VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA"

Transkripsi

1 VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek-aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana usaha pembibitan Peternakan Domba Tawakkal layak dilihat dari aspek-aspek non finansial. Dalam penelitian ini, dikaji beberapa aspek non finansial diantaranya aspek aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan sosial dan lingkungan Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang menjadi prioritas utama dalam menentukan layak tidaknya suatu usaha. Jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek usaha kedepannya pun tidak jelas, maka risiko kegagalan usaha menjadi besar. Untuk itu, dalam menentukan layak tidaknya usaha Peternakan Domba Tawakkal dari aspek pasar, perlu dikaji dengan baik struktur pasar yang terbentuk dan peluang pasar yang ada. Melalui strategi pemasaran yang baik pula maka peluang pasar yang tersedia dapat diraih dengan baik. Suatu usaha dikategorikan layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar dengan syarat jika tersedia pasar yang siap menerima produk perusahaan tersebut. Struktur pasar yang terbentuk pada usaha penggemukan domba adalah pasar oligopoli. Hal ini terlihat hanya ada beberapa usaha penggemukan domba sebagai produsen yang menguasai pangsa pasar yang ada. Khusus di daerah Bogor, usaha yang bergerak di bidang peternakan domba tercatat ada lima peternakan besar, baik yang bersifat pembibitan maupun penggemukan. Kelima peternakan besar itu adalah Peternakan Domba Tawakkal di Cimande, PT Caprito A.P di Carui, Duafa Farm di Pasir Buncir, drg Jajang S di Pekan Sari dan Budi Susilo di Tegal Waru. Peternakan domba ini masing-masing memiliki populasi berkisar ekor dengan populasi terbesar dimiliki oleh Peternakan Domba Tawakkal yaitu 1200 ekor. Menurut Sugeng dan Sudarmono (2007), ternak domba merupakan ternak yang memiliki fungsi sosial dan keagamaan. Ketersediaan pasar untuk ternak jenis ini selalu ada, baik dalam negeri maupun luar negeri semakin terbuka lebar. 44

2 Secara umum kenyataan ini didorong oleh beberapa faktor yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat akan gizi, dan penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam. Data dari Direktorat Jenderal Peternakan (2009) menyatakan bahwa permintaan domba setiap tahun mengalami kenaikan sebesar 24 persen dan permintaan tersebut masih kewalahan untuk dipenuhi oleh peternak yang ada di Jawa Barat dikarenakan kapasitas produksi yang masih rendah. Permintaan domba ternyata bukan berasal dari pasar lokal saja namun juga berasal dari pasar luar negeri, khususnya dari Timur Tengah. Bahkan baru-baru ini ada pesanan dari pebisnis asal Timur Tengah sebesar ekor per bulan. Permintaan pasokan tersebut masih belum dapat dipenuhi karena populasi yang masih terbatas. Hal ini merupakan peluang bagi Peternakan Domba Tawakkal dalam jangka panjang. Jika dalam perjalanan usahanya Peternakan Domba Tawakkal mampu bersaing dan mengembangkan skala bisnisnya, tidak mustahil Peternakan Domba Tawakkal dapat mengambil peran untuk memenuhi kebutuhan daging di pasar internasional. Sementara itu, produsen yang menawarkan ternak domba tidak sebanding dengan tingkat permintaan yang ada. Kenyataan ini dapat dilihat dari rendahnya tingkat pertumbuhan populasi yang tidak sebanding dengan tingkat permintaan akan ternak domba tersebut. Adanya permintaan daging domba yang cukup besar baik untuk kebutuhan domestik maupun luar negeri tersebut membuka peluang bagi Peternakan Domba Tawakkal sebagai salah satu usaha untuk menyediakan kebutuhan daging domba. Tabel 11. Data Populasi dan Pemotongan Domba di Kabupaten Bogor Tahun 2010 Keterangan 2008 Tahun 2010 Perubahan persen (% ) Populasi Domba ,97 Pemasukan domba dari ,09 luar kabupaten Jumlah Pemotongan ,92 Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 4 (2011) Data tahun 2010 menunjukkan bahwa persentase peningkatan populasi domba lebih kecil dari pemotongan domba dan pemasukan domba dari luar Kabupaten Bogor. Untuk memenuhi permintaan konsumen, domba didatangkan 4 ( Disnak Jabar] Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Data Statistik Peternakan [14 April 2012] 45

3 dari luar kabupaten dan jumlahnya meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Pemotongan domba setiap tahun juga meningkat secara signifikan tanpa didukung oleh peningkatan populasi domba yang sebanding. Strategi produk yang dijalankan oleh Peternakan Domba Tawakkal yaitu dengan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas ternaknya melalui penanganan di masa produksi. Berkualitas atau tidaknya ternak yang dihasilkan merupakan hasil penanganan ternak di masa pemeliharaan. Penanganan yang dilakukan berupa menjaga kebersihan ternak dan kandang, pemberian pakan secara teratur dan pemberian obat untuk menjaga kesehatan ternak. Kualitas ternak yang baru datang (dibeli dari luar) perlu dijaga dengan diberi perlakuan khusus yaitu setelah bakalan sampai di kandang, domba langsung diberikan perlakuan awal yaitu ditenangkan selama satu hari di kandang lalu diberi pakan yang telah disediakan sebelumnya. Bakalan yang baru sampai di kandang biasanya akan sedikit mengalami stres setelah mengalami perjalanan dari tempat asalnya. Setelah didiamkan sekitar satu hari domba diberi obat cacing, dicukur dan dimandikan. Pemberian obat cacing dilakukan guna menjaga kesehatan domba agar pertumbuhannya tidak terganggu karena dari pengalaman Peternakan Domba Tawakkal sebanyak 90 persen domba yang baru datang menderita cacingan, sedangkan domba dimandikan agar badannya menjadi lebih segar dan memiliki nafsu makan yang tinggi. Pakan yang diberikan berupa rumput yang diperoleh dari daerah sekitar lokasi. Rumput yang tersedia sangat melimpah sehingga domba tidak pernah mengalami kekurangan pakan bahkan terkadang cenderung berlebih. Terkadang meski sisa rumput masih ada, pegawai tetap mengganti dengan rumput yang baru yang lebih segar. Ketersediaan pakan yang melimpah ini merupakan kekuatan yang cukup signfikan yang dimiliki oleh usaha ternak domba Peternakan Domba Tawakkal saat ini. Pakan tambahan berupa ampas tahu juga diberikan sebagai pakan penguat untuk menutupi zat gizi yang tidak dipenuhi oleh rumput dan sebagai sumber protein bagi domba. Strategi produk juga dilakukan dengan pemilihan bakalan domba yang baik yang didapat dari peternak dan masyarakat di Bogor dan sekitarnya. Pemilihan bakalan ini menjadi salah satu kunci sukses 46

4 untuk menghasilkan produk yang baik karena bakalan yang baik akan menghasilkan daging yang baik juga terlabih dengan pemeliharaan yang intensif. Harga yang diberikan kepada konsumen untuk satu kg bobot hidup domba betina adalah sebesar Rp ,00 dan biasanya pada hari-hari tertentu seperti hari raya Idul Adha permintaan terhadap hewan Qurban meningkat tajam, bahkan melebihi dari jumlah domba jantan yang dipelihara. Harga biasanya meningkat dari harga yang telah ditentukan. Harga domba yang dijual dalam bentuk karkas sebesar Rp ,00 per kg karkas dengan daerah pemasaran yang meliputi wilayah Jabodetabek. Selain itu Peternakan Domba Tawakkal juga menerapkan harga berdasarkan taksiran penampilan fisik. Hal ini dimaksudkan untuk melayani calon pembeli yang lebih detil dalam memilih domba dengan datang langsung ke kandang. Tidak ada ukuran yang baku dalam menentukan harga, tergantung dari kesepakatan tawar menawar antara Peternakan Domba Tawakkal dengan calon pembeli. Penjualan domba dari usaha ternak Peternakan Domba Tawakkal saat ini mayoritas masih menggunakan sistem jual berdasarkan penampilan fisik. Harga juga dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan situasi dan kondisi misalnya pada saat Idul Adha harga dapat menjadi lebih tinggi apalagi dalam kondisi permintaan sangat banyak. Dari hasil analisis aspek pasar, dapat disimpulkan bahwa usaha penggemukan domba Peternakan Domba Tawakkal layak untuk diusahakan karena kebutuhan akan daging domba di wilayah Bogor masih sangat besar sementara produksi daging peternak di wilayah Bogor belum mampu memenuhi kebutuhan yang besar tersebut. Dengan adanya pengembangan Peternakan Domba Tawakkal dapat mengurangi gap antara permintaan dan penawaran sehingga dapat memenuhi permintaan domba sebanyak 15 ekor perhari Aspek Teknis Menurut Subagyo (2007) indikator suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan bila dinilai dari aspek teknis produksi adalah jika secara teknis usaha tersebut dapat dilakukan dan suistainable. Analisis secara teknis berhubungan dengan proses pembangunan suatu usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah usaha dijalankan. Aspek ini menjelaskan beberapa bagian utama dalam 47

5 pelaksanaan suatu usaha, seperti input usaha (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Berdasarkan variabel-variabel utama yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan lokasi perusahaan maka Peternakan Domba Tawakkal memiliki lokasi yang cukup strategis. Lokasi Peternakan Domba Tawakkal yang strategis dapat dilihat dari keberadaan bahan baku (pakan hijauan) yang selalu tersedia. Hal ini dikarenakan posisi Peternakan Domba Tawakkal dekat dengan berbagai area lapangan hijau tempat tumbuhnya pakan hijauan seperti daerah Lido dan kebun rumput warga sekitar Desa Cimande. Untuk konsentrat ampas tahu juga sangat mudah didapatkan karena banyak pabrik pengolah tahu di wilayah Bogor. Selain itu, lokasi perusahaan juga dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan transportasi pengangkutan pakan. Fasilitas pendukung utama lainnya berupa tenaga listrik dan air tersedia cukup baik. Variabel utama lainnya yang terpenting dalam penentuan lokasi perusahaan adalah letak pasar yang dituju. Variabel ini berkaitan dengan tujuan dari perusahaan sendiri yaitu menjadi perusahaan peternakan yang mampu memenuhi permintaan pasar khususnya wilayah Bogor. Posisi perusahaan yang terletak di Bogor cukup strategis sebagai lokasi produksi dan tidak mengalami masalah yang signifikan bagi pihak perusahaan, dan bila dilihat dari segi supply tenaga kerja, lokasi perusahaan saat ini tidak menjadi masalah karena kebutuhan tenaga kerja masih terpenuhi. Saat ini Peternakan Domba Tawakkal sudah beroperasi dalam skala menengah. Karena permintaan akan daging domba cukup tinggi, maka peluang untuk meraih keuntungan besar dapat diperoleh dengan memperluas skala usaha. Kapasitas perusahaan juga masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat dijadikan modal dalam rencana perluasan skala usaha. Dapat dikatakan bahwa Peternakan Domba Tawakkal masih sangat berpotensi untuk meningkatkan skala usahanya untuk mencapai skala ekonomis. Kandang utama Peternakan Domba Tawakkal didirikan di desa Cimande Hilir Kecamatan Caringing Kabupaten Bogor. Kandang dibangun dari bahan kayu dengan umur ekonomis selama sepuluh tahun. Layout dan gambar kandang di peternakan dapat dilihat pada Lampiran 4. 48

6 a. Ketersediaan bahan baku Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional adalah pakan ternak. Pakan yang dibutuhkan yaitu ampas tahu sebagai konsentrat dan rumput hijau. Ampas tahu diperoleh dari pabrik ampas tahu di wilayah Bogor yaitu Caringin, Cigombong, Cikereteg, dan Batu Tulis yang dibeli dengan sistem kontrak. Hijauan diperoleh dari kegiatan menyabit rumput yang disabit di sekitar daerah Cigombong (Lido, Ciletuh, dan Sempur), Caringin, Pancawati, dan Ciherang Bogor. Setiap hari, penyabit rumput harus menyediakan 30 karung rumput hijau per kandangnya. Hijauan tidak terlalu sulit untuk didapatkan di daerah Cimande masih banyak lapangan-lapangan kosong dan kebun-kebun sengon yang menghasilkan rumput hijau. Tidak ada perjanjian khusus antara Peternakan Domba Tawakkal dengan pemilik kebun karena adanya hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Peternakan Domba Tawakkal mendapatkan rumput secara mudah dan kebun pemilik lahan bersih dari rumput liar. b. Tenaga listrik dan air Listrik diperlukan untuk proses penerangan pada kandang, kantor dan untuk memompa air dari sumur bor ke bak penampungan. Listrik diperoleh perusahaan dengan berlangganan kepada PLN serta membayar iuran tiap bulan sesuai daya yang digunakan. Daya listrik yang digunakan pada Peternakan Domba Tawakkal adalah sebesar 900 watt, karena kebutuhan untuk memompa air dengan menggunakan empat mesin pompa air. Air merupakan kebutuhan yang mutlak, baik untuk keperluan hidup ternak, sanitasi, maupun keperluan sehari-hari. Kebutuhan air bersih untuk keperluan operasional peternakan maupun untuk kepentingan lainnya pada saat ini didapatkan dari sumber air yang berasal dari tiga sumur gali dan satu sumur bor, yang sebelumnya ditampung pada bak penampung air yang berjumlah empat penampung air pada masing-masing kandangnya. Sumber air ini digunakan untuk mandi para pegawai, untuk memandikan domba, membersihkan selokan kandang, lantai kandang dan mencuci kandang juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari karyawan. Kondisi geografis Kabupaten Bogor membuat ketersediaan air 49

7 tercukupi sepanjang tahun sehingga setiap kebutuhan operasional yang membutuhkan air selalu dapat tercukupi sacara melimpah. c. Fasilitas Trasportasi Transportasi yang dibutuhkan oleh Peternakan Domba Tawakkal yaitu mobil pick-up untuk mengangkut rumput, ampas tahu dan juga untuk mengantar domba ke konsumen. Peternakan Domba Tawakkal memiliki dua unit mobil pickup untuk kegiatan opersional di peternakan. Kondisi umum di daerah Cimande baik karena Tawakal Farm dekat dengan jalan umum yang teraspal dan dekat dengan jalan raya yang menghubungkan dengan desa lain. Kondisi jalan yang baik ini menunjang kelancaran transportasi kegiatan operasional (Gambar 3). Gambar 3. Mobil Angkut dan Fasilitas Jalan Menuju Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012 Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012) Transportasi digunakan baik untuk mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan kegiatan pendukung lainnya Kegiatan operasional dimulai pada pukul WIB dan mobil angkut akan membawa karyawan penyabit untuk mencari rumput. Pada sore hari sekitar pukul WIB maka rumput akan dibawa ke kandang untuk dibagikan kepada domba. Pencarian rumput dan pengangkutan ampas tahu dilakukan secara bersamaan sehingga dibutuhkan dua kenderaan operasional. Ketersediaan mobil angkut sangat membantu sehingga memudahkan pengangkutan pakan menuju Peternakan Domba Tawakkal. Kondisi jalan menuju Peternakan Domba Tawakkal masih semi batu dan belum diaspal. Meski demikian, ketika hujan tidak akan mengganggu proses keluar masuknya kenderaan ke Peternakan Domba Tawakkal 50

8 d. Lay Out Keberhasilan dalam pemeliharaan ternak sangat dipengaruhi oleh tersedianya bangunan kandang yang baik. Kandang yang baik akan berpengaruh terhadap peningkatan laju pertumbuhan dan kesehatan domba. Terdapat lima unit kandang pada lokasi peternakan, yaitu kandang A, B, C, D dan E. Posisi kelima kandang membentang dari Utara ke Selatan dan dinding kandang menghadap arah Timur dan Barat. Posisi yang seharusnya yaitu kandang menghadap ke Timur Barat dan dindingnya menghadap Utara Selatan. Posisi kandang Peternakan Tawakkal ini menyebabkan sinar matahari hanya sampai ke beberapa tempat saja yaitu pada pagi hari sinar matahari mengenai kandang paling kanan dan pada sore hari mengenai kandang paling kiri. Walaupun tidak mendapatkan sinar matahari secara bersamaan, namun hal ini tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi pertumbuhan domba.. Sinar matahari penting bagi kesehatan domba dan menjaga agar keadaan kandang tidak lembab. Sistem perkandangan yang dimiliki di Peternakan Domba Tawakkal yaitu menggunakan kandang panggung. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan kandang panggung, di antaranya sebagai berikut. Kelebihan kandang panggung : a. Kandang relatif lebih bersih karena kotoran, urine dan sampah langsung jatuh ke bawah kolong sehingga lantai kandang selalu dalam keadaan kering. b. Perkembangan kuman/bibit penyakit dapat ditekan sehingga ternak jadi lebih sehat. Kekurangan kandang panggung : a. Biaya pembuatan lebih mahal. b. Ada risiko kecelakaan karena ternak dapat terperosok. c. Kandang memikul lebih berat. Besar kecilnya kandang (ukuran bangunan kandang) ditentukan dari populasi yang ingin dicapai. Setiap ekor domba memerlukan luas ruangan (pen) yang berbeda sesuai dengan umurnya. Pada penggemukan (fattening) dan pembibitan (breeding) di peternakan domba Tawakkal terdapat dua jenis kandang yang berbeda yaitu kandang sekat (individu) dan kandang koloni (kelompok). Di peternakan Tawakkal kandang sekat atau individu digunakan untuk kandang 51

9 penggemukan. Untuk ukuran bobot badan domba kg kandang sekat per individu berukuran panjang 110 cm, lebar 45 cm dan tinggi 100 cm. Untuk domba ukuran bobot badan domba 35 dan tinggi 110 cm. 100 kg berukuran panjang 130 cm, lebar 75 cm Kandang yang digunakan untuk pembibitan di Peternakan Domba Tawakkal menggunakan kandang koloni (kelompok) yang mempunyai ukuran panjang 110 cm, lebar 130 cm dan tinggi 90 cm yang diisi oleh domba 2-3 ekor dan kandang koloni untuk domba dara berukuran panjang 300 cm, lebar 150 cm dan tinggi 90 cm yang diisi oleh domba 6-8 ekor. Selain itu, mempunyai kandang untuk kawin domba dengan bentuk kandang koloni yang mempunyai ukuran panjang 220 cm, lebar 190 cm dan tinggi 90 cm yang terletak di kandang D. Kandang dibangun bersekat-sekat yang dapat dilepas dan dipasang kembali sesuai kebutuhan pemeliharaan. Sekat untuk sistem individu dibuat hanya cukup untuk satu ekor domba dengan ukuran panjang cm dan lebar cm. Sekat untuk sistem koloni bervariasi ukurannya, hal ini karena adanya perbedaan desain sekat pada tiap-tiap kandang. Perbedaan desain sekat ini juga meneyebabkan terjadinya perbedaan jumlah domba yang dapat ditampung pada tiap kandang koloni pada masing-masing kandang. Ukuran kandang pada Peternakan Domba Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 12. Ukuran kandang yang terdapat di Peternakan Domba Tawakkal Kandang Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm) Tinggi Panggung (cm) A B C D E Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012) Kandang yang dibuat harus cukup kuat. Tiang-tiang kandang harus mampu menopang semua beban dari keseluruhan bangunan kandang. Oleh karena itu, jenis bahan yang digunakan harus dipilah-pilah. Bagian-bagian tertentu, seperti dinding dan atap harus dibuat seringan mungkin, tetapi cukup kuat, sirkulasi udara yang baik dan sesuaikan dengan kondisi setempat. 52

10 Tiang kandang harus dapat menyangga keseluruhan bangunan kandang sehingga kandang berfungsi dengan baik dan tahan lama. Tiang utama yang digunakan di Peternakan Domba Tawakkal adalah kayu balok (kayu nangka). Kayu ini sangat kuat dan tahan terhadap air yang memungkinkan kayu menjadi lembab dan keropos. Kayu balok ini memiliki ketebalan yang berukuran 12 cm x 12 cm dan panjang tiga meter. Tiang utama berfungsi untuk menyangga beban kandang dan isinya. Tiang utama yang digunakan di Peternakan Domba Tawakkal dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Tiang Utama Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012 Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012) Di Peternakan Domba tawakkal dinding kandang terbuat dari papan dan bilah bambu dengan bagian dinding bercelah. Dinding kandang berguna untuk membentengi domba agar tidak lepas keluar, menahan angin langsung masuk ke dalam kandang dan menahan keluarnya panas dari tubuh ternak itu sendiri pada malam hari. Untuk menjamin sirkulasi udara dalam kandang selalu dalam keadaan segar dan tidak terlalu panas di saing hari atau domba tidak kedinginan pada malam hari, maka konstruksi kandang dapat diatur dengan cara membuat dinding kandang bercelah sehingga memberi kesempatan sinar matahari untuk masuk secara langsung ke dalam kandang yang membantu mengurangi mikroba penyakit. Dinding kandang di Peternakan Domba Tawakkal dapat dilihat pada Gambar 5. 53

11 Gambar 5. Dinding Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012 Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012) Tinggi lantai kandang rata-rata sekitar 130 cm dari permukaan tanah. Hal ini dilakukan agar kondisi kandang tidak terlalu lembab akibat genangan air dari tanah di bawah lantai kandang. Lantai kandang di Peternakan domba Tawakkal terbuat dari bilahan bambu dengan lebar celah 1,5-2 cm sehingga kotoran dan air kencing mudah jatuh ke tempat penampungan dan tidak menumpuk di lantai kandang. Di bawah lantai kandang A dan B disemen dengan kemiringan 45 o sedangkan kandang C, D, E dibiarkan beralaskan tanah datar. Fungsi lantai ialah tempat untuk berdirinya ternak dan pelepas lelah untuk berbaring. Persyaratan lantai kandang antara lain harus rata, tidak licin, tak terlalu keras atau tajam dan tahan lama Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Lantai Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012 Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012) Pintu kandang yang digunakan di peternakan domba Tawakkal terbuat dari kayu durian. Ukuran pintu setiap kandang berbeda-beda, untuk kandang A dan B bentuk pintu setengah badan dan terletak di bagian depan dan belakang, 54

12 sedangkan bentuk kandang C, D, dan E terdapat pintu di bagian depan saja. Ukuran pintu kandang A lebar 70 cm dan tinggi 110 cm sebanyak satu buah pintu, pintu kandang B lebar 100 cm dan tinggi 110 cm sebanyak satu buah pintu, pintu kandang C lebar 90 cm dan tinggi 190 cm sebanyak dua buah pintu, pintu kandang D dan E dengan lebar 80 cm dan tinggi 195 cm masing-masing memiliki dua buah pintu. Pintu kandang berguna untuk memasukkan dan mengeluarkan domba saat pemeliharaan dan memudahkan peternak peternak dalam membersihkan kandang. Tempat pakan yaitu tempat untuk menyediakan pakan seperti rumput dan ampas tahu. Fungsi tempat pakan untuk menghindari pakan berupa hijauan tidak termakan karena berceceran di lantai, terinjak-injak, dan tercampur dengan kotoran domba. Ukuran yang dimiliki di peternakan domba Tawakkal untuk tempat pakan domba penggemukan berukuran lebar atas 45 cm, lebar bawah 35 cm, tinggi bagian dalam 25 cm dan tinggi bagian luar 35 cm. Tempat pakan khusus ampas tahu berupa bahan plastik atau bekas tempat menyimpan minyak sayur yang telah dibelah dua bagian, dengan ukuran lebar 30 cm, panjang 50 cm dan tinggi kedalaman 15 cm. Tempat pakan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Pakan Untuk Rumput dan Tempat Pakan Untuk Ampas Tahu di Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012 Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012) Kandang di peternakan domba Tawakkal berupa pangung sehingga tangga kandang diperlukan agar para petugas ataupun domba yang kebetulan keluar masuk tidak akan mengalami kesulitan Tangga yang dimiliki di peternakan domba Tawakkal yaitu terbuat dari bahan semen. Dapat dilihat pada Gambar 8. 55

13 Gambar 8. Tangga Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012 Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012) Berdasarkan hasil analisis teknis, dapat dikatakan bahwa usaha dari bisnis domba yang dilaksanakan layak untuk dilaksanakan. Ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan teknis dapat disediakan oleh pemilik peternakan. Pakan hijauan dan ampas tahu yang tersedia sepanjang tahun menjadikan kegiatan teknis dapat dilakukan secara suistainable. Peralatan dan teknologi yang digunakan masih sederhana, namun tidak mengganggu kelancaran aktifitas para karyawan saat bekerja Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dilakukan untuk melihat apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar. 2007). Analisis aspek manajemen umumnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendaliannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyek, serta kebutuhan tenaga kerja harus terperinci dengan baik. Untuk menyusun studi kelayakan, menjalankan dan mengoperasikan bisnis diperlukan manajemen. Proses pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki organisasi atau perusahaan tidak akan optimal apabila prinsip-prinsip manajemen tidak diterapkan secara konsisten. Pada setiap kegiatan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian harus dijalankan secara berkesinambungan (Subagyo. 2007). Aspek manajemen perlu dikaji agar proyek yang didirikan dan dioperasikan nantinya dapat berjalan dengan lancar (Suratman. 2002). 56

14 Peternakan Domba Tawakkal memiliki struktur organisasi yang sederhana, dengan prinsip kekeluargaan menjadi dasar pengelolaannya namun profesionalisme tetap dipegang melalui spesialis kerja, hanya mungkin tingkat penggunaan energi masing-masing berbeda. Peternakan Domba Tawakkal dikoordinasikan oleh satu orang sekaligus pemilik peternakan tersebut dan mencakup empat tugas yaitu produksi, pemasaran, distribusi dan supplier stock. Pertama, produksi yakni memanajemen agar ternak domba selalu tersedia, sehat, dan siap untuk dijual. Disamping itu mengelola sistem keuangan dan administrasi perusahaan. Kedua, pemasaran berusaha agar ternak domba yang ada di kandang dapat terjual cepat karena untuk mencapai target pendapatan tiap bulannya melalui kegiatan promosi. Ketiga, distribusi bertugas untuk mengantarkan ternak domba yang dipesan oleh pembeli atau konsumen ke tempat tujuan. Terakhir supplier stock adalah penanggung Jawab pemasok atau supplier. Peternakan Domba Tawakkal memiliki empat kepala kandang dengan masing-masing tanggung Jawabnya. Kepala kandang, masing-masing bertanggung Jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kandang dan kegiatan sehari-hari di kandang. Kegiataan sehari-hari yang dilakukan antara lain memberikan pakan, membersihkan kandang, mencukur bulu domba, memandikan domba, menggunting kuku domba, memberikan obat-obatan, dan mengawinkan domba (khusus kandang breeding). Dalam hal pemberian pakan, kepala kandang dibantu oleh karyawan yang bertugas khusus mencari pakan rumput hijauaan dan memberikan pakan rumput hijauan. Satu orang karyawan khusus yang bertugas mengambil pakan tambahan yaitu ampas tahu di pabrik tahu sekitar Bogor. Satu orang supir bertugas mengantar karyawan arit dan karyawan pengambilan ampas tahu, supir pun bertanggung Jawab dalam hal transportasi seluruh kegiatan. Struktur organisasi Peternakan Domba Tawakkal dapat dilihat pada Gambar 9. 57

15 Gambar 9. Struktur Organisasi pada Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012 Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012) 1. Pemilik Pembagian tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut : a. Merupakan pemilik dari perusahaan sebagai pimpinan tertinggi dan bertugas mengurusi masalah administrasi penjualan dan pembukuan di peternakan. b. Melakukan negosiasi kepada pelanggan dan pemasok baik untuk penjualan maupun pembelian input c. Mencari daerah pemasaran potensial untuk domba pembibitan dan penggemukan d. Memfokuskan dan mengimplementasikan semua kebijakan yang telah ditetapkan kepada karyawan untuk perkembangan usaha Peternakan Domba Tawakkal 2. Kepala Kandang a. Bertanggung Jawab terhadap seluruh kegiatan operasional kandang mulai dari kebersihan kandang, mengawinkan domba, mengatur siklus perkawinan, perawatan induk pasca kelahiran anakan, pemberian obat dan vitamin, pencukuran bulu serta bertanggung Jawab terhadap keamanan kandang pada siang hari. b. Mengontrol kinerja anak kandang c. Jam kerja mulai dari pukul WIB 3. Anak Kandang a. Bertanggung Jawab dalam hal penyedianan pakan (hijauan). b. Membantu kepala kandang dalam memberikan pakan pada pagi dan sore hari. 58

16 c. Jam kerja mulai dari pukul WIB. 4. Supir a. Bertanggung Jawab terhadap setiap kegiatan transportasi dalam pengadaan pakan hijauan, ampas tahu dan pengantaran penjualan domba ke pembeli b. Jam kerja mulai dari pukul WIB 5. Pemikul ampas tahu a. Bertanggung Jawab dalam pengangkutan ampas tahu dari pabrik hingga ke masing-masing kandang. b. Jam kerja mulai dari pukul WIB. 6. Keamanan a. Bertugas menjaga keamanan di peternakan terutama pada malam hari. b. Jam kerja mulai dari pukul WIB. Dalam struktur organisasi ini pemilik berwenang sebagai penentu keputusan yang akan diambil oleh perusahaan. Dengan wewenang tersebut, pemilik memiliki kekuasaan penuh untuk menentukan keputusan yang akan diambil. Pemilik juga melakukan pengawasan langsung terhadap kinerja para pekerjanya. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu perusahaan, tujuannya adalah untuk membantu dalam proses kelancaran dalam produksi. Jumlah pegawai di Peternakan Domba Tawakkal seluruhnya berjumlah 17 pegawai, distribusi jumlah pegawai masing-masing bagian dapat dilihat pada Tabel 12. Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan dari aspek manajemen jika perusahaan menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara konsisten. Peternakan Domba Tawakkal sebagai sebuah perusahaan telah memiliki struktur organisasi meski masih sangat sederhana seperti yang terlihat pada Gambar 3. Struktur organisasi sebenarnya juga dapat menjadi gambaran tipe organisasi yang digunakan oleh perusahaan. Usaha ternak domba Peternakan Domba Tawakkal saat ini sudah memiliki struktur organisasi yang jelas sehingga pegawai maupun pemilik melakukan pekerjaan masing-masing menurut pekerjaan yang telah ditetapkan pemilik. Dalam upaya pengembangan usahanya pemilik Peternakan 59

17 Domba Tawakkal telah membuat perencanaan usaha walaupun rencana usaha ini belum terdokumentasikan. Tabel 13. Tingkat Pendidikan Karyawan Peternakan Domba Tawakkal No. Nama Status Pekerjaan Pendidikan 1 Drs. H. Benyamin Pimpinan Peternakan S1 2 Andi Sopir SMA 3 Yeyen Kepala Kandang A dan B Sekolah Peternakan 4 Acep Kepala Kandang C SD 5 Farid Kepala Kandang D SD 6 Sodikin Kepala Kandang E SD 7 Odong Keamanan SD 8 Mukti Karyawan SD 9 Ucup Karyawan SD 10 Idris Karyawan SD 11 Komar Karyawan SD 12 Ruslan Karyawan SD 13 Arul Karyawan SD 14 Misbah Karyawan SD 15 Arul Karyawan SD 16 Agus Karyawan SD 17 Muklis Karyawan SD 18 Irvan Karyawan SD Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012) Aspek Hukum Menurut Subagyo (2007) suatu usaha dikatakan layak secara aspek hukum jika usaha tersebut legal. Legal atau ilegalnya suatu perusahaan ditentukan oleh ada tidaknya surat izin untuk mendirikan usaha. Sampai saat ini Peternakan Domba Tawakkal belum memiliki bentuk badan usaha dan hukum yang jelas. Peternakan Domba Tawakkal belum memiliki badan usaha dan saat ini hanya sebatas perizinan dari pemerintahan Desa Cimande. Dari hasil wawancara diketahui pemilik Peternakan Domba Tawakkal sendiri pernah mengurus surat izin usaha kepada Dinas Peternakan di kabupaten. Pemilik peternakan telah mengantongi surat izin prinsip dan persetujuan prinsip dari sekitar peternakan sebagai kelengkapan administrasi, namun dalam proses selanjutnya terkendala dalam mengurus administrasi yang berbelit-belit di kantor peternakan kabupaten. Dengan keadaan seperti ini, pemilik enggan untuk melanjutkan proses penyelesaian izin usaha. 60

18 Peternakan Domba Tawakkal dengan skala usahanya yang saat ini belum memiliki izin usaha resmi dari pemerintah, namun dalam pelaksanaan bisnisnya Peternakan Domba Tawakkal belum pernah mengalami kendala dalam aktivitasnya. Izin lokasi yang didapatkan dari masyarakat sekitar peternakan dan dari kelurahan setempat cukup sebagai izin untuk keberlangsungan peternakan Aspek Sosial dan Lingkungan Menurut Gittinger (1986) suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial memberi dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh terhadap devisa negara, membuka peluang kerja, dan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan. Keberadaan Peternakan Domba Tawakkal menimbulkan berbagai dampak, baik dampak sosial maupun lingkungan. Adanya Peternakan Domba Tawakkal memberikan dampak secara ekonomi berupa penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat di sekitar Peternakan Domba Tawakkal. Usaha yang dijalankan oleh Peternakan Domba Tawakkal juga memberikan pengaruh bagi pendapatan negara atau pemerintah daerah berupa pajak dari keuntungan usaha. Selain itu, keberadaan Peternakan Domba Tawakkal tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah sekitar proyek. Peternakan Domba Tawakkal memang menghasilkan limbah berupa kotoran ternak, namun bau yang dihasilkan tidak mengganggu masyarakat sekitar karena lokasi kandang mempunyai jarak dengan pemukiman warga sehingga bau dari kotoran tidak sampai ke pemukiman warga. Berbeda dengan kegiatan usaha perindustrian yang menghasilkan limbah, kegiatan usaha peternakan domba yang dilakukan oleh Peternakan Domba Tawakkal ini tidak menghasilkan limbah yang dapat berdampak buruk bagi keseimbangan lingkungan. Peternakan Domba Tawakkal juga memberikan peluang kerja tambahan bagi masyarakat sekitar. Contohnya adalah pada saat pembangunan, dimana perusahaan membutuhkan tenaga kerja untuk pembuatan kandang dan juga tenaga kerja untuk kegiatan teknis yang direkrut dari sekitar daerah Cimande. Setiap tahun juga pemilik Peternakan Domba Tawakkal memberikan santunan kepada 150 keluarga disekitar peternakan. Kegiatan ini rutin dilakukan 61

19 sebagai tanggungjawab sosial kepada masyarakat sekitar. Untuk kegiatan sosial di desa, Haji Bunyamin juga ikut berpartisipasi dalam bentuk sumbangan dana. Jika dilihat dari aspek sosial peternakan domba Peternakan Domba Tawakkal ini layak untuk dijalankan karena memberikan dampak positif yang diberikan kepada warga sekitar. Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan, kegiatan usaha ini juga dapat menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan memberikan kontribusi bagi negara berupa pajak Analisis Finansial Analisis finansial bertujuan untuk melihat sejauh mana kelayakan pelaksanaan usaha ini dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP) dan analisis Switching Value. Untuk menganalisis kriteria-kriteria tersebut digunakan suatu metode perhitungan atau yang sering disebut arus kas (cash flow). Cash flow disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Lebih sederhanannya cash flow bertujuan untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan dalam proyek atau usaha yang dijalankan oleh Peternakan Domba Tawakkal. Langkah penting lainnya yang digunakan untuk menentukan berhasilnya aspek finansial adalah membuat laporan laba rugi. Laporan laba rugi berisi tentang total penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Dalam penelitian ini terutama dalam aspek pembahasan finansialnya, akan menggunakan dua jenis skenario perhitungan, skenario I berupa perhitungan bisnis yang berjalan tanpa adanya pengembangan bisnis. Kondisi Peternakan Domba Tawakkal saat ini yaitu memiliki kandang berjumlah lima unit diatas lahan seluas 3000 m 2 dengan total kapasitas maksimal yaitu 1200 ekor domba. Selanjutnya skenario II, Peternakan Domba Tawakkal akan memperluas kapasitas 62

20 produksi domba yaitu penambahan tiga unit kandang penggemukan dan pembibitan diatas lahan seluas 3000 m 2 dengan kapasitas maksimal 900 ekor domba Analisis Kelayakan Finansial dengan Kondisi Tanpa Pengambangan Analisis kelayakan finansial menggunakan dasar perhitungan harga yang berlaku sekarang dan dilakukan per tahun. Jangka waktu analisis dilakukan selama 10 tahun. Analisis finansial yang dilakukan meliputi analisis investasi dan reinvestasi, pembiayaan dan proyeksi laba-rugi. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan dua skenario yaitu skenario pertama analisis kelayakan pada kondisi sekarang yaitu dengan lima kandang domba dan belum melakukan pengembangan bisnis dan untuk skenario ke dua adalah melakukan pengembangan bisnis dengan menambah tiga unit kandang dengan luasan tanah sekitar 3000 m 2, analisis yang dilakukan juga dengan menghitung nilai terhadap Switching value terhadap penurunan harga jual domba jantan dan kenaikan biaya pakan ampas tahu. Komponen yang terdapat pada analisis ini merupakan komponen yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Komponen pertama yang dianalisis pada penelitian ini yaitu : 1) Analisis Biaya (Outflow) Komponen biaya yang dikeluarkan dalam budidaya domba mencakup biaya investasi, biaya reinvestasi dan biaya operasional yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Berikut adalah rincian biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur bisnis. A. Biaya Investasi dan biaya reinvestasi Biaya investasi yang dikeluarkan pada saat awal usaha yaitu pada tahun pertama. Biaya ini merupakan biaya dalam pengadaan barang-barang investasi. Apabila terdapat aset yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur usaha, maka dilakukan reinvestasi. Biaya investasi pada Peternakan Domba Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 13. Besaran biaya investasi awal yang dikeluarkan oleh Peternakan Domba Tawakkal pada investasi awal yaitu sebesar Rp ,00. Barang-barang investasi yang mempunyai nilai paling besar yaitu kandang, tanah, indukan dan mobil pick up. Besarnya nilai investasi awal ini dipengaruhi oleh skala peternakan yang mencapai 1200 ekor sehingga dibutuhkan biaya investasi awal yang besar 63

21 juga. Barang-barang investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha mengalami penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda. Tabel 14. Biaya Investasi Pada Kondisi Tanpa Pengembangan di Peternakan Domba Tawakkal No. Jenis Investasi Jumlah Satuan Harga Satuan Total Harga (Rp) (Rp) 1 Tanah 3000 Meter Kandang 5 Unit Bangunan 4 Unit Furniture Kantor 1 Set Induk Betina 300 Ekor Induk Jantan 10 Ekor Tower, Pompa, Sumur, Bak 4 Set Selang 5 Unit Garu 3 Unit Gergaji 3 Unit Drigen 500 Unit Cangkul 4 Unit Timbangan 2 Unit Gunting Cukur 8 Unit Gunting kuku domba 4 Unit Kunci tanduk 1 Lembar Sapu Lidi 8 Unit Sekop 3 Unit Sabit rumput 13 Unit Mobil Pick-up 2 Unit TOTAL BIAYA INVESTASI (Rp) Penyusutan masing-masing barang investasi dipengaruhi umur teknis yang mampu diperoleh dari barang investasi. Dasar penentuan umur teknis diperoleh dari lama barang tersebut dapat dipergunakan denga layak. Umur teknis dari tiap barang investasi yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 14. Dalam hal ini, tanah tidak diperhitungkan umur ekonomisnya karena tanah dapat dipergunakan sepanjang tahun (melebihi umur usaha) dan tidak berkurang nilai kesuburannya atau nilai spesifik lainnya sehingga dalam penyusutan, tanah tidak dimasukkan di dalamnya. Induk domba juga tidak dihitung nilai ekonomisnya karena domba akan ber-regenerasi. Anakan domba yang dilahirkan oleh indukan yang dibeli pada investasi awal akan dijadikan sebagai indukan untuk periode berikutnya. Untuk pejantan masa ekonomisnya tidak diperhitungkan karena pejantan dapat mengawini betina sepanjang tahun. 64

22 Tabel 15. Umur Ekonomis dari Investasi pada Kondisi Tanpa Pengembangan di Peternakan Peternakan Domba Tawakkal No. Jenis Investasi Umur Ekonomis Penyusutan (Tahun) (Rp) 1 Tanah Kandang Bangunan Furniture Kantor Induk Betina Induk jantan Tower, Pompa, Sumur, Bak Selang Garu Gergaji Drigen Cangkul Timbangan Gunting Cukur Gunting kuku domba Kunci tanduk Sapu Lidi Sekop Sabit rumput Mobil Pick-up Selain biaya investasi, ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan agar usaha pembibitan dapat terus berjalan ketika barang investasi yang dikeluarkan telah habis umur ekonomisnya. Barang-barang investasi yang umur ekonomisnya dibawah umur usaha akan dilakukan reinvestasi setiap akhir periode umur ekonomis. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi, hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur usaha. Pada tahun ke-2, dilakukan reinvestasi sebesar Rp ,00 untuk mengganti barang-barang investasi yang umurnya hanya satu tahun yaitu gunting cukur dan sapu lidi. Untuk tahun ke-3 reinvestasi sebesar Rp ,00 dilakukan untuk mengganti barang-barang yang berumur satu dan dua tahun yaitu gunting cukur, gunting kuku dan sapu lidi. Pada tahun ke-4 biaya reinvestasi meningkat untuk mengganti barang yang berumur satu tahun dan tiga tahun yaitu empat set tower, selang, garu, gergaji, drigen, cangkul, gunting cukur, gunting kuku dapu lidi, sekop, sabit rumput dengan total sebesar Rp ,00. Reinvestasi pada tahun ke-5 sama dengan tahun ke tiga yaitu mengganti barang yang berumur satu dan dua tahun. Untuk reinvestasi tahun ke-6 yang mencapai 65

23 Rp ,00 digunakan untuk mengganti tower, pompa dan bak yang mencapai empat set serta timbangan, gunting cukur dan sapu lidi. Tahun ke-7 reinvestasi untuk mengganti barang yang berumur satu tahun, dua tahun tiga tahun dan lima tahun dengan total reinvestasi sebesar Rp ,00. Tahun ke-8 reinvestasi sama dengan tahun ke-2, tahun ke-9 nilai dan barang reinvestasinya sama dengan tahun ke-3 dan tahun ke-10 nilai dan barang reinvestasi yang dilakukan sama dengan tahun ke-4. B. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama pelaksanaan usaha. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Ada tujuh komponen biaya tetap yang dikeluarkan Peternakan Domba Tawakkal setiap tahunnya antara lain gaji karyawan, biaya listrik dan air, THR karyawan, biaya komunikasi, dana kegiatan sosial, pembelian ampas tahu, Pajak Bumi dan Bangunan dan biaya penyusutan. Besaran biaya tetap yang dikeluarkan setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 16. Biaya Tetap pada Peternakan Domba Tawakkal (Tanpa Pengembangan Bisnis) No Biaya Tetap Biaya per Tahun (Rp) Listrik THR Karyawan Komunikasi Kegiatan Sosial PBB Total Listrik dikeluarkan dengan besaran Rp per bulan yang digunakan untuk membiayai penerangan dan menghidupkan mesin pompa air di peternakan. Untuk THR karyawan dibayarkan sebesar Rp ,00 per tahun bagi masingmasing karyawan untuk bonus hari raya Idul Fitri. Untuk kegiatan pemasaran tiap bulan dikeluarkan biaya untuk pembelian pulsa sebesar Rp ,00 per bulan. Untuk kegiatan sosial Haji Bunyamin memberikan bingkisan sebesar Rp ,00 kepada 150 kepala keluarga disekitar Peternakan Domba Tawakkal yang dilakukan setiap tahun pada bulan Ramadhan. Komponen biaya tetap terakhir yaitu pajak bumi dan bangunan sebesar Rp per tahun. Komponen biaya tetap yang dikeluarkan jumlahnya konstan setiap tahun. 66

24 Biaya variabel yang yang dikeluarkan antara lain Vitamin B12, biaya Perawatan Domba, baterai, Oxytetracyclin, Kalbazen-SG, Betadyne, karung, Enteroshep/Diaform, transportasi, ampas tahu, pembelian pakan hijauan dan pembelian jantan. Daftar biaya variabel yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 17. Biaya Variabel Yang Dibutuhkan (Kondisi Tanpa Pengembangan) No Biaya variabel Biaya per Tahun (Rp) 1 1 Vitamin B Biaya Perawatan Domba Baterai Oxytetracyclin Kalbazen-SG Betadyne Karung Enteroshep / Diaform Transportasi Ampas Tahu Pakan hijauan Pembelian jantan Total Vitamin B 12 digunakan sebagai penambah vitamin untuk domba yang menyusui dan diberikan setelah domba betina melahirkan anakan. Vitamin B 12 diberikan selama tiga bulan ketika domba anakan masih menyusui. Biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 170,00 per hari. Biaya perawatan dikeluarkan untuk membeli sabun ketika memandikan domba, dengan biaya yaitu sebesar Rp 30,00 per ekor dengan frekuensi sebanyak tiga kali memandikan dalam setahun. Pembelian baterai digunakan untuk penerang bagi piket jaga malam dengan alokasi biaya sebesar Rp per bulan. Oxytetracyclin adalah obat tetes mata yang diberikan kepada domba yang terserang penyakit Pink Eye dengan biaya sebesar Rp 1.500,00 per ekor. Kalbazen-SG diberikan kepada domba yang terserang penyakit cacingan. Biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp ,00 per tahun. Betadyne digunakan untuk obat luar bagi domba yang terserang Orf ataupun penyakit luka luar lainnya dengan biaya sebesar Rp ,00 per tahun. Karung yang dibeli yaitu karung kotoran dengan ukuran 20 kg. Karung ini digunakan sebagai tempat kotoran agar kotoran tidak banyak tertumpuk dibawah kandang. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian karung didapatkan dari harga 67

25 karung yaitu Rp 750,00 per lembar karung dikalikan dengan populasi domba yang ada di kandang. Apabila domba terkena penyakit mencret maka Peternakan Domba Tawakkal memberikan Enterosheep kepada domba dengan biaya sebesar Rp 500,00 per ekor. Biaya transportasi yaitu pembelian bensin dengan biaya sebesar Rp30.000,00 per hari yang digunakan untuk transportasi pencarian rumput, penjemputan ampas tahu dan mengantar domba kepada pembeli. Pengeluaran untuk ampas tahu yaitu sebesar Rp 50,00 per kg untuk konsumsi dua kg per ekor per hari untuk memenuhi kebutuhan nutrisi domba. Pakan hijauan yang dibeli seharga Rp.105,00 per kg. Pembelian jantan dilakukan setiap tahun untuk mengisi kekosongan kandang. Peternakan Domba Tawakkal belum mampu menghasilkan anakan yang cukup untuk penggemukan sehingga jantan yang akan digemukkan didatangkan dari sekitar peternakan ataupun dari luar daerah Bogor. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian jantan yaitu sebesar Rp ,00 per ekor. 2) Analisis Manfaat (Inflow) Manfaat merupakan seluruh kondisi yang mendorong tercapainya suatu tujuan usaha yaitu keuntungan. Manfaat yang diterima dari Peternakan Domba Tawakkal berasal dari penjualan domba jantan, domba betina dan hasil sampingan yang merupakan kotoran domba. Nilai sisa untuk barang-barang investasi setelah mengalami penyusutan juga dimasukkan sebagai pemasukan diakhir tahun umur usaha. Manfaat yang dihasilkan dibagi dalam dua bagian yaitu manfaat dari unit pembbibitan berupa anakan domba jantan, domba betina dan kotoran. Unit penggemukan menghasilkan domba jantan dan kotoran. Domba jantan dijual denga harga Rp ,00 anakan domba jantan dijual dengan harga Rp ,00 per ekor, domba betina seharga Rp ,00 dan kotoran domba seharga Rp 6.000,00 perkarung. Anakan domba yang dihasilkan pada unit pembibitan dijual kepada unit penggemukan ketika domba telah berumur tujuh bulan (lepas sapih). Domba yang telah dijual ke unit penggemukan akan digumukkan dengan perlakuan yang sama dengan domba dewasa lainnya. Perlakuan yang sama meliputi jumlah dan jenis pakan yang diberikan dan perawatan yang yang dengan domba dewasa lainnya. 68

26 Manfaat yang diterima Peternakan Domba Tawakkal dari penjualan domba dan produk sampingannya dengan kondisi tanpa pengembangan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 18. Penerimaan Penjualan Domba pada Kondisi Tanpa pengembangan di Peternakan Domba Tawakkal (Rp) Breeding Fattening Tahun Jantan Betina Kotoran Jantan Kotoran Pada tahun ke-1 belum ada penjualan anakan jantan karena umur anakan yang dilahirkan belum mencukupi untuk dijual ke unit penggemukan. Domba betina yang dikawinkan pada tahun pertama menghasilkan anakan sebanyak 110 ekor. Pada tahun pertama dihasilkan sebanyak 55 ekor anakan jantan dan 55 ekor anakan betina. Pembelian domba jantan dari luar peternakan untuk digemukkan sebanyak 400 ekor. Jumlah domba yang dijual pada tahun pertama yaitu 441 ekor domba jantan dari unit penggemukan dan 60 ekor domba betina dari unit pembibitan. Jumlah kotoran yang dihasilkan pada tahun pertama didapatkan yaitu sebesar Rp ,00. Anakan jantan yang dijual ke unit penggemukan untuk tahun ke-2 yaitu sebanyak 55 ekor yang diperoleh dari 55 ekor anakan jantan pada tahun ke-1. Domba betina yang dijual sebanyak 55 ekor juga didapat dari anakan betina yang dilahirkan pada tahun pertama. Penjualan domba jantan merupakan domba yang dibeli sebanyak 400 ekor tahun ke-1 untuk digemukkan dan pembelian 55 ekor anakan domba dari unit pembibitan dijual pada bulan September. Manfaat lain yang diperoleh yaitu dari penjualan kotoran domba sebesar Rp ,00 yang didapat dari unit penggemukan dan unit pembibitan. Pada tahun ke-2, sebanyak 400 ekor domba jantan dibeli untuk digemukkan dan dijual pada tahun berikutnya. 69

27 Pada tahun ke-3, domba beranak sebanyak dua kali yaitu pada bulan ke-2 dan bulan ke-11 yang menghasilkan 246 ekor anakan domba dengan 123 ekor anakan jantan dan 123 ekor anakan betina. Pada tahun ke-3, jumlah anakan domba jantan yang dijual dari unit pembibitan yaitu 61 ekor dan sebanyak 61 ekor domba betina. Domba yang dijual dari unit penggemukan yaitu sebanyak 461 ekor yaitu jantan yang telah siap jual yang dibeli dari unit pembibitan dan pembelian domba dari luar Peternakan Domba Tawakkal pada tahun sebelumnya. Pembelian 400 ekor domba untuk unit penggemukan yang dibeli dari luar peternakan dilakukan pada bulan ke-10. Total pendapatan dari penjualan kotoran dari unit pembibitan dan penggemukan yaitu sebesar Rp ,00. Tahun ke-6 dilakukan penjualan domba betina yang sudah afkir yaitu sebanyak 37 ekor yang merupakan domba yang dijadikan indukan dengan kondisi telah melahirkan dua kali pada tahun-1. Jumlah domba betina yang dijual pada tahun ke-6 yaitu 98 ekor dengan pendapatan sebesar Rp ,00. Penjualan domba jantan dari unit pembibitan sebesar Rp ,00 dan Domba jantan dari unit penggemukan memberikan pendapatan sebesar Rp ,00. Penjualan domba betina afkir pada tahun ke-7 sebanyak 74 ekor ditambah 61 ekor domba betina yang dilahirkan pada tahun ke-5 dengan penjualan yang dihasilkan sebesar Rp ,00. Anakan domba yang dilahirkan pada tahun ke-7 sebanyak 122 ekor yang merupakan 61 ekor anakan jantan dan 61 ekor anakan betina. Pendapatan dari penjualan anakan jantan dari unit pembibitan sebesar Rp ,00 dan dari unit penggemukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-10, diasumsikan merupakan akhir tahun proyek sehingga pembelian domba jantan dari luar peternakan tidak dilakukan. Pembelian domba jantan untuk penggemukan hanya berasal dari unit penggemukan. Pendapatan unit pembibitan dari penjualan anakan domba jantan yaitu sebesar Rp ,00, penjualan domba betina sebesar Rp ,00. Pendapatan dari unit penggemukan berupa penjualan domba jantan yaitu sebesar Rp ,00. Penjualan kotoran pada tahun ke-10 memberikan pendapatan sebesar Rp ,00. Pada penelitian ini, nilai sisa yang terdapat dalam Peternakan Domba Tawakkal menjadi tambahan manfaat di akhir usaha yaitu tahun ke-9. Nilai sisa 70

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Analisis aspek kelayakan non finansial dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan yang berpengaruh pada proses alternatif pengambilan keputusan terbaik dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun

Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun LAMPIRAN 144 Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2005-2009 No Provinsi Tahun 2005 2006 2007 2008 2009* 1 NAD 124,303 157,962 203,489 157,881 184,757 2 Sumut 271,314

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sebuah usaha akan diikuti oleh kegiatan investasi. Kegiatan investasi yang dilakukan dalam bidang pertanian memiliki risiko yang relatif besar dibandingkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Peternakan Dewi merupakan peternakan rakyat yang bergerak di bidang peternakan sapi potong (penggemukan), berlokasi Di Desa Gupit

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom, IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Perusahaan PT. Agro Jaya Mulya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penggemukan domba. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi permintaan pasar daging

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

BAB IV. PEMBAHASAN Profil Peternakan

BAB IV. PEMBAHASAN Profil Peternakan BAB IV. PEMBAHASAN A. Profil Peternakan 1. Sejarah Perusahaan Kelompok Ternak Rumaket merupakan usaha yang bergerak dibidang penggemukan sapi potong. Kelompok Ternak Rumaket didirikan pada bulan Sepetember

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil)

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong Keberadaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan cerminan performa Dinas Peternakan dalam pembangunan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Analsis Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar ikan hias air tawar dan bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah 6.1.1 Identifikasi Biaya Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat pengelolaan sampah, kantor, kendaraan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN PERKANDANGAN KANDANG TERNAK LEBIH NYAMAN MEMUDAHKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN LEBIH EFISIEN KANDANG - KONTRUKSI KANDANG SESUAI - MANAJEMEN KESEHATAN BAIK - KONTRUKSI KANDANG TIDAK

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09 Usaha agribisnis mempunyai kontribusi besar bagi pembangunan di Indonesia. Sektor pertanian terbukti telah mampu eksis menghadapi krisis ekonomi yang menimpa bangsa Indonesia. Untuk itu pemerintah telah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

i - - - ii iii iv v vi vii No. Asumsi A B C Aspek Pasar 1. Untuk prediksi ke depan, permintaan produk dianggap tidak mengalami penurunan dalam jangka waktu 10 tahun yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, disamping produk daging yang berasal dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

Imah Gede. Alun-alun

Imah Gede. Alun-alun LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Kampung Budaya Sindangbarang Imah Gede Girang Serat Saung Talu Alun-alun Bale Pangriungan Mus holla Sawah Belajar Menanam Padi Kolam Ikan Belajar Menangkap Ikan Keterangan Warna

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan Untuk dapat mulai menjalankan bisnis penggemukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, disusun rencana aksi sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci