BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas barang dan jasa yang dihasilkan merupakan faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumennya. Berikut ini adalah beberapa definisi kualitas menurut beberapa ahli : 1. Deming (1982) kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa mendatang. 2. Feigenbaum (1991) kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakainnya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. 3. Juran (1962) kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. 4. Crosby (1979) kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness. 5. Scherkenbach (1991) kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut.

2 29 6. Elliot (1993) kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan. 7. Goetch dan Davis (1995) kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. Menurut perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI ), kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Konsep kualitas harus bersifat menyeluruh, baik produk maupun prosesnya. Kualitas produk meliputi kualitas bahan baku dan barang jadi, sedangkan kualitas proses meliputi kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi perusahaan manufaktur dan proses penyediaan jasa atau pelayanan bagi perusahaan jasa.

3 Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas merupakan suatu prosedur untuk mencapai sasaran mutu yang telah ditetapkan. Pada umumnya ada 4 langkah dalam pengendalian mutu, antara lain : 1. Menetapkan standar. Standar merupakan dokumen, spesifikasi teknik atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak terkait (stakeholders) dengan memperhatikan syarat kesehatan, keamanan, keselamatan lingkungan, serta berdasarkan pengalaman, perkembangan masa kini dan mendatang, untuk manfaat sebesar - besarnya. Standar yang ditentukan meliputi : standar mutu biaya, standar mutu-prestasi kerja, standar mutu - keamanan, standar mutu - keterandalan yang diperlukan untuk produk tersebut. 2. Menilai kesesuaian. Membandingkan kesesuaian antara produk yang dibuat, atau jasa yang ditawarkan, dengan standar yang telah ditetapkan. 3. Bertindak bila perlu. Mengkoreksi masalah dan penyebabnya melalui faktor - faktor yang mencakup pemasaran, perancangan, rekayasa, produksi, dan pemeliharaan yang mempengaruhi kepuasan pemakai. 4. Merencanakan perbaikan Mengembangkan suatu upaya yang kontinu untuk memperbaiki standar -standar biaya, prestasi, keamanan, dan keterandalan.

4 Pengendalian Proses Statistik / Statistical Process Control (SPC) Pengertian Statistical Process Control (SPC) Pengendalian kualitas statistik ( statistical quality control ) adalah salah satu teknik dalam TQM ( Total Quality Management ) yang digunakan untuk mengendalikan dan mengelola proses baik manufaktur maupun jasa melalui penggunaan metode statistik. Penerapan metode-metode statistik dalam perbaikan kualitas produk tidak dapat berhasil tanpa dukungan manajemen, keterlibatan karyawan, dan kerja tim. Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode statistik. Pengendalian kualitas statistik ( statistical quality control ) sering disebut sebagai pengendalian proses statistik ( statistical process control ). Pengendalian proses statistik dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta penentuan dan interpretasi pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Menurut Maleyeff (1994), pengendalian kualitas statistik mempunyai cakupan yang lebih luas dari pengendalian proses statistik karena didalamnya terdapat pengendalian proses statistik, pengendalian produk ( acceptance sampling ), dan analisis kemampuan proses.

5 Variasi Dalam Konteks SPC Dr. W. Edwards Deming menyatakan bahwa sasaran dari pengendalian kualitas adalah mengurangi variasi sebanyak mungkin. Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada output ( barang dan/atau jasa ) yang dihasilkan. Dengan mengetahui bagaimana suatu proses itu bervariasi dalam menghasilkan output maka dapat diambil tindakan-tindakan perbaikan terhadap proses itu secara tepat. Pada dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya variasi, yang diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Variasi Penyebab Khusus ( Special Causes Variation ) adalah kejadiankejadian di luar sistem yang mempegaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor-faktor : manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola nonacak sehingga dapat diidentifikasikan / ditemukan, sebab mereka tidak selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan variasi. Dalam konteks pengendalian proses statistik menggunakan peta-peta kendali atau kontrol ( control chart ), jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang melewati atau keluar dari batas-batas pengendalianyang didefinisikan (defined control limits).

6 33 2. Variasi Penyebab Umum ( Common Causes Variation ) adalah faktor-faktor di dalam sistem atau yang melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum sering disebut juga sebagai penyebab acak atau penyebab sistem. Karena penyebab umum ini selalu melekat pada sistem, untuk menghilangkannya kita harus menelusuri elemen-elemen dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen yang dapat memperbaikinya, karena pihak manajemenlah yang mengendalikan sistem itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dengan menggunakan peta kendali atau kontrol ( control chart ), jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang berada dalam batas-batas pengendalian yang didefinisikan ( defined control limits ) Data Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak. Berdasarkan data, kita mempelajari fakta-fakta yang ada dan kemudian mengambil tindakan yang tepat berdasarkan pada fakta itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal dua jenis data, yaitu : 1. Data Atribut ( Attributes Data ), yaitu data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah : ketiadaan label dalam kemasan produk, kesalahan proses administrasi buku tabungan nasabah, banyaknya jenis cacat pada produk, dll. Data atribut

7 34 biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit nonkonformans atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan. 2. Data Variabel ( Variables Data ) merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Contoh dari data variabel karakteristik kualitas adalah : diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, banyaknya kertas setiap rim, konsentrasi elektrolit dalam persen, dll. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya merupakan data variabel. Dalam pengendalian proses statistikal untuk meningkatkan kualitas, pengumpulan data bertujuan untuk : 1. Memantau dan mengendalikan proses. 2. Menganalisis hal-hal yang tidak sesuai ( non-conformance ). 3. Inspeksi Tujuh Alat Pengendalian Kualitas Lembar Periksa ( Check Sheet ) Lembar periksa adalah suatu formulir, dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah dan ringkas.

8 35 Penggunaan lembar periksa bertujuan untuk : Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana sesuatu masalah sering terjadi. Tujuan utama dari penggunaan lembar periksa adalah membantu mentabulasikan banyaknya kejadian dari suatu masalah tertentu atau penyebab tertentu. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. Dalam kaitan ini, lembar periksa akan membantu memilah-milah data ke dalam kategori yang berbeda seperti penyebab-penyebab, masalah-masalah, dll. Menyusun data secara otomatis, sehingga data itu dapat dipergunakan dengan mudah. Memisahkan antara opini dan fakta. Kita sering berpikir bahwa kita mengetahui sesuatu masalah atau menganggap bahwa sesuatu penyebab itu merupakan hal yang paling penting. Dalam kaitan ini, lembar periksa akan membantu membuktikan opini kita itu apakah benar atau salah. Pada dasarnya lembar periksa dapat dibuat dengan menggunakan enam langkah utama, sebagai berikut : 1. Menjelaskan tujuan pengumpulan data. 2. Identifikasi apa variabel atau atribut karakteristik kualitas yang sedang diukur. 3. Menentukan waktu atau tempat pengukuran. Dalam kaitan ini kita perlu memutuskan apakah ingin mengumpulkan informasi berdasarkan pada

9 36 waktu ( misalnya : banyaknya kejadian per jam,per hari, per minggu, per bulan, dll), berdasarkan tempat ( misalnya : banyaknya kejadian per departemen, per shift, per mesin, dll), atau berdasarkan tempat dan waktu ( misalnya : banyaknya kejadian per departemen per hari, banyaknya produk cacat per mesin per jam, banyaknya produk cacat per mesin per minggu, dll). 4. Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. Dalam kaitan ini kita harus mencatat kejadian secara langsung pada lembar periksa. 5. Menjumlahkan data yang telah dikumpulkan itu. Dalam hal ini kita harus menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori yang sedang diukur. Sebagai contohnya : banyaknya kali penyerahan terlambat pada minggu pertama bulan Juni 1998, banyaknya produk cacat yang dihasilkan oleh shift pertama dan kedua pada bulan Juni 1998, dll. 6. Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab masalah yang sedang terjadi itu. Perlu diingat bahwa setiap tindakan perbaikan harus diambil berdasarkan fakta dan bukan hanya berdasarkan opini.

10 37 Berikut ini adalah contoh lembar periksa untuk data variabel : Tabel 2.1 Contoh Lembar Periksa Data Variabel Spesifikasi Bawah Nilai Target = cm Spesifikasi Atas Hasil Pemeriksaan Deviasi Frekuensi x 1-4 x x 2-3 x x x x 4-2 x x x x x x 6-1 x x x x x x X x x 9 0 x x x x x x X x x x x 11 1 x x x x x x X x 8 2 x x x x x x X 7 3 x x x 3 4 x x 2 5 x 1 6 x T o t a l 55

11 38 Berikut ini adalah contoh lembar periksa untuk data atribut : Tabel 2.2 Contoh Lembar Periksa Data Atribut Produk : Mainan Plastik Tgl./Bln./Thn. : 6-11 April 1998 Tahap Produksi : Akhir Seksi : Produksi Jenis Cacat : Tergores, Retak, Tidak Lengkap, Nama Pemeriksa : Amir Sanusi Tidak Serasi, dll. No. Lot : MP 4325, 4326, 4327 Banyak Produk Yang Diperiksa : 1000 unit No. Pesanan : PO 2365, 2366, 2367 Keterangan Untuk Semua Item Yang Diperiksa Jenis Kerusakan Hasil Pemeriksaan Frekuensi Permukaan Tergores ///// ///// ///// // 17 Retak ///// ///// / 11 Tidak Lengkap ///// ///// ///// ///// ///// / 26 Bentuk Tidak Serasi ///// 5 Lain-lain /// 3 Total Diagram Pareto Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan.

12 39 Pada dasarnya diagram Pareto dapat digunakan sebagai alat interpretasi untuk : Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada. Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan. Pembuatan diagram Pareto dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah di bawah ini : 1. Menentukan masalah apa yang akan diteliti, mengidentifikasi kategorikategori atau penyebab-penyebab dari masalah yang akan diperbandingkan. Setelah itu, merencanakan dan melaksanakan pengumpulan data. 2. Membuat suatu ringkasan daftar atau tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakan formulir pengumpulan data atau lembar periksa. 3. Membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi sampai terendah, serta hitunglah frekuensi kumulatif, persentase dari total kejadian, dan persentase dari total kejadian secara kumulatif. 4. Menggambar dua buah garis yaitu sebuah garis vertikal dan sebuah garis horisontal.

13 40 Garis vertikal Garis vertikal sebelah kiri : skala pada garis ini merupakan skala dari nol sampai total keseluruhan dari variabel masalah yang terjadi (misalnya total kerusakan produk). Garis vertikal sebelah kanan : skala pada garis ini adalah skala dari 0% sampai 100%. Garis Horisontal Garis ini dibagi ke dalam banyaknya interval sesuai dengan banyaknya item masalah yang diklasifikasikan. 5. Buatkan histogram pada diagram Pareto. 6. Gambarkan kurva kumulatif serta cantumkan nilai-nilai kumulatif ( total kumulatif atau persen kumulatif ) di sebelah kanan atas dari interval setiap item masalah. 7. Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab utama dari masalah yang sedang terjadi itu.

14 41 Berikut ini adalah contoh diagram Pareto : Percent FREQ Tidak Lengkap Retak Lain-lain Permukaan Tergores Bentuk Tidak Serasi 0 MASALAH Diagram 2.1 Contoh Diagram Pareto Diagram Pareto terdiri dari dua jenis, yaitu : 1. Diagram Pareto Mengenai Fenomena Diagram ini berkaitan dengan hasil-hasil berikut yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui apa masalah utama yang ada. Contoh fenomena, antara lain : Kualitas : kerusakan, kegagalan, keluhan, item-item yang dikembalikan, perbaikan (reparasi), dll. Biaya : jumlah kerugian, ongkos pengeluaran, dll.

15 42 Penyerahan (delivery) : penundaan penyerahan, keterlambatan pembayaran, kekurangan stok, dll. Keamanan : kecelakaan, kesalahan, gangguan, dll. 2. Diagram Pareto Mengenai Penyebab Diagram ini berkaitan dengan penyebab dalam proses dan dipergunakan untuk mengetahui apa penyebab utama dari masalah yang ada. Contoh penyebab, antara lain : Operator : umur, pengalaman, keterampilan, sifat individual, pergantian kerja (shift), dll. Mesin : peralatan, mesin, instrumen, dll. Bahan baku : pembuatan bahan baku, macam bahan baku, pabrik bahan baku, dll. Metode Operasi : kondisi operasi, metode kerja, sistem pengaturan, dll Diagram Sebab Akibat ( Cause and Effect Diagram ) Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktorfaktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram sebab akibat ini sering juga disebut sebagai Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram)

16 43 karena bentuknya seperti kerangka tulang ikan, atau diagram Ishikawa (Ishikawa s Diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut : Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut. Pembuatan diagram sebab akibat dapat mengikuti beberapa langkah berikut ini : 1. Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. 2. Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat (effect). Tuliskan pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak. 3. Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau kategorikategori utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor : manusia, mesin, peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll, atau stratifikasi

17 44 melalui langkah-langkah aktual dalam proses. Faktor-faktor penyebab atau kategori-kategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. 4. Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebabpenyebab utama (tulang-tulang besar), serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang. 5. Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebabpenyebab sekunder (tulang-tulang berukuran sedang), serta penyebabpenyebab tersier itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil. 6. Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktorfaktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap karakteristik kualitas. 7. Catatlah informasi yang perlu di dalam diagram sebab akibat itu, seperti: judul, nama produk, proses, kelompok, daftar partisipan, tanggal, dll.

18 45 Berikut ini adalah contoh diagram sebab akibat : Diagram 2.2 Contoh Diagram Sebab Akibat Histogram Histogram merupakan salah satu alat yang membantu kita untuk menemukan variasi. Histogram merupakan suatu potret dari proses yang menunjukkan : (1) distribusi dari pengukuran dan (2) frekuensi dari setiap pengukuran itu. Dengan demikian histogram dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk : (1) mengkomunikasikan informasi tentang variasi dalam proses dan (2) membantu manajemen dalam membuat keputusankeputusan yang berfokus pada usaha perbaikan terus-menerus ( continuous improvement efforts ).

19 46 Beberapa langkah untuk membuat histogram adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data pengukuran. 2. Tentukan besarnya Range (R). R = X maks X min Dimana : X maks = nilai data terbesar X min = nilai data terkecil 3. Tentukan banyaknya Kelas Interval (K). Banyaknya kelas interval ditentukan mengikuti banyaknya data pengukuran, sebagai berikut : Tabel 2.3 Tabel Pedoman Penentuan Kelas Interval Banyaknya Data Pengukuran Banyaknya Kelas Interval < > Sumber : Vincent Gaspersz, Statistical Process Control Penerapan Teknik-Teknik Statistikal Dalam Manajemen Bisnis Total, 1998.

20 47 4. Tentukan Interval Kelas, Batas Kelas, dan Nilai Tengah Kelas. a. Lebar dari setiap kelas interval (L) ditentukan berdasarkan pembagian antara range data (R) dan banyaknya kelas interval (K) yang diinginkan. L = R K = Xmaks X min K b. Tetapkan batas untuk setiap kelas interval, dimana setiap data pengukuran harus jatuh atau berada di antara dua batas kelas ( batas bawah dan batas atas ). Batas Bawah = Ujung Bawah Kelas Interval ( 1 x Unit Pengukuran) 2 Batas Atas = Ujung Atas Kelas Interval + ( c. Tentukan Nilai Tengah Kelas. 1 x Unit Pengukuran) 2 Nilai Tengah = BatasBawah + BatasAtas 2 5. Tentukan Frekuensi dari Setiap Kelas Interval. 6. Buatlah Histogram dengan memeprhatikan hal-hal berikut : a. Buatlah garis horisontal dengan menggunakan skala berdasarkan pada unit pengukuran data. b. Buatlah garis vertikal dengan menggunakan skala frekuensi. c. Gambarkan grafik batang ( histogram ) untuk setiap kelas interval dengan tingginya berdasarkan pada frekuensi setiap kelas interval itu. Setiap kelas interval diwakili oleh nilai tengahnya.

21 48 Berikut ini adalah contoh histogram : Frekuensi Diagram 2.3 Contoh Histogram Diagram Tebar ( Scatter Diagram ) Pada dasarnya diagram tebar ( scatter diagram ) merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk : Menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel, misalnya kecepatan dari mesin bubut dengan dimensi dari bagian mesin, banyaknya kunjungan tenaga penjual dan hasil penjualan, temperatur dan hasil proses kimia, downtime mesin dan persentase banyaknya produk yang ditolak (cacat), konsumsi makanan dan pertambahan bobot badan, biaya pengeluaran iklan dan penjualan, pengalaman kerja dan performansi karyawan, dll. Menentukan jenis hubungan dari dua variabel itu, apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan.

22 49 Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram tebar, dapat berupa : 1. Karakteristik kualitas dan faktor yang mempengaruhinya. 2. Dua karakteristik kualitas yang saling berhubungan. 3. Dua faktor yang saling berhubungan yang mempengaruhi karakteristik kualitas. Diagram tebar dapat dibuat melalui beberapa langkah berikut : 1. Kumpulkan pasangan data ( x, y ) yang akan dipelajari hubungannya serta susunlah data itu dalam tabel. Usahakan agar pasangan data yang dikumpulkan cukup banyak, sebaiknya tidak kurang dari 30 pasangan data ( n > 30 ). 2. Tentukan nilai-nilai maksimum dan minimum untuk kedua variabel x dan y. 3. Tebarkan ( plot ) data pada selembar kertas. Terdapat tiga pola diagram tebar, sesuai dengan bentuk hubungan diantara dua variabel x dan y yang dipelajari. Ketiga pola diagram tebar itu adalah : 1. Diagram tebar dari dua variabel x dan y yang memiliki hubungan (korelasi) positif, dimana dalam hal ini nilai-nilai yang besar dari variabel x berhubungan dengan nilai-nilai yang besar dari variabel y, serta nilai-nilai yang kecil dari variabel x berhubungan dengan nila-nilai kecil dari variabel y. Hal tersebut juga berarti semakin besar nilai

23 50 variabel x maka semakin besar pula nilai variabel y, dan sebaliknya. Semakin kecil nilai variabel x maka semakin kecil pula nilai variabel y Diagram 2.4 Diagram Tebar Dua Variabel yang Berkorelasi Positif 2. Diagram tebar dari dua variabel x dan y yang memiliki hubungan (korelasi) negatif, dimana dalam hal ini nilai-nilai yang besar dari variabel x berhubungan dengan nilai-nilai yang kecil dari variabel y, serta nilai-nilai yang kecil dari variabel x berhubungan dengan nilainilai besar dari variabel y. Hal tersebut juga berarti bahwa semakin besar nilai variabel x maka nilai variabel y akan semakin kecil, dan sebaliknya. Semakin kecil nilai variabel x maka nilai variabel y akan semakin besar. Kedua nilai variabel saling berbanding terbalik.

24 Diagram 2.5 Diagram Tebar Dua Variabel yang Berkorelasi Negatif 3. Diagram tebar dari dua variabel x dan y yang tidak memiliki hubungan (tidak berkorelasi), dimana tidak ada kecendrungan bagi nilai-nilai tertentu dari variabel x untuk terjadi bersama-sama dengan nilai-nilai tertentu dari variabel y Diagram 2.6 Diagram Tebar Dua Variabel yang Tidak Berkorelasi

25 Run Chart Run chart adalah suatu bentuk grafik garis yang dipergunakan sebagai alat analisis untuk : 1. Mengumpulkan dan menginterpretasikan data, juga merupakan ringkasan visual dari data itu, sehingga memudahkan dalam pemahaman. 2. Menunjukkan output dari suatu proses sepanjang waktu. 3. Menunjukkan apa yang sedang terjadi dalam situasi tertentu sepanjang waktu. 4. Menunjukkan kecendrungan dari data sepanjang waktu. 5. Membandingkan data dari periode yang satu dengan periode lain, demikian pula memeriksa perubahan-perubahan yang terjadi. Run chart dapat dibuat secara mudah dengan mengikuti langkah-langkah berikut : 1. Memilih satu ukuran kunci untuk mengkaji pergerakan dari variabel atau atribut yang berkaitan dengan kualitas sepanjang waktu. 2. Menggambarkan run chart, dimana sumbu horisontal menunjukkan periode waktu pengamatan sedangkan sumbu vertikal menunjukkan indikator pengukuran yang berkaitan dengan karakteristik kualitas yang ingin dikaji dari waktu ke waktu. 3. Plot data pengamatan ke dalam run chart.

26 53 4. Lakukan analisis lanjutan serta mengambil tindakan untuk perbaikan proses terus-menerus sesuai dengan komitmen dari manajemen. Berikut ini adalah contoh run chart : Banyaknya Kali Penagihan Tanggal Bln.September 1997 Grafik 2.1 Contoh Run Chart Peta Kontrol ( Control Chart ) Peta kontrol pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun 1924 dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus ( special causes variation ) dari variasi yang disebabkan oleh penyebab umum ( common causes variation ). Pada dasarnya semua proses menampilkan variasi, namun manajemen harus mampu mengendalikan proses dengan cara menghilangkan variasi penyebab khusus dari proses itu, sehingga variasi yang melekat pada proses hanya disebabkan oleh variasi penyebab umum.

27 54 Peta-peta kontrol merupakan alat ampuh dalam mengendalikan proses, asalkan penggunaannya dipahami secara benar. Pada dasarnya peta kontrol dipergunakan untuk : Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistikal atau tidak. Dengan demikian peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali secara statistikal, dimana semua nilai rata-rata dan range dari sub-sub kelompok (subgrup) contoh berada dalam batasbatas pengendalian (control limits), oleh karena itu variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi dalam proses. Memantau proses terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum. Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses berada dalam pengendalian statistical, batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan. Pada dasarnya setiap peta kontrol memiliki : 1. Garis tengah ( Central Line ), yang biasa dinotasikan sebagai CL. 2. Sepasang batas kontrol ( control limits ), dimana satu batas kontrol ditempatkan di atas garis tengah yang dikenal sebagai batas kontrol atas (Upper Control Limit), biasa dinotasikan sebagai UCL, dan yang satu lagi ditempatkan di bawah garis tengah yang dikenal sebagai batas kontrol bawah (Lower Control Limit), biasa dinotasikan sebagai LCL.

28 55 3. Tebaran nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari proses. Jika semua nilai-nilai yang ditebarkan (diplot) pada peta itu berada di dalam batas-batas kontrol tanpa memperlihatkan kecendrungan tertentu, maka proses yang berlangsung dianggap sebagai proses yang berada dalam keadaan terkontrol atau terkendali secara statistikal, atau dikatakan berada dalam pengendalian statistikal. Namun, jika nilai-nilai yang ditebarkan pada peta itu jatuh atau berada di luar batas-batas kontrol atau memperlihatkan kecendrungan tertentu atau memiliki bentuk yang aneh, maka proses yang berlangsung dianggap sebagai proses yang berada dalaa keadaan di luar kontrol (tidak terkontrol) atau tidak berada dalam pengendalian statistikal sehingga perlu diambil tindakan korektif untuk memperbaiki proses yang ada. Peta kontrol untuk data variabel berbeda dengan peta kontrol untuk data atribut. Peta yang biasa digunakan untuk mengolah dan mengendalikan data variabel adalah peta x dan peta R. Sedangkan peta kontrol yang biasa digunakan untuk mengolah data atribut adalah peta p, np, c, dan u. Dalam bab ini hanya dibahas mengenai peta kontrol untuk data variabel saja karena dalam mengolah data pada bab 4, data yang akan diolah merupakan data variabel.

29 56 Peta Kontrol x dan R Peta kontrol x (rata-rata) dan R (range) digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga peta kontrol x dan R sering disebut sebagai peta kontrol untuk data variabel. Peta kontrol x menjelaskan tentang perubahan-perubahan yang telah terjadi dalam ukuran titik pusat (central tendency) atau rata-rata dari suatu proses. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti : peralatan yang dipakai, peningkatan temperatur secara gradual, perbedaan metode yang digunakan dalam shift kedua, material baru, tenaga kerja baru yang belum dilatih, dll. Sedangkan peta kontrol R (range) menjelaskan tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam ukuran variasi, dengan demikian berkaitan dengan perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti : bagian peralatan yang hilang, minyak pelumas mesin yang tidak mengalir dengan baik, kelelahan pekerja, dll. Langkah-langkah untuk membangun peta kontrol x dan R adalah sebagai berikut : 1. Tentukan ukuran contoh atau ukuran subgrup (n = 4, 5, 6,...). 2. Kumpulkan sejumlah set contoh atau sejumlah subgrup data yang akan diolah. 3. Hitung nilai rata-rata ( x ) dan range (R) dari setiap subgrup.

30 57 4. Hitung nilai rata-rata dari semua x, yaitu : x yang merupakan garis tengah (central line) dari peta kontrol x, serta nilai rata-rata dari semua R, yaitu : R yang merupakan garis tengah (central line) dari peta kontrol R. 5. Hitung batas-batas kontrol 3 σ (3-sigma) dari peta kontrol x dan R. Peta kontrol x ( batas-batas kontrol 3 σ ) : CL = x UCL = x + A 2 R LCL = x - A 2 R Peta kontrol R ( batas-batas kontrol 3 σ ) : CL = R UCL = D 4 R LCL = D 3 R Dimana : nilai A 2, D 3, dan D 4 merupakan nilai koefisien atau tetapan yang dapat dilihat pada tabel Daftar Nilai Koefisien Dalam Perhitungan Batas-Batas Peta Kontrol x dan R serta Indeks Kapabilitas Proses.

31 58 6. Buatkan peta kontrol x dan R dengan menggunakan batas-batas kontrol 3 σ di atas. Setelah itu, plot atau tebarkan data-data x dan R dari setiap contoh yang diambil itu pada peta kontrol x da R. Berikut ini adalah contoh peta kontrol : Control Chart VAR UCL = Mean Average = LCL = Sigma level: 3 Grafik 2.2 Contoh Peta Kontrol

32 Kapabilitas Proses Kapabilitas proses adalah kemampuan dari proses dalam menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi. Jika proses memiliki kapabilitas yang baik, proses itu akan menghasilkan produk yang berada dalam batas-batas spesifikasi. Sebaliknya, apabila proses memiliki kapabilitas yang jelek, proses itu akan menghasilkan banyak produk yang berada di luar batas-batas spesifikasi, sehingga menimbulkan kerugian karena banyak produk akan ditolak. Analisis kapabilitas proses boleh dilakukan hanya apabila proses berada dalam batas pengendali statistik (process in statistical control). Menurut Tham (1997), analisis kapabilitas proses merupakan konsep yang penting dalam statistical process control, karena analisis ini menguji variabilitas dalam karakteristik-karakteristik proses dan apakah proses mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi. Analisis kapabilitas proses membedakan kesesuaian dengan batas-batas toleransi. Batas-batas pengendali menunjukkan penyimpangan atau variabilitas proses dan tidak berhubungan dengan batas-batas spesifikasi yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Oleh karenanya, sering kali terjadi bahwa proses berada dalam batas pengendali statistik tetapi produk tidak memenuhi spesifikasi, atau proses berada di luar batas pengendali statistik tetapi produk masih memenuhi spesifikasi. Beberapa tujuan dilaksanakannya analisis kapabilitas proses, yaitu : 1. Memprediksi variabilitas proses yang ada. 2. Memilih diantara proses-proses yang paling tepat atau memenuhi toleransi.

33 60 3. Merencanakan hubungan diantara proses-proses yang berurutan. 4. Menyediakan dasar kuantitatif untuk menyusun jadwal pengendalian proses dan penyesuaian secara periodik. 5. Menugaskan mesin-mesin ke dalam kelas-kelas pekerjaan sehingga sesuai dengan pengujian yang dilakukan. 6. Menguji teori mengenai penyebab kesalahan selama program perbaikan kualitas. 7. Memberikan pelayanan sebagai dasar untuk menentukan syarat kinerja kualitas untuk mesin-mesin yang ada. Selain itu, ada beberapa manfaat dilakukannya analisis kapabilitas proses. Menurut Mitra (1993), manfaat tersebut antara lain : 1. Dapat menciptakan output yang seragam. 2. Kualitas dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. 3. Membantu dalam membuat perancangan produk maupun proses. 4. Membantu dalam pemilihan pemasok yang memenuhi persyaratan. 5. Mengurangi biaya mutu total dengan memperkecil biaya kegagalan internal dan eksternal. 6. Memperkirakan seberapa baik proses akan memenuhi toleransi. 7. Mengurangi variabilitas dalam proses produksi. 8. Membantu dalam pembentukan interval untuk pengendalian interval antara pengambilan sampel.

34 61 9. Merencanakan urutan proses produksi apabila ada pengaruh interaktif proses pada toleransi. 10. Menetapkan persyaratan penampilan bagi alat baru. Indeks Kapabilitas Proses (Cp) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: USL LSL Cp = 6s 2 2 ( n. Xi ) ( Xi) s atau n( n 1) = s = R d 2 Dimana : Cp = Indeks Kapabilitas Proses ( process capability index ) USL = batas spesifikasi atas ( upper specification limit ) LSL = batas spesifikasi bawah ( lower specification limit ) 6 s = enam simpangan baku Kriteria Penilaian : Cp > 1,33, maka berarti kapabilitas proses sangat baik. 1,00 Cp 1,33, maka berarti kapabilitas proses baik namun perlu pengendalian. Cp < 1,00, maka berarti kapabilitas proses rendah.

35 62 Indeks kapabilitas proses biasanya juga dipergunakan bersamaan dengan indeks performansi ( performance index ), Cpk, yang dikemukakan oleh Kane pada tahun Indeks Performansi Kane (Cpk) merefleksikan kedekatan nilai rata-rata dari proses sekarang terhadap salah satu batas spesifikasi baik itu batas spesifikasi atas (USL) ataupun batas spesifikasi bawah (LSL). Indeks Performansi Kane (Cpk) dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Cpk = minimum {CPU,CPL} CPU USL X = dan 3s CPL = X LSL 3s Dimana : Cpk = Indeks Performansi Kane CPL = Indeks Kapabilitas Bawah ( lower capability index ) CPU = Indeks Kapabilitas Atas ( upper capability index ) X = nilai rata-rata dari X 3 s = tiga simpangan baku Kriteria Penilaian : CPL > 1,33, proses akan mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL). 1,00 CPL 1,33, proses masih mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL), namun perlu pengendalian. CPL < 1,00, proses tidak mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL). CPU > 1,33, proses akan mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL).

36 63 1,00 CPU 1,33, proses masih mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL), namun perlu pengendalian. CPU < 1,00, proses tidak mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL). Cpk = Cp, maka berarti proses tepat berada di tengah. Cpk Cpk = 1, maka berarti proses menghasilkan produk telah sesuai dengan spesifikasi. < 1, maka berarti proses belum menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Kondisi Ideal : Cp > 1,33 dan Cp = Cpk 2.5 Design of Experiment ( DOE ) Tujuan Design of Experiment ( DOE) Menurut Douglas Montgomery, sebuah perancangan percobaan adalah sebuah tes dengan membuat perubahan-perubahan pada variabel masukan dari sebuah proses supaya kita dapat mengamati dan mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada keluaran dari proses tersebut. Tujuan dari perancangan percobaan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan variabel yang paling mempengaruhi variabel respon, y. 2. Menentukan nilai dari variabel yang berpengaruh supaya variabel respon mendekati nilai target.

37 64 3. Menentukan nilai dari variabel yang berpengaruh supaya variasi variabel respon kecil. 4. Menentukan nilai dari variabel yang berpengaruh supaya supaya pengaruh dari faktor gangguan dapat diperkecil. Perancangan Percobaan dapat mempelajari pengaruh dari beberapa faktor dalam suatu proses pada saat yang bersamaan. Ketika melakukan sebuah percobaan, memvariasikan level dari faktor-faktor pada saat yang bersamaan daripada satu persatu lebih efisien baik dari sisi waktu maupun biaya, dan juga dapat mempelajari interaksi di antara faktor-faktor. Interaksi adalah faktor penggerak dalam banyak proses. Tanpa penggunaan percobaan faktorial, faktor interaksi yang penting mungkin tidak akan terdeteksi Prinsip Dasar Design of Experiment ( DOE) Untuk dapat memahami perancangan percobaan lebih lanjut maka perlu memahami terlebih dahulu tiga prinsip dasar yang biasa digunakan dalam perancangan percobaan. Prinsip-prinsip tersebut adalah : replikasi, randomisasi atau pengacakan, dan kontrol lokal atau blocking.

38 65 Berikut ini adalah penjelasan mengenai prinsip-prinsip dasar dalam Design of Experiment ( DOE) : 1. Replikasi Replikasi adalah pengulangan kembali perlakuan yang sama dalam suatu percobaan dengan kondisi yang sama untuk memperoleh ketelitian yang lebih tinggi. Replikasi diperlukan karena dapat : Memberikan taksiran kekeliruan percobaan yang dapat dipakai untuk menentukan panjang interval konfidensi atau dapat digunakan sebagai satuan dasar pengukuran untuk penetapan taraf signifikansi dari perbedaanperbedaan yang diamati. Menghasilkan taksiran yang lebih akurat untuk kekeliruan percobaan. Memungkinkan kita untuk memperoleh taksiran yang lebih baik mengenai efek rata-rata dari suatu faktor. Selain itu, dikemukakan pula bahwa penambahan replikasi akan mengurangi tingkat kesalahan percobaan secara bertahap, namun jumlah replikasi dalam suatu percobaan dibatasi oleh sumber yang ada yaitu waktu, tenaga, biaya dan fasilitas.

39 66 2. Pengacakan atau Randomisasi Dalam percobaan, selain faktor-faktor yang diselidiki pengaruhnya terhadap suatu variabel, juga terdapat faktor-faktor lain yang tidak dapat dikendalikan/tidak diinginkan seperti kelelahan operator, naik/turun daya mesin, dll. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil percobaan. Pengaruh faktor-faktor tersebut diperkecil dengan menyebarkan pengaruh selama percobaan melalui randomisasi (pengacakan) urutan percobaan. Secara umum randomisasi dimaksudkan untuk : Meratakan pengaruh dari faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan pada semua unit percobaan Memberikan kesempatan yang sama pada setiap unit percobaan untuk menerima suatu perlakuan sehingga diharapkan ada kehomogenan pengaruh dari setiap perlakuan yang sama Mendapatkan hasil pengamatan yang bebas (independen) satu sama lain Dalam perancangan percobaan akan banyak test atau uji signifikansi dilakukan dan umumnya untuk setiap prosedur pengujian, asumsi-asumsi tertentu perlu diambil dan dipenuhi agar supaya pengujian yang dilakukan menjadi berlaku. Salah satu asumsinya adalah pengamatan-pengamatan (jadi juga kekeliruan-kekeliruan) berdistribusi secara independen. Asumsi ini sukar untuk dapat dipenuhi, akan tetapi dengan jalan berpedoman kepada prinsip sampel acak (random sample) yang diambil dari sebuah populasi atau berpedoman pada perlakuan acak terhadap unit percobaan, maka pengujian

40 67 dapat dilakukan seakan-akan asumsi yang telah diambil benar adanya. Dengan kata lain, pengacakan menyebabkan pengujian menjadi berlaku yang menyebabkan pula memungkinkannya data dianalisis, dengan anggapan seolah-olah asumsi tentang independen dipenuhi. Pengacakan memungkinkan kita untuk melanjutkan langkah-langkah berikutnya dengan anggapan soal independensi sebagai suatu kenyataan. Ini berarti bahwa pengacakan tidak menjamin terjadinya independensi, melainkan hanyalah memperkecil adanya korelasi antarpengamatan (jadi juga antar kekeliruan). Jika replikasi dengan tujuan untuk memungkinkan dilakukannya test signifikan, maka randomisasi bertujuan menjadikan test tersebut valid dengan menghilangkan sifat bias. Randomisasi dapat dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan acak, mengundi, menggunakan mata uang dan sebagainya. Ada beberapa teknik randomisasi yang dapat dilakukan seperti randomisasi lengkap, randomisasi lengkap dengan blok, pengulangan sederhana, split-plot design, dan lain-lain. Pemilihan teknik yang digunakan tergantung dari masalah yang diselidiki, hasil yang diharapkan, data yang didapat, dan penyesuaian yang akan dilakukan dengan teknik-teknik yang ada. 3. Kontrol Lokal atau Blocking Kontrol Lokal merupakan sebagian daripada keseluruhan prinsip percobaan yang harus dilaksanakan. Biasanya merupakan langkah-langkah atau usahausaha yang berbentuk penyeimbangan, pengkotakan atau pemblokan dan pengelompokkan dari unit-unit percobaan yang digunakan dalam percobaan.

41 68 Jika replikasi dan pengacakan pada dasarnya akan memungkinkan berlakunya uji signifikansi, maka kontrol lokal menyebabkan percobaan lebih efisien, yaitu mengahsilkan prosedur pengujian dengan kuasa yang lebih tinggi. Dengan pengelompokkan akan diartikan sebagai penempatan sekumpulan unit percobaan yang homogen ke dalam kelompok-kelompok agar supaya kelompok yang berbeda memungkinkan untuk mendapatkan perlakuan yang berbeda pula. Pemblokan berarti pengalokasian unit-unit percobaan ke dalam blok sedemikian sehingga unit-unit dalam blok secara relatif bersifat homogen sedangkan sebagian besar daripada variasi yang dapat diperkirakan di antara unit-unit telah baur (confounded) dengan blok. Ini berarti, berdasarkan pengetahuan si peneliti mengenai sifat atau kelakuan unit-unit percobaan, maka dapat dibuat perancangan percobaan sedemikian rupa sehingga kebanyakkan dari variasi yang dapat diduga tidak menjadi bagian dari kekeliruan percobaan. Dengan jalan demikian dapat diperoleh percobaan yang lebih efisien. Dengan penyeimbangan diartikan usaha memperoleh unit-unit percobaan, usaha pengelompokkan, pemblokan, dan penggunaan perlakuan terhadap unit-unit percobaan sedemikian rupa sehingga dihasilkan suatu konfigurasi atau formasi yang seimbang.

42 69 Untuk percobaan tertentu mungkin proses penyeimbangan ini praktis tidak dapat dicapai, dalam hal lainnya mungkin dapat menghasilkan keseimbangan sebagian, hampir terjadi keseimbangan atau keseimbangan sempurna Istilah Dalam Design of Experiment ( DOE) Dalam Design of Experiment ( DOE) terdapat beberapa istilah yang sering dipakai yaitu perlakuan, kekeliruan percobaan dan unit percobaan. Berikut ini adalah penjelasan dari istilah-istilah yang terdapat Design of Experiment (DOE) : 1. Perlakuan atau Treatment Sekumpulan kondisi percobaan yang akan dikenakan terhadap unit percobaan dalam ruang lingkup perancangan yang dipilih. Perlakuan ini bisa berbentuk tunggal atau terjadi dalam bentuk kombinasi. Ketika melakukan percobaan dalam rangka menyelidiki pengaruh jenis makanan terhadap sapi misalnya, maka perlakuan bisa berbentuk : a) jenis sapi, b) jenis kelamin sapi, c) umur sapi, atau d) takaran makanan yang diberikan kepada sapi. Tiap perlakuan di atas merupakan perlakuan tunggal yang mungkin memberikan efek sendiri-sendiri terhadap variabel respon (berat badan, misalnya). Efek perlakuan terhadap variabel respon mungkin saja terjadi dalam bentuk gabungan atau bentuk kombinasi beberapa perlakuan tunggal yang terjadi secara bersamaan.

43 70 Dalam hal ini, kita mendapatkan kombinasi perlakuan. Efek gabungan daripada jenis kelamin sapi dan takaran makanan yang diberikan terhadap berat badan misalnya, merupakan salah satu kombinasi perlakuan yang mungkin terjadi. 2. Unit Percobaan Unit percobaan yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu yang dikenai oleh perlakuan baik itu berupa perlakuan tunggal atau merupakan gabungan dari beberapa perlakuan. Dalam contoh di atas yang menjadi unit percobaannya adalah sapi. 3. Kekeliruan Percobaan Kekeliruan percobaan menyatakan kegagalan daripada dua unit percobaan identik yang dikenai perlakuan untuk memberikan hasil yang sama. Ini bisa terjadi karena, misalnya kekeliruan waktu menjalankan percobaan, kekeliruan pengamatan, variasi dari bahan percobaan, variasi antara unit percobaan, dan pengaruh gabungan dari semua faktor tambahan yang mempengaruhi karakteristik yang sedang dipelajari. Tentu saja kekeliruan percobaan ini hendaknya diusahakan supaya terjadi sekecil-kecilnya. Cara yang lazim ditempuh untuk menguranginya antara lain dengan jalan menggunakan bahan percobaan yang homogen, menggunakan informasi yang sebaik-baiknya tentang variabel yang telah ditentukan dengan tepat, melakukan percobaan seteliti-telitinya dan menggunakan perancangan percobaan yang lebih efisien.

44 71 4. Satuan amatan Satuan amatan adalah anak gugus dari unit percobaan tempat dimana respon perlakuan diukur. Jika respon yang akan diamati adalah produksi maka satuan amatannya adalah unit percobaan itu sendiri, tetapi jika respon yang diukur adalah tinggi tanaman maka satuan amatannya adalah satu tanaman jagung di dalam unit percobaan. 5. Faktor Faktor adalah peubah bebas yang dicocokkan dalam percobaan sebagai penyusun struktur perlakuan. Peubah bebas yang dicobakan dapat berupa peubah kualitatif maupun peubah kuantitatif. Contoh faktor kualitatif yaitu jenis pupuk, metode belajar, jenis varietas, dan lain-lain, sedangkan contoh faktor kuantitatif yaitu dosis pupuk, radiasi, intensitas sinar (naungan) dan lain-lain. 6. Taraf (Level) Taraf adalah nilai-nilai peubah bebas (faktor) yang dicobakan dalam percobaan.

45 Factorial Experiment k Factorial Design Dalam percobaan faktorial 2 k, mengandung k faktor dengan masing-masing faktor mempunyai 2 level yaitu level Low (rendah) dan level High (tinggi). Gambar berikut ini menunjukkan percobaan dengan 2 dan 3 faktor. Titik-titik yang ada pada gambar mewakili kombinasi yang unik dari level setiap faktor. Sebagai contoh, dalam percobaan dengan dua faktor, titik pada sudut kanan atas mewakili trial percobaan ketika faktor A diset pada level tinggi dan faktor B juga diset pada level tinggi. Gambar 2.1 Percobaan faktorial k 2 Model matematis untuk percobaan 2 k k mencakup k faktor utama, ( ) 2 k dua faktor, ( ) 3 interaksi interaksi 3 faktor,..., dan satu interaksi k-faktor. Sehingga untuk faktorial penuh 2 k akan mempunyai 2 k 1 efek. Notasi yang dipergunakan sama seperti yang sudah dikatakan sebelumnya sebagai contohnya dalam percobaan 2 2, A melambangkan kombinasi perlakuan faktor A pada level tinggi

46 73 dan faktor B pada level rendah. Kombinasi perlakuan dapat dituliskan dalam urutan standar dengan setiap faktor dituliskan kemudian dilanjutkan dengan faktor lainnya yang dikombinasikan secara berurutan dengan faktor sebelumnya. Contohnya, urutan standar untuk percobaan 2 2 adalah (1), A,B, dan AB. Hal-hal yang harus dilakukan dalam membuat percobaan faktorial adalah sebagai berikut : 1. Penentuan nilai level tiap faktor dan jumlah replikasi Pada tahap ini, peneliti menentukan nilai level tiap faktor yaitu berapa nilainya saat faktor di set pada level rendah (Low) dan berapa nilainya bila faktor di set pada level tinggi (High). Selain itu, peneliti juga harus menentukan jumlah replikasi yang akan digunakan. 2. Pengacakan urutan percobaan Pada tahap ini, dilakukan pengacakan urutan percobaan dengan maksud untuk memperkecil pengaruh faktor-faktor lain selain faktor utama yang tidak dapat dikendalikan / tidak diinginkan.

47 74 Pengacakan urutan percobaan dapat dilakukan dengan bantuan software Minitab, dan akan didapat data seperti tabel berikut ini : Tabel 2.4 Contoh Pengacakan Urutan Percobaan dengan Minitab StdOrder RunOrder CenterPt Blocks Faktor (A) Faktor (B) Pelaksanaan percobaan Percobaan dilakukan dengan mengukur nilai variabel respon yang didapat dengan menggunakan settingan yang telah diatur sebelumnya. Hasil pengukuran variabel respon dapat dimasukkan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.5 Contoh Replikasi Hasil Percobaan Factor Treatment Replicated A B Combination I II III Total (I) - - A low,b low A + - A high,b low B - + A low,b high AB + + A high,b high

48 75 Data dari tabel di atas, kemudian dapat dimasukkan dalam tabel hasil percobaan yang dilakukan seperti pada contoh tabel berikut ini : Tabel 2.6 Contoh Hasil Percobaan StdOrder RunOrder CenterPt Blocks Faktor (A) Faktor (B) Variabel Respon Analysis Of Variance ( ANOVA ) Analisis Anova dilakukan untuk menguji apakah faktor-faktor yang digunakan mempengaruhi secara signifikan atau tidak. Dalam melakukan uji anova diperlukan beberapa faktor yang perlu dihitung seperti nilai Contrast, Efek, dan Sum Of Squares. Untuk menghitung efek atau Sum Of Squares, terlebih dahulu harus ditentukan contrast untuk efek yang bersangkutan. Secara umum, contrast untuk efek AB... K ditentukan dengan cara menyelesaikan sisi sebelah kanan dari persamaan berikut ini. Contrast AB... K = (a ± 1)(b ± 1)... (k ± 1)

49 76 Dalam menyelesaikan persamaan di atas simbol angka 1 pada hasil terakhir diubah menjadi (1). Tanda positif negatif pada setiap suku dalam persamaan tersebut menjadi negatif jika faktor tersebut termasuk ke dalam efek dan sebaliknya. Sebagai contohnya kita ambil percobaan 2 2 maka : Contrast A = (a 1)(b + 1) = [ ab + a b (1) ] Contrast B = (a + 1)(b 1) = [ ab + b a (1) ] Contrast AB = (a 1)(b 1) = [ ab + (1) a b ] Begitu juga cara mencari efek untuk yang lainnya sehingga setelah selesai dapat dibentuk tabel tanda positif dan negatif sesuai dengan contrastnya. Setelah nilai contrast dihitung maka efek dan Sum Of Squares juga dapat dihitung dengan rumus berikut : Effect (AB... K) 2 = n2 SumOfSquares(SS) k Contrast (AB... K) (AB... K) 1 = n2 k (Contrast AB... K ) 2 Berikut ini adalah langkah-langkah perhitungan anova secara manual untuk percobaan 2 2 : 1. Membuat Hipotesis Nol ( H 0 ) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang digunakan tidak mempengaruhi secara signifikan. Contoh : H 0 = Faktor A tidak signifikan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American

Lebih terperinci

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004 105 Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK Hingga saat ini dalam evaluasi kualitas beton

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam organisasi atau perusahaan agar tetap survive. Ada berbagai berbagai cara untuk mewujudkannya, di mana salah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil alamin, Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala. Karena atas izin-nya, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai tugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Plastik Plastik mencakup semua bahan sintetik organik yang berubah menjadi plastis setelah dipanaskan dan mampu dibentuk di bawah pengaruh tekanan. Bahan

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu istilah relatif dan tergantung pada situasi. Kualitas pun tidak hanya tercipta dalam bentuk suatu produk tapi bisa juga dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212 III Control chart for variables Pengendalian Kualitas TIN-212 Common dan Assignable causes of variation Variabilitas dapat dibagi ke dalam dua kategori: 1. Common causes of variation. Variasi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kaizen Kaizen merupakan istilah bahasa Jepang terhadap konsep continuous incremental improvement. Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Menurut Tjiptono dan Diana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Namun demikian, istilah tersebut memerlukan tanggapan secara hati-hati dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Namun demikian, istilah tersebut memerlukan tanggapan secara hati-hati dan 31 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Quality (Mutu / Kualitas). Kualitas memang merupakan topik yang hangat di dunia bisnis dan akademik. Namun demikian, istilah tersebut memerlukan tanggapan secara hati-hati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

GRAFIKPENGENDALI VARIABEL

GRAFIKPENGENDALI VARIABEL GRAFIKPENGENDALI VARIABEL Grafik pengendali pertamakali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun 1924 dengan maksud untuk mengurangi variasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 50 BAB III LANDASAN TEORI Pengertian Kualitas Kualitas sangat penting bagi sebuah produk, baik berupa produk barang maupun jasa. Hal-hal yang sangat penting bagi produsen berkaitan dengan produk adalah:

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL Mila Faila Sufa * 1, Dina Ariningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang dan jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Kualitas memang merupakan topik yang hangat di dunia bisnis dan akademik. Namun demikian istilah tersebut memerlukan tanggapan secara hati-hati dan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas 2.1.1 Definisi Kualitas Istilah Kualitas sangatlah penting bagi suatu organisasi atau perusahaan, maka banyak ahli yang mendefinisikan kualitas secara garis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas. Menurut (Douglas C. Montgomery, 2009:4) mutu atau kualitas sudah menjadi faktor paling penting didalam konsumen mengambil keputusan dalam memilih antara

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process 70 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil control chart PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process Control. Sebagai langkah awal penulis mencoba menganalisa data volume produk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya: mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

barang yang dihasilkan. Menurut para ahli, kualitas adalah :

barang yang dihasilkan. Menurut para ahli, kualitas adalah : BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Pengertian Pengendalian Dalam suatu proses produksi terutama pada perusahaan manufaktur diperlukan adanya suatu pengendalian agar kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengendalian Kualitas 3.1.1 Definisi Kualitas Tinggi rendahnya kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, berhubungan langsung dengan kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di PT. X yang terdapat pada Pelabuhan Perikanan Nusantara Nizam Zachman Jakarta. Waktu penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah karakteristik dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas 2.1.1 Definisi Kualitas Sebagian orang berpendapat bahwa kualitas yang baik adalah barang yang lebih kuat, barang yang lebih awet, dan sebagainya, ataupun yang lebih umum

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas (Quality) Dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistikal, terminologi kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Kualitas sangat penting bagi sebuah produk, baik berupa produk barang maupun jasa. Hal-hal yang sangat penting bagi produsen berkaitan dengan produk adalah:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK Pendahuluan Kualitas / Mutu : Ukuran tingkat kesesuaian barang/ jasa dg standar/spesifikasi yang telah ditentukan/ ditetapkan. Pengendalian

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistical Process Control (SPC) Statistical Process Control (SPC) merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan sebagai pemonitor, pengendali, penganalisis, pengelola,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. statistik, secara singkat akan diuraikan asal mula perangkat-perangkat tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. statistik, secara singkat akan diuraikan asal mula perangkat-perangkat tersebut. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Pengendalian Mutu Sebelum meninjau beberapa perangkat dasar pengendalian mutu secara statistik, secara singkat akan diuraikan asal mula perangkat-perangkat tersebut.

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Gambar 3.1 Jarak nilai rata-rata terhadap salah satu batas toleransi

BAB III SIX SIGMA. Gambar 3.1 Jarak nilai rata-rata terhadap salah satu batas toleransi BAB III SIX SIGMA 3.1 Kajian Teori Six Sigma 3.1.1 Pengertian Six Sigma (Dasar Statistika) Ditinjau dari perspektif statistik, six sigma ( 6 σ ) memiliki tinjauan grafis sebagai berikut. Gambar 3.1 Jarak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan Tisnowati, Henny, et al (2008) untuk menganalisis pengendalian mutu produksi roti dengan menggunakan metode SQC (Statistical

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi dan melebihi harapan. Pengendalian

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengendalian Kualitas 3.1.1 Definisi Kualitas Kualitas mempunyai cakupan yang sangat luas, relatif, berbeda-beda dan berubah-ubah, sehingga definisi dari kualitas memiliki

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas memiliki pengertian yang luas, setiap sudut pandang yang mendefinisikannya pasti memiliki perbedaan. Sebagaian besar orang mempunyai konsep pemahaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KOMPETENSI Mahasiswa dapat menyusun peta pengendali kualitas proses statistika untuk data variabel dengan menggunakan software statistika,

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pengendalian Kualitas Statistika. Ayundyah Kesumawati. Prodi Statistika FMIPA-UII. September 30, 2015

Pendahuluan. Pengendalian Kualitas Statistika. Ayundyah Kesumawati. Prodi Statistika FMIPA-UII. September 30, 2015 Pendahuluan Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII September 30, 2015 Ayundyah (UII) Pendahuluan September 30, 2015 1 / 32 Pendahuluan Karaketristik lingkungan

Lebih terperinci

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION MEDIA ASMAJAYA DAN HARI MOEKTIWIBOWO Program Studi S1 Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4. Data Sampel 4.. Pengambilan dan Pemilihan Data Sampel Dari pengumpulan data yang telah dilakukan, diperoleh 20 data sampel yang telah dikelompokkan menjadi subgrup-subgrup

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN Pengertian Kualitas Statistik

BAB II PEMBAHASAN Pengertian Kualitas Statistik BAB I PENDAHULUAN Kualitas dan manajemen kualitas telah mengalami evolusi menjadi yang TQM (Total Quality Management), filosofi TQM berisi dua komponen yang saling berhubungan, yaitu sistem manajemen dansistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi 2.1.1 Pengertian Riset Operasi Menurut Mulyono, riset adalah proses untuk mencari kebenaran suatu masalah atau hipotesa, sedangkan operasi didefinisikan sebagai penerapan

Lebih terperinci

Pengendalian Mutu Statistik

Pengendalian Mutu Statistik Pengendalian Mutu Statistik Konsep Pengendalian Kualitas Kualitas suatu produk : derajat/tingkatan dimana suatu produk mampu memuaskan keinginan konsumen Pengendalian Kualitas : sistem verifikasi & penjagaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen, Produksi dan Manajemen Operasi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi dalam suatu perusahaan industri merupakan kegiatan yang sangat penting. Apabila suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Product Development Product Development adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari menangkap keinginan dari pasar dan diakhiri dengan memproduksi, dan menjual produk. Tahapan

Lebih terperinci

ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN

ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN J u r n a l E K B I S / V o l. X IV/ N o. / e d i s i S e p t e m b e r 15 7 ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN *( Diah Ayu Novitasari Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Kualitas Keistimewaan atau keunggulan suatu produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Salah satunya dapat dilihat dari sisi

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS Ashar 1, Irman Amri 2*, Usran 3 1 Dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Peta Kendali (Control Chart)

Peta Kendali (Control Chart) Peta Kendali (Control Chart) Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII October 29, 2015 Ayundyah (UII) Peta Kendali (Control Chart) October 29, 2015 1 / 22 Control

Lebih terperinci

Kata kunci: Daya Saing, Peningkatan Kualitas yang Berkesinambungan, Kualitas Produk, Kapabilitas Proses (Cp), Indeks Kinerja Kane (Cpk)

Kata kunci: Daya Saing, Peningkatan Kualitas yang Berkesinambungan, Kualitas Produk, Kapabilitas Proses (Cp), Indeks Kinerja Kane (Cpk) PENINGKATAN DAYA SAING PENGRAJIN INDUSTRI KECIL RUMAH TANGGA PEDESAAN DI KABUPATEN SIDOARJO MELALUI PENINGKATAN KUALITAS YANG BERKESINAMBUNGAN Erni Puspanantasari Putri Teknik, UNTAG Surabaya e-mail: Nantasari@yahoo.co.id

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PE ELITIA

IV. METODOLOGI PE ELITIA IV. METODOLOGI PE ELITIA 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di laboratorium kimia departemen Quality Control (QC)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih

Lebih terperinci

PETA KENDALI VARIABEL

PETA KENDALI VARIABEL PETA KENDALI VARIABEL 9 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline Peta Kendali Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Kegiatan utama yang bersangkutan dengan manajemen produksi adalah proses produksi. Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Jasa Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal sampai jasa sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN KUALITAS MULTIVARIAT. menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, haruslah dilakukan pengendalian

BAB III PENGENDALIAN KUALITAS MULTIVARIAT. menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, haruslah dilakukan pengendalian BAB III PENGENDALIAN KUALITAS MULTIVARIAT Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, haruslah dilakukan pengendalian pada proses produksinya.

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES ANALISIS KEMAMPUAN PROSES ì 11 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline ì ANALISIS

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN PRODUK DI PT. KATWARA ROTAN GRESIK

ANALISIS KUALITAS DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN PRODUK DI PT. KATWARA ROTAN GRESIK ANALISIS KUALITAS DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN PRODUK DI PT. KATWARA ROTAN GRESIK Mochammad Hatta Jurusan Teknik Industri Universitas 45 Surabaya Mochammad_hatta@walla.com Siti Lestariningsih,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Produktivitas dan Pengukuran produktivitas 2.1.1.Produktivitas Produktivitas adalah ukuran pendayagunaan faktor produksi dan peran serta tenaga kerja dalam proses produksi.

Lebih terperinci