BAB IV PENGOPERASIAN PULVERIZER DAN COAL FEEDER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGOPERASIAN PULVERIZER DAN COAL FEEDER"

Transkripsi

1 BAB IV PENGOPERASIAN PULVERIZER DAN COAL FEEDER A. Pulverizer (Mill) 1. Fungsi Pulverizer (Mill) PLTU dengan bahan bakar batubara memerlukan perlakuan khusus agar kalor yang terkandung dalam batubara dapat diserap sebanyak mungkin dan batubara dapat terbakar sempurna. Salah satu peralatan yang diperlukan pada PLTU bahan bakar batu bara adalah Pulverizer dan Coal Feeder. Fungsi pulverizer (mill) pada sistem bahan bakar batubara adalah menggiling/menghaluskan bongkahan-bongkahan batubara sehingga menjadi bubuk batubara. Bubuk batubara (Pulverizered Fuel) mempunyai ukuran sekitar 200 Mesh. Tujuan menggiling batubara adalah membuat luas permukaan bubuk batubara menjadi besar, sehingga dalam proses pembakaran antara batubara dan udara lebih homogen dan pembakaran menjadi lebih sempurna. Batubara halus yang ada di dalam pulverizer, didorong dengan menggunakan udara panas (suhu mill outlet ± 60 ), masuk ke furnace dan batubara terbakar dalam furnace. Udara panas yang digunakan untuk mendorong serbuk batu bara ini biasa disebut sebagai Primary air. 2. Prinsip Kerja Pulverizer (Mill) Pulverizer mempunyai tiga buah Grinding Roller yang terpasang pada posisi tetap. Batubara akan dihaluskan diantara Grinding Ring yang berputar dengan tiga buah Roller yang terpasang tetap. Di dalam pulverizer juga terjadi proses pengeringan dan pemisahan batubara dengan benda-benda asing yang terbawa dari proses penambangan atau saat transportasi, sehingga batubara yang akan masuk ke ruang bakar sudah merupakan batubara yang siap dibakar dengan spesifikasi butiran dan temperatur yang telah di tentukan sesuai desain. Serbuk batubara akan 37

2 dikeringkan dan ditransportasikan ke burner (furnace) dengan menggunakan udara panas yang disebut dengan Primary Air. Primary Air ini mempunyai 3 fungsi, yaitu: a. Mentransportasikan serbuk batubara dari Pulverizer ke Burner. b. Mengeringkan serbuk batubara agar pembakaran dapat berlangsung secara optimum. c. Untuk mensirkulasikan batubara di dalam Pulverizer agar terpisah dari material asing yang tidak dapat dihaluskan. Gambar 4.1. Sirkulasi batubara dalam mill Primary Air (Udara Primer) diperoleh dari Primary Air Fan (PAF). Ada dua sumber yang didapat dari mengalirnya Primary Air, yaitu melalui Air Heater sebelum masuk Pulverizer dan Tempering Air dengan suhu 38

3 udara sekitarnya. Kedua Primary Air ini bercampur untuk mendapatkan suhu yang memadai sesuai yang diperlukan oleh Pulverizer. Pengaturan suhu Primary Air ini dilakukan dengan mengatur posisi damper Hot Air dan Tempering Air. Gambar 4.2. Diagram primary air 3. Komponen-komponen Pulverizer Komponen-komponen utama Pulverizer terdiri dari: a. Row Coal Pipe, yang terletak ditengah-tengah top housing yang berfungsi sebagai tempat masuknya batubara dari feeder. Pipa ini melalui bagian tengah Classifier dan batubara dari feeder akan masuk diantara roller. 39

4 b. Swing Valve, yang operasinya menggunakan udara (air operated) yang ada di setiap pipa outlet Pulverizer, berfungsi untuk mengisolasi Pulverizer terhadap Boiler pada saat Pulverizer tidak beroperasi. Dan sebagai penutup cepat (shut off valve) untuk menghentikan aliran batubara kedalam ruang bakar pada saat terjadi gangguan di Pulverizer ( trip ). c. Classifier, adalah suatu cyclone separator yang akan mengembalikan partikel-partikel yang berat (batubara yang masih kasar) ke daerah grinding (Grinding Zone) untuk dihaluskan kembali sehingga mencapai fineness yang sesuai (200 mesh). Gambar 4.3. Konstruksi pulverizer 40

5 d. Throat Ring, adalah tempat masuknya Primary Air untuk menuju ke Grinding Zone. Aliran Primary Air diukur dengan menggunakan air foils atau tabung pilot yang terletak di duct diatas Pilverizer. e. Control Damper, berfungsi untuk mengatur aliran Primary Air dan untuk mempertahankan perbandingan bahan bakar (batubara) dengan udara agar tetap sesuai besarnya aliran Primary Air tergantung pada beban Pulverizer. Aliran Primary Air akan didistribusikan secara merata di sekeliling Pulverizer pada throat ring. f. Grinding Ring dan Roller, berfungsi untuk menghaluskan batubara, dimana grinding ring berputar dan roller pada posisi tetap. Batubara yang halus akan tumpah melalui ring seat ke throat area. Sistem peralatan pendukung pulverizer, terdiri dari: a. Sistem minyak pelumas pulverizer (Lube Oil) adalah sistem pelumas yang berfungsi untuk melumasi dan mendinginkan roda gigi dan bantalan pada gear drive. b. Motor drive, fungsinya sebagai penggerak untuk memutar gear drive, motor drive ini disupplai dengan tenaga listrik tegangan 6KV. c. Gear drive, fungsinya untuk meneruskan putaran motor yang sebelumnya di transformasikan oleh 3 (tiga) tingkat gear reduksi dari kecepatan putaran tinggi (putaran motor : 985 rpm) diturunkan menjadi putaran rendah (putaran yoke dan grinding ring). Hal-hal yang harus diperhatikan dan dimonitor operator adalah: Pada gear box terdapat stick untuk memeriksa tinggi permukaan minyak pelumas. Gear box dan gear oil temperature dengan temperature switch high alarm pada temperature 126ºC. d. Pyrite sistem: sistem ini dilengkapi dengan upper gate, lower gate dan hopper, kondisi normal operasi dengan sistim pneumatic operated dimana upper gate posisi buka sehingga pyrite dari upper gate masuk ke hopper. Apabila pyrite hopper terindikasi penuh, maka operator 41

6 harus mengeluarkan pyrite dalam hopper dengan cara membuka lower pyrite gate. Hal-hal yang harus diperhatikan dan di monitor oleh operator : Monitor kondisi kelancaran sistim upper dan lower pyrite gate. Monitor kondisi hopper dan water spray. Bahaya yang timbul bila pyrite terakumulasi kedalam pulverizer, akan menyebabkan kerusakan pada pyrite plows dan yoke. e. Seal air: udara pemisah yang diperuntukan untuk 3 lokasi yaitu pada roll wheel, yoke dan coal feeder. Area yoke seal hal ini untuk menjaga kebocoran serbuk batubara (coal dust) dari grinding zone ke atmosfir. Dari header ke tiap-tiap roll wheel assembly, hal ini untuk menjaga serbuk batubara tidak masuk ke roll bearing. Area Coal Feeder : fungsinya untuk memberi tekanan positif, agar gas panas dan serbuk batubara (PF) dari mill tidak masuk ke dalam coal feeder. f. Damper, pada pulverizer klasifikasi damper terdiri dari : Control damper (tempering dan hot damper) untuk mengatur jumlah udara primary yang dibutuhkan diatas harga minimumnya, diantara tempering dan hot damper terdapat temperatur transmiter yang mendapat input dari mill outlet temperatur sebagai pendeteksi seberapa besar temperatur campuran udara dan batubara halus keluar mill menuju ruang bakar, besaran temperatur ini akan memerintahkan tempering atau hot damper melalui transmiter untuk menambah atau mengurangi pembukaannya untuk mencapai nilai set point. Tight Shut Off damper (TSO) merupakan isolasi damper yang dipergunakan untuk menutup cepat atau untuk keperluan proses pemeliharaan dimana dapat mengisolasi antara udara primer dengan pulverizer. 42

7 g. Inerting/clearing assembly: Pulverizer diperlengkapi dengan sistim inerting, suatu proses memasukan steam ke dalam pulverizer serta pencucian atau pembersihan inner pulverizer dari sisa-sisa batubara maupun gas yang mudah terbakar pasca pulverizer trip yang mempunyai resiko atau potensi menimbulkan ledakan (explosive). B. Coal Feeder 1. Fungsi dan Prinsip Kerja Coal Feeder Coal feeder berfungsi untuk mengatur jumlah batu bara yang masuk ke pulverizer. Jumlah batu bara yang masuk ke pulverizer berubahubah sesuai dengan beban unit pembangkit. Oleh karena itu, output coal feeder pun berubah-ubah sesuai kebutuhannya. Pengaturan output coal feeder dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan motor penggerak yang putarannya dapat diatur (variable speed motor) atau motor putaran tetap dilengkapi dengan variable speed drive. Gambar 4.4. Coal Feeder type belt feeder 43

8 Gambar 4.5. Komponen internal Coal Feeder 2. Komponen-komponen Coal Feeder a. Motor penggerak clean out conveyor fungsinya untuk menggerakkan peralatan pembersih batubara yang tercecer di coal feeder, motor ini di supply dari breaker boiler MCC 380 V. b. Motor penggerak coal feeder fungsinya untuk penggerak belt feeder, motor ini disupply dari breaker boiler MCC 380 V. c. Belt feeder, berfungsi untuk menyalurkan batubara dari keluaran outlet coal bunker menuju mill, melalui outlet coal feeder. d. Clean out conveyor, scraper conveyor untuk pembersih batubara yang tumpah dan tercecer dibawah belt feeder. Tumpahan batu bara akan disapu oleh clean out conveyor masuk ke pulverizer melalui discharge chute coal feeder. Gambar 4.6. Clean-out conveyor chain 44

9 e. Head Pulley dan Take-Up Pulley, berfungsi sebagai tempat berputarnya belt feeder dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Take-Up Pulley dilengkapidengan adjusting screw yang berfungsi untuk mengatur posisi belt. f. Belt V Guide, berfungsi sebagai guide (pemandu) agar dalam operasinya belt selalu dalam posisi tengah. Belt V-Guide terletak pada bagian tengah belt coal feeder, yang terpasang pada bottom cover. Gambar 4.7. Belt V-Guide g. Lokal control panel, berisi relay-relay dan micro-processor keyboard yang memberikan informasi status, mode yang dipakai dan alphanumeric display untuk menampilkan kondisi pengoperasian. h. Coal flow indicator adalah indikasi yang menunjukan besaran batubara yang masuk ke Pulverizer. i. Load Cell berfungsi untuk membaca aliran batu bara pada coal feeder secara Gravimetrik. j. Coal feeder protection: No Coal On Belt: proteksi untuk pengaman pulverizer akibat tidak ada batubara didalam belt feeder (yang masuk ke pulverizer). Coal Feeder Outlet Pluged: proteksi untuk pengaman adanya plugged di outlet coal feeder. Motor Overload: proteksi untuk pengaman akibat beban lebih. 3. Pembacaan aliran batubara Tabel 4.1. Perhitungan Mode Coal Feeder Perhitungan Mode Coal Feeder Volumetrik Gravimetrik Flow Rate = Density (Kg/m 3 ) x A (m 2 ) x V (m/s) Flow Rate = LCell (Kg/m) x V (m/s) 45

10 Tabel 4.2. Perbandingan Input Mode Coal Feeder Perbandingan Input Mode Coal Feeder Volumetrik Gravimetrik Setting Density Sinyal Load cell Setting Luas Penampang Rpm Tacho Drive pulley Rpm Tacho Drive pulley Hal yang diperhatikan saat melakukan pengukuran aliran batu bara pada coal feeder: a. Volumetrik: Kondisi load cell (apakah ada di penyimpangan output dari dua LC yang terpasang pada setiap CF). Penyimpangan ini akan menyebabkan output load cell tidak menunjukan nilai yang mewakili jumlah batu bara yang ditimbang. b. Gravimetrik: Kondisi belt feeder (kerataan dan kemuluran). Penyimpangan ini akan menyebabkan output load cell tidak menunjukan nilai yang mewakili jumlah batu bara yang yang ditimbang. Kondisi load cell (Apakah ada penyimpangan output dari dua LC yang terpasang pada setiap CF). Penyimpangan ini akan menyebabkan output load cell tidak menunjukan nilai yang mewakili jumlah batu bara yang ditimbang. Gambar 4.8. Skema mekanis Coal Feeder 46

11 C. Pengoperasian Mill dan Coal Feeder 1. Batasan-batasan Pengoperasian Mill Batasan untuk parameter-parameter pengoperasian Mill dan Coal Feeder harus diketahui oleh operator lokal dan ruang control. Berikut ini parameter yang harus diperhatikan dalam pengoperasian mill (Pulverizer) dan coal feeder: a. Suhu mill outlet minimal 45ºC, maksimal 79ºC. b. Aliran udara primer (Primary Air) minimal 52 t/h (13 kg/s), maksimal 140 t/h (35 kg/s). c. Suhu udara primer minimal 180ºC maksimal 400ºC. d. Arus motor mill normal 50 Ampere. e. Differential Pressure (DP) mill minimal 40mmWg, maksimal 450mmWg. f. Coal Flow (Coal Feeder) minimal 25 t/h, maksimal 70 t/h. g. Pembukaan damper aliran udara primer minimal 65%, maksimal 95 %. h. Tekanan Lube Oil Pump trip 1,4 kg/cm 2, alarm 2,1 kg/cm 2 dan maksimal 6 kg/cm 2. i. Suhu pendingin Lube Oil minimal 10ºC maksimal 77ºC. 2. Persiapan Operasi Mill (Pulverizer) a. Periksa CB-CB untuk pengoperasian Mill sudah pada posisi Remote, yaitu CB motor Pulverizer, Lube Oil Pump, Seal Air Fan, Primary Air Fan, Coal Feeder, motor classifier. b. Periksa level minyak pelumas pada gear box sudah pada posisi normal. c. Periksa sistem air pendingin minyak pelumas beroperasi normal. d. Periksa sistem minyak pelumas dapat beroperasi secara normal. e. Periksa sistem fire fighting (waterwash clearing dan spray pyrite box) f. Tutup pintu man hole pyrite. g. Periksa Outlet Valve coal bunker menuju coal feeder bisa membuka dan menutup secara normal. h. Tutup semua pintu coal feeder. 47

12 i. Periksa level minyak pelumas pada gear reducers apakah sudah pada normal level. j. Periksa clean out conveyor dengan menjalankannya (Start Stop) dan pastikan siap operasi. k. Periksa lampu hijau tanda OFF menyala pada microprocessor keyboard. l. Periksa lampu penerangan dalam coal feeder dalam keadaan menyala. 3. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk Start Up Pulverizer a. Purging (pembilasan) di Boiler dan burner-burner sudah selesai semua. b. Satu Primary Air Fan operasi, discharge damper posisi buka. c. Flame detector cooling air > minimum. d. Semua swing valve yang berada satu level posisi menutup. e. Ignitor oil header sudah memenuhi persyaratan (tekanan). f. Aliran udara pada ruang bakar sudah mencukupi. g. Level drum sudah memenuhi (suhu, level water normal). h. Coal Feeder sudah memenuhi persyaratan untuk operasi. i. Alarm pada semua level Coal Burner sudah di reset. j. Coal Burner tidak dalam kondisi mulai start. k. Differential Pressure udara perapat (seal air) dp > 254 mmh 2 O. l. Katup pengaturan udara yang berada pada satu level posisi membuka. m. Tidak ada mill dalam kondisi proses Start-Up. n. Proses inerting sudah selesai. o. Tidak ada penyalaan yang terdeteksi. p. Katup Outlet pada Coal Bunker (Gate Valve) sudah membuka. q. Katup Outlet pada Coal Feeder (Gate Valve) sudah membuka. r. Semua katup Flame Stabilization pada posisi open. s. Damper-damper tempering air dan hot air posisi menutup. t. Mill pada kondisi Stop. u. Level batubara terdeteksi. v. Tidak ada penyumbatan (plug) pada feeder. w. CB Mill sudah posisi masuk/on. 48

13 x. Feeder tidak pada posisi Lokal, posisikan pada REMOTE. y. Pompa minyak pelumas sudah pada posisi siap untuk Start. z. Katup udara perapat (seal air) posisi membuka. aa. Tombol Stop Mill yang berada di lokal tidak dalam posisi tertekan. bb. Suhu bearing Mill normal. 4. Syarat-Syarat untuk Start Coal Feeder a. Pulverizer operasi. b. Pulverizer outlet suhu > minimum. 5. Prosedur Pengoperasian Mill dan Coal Feeder a. Start Lube Oil Pump, tunggu sampai tekanan naik sampai minimal (2Bar). Bila tidak bisa start maka harus di start dari lokal. b. Buka steam inerting valve selama 2 menit, untuk pembilasan mill. c. Memberi setting untuk level Secondary Air control damper, kedua Secondary Air damper akan ON. d. Start ignitor. e. Tutup katup-katup flame stabilizing. f. Buka semua swing valve. g. Posisikan impeler burner pada posisi insert (sampai lampu indikator menyala). h. Mengatur aliran udara primer, dengan cara membuka primary air tight shut-off damper. Atur flow udara primer jangan sampai mendekati batas minimum (30% atau 16 kg/s). i. Jalankan (Start) Mill. j. Tunggu sampai Mill normal operasi (establish) 30 detik. k. Start Coal Feeder. l. Pindahkan ke posisi auto pada Hot Air control damper agar dapat mengontrol suhu Mill. m. Tunggu sampai stabil. 49

14 n. Perhatikan monitor utama untuk penyalaan (flame), apakah pada masing- masing burner sudah terdeteksi. o. Pindahkan ke posisi auto pada Secondary Air dan Primary Air agar dapat mengontrol kebutuhan udara untuk Mill. p. Start Coal Burner menyeluruh. q. Tunggu selama 5 menit agar nyala api stabil. r. Suhu Secondary Air > 150ºC. Kalau belum tunggu sampai memenuhi. s. Urutan Start Mill s/d Coal Burner telah selesai. t. Stop Ignitor. 6. Prosedur Shutdown Mill dan Coal Feeder a. Ignitor siap untuk di-start. b. Start Ignitor. c. Turunkan flow batubara sampai batas minimum (35%), kemudian turunkan aliran udara primer sampai batas minimum. d. Tekan tombol Tempering Air, sampai lampu indikator menyala. e. Tutup Hot Air damper. f. Tunggu ± 5 menit untuk proses pendinginan Mill. g. Stop Coal Feeder. h. Matikan set Secondary Air, ditandai dengan kedua Secondary Air damper pada posisi OFF, dan lampu indicator untuk set Secondary Air OFF (menyala). i. Tunggu ± 90 detik untuk pembersihan mill. j. Stop Mill. k. Tunggu sampai proses pendinginan mill yang terakhir selesai, yaitu waktu pendingin dan suhu outlet Mill kurang dari 60ºC. l. Stop Lube Oil Pump. m. Tutup semua swing valve. n. Buka stabilization valve. o. Tutup Tempering Air damper dan Primary Air Shut Off damper. p. Impeller burner diposisikan retract. 50

15 q. Stop semua ignitor, dengan jalan menutup semua ignitor oil valve. r. Tutup Secondary Air damper (untuk pendingin). s. Semua urutan Stop Mill sudah selesai. 7. Hal-Hal yang menyebabkan Coal Feeder dan Mill Trip a. Mill Trip karena gangguan pada burner Terdapat beberapa burner yang tidak menyala. Terdapat beberapa air register yang tidak membuka pada satu grup. Terdapat beberapa impeller dalam satu grup tidak pada posisi insert. Terdapat beberapa swing valve yang tidak membuka pada satu grup. Ignitor diperintah ON, tetapi Stop (Trip). Terdapat beberapa Flame Stabilizing Valve tidak menutup. Pada kondisi ini semua swing valve akan menutup dan impeller akan Retract, kemudian mill trip. b. Mill Trip yang disebabkan oleh malfunction peralatan Aliran udara primer < 65 %. Tombol Emergency Trip tertekan. Boiler Trip. Kedua grup burner trip. Ignitor tidak ON dan Coal Feeder Stop lebih dari 20 detik. Tekanan minyak pelumas dibawah minimum lebih dari 3 detik. Suhu Coal Feeder diatas 79ºC. Coal Feeder Trip akan memicu Mill memerintahkan Shutdown. Pada kondisi ini, Mill akan segera trip dengan urutan sebagai berikut: Hot air damper menutup. Tempering Air Damper menutup Motor Mill akan trip. Coal Feeder akan trip. Semua swing valve akan menutup. 51

16 Primary Air isolating damper menutup. Seal Air valve menutup. Inerting system beroperasi. c. Penyebab trip Coal feeder: Dua (2) grup Coal Burner trip. Mill stop/trip atau diperintah untuk stop. Ignitor tidak ON dan tidak ada batubara di belt feeder dalam waktu melebihi 20 detik. D. Trouble shooting 1. Mill Trip No Penyebab Tindakan 1 Mill outlet temperature high Setting Alarm : 70 C Trip : 90 C Yakinkan mill outlet temperature control set point pada 66 C. Periksa PA temperatur < 300 C. Periksa pembukaan Hot dan Tempering damper. Periksa Batubara di Coal feeder. Yakinkan Fogging (spray water) valve terbuka. Yakinkan tidak ada api di dalam Mill. 2 PA flow low Set Trip: < 15kg/s delay 6 detik Periksa pembukaan Hot dan Tempering damper. Periksa pembukaan TSO damper. Periksa pembukaan PA flow damper. Yakinkan penunjukan PA flow transmiter akurat. Yakinkan tidak ada hambatan pada Coal pipe. Yakinkan mill outlet temperature normal. Periksa pyrite box tidak tersumbat. 52

17 3 Lube oil pressure low Set Trip: < 1,8 kg/cm 2 4 Motor mill Trip (electrical protection) Periksa lube oil PI & PS kondisi normal. Periksa kebersihan lube oil Filter. Periksa lube oil level. Periksa lube oil pump bekerja dengan baik. Buka Venting untuk mengeluarkan udara terjebak. Periksa dan catat Relay yang kerja pada Breaker. Over load: Periksa Motor winding temperature. Periksa Motor Bearing temperature Short circuit: Megger Motor, kabel. 2. Coal Feeder Trip No Penyebab Tindakan 1 No Coal On Belt Periksa batubara pada belt feeder. Yakinkan Ignitor On. Tutup Mill outlet temperature control station (tutup hot damper). Shutdown Mill. Tutup Coal Bunker Outlet gate. Matikan 380V Breaker Coal Feeder. Bongkar Coal feeder dan lancarkan aliran batubara di coal feeder. 2 Outlet Coal Feeder Plugged Periksa batubara pada belt feeder. Yakinkan Ignitor On. Tutup Mill outlet temperature control 53

18 3 Coal Feeder Drive Fault station (tutup hot damper). Shutdown Mill. Tutup Coal Bunker Outlet gate. Matikan 380V Breaker Coal Feeder. Bongkar Coal feeder dan lancarkan aliran batubara di coal feeder. Yakinkan Ignitor On. Shutdown Mill. Periksa 380V breaker motor drive. Periksa 380V breaker motor clutch. Periksa alarm di Coal Feeder local panel. Periksa kondisi belt feeder. Tutup Coal Bunker Outlet gate. Matikan 380V Breaker Coal Feeder. Bongkar Coal Feeder untuk mengeluarkan material asing dan meyakinkan kondisi belt. 3. Parameter kunci pada Mill (Pulverizer) N o NAMA PARAMETER NORMAL ALARM LOW/HIGH TRIP Keterangan 1 Mill Outlet 66 0 C High 70 0 C 90 0 C Temp 2 Mill DP 300 mmhg - - Jika lebih dari batas normal maka Mill akan runback 3 PA flow > 16 Kg/s Low 16 Kg/s 16 Kg/s - 4 CF speed %

19 5 Mill Motor 70 0 C High > C > C - Winding Temp 6 Mill Motor 70 0 C High > 85 0 C > 95 0 C - bearing temp 7 Combustion 0-100% damper opening 8 Windbox 500 Low Press mmh 2 O mmh 2 O mmh 2 O 9 Motor Mill < 70 Ampere High > 70 A > 85 A 4. Proteksi Mill dan Coal Feeder No Proteksi Normal High Trip Keterangan 1 Mill Outlet 66 0 C High 70 0 C 85 0 C - Temp High Trip 2 Mill DP Mill tidak trip, High Trip mmhg jika lebih dari batas normal Mill akan runback to minimum speed 3 Mill Motor 70 0 C High >125 0 C >135 0 C - Winding Temp High Trip 4 Mill Motor 70 0 C High > 85 0 C > 95 0 C - 55

20 Bearing Temp High Trip 5 Mill Lube Oil Press Low Trip >7 Kg/cm 2 < 5 Kg/cm <5Kg/cm 2-56

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dengan kapasitas terpasang 2 x 315 MW, tiap unit PLTU 1 Jawa Tengah Rembang memiliki satu buah boiler dengan 5 mill pulveriser yang mensuplai bahan bakar ke burner (ruang bakar).

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. dapat menyebabkan derating pada unit pembangkit karena satu sistem Coal

BAB III PERANCANGAN. dapat menyebabkan derating pada unit pembangkit karena satu sistem Coal BAB III PERANCANGAN 3.1 Derating PLTU Suralaya Unit 1-4 Sistem Coal Feeder dan Pulverizer merupakan peralatan utama pada suatu proses pembangkitan PLTU batubara UP. Suralaya unit 1-4 karena sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, selain menggunakan metodologi studi pustaka dan eksperimen, metodologi penelitian yang dominan digunakan

Lebih terperinci

Session 11 Steam Turbine Protection

Session 11 Steam Turbine Protection Session 11 Steam Turbine Protection Pendahuluan Kesalahan dan kondisi tidak normal pada turbin dapat menyebabkan kerusakan pada plant ataupun komponen lain dari pembangkit. Dibutuhkan sistem pengaman untuk

Lebih terperinci

Prosedur Pengoperasian Coal Handling

Prosedur Pengoperasian Coal Handling Prosedur Pengoperasian Coal Handling 1. Prinsip Kerja Coal handling system adalah instalasi yang menangani batubara untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar PLTU batubara. Penanganan mulai dari pembongkaran

Lebih terperinci

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing, Pengoperasian pltu PERSIAPAN COLD START PLTU 1. SISTEM AUXILIARY STEAM (UAP BANTU) FUNGSI : a. Menyuplai uap ke sistem bahan bakar minyak pada igniter untuk mengabutkan bahan bakar minyak (Atomizing sistem).

Lebih terperinci

COOLING WATER SYSTEM

COOLING WATER SYSTEM 2.8. Pengertian Cooling Water System pada Gas Turbine merupakan suatu sistem pendinginan tertutup yang digunakan untuk pendinginan lube oil dan udara pendingin generator. Cooling Water System menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan

Lebih terperinci

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk merubah fasa air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Boiler Longchuan Boiler Longchuan adalah boiler jenis thermal yang dihasilkan dari air, dengan sirkulasi untuk menyalurkan panasnya ke mesin-mesin produksi. Boiler Longchuan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik

Lebih terperinci

Oleh : Umi Fitriyani

Oleh : Umi Fitriyani PENENTUAN WAKTU PERAWATAN PULVERIZER MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) II DENGAN PENDEKATAN BENEFIT- COST ANALYSIS Study Kasus di PT.PJB UP Paiton Oleh : Umi Fitriyani 6506 040

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja PLTU Batubara PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis.

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR 38 BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR 3.1 Unit Station Transformator (UST) Sistem PLTU memerlukan sejumlah peralatan bantu seperti pompa, fan dan sebagainya untuk dapat membangkitkan tenaga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 PLC (Programmable Logic Controller) Pada sub bab ini penulis membahas tentang program PLC yang digunakan dalam system ini. Secara garis besar program ini terdiri

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA ANALISA SISTEM KONTROL LEVEL DAN INSTRUMENTASI PADA HIGH PRESSURE HEATER PADA UNIT 1 4 DI PLTU UBP SURALAYA. Disusun Oleh : ANDREAS HAMONANGAN S (10411790) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL

BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL 82 BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL Analisa rangkaian kontrol pada rangkaian yang penulis buat adalah gabungan antara rangkaian kontrol dari smart relay dan rangkaian kontrol konvensional yang terdapat

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik Makalah Seminar Kerja Praktek SIMULASI PLC SEDERHANA SEBAGAI RESPRESENTASI KONTROL POMPA HIDROLIK PADA HIGH PRESSURE BYPASS TURBINE SYSTEM Fatimah Avtur Alifia (L2F008036) Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Ada tiga tahapan dalam proses proses penyalaan awal boiler, yang pertama ada tahap no load atau generator belum menghasilkan listrik, yang kedua adalah tahap load atau generator

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) A. Pengertian PLTG (Pembangkit listrik tenaga gas) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan gas untuk memutar turbin dan generator. Turbin dan generator adalah

Lebih terperinci

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU Steam Power Plant Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU Siklus dasar yang digunakan pada Steam Power Plant adalah siklus Rankine, dengan komponen utama boiler, turbin

Lebih terperinci

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) Adalah sistim dalam engine diesel yang berfungsi: 1. Mendinginkan engine untuk mencegah Over Heating.. 2. Memelihara suhu kerja engine. 3. Mempercepat dan meratakan

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION Session 13 STEAM TURBINE OPERATION SISTEM OPERASI Operasi plant yang baik harus didukung oleh hal-hal berikut: Kelengkapan buku manual dari pabrikan Prosedur operasi standar yang meliputi instruksi untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi : 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari

Lebih terperinci

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin : BOILER FEED PUMP A. PENGERTIAN BOILER FEED PUMP Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT 1.1 Sistem Proteksi Suatu sistem proteksi yang baik diperlukan pembangkit dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia listrik untuk dapat melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ada beberapa fan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ada beberapa fan yang digunakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit listrik tenaga batubara membutuhkan udara untuk proses produksi listriknya. Suply udara dapat dibagi menjadi dua, yaitu primary air fan yang menghasilkan

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK Ash Handling Adalah penanganan bahan sisa pembakaran dan terutama abu dasar yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi: 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Fan merupakan peralatan yang digunakan untuk menyalurkan sejumlah volume udara atau gas melalui suatu saluran (duct). Selain itu, fan juga digunakan untuk pensuplai

Lebih terperinci

BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR 3.1 Gambaran Umum Elektrostatik merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang medan listrik statik. Elektrostatik diaplikasikan dalam dunia industri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dasar-dasar Pompa Sentrifugal Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada mesin Otto dengan penggunaan bahan bakar yang ditambahkan aditif dengan variasi komposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gesekan pada saat rotor turbin berputar, maka bantalan-bantalan. penyangga tersebut harus dilumasi dengan minyak pelumas.

BAB I PENDAHULUAN. gesekan pada saat rotor turbin berputar, maka bantalan-bantalan. penyangga tersebut harus dilumasi dengan minyak pelumas. 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pelumas sistem yang cukup vital untuk turbin. Fungsinya bukan hanya terbatas untuk pelumasan kerja saja, tetapi juga untuk memindahkan panas, memindahkan

Lebih terperinci

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) BAB VII 2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) Perbaikan bagian atas adalah yang meliputi bagian. atas dari motor Diesel, yaitu seluruh bagian pada kepala silinder (Cylinder head) atau seluruh

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

JOB SHEET SISTEM KELISTRIKAN RTU

JOB SHEET SISTEM KELISTRIKAN RTU JOB SHEET SISTEM KELISTRIKAN RTU Job No 1 Simple Air Conditioning System Kompresor dihubungkan dengan arus 3 phasa dan tiap phasa menggunakan sekring. 3 kipas evaporator dengan 1 phasa dihubungkan terpisah

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 PERAWATAN MESIN DOUBLE FACER 1.1.1 Tahapan-Tahapan Perawatan Pada perawatan mesin double facer kali ini hanya akan dijelaskan perawatan terhadap mesin double facer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan pada mesin boiler satu burner dengan dua bahan bakar natural gas dan solar bekapasitas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan menggunakan PLC FX series, 3 buah memori switch on/of sebagai input, 7 buah pilot lamp sebagai output

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Pengujian Kinerja Damper Position Blower Persiapan Pencatatan data awal Pengujian Kinerja Blower: -Ampere Actual - Tekanan Pencatatan hasil pengujian performance

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulaan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data ang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisa FMEA/ RCM II Information Worksheet menunjukkan

Lebih terperinci

INSTALASI PERMESINAN

INSTALASI PERMESINAN INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN KAMAR MESIN MACHINERY SPACE / ENGINE ROOM RUANG

Lebih terperinci

BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI

BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI 75 BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI Pada bab IV ada beberapa hal penting yang akan disampaikan terkait dengan perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, terutama mengenai penggantian,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT ASSALAMMUALAIKUM PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT.SCHERING-PLOUGH)) HANA FATMA WT LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS) DI GEDUNG LABORATORIUM DEPKES JAKARTA A. PENDAHULUAN

BAB IV PEMBAHASAN BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS) DI GEDUNG LABORATORIUM DEPKES JAKARTA A. PENDAHULUAN BAB IV PEMBAHASAN BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS) DI GEDUNG LABORATORIUM DEPKES JAKARTA A. PENDAHULUAN Untuk pembahasan ini penulis menganalisa data dari lapangan yang berupa peralatan meliputi PCD, jenis

Lebih terperinci

Lampiran Lampiran 1 Prosedur Pengoperasian Generator PT XYZ

Lampiran Lampiran 1 Prosedur Pengoperasian Generator PT XYZ Lampiran Lampiran 1 Prosedur Pengoperasian Generator PT XYZ Semua operator yang menjalankan pengoperasian generator harus mengikuti SOP (Standard Operation Procedure) yang telah dibuat dan ditentukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Indonesia Power UP. Suralaya merupakan perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batubara sejak tahun 1984 sebagai bahan bakar utama pembangkitan

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic A. PNEUMATIK 1. Prinsip Kerja Peralatan Pneumatik Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply

Lebih terperinci

Bab IV Proses Komisioning pada CUT Pilot Plant

Bab IV Proses Komisioning pada CUT Pilot Plant Bab IV Proses Komisioning pada CUT Pilot Plant 4.1 Pengertian Umum 4.1.1 Definisi Secara definisi, komisioning adalah suatu proses yang sistematik dengan berorientasi pada kualitas untuk memverifikasi

Lebih terperinci

Ash/sisa abu yang menempel pada permukaan pipa pipa boiler di bagian evaporator.

Ash/sisa abu yang menempel pada permukaan pipa pipa boiler di bagian evaporator. Ash/sisa abu yang menempel pada permukaan pipa pipa boiler di bagian evaporator. Komponen Utama Sootblower Tipe Fixed Rotary Motor Elektrik Berfungsi untuk menggerakkan gear yang terhubung dengan lance

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Produksi gula pada PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang terdapat beberapa

BAB IV PEMBAHASAN. Produksi gula pada PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang terdapat beberapa BAB IV PEMBAHASAN Produksi gula pada PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang terdapat beberapa proses produksi. Proses dari tebu kemudian berubah menjadi butiran butiran kristal gula yang siap jual. Dari beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metodologi penelitian ini menjelaskan tentang tahap-tahap yang dilakukan dalam suatu penelitian. Metode harus ditetapkan sebelum penelitian dilakukan, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

BAB IV PENGENALAN BALL MILL

BAB IV PENGENALAN BALL MILL BAB IV PENGENALAN BALL MILL 4.1 DESKRIPSI BALL MILL Ball Mill adalah alat penting untuk grinding setelah bahan dilumatkan. Mesin penggiling ini adalah alat yang efisien untuk grinding berbagai bahan menjadi

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR ABSTRAK Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN COOLING WATER SYTEM UNTUK PENURUNAN

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Bangunan Sipil Adalah bangunan yang dibangun dengan rekayasa sipil, seperti : bangunan

Lebih terperinci

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING 737-500 PK-GGF Eko Yuli Widianto 1, Herry Hartopo 2 Program Studi Motor Pesawat Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH ANALISA PROSES KERJA SOOT BLOWER TIPE FIXED ROTARY PADA PROTOTYPE MINI STEAM POWER PLANT DI PT. NW INDUSTRIES Nama : Rachmat Shaleh NPM

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Ir. Teguh Yuwono Ir. Syariffuddin M, M.Eng. Oleh : ADITASA PRATAMA NRP :

Dosen Pembimbing : Ir. Teguh Yuwono Ir. Syariffuddin M, M.Eng. Oleh : ADITASA PRATAMA NRP : STUDI PENENTUAN KAPASITAS MOTOR LISTRIK UNTUK PENDINGIN DAN PENGGERAK POMPA AIR HIGH PRESSURE PENGISI BOILER UNTUK MELAYANI KEBUTUHAN AIR PADA PLTGU BLOK III (PLTG 3x112 MW & PLTU 189 MW) UNIT PEMBANGKITAN

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING

STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING Mesin automatic mixing adalah suatu sistem yang memproses bahan mentah seperti biji plastik menjadi bahan yang stengah jadi untuk dicetak atau di bentuk

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PENGOPERASIAN SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS

LEMBAR KERJA PENGOPERASIAN SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS LEMBAR KERJA PENGOPERASIAN SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS Proses Nama Penanggung Jawab Jabatan Tanda tangan Perumusan Ainun Nidhar, A.Md Asisten Persetujuan Agus Sukandi, M.T. Ka. Lab Energi-Mekanik

Lebih terperinci

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR Resistance Temperature Detector (RTD) atau dikenal dengan Detektor Temperatur Tahanan adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL PADA HIGH PRESSURE TURBINE BYPASS VALVE. Oleh: Meilia Safitri (L2F008061) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

SISTEM KONTROL PADA HIGH PRESSURE TURBINE BYPASS VALVE. Oleh: Meilia Safitri (L2F008061) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro SISTEM KONTROL PADA HIGH PRESSURE TURBINE BYPASS VALVE Oleh: Meilia Safitri (L2F008061) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro -Abstrak- PT. INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lampung 2 x 100 MW unit 5 dan 6 Sebalang, Lampung Selatan. Pengerjaan tugas akhir ini

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Energi Alamraya Semesta adalah PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Batubara yang digunakan adalah batubara jenis bituminus

Lebih terperinci

Bagian dan Cara Kerja PLTU

Bagian dan Cara Kerja PLTU Rabu, 26 Januari 2011 Bagian dan cara kerja PLTU Bagian dan Cara Kerja PLTU 1. Boiler/Ketel Uap PLTU Paiton, Jawa Timur Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdiri dari beberapa system utama, yaitu :

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly Ash dengan Proses Kering Oleh : Palupi Nisa 230 030 04 Hikmatul

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 LOKOMOTIF Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN 4.1 Pengumpulan dan penyajian data 4.1.1 Pengumpulan data dan penyajian data Pada tabel 4.1 Check sheet temperatur dan tekanan pompa sirkulasi periode Tabel 4.1 Check Sheet

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek CONTROL SYSTEM PADA FURNACE 12F1(FOC I) PT. PERTAMINA RU IV CILACAP

Makalah Seminar Kerja Praktek CONTROL SYSTEM PADA FURNACE 12F1(FOC I) PT. PERTAMINA RU IV CILACAP Makalah Seminar Kerja Praktek CONTROL SYSTEM PADA FURNACE 12F1(FOC I) PT. PERTAMINA RU IV CILACAP Indra Permadi (L2F006080) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN 3.1. PERANCANGAN SISTEM KONTROL

BAB III PERANCANGAN 3.1. PERANCANGAN SISTEM KONTROL BAB III PERANCANGAN 3.1. PERANCANGAN SISTEM KONTROL Pada awalnya sistem pompa transmisi menggunakan sistem manual dimana dalam menyalakan atau mematikan sistem diperlukan dua operator lebih. Tugas para

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous Pendahuluan PLTG adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga yang dihasilkan oleh hasil pembakaran bahan bakar dan udara bertekanan tinggi.

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PERALATAN PEMUTUS DAYA YANG FUNGSI UTAMANYA MENCATAT DAN MEMUTUSKAN DAYA LISTRIK KE PERALATAN / BEBAN.

PERALATAN PEMUTUS DAYA YANG FUNGSI UTAMANYA MENCATAT DAN MEMUTUSKAN DAYA LISTRIK KE PERALATAN / BEBAN. FUNGSI DARI SWITCHGEAR : PERALATAN PEMUTUS DAYA YANG FUNGSI UTAMANYA MENCATAT DAN MEMUTUSKAN DAYA LISTRIK KE PERALATAN / BEBAN. SWITCHGEAR (CIRCUIT BREAKER) TEGANGAN RENDAH YANG DIBAHAS ADALAH JENIS A.C.B.

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU BAB III TURBIN UAP PADA PLTU 3.1 Turbin Uap Siklus Renkine setelah diciptakan langsung diterima sebagai standar untuk pembangkit daya yang menggunakan uap (steam ). Siklus Renkine nyata yang digunakan

Lebih terperinci

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant ) LUBRICATING SYSTEM Adalah sistim pada engine diesel yang dapat merawat kerja diesel engine agar dapat berumur panjang, dengan memberikan pelumasan pada bagian-bagian engine yang saling bergerak/mengalami

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/PKS-PRS/08 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Dilarang memperbanyak dokumen ini tanpa izin Wakil Manajemen /Pengendali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU merupakan sistem pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan energi panas bahan bakar untuk diubah menjadi energi listrik dengan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA ALAT OIL BATH MEMMERT ONE 7-45

INSTRUKSI KERJA ALAT OIL BATH MEMMERT ONE 7-45 INSTRUKSI KERJA ALAT OIL BATH MEMMERT ONE 7-45 Laboratorium Sains Program Studi Teknik Kimia Universitas Brawijaya Malang 2015 Instruksi Kerja Oilbath Memmert ONE 7-45 Laboratorium Sains Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB I PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian Fungsi Relay Tegangan Lebih Tipe BE4-27/59 4.1.1 Tujuan 1. Melaksanakan praktikum pengujian fungsi relay tegangan lebih tipe BE4-27/59. 2. Mengetahui cara fungsi

Lebih terperinci

Kata Pengantar. sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

Kata Pengantar. sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang turbin uap ini dengan baik meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan kondisi udara yang nyaman pada saat ini sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama pada kendaraan seperti

Lebih terperinci

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA 9.1. MESIN PENGGERAK UTAMA KAPAL PERIKANAN Mesin penggerak utama harus dalam kondisi yang prima apabila kapal perikanan akan memulai perjalanannya. Konstruksi

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci