3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data yang Dikumpulkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data yang Dikumpulkan"

Transkripsi

1 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Selat Bali perbatasan Provinsi Bali dan Provinsi Jawa Timur. Pengembangan model pengelolaan perikanan tangkap yang diangkat dalam penelitian ini dianggap tepat dan sangat mendukung untuk diterapkan dalam masyarakat pantai di Kawasan Selat Bali yang terdiri atas dua pilihan daerah otonomi (Provinsi) bertetangga yang memiliki perbedaan kultur dan lalu lintas penyeberangan yang ramai dan pola pengelolaan perikanan yang berbeda. Pengambilan data dilakukan di kecamatan / desa pesisir kawasan Selat Bali wilayah Provinsi Bali dan kecamatan / desa pesisir kawasan Selat Bali wilayah Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 (sembilan) bulan dimulai dari bulan Desember 009 sampai dengan Agustus 00.. Jenis Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung di lokasi berkaitan dengan pengelolaan perikanan Selat Bali. Data sekunder adalah datadata yang sudah tersedia yang mendukung kelengkapan data penelitian. Adapun data yang dikumpulkan baik dari jenis data primer maupuan data sekunder meliputi : ) Data perikanan Selat Bali Data perikanan yang dimaksud, meliputi data potensi sumber daya ikan, kapal perikanan, data times series produksi, alat tangkap, musim tangkap, dan lainnya yang mencerminkan kondisi dan potensi pengelolaan sumber daya perikanan di lokasi penelitian. Data time series tersebut diambil 5 tahun terakhir di Dinas Perikanan dan Kelautan dan pelabuhan perikanan. ) Data kesejahteraan nelayan Data kesejahteraan nelayan tersebut diantaranya data pekerjaan, pendapatan, konsumsi rumah tangga nelayan, pemukiman, pendidikan anak, agama, kesehatan keluarga, kemudahan mendapat akses pelayanan dari institusi otonomi, dan lainnya. ) Data sosial, budaya dan kelembagaan Data sosial dan budaya yang dimaksud dapat mencakup tata nilai yang dianut dalam pengelolaan (tata nilai budaya dan tata nilai agama), penduduk, jaringan 6

2 sosial, lembaga perikanan, konflik-konflik pengelolaan perikanan, dan lainnya di kawasan Selat Bali. 4) Data dinamika komponen pengelolaan yang meliputi perilaku pasar, barang substitusi, kemitraan stakeholders/perilaku perikanan, pola penangkapan dan pola produksi industri pengolahan, dan lainnya. 5) Data kebijakan otonomi di bidang perikanan seperti PERDA Provinsi, SK Gubernur, PERDA kabupaten, SK Bupati, dan petunjuk teknis beberapa kegiatan di bidang perikanan yang dikeluarkan oleh daerah otonomi.. Metode Pengumpulan Data.. Metode Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dapat dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan dan pengumpulan data responden. Pengumpulan data responden dilakukan melalui tiga tahap, yaitu kelompok sampling (kelompok stakeholders yang diwawancara), identifikasi responden, dan pengumpulan data responden (Bungin, 004). Metode pengumpulan data responden tersebut dilakukan secara berurutan. Pengumpulan data dari responden dilakukan untuk mengumpulkan data untuk analisis tingkat kesejahteraan nelayan, data untuk analisis strategi kelembagaan yang dilakukan dengan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process), dan data untuk pengembangan model pengelolaan menggunakan SEM (Structural Equation Modeling). () Pemilihan kelompok sampling Sampling dilakukan terhadap stakeholders yang terkait dengan kegiatan perikanan di kawasan Selat Bali, misalnya perwakilan nelayan, pedagang ikan, pengusaha industri, pengelola prasarana perikanan di kawasan, Dinas Kelautan dan Perikanan dan PEMDA. Adapun faktor yang diperhatikan dalam pemilihan kelompok sampling ini adalah : - Kelompok sampling mempunyai keterkaitan dengan pengelolaan perikanan di kawasan Selat Bali. - Tingkat peran kelompok sampling dalam pengelolaan perikanan - Populasi kelompok sampling. - Sifat interaksi dengan kegiatan perikanan di lokasi (langsung atau tidak langsung) 7

3 () Pemilihan responden dari kelompok sampling Responden yang dipilih adalah perwakilan stakeholders yang terkait dengan kegiatan perikanan di kawasan Selat Bali baik dari Provinsi Bali maupun Provinsi Jawa Timur. Untuk kepentingan analisis tingkat kesejahteraan nelayan, jumlah responden ditetapkan secara proporsional dengan memperhatikan populasi. Untuk analisis Structural Equation Modeling (SEM), jumlah responden yang dibutuhkan sekitar 8 orang, dan untuk Analitycal Hierarchy Process (AHP), berjumlah 0 orang dari kelompok sampling/stakeholders terpilih. Pemilihan responden untuk analisis tingkat kesejahteraan dilakukan secara random (acak), sedangkan pemilihan responden untuk analisis SEM dan AHP dilakukan secara purposif. Pemilihan secara purposif tersebut dimaksud supaya informasi diberikan secara lebih akurat dan lengkap karena diberikan oleh orang-orang yang terpilih di setiap kelompok. () Pengumpulan data responden Pengumpulan data responden dilakukan dengan bertanya atau menyebarkan kuesioner kepada responden terpilih. Teknik ini cukup relevan untuk mendapat jawaban yang lebih detail dari respoden sehingga kebutuhan data penelitian dapat dipenuhi dengan baik. Bila ada hal-hal yang tidak dimengerti oleh responden tersebut, maka dapat dikembangkan pasar hoptesisi teknik hypohtesis condition (Munasinghe, 99), dimana responden diberi penjelasan lengkap terkait implikasi-implikasi dari apa yang ditanya, sehingga responden seakan-akan merasakan dan dapat menanggapi hal tersebut, meskipun belum terjadi... Metode Pengumpulan Data Sekunder Metode pengumpulan data sekunder terdiri dari studi literatur dan pendapat pakar. Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang berasal dari literatur atau hasil penelitian dengan kasus yang sejenis. Pendapat pakar digunakan untuk mengumpulkan data yang tidak ditemukan atau kurang jelas dari hasil penelitian atau literatur. Pakar adalah birokrat, pengamat, maupun akademisi yang mempunyai pemahaman tinggi dan sesuai kebutuhan data maupun fokus penelitian yang dilakukan. Kerangka kerja yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar. 8

4 Mulai Pengamatan lapangan, wawancara (kuesioner), studi literatur, dan pendapat pakar Pengelompokkan Data Primer dan Data Sekunder Kawasan Selat Bali Analisis Indikator Kesejahteraan Simple Moving Average, Moving Average Berbobot, Exponential Smoothing Tingkat Pemanfaatan Analisis Kelayakan Usaha Perikanan (NPV,IRR,ROI, B/C ratio) Penyusunan Struktur Hirarki Strategi Kelembagaan Consistency ratio, sensitivity Skala banding, pembobotan, formulasi dan simulasi Strategi kelembagaan berbasis otonomi daerah Penyusunan Model teroritis, Pathdiagram, Measuremet Model, Equation Model Kriteria goodnessof-fit Model pengelolaan kawasan Selesai Gambar Rincian kerangka kerja penelitian 9

5 .4 Analisis Data Untuk mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebagai wujud dari pelaksanaan penelitian model dinamik optimasi pengelolaan sumber daya perikanan di kawasan Selat Bali berbasis otonomi daerah ini, maka metode analisis yang dikembangkan dalam penelitian secara umum terbagi dalam empat analisis besar, yaitu : (a) analisis tingkat kesejahteraan nelayan di kawasan Selat Bali, (b) analisis pendugaan produksi dengan kelayakan usaha perikanan, (c) analisis strategi menggunakan Analitycal Hierarchy Process, dan (d) pengembangan model persamaan struktural pengelolaan kawasan perikanan yang menginteraksikan semua komponen yang ada seperti pasar, industri pengolahan, industri penangkapan ikan, pengelolaan SDI, dan otonomi daerah..4. Analisis tingkat kesejahteraan nelayan Analisis tingkat kesejahteraan nelayan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan yang terjadi di kawasan Selat Bali. Analisis tingkat kesejahteraan ini dilakukan dengan menggunakan indikator kesejahteraan yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (99). Dalam analisis tingkat kesejahteraan ini digunakan empat indikator utama, yaitu pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja yang bisa diperoleh nelayan terutama di bidang perikanan. Keseluruhan indikator yang dianalisis terkait dengan tingkat kesejahteraan nelayan di kawasan Selat Bali disajikan pada Tabel 8. Klasifikasi tingkat kesejahteraan yang digunakan ada tiga, yaitu tingkat kesejahteraan tinggi, tingkat kesejahteraan sedang, tingkat kesejahteraan rendah dicari dengan menggunakan metode skoring dari BPS. Menurut Siegal (99), skor dihitung dengan cara mengurangkan skor tertinggi dengan skor terendah dari indikator di atas dan hasil pengurangan tersebut dibagi jumlah klasifikasi tingkat kesejahteraan yang akan diturunkan, yaitu klasifikasi. Jumlah skor tertinggi dari indikator kesejahteraan adalah 4 dan jumlah skor terendah dengan range 8. Dengan demikian, kisaran nilai skor tingkat kesejahteraan (BPS, 99) adalah : ) Tingkat kesejahteraan tinggi, dengan skor antara 7-4 ) Tingkat kesejahteraan sedang, dengan skor antara 9-6 ) Tingkat kesejahteraan rendah, dengan skor antara -8 0

6 Tabel 8 Indikator Kesejahteraan (BPS, 99) No Indikator Kesejahteraan Skor Bobot Pendapatan Rumah Tangga. Tolok ukur yang digunakan adalah besarnya pendapatan rumah tangga nelayan (pendapatan/kapita/bulan) berdasarkan perhitungan pendapatan rata-rata responden. Tinggi. Sedang. Rendah Konsumsi Rumah Tangga. Tolok ukur adalah pengeluaran untuk konsumsi rumah tanngga per kapita per tahun. Diukur dengan nilai beras (Sayogyo, 977) Keadaan tempat tinggal : (i) Atap : Genteng (5)/Asbes (4)/Seng ()/Sirap ()/Daun () (ii) Bilik : tembok (5)/Setengah tembok (4)/ Kayu ()/Bambu kayu ()/Bambu () (iii) Status : Milik sendiri ()/Sewa ()/Numpang () (iv) Lantai : Porselen (5)/Ubin (4)/Plester ()/Papan ()/Tanah () (v) Lantai : Luas (>00m) ()/Sedang (50-00m) ()/ Sempit (<50 m) () 4 Keadaan tempat tinggal : (i) Pekarangan : Luas (>00m) ()/ Sedang (50-00m) ()/ Sempit (<50m) () (ii) Hiburan : Video ()/ Tape recorder ()/ Radio () (iii) Pendingin : AC (4)/ Lemari es ()/ Kipas angin ()/ Alam () (iv) Penerangan : Listrik ()/ Petromak ()/ Lampu tempel () (v) Bahan bakar : Gas ()/ Minyak tanah ()/ Kayu () (vi) Sumber air : PAM (6)/ Sumur bor (5)/ Sumur (4)/ Mata air ()/ Hujan ()/Sungai () (vii) MCK : Sendiri (4)/ Umum ()/ Perairan terbuka ()/ Kebun (). Tidak miskin (>480kg). Miskin ( kg). Miskin sekali (70-79 kg) 4. Paling miskin (<70kg). Permanen (skor 5-). Semi permanen (skor 0-4). Non permanen (skor 5-9). Lengkap (skor -7). Cukup (skor 4-0). Kurang (skor (7-) 5 Kesehatan anggota keluarga. Baik (<5% sering sakit). Cukup (5-50% sering sakit). Kurang (>50% sering sakit) 6 Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari petugas medis (termasuk didalamnya pelayanan KB dan obat-obatan) (i) Jarak RS terdekat : (0km) (4)/(0,0-km) ()/ ( km) ()/ missing () (ii) Jarak ke poliklinik : (0km) (4)/(0,0-km) ()/ ( km) ()/ missing () (iii) Biaya berobat : Terjangkau ()/ Cukup ()/ Kurang () (iv) Penanganan berobat : Terjangkau ()/Cukup ()/ Kurang () (v) Alat KB : Terjangkau ()/ Cukup ()/ Sulit () (vi) Konsultasi KB : Terjangkau ()/ Cukup ()/ Sulit. Mudah (skor 8-4). Cukup (skor -7). Sulit (skor 8- ) 4

7 No Indikator Kesejahteraan Skor Bobot () (vii) Harga obat : Terjangkau ()/ Cukup ()/ kurang () 7 Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan : (i) Biaya sekolah : Terjangkau ()/ Cukup ()/ Kurang () (ii) Jarak ke sekolah : (0km) (4)/(0,0-km) ()/ ( km) ()/ missing () (iii) Prosedur penerimaan : Mudah ()/ Cukup ()/ Sulit () 8 Kemudahan mendapatkan pekerjaan/kesempatan kerja : (i) Lama mendapat pekerjaan: Cepat ()/Biasa Saja ()/Lambat () (ii) Alternstif pekerjaan yang bisa diperoleh : Banyak ()/ Cukup ()/ Kurang () (iii) Kepuasan/kesesuaian pekerjaan dengan harapan : Sangat sesuai ()/ Cukup sesuai ()/ Tidak sesuai(). Mudah (skor 8-0). Cukup (skor 6-7). Sulit (skor 4-5). Mudah (skor 7-9). Cukup (skor 5-6). Sulit (skor <5) 9 Kehidupan beragama. Toleransi tinggi. Toleransi cukup. Toleransi kurang 0 Rasa aman dari gangguan kejahatan. Aman. Cukup aman. Kurang aman Kemudahan berolah raga. Mudah (sering melakukan olah raga). Cukup (cukup sering melakukan olah raga). Sulit (kurang melakukan olah raga).4. Analisis Pendugaan (Forecasting) Produksi Analisis pendugaan ini dilakukan menggunakan metode rata-rata bergerak (moving average) dan metode spline. Dengan metode-metode ini, fluktuasi produksi setiap jenis sumberdaya yang dimanfaatkan dapat dibuat polanya berdasarkan kondisi lokasi produksi (daerah penangkapan) maupun jenis produksi yang digunakan. Dari pola tersebut, dapat diduga jumlah produksi di masa depan (Gaspersz, 99). Oleh karena data times series produksi bisa berubah-ubah setiap saat, maka output analisis juga akan memperlihatkan perubahan dalam periode pengelolaan,

8 namun pola perubahannya dapat diketahui. Secara umum, model times series data produksi bisa ditulis dengan persamaan (Darsono, 008 dan Gaspersz, 99) :...() Untuk n < t, y adalah data produksi ikan pada periode sampai n yang diduga dan t adalah waktu pendugaan. Adapun metode rata-rata bergerak (moving average) yang dapat digunakan dalam analisis pendugaan (forecasting) dengan memanfaatkan data time series produksi ada tiga jenis, yaitu simple moving average, moving average berbobot dan exponential smoothing. Disamping metode tersebut, juga digunakan metode spline sebagai pembanding.. Simple moving average Analisis menggunakan metode ini memberi penekanan pada n periode moving average sederhana untuk periode ke t. Pendugaan produksi dengan metode simple moving average menggunakan rumus :...() Keterangan : y = data produksi ikan pada periode sampai n yang diramalkan n = jumlah periode t = waktu pendugaan. Moving average berbobot Moving average berbobot dihitung dengan mendefinisikan bobot terlebih dahulu yaitu untuk masing-masing periode dalam n moving average. Pendugaan produksi dengan metode moving average berbobot menggunakan rumus :...() Keterangan : y = data produksi ikan pada periode sampai n yang diramalkan w = bobot moving average n = jumlah periode t = waktu pendugaan

9 Jika semua bobot sama dengan, maka berarti hasil analisis moving average berbobot akan sama dengan moving average sederhana (bisa dipilih salah satu).. Exponential smoothing moving average Exponential smoothing moving average merupakan moving average berbobot yang mempunyai faktor berkelipatan s (konstanta smoothing). Deret pendugaan hasil untuk exponensial moving average dianalisis menggunakan rumus :...(4) Keterangan : y = data produksi ikan pada periode sampai n yang diramalkan s = konstanta smoothing t = waktu pendugaan Untuk mengetahui hasil analisis metode mana yang digunakan dalam meramalkan jumlah produksi, maka dilakukan analisis mean square error (MSE). Analisis MSE merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui error/galat/kesalahan dari penggunaan metode rata bergerak (moving average) tertentu. Analisis MSE ini dari penggunaan metode rata bergerak (moving average) menggunakan rumus :...(4) Keterangan : T = jumlah data yang tersedia untuk perhitungan error. Metode yang memberikan MSE terkecil akan dipilih untuk meramalkan produksi ikan untuk beberapa periode ke depan. 4. Kubik smoothing spline Kubik smoothing spline merupakan suatu metode untuk extrapolasi lokal linear dari sebuah trend time series. Metode ini dikembangkan oleh Hyndman, et al. (005). Misalkan terdapat suatu time series univariat, dengan trend nonlinier, maka untuk interval time series yang sama, kubik smoothing spline didefinisikan sebagai suatu fungsi yang meminimumkan 4

10 ...(5) Pada semua fungsi f yang bisa didiferensialkan dua kali, parameter penghalus mengkontrol laju perubahan antara residual error yang dideskripsikan sebagai jumlah kuadrat residual dan variasi lokal yang diwakili oleh integral dari turunan kedua fungsi f. Nilai lambda yang besar akan menghasilkan yang mendekati linier, sedangkan nilai yang kecil akan memberikan yang berbelok-belok. Dalam prakteknya, nilai ini tidak diketahui. Untuk lebih detail mengenai prosedur estimasi dan prediksi parameter spline termasuk bisa dilihat pada Hyndman, et al. (005)..4. Analisis Kelayakan Usaha Kelayakan usaha perikanan penting untuk dianalisis sehingga kinerja dan tingkat dukungannya terhadap kesejahteraan nelayan dapat diketahui termasuk pada kondisi produksi yang cenderung turun. Menurut Gaspersz (99) dan Cahyono (995), kelayakan usaha dapat diukur dari parameter Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Return on Investment (ROI), dan Benefit- Cost Ratio (BCR). Adapun rumus perhitungan dari parameter tersebut adalah : () Net Present Value (NPV) merupakan parameter untuk mengetahui selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu. Kegiatan perikanan layak dikembangkan bila mempunyai nilai NPV > 0 (nol). Perhitungan nilai NPV menggunakan rumus : NPV = n Bt Ct t t = ( + i)...(6) Keterangan : Bt = Pendapatan (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t i = suku bunga t =,,..., n n = umur ekonomis () Internal Rate of Return (IRR) merupakan paramater untuk mengetahui suku bunga maksimal untuk sampai kepada NPV = 0, jadi dalam keadaan batas untung rugi. Kegiatan perikanan layak dikembangkan bila mempunyai nilai 5

11 IRR > suku bunga bank yang berlaku. Perhitungan nilai IRR menggunakan rumus : NPV IRR = i + ( i - i)...(7) NPV - NPV Keterangan : i = suku bunga yang menyebabkan NPV bernilai positif i = suku bunga yang menyebabkan NPV bernilai negatif NPV = NPV pada suku bunga i NPV = NPV pada suku bunga i () Return on Investment (ROI) merupakan parameter untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi dari benefit (pendapatan) yang diterima pemilik. Kegiatan perikanan layak dikembangkan bila mempunyai nilai ROI > (satu). Perhitungan nilai ROI menggunakan rumus : n Bt t = ROI =...(8) I Keterangan : Bt = Pendapatan (benefit) pada tahun ke-t I = Investasi t =,,..., n n = umur ekonomis (4) Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan paramater untuk mengetahui tingkat perbandingan antara NPV yang bernilai positif dengan NPV yang bernilai negatif. Kegiatan perikanan layak dikembangkan lanjut bila mempunyai nilai B/C Ratio > (satu). Perhitungan nilai B/C Ratio menggunakan rumus : B/C ratio = n t= 0 n t= (Bt - Ct) t ( i) (Bt - Ct) t (+ i) (Bt - Ct) (Bt - Ct) > 0 < 0...(9) Keterangan : Bt = Pendapatan (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t i = suku bunga t =,,..., n n = umur ekonomis 6

12 .4.4 Analitycal Hierarchy Process untuk Penyusunan Strategi Kelembagaan Analisis ini dimaksud untuk menetapkan strategi kelembagaan yang tepat dalam mendukung pengelolaan sumberdaya ikan lestari berbasis otonomi daerah. Penetapan prioritas strategi dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan semua komponen atau stakeholders terkait menggunakan suatu analisis hierarki yang dikenal dengan Analitical Hierarchy Process (AHP). Analitical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu analisis dengan pendekatan organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Terkait dengan ini, penyusunan strategi interaksi kelembagaan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan semua komponen terkait dengan kegiatan perikanan dan otonomi daerah. AHP menganalisis berbagai komponen yang berinteraksi dengan kegiatan perikanan dan otonomi daerah tersebut akan dikelompokkan ke dalam beberapa level/hierarki, misalnya level goal (tujuan), level kriteria, level pembatas (limit factor), dan level opsi strategi (Maarif, 004). Harapan akhir dari analisis AHP (Analitical Hierarchy Process) ini adalah diketahui prioritas dari setiap strategi kelembagaan pengeloalan perikanan berbasis otonomi daerah, beserta kestabilan/sensitivitas dari strategi kelembagaan tersebut dalam aplikasi nyata pada pengelolaan perikanan di Selat Bali. Hal tersebut penting, supaya dapat dilakukan antisipasi di kemudian hari dan model yang dikembangkan menjadi akomodatif terhadap setiap perubahan nyata di lapanganan. Adapun tahapan analisis dalam analisis strategi kelembagaan pengelolaan perikanan berbasis otonomi daerah adalah : ) Pendefinisian komponen Pada tahapan ini, semua komponen yang berkaitan dengan kelembagaan perikanan dan otonomi daerah ditetapkan dan didefinisikan. Lingkup komponen yang didefinisikan mencakup kriteria pengembangan kelembagaan yang harus dicapai, pembatas (limit factor) dalam pengembangan kelembagaan perikanan, dan opsi strategi interaksi kelembagaan pengelolaan perikanan lestari berbasis otonomi daerah. ) Penyusunan struktur hirarki Pada tahapan ini, semua interaksi komponen yang telah didefinisikan disusun secara bertingkat dalam bentuk struktur hirarki AHP yang dimulai dari tingkat paling atas berupa tujuan umum (level ), dilanjutkan dengan sub 7

13 tujuan/kriteria (level ), pembatas atau limit factor (level ) dan strategi interaksi kelembagaan pengelolaan perikanan lestari berbasis otonomi daerah (level 4). ) Penetapan skala banding dan pembobotan Pada tahapan ini, skala banding satu sama lain komponen yang mempengaruhi strategi kelembagaan ditetapkan. Hal ini dibutuhkan untuk menganalisis kepentingan setiap kriteria pengembangan kelembagaan yang perlu dicapai (setiap komponen di level ), menganalisis kepentingan setiap pembatas (limit factor) pengembangan kelembagaan perikanan untuk setiap kriteria pengembangan (setiap komponen di level pada setiap komponen di level ), dan menganalisis kepentingan setiap strategi interaksi kelembagaan pengelolaan perikanan lestari berbasis otonomi daerah untuk setiap pembatas pada setiap kriteria pengembangan kelembagaan (komponen di level 4 untuk setiap komponen di level pada setiap komponen di level ). Penetapan skala banding ini dan sistem pembobotannya mengacu kepada skala banding berpasangan menurut Saaty (99) pada Tabel 9. 8

14 Tabel 9 Ketentuan skala banding berpasangan Intensitas pentingnya Definisi Kedua komponen sama pentingnya Penjelasan Dua komponen menyumbangkan sama besar pada sifat itu ,4,6,8 Komponen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan komponen yang lainnya. Komponen yang satu esensial atau sangat penting dibanding komponen yang lainnya. Suatu komponen jelas lebih penting dari komponen lainnya. Satu komponen mutlak lebih penting ketimbang komponen yang lain. Nilai-nilai antara dua pertimbangan dua yang berdekatan. Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu komponen atas lainnya. Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu komponen atas komponen lainnya. Suatu komponen dengan kuat di sokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek. Bukti yang menyokong komponen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. Kompromi diperlukan antara pertimbangan. Kebalikan Jika suatu aktivitas mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila di bandingkan dengan j. Sumber : Saaty (99) Lebar dan jumlah skala yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan untuk membedakan dari setiap komponen yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapanganan. Pembobotan diberikan berdasarkan taraf relatif pentingnya suatu komponen dibandingkan dengan komponen lainnya di level yang sama. Dalam pembobotan, diusahakan agar setiap komponen mempunyai skala yang sama sehingga antara komponen satu dengan komponen lainnya dapat diperbandingkan. 4) Formulasi data Formulasi data merupakan kegiatan menginput data hasil analisis skala banding perpasangan ke dalam struktur hirarki. Pembuatan hirarki dan input data ini dilakukan menggunakan Program Expert Choice 9.5, sedangkan data yang diinput disiapkan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. 9

15 5) Simulasi Simulasi dilakukan setelah data terkait diinput ke dalam program. Simulasi merupakan kegiatan menganalisis dan membandingkan data semua komponen yang ada dengan prinsip hasil banding antar dua pasangan komponen diperbandingkan dengan hasil banding antar dua pasangan komponen lainnya di level sama dan hasil perbandingan tersebut dilanjutkan ke level di atasnya hingga berakhir di level. Simulasi seperti ini merupakan upaya pertimbangan terhadap kepentingan semua komponen yang terkait sehingga strategi yang menjadi prioritas benar-benar merupakan strategi interaksi kelembagaan perikanan terbaik. 6) Pengujian konsistensi dan sensitivitas Tahapan ini bertujuan untuk menguji konsistensi dan sensitivitas dari hasil simulasi yang telah dilakukan. Bila dari hasil simulasi diperoleh rasio inconsistency 0, atau lebih berarti data yang digunakan tidak konsistensi dan harus dilakukan pengambilan data ulang. Sedangkan untuk uji sensitivitas diharapkan hasil simulasi yang tidak terlalu sensitif. Bila hasil simulasi terlalu sensitif berarti strategi interaksi kelembagaan yang dipilih sebagai prioritas terlalu labil terhadap dinamika yang berkembang dalam pengelolaan perikanan yang berbasis otonomi daerah. Kriteria yang digunakan uji konsistensi dan uji sensitivitas AHP disajikan pada Tabel 0. Tabel 0 Kriteria uji konsistensi dan uji sensitivitas Kriteria Persyaratan Nilai Rasio inconsistency < 0, Sensitivity test Diharapkan tidak terlalu sensitif Sumber : Expert Choice 9.5 7) Interpretasi hasil Tahapan interpretasi ini merupakan tahapan penggunaan hasil analisis AHP dalam menjelaskan dan memberikan rekomendasi prioritas strategi interaksi kelembagaan pengelolaan perikanan dengan basis otonomi daerah, serta kestabilan/sensitivitas-nya terhadap berbagai perubahan yang terjadi secara nyata di kawasan Selat Bali. 40

16 .4.5 Pengembangan Model Pengelolaan Kawasan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) Structural Equation Modeling (SEM) atau model persamaan struktural merupakan multivariate analysis yang mempunyai kemampuan dan keunggulan untuk menganalisis model yang bersifat multivariabel, multihubungan dan berjenjang secara simultan (Hayduk, 987). Di samping itu SEM juga merupakan measurement model yang dapat digunakan untuk pengujian validitas dan reliabilitas instrumen secara terintegrasi. Dalam penelitian ini, analisis SEM digunakan untuk membangun model pengelolaan kawasan yang menjamin keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali dengan menginteraksikan semua komponen pengelolaan seperti pasar, industri pengolahan, industri penangkapan ikan, pengelolaan SDI, dan otonomi daerah. Dari interaksi tersebut juga diharapkan dapat diketahui komponenkomponen yang signifikan mempengaruhi kesejahteraan nelayan. Interaksi yang terjadi dan tingkat pengaruhnya memberi arahan untuk perbaikan yang dapat dilakukan dalam memperbaiki kesejahtreraan nelayan dan pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Interaksi di antara komponen tersebut dapat bersifat langsung (direct effect) maupun tidak langsung (indirect effect). Adapun tahapan yang dilakukan dalam analisis SEM ini adalah sebagai berikut :.4.5. Pengembangan model teoritis Kegiatan pengembangan ini merupakan upaya pengembangan struktur interaksi dari beberapa komponen pengelolaan sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan atau memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang terkait. Pengembangan model teroritis penting dan perlu dilakukan di tahap awal sehingga tidak ada keraguan terhadap struktur model yang digunakan yang menjadi titik awal pengembangan analisis. Untuk mendukung pengembangan model teoritis tersebut, maka berbagai telaah terhadap pustaka, hasil-hasil studi dan penelitian yang berkaitan, diskusi atau pendapat pakar sangat dibutuhkan untuk memilih komponen yang berinteraksi dan bentuk interaksinya. Telaah ini perlu dilakukan untuk memilih berbagai komponen yang berinteraksi yang mendukung dihasilkannya model pengelolaan yang dinamik dan menjamin keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali. Tahapan awal dari maksud ini adalah mengkaji, mengidentifikasi, dan menganalisis pengelolaan komponen pasar, industri pengolahan, penangkapan ikan, pengelolaan SDI, 4

17 otonomi daerah serta kesejahteraan, kemudian merancang interaksinya sehingga menyerupai kondisi nyata di lokasi. Berdasarkan identifikasi awal dan telaah awal pustaka yang dilakukan, berbagai komponen tersebut dan dimensinya terkait pembangunan perikanan berkelanjutan di kawasan Selat Bali diusulkan :. Pengelolaan pasar, dengan dimensi : a. Kinerja pasar lokal () b. Kinerja pasar nasional () c. Kinerja pasar ekspor (). Pengelolaan Sumberdaya Ikan (SDI), dengan dimensi : a. Keanekaragaman hayati () b. Konservasi () c. Lingkungan perairan (). Pengelolaan usaha penangkapan, dengan dimensi : a. Pertumbuhan () b. Penyerapan tenaga kerja () c. Income/pendapatan () 4. Pengelolaan industri pengolahan, dengan dimensi : a. Pertumbuhan (4) b. Penyerapan tenaga kerja (4) c. Income/pendapatan (4) 5. Pencapaian tujuan pembangunan nasional, dengan dimensi : a. Pertumbuhan (5) b. Daya saing (5) c. Sustainable (5) 6. Pengelolaan otonomi daerah (OTDA), dengan dimensi : a. Infrastruktur (6) b. Perijinan (6) c. Kelembagaan (6) 7. Kesejahteraan nelayan, dengan dimensi : a. Pendapatan (7) b. Tempat Tinggal (7) c. Pendidikan dan kesempatan kerja (7) d. Kesehatan dan kehidupan sosial (74) 4

18 .4.5. Perancangan pathdiagram Perancangan pathdiagram merupakan kegiatan pendeskripsian interaksi komponen-komponen yang terpilih ke dalam ilustrasi diagram. Dalam analisis SEM, komponen yang berinteraksi tersebut kemudian disebut konstruk penelitian, dan setiap konstruk kemudian dilengkapi dengan penciri atau dimensi konstruk. Dalam kaitan ini, telaah pustaka dan hasil-hasil penelitian terkait menjadi hal penting untuk menetapkan dimensi yang tepat. Perancangan pathdiagram dilakukan dengan menggunakan program AMOS 5 Professional. Rancangan pathdiagram interaksi komponen terpilih untuk pengembangan model pengelolaan kawasan yang menjamin keberlanjutan pembangunan perikanan di kawasan Selat Bali disajikan pada Gambar. Populasi Penduduk d Pasar d z d4 d4 d4 d d d z SDI d6 6 d6 6 OTDA d Industri z4 4 d d d z Penangkapan z6 Pajak z7 Kesejateran Nelayan z5 Pembangunan Nasional d7 d7 d7 d74 d d5 d5 Gambar Rancangan pathdiagram model.4.5. Penyusunan measurement model dan structural equation Supaya interaksi dalam rancangan pathdiagram lebih memiliki arti dan dapat dinilai, maka interaksi tersebut perlu dikonversi ke dalam persamaan matematis. Dalam analisis SEM, persamaan matematis tersebut terdiri dari persamaan pengukuran (measurement model) dan persamaan struktur (structural equation). 4

19 Sedangkan data-data yang akan digunakan diformat menggunakan perangkat lunak program SPSS, Microsoft Excell, Microsoft Acess, atau lainnya yang sesuai. Persamaan pengukuran (measurement model) merupakan persamaan yang mewakili interaksi dimensi dengan komponen yang menjadi konstruk. Sedangkan persamaan struktur (structural equation) merupakan persamaan yang mewakili interaksi di antara konstruk. Persamaan matematis merupakan model analisis yang akan digunakan oleh program AMOS 5 Professional untuk menjelaskan interaksi dalam model pengelolaan kawasan yang dibuat, sedangkan data yang akan digunakan diformat dengan program-program perangkat lunak SPSS, MS Excell, MS Acess, atau program lainnya yang sesuai. Rumusan untuk persamaan pengukuran (measurement model) pathdiagram yang dirancang adalah: Pop = λ ζ + z 7 = λ = λ ζ + d ζ + d 4 Pajak = λ ζ + λ ζ d p = λ = λ ζ + d ζ + d = λ = λ ζ + d ζ + d

20 Sedangkan rumusan untuk persamaan struktural (structural equation) adalah: ζ = γ ζ + z ζ = γ ζ + z ζ = γ ζ + γ ζ + z ζ = γ ζ + γ ζ + γ ζ + z ζ = γ ζ + γ ζ + γ ζ + z Keterangan: 75 = dimensi dari konstruk/komponen utama; λ-λ 75 = loading factor terkait 75 ; d d 75 = disturbance term terkait 75 ; z z 7 = error term konstruk/komponen utama; γ γ 0 = regression weight; ζ-ζ 7 = konstruk berturut-turut adalah pasar, SDI, penangkapan, industri pengolahan, pembangunan nasional, otonomi daerah, dan kesejahteraan nelayan; Pemilihan Matriks Input dan Teknik Estimasi Model Dalam penelitian menggunakan SEM ini, matriks analisis yang digunakan untuk menginput data analisis SEM ada dua, yaitu matriks kovarian dan matriks korelasi. Sedangkan teknis estimasi yang digunakan disesuaikan dengan ukuran sampel penelitian. Dalam penelitian ini, data SEM dikumpulkan sekitar 8 sampel (responden penelitian). Jumlah sampel tersebut sudah lebih dari cukup untuk suatu kegiatan tertentu di lokasi dengan batasan tertentu. Oleh karena jumlah responden yang disampling sekitar 8 orang, maka teknik estimasi yang dikembangkan adalah matrix likelihood estimation (ML). Menurut Ferdinand (00), teknik estimasi ML membutuhkan sampel sekitar sampel. Namun, bila kondisi lapanganan dan perkembangan penelitian nantinya mengharapkan jumlah sampel yang lebih besar, maka teknik estimasi ini 45

21 bisa diubah, misalnya dengan menggunakan generalized least square estimation, unweighted least square estimation, scale free least square estimation, atau asymptotically distribution free estimation Evaluasi kriteria goodness of fit Kegiatan evaluasi ini merupakan kegiatan memeriksa kesesuaian model yang dibuat dengan kriteria goodness of fit yang dipersyaratkan dalam analisis SEM. Kriteria goodness of fit yang akan digunakan untuk mengevaluasi tingkat penerimaan model pengelolaan kawasan yang menjamin keberlanjutan pembangunan perikanan di kawasan Selat Bali disajikan pada Tabel. Sedangkan penjelasan dari setiap kriteria goodness of fit yang digunakan dalam analisis adalah :. Uji -Chi-square Uji -Chi-square digunakan untuk mengukur overall fit atau kesesuaian model yang dibangun dengan data yang ada. Tabel Kriteria goodnes of fit dalam evaluasi model SEM Kriteria Goodness Of Fit Nilai Yang Dipersyaratkan -Chi-square Diharapkan kecil Significance Probability 0.05 RMSEA 0.08 GFI 0.90 AGFI 0.90 CMIN/DF.00 TLI 0.90 CFI 0.90 Sumber : Ferdinand (00). Uji goodness of fit index (GFI) Uji GFI digunakan untuk menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam matriks kovarian sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarian populasi yang terestimasi. GFI mempunyai nilai antara 0 (poor fit) (perfect fit).. Uji the root mean square error of approximation (RMSEA) Uji RMSEA digunakan untuk mengukur kemampuan model mengkompensasi -Chi-square dalam sampel yang besar. Model yang dibangun dapat diterima bila mempunyai nilai RMSEA lebih kecil atau sama dengan

22 4. Uji comparative fit index (CFI) Uji CFI digunakan untuk mengukur tingkat tingkat fitnya model yang dibangun. Berbeda dengan indeks lainnya, index ini tidak tergantung pada ukuran sampel. Nilai CFI yang direkomendasikan sama atau lebih besar dari Uji terhadap indeks CMIN/DF Indeks CMIN/DF merupakan pembagian dengan degree of freedom. Indeks ini menunjukkan tingkat fitnya model. 6. Uji adjusted goodness of fit index (AGFI) Uji AGFI digunakan untuk mengukur galat regresi. Galat regresi yang dimaksud analog dengan R dalam regresi berganda. 7. Uji tucker lewis index (TLI) Uji TLI digunakan untuk membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. TLI merupakan alternatif incremental fit index dari model yang dikembangkan Modifikasi dan Interpretasi Model Kegiatan modifikasi dilakukan untuk mengembangkan interaksi dalam model sehingga dihasilkan hasil analisis SEM dengan kriteria goodness of fit yang sesuai dengan yang dipersyaratkan. Bila model telah memenuhi kriteria goodness of fit tersebut berarti model telah mencerminkan kondisi nyata di lokasi. Dengan demikian, model tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai alternatif pola pengelolaan yang menjamin keberlanjutan pembangunan perikanan di kawasan Selat Bali. Interpretasi merupakan kegiatan penggunaan model dalam menjelaskan interaksi pengelolaan terbaik di antara komponen utama pengelolaan seperti pasar, industri pengolahan, penangkapan ikan, pengelolaan SDI, otonomi daerah serta kesejahteraan dalam rangka mendukung pembangunan perikanan yang berkelanjutan di lokasi. Dalam interpretasi tersebut akan dijelaskan komponenkomponen yang berinteraksi signifikan, tidak signifikan, signifikan positif dan signifikan negatif baik langsung maupun tidak langsung, makna dari interaksi tersebut, dampak dalam dinamika pengelolaan, dan upaya menyiasatinya sehingga mendukung keberlanjutan perikanan di kawasan. 47

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan September 0.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Lokasi pengambilan data difokuskan di (empat) kecamatan pesisir terpilih yaitu Kecamatan Sinaboi,

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Obyek yang Diteliti 3.3 Jenis, Sumber, dan Ukuran Sampel Data

METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Obyek yang Diteliti 3.3 Jenis, Sumber, dan Ukuran Sampel Data METODOLOGI. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Daerah Istimewa ogyakarta khususnya daerah pantai yang potensial dan diandalkan usaha perikanannya. Penelitian dilakukan mulai

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada 12 Februari 2016 hingga13 April 2016 di Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk menyelesaikan model bertingkat secara serempak yang tidak dapat diselesaikan oleh persamaan regresi linear. SEM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Alasan memilih Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah karena untuk memudahkan penulis

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN 7. Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha Keberadaan pariwisata memberikan dampak postif bagi pengelola, pengunjung, pedagang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2013, pengambilan sampel sudah dilaksanakan di Pantai Patra Sambolo, Kecamatan Anyer Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2016. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian berada di Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan memilih Kabupaten Ngawi, Jawa Timur karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG Bab ini akan memaparkan analisis terhadap faktor-faktor yang menentukan keputusan hutang pada pemilik usaha tenun dengan menggunakan Theory Planned

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pemecahan masalah dalam penelitian ini diawali dengan studi literatur yang mencakup kajian teori, penelitian empiris sebelumnya dan model yang relevan dengan masalah penelitian.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh guru PAUD di Salatiga, dengan menggunakan sampel guru PAUD di Salatiga yang diambil dari 3 kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis data yang disesuaikan dengan pola penelitian dan variabel yang diteliti. Model yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau penelitian terapan yang mana didalamnya terdapat solusi atas suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk BAB III METODE PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Subjek dari penelitian ini adalah konsumen Hero Supermarket di Kota Yogyakarta, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Hero Supermarket di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data, baik data yang bersifat data sekunder maupun data primer, dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini bertujuan untuk mengungkap hasil analisis data penelitian dan pembahasannya. Pembahasan diawali dengan dimulai hasil statistik deskriptif yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi

BAB III METODE PENELITIAN. dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi BAB III METODE PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang dihasilkan dapat dipercaya

Lebih terperinci

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dapat diidentifikasi dengan melihat faktor eksternal dan internak yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1. Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian menggunakan metode Kausalitas, digunakan untuk meneliti pada pupolasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

4 HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Rokan Hilir

4 HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Rokan Hilir 4 HASIL PENELITIAN 4. Keadaan Umum Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rokan Hilir Bagansiapiapi mempunyai luas wilayah sekitar 888.59 hektar, berada pada koordinat o 4-2 o 45 LU dan 00 o 7-0 o 2 BT. Kabupaten

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) DALAM PENILAIAN KINERJA USAHA PERIKANAN TANGKAP PURSE SEINE DI KOTA PEKALONGAN ABSTRAK

PENGGUNAAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) DALAM PENILAIAN KINERJA USAHA PERIKANAN TANGKAP PURSE SEINE DI KOTA PEKALONGAN ABSTRAK PENGGUNAAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) DALAM PENILAIAN KINERJA USAHA PERIKANAN TANGKAP PURSE SEINE DI KOTA PEKALONGAN Oleh; Abdul Kohar M 1 ), Herry Boesono 1 ) dan Naelul Hidayah 2 ) 1)

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sentra-sentra ekonomi berbasis sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Indramayu, seperti Karangsong, Pabean Udik, dan Singaraja.

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. Structural equation modeling, yang dalam buku ini untuk selanjutnya akan disebut SEM, adalah suatu teknik modeling statistik yang bersifat sangat cross-sectional,

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu 3.1 Jenis Penelitian BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu merupakaan jenis penelitian untuk mendapatkan penjelasan hubungan antar variabel

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian

Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian 61 62 Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian Pantai Patra Sambolo 63 64 Lampiran 3. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN I. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Data diambil menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada konsumen Indomaret Point Pandanaran di kota Semarang. Populasi

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian mengenai pengujian model Theory Planned Behavior dalam menentukan pengaruh sikap siswa, norma subjektif,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dari antisipasi teknologi baru. Rancangan penelitian yang disajikan berbentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dari antisipasi teknologi baru. Rancangan penelitian yang disajikan berbentuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Finger et al (203) yang bertujuan untuk mengetahui anteseden dan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan dilakukan pengujian dan analisis model berdasarkan data kuesioner yang terkumpul untuk menjawab pertanyaan penelitian dan hipotesis yang telah diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di Ruang

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di Ruang BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian pada penelitian ini adalah RSUD Praya. 2. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. teknik sampling, definisi operasional variabel dan teknik analisis yang digunakan. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. teknik sampling, definisi operasional variabel dan teknik analisis yang digunakan. A. Desain Penelitian digilib.uns.ac.id 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian berisi tentang desain penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, definisi operasional variabel dan teknik analisis yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI 5.1 Deskripsi Umum Sampel Penelitian Setelah dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden maka hasil kuesioner yang layak dan secara penuh mengisi kuesioner berjumlah 134

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, obyek yang akan diteliti adalah. SMA Negeri 1 Sumbawa Besar, SMA Negeri 1 Lape dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, obyek yang akan diteliti adalah. SMA Negeri 1 Sumbawa Besar, SMA Negeri 1 Lape dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Subyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang akan diteliti adalah SMA Negeri 1 Sumbawa Besar, SMA Negeri 1 Lape dan SMA Negeri 1 Maronge NTB. Subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian konklusif yang bertujuan untuk memverifikasi hipotesis yang diajukan dan untuk menguji beberapa korelasi tertentu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif kausal, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap Y yang bersifat kausal.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance

BAB V PEMBAHASAN. estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Konfirmatori Analisis faktor konfirmatori dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel untuk menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diyakini kebenarannya secara ilmiah. Studi penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diyakini kebenarannya secara ilmiah. Studi penelitian ini menggunakan 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai hubungan antar variabel berdasarkan fakta empiris dan dapat diyakini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang relevan untuk mendesain suatu studi penelitian, menjamin

BAB III METODE PENELITIAN. yang relevan untuk mendesain suatu studi penelitian, menjamin BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian merupakan suatu kesatuan dari beberapa desain yang menggambarkan secara detail dari suatu penelitian. Tujuan memahami desain penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hubungan antara satu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2005).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hubungan antara satu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2005). BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan penelitian eksplanatori adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdaftar di Badan Pusat Statistik (BPS) sejak sampel. Berikut jumlah perusahaan yang berpartisipasi:

BAB III METODE PENELITIAN. terdaftar di Badan Pusat Statistik (BPS) sejak sampel. Berikut jumlah perusahaan yang berpartisipasi: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, objek penelitian adalah karyawan-karyawan dengan jabatan manajer pada perusahaan manufaktur yang ada di kota Semarang yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu: Secara singkat tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. 1. Tahap Pendahuluan Studi Literatur 2. Tahap Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III akan memaparkan jenis penelitian yang digunakan, populasi dan sampel, pengukuran konsep, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah kelompok subyek yang hendak digeneralisasikan oleh hasil penelitian (Sugiyono, 2014). Sedangkan Arikunto (2010) menjelaskan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Takalar dan Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja (purpossive),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman pada bulan Januari 2016, dengan subjek penelitian adalah Pegawai Negeri Sipil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. alamat Jalan Rekso Bayan No 1 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. alamat Jalan Rekso Bayan No 1 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian: Obyek penelitian ini adalah Polresta Yogyakarta Polda DIY, dengan alamat Jalan Rekso Bayan No 1 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara keseluruhan, bab ini berisi tentang desain penelitian, ruang lingkup penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Secara keseluruhan, bab ini berisi tentang desain penelitian, ruang lingkup penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel untuk menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya. Sehingga informasi yang dihasilkan dapat dipercaya

Lebih terperinci

BAB 3 DESAIN PENELITIAN

BAB 3 DESAIN PENELITIAN BAB 3 DESAIN PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan desain yang dipergunakan dalam penelitian antara lain : jenis penelitian, populasi dan sampel, pengukuran konsep, jenis data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan terbagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan terbagi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil waktu dan lokasi penelitian pada wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel yang dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Variabel

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di D.I. Yogyakarta, yang berlokasi di Purwomartani, Kalasan, Sleman, dan Nitipuran, Yogyakarta. Sedangkan subyek dari

BAB III METODE PENELITIAN. di D.I. Yogyakarta, yang berlokasi di Purwomartani, Kalasan, Sleman, dan Nitipuran, Yogyakarta. Sedangkan subyek dari BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Obyek dan subyek penelitian Obyek penelitian adalah di kantor UPT Kementerian Sosial di D.I. Yogyakarta, yang berlokasi di Purwomartani, Kalasan, Sleman,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN BAB III DESAIN PENELITIAN Bagian ini akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan desain yang dipergunakan dalam penelitian antara lain : jenis penelitian, populasi dan sampel, pengukuran konsep, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Nasmoco Bengawan Motor Solo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Nasmoco Bengawan Motor Solo BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Nasmoco Bengawan Motor Solo Baru, Sukoharjo.Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey. Penelitian survey adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan ditempat penelitian, melakukan perumusan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Obyek penelitian ini adalah Princess Syahrini F-KTV yang bertempat di Jogja City Mall, Yogyakarta. Jadi, subyek penelitian dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data dan obyek pada penelitian ini adalah Waroeng Spesial Sambal di Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan metode-metode penelitian yang akan digunakan, yang meliputi sumber dan jenis data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Responden Pada bab IV ini akan menampilkan hasil penelitian yang berupa gambaran umum objek penelitian dan data deskriptif serta menyajikan hasil komputasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini BMT Marhamah dan subyek dalam penelitian ini adalah karyawan tetap di BMT Marhamah. B. Jenis Data Jenis data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kebayoran, Jakarta Selatan selama penelitian. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang dipilih sebagai tempat penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Kebayoran, Jakarta Selatan selama penelitian. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang dipilih sebagai tempat penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Industri ini mengacu pada kegiatan operasional percetakan dan obyek penelitian ini ialah untuk mengetahui besarnya pengaruh Kepercayaan Pelanggan dan Kualitas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pada bagian ini dilakukan proses pengumpulan dan pengolahan data tahap awal serta pengumpulan data tahap akhir. Pengumpulan data pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan dengan penelitian, melakukan perumusan masalah dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini terdiri dari tujauan pustaka, landasan teori dan kerangka pemikiran Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitian sebelumnya dan digunakan sebagai dasar dilaksanakannya

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) VII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) Strutural Equation Model (SEM) merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel laten dengan variabel teramati sebagai

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBYEK/SUBYEK PENELITIAN 1. Obyek dan Subyek Penelitian Objek dalam penelitian ini yaitu Centro yang ada di Mall Ambarrukmo Plaza Jl. Laksda Adisucipto

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KERIPIK KENTANG (Studi Kasus pada Agronas Gizi Food, Kota Batu) ABSTRAK

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KERIPIK KENTANG (Studi Kasus pada Agronas Gizi Food, Kota Batu) ABSTRAK PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KERIPIK KENTANG (Studi Kasus pada Agronas Gizi Food, Kota Batu) Nur Amalia Ma rufah 1, Panji Deoranto 2, Rizky Luthfian Ramadhan Silalahi 2* 1 Alumni,

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Structural Equation Modeling Bagian I Pendahuluan Wihandaru Sotya Pamungkas Pendahuluan 1 Bagian I Pendahuluan 1. Uji Keseuaian Model Untuk menguji kesesuaian model ada beberapa ukuran, yaitu: (a) chi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data dan Tehnik Pengumpulan Data Data yang di gunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer. Menurut Azwar (2009) data primer adalah data yang di peroleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kemiskinan mempunyai indikator dan faktor penyebab. Mereka adalah sebagian warga miskin kota Depok. Pemerintah Depok menggolongkan mereka ke dalam kelompok

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah usaha jasa perjalanan wisata Kili Kili Adventure yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menjelaskan hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa peneliti memilih subyek tersebut karena peneliti menemukan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa peneliti memilih subyek tersebut karena peneliti menemukan bahwa BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek & Subyek Penelitian Obyek dari penelitian ini yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan subyeknya ialah para Mahasiswa Magister UMY. Alasan mengapa peneliti memilih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang akan menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah, objek penelitian yang akan dilakukan menjadi sasaran dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. D.I.Yogyakarta. Sedangkan subjek penelitian adalah Wajib Pajak orang

BAB III METODE PENELITIAN. D.I.Yogyakarta. Sedangkan subjek penelitian adalah Wajib Pajak orang BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak di Provinsi D.I.Yogyakarta. Sedangkan subjek penelitian adalah Wajib Pajak orang pribadi, dimana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 29 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Desember 2009 dengan tempat penelitian di Kota Makassar Sulawesi Selatan. Khususnya pada kawasan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Visi PT Indofood CBP Sukses Makmur Cabang Makassar yang juga merupakan Visi PT Indofood Sukses Makmur Tbk adalah Perusahaan Total Food Solutions. Diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah produk Honda PGM-FI. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah produk Honda PGM-FI. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah produk Honda PGM-FI. Dalam penelitian ini subyek yang di pilih adalah konsumen yang merupakan masyarakat D.I Yogyakarta.

Lebih terperinci

With AMOS Application

With AMOS Application ASUMSI DAN PERSYARATAN PADA STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) With AMOS Application Eko Budi Setiawan, S.Kom., M.T. Asumsi dan persyaratan penting saat menggunakan SEM 1. Sample Size 2. Normalitas Data

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM)

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM) Atribut yang ditetapkan pada variabel kepuasan merupakan atribut mengenai kepuasan konsumen secara keseluruhan (overall satisfaction). Berdasarkan sebaran pilihan responden, lebih dari setengah dari jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini diantaranya adalah desain penelitian, populasi, sampe, teknik sampling.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini diantaranya adalah desain penelitian, populasi, sampe, teknik sampling. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah desain penelitian, populasi, sampe, teknik sampling. Dijelaskan pula sumber,

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) b. Faktor Eksternal Definisi 2 (Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi) a.

II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) b. Faktor Eksternal Definisi 2 (Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi) a. II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Lebih terperinci