Frozen Vegetables. Market Brief. ITPC Osaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Frozen Vegetables. Market Brief. ITPC Osaka"

Transkripsi

1 Frozen Vegetables 2013 Market Brief ITPC Osaka

2 Daftar Isi Kata Pengantar 3 Peta Jepang 4 I. Pendahuluan 5 1. Pemilihan Negara 5 2. Pemilihan Produk 5 3. Profil Jepang 6 II. Potensi Pasar Jepang Ekspor Impor Sayur Beku Jepang - Dunia Potensi Pasar Ekspor Sayur Beku di Jepang Kebijakan Impor Sayur Beku di Jepang Saluran Distribusi Sayur Beku di Jepang 12 III. Peluang dan Strategi Peluang Strategi 29 IV. Informasi Penting TPO dan/atau Kedutaan Negara Jepang di Indonesia Kamar Dagang Jepang Asosiasi Sayur Beku di Jepang Daftar Pameran Sayur Beku di Jepang Perwakilan Indonesia di Jepang Daftar Importir Sayur Beku di Jepang 37 Referensi 38 1

3 Daftar Tabel dan Gambar Tabel 1. Klasifikasi Sayuran Segar dan Sayuran Beku Berdasarkan No. HS 10 Tabel 2. Tren Produksi dan Konsumsi Sayuran di Jepang 11 Tabel 3. Volume dan Nilai Impor Sayur Beku di Jepang 14 Tabel 4. Volume dan Nilai Impor Sayur Beku di Jepang dari tahun Tabel 5. Negara Pengekspor Sayuran Beku ke Jepang per Kategori Sayuran 16 Beku tahun 2005 Tabel 6. Impor Sayuran Beku dari Negara ASEAN berdasarkan kategori 17 Tabel 7. Total Ekspor dan Impor Sayur Segar dan Sayur Beku di Jepang 18 Tabel 8 dan Tabel 9. Shipments of Leading Domestic Vegetable 18 Tabel 10. Kebijakan Tarif untuk Negara ASEAN 22 Tabel 11. Kebijakan Tarif untuk Sayur Beku 22 Tabel 12. Pelabelan Produk Makanan di Jepang 25 Gambar 1. Peta Negara Jepang berdasarkan Pembagian Wilayah 4 Gambar 2. Populasi yang didasarkan pada usia dan jenis kelamin di Jepang 7 tahun 2010 Gambar 3. Populasi di Jepang didasarkan pada kota-kota di Jepang 7 Gambar 4. Saluran Distribusi Sayuran Segar dan Sayuran Beku di jepang 13 Gambar 5. Trend di dalam Pemasaran Impor Sayuran Beku di Jepang 14 Gambar 6. Volume dan Nilai Impor Sayur Beku di Jepang tahun Gambar 7. Sayuran Beku Impor dari Negara ASEAN Berdasarkan Kategori 16 Gambar 8. Prosedur Hukum Perlindungan Tanaman 19 Gambar 9. Skema Perkapalan dan Karantina Produk Sayuran di Jepang 20 Gambar 10. Skema Inspeksi dan Sistem Sertifikasi untuk Produk Agrikultur dan 26 Produk Terproses Agrikultur 2

4 KATA PENGANTAR ITPC Osaka mengucapkan puji syukur pada hadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah dapat menyelesaikan Market Brief: HS 0710 Frozen Vegetables untuk Edisi pada bulan Pebruari 2013 ini. Market brief (MB) merupakan kajian singkat yang memberikan gambaran kondisi dan potensi pasar komoditi Frozen Vegetables di Jepang. Adapun isi dari MB ini dibuat berdasarkan acuan Outline Market Intelligence dan Market Brief yang disampaikan kepada seluruh Perwakilan Luar Negeri Kementerian Perdagangan tanggal 8 Maret 2011 di Hotel Borobudur, Jakarta. Selain merupakan bagian dari tugas dan fungsi perwakilan luar negeri, MB disusun untuk memberikan informasi terkini mengenai pasar suatu komoditi, peraturan impor di negara akreditasi setempat, potensi pasar, negara pesaing, strategi penetrasi pasar dan informasi penting lainnya. Sehingga diharapkan secara tidak langsung MB ini dapat menjadi informasi pendukung dalam meningkatkan keunggulan komoditi Frozen Vegetables Indonesia yang bersaing di pasar Jepang. Akhir kata ITPC Osaka mengharapkan kiranya informasi dalam MB ini dapat bermanfaat bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan dan para pelaku usaha dalam menentukan strategi eskpor ke negara Jepang. Osaka, Pebruari

5 PETA JEPANG Luas daratan Jepang km2, yaitu 1/25 dari luas Amerika Serikat (bandingkan dengan luas daratan Indonesia km2). Jepang berbatasan dengan Rusia di sebelah barat, Korea Utara dan Korea Selatan di bagian selatan dan China di bagian barat daya. Empat pulau utama adalah Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. 4

6 BAB I. PENDAHULUAN 1. Pemilihan Negara Jepang sebagai Negara mitra dagang yang strategis bagi Indonesia, dikarenakan Jepang menduduki peringkat pertama sebagai tujuan ekspor non migas Indonesia dan urutan kedua sebagai Negara asal impor non migas setelah China. Pada periode Januari November 2011, menurut data yang diperoleh dari kementerian perdagangan RI, bahwa Selama periode Januari-Nopember 2011 neraca perdagangan Jepang dengan Indonesia surplus bagi Indonesia sebesar US$ 15,02 miliar, meningkat 14,25% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar US$ 13,15 miliar. Total perdagangan periode Januari-Nopember 2011 tercatat sebesar US$ 46,94 miliar, atau meningkat 11,83% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar US$ 41,98 miliar. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor Jepang ke Indonesia sebesar US$ 15,96 miliar, atau meningkat 10,72% dibanding periode yang sama tahun 2010, yaitu sebesar US$ 14,41 miliar, dan impor Jepang dari Indonesia sebesar US$ 30,98 miliar, atau meningkat sebesar 12,40% dibanding periode yang sama tahun 2010, sebesar US$ 27,56 miliar. Berdasarkan data statistic Japan Customs, menyatakan bahwa nilai ekspor non migas Jepang ke Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar US $ 15,84 milyar dan impor non migas Jepang dari Indonesia sebesar US $ 18,32 milyar, sehingga Jepang mengalami deficit sebesar US $2,48 milyar. Produk ekspor non migas utama Indonesia ke Jepang adalah (1) copper ores and concentrates; (2) coal;briquettes;avoid and similar solid fuels manufactured from coal; (3) nickel; (4) natural rubber, (5) refined copper and copper alloys; (6) plywood; (7) paper and paperboard, uncoated, for writing; (8) insulated wire, cable and other insulated electrical conductors; (9) crustaceans, live, fresh, chilled, frozen dan (10) unwrought almunium. (kemendag) Sedangkan untuk produk dari Jepang, Indonesia mengimpor beberapa produk yaitu (1) incompletely knocked down motor vehicles; (2) part accessories of motor vehicles; (3) selfpropelled bulldozers, angledozers; (4) parts, suitable for use solely or principally with the engines; (5) motor vehicles for the transport of goods; (6) transmission shafts and cranks;bearing housings; (7) flat-rolled products of iron on non-alloy steel; (8) refined copper and copper alloys; (9) tubes, pipes and hollow profiles, seamless of iron dan (10) parts, suitable for use solely or principally with the machinery. (kemendag) 2. Pemilihan Produk Kebutuhan untuk sayuran beku yang diproses menjadi bentuk yang mudah digunakan bagi pengguna yang stabil, dari segi komoditas pangan industri jasa, karena permintaan untuk hidangan disiapkan dan pengolahan bahan baku primer meningkat, sayuran beku pasar secara 5

7 keseluruhan sedang berkembang. Konsumsi sayuran beku dalam rumah tangga secara umum meningkat sebagai akibat dari preservability tinggi dibandingkan dengan sayuran segar, persiapan mudah, dan kemampuan untuk menggunakan sejumlah kecil. 3. Profil Jepang a. Geografi Berdasarkan kondisi geografis Jepang, Jepang terdiri dari 47 perfektur yang dikelompokkan menjadi 9 kawasan yaitu Hokkaido, Tohoku, Kanto,Chubu, Kinki, Chugoku,Shikoku, Kyushu dan Okinawa. Sedangkan kota utama Jepang yaitu Tokyo, Osaka, Kobe, Kyoto, Sapporo,Sendai, Nagoya, Hiroshima dan Fukuoka. b. Pemerintahan Jepang merupakan negara constitutional monarchy dimana kekuasaan Kaisar sangat terbatas. Disini Kaisar hanya sebagai simbol negara dan persatuan dabgi rakyat Jepang. Kekuasaan tertinggi pemerintahan terletak pada Perdana Menteri. Sedangkan untuk badan legislatif di Jepang adalah adalah National Diet yang terdiri dari House of Representatives dan House of Councillors. c. Demografi Populasi penduduk Jepang per 1 Oktober 2010 mencapai jiwa. Data ini relatif stabil, meningkat 0.2% dari data tahun 2005, atau mengalami peningkatan 0.05% secara anual. Angka ini merupakan peningkatan yang terendah sejak sensus penduduk dimulai pada tahun Berdasarkan kategori jenis kelamin, populasi penduduk pria berjumlah (48.7% dari total populasi) dan penduduk wanita berjumlah 65,729,615 (51.3%). Populasi penduduk asing yang tinggal di Jepang pada tahun 2010 adalah jiwa, meningkat 5.9% dari tahun Presentase penduduk yang berusia 65 tahun keatas meningkat dari 20.2% ke 23.0%. Populasi penduduk berusia 15 tahun adalah (13.2% dari total populasi), mereka yang berusia tahun berjumlah 63.8% dan mereka yang berusia 65 tahun keatas berjumlah jiwa (23% dari total populasi). Populasi berusia 15 tahun berkurang sebanyak jiwa (4.1%) dari tahun 2005, dan mereka yang berusia tahun menurun sebanyak jiwa (3.6 %). Populasi mereka yang berusia 65 tahun keatas meningkat sebanyak jiwa (13.9%). Persentasi penduduk yang berusia 65 tahun keatas di Jepang merupakan tertinggi di dunia. 6

8 Gambar 2: Populasi yang didasarkan pada usia dan jenis kelamin di Jepang tahun 2010 Source: Statistics Bureau of Japan (2010 Japan Census) Populasi terbesar adalah sepanjang pesisir Pasifik di mana cuaca ringan dengan fasilitas transportasi dan industri yang sangat berkembang. Bahkan,sekitar 70% dari penduduk tinggal di dataran pantai antara Tokyo dan bagian utara Kyushu. Hal ini mengakibatkan majunya industrialisasi disertai dengan pergeseran penduduk ke arah kota-kota besar dan ditandai penurunan populasi di daerah pertanian. Gambar 3: populasi di Jepang didasarkan pada kota-kota di Jepang Source: Statistics Bureau of Japan (2010 Japan Census) Tokyo menduduki peringkat pertama dalam peningkatan populasi (4.6%), disusul oleh Kanagawa-ken (2.9%) dan Chiba-ken (2.6%). Tercatat 9 prefektur mengalami peningkatan populasi sejak tahun 2005 hingga

9 Jumlah rumah tangga yang beranggotakan 1 orang berjumlah , merupakan kategori terbesar dalam pembagian populasi Jepang berdasarkan jumlah keluarga dalam satu rumah tangga. Jumlah total rumah tangga di Jepang sebanyak per 1 Oktober Jumlah rumah tangga yang beranggotakan 3 orang dan kurang dari 3 orang meningkat, sedangkan jumlah rumah tangga yang beranggotakan 4 orang keatas menurun. Penduduk yang berusia 65 tahun keatas 1 per 10 pria hidup sendiri sedangkan 1 per 5 wanita hidup seorang diri. Jumlah persentasi penduduk berusia 65 tahun keatas dan tinggal sendiri meningkat. Sebesar 11.1% untuk pria dan 20.3% untuk wanita. Pada tahun 2006, tingkat harapan hidup di Jepang adalah 81,25 tahun, dan merupakan salah satu tingkat harapan hidup tertinggi di dunia. Namun populasi Jepang dengan cepat menua sebagai dampak dari ledakan kelahiran pascaperang diikuti dengan penurunan tingkat kelahiran. Masyarakat Jepang homogen dalam etnis, budaya dan bahasa, dengan sedikit populasi pekerja asing. Di antara sedikit penduduk minoritas di Jepang terdapat orang Korea Zainichi, Cina Zainichi, orang Filipina, orang Brazil-Jepang, dan orang Peru-Jepang. Pada 2003, ada sekitar orang Barat yang menjadi ekspatriat di Jepang. Perubahan dalam struktur demografi menyebabkan sejumlah masalah sosial, terutama kecenderungan menurunnya populasi angkatan kerja dan meningkatnya biaya jaminan sosial seperti uang pensiun. Masalah lain termasuk meningkatkan generasi muda yang memilih untuk tidak menikah atau memiliki keluarga ketika dewasa d. Infrastruktur Berdasarkan data tahun 2008, sebanyak 46,4 % energy di Jepang berasal dari minyak bumi, 21,4 % batu bara,16,7 % gas alam, 9,7 % tenaga nuklir,dan 2,9% tenaga air. Sebesar 25,1 % listrik jepang dipasok oleh tenaga nuklir. Transportasi utama di jepang adalah kereta yang sangat tepat waktu dan aman bagi konsumen. Jepang memiliki 173 bandara, untuk penerbanan domestik terbesar adalah Haneda airport, dan untuk penerbangan internasional adalah Narita International Airport, Kansai International Airport,dan Chubu Centrair International Airport dan untuk pelabuhan terbesarnya adalah Nagoya Airport. e. Ekonomi Jepang adalah salah satu dari tiga negara dunia dengan ekonomi terbesar serta termaju didunia. Berdasarkan survei banyak lembaga internasional, ekonomi Jepang adalah ekonomi terbesar kedua di Asia (Dibawah China) dan ketiga didunia (Selain AS dan China). Jepang selama ini dikenal sebagai negara yang inovatif dan kreatif serta memiliki semangat berkarya yang tinggi sehingga walaupun bangsa mereka bukan bangsa 8

10 penemu mereka mampu menciptakan berbagai penemuan-penemuan terpenting dalam sejarah dunia. Faktor-faktor yang mendorong keberhasilan dan kemajuan Jepang ialah karena Jepang memiliki kultur dan watak penduduk yang mau bekerja keras, pantang menyerah, berjiwa wirausahawan sejati, berani dan sangat berdisiplin. Data dari PBB ditahun 2011, Jepang memiliki GDP perkapita $37,039 dan GNP perkapita $30.455, dengan demikian Jepang berada diurutan ke 21 negara dengan GDP dan GNP perkapita terbesar didunia. Ekonomi Jepang adalah ekonomi no.3 yang tercepat sepanjang sejarah modern umat manusia selain ekonomi Korea Selatan dan China. Tonggak kebangkitan dan kemajuan ekonomi Jepang dimulai sesaat setelah Jepang dikalahkan Sekutu dalam perang Dunia ke-2. Saat kota-kota dan ekonomi yang pernah dibangun Jepang sebelum 1945 hancur, bangsa Jepang membangun negaranya hanya dengan modal dengkul ditambah semangat kerja, etos kerja dan kedisiplinan. Tak perlu waktu yang lama, mereka mampu membangun kembali ekonomi dan negerinya menjadi salah satu yang raksasa ekonomi global. Ekonomi Jepang yang bertumbuh dengan cepat, dalam sekejap telah mampu menembus pasar internasional sekaligus menumpas pameo lama produk Jepang enak dipandang, cepat dibuang. Sejak akhir tahun 1950-an produk-produk manufaktur Jepang telah menyaingi produk-produk manufaktur AS dan negara-negara Eropa sehingga dibeberapa negara terjadi anti-jepang dan pelarangan produk-produk Jepang. Meskipun begitu, Jepang tetap percaya diri dan membuktikan bahwa bangsa mereka adalah yang unggul. Walaupun Jepang negara maju, negara ini tidak melupakan bidang usaha lain seperti pertanian, perikanan dan peternakan. Pertanian di Jepang tergolong maju dan menerapkan intensifikasi pertanian, sehingga walaupun luas wilayah Jepang yang dijadikan lahan pertanian kurang dari 15 % Jepang dapat berswasembada memenuhi kebutuhan domestiknya. 9

11 BAB II. POTENSI PASAR JEPANG 1. Konsumsi Fresh and Frozen Vegetables di Jepang Kondisi pasar Jepang untuk fresh vegetables dan frozen vegetables dilihat dari klasifikasinya dan no. HS nya adalah sebagai berikut: Tabel 1. Klasifikasi sayuran segar dan sayuran beku berdasarkan no.hs Sampai sekitar tahun 1990, konsumsi sayuran di Jepang telah stabil berfluktuasi sekitar 110 kg per orang per tahun, meskipun pasca-1990-an, kecenderungan terlihat meningkat pada sayuran hijau dan kuning, konsumsi sayuran secara keseluruhan kecenderungan menurun. Konsumsi tahunan per orang tahun 1990 adalah 107,8 kg, dan 96,2 kg pada tahun 2005 atau turun sekitar 10% dalam 15 tahun. Sebagian alasan-alasannya adalah sebagai berikut 1 penurunan konsumsi sayuran berat yang sering digunakan dalam makanan Jepang, seperti kubis Cina dan lobak, sebagai akibat dari perkembangan lebih lanjut dari westernisasi diet, 2 penurunan peluang memasak sayuran sebagai akibat dari perkembangan diet lebih nyaman, dan 3 berkembangnya pola makan menuju diet eksternal, seperti makan di luar (makan di luar rumah) dan pengganti masakan (menggunakan produk makanan instant) di mana proporsi sayuran kecil. Selanjutnya, dibandingkan dengan proporsi penurunan konsumsi, dapat dipahami bahwa sejak proporsi penurunan produksi dalam negeri lebih besar, perbedaan ini dikompensasi oleh impor. 10

12 Tabel 2. Tren produksi dan konsumsi sayuran di Jepang (source:marketing Guide for ASEAN exporters to Japan) Menurut sebuah studi oleh Asosiasi Makanan Beku di Jepang, konsumsi sayuran beku pada tahun 2005 adalah ton, meskipun itu adalah struktur di mana hampir 90% dari total konsumsi bergantung pada impor. Untuk sayuran beku yang diproduksi di dalam negeri, volume produksi kentang Hokkaido, labu, dan sejenisnya cukup signifikan dan menyumbang 80% atau lebih sayuran beku yang diproduksi di dalam negeri. Selain itu, komoditas menjadi lebih beragam adanya produksi sayuran berdaun, seperti produksi bayam Kyushu. Dalam hal volume, peningkatan produksi komoditas bayam, labu, dan sejenisnya terlihat signifikan. Sehubungan dengan konsumsi rumah tangga, talas, bayam, brokoli, kedelai hijau, dan sejenisnya merupakan sayuran beku dengan frekuensi penggunaan yang tinggi, dan dapat dilihat bahwa ada kecenderungan konsumen saat ini untuk tidak menggunakan sayuran segar yang persiapan yang merepotkan, sehingga produk beku digunakan. Untuk memproduksi sayuran beku, penting untuk melakukan penyimpanan dan pembekuan sehingga kesegaran sayuran pada saat panen dapat diawetkan, serta gizi dan rasa dapat dipertahankan sebanyak mungkin. Dengan demikian, karena sifat yang dimiliki oleh sayuran bahan baku tersebut, terdapat antisipasi yang sangat besar terhadap pemasok bahan baku untuk mempertahankan kualitas produk. Di Jepang, tenaga kerja dan pemasokan bahan baku merupakan hasil "kemitraan kerja outsourcing" dengan format bisnis sebagai berikut: perusahaan produksi pertanian menerima pasokan pertanian dari pertanian dan peternakan yang dipercayakan untuk membajak untuk menabur, kemudian bisnis mengambil alih pemantauan pertumbuhan dan panen, lalu bisnis mengambil kendali dari produksi untuk pembuatan produk akhir. Sayuran beku merupakan makanan penting yang diperlukan dari diversifikasi makanan saat ini karena preservability tinggi dan persiapan yang nyaman, sehingga permintaan untuk komoditas konsumsi bisnis dan rumah tangga diperkirakan stabil berfluktuasi. Dalam hal volume produksi dalam negeri dari sayuran beku, meskipun ada permintaan tetap karena kebutuhan orientasi diproduksi di dalam negeri, karena persaingan dengan produk impor dari segi harga, peningkatan besar dianggap sulit. Akibatnya, produsen Jepang mendirikan basis produksi di 11

13 negara-negara tetangga di Asia, seperti China, Vietnam dan Thailand. Dengan demikian struktur pasokan yang stabil dari sayuran beku sedang dibangun. 2. Sistem Distribusi dan Praktek Usaha Sayur Beku di Jepang Berkaitan dengan perilaku pembelian produk makanan dari konsumen Jepang, meskipun tren penurunan dapat diamati melalui frekuensi belanja dalam beberapa tahun terakhir, masih ada kecenderungan yang kuat dalam kenyamanan belanja. Selanjutnya, di samping konsumsi kecil dari sejumlah komoditas, dapat dilihat bahwa selain konsumen menempatkan harga sebagai faktor yang penting dalam pembelian, ada kecenderungan kuat dari konsumen untuk peningkatan kesehatan dan keselamatan dalam mengkonsumsi makanan. Produk industri makanan Jepang ritel terdiri dari banyak toko-toko ritel berskala kecil, yang menjual berbagai jenis sayuran, sedangkan toko daging biasanya khusus tersendiri. Hal ini mencerminkan perilaku konsumen yang mengedepankan "frekuensi tinggi, belanja nyaman", dalam pengertian konsumen berbelanja dalam frekuensi yang sering namun tetap memprioritaskan kenyamanan dalam berbelanja. Dalam rangka untuk mengumpulkan hasil dari "komoditas tunggal massal" dari banyak produsen dan lancar mendistribusikan komoditas sehubungan dengan pengecer produk pangan banyak seperti nasional, pasar grosir (bisnis grosir, usaha grosir intermediate) telah menjadi pusat distribusi di menganggap dengan distribusi produk makanan segar. Revisi UU Pasar Grosir dilakukan pada Juni 2004 sehubungan dengan pasar grosir, dan konversi ke sistem distribusi "aman dan aman" dan "efisien" yang dapat merespon harapan dari kedua belah pihak produksi dan konsumsi, sedang dicoba. Selanjutnya, sebagai tanggapan terhadap keselamatan dan keamanan konsumen, distributor produk makanan merasa merupakan suatu keharusan untuk memberikan informasi mengenai produk makanan, dan pengenalan sistem ketertelusuran mengalami kemajuan. Menurut temuan dari Departemen Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, pada Januari 2006, bisnis yang telah memperkenalkan sistem traceability pada semua produk makanan atau sebagian produk makanan yang mereka berurusan dengan (catatan) terdiri dari 37,9% dari produksi produk pangan industri, 36,8% dari produk pangan grosir industri, dan 35,8% dari industri produk makanan ritel. Dalam kasus sayuran beku, hampir tidak ada kasus-kasus di mana mereka diperdagangkan di pasar grosir. Rute distribusi dasar untuk impor adalah melalui perusahaan dagang, sedangkan penerimaan oleh pengecer atau pengguna bisnis dari dalam negeri. Produsen makanan beku melalui toko grosir, cara yang sama seperti sayuran beku diproduksi di dalam negeri dan makanan beku lainnya. Selain itu, impor dan distribusi pola yang tidak melewati satu tahap peralihan distribusi dapat diamati, seperti kasus di mana produsen makanan beku langsung mengimpor, atau merchandiser massa langsung mengimpor komoditas sebagai bahan baku makanan olahan. Saat ini, pengemasan domestik (pengemasan ulang diarahkan pada pengguna akhir) tidak sering dilakukan. Untuk lebih jelasnya mengenai saluran distribusi produk sayuran segar dan sayuran beku bisa dilihat pada gambar berikut. 12

14 Gambar 4: Saluran distribusi sayuran segar dan sayuran beku di Jepang 3. Potensi Pasar Ekspor Sayur Beku di Jepang Sayuran beku meningkat lebih cepat daripada sayuran segar dalam impor skala besar sejak awal 1990-an. Pangsa impor dalam hal sayuran beku sangat tinggi, dan sekitar 90% dicatat oleh komoditas impor. Sejak "eksternal diet" telah berkembang, seperti makanan cepat saji dan restoran keluarga, terdapat peningkatan permintaan dari rumah tangga biasa, seperti konsumsi skala kecil oleh generasi muda dan konsumsi rumah tangga sebesar milliar dengan volume melebihi ton pada tahun 2001 untuk impor sayuran beku. Namun, pada musim semi 2002, terdeteksi sisa bahan kimia pertanian dari China melebihi nilai standar kesehatan. Produk yang terkait adalah bayam beku. Sehingga terdapat efek dalam pengendalian impor yang menyebabkan penurunan citra Cina untuk produksi sayuran beku pada umumnya, dan kedelai hijau beku, sehingga menyebabkan penurunan volume impor. Kasus ini telah meningkatkan kekhawatiran mengenai keamanan produk makanan yang diimpor secara umum di Jepang. 13

15 Gambar 5: Trend di dalam pemasaran impor sayuran beku di Jepang Pada tahun 2005, impor sayuran beku sebesar milliar (naik 7,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya), dan ton (3,2% meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya), dan telah kembali meningkat sekitar tahun 2001 sebagian karena pemulihan impor dari China. Bila diamati per komoditas, kentang, yang memiliki impor tertinggi, telah mempertahankan volume impor stabil meskipun sedikit menurun pada tahun 2003, dan pada tahun 2005, 29,24 milliar (6,7% meningkat dibandingkan tahun sebelumnya), dan ton (4,7 meningkat% dibandingkan dengan tahun sebelumnya). Kedelai hijau 11,97 milliar (0,8% meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya), dan jagung manis 63,7 milliar (0.3% peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya), sedikit meningkat, meskipun talas sebesar 4,83 miliar yen ( 0,9% menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya) berada dalam tren menurun. Bayam telah sangat meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 3,28 miliar yen (43,8% meningkat dibandingkan tahun sebelumnya), sebagian karena berkaitan dengan upaya pengendalian impor terhadap China setelah Mei Pengendalian impor terhadap pemerintah China dan kontrol terhadap 18 perusahaan yang terdaftar dicabut dengan hormat pada Agustus Tabel 3: Volume dan nilai impor sayur beku di Jepang 14

16 4. Ekspor Impor Sayur Beku Jepang Para eksportir utama sayuran beku ke Jepang adalah Cina (46,6% pangsa nilai moneter) dan Amerika Serikat (27,6%). China telah menyusul Amerika Serikat pada nilai moneter dan volume sejak tahun 2000, dan pada tahun ,84 juta (46,6%), ton (43,9%), dan berbagai komoditas, seperti talas (99,4%), kedelai hijau (38,8%), bayam (51,6%). Meskipun impor dari Amerika Serikat, yang dalam tren menurun, secara volume dan nilai moneter meningkat pada tahun 2005, mereka adalah 29,5 milliar (27,6%), ton (34,1%), dengan demikian perbedaan dengan China mulai melebar. Komoditas pusat adalah, kentang untuk kentang goreng ( 22,67 milliar dengan saham 77,6%), jagung (64,8%). Bagian tempat ketiga ke bawah, yaitu Thailand, Taiwan, dan Kanada, adalah sekitar 5% dan mereka telah menyaingi satu sama lain dalam beberapa tahun terakhir, meskipun impor dari Thailand telah menunjukkan peningkatan yang mulus. Dalam hal impor dari ASEAN, meskipun kedelai hijau adalah komoditas utama, komoditas seperti jagung dan bayam, yang telah meningkat pesat. Pada tahun 2005, impor sayuran beku dari ASEAN adalah 88,2 milliar (8,3%), ton (6,0%) walaupun tidak besar namun meningkat secara perlahan. Gambar 6: Volume dan nilai impor sayur beku di Jepang dari tahun Tabel 4: Volume dan nilai impor sayur beku di Jepang dari tahun

17 Tabel 5: Negara pengekspor sayuran beku ke Jepang per kategori sayuran beku tahun 2005 Bahkan ketika volume impor sayuran beku menurun pada tahun 2003, volume impor dari ASEAN, yang juga memiliki aspek menjadi pengganti untuk China, menunjukkan peningkatan. Berkaitan dengan impor kedelai hijau, tiga negara Thailand, Indonesia, dan Vietnam, memiliki nilai 21,8% (lihat Tabel 4). Selanjutnya, sehubungan dengan bayam, produsen makanan Jepang beku memindahkan pabrik produksi mereka dari China ke Vietnam dan Thailand, sebagai akibat dari kontrol impor karena masalah kimia sisa pertanian tahun Gambar 7. Sayuran beku impor dari negara ASEAN berdasarkan kategori 16

18 Di Jepang, "List untuk sisa bahan kimia pertanian dalam produk makanan" yang diberlakukan sebagai 29 Mei 2006, dan peraturan tentang bahan kimia pertanian residu diperkuat. Setelah terjadi penurunan yang sangat signifikan dari volume impor sayuran yang diproduksi di Cina, ada gerakan oleh supermarket dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada China dengan meningkatkan pengadaan dari Asia Tenggara, hal ini dilakukan juga untuk menyebar risiko stocking. Selanjutnya, bahkan dalam kasus mengimpor komoditas yang diproduksi di Cina, gerakan untuk mengamankan keamanan dengan menetapkan standar yang independen, seperti pengaturan metode kimia manajemen pertanian dan mempercepat diberlakukannya bimbingan produksi. Tabel 6. Impor sayuran beku dari negara ASEAN berdasarkan kategori 17

19 Berdasarkan temuan dari Frozen Foods Association Jepang, volume produksi dalam negeri dari sayuran beku pada tahun 2005 adalah ton. Dalam hal bayam, meskipun volume produksi telah jatuh ke ton pada tahun 2001, dengan efek seperti permintaan pengganti yang timbul dari kontrol impor produk yang dihasilkan China, telah meningkat menjadi ton. Selain itu, meskipun wortel (meningkat 35,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya), labu (meningkat 7,3% dibanding tahun sebelumnya), talas (meningkat 3,9% dibanding tahun sebelumnya), dan sejenisnya, telah meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tidak ada perubahan dalam struktur dalam mayoritas pasar tergantung pada produk impor, dan pada tahun 2005, pangsa produk impor berada pada 89,5% (tinggi). Tabel 7. Total ekspor dan impor sayur segar dan sayur beku di Jepang Dari data total ekspor dan impor sayur segar dan sayur beku di Jepang, dapat dilihat bahwa bagian terbesar dari produksi sayur segar adalah dari produksi dalam negeri sedangkan sebaliknya produksi sayur beku bagian terbesar (90.3%) dari impor. Produk yang menjadi andalan dari sayuran beku antara lain adalah kentang, labu, kentang olahan (kentang goreng), bayam, jagung dan ubi. Tabel 8 dan Tabel 9. Shipments of leading domestic vegetables 18

20 5. Kebijakan Ekspor Barang ke Jepang Peraturan dan Persyaratan Prosedural pada saat Mengimpor di Jepang adalah sebagai berikut. Sayuran segar dan beku tunduk pada ketentuan di bawah "Hukum Perlindungan Tanaman" dan Hukum sanitasi makanan. Selain itu, mengimpor panen atau barang diproses tanpa izin dari pemegang hak yang memiliki hak peternak mengenai keturunan terdaftar dilarang sebagai suatu prinsip yang didasarkan pada "Hukum Bibit", dan akan dikenai tindakan pencegahan yang diambil. 1) Hukum Perlindungan Tanaman Dalam rangka untuk mencegah masuknya serangga busuk dan berbahaya, ke Jepang prosedur karantina tumbuhan diperlukan untuk impor sayuran segar dan beku. Untuk itu, hanya pelabuhan laut tertentu dan bandara dilengkapi dengan fasilitas karantina yang memadai ditunjuk sebagai pelabuhan masuk. Setibanya kargo di pelabuhan importir masuknya sayuran segar dan beku harus segera menyerahkan Stasiun Perlindungan Tanaman sebuah "Permohonan Inspeksi Impor Tanaman dan Impor-Dilarang Artikel" bersama dengan "Phytosanitary Certificate" yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang dari negara pengekspor (aplikasi dapat diajukan sampai dengan 7 hari sebelum kedatangan kargo). Setelah pemeriksaan, ketika OPT tidak terdeteksi, " Sertifikat Tumbuhan Karantina" dikeluarkan dan prosedur akan terus berlanjut berdasarkan permintaan resmi UU Sanitasi Pangan. Gambar 8. Prosedur hukum perlindungan tanaman Di bawah Undang-Undang Perlindungan Tanaman, impor tanaman kotor dan tanaman dikirim dari daerah yang dihuni oleh hama yang belum muncul di Jepang (seperti Ceratitis capitata, Leptinotarsa decemlineata, dan ngengat Codling), atau tanaman yang datang melalui daerahdaerah (yang diberikan dalam Peraturan Perlindungan Tanaman Hukum), dilarang. Item dilarang ditentukan sesuai dengan jenis hama, dan dalam kasus di mana sayuran berlaku diimpor ke Jepang akan dikenai tindakan, seperti insinerasi. Pemasaran Panduan untuk Eksportir ASEAN ke Jepang sebagai penelitian eksperimental dan untuk tampilan dimungkinkan untuk impor dengan izin dari Menteri Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dalam kondisi tetap. Selain itu, ada kasus di mana impor diperbolehkan di bawah kondisi sesuai dengan standar, seperti dekontaminasi, sebagaimana ditentukan oleh Menteri Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. 19

21 Dalam hal kentang dan ubi jalar, ada kebutuhan untuk menerima inspeksi karantina untuk pemeriksaan virus dengan kultur untuk jangka waktu tertentu,meskipun bila tumbuhan tersebut berasal dari daerah selain daerah dimana impor dilarang. Sehubungan dengan jahe, okra, dan sejenisnya, inspeksi perkebunan diperlukan tergantung pada daerah, dan tidak diperbolehkan untuk mengimpor produk tanpa melampirkan sertifikat inspeksi tanaman dari instansi pemerintah negara pengekspor yang menunjukkan bahwa hal ini telah dilakukan. Untuk detail lebih lanjut, lihat situs Departemen Pertanian Kehutanan dan Perikanan Stasiun Karantina. Semua sayuran, baik segar dan beku, tunduk pada ketentuan UU Perlindungan Tanaman. Namun, bahkan item impor yang dilarang- dapat diimpor jika dapat dibuktikan bahwa mereka benar-benar beku-kering, benar-benar kering, atau acar atau diproses. Dalam hal ini, importir harus menyerahkan "Phytosanitary Certificate" yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang dari negara pengekspor menegaskan bahwa sayuran beku telah cepat beku dan dipertahankan pada suhu tidak lebih dari -17,8 C (0 F). Jika sayuran bukan merupakan produk impor yang dilarang, importir harus mendapatkan dokumentasi dari produsen menunjukkan bahwa sayuran beku pada suhu -17,8 C (0 F) atau lebih rendah. Jika pembekuan tidak memadai, sayur akan gagal pemeriksaan karantina tumbuhan. 2) Hukum Sanitasi Makanan Semua produk makanan harus diimpor untuk tujuan penjualan dan pemasaran yang tunduk pada prosedur UU Pangan Sanitasi. Para importir harus menyerahkan "Formulir Pemberitahuan untuk Pemasukan Pangan, dll" bersama-sama dengan dokumen lain yang diperlukan sebagai daftar bahan dan bagan proses produksi ketika makanan olahan ini terjadi, ke stasiun karantina di pelabuhan masuk. Setelah pemeriksaan dokumen, ketika produk yang dinilai sebagai tunduk pada inspeksi sanitasi, pemeriksaan akan dilakukan di dalam kawasan berikat dan kemudian keputusan akan dibuat untuk impor. Prosedur sesuai dengan ketentuan UU Sanitasi Makanan ditunjukkan sebagai berikut: Gambar 9. Skema perkapalan dan karantina produk sayuran di Jepang Pada tanggal 29 Mei 2006, sistem daftar baru positif diperkenalkan dan mulai berlaku. Sistem ini menetapkan semua produk makanan, jika terdeteksi pestisida pertanian, aditif pakan, obatobatan hewan ternak untuk tetap di atas tertentu, impor kuantitas dan penjualan produk makanan tersebut pada prinsipnya akan dilarang. Dalam sistem ini, apabila mengakui 20

22 menggunakan pestisida pertanian dan tetap dalam produk, maka tingkat residu maksimum adalah tetap, dan bahan kimia lainnya seragam standar tingkat residu 0.01ppm berlaku (kuantitas dipahami sebagai hampir tidak mempengaruhi kesehatan manusia). Semua produk makanan, termasuk produk makanan olahan, tunduk pada sistem daftar positif, dan tentu saja sayuran segar dan sayuran beku juga tunduk pada sistem. Selain itu, bahkan jika itu adalah produk makanan hasil rekayasa genetika yang diizinkan di luar negeri, impor, penjualan, dan sejenisnya, produk teruji dilarang berdasarkan Undang-Undang Sanitasi Pangan. Dalam hal produk pangan hasil rekayasa genetika dan produk olahannya, pemberitahuan impor adalah wajib. Hal ini diperlukan agar importir mengumpulkan informasi yang cukup terhadap makanan impor untuk mempelajari apakah produk memenuhi persyaratan UU Sanitasi Makanan dalam spesifikasi dan standar. Maka dianjurkan untuk mendapatkan bahan daftar dan grafik proses produksi atau dengan berkonsultasi dengan kantor karantina. Sebelum mengimpor, importir dapat mengambil sampel dari impor yang akan datang ke laboratorium terdaftar di Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan atau instansi pemerintah yang berwenang dari negara pengekspor. Hasil tes dapat menggantikan pemeriksaan yang sesuai di pelabuhan masuk, sehingga mempercepat proses karantina. Selain itu, importir yang ingin mengajukan pemberitahuan mereka dengan komputer dapat memanfaatkan FAINS terkomputerisasi (Makanan Impor Pemberitahuan otomatis dan Sistem Inspeksi Jaringan) untuk memproses impor yang berhubungan dengan dokumentasi. Importir yang memiliki hardware dan software harus mendaftarkan kode keamanan dari Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan untuk mengakses sistem. 6. Kebijakan Tarif dan Pajak untuk Sayur Beku di Jepang Sistem Preferensi Tarif Dalam rangka mengajukan permohonan untuk tingkat tarif istimewa untuk sayuran segar dan beku yang diimpor dari negara-negara perlakuan istimewa, importir harus menyerahkan sertifikat negara asal barang preferensial (Formulir A) yang dikeluarkan oleh pabean atau lembaga penerbit lainnya di negara pengekspor (tidak diperlukan jika nilai kena pajak total pengiriman tidak lebih dari ). Untuk beberapa jenis sayuran segar, tidak diperlukan untuk menyajikan sertifikat negara asal barang preferensial. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Bea dan Tarif Biro, Departemen Keuangan. 21

23 Tabel 10. Kebijakan tarif untuk negara ASEAN EPA (Perjanjian Kemitraan Ekonomi) Negosiasi EPA (Economic Partnership Agreement) sedang dilakukan antara Jepang dan negara-negara ASEAN. Hingga saat ini sudah dicapai persetujuan untuk penghapusan dan pengurangan tarif untuk bidang pertanian, kehutanan dan perikanan. Negara Indonesia masuk ke dalam preferential rate untuk tarif impor, bersama dengan Thailand, Philippines dan Vietnam. Berikut adalah detail tarif untuk semua negara ASEAN. Tabel 11. Kebijakan tarif untuk sayur beku 22

24 7. Hukum dan Prosedur yang berlaku terkait dengan waktu penjualan Pada saat penjualan, sayuran segar dan beku berlaku peraturan di bawah "Hukum Sanitasi Makanan", "Hukum JAS", "Hukum Pengukuran", "Hukum Promosi Kesehatan ", dan "Act Against Unjustifiable Premiums and Misleading Representations. Dalam kaitan dengan kemasan kontainer,berlaku peraturan di bawah "Wadah dan Hukum Kemasan Daur Ulang" dan "Hukum Promosi Pemanfaatan Efektif Sumber Daya", dan untuk detail lebih lanjut mengenai kemasan kontainer yang ditargetkan, kisaran yang ditentukan bisnis, pelabelan metode, dan sejenisnya, dianjurkan untuk menanyakan pada otoritas yang bersangkutan. 1) Hukum Sanitasi Makanan. Berdasarkan Undang-Undang Sanitasi Makanan, dilarang untuk menjual produk-produk makanan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun atau yang tidak sehat. Dalam kasus di mana sayuran beku yang akan dijual, pemberian label berdasarkan Undang-Undang Sanitasi Makanan (aditif yang digunakan, pemberitahuan bahwa daftar bahan alergi disertakan, label yang berkaitan dengan modifikasi genetik, dan sejenisnya) adalah wajib. 2) Hukum JAS. (UU Standardisasi Mengenai dan Pelabelan Tepat Produk Pertanian dan Kehutanan). Hukum JAS menetapkan standar pelabelan yang tepat untuk semua produk makanan dan minuman yang dijual kepada konsumen. Hukum JAS memberikan standar kualitas yang terpisah untuk pelabelan sayuran segar dengan "Standar Makanan Segar Kualitas Produk Labeling," dan untuk sayuran beku oleh "Standar Pelabelan Pangan Olahan Kualitas," dan Selain "Sayuran Standar Kualitas Makanan Labeling beku.", kewajiban hukum telah ditambahkan untuk label standar untuk makanan yang dimodifikasi secara genetik. 3) Hukum Pengukuran. Sayuran beku disegel dalam pembungkus atau wadah yang diperlukan dengan pelabelan isi bersih dalam akurasi tertentu. 4) Hukum Promosi Kesehatan. Bila label data gizi pada kemasan dan paket termasuk dalam dokumen promosi makanan olahan yang ditujukan untuk dijual ke konsumen, wajib untuk menampilkan Pelabelan data gizi menyatakan kalori, protein, lemak, karbohidrat, sodium, dan bahan gizi dalam urutan isi kuantitas sesuai dengan Standar sayur Segar dan Sayuran Beku 5) Act Against Unjustifiable Premiums and Misleading Representations. Undangundang melarang bentuk pelabelan pelabelan yang tidak tepat, berlebihan atau palsu yang menyesatkan konsumen tentang sifat atau kualitas produk. Juga, label tidak jelas atau membingungkan yang membuat sulit untuk membedakan asal negara yang sebenarnya juga dilarang sebagai bentuk label yang tidak tepat. 23

25 8. Peraturan Pelabelan pada Waktu Dijual di Jepang Sayuran Beku Dalam kasus sayuran beku yang dijual, maka wajib untuk bersama label item di bawah ini dalam bahasa Jepang, berdasarkan pada "Hukum Sanitasi Pangan", yang "Pelabelan Standar Mutu Makanan Olahan" dan "Standar Pelabelan Kualitas Makanan Beku Sayuran "di bawah Hukum JAS, dan UU Pengukuran. Selain itu, berdasarkan UU Sanitasi Makanan, maka wajib secara terpisah label yang menyatakan bahwa itu adalah makanan beku. 1 Nama produk 2 Daftar bahan dan aditif makanan, jika ada 3Daerah produksi bahan baku (selain impor) 4 Net konten 5tanggal penggunaan terbaik- 6 Metode pengawetan 7Cara memasak, jika ada 8 Indikasi pepanasan (hanya untuk produk yang membutuhkan memasak) 9 Negara asal 10Nama importir dan alamat Berdasarkan "Standar Makanan Beku Sayuran Pelabelan Kualitas" sayuran beku produksi dalam negeri atau diproses diwajibkan untuk mencantumkan tempat asal untuk bahan bahan utama (atas tiga sayuran agar persentase berat, bagi mereka dengan persentase 5 % atau lebih) dalam rangka persentase berat. Jika tempat asal Jepang, akan ada indikasi untuk efek ini (atau nama yang tercantum dari prefektur, kota, atau nama tempat lainnya mudah diidentifikasi), dan jika tempat asal adalah negara asing, maka nama negara asing akan muncul, dengan bahan-bahan dari negara yang tercantum dalam urutan persentase berat dalam tanda kurung. Pelabelan dapat dihilangkan ketika kemasan kontainer memiliki luas total di bawah 30 cm2. Labeling wajib untuk makanan (bahan baku tertentu) yang memiliki kecenderungan tertentu yang menyebabkan alergi. Lima item yang pelabelan telah dibuat wajib mempertimbangkan jumlah kejadian dan tingkat keseriusan resiko. Dalam kasus di mana bahan baku tertentu termasuk dalam makanan olahan (termasuk produk bisnis makanan penggunaan dan tambahan makanan yang tidak langsung dijual ke konsumen) yang dimasukkan ke dalam kemasan kontainer, dan pada dasarnya pemberitahuan untuk efek samping atau resiko penggunaan atau konsumsi harus diberi label di kolom bahan baku. 24

26 Tabel 12. Pelabelan produk makanan di Jepang Berdasarkan UU Sanitasi Makanan dan Hukum JAS, pelabelan mengenai modifikasi genetik dalam hal enam tanaman, yaitu kedelai (termasuk kedelai hijau dan kecambah kedelai), jagung, kentang, biji perkosaan, biji kapas, dan alfalfa dan makanan olahannya (kedelai, jagung, kentang, dan alfalfa),adalah wajib. 1) Untuk organisme yang dimodifikasi secara genetik (GMO) dan makanan olahan yang terbuat dari GMO sebagai bahan utama, jika mereka diproduksi atau didistribusikan tanpa segregasi antara transgenik dan non-transgenik, maka harus dinyatakan bahwa segregasi belum dibuat. (Pelabelan Wajib) 2) Untuk organisme yang dimodifikasi secara genetik (GMO) dan makanan olahan yang terbuat dari GMO sebagai bahan utama, jika mereka mengkonfirmasi bahwa mereka telah diperlakukan di bawah penanganan identitas diawetkan, maka harus dinyatakan sebagai bahan yang transgenik. (Pelabelan Wajib) 3) Untuk non-transgenik dan makanan yang terbuat dari non-transgenik sebagai bahan utama, jika mereka mengkonfirmasi bahwa mereka telah diperlakukan dengan identitas diawetkan penanganan, pelabelan tidak diperlukan. Tapi mereka secara sukarela dapat menyatakan sebagai bahan yang non-transgenik. Pelabelan Sukarela berdasarkan Ketentuan Hukum Hukum JAS: Pertanian Organik dan produk olahan Hukum JAS menetapkan "standar khusus JAS" untuk produk pertanian organik dan produk olahan pertanian organik. Hanya produk-produk yang sesuai dengan standar ini diperbolehkan untuk dimasukkan ke dalam label mereka kalimat "organik" dan menampilkan Organik JAS Mark. Produk pertanian organik yang diproduksi di luar negeri (di negara-negara yang diakui sebagai memiliki program sertifikasi setara dengan sistem JAS) harus memenuhi syarat sesuai dengan salah satu metode berikut untuk menggunakan frase "organik" dan menampilkan JAS Mark Organik. 1 produsen asing disahkan oleh organisasi sertifikasi terdaftar asing, ekspor produk dengan Mark JAS menempel sendiri untuk menjual di Jepang. 2 Importir yang memperoleh persetujuan untuk lolos dari sebuah organisasi sertifikasi terdaftar di Jepang, produk lolos dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh badan publik luar negeri. 3 produk organik yang dibuat oleh produsen asing yang disahkan oleh organisasi sertifikasi terdaftar di Jepang dapat diimpor dan dijual dengan tanda JAS terpasang. 25

27 Gambar 10. Skema inspeksi dan sistem sertifikasi untuk produk agrikultur dan produk terproses agrikultur Pelabelan Industri Independen Japan Frozen Foods Association Qualification Di Jepang Frozen Foods Association, produk pedoman mutu ditetapkan, dan kualifikasi dari pabrik dikonfirmasi dilakukan. Dalam standar kualitas produk, ada kondisi-kondisi untuk setiap komoditas, termasuk kualitas tampilan, benda asing, kemasan, berat isi, label, bentuk, warna dan gloss (tingkat perubahan warna akibat pengeringan), rasa, karakteristik daging atau jaringan (tekstur). Dalam kasus sayuran beku impor, tanda kualifikasi dapat dilampirkan ke produk yang telah diproduksi di pabrik-pabrik di luar negeri menegaskan bahwa dikenakan inspeksi dan sesuai dengan pedoman. Selain itu, tanda kualifikasi dapat dilampirkan ke produk yang dikemas ulang di sebuah pabrik dikonfirmasi dalam negeri, diperiksa oleh asosiasi, dan sesuai dengan pedoman. Sertifikasi Mark oleh Jepang Asosiasi Makanan Beku Kontak: Asosiasi Makanan Beku Jepang TEL:

28 BAB III. PELUANG DAN STRATEGI 9. Peluang Impor sayuran beku biasanya dalam jumlah banyak melalui banyak kontainer. Impor dikenakan biaya pembekuan, biaya pendinginan, sortasi dan kemasan selama proses distribusi. Selain itu, Jepang memiliki standar kualitas dan pelabelan yang cukup ketat. Ini berarti bahwa calon importir sayuran beku harus memastikan produk mereka memenuhi persyaratan yaitu menuntut untuk kesegaran, tidak adanya kerusakan dan pembusukan,sesuai dengan ukuran dan warna. Hal ini terutama penting bahwa makanan kesehatan yang layak dan prosedur keselamatan diikuti pada setiap tahap proses, dari produksi di negara asal untuk impor dan distribusi di Jepang. Seiring dengan pergeseran ke sistem daftar positif bahan kimia pertanian sisa, sebagai akibat dari produsen makanan dalam negeri beku mengamankan bahan baku aman dan melakukan inspeksi berbagai produk, mereka membayar usaha yang maksimal sehingga makanan melebihi nilai residu standar tidak diproduksi. Setelah masuk ke pasar, maka perlu untuk dapat membangun sistem pengiriman yang sesuai dengan kebutuhan dengan cara ini. Misalnya, dalam hal sayuran beku yang diproduksi di Cina, produk-satunya yang jelas kontrol yang ketat dan standar diputuskan oleh kedua pemerintah Jepang dan Cina ekspor, dan lebih jauh lagi, sertifikat inspeksi oleh pemerintah Cina diterbitkan pada saat ekspor, dan inspeksi oleh Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan dilakukan pada saat impor, dan mereka dalam negeri disampaikan hanya setelah semua dihapus. Selain itu, pada produsen makanan tertentu beku, keamanan kontrol dari bisnis ekspor klien diperkuat sebagai akibat dari Jepang manajer pelatihan staf produksi di situs, dan mencapai inspeksi persiapan menyeluruh dengan memasang sebuah pusat kimia sisa pertanian dalam pabrik pengolahan. Salah satu kiat terpenting dalam memulai bisnis di Jepang adalah menetapkan sikap yang mendasarkan pada pola pikir jangka panjang para pengusaha Jepang. Tujuan utamanya adalah untuk membangun suatu kerangka kerja yang mantap sehingga akan mendukung terjadinya transaksi-transaksi bisnis yang berkelanjutan, jadi bukan sekedar hubungan bisnis yang sifatnya sesaat atau jangka pendek. Sedang ketulusan dan komitmen akan merupakan landasan-landasan yang efektif yang perlu dimiliki oleh para pelaku bisnis manca negara. I. Landasan Kerja 1. Kesesuaian Produk. Produk Anda harus sesuai dengan selera masyarakat Jepang (menyangkut mutu, desain, warna, kemasan dan harga). Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan yang fleksibel dalam pengembangan dan pemasaran produk Anda agar dapat menyesuaikan dengan ciri-ciri dan karakter masyarakat Jepang. 2. Persaingan. Dewasa ini, pasar di Jepang terpusat pada kesadaran konsumen terhadap harga dan nilai barang. Dalam kaitan itu, yang perlu diperhatikan adalah apakah produk Anda mampu bersaing dengan produk sejenis yang sudah ada di pasar Jepang dan apakah bahan baku produk Anda tersebut sudah memenuhi persyaratan di Jepang. 27

29 II. Fasilitas Sumber Daya dan Jasa Guna memperlancar upaya memasuki pasar Jepang, perusahaan manca negara dapat memanfaatkan tersedianya berbagai dukungan jasa. Perusahaan manca negara dimaksud dapat memperoleh informasi dan bantuan teknis untuk mendirikan kantor atau mengorganisasikan hal-hal penting lainnya dalam kegiatan operasional mereka. 10. Perumusan Strategi Perumusan suatu strategi untuk memasuki pasar Jepang harus didahului dengan analisis yang mendalam tentang pesaing-pesaing produk Anda, termasuk analisis tentang harga pasar, segmen pasar, pengembalian, marjin dan insentif lain untuk pedagang grosir atau pengecer, tingkat produksi, serta kebijakan penentuan harga. Metode Memasuki Pasar Jepang Pemilihan metode untuk memasuki pasar Jepang merupakan keputusan jangka panjang yang tidak diubah. Untuk itu perlu hati-hati dalam memilih dari sejumlah alternatif yang ada. Menentukan metode yang cocok sangat tergantung pada nilai investasi yang ditanamkan dalam membentuk satu posisi pasar yang diinginkan. Di antara sejumlah pilihan adalah: a. Melakukan hubungan langsung dengan pengusaha eceran di Jepang Beberapa pengusaha eceran di Jepang telah mulai menggunakan metode ini, sekaligus memungkinkan mereka untuk memperoleh produk secara lebih hemat untuk dijual kembali kepada konsumen. b. Katalog dan bentuk penjualan langsung lainnya Konsumen dapat berbelanja melalui katalog atau iklan yang terdapat dalam majalah atau melalui internet. Perusahaan yang memimilh untuk menwarkan produknya dengan cara ini menawarkan pelanggan pilihan pembayaran dengan kartu kredit. c. Hubungan dengan manufaktur Jepang Melakukan hubungan dengan manufaktur Jepang akan berarti menikmati jaringan distribusi dengan investasi yang minimal. Sejumlah aspek seperti cakupan distribusi calon mitra bisnis, kesesuaian harga jual, staf, kebijakan harga, pangsa pasar, dan keuntungan, harus menjadi bahan pertimbangan dalam memilih calon mitra-usaha di Jepang. d. Penggunaan agen impor atau pedagang grosir Ini merupakan saluran distribusi alternatif bagi perusahaan yang ingin memiliki hubungan langsung dan mandiri dengan pasar setempat. e. Pembentukan Liaison Office (LO) LO memungkinkan perusahaan manca negara untuk secara langsung memantau kinerja mitra bisnis dan produknya di pasar Jepang dengan biaya yang lebih murah. f. Memiliki perusahaan penjualan sendiri Walaupun memerlukan biaya dan waktu lebih banyak, mendirikan perusahaan lokal (local subsidiary) akan memberikan fleksibilitas dan kontrol pada semua tingkat kegiatan. 28

30 1.Organisasi Publik dan Nirlaba Disamping perwakilan RI di Jepang (KBRI Tokyo dan KJRI Osaka), terdapat sejumlah organisasi nirlaba di Jepang yang dapat membantu melakukan riset awal serta pengumpulan data/informasi tentang kondisi pasar di Jepang. Organisasi yang dimaksud adalah: a. JETRO (Japan External Trade Organization) b. Badan-badan Pemerintah (bidang ekonomi dan perdagangan) c. Asosiasi Kerjasama Internasional d. Asosiasi Perdagangan Luar Negeri e. Asosiasi Pameran Dagang f. Organisasi Promosi Dagang tingkat Daerah g. Kamar Dagang dan Industri Jepang (baik pusat maupun daerah) Sebagai tambahan informasi, jaringan dari pusat-pusat dukungan bisnis dijalankan oleh JETRO di Tokyo, Osaka, Nagoya, Yokohama, Kobe dan Fukuoka. Pusat-pusat ini menawarkan bantuan komprehensif kepada pengusaha manca negara di tahap awal kegiatan dalam kerangka mengembangkan pasar mereka di Jepang, dengan memberikan fasilitas kantor untuk sementara waktu. JETRO juga secara berkala menyelenggarakan Pameran Perumahan Impor di delapan kota: Sapporo, Sendai, Yokohama, Nagoya, Osaka, Kobe, Hiroshima dan Fukuoka, disamping mendirikan Pusat Material Perumahan Impor di Tokyo dan Osaka. JETRO memiliki pula tiga showroom mobil impor di Tokyo, Osaka dan Nagoya yang dimaksudkan untuk memamerkan manufaktur kendaraan di negara lain, termasuk aksesoris dan barang-barang lainnya. 2. Jasa Konsultan Perusahaan konsultan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan saran bagi mereka yang ingin memahami pasar Jepang secara lebih mendalam dan menyeluruh. Salah satu perkembangan di bidang ini adalah munculnya perusahaan-perusahaan lobby yang memiliki jalur dengan pemerintah Jepang, yang konon dapat menembus lingkaran birokratis. Dalam memilih perusahaan konsultan Anda perlu mempertimbangkan: a. Pengalaman yang dimiliki perusahaan tersebut mengenai pasar Jepang. b. Tersedianya personel yang mampu berbahasa asing. c. Cakupan operasional d. Perusahaan jasa konsultan dimaksud harus memiliki keahlian di bidang riset pasar, penelitian perencanaan produk, saran investasi, akuisisi dan pencarian mitra bisnis, analisis persaingan, konsultasi strategi, penamaan produk serta bahan-bahan promosi. 29

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi membuat keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional menjadi makin erat. Dalam skala nasional, globalisasi berarti peluang pasar internasional

Lebih terperinci

Market Brief. Pasar Produk Organik di Jerman ### ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK ORGANIK DI JERMAN 2015 I

Market Brief. Pasar Produk Organik di Jerman ### ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK ORGANIK DI JERMAN 2015 I Market Brief Pasar Produk Organik di Jerman ### ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK ORGANIK DI JERMAN 2015 I Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2

Lebih terperinci

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI KEBIJAKAN PANGAN INDONESIA Kebijakan pangan merupakan prioritas

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - AUSTRALIA PERIODE : JANUARI - MARET 2013

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - AUSTRALIA PERIODE : JANUARI - MARET 2013 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - AUSTRALIA PERIODE : JANUARI - MARET 2013 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Australia 1. Total perdagangan Australia periode Januari-Maret 2013 tercatat sebesar

Lebih terperinci

Isu Prioritas - Standar (SNI)

Isu Prioritas - Standar (SNI) 1 Isu Prioritas - Standar (SNI) Melindungi hak konsumen dan memaksimalkan kepuasan pelanggan adalah bagian dari tujuan utama perusahaanperusahaan di seluruh dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia

Lebih terperinci

Market Brief. Cengkeh di Jerman

Market Brief. Cengkeh di Jerman Market Brief Cengkeh di Jerman ITPC Hamburg 2015 ITPC HAMBURG - CENGKEH DI JERMAN 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi

Lebih terperinci

Market Brief. Beras di Jerman

Market Brief. Beras di Jerman Market Brief Beras di Jerman ITPC Hamburg 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi Beras di Pasar Jerman... 2 2.1 Analisa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.946, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Hortikultura. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi secara legalitas berdiri pada tanggal 25 Januari 1997 sesuai dengan akta pendirian perseroan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juli 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENJAMINAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG RGS Mitra Page 1 of 11 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN KOMODITAS HASIL PERTANIAN DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI DESEMBER 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI DESEMBER 2015 A. Perkembangan Perekonomian dan Perdagangan Jepang 1. Neraca perdagangan Jepang dengan Dunia periode Januari-Desember 2015 tercatat

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN SEGAR TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI MARET 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Jepang 1. Neraca perdagangan Jepang dengan Dunia periode Januari-Maret 2014 tercatat

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB III PERDAGANGAN INTERNASIONAL ANTARA INDONESIA DAN UNI EROPA

BAB III PERDAGANGAN INTERNASIONAL ANTARA INDONESIA DAN UNI EROPA BAB III PERDAGANGAN INTERNASIONAL ANTARA INDONESIA DAN UNI EROPA Hubungan kerjasama Ekonomi antara Indonesia dan Uni Eropa dalam bidang Perdagangan Internasional dilakukan dengan dua jalan, yaitu hubungan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pangan yang aman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia dan salah satu sumber pendapatan bagi para petani. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Desember 2014, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-September 2015, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Laju pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) Saudi Arabia selama kuartal kedua tahun 2015

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan. No.81, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT \ PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 1 TAHUN 2014 T... TENTANG PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

Perdagangan Indonesia

Perdagangan Indonesia Tinjauan Terkini Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010 Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010 Daftar Isi Tinjauan Umum Hingga Juni 2010 Beberapa Produk Yang Mengalami Peningkatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Tabel, Gambar dan Bagan 2. Kata Pengantar 4. Peta Jepang Pemilihan Negara Pemilihan Produk 8. 3.

Daftar Isi. Daftar Tabel, Gambar dan Bagan 2. Kata Pengantar 4. Peta Jepang Pemilihan Negara Pemilihan Produk 8. 3. 2013 ITPC Osaka Daftar Isi Daftar Tabel, Gambar dan Bagan 2 Kata Pengantar 4 Peta Jepang 5 I. Pendahuluan 1. Pemilihan Negara 7 2. Pemilihan Produk 8 3. Profil Jepang 11 II. Potensi Pasar Jepang 1. Lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

Market Intelligence. Produk Pertanian ITPC Osaka

Market Intelligence. Produk Pertanian ITPC Osaka Market Intelligence Produk Pertanian 2014 ITPC Osaka Daftar Isi Daftar Tabel, Gambar dan Bagan 2 Kata Pengantar 4 Peta Jepang 5 I. Pendahuluan 6 1. Pemilihan Negara 6 2. Latar Belakang Pemilihan Produk

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA DI BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KETENAGALISTRIKAN

Lebih terperinci

Market Brief. Peluang Pasar Produk ikan. dan Makanan Laut di Jerman

Market Brief. Peluang Pasar Produk ikan. dan Makanan Laut di Jerman Market Brief Peluang Pasar Produk ikan dan Makanan Laut di Jerman ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK IKAN DAN MAKANAN LAUT DI JERMAN 2015 I Daftar Isi Kata Pengantar... III I. Pendahuluan...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2017 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6016) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari RESUME Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari penandatanganan Perjanjian Pertanian (Agreement on Agriculture/AoA) oleh pemerintahan Indonesia yaitu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. No.288, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/Permentan/OT.140/6/2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri produk kertas yang juga termasuk dalam industri stasioneri adalah salah satu industri manufaktur yang mengolah kertas menjadi barang dari kertas seperti buku,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN HASIL BAHAN ASAL HEWAN KONSUMSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI APRIL 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI APRIL 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI APRIL 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Jepang 1. Neraca perdagangan Jepang dengan Dunia periode Januari-April 2015 tercatat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.227, 2012 KESEJAHTERAAN. Pangan. Ketahanan. Ketersediaan. Keamanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN) KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN) TANTAN R. WIRADARYA Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Pangan produk peternakan yang

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor

Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI JUNI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI JUNI 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI JUNI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Jepang 1. Neraca perdagangan Jepang dengan Dunia periode Januari-Juni 2014 tercatat defisit

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

Lingkungan Pemasaran

Lingkungan Pemasaran Lingkungan Pemasaran Topik Pembahasan Mempelajari pemeran lain dalam lingkungan pasar Mempelajari kekuatan2 utama yang mempengaruhi kondisi pasar Kedua hal di atas akan membentuk peluang, ancaman serta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI JULI A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR China

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI JULI A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR China PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI JULI 2013 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR China 1. Total nilai perdagangan RR China dengan Dunia pada periode Januari-Juli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mendorong para produsen pangan untuk melakukan berbagai macam inovasi dalam memproduksi pangan.

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara No.239, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Pengawasan Pangan Olahan Organik. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN UMUM Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap

Lebih terperinci