mendesak serta menghasilkan output pemetaan risiko dari masing masing metode.
|
|
- Ade Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 Penjelasan secara menyeluruh untuk beberapa tahapan akan dijabarkan pada sub-sub bab berikutnya. Walaupun begitu, untuk memberi gambaran umum tentang kerangka pemecahan masalah, berikut ini akan diberikan penjelasan ringkas mengenai tiap-tiap tahapan di atas: 1. Identifikasi Masalah Pada tahap ini penulis berusaha untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dan hendak ditemukan solusi atau pemecahannya. Permasalahan tersebut meliputi: a. Hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi pembuatan model Manajemen Risiko Operasional dengan menggunakan pengelolaan data AMA (Advance Measurements Approaches)? b. Bagaimana membuat Risk Assessment Matrix yang dapat mengakomodasi hasil akhir kedua proses (Manajemen Risiko dan Sarbane-Oxley Act)? 2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan penjabaran dari permasalahan dalam bagian bagian yang lebih rinci untuk menentukan arah dalam melakukan suatu penelitian. Dengan tujuan penelitian ini, diharapkan analisis yang dihasilkan akan lebih tepat mengenai sasaran yang diinginkan atau lebih baik. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah : a. Memberikan usulan cara membangun model Risk Assessment Matrix dengan menggunakan metode AMA (Advance Measurements Approaches) terkait dengan risiko risiko operasional yang dapat mengakomodasi proses Manajemen Risiko dan Sarbane-Oxley Act b. Memberikan gambaran tentang model Manajemen Risiko Operasional dengan menggunakan pengelolaan data AMA (Advance Measurements Approaches) 3. Studi Pustaka dan Studi Pendahuluan Pada tahap ini dilakukan studi terhadap buku-buku referensi dan teoriteori yang relevan dengan penulisan Proyek Akhir. Dengan pelaksanaan studi literatur dan studi pendahuluan ini, diharapkan dapat memberikan landasan berfikir yang cukup kuat untuk memecahkan masalah yang ada. Beberapa literatur yang digunakan antara lain: Herman Darmawi. Manajemen Risiko,Bumi Aksara, Jakarta,
3 Ferry N. Idroes & Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan, dalam konteks kesepakatan Basel dan peraturan Bank Indonesia, Graha Ilmu,Yogyakarta, Michel Crouchy, Dan Galai, Robert Mark, The Essentials of Risk Management, McGraw-Hill,2006. Basel Committee on Banking Supervision Working Paper on the Regulatory Treatment of Operational Risk, Basel, September Pengumpulan dan Pengolahan Data Tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi umum perusahaan yang akan dijadikan sebagai studi kasus, dengan melakukan pengumpulan data-data awal yang diperlukan untuk keperluan analisis. Data-data tersebut berupa data internal dan data eksternal. Data internal merupakan data-data yang diperoleh dari lingkungan perusahaan tersebut sedangkan data eksternal merupakan data seputar lingkungan di luar lingkup perusahaan. Faktor faktor yang akan dijabarkan pada sub-sub bab berikut merupakan rangkaian proses yang diperlukan untuk membentuk Risk Assessment Matrix. 5. Identifikasi Risiko Analisis identifikasi risiko berdasar kepada lingkungan yang berkaitan dengan segi operasional perusahaan. Tahapan ini dimaksud untuk mengindentifikasi hal hal yang mempengaruhi kinerja operasional dan sebagai dasar analisis untuk tahap berikutnya. Tahapan ini menggunakan dua metode kualitatif dan kuantitatif yang pada nantinya, hasil akhir data merupakan variabel penting untuk membuat matriks risiko yang baru. Penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif dimaksudkan agar dapat mengukur risiko dari sisi finansial dan kebijakan penanganan risiko perusahaan. 6. Pengukuran Risiko Tahapan ini merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya, karena data hasil identifikasi diukur dengan metode kuantitaif dan kualitatif sehingga risiko dapat dikategorikan menjadi mendesak dan tidak 38
4 mendesak serta menghasilkan output pemetaan risiko dari masing masing metode. 7. Penyusunan Self Asessment Matriks Operasi Pengukuran Risiko Tahapan ini merupakan produk akhir dari tahapan identifikasi dan pengukuran risiko. Dimana varibal variabel dari data sebelumnya dimasukkan dalam suatu matriks untuk menunjukkan tinggi tidaknya suatu risiko. Matriks operasi dibentuk menjadi 3 dimensi untuk dapat mengakomodasi risiko secara finansial dan opersional. 8. Penanganan dan Pengendalian Risiko Alternatif-alternatif rencana tindak yang telah diperoleh akan diimplementasikan. Serta penentuan langkah-langkah implementasi yang harus ditempuh untuk mewujudkan masing-masing rencana tindak. 9. Monitoring Risiko Analisis monitoring risiko adalah bentuk kontrol terhadap risiko itu sendiri. Tahapan monitoring terhadap risiko menerangkan langkah langkah penanganan terhadap risiko. Bentuk pelaporan kontrol dan monitoring mencakup rencana tindak terhadap setiap risiko yang telah diidentifikasi dan prioritas penanganannya. Tahapan ini berhubungan dengan analisis terhadap KRI (Key Risk Indicator). 10. Kesimpulan dan saran Tahap akhir dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan hasil rangkuman dari proses analisis yang telah dilakukan, selain itu penulis juga mencoba memberikan saran-saran yang memungkinkan untuk perusahaan dan untuk penelitian selanjutnya. 4.2 Studi Literatur Beberapa tahun belakangan ini, institusi institusi di dunia telah mengakui elemen risiko operasional sebagai elemen pembentuk Risiko Korporat. Perkembangan teknologi, pertumbuhan E-Commerce, merger skala besar, peningkatan sistem outsourcing serta penggunaan teknik teknik baru untuk mengurangi kredit dan risiko secara langsung berpengaruh risiko operasional. 39
5 Hal hal tersebut membuka pandangan baru terhadap risiko opersional yang akan berkembang seiiring dengan perkembangan waktu. Pada institusi finansial pandangan ini semakin berkembang pada beberapa tahun belakangan ini. Menyikapi perkembangan ini, Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) mengeluarkan pedoman pedoman yang terdiri dari tiga pilar utama, dimana prinsipal pilar pertama mengikutsertakan operasional risk sebagai salah satu komponen utama. Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) adalah komite 13 negara yang diwakili oleh supervisor dan bankir bank sentral yang bertujuan untuk merevisi standar internasional yang mengukur kemampuan modal bank. BCBS dibentuk untuk mempromosikan penanganan konsisten terhadap risiko risiko yang dihadapi oleh bank dan bank regulator. Gambar 4.2 Basel II mengharuskan Risiko Operasional dalam perhitungan Rasio Kecukupan Modal Berdasarkan analisis BCBS, risiko operasional digolongkan sebagai subjek yang dipengaruhi oleh beban finansial dan dimasukkan dalam kriteria pilar pertama. Posisi ini dikemukakan pada 2001 Consultative Package and forms bulan januari 2001 yang diperkuat oleh hasil analisis dari Risk Management Group s (RMG.s). Hasil analisis RMG terhadap dokumen tersebut membawa beberapa perubahan terhadap Consultative Packages, antara lain: Perubahan definisi risiko operasional yang mendasari peraturan kalkulasi finansial Proposal pengurangan secara umum level biaya finansial risiko operasional 40
6 Pengenalan sistem pendekatan finansial baru yang berdasar kepada estimasi risiko internal bank (Advanced Measurement Approaches. [AMA]) Pertimbangan fungsi asuransi sebagai mitigasi risiko pada peraturan perhitungan finansial Perubahan-perubahan ini akan terjadi selama masa transisi sampai implementasi. RMG akan melakukan analisis berdasar data Compliance Process (CP) dan Quantitative Impact Study (QIS) untuk memberi masukan masukan baru selama proses transisi. Gambar 4.3 Proses transisi CP Risiko Operasional (Sumber; Basel Commitee, 2003) Periode konsultasi meliputi serangkaian Studi Dampak Kuantitatif (Quantitative Impact Studies), dimana pada sejumlah bank mengestimasi dampak dari implementasi kesepakatan berdasarkan makalah konsultatif. Pendekatan konsultatif dilakukan agar bank merasa yakin bahwa kesepakatan yang dibuat adalah benar Definisi Operational Risk Pada Consultative Package January 2001, risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian langsung atau tidak langsung yang terjadi dikarenakan kegagalan proses internal, manusia dan sistem atau kejadian eksternal. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa definisi di atas mengikutsertakan risiko legal (hukum), tetapi, risiko strategis dan reputasi tidak diikutsertakan dengan tujuan untuk meminimalisasi biaya finansial risiko operasional. Definisi ini telah dapat diterima secara luas walaupun ada ketidakjelasan mengenai arti sebenarnya kerugian langsung dan tidak langsung. Pilar I Basel menyebutkan bahwa risiko strategis dan reputasi tidak dikutsertakan, begitu 41
7 pula biaya modal tidak diikutsertakan untuk menutup kerugian tidak langsung atau opportunity cost. Sebagai hasilnya, referensi terhadap langsung dan tidak langsung pada definisi terdahulu dihilangkan. Dengan cara mendefiniskan langsung tipe tipe kerugian ke dalam data internal kerugian, RMG memberi arahan yag jelas tentang kerugian kerugian mana yang tercakup dalam biaya modal risiko operasional. Perubahan ini merevisi definisi risiko operasional sebagai The risk of loss resulting from inadequate or failed internal processes, people and systems or from external events. Perlu ditekankan bahwa pengertian ini berbasis kepada dasar penyebab risiko operasional. Hal hal yang dimaksud meliputi 4 penyebab risiko: Manusia Proses Sistem Faktor Eksternal Penyebab di atas secara spesifik sangat berguna dalam penanganan risiko dalam suatu institusi, tetapi, sangat bergantung kepada definisi yang telah ada dan telah terukur serta dapat dibandingkan. Mengingat risiko Operasional adalah wacana baru, supervisor dan perusahaan tidak dapat bertumpu pada data (yang secara eksplisit belum ada di lapangan) sehingga mereka harus menganalisis risiko berdasarkan perbedaan penyebab risiko operasional, kejadian kejadian yang dapat diukur serta efek profit dan loss (biaya) dari kejadian kejadian yang dimaksud. Seringkali perubahan-perubahan pada pasar mempengaruhi kinerja operasinya sehingga menimbulkan risiko operasonal. Pada pasar yang berubah ubah, perubahan yang tidak diharapkan pada pasar dan sumber daya akan meningkatkan kecepatan perusahaan untuk menyesuaikan teknologi operasinya, tetapi hal ini juga berarti meningkatnya risiko pada praktek strategi operasi tersebut. Pada banyak perusahaan efektifitas dan efisiensi manajemen dari strategi operasi yang dilakukan menjadi isu dan problem yang sangat penting. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian pada pengembangan operasi yang berdasarkan sumber daya dan menggeser persyaratan pasarnya. Setiap strategi operasi harus mengakomodasi risiko ini. Slack & Lewis pada bukunya 42
8 Operations Strategy, (2002) menerangkan tentang risiko operasional menggunakan poros persyaratan pasar dengan kapabilitas sumber daya operasi. Gambar 4.4 Proses strategi Operasi Risk (Sumber; Slack & Lewis, Operations Strategy, 2002) Kesulitan dalam menyesuaikan peningkatan pasar dan operasiya setiap saat secara jelas berarti perusahaan akan bergeser dari garis yang menunjukkan fit line yang sempurna. Pergeseran ke atas dari garis diagonal tersebut berarti bahwa kinerja pasar (persyaratan dan ekspektasi pasar) melebihi kemampuan dari kapabilitas operasi yang dimiliki perusahaan untuk memenuhinya. Area di bawah garis diagonal berarti bahwa perusahaan memiliki tingkat kompetensi atau kinerja potensial yang belum dioptimalkan dalam memenuhi persyaratan pasar. Kedua hal tersebut menunjukkan adanya risiko. Menurut hasil survey Risk Management Association (RMA) pada tahun 2003 external fraud merupakan sumber utama penyebab risiko operasional, sedangkan key driver dalam pengimplementasian risiko operasional berupa peningkatan performansi operasional. 43
9 Gambar 4.5 Sources of Operational Risk (Sumber; RMA (Risk Management Association), 2003) Gambar 4.6 Key Driver of Operational Risk (Sumber; RMA (Risk Management Association), 2003) Secara umum framework manajemen risiko operasional menggarisbawahi seluruh arahan strategi risiko operasional dan mengontrol manajemen risiko operasional serta proses pengukuran agar dapat diimplementasikan secara efektif pada perusahaan. Framework ini menyediakan aplikasi pengaturan dan prosedur risiko operasional secara menyeluruh pada perusahaan, baik badan independen yang yang menangani risiko sampai kepada setiap bisnis unit. Framework juga memberikan proses pengambilan data yang akurat agar data tersebut konsisten dan kompeherensif untuk mengukur dan memverifikasi keakuratan risiko operasional, sistem pelaporan dan strategi mitigasi risiko. 44
10
11
12
13 Penggunaan metode AMA dalam makalah ini, adalah sebagai alat pengukur kuantifikasi data, yang pada nantinya akan digunakan sebagai salah satu pilar pembentuk matriks risiko operasional yang baru. AMA Toolkit, meliputi penggunaan metode seperti: Internal loss event data External loss data Scenario analysis Key Risk/Performance Indicators (KRIs/KPIs) Quantitative measures serving as early warning indicators Risk and Control Self Assessments (RCSAs) Qualitative assessments of inherent risks and controls Manajemen Risiko Operasional Telkom Telkom melakukan manajemen risiko operasional dengan menggunakan pendekata ERM (Enterprise Risk Management). Konsep ERM memberikan proses pengendalian dan pengelolaan yang lebih mendetail dibandingkan dengan manajemen risiko tradisional ERM. Karena ERM mencakup penulusuran, pengukuran dan rencana tindak semua kategori risiko perusahaan seperti risiko operasional, risiko finansial, risiko strategis, risiko hukum, risiko pasar, risiko sosial dan politik, risiko teknologi, risiko reputasi, risiko customer dan risiko kompetisi. ERM tidak berfungsi sebagai alat penghapus risiko, tetapi lebih berfungsi untuk menekan dampak risiko yang diterima oleh perusahaan. ERM bertujuan untuk membalikkan stigma risiko yang berupa ancaman menjadi peluang untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Konsep ERM Telkom mengacu kepada konsep COSO ( Committee of Sponsoring Organization of the Treadaway Commission) dikarenakan dewan otoritas pasar modal Amerika Serikat mengharuskan pengimplementasian Sarbanes-Oaxley Act (SOA) dan pengendalian internal perusahaan dengan COSO SOA. Penerapan ERM harus didukung perusahaan dengan mengikutsertakan aspek-aspek berikut di setiap level perusahaan; Strategic, mencakup visi, misi dan strategi perusahaan Operational, efisiensi kegiatan operasional perusahaan Reporting, ketepatan waktu pelaporan dengan data yang akurat sesuai dengan prinsip-prinsip perusahaan. 48
14
15 Kategorisasi risiko, kerugian, dan recoveries Assessment risiko secara kuantitatif atau kualitatif Top down atau bottom up assessment Modelling residual risk Simple risk exposure atau perhitungan aktuarial 4.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data Identifikasi Risiko Pengidentifikasian risiko merupakan proses penganalisisan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) Telkom, khususnya dalam sistem operasi Divisi Infratel Telkom. Proses pengidentifikasian harus secara cermat, karena risiko yang tidak teridentifikasi mengakibatkan perusahaan menanggung risiko tersebut secara tidak sadar. Oleh karena itu, secara prosedural ada dua tahapan yang mesti dilalui dalam proses identifikasi risiko antara lain: Pembuatan daftar dari semua kerugian potensial yang mungkin dapat terjadi pada umumnya Metode identifikasi risiko mengacu kepada daftar yang telah dibuat Pembuatan Daftar Pembuatan daftar dapat mengacu kepada risiko existing yang dari perusahaan itu sendiri atau dengan melihat data comparative study dengan perusahaan lain yang bergerak pada industri yang sama. Daftar juga dapat dilihat dengan mengacu kepada daftar yang diterbitkan oleh Perusahaan asuransi, Badan penerbitan asuransi Asosiasi asuransi Risiko internal dapat dilihat pula dengan melihat potensi kerugian dalam perusahaan, karena daftar yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi biasanya hanya menyagkut risiko yang diasuransikan saja. Salah satu alternatif sistem pengklasifikasikan kerugian dalam daftar adalah: 1. Kerugian Hak Milik (Property Losses) Kerugian langsung terhadap operasional perusahaan Kerugian tidak langsung terhadap operasional perusahaan 50
16 Kerugian pendapatan akibat penghentian sementara kegiatan operasional 2. Kewajiban Mengganti Kerugian Orang Lain (Liability Losses) Kerugian penggantian biaya akibat terjadi kegiatan operasional yang merugikan orang lain (customer,partner) 3. Kerugian Personalia (Personnel Losses) Kerugian bagi perusahaan karena kematian, cacat atau pengunduran diri pegawai, langganan atau pemilik Kerugian bagi keluarga pegawai dikarenakan kematian, cacat atau pemberhentian Metode Identifikasi Risiko Tahapan kedua dari pengidentifikasian risiko adalah menggunakan daftar pada tahap pertama untuk menemukan dan menjelaskan jenis jenis kerugian yang dihadapi perusahaan. Banyak metode yang dianjurkan untuk mengeksplorasi daftar yang telah dibangun dan melihat apakah kerugian yang dimaksud ada pada perusahaan yang bersangkutan. Metode-metode yang dianjurkan untuk mengidentifikasi risiko, antara lain: Kuesioner laporan keuangan Metode laporan keuangan Metode flow-chart Inspeksi langsung pada objek Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan Catatan Statistik dari kerugian masa lalu Analisis lingkungan Identifikasi Risiko pada Divisi InfraTel Berdasarkan hasil wawancara dan brainstorming Unit Pranjanis (unit yang bertanggungjawab dengan penerapan manajemen risiko Divisi Infratel), didapatkan hasil identifikasi risiko operasi pada Divisi Infratel Telkom, seperti dipaparkan pada tabel berikut ini: 51
17
18
19
20
21
22
23
24
BAB III PERUMUSAN MASALAH
BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah Untuk Dipecahkan 3.1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia telekomunikasi yang pesat telah membawa arus globalisasi kepada dunia industri Indonesia.
Lebih terperinciKAJIAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI MENGGUNAKAN MATRIKS RISIKO BERDASARKAN PENDEKATAN AMA (ADVANCED MEASUREMENT APPROACHES)
KAJIAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI MENGGUNAKAN MATRIKS RISIKO BERDASARKAN PENDEKATAN AMA (ADVANCED MEASUREMENT APPROACHES) (Studi Kasus: PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Divisi InfraTEL) PROYEK AKHIR Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mitigasi risiko operasional menjadi isu sentral dalam peningkatan skala
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mitigasi risiko operasional menjadi isu sentral dalam peningkatan skala operasional perusahaan yang akan melakukan ekspansi bisnis, terutama yang bergerak dalam suatu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data didapatkan kesimpulan bahwa risiko-risiko operasional Telkom terdiri dari 17 risiko yang terdiri dari 4 risiko dengan
Lebih terperinciSTIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Operasional
Pengelolaan Risiko Operasional Manajemen Risiko, Sesi 9 Latar Belakang Bank-bank menempatkan perhatian terhadap risiko operasional sama pentingnya dengan risiko-risiko lainnya. Risiko operasional dapat
Lebih terperinciPERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO
PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian
Lebih terperinciMemadukan Balanced Scorecard (BSC) dan Enterprise Risk Management (ERM)
Memadukan Balanced Scorecard (BSC) dan Enterprise Risk Management (ERM) Oleh: Antonius Alijoyo July 2011 Latar Belakang Dalam berbagai kesempatan, penulis dihadapkan pada pertanyaan sejauh apa diperlukan
Lebih terperinciRingkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk
Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Kebijakan ini berlaku sejak mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris pada bulan Mei 2018. Manajemen risiko merupakan suatu bagian yang esensial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian manajemen puncak lembaga-lembaga keuangan di dunia (Mc. Peningkatan perhatian tersebut dipicu oleh adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen risiko operasional merupakan salah satu topik yang telah menjadi perhatian manajemen puncak lembaga-lembaga keuangan di dunia (Mc Kinsey and Co.,2009). Peningkatan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis yang pesat dan semakin meningkatnya kompleksitas produk bankmenyebabkan risiko kegiatan usaha bank juga semakin kompleks. oleh karena itu, bank ABC dituntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otoritas perbankan untuk menerima simpanan, memberikan kredit, dan menerima serta menerbitkan cek. Bank perlu di
Lebih terperinciKebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No.1/M-MBU/2011 tanggal 1 November 2011, manajemen risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan Good Corporate Governance. Pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja dan juga menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lingkungan bisnis saat ini yang memiliki tingkat kompetisi semakin tinggi menyebabkan perubahan tuntutan dan paradigma suatu perusahaan untuk menjadi lebih
Lebih terperinciTulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan
Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi
Lebih terperinciPRAKTEK PENILAIAN RISIKO
PRAKTEK PENILAIAN RISIKO 1; Pengantar Mengingat bahwa risiko adalah bagian integral dari pencapaian nilai strategis, maka perusahaan tidak berpikiran untuk menghilangkan risiko Sebaliknya, perusahaan ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga intermediasi berperan dalam pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional suatu negara karena bank mempunyai fungsi menyalurkan dana dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situasi lingkungan internal dan eksternal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan sehingga
Lebih terperinciBEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto
BEST PRACTICES ITG di Perusahaan Titien S. Sukamto Beberapa Best Practices Guideline untuk Tata Kelola TI 1. ITIL (The Infrastructure Library) ITIL dikembangkan oleh The Office of Government Commerce (OGC),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan profitability adalah hal yang sangat disukai oleh para investor dan stakeholders perusahaan apapun. Namun kedua hal tersebut dapat menjadi bumerang
Lebih terperinciPenetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko
- 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN PERSIAPAN IMPLEMENTASI BASEL II DI BANK MEGA
BAB 4 PEMBAHASAN PERSIAPAN IMPLEMENTASI BASEL II DI BANK MEGA Sehubungan dengan rencana pemerintah dalam melakukan implementasi Basel II pada industri perbankan di Indonesia dimana masih terdapat banyak
Lebih terperinciSimulation based Workshop of KEY RISK INDICATORS. Diselenggarakan oleh : Risk Management Service Provider of the Year
Simulation based Workshop of KEY RISK INDICATORS Diselenggarakan oleh : Risk Management Service Provider of the Year SINOPSIS Pelatihan ini dirancang untuk memberikan pemahaman tentang konsep Key Risk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pasal 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, menyebutkan pengertian Bank adalah badan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan, sehingga
Lebih terperinciPENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan Gedung Jamsostek Jl. Jend. Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan 12930 T (021) 520 7797 F (021) 520 2310 www.bpjsketenagakerjaan.go.id
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manajemen resiko operasional masih relatif baru bagi bank-bank di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen resiko operasional masih relatif baru bagi bank-bank di Indonesia, walaupun resiko itu selama ini sudah melekat pada industri perbankan dan beberapa bank telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, ini disebabkan karena penurunan kinerja ekspor-impor. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah krisis ekonomi global saat ini semua negara merasakan imbasnya, termasuk Indonesia, ini disebabkan karena penurunan kinerja ekspor-impor. Menurut Badan Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan saat ini digambarkan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan saat ini digambarkan sebagai entitas perubahan yang sebagian besar didorong oleh implementasi sistem informasi yang modern.
Lebih terperinciKEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO
KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO Seiring dengan pertumbuhan bisnis, Direksi secara berkala telah melakukan penyempurnaan atas kebijakan, infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia secara periodik dengan
Lebih terperinciMETODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) UNTUK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) UNTUK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Nuri Andarwulan SEAFAST Center, IPB Southeast Asian Food & Agr. Sci & Tech Center Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB 23 Oktober
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dunia perbankan sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (giro,
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN.. xiii xiv xvi xvii I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang..... Permasalahan....3. Tujuan Penelitian....4. Manfaat Penelitian.....
Lebih terperinci6/1/16 Manajemen Proyek IT - Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Dosen Pengampu: Anief Fauzan Rozi, S.Kom., M.Eng. Phone/WA: 0856 4384 6541 PIN BB: 29543EC4 Email: anief.umby@gmail.com Website: http://anief.mercubuana- yogya.ac.id 6/1/16 Manajemen Proyek IT - Universitas
Lebih terperinciPENGUKURAN RISIKO OPERASIONAL DENGAN PENDEKATAN BAYESIAN BOOTSTRAPPING OLEH JULFIANI
PENGUKURAN RISIKO OPERASIONAL DENGAN PENDEKATAN BAYESIAN BOOTSTRAPPING OLEH JULFIANI 090823051 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011
Lebih terperinciManajemen Resiko Enterprise
Manajemen Resiko Enterprise Rosa Ariani Sukamto 23507024 IS-7075 Manajemen Resiko Abstrak Resiko dari segi finasial dan operasional selalu dihadapi oleh semua perusahaan tanpa terkecuali. Oleh karena itu
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Indonesia setidaknya memiliki dua hal penting dalam menyikapi jatuhnya industri perbankan, karena hal itu tidak hanya berakibat buruk terhadap sistem perbankan itu
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Sumber: Data Hasil Pribadi Gambar 3.1 Flowchart MetodePenelitian 40 41 1 Penerjemahan Visi dan Misi ke dalam empat perspektif Analisis SWOT
Lebih terperinciSTMIK GI MDP ANALISIS PENGGUNAAN FITUR MOBILE BANKING TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN PADA NASABAH BANK BCA DI PALEMBANG
STMIK GI MDP Program Studi Sistem Informasi Kekhususan Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2010/2011 ANALISIS PENGGUNAAN FITUR MOBILE BANKING TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Namun seiring dengan tuntutan persaingan bisnis, Bank XYZ pun melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank XYZ merupakan bank umum yang berfokus pada segmen korporasi. Namun seiring dengan tuntutan persaingan bisnis, Bank XYZ pun melakukan transformasi bisnis dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam menyelesaikan kajian risiko pada Proyek Pembangunan Transmisi Saluran udara tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Malingping Bayah ini terdapat beberapa langkah
Lebih terperinciEnterprise Risk Management. Bahan dari Committee of Sponsoring Organization (COSO) of Tradeway commission
Enterprise Risk Management Bahan dari Committee of Sponsoring Organization (COSO) of Tradeway commission Definisi ERM: suatu proses yang berpengaruh pada sebuah entitas, jajaran direksi, pihak manajemen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri dewasa ini menyebabkan persaingan yang terbuka dalam skala nasional maupun internasional, sektor industri manufaktur dan jasa berkembang
Lebih terperinciManajemen Resiko Dalam Dunia Perbankan
Sen Yung IT Division Bank Perkreditan Rakyat Daya Lumbung Asia Abstract This paper is explained about risk management in general and every steps that should be done to implement risk management. The issue
Lebih terperinciManfaat Penggunaan Balanced Scorecard
Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard Balanced scorecard digunakan dalam hampir keseluruhan proses penyusunan rencana. Tahapan penyusunan rencana pada dasarnya meliputi enam kegiatan berikut: perumusan
Lebih terperinciSecara garis besar disintesis menjadi 4 tahap. (Hallowel dkk, 2013)
2.2 Manajemen Risiko Manajemen risiko harus dilakukan di seluruh siklus proyek dari tahap awal sampai akhir proyek (Project Risk Management Handbook, 2007). Ketidakpastian ini tidak dapat sepenuhnya dihilangkan
Lebih terperinciCOBIT 5 SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto
COBIT 5 SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto The COBIT 5 Framework COBIT 5 membantu perusahaan menciptakan nilai optimal dari TI dengan menjaga keseimbangan antara menyadari manfaat dan mengoptimalkan
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM MANAJEMEN RISIKO PT PLN (PERSERO)
PEDOMAN UMUM MANAJEMEN RISIKO PT PLN (PERSERO) EDISI OKTOBER 2014 LAMPIRAN L : Template Pemantauan Risiko (Triwulanan) Lampiran L Pedoman Umum Manajemen Risiko PTPLN (Persero) A. Penjelasan Template
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegagalan lembaga keuangan yang berdampak sistemik serta disfungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis keuangan global memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang pentingnya menjaga sistem keuangan agar tetap tahan terhadap krisis. Krisis yang saat ini
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO crmsindonesia.org
S U R V E Y N A S I O N A L MANAJEMEN RISIKO 2016 crmsindonesia.org Daftar Pustaka 3 Indonesia 6 Potret 7 9 dan Kompetisi Regional dan Tren Manajemen Risiko di Indonesia Adopsi Manajemen Risiko di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerbitkan Standards Australia of the world s risk management standard, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kegiatan bisnis selalu mengandung risiko yang setara dengan tingkat pengembalian (return) yang akan didapatkan. Pada dasarnya risiko tidak dapat dihindari dari
Lebih terperinci4 BAB IV PEMECAHAN MASALAH
4 BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian proyek akhir ini disusun untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian yang berisi tahapan-tahapan kegiatan yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan menggunakan sumber daya yang
Lebih terperinciCOSO ERM (Enterprise Risk Management)
Audit Internal (Pertemuan ke-4) Oleh: Bonny Adhisaputra & Herbayu Nugroho Sumber: Brink's Modern Internal Auditing 7 th Edition COSO ERM (Enterprise Risk Management) COSO Enterprise Risk Management adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Singapore yang telah mengadopsi Kerangka Basel II tentang Risk Based Capital
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Bank UOB Indonesia sebagai salah satu anak perusahaan Grup UOB Singapore yang telah mengadopsi Kerangka Basel II tentang Risk Based Capital Adequacy Requirements
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perubahan teknologi, globalisasi dan transaksi bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus dihadapi
Lebih terperinciKEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN
2014 Surat Keputusan Pasal 2,... I Surat Keputusan II DAFTAR ISI Daftar Isi Surat Keputusan... I Daftar Isi... III I. Pendahuluan... 1 II. Terminologi Manajemen Risiko... 5 III. Komponen Penerapan Manajemen
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Ruang Lingkup Konsep Kepatuhan (complincce) dalam Konteks. a. Konsep kepatuhan (compliance) yang diadopsi dalam Basel II oleh Basel
213 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ruang Lingkup Konsep Kepatuhan (complincce) dalam Konteks Perbankan di Indonesia a. Konsep kepatuhan (compliance) yang diadopsi dalam Basel II oleh Basel Committee on
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor publik, termasuk
Lebih terperinciQUANTITATIVE RISK MANAGEMENT-COSO: APLIKASI DALAM PENGELOLAAN LABORATORIUM KIMIA
QUANTITATIVE RISK MANAGEMENT-COSO: APLIKASI DALAM PENGELOLAAN LABORATORIUM KIMIA Hari Sutrisno Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Yogyakarta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Penelitian kali ini ditujukan untuk membantu pihak manajemen Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya dalam membuat suatu rencana strategi yang lebih
Lebih terperinciInternal Audit Charter
SK No. 004/SK-BMD/ tgl. 26 Januari Pendahuluan Revisi --- 1 Internal Audit Charter Latar Belakang IAC (Internal Audit Charter) atau Piagam Internal Audit adalah sebuah kriteria atau landasan pelaksanaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Rekayasa Ulang Proses Bisnis Definisi rekayasa ulang menurut Hammer & Champy (1993) adalah pemikiran ulang secara fundamental dan perancangan ulang secara radikal atas
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Perencanaan merupakan perumusan awal segala sesuatu yang akan dicapai. Perencanaan melibatkan evaluasi mendalam dan cermat serangkaian tindakan terpilih dan penetapan
Lebih terperinciKEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis
KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Manajemen Resiko Bisnis Manajemen Resiko Manajemen risiko
Lebih terperinciINTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK
2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI
Lebih terperinciLAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /SEOJK.05/2017
LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /SEOJK.05/2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR INDUSTRI KEUANGAN NON BANK -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi bisnis profesional dalam segala level. Hal ini karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengendalian internal (internal control) merupakan salah satu konsep yang sangat penting bagi bisnis profesional dalam segala level. Hal ini karena pengendalian internal
Lebih terperinciRisiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko)
Tabel 4.6 Risiko Manajemen Alat Produksi Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko) 2. Risiko Pengembangan Infrastruktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan peran makhluk lain untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial, yang sudah pasti akan membutuhkan peran makhluk lain untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu dari sekian banyak kebutuhan
Lebih terperinciENTERPRISE RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PERUSAHAAN)
ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (MANAJEMEN RESIKO PERUSAHAAN) 1 Risiko ada dimana-mana. Hukum kekekalan enerji mengatakan enerji tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan. Energi berpindah-pindah dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisa pengaruh..., Wendy Endrianto, FE UI, 2010.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Topik Perkembangan perokonomian di era globalisasi yang menuntut kemajuan disegala sektor ini telah menjadikan bank sebagai salah satu sektor industri yang paling
Lebih terperinciBAB IV PEMECAHAN MASALAH
BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian proyek akhir ini disusun untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian yang berisi tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan.
Lebih terperinciRISK ASSESSMENT DAN UPAYA PENGEMBANGAN JASA KONSULTASI DI BIDANG MANAJEMEN RISIKO. oleh : Slamet Susanto, AK)
RISK ASSESSMENT DAN UPAYA PENGEMBANGAN JASA KONSULTASI DI BIDANG MANAJEMEN RISIKO oleh : Slamet Susanto, AK) Latar Belakang Dalam upaya mengembangkan metodologi Risk Management Based Audit (RMBA) di BPKP
Lebih terperinciKebijakan Manajemen Risiko
Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO BAGI SPI PTN
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BAGI SPI PTN Dalam menghadapi risiko atas Peraturan yang berubahubah dan Peraturan antar Kementerian yang tidak sinkron Disampaikan oleh: Ernadhi Sudarmanto Deputi Kepala BPKP Bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan pengawasan aktiva.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan
Lebih terperinciRISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO
RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO Introduction Bank adalah sebuah institusi yang memiliki surat izin bank, menerima tabungan dan deposito, memberikan pinjaman, dan menerima serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam perkembangannya, penekanan dan mekanisme internal audit telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangannya, penekanan dan mekanisme internal audit telah bergeser (berubah). Pada masa lalu fokus utama peran internal auditor adalah sebagai watchdog dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arus dana dalam suatu perekonomian. Jika sebuah bank mengalami permasalahan,
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga yang berperan menjalankan fungsi intermediasi atas arus dana dalam suatu perekonomian. Jika sebuah bank mengalami permasalahan, dampak
Lebih terperinciUNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI No. Dokumen 02-3.04.1.02 Distribusi Tgl. Efektif RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah Kode Rumpun MK Bobot (SKS) Semester
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada sektor riil. Karakteristik industri perbankan berbeda jika dibandingkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri Perbankan merupakan suatu industri yang memiliki risiko usaha yang sangat tinggi, terutama karena melibatkan pengelolaan keuangan masyarakat. Jatuhnya industri
Lebih terperinciKonsep Dasar Kegiatan Bank
REGULASI PERBANKAN Konsep Dasar Kegiatan Bank Bank berfungsi sebagai financial intermediary antara source of fund dan use of fund Use of fund Revenue Loan BANK Cost Deposit Source of fund Bank merupakan
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan
22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pendahuluan PT Bank CIMB Niaga Tbk telah menetapkan visi dan misinya yaitu Menjadi Bank terpercaya di Indonesia, bagian dari jaringan universal banking terkemuka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi sekarang sudah menjadi elemen penting dari aktivitas masyarakat dan tidak terkecuali untuk aktivitas bisnis. Salah satunya adalah siklus pendapatan,
Lebih terperinciMATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia
MANAJEMEN RESIKO PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Pendahuluan Resiko : peluang mendapatkan kerugian atau akibat
Lebih terperinciISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi
Selamat Datang di Pelatihan IAPMO R&T Registration Services ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi QMS-100, Rev 1, dated 2/20/2015 1 Agenda Pengenalan Annex SL Perubahan ISO 9001 Ringkasan QMS-100,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tata Kelola IT Disektor perbankan nasional, informasi dan teknologi yang mendukung proses bisnis mereka merupakan aset yang sangat berharga. Tetapi kurang dipahami oleh beberapa
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai
Lebih terperinciSA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN
SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global dunia usaha yang semakin berat. Misi BUMN sebagai sumber penerimaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan misi dan peran yang dimilikinya saat ini menghadapi tantangan kompetisi global dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita menyadari bahwa krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah memberikan pelajaran yang berharga. Praktek-praktek tidak terpuji dari para pelaku ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan pasti dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Salah satu risiko tersebut dapat berupa keuangan maupun nonkeuangan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga
Lebih terperinciStandar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dalam jangka pendek (tujuan operasional). Oleh karena itu, diperlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Leysen dan Nuffel (2010), sebuah organisasi yang memiliki kinerja yang baik adalah organisasi yang mampu mencapai tujuan organisasi saat ini dan mampu mempersiapkan
Lebih terperinciBAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA
BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA Untuk memenuhi solusi yang dijelaskan pada bab 3, perlu adanya rencana implementasi dan perkiraan kebutuhan sumber daya agar solusi tersebut dapat
Lebih terperinci