UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA METODE PENGHEMATAN GAS H 2 PADA SISTEM PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) DENGAN MENGATUR BUKAAN VALVE SEBANDING PERUBAHAN DAYA BEBAN TESIS HABIBULLAH FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KONTROL INDUSTRI DEPOK JULI 2011

2 UNIVERSITAS INDONESIA METODE PENGHEMATAN GAS H 2 PADA SISTEM PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) DENGAN MENGATUR BUKAAN VALVE SEBANDING PERUBAHAN DAYA BEBAN TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister HABIBULLAH FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KONTROL INDUSTRI DEPOK JULI 2011 ii

3

4

5

6

7 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Habibullah : Teknik Kontrol Industri : Metode penghematan Gas H2 pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) dengan mengatur bukaan valve sebanding perubahan daya beban. Tesis ini bertujuan untuk mengujikan persamaan yang diperoleh dari grafik karakteristik hubungan tegangan masukan optimum driver valve terhadap perubahan daya beban pada bukaan valve proporsional pada masukan sistem PEMFC sehingga bukaan valve akan bekerja secara otomatis sesuai dengan perubahan daya beban. Persamaan yang diambil ada dua yaitu persamaan polinomial dan linier. Masukan persamaan adalah daya beban dan keluarannya dijadikan tegangan masukan driver valve. Hasil pengujian dengan kedua persamaan menunjukkan karakteristik tegangan dan arus keluaran sistem yang hampir sama dengan karakteristik pada bukaan valve optimum dan maksimum. Pemakaian gas H2 pada pengujian dengan kedua persamaan menunjukkan nilai yang hampir sama dengan bukaan valve optimum, sehingga lebih hemat dalam konsumsi gas H2 dibandingkan dengan bukaan valve maksimum. Kata kunci: PEM Fuel Cell, valve proporsional, penghematan gas H2. vii

8 ABSTRACT Name : Habibullah Study Program : Control Engineering Title : Hydrogen saving method in PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) system by regulating the valve opening proportional change in the power load. This thesis aims to testing the equation which obtained from the graph characteristics relationships of the optimum input voltage driver valve to change the power load on the valve opening proportional to the input PEMFC system so that the valve opening will work automatically according to changes in load power. Equations are taken there are two linear equations and polynomials. Enter the equation is used as the power load and input voltage output driver valves. Test results show similarities with both voltage and output current characteristics are almost the same system with the characteristics of the optimum and maximum valve opening. H2 gas usage on testing with both equations show similar values with optimum valve opening, making it more efficient than the maximum valve opening. Key word : PEM Fuel Cell, proportional valve, H2 gas savings. viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. i HALAMAN JUDUL. ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii HALAMAN PENGESAHAN... iv UCAPAN TERIMA KASIH.... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.. vi ABSTRAK.... vii ABSTRACT.. viii DAFTAR ISI. ix DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL. xi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Pembatasan Masalah Susunan Penulisan... 3 BAB 2 DASAR TEORI Fuel Cell Komponen Utama Sistem Fuel Cell Prinsip Kerja Fuel Cell PEMFC Karakteristik PEMFC PEMFC Horizon H Karakteristik Power PEMFC Horizon H Spesifikasi PEMFC Horizon H NI PCI-6024E/CB-68LP Academic Starter Kit Sensor-sensor dan rangkaian driver BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Diagram blok percobaan sistem PEMFC H-100 dengan bukaan valve maksimum dan optimum Karakteristik hubungan masukan driver valve terhadap daya beban pada sistem PEMFC H Persamaan polinomial Persamaan linier Blok diagram pengujian pengaturan bukaan valve masukan gas H2 secara otomatis pada sistem PEMFC H Blok simulink pengujian sistem PEMFC H Penambahan batas minimum dan maksimum keluaran persamaan Penambahan filter Blok diagram pengujian keseluruhan Langkah-langkah pengujian 25 BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA Tegangan dan arus keluaran sistem PEMFC Pemakaian gas H2 pada sistem PEMFC ix

10 4.3. Perbandingan efisiensi sistem PEMFC Pengujian dinamik sistem PEMFC H Pengujian dinamik sistem dengan persamaan polinomial Pengujian dinamik sistem dengan persamaan linier Pengontrolan bukaan valve menggunakan persamaan linier.. 39 BAB 5 KESIMPULAN DAFTAR REFERENSI x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Unit Fuel Cell... 5 Gambar 2.2. Prinsip Kerja Fuel Cell... 6 Gambar 2.3. Skematik PEMFC.. 8 Gambar 2.4. Bagian sistem PEMFC H Gambar 2.5. Kurva Arus terhadap Tegangan sistem PEMFC H Gambar 2.6. Grafik Daya terhadap Aliran sistem PEMFC H Gambar 2.7. Grafik Arus terhadap Daya sistem PEMFC H Gambar 2.8. National Instrument PCI-6024E/CB-68LP Gambar 2.9. Karakteristik Sensor Aliran D6F Gambar Karakteristik keluaran sensor arus ACS714T LLC-05B Gambar Rangkaian driver valve Gambar Karakteristik driver valve Gamabr 3.1. Blok diagram percobaan sistem PEMFC dengan bukaan valve maksimum dan optimum 18 Gambar 3.2. Karakteristik hubungan tegangan optimum masukan driver valve terhadap daya beban Gambar 3.3. Blok diagram kendali pengujian sistem PEMFC H Gambar 3.4. Blok simulink pengujian bukaan valve masukan gas H2 pada sistem PEMFC secara otomatis.. 21 Gambar 3.5. Penambahan batas minimum dan maksimum masukan driver 22 Gambar 3.6. Blok filter. 23 Gambar 3.7. Contoh grafik keluaran persamaan sebelum dan sesudah filter.. 24 Gambar 3.8. Blok diagram pengujian sistem PEMFC H Gambar 3.9. Diagram alir langkah-langkah pengujian sistem PEMFC H Gambar 4.1. Karakteristik tegangan terhadap arus beban pada persamaan polinomial dan linier Gambar 4.2. Karakteristik tegangan terhadap arus beban pada persamaan polinomial, linier, bukaan valve maksimum dan optimum Gambar 4.3. Gambar 4.4. Perbandingan aliran masukan gas H2 terhadap beban pada pengujian dengan persamaan polinomial dan linier. 29 Perbandingan aliran masukan gas H2 terhadap beban pada pengujian dengan persamaan polinomial, linier, bukaan valve maksimum dan optimum 30 Gambar 4.5. Perbandingan aliran keluaran gas H2 terhadap beban pada pengujian dengan persamaan polinomial dan linier. 31 Gambar 4.6. Perbandingan aliran keluaran gas H2 terhadap beban. 31 Gambar 4.7. Gambar 4.8. Perbandingan daya beban sistem per aliran masukan gas H2 pada sistem PEMFC dengan bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier.. 33 Perbandingan daya beban per aliran masukan gas H2 pada sistem PEMFC H-100 terhadap beban pada bukaan valve xi

12 Gambar 4.9. Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar maksimum, optimum, bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier.. 34 Grafik tegangan keluaran sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan polinomial Grafik tegangan valve masukan gas H2 sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan polinomial Grafik arus keluaran sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan polinomial 37 Grafik tegangan keluaran sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan linier. 37 Grafik tegangan valve masukan gas H2 sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan linier Grafik arus keluaran sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan linier. 39 Perbandingan daya beban per aliran masukan gas H2 pada sistem PEMFC H-100 terhadap beban dengan bukaan valve optimum, maksimum, bukaan dengan persamaan polinomial dan linier yang baru xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Reaksi Elektrokimia Fuel Cell 6 Tabel 2.3. Spesifikasi PEMFC H Tabel 4.1. Data tegangan dan arus keluaran sistem PEMFC pada bukaan valve optimum, maksimum, bukaan dengan persamaan polinomial dan linier.. 29 Tabel 4.2. Data perbandingan efisiensi sistem PEMFC pada bukaan valve optimum, maksimum, persamaan polinomial dan linier. 34 xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Datasheet sensor arus ACS Lampiran 2 Datasheet D6F sensor aliran 51 Lampiran 3 H-100 Fuel Cell Stack User Manual 52 Lampiran 4 Datasheet valve proporsional PSV1S.. 63 xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Teknologi konvensional menggunakan minyak bumi sebagai sumber energi dipandang tidak ramah lingkungan karena menimbulkan polusi udara. Pembakaran minyak bumi menghasilkan karbon monoksida (CO) dan karbondioksida (CO2) yang berbahaya. Sebagai solusi, telah dikembangkan teknologi fuel cell yang terus mengalami riset dan pengembangan di beberapa negara maju. Teknologi fuel cell merupakan teknologi ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi seperti halnya pembangkit energi tenaga minyak bumi. Pada fuel cell, konversi energi terjadi dengan adanya reaksi elektrokimia dari bahan bakar (hidrogen) dan oksidan (oksigen) yang akan mengubah energi kimia fuel menjadi energi listrik. Tegangan keluaran yang dihasilkan oleh fuel cell juga dipengaruhi oleh adanya rugi-rugi dari proses yang terjadi, baik dari proses kimia maupun mekanis. Karakteristik dari sistem fuel cell adalah tegangan yang dihasilkan akan semakin menurun jika terjadi pertambahan beban. Untuk mengatasinya biasanya tekanan gas H2 diatur pada tekanan maksimumnya, sesuai dengan kapasitas fuel cell tersebut. Tujuannya supaya suplay gas H2 tetap memadai jika beban tiba-tiba membesar. Pada sistem PEMFC H-100 suplay gas H2 nya diberikan pada tekanan yang maksimum, yaitu antara 5.8 psi 6.5 psi. Tekanan ini diberikan pada semua beban tanpa memperhatikan besar bebannya, tujuannya supaya sistem mendapatkan suplay gas yang cukup untuk menyuplay beban yang terhubung sesuai dengan kapasitasnya. Tekanan ini sebenarnya dapat disesuaikan dengan besar beban yang terhubung ke sistem, pada saat bebannya kecil tekanan gas yang diberikan juga kecil, dan sebaliknya jika beban besar maka tekanannya juga diperbesar, sehingga dapat menghemat pemakaian gas H2. Untuk memperbesar atau memperkecil tekanan gas H2 yang masuk ke sistem PEMFC ini maka ditambahkan suatu valve proporsional pada masukan 1

16 2 sistem. Bukaan valve maksimum adalah bukaan valve dengan bukaan 100%, artinya tegangan masukan diatur pada tegangan maksimum. Bukaan valve optimum adalah bukaan valve yang diatur secara trial error dengan cara merubah tegangan valve proporsional mulai dari nilai minimum pada saat sistem diberi beban tertentu. Jika tegangan keluaran sistem cendrung turun maka tegangan masukan valve dinaikkan sampai tegangan keluaran sistem konstan pada nilai tertentu. Tegangan masukan valve didapatkan dari sebuah driver yang dibangun dari rangkain op-amp. Masukkan driver ini diatur secara manual pada setiap perubahan daya beban. Data-data perubahan tegangan masukan driver dan daya beban direkam untuk keperluan analisa. Berdasarkan datadata tersebut diperoleh grafik karakteristik hubungan tegangan masukan driver valve terhadap perubahan daya beban, kemudian dicari grafik pendekatan karaktersitik tersebut. Dari grafik tersebut didapatkan dua persamaan, yaitu persamaan polinomial dan linier. Kedua persamaan digunakan untuk mengatur tegangan masukan driver. Masukan persamaan adalah daya beban dan keluarannya sebagai masukan driver. Jika daya beban berubah maka tegangan masukan valve juga berubah, sehingga bukaan valve proporsional pada masukan sistem PEMFC akan berubah sesuai dengan perubahan daya beban. Dengan mengatur bukaan valve proporsional pada masukan sistem PEMFC sesuai dengan persamaan tersebut maka kebutuhan gas H2 pada sistem PEMFC dapat dioptimalkan sesuai dengan besar beban yang terhubung ke sistem sehingga dapat menghemat pemakaian gas H2 tanpa mengurangi performa keluaran sistem Tujuan Penulisan Tesis ini bertujuan untuk mengoptimalkan kebutuhan gas H2 pada sistem PEMFC sesuai dengan besar beban. Hal ini dilakukan dengan cara mengatur aliran masukan gas H2 pada sistem PEMFC H-100 secara otomatis sesuai dengan persamaan yang diperoleh dari grafik karakteristik hubungan tegangan masukan driver valve terhadap daya beban. Hal ini dapat

17 3 menghemat pemakaian gas H2 tanpa mengurangi performa keluaran sistem Pembatasan Masalah Tesis ini membahas rancangan pengaturan bukaan valve proporsional pada saluran masukan gas H2 sistem PEMFC H-100 secara otomatis sesuai dengan perubahan daya beban menggunakan dua persamaan yang diperoleh dari grafik karakteristik hubungan tegangan masukan driver valve terhadap perubahan daya beban. Ada dua persamaan yang digunakan, yaitu persamaan polinomial dan linier. Kedua persamaan diujikan untuk mengatur bukaan valve proporsional pada saluran masukan gas H2 sistem PEMFC H-100. Keluaran sistem berupa arus dan tegangan dibandingkan dengan hasil percobaan pada bukaan valve maksimum dan optimum. Banyaknya aliran gas H2 pada masing-masing pengujian juga dibandingkan dengan hasil percobaan sistem pada bukaan valve maksimum dan optimum Susunan Penulisan Penulisan laporan tesis ini dibagi ke dalam lima bab yang akan menjelaskan secara bertahap mengenai keseluruhan isi tesis ini. Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan. Bab dua membahas dasar teori yaitu tentang fuel cell, PEMFC (proton exchange membrane fuel cell) Horizon H-100, karakteristik sistem PEMFC H-100 dan spesifikasinya, sensor-sensor serta rangkaian yang digunakan dalam pengujian. Bab tiga membahas rancangan pengujian persamaan pada bukaan valve masukan gas H2 sistem PEMFC H-100. Bab empat berisi hasil pengujian dan analisa. Bab lima merupakan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dalam laporan tesis ini.

18 BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Fuel Cell Fuel cell ialah alat konversi elektrokimia yang berfungsi mengubah energi kimia dari fuel (bahan bakar) menjadi energi listrik. Sama halnya dengan baterai yang menghasilkan listrik melalui proses elektrokimia perbedaan fuel cell dengan baterai adalah karena fuel cell menghasilkan air dan panas di samping energi listrik. Fuel cell dapat menghasilkan energi secara berkelanjutan (kontinyu) karena sumber energinya diberikan langsung dari sumber di luar sistem, sedangkan pada baterai sumber energi bersatu dengan sistem, sehingga jika sumber energinya habis, maka harus dilakukan pengisian sumber energi lagi. Fuel Cell memiliki beberapa keunggulan lain yaitu: 1. Mempunyai kemampuan untuk mengkonversi energi kimia menjadi energi listrik dengan lebih sempurna (efisiensi tinggi, panas buangan dapat digunakan kembali). 2. Ramah lingkungan. Fuel cell beroperasi dengan emisi rendah, tanpa bising dan hasil buangan yang tidak berbahaya (air dan panas). 3. Fuel cell dapat ditempatkan di berbagai lokasi sesuai kebutuhan, ukurannya fleksibel. Namun, fuel cell juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya; 1. Harga pasaran yang relative masih tinggi. 2. Hidrogen yang akan digunakan sebagai bahan bakar tidak tersedia dengan mudah Komponen utama sistem fuel cell Tiap unit sistem fuel cell terdiri atas 4 komponen utama, yaitu: 1. Anoda (fuel electrode) yaitu komponen yang menjadi tempat untuk bertemunya fuel dengan elektrolit, sehingga ia menjadi katalisator dalam reaksi reduksi bahan bakar dan kemudian mengalirkan elektron dari reaksi tersebut menuju rangkaian eksternal (beban) 4

19 5 2. Katoda (oxygen electrode) yaitu komponen yang menjadi tempat untuk bertemunya oksigen dengan elektrolit, sehingga ia menjadi katalisator dalam reaksi oksidasi oksigen dan kemudian mengalirkan elektron dari rangkaian eksternal kembali ke dalam fuel cell yang akhirnya menghasilkan air dan panas. 3. Elektrolit yaitu bahan yang berfungsi sebagai penghantar yang mengalirkan ion yang berasal dari bahan bakar di anoda menuju katoda. 4. Katalis yaitu material atau bahan khusus untuk mempercepat reaksi kimiawi atau reduksi-oksidasi. Untuk mampu menghasilkan tegangan yang tinggi/yang dinginkan maka sel tersebut dihubungkan secara seri. Kumpulan dari banyak sel tunggal ini disebut stack. Untuk membuat stack, selain dibutuhkan sel tunggal, juga diperlukan sel separator. Gambar 2.1 Unit Fuel Cell (Aryani, Dharma. Identifikasi Sistem Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) dengan Metode Kuadrat Terkecil. Seminar,. Desember 2008.) 2.3. Prinsip kerja fuel cell Seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.2. fuel (hidrogen) dialirkan ke permukaan anoda dan secara bersamaan, oksigen yang berasal dari udara bebas, dialirkan ke permukaan katoda. Saat elektroda dihubungkan dengan beban dari luar, maka proses yang terjadi adalah sebagai berikut; Hidrogen (H2) yang menyentuh permukaan anoda akan bereaksi secara kimiawi (reduksi), menghasilkan ion hidrogen (H + ) dan ion elektron (e - ). Sedangkan pada katoda terjadi reaksi oksidasi,

20 6 menghasilkan air. Ion hidrogen (H + ) akan bergerak dari permukaan anoda menuju katoda melalui elektrolit dan ion elektron (e - ) bergerak ke beban lalu menuju katoda. Gambar 2.2. Prinsip kerja Fuel Cell (Aryani, Dharma. Identifikasi Sistem Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) dengan Metode Kuadrat Terkecil. Seminar,. Desember 2008.) 2.4. PEMFC (proton exchange membrane fuel cell) Fuel cell ini bekerja pada temperatur operasi yang rendah ( ) dengan menggunakan bahan bakar hidrogen murni. Jenis membran yang digunakan adalah Nafion. Nafion memiliki sifat sebagai konduktor dan melewatkan muatan positif H +. Katalis PEMFC umumnya menggunakan bahan dasar platina. Jenis fuel cell ini yang akan diuji dan diatur masukan gas H2 nya dalam penelitian ini. Pada sub bab selanjutnya akan dibahas lebih rinci tentang perbandingan bukaan valve masukan gas H2 pada sistem PEMFC terhadap daya beban dan efisiensi pemakaian gas H2. Tabel 2.1. Reaksi elektrokimia Fuel Cell Fuel Cell Reaksi pada Anoda Reaksi pada Katoda Proton Exchange Membrane dan Phosporic Acid H 2 2H + + 2e - 1 O2 + 2H + + 2e - H 2 O 2 Alkaline H 2 + 2(OH) - 2H 2 O + 2e - 1 O2 + H 2 O + 2e - 2(OH) - 2 Molten carbonate H 2 + CO = 3 H 2 O + CO 2 + 2e - 1 CO + CO = 3 2CO 2 + 2e - O2 + CO 2 + 2e - = CO 3 2

21 7 Solid Oxide H 2 + O = H 2 O + 2e - 1 CO + O = CO 2 + 2e - CH 4 + 4O = 2H 2 O + CO 2 + 8e - 2 O2 + 2e - O = (Aryani, Dharma. Identifikasi Sistem Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) dengan Metode Kuadrat Terkecil. Seminar,. Desember 2008.) 2.5. Karakteristik PEMFC Polymer electrolyte membrane fuel cell (PEMFC) disebut juga proton exchange membrane fuel cell. Membrane ini berupa lapisan tipis padat yang berfungsi sebagai elektrolit pemisah katoda dan anoda. Membran ini secara selektif mengontrol transport proton dari anoda ke katoda dalam fuel cell. PEMFC mengandung katalis platina. Untuk menhasilkan energi, PEMFC hanya memerlukan hidrogen, oksigen dan udara, serta air untuk mengoperasikannya. Selain itu, pada fuel cell ini tidak dipakai fluida yang bersifat korosif seperti jenis fuel cell lainnya. Material berbasis polimer memiliki beberapa keunggulan: - Mempunyai hantaran yang cocok untuk aplikasi sel eletrokimia. - Mempunyai hantaran listrik yang rendah. - Mempunyai sifat mekanik yang baik. - Mempunyai kestabilan kimia, elektrokimia dan fotokimia yang baik. - Murah dalam pembuatannya. Disebut Proton Exchange Membrane (PEM), karena menggunakan proton sebagai konduktor untuk melewati membran dari bahan polimer yang berfungsi sebagai elektrolit dari anoda ke katoda. Katalisator yang digunakan adalah platina.

22 8 Gambar 2.3. Skematik PEMFC (Aryani, Dharma. Identifikasi Sistem Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) dengan Metode Kuadrat Terkecil. Seminar,. Desember 2008.) Struktur satu unit PEMFC yang terdiri dari anoda, katoda serta membran, disebut Membrane Electrode Assembly (MEA). Bekerja pada suhu rendah ( ) dalam hidrogen murni dalam bentuk gas, yang dialirkan ke anoda dengan tekanan konstan. Hidrogen yang menyebar di anoda akan dibantu katalisator, dari bahan platina untuk melepaskan elektron menuju beban dan ion positif hidrogen (proton) yang akan dialirkan menuju katoda. Proton yang dipindahkan ke katoda melalui membran penghantar proton yang hanya membolehkan ion proton saja yang lewat dan menyaring elektron. Reaksi yang terjadi pada PEMFC adalah sebagai berikut; Anoda : H 2 2H + + 2e - (2.1) 1 Katoda : O2 + 2H + + 2e - H 2 O (2.2) 2 Reaksi keseluruhan : H O2 H 2 O (air) + Panas (2.3) 2.6. PEMFC Horizon H-100 PEMFC Horizon H-100 ini merupakan jenis fuel cell komersil yang diproduksi oleh Horizon. Fuel cell ini memiliki kapasitas daya sebesar 100 watt. Fuel cell ini memiliki saluran masukan dan keluaran gas H2, sedangkan untuk saluran oksigennya hanya dialirkan dari blower.

23 9 Gambar bagian-bagian sistem PEMFC H-100 dapat dilihat pada gambar 2.4. (a) (b) Gambar 2.4. Bagian-bagian PEMFC H-100 (a) Stack, valve masukan, valve purging, blower. (b) Kontroller, saklar on/off, SCU (Horizon Fuel Cell. H-100 Fuel Cell Stack User Manual. V2.0, 2009) 1) Stack Stack adalah komponen utama dari sebuah fuel cell. Pada komponen ini terdapat membran polymer, lempeng anoda dan katoda, saluran masukan dan keluaran gas H2, konektor tegangan keluaran, blower, serta kabel konektor kontroler. Di dalam stack inilah terjadi reaksi gas H2 dengan oksigen melalui membran polymer sehingga menguraikan gas H2 menjadi ion dan menghasilkan aliran elektron.

24 10 2) H2 Supply Valve Valve ini berjenis valve selenoid yang berfungsi agar gas H2 dapat mengalir dari tabung gas ke stack. Valve ini terletak pada saluran gas H2 sebelum stack. Saat sistem hidup maka valve ini terbuka, dan ketika sistem mati valve ini tertutup. Valve ini tidak dapat diatur besar bukaannya, jadi hanya berfungsi buka tutup saja. 3) H2 Purge Valve Valve purging berfungsi membuang sisa reaksi gas dari dalam stack, berupa air dan gas sisa. Valve ini akan hidup secara periodik, yaitu 1 kali dalam 10 detik. Selain itu valve ini juga berfungsi untuk menjaga kestabilan tegangan keluaran fuel cell, dimana valve ini akan membuang gas H2 yang telah jenuh, dan kemudian diganti dengan gas yang baru sehingga akan menstabilkan tegangan keluarannya. 4) Blower Berfungsi untuk mengalirkan gas O2 ke sistem serta mengurangi panas pada sistem. Blower ini hanya akan hidup jika sistem juga hidup. 5) Controller Berfungsi untuk mengontrol suhu stack, kipas, masukan hidrogen, purging dan SCU. Selain itu controller ini juga berfungsi sebagai pengaman sistem ketika beban lebih besar dari kapasitas maka sistem akan turn off. 6) On/Off Switch Saklar ini digunakan untuk mematikan atau menghidupkan sistem. Penggunaannya dengan cara menekan tombolnya selama ±5 detik. 7) Short Circuit Unit Saklar ini berfungsi untuk mematikan sistem dengan cepat. Saklar ini hanya digunakan jika dibutuhkan Karakteristik Power PEMFC H-100 Grafik karakteristik power PEMFC H-100 ditunjukkan pada gambar 2.5. sampai dengan gambar 2.7. Grafik karakteristik ini diperoleh dari data spesifikasi yang disertakan dalam user manual Horizon H-100.

25 11 Gambar 2.5. Grafik Arus terhadap Tegangan Gambar 2.6 Grafik Daya terhadap Aliran Gambar 2.7. Grafik Arus terhadap Daya (Horizon Fuel Cell. H-100 Fuel Cell Stack User Manual. V2.0, 2009)

26 Spesifikasi PEMFC H-100 Sistem PEMFC H-100 ini membutuhkan suplay H2 dengan tekanan berkisar antara 5,8 psi sampai 6,5 psi. Gas H2 yang dipakai haruslah yang murni, sedangkan gas oksigen disalurkan melalui blower yang terdapat pada stack. Tabel spesifikasi PEMFC H-100 ditunjukkan pada tabel 2.3. Tabel 2.2. Spesifikasi PEMFC H-100 (Horizon Fuel Cell. H-100 Fuel Cell Stack User Manual. V2.0, 2009)

27 NI PCI-6024E/CB-68LP Academic Starter Kit Gambar 2.8. National Instrument PCI-6024E/CB-68LP Academic Starter Kit CB-68LP merupakan alat yang digunakan untuk menyebarkan 68 pin yang terdapat pada konektor R6868 sehingga setiap pin tersebut dapat dihubungkan dengan mudah ke peralatan listrik lain sesuai kebutuhan. Nomor channel dan pin dari CB-68LP terdapat pada lampiran. Penomoran channel dimulai dari channel 0 (CH0). Dalam penggunaannya setiap channel mempunyai pasangan, yaitu channel n, channel n+8, dan ground. Jadi channel 0 berpasangan dengan channel 8 (+ ground), channel 1 berpasangan dengan channel 9 (+ ground), dan seterusnya. Penggunaan channel ini berpengaruh pada konfigurasi pada Analog Masukan/Keluaran yang akan digunakan pada percobaan sistem PEMFC H-100. Koneksi dapat dilakukan dengan menghubungkan CB-68LP dan PCI- 6024E (yang tertanam dalam CPU) dengan menggunakan konektor R6868 (68 pin) Sensor dan rangkaian driver valve 1. Sensor Aliran Terdapat dua jenis sensor aliran gas yang digunakan yaitu tipe D6F-50A6-000, dipasang pada sisi masukan, berfungsi untuk mengukur aliran gas H2 masukan pada sistem PEMFC H-100 dan tipe D6F-01A1-

28 14 110, dipasang pada sisi keluaran, berfungsi untuk mengukur aliran gas H2 keluaran. Sensor D6F-50A6-000 memiliki kemampuan pengukuran aliran 0-50 liter permenit [LPM], sedangkan D6F-01A1-110 memiliki kemampuan pengukuran aliran 0 1 liter permenit [LPM]. Karakteristik dari masing-masing sensor aliran ini diturunkan dari data yang diberikan pabrik pembuatnya (Omron). Grafik hubungan antara tegangan keluaran dan besarnya aliran yang diukur ditunjukkan pada gambar D6F-50A6-000 V LPM 1 0 2, , ,2 30 4, V LPM - D6F-01A1-110 V LPM 1 0 2,31 0,2 3,21 0,4 3,93 0,6 4,51 0,8 5 1 V LPM Gambar 2.9. Karakteristik Sensor Aliran D6F Data tabel pada gambar 2.9 adalah data tegangan dan aliran dari sensor aliran yang diperoleh dari datasheetnya. Sedangkan persamaannya dicari dari grafiknya yang dibuat di microsoft excell.

29 15 2. Sensor Arus Sensor arus digunakan untuk mengukur arus keluar/arus beban dari sistem PEMFC H-100. Sensor arus yang digunakan adalah tipe ACS714T LLC-05B dengan sensitifitas 185mV/A dan tegangan keluran 0 5 Vdc. Pada saat tidak ada arus, tegangan keluran sensor ini adalah 2,5 Vdc. Karakteristik masukan-keluaran dari sensor arus ini ditunjukkan pada gambar Gambar Karakteristik keluaran sensor arus ACS714T LLC-05B (datasheet ACS714) 3. Driver valve Driver ini digunakan untuk memberikan tegangan masukan pada valve proporsional, sehingga bukaan valve dapat diatur. Rangkaian driver ini dibangun menggunakan op-amp jenis LM324 dengan sinyal masukan 0 5 Vdc dan keluaran dari 0 30 Vdc. Untuk menguatkan arusnya ditambahkan sebuah transistor 2SD313. Rangkaian driver ini ditunjukkan pada gambar Gambar Rangkaian driver valve

30 16 Berdasarkan pengujian terhadap masukan dan keluaran pada rangkaian driver ini didapat karakteristik yang linier seperti yang ditunjukkan pada gambar Masukan Keluaran (V) (V) V out V in Gambar Karakteristik Driver Valve

31 BAB 3 METODE PENELITIAN Untuk dapat mengatur aliran gas H2 pada sistem PEMFC H-100 maka perlu ditambahkan sebuah valve pada saluran masukan gas H2 sistem. Jenis valve yang digunakan adalah valve proporsional yang mempunyai tegangan kerja dari 0 30 Vdc. Bukaan valve ini dapat diatur bukaannya dengan mengubah tegangan masukannya. Tegangan masukan valve ini diperoleh dari sebuah valve yang mempunyai tegangan masukan 0-5 Vdc. Tegangan inilah yang diatur untuk mengubah bukaan valve proporsional, sehingga aliran gas H2 pada sistem PEMFC dapat diubah sesuai kebutuhan. Selanjutnya akan dilakukan percobaan pada sistem PEMFC H-100 dengan bukaan valve maksimum dan optimum. Bukaan maksimum artinya tegangan valve diatur pada nilai maksimum, yaitu 30 Vdc, sedangkan bukaan optimum artinya bukaan valve diatur dibawah bukaan maksimum, sesuai dengan besar beban yang terhubung. Caranya dengan menaikkan masukan driver secara perlahan, jika tegangan keluaran sistem cendrung turun saat diberi beban, maka masukkan driver perlu dinaikkan sampai tegangan keluaran sistem konstan pada nilai tertentu pada beban tertentu. Percobaan ini bertujuan untuk melihat keluaran sistem fuel cell, serta melihat banyaknya aliran masukan gas H2 pada masingmasing percobaan Diagram blok percobaan sistem PEMFC H-100 dengan bukaan valve maksimum dan optimum. Percobaan pada sistem PEMFC H-100 dilakukan dengan membuka valve proporsional pada masukan sistem dengan dua kondisi. Pertama dengan bukaan valve 100%, artinya tegangan valve diatur pada nilai maksimum, yaitu 30 Vdc. Kemudian yang kedua dengan bukaan valve yang diatur secara manual sehingga didapatkan bukaan optimum. Diagram blok percobaan sistem PEMFC H-100 dengan bukaan valve maksimum dan optimum dapat dilihat pada gambar

32 18 Gambar 3.1. Blok diagram percobaan sistem PEMFC dengan bukaan valve maksimum dan optimum. Gambar 3.1. merupakan gambar blok diagram percobaan sistem PEMFC H-100. Gambar yang ditandai dengan garis putus-putus merupakan bagian yang ditambahkan pada sistem. Tegangan masukan driver diatur melalui PC. Percobaan pertama dilakukan dengan memberikan masukan driver valve pada nilai maksimum sehingga bukaan valve juga maksimum. Percobaan kedua dilakukan dengan mengubah masukan driver valve ke nilai optimum sesuai dengan beban yang sedang terhubung ke sistem. Tegangan masukan driver ini nilainya akan naik seiring naiknya beban. Percobaan dilakukan dengan bantuan program simulink matlab dengan sample time 0.01 selama 90 detik. Selama percobaan, data tegangan masukan driver valve dan daya beban direkam untuk keperluan analisa Karakteristik hubungan masukan driver valve terhadap daya beban pada sistem PEMFC H-100. Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil percobaan dengan bukaan valve optimum, didapatkan karakteristik hubungan tegangan masukan optimum driver valve terhadap daya beban pada sistem PEMFC H-100, yang ditunjukkan pada gambar 3.2.

33 Input driver valve (v) y = 8E-07x 3-8E-05x x y = 0.001x Poly Linear Daya Beban (watt) Gambar 3.2. Karakteristik hubungan tegangan optimum masukan driver valve terhadap daya beban. Dari grafik pada gambar 3.1 ada dua persamaan yang didapatkan, yaitu persamaan linier dan persamaan polinomial. Keluaran sistem PEMFC H-100 berupa daya beban dijadikan masukan dalam persamaan, hasilnya dijadikan masukan driver sehingga bukaan valve proporsional berubah sesuai dengan perubahan daya beban Persamaan polinomial Berdasarkan grafik karakteristik masukan driver valve terhadap daya beban pada gambar 3.2 maka didapatkan persamaan polinomial sebagai berikut: y = 8E-07x 3-8E-05x x (3.1) Persamaan ini didapatkan dengan bantuan tool chart pada program microsoft excell Persamaan linier Persamaan linier yang didapat dari grafik pada gambar 3.2 adalah sebagai berikut:

34 20 y = 0.001x (3.2) keterangan: y = masukan driver valve (vdc) x = daya beban (watt) Persamaan linier ini juga didapatkan dengan bantuan tool chart pada program excell Blok diagram pengujian pengaturan bukaan valve masukan gas H2 secara otomatis pada sistem PEMFC H-100. Bukaan valve masukan gas H2 pada sistem akan diatur sesuai dengan perubahan daya beban. Daya beban dijadikan masukan pada kedua persamaan (3.1 dan 3.2) dan keluarannya menjadi masukan driver. Masing-masing persamaan diujikan pada sistem kemudian tegangan dan arus keluaran serta aliran masukan/keluaran gas H2 sistem PEMFC dibandingkan dengan hasil percobaan sebelumnya. Blok diagram pengujian bukaan valve secara otomatis pada sistem PEMFC H-100 ini dapat dilihat pada gambar 3.3. H2 In valve proporsional PEMFC H-100 Keluaran I V Driver Beban Nilai awal t = 0 Persamaan Polinomial/ Linier Daya Gambar 3.3. Blok diagram kendali pengujian sistem PEMFC H-100 Pada gambar 3.3 terlihat blok diagram kendali sistem pengujian sistem dengan bukaan valve secara otomatis sesuai dengan perubahan daya beban. Daya beban yang merupakan hasil perkalian arus dan tegangan

35 21 keluaran sistem akan dimasukan dalam persamaan, hasilnya akan dijadikan masukan driver valve. Sebelum pengujian dijalankan, tegangan masukan driver diatur pada nilai awal maksimum. Saat pengujian dijalankan, tegangan masukan driver diambil alih oleh keluaran persamaan. Pengujian dilakukan dengan mengubah beban yang terhubung pada sistem secara bertahap, mulai dari tanpa beban sampai dengan beban maksimum. Setiap perubahan beban data tegangan, arus, aliran masukan dan keluaran gas H2 nya direkam untuk keperluan analisa Blok Simulink Pengujian Sistem PEMFC H-100 Pengujian dilakukan dengan bantuan simulink pada program matlab. Sebelum sistem simulink dijalankan, masukan driver di atur pada nilai maksimum. Blok simulink pengujian sistem yang dibuat dengan program Matlab 2008b dapat dilihat pada gambar 3.4. Gambar 3.4. Blok simulink pengujian bukaan valve masukan gas H2 pada sistem PEMFC secara otomatis.

36 22 Driver valve mendapatkan masukan dari analog keluaran NI-PCI 6024 dan keluarannya menjadi masukan valve proporsional. Pada blok simulink dalam gambar 3.4, masukan driver valve didapatkan dari persamaan polinomial dan linier Penambahan batas minimum dan maksimum keluaran persamaan Penambahan batas min/max pada sistem bertujuan agar bukaan valve proporsional tidak terlalu kecil atau terlalu besar. Jika terlalu kecil maka tegangan keluaran sistemakan cendrung turun sehingga sistem off. Jika terlalu besar maka akan terjadi pemborosan gas H2. Batas masukan minimum yang diberikan adalah pada saat daya beban sebesar 5 watt. Untuk batas maksimum dibatasi pada saat daya beban 70 watt. Batasan ini diperoleh dengan metode trial error. Penambahan batas minimum dan maksimum pada sistem dapat dijelaskan melalui gambar input driver valve (v) y = 8E-07x 3-8E-05x x y = 0.001x Poly Linear Beban (Watt) Gambar 3.5. Penambahan batas minimum dan maksimum masukan driver Pada gambar 3.5. dapat dilihat batasan minimum dan maksimum tegangan masukan driver valve pada grafik karakteristik hubungan tegangan masukan driver valve terhadap daya beban. Batasan tegangan minimum masukan driver valve diatur pada saat

37 23 daya beban 5 watt, yaitu sebesar volt pada persamaan linier dan volt pada persamaan polinomial. Jadi untuk beban dibawah 5 watt maka masukan driver tidak berdasarkan daya beban, tapi telah ditetapkan besarnya pada daya beban sebesar 5 watt. Dengan memberikan batasan/saturasi ini maka masukan driver valve masih dapat memberikan masukan minimal pada valve sehingga bukaan valve masih cukup untuk mengalirkan gas H2 yang memadai bagi sistem PEMFC H-100. Untuk batas maksimum, nilai masukan driver dibatasi pada saat daya beban sebesar 70 watt, yaitu sebesar volt pada persamaan polinomial dan volt pada persamaan linier Penambahan filter Filter diletakkan sesudah blok persamaan pada blok simulink. Tujuannya untuk memperbaiki grafik keluaran persamaan sehingga noisenya dapat diminimalkan. Gambar blok filter yang ditambahkan dalam blok diagram pengujian dapat dilihat pada gambar 3.6. Gambar 3.6. Blok filter Filter yang digunakan adalah filter orde 1 yang telah disediakan dalam tool box simulink pada program Matlab. Jenis filter yang digunakan adalah filter kontinyu jenis low pass dengan time constan 0.1. Filter low pass ini digunakan karena noise yang dihasilkan memiliki frekuensi yang cukup tinggi. Model matematika dari filter low pass dapat dilihat pada persamaan 3.3. (3.3)

38 24 Dengan menggunakan filter ini didapatkan keluaran persamaan yang lebih mulus seperti yang terlihat pada gambar 3.7. (a) (b) Gambar 3.7. Contoh grafik keluaran persamaan. (a) Sebelum difilter (b) Sesudah difilter 3.5. Blok diagram pengujian secara keseluruhan. Gambar blok diagram pengujian secara keseluruhan, termasuk sensor aliran dan driver valve ditunjukkan oleh gambar 3.8.

39 25 PC NI-PCI 6024E Driver Valve Persamaan Polinomial/ Linier Daya Beban Aliran H2 In Valve masukan PEMFC H-100 I V I V Aliran H2 out Ke Beban Gambar 3.8. Blok diagram pengujian Sebelum fuel cell dihidupkan, masukan driver valve diberikan nilai maksimum melalui PC. Setelah sistem fuel cell hidup dan simulasi simulink dijalankan, maka masukan driver valve akan ditentukan oleh besarnya beban yang terhubung. Jika bebannya tidak ada atau belum dihubungkan maka tegangan masukan driver valve akan diset pada nilai minimum sesuai dengan nilai yang diberikan pada batasan minimum keluaran persamaan sehingga bukaan valve masih cukup untuk mengalirkan gas H2 yang memadai sehingga sistem fuel cell masih tetap bekerja. Simulasi simulink dilakukan dengan sample time 0.01 detik selama 90 detik. Selama simulasi, data tegangan, arus, aliran gas H2 dan besar masukan driver direkam untuk keperluan analisa Langkah langkah pengujian - Buka valve utama pada tabung gas H2 dan atur pada tekanan 40 kpa. - Buka program simulink, tegangan input driver valve diatur pada nilai 5 Vdc (max). - Hidupkan sistem PEMFC H-100 sesuai buku petunjuk. - Setelah sistem hidup, berikan beban secara bertahap mulai dari tanpa beban hingga beban maksimum.

40 26 - Setelah diberikan beban, jalankan simulink. Pengujian dengan simulink dilakukan dengan sample time 0,01 detik selama 90 detik. - Pengujian dilakukan dengan dua persamaan, yang pertama persamaan polinomial dan yang kedua persamaan linier. - Pada setiap pengujian, data arus dan tegangan keluaran, aliran gas input/output dan tegangan input driver valve proporsional direkam untuk keperluan analisa. Diagram alir pengujian sistem PEMFC pada bukaan valve berdasarkan persamaan polinomial dan linier dapat dilihat pada gambar 3.9. Mulai Tentukan besar tekanan gas H2 Atur masukan driver ke max Jalankan sistem PEMFC H-100 Pilih persamaan linier polinomial Jalankan Simulink Naikkan beban secara bertahap Ambil data arus, tegangan dan aliran gas H2 Selesai Gambar 3.9. Diagram alir langkah-langkah pengujian sistem PEMFC H-100

41 BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1.Tegangan dan arus keluaran sistem PEMFC. Pada pengujian bukaan valve berdasarkan persamaan polinomial dan linier didapatkan karakteristik tegangan keluaran sistem PEMFC H-100 terhadap arus beban seperti pada gambar 4.1. Tegangan keluaran (v) Poly Linier Arus beban (I) Gambar 4.1. Karakteristik tegangan terhadap arus beban pada persamaan polinomial dan linier. Dari gambar 4.1 terlihat ada perbedaan pada karakteristik tegangan keluaran fuel cell terhadap arus beban pada bukaan valve berdasarkan persamaan polinomial dan linier. Perbedaan ini disebabkan karena kondisi sistem saat pengujian yang berbeda. Idealnya karakteristik tegangan keluaran sistem terhadap arus beban pada kedua pengujian harusnya sama. Intinya jika sistem masih dalam keadaan hidup maka performance pada kedua pengujian seharusnya memiliki karakteristik yang sama. Grafik berwarna biru merupakan grafik karakteristik tegangan keluaran sistem terhadap arus beban pada bukaan valve dengan persamaan polinomial. Sedangkan grafik berwarna merah merupakan grafik karakteristik tegangan keluaran sistem terhadap arus beban pada bukaan valve dengan persamaan linier. Jadi maksud dari grafik bukanlah grafik yang berbentuk polinomial atau 27

42 28 linier, namun maksudnya adalah grafik karakteristik tegangan keluaran sistem terhadap arus beban pada bukaan valve dengan persamaan polinomial dan linier. Jika dibandingkan dengan bukaan valve maksimum dan bukaan optimal, pengujian yang dilakukan dengan dua persamaan ini menghasilkan karakteristik keluaran sistem yang lebih kecil. Hal ini juga disebabkan karena kondisi saat dilakukan pengujian sistem tidak sama sehingga terdapat sedikit perbedaan karakteristik keluaran sistem. Perbedaan keluaran sistem pada pengujian dengan persamaan polinomial, linier, bukaan valve maksimum dan optimum dapat dilihat pada gambar 4.2. Tegangan keluaran (v) Poly Optimum Linier Max Arus beban (I) Gambar 4.2. Karakteristik tegangan terhadap arus beban pada persamaan polinomial, linier, bukaan valve maksimum dan optimum. Perbedaan karakteristik tegangan terhadap arus beban untuk masingmasing bukaan valve pada sistem PEMFC dapat dilihat pada tabel 4.1

43 29 Tabel 4.1. Data tegangan dan arus keluaran sistem PEMFC pada bukaan valve optimum, maksimum, bukaan dengan persamaan polinomial dan linier Beban Poly Linier Optimal Max (watt) V I V I V I V I R 2k (1/4 watt) Inverter Inv. + lp 5 watt Inv. + lp 15 watt Inv. + lp 25 watt Inv. + lp 30 watt Inv. + lp 45 watt Inv. + lp 50 watt Inv. + lp 55 watt Inv. + lp 65 watt Inv. + lp 75 watt Lp DC 90 watt Lp DC 100 watt Pemakaian gas H2 pada sistem PEMFC Grafik perbandingan aliran gas H2 terhadap beban pada pengujian sistem dengan bukaan valve berdasarkan persamaan polinomial dan linier dapat dilihat pada gambar 4.3. Aliran input gas H2 [LPM] Poly Linier Beban (Watt) Gambar 4.3. Perbandingan aliran masukan gas H2 terhadap beban pada pengujian dengan persamaan polinomial dan linier

44 30 Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa aliran masukan gas H2 pada sistem PEMFC H-100 pada pengujian bukaan valve proporsional menggunakan persamaan polinomial dan linier menunjukkan perbedaan yang sangat kecil, yaitu sekitar ± LPM. Aliran masukan gas H2 dengan bukaan valve persamaan linier lebih tinggi dibandingkan dengan persamaan polinomial. Perbedaan ini mulai terlihat pada saat beban 50 sampai 90 watt. Aliran input gas H2 [LPM] Poly Linier Optimal Max Beban (Watt) Gambar 4.4. Perbandingan aliran masukan gas H2 terhadap beban pada pengujian sistem dengan bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier, serta bukaan valve maksimum dan optimum. Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa aliran masukan gas H2 pada pengujian sistem dengan bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier mendekati aliran masukan gas H2 pada bukaan valve optimum. Bukaan valve menggunakan persamaan polinomial rata-rata lebih kecil ± LPM dibandingkan dengan bukaan valve optimum. Sementara itu bukaan valve menggunakan persamaan linier rata-rata lebih kecil ± dibandingkan bukaan valve optimum. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengaturan bukaan valve secara otomatis dapat menghemat gas H2 sama dengan bukaan valve optimum.

45 31 ALiaran output gas H2 [LPM] Poly Linier Beban (Watt) Gambar 4.5. Perbandingan aliran keluaran gas H2 terhadap beban pada pengujian dengan persamaan polinomial dan linier Gambar 4.5 menunjukkan perbandingan aliran keluaran gas H2 terhadap beban antara pengujian sistem dengan bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier. Dari gambar terlihat bahwa aliran keluaran gas H2 pada pengujian dengan persamaan polinomial rata-rata lebih kecil ± LPM dibandingkan dengan persamaan linier ALiaran output gas H2 [LPM] Poly Linier Optimum Max Beban (Watt) Gambar 4.6. Perbandingan aliran keluaran gas H2 terhadap beban

46 32 Gambar 4.6. menunjukkan perbandingan aliran keluaran gas H2 terhadap beban antara pengujian dengan bukaan valve maksimum, optimum, bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier. Dari grafik terlihat bahwa aliran gas pada kedua persamaan berada di antara bukaan valve maksimum dan minimum. Perbedaan aliran keluaran rata-rata persamaan polinomial lebih besar ± LPM dibandingkan dengan bukaan valve optimum, dan lebih kecil ± LPM dibandingkan dengan bukaan valve maksimum. Sementara itu perbedaan aliran keluaran pada persamaan linier lebih besar ± LPM dibandingkan dengan bukaan valve optimum, dan lebih kecil ± LPM dibandingkan dengan bukaan valve maksimum. Pengukuran aliran output gas H2 pada sistem PEMFC H-100 ini bertujuan untuk melihat berapa besar gas H2 yang bereaksi dalam sistem. Semakin besar aliran keluaran gas H2 maka jumlah gas H2 yang bereaksi semakin sedikit sehingga pemakaian gas H2 menjadi boros. Sebaliknya jika aliran kelauaran gas H2 semakin kecil berarti konsumsi gas H2 menjadi lebih hemat. Dari perbedaan pada grafik pada gambar 4.6 terlihat bahwa pemakaian gas H2 dengan pengujian sistem menggunakan persamaan polinomial dan linier lebih hemat dibandingkan dengan bukaan valve maksimum, sehingga persamaan ini dapat dipakai untuk pengaturan bukaan valve gas H2 pada sistem PEMFC H Perbandingan tingkat penghematan gas H2 pada sistem PEMFC H-100 Tingkat penghematan di sini maksudnya adalah rasio daya beban dengan aliran masukan gas H2 pada sistem PEMFC H-100. Perbandingan tingkat penghematan gas H2 pada pengujian sistem PEMFC H-100 terhadap beban dengan bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier dapat dilihat pada gambar 4.6.

47 33 tingkat penghematan(w/lpm) Beban (watt) Poly. (Bukaan persamaan polinomial) Poly. (Bukaan persamaan linier) Gambar 4.7. Perbandingan tingkat penghematan gas H2 pada sistem PEMFC dengan bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier Dari gambar 4.7. terlihat bahwa tingkat penghematan gas H2 menggunakan persamaan linier lebih tinggi dibandingkan menggunakan persamaan polinier pada beban di atas 50 watt. Pada beban di atas 70 watt, tingkat penghematan gas H2 menggunakan persamaan linier rata-rata lebih tinggi 1.6 dibandingkan menggunakan persamaan persamaan polinomial. Perbandingan tingkat penghematan gas H2 pada sistem PEMFC H-100 dengan bukaan valve optimum, maksimum, bukaan menggunakan persamaan polinomial dan linier dapat dilihat pada gambar 4.8. tingkat penghematan(w/lpm) Beban (watt) Poly. (Bukaan persamaan polinomial) Poly. (Bukaan persamaan linier) Poly. (Bukaan Optimum) Poly. (Bukaan Maksimum) Gambar 4.8. Perbandingan tingkat penghematan gas H2 pada sistem PEMFC H-100 terhadap beban pada bukaan valve maksimum, optimum, bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier.

48 34 Pada gambar 4.8. dapat dilihat bahwa tingkat penghematan gas H2 pada bukaan valve optimum lebih tinggi dibandingkan pada bukaan valve lainnya. Semakin tinggi nilai tingkat penghematan gas H2 berarti semakin hemat dalam pemakaian gas H2. Data perbandingan tingkat penghematan gas H2 pada sistem PEMFC dengan bukaan valve optimum, maksimum, bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Data perbandingan tingkat penghematan gas H2 pada sistem PEMFC H-100 dengan bukaan valve optimum, maksimum, bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier Beban tingkat penghematan gas H2 Optimum Maksimum Poly Linier R 2kOhm Inverter Inverter + LP 5 Watt Inverter + LP 15 Watt Inverter + LP 25 Watt Inverter + LP 30 Watt Inverter + LP 45 Watt Inverter + LP 50 Watt Inverter + LP 55 Watt Inverter + LP 65 Watt Inverter + LP 75 Watt Lampu DC 90 watt Lampu DC 100 watt Dari data tabel di atas terlihat bahwa tingkat penghematan gas H2 pada sistem PEMFC H-100 dengan bukaan valve optimum memiliki nilai yang paling tinggi. Bukaan valve menggunakan persamaan linier memiliki nilai daya beban per aliran masukan gas H2 tinggi kedua pada beban di atas 50 watt.

49 Pengujian dinamik sistem PEMFC Pengujian dinamik sistem dengan bukaan valve menggunakan persamaan polinomial. Inv. Inv. + lp 5 watt Inverter + lp (25+5) watt Inv. + lp ( ) watt Gambar 4.9. Grafik tegangan keluaran sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan polinomial. Pengujian ini dilakukan dengan mengubah-ubah beban secara manual ketika sistem dijalankan. Beban yang digunakan adalah inverter dan lampu pijar AC 5 watt 1 buah dan 25 watt 2 buah. Beban dikombinasikan, yaitu pertama inverter dan lampu pijar 5 watt, kemudian lampu dimatikan dan dihidupkan lagi bersamaan dengan lampu 25 watt. Kemudian ditambahkan lagi lampu 25 watt. Selanjutnya lampu 25 watt dimatikan keduanya kemudian dihidupkan kembali bersamaan. Dari gambar 4.9 dapat dilihat grafik tegangan keluaran sistem pada pengujian bukaan valve dengan persamaan polinomial. Saat beban hanya inverter, tegangan berada pada ±15.3 volt. Pada beban lampu 5 watt terlihat tegangan sistem berada ±14.3 volt, pada beban lampu 25+5 watt tegangan adalah ±13.3 volt dan pada beban lampu watt tegangan sistem berada pada ±12.1 volt. Grafik tegangan valve dan arus sistem pada pengujian bukaan valve pada masukan gas H2 sistem PEMFC dapat dilihat pada gambar 4.10 dan 4.11.

50 36 Inv+lp 5 watt Inv+lp 25+5 watt Inv+lp watt inverter Gambar Grafik tegangan valve pada masukan gas H2 sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan polinomial. Pada gambar terlihat grafik tegangan valve pada masukan gas H2 sistem PEMFC H-100. Besar tegangan valve ini berbanding terbalik dengan besar tegangan keluaran sistem. Hal ini terlihat saat beban lampu 5 watt, tegangan valve ±4.85, sedangkan saat bebannya lampu 25+5 watt, tegangan valve nya naik menjadi ±4.9 volt. Lp 60 watt Inv+lp 5 watt inverter Inv+lp 25+5 watt Gambar Grafik arus keluaran sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan polinomial.

51 37 Pada gambar terlihat grafik arus keluaran sistem PEMFC H Saat diberi beban lampu 5 watt arus keluaran sistem berada pada ±1.5 A. Besar arus beban sebanding dengan besar tegangan valve dan berbanding terbalik dengan tegangan keluaran sistem Pengujian dinamik sistem dengan bukaan valve menggunakan persamaan linier. inverter Inv+ lp 5 watt Inv+5lp ( )watt Gambar Grafik tegangan keluaran sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan linier. Pengujian ini dilakukan dengan mengubah beban ketika sistem dijalankan. Beban yang digunakan adalah lampu pijar 5 watt 1 buah dan 25 watt 2 buah. Pertama kali sistem dibebani dengan inverter, kemudian ditambah lampu 5 watt, selanjutnya ditambahkan 2 lampu 25 watt. Pada gambar 4.12 terlihat grafik tegangan keluaran sistem PEMFC pada pengujian bukaan valve dengan persamaan linier. Dari grafik terlihat saat beban hanya inverter, tegangan keluaran sistem berada pada ±15.5 volt, saat beban lampu 5 watt, tegangan sistem ±14.1 volt dan pada beban lampu watt, tegangan sistem berada pada ±12 volt. Grafik tegangan valve dan arus keluaran sistem pada pengujian bukaan valve pada masukan gas H2 sistem PEMFC dengan persamaan linier dapat dilihat pada gambar 4.13 dan 4.14.

52 38 Inv+lp ( ) watt inverter Inv+lp 5 watt inverter Gambar Grafik tegangan valve pada masukan gas H2 sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan linier. Pada gambar di atas terlihat grafik tegangan valve pada masukan gas H2 pada pengujian dinamik sistem dengan persamaan linier. Tegangan valve akan naik jika bebannya diperbesar dan akan turun jika bebannya kecil. Ini dapat dilihat pada grafik, saat bebannya hanya inverter, tegangan valve ±4.63 volt, ketika beban ditambah dengan lampu 5 watt, tegangan valve juga naik menjadi ±4.79 volt. Pada saat beban diganti dengan lampu watt, tegangan valve naik menjadi ±5.04 volt. Dari grafik jelas terlihat bahwa bukaan valve tergantung pada besar beban yang terhubung.

53 39 Inv+lp ( ) watt inverter Inv+ lp 5 watt inverter Gambar Grafik arus keluaran sistem PEMFC pada pengujian dinamik dengan persamaan linier. Gambar memperlihatkan grafik arus keluaran sistem pada bukaan valve dengan persamaan linier. Saat beban hanya inverter arus beban menunjukkan nilai ±0.6 A. Ketika diberikan beban lampu 5 watt, arus beban menjadi ±1.4 A, dan saat beban diganti dengan lampu watt, arus beban naik menjadi ±3.4 A. 4.5.Pengontrolan bukaan valve dengan persamaan linier. Dari hasil pengujian dinamik sistem PEMFC H-100 terlihat bahwa kedua persamaan dapat mengatur bukaan valve sesuai dengan besar daya beban yang terhubung ke sistem. Namun untuk selanjutnya persamaan linier yang akan digunakan untuk dijadikan algoritma dalam mengatur bukaan valve proporsional pada masukan gas H2 sistem PEMFC H-100. Karena hasil dari grafik daya beban per aliran masukan gas H2 pada bukaan valve menggunakan persamaan linier memiliki efisiensi yang lebih rendah dari bukaan valve optimum maka nilai pada persamaan linier diturunkan menjadi: y = x (4.1) dimana; x = daya beban (watt)

54 40 y = masukan driver valve (vdc) Batasan minimum masukan driver ditetapkan pada nilai 0.45 vdc dan batas maksimum pada nilai 2 vdc. Hal ini untuk menjaga agar sistem masih mendapat suplay gas yang cukup dan tidak boros. Dengan mengunakan persamaan linier yang baru didapatkan perbandingan daya beban per aliran masukan gas H2 terhadap beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan bukaan valve optimum seperti yang terlihat pada gambar Daya beban per aliran masukan (w/lpm) Poly. (Bukaan persamaan linier) Poly. (Bukaan Maksimum) Poly. (Bukaan optimum) Poly. (Bukaan persamaan polinomial) Beban (watt) Gambar Perbandingan daya beban per aliran masukan gas H2 pada sistem PEMFC H-100 terhadap beban dengan bukaan valve optimum, maksimum, bukaan dengan persamaan polinomial dan linier yang baru.

55 BAB 5 KESIMPULAN Dari pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan : Persamaan pada grafik karakteristik hubungan tegangan optimum driver valve terhadap daya beban dapat dijadikan sebagai kontrol untuk mengatur bukaan valve input gas H2 sistem PEMFC H-100 secara otomatis sesuai dengan perubahan daya beban. Hasil pengujian menunjukkan karakteristik tegangan keluaran terhadap arus beban yang sedikit berbeda untuk setiap persamaan. Pengujian dengan bukaan valve menggunakan persamaan linier menunjukkan pemakaian gas H2 yang lebih kecil dibandingkan dengan persamaan linier untuk beban di atas 50 watt. Tingkat penghematan gas H2 pada sistem dengan bukaan valve menggunakan persamaan polinomial dan linier menunjukkan nilai yang sedikit berbeda, namun masih dibawah bukaan valve optimum. Dengan menurunkan nilai pada persamaan linier didapatkan tingkat penghematan gas H2 yang lebih tinggi, sehingga lebih hemat dalam konsumsi gas H2 tanpa mengurangi performa keluaran sistem secara signifikan. 41

56 DAFTAR REFERENSI Aryani, Dharma. Perancangan Pengendali Model Predictive Control (MPC) Constained pada sistem Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC). Tesis,. Juli Aryani, Dharma. Identifikasi Sistem Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) dengan Metode Kuadrat Terkecil. Seminar, Universitas Indonesia. Desember Larminie, James & Dicks, Andrew. Fuel Cell System Explained (John Wiley and Sons, February 2001). P.Srinivasa Raju, P.V.V.N.R.Prasada Raju, K.V.Sharma, B.J.J.Raju. Dynamic Modeling of a PEM Fuel Cell. European Journal of Scientific Research ISSN X Vol.43 No.1 (2010), pp EuroJournals Publishing, Inc Muzamir Isa, Baharuddin Ismail, Che Mat Hadzer, Ismail Daut and Faizah Abu Bakar. Characteristic Curve of a Fuel Cell. American Journal of Applied Sciences 3 (11): , 2006 ISSN C. Tori, M. Baleztena, C. Peralta, R. Calzada, E. Jorge, D. Barsellini, G. Garaventta, A. Visintin, W.E. Triaca. Advances in the development of a hydrogen/oxygen PEM fuel cell stack. International Journal of Hydrogen Energy 33 (2008) Ogata, Katsuhiko. Modern Control Engineering Third Edition. Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey Horizon Fuel Cell. H-100 Fuel Cell Stack User Manual. V2.0, 2009 Aalborg. Liquids and Gas Flow Regulators. Saengrung, Anucha. Modeling and Control of Proton Exchange Membrane (PEM) Fuel Cell System. Disertasi, Florida Atlantic University, Boca Raton, Florida, Agustus

57 43 L A M P I R A N 1 (Datasheet sensor arus ACS714)

58 k>ldma>?nlfonp>f>qbd? rs3x[q35p97q73ip5iq7178h rt9n59y7qox5o8h5pp98n578h9t]sguv15q rwvzdzp5qi9pr11u q rwxp3r81r825p985695q29p13qp983p8915q1r8r29q8 r~~83yw6d03r81r8p9qp585n58u r67s338125q8z3x[123s59a]ky17w7i9 rvh6j5q892q73qor83229p5p87q9 rhvwdv`65q56r65p37853qn387i9s23615qp[m8315qpw[y ryzw\^y7qox5o8h rar81r8n387i q7830k32tkr29q8p rg3873r81r89232vw{8u157z78g0 hw}k rt7832u[825669os327r27u ru482969up87y93r81r83sp98n387i9 r 972U^92367IQ985HUP8929P5P rv r81r8s236pr11un387i9 ra192785qi r2927qi9z Mz}K83wz}K ª««±ª«± ² ±«³ ± µ ÎÏÐÑÒÓÔÕÐÏÕÖ ÆÇÈ $ $2%2&-*#$ 00 ÆÇ *+$+,-#.+/ ,$$0#+&34&-+%$506 ÆÇÉÝÆÞÛßàÜ ØÆÙÚÛ ØÓÓ ÈÊ Ø!"##$%$%&'() ËÌÍÊ ØÙÚÛ Ð æý ãäð åý ÓáâÇ ÓÝ!".1 789:;< ƒ ˆ Š Œ Ž Š ƒ Š Œ Ž Š Š š œ ŽŠ ŒŠžƒŒ ŠŸ œ ŒŠ Š Š ŸŠ Š œ Š ŽŠ Š š œ œ ŠžƒŒ Šž Žƒ Œ GH909I23J0KLM123N5O9P93Q36577QO1295P9 GH9O9N5917W7I973XPS3297PU561969Q87853QYU8H9 RP83692VGU QP5QRO Q823Z37O O989853Q7QO67Q7I969Q8ZPX58H9O[63O913X92PR1159PZ 7QO3N92R29Q8S7R QV GH9O9N593QP5P8P3S71295P9Z3X[3SP98Z5Q972\7 P9QP3252R58X58H QOR853Q178H3789OQ9728H9 P3R853QPS320K32TKR29Q8P9QP5QI5Q7R836385N9PUP896PV PR2S793S8H9O59V01159OR29Q8S3X5QI8H23RIH8H5P QOR853Q178HI9Q92789P767IQ985S59OXH5H5PP9QP9O YU8H95Q89I2789O\7]K7QO3QN9289O5Q Q7 XH9Q7Q5Q297P5QIR29Q8S3XP8H23RIH8H U31192 N387I9VT9N597R27U5P318565^9O8H23RIH8H93P9 3QOR853Q178HbS23615QP7QOhZ8315QPi7QOMgZXH5H S327R27U7S89217W7I5QIV GH93R81R83S8H9O9N59H7P713P585N9P319bcd]aeGbfgg U3S8H967IQ985P5IQ7838H9\7827QPOR92V0 5P8H9178HRP9OS32R29Q8P9QP5QIVGH95Q892Q729P5P87Q93S 1295P9Z Q7N387I95P123N5O9OYU8H93X[3SP98Z 8H5P3QOR85N9178H5PVh6j8U157Z123N5O5QI3X13X92 H31192[P87Y55^9O_5K`a\7]KZXH5H5P123I27669O 3PVGH98H5WQ9P3S8H QOR83273XPPR2N5N7 '()*+, !"8#$%&8$ % TUVWXYVZY[\]YV^WV_`VWTVabVT[Yc]_cYdWV]TdZ\W\TdefVgXYVWYch\d^ieVTUV WXYV]TdZ_]W\[YV`^WXV^cYVYiY]Wc\]^ijV\eTi^WYZVUcThVWXYVeYdeTcViY^ZeV k`\devavwxct_lxvmnfvgx\ev^itoevwxyvpqrstuv]_cydwveydetcvwtvvyv _eyzv\dv^``i\]^w\tdevcyw_\c\dlvyiy]wc\]^iv\eti^w\tdvo\wxt_wvwxyv_eyv TUVT`WTx\eTi^WTceVTcVTWXYcV]TeWijV\eTi^W\TdVWY]Xd\w_Yef ƒ ˆ Šˆ Œ Ž ŒŠˆŒ gxyvpqrstuv\ev`ct[\zyzv\dv^veh^iyve_cu^]yvht_dwvrz{qmv`^] ^lyfv gxyviy^zuc^hyv\ev`i^wyzvo\wxvt}}~vh^wyvw\dyvox\]xv\ev]th`^w\viyv o\wxvew^dz^czviy^zvkvnvucyyv`c\dwyzv]\c]_\wvvt^czv^eyhvijv`ct]yeyefv {dwycd^ijyvwxyvzy[\]yv\evvxucyyyvy ]ỲWVUTcVUi\`x]X\`VX\lXxWYhỲc^W_cYV ) Šˆ Œ ˆ vxv^eyzvetizycvv^ieyv]_cydwijvy Yh`WVUcThV T rfvgxyvzy[\]yv\ev U_ijV]^i\vc^WYZV`c\TcVWTVeX\`hYdWVUcThVWXYVU^]WTcjf š Š Šˆ ˆ ªšŒ«Ž' ) Œ ˆŠˆ ˆŠ ) Œ Ž Ž ±²' Ž³( '.F8 A F OKBIO.F8 A Ÿ F OLK.O.F8 A Ÿ F O-K.O.F8 A Ÿ F OKBIO B AQB ¹ K4;34QB Eº04E?ž4200/=4LKKK4º6070: 200/ š ˆŒ«µ ' Š ¼š½ˆ ªšŠˆŒ«.F8 A F OLK.O»F3?;E7;4./01234H324Ežž6;63?E/4ºE7.F8 A F O-K.O 6?143º;63?:@ LK -K AKK MM ¹ K4;34ABK 8Gºº/94 3/;E104 (¾š š Š ˆ Šˆ ) FF Š ªšŠˆŒ«ŒˆŠ E;0ž4>?ºG;4 3/;E10 0À02:048Gºº/94 3/;E10 >Á FF Q ÁG;ºG;4FG20?;486? ÁG;ºG;4FG20?;483G2704 0À02:04ÁG;ºG;4 3/;E10 06?H3270ž4>:3/E;63?4 3/;E10 4 >Á >8Á Â6?:4AÕ4E?ž4BOQÃ4MK4ÄÅ=4A4<6?G;0=4.Æ-BÇF -AKK ¹K@A >Á P83G270R S326?1 3/;E104Eºº/60ž4;34/0EžH2E<04P>ºÈ4º6?:R AQ 4L 4.F45EJ >Á P86? R <. 8;32E104 0<º02E;G20 5EJ6<G<4ÊG?7;63?4 0<º02E;G20 C3<6?E/4Áº02E;6?14.< 60?;4 0<º02E;G20 ÁÀ027G20?;4 2E?:60?;4 3/02E?70 ÊP<EJR > A4ºG/:0=4AKK4<: AKK.. E?104Ÿ E?104 ¹ K4;34ABK ¹ K4;34QB :;1 ¹MB4;34A K AMB ÉF 4.<0267E F02;6H67E;04CG< E?ž4Ÿ/07;26748D37 F.C F8.OF--@-4C3@4MK BKOAOKL ŸC4MK BKOA -KKA 4MK BKOA -KKL Q 4KM4KB4B -A 4KAK š š Š ) ˆœˆ ššˆ Œ AAB4C32;D0E:;4FG;3H=4I3J4ABKLM./ :;0<:=4>?7@ SSS@E/0123<6723@73< N3270:;02=45E::E7DG:0;:4KAMABOKKLM4PBKQR4QBLOBKKK -

59 '()*+, UVWXYu[ UVWXYx[ UVWXYv[ ]Vt UVWXYy[ ]Vw UVWXYZ[ kryt{pxq STT e{w}p ejxklwmy^nopqy TkXmprkqWsX žÿ ž !"8#$%&8$ % zpxopỳpl~p{kq{p TspnWmWpXqỲ{Wl zpxop `{Wl apms}p{j zw Xkr UVWXYf[ dce Å«Æ Ç ÈŸ ^nopqy ƒoq Y l~p{p É Ê «ÈŸ ˆ š œ ŠŠ Œ Ž abu]c`[ b]g`ha UVWXYi[ ª«A4E? 4± -4E? 4 B L žÿ»>¼ ½¾ ª ¹Cº >²³ >² ž 861?E/4123G? 4;02<6?E/ 02<6?E/:4H3247G20?;4µ06?14:0?:0 4HG:0 46?;02?E/9 02<6?E/4H3240J;02?E/47E E76;324;DE;4:0;:4µE? R6 ;D ž Ÿ ÀP Á>Âà ÁFF º0Ä6704 3R024:G /94;02<6?E/.?E/3143G; G;4:61?E/ tfys UVWXY\[ S]^_` AAB4C32;D0E:;4FG;3H=4I3J4ABK-L./ :;0<:=4>?7@ RRR@E/0123<6723@73< M3270:;02=45E::E7DG:0;:4KALABNKK-L4OBKPQ4PB-NBKKK - '()*+, !"8#$%&8$ % Z\Z(X[]('\W(Y'['(XZ[])X]() 8G /94g3/;E10 (TUUTVWTwZ['X]VxW(Y'['(XZ[])X]()+43n024HG/42E?1043H4^.4=4Fs4y4A4?s=4E?c4gFF4y4B4g=4G?/0::43;D02S6:04:_076H60c 8G /94FG20?; (z{ {}~ ~ } ) ƒ X ~W( ˆ ~ U X Š U{ Œ ~ >FFgFF4y4B@K4g=43G;_G;43_0? -@BB@K AK B@B AL <. g C3?/6?0E26;9 i6:04^6<0 ag;_g;4i0:6:;6n04b3ec r26<e294f3?cg7;324i0:6:;e?70iri>5.i ^.4y4jBfF s20tg0?794ie?cs6c;d ag;_g;4fe_e76;e?704b3ec Fba. g>a`^4;34žc iba. g>a`^4;34žc ;2>r4y4>rP<EJR=4^.4y4jBfF=4Fa`^4y43_0? -@m A@j Be AK < u?s : r3s02oa?4^6<0 0234FG20?;4aG;_G;4g3/;E10g>a`^PvRI6c6207;63?E/ 4>r4y4K4.=4^.4y4jBfF 89<<0;29 HeL4cI=4^.4y4jBfF 4>r46:4AK4.4_0EuO;3O_0Eu QK u q d8 5an024HG/42E?1043H4>r db>can024hg/42e?1043h4>r ;raag;_g;420e7d0:4 K 43H4:;0Ec9O:;E;04/0n0/=4^h4y4jBfF=4jK4.4_20:0?;4 3?4/0EcH2E<0 QAKKAKj egff4 4 K@B A@B LB : g LisP>C^R4H32<:4E?4iF47627G6;4n6E4;D04s>b^di4_6?@ A 0n6704<E94o043_02E;0c4E;4D61D024_26<E2947G20?;4/0n0/:=4>r=4E?c4E<o60?;=4^.4=4E?c46?;02?E/4/0EcH2E<04;0<_02E;G20:=4^.4=4_23n6c0c4;DE;4;D045EJ6<G<4 5E1?0;674F3G_/6?1j >?;02?E/4s6/;024i0:6:;E?70L e A@m Aj e Žp. u jaž4y4k@a4<^@4 hg?7;63?4^0<_02e;g20=4^hp<ejr=46:4?3;40j700c0c@ (TUUTVWXYZ[U'\W(Y'['(XZ[])X]()+ a_02e;6?14>?;02?e/4b0ech2e<04^0<_02e;g20^.d42e?10 b42e?10 56?@^9_@5EJ@`?6;: e-k e ge/g0`?6;: ABK QB hg?7;63?o;3ob0ec4^d02<e/4i0:6:;e?70j hg?7;63?o;3o.<o60?;4^d02<e/4i0:6:;e?70ikh.53g?;0c43?4;d04./01234qbokljj40ne/ge;63?4o3e2c=46?7/gc0:4;d04_3s02473?o A.cc6;63?E/4;D02<E/46?H32<E;63?46:4EnE6/Eo/043?4;D04./01234S0o:6;0@ j^d04./012340ne/ge;63?4o3e2c4de:4abkk4<<j43h4j43q@ ?40E7D4:6c0=473??07;0c4;34_6?:4A4E?c4j=4E?c4;34_6?:4L4E?c4-=4S6;D4;D02<E/4n6E:473??07;O 6?14;D04/E902:@4r02H32<E?704nE/G0:46?7/Gc04;D04_3S02473?:G<0c4o94;D04rFI@4sG2;D024c0;E6/:43?4;D04o3E2c4E204EnE6/Eo/04H23<4;D04s20tG0?;/94.:u0c4 ikhb53g?;0c43?4;d04./ dl4ma-40ne/ge;63?4o3e2c :G<0c4o94;D04o3E2c jlffpn B vg0:;63?:4c37g<0?;43?43g24s0o:6;0@4sg2;d0246?h32<e;63?4eo3g;4o3e2c4c0:61?4e?c4;d02<e/4_02h32<e?704e/:347e?4o04h3g?c46?4;d04. /67E;63?:4>?H32<EO ;63?4:07;63?43H4;D6:4cE;E:D00;@ AAB4C32;D0E:;4FG;3H=4I3J4ABKLM./ :;0<:=4>?7@ SSS@E/0123<6723@73< N3270:;02=45E::E7DG:0;:4KAMABOKKLM4PBKQR4QBLOBKKK -

60 '()*+, !"8#$%&8$ % STUVWXYZ[\Z]'^(YW(_'Z'(`YZa)`a()WbcdeWZfghdWYiẀ'WjWk,Tl(WmbWnUl(+=4Eo4p4A4?o=4D?q4rEE4p4-4r=4F?/0::43;C02R6:04:s076G60q s;6<6 0q4.77F2D794 D?10 80?:6;6 6;9 B36:0 (tfefumdevwmvu )xyzb{ `dwmw(bg vmvbgw ]vg}`x~}]fs}gvmw 0234EF20?;4 F;sF;48/3s0 rb >8 OƒƒQƒ0DŒN;3Ns0DŒ=4.4p4 -Ê=4AP-4<rŠ.4s2312D<<0q480?:6;6 6;9=4 > O Q.4p4 JÊ4;34 -Ê 80?: 024GF/42D?1043G4>ƒ=4.4p4 -Ê Eo4p4 Ž4?o=4E 4p43s0?=4 4Œ 4 D?qR6q;C APJAP-A J<rŠ. - J@ L <ršê J@JP <ršê A -. 80?:6;6 6;948/3s0 /07;267D/4 G:0;4r3/;D10 A <D94 043s02D;0q4D;4C61C024s26<D2947F20?;4/0 0/:=4>ƒ=4D?q4D< 60?;4;0<s02D;F20:=4.=4s23 6q0q4;CD;4;C045DI6<F<4 F?7;63?4 0<s02D;F20=4 O<DIQ=4 80?:.4p4 JÊ4;34 -Ê r >ƒ4p4j4..4p4 -Ê4;34A-JÊ J 4J@J- <rš.šê ƒ0270?;d1043g4>ƒ=4r6;c4>ƒ4p4-4.@4 F;sF;4G6/;020q@ 6:4?3;40I700q0q@ J@JJP <rš.šê 3;D/4 F;sF;4 232 >ƒ4p -4.=4.4p4 -Ê A@- J STUVWXYZ[\Z]'^(YW(_'Z'(`YZa)`a()WbcdeWZfghdW iẁ'wjwk,tl(wmbw+utl(+=4eo4p4a4?o=4d?q4ree4p4-4r=4f?/0::43;c02r6:04:s076g60q s;6<6 0q4.77F2D794 D?10 80?:6;6 6;9 B36:0 (tfefumdevwmvu rb >8 OƒƒQƒ0DŒN;3Ns0DŒ=4.4p4 -Ê=4AP-4<rŠ.4s2312D<<0q480?:6;6 6;9= )xyzb{ 80?: 024GF/42D?1043G4>ƒ=4.4p4 -Ê Eo4p4 Ž4?o=4E 4p43s0?=4 4Œ 4 D?qR6q;C 024GF/42D?1043G4>ƒ=4.4p4 JÊ4;34A-JÊ `dwmw(bg vmvbgw ]vg}`x~}]fs}gvmw ALA - AP- A A J<rŠ ?:6;6 6;948/3s0 /07;267D/4 G:0;4r3/;D EF20?;4 F;sF;48/3s0 > O Q.4p4 JÊ4;34 -Ê 80?:.4p4 JÊ4;34 -Ê.4p4 -Ê4;34A-JÊ J@ L <ršê J@JP <ršê 4J@J- <rš.šê O<DIQ=46:4?3;40I700q0q@ A <D94 043s02D;0q4D;4C61C024s26<D2947F20?;4/0 0/:=4>ƒ=4D?q4D< 60?;4;0<s02D;F20:=4.=4s23 6q0q4;CD;4;C045DI6<F<4 F?7;63?4 0<s02D;F20=4 r >ƒ4p4j4. LJ J@JJP <rš.šê ƒ0270?;d1043g4>ƒ=4r6;c4>ƒ4p4-4.@4 F;sF;4G6/;020q@ LJ 3;D/4 F;sF;4 232 >ƒ4p -4.=4.4p4 -Ê >ƒ4p -4.=4.4p4 JÊ4;34A-JÊ Ž A@- Ž AA-4B32;C0D:;4EF;3G=4H3I4A-JKL./ :;0<:=4>?7@ RRR@D/0123<6723@73< M3270:;02=45D::D7CF:0;:4JALA-NJJKL4O-JPQ4P-KN-JJJ - '()*+, !"8#$%&8$ % STU'VWXYZ[Y\'](XV(^'Y'(_XY`)_`()VabcdVYefgcVXhV_'ViVj,Uk(VlaVmnk(+=4Fo4p4A4?o=4E?q4rFF4p4B4r=4G?/0::43;D02R6:04:s076H60q s;6<6 0q4.77G2E794 E?10 (tedeulcdvwlvu )xyza{ _cwlv(af vlvafw \vf}_x~}\es}fvlw 0234FG20?;4 G;sG;48/3s0 C36:0 80?:6;6 6;9 rc >8ŒOƒƒQƒ0E N;3Ns0E =4.4p4 BˆF=4AKK4<r.4s2312E<<0q480?:6;6 6;9=4 > O Q.4p4 ŠKˆF4;34 BˆF 80?: 024HG/42E?1043H4>ƒ=4.4p4 BˆF Fo4p4ŠŽ4?o=4F 4p43s0?=4 4 4 E?qR6q;D K -AKKAKŠ<r. K@LŠ <r ˆF K@KŽ <r ˆF AA K. A <E94 043s02E;0q4E;4D61D024s26<E2947G20?;4/0 0/:=4>ƒ=4E?q4E< 60?;4;0<s02E;G20:=4.=4s23 6q0q4;DE;4;D045EJ6<G<4 G?7;63?4 0<s02E;G20=4 80?:6;6 6;948/3s0 Œ/07;267E/4 H:0;4r3/;E10 80?:.4p4 ŠKˆF4;34 BˆF r Œ>ƒ4p4K4..4p4 BˆF4;34ABKˆF LK 4K@KAŽ <r. ˆF ƒ0270?;e1043h4>ƒ=4r6;d4>ƒ4p4 K4.@4 G;sG;4H6/;020q@ K@KKŠ <r. ˆF 3;E/4 G;sG;4Œ232 Õ<EJQ=46:4?3;40J700q0q@ Œ >ƒ4p K4.=4.4p4 BˆF A@B LK STU'VWXYZ[Y\'](XV(^'Y'(_XY`)_`()VabcdVYefgcV hv_'vivj,uk(vlav+nuk(+=4fo4p4a4?o=4e?q4rff4p4b4r=4g?/0::43;d02r6:04:s076h60q C36:0 s;6<6 0q4.77G2E794 E?10 80?:6;6 6;9 (tedeulcdvwlvu rc >8ŒOƒƒQƒ0E N;3Ns0E =4.4p4 BˆF=4AKK4<r.4s2312E<<0q480?:6;6 6;9= )xyza{ 80?: 024HG/42E?1043H4>ƒ=4.4p4 BˆF Fo4p4ŠŽ4?o=4F 4p43s0?=4 4 4 E?qR6q;D 024HG/42E?1043H4>ƒ=4.4p4 ŠKˆF4;34ABKˆF _cwlv(af vlvafw \vf}_x~}\es}fvlw K Š AKK AA AKŠ<r. K. 80?:6;6 6;948/3s0 Œ/07;267E/4 H:0;4r3/;E FG20?;4 G;sG;48/3s0 > O Q.4p4 ŠKˆF4;34 BˆF 80?:.4p4 ŠKˆF4;34 BˆF.4p4 BˆF4;34ABKˆF K@LŠ <r ˆF K@KŽ <r ˆF A <E94 043s02E;0q4E;4D61D024s26<E2947G20?;4/0 0/:=4>ƒ=4E?q4E< 60?;4;0<s02E;G20:=4.=4s23 6q0q4;DE;4;D045EJ6<G<4 G?7;63?4 0<s02E;G20=4 r Œ>ƒ4p4K4. ŠK 4K@KAŽ <r. ˆF K@KKŠ <r. ˆF ƒ0270?;e1043h4>ƒ=4r6;d4>ƒ4p4 K4.@4 G;sG;4H6/;020q@ O<EJQ=46:4?3;40J700q0q@ ŠK 3;E/4 G;sG;4Œ232 Œ >ƒ4p K4.=4.4p4 BˆF >ƒ4p K4.=4.4p4 ŠKˆF4;34ABKˆF B A@B B AAB4C32;D0E:;4FG;3H=4I3J4ABKL-./ :;0<:=4>?7@ RRR@E/0123<6723@73< M3270:;02=45E::E7DG:0;:4KA-ABNKKL-4OBKPQ4PBLNBKKK -

61 '()*+, !"8#$%&8$ % TUV'WXYZ[\Z]'^(YW(_'Z'(`YZa)`a()WbcdeWZfghdWYiẀ'WjWk,Vl(WmbWnol(+=4Fp4q4A4?p=4E?r4sFF4q4B4s=4G?/0::43;D02S6:04:t076H60r t;6<6 0r4.77G2E794ƒE?10 (ufefvmdewxmwv )yz{b `dxmw(bg}wmwbgx ]wg~`y~]ft~ gwmx 0234FG20?;4 G;tG;48/3t0 C36:0 80?:6;6 6;9 sc >8ŒP R 0E O;3Ot0E =4.4q4ˆB F=4MM4<s.4t2312E<<0r480?:6;6 6;9=4 > Ž P R.4q4 ŠK F4;34ˆB F 80?: 024HG/42E?1043H4> 4=4.4q4ˆB F Fp4q4Š-4?p=4F Ž 4q43t0?=4ˆ4 4 E?rS6r;D LK MŠ K@LB <s F K@KQ <s F MM - MQ<s. LK. 80?:6;6 6;948/3t0 Œ/07;267E/4 H:0;4s3/;E10 80?:.4q4 ŠK F4;34ˆB F s Œ> 4q4K4..4q4ˆB F4;34ABK F LK 4K@KK- <s. F K@KKˆ <s. F 3;E/4 G;tG;4Œ232ˆ A <E94 043t02E;0r4E;4D61D024t26<E2947G20?;4/0 0/:=4> =4E?r4E< 60?;4;0<t02E;G20:=4.=4t23 6r0r4;DE;4;D045EJ6<G<4 G?7;63?4 0<t02E;G20=4 ˆ 0270?;E1043H4> =4S6;D4> 4q4LK4.@4 G;tG;4H6/;020r@ P<EJR=46:4?3;40J700r0r@ Œ > 4q4 LK4.4=4.4q4ˆB F A@B LK TUV'WXYZ[\Z]'^(YW(_'Z'(`YZa)`a()WbcdeWZfghdW iẁ'wjwk,vl(wmbw+ovl(+=4fp4q4a4?p=4e?r4sff4q4b4s=4g?/0::43;d02s6:04:t076h60r t;6<6 0r4.77G2E794ƒE?10 80?:6;6 6;9 C36:0 (ufefvmdewxmwv sc >8ŒP R 0E O;3Ot0E =4.4q4ˆB F=4MM4<s.4t2312E<<0r480?:6;6 6;9=4 )yz{b 80?: 024HG/42E?1043H4> 4=4.4q4ˆB F Fp4q4Š-4?p=4F Ž 4q43t0?=4ˆ4 4 E?rS6r;D 024HG/42E?1043H4> =4.4q4 ŠK F4;34ABK F `dxmw(bg}wmwbgx ]wg~`y~]ft~ gwmx LK ML MM - LK M <s.. 80?:6;6 6;948/3t0 Œ/07;267E/4 H:0;4s3/;E FG20?;4 G;tG;48/3t0 > Ž P R.4q4 ŠK F4;34ˆB F 80?:.4q4 ŠK F4;34ˆB F.4q4ˆB F4;34ABK F K@LB <s F K@KQ <s F 4K@KK- <s. F P<EJR=46:4?3;40J700r0r@ A <E94 043t02E;0r4E;4D61D024t26<E2947G20?;4/0 0/:=4> =4E?r4E< 60?;4;0<t02E;G20:=4.=4t23 6r0r4;DE;4;D045EJ6<G<4 G?7;63?4 0<t02E;G20=4 s Œ> 4q4K4. ŠK K@KKˆ <s. F ˆ 0270?;E1043H4> =4S6;D4> 4q4LK4.@4 G;tG;4H6/;020r@ ŠK 3;E/4 G;tG;4Œ232ˆ Œ > 4q4 LK4.4=4.4q4ˆB F > 4q LK4.=4.4q4 ŠK F4;34ABK F B A@B B AAB4C32;D0E:;4FG;3H=4I3J4ABKLM./ :;0<:=4>?7@ SSS@E/0123<6723@73< N3270:;02=45E::E7DG:0;:4KAMABOKKLM4PBKQR4QBLOBKKK - '()*+, ƒ Š Š Ž Ž œš Ž Š Ž Š Š !"8#$%&8$ % risq\tmuuvw\_mjiqh\xijnmn\[yzoiqh\ziyuijshmji > 4 4B4.=4G?/0::43;D02R6:04: 076H60 YU }tmuuvw\_mjiqh\xijnmn\tmuuvw\dpvhs i rs qihol\ gnih\xijnmn\[yzoiqh\ziyuijshmji risq\zphsv\ mhumh\žjpj\xijnmn\[yzoiqh\ziyuijshmji YU U YU VW YU VU YU YW YU YU YU UW YU UU } }W } }U } XW } XU d c\w\d } ~W WU VWUVWWU~W SU W Ž Š YUUYVW YWU SY U SY W SV U SV WU S U S W ST U ST W [ghij\iklmjnopq\hp\vu\[\ d c\w\de\ab\c\u\[f SW U WU VWUVWWU~W XTVU Ž Š YUUYVW YWU U mhumh\dpvhs i\xijnmn\tiqni{\_mjiqh SV ST S SXSWU U W SVW UVWWU Ž Š~WYUU YVWYWU U T U U V d c\w\d U YUS~SSWSTS SVSYUYV TW~ Z[\]^_` YWU STU XW VW VWVU VWYW Ÿ Š VWYU VWUW VWUU VT}W ab\c\u\[ VT}U VTXW WU VWUVWWU~W Ž Š YUUYVW YWU FDE2E7;026:;674 02H32<E?70 Š š œš ƒ ˆ Š ƒ ˆ Š Ž Š Š YU X YU ~ YU YU W YU T YU YU V YU Y d c\w\d YU UT WT pqvoqisjohw\xijnmn\[yzoiqh\ziyuijshmji U U W T ~ T XT }W U Š W U T U U V d c\w\d W YW V W TW W U YUSWU tiqnohoxohw\xijnmn\[yzoiqh\ziyuijshmji YX W YX U SVW UVWWU YXW W Ž Š~WYUU YVWYWU YXW U YXT W YXT U YX W YX U YXV W YXV Utiqnohoxohw\xijnmn\tiqni{\_mjiqh VUU UU YXY W Y}U UU YXY USWU SVW UVWWU YXU UU Ž Š~WYUU YVWYWU Y~U UU YU UU YWU UU YTU UU Y U UU YVU UU YYU UU Z[\]^_` YUU UU YWU STU T V XW VW U VU U YW Œ Š U V T SU UW U YU U UWU ab\c\u\[ SU YU SU YW WU VWUVWWU~W Ž Š YUUYVW YWU U\[\ mhumh\dpvhs i\xijnmn\[yzoiqh\ziyuijshmji U\[\ mhumh\dpvhs i\_mjiqh\xijnmn\[yzoiqh\ziyuijshmji AAB4C32;D0E:;4FG;3H=4I3J4ABKLM./ :;0<:=4>?7@ RRR@E/0123<6723@73< N3270:;02=45E::E7DG:0;:4KAMABOKKLM4PBK-Q4-BLOBKKK -

62 '()*+, ŠŽŽ ˆ Š ˆ Œ Œ š Š ŸŒ Š ŸŒ !"8#$%&8$ % sjtr]unvvwx]`nkjri]yjkono]\z{pjri][jzvjktinkj > 4 4 K4.=4G?/0::43;D02S6:04: 076H60 ZV}Uunvvwx]`nkjri]yjkono]unvvwx]eqwit j st rjipm] hoji]yjkono]\z{pjri][jzvjktinkj qrwprjtkpix]yjkono]\z{pjri][jzvjktinkj sjtr][qitw] nivni]œkqk]yjkono]\z{pjri][jzvjktinkj } }~ }X }U } }W e``d]x]e }Z XV WXVWXXV X TV}X Œˆ Ž ZVVZWX ZXV TZ}V TZ}X TW}V TW}XV T }V T }X TU}V TU}X TX}V XV WXVWXXV X \hijk]jlmnkopqr]iq]wv]\] e``d]x]ef]bc]d]v]\g Y~UWV Œˆ Ž ZVVZWX ZXV X}V nivni]eqwit j]yjkono]ujroj ]`nkjri TW TU T~ U}X TYTXV TWX VWXXV Œˆ Ž XZVVZWX ZXV U}V }X }V W}X W}V Z}X e``d]x]e Z}V V}XVTWXTWVTZXTZVTXVXZVZXWVWX [\]^_`a ZWX TUV TWV Šž ˆ YX WXWX WXWV WXZX WXZV WXVX WXVV WUX WUV bc]d]v]\ WUYX XV WXVWXXV X Œˆ Ž ZVVZWX ZXV V]\] nivni]eqwit j]yjkono]\z{pjri][jzvjktinkj FDE2E7;026:;674 02H32<E?70 ŠŽŽ ˆ Š š ƒ ˆ ƒ ˆ Š ŸŒ ˆ ZV}W ZV}V }Y }~ }U e``d]x]e }W V} X }V V} VU}XU}~ U} U}YU}X}V ŽŽ X}ZX}W X} X}UX}X V}WX V}WV V}ZX V}ZV V}VXVTXV ujropipypix]yjkono]\z{pjri][jzvjktinkj ZVV}Y ZVV}~ TWX VWXXV Œˆ Ž XZVVZWX ZXV ZVV}U ZVV}W ZVV}V }Y }~ }U }Wujropipypix]yjkono]ujroj ]`nkjri ZZV}VV ZVY}VV }VTXV TWX VWXXV ZV~}VV Œˆ Ž XZVV ZVU}VV ZVW}VV ZVV}VV [\]^_`a Y}VV ZXV TUVZWX ZXV ~}VV YX U}VV W}VV V}VV V}WX V}WVTWXTWVTZXTZVTXVXZVZXWVWX Š ˆ TV}VX V}ZX TV}ZV V}ZV V}VXV bc]d]v]\ TV}ZX XV WXVWXXV X Œˆ Ž ZVVZWX ZXV V]\] nivni]eqwit j]`nkjri]yjkono]\z{pjri][jzvjktinkj AAB4C32;D0E:;4FG;3H=4I3J4ABKLM./ :;0<:=4>?7@ SSS@E/0123<6723@73< N3270:;02=45E::E7DG:0;:4KAMABOKKLM4PBKQR4QBLOBKKK - '()*+, Š Ž Š Ž š Ž Ž Ž Š Ž !"8#$%&8$ % vmwu`xqyyz{`cqnmul` mnrqr`_}~smul`^m}ymnwlqnm vw umlsp`žkrml` mnrqr`_}~smul`^m}ymnwlqnm vmwu`^tlwz`žqlyql`ÿntǹ mnrqr`_}~smul`^m}ymnwlqnm ƒ ƒ [ ƒ X ƒ ƒ Z ƒ ] ƒ Y hccg`[`h \ ƒ [Y Z[YZ[[Y [ WY [ Ž ]YY]Z[ ][Y W] Y W] [ WZ Y WZ [ Y W Y W [ WX Y WX [ W[ Y [Y Z[YZ[[Y [ _klmǹmopqnrstu`lt`zy`_` hccg`[`hìef`gỳ`_j \ XZY Ž ]YY]Z[ ][Y [ Yžqlyql`htzlw m` mnrqr`xmurm`cqnmul WZ WX W X [ W\W[Y WZ[ YZ[[Y Ž []YY ]Z[][Y X Y [ Y Z [ Z Y ] [ hccg`[`h ] Y Y [YW YWZYW]Y ^_àbcd ]Z[ WXY WZY Ž Y ]Y ZY \[ Z[ [ Z[ Y Y Z[Z[ Z[ZY Z[][ Z[]Y Z[Y[ Z[YY ZXƒ[ ef`gỳ`_ ZXƒY ZX\[ [Y Z[YZ[[Y [ Ž ]YY]Z[ ][Y FDE3E8<137;<785S13H43=E@81?S5T5K.5/>5G@01;;54<D13R7;15;U187H71V Š Ž š œ Ž ˆ Š Œ Ž ˆ Š Œ Ž Ž Ž ]Y Zxqyyz{`cqnmul` mnrqr`xqyyz{`htzlw m tuzsumwnsl{` mnrqr`_}~smul`^m}ymnwlqnm ]Y Y ƒ \ ƒ ƒ X ƒ Z hccg`[`h Y X[ ƒ Y Y XYX [X X X \ X ƒ[ Y Ž[ ][ Z [ [ X[ [ Y [ Y Y Y Z[ Y ZY Y ][ Y ]Y hccg`[`h Y Y[YW[Y xmursls sl{` mnrqr`_}~smul`^m}ymnwlqnm [ WZ[ YZ[[Y Ž []YY ]Z[][Y X Z ] Y [ ƒ [ \ xmursls sl{` mnrqr`xmurm`cqnmul Y YY [ ƒ YYW[Y WZ[ YZ[[Y \ YY Ž []YY ]Z[][Y YY YY [ YY X YY YY Z YY ] YY Y YYW YWZYW]Y ^_àbcd Ž Y ]Y ZY ][Y WXY \[ Z[ Y [ Y Y Y Y Z[ WY Y[ Y ZY Y ][ Y Y[Y ef`gỳ`_ WY ]Y WY ][ [Y Z[YZ[[Y [ Ž ]YY]Z[ ][Y Y`_`žqlyql`htzlw m` mnrqr`_}~smul`^m}ymnwlqnm Y`_`žqlyql`htzlw m`cqnmul` mnrqr`_}~smul`^m}ymnwlqnm -. --B5C43<D1E;<5FG<4H>5I4J5-B.KL / :;<1=;>5?@8A RRRAE01234=7834A84= M4381;<13>56E;;E8DG;1<;5.-L-BN..KL5OB.PQ5PBKNB...

63 '()*+, Ò ¾ ÀÁÂÁÃÁÄÂÅÆÄÀÆ'ÇÇÈÉÊÇËÆ(ÌÊÉÊÇà ÉÁÅÃÁÇÅ ÍÎÎÍÏÐÑ !"8#$%&8$ % ÒÑ STUVWXWYWXZ[\STUV]^_`ab_cadefb_ge_hbehij_iklmkl_ge_jbhmiehb_li_d_ vp}xwy_der_lab_eighb_uziij_uij_lab_ozbfji_ dz_bubcl_zgebdj_{ _ n_o_cadefb_lajikfa_lab_mjgpdjq_cierkclijs_`ab_hbehglgtglq_gh_lab_ v n_wys_`ab_eighb_uziij_gh_rbjgtbr_ujip_lab_labjpdz_der_hail_ { _dpmzgugbj_fdge_vp}xwys_`ab_zgebdj_{ _dpmzgugbj_fdge_gh_mji~ fjdppbr_dl_lab_udclijq_li_imlgpgb_lab_hbehglgtglq_vp}xoy_uij_lab_ ukz~hcdzb_ckjbel_iu_lab_rbtgcbs WVT[\ ƒ S ]^[`ab_mjirkcl_iu_lab_zgebdj_{ _dpmzgugbj_fdge_ mjirkcl_iu_lab_pdfeblgc_cgjckgl_hbehglgtglq_vw_x_oy_der_lab_zgebdj_ eighb_îhbjtbr_ge_ dz_bzbpbelhs_ gtgrgef_lab_eighb_vp}y_ˆq_lab_ [ [ YTŒ[ [XT ŸTŒ X ŒT^_occkjdcq_iu_hbehgef_bji_ckjbel_ occkjdcq_gh_rgtgrbr_geli_uikj_djbdh [ [ X[±²³ ^_occkjdcq_iu_hbehgef_bji_ckjbel_uzi _dl_ µ _ lab_hbehij_tdjgbh_ge_rgjbcl_mjimijlgie_li_lab_mjgpdjq_ckjbel_ lajikfa_glh_ukz~hcdzb_dpmzglkrbs_žiezgebdjglq_ge_lab_iklmkl_cde_ˆb_ dljĝklbr_li_lab_hdlkjdlgie_iu_lab_uzk _ciecbeljdlij_dmmjidcagef_ lab_ukz~hcdzb_ckjbels_`ab_uizi gef_b kdlgie_gh_khbr_li_rbjgtb_lab_ hbehglgtglq_vp}xoy_mjitgrbh_lab_hpdzbhl_ckjbel_ladl_lab_rbtgcb_gh_ zgebdjglq _ dẑb_li_jbhiztbs_ ŠWUT ŒWXZ[\ Š ]^[`ab_rbfjbb_li_ agca_lab_tizldfb_iklmkl_ujip_ ckjbel_dl_ µ _ glaikl_lab_bubclh_iu_lbpmbjdlkjbs T[ž ŒŒTUX[ X[±²³ ^_occkjdcq_iu_hbehgef_lab_ukz~hcdzb_ khbr_li_rbjgtb_lab_jdlgipbljgc_cadefb_ge_º_o_iklmkl_tizldfb Vž T[ž ŒŒTUX[ YTŒ[ [XT ŸTŒ X ŒT^_occkjdcq_iu_hbehgef_ukz~ abjb_ { ` ukz~hcdzb_dpmbjbh_ _lab_iklmkl_tizldfb_v}y_ abe_lab_»}{ `v y¼o`_v½ys mjimijlgiedz_li_glh_hkmmzq_tizldfb _} _s_`ab_uizi gef_uijpkzd_gh_ ¹ XW TXŒZs_`ab_jdlgipbljgc_ubdlkjb_pbdeh_ladl_glh_º_o_iklmkl _ }{ `v y _veipgedzq_b kdz_li_} x y_der_hbehglgtglq _«beh _djb_ hcdzb_ckjbel_uzi _geczkrgef_lbpmbjdlkjb_bubclhs ó hbehbr_ckjbel_dmmji gpdlbh_ukz~hcdzb_ { _s ij_ebfdlgtb_ukz~hcdzb_mjgpdjq_ckjbels_`ab_uizi gef_uijpkzd_gh_ khbr_li_rbjgtb_hqppbljq iklmkl_ujip_lab_hbehij_tdjgbh_ge_mjimijlgie_li_bglabj_d_mihglgtb_ SZ TXŒZ[\ Sš ]^[`ab_rbfjbb_li_ agca_lab_dĥizklb_tizldfb_ èéêßëìðíéîðýßïðå ððåóôõö ØñßÛÙÜÝÞßÛàÐßáâàãàÝÐÏäÓÔÕÖ åæçç ÓÔÕÖ ØÙÚÛÜÝÞßÛàÐßáâàãàÝÐÏäÓÔÕÖ åæç ç `ab_jdlgipbljgc_cadefb_ge_hbehglgtglq _»«beh¼o`_v½y _gh_rbugebr_dh }{ `v y_ _ s _}s_}djgdlgie_ge_}{ `v y_cde_ˆb_dljĝklbr_li_lab_ jbhizklgie_iu_lab_ozbfji_zgebdj_{ _ kgbhcbel_tizldfb_ljgp_der_ labjpdz_rjguls œ WTVžTUX[ XŸ X[Y abe_lab_mjgpdjq_ckjbel_gh_bjis_ ij_d_kegmizdj_hkmmzq_tizldfb _ gl_eipgedzq_jbpdgeh_dl_} _ _ s_`akh _} _ _ _}_ljdehzdlbh_geli_ ÍÎÎÓÔÕÖ ØòÐÙÚÛÜÝÞßÛàÐßáâàãàÝÐÏ ó TžXŒWž [ ªVTX[Y X T[\ ƒ ]^[`ab_rbtgdlgie_iu_lab_rbtgcb_ikl~ X T[\ ƒ \œ]]^[`ab_iklmkl_iu_lab_hbehij_ ô ÍÎÎÓÔÕÖ åæçõööð ÓÔÕÖ åæçøõ 5ÓööÐ øðõ 6ô ÓÔÕÖ åæçðïóôõö ØÏÙÚÛÜÝÞßÛàÐßáâàãàÝ 7ÈÃ8ÈÃÆ9ÄÃÊ Æ ÉÅÈÅÆ) ÂÅ Æ(ÈÉ ÂÃ.77F2D794D;4J4.4D?4D;4F/N87D/04EF20?; ùúúûüýþÿ0012ûüýþ3ÿ ÿ ÐÓÔÕÖ åæç hbehglgtglq _«behs_ žž Œ žz[\ ƒ ]^[`ab_dcckjdcq_jbmjbhbelh_lab_pd gpkp_rbtgd~ cdkhbhs_`i_cietbjl_lagh_tizldfb_li_dpmbjbh _rgtgrb_ˆq_lab_rbtgcb_ lab_iklmkl_tizldfb_tbjhkh_ckjbel_cadjl_dl_jgfals lgie_iu_lab_dclkdz_iklmkl_ujip_glh_grbdz_tdzkbs_`agh_gh_dzhi_ ei e_ dh_lab_lildz_ikmkl_bjijs_`ab_dcckjdcq_gh_gzkhljdlbr_fjdmagcdzq_ge_ mkl_ujip_glh_grbdz_ kgbhcbel_tdzkb_iu_} _x_ _rkb_li_eiepdfeblgc_ #$$%&'$( )*+,-./0( &'8%&3 #$$%&'$( 2& &'8%&3 2& )*+,-./0( #$$%&'$( #23&'93 : ;!"!=!" #$$%&'$( #$$%&'$( 1"?%0-@$'03!=> &'8%&3 2& )*+,-./0( < -- --A4B32;C0D:;4EF;3G=4H3I4-AJKL./ :;0<:=4>?7@ RRR@D/0123<6723@73< M3270:;02=45D::D7CF:0;:4J-L-ANJJKL4OAJPQ4PAKNAJJJ '()*+, btsqt^r { }~ ƒ ƒ bxqt^r !"8#$%&8$ % «ÀÁ±ÁªÁ ± À ±ÃÄÁÅ «± «(ÆúÃŪ«ºÁ ªÁÅ ôõöñö øùòúïôñòõóôø ØÒûÚÛ œ ÚÛœà Ÿñœ àœü Ûåœ šœ àœš ÛÜ ü žœýšÿ žûäœ ÚÛœåÛÝ ÛœÜÛý ÜÛàœ œã Ûœ Ûœ šœ šßûüœ àœ ÛÜ Ÿœ š š Û àœþûãšüûœüûà š å žœ šœ œ œ ž Û œã ÛŸåç ïšßûüü Ú Ü œ œü žú ç ÝšŸ žûœ šœàû ŸÛœß Ú œÿ á✚㜠àœà Û åñœà ÛœÝ Ÿ Ûœ åûüœ œ Ÿ Ûåœ ž Û œã ÛŸåäœ ã ÛÜœ ÚÛœ šßûüœà ŸñœÚ àœüû ÚÛåœ àœ œà Û ã Û圚 ÛÜ žœýšÿ žûäœ óó äœ àœàúšß œ œ ÚÛœ œù Ûäœ ï œäœ àœåûã Ûåœ àœ ÚÛœ Ûœ œ þûàœãšüœ ÚÛœš œ ÜÛ œÿšàûàœšþàûüýûåœ œ ÚÛœ š å ÝÛœòóœžÜš åœ Ÿ Ûç ÎÏÐÑÒÓÏÔÑÒÕÓÖ ØœÙÚÛœ Ûœ ÛÜÝ ŸœÞÛ ßÛÛ œ œßúû œ ÚÛœàÛ àšüœ åûü ÝÛœ ÚÛœÞ åß å Úœšãœ ÚÛœ ÜÛ œàû àšüäœ œßú Úœè éêœåë œìœ ÜÛ ÚÛàœ á✚㜠àœã Ÿœà ŸÛœÝ Ÿ Ûäœ åœþ œßúû œ œüû ÚÛàœæá✠šãœ àœã Ÿœà ŸÛœÝ Ÿ ÛçœÙÚÛœÜ àûœ Ûœ šœ œà Û œüûà š àûœ àœ àûåœ šœ áçê œíœ Üçœëš Úœ Üœ åœ î ï ð œ ÜÛœåÛ Ü Û Ÿñœ ãû ÛåœÞñœÛååñœ nii nji nki nli nmi jii TUVWXUYZ[\W]WX^_^`abWXYcde[dbWXfcgch[bcYhW utvpwxutviwx niiii i yu[^w]wx^_^`abwxycde[dbwxfcgch[bcyhw ni ji feqyer oi ki pi { }~ ~ ˆ} Š Œ ni niii njii n izin [^WwZ[\W]WX^_^`abWXYcde[dbWXfcgch[bcYhW izn n feqyer ni nii niii jii kii lii mii i i nii `agcy W w[ywh cxbwcbwx[ b 5K5MAM 5-5¼A¼ 5½A¼5-¼A½ ( ± ¹ ªº» ¹ jii feqyer oii kii pii 5-K5L.A- 5..5MQA. 5½¼5QQA. 5-KK5.¾-AL 5..K5M.LAK 5½¼K5--.KAK ²'³ µ ( œ œ š œ ž Ÿ œ bxqt^r?5pìr ¾K -K Ç37=E3:5FG31@< È3E@;ÉG8135ÊG<ËG< Í7;15È7=1>5<3 < )ª««± «opi oii jpi jii kii [^WwZ[\W]WX^_^`abWXYcde[dbWXfcgch[bcYhW npi nii pii jp pi--b5c43<d1e;<5fg<4h>5i4j5-bklm / :;<1=;>5?@8A SSSAE01234=7834A84= N4381;<13>56E;;E8DG;1<;5K-M-BOKKLM5PBKQR5QBLOBKKK feqyer Žp niinjpnpi -.

64 '()*+, !"8#$%&8$ % ({ }}~ ) ƒ ˆ~ { Š ~ STUVVWXYZ[\]^_^`\[^UaY^bY\aY^aaUc\[^cWYd^Xde^[Y[WdTa^feWY[T\[Y^bY ebwgy[uyh^a^h^ẁy[twyuibw[ycu_[\jwyuiy\yk\_yw_whwa[y\agy\ay\bul d^\[wgyualdt^vy\hv_^i^wxmyn_wjxuyv\[wa[wgy\ystuvvwxyz[\]^_^`\l [^UaY[WdTa^feWY[T\[YaW\X_oYW_^h^a\[WbYk\_YpSYUe[Ve[YgX^i[Y^agedWgY ]oy[whvwx\[exwyuxyv\dq\jwyb[xwbywiwd[bmyrt^byuibw[yxwged[^uay [WdTa^feWY^bY]\bWgYUaY\Yb^ja\_YhUge_\[^UalgWhUge_\[^UaYVXUdWbmY suge_\[^uay^byebwgy[uybwv\x\[wy[twyeagwb^xwgygdyuibw[yb^ja\_yixuhy rt^by[wdta^fewy^byh\gwyvub^]_wy[txuejty[twyebwyuiy\yz^ssxzy ut^_wy[twyh\jaw[^d\_oy^agedwgyb^ja\_yv\bwby[txuejty[twyi^_[wxmy nby\yxwbe_[yuiy[t^bydtuvvwxyb[\]^_^`\[^uay\vvxu\dtty[twyue[ve[y cu_[\jwyixuhy[twyk\_ypsy^bygwbwab^[^ẁgy[uy[twywiwd[byuiy[whvwx\l [exwy\agyhwdt\a^d\_yb[xwbmyrt^by[wdta^fewyvxugedwbygwc^dwby[t\[y T\cWY\aYWv[XWhW_oYb[\]_WYw_Wd[X^d\_YxibW[YyU_[\jWtY\XWY^hheaWY[UY [TWYh\jaW[^d\_oY^agedWgYb^ja\_Y^aY[TWYiXWfeWadoYgUh\^amYrTWatY VXUdWbY[T\[Y\_UubY[TWYebWYUiY_UulUibW[Y\agY_UulaU^bWY\hV_^i^WXbY [TWXh\_Yb[XWbtY\agYT\cWYVXWd^bWYXWdUcWX\]^_^[oY\i[WXY[WhVWX\[eXWY eb^ajy\y_uulv\byi^_[wxty[twyhuge_\[wgygdyuibw[y^bybevvxwbwgy ^ayduh]^a\[^uayu^[tyt^jtlgwab^[oy_uj^dy^a[wjx\[^uay\agyb\hv_wy \agytu_gyd^xde^[bmy ˆß} '}} à dod_^ajmy ËÔ µõä ³µ ÇÒÓ±»Ã ¼ ± ± ÈÇɲ à ½ ¾ ÀÁ ÇDz ³ µæ ½ ¾ µæã µºíµæ» ¹¾ ² ˵ÌÍ µæä ˵ÌÍ Ç½ ¾ ËÔ µõä Ç» ËÔ µõä Ä ¹¾ÅÆ µöä µæ¼ Ç Á ÀÊ Ã ±ÅÈØ ÆÅÉž»À²ËË» š œ Œ Ž Ž Ÿ ž Ÿ œ F4@81 <54H5FD4 1359<Eª707«E<74@5 18D@7 G1 ³µ ÇÒÓ± ËÔ µõä ± ± ¼»Ã ± ÈÇɲ Ã Ä ¹¾ÅÆ ½ ¾ ÀÁ ÇDz µæ» Æ Ë˵ÌÍ ³ ¹º¼» à ³ ËÔË µõä ¼» ½ ¾ ³µ ÇÄÆÄ µìí µæ¼ ¼Ô¼µÌÍ Ç ËË˵íÄ ËÔ µõä ÇÒÓ±»Ã ± ± ¼ ± ÈÇɲ Ã Ä ¹¾ÅÆ ½ ¾ ÀÁ ÇDz µæ» Ë˵ÌÍ Æ ¼¼µÌÍ ³ ½ ¾ ü ³» Á ¹º ²»¼³ µæ± Ë˵ÌÍÄÎÏÐÑ ÇÄ µöä ÀÊ Ã --B5C43<D1E;<5FG<4H>5I4J5-BK.L / :;<1=;>5?@8A RRRAE01234=7834A84= M4381;<13>56E;;E8DG;1<;5K-L-BNKK.L5OBKPQ5PB.NBKKK ž / 078E<74@5çA5é1Eê5ë1<18<7@25F738G7< ± Çļ¼µÌÍ ¼¼ËµÌÍ ËÔ µõä / 078E<74@5.A5 D7;584@H72G3E<74@57@831E;1;52E7@5<45L-K5=èî/5 O<1;<1å5G;7@25<D15/F9ï-ìðäFNKB/QA ËÔ µõä ³µ ÇÒÓ±»Ã ¼Ä ¹¾ÅÆ ± ± ± ÈÇɲ à ½ ¾ ÀÁ ÇDz ³ ½ ¾ µæ ˵ÌÍ µá ÀÃÃà ٠ÆÄ»µÌÍÇÄ µöä Ç ÈÚÑÛÚÁ ÇÛÖÜÝÞÑÝÞ æ-58e@5ª154=7<1å57h5<d15hg053e@2157;5å1;731åa / 078E<74@5ìA5æ18<7H71å5áG< G<A5.A.5è5;8E07@25E@å5318<7H78E<74@5E 078E<74@5 H435/N<4Në584@â13<13;A5æ1 0E81;58G31@<5<3E@;H43=135;40G<74@;5R7<D5;7= 0135 /F958738G7<A5F-57;5E5HG@8<74@54H5<D1504Eå531;7;<E@815E@å5H70<137@25å1;731åA5 / 078E<74@5BA5-K5/5áâ138G31@<5ãEG0<5äE<8DA5ãEG0<5<D31;D40å5;1<5ª:5æ-5E@å5 æça5 D7;58738G7<50E<8D1;5E@54â138G31@<5HEG0<5E@å5D40å;57<5G@<705<D15B5è53E7057;5 4R131å5å4R@A -. '()*+, !"8#$%&8$ % mnopqrstuvwxvnyzo{vn{ n}o~p y~ qn{ o o {oqt vno~ ƒ~n ~}vqx{o qo~ o~o{ pvo ot p vuo qo voqx x oqto vo{vn{qûo xy o~opqrs ~{ot p vuo uqƒv{o vo{ }n~ps qsnq {vou~ q o~n o vuvtquvo vo uv{qpx qn oqto vo{vn{quoqx x o{ }n~pôšqrvƒvu o vo~ qnoqto TUVWXYZ[\])^[_Z[\])`_a^U]'bbcWdb`]e_Z[\]af^]gThijk]lZ[ ~no ot p vuo qo voqx x oqto~o{vn{quom oy~nouv{xp o noxn v{ u~ pvo {vn{quoqx x o~ vnx~ qnoœovƒvnotquo yo{ }n~p{ô }n~po~ vnx~ qn o Ž o o {o~ouv{xp oqto vouv{ { ƒvo ƒ vuo vtvy o v rvvno vouv{ { ~nyvoqto vov vun~pot p vu o o {vvo p y~ qno o~n o vo nx o v ~nyvo~n ouv{ { ~nyvoqto vo uv{ { ~nyvoƒ~pxv{or po q{ op vpzo u t o zo tvuvn o~ qxn {oqƒvuo uv{ { ƒvo ƒ vuo {o} ƒvno z ƒvno to o~n o m o~uvo v{ }nv o qo ~ y o vo rqo n ƒ x~po yx{ q vuo n vut~yvoy uyx o m ô vo u~n{tvuotxny qnoqto {o pqro~{o œo ˆ vo ž Ÿoyqn ~ n{o~no n vun~pouv{ { qu o~o m qno qo vou n v oy uyx o q~u o~n o~no n vun~po xtvuo~ p t vûo o {oy uyx o~uy vy xuv ox{vu{oy~no pv vn o~o{ pvo v vu~ xuvô vuvtquv o{ }n~po~ vnx~ qnor poƒ~uzo~{o~otxny qno qto v vu~ xuvô q vo ~ o no ~nzoy~{v{ o vo nx o v ~nyv o ot p vuoƒ ~o vo~ qnoqto~oy~~y qu o o {vvo p y~ qnož o m o oqto~o z y~po~n~pq}s qs } ~poyqnƒvu vuo š oy~no vo~{o tuq o vo m vo ž Ÿo pqy~ v o~t vuo vo n vun~pouv{ { quo~n o m o no qo}uqxn ô vo xtvuo~ p t vuo n{ voqto o noyqnnvys ³ µ ±² yqnnvy qn ovp n~ v{o vo~ vnx~ qnoy~x{v o zo vouv{ { ƒvo ƒ vuovtvy o v{yu v o no vovwx~ qnotquo Ž ô vuvtquv o vo ž Ÿo vƒ yvo {o v~potquox{vo no } s~yyxu~yzo~p y~ qn{o ~ oy~nnq o~tqu o vo{ }n~po~ vnx~ qno~{qy ~ v or o vox{vo qto~nov vun~po opqrs~{ot p vû ª ª«ª«ãä â / 078E<74@5MA5ND1@5E504S5 E;;5H70<1357;584@;<3G8<1 5 1J<13@E0:5<45E5;<E@ E3 5¹E051H18<5 1º781>5E531;7;<7º15 7º7 135=E:51J7;<5»1<S11@5<D15H70<13531;7;<43>5¼½>5E@ 5 ¾D7;531;7;<7º15 7º7 135S7058EG;151J81;;7º15E<1@GE<74@>5 E;527º1@5»:5<D15<3E@;H135HG@8<74@5H435 À/¾¾A <D1531;7;<E@8154H5<D158G;<4=1357@<13HE G7<>5¼?C¾½FA5 8E<74@5MA / 078E<74@5ÁA5Â;7@25<D15½?þļ5 7@5 34º7 1 54@5<D15/F9Á-.5107=7@E<1;5<D15 E<1@GE<74@51H18<;54H5<D1531;7;<435 7º7 135»1<S11@5¼½5E@ 5¼?C¾½F>5;D4S@57@5/ 07O ãäâ ßÈÍ í ßÈÍ ï Îßã ßÈÍ ñ ßÈÍ ò Îßð ÎßðÎßð ßÈÍ ñßèí ò ìéíîü ßÈÍ íßèí ï Îßã Îßã âòò ÔÏóÓÇÊËÌÐ âìçëêóï ßÈÍ å ÅàÆ ÛÌ ÊÇ ÕÓôÉÈÐÉÓÈËÕ áóë êêèí ÛÏàÆÏÐÊËÓÐÏ ÒÌÏÑÈÉÈÏÍË áñõïë êúøûðèà ÒÌÍËÐÌÇ ßÈÍ ä ØëÍÊàÈÉ áñõïë ÒÊÍÉÏÇÊËÈÌÍ ÜÈÇËÏÐ øêç ÒÓÐÏÍË ßÈÍ å âòò ØÐÈÖÏ ØëÍÊàÈÉ áñõïë ÒÊÍÉÏÇÊËÈÌÍ öïíõïûïàæïðêëóðï ÒÌÏÑÈÉÈÏÍËÛÐÈà öïíõï ÛÐÈà ÔÏÉÌÖÏÐë öèóíêç ßÈÍ ä êúø ìåàæïðï áñõïëåù ÓÕË ÅÇÏóÐÌ ÅÒöæìè âîáçû ßÈÍ æ ßÈÍ è ÚéÒé ÝÌÞ ßÊÕÕ ÜÈÇËÏÐ ÔÜ ÔÏÕÈÕËÈÖÏ ØÈÖÈÙÏÐ ÅÆÆÇÈÉÊËÈÌÍ ÎÍÆÓË ÎÍËÏÐÑÊÉÏ ÒÈÐÉÓÈË ÒÜ í ÍÜ ÔÎÚÛÜÒ ÅÇÏóÐÌ ÅÒöæíò ùóñïð ÅàÆÇÈÑÈÏÐ ÊÍÙ ÔÏÕÈÕËÌÐ ÜÎÝÛõÔ ßÈÍ è í ÍÜ ßÈÍ æ âîáçû -. ÅÆÆÇÈÉÊËÈÌÍ ÎÍÆÓË ÎÍËÏÐÑÊÉÏ ÒÈÐÉÓÈË ÔÎÚÛÜÒ --B5C43<D1E;<5FG<4H>5I4J5-BKLM / :;<1=;>5?@8A SSSAE01234=7834A84= N4381;<13>56E;;E8DG;1<;5K-M-BOKKLM5PBKQR5QBLOBKKK ÒÜ

65 ³ ² '()*+, ˆ Š (ŒŠ Ž Š) ( ˆ Š ª «ˆ !"8#$%&8$ % \ W]T_[ ]^ ẀT_[WaT[[ W[T\] W[TbS \Z[TS[k SYb W[TbV W[T]S STbU [TS\STUVWXYZ cdyefgh ijygd k hylhdwijygd cdyefghwijygd YemnopqrsWtSWornuWrnmr YsWvpomqwpxqwWqxopqrsyWqxzW{xnWzxxspq W}wm ~nm{mnmqmw d dkwxc [SbWYYƒ ±²³ ± R45D0<13@D<7ž15 D<13@;5D315F;1 µ pomqwpxqwwpqwopspomzmnw /E9 - E šš œ/e9/012345ef31@<591@;43 37=D3:5;1@;1-1ž7815GD=70:5@F=Ÿ13 D<1584 šš D<1584 E D8 D215<: 15 13D<7@25D=Ÿ71@<5<1= 13D<F3153D@21584?@ 78D<4354G5-JJ 5=D<15<7@501D 1;72@D<43 58F31@< D35:1D35O0D;<5<R45 G3D=15 0D<7@2 œ D< ED01@ 1 59C7G<584 D35R <;Q 1 /E9 - E šš /E9/012345EF31@<591@;43 37=D3:5;1@;1 4<584-1ž7815GD=70:5@F=Ÿ13 E D8 D215<: 15 13D<7@25D=Ÿ71@<5<1= 13D<F3153D@21584?@ 78D<4354G5-JJ 5=D<15<7@501D 1;72@D<43 58F31@< G3D=15 0D<7@2 D<1584 šš D< ED01@ D35:1D35O0D;<5<R45 D35R11 727<;Q 1 ¾ÒÙº½ÐØÁ¾ºÒÂ Ë¾Ò Â½ËʾËÕÂÖ»ºÒ¾ÏÂÍÖ½ËÒÁÓ оÁ¾л½ºäËÐËÒÁϾÒÂÁÀË»˽ÂÙº½ÂÐØÒÍËǽËÊ¾Ø ¾Ê¾Á¼Çº½ÂÐØÒÖÙØÍÁÖ½Ø ¾Ê¾Á¼ÂºÙ¾ÁÏ»½ºÕÖÍÁÏÓÂèËÙº½Ë»ÊØÍ¾Ò ÂØÒº½Õ˽ÇÂÁÀËÂÖÏ˽¾ÏÂÍØÖÁ¾ºÒËÕÂÁºÂä˽¾Ù¼ÂÁÀØÁÂÁÀË ÝÇÝáãÇãÈßàÂÝÇÝãÈÇããÄàÂÝÇÆãßÇãâÈàÂÝÇÆÄãÇâãßàÂÝÇÆÝÅÇÈãßàÂÝÇÆáÆÇáßÞàÂÝÇÆßÞÇÅâáàÂÝÇÈÄßÇãâÅàÂÝÇßãÈÇâÄÅàÂØÒÕºÁÀ˽»ØÁËÒÁÏ»ËÒÕ¾Ò Ó ÉÊË ½ºÂ̾ͽºÎ¼ÏÁËÐÏÇÂÑÒÍÓ½ËÏ˽äËÏÂÁÀ˽¾ ÀÁÂÁºÂÐØåËÇÂÙ½ºÐÂÁ¾ÐËÂÁºÂÁ¾ÐËÇÂÏÖÍÀÂÕË»ؽÂÁÖ½ËÏÂÙ½ºÐÂÁÀËÂÕËÁؾÊÂÏ»Ë;ÂÙ¾ÂÍØÂÁ¾ºÒÏÂØÏÂÐؼ Ë½ËæÖ¾½ËÕÂÁºÂ»Ë½ç ¹º»¼½¾ ÀÁÂÃÄÅÅÆÇÄÅÅÈÇÂÉÊË ½ºÂ̾ͽºÎ¼ÏÁËÐÏÇÂÑÒÍÓ ÙؾÊֽ˺ÙÂÁÀØÁÂʾÙËÂÏÖ»»º½ÁÂÕËä¾Í˺½ÂϼÏÁËÐǺ½ÂÁºÂØÙËÍÁÂÁÀËÂÏØÙËÁ¼Âº½ÂËÙËÍÁ¾äËÒËϺÙÂÁÀØÁÂÕËä¾Í˺½ÂϼÏÁËÐÓ ÉÊË ½ºéÏ»½ºÕÖÍÁÏÂؽËÂÒºÁÂÁºÂ ËÂÖÏËÕ¾ÒÂʾÙËÂÏÖ»»º½ÁÂÕËä¾ÍËϺ½ÂϼÏÁËÐÏǾÙÂØÂÙؾÊֽ˺ÙÂØÒÂÉÊË ½ºÂ»½ºÕÖÍÁÂÍØÒ½ËØϺÒØ Ê¼Â ËÂËê»ËÍÁËÕÂÁºÂÍØÖÏËÂÁÀË ÔÀË»½ºÕÖÍÁÏÂÕËÏͽ¾ ËÕÂÀ˽˾ÒÂؽËÂÐØÒÖÙØÍÁÖ½ËÕÂÖÒÕ˽ºÒ˺½Âк½ËºÙÂÁÀËÂÙºÊºÚ¾Ò ÂÛÓÎÓ»ØÁËÒÁÏÜÂÝÇÅÞÝÇßÄÅàÂÝÇÄÆÞÇÈáâàÂÝÇÞÞÄÇÄáâàÂÝÇâáßÇááßà Һ½ÂÙº½ÂØҼ¾ÒÂÙ½¾Ò ËÂÐËÒÁºÙ»ØÁËÒÁϺ½ÂºÁÀ˽½¾ ÀÁϺÙÂÁÀ¾½Õ»ؽÁ¾ËÏÂÚÀ¾ÍÀÂÐؼ½ËÏÖÊÁÂÙ½ºÐ¾ÁÏÂÖÏËÓ ÔÀ˾ÒÂÙº½ÂÐØÂÁ¾ºÒ¾ÒÂÍÊÖÕÂËÕÂÀ˽˾ҾϠËʾËäËÕÂÁºÂ ËÂØÍÂÍÖ½ØÁËÂØÒÕ½ËÊ¾Ø ÊËÓÂëºÚÂËäÂ˽ÇÂÉÊË ½ºÂ̾ͽºÎ¼ÏÁËÐÏÇÂÑÒÍÓÂØÏÖÐËÏÂҺ½ËÂÏ»ºÒÂϾ ¾Ê¾ÂÁ¼ÂÙº½Â¾ÁÏÂÖÏËà ì435<c150d<1;<5ž13;74@54g5<c7;5 íííî ï ˆªðñ ªðî ðñ 48F=1@<>5ž7;7<54F35R1Ÿ;7< B43<C1D;<5EF<4G>5H4I5-.JKL / :;<1=;>5?@8A RRRAD01234=7834A84= M4381;<13>56D;;D8CF;1<;5J-L-.NJJKL5O.JPQ5P.KN.JJJ

66 51 43 L A M P I R A N 2 (Datasheet sensor aliran D6F OMRON)

67 OMRON Pressure, Flow and Vibration Sensors 2SMPP MEMS GAUGE PRESSURE SENSOR DIMENSIONS: mm Specifications: Pressure Type: Gauge pressure Applicable gases: Air(Non-corrosive, dust free) Withstand pressure : Max. 53 kpa Supply current : 100 µadc Current consumption: Max µadc D6F SERIES: GAS MASS FLOW SENSORS Features: Piezo Resistive element provides electrical characteristics that are superior to capacitive type pressure sensors 0 to 37 kpa pressure range Low Power consumption of 0.2 mw Low Temperature Influence For quantities of 100 and up, call for quote. MOUSER Omron Price Each Fig. Description STOCK NO. Part No SMPP-02 2SMPP-02 A Micro Flow Sensor 0-37kPa (0-280 mhg) NTL A B ø Specifications: Dielectric strength: 500VAC between terminals and base Operating temperature: -10 to 60 C Features: Small size Fast response Applicable to air, non-corrosive gas, LNG Ideal for looking at low pressure medical gases, boiler emissions, and HVAC system airflow Applications: Medical equipment Combustion control Analysis instruments For quantities of 10 and up, call for quote. MOUSER Omron Rated Applicable Case Power Supply Output Voltage Price Each Fig. STOCK NO. Part No. Range Fluid Material (Vcc Max) (Vout Max) D6F-01A1-110 D6F-01A1-110 B 0-1L/min. Air PPS 26.4VDC 6VDC D6F-02A1-110 D6F-02A1-110 B 0-2L/min. Air PPS 26.4VDC 6VDC D6F-03A3-000 D6F-03A3-000 C 0-3L/min. Air Thermoplastic/Alum. 26.4VDC 5.7VDC D6F-05N2-000 D6F-05N2-000 D 0-5L/min. Liquid Nat. Gas Aluminum 26.4VDC 6VDC Cables 653-D6F-CABLE1 D6F-CABLE1 For D6F-01, D6F-02, D6F-05, D6F-10, D6F-20, Gas Mass Flow Sensors D6F-CABLE2 D6F-CABLE2 For D6F-03 Gas Mass Flow Sensor C D D6F-50A SERIES: MEMS AIRFLOW SENSOR Specifications: Dielectric strength: 500VAC between lead terminals Operating temperature: -10 to 60 C Features: Precision mass airflow up to 50 LPM Stable output across full scale Low power consumption Applications: Industrial processes Medical respirators and ventilators Mass flow controllers Fuel cell controls NPL E Flow Sensors Omron MOUSER Omron Flow Price Each Fig. Case Material Type Applicable Gas STOCK NO. Part No. Range D6F-50A6-000 D6F-50A6-000 E 0 50 LPM Thermoplastic/Alum. Built-in orifice, Straight connect Air, N2O, O Cable 653-D6F-CABLE1 D6F-CABLE1 Recommended optional cable D6FP SERIES: MEMS FLOW SENSORS Specifications: Power supply: 4.75 to 5.25VDC Output voltage: Vout, , VDC Flow range/pressure range: +1.0 SLM (+0.84 in H2O) Applicable gas: Air Operating temperature: -10 to 60 C Output signal: Analog 0.5 to 2.5VDC, amplified and temperature compensated Withstand pressure: 50kPa (7psi) Current consumption: Max. 15mA (No load, Vcc=5VDC, 25 C) Insulation resistance: 20M Ohm min. Compact, Highly Reliable Flow-Sensor with Unique Dust Segregation System For quantities of 10 and up, call for quote. Features: Cyclone flow structure diverts particulate from sensor element High accuracy, reliable mass flow measurement Alternative to differential pressure sensing High resolution and repeatability even at low flow rates Built in voltage regulator, temperature compensation and amplified output Measure over 200 LPM with a bypass set-up MOUSER Omron Price Each Fig. Flow Range Mounting Method Connection STOCK NO. Part No D6F-P0001A1 D6F-P0001A1 F LPM Flange mount PCB terminals D6F-P0010A1 D6F-P0010A1 F 0-1 LPM Flange mount PCB terminals D6F-P0010A2 D6F-P0010A2 G 0-1 LPM Flange mount Connector D6F-P0010AM2 D6F-P0010AM2 H 0-1 LPM Manifold mount Connector Cable 653-D6F-CABLE2 D6F-CABLE2 Cable connector assembly to be used with D6F-P0010A2 or D6F-P0010AM NPL For quantities of 10 and up, call for quote. F G H D6F-W SERIES: GAS VELOCITY AND CLOGGED FILTER SENSORS Features: A dust-resistant design has been taken into consideration, by the original dust segregation structure of OMRON. ±10% Full-Scale repeatable accuracy achieves consistent air velocity measurement. Applications include clogged-filter detection and air velocity. For quantities of 10 and up, call for quote. MOUSER Omron Rated Applicable Case Power Supply Output Voltage Price Each Fig. STOCK NO. Part No. Range Fluid Material (Vcc Max) (Vout Max) D6F-W01A1 D6F-W01A1 I 1m/sec Air PPS VDC 1-5V Non-linear D6F-V03A1 D6F-V03A1 J 0-3m/sec Air Thermoplastic resin 12.0VDC 3.0V D6F-W10A1 D6F-W10A1 I 0-10m/sec Air PPS VDC 1-5V Non-linear Cable 653-D6F-WCABLE D6F-WCABLE Cable for D6F Clog Sensor I J 18 14± D7 SERIES: VIBRATION SENSORS Features: Quick detection of movements that could cause damage to equipment Auto-resettable - no manual setting required Applications: Industrial equipment Any system requiring safety shut-off during a period of vibration or tilting For quantities of 25 and up, call for quote. MOUSER Omron Detection Contact Contact Price Each Fig. Description STOCK NO. Part No. Sensitivity Form Rating D7E-1 D7E-1 K gal SPST-NC Sealed vibration sensor 5VDC - 30VDC D7E-2 D7E-2 K gal SPST-NC Sealed vibration sensor 5VDC - 30VDC D7E-3 D7E-3 K SPST-NC Tilt switch, detection angle 5VDC - 30VDC Copyright 2011 Mouser Electronics mouser.com/omron (800) K 23.1 ø Copyright 2011 Mouser Electronics

68 43 52 L A M P I R A N 3 (H-100 Fuel Cell Stack User Manual)

69 *&&/.89/,-!0:.,-!0"#8*&;<"*0('./*./+0"*$1 =/."+.)."8"/,#+0)'*0,&#+*").('/%<),&)0&<)&8'*0'+."#8$..<0!,+;"#'"/(&)('0'). ).(.).#*.1 >')0!.)*&<,.+*"#?.&?0",#.8()&;2&),3&#>'./@./ +'<<&)0B!&),3&#('./*./1*&;!"#$%&'(&)*!&&+,#-&')('./*./+0"*$1!.2&),3&#4556('./*./+0"*$,+"#",)7 =/."+.).(.)0&0!.2&),3&#:.?+,0.(&)/"0.+0,#(&);"0,&#AC:::1!&),3&#('./*./1*&; DEFGHIJHKLIMNODKNPDPGOHQIFLIMNODINDLRIODPMHSTGNLDUGQGDINDGVGHLDKLDLRGDLITGDMVDFSWXIHKLIMNYD ZMQI[MND\SGXD]GXD^GHRNMXM_IGODQGOGQ`GODLRGDQI_RLDLMDHRKN_GDOFGHIJHKLIMNOaDFQMPSHLDKFFGKQKNHGDMQD.*!#&/&-,.+&)?%.;",/,#-A 0&8,+*&#0,#'.<)&8'*0+"0"#%0,;.1 b#(&);"0,&#&#0!.+0"*$:")"#0%*"#?.(&'#8&#0!.:")"#0%*")80!"0*&;.+:,0!0!,+ +0"*$+%+0.;1 pdmewh~iemisgrdfsedoefiinewiukevrgweoi honsegdegwiexmiueqiuehfnergse rfhkkodkorhgiupeghjkioevrgwegwiexmiueqiuyezwioievruetiefdeoigmofsle oixmfnsedoei{qwhf iseswdmunenrshssijtupedoeghjkiorf edqqmoye}xe cdefdgehgijkglemfnioehfpeqroqmjsghfqilegdenrshssijtuiedoe giqwfdud peqdfghqg esmkkdog wdor dfxmiuqiuyqdj

70 D)'/*!E$F I)'/*!)*JK1 ()*+,-+#.)'/*!0$!1$##*2#3$ 0G H/!+*"$# 5 T R)*$ LM$*/3$**N/*G1 OPG%0%F"*NQ$+. $GU%)N$$*"#& +&+#.SJK/ IORTI O R T!"!#$ %&'()*+,(-+,./ 0/123/ /29:;08<=/3=>?508=@/AB=C/:=C/DE/0/F=GD:=/7;07/:68G=57E/;HF56<=8/08F/69H<=8/D876/ I07=5/08F/=C=:75D:D7HJ K()*+,(-+,(LMN-O./ D7/D8:CBF=E/0/PCB50CD7H/6A/PC07=QCDR=/AB=C/:=CE/0508<=F/0C68</08/09DE/<=8=50CH/P050C=C/76/:=C/ 7;D:R8=EE/ID7;/=C=:75D:0CH/:68FB:7DG=/E=P050765/PC07=E/?=7I==8/=0:;/P0D5/6A/:=CEJ S+N-MNTML./ 5=0:7087/DE/0/>07=5D0C/BE=F/76/E7057/0/:;=>D:0C/5=0:7D68J/U8/7;=/AB=C/:=C/7;=/5=0:7087E/05=/0D5/08F/ ;HF56<=8/?H/I;D:;/7;=/=C=:75D:D7H/IDC/?=/<=8=507=FJ VWXYZY[\]^Y_`a/ ;B>DFD7H/7;07/7;=/AB=C/:=CE/8==F/A65/5B88D8<J :=CEJ b,cd+e./ ijk. EBPPCH/0D5/76/7;=/AB=C/:=CE/08F/>=08I;DC=/F=:5=0E=/7;=/7=>P=507B5=/D8/7;=/E70:RJ E;657/:D5:BD7/B8D7/l/7;=/E;657/:D5:BD7/IDC/?=/:68756C=F/A65/<66F/P=5A65>08:=/6A/7;=/E70:RJ %*efgtf(hn,h+. m+nn(+tn+n(hn,h+./ 7;=/:68756C=5/IDC/:68756C/7;=/PB5<D8</7D>=/A65/PB5<D8</7;=/I07=5/08F/0D5/<0E/5=FB8F087/D8/7;=/AB=C/ PB5<=/G0CG=/A65/7;=/:68756CD8</6A/7;=/<0E/PB5<D8<J o]ppqr_sqtuvqxỳw^ua/ wxyzw{w }z ~{ wz{ zwxyzx ƒ { y z { zw{zwxyz y}ẑy}zy y z~š wy z xšˆxzwxyzx ƒ { y zœ } ẑ z?=/:0c:bc07=fj Ž j. 65D 68/ B=C/ =C/ =:;86C6<D=E

71 %)+&* #$%&' ),'%&' ()$$&(')* +,(")-+.#&%/ +,(")-+%"''$%#"! 0%"''$%#"! 0.#&%/!"#$%#&"'()*$( )$'*)%&* ()$$(&'#)$ +#'- '-&.,%'#/()$$&(')* 1)!'&'2()*$( !",&% 1,*5& 0,11%2 (&% 4#* 34%3& #$%&' 0#6&

72 !"#$%&'%(' $ ) *'+%,' " -./ :;7<=7>?7=@9A;B@CD;7E;@67FCAG79CH7EG9II;@67A>79@>F7 AG;7?@>F7>?79CH79EH>667AG;78;8JH9I;K7LG;78;8JH9I;7?9EC@CA9A;67AG;7?@>F7>?7MN:H>O;I7EH;9ACIO7AG;7H;@;96;7 >?7;@;EAH>I6K7P@;EAHCE9@N7E>I:<EACQ;76;=9H9A>H7=@9A;67 J;AF;;I7;9EG7=9CH7>?7E;@67;I9J@;7AG;7?@>F7>?7;@;EAH>I6K7 LG;76A9ED796=;EA7C67AG9A7AG;N79H;79@7=@9E;:7>I7A>=7>?7;9EG7! >AG;H79I:7G;@:7A>O;AG;H7JN7;=>RN7;I:=@9A;6K # S./TS/0UVVWX/Y2WZ[ 5A7E>IAH>@67AG;7M\7CI=<AK7]G;I7AG;7E>IAH>@;H7A<HI67>I^79@6>7 AG;7M\76<==@N7Q9@Q;7:>;6K7]G;I76N6A;87A<HI67>?^7CA7C67CI7 AG;7>?7=>6CAC>I7?>H7=H;Q;IACIO7AG;7@;9D9O;K _./TS/`Uab[/Y2WZ[ c<hocio7q9@q;d7ag;7e>iah>@;h7fc@7e>iah>@7ag;7=<hocio7ac8;7?>h7=<hocio7ag;7f9a;h79i:79ch7o967h;:<i:9ia7ci7ag;7?<;@7 E;@6K "$%!&'& #$%! e./0fga1/hia3ui1/jki1 $% $%6 $%>.?>%1+-&4 $% $%()&*+,-%.&/!0123 LG;76G>HA7ECHE<CA7<ICA7E9I7J;7A<HI;:7>I7>H7>?7:;=;I:CIO7 $% &442,-%53+' >I7FG9A79==@CE9AC>I7AG;76A9ED7C67A>7J;7<6;:7CIK75A7;I6<H;67 $% &442,-%-&%!&0*@ &442,-%-&% 789:&)-%,;),+;-%+4;-9<%9=;-,: ;IG9IE;:7=;H?>H89IE;7>?7AG;7?<;@7E;@67CI79==@CE9AC>I67 $ $ &4-)&32)%5&=2)%9+553B% A@!$! %CDE@% 6;E>I:67?>H7;CAG;H7AG;7>I7>H7>?7>=;H9AC>IK FG;H;7AG;76A9ED7C67A<HI;:7>?7?>H7=H>@>IO;:7=;HC>:6K7 l./mknmo/0pi13f LGC676FCAEG;67AG;7E>IAH>@;H7>I79I:7>?K7M>@:7CA7?>H7q7 %CDEA% %,&442,-2) r./swgp[a t<==@n79ch7a>7ag;7?<;@7e;@679i:78;9ifgc@;7:;eh;96;7ag;7 A;8=;H9A<H;7CI7AG;76A9EDK

73 ./$1&37893:2%:);,/;&72%89();,/;&)$%)(*&)'$%(3$/&3< #$%%&'()(*&)+(,'-)',./&+)($)(*&)/&,0)123&+)$4)(*&)56+&%+$37!!" = #$%(3$/+)(*&)+(,'-)(&>8&3,(93&?)./$1&3+?)*@03$:&%)2%89(?) 893:2%:),%0)+*$3()'23'92(2%:)$4)(*&)+(,'-<! ABCDEFGHFEF"!"I JK)LM5N)'$%%&'()(9.&)2%)OK).&/$1< JK)PQN)'$%%&'()(9.&)+*$1%)2%)OO).&/$1< RSTF! Z#[)2+)'$%%&'(&0)($)(*&)49&/)'&/)8$+2(2;&)8$/&< Z#6)2+)'$%%&'(&0)($)(*&)49&/)'&/)%&:,(2;&)8$/&<! UGVWXY!"I RR\F]!^BCDEF 5*&)(9.&)12(*)a>>)$9(&3)02,>&(&3),%0)b>>)2%%&3) 02,>&(&3)2+)'$%%&'(&0)($)(*&)JK)PQ),+)2%)`),.$;&),%0)($) (*&)2%89();,/;&)$4)(*&)*@03$:&%)+$93'&< RC\F]!^BCHFEF JK)$9(89()(9.&)12(*)_>>)$9(&3)02,>&(&3),%0)K>>)2%%&3) 02,>&(&3)2+)'$%%&'(&0)($)(*&)893:2%:);,/;&)$%)$%&)&%0),%0)(*&)JK)LM5)2%)`),.$;&<)!"#$ %!& ' ()*+,-.,./+0,1+0 5/67+8,-.,1+09 <=>+?,*-@+8 <=>+?,*+8.-86=D1+ J/>*/>,K-0>=L+,8=DL+ ABBC A;EFGH:I AMEN:ME :; 234 O+PLQ>,R@P>Q,.=D,S,1=9PDLT ^P_+ <+=1>=D>9 <=>+?,mn,1-d9/6*>p-d m)?8-l+d,*8+99/8+ BHUVWXY:BAZ[\] t-d>8-0+8,@+plq> A;MàÀBUàÙ;`bbỲVHcà`;HMà`MHG] m)?8-l+d,9/**0),k=0k+,k-0>=l+ AH;ZobljỲpMljMoblj] defghxij`kjfìlg u/8lpdl,k=0k+,k-0>=l+ v0-@+8,k-0>=l+ BH;NBH;VqkgỲVHpNcHV2rs] w67p+d>,>+6*+8=>/8+ A:E BH;WXỲBHppZ[\] {=,9>=1},>+6*+8=>/8+ m)?8-l+d,*/8p>) cvxyỳa;uxz] VNMVxyỲ;ANUVxz] t--0pdl ^>=8>,/*,>P6+ % ' & %!&' IlgỲljŽiXgkŽif` hhzljx` kj] ;B~FA;E sbbiflkži ƒ ˆ Š Œ Œ UUHUUU~`fge`d:

74 !"#$%&$' 2 R *( *) +( +) () ( * +, - :;*((<=;><?@ABC ). / 0 1 *(((< *+((< *-((< *.((< TUR"# +((< -((<.((< 0((< (< ( +( -( :;*((<:+<VWXY.( 0( *(( *+( *(( *+( +( -(.( 0( FGHIIJKGLJMNOPQ ( ( * +, - E ). / D %&$' FGHIIJKGLJMNOPQ 3 S!"# $%&'()* +,--./0102.1/,--./0,341,5102.1/,-03, /910,1: ;6,<.3= >?.370@ ,3=1 ABCDBEFGHICJDKLMMNEDOPNOCDPJFDABCDMLGICDOPNOCDLJFCGDQHJAGHNRDSBCDTJUKBCFDQHJJCQAUHJDUKDKBHVJDUJD WXY $%&'])* ^HJJCQADABCDQHJAGHNCGDPJFDABCDKAPQ_DPKDABCDHLAMLADMHVCGDPNKHDKBHLNFD`CDLJFCGDQHJAGHNRDSBCDTJUKBCFD /,--./0a,-1a4142,<-1a-1bcY Z[ Z\ d[ d\

75 4%1)-5'*%D*)+'*7%E'9*,+%613*/'*/')E''&*;F=*-&3*;G=H!"# IJ (,!+1-!,/!"#!/0*"+#!"(!/#,"!(8!"#!/#()"!+*)+,*"9!:,"!*"!0*4!+1,/!1"!41/"!;<=!!"#!$%&!'$#()"!%*)+,*"!&-*".!/0*"+#!1"!2!-()31456!7-45!*8!"#!/#()"!+*)+,*"!8+"/!"#!( )8()31-+!4(//6 )1"*(-9! %(--+"!"#!(,"/*B!#5B)(C-!/, B131C!8)(3!"#!#5B)(C-!0#*4!"#!/"1+E!*/!(86!G("*+!"#!B*)+"*(-!(8!"#!+(--+"*(-!(8!"#! HIJKLMNOPQRSSTIPUVTUNWPXYNPZO[QYNJP\LOON\][LOP[QPQYL^OP[OP_HW 45!D14D!"(!"#!/"1+E6!F#!#5B)(C-!/, 45!D14D!0*4! )D-"! `? `a `c `b

76 %&''()*+*,(+-*.)/+01*,+*,(+2345(+6.76(+*,4&35,+*,(+817*(4+8&4+.+7&'5(4+43'*19(+.':+.+;(*(4+ ).-(+&8+*,(+:.9.5(+).3-(:+;D+*,(+ED:4&5('+7(./.5(B FH FG

77 ? <= >= GHIJKLMNIOKPILQMINMLRST A#!0(2 1('#'"* 61! '0#'( B#53C#$"17$(2114'( 6#7"DEF,D9F%#!2$$"#$"5'( '3$"#6( "# '3$"#(#!0*?#(2 1$((2$$52#$" 1$((2$3#4 6#7"8*9,8*9:;$<8*89,8*89:=1>* 6#7"(#!0" #(#!0* 6(($#(1(('6 BB* $5"'(!""!#$% &%'(!""!# # #),#)-+,./ &)'"#!"#$$*+""!#,)'"#(#!0* #

78 !"#$%&'( '&-./012 '&-.3#*4'4*!"#$%& +(#$1!#,"#$%& %' ((&,&$'&-./ ()!&#&*&+!#, %)& )*+,-)./01-* `abcdcefghb

79 ÇÈIÉJVWNYLINSUIÊLTËML GHIJKLIMJNOPIQMIRSTRMLUIHVWINIXVSYIZLWQVUIVHIJQ[LI\[VSJKM]^ _C3`9aEb961793FB386a94786A3<179: >93/714?c &%()#*% #*%(&+%()&,##*!%$&'&("&%$-.*%(% --*&'!$"' " &$",'& 3/B:86A9z316=3291b937>93<179:38637>937<53>5/9/C {mo } ~291/9301?93/E:93B5E3>1b93@E:A9=37>93<179:35E735;37>93/714?37>5:5EA>2B3F9;5:93E/9C3D>8/38/3=5693 FB A37>93td3/E@@2B37537>93/714?z3<87>5E =31714>9=z316=3@E:A86A37>93/714?37>5:5EA>2B3 ˆ{ {Š}i Œjk iož i n i iœo i joži o ijkœj i kij i š ijo ˆ{ {Š}iœjŒ mkk oiož iž m kiœn i mš o ij iož i n i ijœikmoijki m ojmki m išm iož ki žišjkœÿi k i Œo m jk iœmš im iož i oœÿ &%()&"$ƒ" %&$%!"&$("&%ƒ%& ŽjŒijŒiomiŒom iž m ki Œi jk ijkomiož i n i i - ˆ{ {Š}i Ž kiož io š on im iož i n i iœo ijœižj Ž iož ki m iož imk m i Œ jo Ži mkk o iomiož i mko m ĩm i j iœom i m jk i m iož i mo ojmkim iož iœo Ÿ mijkim iomiš ijoi m i iož i n i iœo išnœoĩ iš jko jk i m iož ki m i m ion kjk imkiož imk m iœ jo ŽŸ ˆ{ {Š}i ª«ª ± ² ³ ±µ ¹ º µ ±³» ¹ ²± µ² ¹¼ ½ ¾ ² ¹¼Àº ¹ º µ ¹¹ ³ ² ³À ± ² À ¾ ± ¾³ Á ± ÂÃÄ ¹Å ³¹ ÂÃÄ µ Å ª ²Æ Ž iœo išnœoĩ iœo k jk imkiož i i Œoj i oÿ }~U$"')$$(&, / :71;3<51=:>>5=?5@13A1BC85613==:8@C>D1?:1?;51@C3D83E0 F ?;515G?58>3A1<:A?3D51C61/FH1I/JH0 K :71;3<5131;9@8:D5>167LLA90 M ?;51A:3@1C61N5A:B1/OOPQ1N5=37651?;51=:>?8:A581BCA1L8:?5=?1?;516?3=41R8:E11!"#$%&' ()**+$)$%(&,#-(). 1@83BC>D1?::1E7=;1=785>?0 J01S;5=41B;5?;581?;51R75A1=5A1?5EL583?7851C61N5A:B1TJ:SQ1?;51696?5E1BCA16;7?1:R1CR1C?1C613N:<51TJ:S0 -*+(&((-) /01X78>1C?1:>13>@1:R13>@1D83@73A913@@131856C6?:81A:3@0 F01X;51;9@8:D5>167LLA9165?I7L16;:7A@16?8C=?A91R:A:B1?;51D7C@3>=51C>1?;C61E3>73A01Y3>D5611 1:7?6C@51?;C61E391E3451?;51696?5E1<:A3?CA513>@15<5>1@3>D58:760 Z[\]^\_\`abcd\ecfce\gceab\hic\j`cklmcn\aoh`oh\lj\cp`cdlcqkcn\hilj\r_sgc\noc\ha\lqjo^mklcqh\\ -)$%UVU$U!-&*-&WV*#. M01P5167DD56?u 1301v5?C>D131BC@5183>D51L D7A3?:813?1:7?L7?01X;5183>D516;:7A@1N51C>1?;5185DC:>1:R1JOwvt0 1;9@8:D5>167LLA913?131;CD;1L:B581:7?L7?01tR1?;51;9@8:D5>167LLA9165?17L1=376561?::1;CD;1L \g[\xnn\_\ilyi\zab\d_hc{\eab\`dcjjodc\dcyoe_had\_j\hic\jckaqn\jh_yc\`dcjjodc\dcyoe_had\ 13?1A:B1L:B5813>@1?::1A:B1L :R1;9@8:D5>13?1;CD;1L:B58Q18567A?61C>131<5891@3>D58:7613?1 11=A:651?:1?;51R75A1=5AQ1?:185@7=51L ?1A:B581L:B581:7?L7?601 16C?73?C:>13?1A:B581L:B581:7?L7?613>@1=376561R75A16?38<3?C:>13?1;CD;1L:B581:7?L7?

80 43 63 L A M P I R A N 4 (Datasheet valve proporsional PSV1S)

81 ! $%&' $()*)(+,)-.+,-/' 0123+()4./-2+,3' &.152 "# 7sz zsytzryt~73vw ysz}r~wyt 7rvqwx7rsw7 wxt~w 7yz swx z 7yz7qrstruvw7 zƒws7t yx7yz7 sz zsytzrywv 7sw~ vryw y w7 vzƒ7z 7vt t x7r 7~rxwx 7 zs7r w 7xr wy 77qrvqwx7rsw7zs}rv 7 vzxw 7 6Œ 7ƒ w wžwws~t w 74 w 7 r7rvxz7xwsqw7rx7š 6Ž 7qrvqwx 7 zs zyszv7 ytzx7xww7y w7ž 7 stqws78z vw vzƒ7tx7 zyszvw 7u 7t swrxt~7zs7 w swrxt~7y w7qzvyr~w r vtw 7yz7y w7 ztv 74 tx7 r xwx7r7}r~wyt 7 zs w7ƒ t 7 srtxwx7y w7 zsw7r 7rvzƒx7~rx7yz7 vzƒ 7qrvqwxœ7 zxys yw 7z 7xyrtvwxx7xywwv7rsw7rqrtvruvw7t tqw7 t wswy7xt wx7 zqwst~7 vzƒ7sr~wx7 sz}7 72 }t7ž7 2 }t7rts7r 797}2 }t7ž79 72 }t7ž9 6789:;<=7>?@A78 BCDEFGHIJDKLMJNGOGPGOQRSTCUTMI BVMKMWGTDJEXMYGYZI[JL\YJMZI B]E[GEIWGXM^\MW[_ B`EPGaLD[[\LDGZbGOQQQGa[MKGcde_fGgEL[h ia9;j9kl7<mn<ok7a>?9m; Œz} vwyw7 vzƒ7sw~ vryt~7x xyw}x7t v w7r77 wvw ysz}r~wyt 7qrvqw7 zw yw 7yz7r7 vxw7ƒt y 7 ª «±² ³ µ ±µª ³ ³¹ºª «ªµª ª ²»¼ ½¼¾ À srywx7z 7vt t x7zs7~rxwx7y sz ~ 7ty7t7 sz zsytz7yz7qrstruvw t y7 zƒws p7qrstruvw7xysz{w7wvw ysz}r~wyt 7qrvqw7 wry st~7r7qrvqw xwry7 wxt~7ƒ t 7 ws}tyx7t swrxt~7zs7 w swrxt~7 vzƒ ÂÃÂÎÈÆÃÎÂÃÂÎÏÄÅÂÂÂ Ì ÂÃÂÅÅÆÃËÂÃÂÅÅÄÆÅÂÂ Ê ÂÃÂËÆÃÂÄÂÃÂÈÈÆÈ Á ÂÃÂÄÂÃÅÆÂÃÂÂÇÈÅÂÂÉÆÄÅ»¾ À»¼¼À ÏÅ Í Ë ˆ7:@l>?mA< Š8?7 8 Ð ³ ³ ± Ð ÂÃÆÄÅÈÃÆÏÂÃÄËÆÂÂÂÂÂÄÏÅ }z vryw 7Ž 7 stqws78z vw 7 zs7 wyrtvx7xww7 stqws 8z vw7 w7x st ytz 7 ytzrv7w ywsrv7 Ž9 97zs7 Ž }z vwx7rsw7rqrtvruvw 7 ww7 r~w79 ² ª ± ± Ñ ³ ±± ³ ± Ñ Ù ±Ñ ª «ªµª Öµ ²Ñ ± µ Ñ ÆëËìÉãÛ íüáààéûçéîéïéçèàéûíïéûçýþéæëïìéýçôéèëïìã ÚÛÜ ÝÞßÉÕÞÛàáÔÉâÚãäÉåæáçÉÔáÒáçáÜèéêáÔà ËÂÂÉ Øà ÂÒÈÂÓÔÕà Ÿª ± µ ² ³ ± ³ ÑòßíáàÉÈÆÎÉÝçÔÉËÆÎÉàïÝéçÞáààÉàïááÞóÉÓéïÛçôÉõÒÜéçèàÃÉõíïéÛçÝÞÉõÒÜéçèàöÉ ñçýôéóéøùúéýçôéûýþüáêôéã ÈÃËÅìÉâÏÍÃÎ äéæéèæéðéèãäåìéâïäãî äéþûçèéâéçõþñôéçèéõû íüáààéûçéîéïéçèàäéðéæãââìéâäåãë äéôááíã 24.,1',-)..1)(/3)4' ª «ªµª ª µ 3456¾789ÑÆÍËÉâÍÇãäÉéçàéÔáóÉÆÈÂÉâÅËãäÉÛñïàéÔáÉàñÜîÝÕáÉÝïÉÄËÓÔÕà ª «ªµª ² ± µ ÑÅÂÉíàéÔÉâÈËÅÉüùÝäÃÉ ý ± þ ÙÑ ª «ªµª µ Ñ ÆÉÿÉÆÂÒÇà 0ëàáÕÉ1áÞéñ ÉéçÔé2éÔñÝÞßÉïáàïáÔà ÆÂÂÂÉíàéèÉâÈËËÏÉüùÝäÃ!!"#"""'.$'%&'(()*)+)',-.// ""88##! 7}urs 7 t wswytrv7 swxx sw Ÿ4 w7xwvw ytz7z 7}rywstrvx7z 7 zxys ytzœ7tx7y w7swx zxtutvty 7 z 7y w7 xyz}ws 74 w7 z} r 7r w yx7z7vtrutvty Ÿ0rxw 7z77 xt~ "#$%#&'()*&(+)'(,"-.(/0+%")1-/' 2'3 :4565; hijkklijmnioh hkphkqrhkqshkqt hkquhkqv wxoy xz{ } rv ru rt rs rr r~ vutsr~ƒs~ƒvrsvr~s~v~r~~ <<<=>>?@ABC=DAEFF95G56HIJ7K9FLMNO=PPQ=RQQQFHSTUVKWWXKYXZXF[A?\]B^^\_`\a=b=c=\>`d\e>`>d>f=MQQ=Mgg=RMRP!

82 !" #$%&' ()*)&+,&) -./01#23&+,2' ))456789::;)4998 )&2') &&(+ FFK75J; **64B7J; <,33,=>) 3(3<&;?;L58E9MJ; H)D9I658 ()* 0 ) * 2 NOPQRSNTURVWXVYWP ()*0;:456789::;:4998Z;*64B7J;:958:; [64\;-?0@;IBCDE9::6B7;]6467^:_ ``aaabccdefghbifjklkmnopqrostuvnnpwuxyz{umkq }~b b kqtnƒq z ẑ ˆŠˆqk fdœ gžžœ Œ b b bœc Œ c c c b} b} b } nopqrstuvwxsyzvop{wrvsv u}r syzvoprq ()*+, -./ :2;0: /7 :0< =710:7 /-== >0<-.842?<7;8.;0/7@8/03 7?787:0A0:0?B07/2<?8.C7 049=72?47/2<?8./D79E 3B77:7F976GD72?=-4 8:0706=.7H037477B7?4: =-47=-./ ;7.48< A2I037 KLMNOPQ78?3786= C75?B762?<7=710: ;8.;07B72.72/78==.203 8?3732/B7?42?-037A7:7 =:03040:62?037=0:273/ 7A742607@H // A:0J-0?BH /7.237/48407/124B52?< ?4C7 G/72?B762?<7=710:72/ 8==.203D70?0:<H72?7450 2?3-B42;07B72./72?B:08/0/ 8?37150?72472/732/B7?42?9-0370?0:<H7/47:0372?7450 B ?482?/ <?042B7A.-I7.0;0. :0J-2: A B7?4:7.037:840C7452/ BHB.0748R0/7=.8B0768?H7 457-/8?3/77A74260/7=0:7 /0B7?3C7 STUVWXYUVZ[\]UV ^_V`^WUZVX\`abV 4507G B47A084-:0 [dd^hh^y[buc ijvb^vkjvlyd d^\eu\xu\bfg c^azducm _U[baZUcV 7A74507:2;0: :0B7<?2P0/745074H=077A7 :0A0:0?B07 :0B02;0378?3730A8-.4/ E73B72A7@7457/2<?8./ 8:07=:7;2303C7 nq}v!"#"! && $%&%$''!"#" # ~ ~ ƒƒƒ ˆ Š ˆŒ Ž& " š ššš œ žÿ ˆ ª «šš

Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban

Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban POLI REKAYASA Volume 10, Nomor 2, April 2015 ISSN : 1858-3709 Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban Saving Gas System H2 PEMFC (Proton Exchange

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi

Lebih terperinci

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC)

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) Oleh : I NYOMAN JULI ADI PUTRA NIM: 0804305006 JURUSAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGKONDISI TEGANGAN KONSTAN PADA PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) HORIZON H-1000 MENGGUNAKAN BUCK CONVERTER TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA PENGKONDISI TEGANGAN KONSTAN PADA PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) HORIZON H-1000 MENGGUNAKAN BUCK CONVERTER TESIS UNIVERSITAS INDONESIA PENGKONDISI TEGANGAN KONSTAN PADA PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) HORIZON H-1000 MENGGUNAKAN BUCK CONVERTER TESIS KHALIF AHADI 0906578365 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang berkelanjutan kian mengemuka di ranah global. Krisis energi terjadi di berbagai negara di dunia bahkan di Indonesia. Berdasarkan Indonesia Energy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang.

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, peralatan elektronik yang bersifat portable semakin banyak digunakan oleh masyarakat. Sumber energi peralatan elektronik portable tersebut

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL

BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL Tujuan dari penyusuan tugas akhir ini merancang baterai untuk memenuhi kebutuhan yang dipakai pada mobil listrik

Lebih terperinci

SKRIPSI PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL DENGAN VARIASI JUMLAH SEL FUEL CELL DAN BESAR DAYA INPUT LISTRIK PADA ELEKTROLIZER

SKRIPSI PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL DENGAN VARIASI JUMLAH SEL FUEL CELL DAN BESAR DAYA INPUT LISTRIK PADA ELEKTROLIZER 1 SKRIPSI PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL DENGAN VARIASI JUMLAH SEL FUEL CELL DAN BESAR DAYA INPUT LISTRIK PADA ELEKTROLIZER OLEH RICHARD D. BUTARBUTAR NIM : 08043052 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik karena listrik merupakan sumber energi utama dalam berbagai bidang kegiatan baik dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang ini, kebutuhan manusia akan listrik semakin meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena listrik merupakan sumber energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, ketersediaan sumber energi fosil dunia semakin menipis, sumber energi ini semakin langka dan harganya pun semakin melambung tinggi. Hal ini tidak dapat dihindarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitor Kapasitor banyak digunakan dalam sirkuit elektronik dan mengerjakan berbagai fungsi. Pada dasarnya kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk

Lebih terperinci

BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON

BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON 5.1. Pendahuluan Pada Bab 5 ini akan dibahas mengenai validasi dan analisis dari hasil simulasi yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini energi listrik merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia, mulai dari sektor industri, transportasi, komersial hingga perumahan. Akibatnya manusia mengembangkan

Lebih terperinci

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR Oleh : Kelompok 9 Maratus Sholihah (115061100111019) Hairunisa Agnowara (125061100111033) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Spesifikasi Baterai Berikut ini merupakan spesifikasi dari baterai yang digunakan: Merk: MF Jenis Konstruksi: Valve Regulated Lead Acid (VRLA)

Lebih terperinci

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA Muhammad Ilham, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 10211078, 10211003, 10211022, 10211051, 10211063. Program Studi Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN PENGENDALI MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC) CONSTRAINED PADA SISTEM PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEM FC) TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN PENGENDALI MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC) CONSTRAINED PADA SISTEM PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEM FC) TESIS 1 UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN PENGENDALI MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC) CONSTRAINED PADA SISTEM PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEM FC) TESIS DHARMA ARYANI 0706173206 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi bahan bakar minyak yang berasal dari fosil saat ini diprediksi sudah tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi hidup penduduk dunia di masa datang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram Berikut merupakan diagram blok alat yang dirancang untuk mempermudah dalam memahami alur kerja alat. Sensor MPX5700 Tekanan Dari tabung Kode perintah Minimum

Lebih terperinci

Pembangkit Non Konvensional OTEC

Pembangkit Non Konvensional OTEC Pembangkit Non Konvensional OTEC OTEC Ada yang tahu apa itu OTEC? OTEC OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) atau Konversi Energi Termal Lautan atau dapat juga disebut : Pembangkit listrik tenaga panas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168 PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168 Disusun Oleh : Daniel Wahyu Wicaksono (0922036) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green. Par LED W PAR LED (Parabolic Light Emitting Diode) Tidak bisa dielakkan bahwa teknologi lampu LED (Light Emitting Diode) akan menggantikan lampu pijar halogen, TL (tube lamp) dan yang lain. Hal ini karena

Lebih terperinci

Alat Uji Baterai 12V, 60AH Secara Elektronis

Alat Uji Baterai 12V, 60AH Secara Elektronis Alat Uji Baterai 12V, 60AH Secara Elektronis Hanny H Tumbelaka, Johannes Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra e-mail: tumbeh@petra.ac.id Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER

PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) PADA SISTEM PANEL SURYA (PHOTOVOLTAIC SOLAR PANEL) MENGGUNAKAN METODE POWER FEEDBACK DAN VOLTAGE FEEDBACK Disusun Oleh: Nama : Yangmulia Tuanov

Lebih terperinci

Monitoring Kinerja Baterai Berbasis Timbal untuk Sistem Photovoltaic

Monitoring Kinerja Baterai Berbasis Timbal untuk Sistem Photovoltaic JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Monitoring Kinerja Baterai Berbasis Timbal untuk Sistem Photovoltaic Alief Prisma Bayu Segara, Dedet Candra Riawan, dan Heri Suryoatmojo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan, dari mulai jam, perangkat portabel hingga mobil listrik yang mulai

BAB I PENDAHULUAN. digunakan, dari mulai jam, perangkat portabel hingga mobil listrik yang mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baterai adalah salah satu media penyimpan energi yang paling umum digunakan, dari mulai jam, perangkat portabel hingga mobil listrik yang mulai diarahkan menjadi pengganti

Lebih terperinci

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen Operasional Amplifier (Op-Amp). Adapun komponen yang akan digunakan

Lebih terperinci

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami konsep penggerak mula (prime mover) dalam sistem pembangkitan tenaga listrik Teknik Pembangkit Listrik 1 st

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan suatu kebutuhan dasar bagi masyarakat modern. Tanpa energi, masyarakat akan sulit melakukan berbagai kegiatan. Pada era globalisasi seperti sekarang

Lebih terperinci

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Resistivitas adalah kemampuan suatu bahan atau medium menghambat arus listrik. Pengukuran resistivitas batuan merupakan metode AKTIF, yaitu pengukuran dengan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor, menjalankan mesin-mesin pabrik, proses memasak

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

INVERTER 15V DC-220V AC BERBASIS TENAGA SURYA UNTUK APLIKASI SINGLE POINT SMART GRID

INVERTER 15V DC-220V AC BERBASIS TENAGA SURYA UNTUK APLIKASI SINGLE POINT SMART GRID INVERTER 15V DC-220V AC BERBASIS TENAGA SURYA UNTUK APLIKASI SINGLE POINT SMART GRID Dian Sarita Widaringtyas. 1, Eka Maulana, ST., MT., M.Eng. 2, Nurussa adah, Ir. MT. 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro Univ.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian...iii. Lembar Pengesahan Pengujian...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian...iii. Lembar Pengesahan Pengujian... xi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing... ii Lembar Pernyataan Keaslian...iii Lembar Pengesahan Pengujian... iv Halaman Persembahan... v Halaman Motto... vi Kata Pengantar... vii

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidrogen [16]. Fuel cell termasuk dalam energi alternatif baru yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidrogen [16]. Fuel cell termasuk dalam energi alternatif baru yang memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fuel Cell Fuel cell adalah suatu perangkat elektrokimia yang berfungsi untuk menghasilkan energi listrik melalui reaksi redoks dari suatu bahan bakar hidrogen [16]. Fuel cell termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan bertambahnya waktu maka kemajuan teknologi juga semakin bertambah. Pertumbuhan penduduk di dunia pun kian meningkat termasuk di Indonesia. Hal ini berarti meningkat

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap manusia di dunia terutama energi listrik. Dewasa ini kebutuhan energi yang semakin meningkat tidak

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) 2. Tinjauan Pustaka 2.1 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Gambaran Umum Sistem Perancangan kendali kelistrikan rumah menggunakan web dimulai dari perancangan hardware yaitu rangkaian pengendali dan rangkaian pemantau seperti rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN DAN SIMULASI SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB/SIMULINK

BAB IV PEMODELAN DAN SIMULASI SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB/SIMULINK BAB IV PEMODELAN DAN SIMULASI SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB/SIMULINK 4.1. Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai pengembangan model dalam software

Lebih terperinci

INTEGRASI SISTEM HYBRID FUEL CELL-BATERAI KEJARINGAN DISTRIBUSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

INTEGRASI SISTEM HYBRID FUEL CELL-BATERAI KEJARINGAN DISTRIBUSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 INTEGRASI SISTEM HYBRID FUEL CELL-BATERAI KEJARINGAN DISTRIBUSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Anas Ma muri, Heri Suryoatmojo, Mochamad Ashari Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan oleh penulis dalam merancang alat ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, penelitian mengenai sumber energi terbarukan sangat gencar dilakukan. Sumber-sumber energi terbarukan yang banyak dikembangkan antara lain sumber energi tenaga

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor DC atau motor arus searah yaitu motor yang sering digunakan di dunia industri, biasanya motor DC ini digunakan sebagai penggerak seperti untuk menggerakan

Lebih terperinci

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC RANGKAIAN INVERTER DC KE AC 1. Latar Belakang Masalah Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat

Lebih terperinci

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk dan Sampel Penelitian Bentuk penelitian ini adalah eksperimen untuk mengetahui produktifitas gas hidrogen dan gas oksigen selama proses elektrolisis. Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEGANGAN OUTPUT FUEL CELL DENGAN MENGGUNAKAN INVERTER DAN TRANSFORMATOR STEP-UP

PEMANFAATAN TEGANGAN OUTPUT FUEL CELL DENGAN MENGGUNAKAN INVERTER DAN TRANSFORMATOR STEP-UP PEMANFAATAN TEGANGAN OUTPUT FUEL CELL DENGAN MENGGUNAKAN INVERTER DAN TRANSFORMATOR STEP-UP LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tekanan gas Dari hasil eksperimen sebanyak 27 kali dalam rentan waktu satu menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut : No Luas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori atau hukum rangkaian elektronika dan teori komponen komponen yang digunakan sebagai alat bantu atau penunjang pada proses analisa Photodioda. Pembahasan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik sifat..., Hendro Sat Setijo Tomo, FMIPA UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik sifat..., Hendro Sat Setijo Tomo, FMIPA UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sel bahan bakar adalah sebuah peralatan yang mampu mengkonversi hydrogen dan oksigen secara elektrokimia menjadi energi listrik dan air, tanpa adanya emisi gas buang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup penting di setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tidak terlepas hampir semua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 4.1 berikut merupakan gambar dari alat simulasi automatic

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 4.1 berikut merupakan gambar dari alat simulasi automatic 4.1 SPESIFIKASI ALAT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Gambar 4.1 berikut merupakan gambar dari alat simulasi automatic change-over manifold. Gambar 4.1 Alat simulasi automatic change-over manifold Alat

Lebih terperinci

Penyearah (rectifier) Permasalahan yang ditimbulkan oleh harmonisa Permasalahan Harmonisa pada Transformator...

Penyearah (rectifier) Permasalahan yang ditimbulkan oleh harmonisa Permasalahan Harmonisa pada Transformator... DAFTAR ISI Sampul Depan... i Sampul Dalam... ii Lembar Pernyataan Orisinalitas... iii Halaman Persyaratan Gelar... iv Lembar Pengesahan... v Ucapan Terima Kasih... vi Abstrak... vii Daftar Isi... ix Daftar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan. 33 BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resistor, kapasitor ataupun op-amp untuk menghasilkan rangkaian filter. Filter analog

BAB I PENDAHULUAN. resistor, kapasitor ataupun op-amp untuk menghasilkan rangkaian filter. Filter analog BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filter merupakan suatu perangkat yang menghilangkan bagian dari sinyal yang tidak di inginkan. Filter digunakan untuk menglewatkan atau meredam sinyal yang di inginkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya. BAB II LANDASAN TEORI Di bab ini, akan dijelaskan komponen-komponen utama yang digunakan untuk merancang pembuatan suatu prototype kwh meter digital dengan menggunakan sensor ACS712 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 47 BAB IV PENGUJIAN ALAT Dalam bab ini akan menguraikan persiapan komponen-komponen dan peralatan yang digunakan serta langkah-langkah praktek, kemudian menyiapkan data hasil pengukuran dari pengujian

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS 4.1 Perancangan UPS 4.1.1 Menghitung Kapasitas UPS Uninterruptible Power Supply merupakan sumber energi cadangan yang sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hingga kini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Energi pertama kali dicetuskan oleh

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perancangan sistem pemanasan air menggunakan SCADA software dengan Wonderware InTouch yang terdiri dari perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

DAFTAR SINGKATAN. : Bahan Bakar Minyak : Programmable Logic Controller :Tarif Dasar Listrik :Kilo Watt Hour

DAFTAR SINGKATAN. : Bahan Bakar Minyak : Programmable Logic Controller :Tarif Dasar Listrik :Kilo Watt Hour DAFTAR SINGKATAN BBM PLC TDL KWh : Bahan Bakar Minyak : Programmable Logic Controller :Tarif Dasar Listrik :Kilo Watt Hour xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Oleh: Oki Andrean No. BP Melda Latif, MT NIP

Tugas Akhir. Oleh: Oki Andrean No. BP Melda Latif, MT NIP Tugas Akhir Analisa Perancangan Prototipe Microbial Fuel Cell Tipe Seri, Paralel dan Seri- Paralel dengan Pemanfaatan Bakteri Escherichia Coli Sebagai Sumber Energi Terbaharukan Oleh: Oki Andrean No. BP.

Lebih terperinci

Aplikasi Teknik Sputtering Untuk Deposisi Katalis Pada Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell

Aplikasi Teknik Sputtering Untuk Deposisi Katalis Pada Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 28 Surabaya, 5 November 28 Aplikasi Teknik Sputtering Untuk Deposisi Katalis Pada Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell M. Nadrul Jamal, Widodo W. Purwanto, Bono

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA BATERAI (BAT)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA BATERAI (BAT) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA BATERAI (BAT) Disusun oleh: Jeffrey Pradipta Wijana Robby Sukma Dharmawan Dr. Isdiriayani Nurdin Hary Devianto, Ph.D Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Termoelektrik merupakan material yang terbuat dari semikonduktor yang salah satu kegunaannya untuk keperluan pembangkit tenaga listrik. Material semikonduktor dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi dunia semakin meningkat sedangkan bahan bakar fosil dipilih sebagai energi utama pemenuh kebutuhan, namun bahan bakar ini tidak ramah lingkungan

Lebih terperinci

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) Tri Prasetya F. Ir. Yahya C A, MT. 2 Suhariningsih, S.ST MT. 3 Mahasiswa Jurusan Elektro Industri, Dosen Pembimbing 2 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Sistem Kontrol Produk Gas Metana pada Digester Tipe Fixed Dome

Sistem Kontrol Produk Gas Metana pada Digester Tipe Fixed Dome Sistem Kontrol Produk Gas Metana pada Digester Tipe Fixed Dome Rizqi Rahmawan Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik - Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia email : rizqirahm@gmail.com Abstrak Teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Oxyhydrogen (HHO) HHO atau yang juga dikenal dengan nama oxyhydrogen adalah teknologi yang sengaja dibuat open source tanpa paten. Strategi ini dibuat oleh sang penemu

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTAR CELL ELEKTRODA TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO TIPE DRY CELL

PENGARUH JARAK ANTAR CELL ELEKTRODA TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO TIPE DRY CELL Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGARUH JARAK ANTAR CELL ELEKTRODA TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO TIPE DRY CELL THE EFFECT OF ELECTRODE CELL DISTANCE ON PERFORMANCE OF DRY CELL TYPE HHO GENERATOR Adhes

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 62 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Umum Untuk mengetahui apakah suatu program yang telah dibuat dapat berjalan sesuai dengan fungsinya, maka dilakukan pengujian. Pengujian ini dilakukan langsung pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

LAMPIRAN II PERHITUNGAN LAMPIRAN II PERHITUNGAN 1. Menghitung jumlah KOH yang dibutuhkan Konsentrasi KOH Volume Elektrolit Berat Molekul KOH Maka, gram KOH gram KOH : 1.25 M : 12 Liter : 56. 11 gram = M x V x BM (Sumber : Kimia

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai perencanaan dalam pembuatan alat. Penulis membuat rancangan secara blok diagram sebagai pembahasan awal. 3.1 Perencanaan Secara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar merupakan masalah yang sering terjadi dan umum di Indonesia. Masalah ini adalah salah satu masalah yang berdampak pada masyarakat, karena permintaan

Lebih terperinci

Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data. Adi Tomi TE Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS

Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data. Adi Tomi TE Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data nirkabel Adi Tomi 2206100721 TE 091399 Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS LATAR BELAKANG Pengukuran kadar keasaman (ph) dan suhu

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul. Lembar Pengesahan Pembimbing. Lembar Pernyataan Keaslian. Lembar Pengesahan Penguji. Halaman Persembahan.

DAFTAR ISI. Halaman Judul. Lembar Pengesahan Pembimbing. Lembar Pernyataan Keaslian. Lembar Pengesahan Penguji. Halaman Persembahan. xi DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar Pengesahan Pembimbing Lembar Pernyataan Keaslian Lembar Pengesahan Penguji Halaman Persembahan Halaman Motto Kata Pengantar Abstraksi Daftar Isi Daftar Gambar Daftar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB II LANDASAN SISTEM BAB II LANDASAN SISTEM Berikut adalah penjabaran mengenai sistem yang dibuat dan teori-teori ilmiah yang mendukung sehingga dapat terealisasi dengan baik. Pada latar belakang penulisan sudah dituliskan

Lebih terperinci

Click to edit Master text styles

Click to edit Master text styles DESAIN DAN SIMULASI PENGONTROLAN DAYA AKTIF DAN REAKTIF INVERTER Click 3 to FASA edit MENGGUNAKAN Master text PQ styles CONTROLLER PADA SISTEM PEMBANGKIT Second level TERSEBAR MULTIPLE PROTON EXCHANGE

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBEBANAN PADA KELUARAN FUEL CELL JENIS PEMFC UNTUK OPTIMALISASI INVERTER DC-AC

MANAJEMEN PEMBEBANAN PADA KELUARAN FUEL CELL JENIS PEMFC UNTUK OPTIMALISASI INVERTER DC-AC Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 115-122 ISSN 1978-2365 MANAJEMEN PEMBEBANAN PADA KELUARAN FUEL CELL JENIS PEMFC UNTUK OPTIMALISASI INVERTER DC-AC LOADING MANAGEMENT

Lebih terperinci