BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. beban underwriting ada baiknya terlebih dahulu mengetahui kebijakan akuntansi yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. beban underwriting ada baiknya terlebih dahulu mengetahui kebijakan akuntansi yang"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk melanjutkan pembahasan mengenai analisa pengakuan pendapatan dan beban underwriting ada baiknya terlebih dahulu mengetahui kebijakan akuntansi yang diterapkan di PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia. Dalam kegiatan operasinya PT. Asuransi Permata Nipponkoa selalu berusaha menerapkan Peraturan Pemerintah (PP) sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 2 tahun 1997 tanggal 11 February 1997 mengenai usaha perasuransian dan Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 1998 tanggal 30 Oktober 1998 mengenai penyelenggaraan usaha perasuransian beserta perangkat hukum lainnya yang menunjang ketentuan ini serta Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 481/KMK.017/1999 mengenai kesehatan keuangan perusahaan Asuransi dan Reasuransi. Tarif Premi yang ditentukan oleh PT. Asuransi Permata Nipponkoa umumnya ditentukan berdasarkan besar kecilnya resiko-resiko yang kemungkinan akan terjadi dan juga tergantung pada keadaan pasar, unsur-unsur yang membentuk premi antara lain : tarif/rate, harga pertanggunmgan atau dapat juga memakai harga pasar, komisi dan biayabiaya. Berdasarkan besar kecilnya resiko perusahaan asuransi kerugian juga harus menjelaskan kepada masyarakat/nasabah mengenai kondisi perusahaan mengenai ganti rugi, agar nasabah mengetahui standar risiko-risiko yang dijamin dan risiko-risiko mana yang merupakan perluasan serta risiko-risiko mana yang dikecualikan atau tidak dijamin. Perusahaan dalam menginvestasikan dananya mempunyai prinsip tidak terlalu banyak menginvestasikan dana tersebut pada sektor yang sulit dalam menarik dananya 31

2 32 sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Dana yang diinvestasikan oleh PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia yaitu dalam bentuk-bentuk deposito berjangka atau sertifikat deposito pada setiap bank, tidak melebihi 20% dari jumlah investasi. Adapula deposito jaminan yang merupakan deposito berjangka yang ditatausahakan atas nama menteri sebagai jaminan terakhir dalam rangka melindungi kepentingan pemegang polis. Biasanya perusahaan asuransi juga menginvestasikan dananya dalam bentuk deposito berjangka pendek dengan tujuan agar dananya mudah ditarik untuk menunjang aktivitas utama perusahaan yaitu dalam hal ganti rugi. Bunga deposito diakui dan dicatat perusahaan sebagai pendapatan non operasi per tanggal jatuh tempo sebesar jumlah bunga yang telah jatuh tempo dan pada akhir periode akuntansi yang akan dilaporkan keseluruhan bagian dari yang ditangguhkan per tanggal tersebut. Investasi PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia untuk tahun 2008 dan 2007 adalah sebagai berikut : (dalam jutaan rupiah) Investment & Deposito Rp ,649 Rp ,802 PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia membentuk cadangan teknis asuransi sesuai dengan jenis asuransi yang diselenggarakan yaitu terdiri dari cadangan premi dan cadangan klaim sesuai dengan SK 481/KMK/027/1999, premi yang belum merupakan pendapatan karena pertanggungannya masih berjalan sampai dengan akhir tahun akuntansi harus dicadangkan dalam bentuk cadangan premi. Perusahaan asuransi kerugian di dalam kebijakan akuntansinya dapat diketahui bahwa pendapatan premi oleh

3 33 perusahaan terdapat pada periode dimana premi tersebut diterima atau pada suatu periode untuk mendapatkan pendapatan premi, maka pendapatan premi yang diterima pada periode tersebut harus dikurangi cadangan premi. Sedangkan cara yang dapat dilakukan untuk pengakuan cadangan premi tersebut sebagai pendapatan dan hubungannya terhadap laba rugi adalah dengan cara membandingkan cadangan premi tahun tersebut dengan cadangan premi tahun lalu dan apabila cadangan dari tahun berjalan lebih besar dari tahun sebelumnya maka akan terjadi kenaikan cadangan premi yang akan menambah pendapatan bagi perusahaan dan sebaliknya apabila cadangan premi tahun berjalan lebih kecil dari tahun sebelumnya maka akan terjadi penurunan cadangan premi dimana akan mengurangi pendapatan bagi perusahaan. Cadangan premi dimaksudkan sebagai koreksi/adjustment dari pengakuan pendapatan premi, dimana pendapatan premi diakui sekali saja yaitu pada saat akhir periode akuntansi dan perlu diperhitungkan berapa jumlah premi yang merupakan pendapatan tahun berjalan. Mengenai perhitungan cadangan klaim yang harus dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut : a. Jumlah klaim yang telah disepakati bersama tetapi belum dibayar dikurangi dengan beban klaim yang menjadi bagian penanggung ulang. b. Perkiraan yang wajar atas setiap klaim yang mungkin sudah terjadi tetapi belum dilaporkan dikurangi dengan beban klaim yang menjadi bagian penanggung ulang. c. Perkiraan yang wajar atas klaim yang mungkin sudah terjadi tetapi belum dilaporkan dikurangi beban klaim yang menjadi bagian penanggung ulang.

4 34 Cadangan premi dan cadangan klaim diakui dan dicatat per tanggal neraca. Berikut jumlah cadangan premi dan cadangan klaim untuk tahun 2008 dan 2007 adalah sbb; (dalam jutaan rupiah) Cadangan Premi Rp ,989 Rp ,086 Cadangan Klaim Rp ,442 Rp ,944 PT. Asuransi Permata Nipponkoa mempunyai retensi sendiri dalam setiap resikonya artinya bahwa perusahaan mempunyai bagian pertanggungan yang menjadi beban atau tanggung jawab sendiri sesuai dengan tingkat kemampuan keuangan perusahaan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 481/KMK.017/1999 bahwa pembentukan cadangan premi asuransi kerugian termasuk annuitas harus menggunakan metode prospektif premi netto dengan biaya tahun pertama yang diamortisasikan 30%o (tiga puluh perseribu) dari uang pertanggungan. Setiap penutupan asuransi dimana jumlah uang pertanggungannya melebihi retensi sendiri maka PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia dapat memperoleh dukungan dari pihak reasuradur melalui perjanjian pada beberapa perusahaan reasuransi dan perusahaan asuransi dalam negeri. Berikut ilustrasi mengenai pengakuan pendapatan beserta bebannya dalam aktivitas utama perusahaan asuransi yaitu transaksi yang berkaitan dengan penutupan pertanggungan langsung. PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia menerbitkan polis PT. Tri Reka Handayani, dalam hal ini jenis asuransi adalah Fire Property All Risk.

5 35 Perincian polisnya adalah sebagai berikut : Risk No 001 : Fire Property All Risk Period of Polis: 30/01/ /01/2009 Item No. 001 : Building Sum Insured USD 4,500, Item No. 002 : Machinery Sum Insured USD 1,500, Item No. 003 : Business Interruption Sum Insured USD 1,000, Total Sum Insured Policy : USD 7,000, Total Premium Risk : USD 3, (Rate : 0.045%) PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia mengasuransikan polis tersebut diatas kepada perusahaan reasuransi sebagai berikut : Reasuransi 1. PT. Tugu Reasuransi Indonesia Share (25%) Item No. 001 : Building Sum Insured USD 1,125, Item No. 002 : Machinery Sum Insured USD 375, Item No. 003 : Business Interruption Sum Insured USD 250, Total Sum Insured USD 1,750, Premium USD

6 36 Commision (USD ) Net Premium USD PT. Reasuransi Nasional Indonesia Share (30%) Item No. 001 : Building Sum Insured USD 1,350, Item No. 002 : Machinery Sum Insured USD 450, Item No. 003 : Business Interruption Sum Insured USD 300, Total Sum Insured USD 2,100, Premium USD Commision (USD ) Net Premium USD PT. Reasuransi Internasional Indonesia Share (30%) Item No. 001 : Building Sum Insured USD 1,350, Item No. 002 : Machinery Sum Insured USD 450, Item No. 003 : Business Interruption Sum Insured USD 300, Total Sum Insured USD 2,100,000.00

7 37 Premium USD Commision (USD ) Net Premium USD Jadi PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia mengakui pendapatan premi hanya sebesar 15% dari transaksi tersebut diatas. Dengan perhitungan sebagai berikut : Item No. 001 : Building Sum Insured USD 675, Item No. 002 : Machinery Sum Insured USD 225, Item No. 003 : Business Interruption Sum Insured USD 150, Total Sum Insured USD 1,050, Premium USD Sama halnya dengan pengakuan beban klaim yang diakui oleh masing- masing reasuransi dan PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia sesuai dengan perhitungan diatas. Jika terjadi klaim maka dari pihak reasuransi membayar sesuai dengan jumlah tanggungan masing-masing. Dengan catatan premi dari polis tersebut harus sudah dilunasi oleh pihak tertanggung.

8 38 A. Analisis Pengakuan Pendapatan Premi dan Beban Underwriting Dalam menganalisa pengakuan pendapatan atas pencatatan serta beban yang membentuk laba perusahaan, maka ada beberapa penyusunan analisa berdasarkan pendapatan serta beban yang berhubungan dengan diperolehnya pendapatan tersebut yang diakui dan dicatat perusahaan pada akhir tahun periode akuntansi. Perusahaan mengelompokkan pendapatan ke dalam dua kelompok, yaitu : a. Pendapatan Operasi, yang diperoleh dari pengurangan antara 1. Hasil underwriting bersih, diperoleh dari : a. Pendapatan premi, ditambah dengan b. Pendapatan komisi, dikurang dengan c. Klaim bersih (beban underwriting) 2. Beban Operasi b. Pendapatan Non Operasi diperoleh dari pengurangan antara 1. Pendapatan non operasi 2. Beban non operasi A. Pendapatan Operasi Pendapatan operasi yang diakui perusahaan pada akhir tahun 2008 adalah sebagai berikut: Hasil bersih pendapatan underwriting Beban operasi Pendapatan Operasi

9 39 1. Hasil underwriting bersih (Net Underwriting Result) Hasil underwriting bersih merupakan hasil bersih yang diakui perusahaan pada akhir tahun sebagai pendapatan utama perusahaan yang terbentuk dari pendapatan dan beban langsung dari aktivitas utama perusahaan asuransi yaitu pemberian jasa pertanggungan. Untuk memperoleh analisa yang wajar atas pendapatan dalam operasi utama perusahaan maka berikut komponenkomponen dan beban yang membentuknya. a. Pendapatan Premi dan Beban Klaim Pengakuan pendapatan dan biaya dalam perusahaan asuransi di Indonesia merupakan hal penting karena pendapatan dan biaya (dalam hal ini pendapatan premi dan biaya klaim) merupakan faktor utama kegiatan operasi perusahaan yang nantinya akan menentukan perolehan laba. Dalam mengakui pendapatannya ada banyak cara yang digunakan. Untuk pendapatan yang diterima dari premi merupakan hasil penjualan, perusahaan mengakui pendapatan premi pada saat dijual atau pada saat tagihan dibuat. Perusahaan akan mengakui pendapatan premi yang diperoleh secara merata setiap hari sebagai pendapatan selama masa pertanggungan.

10 40 Berikut premi yang diakui perusahaan pada akhir tahun 2008 adalah : Premi Kotor Premi Reasuransi ( ) Kenaikan (penurunan) cadangan premi ( ) Jumlah pendapatan premi Premi yang diperoleh perusahaan dari tertanggung diakui sebagai pendapatan premi kotor dengan berdasarkan accrual basis. Perusahaan akan mencatat premi tersebut sebagai pendapatan premi pada saat dimulainya pertanggungan dan akan diakui secara merata setiap hari sebagai pendapatan selama masa pertanggungan. Penulis akan memberikan ilustrasi mengenai pengakuan pendapatan beserta bebannya dalam aktivitas utama perusahaan asuransi yaitu transaksi yang berkaitan dengan penutupan pertanggungan langsung dan dalam ilustrasi ini juga akan terlihat penyesuaian terhadap pendapatan dan beban yang diakui setiap akhir tahun sebagai usaha perusahaan untuk mencapai konsep penanding yang merupakan relevansi dari metode pengakuan pendapatan accrual basis dengan metode cash basis, sehingga akan memungkinkan diakuinya laba usaha yang wajar pada akhir tahun neraca. Berikut ilustrasi yang disajikan: Pada tanggal 11 Februari 2008 PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia mengeluarkan polis asuransi Fire Property All Risk atas nama PT. Tri Reka Handayani dengan uang pertanggungan sebesar USD.

11 41 7,000, Kontrak premi selama 1 tahun dengan rate premi yang telah ditentukan perusahaan adalah sebesar 45%. Premi dibayar di muka secara tahunan adalah sebagai berikut : Rumus = Uang Pertanggungan x Rate Premi 1000 = USD 7,000,000 x 45 % 1000 = USD 3,150 Pencatatan Pendapatan premi dengan menggunakan Accrual Basic adalah sebagai berikut : 11 Februari 2008 Kas USD. 3,150 Pendapatan Premi Diterima Dimuka USD. 3,150 Accrual Basic 31 Desember 2008 Pendapatan Premi Diterima Di muka USD. 2,625 Pendapatan Premi USD.2,625 (10/12 X 3,150) Cara pencatatan biaya dalam perusahaan asuransi yang tidak kalah pentingnya dengan cara untuk pendapatan yang diterima. Dalam mencatat biaya-biaya yang terjadi perusahaan menggunakan metode accrual, yaitu biaya yang dikeluarkan akan dianggap sebagai hutang terlebih dahulu. Klaim akan diakui dan dicatat pada saat timbulnya

12 42 kewajiban yaitu setelah disetujui dan ditetapkan besarnya ganti rugi yang pasti berdasarkan Laporan Penyisihan Klaim (LPK) yang bersangkutan. Contoh : Pada tanggal 1 Agustus 2008, PT. Tri Reka Handayani mengalami kebakaran (seperti ilustrasi diatas), kemudian mengajukan klaimnya kepada PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia dan atas kejadian itu pula, maka perusahaan akan mencatat kejadian tersebut sebagai berikut : a. Pada saat klaim disetujui Biaya Klaim USD 7,000,000 Hutang Klaim USD 7,000,000 b. Pada saat klaim dilunasi Hutang Klaim USD 7,000,000 Kas USD 7,000,000 Melihat kasus diatas, pencatatan yang dipakai menggunakan metode accrual basic, karena dasar pencatatan pada saat disetujui dan ditetapkan dengan besarnya jumlah ganti rugi. Berdasarkan pencatatan dan pengakuan diatas, maka dapat diartikan bahwa beban klaim diakui dan dicatat bersama dengan tumbuhnya kewajiban yaitu pada periode tercapainya persetujuan ganti rugi kepada tertanggung. b.pendapatan Komisi Pendapatan yang diperoleh perusahaan asuransi kerugian tidak hanya berasal dari premi, melainkan juga dari pendapatan-pendapatan yang

13 43 lain di luar usahanya. Pendapatan komisi dari perusahaan reasuransi misalnya diakui apabila komisi reasuransi tersebut telah disetujui oleh perusahaan dan reasuradur. Pendapatan komisi sama halnya dengan pendapatan premi dalam setiap periode tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu. Pengakuan dan pencatatan komisi yang diterapkan oleh perusahaan sejalan dengan pencatatan dan pengakuan pendapatan premi bruto. Pendapatan dan beban dicatat pada saat realisasi masing-masing serta akan didistrisbusikan untuk diakui secara merata selama masa pertanggungan. Pendapatan yang timbul akan langsung mengurangi beban komisi yang ada pada akhir periode akuntansi. Beban komisi yang terjadi merupakan beban yang dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan premi sehingga harus diakui pada periode yang bersamaan dengan diterimanya pendapatan premi tersebut. Dalam hal pendapatan komisi, maka komisi tersebut diakui sebagai faktor penambah pendapatan premi. Jurnal yang akan dicatat atas beban komisi pada saat timbulnya kewajiban adalah: Beban Komisi Pendapatan Premi Kemudian perusahaan akan mencatat pendapatan komisi sesuai dengan pengakuan beban komisi, jurnalnya adalah: Premi reasuransi Pendapatan Premi

14 44 Perusahaan mengakui dan mencatat beban klaim kotor pada saat besarnya ganti rugi atas klaim tersebut yang telah disepakati oleh pihak perusahaan, tetapi beban klaim kotor ini belum termasuk biaya penyelesaian klaim. Lebih lanjut dijelaskan bahwa beban klaim lainnya diakui dan dicatat pada saat dikeluarkannya beban tersebut dan diperlakukan sebagai bagian dari beban klaim. Beban klaim lainnya disini yang diakui dan dicatat perusahaan dilakukan pada saat realisasi dan pada akhir tahun, baru akan diakui sebagai penambah beban klaim. Pengakuan dan pencatatan atas beban klaim tersebut berpengaruh terhadap laba perusahaan. Apabila beban klaim tersebut terlalu tinggi maka laba perusahaan akan menurun, sehingga akan sulit mencapai pengakuan laba yang wajar pada akhir periode akuntansi. Beban klaim harus diakui dan dicatat perusahaan bersamaan dengan timbulnya kewajiban kepada tertanggung pada periode terjadinya peristiwa yang mungkin mengakibatkan kerugian bagi tertanggung dimana besarnya beban klaim tersebut diperhitungkan berdasarkan taksiran ganti rugi yang belum diselesaikan termasuk juga ganti rugi untuk klaim yang belum dilaporkan pada akhir tahun tersebut. Taksiran ini mencerminkan jumlah klaim yang dicadangkan pada akhir tahun yang mungkin akan menimbulkan beban pada periode yang akan datang yang sebenarnya kerugian atas objek yang dipertanggungkan sudah terjadi tetapi belum terselesaikan. Perusahaan mengakui beban tersebut sebagai cadangan klaim, maksudnya adalah klaim yang sudah terjadi tetapi belum dibayar atau klaim yang masih dalam proses penyelesaian.

15 45 Klaim yang telah terjadi tetapi belum dilaporkan serta terdapat pengurangan yang menjadi tanggungan reasuradur terhadap biaya penyelesaian atas klaim-klaim tersebut. Kenaikan atau penurunan cadangan klaim yang diakui perusahaan pada akhir periode akuntansi merupakan penambah atau pengurang beban klaim bruto. Kenaikan atau penurunan cadangan klaim diperoleh karena adanya pencairan kembali cadangan klaim tahun lalu bersamaan dengan diakuinya cadangan klaim untuk tahun berjalan. Bila yang terjadi adalah kenaikan, maka nilai itu dianggap sebagai beban laba/rugi tahun berjalan. B. Pendapatan Non-Operasi Pendapatan bunga deposito diakui dan dicatat oleh perusahaan pada tanggal jatuh tempo sebesar jumlah bunga yang telah jatuh tempo dan pada akhir periode akuntansi dan keseluruhan bagian bunga yang ditangguhkan pada tanggal tersebut. Laba dari selisih kurs mata uang asing diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi dalam mata uang asing sepanjang transaksi tersebut tidak menyangkut tagihan dan akan disesuaikan pada tanggal neraca yang merupakan selisih antara kurs pembukuan tahun berjalan dengan kurs pembukuan baru yang dibentuk setiap tanggal neraca sebagai kurs tukar yang sudah disesuaikan dengan kurs tengah BI pada tanggal neraca.

16 46 Laba penjualan aktiva tetap yang diakui dan dicatat pada saat terjadinya penjualan/pertukaran suatu aktiva sebesar selisih antara nilai jual/tukar yang diperoleh dengan nilai buku dari aktiva tetap. Pendapatan lainnya yang diperoleh perusahaan, umumnya dicatat dan diakui pada saat terjadinya. Salah satunya adalah jasa giro. Perusahaan mengakui dan mencatat pendapatan jasa giro pada saat pihak bank mengkredit rekening giro perusahaan sebesar jasa giro yang diberikan oleh pihak bank. Pengakuan pendapatan dan beban non operasi tidak berhubungan langsung dengan pendapatan usaha asuransi, jadi tidak berpengaruh secara langsung terhadap konsep penanding antara beban dan pendapatan yang berkaitan dan pada umumnya pendapatan dan beban ini diakui pada saat realisasinya atau pada saat periode terjadinya. B. Analisis atas Akuntansi Pendapatan Asuransi Kerugian Sebagaimana telah penulis jelaskan dalam bab I tentang pentingnya informasi akuntansi yang berkualitas, dimana dengan informasi tersebut akan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guna mengambil suatu keputusan ekonomi. Informasi yang berkualitas dapat dihasilkan apabila dalam pencatatan dilakukan secara benar dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, sehingga semua pihak dapat menilai serta memahami informasi tersebut. Selain itu dalam Bab III juga diterangkan bahwa PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa

17 47 asuransi kerugian yang mampu menghasilkan pendapatan premi besar, sehingga membutuhkan pengelolaan premi yang baik. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sangat diperlukan suatu sistem pencatatan yang benar dan konsisten guna mengungkapkan proses terjadinya pendapatan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan,sehingga perusahaan dapat mengukur dan mengakui pendapatan tersebut dalam tingkat yang wajar pada periode tersebut. Sesuai dalam Buku Panduan Asuransi Kerugian yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, siklus akuntansi pendapatan premi meliputi semua tahap dari pengakuan premi oleh perusahaan asuransi mulai berlakunya polis sampai dengan berakhirnya pertanggungan polis. Adapun fungsi-fungsi yang terlibat dalam siklus akuntansi meliputi : pemasaran, penerbitan polis, pencatatan polis, dan pengumpulan premi. PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia dalam melakukan pencatatan pendapatan premi, dimulai pada saat terjadinya transaksi penjualan polis asuransi (penerbitan polis dan nota), yaitu pada saat tertanggung telah mengisi dan menyerahkan kembali Surat Permintaan Penutupan Asuransi (SPPA) serta menyetujui/menandatangani kontrak pertanggungan yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh bagian underwriting. 1. Premi Bruto Premi bruto, yaitu premi yang diperoleh dari tertanggung, agen, broker, maupun dari perusahaan asuransi /reasuransi lain baik secara direct business atau indirect business.

18 48 Premi tersebut diperoleh melalui kantor pusat dan cabang-cabang serta bekerja sama dengan para agen/broker. Pendapatan premi dicatat oleh perusahaan pada saat pembayaran diterima. Pada saat akhir tahun, atas premi yang belum diterima pembayarannya dicatat sebagai Piutang Premi. Contoh. Pada tanggal 15 Januari 2007, diterima penutupan asuransi kebakaran rumah tinggal untuk periode 1 tahun, harga pertanggungan Rp ,00 dengan rate 1%o. Premi dibayar pada tanggal 31 Januari Jurnal untuk transaksi tersebut sebagai berikut : Piutang Premi Rp ,00 Pendapatan Premi Rp ,00 (Mencatat penerbitan polis) Kas/Bank Rp ,00 Piutang Premi Rp ,00 (Mencatat penerimaan premi secara tunai) Dari transaksi tersebut dapat dijelaskan keterkaitan dengan kriteria pengakuan pendapatan sebagai berikut : Pertama. Pendapatan harus terikat (captured), artinya pendapatan diakui jika pendapatan sudah pasti. Dalam penutupan asuransi yang tertuang dalam polis adalah merupakan perjanjian antara penanggung dan tertanggung, sehingga dengan adanya polis saat itu sudah pasti pendapatan tersebut akan diterima tanpa adanya pembatalan. Kedua, pendapatan harus dapat diukur (measurable), artinya barang/jasa yang dijual/diberikan dapat diukur karena adanya kepastian yang dijabarkan dalam bentuk

19 49 mata uang. Pada saat polis diterbitkan, maka penanggung memberikan jasa perlindungan atas obyek yang diasuransikan dan tertanggung berkewajiban membayar sejumlah premi. Pengukuran pendapatan dengan menggunakan satuan mata uang tertentu sesuai kesepakatan. Ketiga, pendapatan harus earned, artinya prestasi penjual sudah atau hampir dinikmati oleh pembeli dengan kata lain penjual sudah berhak atas pendapatan tersebut, tanpa melihat apakah sudah dibayar atau belum. Dalam asuransi, penanggung dalam memberikan perlindungan kepada tertanggung tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, jadi pendapatan hanya dapat dihimpun oleh penanggung saja. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan premi asuransi diakui pada saat polis diterbitkan. Apabila masa pertanggungan melebihi periode akuntansi, maka atas pendapatan premi ada bagian premi yang ditangguhkan pengakuan pendapatannya dan hal ini tercermin dalam cadangan premi. Penulis berkesimpulan bahwa premi asuransi diakui sebagai pendapatan secara accrual dan dialokasikan secara merata selama masa pertanggungan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. 2. Premi Reasuransi Premi reasuransi diakui dan dicatat pada periode yang sama dengan periode pengakuan pendapatan premi yang bersangkutan. Dengan adanya kerjasama antara perusahaan dengan reasuradur, maka apabila perusahaan mendapat premi langsung direasuransikan ke reasuradur dengan periode waktu pertanggungan yang sama dengan premi yang ditanggung oleh perusahaan dengan dikurangi komisi reasuransi.

20 50 Contoh: Pada tanggal 12 Maret 2007, PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia mendapatkan pengalihan resiko atas polis kebakaran dari PT. Jasindo dengan harga pertanggungan Rp ,00 rate 1%o (Rp ,00 x 1%o=Rp ,00). Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut sebagai berikut : Tanggal 22 Maret 2007 Premi Reasuransi Rp ,00 Pendapatan Reasuransi Rp ,00 (Mencatat premi reasuransi) Selain itu apabila terjadi transaksi reasuransi yang timbul dari piutang klaim reasuransi harus dilakukan kompensasi (offset) yaitu antara hutang premi reasuransi dengan piutang klaim reasuransi. Penulis berkesimpulan bahwa premi reasuransi sebenarnya bukan merupakan suatu pendapatan karena tidak mengakibatkan adanya arus masuk aktiva atau manfaat ekonomi dimana premi reasuransi merupakan premi yang harus dibayarkan kepada reasuradur atas polis yang direasuransikan. Selain itu transaksi atas piutang reasuransi timbul dari hutang-piutang kepada reasuradur sehubungan dengan kewajiban membayar premi reasuransi setelah dikurangi komisi dan klaim reasuransi. Hal ini telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. 3. Komisi Reasuransi Komisi reasuransi diperoleh karena adanya perjanjian antara asuradur (perusahaan asuransi) dan reasuradur, dimana sebagian atau seluruh nilai pertanggungan diasuransikan dengan imbalannya asuradur memperoleh komisi reasuransi.

21 51 Komisi reasuransi ini oleh perusahaan diakui sebagai pendapatan bersamaan dengan pencatatan premi reasuransinya yaitu pada saat premi reasuransi dibayarkan kepada reasuradur. Besarnya komisi reasuransi ditetapkan dalam prosentase tertentu dari premi reasuransi sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dan reasuradur. Pencatatan dan pengakuan atas komisi reasuransi sebagai pendapatan tahun berjalan, karena jasa tersebut sudah diberikan oleh asuradur dan sudah selesai dan tidak ada kewajiban dari asuradur di masa yang akan datang atas komisi tersebut. Kewajiban yang masih ada berkaitan dengan tanggung jawab yang harus dipikul apabila terjadi klaim atas pertanggungan tersebut. Contoh : Berdasarkan transaksi tanggal 12 Maret 2007, disepakati PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia membayar komisi reasuransi kepada PT. Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo) sebesar 25% dari nilai premi (Rp ,00 x 25%=Rp ,00) Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah : Komisi Reasuransi Rp ,00 Kas/Bank Rp ,00 4. Pemulihan Klaim (Claim Recovery) Claim recovery timbul karena adanya hak subrogasi, sebagai konsekuensi prinsip jaminan adalah pengalihan hak (subrogasi) dari tertanggung kepada penanggung bila penanggung telah membayar ganti rugi kepada tertanggung. Dengan adanya subrogasi, penanggung berhak menuntut pihak ketiga yang mungkin bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Dalam kenyataannya, karena kolektibilitas dari penerimaan recovery

22 52 ini mempunyai ketidakpastian yang besar, maka pengakuan pendapatannya saat diterima kas. Dari uraian diatas, penulis berkesimpulan bahwa pencatatan claim recovery yang diterapkan oleh perusahaan yaitu pada saat kas diterima telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim dengan alasan bahwa atas claim recovery terdapat ketidakpastian yang cukup besar. Contoh : Pada tanggal 18 Juni 2007, berdasarkan kesepakatan dengan pihak ketiga, perusahaan berhak mendapat penggantian atas kerugian terhadap barang yang oleh perusahaan telah dibayarkan kepada tertanggung sebesar Rp ,00 secara tunai. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut sebagai berikut : Kas/Bank Rp ,00 Utang Klaim Rp ,00 5. Kenaikan/Penurunan Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan (PYBMP) PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia melakukan pencatatan terhadap pendapatan premi dengan menggunakan metode accrual basis, sehingga apabila periode pertanggungan tidak sama dengan periode akuntansi maka ada pengakuan Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan atau Cadangan Premi yang harus ditetapkan, yaitu bagian dari premi yang belum diakui sebagai pendapatan karena masa pertanggungannya masih berjalan pada tanggal laporan periode berjalan.

23 53 Metode perhitungan cadangan premi yang digunakan oleh PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia adalah 40% dari premi retensi/tanggungan sendiri atas polis-polis pada tahun berjalan. Penulis berkesimpulan bahwa perhitungan premi yang belum merupakan pendapatan yang diterapkan oleh perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 424/KMK.06/2003. Contoh : Berdasarkan data Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan/Cadangan Premi per 31 Desember 2006 sebesar Rp ,00. Data per tanggal 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut : Pendapatan Premi = Rp ,00 Pendapatan Premi Reasuransi = Rp ,00 Beban Reasuransi = (Rp ,00) Jumlah = Rp ,00 Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan : 40% x Rp ,00 = Rp ,00 Jadi Kenaikan/Penurunan Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan : Rp Rp ,00 = Rp ,00 Oleh perusahaan penurunan atas cadangan premi tersebut diakui sebagai pendapatan. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut : Penurunan Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan Pendapatan/Cadangan Premi Rp ,00 Cadangan Premi Rp ,00

24 54 C. Analisis atas Akuntansi Beban Asuransi Kerugian Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 menyatakan bahwa perusahaan asuransi dalam pencatatan beban secara umum dibedakan menjadi 2 bagian yaitu beban underwriting dan beban non underwriting. Penulis dalam kesempatan ini hanya akan membahas mengenai beban underwriting, yaitu beban yang secara langsung digunakan untuk memperoleh, memelihara serta menyelesaikan kerugian suatu pertanggungan. Beban underwriting tersebut terdiri dari : 1. Komisi 2. Klaim 3. Klaim Reasuransi 4. Kenaikan/Penurunan Klaim Retensi Sendiri/Cadangan Klaim 5. Beban Underwriting lain 1. Beban Komisi Komisi merupakan suatu pengeluaran perusahaan kepada agen/broker atau perusahaan asuransi lain sehubungan dengan jasa yang telah diberikan dalam penutupan pertanggungan.

25 55 Dalam praktek yang ada di perusahaan, komisi ini diberikan perusahaan kepada agen/broker yang besarnya berdasarkan prosentase (%) tertentu sesuai dengan ketentuan yang ada. Pengakuan beban komisi dilakukan bersamaan dengan pengakuan pendapatan premi pada saat transaksi telah dilakukan. Contoh : Sehubungan dengan transaksi 15 Januari 2007, perusahaan membayar komisi kepada agen/broker sebesar 20% dari premi yang dibayar oleh tertanggung. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut sebagai berikut : Beban Komisi Rp ,00 Kas/Bank Rp ,00 2. Beban Klaim Perusahaan pada dasarnya akan mengganti kerugian terhadap pihak tertanggung jika klaim tersebut sesuai dengan jaminan dan syarat dalam polis. Dalam memastikan kerugian klaim, maka perusahaan melakukan survey on the spot terhadap kejadian klaim untuk menilai kewajaran dari peristiwa tersebut. Hal ini selanjutnya untuk memutuskan disetujui/tidak disetujui pengaduan klaim dari tertanggung. Berdasarkan keputusan tersebut, perusahaan menetapkan besarnya ganti rugi yang harus ditanggung sendiri dan jumlah ganti rugi yang menjadi tanggungan reasuradur (jika melibatkan reasuradur). Beban klaim juga meliputi biaya-biaya penyelesaian klaim yang menyertainya seperti : biaya adjuster (jika diperlukan) atas klaim yang rumit dan dalam jumlah besar.

26 56 Penyelesaian klaim dilakukan oleh perusahaan paling lambat 30 hari sejak adanya kesepakatan atau kepastian jumlah klaim yang harus dibayar. Contoh : Pada tanggal 15 Oktober 2007, perusahaan menerima klaim dari tertanggung atas polis kendaraan bermotor degan nilai ganti rugi yang telah disetujui sebesar Rp ,00 pembayaran dilakukan pada tanggal 5 Nopember Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut : Beban Klaim Rp ,00 Hutang Klaim Rp ,00 (Mencatat pengakuan klaim yang diterima) Hutang Klaim Rp ,00 Kas/bank Rp ,00 (Mencatat pembayaran klaim kepada tertanggung) Dari penjelasan dan cara pengakuan beban dalam klaim, penulis sependapat bahwa beban diakui bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva. Penulis berkesimpulan bahwa pengakuan beban klaim yang diterapkan perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan serta Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 425/KMK.06/ Klaim Reasuransi Klaim reasuransi merupakan klaim yang menjadi bagian/tanggung jawab reasuradur atas klaim yang terjadi.

27 57 Perusahaan mencatat klaim reasuransi pada saat asuradur membayar klaim yang terjadi, sehingga menimbulkan piutang klaim reasuransi dimana dalam pelaporannya langsung mengurangi beban klaim. Penulis berpendapat bahwa klaim reasuransi bukanlah suatu beban karena klaim reasuransi tidak mengakibatkan penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau tidak mengakibatkan terjadinya kewajiban. Selain itu klaim reasuransi merupakan transaksi hutang-piutang antara perusahaan dengan reasuransi. Pada saar klaim yang diajukan oleh tertanggung, pada saat itu asuradur harus mengakui beban klaim dan mengakui adanya piutang reasuransi sehubungan dengan klaim reasuransi, karena perusahaan membayar seluruh klaim yang terjadi kepada tertanggung. Contoh : Pada tanggal 19 November 2007, perusahaan menerima klaim dari tertanggung dimana polis tersebut direasuransikan kepada PT. Reasuransi Nasional Indonesia dengan share 40% dari jumlah klaim yang disetujui sebesar Rp ,00 Jurnal untuk transaksi tersebut diatas sebagai berikut : Klaim Asuransi Rp ,00 Piutang Klaim Reasuransi Rp ,00 Utang Klaim Rp ,00 Dari uraian diatas, penulis berkesimpulan bahwa pencatatan dan pelaporan klaim reasuransi yang diterapkan perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi Asuransi Indonesia (PAKASI).

28 58 4. Kenaikan/Penurunan Klaim Retensi Sendiri/Estimasi Klaim Retensi Sendiri/Cadangan Klaim Dalam Bab II telah penulis jelaskan bahwa estimasi klaim retensi sendiri adalah taksiran jumlah kewajiban yang menjadi tanggungan sendiri sehubungan dengan klaim yang masih dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan (Incurred But Not Reported). Dengan demikian jumlah ganti rugi atas klaim yang telah dilaporkan/belum dilaporkan belum dapat diketahui secara pasti. Perusahaan mencatat cadangan klaim pada akhir tahun bersamaan dengan pencairan cadangan klaim awal tahun menjadi beban atau pendapatan dan dicatat sebagai kenaikan Kenaikan atau Penurunan Cadangan Klaim. Kenaikan klaim retensi sendiri merupakan penambah beban underwriting, sedangkan penurunan klaim retensi sendiri merupakan pengurang beban underwriting. Contoh : Data pada tanggal 31 Desember 2006 atas saldo Cadangan Klaim sebesar Rp ,00 sedangkan saldo Cadangan Klaim per 31 Desember 2007 sebesar Rp ,00 sehingga terjadi Kenaikan Cadangan Klaim senilai Rp Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut : Beban Klaim Rp ,00 Cadangan Klaim Rp ,00

29 59 5. Beban Underwriting Lain/Rupa-rupa Sebagaimana telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya, bahwa beban underwriting rupa-rupa diakui langsung pada saat timbulnya beban yang bersangkutan setelah dikurangi dengan hasil yang diperoleh sehubungan dengan beban tersebut yang diakui pada saat diperolehnya hasil tersebut. PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia yang dikelompokkan sebagai beban underwriting rupa-rupa adalah : biaya survey resiko, beban pemasaran, biaya jasa penilai, beban polis dan lainnya dimana beban yang dikeluarkan untuk mendapatkan, memelihara dan menyelesaikan kerugian suatu pertanggungan. Contoh : Pada tanggal 19 November 2007 dikeluarkan biaya survey resiko atas penutupan polis sebesar Rp ,00 secara tunai. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut : Beban Survey Resiko Rp ,00 Kas/bank Rp ,00 D. Proses Penandingan Pendapatan dan Beban (Matching Concept) Pada dasarnya suatu perusahaan menginginkan akan terus menjalankan usahanya dan tidak dibubarkan (kesinambungan), akan tetapi karena pihak-pihak yang berkepentingan (investor, kreditor, pemerintah dan sebagainya) untuk memperoleh informasi mengenai laba periodik dan posisi keuangan, maka diperlukan adanya yang wajar antara pendapatan dan beban dalam periode yang sama.

30 60 Setiap pengeluaran biaya tidak selalu akan menghasilkan pendapatan, demikian pula sebaliknya tidak semua pendapatan membutuhkan biaya. Selain itu tidak semua pendapatan yang diperoleh merupakan pendapatan tahun berjalan dan tidak semua biaya yang dikeluarkan merupakan beban tahun berjalan. Pada dasarnya mengenai saatnya pengakuan pendapatan dan beban yang diterapkan oleh perusahaan dilakukan dalam rangka untuk menyusun laporan periodik. Namun demikian tidak semua pendapatan dan beban diakui sebagai pendapatan dan beban secara periodik, dengan kata lain adanya pengakuan langsung dalam tahun berjalan, yaitu premi reasuransi, komisi reasuransi, komisi agen, klaim reasuransi dengan alasan pendapatan dan beban tersebut sudah selesai. Sedangkan premi asuransi, dimana asuradur wajib menjamin atau mengganti kerugian berupa klaim yang terjadi selama masa pertanggungan sesuai dengan ketentuan dalam polis, sehingga atas premi yang diperoleh harus disisihkan sebagian menjadi pendapatan premi yang ditangguhkan, sedangkan untuk mencapai konsep penandingan beban terhadap pendapatan dibentuk cadangan klaim. Tujuan dari pembentukan cadangan klaim bagi perusahaan asuransi untuk menjamin kemungkinan terjadinya kerugian terhadap polis yang masih berjalan yang berarti masih terkandung resiko didalamnya, selain itu menetapkan posisi keuangan secara layak sekaligus untuk memenuhi konsep penandingan antara beban dan pendapatan (matching cost againts revenue). Pendapatan yang dimaksud adalah premi yang diakui sebagai pendapatan pada akhir tahun berjalan, sedangkan bebannya adalah beban klaim yang diakui sebagai beban

31 61 klaim yang ditangguhkan (cadangan klaim) pada akhir tahun akibat dilakukannya pisah batas (cut off) Dari penjelasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa sesuai dengan peraturan yang diterapkan oleh Menteri Keuangan, pendapatan premi ditangguhkan (cadangan premi) dihitung berdasarkan prosentase (40%) dari premi retensi sendiri.tanggungan sendiri sehingga dapat dikatakan bahwa penangguhan premi tersebut sesuai dengan tujuannya yaitu menagguhkan pendapatan atas polis yang masih berjalan atau polis masih mengandung resiko di masa yang akan datang, sedangkan mengenai cadangan klaim terdiri dari estimasi klaim tanggungan sendiri yang terjadi namun belum dilaporkan (Incurred But Not Reported). Cadangan klaim dibentuk pada akhir tahun berjalan dan jika terjadi klaim, pencatatannya tidak dibebankan ke rekening cadangan klaim tetapi ke rekening lain. Berikut ini penulis ilustrasikan dalam jurnal tentang cadangan klaim. Pembentukan cadangan klaim : Kenaikan/Penurunan Cadangan Klaim XXX Cadangan Klaim XXX Pencairan cadangan klaim awal tahun Cadangan Klaim XXX Kenaikan/Penurunan Cadangan klaim XXX Pada waktu terjadinya klaim: Klaim Tanggungan Sendiri XXX

32 62 Kas/Hutang Klaim XXX Penulis menyimpulkan bahwa estimasi klaim tanggungan sendiri diakui dan dicatat sekaligus pada akhir tahun. Saat membukukan estimasi klaim tanggungan sendiri yang baru bersamaan dengan pencairan kembali estimasi klaim tanggungan sendiri yang lalu. Jumlah antara estimasi klaim tanggungan sendiri yang dibentuk baru dan yang dicairkan terdapat selisih yang disebut Kenaikan/penurunan Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri dimana jumlah ini merupakan beban laba/rugi tahun berjalan. E. Analisis atas Akuntansi Pelaporan Pendapatan dan Beban Asuransi Bagian terakhir dari skripsi ini berkenaan dengan laporan keuangan, berdasarkan atas proses pencatatan yang telah dilakukan oleh perusahaan terhadap kegiatan operasional perusahaan, maka perusahaan wajib untuk membuat laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk menilai kondisi perusahaan apakah sehat atau tidak. Dari pembahasan diatas berikut ini penulis sampaikan ikthisar jurnal sebagai berikut : Keterangan Debit Kredit Jurnal untuk mencatat pengakuan premi saat penerbitan polis Piutang Premi Pendapatan Premi Jurnal untuk mencatat penerimaan premi Kas/Bank Piutang Premi Jurnal untuk mencatat premi reasuransi , , , ,00

33 63 Premi Reasuransi Hutang Reasuransi Jurnal untuk mencatat Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan Penurunan Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan / Cadangan Premi Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan Jurnal untuk mencatat saat pengakuan beban klaim Beban Klaim Hutang Klaim Jurnal untuk mencatat pembayaran klaim Hutang Klaim Kas/Bank Jurnal untuk mencatat cadangan klaim Kenaikan/Penurunan Cadangan Klaim Cadangan Klaim Jurnal untuk mencatat pembayaran beban underwriting lain/rupa-rupa Beban Underwriting Lain Kas/Bank , , PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia dalam menyajikan laporan keuangan yang dipublikasikan kepada umum terbagi dua jenis laporan meliputi : 1. Laporan Laba Rugi 2. Neraca

34 64 Berikut ini penulis akan jelaskan tentang pelaporan pendapatan dan beban asuransi di PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia: Laporan Laba Rugi Suatu kelanjutan dalam proses pencatatan pendapatan dan beban underwriting yang telah dilakukan adalah menyusun laporan laba rugi. Laporan laba rugi disusun untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba serta kinerja suatu perusahaan. Penyajian Laporan Laba Rugi sesuai Pedoman Akuntansi Asuransi Indonesia yang dikeluarkan oleh Dewan Asuransi Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Premi Bruto. xxx Premi bruto disajikan sebesar nilai premi yang diterima oleh perusahaan. 2 Premi Reasuransi xxx Premi reasuransi disajikan sebesar nilai sebenarnya yang dibayarkan oleh perusahaan. 3. Kenaikan/Penurunan Cadangan Premi... xxx Disajikan sebesar selisih nilai perhitungan cadangan premi yang telah dilakukan pada akhir periode berjalan. 4. Pendapatan Premi ( 1+2+3) xxx 5. Beban Klaim... xxx Beban klaim disajikan oleh perusahaan sebesar akumulasi nilai klaim yang diakui oleh perusahaan pada akhir periode berjalan.

35 65 6. Klaim Reasuransi xxx Disajikan sebesar nilai klaim yang menjadi bagian reasuradur. 7. Kenaikan/Penurunan Cadangan Klaim Disajikan sebesar selisih nilai perhitungan cadangan klaim yang telah dilakukan pada akhir periode berjalan. 8. Beban Klaim ( ).. xxx 9. Beban Komisi Neto xxx Disajikan sebesar selisih nilai komisi yang dibayar dengan yang diterima oleh perusahaan. 10. Beban Underwriting Lain Neto. xxx Disajikan sebesar nilai sebenarnya beban underwriting lainnya. 11. Beban Underwriting ( )... xxx 12. Hasil Underwriting (4-11 )... xxx 13. Hasil Investasi.. xxx Hasil investasi disajikan sebesar pendapatan investasi yang diterima oleh perusahaan pada akhir periode berjalan. 14. Beban Usaha xxx Disajikan sebesar nilai sebenarnya beban yang dikeluarkan oleh perusahaan. 15. Laba Usaha ( ).. xxx 16. Hasil (Beban) Lain. xxx Oleh perusahaan disajikan sebesar selisih dari pendapatan dan beban lain-lain pada akhir periode berjalan.

36 Laba Sebelum Pajak ( ) xxx 18. Pajak Penghasilan xxx 19. Laba Bersih ( )... xxx

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN TRANSLATED PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN 01 Industri asuransi berkembang selaras dengan perkembangan dunia usaha pada umumnya. Kehadiran

Lebih terperinci

dibandingkan dengan premi atas uang pertanggungan yang lebih kecil.

dibandingkan dengan premi atas uang pertanggungan yang lebih kecil. BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penetapan Premi Pengertian dari Premi adalah sejumlah uang yang disetujui oleh pemegang polis untuk dibayarkan kepada perusahaan asuransi untuk memperoleh manfaat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan. menggunakan metode accrual basis dimana sumber utama dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan. menggunakan metode accrual basis dimana sumber utama dari 1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan Kebijakan yang diterapkan oleh PT. Prudential Life Assurance dalam metode pengakuan pendapatan dan beban perusahaan yaitu

Lebih terperinci

beban yang menghasilkan laba perusahaan, penults membagi penyusunan

beban yang menghasilkan laba perusahaan, penults membagi penyusunan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Metode Pengakuan dan Pendapatan serta Penerapan Matching Concept pada PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia menerapkan kebijakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara

Daftar Pertanyaan Wawancara L1 Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana cara mengakui pendapatan premi PT. Asuransi Takaful Umum? Jawaban : saat pertanggungan atas peserta telah dimulai, artinya saat pembukaan polis maka pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 SAK merupakan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Seperti yang kita ketahui sebelumnya konvergensi IFRS hanya terdapat dua Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pernyataan ini sudah direvisi dengan PSAK 1 (revisi 1998) - Penyajian Laporan Keuangan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK PENDAHULUAN 01 Pernyataan

Lebih terperinci

2009 Catatan Kas dan bank 11,667,651,139 2c,4,31 11,381,632,142

2009 Catatan Kas dan bank 11,667,651,139 2c,4,31 11,381,632,142 PT ASURANSI RAMAYANA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN Neraca Konsolidasi 31 Maret 2009 dan 2008 AKTIVA 2009 Catatan 2008 Investasi 2f,3 Deposito berjangka 142,761,984,435 2c,31 99,347,639,439 Obligasi dimiliki

Lebih terperinci

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g,

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g, Neraca Konsolidasi 30 Juni 2009 dan 2008 ASET 2009 Catatan 2008 Investasi 2f,3 Deposito berjangka 147.379.881.024 2c,31 111.631.639.513 Obligasi dimiliki hingga jatuh tempo 4.000.000.000 1.000.000.000

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT OTORITAS JASA KEUANGAN 2013 -1- PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT PROFIL PERUSAHAAN A. Data Perusahaan 1. Nama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan operasi PT ASABRI (Persero) dilandasi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1971, yang menjelaskan bahwa ASABRI adalah suatu jaminan sosial bagi prajurit

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA -- I. TUJUAN PELAPORAN Laporan Keuangan Bulanan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang disusun menurut sistematika yang ditetapkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DAN PERUSAHAAN REASURANSI LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DAN PERUSAHAAN REASURANSI YANG MENYELENGGARAKAN SELURUH USAHANYA DENGAN PRINSIP

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI YANG MENYELENGGARAKAN SELURUH USAHANYA DENGAN PRINSIP SYARIAH

Lebih terperinci

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan. EXPOSURE DRAFT BULETIN TEKNIS 8 DIKELUARKAN OLEH KONTRAK ASURANSI DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA TANGGAL 19 OKTOBER 2012 Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Proses Bisnis Asuransi Kerugian Proses Bisnis Asuransi Kerugian Secara Umum

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Proses Bisnis Asuransi Kerugian Proses Bisnis Asuransi Kerugian Secara Umum BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proses Bisnis Asuransi Kerugian 4.1.1 Proses Bisnis Asuransi Kerugian Secara Umum Pada subbab ini penulis akan membahas mengenai bagaimana suatu perusahaan asuransi kerugian

Lebih terperinci

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS 21 BAB 7 LAPORAN ARUS KAS A. TUJUAN 1. Laporan arus kas bertujuan menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas PDAM, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Manfaat Manajemen Keuangan Dalam Perusahaan. Manajemen Keuangan merupakan salah satu fungsi yang penting (strategik) bagi keberhasilan perusahaan. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini, penulis akan menjabarkan mengenai hasil analisa yang telah dilakukan terhadap objek penelitian mengenai perlakuan akuntansi terhadap pendapatan kontribusi yang

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN 8A-1 PERUSAHAAN INDUSTRI LAMPIRAN KHUSUS 8A-1 MANUFAKTUR 1. KAS DAN SETARA KAS 1. HUTANG USAHA PIHAK KETIGA 2. INVESTASI SEMENTARA 2. 3. PIUTANG USAHA PIHAK KETIGA 3. HUTANG BUNGA PIUTANG USAHA PIHAK YANG

Lebih terperinci

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008 Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen 1 Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) Laporan Aset dan Kewajiban Laporan Operasi Laporan

Lebih terperinci

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 481/KMK.017/1999 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) 2 0 DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1B KELOMPOK / JENIS HARTA BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) NILAI SISA BUKU FISKAL AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL METODE HARTA BERWUJUD

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah) L1 LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah) ASET Kas dan setara kas 19,808.11 Tagihan kontribusi 0.00 Tagihan investasi 0.00 Tagihan hasil

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Bank 2.b, 4 7.079.491 4.389.630 Investasi Jangka Pendek 2.d, 5 6.150 6.150 Piutang Usaha 2.b,

Lebih terperinci

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1A BULAN / HARGA NILAI SISA BUKU FISKAL METODE PENYUSUTAN / AMORTISASI KELOMPOK / JENIS HARTA TAHUN PEROLEHAN AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI FISKAL TAHUN INI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi. Dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuransi menurut UU RI No.2 Tahun 1992, seperti yang dikutip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuransi menurut UU RI No.2 Tahun 1992, seperti yang dikutip BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Asuransi Pengertian asuransi menurut UU RI No.2 Tahun 1992, seperti yang dikutip Darmawi (2000 : 4) adalah: Perjanjian antara dua pihak atau lebih

Lebih terperinci

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II LAPORAN ARUS KAS 12 BAB II LAPORAN ARUS KAS 2.1. Laporan Arus Kas 2.1.1. Pengertian Laporan Arus Kas Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:PSAK No.2) menyatakan bahwa: Laporan arus kas adalah laporan yang memberi informasi

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Koperasi

Akuntansi Keuangan Koperasi Akuntansi Keuangan Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 04/Per/M.KUKM/VII/2012 MENIMBANG : (d). Bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 tentang Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendapatan 1. Definisi Pendapatan Teori akuntansi menyatakan bahwa pendapatan mempresentasikan capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil mempunyai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori - Teori 1. Pengertian Asuransi Jiwa Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, dalam buku Abdulkadir, Hukum Asuransi Indonesia (2015:18) pengertian

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT MMS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta No.14 tanggal 4 Oktober 1989 dari Notaris Winnie Hadiprojo, SH., notaris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koophandel

BAB II LANDASAN TEORI. termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koophandel BAB II LANDASAN TEORI A. Asuransi 1. Pengertian Asuransi Pengertian Asuransi memiliki banyak pengertian, namun secara umum substansi yang termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van

Lebih terperinci

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Laporan Arus Kas Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 Laporan Arus Kas Latihan dan Pembahasan 3

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA SEMENTARA LIKUIDASI (NSL) BAGIAN PERTAMA UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA SEMENTARA LIKUIDASI (NSL) BAGIAN PERTAMA UMUM LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA SEMENTARA LIKUIDASI PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Umum. I. KETENTUAN UMUM 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi,

Umum. I. KETENTUAN UMUM 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi, Umum Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Direksi Perusahaan Reasuransi; 4. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah; dan 5. Tim Likuidasi Perusahaan Asuransi dan

Lebih terperinci

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g,

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g, ASET Kas 2a, 2b, 2f 8.698.261 9.392.615 Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g, 4 15.045.245 13.421.573 Giro pada Bank Lain - setelah dikurangi cadangan sebesar Rp12.387 dan Rp71.111 pada tanggal 30 September

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek (Bapepam). Penerapan Pengakuan Pendapatan Perusahaan. ketentuan dalam kontrak.

BAB IV PEMBAHAS AN. Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek (Bapepam). Penerapan Pengakuan Pendapatan Perusahaan. ketentuan dalam kontrak. BAB IV PEMBAHAS AN IV.1 Penerapan Perlakuan Akuntansi Pembahasan mengenai penerapan perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan ialah mengevaluasi lebih lanjut perlakuan akuntansi perusahaan dalam

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendapatan Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008 :516), Pendapatan ialah arus masuk aktiva dan penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang Pendapatan disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal

Lebih terperinci

PT Asuransi Takaful Umum Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 2011 (dalam Rupiah)

PT Asuransi Takaful Umum Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 2011 (dalam Rupiah) L1 Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 2011 (dalam Rupiah) ASET Kas dan bank 7.117.694.319 Piutang kontribusi-setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp299.577.911 pada tanggal 31 Desember

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h,

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h, ASET Kas 2c, 2g 15.286.190 11.357.523 9.521.713 Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h, 4 38.272.155 36.152.674 24.856.699 Giro pada Bank Lain 2c, 2f, 2g, 2h, 5 Pihak berelasi 54 16.079 44.516 14.386 Pihak

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 A S E T Catatan 31 Maret 2012 31 Desember 2011 Kas 3.c, 3.e, 3.f, 4, 44 198,875 140,997 Giro pada Bank Indonesia 3.c, 3.e, 3.g,5, 44 949,568

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI PADA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI PADA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI PADA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Bentuk Investasi KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI PADA

Lebih terperinci

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735 205 BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH Pasal 735 (1) Akuntansi syari ah harus dilakukan dengan mencatat, mengelompokkan, dan menyimpulkan transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian

Lebih terperinci

AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN Laba yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan obyek pajak penghasilan. Jumlah Laba Kena Pajak (SPT) dihitung berdasar ketentuan dan Undang undang yang berlaku dalam tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Piutang Penjualan barang dan jasa dari perusahaan pada saat ini banyak dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan barang dan jasa sampai

Lebih terperinci

PT. TUGU PRATAMA INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN

PT. TUGU PRATAMA INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN - 2 - PT. TUGU PRATAMA INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN 31 Desember 2015 ASET Catatan Kas dan Bank 3 31,173,946,104 16,583,566,408 Deposito 4 791,136,545,612 863,332,953,613 Saham Untuk Diperdagangkan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN LAPORAN NERACA. Per 31 Desember 2009 dan 2008 (dalam jutaan rupiah) NO KEKAYAAN

LAPORAN KEUANGAN LAPORAN NERACA. Per 31 Desember 2009 dan 2008 (dalam jutaan rupiah) NO KEKAYAAN LAPORAN KEUANGAN LAPORAN NERACA Per 31 Desember 2009 dan 2008 NO KEKAYAAN 2009 2008 I INVESTASI 1 Deposito 2.266.400,00 2.672.650,00 2 Sertifikat Deposito - - 3 Sertifikat Bank Indonesia - - 4 Saham 717.18

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PIUTANG USAHA 1. Pengertian Piutang Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN

AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PSAK No. (revisi ) Desember EXPOSURE DRAFT EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan konsep-konsep dasar yang telah dibahas dalam bab II dan latar belakang permasalahan yang diuraikan dalam skripsi ini akan dibahas dari sudut pandang standart

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2)

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2) LAPORAN KEUANGAN (Materi 2) Laporan keuangan terdiri dari dua laporan utama dan beberapa laporan yang sifatnya sebagai pelengkap. Laporan utama tersebut adalah : 1. Laporan Perhitungan Rugi-Laba 2. Neraca

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf

Lebih terperinci

Siklus Akuntansi. Transaksi Bukti. Pencatatan dalam Buku Harian (Jurnal) Pencatatan ke Buku Besar. Neraca Lajur & Jurnal Penyesuaian.

Siklus Akuntansi. Transaksi Bukti. Pencatatan dalam Buku Harian (Jurnal) Pencatatan ke Buku Besar. Neraca Lajur & Jurnal Penyesuaian. PENYESUAIAN Siklus Akuntansi Transaksi Bukti Pencatatan dalam Buku Harian (Jurnal) Pencatatan ke Buku Besar Neraca Lajur & Jurnal Penyesuaian Jurnal Penutup Neraca Saldo setelah penutupan Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan

Lebih terperinci

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI Koperasi sebagai badan usaha sekaligus gerakan ekonomi rakyat haruslah dikelola secara profesional dengan menerapkan prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2008 pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Lebih terperinci

Rin cian , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau Bank

Rin cian , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau Bank Halaman 1 PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Uraian Rin cian Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) ASET Investasi Deposito Berjangka dan Sertifikat

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 serta untuk periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2012 dan 2011

Laporan Keuangan Pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 serta untuk periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2012 dan 2011 Laporan Keuangan Pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 serta untuk periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2012 dan 2011 PT LIPPO GENERAL INSURANCE Tbk 1 LAPORAN KEUANGAN PADA TANGGAL 31 MARET

Lebih terperinci

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain) NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 AKTIVA LANCAR K E T E R A N G A N 2003 2002 Kas dan setara kas 5,048,154 5,040,625 Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 19,943,324 21,928,185 Pihak ketiga-setelah

Lebih terperinci

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank Halaman 1 PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Uraian Rin cia n Triwulan II Triwulan IV Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) ASET Investasi Deposito

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN I. NERACA Neraca adalah laporan yang menggambarkan keadaan keuangan pada saat tertentu dan terdiri dari kekayaan (aktiva) yang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 L17 L18 L19 Tabel 4.1 PT KALBE FARMA, Tbk LAPORAN PERUBAHAN MODAL KERJA TAHUN 2006-2007 Dalam Rupiah (Rp) 31 Desember Perubahan Modal Kerja 2006 2007

Lebih terperinci

Rin cian , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Rin cian , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank Halaman 1 PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Uraian Rin cian Triwulan I 2015 Triwulan IV 2014 Saldo SAK Saldo SAP Saldo SAK Saldo SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) ASET Investasi

Lebih terperinci

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 SEPTEMBER 2007 (DENGAN ANGKA PERBANDINGAN UNTUK TAHUN 2006) (MATA UANG INDONESIA) 1 MUSTIKA

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA Hal. 1 PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA I. UMUM 1. Laporan keuangan ini dibuat khusus untuk kepentingan pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian. Untuk itu, bentuk, isi,

Lebih terperinci

PENJUALAN ANGSURAN (INSTALLMENT SALES)

PENJUALAN ANGSURAN (INSTALLMENT SALES) PENJUALAN ANGSURAN (INSTALLMENT SALES) DEFINISI PENJUALAN ANGSURAN : ADALAH PENJUALAN BARANG DAGANGAN ATAU JASA YANG DILAKSANAKAN DENGAN PERJANJIAN DIMANA PEMBAYARAN DILAKUKAN SECARA BERTAHAP ATAU BERANGSUR

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Umum Asuransi Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari kata Assurandeur yang berarti penanggung dan Geassurreerde

Lebih terperinci

IV. PENYESUAIAN. Universitas Gadjah Mada

IV. PENYESUAIAN. Universitas Gadjah Mada IV. PENYESUAIAN mencatat (menjurnal dan mengakunkan) data-data transaksi akhir tahun sehingga jumlah yang terdapat dalam tiap rekening sesuai dengan kenyataannya. Manfaat penyesuaian: 1. Kepraktisan Jika

Lebih terperinci

PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN A. Pengertian Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode yang mengakibtakan kenaikan

Lebih terperinci

BAB 7 AKUNTANSI untuk PENJUALAN ANGSURAN

BAB 7 AKUNTANSI untuk PENJUALAN ANGSURAN BAB 7 AKUNTANSI untuk PENJUALAN ANGSURAN Pengertian Penjualan Angsuran Perhitungan dan Pencatatannya Perlakuan Akuntansi Lainnya Pembatalan Penjualan Angsuran Penjualan Angsuran untuk Barang Bergerak dan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS Dosen : Christian Ramos Kurniawan LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS 4-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting Laporan Posisi Keuangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Solvabilitas Seperti dijelaskan dalam Bab III sebelumnya, bahwa setiap perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN PUBLIKASI (BULANAN) / CONDENSED FINANCIAL STATEMENT (MONTHLY) NERACA / BALANCE SHEET

LAPORAN PUBLIKASI (BULANAN) / CONDENSED FINANCIAL STATEMENT (MONTHLY) NERACA / BALANCE SHEET NERACA / BALANCE SHEET 21 39838747 Per Agustus 215 ASSET 1. Kas 13,981 2. Penempatan Pada Bank Indonesia 258,362 3. Penempatan Pada Bank Lain 98,68 4. Tagihan Spot dan derivative 5. Surat Berharga 1,188,793

Lebih terperinci

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) Ekshibit A NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) A S E T ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c,2p,3,25 1,349,564,406,813 1,205,030,845,882 Investasi jangka

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi laporan arus kas adalah mengatur penyajian

Lebih terperinci

BAB 7 PENYESUAIAN DAN KOREKSI AKUN

BAB 7 PENYESUAIAN DAN KOREKSI AKUN BAB 7 PENYESUAIAN DAN KOREKSI AKUN A. Kebutuhan Penyesuaian Penentuan besarnya pendapatan dan beban yang harus dilaporkan pada akhir periode akuntansi bisa mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan para

Lebih terperinci

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900 NERACA KONSOLIDASI` PER 30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008 3 CATATAN ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c, 2l, 4, 24 Rp 3,111,393,145 Rp 1,677,351,069 Investasi jangka pendek 2d, 5 5,348,940,000 6,606,593,125

Lebih terperinci