MEKANISME PEMBENTUKAN INTRUSI MELAPIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEKANISME PEMBENTUKAN INTRUSI MELAPIS"

Transkripsi

1 MEKANISME PEMBENTUKAN INTRUSI MELAPIS ANDY SUBIYANTORO Intisari. Pengertian layered intrusion atau intrusi melapis kadang masih menjadi suatu hal yang kabur, karena pengertian berlapis ini seringkali dihubung-hubungkan dengan istilah berlapis dalam batuan sedimen. Intrusi melapis merupakan suatu intrusi batuan beku yang menghasilkan struktur berupa lapisan atau laminasi yang biasa disebut dengan tekstur tekstur kumulat. Intrusi melapis hanya berkembang baik pada intrusi batuan ultrabasa. Hal ini disebabkan oleh sifat magma ultrabasa yang mempunyai viskositas yang rendah dan dapat membentuk tubuh intrusi yang besar. Mekanisme pembentukan intrusi melapis dapat dijelaskan saat terjadi perpindahan magma, karena pola konveksi magma, dan karena proses mekanik. Namun tidak ada satu teoripun yang dapat menjelaskan seluruh tipe intrusi melapis. Intrusi melapis mempunyai aspek ekonomis di bidang pertambangan karena merupakan sumber dari unsur kelompok platinum, logam dasar, sulfida, kromit, magnetit, dan ilmenit. 1. Pendahuluan Pengertian layered intrusion atau intrusi melapis di kalangan mahasiswa kadang masih menjadi suatu hal yang kabur, karena pengertian berlapis ini seringkali dihubunghubungkan dengan istilah berlapis dalam batuan sedimen. Perlapisan yang dibentuk oleh intrusi memang sekilas terlihat seperti kenampakan berlapis pada batuan sedimen. Namun proses pembentukannya sama sekali berbeda. Untuk itu dirasa perlu adanya suatu uraian tersendiri tentang pengertian dan karakteristik intrusi melapis tersebut. Untuk dapat lebih memahami dengan benar tentang intrusi melapis tersebut maka perlu juga diketahui bagaimana mekanisme terbentuknya intrusi tersebut dan bagaimana hubungannya dengan petrologi batuan beku. Intrusi melapis mempunyai aspek ekonomis di bidang pertambangan karena merupakan sumber dari unsur kelompok platinum, logam dasar, sulfida, kromit, magnetit, dan ilmenit (Lee, 1996). Batuan yang kaya akan endapan bijih Cu dan PGE (Platinum Group Elements) sering terdapat dalam batuan intrusi melapis. Intrusi batuan beku ultrabasa merupakan salah satu batuan yang tersebar secara luas di dunia. Batuan beku kristalin dengan komposisi kimia mineral serupa dengan kompisisi batuan di rekahan tengah samudra. Beberapa contoh intrusi melapis yang lain dapat dilihat pada Tabel Intrusi melapis Intrusi batuan beku ultrabasa. Batuan ultrabasa adalah batuan beku yang berasal dari magma yang berasal dari magma basaltik, terbentuk kira-kira pada suhu 1200 C. Batuan ultrabasa sebagian besar tersusun oleh mineral-mineral mafik seperti olivin, piroksen, plagioklas tipe labradorit-anortit, dan beberapa mineral aksesori seperti apatit, zirkon, ilmenit, kromit dan magnetit (Bateman & Jensen, 1981). Pembentukan intrusi melapis kemungkinan dapat ditemui pada batuan beku dengan komposisi yang bervariasi namun intrusi melapis ini hanya akan berkembang dengan dengan baik pada batuan Date: 16 Januari

2 MEKANISME PEMBENTUKAN INTRUSI MELAPIS 2 Tabel 1. Beberapa contoh intrusi melapis di dunia Nama Umur Lokasi Luas (km 2 ) Bushveld Prekambrium Afrika Selatan Dufek Jurasik Antartika Duluth Prekambrium Minnesota/USA Stillwater Prekambrium Montana/USA Muskox Prekambrium NW Territori/Can Great Dike Prekambrium Zimbabwe Kiglapait Prekambrium Labrador 560 Skaergard Eosen East Greenland 100 ultrabasa dan basa. Hal ini disebabkan karena intrusi melapis hanya dapat terjadi pada tubuh intrusi yang besar (volume magma besar) dan tingkat kekentalan yang rendah (Cox, 1981). Kumulat. Pada prinsipnya pengertian kumulat adalah batuan beku yang mempunyai bentukan menumpuk dari kristal-kristal mineral yang saling bersinggungan, terbentuk dan terkonsentrasi pada saat kristalisasi sebagian. Kristal yang terfraksinasi biasa disebut kristal kumulus (Irvine, 1982). Secara umum definisi kumulat tidak dapat digunakan dalam penamaan suatu batuan yang hanya berdasarkan conto setangan atau dalam sayatan tipis. Suatu batuan seharusnya tidak bisa disebut kumulat hanya karena dalam sayatan tipis terlihat seperti kumulat dalam sayatan tipis. Sayatan tipis hanya digunakan untuk membandingkan singkapan dengan kenampakan petrografis (Irvine, 1982). Wager et al. (1960 dalam Irvine, 1982) menyebutkan penamaan kumulat didasarkan pada kelimpahan mineral-mineral kumulusnya. Penamaan secara sederhana berdasarkan material penyusun batuan dapat digunakan untuk mendelineasi sikuen fraksinasi dan akan sangat membantu dalam melacak atau dalam hal korelasi lapisan yang mempunyai kesamaan proses pembentukannya. Lapisan dan lamina. Dalam konteks ini, lapisan adalah lembaran kumulat yang dapat dibedakan dari komposisi dan (atau) teksturnya. Lamina adalah nama yang digunakan untuk lapisan yang tipis. Di dalam petrologi batuan sedimen, lamina biasanya digunakan untuk lapisan batuan yang mempunyai lapisan batuan kurang dari 1 cm sedangkan untuk batuan beku kumulat, lamina digunakan untuk lapisan dengan ketebalan maksimum 2-3 cm (Gambar 2.1a). Lapisan dapat dideskripsikan dari ketebalan, bentuk, komposisi, tekstur dan struktur internal. Pembagian lapisan berdasarkan ketebalan dapat dibagi menjadi 3, yaitu ketebalan maksimum 5 cm untuk lapisan tipis, 5 cm sampai dengan 1 m untuk lapisan sedang, dan lebih dari 1 meter untuk lapisan tebal (Gambar 2.1b). Lapisan dalam batuan beku dapat pula terlihat bergradasi. Jackson (1967, dalam Irvine, 1982) berpendapat bahwa gradasi dalam batuan beku dapat dibagi menjadi gradasi ukuran kristal, gradasi mineral dan gradasi komposisi kimia mineral kumulus. Perlapisan dan banding. Perlapisan mencakup seluruh aspek struktur, dan fabrik dari kumulat yang merupakan manifestasi dari kombinasi lapisan, lamina dan laminasi. Istilah banding digunakan untuk menggambarkan kenampakan dua dimensi, berbeda dengan istilah lapisan yang digunakan untuk penggambaran tiga dimensional. Namun terdapat beberapa pendapat yang tidak membedakan antara istilah banding dan lapisan.

3 MEKANISME PEMBENTUKAN INTRUSI MELAPIS 3 (a) Gambar 2.1. Contoh lapisan dan laminasi: a) laminasi dalam batuan beku (Hollocher, 2001); b) lapisan kromit berwarna hitam (Cawthorn, 1996) Perbedaan antara lapisan dengan perlapisan adalah antara individu dan populasi. Istilah perlapisan lebih digunakan untuk suatu kelompok lapisan, lamina dan laminasi. Perlapisan dalam batuan beku tidak selalu dapat terlihat secara kasat mata. Contohnya adalah perlapisan plagioklas yang secara gradasional berubah menjadi semakin sodic (Cox, 1979). Hal ini setara dengan zonasi kandungan fosil dalam batuan sedimen. (b) 3. Mekanisme pembentukan intrusi melapis Mekanisme yang terjadi saat perpindahan magma. Kristal terbawa dalam suspensi. Beberapa magma dialih tempatkan pada saat intrusi sebagai larutan yang kaya akan kristal mineral. Hal ini dapat dianalogikan dengan ekstrusi lava yang kaya akan fenokris. Sebagian besar akumulasi kristal dengan ukuran sedang sampai kasar pada intrusi melapis terdapat pada bagian dasar (Hunter, 1996). Kristal yang besar dan mempunyai densitas yang lebih tinggi di bagian atas tubuh magma mengendap lebih cepat dibandingkan dengan kristal yang mempunyai ukuran lebih kecil dan densitas lebih rendah. Dan pada akhirnya akan terjadi pemilahan butir kristal. Hal ini akan menghasilkan zona kaya fenokris (phenocryst-rich zones) pada lapisan bagian bawah dan zona miskin fenokris (phenocryst-poor zones) pada lapisan bagian atas. Segregasi aliran. Pergerakan magma yang kaya akan fenokris sepanjang conduit merupakan hasil segregasi aliran yang akan menjadi bagian khusus aliran magma. Batuan yang dihasilkan akan mempunyai variasi kelimpahan fenokris. Variasi kelimpahan fenokris inilah yang akan membentuk lapisan (Naslund & McBirney, 1996). Selama pendinginan magma dan kristalisasi, terjadi pemisahan mineral-mineral dalam tubuh magma. Proses ini mengakibatkan adanya perbedaan kelimpahan komposisi mineral dalam satu tubuh batuan. Perbedaan kelimpahan mineral inilah yang akan terlihat sebagai suatu lapisan (Naslund & McBirney, 1996). Pada proses ini magma harus mengalir mengelilingi fenokris. Kristal yang pada awalnya berdekatan mulai memisahkan diri dari kristal yang lain karena adanya aliran magma. Pengisian ulang kamar magma. Pembentukan lapisan dapat terbentuk melaui injeksi magma secara terpisah. Akan tetapi mekanisme ini jarang terjadi, karena diperlukan

4 MEKANISME PEMBENTUKAN INTRUSI MELAPIS 4 Gambar 3.1. Profil skematis antarmuka antara magma bebas kristal pada pusat kamar magma dan batuan yang sudah mengalami pematadatan pada bagian luar (Marsh, 1989 dalam Naslund & McBirney, 1996). sifat magma tertentu dan setting geologi yang khusus (Naslund & McBirney, 1996). Pembentukan perlapisan lebih mungkin terjadi karena adanya injeksi magma yang berulang. Sebelum injeksi magma yang pertama membeku seluruhnya, terjadi injeksi lagi. Kejadian ini terus berulang dan pada akhirnya akan terbentuk perlapisan batuan beku. Percampuran magma. Percampuran magma adalah dua magma atau lebih bercampur menjadi satu membentuk magma dengan komposisi yang berbeda dengan magma asal (Hall, 1989). Magma yang terbentuk mempunyai sifat pertengahan antara dua magma asal. Percampuran magma ini menyebabkan kristal mineral yang mempunyai densitas lebih besar dibandingkan dengan larutan magma hasil percampuran akan mengendap terlebih dahulu. Mekanisme percampuran magma ini juga digunakan dalam interpretasi pembentukan lapisan atas pada intrusi melapis di Skaergaard (Naslund, 1984 dalam Naslund & McBirney, 1996). Mekanisme yang terjadi karena pola konveksi magma. Konveksi menerus. Lapisan rhythmic dapat dihasilkan dari arus konveksi, menyerupai pembentukan lapisan oleh angin dengan kecepatan yang berbeda-beda (Wager, 1963 dalam Naslund & McBirney, 1996). Seperti halnya pembentukan lapisan batuan sedimen, lapisan dalam batuan beku juga dapat terbentuk akibat arus. Arus yang bekerja pada pembentukan lapisan dalam batuan beku adalah arus konveksi pada magma. Pergerakan vertikal magma disebabkan karena penyebaran temperatur yang berbeda. Pada kedalaman yang lebih tinggi temperatur semakin basar. Material yang bersuhu tinggi akan bergerak naik dan berkurang suhunya saat material yang bertemperatur rendah bergerak turun (Wilson, 1991).

5 MEKANISME PEMBENTUKAN INTRUSI MELAPIS 5 Konveksi berselang-seling. Mekanisme ini diajukan pertama kali untuk menjelaskan pembentukan intrusi melapis di komplek Stillwater. Pada setiap unit perlapisan dimulai dengan suatu seri konveksi (Hess, 1960 dalam Naslund & McBirney, 1996). Pada mekanisme ini suatu seri konveksi berlangsung secara periodik dan setiap serinya terdapat fase stagnanasi. Perlapisan yang terbentuk disebabkan oleh adanya seri-seri konveksi tersebut. Konveksi difusif ganda. Konveksi difusif ganda merupakan salah satu mekanisme pembentukan batuan beku berlapis (Wilson, 1991). Mekanisme ini dapat dianalogikan dengan air laut atau air danau yang bersifat payau. Syarat dasar yang diperlukan dalam pembentukan perlapisan dengan mekanisme ini adalah pertama, perbedaan konsentrasi antara dua komponen secara vertikal yang berbeda tingkat difusitasnya, dan kedua, efek perlawanan antara dua komponen dalam distribusi densitas secara vertikal. Mekanisme ini dapat diilustrasi dengan kondisi permukaan air laut, dimana suhu dan konsentrasi kadar garam. Kadar garam pada permukaan air laut lebih besar dibandingkan pada bagian bawah. Perlapisan dapat menjadi stabil karena pengaruh panas dan kembali tidak stabil karena perbedaan konsentrasi kadar garam. Saat terjadi pergerakan ke bawah terjadi kehilangan panas dan saat itu pula densitas meningkat (Campbell, 1996). Karena penyebaran panas lebih cepat dibandingkan garam, penyebaran panas pada bagian bawah yang cenderung menaikkan densitas di lapisan paling atas akan menyebabkan bagian tersebut mencari kedalaman yang sesuai dengan densitasnya. Seraya larutan kehilangan panas dan mengalami peningkatan densitas, saat itu pula larutan mencapai lapisan yang sesuai dengan densitasnya kemudian terendapkan (Campbell, 1996). Di laut, efek konveksi difusif ganda dilihat saat panas dan kadar garam meyebar pada arah yang sama. Dalam magma basaltik, proses konveksi difusif ganda dapat diperkirakan saat panas menyebar dengan arah yang sama dengan arah penyabaran Fe, Mg dan (atau) Ca (Naslund & McBirney, 1996). Mekanisme yang terjadi karena proses mekanik. Settling gravitasi. Karena pengaruh gaya gravitasi, kristal dalam larutan dapat terpisah berdasarkan densitasnya (Wilson, 1991). Kristal dengan densitas yang lebih besar akan mengendap terlebih dahulu. Kadang-kadang terdapat kristal yang mengambang, hal ini dapat terjadi karena densitas kristal lebih kecil dibandingkan densitas larutan. Kecepatan pengendapan kristal merupakan fungsi dari ukuran kristal, viskositas larutan, dan kontras densitas antara larutan dan kristal (Wilson, 1991). Jika variasi ukuran kristal dihasilkan oleh settling gravitasi, maka ukuran kristal yang paling kasar akan terkonsentrasi di dasar dan semakin keatas ukuran butir akan semakin menghalus. Meskipun pembentukan lapisan melalui settling gravitasi dapat terjadi pada berbagai jenis batuan beku, namun bukti yang paling baik berasal dari magma yang mempunyai viskositas yang sangat rendah. Arus magma. Di dalam perlapisan batuan beku juga terdapat struktur yang menyerupai struktur pada batuan sedimen seperti scour-and-fill dan ketidakselarasan menyudut. Di Duke Island komplek ultramafik, lapisan bergradasi berasosiasi dengan struktur scourand-fill. Perlapisan batuan beku di Duke Island menyerupai batuan sedimen yang terbentuk pada arus yang kuat dan viskositas yang rendah (Irvine, 1979 dalam Naslund & McBirney, 1996). Pembentukan struktur ini dipengaruhi oleh arus magma dan gaya gravitasi yang bekerja pada kristal-kristal. Kristal-kristal dalam batuan dapat dianalogikan sebagai butiran dalam batuan sedimen.

6 MEKANISME PEMBENTUKAN INTRUSI MELAPIS 6 Deformasi magmatik. Perlapisan dapat juga terbentuk akibat berbagai macam deformasi. Deformasi magmatik terjadi saat proses kristalisasi berlangsung. Proses ini akan menghasilkan batuan yang berasosiasi dengan batuan metamorf. Hanya saja batuan metamorf terbentuk saat magma telah membeku sepenuhnya baru kemudian terdeformasi, sedangkan pada batuan beku, magma terdeformasi saat proses kristalisasi berlangsung. Hal yang menjadi ciri pembeda dari mekanisme pembentukan perlapisan karena deformasi saat proses kristalisasi adalah terbentuknya mineral-mineral dengan bentuk tabular. Penjajaran mineral tabular akan menunjukkan semacam foliasi. Penjajaran mineral ini terbentuk karena adanya proses mekanik yang dapat merotasi arah kristal. Kompaksi. Proses pembentukan lapisan diinterpretasikan sebagai hasil konsolidasi dan kompaksi magma. Proses ini dinilai sangat ekstrem dan sulit untuk dipahami (Naslund & McBirney, 1996). Kemungkinan lain juga dikemukakan oleh Fyfe (1976 dalam Naslund & McBirney 1996). Menurutnya karena energi pada permukaan kristal bertambah seiring adanya tekanan, dan tekanan ini yang akan mengkonsentrasikan kristal-kristal pada bagian tertentu. Dasar mekanisme ini adalah jika dua jenis mineral mempunyai kemampuan yang berbeda dalam merespon gaya. Pada zona tekanan tertentu akan terbentuk lapisan mineral tertentu pula. Jenis mineral tersebut sesuai dengan kemampuannya merespon gaya. Kejutan seismik. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa pertumbuhan inti kristal dapat dipicu oleh goncangan atau adukan dalam tubuh magma yang jenuh. Gelombang seismik mungkin dapat menyebabkan perlapisan. Pengaruh guncangan yang berkala pada magma yang jenuh menyebabkan perbedaan kecepatan pengintian kristal, kecepatan pertumbuhan kristal, dan kecepatan pengendapan (Hoffer, 1965 dalam Naslund & McBirney, 1996). Kemungkinan lainnya, goncangan gelombang seismik mengakibatkan adanya sortasi kristal dalam suspensi sepanjang dasar dari kamar magma. Deformasi tektonik. Lapisan yang terjadi kemungkinan monomineralik atau polimineralik, misalnya dunit, anorthosit atau gabro dan kontak antar lapisannya dapat tegas sampai gradasional serta kemungkinan juga terdapat foliasi. Meskipun beberapa perlapisan tipe ini terlihat pararel dan seragam dalam palamparan yang luas namun biasanya penelitian yang cermat menyatakan melensa atau meruncing pada satu sisi sepanjang beberapa meter. Boudinage dan struktur perlipatan sering dijumpai. 4. KESIMPULAN (1) Intrusi melapis merupakan suatu intrusi batuan beku yang menghasilkan struktur berupa lapisan atau laminasi yang biasa disebut dengan tekstur tekstur kumulat. (2) Intrusi melapis hanya berkembang baik pada intrusi batuan ultrabasa. Hal ini disebabkan oleh sifat magma ultrabasa yang mempunyai viskositas yang rendah dan dapat membentuk tubuh intrusi yang besar. (3) Dalam intrusi dikenal adanya istilah kumulat. lapisan, perlapisan dan laminasi. Kumulat adalah batuan beku yang mempunyai bentukan menumpuk dari kristalkristal mineral yang saling bersinggungan, terbentuk dan terkonsentrasi pada saat kristalisasi sebagian. (4) Mekanisme pembentukan intrusi melapis dapat dijelaskan saat terjadi perpidahan magma, karena pola konveksi magma, dan karena proses mekanik. Namun tidak ada satu teoripun yang dapat menjelaskan seluruh tipe intrusi melapis.

7 MEKANISME PEMBENTUKAN INTRUSI MELAPIS 7 (5) Intrusi melapis mempunyai aspek ekonomis berupa jebakan mineral PGE, logam dasar, sulfida, kromit, magnetit dan ilmenit. Ucapan terimakasih Tulisan ini merupakan ringkasan dari Referat yang telah penulis susun. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Perpustakaan Jurusan Teknik Geologi yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan studi pustaka dan Bapak Dr. I Wayan Warmada yang telah bersedia menjadi pembimbing referat dan menyunting naskah ini. Daftar Acuan [1] Bateman, A.M., & Jensen, M.L., 1981, Economic mineral deposit, 3rd ed, John Wiley & Sons, New York. [2] Best M.G., 1982, Igneous and metamorphic petrology, W. H. Freeman & Company, United State of America. [3] Campbell, I.H., 1996, Fluid dynamic processes in basaltic magma chamber, dalam Cawthorn, R.G, Layered intrusions, Elsevier Science, Amsterdam, hal [4] Cox, K.G, Bell J.D & Pankhurst R.J., 1979, The interpretation of igneous rock, George Allen & Unwin Ltd., London. [5] Hall, A., 1989, Igneous petrology, 2nd ed, John Wiley & Sons, Inc., New York. [6] Hollocher, K., 2001, Layered series layering type, URL: hollocher/skaergaard/ [7] Hunter, R.H., 1996, Texture development in cumulate rocks, dalam Cawthorn, R.G, Layered intrusions, Elsevier Science, Amsterdam, hal [8] Irvine, T.N., 1982, Terminology for layered intrusions, Journal of Petrology, v. 23, hal [9] Lee, C.A., 1996, A review of mineralization in the Bushveld Complex and some other layered intrusion, dalam Cawthorn, R.G, Layered intrusions, Elsevier Science, Amsterdam, hal [10] Naslund, H.R & McBirney, A.R., 1996, Mechanisms of formation of igneous layering, dalam Cawthorn, R.G, Layered intrusions, Elsevier Science, Amsterdam, hal [11] Wilson, M., 1991, Igneous petrogenesis, 2nd ed, Harper Collins Academic, London. [12] Winter, J., 2003, Diversification, Whitman College, Kanada, URL: Petrology/Ch 11 Diversification.ppt

ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM

ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM Adi Prabowo Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta MENDALA METALOGENIK (Metallogenic Province) suatu area yang dicirikan oleh

Lebih terperinci

ASOSIASI BATUAN BEKU TERHADAP LEMPENG TEKTONIK

ASOSIASI BATUAN BEKU TERHADAP LEMPENG TEKTONIK ASOSIASI BATUAN BEKU TERHADAP LEMPENG TEKTONIK Batuan beku adalah batuan yang berasal dari pendinginan magma. Pendinginan tersebut dapat terjadi baik secara Ekstrusif dan Intrusif. Batuan beku yang berasal

Lebih terperinci

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PRAKTIKUM PETROGRAFI BORANG MATERI ACARA I: PETROGRAFI BATUAN BEKU Asisten Acara: 1. 2. 3. 4. Nama Praktikan

Lebih terperinci

MODUL III DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA

MODUL III DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA MODUL III DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA Sasaran Pembelajaran Mampu menjelaskan pengertian dan proses terjadinya diferensiasi dan asimilasi magma, serta hubungannya dengan pembentukan mineral-mineral

Lebih terperinci

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada. DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.

Lebih terperinci

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI Disusun oleh: REHAN 101101012 ILARIO MUDA 101101001 ISIDORO J.I.S.SINAI 101101041 DEDY INDRA DARMAWAN 101101056 M. RASYID 101101000 BATUAN BEKU Batuan beku

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH PETROLOGI BATUAN BEKU DAN METAMORF

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH PETROLOGI BATUAN BEKU DAN METAMORF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH PETROLOGI BATUAN BEKU DAN METAMORF A. LATAR BELAKANG Dalam geologi, pemahaman mengenai lebih lanjut mengenai petrologi khususnya petrogenesis

Lebih terperinci

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, api) adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Penulis Rizki Puji Diterbitkan 23:27 TAGS GEOGRAFI Kali ini kita membahas tentang batuan pembentuk litosfer yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf serta

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Untuk mengetahui gambaran penyebaran kandungan komposisi kimia secara

BAB V PEMBAHASAN. Untuk mengetahui gambaran penyebaran kandungan komposisi kimia secara BAB V PEMBAHASAN Untuk mengetahui gambaran penyebaran kandungan komposisi kimia secara horizontal dan vertikal akibat intrusi basalt maka perlu dikorelasikan antara hasil analisis kimia, tekstur (ukuran

Lebih terperinci

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN ACARA IX MINERALOGI OPTIK I. Pendahuluan Ilmu geologi adalah studi tentang bumi dan terbuat dari apa itu bumi, termasuk sejarah pembentukannya. Sejarah ini dicatat dalam batuan dan menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi IV. BATUAN METAMRF Faktor lingkungan yang mempengaruhi Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, sedimen maupun sebagian

Lebih terperinci

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA 4.1 Tinjauan Umum Menurut kamus The Penguin Dictionary of Geology (1974 dalam Rusman dan Zulkifli, 1998), mineralisasi adalah proses introduksi (penetrasi atau akumulasi

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI Penginderaan jauh atau disingkat inderaja, berasal dari bahasa Inggris yaitu remote sensing. Pada awal perkembangannya, inderaja hanya merupakan teknik

Lebih terperinci

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK)

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) Batuan Beku Ultrabasa (Ultramafik) adalah batuan beku dan meta -batuan beku dengan sangat rendah kandungan silika konten (kurang dari 45%), umumnya > 18% Mg O, tinggi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Lintasan Dan Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam cakupan peta 1212 terdiri dari 44 lintasan yang terbentang sepanjang 2290 km, seperti yang terlihat pada peta

Lebih terperinci

Petrogenesa Batuan Beku

Petrogenesa Batuan Beku Petrogenesa Batuan Beku A. Terminologi Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi

Lebih terperinci

MAGMA GENERATION. Bab III : AND SEGREGATION

MAGMA GENERATION. Bab III : AND SEGREGATION MAGMA GENERATION Bab III : AND SEGREGATION VOLCANIC SYSTEM Parfitt, 2008 Chapter 3 : Magma Generation and Segregation MEKANISME PELELEHAN MAGMA Temperatur di mana pelelehan pertama dimulai pada batuan

Lebih terperinci

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf Definisi Batuan Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki susunan kimiawi yang tetap,

Lebih terperinci

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Mineral, Batuan Norma Puspita, ST. MT. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Ilmu Geologi Ilmu yang mempelajari tentang sejarah pembentukan bumi dan batuan, sifat sifat fisik dan

Lebih terperinci

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA Oktory PRAMBADA Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi Sari Gunungapi Ruang (+714 m dpl) yang merupakan gunungapi strato

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed DAFTAR PUSTAKA Bemmelen, R.W., van, 949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed Office, The Hague, 7 p. Duda, W. H, 976, Cement Data Book, ed- Mc. Donald dan Evans, London, 60 hal. Dunham, R.J.,

Lebih terperinci

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan 3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras

Lebih terperinci

Ciri Litologi

Ciri Litologi Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Sekunder Data sekunder yang diperoleh dari PT Semen Padang Untuk menunjang dan melengkapi penelitian ini antara lain berupa : 1. Peta topografi skala 1

Lebih terperinci

ANALISIS GEOKIMIA LOGAM Cu, Fe PADA BATUAN DASIT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

ANALISIS GEOKIMIA LOGAM Cu, Fe PADA BATUAN DASIT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS GEOKIMIA LOGAM Cu, Fe PADA BATUAN DASIT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN Jurusan Teknik Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36 PENGERTIAN BATUAN BEKU Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan

Lebih terperinci

BAB VI AGREGAT. Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun

BAB VI AGREGAT. Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun BAB VI AGREGAT Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun komposisi lainnya, baik hasil alam (natural aggregate), hasil pengolahan (manufactured aggregate) maupun

Lebih terperinci

COURSE DESIGN. Semester : 4

COURSE DESIGN. Semester : 4 COURSE DESIGN Nama Matakuliah : PETROGRAFI Kode/SKS TKG 242/ 3 sks Semester : 4 Deskripsi Singkat Matakuliah : Matakuliah petrografi adalah cabang dari ilmu petrologi yang mempelajari mengenai deskripsi

Lebih terperinci

Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen. Gambar 2. Chert yang terlipat. Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert

Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen. Gambar 2. Chert yang terlipat. Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert Chert Dasar Penamaan (Klasifikasi) Chert Chert adalah penamaan umum yang digunakan untuk batuan siliceous sebagai sebuah kelompok (grup), namun ada yang mengaplikasikannya untuk tipe spesifik dari chert

Lebih terperinci

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya. 4. Batuan Metamorfik 4.1 Kejadian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat, maka secara tidak langsung hal tersebut medorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya energi yang melimpah dan beraneka ragam, diantaranya minyak bumi, gas bumi, batubara, gas alam, geotermal, dll.

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN ENDAPAN PEGMATIT

BAB II PEMBAHASAN ENDAPAN PEGMATIT BAB II PEMBAHASAN ENDAPAN PEGMATIT Pegmatit adalah suatu endapan dari batuan beku yang biasanya bersifat granitic dan memiliki ukuran kristal yang sangat kasar (>2,5 cm). Pegmatit terbentuk ketika tahap

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENGERTIAN TANAH Apa itu tanah? Material yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 3. Pembentukan Lautan

BAB 3. Pembentukan Lautan BAB 3. Pembentukan Lautan A. Pendahuluan Modul ini membahas tentang teori dan analisa asal-usul lautan yang meliputi hipotesa pelepasan lempeng, teori undasi dan teori tektonik lempeng. Selain itu dalam

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus.

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus. 2. Batuan Beku 2.1 Batuan Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu : batuan beku (igneous rock), terbentuk

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Judul Penelitian Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan Bijih Besi di Daerah Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. 1.2. Latar

Lebih terperinci

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar

Lebih terperinci

BUMI YANG DINAMIS DIGERAKKAN OLEH

BUMI YANG DINAMIS DIGERAKKAN OLEH BUMI YANG DINAMIS DIGERAKKAN OLEH ENERGI DARI MATAHARI ENERGI DARI DALAM BUMI MERUBAH WAJAH PERMUKAAN BUMI MELALUI PROSES-2 : 1. PELAPUKAN 2. PENGIKISAN 3. PENGANGKUTAN DAN 4.PENGENDAPAN MEMBENTUK RELIEF

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Proses ini merupakan tahap pasca pengolahan contoh yang dibawa dari lapangan. Dari beberapa contoh yang dianggap mewakili, selanjutnya dilakukan analisis mikropaleontologi, analisis

Lebih terperinci

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Barat. 18 3. Breksi Tuf Breksi tuf secara megaskopis (Foto 2.9a dan Foto 2.9b) berwarna abu-abu

Lebih terperinci

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral Batuan(rocks) merupakan materi yang menyusun kulit bumi, yaitu suatu agregat padat ataupun urai yang terbentuk di

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MINERALOGI ENDAPAN PASIR BESI DI DAERAH GALELA UTARA KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA

KARAKTERISTIK MINERALOGI ENDAPAN PASIR BESI DI DAERAH GALELA UTARA KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA KARAKTERISTIK MINERALOGI ENDAPAN PASIR BESI DI DAERAH GALELA UTARA KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA Ahadi Ahmat Lamburu, Ildrem Syafri, Euis Tintin Yuningsih Fakultas Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karakteristik dari suatu endapan mineral dipengaruhi oleh kondisi pembentukannya yang berhubungan dengan sumber panas, aktivitas hidrotermal, karakteristik

Lebih terperinci

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada. ` BAB IV ALTERASI HIDROTHERMAL 4.1 Pendahuluan Mineral alterasi hidrotermal terbentuk oleh adanya interaksi antara fluida panas dan batuan pada suatu sistem hidrotermal. Oleh karena itu, mineral alterasi

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan

Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan Lampiran TA19. Contoh penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Kontruksi perkerasan lentur (flexible pavement) merupakan jenis perkerasan dengan aspal sebagai bahan pengikat yang telah banyak digunakan

Lebih terperinci

JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN

JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN Jenis Bahan Galian Bahan Galian (Mineral) Logam: bahan galian yang terdiri dari mineral logam dan dalam pengolahan diambil/diekstrak logamnya. Bahan Galian (Mineral)

Lebih terperinci

Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku.

Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku. Diferensiasi magma Diferensiasi magma Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku. Yang termasuk dalam diferensiasi magma

Lebih terperinci

BAB V SEJARAH GEOLOGI

BAB V SEJARAH GEOLOGI BAB V SEJARAH GEOLOGI Berdasarkan data-data geologi primer yang meliputi data lapangan, dan data sekunder yang terdiri dari ciri litologi, umur dan lingkungan pengendapan, serta pola struktur dan mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ekonomis yang ada di Indonesia. Luas cekungan tersebut mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sangat ekonomis yang ada di Indonesia. Luas cekungan tersebut mencapai BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan penting dan bernilai sangat ekonomis yang ada di Indonesia. Luas cekungan tersebut mencapai 60.000 km 2 dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI SARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI SARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... v vi vii x xiv DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017 Karakteristik Air Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017 Fakta Tentang Air Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan volume sekitar 1.368 juta km

Lebih terperinci

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah mineralogi Dosen pengampu : Dra. Sri Wardhani Disusun oleh Vanisa Syahra 115090700111001

Lebih terperinci

RORO RASI PUTRA REDHO KURNIAWAN FAJAR INAQTYO ZALLAF AHMAD ABDILLAH DOLI ALI FITRI KIKI GUSMANINGSIH BENTI JUL SOSANTRI ALFI RAHMAN

RORO RASI PUTRA REDHO KURNIAWAN FAJAR INAQTYO ZALLAF AHMAD ABDILLAH DOLI ALI FITRI KIKI GUSMANINGSIH BENTI JUL SOSANTRI ALFI RAHMAN Genesha Mineral Pada Lingkup Magmatik RORO RASI PUTRA REDHO KURNIAWAN FAJAR INAQTYO ZALLAF AHMAD ABDILLAH DOLI ALI FITRI KIKI GUSMANINGSIH BENTI JUL SOSANTRI ALFI RAHMAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG Lingkup/Lingkungan

Lebih terperinci

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series Siklus Batuan Magma di dalam bumi dan magma yang mencapai permukaan bumi mengalami penurunan temperatur (crystallization) dan memadat membentuk batuan beku. Batuan beku mengalami pelapukan akibat hujan,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum gunung api pasifik (ring of fire) yang diakibatkan oleh zona subduksi aktif yang memanjang dari

Lebih terperinci

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAB III ALTERASI HIDROTERMAL 3.1 Tinjauan Umum White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah perubahan mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi dengan larutan

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT 5.1. Genesa Lateritisasi Proses lateritisasi mineral nikel disebabkan karena adanya proses pelapukan. Pengertian pelapukan menurut Geological Society Engineering Group Working

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emas (Au) telah dimanfaatkan sejak era prasejarah sebagai mineral ekonomis yang bernilai tinggi. Mineral emas dianggap berharga karena kilauan cahaya yang dipantulkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Alterasi dan Endapan Hidrotermal Alterasi hidrotermal merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan perubahan mineralogi, tekstur, dan komposisi kimia batuan. Proses tersebut

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6 Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Desember 2013

Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6 Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Desember 2013 PENGARUH KOMPETENSI BATUAN TERHADAP KERAPATAN KEKAR TEKTONIK YANG TERBENTUK PADA FORMASI SEMILIR DI DAERAH PIYUNGAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Abstrak Budi SANTOSO 1*, Yan Restu FRESKI 1 dan Salahuddin

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR ANALISIS LANSEKAP TEKTONISME

TUGAS TERSTRUKTUR ANALISIS LANSEKAP TEKTONISME TUGAS TERSTRUKTUR ANALISIS LANSEKAP TEKTONISME Oleh: Nama : Wulan Kartika Wardani NIM : 135040200111089 Kelas : D PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 TEKTONISME

Lebih terperinci

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB 2 TATANAN GEOLOGI BAB 2 TATANAN GEOLOGI Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, dan Sinjai Utara, dan temasuk dalam

Lebih terperinci

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono Batulempung, hadir sebagai sisipan dalam batupasir, berwarna abu-abu, bersifat non karbonatan dan secara gradasi batulempung ini berubah menjadi batuserpih karbonan-coally shale. Batubara, berwarna hitam,

Lebih terperinci

Semakin ke arah dacite, kandungan silikanya semakin besar.

Semakin ke arah dacite, kandungan silikanya semakin besar. Afinitas magma merupakan perubahan komposisi komposisi kimia yang terkandung didalam magma yang disebabkan oleh oleh adanya factor factor tertentu. Aktifitas aktifitas magma ini bisa berbeda satu sama

Lebih terperinci

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN 5.1 Tinjauan Umum Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi antara batuan dengan fluida hidrotermal. Proses yang

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF A. Struktur Batuan Metamorf STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur

Lebih terperinci

PETROGENESA LAVA GUNUNG RINJANI SEBELUM PEMBENTUKAN KALDERA

PETROGENESA LAVA GUNUNG RINJANI SEBELUM PEMBENTUKAN KALDERA PETROGENESA LAVA GUNUNG RINJANI SEBELUM PEMBENTUKAN KALDERA Beta Kurniawahidayati 1 *, Mega F. Rosana 1, Heryadi Rachmat 2 1. Universitas Padjadjaran, Fakultas Teknik Geologi 2. Museum Geologi Bandung

Lebih terperinci

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur J. Sains Tek., Desember 2004, Vol. 10, No. 3 Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur Karyanto Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lokasi penelitian adalah Ranu Segaran, terletak di sebelah timur Gunung Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran

Lebih terperinci

PEMBAHASAN TEKNIK KOLEKSI, PREPARASI DAN ANALISIS LABORATORIUM

PEMBAHASAN TEKNIK KOLEKSI, PREPARASI DAN ANALISIS LABORATORIUM PEMBAHASAN TEKNIK KOLEKSI, PREPARASI DAN ANALISIS LABORATORIUM Oleh: Hill. Gendoet Hartono Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta E-mail: hilghartono@yahoo.co.id Disampaikan pada : FGD Pusat Survei Geologi,

Lebih terperinci

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen Tekstur Batuan Sedimen a. Ukuran butir Dalam pemerian ukuran butir digunakan pedoman ukuran dari Skala Wentworth yaitu b. Sortasi atau Derajat Pemilahan Derajat

Lebih terperinci

MAGMA STORAGE 1. PENDAHULUAN 2. BUKTI MAGMA STORAGE DI DALAM KERAK BUMI

MAGMA STORAGE 1. PENDAHULUAN 2. BUKTI MAGMA STORAGE DI DALAM KERAK BUMI MAGMA STORAGE 1. PENDAHULUAN Magma dari mantel yang terdorong ke atas akan menemui dua kemungkinan, yang pertama langsung mencapai permukaan bumi atau terhenti di kerak untuk beberapa saat sebelum akhirnya

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH PETROLOGI

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH PETROLOGI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH PETROLOGI A. LATAR BELAKANG Dalam geologi, pemahaman dasar mengenai kristal dan mineral merupakan dasar yang harus dikuasai sebelum mempelajari

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kestabilan Massa Air Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan bahwa dalam kolom air massa air terbagi secara vertikal kedalam beberapa lapisan. Pelapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan sumber daya energi dan mineral semakin banyak. Salah satu yang paling banyak diminati oleh penduduk di dunia

Lebih terperinci

MIGRASI MAGMA. 1. Pendahuluan. 2. Pembentukan Diapire

MIGRASI MAGMA. 1. Pendahuluan. 2. Pembentukan Diapire MIGRASI MAGMA 1. Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas tentang bagaimana dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pergerakan magma dari sumber menuju permukaan bumi. Pergerakan magma ini terjadi akibat

Lebih terperinci

SISTEM VULKANISME DAN TEKTONIK LEMPENG

SISTEM VULKANISME DAN TEKTONIK LEMPENG SISTEM VULKANISME DAN TEKTONIK LEMPENG I. Mekanisme Pelelehan Batuan Suatu batuan tersusun atas campuran dari beberapa mineral dan cenderung dapat meleleh pada suatu kisaran suhu tertentu ketimbang pada

Lebih terperinci

EKSPLORASI ENDAPAN BAUKSIT

EKSPLORASI ENDAPAN BAUKSIT EKSPLORASI ENDAPAN BAUKSIT PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang keterjadiannya disebabkan oleh proses proses geologi. Berdasarkan keterjadian dan

Lebih terperinci

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN 4.1 Litofasies Menurut Walker dan James pada 1992, litofasies adalah suatu rekaman stratigrafi pada batuan sedimen yang menunjukkan karakteristik fisika, kimia, dan

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

Integrasi SIG dan citra ASTER BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Integrasi SIG dan citra ASTER BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap

Lebih terperinci

Citra LANDSAT Semarang

Citra LANDSAT Semarang Batuan/Mineral Citra LANDSAT Semarang Indonesia 5 s/d 7 km 163 m + 2 km QUARRY BARAT LAUT Tidak ditambang (untuk green belt) muka airtanah 163 m batas bawah penambangan (10 m dpl) 75-100 m dpl Keterangan

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi II.1. Kriteria Geologi Kriteria geologi merupakan gejala yang mengendalikan terdapatnya endapan mineral dan pengetahuan ini bertujuan melokalisir daerah yang mempunyai

Lebih terperinci

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi Gunung Ungaran Survei geologi di daerah Ungaran telah dilakukan pada hari minggu 15 Desember 2013. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)

SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH) SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

Bab IV Sistem Panas Bumi

Bab IV Sistem Panas Bumi Bab IV Sistem Panas Bumi IV.1 Dasar Teori Berdasarkan fluida yang mengisi reservoir, sistem panas bumi dibedakan menjadi 2, yaitu sistem panas bumi dominasi air dan sistem panasbumi dominasi uap. 1. Sistem

Lebih terperinci

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks Nama Kelompok : NORBAYAH A1A513227 YOGA PURWANINGTIYAS A1A513210 SAFARIAH A1A513223 DOSEN PEMBIMBING: Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, Msi. Dr.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA. [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir]

SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA. [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir] SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir] III.1. Komponen Sistem Panasbumi Menurut Goff & Janik (2000) komponen sistem panasbumi yang lengkap terdiri dari

Lebih terperinci

Resume Presentasi Mengenai Pengertian Magma, Tipe Magma, Proses Migrasi Magma, Dapur Magma, dan Tipe Gunung Api

Resume Presentasi Mengenai Pengertian Magma, Tipe Magma, Proses Migrasi Magma, Dapur Magma, dan Tipe Gunung Api Resume Presentasi Mengenai Pengertian Magma, Tipe Magma, Proses Migrasi Magma, Dapur Magma, dan Tipe Gunung Api PENGERTIAN MAGMA Magma adalah cairan atau larutan silika pijar yang terbentuk secara alamiah

Lebih terperinci