oleh Lymperopoulus dan Chaniotakis (2009), Lymperopoulus dan Chaniotakis (2008), Brown et al. (2005), Swan and Oliver (1989), Thurau et al. (2002), Rosiana (2011), Babin dkk. (2005), Ranaweera dan Prabhu (2003), dan Molinari dkk. (2008). Selain dipengaruhi oleh kepuasan, WOM juga dapat dipengaruhi oleh kualitas layanan. Semakin baik kualitas layanan yang diterima oleh pelanggan maka makin sering positive WOM yang dilakukan oleh pelanggan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Horrison-Walker (2001), Gwinner et al. (1998), Boulding et al. (1993), Zaithamal et al. (1996). Dengan melakukan kajian empiris dan teoritis, maka diperoleh suatu gambaran konsep dalam penelitian ini terdiri atas kualitas layanan, kepuasan, dan WOM yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut : Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Kualitas layanan (X) Word of Mouth (Y2) Kepuasaan konsumen (Y1)

32 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan konsep penelitian seperti Gambar 3.1 maka selanjutnya dapat diajukan hipotesis penelitian. Pada dasarnya hipotesis ini dibuat untuk menetapkan sementara terhadap hasil penelitian. Hipotesis penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut : Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen Kualitas layanan dapat mempengaruhi kepuasan konsumen. Cara untuk memuaskan konsumen adalah dengan menawarkan kualitas layanan yang semakin baik secara berkesinambungan. Menurut Parasuraman et al. (1988) mengidentifikasi ada lima dimensi dari model SERVQUAL, yaitu : tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy. Kelima dimensi ini seharusnya selalu ditingkatkan kualitasnya agar perusahaan mampu memberikan kepuasaan kepada konsumennya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suwastika (2010), disebutkan bahwa kelima dimensi kualitas jasa yang terdiri dari bukti fisik (tangible), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (anssurance) dan empati (empathy) secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Faktor bebas yang dominan berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa adalah faktor jaminan. Penelitian Rahayu et al. (2002), menyatahan bahwa lima dimensi kualitas jasa berpengaruh positif dan secara langsung terhadap kepuasan mahasiswa. Penelitian Prasetianingrum (2009), menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel kualitas layanan terhadap variabel kepuasan mahasiswa. Sutanto (2008), menyatakan kelima

33 33 variabel dimensi kualitas jasa yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy berpengaruh secara simultan dan berpengaruh secara parsial kecuali variabel assurance terhadap kepuasan konsumen. Sementara reliability merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan konsumen. Penelitian Subroto dan Nasution (2001), Kusmanto (2008), Artati (2006), Wahyuddi (2004), menyatakan bahwa kelima faktor penentu dimensi kualitas jasa (tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. H1 : Kualitas layanan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasaan Pengaruh kualitas layanan terhadap word of mouth Kualitas layanan jasa merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi word of mouth (WOM) kualitas jasa secara positif berpengaruh terhadap kecenderungan pelanggan untuk melakukan WOM. Semakin baik kualitas layanan yang diberikan oleh suat perusahaan akan dapat membentuk perilaku konsumen untuk menciptakan WOM yang menguntungkan perusahaan. Tapi apabila kualitas layanan yang diberikan tidak memenuhi harapan konsumen maka WOM tidak akan tercipta atau konsumen akan melakukan WOM negatif. Minat merekomendasikan (WOM) dewasa ini menjadi salah satu alternatif yang banyak diharapkan memberikan solusi dan langkah strategis bagi perusahaan dan banyak peneliti untuk dapat membantu meningkatkan derajat manejemen hubungan pelanggan. Minat merekomendasikan (WOM) merupakan kebijakan strategis bagi perusahaan. Kerena perusahaan memandang WOM merupakan

34 34 bagian dari strategi perusahaan dalam menghadapi persaingan dan menghubungkan perusahaan dengan pasar (konsumen). Minat merekomendasikan sangat dibutuhkan sebagai elemen dalam strategi pemasaran yang kompetitif. Dalam kondisi pasar yang makin kompetitif, perusahaan seringkali menyandarkan masa depan mereka pada pelanggan. Oleh karena itu, bagi sebagian perusahaan seringkali diidentifkasikan word of mouth sebagai jaminan keuntungan jangka pendek dan jangka panjang bagi para perusahaan (Vandaliza, 2007). Suatu pengertian yang diterima secara luas dalam costumer behavior adalah bahwa WOM memegang peranan penting dalam membentuk sikap dan perilaku pelanggan. Hal ini dikemukakan oleh Reingen dan Walker (2001). Dari hasil penelitiannya menghasilkan penelitian yang menunjukkan WOM 7 kali lebih efektif dibandingkan iklan di majalah dan koran, 4 kali lebih efektif dari personal selling serta 2 kali lebih efektif dari pada iklan radio pada usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam mepengaruhi pelanggan untuk beralih menggunakan produk perusahaan tersebut. Harrison-Walker (2001), menyatakan bahwa kualitas jasa merupakan suatu variabel yang mempengaruhi WOM. Penelitian ini menyatakan bahwa kualitas jasa secara positif berpengaruh terhadap kecenderungan pelanggan untuk melakukan WOM. Persepsi kualitias jasa perusahaan yang lebih tinggi dari pada harapan konsumen, akan tercipta suatu WOM yang positif. Namun, jika kualitas jasa yang ditawarkan lebih rendah dari pada harapan pelanggan, maka pelanggan tersebut akan memberikan rekomendasi atau WOM negatif. Infarmasi negatif tersebut akan disebarkan kepada lebih banyak orang dengan tingkat intensitas

35 35 yang tinggi dan secara detail, hal ini dikarenakan karena pada dasarnya sesorang tidak ingin orang lain mendapatkan atau mengalami hal buruk seperti pengalaman yang telah terjadi pada pelanggan tersebut. Suatu perusahaan dalam mempertimbangkan penerapan kualitas pelayanan berhubungan dengan bagaimana perusahaan tersebut memposisikan dirinya dalam memahami nilai dasar pelanggan yang tercermin pada konsep kepuasan pelanggan yang kuat (Gwinner et al., 1998). Boulding et al. (1993), sangat percaya bahwa kualitas layanan berpengaruh secara positif terhadap loyalitas dan WOM positif. Menurut Zeithamal et al. (1996), menyatakan kualitas layanan berhubungan dengan loyalitas konsumen dan komunikasi WOM yang positif. Menurut Harrison-Walker (2001), menyatakan kualitas layanan berpengaruh positif terhadap komunikasi WOM. H2 : Kualitas layanan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap word of mouth Pengaruh kepuasan konsumen terhadap Word of Mouth Kepuasan pelanggan merupakan hal yang penting bagi penyedia jasa, karena pelanggan akan menyebarluaskan rasa puasnya ke calon pelanggan, sehingga akan menaikkan reputasi perusahaan tersebut. Jadi apabila pelanggan merasa puas, maka ia akan menciptakan WOM kepada rekan maupun keluarganya. Brown et al. (2005), menyatakan bahwa ketika seorang pemasar mampu menawarkan tingkat kepuasan yang maksimal kepada konsumen, maka konsumen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan positive word of mouth. Selain itu

36 36 dia juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara kepuasan pelanggan dan word of mouth. Rosiana (2011) menyatakan jika semakin tinggi kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan, maka pelanggan tersebut akan melakukan WOM kepada pihak-pihak lain dengan cara menceritakan hal-hal yang positif, merekomendasikan kepada orang lain dan mengajak orang lain. Ketika konsumen puas, maka WOM positif akan tercipta dan mereka lebih suka untuk meberikan rekomendasi pembelian kepada orang lain (Swan and Oliver, 1989). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lymperopoulus dan Chaniotakis (2008) juga mendukung hasil tersebut yaitu kepuasan pelanggan dapat mendorong pelanggan untuk melakukan WOM positif. Ketika konsumen puas maka mereka akan memberikan WOM positif dan merekomendasikan orang lain untuk melakukan pembelian. Sedangkan konsumen yang tidak puas, mereka akan melarang orang lain untuk melakukan pembelian. Kepuasan pelanggan dapat mempengaruhi hasil kinerja, termasuk loyalitas dan komunikasi WOM atau minat mereferensikan. Oleh sebab itu, kepuasan pelanggan mendorong terciptanya komunikasi WOM (Thurau et al., 2002). Babin, Lee, Kim, dan Griffin (2005) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap minat WOM. Kepuasan pelanggan berhubungan kuat secara positif terhadap WOM (Ranaweera dan Prabhu, 2003, Brown et al., 2005). H3 : Kepuasaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap word of mouth.

37 37 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian Rancangan Penelitian Rancangan riset adalah bingkai kerja untuk melaksanakan proyek riset pemasaran. Rancangan riset merinci prosedur penting untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun dan/atau memecahkan masalah riset pemasaran (Malhotra, 2005). Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif studi cross-sectional tunggal yaitu rancangan deskriptif yang paling banyak digunakan dalam riset pemasaran. Dalam rancangan cross-sactional tunggal, hanya satu sampel responden yang diambil dari populasi sasaran, dan informasi hanya didapatkan satu kali dari responden. Rancangan ini disebut juga rancangan riset survay sampel (Malhotra, 2005:95). Penelitian ini membahas mengenai word of mouth dan tingkat kepuasaan mahasiswa terhadap pelayanan jasa Lembaga Pelatihan Pariwisata Bali (LP2B) dilihat dari 5 dimensi kualitas layanan (Parasuraman et al., 1988) yaitu : variabel bukti langsung (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (empathy). Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan SEM (Structural Equation Model), berdasarkan data yang dianalisis melalui penyebaran kuesioner. Penelitian ini menggunakan SEM (Structural Equation Model) yang didasarkan 37

38 38 pada evaluasi atas adanya hubungan saling ketergantungan antar variabel yang disesuaikan dengan landasan teori dan konsep penelitian sebelumnya Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gianyar dengan respondennya adalah alumni LP2B berdasarkan pertimbangan bahwa LP2B belum pernah melakukan penelitian mengenai kualitas pelayanan terhadap kepuasaan dan word of mouth mahasiswa sebelumnya. Persaingan yang semakin ketat dan kompetitor yang semakin kompetitif mengharuskan LP2B untuk senantiasa berbenah diri dengan memberikan pelayanan terbaik dan unggul dibandingkan dengan pesaingnya untuk menciptakan kepuasaan mahasiswa guna membentuk word of mouth mahasiswa untuk merekomendasikan dan menyarankan orang lain ataupun keluarganya agar kuliah di LP2B. Disamping itu, penelitian ini dilakukan juga untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penurunan jumlah mahasiswa pada tahun akademi 2009/2010 sampai dengan 2010/2011 yang mungkin disebabkan oleh kualitas pelayanan. Obyek penelitian ini adalah pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dan word of mouth mahasiswa LP2B yang dilihat dari 5 variabel dimensi kualitas layanan yaitu: bukti fisik (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (empathy).

39 Variabel Penelitian Identifikasi Konstruk/Variabel Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang diajukan, variabelvariabel dalam analisis ini dapat diidentifikasikan secara garis besar menjadi dua yaitu variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen yang sering dikenal sebagai variabel independen dalam penelitian ini diwakili oleh variabel kualitas layanan (X), sedangkan variabel endogen yang dikenal dengan variabel dependen diwakili oleh dua konstruk yaitu variabel kepuasan mahasiswa (Y1) dan word of mouth mahasiswa (Y2). Untuk memperoleh gambaran mengenai kualitas layanan, kepuasan dan word of mouth mahasiswa secara keseluruhan, selanjutnya akan dipaparkan secara lebih rinci mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang terdapat dalam Tabel 4.1:

40 40 Tabel 4.1. Variabel Kualitas Layanan-Kepuasan Konsumen-Word of Mouth Klasifikasi Konstruk Dimensi Indikator Eksogen Endogen Kualitas Layanan (Service Quality) (X) Parasuraman et al. (1988) Kepuasan Konsumen (Satisfaction) (Y1) Yap, K.,B., and Sweeney, J, C. (2007) Word Of Mouth (Y2) Rosiana (2011) Bukti Fisik (Tangibles) X1 Keandalan (Reability) X2 Daya Tanggap (Responsiveness) X3 Jaminan (Assurance) X4 Empati (Empathy) X5 X1.1 Lokasi kampus X1.2 Tempat parkir X1.3 Penampilan pegawai X1.4 Penampilan instruktur X1.5 Ruang kuliah yang nyaman X1.6 Ruang kuliah yang bersih X1.7 Toilet mahasiswa yang bersih X2.1 Kemampuan pegawai X2.2 Keakuratan informasi X2.3 Kemampuan instruktur dalam memotifasi mahasiswa X2.4 Ketepatan waktu kehadiran instruktur X2.5 Kemampuan instruktur dalam penyampaian materi X3.1 Ketanggapan pegawai X3.2 Kesediaan pegawai mendengarkan keluhan mahasiswa X3.3 Kecepatan pegawai menindaklanjuti keluhan mahasiswa X3.4 Ketanggapan instruktur X4.1 Kualitas instruktur X4.2 Pengalaman mengajar instruktur X4.3 Citra positif X4.4 Kemudahan informasi X5.1 Kesediaan pegawai memberikan pelayanan X5.2 Kesediaan pegawai memberikan perhatian X5.3 Kesediaan instruktur memberikan pelayanan X5.4 Kesediaan instruktur memberikan perhatian Y1.1 Pelayanan sesuai dengan harapan Y1.2 LP2B merupakan lembaga pelatian pariwisata terbaik di Gianyar Y1.3 Kuliah di LP2B merupakan pilihan bijak Y1.4 Puas dengan keputusan kuliah di LP2B Y2.1 Cerita positif Y2.2 Rekomendasi Y2.3 Ajakan

41 Definisi Operasional Variabel Untuk menghindari kesalahan dalam mengertikan variabel-variabel yang akan diteliti maupun menimbulkan pengertian ganda/biasa bagi responden saat pengumpulan data seperti yang telah di identifikasikan dengan berbagai indikator yang menyertai haruslah didefinisikan dengan jelas. Definisi operasional masingmasing variabel tersebut sebagai berikut : 1. Kualitas Layanan (X1) Variabel Kualitas Layanan, terdiri dari lima dimensi, yaitu : 1) Tangibles : X1, adalah unsur bewujud pada kualitas jasa pelayanan kampus yang terkait dengan kelayakan fisilitas fisik yang menunjang operasional LP2B dalam memberi pelayanan kepada mahasiswa. Diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut: X1.1. = Lokasi kampus adalah lokasi kampus berada dalam kota yang mudah dijangkau oleh mahasiswa. Diukur dari persepsi responden mengenai lokasi kampus LP2B yang mudah dijangkau. X1.2. = Ketersediaan tempat parkir adalah luas dan memadainya tempat parkir yang disediakan oleh pihak kampus memudahkan mahasiswa mendapat parkir dengan cepat dan aman. Diukur dari persepsi responden mengenai tempat parkir LP2B yang luas. X1.3. = Penampilan pegawai adalah penampilan para pegawai yang mencerminkan profesionalisme yaitu selalu terlihat rapi,

42 42 bersih dan menarik. Diukur dari persepsi responden mengenai pegawai LP2B berpenampilan rapi. X1.4. = Penampilan instruktur adalah penampilan para instruktur yang mencerminkan profesionalisme yaitu selalu tarlihat rapi, bersih dan menarik. Diukur dari persepsi responden mengenai instruktur LP2B berpenampilan rapi. X1.5. = Ruang kuliah yang nyaman adalah suasana ruang kuliah yang sesuai dengan kapasitas, terdapat pendingin ruangan (AC). Diukur dari persepsi responden mengenai LP2B menyediakan ruang kuliah yang nyaman. X1.6. = Ruang kuliah yang bersih adalah keadaan ruang kuliah yang bersih setiap hari. Diukur dari persepsi responden mengenai pemeliharaan kebersihan ruang kuliah terjaga. X1.7. = Toilet mahasiswa yang bersih adalah keadaan toilet mahasiswa yang bersih setiap hari. Diukur dari persepsi responden mengenai pemeliharaan kebersihan toilet untuk mahasiswa terjaga. 2) Reliability: X2, adalah kemampuan LP2B dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut: X2.1. = Kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan adalah para pegawai LP2B dengan tepat di dalam memberikan pelayanan terhadap mahasiswa. Diukur dari persepsi

43 43 responden mengenai LP2B memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan. X2.2. = Keakuratan informasi yang diberikan oleh petugas adalah kebenaran informasi yang diberi kepada mahasiswa. Diukur dari persepsi responden mengenai pegawai LP2B memberikan informasi yang diperlukan mahasiswa dengan tepat. X2.3. = Kemampuan instruktur memotivasi mahasiswa adalah kemampuan instruktur memotivasi mahasiswa dalam proses belajar mengajar diukur dari persepsi responden mengenai instruktur LP2B mampu memotivasi mahasiswa dalam proses belajar mengajar. X2.4. = Ketepatan waktu kehadiran instruktur adalah kehadiran instruktur sesuai dengan jadwal pengajaran. Diukur dari persepsi responden mengenai ketepatan waktu pelayanan jasa terhadap mahasiswa. X2.5. = Kemampuan instruktur dalam menyampaikan materi adalah kompetensi instruktur dalam menyampaikan materi-materi perkuliahan. Diukur dari persepsi responden mengenai kemampuan dosen LP2B didalam menyampaikan materi perkuliahan sesuai dengan kurikulum. 3) Responsiveness : X3, adalah meliputi ketangapan karyawan dalam memberikan jasa pelayanan kepada mahasiswa dalam hal memberikan

44 44 bantuan dengan penanganan yang cepat dan tepat. Diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut : X3.1. = Ketanggapan pegawai melayani mahasiswa adalah kesigapan para pegawai memberikan pelayan pada saat mahasiswa membutuhkan. Diukur dari persepsi responden mengenai pegawai LP2B tanggap melayani mahasiswa pada saat dibutuhakan. X3.2. = Kesediaan pegawai mendengarkan keluhan mahasiswa adalah kesigapan para pegawai memberikan pelayanan pada saat mahasiswa menyimak keluhan. Diukur dari persepsi responden mengenai kesediaan pegawai LP2B dalam mendengarkan keluhan mahasiswa. X3.3. = Kecepatan pegawai menindaklanjuti keluhan mahasiswa adalah kesigapan para pegawai memberikan solusi permasalahan yang dikeluhkan mahasiswa. Diukur dari persepsi responden mengenai kecepatan pegawai LP2B dalam menindaklanjuti keluhan mahasiswa. X3.4. = Ketanggapan instruktur membantu mahasiswa adalah ketanggapan instruktur memberikan pelayan pada saat membantu mahasiswa. Diukur dari persepsi responden mengenai ketanggapan instruktur LP2B memberikan pelayanan pada saat membantu mahasiswa.

45 45 4) Assurance : X4, adalah menciptakan kepercayaan dan kenyakinan bagi mahasiswa bahwa LP2B menjamin layanan yang diberikan terpercaya dan handal. Diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut : X4.1. = Kualitas instruktur dipercaya adalah sertifikasi instruktur (kompetensi instruktur seperti mempunyai gelar S1, S2 dan S3). Diukur dari persepsi responden mengenai instruktur LP2B membangkitkan kepercayaan mahasiswa. X4.2. = Pengalaman mengajar instruktur adalah pengabdian instruktur mengajar dibidangnya baik mengajar di LP2B ataupun di lembaga pelatihan lain. Diukur dari persepsi responden mengenai instruktur LP2B membangkitkan kepercayaan mahasiswa. X4.3. = Citra positif LP2B dimasyarakat adalah kepercayaan nama baik LP2B di masyarakat. Diukur dari persepsi responden mengenai LP2B memiliki nama baik di masyarakat. X4.4. = Kemudahan untuk mendapat informasi adalah kondisi penyampaian pesan informasi yang mudah kepada mahasiswa. Diukur dari persepsi responden mengenai pegawai LP2B memberikan informasi yang benar kepada mahasiswa. 5) Empathy : X5, adalah kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing karyawan didalam memahami dan mengatisipasi kebutuhan mahasiswa

46 46 khususnya kebutuhan yang bersipat individual. Diukur dengan indikator sebagai berikut : X5.1. = Kesediaan pegawai memberikan pelayanan tanpa membedakan mahasiswa adalah kemampuan setiap pegawai LP2B di dalam memberikan pelayanan jasa kepada mahasiswa. Diukur dari persepsi respoden mengenai kesediaan pegawai LP2B memberikan pelayanan tanpa membedakan mahasiswa. X5.2. = Kesediaan pegawai memberikan perhatian secara pribadi kepada mahasiswa adalah kemampuan para pegawai LP2B memberikan perhatian kepada mahasiswa. Diukur dari persepsi respoden mengenai kesediaan pegawai LP2B memberikan perhatian secara pribadi kepada mahasiswa. X5.3. = Kesediaan instruktur memberikan pelayanan tanpa membedakan mahasiswa adalah kemampuan para instruktur LP2B memberikan pelayanan kepada mahasiswa. Diukur dari persepsi responden mengenai kesediaan instruktur LP2B melayani tanpa membedakan mahasiswa dalam proses belajar mengajar. X5.4. = Kesedian instruktur memberikan perhatian secara individu kepada mahasiswa adalah kemampuan para instruktur LP2B memberikan perhatian kepada mahasiswa. Diukur dari

47 47 persepsi responden mengenai kesediaan instruktur LP2B memberikan perhatian secara individu kepada mahasiswa. 2. Kepuasan Mahasiswa (Y1) Tanggapan mahasiswa mengenai tingkat kepuasan keseluruhan berdasarkan pengalamannya. Variabel ini dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu : Y1.1 = Kinerja pelayanan LP2B sesuai dengan harapan saya adalah mahasiswa merasa puas dengan kinerja pelayanan yang diberikan oleh LP2B. Y1.2 = Saya memiliki persepsi bahwa LP2B merupakan lembaga pelatihan pariwisata yang terbaik di Gianyar adalah persepsi mahasiswa setelah kuliah mengenai LP2B. Y1.3 = Pilihan saya kuliah di LP2B merupakan pilihan bijak adalah perasaan mahasiswa setelah kuliah di LP2B. Y1.4 = Saya merasa puas dengan keputusan saya kuliah di LP2B adalah layanan yang diberikan oleh LP2B secara keseluruhan memberikan kepuasan bagi mahasiswa. 3. Word of Mouth Mahasiswa (Y2) Merupakan komunikasi dalam pemasaran yang mengindikasikan seberapa mungkin mahasiswa akan bercerita kepada orang lain tentang pengalamanya dalam proses belajar mengajar. Variabel ini dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu :

48 48 Y2.1 = Cerita positif adalah keinginan mahasiswa LP2B untuk memberitahukan hal-hal positif selama kuliah di LP2B. Y2.2 = Rekomendasi adalah keinginan mahasiswa LP2B untuk memberikan rekomendasi kepada orang lain yang membutuhkan informasi mengenai lembaga pelatihan pariwisata yang berkualitas. Y2.3 = Ajakan adalah kesediaan mahasiswa LP2B untuk mengajak orang lain agar kuliah di LP2B. 4.3 Prosedur Pengumpulan Data Jenis Data Jenis Data Menurut Sifatnya Berdasarkan sifat, data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Masing-masing data akan diuraikan sebagai berikut: 1) Data Kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Yang termasuk data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data jumlah mahasiwa LP2B dari tahun akademi 2006/2007 sampai dengan 2010/2011 dan jumlah keluhan mahasiswa LP2B dari tahun akademi 2008/2009 sampai dengan 2010/ ) Data Kualitatif adalah data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka, seperti lokasi penelitian, serta evaluasi pengalaman mahasiswa yang didapat dari jawaban kuisioner.

49 Jenis Data Menurut Sumber Berdasarkan sumber, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Penjelasan mengenai masing-masing sumber data adalah sebagai berikut : 1) Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya dimana dicatat untuk pertama kalinya dan masih perlu diolah lebih lanjut agar bisa memberi hasil bagi penelitian. Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden yang telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu tentang penilaian atau persepsi mahasiswa terhadap kualitas layanan, kepuasan dan word of mouth selama kuliah di LP2B. 2) Data Sekunder. Yaitu data yang diperoleh dan dihimpun oleh pihak lain dan perlu diolah kembali. Data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu : jumlah mahasiswa LP2B tahun akademi 2006/2007 sampai dengan 2010/2011 beserta keluhan-keluhan yang dominan disampaikan oleh mahasiswa, sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan job description Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

50 50 mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011 : 61). Dalam penelitian ini, populasi adalah para mahasiswa LP2B dari tahun akademik 2006/2007 sampai dengan 2010/2011 yang berjumlah 441 orang karena mahasiswa pada angkatan tersebut dianggap sudah merasakan kualitas layanan LP2B dari awal hingga akhir Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Hair et al dalam Ferdinand (2002:110) menyatakan bahwa, ukuran sampel yang sebaiknya dipenuhi dalam teknik analisis SEM adalah minimum berjumlah 100 dan maksimum 200. Sugiyono (2011 : 74) menyarankan bahwa ukuran sampel terbaik untuk ukuran multivariete adalah 5-10 observasi untuk setiap parameter yang diestimasi. Dalam penelitian ini terdapat 31 indikator, sehingga sehingga jumlah sampel yang ditetapkan adalah 5 observasi setiap indikator, sehingga totalnya adalah 31 x 5 = 155 responden. Alasan pemilihan 5 observasi setiap parameter adalah 1) Kendala sumber daya (waktu, dana, dan sumber daya lain), 2) Ketepatan, di mana melalui pemilihan desain sampel yang baik akan diperoleh data yang akurat, 3) Pengukuran destruktif, artinya obyek yang dikorbankan untuk maksud pengujian jangan sampai sangat besar dan merugikan. Teknik sampling yang dipergunakan pada penelitian ini adalah judgment sampling dua tahap. Tahap pertama menentukan kriteria sampel, kriteria sampel dalam penelitian ini adalah alumni LP2B yang tamat dari tahun akademik 2006/2007 sampai dengan 2010/2011 dan bertempat tinggal di Kabupaten Gianyar. Setelah kriteria sampel ditentukan maka dilakukan tahapan yang kedua

51 51 menggunakan metode accidental sampling yaitu siapa saja yang ditemukan dan bersedia untuk diwawancara Prosedur Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan 2 metode, yaitu : 1. Wawancara Yaitu metode pengumpulan data dengan tanya jawab langsung dengan pihak terkait dalam hal ini staf manajemen LP2B yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 2. Angket Yaitu metode pengumpulan data dengan cara menyusun serangkaian pertanyaan yang diberikan langsung kepada responden untuk diisi. 4.4 Instrumen Penelitian dan Skala Pengukuran Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dengan pertanyaan tertutup. Penelitian terhadap variabel pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dan WOM mahasiswa dilakukan dengan pernyataan berskala. Menurut Sugiyono (2008) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

52 52 Penelitian ini menggunakan sekala Likert 1-5, sebagai berikut : Jawaban Kinerja dan Kepuasan Skor Sangat setuju 5 Setuju 4 Netral 3 Tidak setuju 2 Sangat tidak setuju 1 Alasan pemilihan skala Likert dengan lima tingkatan adalah kesesuaian dengan berbagai penelitian sebelumnya, memperbesar variasi jawaban bila dibandingkan empat skala, dan agar terlihat kecenderungan pemilihan responden terhadap variabel. Skala Likert tujuh tingkatan akan memberi variasi jawaban yang terlalu beragam bagi responden. 4.5 Metode Analisis Data Frekuensi Distribusi Distribusi frekuensi adalah pengelompokan data ke dalam beberapa kelas dan kemudian dihitung banyaknya pengamatan yang masuk kedalam tiap kelas. Tabel distribusi frekuensi disusun bila jumlah data yang akan disajikan cukup banyak, sehingga kalau disajikan dalam tabel biasa tidak efisien dan kurang komunikatif. Selain itu, tabel ini dibuat untuk persiapan pengujian terhadap normalitas data yang menggunakan kertas peluang normal.

53 Distribusi Frekuensi Relatif Frekuensi relatif dari suatu kelas adalah proporsi item atau dalam kelas terhadap jumlah keseluruhan item dalam data tersebut. Rumus frekuensi relatif adalah : Frekuensi Relatif = Frekuensi kelas n Distribusi frekuensi relatif adalah ringkasan dalam bentuk tabel dari sekelompok data yang menunjukkan frekuensi relatif bagi setiap kelas Distribusi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase dari suatu kelas adalah frekuensi relatif kelas tersebut dikalikan dengan 100. Rumus frekuensi persentase adalah : Frekuensi Persentase = Frekuensi kelas x 100 n Distribusi frekuensi persentase adalah ringkasan dalam bentuk tabel dari sekelompok data yang menunjukkan frekuensi persentase bagi setiap orang Struktural Equation Modeling (SEM) Pengertian SEM (Structural Equation Modeling) Penelitian ini dianalisis dengan SEM (Structural Equation Modeling) yang didasarkan pada evaluasi atas adanya hubungan saling ketergantungan antar variabel. Bab III, pada Gambar 3.1 memaparkan model konseptual hubungan antara kualitas layanan terhadap kepuasan dan WOM sesuai landasan teori dan konsep penelitian sebelumnya. Karena dalam praktiknya, SEM dapat mengkonfirmasi model hipotesis melalui data empirik, maka sering disebut confirmatory technique sebagai lawan dari exploratory factor analysis. Tahapan

54 54 saat melakukan analisis juga dilakukan uji langsung atas validitas dan reliabilitas tiap konstruk atau indikator. Menurut Santoso (2011:5), SEM adalah teknik analisis multivariate yang merupakan kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi (korelasi), yang bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan antar variabel yang ada pada sebuah model, baik itu antar indikator dengan konstruknya ataupun hubungan antar konstruk. Secara umum, sebuah model SEM dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu : 1) measurement model dan 2) structural model. Kedua model tersebut secara berturut-turut dimaksudkan untuk mengkonfirmasi dimensi yang dikembangkan pada sebuah faktor dan untuk mengetahui struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Prosedur SEM dapat dilakukan dengan dua cara : a) melalui hubungan kausalitas yang dipresentasikan oleh serangkaian persamaan struktural (misalnya, regresi), dan b) hubungan struktural yang dibuat dalam bentuk model gambar agar diperoleh konseptualisasi yang lebih jelas atas persoalan yang diteliti. Penekanan khusus dalam penelitian ini ditujukan pada atribut atau indikator dari variabel kualitas layanan yang mempengaruhi tingkat WOM secara langsung ataupun melalui kepuasan pelanggan secara tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh konstruk eksogen terhadap konstruk endogen. Konstruk tersebut merupakan variabel laten (latent variable) yang dibentuk oleh beberapa indikator (observed variable). Oleh karena itu, untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan teknik analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan program AMOS Tahapan pemodelan dengan analisis persamaan struktural (SEM)

55 55 Structural Equation Modeling atau pemodelan persamaan struktural merupakan suatu alat statistik yang mampu menganalisis variabel laten, indikator, dan kesalahan pengukuran secara bersamaan. SEM termasuk dalam statistik multivariat depedensi yang memungkinkan dilakukannya analisis satu atau lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen. Penelitian ini menggunakan SEM (Structural Equation Model) yang didaasarkan pada evaluasi atas adanya hubungan saling ketergantungan. Ferdinand (2002:34) mengajukan tahapan pemodelan dan analisis persamaan struktrual menjadi tujuh langkah yaitu sebagai berikut. 1. Pengembangan model berdasar teori Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teori yang kuat. 2. Menyusun diagram jalur (path diagram) Langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama akan digambarkan pada diagram jalur. Diagram jalur tersebut akan mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas. Berdasarkan dari kajian teori dan kerangka teoritis yang ada, kemudian dibuat gambar diagram jalur hubungan kausalitas antar variabel (konstruk) beserta indikatornya yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

56 56 Gambar 4.1 Model Jalur Hubungan Variabel Kualitas Pelayanan, Kepuasan, dan WOM 2. Menyusun persamaan struktural Selanjutnya adalah mengubah diagram jalur ke dalam persamaan struktural dan model pengukuran. Pada langkah ketiga ini, model yang dinyatakan dalam diagram jalur dinyatakan dalam dua kategori dasar yaitu sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan merupakan industri yang memiliki karakteristik unik

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan merupakan industri yang memiliki karakteristik unik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan merupakan industri yang memiliki karakteristik unik dibandingkan industri lainnya. Selain industri perbankan diatur oleh regulasi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan Kualitas merupakan inti kelangsungan hidup sebuah lembaga. Gerakan revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan yang tidak boleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Kualitas Layanan Jasa Jasa bersifat intangible dan lebih merupakan proses yang dialami pelanggan secara subjektif,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS. sebelum dibeli atau dikonsumsi (intangible), oleh karena itu Perguruan Tinggi

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS. sebelum dibeli atau dikonsumsi (intangible), oleh karena itu Perguruan Tinggi BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir Pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi termasuk salah satu bentuk pelayanan jasa yang ditandai dengan sifatnya yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pemasaran Kegiatan pemasaran memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia usaha, yaitu berhasil atau tidaknya perusahaan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. atau jasa. Menurut Tjiptono (2006:27) secara teknis apabila seorang pemasar

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. atau jasa. Menurut Tjiptono (2006:27) secara teknis apabila seorang pemasar 17 BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1 Citra Merek ( Brand Image ) Merek menjadi tanda pengenal bagi penjual atau pembuat suatu produk atau jasa. Menurut Tjiptono (2006:27) secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Parasuraman et al. (1988) menyatakan bahwa kualitas pelayanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Parasuraman et al. (1988) menyatakan bahwa kualitas pelayanan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pepelayanan Parasuraman et al. (1988) menyatakan bahwa kualitas pelayanan didasarkan pada perbandingan antara apa yang seharusnya ditawarkan dan apa yang disediakan.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran. Menurut (Kotler, 2007), pemasaran adalah :

LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran. Menurut (Kotler, 2007), pemasaran adalah : 12 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran Menurut (Kotler, 2007), pemasaran adalah : Pemasaran adalah suatu proses sosial dengan nama individu dan kelompok mendapatkan apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mempunyai peran penting dalam era globalisasi saat ini. Pada era ini diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mempunyai peran penting dalam era globalisasi saat ini. Pada era ini diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi sebagai salah satu penyelenggara layanan pendididikan mempunyai peran penting dalam era globalisasi saat ini. Pada era ini diperlukan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan karena mengalami kecelakaan kerja, kematian, termasuk pemutusan

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan karena mengalami kecelakaan kerja, kematian, termasuk pemutusan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara universal, jaminan sosial telah diterima sebagai instrument untuk pencegahan dan pengentasan kemiskinan. Jaminan sosial dicantumkan dalam Deklarasi Universal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern ini kebutuhan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan keahlian dalam bidang tertentu merupakan hal sangat penting untuk dimiliki tiaptiap individu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pemasaran Pengertian pemasaran secara konseptual kerap mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Berikut disajikan definisi pemasaran awal versi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Konsumen Menurut Kotler (2002) kepuasan adalah: Perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. JASA 1. Pengertian Jasa Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Brech, pemasaran adalah proses menentukan permintaan konsumen atas sebuah produk atau jasa, memotivasi penjualan produk atau jasa tersebut dan mendistribusikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ageng Tirtayasa Banten terhadap Pelayanan SPP Online Bank BTN Cabang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ageng Tirtayasa Banten terhadap Pelayanan SPP Online Bank BTN Cabang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini dilakukan oleh: Nurmaya Sari (2009). Nurmaya Sari (2009) mengkaji Kepuasan Mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Jasa Keunggulan suatu jasa akan sangat ditentukan oleh kualitas, keunikan dan manfaat yang diberikan oleh jasa tersebut, apakah sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP WORD OF MOUTH (WOM) DIMEDIASI OLEH KEPUASAN KONSUMEN (Studi pada Salon Kecantikan De Mode Purworejo)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP WORD OF MOUTH (WOM) DIMEDIASI OLEH KEPUASAN KONSUMEN (Studi pada Salon Kecantikan De Mode Purworejo) PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP WORD OF MOUTH (WOM) DIMEDIASI OLEH KEPUASAN KONSUMEN (Studi pada Salon Kecantikan De Mode Purworejo) Dwi Giri Andayani email: dwigiriandayani@yahoo.co.id ABSTRAK Konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kepuasan Pelanggan Bagi bisnis, kepuasan pelanggan dipandang sebagai salah satu dimensi kinerja pasar. Penigkatan kepuasan pelanggan berpotensi mengarah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pemasaran dan Konsep Pemasaran Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang maksimal. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan bahan pangan selalu menjadi kebutuhan utama. Pengusaha dapat melihat ini sebagai prospek dalam berbisnis, sesuai dengan adanya permintaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi merupakan suatu badan usaha yang beranggotakan orang atau seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membawa dampak yang besar bagi perkembangan dunia bisnis. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya persaingan menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan). BAB II LANDASAN TEORI A. Jasa Jasa adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Kepuasan Pelanggan 2.1.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa pelanggan adalah seseorang yang beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA KOPSYAKARDOS UNISBA A. Kepuasan Pelanggan Peluang usaha di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memasarkan produk mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan komunikasi pemasaran. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intensitas persaingan berskala global menuntut pergeseran dalam dunia bisnis. Misi suatu perusahaan tidak lagi berupa laba, melainkan penciptaan dan penambahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kepuasan Konsumen Kotler (2004) mengatakan bahwa kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pelayanan menurut Kotler dan Keller (2007:42) merupakan setiap

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pelayanan menurut Kotler dan Keller (2007:42) merupakan setiap II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelayanan 2.1.1 Pengertian Pengertian pelayanan menurut Kotler dan Keller (2007:42) merupakan setiap tindakan atas kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK Septia Elsa Email: Septiaelsa@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Dimensi Kualitas Pelayanan Jasa a. Konsep Jasa Jasa merupakan sarana aktivitas yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Jasa (Pelayanan) Menurut Kotler (2008) Jasa atau pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kualitas. Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah Dengan Kepuasan Nasabah Sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kualitas. Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah Dengan Kepuasan Nasabah Sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah Dengan Kepuasan Nasabah Sebagai Variabel Mediasi Pada Bank Mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan industri terjadi begitu cepat dalam berbagai segi kehidupan, yang menyebabkan perkembangan pada setiap bidang usaha. Para pengusaha saat ini dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya keberhasilan sebuah bisnis kuliner dalam. tepat serta hubungan baik yang dijalani dengan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya keberhasilan sebuah bisnis kuliner dalam. tepat serta hubungan baik yang dijalani dengan konsumen. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bisnis makanan (kuliner) merupakan salah satu bisnis yang dewasa ini berkembang pesat dan memiliki potensi berkembang yang cukup besar. Sudah banyak pelaku

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna. Beberapa definisi yang kerap kali dijumpai antara lain : kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan, pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan peningkatan di dalam sektor jasa pelayanan perhotelan saat ini cukup pesat sehingga membawa perubahan pada pola hidup masyarakat dan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari hari dengan luas ruang penjualan ±

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari hari dengan luas ruang penjualan ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfamart merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari hari dengan luas ruang penjualan ± 200 m 2. Alfamart dikelola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi Indonesia. Seiring dengan perkembangan bisnis toko ritel,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi Indonesia. Seiring dengan perkembangan bisnis toko ritel, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan yang cukup pesat. Sektor ritel dan pusat perbelanjaan menunjukkan perkembangan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan sebuah investasi yang tak ternilai harganya. Pada saat ini begitu banyaknya berdiri rumah sakit-rumah sakit maupun tempat perawatan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelayanan 1. Pengertian Pelayanan Menurut Moenir (2010) pelayanan didefinisikan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Jasa Dunia usaha yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari dapat berkaitan dengan industri jasa dimana pada setiap tahunnya mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan konsumen merupakan hal penting bagi suatu perusahaan. Maka

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan konsumen merupakan hal penting bagi suatu perusahaan. Maka 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan konsumen Kepuasan konsumen merupakan hal penting bagi suatu perusahaan. Maka sering terlihat slogan-slogan Pelanggan adalah raja. Kata kepuasan (satisfaction) berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi karena budaya maka kebutuhan tersebut ikut berbeda. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tetapi karena budaya maka kebutuhan tersebut ikut berbeda. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya maka kebutuhan tersebut ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu belakang ini, menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Produk

BAB I PENDAHULUAN. waktu belakang ini, menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri jasa salon kecantikan di Indonesia dalam kurun waktu belakang ini, menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Produk Nasional Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi siswa/i SMU yang baru saja lulus, melanjutkan pendidikan ke

BAB I PENDAHULUAN. Bagi siswa/i SMU yang baru saja lulus, melanjutkan pendidikan ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bagi siswa/i SMU yang baru saja lulus, melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi bukanlah suatu hal yang mudah. Setelah melalui ujian akhir nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teliti. Terutama tentang suka atau tidaknya konsumen terhadap barang dan jasa. yang ditawarkan dan alasan yang mendasarinya.

BAB I PENDAHULUAN. teliti. Terutama tentang suka atau tidaknya konsumen terhadap barang dan jasa. yang ditawarkan dan alasan yang mendasarinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan, setiap perusahaan saling berpacu untuk memperluas pasar. Harapan dari adanya perluasan pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kazi Omar Siddiq dengan judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kazi Omar Siddiq dengan judul BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Kazi Omar Siddiq 2011 Acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kazi Omar Siddiq dengan judul Interrelations between Service Quality Attributes,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era perdagangan bebas (globalisasi), setiap perusahaan harus mampu mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di dalam dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini dipaparkan untuk menjadi sebuah refrensi dan perbandingan untuk penelitian ini, dimana penjelasannya adalah sebagai berikut: Tabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pentingnya kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan yang berusaha meletakkan pemasaran sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jasa Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa (service) itu sendiri mempunyai banyak arti, dari pelayanan pribadi (personal service) sampai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi dan Karakteristik Jasa Jasa mempunyai banyak arti, mulai pelayanan personal (personal service) sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan 14 II. LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Saat ini pemasaran harus dipahami tidak dalam pengertian kuno sebagai pembuat penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen 2.2 Kepuasan Konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen 2.2 Kepuasan Konsumen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpusat pada produk, namun berkembang kepada penciptaan nilai bagi

BAB I PENDAHULUAN. berpusat pada produk, namun berkembang kepada penciptaan nilai bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi sosial ekonomi Indonesia yang terus meningkat dewasa ini menumbuhkan tantangan baru dalam dunia bisnis. Konsep bisnis tidak hanya berpusat pada produk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Menurut Kotler yang dikutip oleh Kurniasari (2013:17) Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pelanggan. membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pelanggan. membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pelanggan 1. Pengertian Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ALFABANK DI SURAKARTA

ANALISA PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ALFABANK DI SURAKARTA ANALISA PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ALFABANK DI SURAKARTA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia usaha di Indonesia telah memasuki persaingan yang sangat ketat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia usaha di Indonesia telah memasuki persaingan yang sangat ketat. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha di Indonesia telah memasuki persaingan yang sangat ketat. Persaingan ini muncul seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan peningkatan taraf hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kualitas layanan (Stemvelt 2004) menyatakan bahwa konsep kualitas layanan adalah suatu persepsi tentang revolusi kualitas secara menyeluruh yang terpikirkan dan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Kualitas Jasa

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Kualitas Jasa 12 BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Kualitas Jasa 2.1.1. Pengertian Kualitas Jasa Jasa berbeda dengan barang, bila barang merupakan suatu obyek, alat atau benda, maka jasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan bahkan dapat mencapai target omset yang terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan bahkan dapat mencapai target omset yang terus meningkat. BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Perkembangan bisnis di sektor jasa saat ini terus berkembang pesat. Seiring dengan perkembangan globalisasi, perusahaan jasa terus melakukan peningkatan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mendapatkan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mendapatkan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas jasa Untuk mendapatkan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang dijadikan tolak ukur dalam pelayanan yang baik maka perlu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh (Zeithaml, 1988:

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan - 1. Bab I. Pendahuluan. Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak

Bab I Pendahuluan - 1. Bab I. Pendahuluan. Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak Bab I Pendahuluan - 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang penelitian Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak mendapat perhatian oleh banyak pihak, yang ditandai dengan adanya kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang diterima (perceived service) dengan tingkat layanan yang diharapkan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY

USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY Dwi Novirani 1), Hendang Setyo R 2), Ali Muchtar 3) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Layanan 2.1.1. Pengertian Kualitas Layanan Pengertian kualitas layanan atau kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup industri jasa lembaga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup industri jasa lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menentukan keberhasilan usaha yang bergerak pada industri jasa lembaga pendidikan, pada umumnya sepakat bahwa konsumen (calon mahasiswa) memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang word of mouth

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang word of mouth BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam era pasar bebas saat ini, persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan agar dapat lebih melakukan inovasi dalam melakukan usahanya. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Dewasa ini konsep kualitas telah menjadi faktor yang sangat dominan terhadap keberhasilan suatu organisasi. Kualitas menjadi

Lebih terperinci

perusahaan-perusahaan jasa. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan jasa. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada kondisi persaingan bisnis yang semakin meningkat intensitasnya, kunci keberhasilan suatu perusahaan untuk tetap hidup dan berkembang sangat tergantung pada

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang

BAB II KERANGKA TEORI. kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kepuasan Pelanggan Garpesz (dalam Laksana, 2008:96), mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu keadaan di mana kebutuhan, keinginan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Komunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Jasa Kotler mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan masyarakat akan kualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jasa Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak dan pada dasarnya tidak terwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Proses produksinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perusahaan apapun bentuk produk yang dihasilkan. Tjiptono (2008:85)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perusahaan apapun bentuk produk yang dihasilkan. Tjiptono (2008:85) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Layanan ( Service Quality ) Kualitas layanan merupakan yang sangat penting bagi setiap perusahaan apapun bentuk produk yang dihasilkan. Tjiptono (2008:85) menyatakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Responden pada penelitian ini mayoritas berjenis kelamin wanita, yaitu wanita sebesar 58% dan pria sebesar 42%, hal ini dikarenakan pada saat penyebaran kuesioner

Lebih terperinci

PENGARUH SERVICE QUALITY TERHADAP KEPUASAN DAN WORD OF MOUTH DI PERGURUAN TINGGI SWASTA

PENGARUH SERVICE QUALITY TERHADAP KEPUASAN DAN WORD OF MOUTH DI PERGURUAN TINGGI SWASTA PENGARUH SERVICE QUALITY TERHADAP KEPUASAN DAN WORD OF MOUTH DI PERGURUAN TINGGI SWASTA Sisca Aulia 1) Sasa Djuarsa Sendjaja 2) 1) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia Email: siscaa@fikom.untar.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang berkaitan dengan mutu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang berkaitan dengan mutu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang berkaitan dengan mutu dan berorientasi kepada kepuasan pasien, dikenal dengan pelayanan prima. Pelayanan prima adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang didukung kemampuan dan mental yang sehat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang didukung kemampuan dan mental yang sehat, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas yang didukung kemampuan dan mental yang sehat, sehingga mampu berkompetisi paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Dalam menjalankan suatu bisnis, pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Jasa Pemasaran jasa merupakan disiplin ilmu yang masih relatif baru. Industri jasa pada saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat besar dan tumbuh sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan globalisasi yang melanda dunia saat ini, dunia bisnis tidak lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan globalisasi yang melanda dunia saat ini, dunia bisnis tidak lagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan globalisasi yang melanda dunia saat ini, dunia bisnis tidak lagi mengenal batas-batas antara negara. Hal ini mengakibatkan sektor jasa mengalami perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dimana dapat dijadikan andalan utama untuk berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dimana dapat dijadikan andalan utama untuk berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, dimana dapat dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian mutu Mutu merupakan keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan bisnis yang sangat kompetitif dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan bisnis yang sangat kompetitif dewasa ini menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan bisnis yang sangat kompetitif dewasa ini menuntut setiap perusahaan jasa seperti perbankan mulai menyadari betapa sentralnya peran pelanggan/nasabah

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI Oleh PRATIWI K 100060070 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

BAB II URAIAN TEORITIS. Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan 15 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa terhadap Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan oleh Elmasnun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan pesat industri seluler meningkatkan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan pesat industri seluler meningkatkan persaingan bisnis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan di industri seluler saat sekarang ini sedang berkembang pesat. Perkembangan pesat industri seluler meningkatkan persaingan bisnis yang semakin

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BRITAMA PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA

PENGARUH PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BRITAMA PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA PENGARUH PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BRITAMA PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk CABANG SEMARANG PANDANARAN Sigit Sujarwo D2D 604 237 Pendahuluan Dewasa ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperoleh laba yang besar dan terus meningkat dalam usahanya. Salah satu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mencapai

Lebih terperinci