WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM
|
|
- Widya Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Praktikum Genap 2011/ WORK SAMPLING I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Memperkenalkan kepada praktikan tentang metode sampling kerja sebagai alat yang efektif menentukan kelonggaran (allowance time) diperlukan dalam penetapan waktu baku. 2. Melatih praktikan di dalam memberikan pengalaman praktis untuk melaksanakan kegiatan pengukuran kerja dengan pemahaman dan penguasaan materi mengenai sampling kerja. 3. Memotivasi praktikan agar mau untuk selanjutnya melaksakan kegiatankegiatan pengukuran dan penelitian kerja khususnya dalam upaya meningkatkan efektifitas, efisiensi dan produktifitas kerja. II. LANDASAN TEORI ANALISIS SAMPLING KERJA (WORK SAMPLING) Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, Ratio Delay Study atau Random Observation Method adalah salah satu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang diteliti (Sritomo, 1989). Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas atau sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak (random) (Sritomo, 1989). Suatu sampel yang diambil secara random dari suatu grup populasi yang besar akan cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh populasi trsebut. Apabila sampel yang dimiliki tersebut diambil cukup besar, maka karakteristik yang dimiliki oleh sampel tersebut tidak akan jauh berbeda dibanding dengan karakteristik dari populasinya (Sritomo, 1989).
2 Praktikum Genap 2011/ Banyaknya pengamatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sampling kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu: 1. Tingkat kepercayaan (Confidence Level). 2. Tingkat ketelitian (Degree of Accuracy). Dengan asumsi bahwa terjadinya keadaan operator atau sebuah fasilitas yang akan menganggur (idle) atau produktif mengikuti pola distribusi normal, maka jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dapat dicari didasarkan formulasi sebagai berikut (Sritomo, 1989): Keterangan: K 2 ( 1 p ) N = S 2.p P = Prosentase kejadian yang diamati (prosentase produktif) dalam angka desimal. Dalam praktikum kali ini p yang digunakan p produktif. K = Konstanta yang besarnya tergantung tingkat kepercayaan yang diambil S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dalam angka desimal. Secara garis besar metode sampling kerja ini dapat digunakan untuk (Sritomo, 1995): 1. Mengukur Ratio Delay dari sejumlah mesin, operator / karyawan atau fasilitas kerja lainnya. 2. Menetapkan Performance Level dari seseorang selama waktu kerja berdasarkan waktu-waktu dimana orang itu bekerja atau tidak bekerja, terutama sekali untuk pekerjaan manual. 3. Menentukan waktu baku untuk suatu proses operasi kerja.
3 A. MELAKUKAN SAMPLING 1. Melakukan sampling pendahuluan Melakukan sejumlah kunjungan yang ditentukan oleh pengukur (biasanya tidak kurang dari 30 kali). Buatlah tabel perbedaan antara pekerjaan yang produktif dan non produktif (Sutalaksana, 1979). Tabel 1 Tabel pengamatan kunjungan TALLY Kondisi kunjungan Productive Idle ke-n 1. 21/2/ /2/ /2/91 n. Tabel 2 Ringkasan tabel pengamatan sampling kerja. Kegiatan Frekuensi teramati pada hari ke-m Jumlah m Productive Non productive (idle) JUMLAH % Productive
4 2. Menguji keseragaman data. yaitu: Untuk menghitung keseragaman data kita tentukan batas-batas kontrolnya BKA= P 3 p(1 p) n Dimana p = persentase produktif dihari ke I dan n adalah jumlah dari pengamatan. n = jumlah pengamatan dilakukan pada hari ke I Catatan : Jika harga pi berada pada batas-batas kontrol, maka berarti semua harga tersebut dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengamatan yang diperlukan. Sebaliknya jika ada harga pi yang berada diluar batas kontrol, maka pengamatan yang membentuk pi yang bersangkutan harus dibuang karena berasal dari sistem sebab yang berbeda. B. MENENTUKAN WAKTU KUNJUNGAN Untuk menentukan, biasanya satu hari kerja dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu satuan waktu tidak terlampau panjang (lama). Berdasarkan satu-satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan. Waktu kunjungan tidak boleh melebihi 2/3 dari total jam kerja. Misalkan satu-satuan waktu panjangnya 10 menit. Misalnya 1 hari terdapat 8 jam kerja, sehingga ada 6 observasi dalam 1 jam. Setelah itu, didapat 48 kali observasi untuk 1 hari (6*8 jam=48 observasi). Untuk menentukan jumlah observasi, dihitung dengan (2/3*48=32) sehingga didapat 32 kali observasi dalam 1 hari. Waktu kunjungan tidak boleh pada saat-saat tertentu yang kita ketahui dalam keadaan tidak bekerja misalnya jam-jam istirahat atau hari libur, dimana tidak ada kegiatan secara resmi (Sutalaksana, 1979). Bilangan acak bisa didapat dengan menggunakan excel atau dengan menggunakan table bilangan acak. Untuk menentukan waktu observasi, dapat dihitung dengan cara: Waktu observasi 1 = ( (02x10) = Waktu observasi 2 = ( (03x10) = Waktu observasi 3 = ( (06x10) = (dilanjutkan sampe 32 observasi)
5 C. MENENTUKAN RATIO DELAY Prosentase Non Produktif Ratio Delay = Prosentase Produktif D. MENENTUKAN PROSENTASE PRODUKTIF Jumlah Produktif Performance Level = x 100 % Produktif + Non Produktif < Jumlah Pengamatan > E. MENGHITUNG WAKTU BAKU 1. Prosentase produktif (PP) Jml produktif = x 100 % Jml pengamatan 2. Jumlah menit produktif (JMP) = PP x jumlah menit pengamatan 3. Waktu yang diperlukan / unit. JMP = Jml unit yang dihasilkan selama masa pengamatan 4. Waktu normal (Wn) (Sritomo, 1989 ). = Waktu yang diperlukan x Faktor penyesuaian 5. Waktu baku (Wb) (Sritomo, 1989 ). = Wn + ( kelonggaran x Wn ) atau 100 = Wn x 100 All
6 Aplikasi Work Sampling dalam Industri, antara lain (Sritomo, 1989): 1. Penetapan Waktu Baku Mengetahui prosentase antara aktivitas dan idle. Menetapkan waktu baku. 2. Penetapan Waktu Tunggu Menekan aktivitas idle sampai prosentase yang terkecil, yaitu dengan memperbaiki metode kerja dan alokasi pembebanan mesin atau manusia secara tepat. 3. Disiplin Kerja Dapat meningkatkan disiplin kerja karena Work Sampling dilakukan sacara random. Contoh industri yang dapat digunkan untuk mengaplikasikan work sampling: 1. Industri Batako Pada industri batako, yang diamati adalah saat proses pembuatan batako, dimana outputnya dalah jumlah batako. 2. Industri Kue Pada industri pembuatan kue, banyak sekali prosesnya. Salah satu proses yang ada adalah pengepakan kue. Pada proses pengepakan kue dapat diteliti, dengan jumlah output berupa jumlah pengepakannya. 3. Tempat Pembuatan Jus.
7 F. PENYESUAIAN Table 3.Westinghouse Table SKILL EFFORT +0,15 A1 +0,13 A1 +0,13 A2 Super skill +0,12 A2 Super skill +0,11 B1 +0,10 B1 +0,08 B2 Excellent +0,08 B2 Excellent +0,06 C1 +0,05 C1 +0,03 C2 Good +0,02 C2 Good 0,00 D Average 0,00 D Average -0,05 E1-0,04 E1-0,10 E2 Fair -0,08 E2 Fair -0,16 F1-0,12 F1-0,22 F2 Poor -0,17 F2 Poor CONDITION CONSISTENCY +0,06 A Ideal +0,04 A Ideal +0,04 B Excellent +0,03 B Excellent +0,02 C Good +0,01 C Good 0,00 D Average 0,00 D Average -0,03 E Fair -0,02 E Fair -0,07 F Poor -0,04 F Poor Sebagai contoh, apabila diketahui bahwa waktu rata-rata yang diukur terhadap suatu elemen kerja adalah 0,05 menit dan rating performance operator adalah memenuhi klasifikasi berikut: - Excellent Skill (B2) : + 0,08 - Good Effort (C2) : + 0,02 - Good Condition (C) : + 0,01 - Good Consistency (C) : + 0,01 + Total : Maka, waktu normal untuk elemen kerja ini adalah : 0,05 x 1,13 = 0,565
8 minutes Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini: SUPER SKILL : 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya. 2. Bekerja dengan sempurna 3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik 4. Gerakan gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti. 5. Kadang kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan gerakan mesin. 6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya. 7. Tidak terkesan adanya gerakan gerakan berpikir dan merencanakan dan merencanakan tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis) 8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerjaan bersangkutan adalah pekerjaan yang baik. EXELLENT SKILL : 1. Percaya pada diri sendiri 2. Tampak cocok dengan pekerjaannya. 3. Terlihat telah terlatih baik. 4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran pengukuran atau pemeriksaan pemeriksaan. 5. Gerakan gerakan kerja beserta urutan urutannya dijalankan tanpa kesalahan. 6. Menggunakan peralatan dengan baik. 7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.
9 8. Bekerjanya cepat tetapi halus. 9. Bekerja berirama dan terkoordinasi. GOOD SKILL : 1. Kwalitas hasil baik. 2. Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerjaan pada umumnya. 3. Dapat memberikann petunjuk petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah. 4. Tampak jelas sebagai kerja yang cakap. 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6. Tiada keragu - raguan 7. Bekerjanya stabil 8. Gerakannya gerakannya terkoordinasi dengan baik. 9. Gerakan gerakannya cepat. AVERAGE SKILL : 1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat. 3. Terlihatnya ada pekerjaan pekerjaan yang perencana. 4. Tampak sebagai pekerja yang cakap. 5. Gerakan gerakannya cukup menunjukan tidak adanya keragu raguan. 6. Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik. 7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya. 8. Bekerjanya cukup teliti. 9. Secara keseluruhan cukup memuaskan. FAIR SKILL : 1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik. 2. Mengenal peralatan dan lingkuan secukupnya.
10 3. Terlihat adanya perencanaan perencanaan sebelum melakukan gerakan. 4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup. 5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama. 6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak selalu tidak yakin. 7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan kesalahan sendiri. 8. Jika tidak bekerja sungguh sungguh outputnya akan sangat rendah 9. Biasanya tidak ragu ragu dalam menjalankan gerakan gerakanya. POOR SKILL : 1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran. 2. Gerakan gerakannya kaku. 3. Kelihatan ketidak yakinannya pada urutan urutan gerakan. 4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan. 5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya. 6. Ragu ragu dalam menjalankan gerakan gerakan kerja. 7. Sering melakukan kesalahan kesalahan 8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri. Untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi juga kedalam kelas kelas dengan ciri masing - masing. Yang dimaksut dengan usaha disini adalah
11 kesungguhan yang ditunjukan atau diberikan operator ketikan melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan ciri cirinya. EXCESSIVE EFFORT : 1. Kecepatan sangat berlebihan. 2. usahanya sangat besungguh sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya. 3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja. EXELLENT EFFORT : 1. Jelas terlihat kecepatan kerjannya yang tinggi 2. Gerakan gerakan lebih ekonomis daripada operator operator biasa. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4. Banyak memberi saran - saran. 5. Menerima saran saran dan petunjuk dengan senang. 6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari. 8. Bangga atas kelebihannya. 9. Gerakan gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. 10. Bekerja sitematis. 11. Karena lancarnya, perpindahan dari satu element keelemen lainnya tidak terlihat. GOOD EFFORT : 1. Bekerja berirama 2. Saat saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang kadang tidak ada. 3. Penuh perhatian pada pekerjaan.
12 AVERAGE EFFORT : 4. Senang pada pekerjaannya 5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari. 6. Percaya pada kebaikan maksut pengukuran waktu. 7. Menerima saran saran dan petunjuk petunjuk dengan senang. 8. Dapat memberikan saran saran untuk perbaikan kerja. 9. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi. 10. Menggunakan alat alat yang tepat dengan baik. 11. memelihara dengan baik kondisi peralatan. 1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor. 2. Bekerja dengan Stabil. 3. Menerima saran saran tetapi tidak melaksanakannya. 4. Set Up dilakukan dengan baik. 5. Melakukan kegiatan kegiatan perencanaan. FAIR EFFORT : 1. Saran saran yang baik diterima dengan kesal. POOR EFFORT 2. Kadang kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaanya. 3. Kurang sungguh sungguh. 4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. 6. Alat alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik. 7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaanya. 8. Terlampau hati hati. 9. Sitematika kerjanya sedang sedang aja. 10. Gerakan gerakan tidak terencana. 1. Banyak membuang buang waktu. 2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja. 3. Tidak mau menerima saran saran.
13 4. Tampak malas dan lambat bekerja. 5. Melakukan gerakan gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat alat dan bahan bahan. 6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi. 7. Tidak perduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang dipakai. 8. Mengubah ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur. 9. Set Up kerjanya terlihat tidak baik. G. KELONGGARAN Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selam pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan. 1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi. Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah, hal hal seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap cakap dengan teman sekerja sekedar menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam bekerja. Kebutuhan kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak; tidak bisa misalnya, seseorang diharuskan terus bekerja dengan rasa dahaga, atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap cakap sepanjang jam jam kerja. Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja (karena merupakan tuntutan psikologi dan fisiologi yang wajar) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampeir dapat dipastikan produktivitasnya menurun.
14 Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda beda dari satu pekerjan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjan mempunyai karakteristik sendiri sendiri dengan tuntutan yang berbeda beda. Penelitian yang khusus perlu dilakukan untuk menentukan besarnya kelonggaran ini secara tepat seperti dengan sampling kerja atau secara fisiologis. Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria dari pekerja wanita; misalnya untuk pekerjaan pekerjaan ringan pada kondisi kondisi kerja normal pria memerlukan 2% 2,5% dan wanita 5% (persentase ini adalah dari waktu normal). Table 1 menunjukan besarnya kelonggaran untuk kebutuhan pribadi dan untuk menghilangkan rasa fatique untuk berbagai kondisi kerja. 2. Kelonggaran untukmenghilangkan rasa Fatique. Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kwalitas. Kerenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat saat mana menurunnya hasil produksi yang disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya. Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk meghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Apabila hal ini berlangsung terus dan pada akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika nggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerak kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki.hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan gerakan kerja ditunjukan untuk menghilangkan rasa fatique ini. Besarnya kelonggaran dan kelonggaran untuk kebutuhan pribadi ditunjukan pada Tabel 1
15 3. Kelonggaran untuk Hambatan hambatan yang tidak terhindarkan. Dalam melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan mengaggur dengan sengaja ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hamabtan yang pertama jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya sedangkan bagi yang terakhir walaupun harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenayan harus diperhitungkan dalam waktu baku. Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan ang tidak terhindarkan adalah: Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas. Melakukan penyesuaian penyesuaian mesin. Memperbaiki kemacetan kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya. Memasang peralatan potong. Mengambil alat alat khusus atau bahan bahan khusus dari gudang. Hambatan hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan. Mesin mati karena aliran listrik. Besarnya hambatan untuk kejadian kejadian sperti itu sangat bervariasi dari suatu pekerjaan lain bahkan suatu stasiun kerja kestasiun kerja lain karena banyaknya penyebab seperti, mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian suplai alat dan bahan dan sebaginya. Salah satu cara yang baik yang biasanya digunakan untuk menentukan besarnya kelonggaran bagi hambatan yang tidak terhindarkan adalah dengan melakukan sampling pekerjaan. 4. Menyertakan Kelonggaran dalam Perhitungan Waktu Baku. Langkah pertama adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga hal diatas yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan yang tidak dapat dihindarkan dua hal yang pertama antara lain
16 dapat diperoleh dari table 1yaitu dengan memperhatikan kondisi kondisi yang sesuai dengan pekerjaan yang bersangkutan. Untuk yang ketiga dapat diperoleh melali pengukuran khusus seperti sampling pekerjaan. Kesemuanya, yang biasanya masing masing dinyatakan dalam presentase dijumlahkan; dan kemudian mengalikan jumlah ini dalam waktu normal yang tealah dihitung sebelumnya. Misalnya suatu pekerjaan yang sangat ringan yang dilakukan sambil duduk dengan gerakan gerakan yang terbatas membutuhkan pengawasan mata terus menerus dengan pencahayaan yang kurang memadai, temperature, dan kelembapan ruang normal, siklus udara baik, tidak bising. Dari table didepan didapat prosentase kelonggaran untuk kebutuhan pribadi dan untuk fatique sebagai berikut: Jika dari sampling pekerjaan didapat bahwa kelonggaran untuk hambatan yang terhindarkan adalah 5 %, maka kelonggaran total yang harus diberikan untuk pekerjaan itu adalah (19,5 + 5) % =24,5% Jika waktu normalnya telah dihitung sama dengan 5,5 menit maka waktu bakunya adalah: 5,5 + 0,245(5,5) = 6,58 menit
17 FAKTOR CONTOH PEKERJAAN KELONGGARAN (%) A. Tenaga yang dikeluarkan Ekuivalen beban (Kg) Pria Wanita 1 Dapat diabaikan Bekerja dimeja, duduk tanpa beban 0,00-6,00 0,00-6,00 2 Sangat ringan Bekerja dimeja, berdiri 0,00-2,25 6,00-7,5 6,00-7,5 Modul Work Sampling 3 Ringan Menyekop,ringan 2,25-9,00 7,5-12,00 7,5-16, Sedang Mencangkul 9,00-18,00 12,00-19,00 5 Berat Mengayuh palu yang berat 19,00-27,00 19,00-30,00 6 Sangat berat Memanggul beban 27,00-50,00 30,00-50,00 7 Luar biasa berat Memanggul kurang berat diatas 50 B. Sikap kerja 1 Duduk Berkerja duduk, ringan 0,00-1,0 2 Berdiri diatas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0-2,5 3 Berdiri diatas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol 2,5-4,0 4 Berbaring Pada bagaian sisi, belakang atau depan badan 2,5-4,0 Badan dibungkukana bertumpu pada kedua 5 Membungkuk kaki 4,0-10 C. Gerakan kerja 1 Normal Ayunan bebas dari palu 0 2 Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu Sulit Membawa beban berat satu tangan Pada anggota - anggota badan terbatas Berkerja dengan tangan diatas kepala 5,00-10,00 5 Seluruh anggota badan terbatas Bekerja dilorong pertambangan yang sempit. 10,00-15,00 D. Kelelahan Mata *) Pencahayaan baik Buruk 1 Pandangan yang terputus - putus Membawa alat ukur 0,00-6,00 0,00-6,00 2 Pandangan yang hampir terus menerus Pekerjaan - pekerjaan yang teliti 6,00-7,5 6,00-7,5 3 Pandangan terus menerus dengan fokus Memeriksa cacat - cacat pada kain 7,5-12,00 7,5-16,00 16,00-30,00 berubah - rubah 12,00-19,00 4 Pandangan teus menerus dengan fokus pemeriksaan yang sangat teliti 19,00-30,00 Tetap 30,00-50,00 16,00-30,00
18 FAKTOR CONTOH PEKERJAAN KELONGGARAN (%) E. Keadaan temperatur tempat kerja**) Temperatur( o C) Kelemahan Normal Berlebihan 1 Beku Dibawah 0 diatas 10 diatas 12 2 Rendah ,0 12-5,00 3 Sedang ,00-0 8, Normal ,00 0-8,00 5 Tinggi , Sangat Tinggi diatas 38 diatas 40 diatas 100 F. Keadaan atmosfer ***) 1 Baik Ruang yang berventilasi baik, udara segar 0 2 Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau - bauan (tidak berbahaya) Kurang baik Adanya debu - debu beracun, atau tidak beracun tetapi banyak 5, Buruk Adanya bau - bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan G. Keadaan lingkungan yang baik alat - alat pernapasan 1 Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0 2 Siklus kerja berulang - ulang antara 5-10 detik Siklus kerja berulang - ulang antara 0-5 detik Sangat Bising Jika faktor - faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kwalitas , Terasa adanya getaran lantai Keadaan - keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll) 5-15 *) Kontras anatara warna hendaknya diperhatikan **)Tergantung juga pada keadaan Ventilasi ***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan pelengkap : kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : pria =0-2,5% : wanita = 2-5,0% 175
19 H. Alat Praktikum Work Sampling 1. Papan pengamatan 2. Lembar pengamatan 3. Pensil / pena 4. Tabel bilangan acak I. PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Bagi tugas di antara anggota kelompok sesuai dengan waktu luang yang dimiliki masing-masing, setiap anggota kelompok harus pernah sebagai pengamat/pengukur kegiatan kerja. 2. Tetapkan tujuan yang ingin diteliti performance kerjanya. Obyek dapat berupa aktifitas manusia, mesin/peralatan, telepon umum, alat transportasi, kasir dan lain-lain. 3. Tentukan waktu-waktu pengamatan/kunjumgan dengan menggunakan tabel acak. 4. Tentukan jumlah pengamatan awal (pre work sampling) yang ingin dilaksanakan. Kegiatan penelitian awal dilakukan antara 5 s/d 7 hari kerja dengan jumlah pengamatan yang sebanyak-banyaknya. Jangan lupa tentukan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian. 5. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan dengan memisahkan antara kegiatan produktif dan kegiatan non prodiktif. 6. Konsultasikan penelitian anda kepada asisten. J. ANALISIS Dari hasil pengamatan, apabila didapat N < N maka ujilah ketelitian data yang telah saudara peroleh berdasarkan sejumlah pengamatan yang telah saudara lakukan tersebut ( untuk mengetahui seberapa besar validitas pengamatan yang telah dilakukan ). Bandingkan antara tingkat ketelitian yang saudara hitung dengan tingkat ketelitian yang saudara pakai pada waktu menentukan N.Nilai N dapat dicari dengan menggunakan rumus:
20 Apabila data yang diambil didapat N < N maka kita cukup menambah data yang sudah ada sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan saja, tanpa perlu mengulang penelitian dari awal. Secara umum keuntungan dan kelemahan apakah yang dapat diambil dari pelaksaan aktivitas penelitian dengan sampling kerja dibanding dengan stopwatch. K. Contoh Sudi Kasus Pada industry pembuatan kue, pekerja mulai bekerja membuat kue. Proses pekerjaan dimulai dari pembuatan adonan hingga pengepakan. Pada industry pembuatan kue, salah satu output yang dapat digunakan adalah jumlah kue yang dibuat oleh seorang pekerja. Dari tiga hari, didapatkan jumlah kue yang dibuat oleh seorang pekerja adalah sebagai berikut: Hari Produktif Idle Jumlah Output
21 Contoh Studi Kasus Proses pembuatan kue pada sebuah industri kue dimulai dari pencampuran bahan adonan, pencetakan, pemasakan, sampai proses pengepaka. Ketika melakukan pengamatan WS, pekerja yang diamati adalah satu orang. Setelah selama tiga hari pengamatan, didapatkan data sebagai mberikut: Hari Pertama No Elemen Gerakan Jumlah Tally Satuan Jumlah 1 Pencampuran Bahan 3 Berapa Banyak Proses Mencampur 4 2 Pencetakan 10 Buah Pemasakan 3 Berapa kali Pekerja memasak 10 4 Pengepakan 15 Buah 40 Hari Kedua No Elemen Gerakan Jumlah Tally Satuan Jumlah 1 Pencampuran Bahan 2 Berapa Banyak Proses Mencampur 4 2 Pencetakan 11 Buah Pemasakan 5 Berapa kali Pekerja memasak 7 4 Pengepakan 16 Buah 36 Hari Ketiga No Elemen Gerakan Jumlah Tally Satuan Jumlah 1 Pencampuran Bahan 2 Berapa Banyak Proses Mencampur 3 2 Pencetakan 11 Buah Pemasakan 5 Berapa kali Pekerja memasak 8 4 Pengepakan 16 Buah 39 Setelah mendapatkan data seperti diatas, maka kita dapat menghitung prosentase produktif per elemen, ratio delay, performance level, Jumlah menit produktif, waktu yang diperlukan per unit, waktu normal dan menghitung waktu baku yang dibutuhkan perelemen kerja.
LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak
Lebih terperinciFISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling
FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 7 work sampling Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Pengukuran Kerja: Metode
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair
Lebih terperinciRating Factor Masing-masing Stasiun Kerja
Lampiran 1 Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja WC 1 (Laminating) Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Sub Total Keterampilan Good C2 +0.03 Usaha Good C2 +0.02 Kondisi Fair E -0.03 Konsistensi Average
Lebih terperinciFISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA
FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 5 FULL TIME EQUIVALENT Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 PROSEDUR TUTORIAL www.labdske-uii.com
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.
Lebih terperinciPENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II
PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang
Lebih terperinciBy: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE
By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.
20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan
Lebih terperincipracticum apk industrial engineering 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang diperhatikannya produktivitas pekerja pada suatu proyek konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi tersebut. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat, Gerinda, dan Polish 1. Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat Work centre
Lebih terperinciLampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM
121 Lampiran A Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 122 Tabel Penyesuaian Metode Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Ketrampilan Superskil A1 +0,15 A2 +0,13 Excelent B1 +0,11 B2 +0,08 Good
Lebih terperinciLAMPIRAN Universitas Sumatera Utara
V-122 LAMPIRAN V-123 FAKTOR PENGALI PEGANGAN V-124 RATING FACTOR SUPER SKILL : EXCELLENT SKILL: 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya 2. Bekerja dengan sempurna 3. Tampak seperti telah terlatih
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara SKILL SUPER SKILL : 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya. 2. Bekerja dengan sempurna 3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik 4. Gerakan gerakannya
Lebih terperinciLAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING)
Times New Roman, 16, Bold, Centre LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING) Times New Roman, 12, Centre Disusun Oleh : Nama / NPM : 1.. / NPM 2.. / NPM Kelompok
Lebih terperinciFISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH
FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 8 STOPWATCH Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com TIME STUDY: METODE STOPWATCH
Lebih terperinciERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA
ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan
Lebih terperinciPengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)
Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi
Lebih terperinciTugas dari Presiden Direktur, antara lain : Adapun tanggung jawab dari Presiden Direktur adalah:
LAMPIRAN Lampiran 1. Uraian Tugas dan Tanggungjawab 1. Presiden Direktur Tugas dari Presiden Direktur, antara lain : a. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan. b. Menyusun
Lebih terperinciTabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan
Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pekerjaan yang diamati pada praktikum kali ini adalah produktifitas kasir hypermart oleh dua operator. Proses kinerja kasir tersebut adalah kasir tersebut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Time and Motion Study Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Manusia merupakan salah satu elemen utama pada sistem industri dalam menjalankan aktivitas. Tanpa adanya campur
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN NOTULENSI Pengelompokan Kegiatan Value Added dan Non Value Added No Kegiatan 1. Tebu dibawa ke pabrik menggunakan truk 2. Truk menunggu untuk ditimbang 3. Truk yang berisikan tebu ditimbang 4.
Lebih terperincipracticum apk industrial engineering 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran kerja atau work measurement adalah proses menentukan waktu yang diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Tata Letak Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan
Lebih terperinciLakukan Pekerjaanmu secara Efektif & Efisien
Pengukuran Kerja Lakukan Pekerjaanmu secara Efektif & Efisien Waktu baku,diperlukan untuk : Man Power Planning Cost Estimation Production Schedulling Insentif Indikasi Kinerja Pengukuran Kerja Dibedakan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen operasi telah mengalami perubahan yang cukup drastis sejalan dengan perkembangan inovasi
Lebih terperinciBAB II. Activity-Based Management. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh
BAB II Activity-Based Management 2.1. Definisi Activity Based Management Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen
Lebih terperinciKelonggaran (%) Faktor Contoh pekerjaan. A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita
Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran (%) A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita 1Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0 2 Sangat ringan Bekerja di meja, berdiri
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan
Lebih terperincipracticum apk industrial engineering 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut
Lebih terperinciPENGUKURAN WAKTU. Nurjannah
PENGUKURAN WAKTU Nurjannah Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang
Lebih terperinciPerhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study
Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam penulisan ini, diperlukan teori teori yang mendukung, yang didapat dari mata kuliah yang pernah diajarkan dan dari referensi referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai
Lebih terperinciIII. TINJAUAN PUSTAKA
III. TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu hal yang sangat menentukan keberhasilan suatu proyek dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Hal
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA PENENTUAN JUMLAH OPTIMAL OPERATOR PEMINDAHAN UNIT MOBIL PADA VEHICLE LOGISTIC CENTER PERUSAHAAN MANUFAKTUR OTOMOTIF DENGAN PENDEKATAN WORKLOAD ANALYSIS SKRIPSI MICHAEL SIDHI TRISWANDANA
Lebih terperinciAnalisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating
Petunjuk Sitasi: Cahyawati, A. N., & Pratiwi, D. A. (2017). Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B211-216). Malang: Jurusan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kerja Menurut Sritomo, pengukuran kerja adalah : metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Salah
Lebih terperinciL A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara
L A M P I R A N Tabel Besarnya Kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran ( % ) A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan 3. Ringan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi
Lebih terperincipekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem
24 pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Pengertian dari waktu baku yang normal,wajar, dan terbaik dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO
LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 2 URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MASING-MASING JABATAN DI PT. KARYA DELI STEELINDO MEDAN. 1. Direktur Direktur merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajamen Operasi dan Produksi Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2011:2) manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan
Lebih terperinciPengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA
Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengertian Sampling pekerjaan adalah suatu prosedur pengukuran cara langsung yang dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Standar pekerja
Lebih terperinciWORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST
WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I LANDASAN TEORI
Lebih terperinciPERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)
PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) Kelvin Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Aliran produksi
Lebih terperinciNama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling
Nama : Johanes Susanto NIM : 2012-21-046 Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian Work Sampling Sampling Pekerjaan (Work Sampling) adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Lean Lean adalah suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (Waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang/jasa) agar memberikan
Lebih terperinciMENGUKUR PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN SEVEN ELEVEN MANGGA DUA
MENGUKUR PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN SEVEN ELEVEN MANGGA DUA Hendy Tannady 1, Chaniago Helmi Santoso, Michael Kelly, Yulianto E-mail: htannady@bundamulia.ac.id 1 Penulis Hendy Tannady adalah dosen tetap
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN LAMPIRAN-. URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Uraian tugas dari masing-masing jabatan pada PD Aneka Industri dan Jasa Sumatera Utara adalah sebagai berikut :. Direktur Direktur PD. Aneka Industri
Lebih terperinciDalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Sinar Inti Electrindo Raya adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, pemasaran panel Tegangan Menengah (TM) dan panel Tegangan Rendah (TR).Dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu
7 BAB II LANDASAN TEORI Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu adanya dasar teori yang tepat yang dapat dijadikan patokan dalam pembahasan kasus. Oleh karena itu metode
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan
Lebih terperinciLampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0.
Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating. SKILL EFFORT 0.15 A1 0.13 A1 Superskill 0.13 A2 0.12 A2 Superskill 0.11 B1 0.1 B1 Excellent 0.08 B2 0.08 B2 Excellent 0.06 C1 0.05 C1 Good 0.03 C2 0.02 C2
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Ergonomi Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Ergonomi Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai
Lebih terperinciPENGUKURAN WAKTU KERJA
PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL
Lebih terperinciPERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) PERTEMUAN #13 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR
Lebih terperinciBAB 4. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA
BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Waktu siklus Stasiun Kerja Stik (Jahit) Tabel 4.1 Data Waktu Siklus Stasiun Kerja Stik (Jahit) Per 1 pasang Pengamatan Waktu
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Adapun uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian pada PT. Tjipta Rimba Djaja dapat dilihat sebagai berikut: 1. Direktur a. Memberikan garis besar kebijaksanaan
Lebih terperinciRiduwan Arif Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
ANALISA BEBAN KERJA DAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DI PT.SURABAYA PERDANA ROTOPACK Riduwan Arif Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciMODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)
MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga
Lebih terperinciLampiran 1: Pembagian Tugas dan Tanggungjawab. Direktur merupakan jabatan tertinggi dari struktur organisasi PT. Bintang
LAMPIRAN Lampiran 1: Pembagian Tugas dan Tanggungjawab Berikut adalah pembagian tugas dan tanggungjawab dari setiap bagian dan jabatan pada PT.Bintang Persada Satelit: 1. Direktur Direktur merupakan jabatan
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK
APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK Debrina Puspita Andriani 1, Billy Anugrah 2, Annissa Dian Islami 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri,
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu
Lebih terperinciLampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data
96 Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Uji keseragaman data 1. waktu setup bagian pencetakan Subgroup No (i) Waktu (detik) (detik) (detik) BKA BKB 1 712 2 564 1 3 534 603,4 4 602 5
Lebih terperinciANALISIS PENGUKURAN KERJA
ANALISIS PENGUKURAN KERJA Disusun oleh: Subodro (135060700111043) Siti Astrid Meidiani (135060700111044) Armelynda Beverly S (135060701111056) Andini Sulviana (135060701111065) Dzaky Falakhi (135060701111082)
Lebih terperinciPENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta)
PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta) Jono Jurusan Teknik Industri Universitas Widya Mataram Yogyakarta Yonuwm@yahoo.co.id ABSTRAK PT XY sebagai
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,
Lebih terperinciBAB II ACTIVITY BASED MANAGEMENT
BAB II ACTIVITY BASED MANAGEMENT 2.1 Activity Based Management 2.1.1 Definisi Activity Based Management (ABM) atau manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN
III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk
Lebih terperinciMODUL II WORK MEASUREMENT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu merupakan salah satu kriteria dari suatu alternatif beberapa metode kerja yang paling sering digunakan sebab kriteria ini memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Beta Pharmacon merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yang didirikan untuk mengantisipasi dan mendukung
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian yang akan dilakukan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu mengukur waktu produktif, menganalisis faktor faktor penyebab rendahnya
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan
Lebih terperinciBAB 3 LANDASAN TEORI. pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Untuk mengukur kebaikan suatu sistem kerja diperlukan prinsip-prinsip pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu psikologis
Lebih terperinciIMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG
IMPLEMETASI METODE WORK SAMPLIG GUA MEGUKUR PRODUKTIVITAS TEAGA KERJA DI CV.SIAR KROM SEMARAG Dwi urul Izzhati 1, Dhieka Anendra 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Dian uswantoro, Semarang 50131 E-mail :
Lebih terperinciANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR FINISHING SORTIR DENGAN METODE WORK SAMPLING (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK
Nana Rahdiana 1), Nani Agustiani 2) ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR FINISHING SORTIR DENGAN METODE WORK SAMPLING Nana Rahdiana 1), Nani Agustiani 2) Program Studi Teknik Industri, Universitas Buana Perjuangan
Lebih terperinciPENENTUAN KEBUTUHAN JURU MASAK DI SKADIK 502 WINGDIKUM DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS
PENENTUAN KEBUTUHAN JURU MASAK DI SKADIK 502 WINGDIKUM DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS HERI PURNOMO DAN W.T. BHIRAWA Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta.
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL
PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Lebih terperinciUniversitas Mercubuana
BAB II LANDASN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkanwaktu baku, penyelesaian suatu pekerjaan yaitu waktu yang dibutuh kan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja
Lebih terperinciANALISIS KOEFISIEN HARGA SATUAN TENAGA KERJA DI LAPANGAN DENGAN MEMBANDINGKAN ANALISIS SNI DAN ANALISIS BOW PADA PEMBESIAN DAN BEKISTING KOLOM
ANALISIS KOEFISIEN HARGA SATUAN TENAGA KERJA DI LAPANGAN DENGAN MEMBANDINGKAN ANALISIS SNI DAN ANALISIS BOW PADA PEMBESIAN DAN BEKISTING KOLOM Arthur Arruan B. F. Sompie, Mochtar Sibi, Pingkan Pratasis
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data gerakan kerja dilakukan dengan cara merekam proses perakitan resleting polyester dengan handycam / kamera video. Setelah itu data
Lebih terperinciPENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO
PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO Darsini Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo E-mail : dearsiny@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Di dalam sebuah sistem kerja unsur manusia, mesin, peralatan kerja dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan dengan baik secara sendirisendiri maupun
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Cara Kerja Pada laporan skripsi ini penelitian cara kerja menggunakan metode penelitian yang dilakukan melalui operation process chart. Dan dalam perhitungan untuk
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian umum pengecatan Pengecatan adalah salah satu jenis pelapisan permukaan dimana bahan pelapisnya telah diberi pewarna (cat). Pengecatan secara tradisional digambarkan
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif dilakukan dengan membuat deskripsi secara sistematis,
Lebih terperinci