DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum - APBD (KUA)... 01

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum - APBD (KUA)... 01"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... NOTA PENGANTAR PEMERINTAH KABUPATEN NOMOR B.910/194/5.02/2014 TANGGAL 15 SEPTEMBER 2014 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TAHUN ANGGARAN v iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum - APBD (KUA) Tujuan Penyusunan KUA Dasar Hukum Penyusunan KUA Sistematika Kebijakan KUA Tahun BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Kontribusi Sektor Perekonomian Terhadap PDRB Kabupaten Pesisir Barat Perkembangan Harga (Inflasi) Rancangan Target Ekonomi Makro Pada Tahun Perencanaan.. 35 ii

2 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH(RAPBD). 39 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH PendapatanDaerah Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Target Pendapatan Daerah Upaya-upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target Belanja Daerah Kebijakan Terkait Perencanaan Belanja Daerah Kebijakan Belanja Tidak Langsung Pembiayaan Daerah Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan BAB V PENUTUP iii

3 DAFTAR TABEL Tabel II.1 Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah dan Padi Ladang Per Kecamatan.. 22 Tabel II.2 Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Kabupaten Pesisir Barat Per Kecamatan.. 23 Tabel II.3 Produksi Daging Hewan Ternak Per Kecamatan.. 24 Tabel II.4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pesisir Barat Tahun (persen).. 28 Tabel II.5 Kontribusi Per Sektor PDRB ADHB Kabupaten Pesisir Barat Tahun Dan Prediksi 2014 (persen).. 29 Tabel II.6 Kontribusi Per Sektor PDRB ADHK Kabupaten Pesisir Barat Tahun dan Prediksi 2014 (persen).. 31 Tabel II.7 Rata-rata PDRB Perpakita Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2012 dan Tabel II.8 Tingkat Inflasi Kabupaten Pesisir Barat Tahun Tabel IV.1 Pendapatan dan Penerimaan Pembiayaan Daerah tahun iv

4 NOTA PENGANTAR PEMERINTAH KABUPATEN NOMOR : B.910/194/5.02/2014 TANGGAL : 15 September 2014 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TAHUN ANGGARAN 2015 Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Jabatan Alamat Kantor : KHERLANI : Penjabat Bupati Pesisir Barat : Kantor Bupati Kabupaten Pesisir Barat, Jl. Kesuma II Nomor 7, Kec. Pesisir Tengah, Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung Bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat, dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperlukan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang dijadikan dasar penyusunan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS). KUA APBD meliputi asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja v

5 Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran 2015, Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah yang menjadi dasar penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD Tahun Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2015 disusun dalam lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota Pengantar KUA ini. Demikianlah Nota Pengantar KUA ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Krui, 15 September 2014 PENJABAT BUPATI, KHERLANI vi

6 DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... NOTA PENGANTAR PEMERINTAH KABUPATEN NOMOR B.910/195/5.02/2014 TANGGAL 15 SEPTEMBER 2014 TENTANG PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) KABUPATEN TAHUN ANGGARAN v iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Tahun Anggaran Tujuan Penyusunan PPAS Dasar Hukum Penyusunan PPAS BAB II RENCANA PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH TAHUN BAB III PRIORITAS BELANJA DAERAH BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Program/Kegiatan ii

7 4.3 Plafon Anggaran Sementara Untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga BAB V RENCANA PEMBIAYAAN DAERAH BAB VI PENUTUP. 82 iii

8 DAFTAR TABEL Tabel II.1 Target Pendapatan dan Penerimaan Pembiayaan Daerah Tahun Tabel III.1 Prioritas Pembangunan Kabupaten Pesisir Barat Per SKPD Tahun Anggaran Tabel IV.1 Nomenklatur SKPD Kabupaten Pesisir Barat Tahun Tabel IV.2 Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Urusan Pemerintahan Daerah. 50 Tabel IV.3 Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Program dan Kegiatan Tahun Anggaran Tabel IV.4 Plafon Anggaran Sementara Untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga Tahun Anggaran Tabel V.1 Rincian Plafon Anggaran Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran iv

9 NOTA PENGANTAR PEMERINTAH KABUPATEN NOMOR : B.910/195/5.02/2014 TANGGAL : September 2014 TENTANG PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) KABUPATEN TAHUN ANGGARAN 2015 Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Jabatan Alamat Kantor : KHERLANI : Penjabat Bupati Pesisir Barat : Kantor Bupati Kabupaten Pesisir Barat, Jl. Kesuma II Nomor 7, Kec. Pesisir Tengah, Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung Bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat, dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperlukan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang dijadikan dasar penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran v

10 Berdasarkan hal tersebut di atas, Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang meliputi rencana pendapatan dan penerimaan serta pembiayaan daerah tahun anggaran 2015, prioritas belanja daerah, plafon anggaran sementara per Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), plafon anggaran sementara program dan kegiatan, plafon anggaran sementara belanja dan rencana pengeluaran pembiayaan daerah tahun anggaran Secara lengkap Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2015 disusun dalam lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota Pengantar ini. Demikianlah Nota Pengantar PPAS ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Pesisir Barat Tahun Krui, 15 September 2014 PENJABAT BUPATI, KHERLANI vi

11 LAMPIRAN : NOTA PENGANTAR PEMERINTAH KABUPATEN NOMOR : B.910/194/5.02/2014 TANGGAL : 15 September 2014 TENTANG : KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa pemerintah daerah melaksanakan bidang kewenangan urusan wajib dan urusan pilihan. Secara lebih spesifik pembagian urusan dimaksud, diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan urusan tersebut diimplementasikan dalam bentuk program dan kegiatan, dimana penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah di daerah Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

12 didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara. Berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana beberapa kali telah diubah, terakhir Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah, komponennya meliputi: (a) asas umum pengelolaan keuangan daerah; (b) pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah; (c) struktur APBD; (d) penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD; (e) penyusunan dan penetapan APBD; (f) pelaksanaan dan perubahan APBD; (g) penatausahaan keuangan daerah; (h) pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; (i) pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD; (j) pengelolaan kas umum daerah; (k) pengelolaan piutang daerah; (l) pengelolaan investasi daerah; (m) pengelolaan barang milik daerah; (n) pengelolaan dana cadangan; (o) pengelolaan utang daerah; (p) pembinaan dan penggawasan pengelolaan keuangan daerah; (q) penyelesaian kerugian daerah; (r) pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; dan (s) pengaturan pengelolaan keuangan daerah. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

13 Sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2015, sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah sebelum terbentuknya DPRD, rancangan APBD kabupaten Pesisir Barat dibahas oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama SKPD terkait untuk selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Bupati Pesisir Barat. Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah dengan pemerintah provinsi dan pusat, antara lain diwujudkan dalam penyusunan KUA (Kebijakan Umum APBD) dan PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) yang disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD sebagai dasar dalam penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran KUA dan PPAS Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015 berpedoman pada RKPD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2015 yang telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2015 dan RKPD Provinsi Lampung Tahun Hasil sinkronisasi kebijakan tersebut disampaikan kepada Gubernur Provinsi Lampung bersamaan dengan penyampaian Rancangan Peraturan Bupati Pesisir Barat Tentang APBD Tahun Anggaran 2015 serta dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam rangka evaluasi Peraturan Bupati Pesisir Barat tentang APBD Tahun Anggaran Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

14 Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu memperhatikan kebijakan pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Lampung terkait tema dan prioritas pembangunannya pada tahun Adapun tema dan prioritas masing-masing adalah sebagai berikut: Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 menetapkan tema pembangunan nasional adalah Melanjutkan Reformasi bagi Percepatan Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan, dengan sasaran yang harus dicapai pada Tahun 2015, adalah: 1. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5-6,3 persen; 2. Inflasi diharapkan dapat terkendali pada kisaran 4,5 + 1 persen. Berdasarkan tema dan sasaran tersebut di atas, dalam RKP Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015 terdapat 9 (sembilan) bidang pembangunan sesuai Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional , dengan isu-isu strategis pada masing-masing bidang sebagai berikut: 1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama a. Pengendalian Jumlah Penduduk; b. Reformasi Pembangunan Kesehatan: 1) Sistem Jaminan Sosial Nasional (demand and supply); 2) Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

15 c. Reformasi Pembangunan Pendidikan; dan d. Sinergi Percepatan. 2. Bidang Ekonomi a. Transformasi Sektor Industri Dalam Arti Luas; b. Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja; c. Peningkatan Daya Saing UMKM dan Koperasi; d. Peningkatan Efisiensi Sistem Logistik dan Distribusi; dan e. Reformasi Keuangan Negara. 3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi a. Peningkatan Kapasitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 4. Bidang Sarana dan Prasarana a. Peningkatan Ketahanan Air; b. Penguatan Konektivitas Nasional: 1) Keseimbangan Pembangunan Antar Wilayah; 2) Pendorong Pertumbuhan Ekonomi; dan 3) Pembangunan Transportasi Massal Perkotaan. c. Peningkatan Ketersediaan Infrastruktur Pelayanan Dasar: 1) Peningkatan Rasio Elektrifikasi Nasional; 2) Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi; dan 3) Penataan Perumahan/Permukiman. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

16 5. Bidang Politik a. Konsolidasi Demokrasi. 6. Bidang Pertahanan dan Keamanan a. Percepatan Pembangunan MEF dan Almatsus POLRI dengan Pemberdayaan Industri Pertahanan; dan b. Peningkatan Ketertiban dan Keamanan Dalam Negeri. 7. Bidang Hukum dan Aparatur a. Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Publik; b. Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. 8. Bidang Wilayah dan Tata Ruang a. Pembangunan Daerah Tertinggal dan Perbatasan; b. Pengelolaan Risiko Bencana; dan c. Sinergi Pembangunan Perdesaan. 9. Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan a. Perkuatan Ketahanan Pangan; b. Peningkatan Ketahanan Energi; Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

17 c. Percepatan Pembangunan Kelautan; d. Peningkatan Keekonomian Keanekaragaman Hayati dan Kualitas Lingkungan Hidup Berdasarkan pada pentahapan dalam RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015, maka tema pembangunan Lampung Tahun 2015 yaitu Pemantapan Perekonomian Daerah Sebagai Landasan Pembangunan Berkelanjutan, dengan prioritas pembangunan daerah Provinsi Lampung sebagai berikut: 1. Memperkuat daya dukung infrastruktur dan konektivitas wilayah; 2. Revalitas pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan; 3. Memperluas kesempatan kerja dan akses pelayanan pendidikan serta kesehatan; 4. Penguatan inovasi teknologi, pemantapan IPTEK, industri dan perdagangan serta energi; 5. Peningkatan pariwisata dan kebudayaan daerah melalui sinergi antar pemangku kegiatan; 6. Pemantapan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan dan penanggulangan bencana; dan 7. Reformasi birokrasi melalui peningkatan kerjasama dan tata kelola pemerintahan yang baik. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

18 Berikutnya sebagai kelanjutan dari tema dan prioritas pembangunan Provinsi Lampung 2015, pembangunan diprioritaskan pada percepatan implementasi program-program unggulan daerah, seperti: 1. Pengembangan infrastruktur perhubungan dan penanganan jalan akan diprioritaskan untuk mendukung pengembangan kawasan ekonomi dan kawasan strategis cepat tumbuh, pengendalian laju kerusakan jalan akibat dan peningkatan kinerja pengelolaan sumber daya air; 2. Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan melalui peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, pemberian beasiswa biaya hidup (living cost) bagi mahasiswa tidak mampu dan beasiswa program s2/s3 untuk para dosen dan tenaga kesehatan, pemantapan penerapan kurikulum 2013, pemerataan tenaga pendidik khususnya untuk daerah terpencil serta pemberian insentif bagi tenaga pendidik dan guru honor di daerah terpencil. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut anggaran belanja pendidikan dialokasikan sama dengan Tahun 2014 atau tidak mengalami penurunan; 3. Peningkatan kualitas, optimalisasi manajemen dan perluasan cakupan pelayanan kesehatan khususnya untuk masyarakat miskin serta pengembangan dan peningkatan sumber daya kesehatan; Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

19 4. Revitalisasi kawasan kumuh, daerah tertinggal dan perumahan rakyat serta pembangunan sarana air bersih/air minum dan prasarana dasar pemukiman; 5. Percepatan pembangunan pertanian dalam rangka peningkatan produksi, kesejahteraan petani dan daya saing daerah, dukungan terhadap akses permodalan lingkup pertanian dan pengembangan sistem distribusi daerah serta peningkatan SDM pertanian dan kelembagaannya; 6. Peningkatan peran perencanaan dalam pembangunan daerah melalui perkuatan jaring inovasi dengan perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga non pemerintah dan masyarakat serta peningkatan sinergitas dengan pemerintah pusat, kabupaten/kota, antar provinsi, antar forum dan antar pemangku kepentingan pembangunan; 7. Pengawasan dan pemantauan terhadap upaya perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup; 8. Perlindungan perempuan dan anak serta kesetaraan gender melalui peningkatan ekonomi produktif perempuan; 9. Pengembangan energi baru terbarukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan energi di daerah serta peningkatan rasio elektrifikasi daerah; Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

20 10. Pengembangan destinasi pariwisata dan kawasan wisata unggulan dengan dukungan infrastruktur dan sektor terkait secara terpadu serta pemberdayaan masyarakat sadar wisata; dan 11. Pengembangan potensi kelautan, perikanan budidaya dan perikanan tangkap serta pengembangan produk komoditi unggulan yang berbasis ekonomi lokal. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional perlu diselaraskan dan dilaksanakan secara terpadu dengan pembangunan sektor-sektor nasional. Prioritas pembangunan Provinsi Lampung yang disusun sesuai dengan karakteristik,potensi, aspirasi dan permasalahan yang ada ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Berbagai upaya terus-menerus dilakukan secara berkesinambungan dan bersinergi, termasuk melakukan terobosan-terobosan baru melalui programprogram unggulan daerah. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2015 menetapkan tema pembangunan daerah adalah Meningkatkan kualitas pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan berbasis kompetensi untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang berkeadilan, inovatif, berbudaya, transparan dan akuntabel, dengan prioritas pembangunan daerah sebagai berikut: Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

21 1. Melanjutkan penyelenggaraan birokrasi dan tata kelola kepemerintahan (governance) untuk menciptakan pelayanan publik yang berkeadilan; 2. Pembangunan ketahanan pangan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan serta penanganan bencana dan kerawanan pangan; 3. Penguatan perekonomian daerah melalui pemberdayaan masyarakat pedesaan, pengelolaan sumberdaya pertanian, perikanan, dan kehutanan serta pengelolaan sumberdaya air dan energi; 4. Perluasan aksesibilitas dan kualitas pendidikan bagi semua kelompok masyarakat tanpa diskriminasi; 5. Pemantapan pelayanan kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat yang berkeadilan, berkualitas dan terjangkau; 6. Pembangunan, pemeliharaan dan perluasan sarana prasarana wilayah dan pengembangan kawasan perkotaan yang ramah lingkungan dan berkarakter budaya Lampung; dan 7. Menjaga dan memelihara kondusifitas daerah untuk memantapkan tata kelola pemerintahan yang menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

22 Adapun garis besar kebijakan umum penyusunan KUA PPAS kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut: 1. APBD merupakan kerangka kebijakan publik yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat yang tercermin dalam rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan. Program/Kegiatan direncanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga anggaran merupakan hasil sinergi Musrenbang Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2014, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pesisir Barat tahun 2015, arah kebijakan Bupati Pesisir Barat serta prioritas pembangunan Pemerintah Pusat dan Provinsi Lampung; 2. Capaian target pembangunan daerah Tahun 2015 diselaraskan dengan RKPD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2015; 3. Belanja hibah dan bantuan sosial disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial; 4. APBD Tahun Anggaran 2015 disusun dengan pendekatan kinerja yang berpedoman pada prinsip efektif, efisien, Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

23 ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat; 5. Arah kebijakan keuangan daerah difokuskan untuk mengatasi masalah masalah mendasar yang menjadi prioritas pembangunan tahun 2015, yaitu: (1) Melanjutkan Penyelenggaraan birokrasi dan tata kelola kepemerintahan (governance) untuk menciptakan pelayanan publik yang berkeadilan; (2) Pembangunan ketahanan pangan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan serta penanganan bencana dan kerawanan pangan; (3) Penguatan perekonomian daerah melalui pemberdayaan masyarakat pedesaan, Pengelolaan sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan serta pengelolaan sumberdaya air dan energi; (4) Perluasan aksesibilitas dan kualitas pendidikan bagi semua kelompok masyarakat tanpa diskriminasi; (5) Pemantapan pelayanan kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat yang berkeadilan, berkualitas dan terjangkau; (6) Pembangunan, pemeliharaan dan perluasan sarana prasarana wilayah dan pengembangan kawasan perkotaan yang ramah lingkungan dan berkarakter budaya Lampung; dan (7) Menjaga dan memelihara kondusifitas daerah untuk memantapkan tata kelola pemerintahan yang menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

24 1.2 Tujuan Penyusunan KUA Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015, bertujuan untuk: 1. Melakukan optimalisasi pendapatan dan belanja daerah terhadap APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015; 2. Meningkatkan mutu pelayanan kepada para pengguna jasa layanan pemerintah secara lebih optimal; 3. Mewujudkan sinergitas program nasional, provinsi dan daerah dalam upaya peningkatan kinerja pemerintah yang berkeadilan dalam pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di daerah; dan 4. Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah. 1.3 Dasar Hukum Penyusunan KUA Berikut adalah dasar hukum dari peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai dasar dalam penyusunan KUA Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015, sebagai berikut: 1. Undang undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

25 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Undang undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

26 Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 8. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 9. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2012 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru Kabupaten Pesisir Barat di Provinsi Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 231, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5364); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

27 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Rebuplik Indonesia Nomor 4664); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Tata Kerja Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen serta Tunjangan Kehormatan Professor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 85 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5016); 18. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundangundangan; Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

28 19. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan bagi Guru PNS; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015; 24. Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan secara Mutatis Mutandis Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat di Kabupaten Pesisir Barat; 25. Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 01 Tahun Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

29 2013 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat; dan 26. Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Pesisir Barat Tahun Sistematika Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2015 Kebijakan Umum Anggaran Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015, tujuan penyusunan KUA, dasar hukum penyusunan KUA dan sistematika penulisan. BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Bab ini berisi tentang perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya (2014) dan rencana target ekonomi makro pada tahun perencanaan (2015). Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

30 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Bab ini berisi asumsi dasar yang digunakan dalam APBN, laju inflasi, pertumbuhan PDRB dan asumsi-asumsi lainnya. BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH Bab ini memuat tentang kebijakan perencanaan pendapatan daerah, target dan upaya-upaya dalam mencapai target pendapatan daerah tersebut, kebijakan belanja dan kebijakan pembiayaan. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang harapan dari pembuatan KUA Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran 2015 agar dapat menjadi pedoman penyusunan APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun Anggaran Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

31 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Salah satu indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan perkembangan ekonomi suatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan produktifitas dan pendapatan masyarakat daerah tersbut akan meningkat melalui penciptaan kesempatan kerja, investasi dan peluang berusaha. Struktur perekonomian yang dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Barat masih mengacu pada kabupaten induk yaitu Kabupaten Lampung Barat yang didominasi oleh sektor pertanian sebagai penopang utama perekonomian. Sektor pertanian didukung oleh 5 sub sektor. Sub sektor perkebunan dan tanaman bahan makanan (tabama) mampu membentuk 45,34 persen dari nilai PDRB Kabupaten Pesisir Barat Tahun Besarnya sumbangan sub sektor tersebut dapat dilihat dari luas panen dan produksi padi untuk Kabupaten Pesisir Barat. Perhatikan (Tabel II.1) dan produksi tanaman perkebunan rakyat (Tabel II.2) di bawah ini: Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

32 Tabel II.1 Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah dan Padi Ladang per Kecamatan Padi Sawah Padi Ladang NO Kecamatan Luas Produksi Luas Produksi (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01 Pesisir Selatan 02 Bengkunat Bengkunat Belimbing 04 Ngambur Pesisir Tengah 06 Karya Penggawa 07 Way Krui Krui Selatan Pesisir Utara Lemong Pulau Pisang Jumlah Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Barat, 2012 Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

33 Tabel II.2 Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Kabupaten Pesisir Barat per Kecamatan Luas (Ha) NO Kecamatan Kelapa Kopi Lada Kelapa Dalam Robusta **) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01 Pesisir Selatan 2.166, ,4 710,0 32,8 02 Bengkunat 488, ,1 810,0 346,3 03 Bengkunat Belimbing 649, ,1 935,0 391,9 04 Ngambur 937, ,9 735,8 263,9 05 Pesisir Tengah 299,9-22,0 4,1 06 Karya Penggawa 502,3-465,5 33,3 07 Way Krui 252,0-27,0 7,2 08 Krui Selatan 115,5-44,0 8,5 09 Pesisir Utara 939, ,0 45,2 10 Lemong 748, ,0 740,4 11 Pulau Pisang * * * * Jumlah 7.100, , , ,6 *sumber: PDRB Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013 (diolah) Berikutnya (Tabel II.3) menyajikan populasi dan produksi daging hewan ternak di Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2014 di bawah ini: Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

34 TABEL II.3 PRODUKSI DAGING HEWAN TERNAK PER KECAMATAN NO Kecamatan Ternak Besar Ternak Kecil Sapi Kerbau Kambing Domba (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01 Pesisir Selatan Bengkunat Bengkunat Belimbing Ngambur Pesisir Tengah Karya Penggawa Way Krui Krui Selatan Pesisir Utara Lemong Pulau Pisang * * * * Jumlah Jumlah 2011 ** ** ** ** Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat * data masih bergabung dengan kecamatan induk ** data masih bergabung dengan kabupaten induk Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

35 Pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan III 2014 diperkirakan sedikit mengalami perlambatan dari 5,7% (yoy) pada triwulan II 2014, dan berada dalam kisaran 5,3 5,8% (yoy) pada triwulan III Pada sisi perkembangan harga, tekanan inflasi Provinsi Lampung pada triwulan III 2014 berada pada kisaran inflasi sekitar 3,90% - 4,40% (yoy). Sesuai dengan polanya, inflasi menjelang perayaan hari besar keagamaan nasional cenderung meningkat. Namun demikian secara tahunan tren penurunan masih terjadi dikarenakan base year effect yang sangat tinggi akibat kenaikan BBM pada tahun Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung melambat signifikan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya dari 6,4% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi 5,3% (yoy) pada triwulan I Pertumbuhan periode laporan lebih rendah dibanding rata-rata lima tahun terakhir 5,9% (yoy). Secara triwulanan, PDRB Provinsi Lampung tumbuh 7,6% (qtq) atau di bawah rata-rata pertumbuhan triwulan I selama lima tahun terakhir (9,9% qtq). Dengan perkembangan tersebut, maka perekonomian Lampung pada periode ini mencatatkan output riil sebesar Rp11,89 triliun. Walaupun mengalami perlambatan, pertumbuhan Provinsi Lampung triwulan I 2014 masih lebih tinggi daripada nasional yang sebesar 5,2% (yoy). Dari sisi permintaan, penyebab perlambatan ekonomi pada periode laporan berasal dari penurunan kinerja investasi dan perlambatan ekspor. Sementara itu, dari sisi penawaran, perlambatan kinerja sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air menahan laju pertumbuhan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

36 ekonomi Lampung pada periode laporan, meskipun sektor lainnya mengalami peningkatan. Struktur perekonomian Lampung pada triwulan I 2014 masih didominasi oleh 3 sektor utama yaitu pertanian (36,9%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) (16,1%) dan industri pengolahan (14,7%). Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pangsa sektor pertanian dan sektor PHR mengalami peningkatan cukup signifikan (5,1% dan 0,2%). Sementara sektor industri pengolahan mengalami penurunan pangsa dalam total perekonomian (-2,4%). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung meningkat dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya dari 5,3% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 5,7% (yoy) pada triwulan II Pertumbuhan Prov. Lampung triwulan II 2014 masih lebih tinggi daripada nasional yang sebesar 5,1% (yoy). Secara triwulanan, PDRB Provinsi Lampung tumbuh 4,7% (qtq) atau di atas rata-rata pertumbuhan triwulan II selama lima tahun terakhir (4,1% qtq). Dengan perkembangan tersebut, maka perekonomian Lampung pada periode ini mencatatkan output riil sebesar Rp 12,44 triliun atau mencapai 2,3% dari perekonomian nasional. Dari sisi permintaan, pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi pada periode laporan berasal dari masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan peningkatan konsumsi nirlaba. Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) menjadi penggerak terbesar laju pertumbuhan ekonomi Lampung pada periode Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

37 laporan, meskipun sektor lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan I Struktur perekonomian Lampung pada triwulan II 2014 masih didominasi oleh 3 sektor utama yaitu sektor pertanian (36,7%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) (15,5%) dan industri pengolahan (13,3%). Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pangsa sektor industri pengolahan dan sektor PHR mengalami peningkatan (1,0% dan 0,1%). Sementara sektor pertanian mengalami penurunan pangsa dalam total perekonomian (-1,4%). Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat memprediksi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 12,19% sampai dengan 15%. Ada beberapa sektor yang diharapkan mampu naik pertumbuhan ekonominya, yaitu: sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Dari beberapa sektor di atas akan dapat digunakan untuk mengukur kemajuan ekonomi di Kabupaten Pesisir Barat sebagai hasil dari pembangunan di bidang ekonomi, sebagai dasar proyeksi awal atau perkiraan penerimaan wilayah untuk perencanaan pembangunan baik sektoral maupun regional. Berikut ini adalah table laju pertumbuhan ekonomi Atas Dasar Harga Konstan, sebagai berikut Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

38 Tabel Ii.4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pesisir Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun ( Persen ) LAPANGAN USAHA * 1. PERTANIAN 8,67 3,00 5,83 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,12 6,09 5,11 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 3,01 7,79 5,40 5,13 14,05 9,59 4,43 6,82 5,63 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 5,92 4,62 5,27 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12,60 6,81 9,71 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 4,92 8,31 6,61 9. JASA-JASA 12,09 7,24 9,67 Sumber : BPS Kabupaten Lampung Barat, Tahun 2014 * Angka Prediksi Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

39 2.2 Kontribusi Sektor Perekonomian Terhadap PDRB Kabupaten Pesisir Barat Seiring laju pertumbuhan ekonomi sebagaimana analisa di atas, kesembilan sektor mengalami perubahan peran dalam pembentukan PDRB baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Berikut tabel kontribusi sektor perekonomian terhadap PDRB berdasarkan ADHB dan ADHK. Tabel li.5 Kontribusi Per Sektor PDRB ADHB Kabupaten Pesisir Barat Tahun dan Prediksi 2014 (Persen) LAPANGAN * USAHA PRIMER 57,10 58,06 57,24 57,24 1. PERTANIAN 54,39 55,49 54,66 54,66 2. PERTAMBA -NGAN & PENGGALIAN 2,71 2,57 2,58 2,58 LAPANGAN USAHA * SEKUNDER 6,28 5,91 5,97 5,97 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2,94 2,78 2,88 2,88 0,41 0,39 0,42 0,42 Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

40 5. KONSTRUKSI DAN BANGUNAN 2,92 2,73 2,67 2,67 TERSIER 36,62 36,03 36,79 36,79 1. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 13,77 13,13 13,58 13,58 2. PENGANGKU- TAN & KOMUNIKASI 4,38 4,44 4,57 4,57 3. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSA- HAAN 3,12 2,99 3,15 3,15 4. JASA-JASA 15,34 15,47 15,49 15,49 TOTAL PDRB (Ratus Rp) , , , ,36 Sumber : Analisa PDRB ADHB Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013, diolah *Angka Prediksi Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

41 Tabel II.6 Kontribusi Per Sektor PDRB ADHK Kabupaten Pesisir Barat Tahun dan Prediksi 2014 (Persen) LAPANGAN USAHA * PRIMER 58,60 58,97 58,30 58,20 1. PERTANIAN 55,59 56,06 55,34 55,26 2. PERTAMBANGAN 3,01 2,91 2,96 2,94 & PENGGALIAN SEKUNDER 8,47 8,16 8,42 8,13 3. INDUSTRI 3,60 3,44 3,55 3,41 PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & 0,50 0,49 0,54 0,55 AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 4,37 4,23 4,34 4,17 DAN BANGUNAN TERSIER 32,93 32,87 33,28 33,41 1. PERDAGANGAN, 20,70 20,34 20,40 20,30 HOTEL & RESTORAN 2. PENGANGKUTAN 4,24 4,44 4,54 4,65 & KOMUNIKASI 3. KEUANGAN, 3,37 3,28 3,41 3,42 PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 4. JASA-JASA 4,62 4,81 4,94 5, , , , ,80 TOTAL PDRB (Ratusan Rp) Sumber : Analisa PDRB ADHK Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013, diolah *Angka Prediksi Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

42 Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi, bahwa PDRB perkapita Kabupaten Pesisir Barat juga akan bergerak sesuai perkembangan yang ada. Pada tahun 2012 PDRB perkapita riil per bulan adalah Rp ,- dan secara nominal mampu mencapai Rp ,- per bulan. Sedangkan pada tahun 2013 PDRB per kapita riil per bulan adalah Rp ,34,- dengan nilai nominal perkapita adalah sebesar Rp ,-. Dapat diilustrasikan, bahwa setiap penduduk Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2013 yang jumlah penduduk tengah tahunnya diperkirakan jiwa, berpendapatan rata-rata 737 ribu rupiah untuk setiap bulannya. Yang dimaksud pendapatan disini adalah nilai tambah bruto (upah, gaji, laba, sewa tanah, bunga uang, penyusutan dan pajak tak langsung neto), bukan nilai produksi (perkalian dari jumlah produksi dengan harga satuannya). Nilai tambah bruto merupakan bagian dari nilai produksi. Berikut ini tabel III.6 PDRB perkapita Kabupaten Pesisir Barat tahun Tabel II.7 Rata-rata PDRB Perkapita Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2012 dan 2013 URAIAN PDRB HK (JUTA RUPIAH) , ,50 PDRB HB (JUTA RUPIAH) , ,31 Jumlah penduduk tengah tahun PDRB per kapita HK Rp PDRB per kapita HB Rp Sumber data : BPS Lampung Barat 2013 Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

43 Pada tahun 2012 PDRB perkapita riil per bulan adalah Rp ,- dan secara nominal mampu mencapai Rp ,- per bulan. Sedangkan pada tahun 2013 PDRB per kapita riil per bulan adalah Rp ,34,- dengan nilai nominal perkapita adalah sebesar Rp ,- Dapat diilustrasikan, bahwa setiap penduduk Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2013 yang jumlah penduduk tengah tahunnya diperkirakan jiwa, berpendapatan rata-rata 737 ribu rupiah untuk setiap bulannya. Yang dimaksud pendapatan disini adalah nilai tambah bruto (upah, gaji, laba, sewa tanah, bunga uang, penyusutan dan pajak tak langsung neto), bukan nilai produksi (perkalian dari jumlah produksi dengan harga satuannya). Nilai tambah bruto merupakan bagian dari nilai produksi. 2.3 Perkembangan Harga (Inflasi)\ Perubahan harga barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga merupakan hal yang dapat dielakkan dalam sebuah perekonomian. Perubahan harga tersebut dapat berupa kenaikan, penurunan. Rata-rata tertimbang perubahan harga tersebut pada kurun waktu tertentu dalam suatu wilayah itulah yang kita kenal dengan inflasi. Laju inflasi di Kabupaten Pesisir Barat tahun 2010 adalah 4,31 % dan di tahun 2011 naik 9,89% dan pada tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 3,67%, begitu juga tahun Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

44 2013 turun hingga mencapai 2,30%. Secara jelas terlihat pada Tabel.III.7 berikut ini : Tabel II.8 Tingkat Inflasi Kabupaten Pesisir Barat Tahun NO TAHUN INFLASI KOMULATIF , , , ,30 Sumber : BPS Kabupaten Lampung Barat, Tahun 2013 Perkembangan inflasi Provinsi Lampung pada triwulan I 2014 menunjukkan laju yang menurun di angka 5,22% (yoy) dari sebelumnya 7,56% (yoy) pada triwulan IV Penyumbang inflasi non fundamental yaitu volatile foods mengalami penurunan signifikan, sementara inflasi fundamental/inti dan inflasi administered price masih mengalami peningkatan. Selain itu, ekspektasi konsumen terhadap inflasi masih mengalami peningkatan yang diperkirakan karena akan diselenggarakan Pemilihan Umum Legislatif pada April 2014 sehingga mendorong peningkatan ekspektasi. Perkembangan inflasi tahunan Provinsi Lampung pada triwulan II 2014 menunjukkan laju yang menurun di angka 6,39% (yoy) dari sebelumnya 6,55% (yoy) pada triwulan I Penyumbang inflasi non fundamental yaitu volatile foods mengalami penurunan signifikan, sementara inflasi fundamental/inti dan inflasi administered price masih Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

45 mengalami peningkatan. Selain itu, ekspektasi konsumen terhadap inflasi masih mengalami peningkatan yang diperkirakan karena akan diselenggarakan Pemilihan umum Presiden Bulan Juli dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada Juli 2014 sehingga mendorong peningkatan ekspektasi. 2.4 Rancangan Target Ekonomi Makro Pada Tahun Perencanaan Dari sisi pengeluaran, perekonomian domestik pada triwulan II 2014 masih menunjukan tren melambat meskipun masih tumbuh cukup kuat. Konsumsi Rumah Tangga tumbuh melambat sejalan dengan melambatnya indeks penjualan eceran dan penjualan mobil. Sementara Konsumsi Pemerintah tumbuh lebih rendah akibat bergesernya pembayaran gaji ke-13 ke triwulan III 2014 dan penghematan belanja kementrian dan lembaga. Di sisi lain, pertumbuhan investasi cenderung melambat khususnya investasi bangunan sebagai dampak kebijakan stabilisasi akan tetapi investasi non bangunan diperkirakan meningkat yang ditopang oleh kinerja manufaktur yang masih kuat. Kinerja sektor eksternal masih lemah tertahan oleh kinerja ekspor batubara dan mineral. Selain itu, investor diperkirakan mulai bersikap wait and see sejalan dengan menunggu hasil Pemilu Presiden Tahun Dengan melambatnya pertumbuhan investasi dan konsumsi, maka impor mengalami kontraksi. Secara year on year, sepanjang triwulan II 2014 Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar 5,60%, Konsumsi Pemerintah 1,15%, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4,83%, Ekspor 0,74%, dan Impor -2,98%. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

46 Ada beberapa alternatif kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal III Perlunya pemerintah meningkatkan penyerapan anggaran APBN dan meningkatkan konsumsi masyarakat, serta meningkatkan kemajuan sektor perdagangan dan jasa. Berikutnya yang harus menjadi perhatian khusus dan mendalam oleh pemerintah adalah kebijakan tentang BBM bersubsidi, perlu dicarikan penyelesaian yang bisa diterima secara baik oleh semua stakeholder. Laju pertumbuhan ekonomi pada semester II-2014 masih akan dibayangi kebijakan Bank Indonesia yang masih memprioritaskan stabilisasi ekonomi dengan mempertahankan BI rate. Dengan demikian, pasokan dana ke dalam perekonomian tidak akan meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi pun tidak bisa melaju kencang. Selain mempertahankan BI rate pada level 7,5%, bank sentral juga menerapkan kebijakan pengetatan uang muka atau loan to value (LTV) untuk mengerem laju pertumbuhan kredit properti (KPR). Dalam pada itu, lembaga keuangan Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun fiskal Penurunan tersebut dipicu prediksi lemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia khususnya Amerika Serikat (AS) pada kuartal I dan penurunan proyeksi pertumbuhan sebagian negara berkembang. IMF memprediksi perekonomian global tumbuh 3,4% tahun ini atau 0,3% lebih rendah dari prediksi sebelumnya. Meski begitu, proyeksi IMF itu masih di alas tingkat pertumbuhan global pada 2013 sebesar 3.2%. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 didorong dengan upaya antara lain meningkatkan koordinasi kebijakan dengan pemerintah Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

47 dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan agar proses penyesuaian ekonomi dapat berjalan baik dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ke depan yang lebih sustainable. Dengan arah kebijakan ekonomi makro di atas serta dengan memperhatikan lingkungan eksternal dan domestik, pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan sekitar 5,8 persen 6,2 persen lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan tahun 2013 sebesar 5,7 persen. Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas ekonomi yang terjaga. Pada tahun 2015, laju pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan tumbuh positif sebesar 5,5 6,0 persen dengan tingkat laju inflasi sebesar 3,5-5,0 persen, menurunnya angka penggangguran terbuka sebesar 1-2 persen, perkiraan pendapatan per kapita sebesar Rp 7,63 Rp 7,88 juta dengan asumsi kenaikan tingkat inflasi dipengaruhi oleh harga beberapa komoditas di awal tahun 2015, adanya kebijakan pemerintah penyumbang inflasi dan trend inflasi yang mengikuti harga minyak dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar berlaku pada triwulan I-2014 mencapai Rp ,2 triliun dan PDB atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp.706,6 triliun, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2014 dibandingkan triwulan IV-2013 yang diukur dari kenaikan PDB atas dasar harga konstan meningkat sebesar 0,95 persen (q-to-q). Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

48 Perekonomian Indonesia tumbuh 5,21 persen pada triwulan I karena ditopang oleh semua sektor, kecuali sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,38 persen. Pada tahun 2006 laju pertumbuhan hanya 3,50 persen terendah sepanjang lima tahun terakhir, tahun 2009 sebesar 5,64 persen dan mencapai puncaknya tahun 2012 mampu menembus dikisaran angka 5,72 persen. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi pertahunnya selama kurun waktu yaitu 5,17 persen per tahun atau secara total sebesar 25,83 persen. Capaian laju pertumbuhan pada tahun 2010 sebesar 5,72 persen merupakan hasil dari capaian seluruh sektor ekonomi. Selanjutnya, dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2013 didorong oleh hampir semua sektor kecuali sektor Pertambangan dan Penggalian yang tumbuh sebesar 0,38% (YoY). Sementara itu, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi secara year on year pada triwulan I-2014 adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi (10,23%), sektor gas diperkirakan naik 30-50%, perdagangan besar dan eceran meningkat 8-10% serta industri logam dasar besi dan baja sebesar 3-5%. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

49 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RAPBN 2015 disusun pada masa transisi antara pemerintah dan DPR saat ini kepada pemerintah dan DPR baru hasil pemilihan umum Oleh karena itu, RAPBN 2015 disusun sebagai baseline budget, dalam artian hanya memperhitungkan kebutuhan pokok penyelenggaran pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Hal itu ditujukan untuk memberi ruang gerak bagi pemerintahan baru untuk melaksanakan program/kegiatan sesuai dengan platform, visi dan misi yang telah direncanakan. RAPBN 2015 juga menjadi bagian awal pelaksanaan RPJMN ketiga periode dari empat tahapan pelaksanaan RPJPN Selain memenuhi amanat Undang-undang Dasar Tahun 1945, RAPBN 2015 disusun dengan mengacu pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan RKP Tahun Di samping itu, penyusunan RAPBN 2015 juga memperhatikan kesepakatan pemerintah dengan DPR dan pertimbangan DPD pada pembicaraan pendahuluan RAPBN Kebijakan fiskal dan moneter Indonesia pada tahun 2015 akan lebih konservatif dan berhati-hati. Hal ini terkait dengan tantangantantangan global yang akan muncul tahun depan, seperti perbaikan di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dan risiko yang harus diwaspadai adalah dari perlambatan ekonomi Tiongkok turut mempengaruhi kebijakan yang akan diambil. Kebijakan Umum Anggaran (KUA) TA

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dengan dilantiknya Dr. H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio, B.Sc sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara periode jabatan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 8 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (KUA) TAHUN ANGGARAN 2015 PANGKALPINANG 2014 DAFTAR ISI Halaman NOTA KESEPAKATAN DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015)

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 merupakan masa transisi pemerintahan dengan prioritas

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah PAPARAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2014 Bekasi, 18 Maret 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

NOMOR : 910/3.907 NOMOR : 910/3.196 TANGGAL : 12 NOVEMBER 2012

NOMOR : 910/3.907 NOMOR : 910/3.196 TANGGAL : 12 NOVEMBER 2012 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3.907 NOMOR : 910/3.196 TANGGAL : 12 NOVEMBER 2012 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam ketentuan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA LAMPIRAN II.1 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BUNGO. SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364 PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Tujuan... I.4 1.3 Dasar Hukum... I.4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Kondisi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu kegiatan utama bagi pemerintah daerah disamping pelayanan dan operasional internal birokrasi. Dengan telah diterapkannya Otonomi Daerah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam [A.1] LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 68 TAHUN 2012 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PENYUSUNAN KUA DAN PPAS A. KETENTUAN UMUM Gubernur menyusun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 No. 06/11/62/Th.VII, 6 Nopember 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan III-2013 terhadap triwulan II-2013 (Q to Q) secara siklikal mengalami

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2017

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2017 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2017 URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012 No. 06/05/62/Th.VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2012 dibanding Triwulan yang sama tahun 2011 (year on year) mengalami sebesar 6,26

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Lampung adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, yang merupakan penjabaran dari Rencana

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

BAB III PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH BAB III PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH 3.1 PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH Pembangunan daerah tahun 2009 merupakan bagian dari pembangunan daerah jangka menengah tahun 2004 2009. Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

DAFTAR ISI NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAN TABEL DAFTAR ISI NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAN TABEL i iv vi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang...... 1 1.2. Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3. 1. Arah Kebijakan Ekonomi 3.1.1. Kondisi Ekonomi Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 Peningkatan dan perbaikan kondisi ekonomi

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Hal mendasar dalam perencanaan pembangunan tahunan adalah kemampuannya dalam memproyeksikan kapasitas riil keuangan daerah secara

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Perekonomian suatu daerah merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional dan regional, yang saling berpengaruh antara

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 11/02/73/Th. VIII, 5 Februari 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN IV 2013 BERKONTRAKSI SEBESAR 3,99 PERSEN Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan IV tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013 BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN, DAN INDIKATOR PENCAPAIAN TARGET KINERJA KEUANGAN 2.1. EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH Pada tahun 2014, perekonomian nasional tumbuh melambat

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 38/MoU.KP/HKM/2015 TANGGAL : 8 Oktober 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 1 1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 2 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011 No. 11/02/63/Th XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2011 tumbuh sebesar 6,12%, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor jasajasa sebesar

Lebih terperinci