BAB III PERANCANGAN. dapat menyebabkan derating pada unit pembangkit karena satu sistem Coal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERANCANGAN. dapat menyebabkan derating pada unit pembangkit karena satu sistem Coal"

Transkripsi

1 BAB III PERANCANGAN 3.1 Derating PLTU Suralaya Unit 1-4 Sistem Coal Feeder dan Pulverizer merupakan peralatan utama pada suatu proses pembangkitan PLTU batubara UP. Suralaya unit 1-4 karena sistem tersebut merupakan peralatan untuk mentransportasikan batubara ke ruang bakar di boiler dimana fungsi boiler sebagai media pengubah fasa dari air menjadi uap kering yang akan dipakai untuk memutar turbine generator. Pada sistem Pulverizer terdapat beberapa gangguan yang dapat menyebabkan terhentinya proses pasokan batu bara ke ruang bakar. Gangguan ini dapat menyebabkan derating pada unit pembangkit karena satu sistem Coal Feeder dan Pulverizer mempunyai kapasitas 25 MCR atau setara dengan 100 MW per sistem. Grafik 3.1 Derated PLTU suralaya unit 1-4 tahun (MW) 42

2 Gbr 3.2 Grafik Derated PLTU suralaya unit 1-4 tahun (%) Pada grafik diatas bisa kita lihat bahwa derating pada PLTU suralaya unit 1-4 dari tahun sebagian besar berasal dari gangguan yang terdapat pada sistem Pulverizer dan Coal Feeder. Gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem Pulverizer dan Coal Feeder berasal dari masuknya benda asing ke Coal Feeder seperti batu dan plat besi, Coal Feeder Plugging, dan gangguan lainnya meliputi peralatan instrument, mekanik dan listrik yang ada pada sistem tersebut. Gbr 3.3 Grafik Derated Akibat Gangguan pada sistem Coal Feeder dan Pulverizer(MW) 43

3 Gbr 3.4 Grafik Derated Akibat Gangguan pada sistem Coal Feeder dan Pulverizer(%) Grafik diatas merupakan derating yang disebabkan oleh gangguan yang terjadi pada sistem Pulverizer dan Coal Feeder. Pada grafik diatas juga bisa kita lihat bahwa penyumbang terbesar derating yang disebabkan oleh Pulverizer dan Coal Feeder adalah Gangguan Plugging pada Coal Feeder. Gbr 3.5 Grafik Gangguan Plugging (%) Grafik diatas menjelaskan bahwa penyumbang ganggungan Coal Plugging yang terjadi di Coal feeder PLTU Suralaya Unit 1-4 adalah gangguan plugging yang ter jadi di Inlet coal feeder / outlet Coal bunker. 44

4 3.2 Rangkaian Logika Sistem Coal Feeder & Pulverizer Dalam mengoperasikan suatu peralata atau mesin, dibutuhkan rangkaian logika guna mengontrol pola operasi mesin tersebut. Tidak terkecuali pada Sistem Coal Feeder & Pulverizer Rangkaian Logika Coal Feeder Pada Rangkaian Logika Coal Feeder terdapat 3 jenis rangkaian logika yaitu, Rangkaian Logika Trip dan Permissive Coal Feeder Rangkaian Logika Start Coal Feeder dan Rangkaian Logika Stop Coal Feeder a. Rangkaian Logika Trip dan Permissive Coal Feeder Gbr 3.6 Rangkaian Logika Trip dan Start Permissive Coal Feeder Bisa kita lihat dari rangkaian logika Trip dan Start Permissives Coal Feeder bahwa untuk melakukan pengoperasian / Start Coal Feeder harus memenuhi syarat-syarat / Permissives sebagai berikut: 45

5 Local Trip atau Tombol Emergency Trip tidak pada posisi close / ON Mill Coal Deteceted on Belt yaitu Coal Feeder terisi batubara Coal Feeder outlet not plugged yaitu tidak terjadi plugging di area outlet Coal feeder Tidak ada sinya ANS+ yaitu ketidak kesesuaian status pada demand dan actual Start coal feeder Coal Feeder inlet gate open / terbuka Outlet gate open / terbuka Demand Coal feeder Speed pada kondisi minimum (35%) Coal feeder Starter Available yaitu breaker 380 Volt dalam kondisi Close / ON Udara pembakaran terpenuhi Selain Syarat / Permissive untuk Start Coal feeder, bias kita lihat beberapa kondisi yang dapat memberhentikan pengoperasian coal feeder secara paksa / Trip. Antara lain: MMI Trip Push button yaitu sinya Trip yang sengaja diaktifkan dari sistem DCS sebagai emergency Trip. Motor Trip yaitu terjadi ketidak kesesuaian status pada demand dan actual Start coal feeder (ANS+). 46

6 Local Trip Push button yaitu adanya sinyal emergency stop dari lokal (lapangan). No Coal on Belt yaitu tidak terisi nya batu bara pada Coal Feeder yang di akibatkan plugging pada sisi inlet coal feeder. Discharge Plugged yaitu terjadi penumpukan batubara pada sisi outlet coal feeder. b. Rangkaian Logika Start Coal Feeder Gbr 3.6 Rangkaian Logika Start Coal Feeder Dilihat dari rangkaian Start Coal Feeder bahwa Coal Feeder bisa di strat dari beberapa kondisi. Yaitu : a. AUTO START, Syarat untuk auto Start : 47

7 Coal Feeder pada mode AUTO SELECT Pulverizer Running Start Permissive Coal Feeder terpenuhi Sinyal Pulverizer / Mill Group Sequence sudah aktif b. MANUAL START, Syarat untuk manual Start: Coal Feeder pada mode MANUAL SELECT Start Permissive Coal Feeder terpenuhi Push button Start Coal Feeder ON c. Bypass Switch, Start ini sama seperti pengoperasian manual tanpa melalui sequence Start pulverizer / Mill group dari awal dan tanpa memerlukan Permissive Start Mill. c. Rangkaian Logika Stop Coal Feeder Gbr 3.7 Rangkaian Logika Stop Coal Feeder 48

8 Bisa kita lihat dari rangkaian Stop Coal Feeder bahwa untuk melakukan melakukan Stop Coal Feeder harus bias dilakukan pada beberapa kondisi, yaitu: a. AUTO STOP, syarat untuk Auto stop yaitu: Coal Feeder Stop Permissive terpenuhi yang terdiri dari, Pulverizer / Mill Cooling dan Ignitor group 1 dan Group 2 terpenuhi. Coal Feeder pada mode AUTO SELECT Pulverizer / Mill Stop Sequence aktif b. MANUAL STOP, Syarat untuk manual Stop yaitu: Coal Feeder Stop Permissive terpenuhi yang terdiri dari, Pulverizer / Mill Cooling dan Ignitor group 1 dan Group 2 terpenuhi. Coal Feeder pada mode AUTO MANUAL Push button Stop Coal Feeder ON c. Pulverizer / Mill Group Trip d. Pulverizer / Mill Group for Coal Trip Mill Group Trip terjadi ketika terjadi beberapa kegagalan operasi pada seluruh peralatan yang ada di group sistem pembakaran seperti, kegagalan udara pembakaran, kegagalan burner,pulverizer, dll. 49

9 e. Mill Group for Coal Trip terjadi ketika terjadi beberapa kegagalan operasi pada Coal Feeder itu sendiri. Antara lain : MMI Trip Pushbutton Motor Trip (ANS+) Local Trip Push button (lapangan) No Coal on Belt Discharge Plugged f. Trip Set 1 Trip Set 1 adalah rangkaian logika untuk memberhentikan coal feeder tanpa harung membutuhkan Permissive stop terlebih dahulu layaknya seperti bypass stop. Trip set 1 ini akan aktif (ON) jika sinyal Coal for local anable juga ON 50

10 3.2.2 Rangkaian Logika Pulverizer Gbr 3.6 Rangkaian Logika Trip dan Start Permissive Coal Pulverizer Bisa kita lihat pada rangkaian logika Trip dan Permissive utama pulverizer, bahwa Permissive yang harus dipenuhi dalam mengoperasikan pulverizer adalah: Pulversizer / Mill group Start Pemissive part 1, yang terdiri dari: Pulverizer Outlet Temperatur tidak lebih dari 79 o C Sinyal Emergency Stop dari MMI (operator controlroom) tidak dalam kondisi ON Tidak ada sinyal Fail dari sistem udara Primary Pulverizer confirm Stop 51

11 Emergency Stop Push button dari operator lokal tidak dalam kondisi ON Tidak ada sinyal fault dari sistem classifier Start Sequence pulverizer belum atau tidak aktif Pulversizer / Mill group Start Pemissive part 2, yang terdiri dari: Pushbutton Emergency Stop Pulverizer dalam kondisi Off Bearing temperature tidak dalam batas Trip (kondisi normal) Coal bunker dalam kondisi diatas minimum Breaker 6 KV ON Coal Bunker outlet gate pada kondisi open Coal Feeder outlet gate dalam kondisi open Pulverizer dalam keadaan bersih dari batu bara Clear of Coal Pulverizer dalam keadaaan Stop Tidak ada sinyal Fail pada pulverizer. Any Mill group Start Sequence, yaitu puleverizer lain tidak dalam keadaan akan dioperasikan (sequence Start pulverizer lain aktif) Tidak ada sinyal Trip dari Pulverizer 52

12 Ignitor group A & B Ready / Establish All Group Swing valve closed (tertutup) Mill Air heater damper Open (terbuka) Seal Air Fan untuk Coal Feeder beroperasi Burner Fuel dalam keadaan Close (tertutup) Selain syarat atau Permissive pengoperasian pulverizer, pada rangkaian logika diata bisa kita lihat jg rangkaian logika yang bisa membuat pulverizer Trip. Antara lain: Coal Feeder Trip Master fuel Trip MGT part 1 Pulverizer Outlet Temperatur sama dengan atau lebih dari 79 o C Sinyal Emergency Stop dari MMI (operator control room) dalam kondisi ON Ada sinyal Fail dari sistem udara Primary Emergency Stop Push button dari operatok lokal dalam kondisi ON Classifier failed to Start 53

13 Start Sequence pulverizer belum atau tidak aktif MGT part 2 Pushbutton Emergency Stop Pulverizer dalam kondisi ON Bearing temperature Very High Coal bunker dalam kondisi minimum atau very low level Breaker 6 KV OFF Coal Bunker outlet gate pada kondisi close Coal Feeder outlet gate dalam kondisi close Tidak ada penyalaan api pembakaran di ruang bakar boiler Mill group Trip alarmed at Source yang terdiri dari: Classifier Start not available Swing valve open fault Mill A Start fault Udara pembakaran tidak mencukupi Batu bara tidak terbakar dalam ruang bakar boiler Coal feeder not available Udara primary tidak mencukupi 54

14 3.3 Biaya Operasional a. Clearing Mill Pengeluaran purusahaan yang bisa kita tekan dari segi biaya clearing Pulverizer adalah: Biaya Auxiliary Steam : Rp ,58 Biaya Penggunaan Fresh Water : Rp ,00 Biaya PS (Pemakaian Sendiri) daya listrik : Rp ,178 Maka total biaya yang dibutuhkan dalam satu kali Clearing Pulverizer Rp ,58 + Rp ,00 + Rp ,178 = Rp ,998 (data terlampir) b. Dari Segi Biaya Start Pulverizer Selain clearing, biaya yang dapat kita tekan apabila penanggulangan plugging membutuhkan stop pulverizer dan Start pulverizer kembali setalah gangguan plugging telah di tanggulangi. Pada saat akan mengoperasikan sistem Coal Feeder dan Pulverizer maka yang di butuhkan adalah Auxiliary steam dan Solar (HSD). Maka pemakaian selama proses Start adalah : Auxiliary Steam : Rp ,58 Pemakaian High Speed Diesel (HSD) : Rp ,00 55

15 Maka total biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan sistem Coal Feeder dan Pulverizer adalah Rp ,58 + Rp ,00 = Rp ,58 (data terlampir) 3.4 Ketidak Sesuaian Rangkaian Logika Terhadap Gangguan Plugging Berdasarkan rangkaian logika Coal feeder yang sudah terpasang di PLTU Suralaya unit 1-4, terdapat ketidak sesuaian pada logika yang terpengaruhi oleh gangguan coal plugging. Bisa kita lihat di bawah ini bahwa terdapat ketidak sesuaian rangkaian logika pada sistem Coal Feeder Plugging pada Outlet Bunker / Inlet Coal feeder Gbr 3.7 Rangkaian Logika Coal feeder Tanpa Gangguan Plugging Gambar di atas adalah rangkaian logika Coal Feeder pada kondisi operasi normal, beda hal nya pada gambar di bawah ketika terjadi gangguan gangguan Plugging pada Outlet Bunnker / Inlet Coal feeder 56

16 Gbr 3.8 Rangkaian Logika Coal feeder ketika Gangguan Plugging di Inlet Colfeeder Apabila terjadi plugging pada outlet Bunker atau inlet coal feeder, maka sinyal input yang akan berubah adalah input Mill A/B/C/D/E Coal Detected on Belt (kode faceplate). Pada kondisi normal atau coal feeder terisi batubara, maka input tersebut akan memberikan sinya Merah (1). Pada kondisi batubara mengalami plugging maka input Mill Coal Detected on Belt akan menjadi hijau (0), sinyal tersebut dikonversi oleh gerbang NOT menjadi merah dan diteruskan ke gerbang ON DELAY. Tetapi, sinyal tersebut tidak akan langsung memberikan sinyal alarm no Coal on Belt karena mempunyai jeda waktu selama 20 detik. Setelah 20 detik, makan sinyal merah (1) akan di teruskan untuk mengaktifkan alarm no Coal on Belt dan secara bersamaan akan mengaktifkan sinyal Mill A group Coal Feeder dan akan mengakibatkan sistem Coal Feeder dan Pulverizer akan Trip. Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan plugging di outlet Coal Bunker atau Coal Feeder operator tidak mempunyai waktu untuk meghentikan operasi sistem Coal Feeder dan pulverizer secara anormal (Sequence Stop). Selain itu, pulverizer harus di clearing guna membuat pulverizer standby. 57

17 Kesalahan pada rangkaian ini adalah terletak pada penempatan sinyal ON DELAY yang yang kurang tepat dan gerbang OFF DELAY yang tidak mempunyai fungsi sama sekali. Perbaikan pada rangkaian logika ini bisa kita lihat pada gambar di bawah. Gbr 3.10 Perbaikan Rangkaian Logika Coal feeder untuk Gangguan Plugging di Inlet Colfeeder Ketika terjadi perubahan sinyal mill Coal detected on Belt maka sinya berubah dari sinyal merah (1)menjadi sinyal hijau (0), sinyal tersebut di konversi oleh gerbang not menjadi sinyal merah kembali. sinyal output dari gerbang not akan langsung mengaktifkan alarm no Coal on Belt tetapi sinyal untuk Mill A group Coal Feeder akan mempunyai jeda waktu (delay) selama 20 detik dikarenakan sinyal untuk Mill A group Coal Feeder didapat dari gerbang ON DELAY. Dengan perbaikan seperti ini, maka operator akan mempunyai kesempatan untuk melakukan proses stop untuk sistem coal feeder dan pulverizer secara normal tanpa harus mengalami Trip dan melakukan clearing pulverizer. 58

18 3.4.2 plugging pada outlet coalfeeder Gbr 3.11 Rangkaian Logika Coal feeder Ketika Tanpa Gangguan Plugging Gambar di atas adalah rangkaian logika Coal Feeder pada kondisi operasi normal, beda hal nya pada gambar di bawah ketika terjadi gangguan gangguan Plugging pada Outlet Coal feeder. Gbr 3.12 Rangkaian Logika Coal feeder Ketika Gangguan Plugging di Outlet Coal feeder Sama halnya dengan gangguan plugging pada outlet Bunker atau inlet coal feeder, apabila terjadi plugging pada outlet Bunker atau inlet coal feeder maka sinyal input yang akan berubah adalah input Mill Feeder Outlet Not Plugged (kode face plate). Pada kondisi normal atau tidak terjadi plugging pada outlet coal feeder, maka input tersebut akan memberikan sinyal Hijau (0). Pada kondisi outlet coal feeder mengalami plugging maka input Mill Feeder 59

19 Outlet Not Plugged (kode face plate) akan berubah menjadi Merah (1) setelah itu, sinyal di konversi oleh gerbang not menjadi hijau (0) dan di konversi kembali oleh gerbang not menjadi sinyal Merah (1) sehingga akan langsung memberikan sinyal alarm discharge plugged dan sinyal Trip untuk Mill Group Coal Feeder Trip (kode face plate) tanpa jeda waktu walau pun dilengkapi timer. Hal ini terjadi Timer yang dipasang mempunyai lkesalahan karena timer nya berjenis ON DELAY, bukan OFF delay. Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan plugging di outlet Coal Bunker atau Coal Feeder operator tidak mempunyai waktu untuk meghentikan operasi sistem Coal Feeder dan pulverizer secara normal (Sequence Stop). Selain itu, pulverizer harus di clearing guna membuat pulverizer standby. Kesalahan pada rangkaian ini adalah terletak pada penempatan sinyal ON DELAY yang yang kurang tepat dan gerbang off delay yang tidak mempunyai fungsi sama sekali. Perbaikan pada rangkaian logika ini bisa kita lihat pada gambar di bawah. Gbr 3.13 Perbaikan Rangkaian Logika Coal feeder untuk Gangguan Plugging di Outlet Coal feeder 60

20 Ketika terjadi perubahan sinyal Mill Feeder Outlet Not Plugged maka sinyal berubah dari sinyal hijau (0) menjadi sinyal Merah (1), sinyal tersebut di konversi oleh gerbang not menjadi sinyal hijau (0). Sinyal tersebut akan di koversikan oleh gerbang not menjadi sinyal merah kembali (1). Sinyal output dari gerbang not akan langsung mengaktifkan alarm discharge plugged tetapi sinyal untuk Mill group Coal Feeder akan mempunyai jeda waktu (delay) selama 20 detik dikarenakan sinyal untuk Mill A group Coal Feeder didapat dari gerbang OFF DELAY. Dengan perbaikan seperti ini, maka operator akan mempunyai kesempatan untuk melakukan proses stop untuk sistem coal feeder dan pulverizer secara normal tanpa harus mengalami Trip dan melakukan clearing pulverizer. 3.5 Pola Operasi Vibrator Pada pengoperasian vibrator yang terletak pada outlet Bunker / inlet coal feeder dioperasikan secara manual. Hal ini menjadi kurang efektif dalam menanggulangi plugging ringan yang terjadi di outlet Coal Bunker / inlet Coal Feeder karena vibrator dioperasikan oleh operator lokal / lapangan setelah terjadi pluging dan sistem coal feeder dan pulverizer sudah Trip. Seharus nya, vibrator bisa dioperasikan secara automatis ketika terjadi plugging di inlet Coal Feeder sebagai penanggulangan plugging sedini mungkin. 61

21 Gbr Coal Feeder Vibrator Gambar diatas adalah peralatan vibrator yang digunakan pada setiap coalfeeeder. Jumlah vibrator yang terpasang adala satu unit untuk setiap Coal Feeder. Gbr Selector Switch On-Off Vibrator 62

22 Gambar diatas adalah panel untuk mengoperasikan vibrator. Lokasi panel ini berada di area local / coal feeder floor. Berikut rancangan logika untuk mengaktifkan vibrator secara otomatis. Gbr 3.16 Perbaikan Rangkaian Logika Coal feeder Vibrator Dilihat dari rancangan perbaikan rangkaian logika untuk coal feeder, ketika terjadi gangguan plugging inlet coal feeder maka sinyal tersebut akan mengaktifkan alarm no Coal on Belt dan sekaligus akan menjalankan vibrator. Vibrator akan bekerja selama 20 detik tetapi apabila selama 20 detik coal feeder masih mengalami plugging maka vibrator akan berhenti beroperasi bersamaan Trip nya Coal feeder. Selain itu, jika sinyal Coal Detected on Belt menunjukan Coal Feeder tidak plugging, maka vibrator akan berhenti beroperasi. 3.6 Pola Kerja Penanggulangan Plugging Pada Outlet Bunker / Inlet Coalfeeder Pola kerja penanggulangan Plugging Pada Outlet Bunker / Inlet Coal Feeder selama ini hanya dilakukan ketika system coal feeder & Pulverizer dalam keadaan tidak operasi, kondisi seperti ini tidak efisiean mengingan penanggulangan coal plugging memakan waktu yanhg cukup lama. 63

23 3.6.1 Metode Re-Start Coal feeder Berdasarkan data gangguan yng terjadi pada coal feeder, gangguan didominasi oleh gangguan plugging. Selama ini, penanggulangan plugging dilakukan setelah sistem coal feeder dan pulverizer dalam keadaan tidak beroperasi. Oleh karena itu, dirasakan perlunya metode penanggulang plugging yang baru menekan kerugian-kerugian yang dikeluarkan untuk biaya operasional terlebih lagi ketika terjadi gangguan plugging pada inlet coal feeder. Metode Penanggulangan plugging yang akan dibuat adalah metode re- Start coal feeder ketika terjadi gangguan plugging pada inlet Coal feeder. Metode ini dipilih karena mempunyai tujuan yaitu: Menekan biaya Start sistem coal feeder dan pulverizer yang standby (manuver) atau Start kembali sistem coal feeder dan pulverizer yang sudah Trip Menekan biaya clearing akibat Trip Menekan angka derating pada unit pembangkit Efisien waktu Meminimalisasi pencemaran lingkungan akibat proses clearing Adapun diagram alir dari perancangan metode Re-Start Coal Feeder ini sebagai berikut: 64

24 START (No Coal on belt / Stop Coal Feeder Proses Penormalan Coal Feeder & jaga Mill Out Temp YA Lancar & TIDAK Remote Micropocesor & motor Coal Feeder Manual Speed Coal < 5 menit? Start Ignitor Stop Mill Seq. Start Coal Feeder Establishkan Mill END END Gbr 3.17 Flow Chart Metode Re-Start Coal feeder Pola kerja penanggulangan plugging ini adalah menanggulangi plugging yang terjadi pada outlt Bunker / inlet coal feeder adalah penanggulangan plugging dalam kondisi sistem coal feeder dan pulverizer masih dalam keadaan operasi. 65

25 Bisa kita lihat berdasarkan flow chart, apabila terjadi plugging ringan maka kita akan stop Coal Feeder dan operator lokal / lapangan bisa melancarkan plugging tersebut dengan mengoperasikan vibrator dan batuan manual dengan cara konvensional yaitu dengan cara memukul menggunakan palu. Setelah lancar, maka coal feeder bisa dioperasikan kembali dan dilanjut dengaan membuat mill establish. Tetapi apabila setelah percobaan penanggulangan plugging oleh operator lokal / lapangan tidak berhasil dan dinyatakan bahwa plugging tersebut adalah plugging berat, maka proses stop sistem coal feeder dan pulverizer akan dilakukan Alur Proses Stop Coal feeder Metode ini dilakukan dengan cara mengintervensi sinyal stop pada rangkaian logika Start Coal feder ketika terjadi gangguan plugging di inlet Coal feeder, seperti pada gambar di bawah ini: 66

26 Gbr Alur Stop Coal feeder 3 Alur Stop pada Coal Feeder adalah mengaktifkan atau membuat sinyal input Coal For Local Enable (2CF*SW1.PV.ON) seperti pada kotak nomor 1 2 menjadi Merah (1). Dengan berubahnya sinyal Coal For Local Enable 4 (2CF*SW1.PV.ON) menjadi merah (1) maka akan merubah sinyal Coal Feeder Trip Set 1 (2CF*TRIP1.PV.L) seperti pada kotak nomor 2. Setelah itu, Coal Feeder Trip Set 1 (2CF*TRIP1.PV.L) akan memberikan sinyal merah (1) kepada Stop Coal Feeder (2MAFDRSTP.PV.L) seperti pada kotak nomor 3 sehingga Coal Feeder akan berhenti beroperasi. Selain itu, bersamaan dengan stop Coal feeder, Coal Feeder Trip Set 1 (2CF*TRIP1.PV.L) akan memberikan sinyal ke Stop Request (2CF*SW2.PV.L) seperti pada kotak nomor 3 yang kemudian akan memberikan sinyal Reset ke gerbang logika Set Reset dan akan mengubah 67

27 sinyal merah yang masuk ke Bypass Switch (2CF*BYP1.PV.L) seperti pada kotak nomor 5 yang berfungsi sebagai pengunci kontak sinyal untuk Start Coal feeder Alur Proses Start Coal feeder Metode ini dilakukan dengan cara mengintervensi sinyal stop pada rangkaian logika Start Coal Feeder ketika terjadi gangguan plugging di inlet Coal feeder, seperti pada gambar di bawah ini: 1 2 Gbr Alur Start Coal feeder Alur Start Coal Feeder hanya dengan mengintervensi sinyal dari Bypass Switch (2CF*BYP1.PV.ON) sehingga sinyal keluaran dari Bypass Switch (2CF*BYP1.PV.ON) berubah dari hijau (0) menjadi merah (1) dan langsung akan memberikan sinyal Set ke gerbang logika Set Reset sehingga Coal Feeder Start (2MAFDRSTR.PV.L) akan menerima sinyal merah (1) sehingga Coal Feeder akan beroperasi. 68

BAB IV ANALISA. 4.1 Perbaikan / Modifikasi Rangkaian LogikaCoal Feeder

BAB IV ANALISA. 4.1 Perbaikan / Modifikasi Rangkaian LogikaCoal Feeder BAB IV ANALISA 4.1 Perbaikan / Modifikasi Rangkaian LogikaCoal Feeder Gbr 5.1 Keseluruhan Perbaikan / Modifikasi Rangkaian LogikaCoal Feeder Gambar di atas adalah gambar keseluruhan perbaikan atau modifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING

STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING Mesin automatic mixing adalah suatu sistem yang memproses bahan mentah seperti biji plastik menjadi bahan yang stengah jadi untuk dicetak atau di bentuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lampung 2 x 100 MW unit 5 dan 6 Sebalang, Lampung Selatan. Pengerjaan tugas akhir ini

Lebih terperinci

BAB IV PENGOPERASIAN PULVERIZER DAN COAL FEEDER

BAB IV PENGOPERASIAN PULVERIZER DAN COAL FEEDER BAB IV PENGOPERASIAN PULVERIZER DAN COAL FEEDER A. Pulverizer (Mill) 1. Fungsi Pulverizer (Mill) PLTU dengan bahan bakar batubara memerlukan perlakuan khusus agar kalor yang terkandung dalam batubara dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, selain menggunakan metodologi studi pustaka dan eksperimen, metodologi penelitian yang dominan digunakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL

BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL 82 BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL Analisa rangkaian kontrol pada rangkaian yang penulis buat adalah gabungan antara rangkaian kontrol dari smart relay dan rangkaian kontrol konvensional yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR 38 BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR 3.1 Unit Station Transformator (UST) Sistem PLTU memerlukan sejumlah peralatan bantu seperti pompa, fan dan sebagainya untuk dapat membangkitkan tenaga

Lebih terperinci

Prosedur Pengoperasian Coal Handling

Prosedur Pengoperasian Coal Handling Prosedur Pengoperasian Coal Handling 1. Prinsip Kerja Coal handling system adalah instalasi yang menangani batubara untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar PLTU batubara. Penanganan mulai dari pembongkaran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Sketsa mesin automatic mixing.

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Sketsa mesin automatic mixing. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. SISTEM KONTROL MESIN SILO PADA AUTOMATIC MIXING Setiap mesin yang menggunakan pengontrolan PLC, membutuhkan sistem kontrol yang sesuai dengan karakteristik mesin tersebut. Sama halnya

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik Makalah Seminar Kerja Praktek SIMULASI PLC SEDERHANA SEBAGAI RESPRESENTASI KONTROL POMPA HIDROLIK PADA HIGH PRESSURE BYPASS TURBINE SYSTEM Fatimah Avtur Alifia (L2F008036) Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 Suhanto Prodi D3 Teknik Listrik Bandar Udara, Politeknik Penerbangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 58 BAB IV PENGUJIAN ALAT 4.1 Metodologi Pengujian Alat Dengan mempelajari pokok-pokok perancangan yang sudah dibuat, maka diperlukan suatu pengujian terhadap alat yang sudah dirancang. Pengujian ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk merubah fasa air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja PLTU Batubara PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis.

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA ANALISA SISTEM KONTROL LEVEL DAN INSTRUMENTASI PADA HIGH PRESSURE HEATER PADA UNIT 1 4 DI PLTU UBP SURALAYA. Disusun Oleh : ANDREAS HAMONANGAN S (10411790) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki kapasitas 4 X 425 MW dan 3 X 600 MW. PLTU ini. menggunakan bahan bakar batubara dalam prosesnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki kapasitas 4 X 425 MW dan 3 X 600 MW. PLTU ini. menggunakan bahan bakar batubara dalam prosesnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PLTU 5-7 Suralaya merupakan salah satu Pembangkit tenaga uap terbesar di Indonesia yang memiliki kapasitas 4 X 425 MW dan 3 X 600 MW. PLTU ini menggunakan bahan bakar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Rancangan Pengujian rancangan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah sistem ini telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, pengujian ini dilakukan

Lebih terperinci

PERALATAN PEMUTUS DAYA YANG FUNGSI UTAMANYA MENCATAT DAN MEMUTUSKAN DAYA LISTRIK KE PERALATAN / BEBAN.

PERALATAN PEMUTUS DAYA YANG FUNGSI UTAMANYA MENCATAT DAN MEMUTUSKAN DAYA LISTRIK KE PERALATAN / BEBAN. FUNGSI DARI SWITCHGEAR : PERALATAN PEMUTUS DAYA YANG FUNGSI UTAMANYA MENCATAT DAN MEMUTUSKAN DAYA LISTRIK KE PERALATAN / BEBAN. SWITCHGEAR (CIRCUIT BREAKER) TEGANGAN RENDAH YANG DIBAHAS ADALAH JENIS A.C.B.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA GANGGUAN SWITCH GEAR 10.5 KV

BAB IV ANALISA GANGGUAN SWITCH GEAR 10.5 KV 48 BAB IV ANALISA GANGGUAN SWITCH GEAR 10.5 KV 4.1 Pengujian Sistem Transfer Untuk dapat mengidentifikasi permasalahan kegagalan dari sistem auto fast transfer, sebelumnya terlebih dahulu dilakukan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN. pengontrol agar dapat bekerja secara otomatis. Terdapat tiga switch menjalankan

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN. pengontrol agar dapat bekerja secara otomatis. Terdapat tiga switch menjalankan BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Sistem Kerja Aktuator-aktuator yang digunakan pada pengolah limbah ini perlu adanya pengontrol agar dapat bekerja secara otomatis. Terdapat tiga switch menjalankan

Lebih terperinci

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing, Pengoperasian pltu PERSIAPAN COLD START PLTU 1. SISTEM AUXILIARY STEAM (UAP BANTU) FUNGSI : a. Menyuplai uap ke sistem bahan bakar minyak pada igniter untuk mengabutkan bahan bakar minyak (Atomizing sistem).

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Produksi gula pada PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang terdapat beberapa

BAB IV PEMBAHASAN. Produksi gula pada PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang terdapat beberapa BAB IV PEMBAHASAN Produksi gula pada PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang terdapat beberapa proses produksi. Proses dari tebu kemudian berubah menjadi butiran butiran kristal gula yang siap jual. Dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. level burner adalah Combustion Damper. Jika terjadi kegagalan (Over Flow)

BAB I PENDAHULUAN. level burner adalah Combustion Damper. Jika terjadi kegagalan (Over Flow) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengoperasian peralatan udara pembakaran pada dasarnya adalah menyiapkan udara yang akan digunakan untuk pembakaran di dalam boiler furnace. Prinsip dasarnya adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 PLC (Programmable Logic Controller) Pada sub bab ini penulis membahas tentang program PLC yang digunakan dalam system ini. Secara garis besar program ini terdiri

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Umum Perancangan sistem PLC web server sebagai sistem kontrol coal crushing plant merupakan sistem yang mampu mengontrol dan memberikan informasi keadaan plant secara real-time,

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

OTOMASI WORK STATION (FMS) BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER Purnawan

OTOMASI WORK STATION (FMS) BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER Purnawan OTOMASI WORK STATI (FMS) BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CTROLLER Purnawan A. PENGANTAR Sebagian besar proses di industri menghendaki strategi pengontrolan atau pengendalian sekuensial. Pengendalian sekuensial

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan media filter untuk memisahkan kandungan partikel-partikel yang

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan media filter untuk memisahkan kandungan partikel-partikel yang BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Sistem Water Filter Sistem water filter adalah sistem pengolahan air dengan metode penyaringan menggunakan media filter untuk memisahkan kandungan partikel-partikel yang

Lebih terperinci

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE Disusun oleh : Sori Tua Nrp : 21.11.106.006 Dosen pembimbing : Ary Bacthiar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Boiler Longchuan Boiler Longchuan adalah boiler jenis thermal yang dihasilkan dari air, dengan sirkulasi untuk menyalurkan panasnya ke mesin-mesin produksi. Boiler Longchuan mempunyai

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan menggunakan PLC FX series, 3 buah memori switch on/of sebagai input, 7 buah pilot lamp sebagai output

Lebih terperinci

COOLING WATER SYSTEM

COOLING WATER SYSTEM 2.8. Pengertian Cooling Water System pada Gas Turbine merupakan suatu sistem pendinginan tertutup yang digunakan untuk pendinginan lube oil dan udara pendingin generator. Cooling Water System menggunakan

Lebih terperinci

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU Steam Power Plant Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU Siklus dasar yang digunakan pada Steam Power Plant adalah siklus Rankine, dengan komponen utama boiler, turbin

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 41 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Tujuan Perancangan Dalam pembuatan suatu sistem kontrol atau kendali, perancangan merupakan tahapan yang sangat penting untuk dilalui atau dilakukan. Perancangan adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1. Model Kontrol Pompa Pemadam Kebakaran Berbasis Arduino Simulasi ini dibuat menyesuaikan cara kerja dari sistem kontrol pompa pemadam kebakaran berbasis Arduino, perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Indonesia Power UP. Suralaya merupakan perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batubara sejak tahun 1984 sebagai bahan bakar utama pembangkitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PLTU adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan tekanan uap hasil dari penguapan

Lebih terperinci

BAB IV BAHASA PROGRAM PLC

BAB IV BAHASA PROGRAM PLC BAB IV BAHASA PROGRAM PLC Sebelum menyusun suatu program untuk pengoperasian PLC pada pengontrolan suatu system atau proses, harus mengetahui dan menghafal bahasa program PLC yang akan digunakannya. PLC

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS) DI GEDUNG LABORATORIUM DEPKES JAKARTA A. PENDAHULUAN

BAB IV PEMBAHASAN BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS) DI GEDUNG LABORATORIUM DEPKES JAKARTA A. PENDAHULUAN BAB IV PEMBAHASAN BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS) DI GEDUNG LABORATORIUM DEPKES JAKARTA A. PENDAHULUAN Untuk pembahasan ini penulis menganalisa data dari lapangan yang berupa peralatan meliputi PCD, jenis

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1. Pendahuluan Sebelum digunakan untuk produksi, rancangan prototype robot auto spray ini harus diuji terlebih dahulu. Pengujian ini berfungsi untuk: Mengetahui kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dengan kapasitas terpasang 2 x 315 MW, tiap unit PLTU 1 Jawa Tengah Rembang memiliki satu buah boiler dengan 5 mill pulveriser yang mensuplai bahan bakar ke burner (ruang bakar).

Lebih terperinci

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION Session 13 STEAM TURBINE OPERATION SISTEM OPERASI Operasi plant yang baik harus didukung oleh hal-hal berikut: Kelengkapan buku manual dari pabrikan Prosedur operasi standar yang meliputi instruksi untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat 29 BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan secara lebih rinci mengenai perencanaan dan pembuatan dari alat UV Room Sterilizer. Akan tetapi sebelum melakukan pembuatan alat terlebih dahulu

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Materi penelitian dalam Tugas Akhir ini adalah analisis proses konversi energi pada PLTU Suralaya Unit 5 mulai dari energi pada batubara hingga menjadi

Lebih terperinci

BAB III REALISASI DAN PERANCANGAN

BAB III REALISASI DAN PERANCANGAN BAB III REALISASI DAN PERANCANGAN 3.. Pendahuluan Rancangan yang baik dan matang dari sebuah sistem amat sangat diperlukan. Sebelum melakukan pembuatan alat, maka langkah awal adalah membuat suatu rancangan

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM KONTROL KLORINASI

SIMULASI SISTEM KONTROL KLORINASI SIMULASI SISTEM KONTROL KLORINASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP SEBALANG UNIT 5 & 6 LAMPUNG SELATAN Adi Hutama Ginting 1, Emir Nasrullah 2, Noer Soedjarwanto 3 Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap, untuk menghasilkan uap dibutuhkan air yang dipanaskan secara bertahap melalui beberapa heater sebelum masuk ke boiler untuk dipanaskan

Lebih terperinci

BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI

BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI 75 BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI Pada bab IV ada beberapa hal penting yang akan disampaikan terkait dengan perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, terutama mengenai penggantian,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Sistem pengendalian otomatis generator pada saat listrik padam, berfungsi untuk mengalihkan sumber catu daya listrik, dari listrik PLN ke listrik yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 4. Rancang Bangun Sistem Kontrol

BAB 4. Rancang Bangun Sistem Kontrol BAB 4. Rancang Bangun Sistem Kontrol 4.1 Perancangan Umum Plant ini digunakan untuk proses pembuatan makanan surabi otomatis. Input sistem adalah adonan bahan dan adonan rasa sedangkan hasil yang diharapkan

Lebih terperinci

TIMER DAN COUNTER. ERI SETIADI NUGRAHA, S.Pd. 2012

TIMER DAN COUNTER. ERI SETIADI NUGRAHA, S.Pd. 2012 TIMER DAN COUNTER ERI SETIADI NUGRAHA, S.Pd. 2012 TIMER Ada beberapa jenis timer yang digunakan pada PLC, akan tetapi yang sering digunakan adalah Timer ON Delay dan Timer OFF Delay. Fungsi pewaktu dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 123 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini berisi mengenai hasil pengujian mesin Heat Press 110 Ton 2RT 2P1U yang telah mengalami perubahan basis kontrol dengan PLC FX3U-80M dan HMI Proface AGP3300. Pengujian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI 4.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Telah dirumuskan di Bab 1.2 yaitu : Dengan melihat keadan line produksi sekarang dan data waktu (kosu) produksi saat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA Pada bab ini berisi tentang langkah-langkah pengujian dan analisa sistem pengereman motor induksi di mesin Open Mill. 4.1 Pengujian Alat Untuk mengetahui apakah sistem

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab ini berisi tentang bagaimana alat ini dapat bekerja sesuai dengan rancang bangun serta simulasi yang di targetkan. Dimana sistem mekanikal, elektrikal dapat dikontrol

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN 4.1 Hasil Pengujian Perangkat Keras Pengujian pada prototype elevator atau lift ini dilakukan melalui beberapa tahap pengujian, yaitu pengujian terhadap perangkat-perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI Suatu tujuan akan tercapai dengan baik bila dilakukan melalui tahaptahap yang disusun dan dikerjakan dengan baik pula. Sebelum suatu ide diwujudkan dalam bentuk nyata,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOPERASIAN PERANGKAT GENSET DAN PANEL CPGS

BAB IV PENGOPERASIAN PERANGKAT GENSET DAN PANEL CPGS BAB IV PENGOPERASIAN PERANGKAT GENSET DAN PANEL CPGS 4.1 Genset Sebagai Back Up PLN Genset adalah merupakan sumber energy listrik yang bias digunakan pada peralatan yang memerlukan energy listrik. Pada

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2012

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2012 TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONTROL MOTOR OPEN DAN CLOSE COOLING WATER TREATMENT PLANT MENGGUNAKAN PLC ABB MP200 DI WIRE ROD MILL PT.KRAKATAU STEEL(PERSERO).tbk Diajukan guna melengkapi sebagai syarat Dalam

Lebih terperinci

TREATMENT PLANT DI PT.TENAGA LISTRIK GORONTALO

TREATMENT PLANT DI PT.TENAGA LISTRIK GORONTALO INSTRUKSI KERJA Dokumen No. : Tanggal Berlaku : INSTRUKSI KERJA PENGOPERASIAN WATER Revisi Ke : Revisi 0 TREATMENT PLANT DI PT.TENAGA LISTRIK GORONTALO Halaman : Dibuat Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap) Suralaya mampu membangkitkan listrik berkapasitas 3400 MW dengan menggunakan tenaga uap. Tetapi perlu diketahui bahwa di dalam proses

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT BAB IV PENGUJIAN ALAT Dalam uji coba ini penulis akan melakukan simulasi alat dari kerja rangkaian sistem pengeruk sampah secara otomatis ini. Pengujian ini dilakukan untuk menguji sekaligus membuktikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metodologi penelitian ini menjelaskan tentang tahap-tahap yang dilakukan dalam suatu penelitian. Metode harus ditetapkan sebelum penelitian dilakukan, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER 4.1 Pemilihan Komponen Dalam pemilihan komponen yang akan digunakan, diperlukan perhitunganperhitungan seperti perhitungan daya, arus, serta mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Pada bab ini akan di jelaskan tentang tujuan pengujian alat, metode dan hasil pengujian. Selain itu akan dijelaskan juga jenis-jenis komponen elektrik yang terhubung

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK Ash Handling Adalah penanganan bahan sisa pembakaran dan terutama abu dasar yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum pengambilan data dimulai, turbin gas dioperasikan sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum pengambilan data dimulai, turbin gas dioperasikan sampai dengan 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengambilan Data Sebelum pengambilan data dimulai, turbin gas dioperasikan sampai dengan kondisi steady state. Penulis akan melakukan pengamatan satu dari enam unit pembangkit

Lebih terperinci

BAB lll METODOLOGI PENELITIAN

BAB lll METODOLOGI PENELITIAN BAB lll METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perancangan Pembuatan Alat Dalam penyusunan bab ini penulis akan menjelaskan bagaimana merancang alat tersebut beserta rangkaiannya, perancangan dengan menentukan spesifikasi

Lebih terperinci

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan 17 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES KERJA PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN Berikut diagram alir proses perawatan dan pemeliharaan Jadwal pemeliharaan Program pemeliharaan Pemeliharaan Mingguan

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

BAB IV. SISTEM KONTROL SENSOR PROXIMITI PADA MESIN BUILDING BTU DENGAN MENGGUNAKAN PLC DI PT GAJAH TUNGGAL Tbk.

BAB IV. SISTEM KONTROL SENSOR PROXIMITI PADA MESIN BUILDING BTU DENGAN MENGGUNAKAN PLC DI PT GAJAH TUNGGAL Tbk. BAB IV SISTEM KONTROL SENSOR PROXIMITI PADA MESIN BUILDING BTU DENGAN MENGGUNAKAN PLC DI PT GAJAH TUNGGAL Tbk. 4.1 Sensor Proximiti Sensor Proximiti adalah alat pendeteksi yang bekerja berdasarkan jarak

Lebih terperinci

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLER (PLC)

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLER (PLC) PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLER (PLC) Tujuan Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta mampu : Memahami fungsi PLC Mampu membuat program PLC Mampu menerapkan PLC untuk menyelesaikan permasalahan kontrol

Lebih terperinci

BAB IV. PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

BAB IV. PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR BAB IV PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR 4.1 Pengoperasian Untuk mengoperasikan ESP, ada presedur yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Pemeriksaan sebelum start-up 2. Start-up 3. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Ada tiga tahapan dalam proses proses penyalaan awal boiler, yang pertama ada tahap no load atau generator belum menghasilkan listrik, yang kedua adalah tahap load atau generator

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI OMRON SYSMAC CPM1A PADA SISTEM OTOMATISASI POMPA AIR UNTUK PENGISIAN WATER TANK DI APARTEMENT GRIYA PRAPANCA

PERANCANGAN APLIKASI OMRON SYSMAC CPM1A PADA SISTEM OTOMATISASI POMPA AIR UNTUK PENGISIAN WATER TANK DI APARTEMENT GRIYA PRAPANCA PERANCANGAN APLIKASI OMRON SYSMAC CPM1A PADA SISTEM OTOMATISASI POMPA AIR UNTUK PENGISIAN WATER TANK DI APARTEMENT GRIYA PRAPANCA Disusun Oleh: Nama :Widhi Setya Wardani NPm :26409372 Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK RANCANG BANGUN PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED FORWARD REVERSE MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20DR-A Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA GANGGUAN PLTU 2 BANTEN LABUAN

BAB IV ANALISA GANGGUAN PLTU 2 BANTEN LABUAN 38 BAB IV ANALISA GANGGUAN PLTU 2 BANTEN LABUAN 4. Gangguan PLTU 2 Banten Labuan PLTU 2 Banten Labuan terdiri dari 2 unit yang masing-masing memilki daya terpasang 300 MW. Output tegangan dari generator

Lebih terperinci

Pengontrolan dan Pemonitoran Mesin Steamer dengan Menggunakan PLC OMRON CQM1 CPU21 dan Intellution FIX 32

Pengontrolan dan Pemonitoran Mesin Steamer dengan Menggunakan PLC OMRON CQM1 CPU21 dan Intellution FIX 32 Pengontrolan dan Pemonitoran Mesin Steamer dengan Menggunakan PLC OMRON CQM1 CPU21 dan Intellution FIX 32 1 Agustiar, Mahasiswa TE Undip, Wahyudi,Staf Pengajar TE Undip, Aris Triwiyatno, Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 20 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perencanaan Secara Diagram Blok Untuk dapat melakukan perancangan alat Water Bath, maka penulis memulai dengan perancangan blok diagram yang tertera pada gambar dibawah.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN MODIFIKASI

BAB III PEMBAHASAN MODIFIKASI BAB III PEMBAHASAN MODIFIKASI 3.1 Pembahasan Modifikasi Positioner Combustion Control Damper Dibawah ini adalah blok diagram combustion control damper pada level C boiler PLTU suralaya. Load + Error -

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mesin Power Press Mesin Power Press adalah peralatan yang mempunyai prinsip kerja kerja penekanan dengan melakukan pemotongan, pembentukan atau gabungan dari keduanya. Gambar

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) A. Pengertian PLTG (Pembangkit listrik tenaga gas) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan gas untuk memutar turbin dan generator. Turbin dan generator adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN 3.1. Perakitan Panel Panel Lampu Luar merupakan salah satu panel yang telah dikenal luas, khususnya dalam instalasi lampu penerangan lampu jalan ( PJU ). Biasanya

Lebih terperinci

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI 3.1 Umum Masalah pengasutan motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada motor-motor induksi tiga phasa yang memiliki kapasitas yang besar. Pada waktu mengasut

Lebih terperinci

Crane Hoist (Tampak Atas)

Crane Hoist (Tampak Atas) BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI 4.1. Simulator Alat Kontrol Crane Hoist Menggunakan Wireless Simulasi ini dibuat menyesuaikan cara kerja dari sistem kontrol mesin crane hoist menggunakan wireless berbasis

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEY THROAT RING PLTU SURALAYA #8

LAPORAN SURVEY THROAT RING PLTU SURALAYA #8 2017 LAPORAN SURVEY THROAT RING PLTU SURALAYA #8 PT PLN (Persero) PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN UNIT WORKSHOP & PEMELIHARAAN II - JAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Programmable Logic Controller (PLC) Programmable logic controller singkatnya PLC merupakan suatu bentuk khusus pengendalian berbasis mikroprossesor yang memanfaatkan memori

Lebih terperinci

Session 11 Steam Turbine Protection

Session 11 Steam Turbine Protection Session 11 Steam Turbine Protection Pendahuluan Kesalahan dan kondisi tidak normal pada turbin dapat menyebabkan kerusakan pada plant ataupun komponen lain dari pembangkit. Dibutuhkan sistem pengaman untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan media filter untuk memisahkan kandungan partikel-partikel yang

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan media filter untuk memisahkan kandungan partikel-partikel yang BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Sistem Water Filter Sistem water filter adalah sistem pengolahan air dengan metode penyaringan menggunakan media filter untuk memisahkan kandungan partikel-partikel yang

Lebih terperinci