DAFTAR ISI NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAN TABEL"

Transkripsi

1

2

3

4

5 DAFTAR ISI NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAN TABEL i iv vi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Landasan Hukum Sistematika... 9 BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Perkembangan Ekonomi Makro Tahun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Struktur Sektor Ekonomi PDRB Per Kapita Struktur Pengeluaran PDRB Inflasi ICOR Ketenagakerjaan Kemiskinan Ketimpangan Regional Ketimpangan Distribusi Pendapatan Proyeksi Daerah Tahun2015 dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Struktur Sektor Ekonomi PDRB Per Kapita Struktur Pengeluaran PDRB Inflasi ICOR Ketenagakerjaan Kemiskinan Ketimpangan Regional Ketimpangan Distribusi Pendapatan BAB III ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN Kebijakan Pembangunan Kebijakan Keuangan KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 iv

6 3.2. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBD BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH Pendapatan Daerah Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Target Pendapatan Daerah Belanja Daerah Pembiayaan Daerah BAB V PENUTUP 59 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 v

7 DAFTAR GAMBAR DAN TABEL Halaman BAB II Tabel II.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun (juta rupiah) 12 Tabel II.2. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Provinsi Kepulauan 13 Bangka Belitung Tahun Tabel II.3. Distribusi Persentase PDRB Provinsi Kepulauan Bangka 15 Belitung Gambar II.1. PDRB Per Kapita Tabel II.4. Nilai PDRB Menurut Pengeluaran Tahun (juta rupiah) 16 Tabel II.5. Laju Inflasi Kota Pangkalpinang Menurut Kelompok 17 Pengeluaran Tahun Tabel II.6. Perkembangan Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Bangka 18 Belitung Tahun Tabel II.7. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka 18 Belitung Tahun 2013 s.d Tabel II.8. Indeks Willamson Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ( ) Tabel II.9. Koefisien Gini Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ( ) 19 Tabel II.10. Proyeksi PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun (milyar rupiah) Tabel II.11. Laju Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010 Tahun dan Proyeksi Gambar II.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Bangka Belitung Tahun dan Proyeksi Tabel II.12. Proyeksi Distribusi Persentase PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel II.13. Proyeksi Nilai PDRB Menurut Pengeluaran Tahun ADHB dan ADHK (milyar rupiah) Tabel II.14. Laju Inflasi Kota Pangkalpinang tahun 2015 Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) Tabel II.15. Laju Inflasi Kota Tanjung Pandan tahun 2015 Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) BAB III Tabel III.1. BAB IV Asumsi Kondisi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel IV.1. Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012 s.d tahun 2016 Gambar V.1. Pemetaan Pembangunan Kewilayahan Berdasarkan Potensi Lokal KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 vi

8 Gambar IV.2. Fokus Pembangunan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 Tabel IV.2. Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012 s.d Tahun 2016 Tabel IV.3. Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan DaerahTahun 2012 s.d Tahun KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 vii

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai konsekuensi logis dari sebuah implementasi kebijakan, maka dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telah memberikan kewenangan yang luas dan nyata serta bertanggung jawab bagi daerah ini untuk merencanakan berbagai sektor pembangunan. Perencanaan pembangunan hendaknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dapat dilakukan melalui peningkatan pelayanan umum, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015, tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota harus mendukung tercapainya sasaran utama dan prioritas pembangunan nasional sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing daerah. Keberhasilan pencapaian sasaran utama dan prioritas pembangunan nasional dimaksud sangat tergantung pada sinkronisasi kebijakan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah dan antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah dan pemerintah provinsi yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah antara lain diwujudkan dalam penyusunan rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran KUA dan PPAS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Anggaran 2016 berpedoman pada Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 3 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 yang telah disinkronisasikan dengan Rencana Kerja Pemerintah Tahun Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal 1

10 serta berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional. Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: (a) pendidikan, (b) kesehatan, (c) pekerjaan umum dan penataan ruang, (d) perumahan rakyat dan kawasan permukiman, (e) ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan (f) sosial. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: (a) tenaga kerja, (b) pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, (c) pangan, (d) pertanahan, (e) lingkungan hidup, (f) administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, (g) pemberdayaan masyarakat dan desa, (h) pengendalian penduduk dan keluarga berencana, (i) perhubungan, (j) komunikasi dan informatika, (k) koperasi, usaha kecil, dan menengah, (l) penanaman modal, (m) kepemudaan dan olahraga, (n) statistik, (o) persandian, (p) kebudayaan, (q) perpustakaan, dan (r) kearsipan. Urusan pemerintahan pilihan meliputi: (a) kelautan dan perikanan, (b) pariwisata, (c) pertanian, (d) kehutanan, (e) energi dan sumber daya mineral, (f) perdagangan, (g) perindustrian, dan (h) transmigrasi. Penyelenggaraan urusan tersebut diimplementasikan dalam bentuk program dan kegiatan, dimana penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sejalan dengan pernyataan di atas, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyusun Kebijakan Umum APBD Tahun 2016 yang memuat prioritas dan perkiraan pembangunan daerah yang akan dicapai pada tahun 2016, kerangka ekonomi makro nasional dan perkiraan ekonomi makro daerah yang mempengaruhi pelaksanaan pembangunan pada tahun 2016, asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan APBD tahun 2016, arah kebijakan yang diambil dalam pencapaian sasaran atau tujuan pembangunan, arah kebijakan anggaran, baik kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah pada tahun 2016, serta kondisi dan prestasi yang telah dicapai tahun sebelumnya. Kebijakan Umum APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 ini disusun berdasarkan amanat yang tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana yang telah diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun Berdasarkan pasal 34 ayat (1) PP 58 tahun 2005, yang 2

11 menyatakan bahwa Kepala Daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan Kebijakan Umum APBD. Berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD. Kegiatannya meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah, dengan komponen: (a) asas umum pengelolaan keuangan daerah; (b) pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah; (c) struktur APBD; (d) penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA- SKPD; (e) penyusunan dan penetapan APBD; (f) pelaksanaan dan perubahan APBD; (g) penatausahaan keuangan daerah; (h) pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; (i) pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD; (j) pengelolaan kas umum daerah; (k) Pengelolaan piutang daerah; (l) Pengelolaan investasi daerah; (m) Pengelolaan barang milik daerah; (o) Pengelolaan dana cadangan; (q) Pengelolaan utang daerah; (r) Pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah; (t) penyelesaian kerugian daerah; (u) pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; dan (v) pengaturan pengelolaan keuangan daerah. Penyusunan APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Anggaran 2016, mendasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 1. APBD merupakan kerangka kebijakan publik yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat yang tercermin dalam rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan. Oleh karena itu dalam perencanaannya harus melibatkan partisipasi masyarakat dan mengaktualisasikan sinergitas dengan instrumen-instrumen perencanaan pembangunan daerah. Anggaran yang direncanakan merupakan satu kesatuan perencanaan yang mempaduserasikan hasil Musrenbang, RKPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016, arah kebijakan Gubernur serta kebijakan dan prioritas Pemerintah Pusat. 2. Tahapan penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 berpedoman pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku mulai dari tahap penyusunan RKPD, KUA, PPAS dan APBD. 3. APBD Tahun Anggaran 2016 disusun dengan pendekatan kinerja yang berpedoman pada prinsip efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Untuk itu dalam merencanakan program dan kegiatan perlu adanya sinkronisasi dan keterpaduan antar kegiatan, antar program maupun 3

12 antar SKPD guna menghindari adanya duplikasi anggaran dan tumpang tindih kewenangan (pengganggaran terpadu/unified budgeting). 4. APBD Tahun Anggaran 2016 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD tahun , sehingga dalam perencanaannya harus mempaduserasikan visi, misi dan prioritas program dalam RPJMD dan Renstra SKPD Tahun Rencana anggaran disusun berdasarkan perkiraan maju (forward estimate) yang memperhitungkan kebutuhan dana tahun anggaran berikutnya sesuai rencana target pencapaian kinerja dalam 5 tahun. Tema pembangunan tahun 2016 yaitu Memantapkan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat melalui Pengembangan Ekonomi Kerakyatan, Infrastruktur dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dengan prioritas pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 yang dijabarkan dalam rumusan sebagai berikut: 1. Mengembangkan one village one product (OVOP) dan koperasi komoditi, 2. Penguatan rural urban linkages, 3. Peningkatan manajemen pemerintahan dan aparatur, 4. Peningkatan pendidikan wajib belajar 12 tahun, 5. Peningkatan pelayanan kesehatan, 6. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan, dalam 7. Peningkatan kualitas lingkungan hidup, 8. Rehabilitasi lahan kritis dan lahan bekas tambang, 9. Pengembangan infrastruktur konektivitas antar wilayah, 10. Program SATAM EMAS 11. Pemberdayaan budaya lokal dan destinasi wisata, 12. Pengembangan wilayah strategis, tertinggal, pesisir, dan pulau-pulau kecil, 13. Pengendalian pemanfaatan ruang, Rencana program dan kegiatan tahun 2016 merupakan implementasi RPJMD yang memuat visi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang Mandiri, Maju, Berkeadilan dan berdaya saing berbasis potensi lokal melalui pengembangan sinergitas dan konektivitas perkotaan dan perdesaan. Visi tersebut ditempuh melalui lima misi pembangunan daerah sebagai berikut: 1. Mengembangkan ekonomi kerakyatan; 2. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat (Society Empowerment) dan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM); 3. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang; 4. Mempercepat pembangunan infrastruktur wilayah dan mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh; 5. Mewujudkan good governance dalam rangka mencapai clean government. 4

13 Visi dan misi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari agenda pembangunan nasional serta kabupaten dan kota serta merupakan pilar pokok untuk mencapai tujuan pembangunan daerah. Karena itu, sinergitas dan konsistensi kebijakan pembangunan menjadi hal yang mendasar untuk dapat dilaksanakan dalam setiap tahapan proses kebijakan pembangunan di daerah. Penyusunan KUA merupakan tahapan perencanaan pembangunan untuk menghasilkan dokumen yang berisi kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun sebagai perincian lebih teknis dari dokumen RKPD. Kebijakan pembangunan tahunan yang didukung oleh penganggaran dituangkan dalam KUA, yang merupakan implementasi dari RKPD, dengan sumber penganggaran dari dana APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai acuan dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Penyusunan KUA merupakan tahapan perencanaan pembangunan untuk menghasilkan dokumen yang berisi kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun sebagai perincian lebih teknis dari dokumen RKPD. Kebijakan pembangunan tahunan yang didukung oleh penganggaran dituangkan dalam KUA, yang merupakan implementasi dari RKPD, dengan sumber penganggaran dari dana APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai acuan dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Berdasarkan hal tersebut diatas, KUA Tahun Anggaran 2016 memuat tentang target pencapaian kinerja dari program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintah daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dana penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya yang akan ditempuh pada tahun 2016 mendatang. Di sisi lain, guna menjaga konsistensi pelaksanaan pembangunan di Kepulauan Bangka Belitung agar tetap berjalan sesuai dengan tujuan jangka panjang yang dicita-citakan oleh seluruh pemangku kepentingan pembangunan, maka proses penyusunan KUA Tahun Anggaran 2016 tetap mengacu pada RKPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 serta kebijakan-kebijakan Pemerintah Daerah dan juga kebijakan-kebijakan Pemerintah Pusat. Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan tahunan yaitu harus mengakomodir kepentingan dan keterkaitannya dengan proses penganggaran daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara jo. PP Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah jo. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa penyusunan RKPD sejalan 5

14 dengan penyusunan Kebijakan Umum APBD. Berdasarkan dokumen tersebut nantinya akan dihasilkan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud penyusunan KUA ini adalah tersedianya dokumen perencanaan Kebijakan Umum APBD sebagai penjabaran kebijakan pembangunan pada RKPD Tahun 2016 untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan PPAS Tahun Anggaran Selanjutnya dokumen ini akan menjadi arah/pedoman bagi seluruh Instansi/Lembaga Teknis Daerah/Dinas Daerah/Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam menyusun program dan kegiatan yang dianggarkan melalui APBD Tahun Anggaran Tujuan dari penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 adalah: 1. Menyediakan dokumen arah Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk Tahun Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan dalam rangka pelaksanaan pembangunan tahunan daerah. 3. Menjamin terciptanya keterkaitan, konsistensi dan sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan secara terpadu, baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. 4. Sebagai pedoman dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan RAPBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Landasan Hukum Landasan hukum yang dijadikan dasar dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016, adalah: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 6

15 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4335); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 7

16 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana yang telah diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 903); 21. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014 Nomor 3 Seri A). 8

17 22. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007 Nomor 6 Seri E); 23. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012 Nomor 3 Seri E tanggal 26 November 2012); 24. Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 1 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah serta Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Nomor 5 Seri D); 25. Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2015 Nomor 27 Seri E. 1.4 Sistematika Kebijakan Umum APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Anggaran 2016 disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan: Menguraikan latar belakang, tujuan, dasar hukum dan sistematika penyusunan KUA Tahun Anggaran Bab II Kerangka Ekonomi Makro Daerah: Menguraikan perkembangan kondisi ekonomi makro daerah tahun 2013 dan tahun 2014 serta perkiraan tahun 2015 dan tahun Bab III Asumsi-Asumsi Dasar dalam Penyusunan RAPBD: Menguraikan asumsi dasar yang digunakan RAPBN dan RAPBD. 9

18 Bab IV Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah: Menguraikan hal-hal sebagai berikut: a. Pendapatan Daerah, meliputi kebijakan pendapatan daerah yang akan dilakukan pada tahun b. Belanja Daerah, meliputi kebijakan belanja daerah, kebijakan belanja tidak langsung dan langsung. c. Pembiayaan Daerah, meliputi kebijakan penerimaan pembiayaan dan kebijakan pengeluaran pembiayaan. Bab V Penutup 10

19 BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun Tahapan pelaksanaan pembangunan daerah meliputi perencanaan, penganggaran, dan evaluasi. Aspek evaluasi pembangunan merupakan aspek dasar perencanaan pembangunan untuk tahun berikutnya, sehingga untuk membuat kebijakan pelaksanaan pembangunan tahun 2016 perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja pembangunan daerah pada tahun sebelumnya, khususnya evaluasi terhadap indikator makro pembangunan. Indikator makro yang dievaluasi meliputi perkembangan PDRB, PDRB Per Kapita, struktur sektor ekonomi, struktur pengeluaran dalam PDRB, Inflasi, ketenagakerjaan, kemiskinan, rata-rata lama sekolah, ketimpangan regional dan ketimpangan distribusi pendapatan. Hasil evaluasi dan identifikasi permasalahan serta tantangan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal, menjadi dasar dalam menentukan isu-isu yang akan dihadapi pada tahun 2016 yang selanjutnya dirumuskan menjadi kebijakan prioritas pembangunan. Perkembangan indikator sosial ekonomi Kepulauan Bangka Belitung tahun disajikan sebagai berikut: 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada suatu periode tertentu. PDRB bermanfaat sebagai dasar perhitungan laju pertumbuhan ekonomi selain itu juga untuk melihat struktur ekonomi suatu wilayah, sebagai proksi pendapatan perkapita dan sebagai indikator disparitas sosial. PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah/wilayah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya sehingga besarnya PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi didaerah/wilayah tersebut. PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggambarkan kemampuan daerah tersebut dalam mengelola dan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan barang dan jasa. Besarannya tergantung pada hasil penggunaan potensi faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, sumberdaya manusia, modal dan teknologi serta semangat berwirausaha masyarakatnya dalam melakukan kegiatan ekonomi. Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2014 yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp ,8 milyar, 11

20 meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar Rp ,9 milyar sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2014 besarnya mencapai Rp ,6 milyar, meningkat dari tahun 2013 yang sebesar Rp milyar. Pertumbuhan PDRB pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 (y on y) adalah sebesar 4,68 persen, namun demikian jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2013 mengalami perlambatan pertumbuhan dimana pada tahun 2013, perekonomian Kepulauan Bangka Belitung tumbuh sebesar 5,22 persen. Gambaran mengenai perkembangan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun sebagaimana disajikan pada Tabel II.1. Tabel II.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun (juta rupiah) A Lapangan Usaha ADHB ADHK (1) (2) (3) (4) (5) Pertanian, Kehutanan, dan , , , ,92 Perikanan B Pertambangan dan Penggalian , , , ,97 C Industri Pengolahan , , , ,24 D Pengadaan Listrik dan Gas , , , E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,Limbah dan Daur Ulang 9.149, , , ,76 F Konstruksi , , , ,62 G Perdagangan Besar dan EceranMotor , , , ,08 H Transportasi dan Pergudangan , , , ,41 I Penyedian Akomodasi dan Makan Minum , , , ,83 J Informasi dan Komunikasi , , , ,34 K Jasa Keuangan dan Asuransi , , , ,97 L Real Estate , , , ,26 M,N Jasa Perusahaan , , , ,85 O Administrasi Pemerintahan, , , , ,96 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan , , , ,27 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial , , , ,13 RSTU Jasa Lainnya , , , ,13 PDRB , , ,84 Sumber: BPS Prov. Kep. Bangka Belitung,

21 Sektor yang berkontribusi paling besar adalah industri pengolahan sebesar Rp10.280,9 milyar diikuti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar Rp8.256,15 milyar kemudian sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp6.352,55 milyar diikuti oleh sektor-sektor lainnya dan sektor yang memberikan kontribusi adalah Jasa Perusahaan sebesar Rp115,69 milyar. Berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan 2010, Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama kurun waktu adalah sebagaimana yang disajikan pada Tabel II.2. Tabel II.2 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,86 9,24 B Pertambangan dan Penggalian -0,54 1,97 C Industri Pengolahan 3,49 1,32 D Pengadaan Listrik dan Gas 4,93 8,55 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,Limbah dan 4,19 4,95 Daur Ulang F Konstruksi 8,96 4,03 G Perdagangan Besar dan Eceran Motor 5,74 4,44 H Transportasi dan Pergudangan 7,23 5,95 I Penyedian Akomodasi dan Makan Minum 6,91 7,47 J Informasi dan Komunikasi 8,97 6,85 K Jasa Keuangan dan Asuransi 17,14 5,45 L Real Estate 7,96 7,72 M,N Jasa Perusahaan 6,80 7,01 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 7,55 7,33 Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 10,13 7,18 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,31 5,98 RSTU Jasa Lainnya 6,84 7,95 PDRB 5,22 4,68 Sumber: BPS Prov. Kep. Bangka Belitung, 2015 Pertumbuhan PDRB pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 (y on y) adalah sebesar 4,68 persen, namun demikian jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2013 mengalami perlambatan pertumbuhan dimana pada tahun 2013, perekonomian Kepulauan Bangka Belitung tumbuh sebesar 5,22 persen. Sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2014 terjadi pada Sektor Pertanian sebesar 9,24 persen, diikuti Sektor Pengadaan Listik dan Gas serta Sektor Jasa Lainnya masing-masing sebesar 8,55 persen dan sebesar 7,95 persen. Pertumbuhan PDRB pada tahun 2014 mengalami perlambatan yang 13

22 dipicu oleh antara lain rendahnya pertumbuhan sektor pertambangan timah yang juga berdampak pada perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan dan sektor kontruksi. Pada sektor pertambangan, regulasi yang dikeluarkan pemerintah antara lain adanya kewajiban ekspor timah harus melalui bursa komoditi yang mensyaratkan kualitas tinggi dan asal kuasa penambangan menyebabkan produksi timah menurun. Selain itu, pemerintah juga memperketat pemberian ijin pertambangan serta tidak diperpanjangnya kontrak salah satu produsen timah terbesar. Pada sektor perdagangan, turunnya pendapatan masyarakat akibat perlambatan sektor ekonomi utama dan inflasi yang menunjukkan kecenderungan cukup tinggi menyebabkan aktivitas perdagangan di Bangka Belitung mengalami perlambatan. Belum lagi pengaruh perekonomian global yang cenderung tidak stabil, turut memberikan dampak dan tekanan terhadap beberapa melemahnya harga dari beberapa komoditi unggulan Bangka Belitung yang berorientasi ekspor. Secara umum, turunnya pendapatan masyarakat, diprediksikan menyebabkan rendahnya daya beli dan konsumsi masyarakat. Ada kecenderungan masyarakat lebih memilih untuk melakukan saving daripada melakukan konsumsi atas pendapatan yang diperolehnya sebagai suatu tindakan antisipatif terhadap kondisi perekonomian yang belum cukup stabil. 2. Struktur Sektor Ekonomi Struktur ekonomi suatu wilayah bertujuan untuk melihat seberapa besar peranan masing-masing sektor ekonomi dan seberapa jauh terjadi pergeseran peranan antara sektor-sektor ekonomi pembentuk PDRB. Dengan demikian, diperoleh informasi sektor dominan dan sektor potensial yang dapat dikembangkan di wilayah tersebut. Pada tahun 2014 struktur perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih didominasi oleh sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi tertinggi sebesar 22,86 persen, namun kontribusi ini menurun 1,14 persen dibandingkan pada tahun 2013 yang sebesar 24 persen. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada tahun 2014 berada pada peringkat kedua dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 19,22 persen, angka ini meningkat sebesar 0,83 persen dibandingkan tahun 2013 yang memberikan kontribusi sebesar 18,39 persen diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi sebesar 18,98 persen. Gambaran mengenai distribusi persentase sektoral terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2012 dan 2013 dapat terlihat pada Tabel II.3. 14

23 Tabel II.3 Distribusi Persentase PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Lapangan Usaha (1) (2) (3) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 18,39 19,22 B Pertambangan dan Penggalian 14,08 13,51 C Industri Pengolahan 24,00 22,86 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,05 0,07 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,Limbah dan Daur Ulang 0,02 0,02 F Konstruksi 8,21 8,36 G Perdagangan Besar dan Eceran Motor 13,24 13,42 H Transportasi dan Pergudangan 3,70 3,78 I Penyedian Akomodasi dan Makan Minum 2,29 2,34 J Informasi dan Komunikasi 1,53 1,51 K Jasa Keuangan dan Asuransi 1,79 1,78 L Real Estate 3,18 3,26 M,N Jasa Perusahaan 0,27 0,27 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,20 5,40 P Jasa Pendidikan 2,33 2,43 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,10 1,12 RSTU Jasa Lainnya 0,63 0,66 PDRB Sumber: BPS Prov. Kep. Bangka Belitung 3. PDRB Per Kapita PDRB per kapita merupakan salah satu ukuran indikator kesejahteraan penduduk dan sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah. Adapun gambaran mengenai perkembangan PDRB Per Kapita Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun adalah sebagaimana tergambar pada Gambar II.1. Gambar II.1 PDRB Per Kapita , , Sumber: BPS Prov. Kepulauan Bangka Belitung (diolah) 15

24 Pada tahun 2014, PDRB perkapita penduduk berdasarkan Harga Konstan Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp ,84. Meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 dimana PDRB per kapita sebesar Rp , Struktur Pengeluaran PDRB Perkembangan nilai PDRB menurut pengeluaran pada tahun dapat terlihat pada Tabel II.4 berikut: Tabel II.4 Nilai PDRB Menurut Pengeluaran Tahun (juta rupiah) Komponen Pengeluaran ADHB ADHK (1) (2) (3) (4) (5) 1. Konsumsi Rumah Tangga , , , ,48 2. Konsumsi LNPRT , , , ,85 3. Konsumsi Pemerintah , , , ,47 4. PMTB , , , ,61 5. Perubahan Inventori , , , ,43 6. Ekspor , , , ,35 7. Dikurangi Impor , , , ,87 8. Net Ekspor antar Daerah , , , ,48 PDRB , , , ,84 Sumber: BPS Prov. Kep. Bangka Belitung, 2015 Tabel II.4 menunjukkan dinamika pertumbuhan PDRB berdasarkan Pengeluaran pada tahun Pertumbuhan optimis terbesar terdapat pada pengeluaran PDRB tahun 2014 berdasarkan atas dasar harga berlaku disektor konsumsi rumah tangga sebesar Rp ,16 juta dan diikuti oleh sektor ekspor sebesar Rp ,79 juta. Sementara itu berdasarkan harga konstan pengeluaran terbesar adalah sektor ekspor sebesar Rp ,35 juta diikuti oleh sektor konsumsi rumah tangga sebesar Rp ,48 juta. 5. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan oleh BPS. Dalam periode waktu tahun , terjadi penurunan inflasi di Kota Pangkalpinang. Pada tahun 2013 inflasi Kota Pangkalpinang sebesar 8,71 persen dan menjadi 6,81 persen pada tahun Gambaran mengenai inflasi

25 serta nilai inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran tahun dapat dilihat pada Tabel II.5 Tabel II.5 Laju Inflasi Kota Pangkalpinang Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun Kelompok Pengeluaran (1) (2) (3) Umum 8,71 6,81 1. Bahan Makanan 11,08 3,39 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 6,82 8,63 3. Perumahan 9,20 8,85 4. Sandang 1,63 6,61 5. Kesehatan 5,08 8,13 6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3,77 6,65 7. Transportasi dan Komunikasi 11,17 6,98 Sumber: BPS Prov. Kep. Bangka Belitung Berdasarkan penyajian laju inflassi Kota Pangkalpinang, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Perumahan, yang ditenggarai semakin tingginya permintaan akan produk terkait masalah kebutuhan perumahan, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif dan meningkatnya pendapatan masyarakat. Selain itu pada tahun 2014 inflasi Kota Tanjungpandan mulai dihitung dan jika dibandingkan dengan inflasi nasional dan kota sekitar seperti Kota Palembang dan Kota Pangkalpinang, maka inflasi Kota Tanjungpandan paling tinggi diantara lainnya yaitu sebesar 13, ICOR Tingkat efisiensi suatu perekonomian diukur dengan angka Incremental Capital- Output Ratio (ICOR). Suatu daerah memiliki tingkat aktivitas ekonomi yang semakin efisien jika nilai ICOR-nya semakin kecil yang menunjukkan semakin sedikitnya modal yang digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Hal ini berarti tingkat produktifitas investasi dan perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meningkat, di mana ICOR yang lebih rendah menunjukkan adanya percepatan pertumbuhan ekonomi. Tren ICOR Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 6,46 menjadi 5,72 pada tahun 2012 yang menunjukkan perbaikan efisiensi aktivitas ekonomi Kepulauan Bangka Belitung. 7. Ketenagakerjaan Berdasarkan data pada bidang ketenagakerjaan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2014 jumlah pengangguran sebanyak orang menunjukkan adanya kenaikan jumlah pengangguran sebanyak orang dari tahun 2013 yang jumlah penganggurannya sebanyak

26 Gambaran perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, angka pertisipasi angkatan kerja, dan analisis perbandingan tingkat pengangguran dapat dilihat pada tabel II.6. Tabel II.6 Perkembangan Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun No Uraian (1) (2) (3) (4) 1. Penduduk Usia kerja Angkatan Kerja Penduduk yang Bekerja Pengangguran Sumber: BPS Prov. Kep. Bangka Belitung Peningkatan angka pengangguran pada tahun 2014 diperkirakan disebabkan oleh menurunnya aktivitas pertambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini merupakan dampak dari tingginya penduduk usia kerja yang bekerja pada sektor pertambangan. 8. Kemiskinan Penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2014 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun Pada 2013 jumlah penduduk miskin sebanyak 67,230 ribu jiwa dengan persentase 4,97 persen sementara pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin turun menjadi 70,900 ribu jiwa, dengan persentase sebesar 5,25 persen. Gambaran mengenai angka tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 7 berikut: Tabel II.7 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 s.d No. Uraian (1) (2) (3) (4) 1. Persentase Penduduk Miskin (%) 5,25 4,97 2. Jumlah Penduduk Miskin Garis Kemiskinan (Rp) Indeks kedalaman Kemiskinan (P1) 0,62 0,60 Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,

27 9. Ketimpangan Regional Ketimpangan regional di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang diukur menggunakan perhitungan Indeks Williamson menunjukkan angka yang semakin Meningkat meskipun penurunan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2012 angka indeks sebesar 0,284 dan meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar 0,304. Peningkatan ini menunjukkan bahwa pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung semakin mendekati tidak merata. Perkembangan indeks Williamson yang menunjukkan kesenjangan regional di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagaimana yang tergambar pada tabel II.8 berikut: Tabel II.8 Indeks Willamson Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ( ) Tahun Indeks Ketimpangan Willamson (1) (2) , ,304 Sumber: Bappeda (diolah) 10. Ketimpangan Distribusi Pendapatan Koefisien Gini Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagaimana yang ditampilkan pada table III.14, pada tahun 2013 adalah sebesar 0,31, namun mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi 0,30. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Provini Kepulauan Bangka Belitung masih terbilang relatif rendah. Namun demikian, adanya peningkatan koefisien gini pada tahun 2014 perlu disikapi dengan bijak oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan terhadap ketimpangan pendapatan masyarakat. Secara lengkap, perkembangan angka koefisien gini Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel II.9. Tabel II.9 Koefisien Gini Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ( ) Tahun Koefisien Gini (1) (2) , (Sept) 0,30 Sumber: Statistik Indonesia - BPS RI 19

28 2.2 Proyeksi Daerah Tahun 2015 dan 2016 Membaiknya perekonomian secara global diharapkan akan terus mampu untuk mendorong meningkatnya permintaan dunia terhadap komoditas primer, sehingga berdampak positif pada peningkatan ekspor Babel yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proyeksi mengenai beberapa indikator ekonomi daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2015 dan 2016 disajikan sebagai berikut: 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pada tahun pertumbuhan ekonomi dunia akan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan mulai pulihnya kondisi perekonomian negara maju khusunya Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa serta negara berkembang seperti India. Demikian pula dengan sektor perdagangan, aktivitas perdagangan dunia diperkirakan tumbuh jauh lebih tinggi dari pertumbuhan pada tahun Dengan membaiknya perekonomian negara maju, kinerja industri manufaktur diperkirakan meningkat sehingga meningkatkan permintaan dunia untuk berbagai komoditas bahan baku. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 akan tetap stabil. Hanya akan mengalami kenaikan tipis dari 5,1 persen di 2014 menjadi sebesar 5,2 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan cenderung stabil dan sedikit meningkat di tahun 2016 menjadi 5,5 persen. Seiring dengan itu, pendapatan masyarakat akan membaik sehingga konsumsi rumah tangga meningkat. Sumber pertumbuhan lainnya juga akan berasal dari sisi investasi dan konsumsi swasta serta proyek infrasturktur pemerintah akan segera.diwujudkan pada tahun 2015 Proyeksi PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel II.10 berikut: Tabel II.10 Proyeksi PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun (milyar rupiah) Lapangan Usaha ADHB ADHK (1) (2) (3) (4) (5) A Pertanian, Kehutanan, dan , , , ,20 Perikanan B Pertambangan dan Penggalian , , , ,60 C Industri Pengolahan , , , ,94 D Pengadaan Listrik dan Gas , , , ,60 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,Limbah dan Daur Ulang , , , ,24 20

29 Lapangan Usaha ADHB ADHK (1) (2) (3) (4) (5) F Konstruksi , , , ,28 G Perdagangan Besar dan EceranMotor , , , ,34 H Transportasi dan Pergudangan , , , ,59 I Penyedian Akomodasi dan , , , ,73 Makan Minum J Informasi dan Komunikasi , , , ,74 K Jasa Keuangan dan Asuransi , , , ,11 L Real Estate , , , ,67 M,N Jasa Perusahaan , , , ,49 O Administrasi Pemerintahan, , , , ,96 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan , , , ,37 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial , , , ,63 RSTU Jasa Lainnya , , , ,39 PDRB , , , ,11 Sumber: Proyeksi BAPPEDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sementara itu perekonomian Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2015 dan 2016 diperkirakan akan semakin baik. Pertumbuhan utama masih ditopang oleh pertumbuhan sektor pertanian yang cenderung meningkat, diikuti pula dengan adanya fenomena bahwa pertumbuhan sektor industri pengolahan pada tahun 2014 tidak hanya semata-mata bergantung dari sub sektor industri pengolahan logam, hal ini diindikasikan dengan adanya kecenderungan semakin meningkatnya pertumbuhan sub sektor industri pengolahan non logam. Pada tahun 2014 laju pertumbuhan ekonomi Kepulauan Bangka Belitung tumbuh sebesar 4,68 persen, mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 yang sebesar 5,22 persen. Kondisi ini terjadi disebabkan dengan adanya kebijakan penghematan anggaran dan disisi lainnya masih dikarenakan terjadinya perlambatan perekonomian global yang membawa dampak bagi perekonomian wilayah Kepulauan Bangka Belitung, namun pertumbuhan PDRB tahun 2015 akan didorong oleh perbaikan kinerja perdagangan internasional yang mulai membaik dengan percepatan ekspor,. Disisi sektoral, membaiknya harga beberapa komoditi unggulan yang diikuti dengan peningkatan jumlah produksi menjadi stimulan bagi pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung. Gambaran mengenai perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada dan proyeksi dapat terlihat pada Gambar II.2. 21

30 Berdasarkan lapangan usaha, sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama kurun waktu serta proyeksi pertumbuhan sebagaimana yang dapat terlihat pada Tabel II.11 dan Gambar II.2. Tabel II.11 Laju Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010 Tahun dan Proyeksi Lapangan Usaha *) 2016*) (1) (5) (6) (7) (8) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,86 9,24 9,31 9,37 B Pertambangan dan Penggalian -0,54 1,97-0,64 0,77 C Industri Pengolahan 3,49 1,32 1,32 2,58 D Pengadaan Listrik dan Gas 4,93 8,55 9,22 10,19 E Pengadaan Air, Pengelolaan 4,19 4,95 5,67 5,67 Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 8,96 4,03 5,50 7,12 G Perdagangan Besar dan Eceran Motor 5,74 4,44 6,65 6,65 H Transportasi dan Pergudangan 7,23 5,95 7,88 7,23 I Penyedian Akomodasi dan Makan Minum 6,91 7,47 6,91 7,21 J Informasi dan Komunikasi 8,97 6,85 6,85 7,89 K Jasa Keuangan dan Asuransi 17,14 5,45 7,35 7,35 L Real Estate 7,96 7,72 7,72 7,72 M,N Jasa Perusahaan 6,80 7,01 6,80 6,80 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 7,55 7,33 5,34 5,34 dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 10,13 7,18 6,99 7,18 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,31 5,98 5,98 5,98 R,S,T,U Jasa Lainnya 6,84 7,95 7,56 7,56 PDRB 5,22 4,68 4,81 5,55 Sumber: BPS Prov. Kep. Bangka Belitung,*) Proyeksi Bappeda 22

31 Gambar II.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Bangka Belitung Tahun dan Proyeksi ,22 4, , Sumber: BPS Prov. Kep. Bangka Belitung, *) Proyeksi Bappeda Pada tahun 2014, hampir semua sektor mengalami perlambatan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 9,2 persen, diikuti Sektor Pengadaan Listrik dan Gas serta Sektor Jasa Lainnya masingmasing sebesar 8,55 persen dan 7,95 persen. Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tahun dilihat dari sisi produksi, diproyeksikan masih tetap didominasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, kemudian sektor Pengadaan Listrik dan Gas serta Tranportasi dan Pergudangan. Kinerja sektor pertanian diperkirakan mengalami peningkatan yang terjadi di semua subsektor yaitu perkebunan, tanaman, bahan makan, dan perikanan. Permintaan akan subsektor perkebunan, kelapa sawit, karet, lada, diperkirakan tetap tinggi, sehingga meningkatkan harga. Meski demikian, diperkirakan kondisi cuaca tetap akan membatasi produksi. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Kepulaun Bangka Belitung diperkirakan akan semakin baik. Pertumbuhan utama masih ditopang oleh pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diikuti pula dengan adanya fenomena bahwa pertumbuhan sektor industri pengolahan pada tahun 2014 tidak hanya semata-mata bergantung dari sub sektor industri pengolahan logam, hal ini sejalan dengan adanya kecenderungan semakin meningkatnya pertumbuhan sub sektor makanan, minuman dan tembakau. Sementara itu, pada sektor pertambangan pada tahun 2015 diperkirakan akan tetap mengalami pertumbuhan yang negatif. Beberapa hal yang mempengaruhinya antara lain adalah, masih belum membaiknya harga timah dunia yang diikuti dengan tata kelola penambangan timah yang belum baik. Namun pada tahun 2016, seiring dengan membaiknya perekonomian dunia, permintaan akan komoditi timah diperkirakan akan kembali meningkat. Hal ini diikuti dengan keberhasilan pemerintah dalam mengatur dan mengelola tata niaga timah dalam negeri dan tata kelola penambangan timah di Bangka Belitung. 23

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (KUA) TAHUN ANGGARAN 2015 PANGKALPINANG 2014 DAFTAR ISI Halaman NOTA KESEPAKATAN DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR : 910/ 52 /BAPPEDA TANGGAL 2 NOVEMBER 2016 DAN NOMOR

Lebih terperinci

KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH

KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH BAB III KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2019 sebagai penutup kabinet kerja sehingga tema dan prioritas nasional RKP Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dengan dilantiknya Dr. H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio, B.Sc sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara periode jabatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2014

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2014 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 9/KSP/VII/2013 NOMOR : 44/K/DPRD/2013 TANGGAL : 31 JULI 2013

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 90/11/21/Th.X, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,37 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH SELAMA TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,31 PERSEN. Perekonomian Aceh

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar.

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar. PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp15.184 miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp 11.451 miliar. Perekonomian triwulan II-2015 tumbuh sebesar 3,93 persen, namun mengalami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TUMBUH 5,82 PERSEN Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th.X, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 TUMBUH 7,14 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam ketentuan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 31/05/52/Th XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 No. 13/02/19/Th.IX, 5 Februari 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 TUMBUH 4,68 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Release PDRB

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

No. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA LAMPIRAN II.1 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BUNGO. SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 15/02/21/Th.XI, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 TUMBUH 6,02 PERSEN Perekonomian Kepulauan Riau tahun 2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 10/02/73/Th. IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 TUMBUH 7,41 PERSEN PDRB MENURUT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 34/05/19/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,10 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No.34/05/52/Th. IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 1,21 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 26/05/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada Perangkat Daerah (PD) untuk setiap program

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 No. 06/2/62/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 6,21 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kalimantan Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/08/53/Th.XVIII, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN TUMBUH 4,84 PERSEN Perekonomian NTT semester I tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014 No. /2/1/Th.XVI, 5 Februari 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2 berbasis SNA 28 EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,62 PERSEN Perekonomian Riau tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 TUMBUH 2,34 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN I/2015 No. 24/05/14/Th. XVII, 4 Mei 2016 Perekonomian Riau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 8 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2016 I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14 II-14 III-14 IV-14 I-15 II-15 III-15 IV-15 I-16 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 31/05/52/Th X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 No. 26/05/75/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,27 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian Gorontalo yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 27/05/73/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,52 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 28 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 9 TAHUN 215 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 No. 11/02/Th.IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 TUMBUH 6,51 PERSEN Perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2016 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,04 PERSEN Perekonomian NTT tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016 No. 77/11/33/Th.X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- TUMBUH 5,6 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III-15 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANG HARI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANG HARI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANG HARI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI Nomor : 910/ Nomor : 170/ /BHK/2015 /DPRD/2015 Tanggal Oktober 2015 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 No. 05/02/Th. IX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,88 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 52/08/52/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI KONTRAKSI 1,96 PERSEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 12/02/19/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI TAHUN TUMBUH 4,08 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud Perubahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2015 I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14 II-14 III-14 IV-14 I-15 II-15 III-15 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No.76/11/52/Th. IX, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PELAKSANAAN UU. NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PELAKSANAAN UU. NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PELAKSANAAN UU. NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Oleh BUPATI BANGKA Disampaikan dalam Rakor Gubernur dengan Bupati/Walikota se-prov. Kep. Bangka Belitung Pangkalpinang, 2 Desember 2014 ARAH

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 52/11/31/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN LEBIH CEPAT 0,8 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN II/2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015 No. 26/5/14/Th.XVI, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 MENGALAMI KONTRAKSI,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-214 Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 29/5/13/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,46 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 No. 62/11/75/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 Perekonomian Gorontalo

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 06/05/62/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 9,49 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan I-2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 93/11/21/Th.XI, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 4,64 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III2017 Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 72/11/52/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 55/08/52/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015 TUMBUH 3,76 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2015 MENGALAMI KONTRAKSI 0,09 PERSEN,

Lebih terperinci