STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI"

Transkripsi

1 STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : KARTIKA HIDAYATI A PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 Judul : Studi Dukungan Sosial dan Food Coping Strategy serta Hubungannya dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein pada Keluarga Nelayan Nama : Kartika Hidayati NRP : A Disetujui Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II dr. Yekti Hartati Effendi NIP : Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS NIP : Diketahui Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus:

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi dengan judul Studi Dukungan Sosial dan Food Coping Strategy serta Hubungannya dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein pada Keluarga Nelayan ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dukungan sosial dan food coping strategy serta hubungannya dengan tingkat konsumsi energi dan protein pada keluarga nelayan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang dukungan sosial, food coping strategy, dan tingkat konsumsi zat gizi pada keluarga nelayan. Informasi tersebut diharapkan dapat membantu pihakpihak yang berkepentingan seperti pemerintah daerah dalam merencanakan kebijakan dan program pangan dan gizi wilayah khususnya untuk masalah ketahanan pangan nelayan. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan pendidikan S1. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis berterimakasih kepada para pihak yang selama ini telah membantu penulis. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, April 2008 Kartika Hidayati

5 MAKALAH SEMINAR STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN Pemrasaran : Kartika Hidayati NRP : A Pembimbing : 1. dr. Yekti Hartati Effendi 2. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS Pemandu : Pembahas : 1. Yesa Sri Utami A Ermita Arumsari A Ari Adriyani A Nova Sulviana A Hari/Tanggal : Kamis/15 Mei 2008 Waktu : WIB Tempat : Ruang Seminar (R300) Lantai III Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 November Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Abdul Hakim Azis dan Ibu Nursekha Khulwiyati. Pendidikan SD ditempuh penulis dari tahun 1992 sampai 1998 di SD Negeri Tugu X Cimanggis. Tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah ke SLTP Negeri 8 Depok hingga tahun Kemudian pendidikan penulis dilanjutkan ke SMU Negeri 1 Depok dari tahun 2001 hingga Penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Pecinta Ilmu Gizi Pertanian (Himagita) pada tahun 2005/2006 dan Badan Konsultasi Gizi (BKG) pada tahun 2007/2008. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh departemen.

7 UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Dukungan Sosial dan Food Coping Strategy serta Hubungannya dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein pada Keluarga Nelayan. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. dr. Yekti Hartati Effendi dan Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS sebagai dosen pembimbing atas waktu, tenaga, dan pikirannya dalam penyusunan skripsi ini 2. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc sebagai dosen penguji atas saran dan kritiknya untuk kesempurnaan skripsi ini 3. Ir. Retnaningsih, MSi sebagai dosen pemandu seminar sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik 4. Segenap dosen yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman kepada penulis 5. Nova, Ari, Ermita, dan Yesa sebagai pembahas dalam seminar hasil penelitian penulis 6. Ibu dan Bapak tercinta atas segala pengorbanan baik berupa kasih sayang dan perhatian maupun materi yang tidak terhingga 7. Ahmad Wahyudin, Ida Hildawati, Dewi Meitasari, dan semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini Bogor, Juni 2008 Penulis

8 RINGKASAN KARTIKA HIDAYATI. Studi Dukungan Sosial dan Food Coping Strategy serta Hubungannya dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein pada Keluarga Nelayan. Di bawah bimbingan YEKTI HARTATI EFFENDI dan IKEU TANZIHA. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari dukungan sosial dan food coping strategy serta hubungannya dengan tingkat konsumsi energi dan protein pada keluarga nelayan. Adapun tujuan khususnya antara lain : (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga nelayan; (2) menganalisis dukungan sosial pada keluarga nelayan; (3) menganalisis food coping strategy keluarga nelayan; (4) menganalisis tingkat konsumsi energi dan protein keluarga nelayan; (5) menganalisis hubungan karakteristik keluarga dan dukungan sosial dengan food coping strategy; dan (6) menganalisis hubungan food coping strategy dengan tingkat konsumsi energi dan protein. Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian dilakukan di Desa Grogol, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Penentuan tempat ditentukan dengan pertimbangan bahwa daerah ini terletak di pinggir pantai sehingga banyak keluarga nelayan yang bertempat tinggal di daerah ini. Pengambilan data dilakukan dari bulan Juni hingga Juli Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga nelayan. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria keluarga dengan status garis kemiskinan keluarga berdasarkan BKKBN, yaitu Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dan Keluarga Sejahtera 1 (KS 1). Adapun jumlah populasi yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 187 KK. Jumlah contoh (n) dihitung menggunakan rumus Slovin sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 65 KK. Proporsi keluarga Pra-KS sebanyak 26 KK dan KS 1 sebanyak 39 KK. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga, data dukungan sosial, food coping strategy, dan pola konsumsi pangan keluarga. Data sekunder yang dikumpulkan berupa keadaan umum wilayah penelitian dan jumlah keluarga nelayan berkategori Pra KS dan KS 1 di desa Grogol. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada ibu rumah tangga. Data sekunder diperoleh dari kantor desa setempat. Program komputer yang digunakan adalah Microsoft Excel dan SPSS for Windows versi Besar keluarga nelayan berkisar antara 2-12 orang. Hampir separuh keluarga nelayan miskin (46.15%) dan tidak miskin (48.72%) memiliki jumlah anggota keluarga 5-7 orang. Usia KK nelayan berkisar antara tahun, sedangkan usia istri nelayan berkisar antara tahun. Lebih dari separuh usia KK nelayan miskin (57.69%) dan tidak miskin (69.23%) berusia antara tahun. Lebih dari separuh istri nelayan miskin (53.85%) dan sebagian besar istri nelayan tidak miskin (79.49%) berada pada kisaran usia antara tahun. Hasil uji korelasi Spearman menyatakan bahwa usia istri memiliki hubungan yang signifikan dengan status kemiskinan (p<0.05) Lama sekolah KK nelayan adalah 0-15 tahun, sedangkan lama sekolah istri nelayan berkisar antara 0-12 tahun. Hampir seluruh KK nelayan miskin dan nelayan tidak miskin (92.31% dan 97.44%) pendidikan rendah. Sebagian besar pendidikan istri nelayan miskin dan tidak miskin (92.31% dan 89.74%) juga berpendidikan rendah. Hasil analisis korelasi Spearman menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan KK dan pendidikan istri dengan status kemiskinan (p>0.05). Jenis aset terbanyak yang dimiliki oleh nelayan miskin adalah televisi, sedangkan jenis aset terbanyak yang dimiliki oleh nelayan tidak miskin adalah rumah. Rata-rata

9 ppengeluaran pangan perkapita pada keluarga nelayan miskin perbulan adalah Rp ± 24805, sedangkan pengeluaran untuk nonpangan memiliki rata-rata Rp ± Kisaran rata-rata pengeluaran pangan keluarga nelayan tidak miskin adalah Rp ± 40558, sedangkan rata-rata pengeluaran nonpangan adalah Rp ± Bentuk dukungan sosial yang dimiliki oleh 88.89% keluarga nelayan miskin adalah rasa cinta dan peduli dari sanak famili dan kesediaan masyarakat untuk memberikan pertolongan pada saat terjadi kesulitan. Pada keluarga tidak miskin, sebanyak 92.11% contoh merasa bahwa kehidupan bermasyarakat memberi perasaan aman dan hubungan seakrab mungkin terjalin dengan sanak famili. Bentuk dukungan sosial yang paling sedikit diterima adalah kunjungan dari petugas kesehatan yaitu hanya sebesar 11.11% pada keluarga nelayan miskin dan 13.16% pada keluarga nelayan tidak miskin. Tingkat dukungan sosial 57.69% keluarga nelayan miskin dan 53.85% nelayan tidak miskin berada pada kategori tinggi. Sebagian besar keluarga nelayan miskin (88.46%) dan keluarga tidak miskin (89.74%) pernah mengalami kekurangan pangan. Perilaku food coping strategy yang dilakukan oleh sebagian besar keluarga nelayan miskin (82.61%) dan tidak miskin (88.57%) adalah menerima kupon raskin. Pelaksana food coping strategy pada keluarga nelayan miskin lebih didominasi oleh istri. Istri banyak memegang peranan dalam membeli bahan pangan yang lebih murah (39.13%), mengurangi jenis pangan yang dikonsumsi (47.83%), serta mengubah prioritas pembelian pangan (34.78%). Sebagian besar keluarga miskin dan keluarga nelayan tidak miskin berada pada tingkat food coping strategy rendah. Hampir sebagian besar (73.08%) keluarga nelayan miskin memiliki TKE tidak cukup (<70%) namun 69.23% keluarga nelayan tidak miskin mempunyai TKE berada pada kategori cukup ( 70%). Lebih dari separuh keluarga nelayan miskin (69.23%) memiliki TKP tidak cukup (<70%), namun 69.23% keluarga nelayan tidak miskin memiliki TKP yang berada pada kategori cukup ( 70%). Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, karakteristik keluarga yang mempunyai hubungan signifikan terhadap tingkat food coping strategy adalah besar keluarga (p=0.007) dan tingkat pengeluaran (p=0.005). Semakin tinggi pengeluaran suatu keluarga maka tingkat food coping strategy yang dilakukan semakin rendah. Menurut korelasi n Spearman hubungan antara tingkat dukungan sosial dan tingkat food coping strategy tidak signifikan dengan nilai p=0.434 dan r= Hasil ini menandakan bahwa semakin banyak dukungan sosial yang diterima oleh sebuah keluarga belum tentu usaha penanggulangan terhadap kekurangan pangan juga ikut meningkat. Hasil korelasi Spearman menjelaskan bahwa hubungan antara tingkat food coping strategy dan TKE tidak signifikan dengan p= Hasil uji korelasi Spearman juga menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat food coping strategy dengan TKP dengan p=0.778.

10 v DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan 3 Kegunaan Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 4 Nelayan 4 Dukungan Sosial 7 Food Coping Strategy 9 Konsumsi Pangan 12 Metode Frekuensi Pangan 13 Food Frequency Questionnaire (FFQ) 14 Tingkat Kesejahteraan 14 KERANGKA PEMIKIRAN 18 METODOLOGI 21 Desain, Tempat, dan Waktu 21 Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 21 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 Pengolahan dan Analisis Data 25 Definisi Operasional 31 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 33 Tingkat Kesejahteraan 34 Karakteristik Keluarga 35 Besar Keluarga 36 Usia Suami dan Istri 36 Pendidikan Suami dan Istri 38 Kepemilikan aset rumah tangga 39 Pengeluaran Perkapita 41 Dukungan Sosial 43 Bentuk Dukungan Sosial 43 Tingkat Dukungan Sosial 45 Food Coping Strategy 45 Identifikasi Kekurangan Pangan dan Persediaan Pangan 45 Pelaksanaan Food Coping Strategy 49 Pelaksana Food Coping Strategy 53 Tingkat Food Coping Strategy 53 Tingkat Konsumsi Zat Gizi 54 Tingkat Konsumsi Energi 54 Tingkat Konsumsi Protein 55 Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Food Coping Strategy 56 Hubungan Dukungan Sosial dengan Food Coping Strategy 58

11 vi Hubungan Food Coping Strategy dengan Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP) 59 KESIMPULAN DAN SARAN 61 Kesimpulan 61 Saran 62 DAFTAR PUSTAKA 63 LAMPIRAN 66

12 vii DAFTAR TABEL Halaman 1 Hirarki coping strategy 11 2 Jumlah keluarga nelayan berdasarkan tingkat kesejahteraan BKKBN 21 3 Jenis data, cara pengumpulan data, dan bahan serta alat pengumpulan data 24 4 Jenis dan kategori pengukuran data garis kemiskinan dan karakteristik keluarga 26 5 Jenis dan kategori pengukuran data dukungan sosial 27 6 Skala, kelompok, dan perilaku food coping strategy 28 7 Angka Konsumsi Energi (AKE) dan Protein (AKP) menurut umur dan jenis kelamin 30 8 Jenis dan pengukuran data tingkat Konsumsi energi dan protein 31 9 Sebaran keluarga nelayan Pra KS dan KS I berdasarkan kategori garis kemiskinan BPS Kabupaten Cirebon (2006) Sebaran keluarga nelayan Pra KS dan KS I berdasarkan kategori garis kemiskinan internasional (Bank Dunia 2004) Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan besar keluarga Sebaran suami dan istri nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan usia Sebaran suami dan istri nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan lama sekolah Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan kepemilikan aset Sebaran pengeluaran pangan dan nonpangan (Rp) perkapita perbulan pada keluarga nelayan miskin dan tidak miskin Persentase setiap jenis pengeluaran pangan dan nonpangan terhadap total pengeluaran perkapita perbulan Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan bentuk dukungan sosial Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan tingkat dukungan sosial Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan kejadian kekurangan pangan Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan frekuensi kejadian kekurangan pangan Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan penyebab terjadinya kekurangan pangan Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan persediaan pangan 47

13 viii 23 Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan lama persediaan pangan Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan kecukupan persediaan pangan Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan bentuk persediaan pangan Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan perilaku food coping strategy Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan tingkat food coping strategy Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan TKE Sebaran keluarga nelayan miskin dan tidak miskin berdasarkan TKP Sebaran karakteristik keluarga berdasarkan tingkat food coping strategy keluarga nelayan Sebaran keluarga nelayan berdasarkan tingkat dukungan sosial dengan tingkat food coping strategy Sebaran keluarga nelayan berdasarkan tingkat food coping strategy dengan TKE dan TKP 59

14 ix DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kaitan antara dukungan sosial, food coping strategy, dan tingkat konsumsi energi dan protein pada keluarga nelayan 20 2 Kerangka pengambilan contoh 23

15 x DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Jenis dan kategori pengukuran data food coping strategy 66 2 Sebaran keluarga nelayan miskin berdasarkan pelaksana food coping strategy 67 3 Sebaran keluarga nelayan tidak miskin berdasarkan pelaksana food coping strategy 68 4 Statistik deskriptif Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP) pada keluarga nelayan miskin dan tidak miskin 69 5 Hasil uji korelasi Spearman antara karakteristik keluarga nelayan dengan status kemiskinan menurut BPS 70 6 Hasil uji korelasi Spearman antara tingkat dukungan sosial keluarga nelayan dengan status kemiskinan menurut BPS 71 7 Hasil uji korelasi Spearman antara tingkat food coping strategy keluarga nelayan dengan status kemiskinan menurut BPS 71 8 Hasil uji korelasi Spearman antara tingkat konsumsi energi dan protein keluarga nelayan dengan status kemiskinan menurut BPS 71 9 Hasil uji korelasi Spearman antara karakteristik keluarga nelayan dengan tingkat food coping strategy Hasil uji korelasi Spearman antara dukungan sosial dengan food coping strategy keluarga nelayan Hasil uji korelasi Spearman antara food coping strategy dengan TKE dan TKP keluarga nelayan 73

16 1 PENDAHULUAN Latar belakang Berdasarkan Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan adalah suatu kondisi dimana setiap rumah tangga mempunyai akses terhadap pangan yang cukup baik dari segi kuantitas, kualitas, serta aman dan terjangkau. Sementara itu masih dari Undang-undang yang sama, pangan didefinisikan sebagai makanan dan minuman hasil tanaman (hortikultura, perkebunan), peternakan, perikanan, dan produk turunannya. Pangan juga bisa didefinisikan sebagai bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian jaringan tubuh yang rusak (Harper, Deaton dan Driskel 1986). Manusia membutuhkan berbagai zat gizi dalam jumlah yang dianjurkan untuk pertumbuhan dan kesehatan yang normal. Zat-zat gizi yang dibutuhkan tersebut diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Makanan sehari-hari yang dikonsumsi sesuai dengan menu sehat dan seimbang merupakan modal dasar untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Hak untuk memperoleh makanan yang cukup bagi setiap orang adalah salah satu bagian penting dari hak asasi manusia (Soekirman 2000). Berbagai upaya dilakukan seseorang atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap anggota rumah tangga untuk mencapai gizi yang baik dan hidup sehat. Rumah tangga dapat dikatakan tahan pangan bila kebutuhan pangannya dapat terpenuhi dan memenuhi syarat-syarat ketahanan pangan (Atmarita dan Fallah 2004). Kondisi ketidaktahanan pangan dapat digambarkan dari adanya perubahan konsumsi pangan yang cenderung pada penurunan kuantitas maupun kualitas, perubahan frekuensi konsumsi makanan pokok, dan perubahan kehidupan sosial seperti semakin banyak anggota masyarakat yang menggadaikan barang untuk membeli pangan, bertambahnya anggota keluarga yang pergi ke luar daerah untuk mencari pekerjaan, dan sebagainya. Menurut Setiawan (2004) bentuk perubahan tersebut merupakan strategi yang dilakukan oleh sebuah keluarga untuk menanggulangi kekurangan pangan atau dikenal sebagai food coping strategy.

17 2 Dukungan sosial merupakan salah satu bagian dari modal sosial yang dapat meningkatkan atau justru menurunkan akses terhadap pangan rumah tangga. Menurut Sarafino (1996) manusia selalu dihadapkan pada berbagai hal yang menyangkut kepentingannya terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demi memenuhi hal tersebut maka setiap orang memerlukan bantuan dari orang lain (sebagai sumber dukungan sosial). Bentuk dukungan ini dapat berupa emosional, instrumental, penghargaan, maupun informasi. Dukungan sosial dibangun dari sumberdaya-sumberdaya sosial produktif yang dapat dimanfaatkan untuk satu atau lebih pelaku sosial dalam masyarakat. Oleh sebab itu modal sosial dapat mendukung usaha manusia dalam bertahan hidup (Dharmawan 2001, diacu dalam Alfiasari 2004). Masyarakat nelayan di beberapa wilayah sering mengalami kerawanan pangan secara berulang (kronis) pada saat musim paceklik dan kerawanan mendadak karena terkena bencana (Badan Bimas Ketahanan Pangan 2005). Berbagai kendala dialami oleh nelayan antara lain jumlah tangkapan sedikit, rendahnya kualitas hasil tangkapan, kurangnya modal, keterbatasan mobilitas nelayan, ketertinggalan teknologi, tekanan dari majikan, dan ketidakpastian iklim dan cuaca. Pada kondisi sulit, ada beberapa cara yang ditempuh oleh nelayan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya seperti mengambil ikan secukupnya setiap kali melaut untuk keperluan lauk pauk, menjual barang-barang yang dimiliki, serta meminjam uang kepada juragan darat, tempat mereka bekerja (Masyhuri dan Najib 2000). Perumusan Masalah Food coping strategy yang diambil oleh sebuah keluarga merupakan suatu upaya menganggulangi masalah kekurangan pangan yang dialami. Strategi yang dilakukan oleh keluarga nelayan miskin mungkin akan berbeda dengan nelayan tidak miskin. Dukungan sosial mungkin juga ada hubungannya dengan jenis coping yang dipilih. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam coping yaitu konteks sosial, budaya, dan situasional. Jenis coping yang diambil memiliki hubungan dengan tingkat konsumsi zat gizi setiap anggota keluarga. Oleh sebab itu permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini antara lain bagaimana karakteristik keluarga nelayan miskin dan tidak miskin? Bagaimana dukungan sosial, pelaksanaan food coping strategy, serta tingkat konsumsi energi dan protein (TKE dan TKP) pada keluarga nelayan? Bagaimana

18 3 hubungan karakteristik keluarga dan dukungan sosial dengan food coping strategy? Serta bagaimana hubungan antara food coping strategy dengan TKE dan TKP? Tujuan Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dukungan sosial dan food coping strategy serta hubungannya dengan tingkat konsumsi energi dan protein pada keluarga nelayan. Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga nelayan 2. Menganalisis dukungan sosial pada keluarga nelayan 3. Menganalisis food coping strategy keluarga nelayan 4. Menganalisis tingkat konsumsi energi dan protein keluarga nelayan 5. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga dengan food coping strategy 6. Menganalisis hubungan dukungan sosial dengan food coping strategy 7. Menganalisis hubungan food coping strategy dengan tingkat konsumsi energi dan protein Hipotesis 1. Karakteristik keluarga nelayan tidak berhubungan dengan food coping strategy 2. Dukungan sosial keluarga nelayan tidak berhubungan dengan food coping strategy 3. Food coping strategy tidak berhubungan dengan tingkat konsumsi energi dan protein Kegunaan penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang dukungan sosial yang diterima, food coping strategy yang dilakukan, dan tingkat konsumsi energi dan protein keluarga nelayan. Informasi tersebut diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemerintah daerah dalam merencanakan kebijakan dan program pangan dan gizi wilayah khususnya untuk masalah ketahanan pangan nelayan.

19 4 TINJAUAN PUSTAKA Nelayan Menurut Direktorat Jenderal (Ditjen) Perikanan (2000) definisi nelayan adalah orang yang aktif dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring atau mengangkut alat-alat perlengkapan ke dalam kapal tidak termasuk dalam kategori nelayan. Teknisi mesin dan juru masak yang bekerja diatas kapal penangkap disebut sebagai nelayan walaupun mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan ikan. Klasifikasi nelayan berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan yaitu 1) Nelayan/petani ikan penuh ialah orang yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan ikan/binatang air lainnya/tanaman air; 2) Nelayan/petani ikan sambilan utama ialah orang yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan ikan/binatang air lainnya/tanaman air, disamping melakukan pekerjaan penangkapan/pemeliharaan nelayan ini mempunyai pekerjaan lain; 3) Nelayan/petani ikan sambilan tambahan ialah orang yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Masyarakat nelayan terbagi menjadi dua kelompok yaitu nelayan juragan dan nelayan buruh. Pembagian ini berdasarkan perbedaan kepemilikian alat tangkap, organisasi kerja penangkapan ikan, dan pendapatan dari sistem bagi hasil (Hermanto 1986, diacu dalam Baliwati, Pranadji, dan Retnaningsih 1992). Faktor pendapatan memegang peranan penting dalam permasalahan gizi, kebiasaan makan, dan ketersediaan pangan. Akan menjadi masalah bagi penduduk yang memiliki pendapatan rendah karena tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dalam jumlah yang dibutuhkan sehingga terjadi ketidakcukupan konsumsi pangan (Birowo 1983, diacu dalam Baliwati dkk. 1992). Berdasarkan struktur armada yang digunakan, sebagian besar nelayan Indonesia termasuk golongan pengusaha skala kecil. Perubahan struktur armada ini tampak berjalan sangat lamban sebagai akibat kemiskinan struktural. Secara ekonomi nelayan ini kekurangan modal serta kurang terampil dalam memilih dan menggunakan teknologi yang tepat. Hal ini berarti bahwa mereka

20 5 belum mampu menghadapi pembangunan ekonomi yang ditandai dengan banyaknya fasilitas yang telah tersedia namun pemanfaatannya sangat kurang. Secara sosial mereka kekurangan dukungan dari golongan masyarakat lain, kurang pendidikan atau pengetahuan, kurang komunikasi dan pada akhirnya tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam pembangunan. Kondisi ini bagi mereka dianggap sebagai takdir yang berakibat pada lahirnya kebudayaan miskin dan tidak berdaya dalam mencari jalan keluar yang lebih baik. Segala upaya pembangunan akan sulit menarik perhatian kaum ini (Murtadi 1993). Kehidupan nelayan berada dalam lingkungan keterbatasan dan kemiskinan yang dibatasi oleh dua ciri lainnya, yaitu mobilitas dan ketidakpastian usaha karena ketergantungan terhadap musim. Keterbelakangan komunitas nelayan di desa-desa pantai tercermin pula pada tingkat pendidikan mereka. Tingkat pendidikan nelayan pada umumnya rendah dan tingkat putus sekolah untuk pendidikan dasar maupun menengah cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh sarana pendidikan yang ada di desa nelayan pada umumnya hanya sampai tingkat SD saja, sedangkan untuk tingkat lanjutan hanya ada di kota kecamatan yang letaknya jauh dari desa pantai. Transportasi buruk dan terbatas, ataupun kalau lancar anak-anak nelayan harus mengeluarkan biaya transport, membuat mereka tidak tertarik untuk pergi sekolah. Penghasilan orangtua yang tidak menentu, bersifat fluktuatif dan harian membuat sulit untuk merencanakan pengeluaran biaya pendidikan anak (Abustam 1991, diacu dalam Baliwati dkk. 1992). Mubyarto et al. (1990) mengatakan bahwa pekerjaan sebagai nelayan adalah pekerjaan yang sangat berat. Kebanyakan mereka yang menjadi nelayan tidak dapat membayangkan pekerjaan lain yang lebih mudah, sesuai kemampuan yang mereka miliki. Keterampilan sebagai nelayan bersifat amat sederhana dan hampir sepenuhnya dapat dipelajari dari orangtua mereka sejak masih kanak-kanak. Jika orangtua mampu, mereka pasti akan berusaha menyekolahkan anak setinggi mungkin sehingga tidak harus menjadi nelayan seperti orangtuanya. Karakteristik komunitas nelayan berbeda dari komunitas petani dari sudut sosiologis. Petani menghadapi situasi ekologi yang dapat dikontrol namun tidak demikian dengan nelayan. Ia harus bisa menguasai medan yang sulit demi mengendalikan produknya. Apalagi mengingat perikanan tangkap memiliki sifat

21 6 open access sehingga nelayan juga harus berpindah-pindah dan ada elemen risiko yang harus dihadapi lebih besar daripada yang dihadapi petani. Selain itu, nelayan juga harus berhadapan dengan kehidupan laut yang keras sehingga membuat mereka umumnya bersikap keras, tegas, dan terbukaberbagai kendala sering menghadang sebagian besar nelayan di Indonesia yang masih merupakan nelayan tradisional. Kendala-kendala tersebut antara lain kurangnya modal, rendahnya kualitas hasil tangkapan, jumlah tangkapan sedikit, tekanan dari majikan, ketidakpastian iklim dan cuaca. Hal tersebut dapat mempengaruhi keragaan ekonomi dan kehidupan rumah tangga para nelayan (Pasandaran dkk. 1990, diacu dalam Baliwati dkk. 1992). Rumah tangga nelayan memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Deptan 1991, diacu dalam Baliwati dkk. 1992) : 1. Rumah dan barang yang dimiliki terbatas dan sangat sederhana 2. Tingkat kesehatan dan pendidikan rendah 3. Produktivitas kerja rendah 4. Keterampilan kurang memadai 5. Kurang dapat mengikuti pembaharuan dan kurang memperoleh kesempatan berperan serta dalam pembangunan. Rumah tangga yang tergolong miskin tidak akan memiliki kemampuan daya beli yang dapat digunakan untuk menjamin ketahanan pangan rumah tangganya. Kemampuan daya beli pada masyarakat nelayan dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh berdasarkan sistem bagi hasil antara nelayan pemilik dan nelayan buruh, kepemilikan alat tangkap dan jumlah nelayan yang terlibat dalam usaha penangkapan ikan (Saefudin 2002). Pola pendapatan di sektor penangkapan ikan tidak teratur. Saat musim barat, nelayan biasanya sulit melaut akibat cuaca buruk. Pendapatan yang cukup besar pada awal musim barat merupakan bekal selama musim barat. Pada keadaan sulit, ada beberapa cara yang ditempuh nelayan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Cara pertama adalah berusaha menutup kebutuhan sehari-harinya dengan pendapatan lawuhan setiap kali melaut. Lawuhan merupakan hak nelayan ABK (Anak Buah Kapal) untuk mengambil ikan secukupnya setiap kali melaut untuk keperluan lauk pauk. Bnyak sedikitnya lawuhan tergantung banyak sedikitnya hasil tangkapan. Ikan lawuhan ini biasanya dijual lalu hasilnya digunakan untuk keperluan makan hari itu. Cara kedua dilakukan jika hasil penjualan lawuhan tidak mencukupi, yaitu dengan

22 7 menjual barang-barang yang dimiliki (perhiasan, alat elektronik, piring berharga) untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Cara ketiga ditempuh jika musim ikan belum kunjung dating, yakni dengan meminjam uang kepada juragan darat tempat mereka bekerja (Masyhuri dan Najib 2000). Dukungan Sosial Dukungan sosial merupakan salah satu bagian dari modal sosial. Definisi modal sosial menurut Stone dan Hughes (2002) diacu dalam Alfiasari 2004 yakni sebuah perekat di antara anggota masyarakat untuk menjaga kebersamaan komunitas/masyarakat. Hal ini dipahami sebagai jaringan-jaringan dalam hubungan sosial yang dicirikan oleh adanya norma kepercayaan dan hubungan timbal balik yang mengarahkan masyarakat untuk mencapai kepentingan bersama. MacArthur & D (1998) mendefinisikan dukungan sosial sebagai bermacam sokongan (bantuan) yang diterima oleh seseorang dari orang lain yang diklasifikasikan menjadi 2 (terkadang 3) kategori. Kategori tersebut antara lain dukungan emosional, instrumental, dan informasional. Dukungan emosional merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang untuk membuat orang lain merasa dicintai dan dipedulikan sehingga mampu menyokong rasa harga diri orang lain, namun bentuk bantuan tidak nyata (non-tangible). Bentuk contoh dari dukungan emosional yaitu dalam memecahkan masalah, memberikan dorongan atau umpan balik yang positif. Sementara itu dukungan instrumental adalah berbagai macam bantuan nyata (tangible help) yang disediakan oleh seseorang, seperti bantuan dari penitipan anak, penjaga rumah, jasa transportasi, dan uang. Sedangkan dukungan informasional (kadang termasuk dalam kategori dukungan instrumental) merupakan bantuan yang diberikan dalam bentuk penyediaan informasi. Dukungan sosial diartikan sebagai kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima individu dari orang lain, baik sebagai individu perorangan ataupun kelompok. Dukungan sosial keluarga mencakup adanya interaksi di antara masing-masing anggota dan saling membantu sehingga dapat tetap terjalin hubungan dan menghasilkan kepuasan batin seseorang (Sarafino 1996). Berdasarkan studi yang dilakukan di US, Inggris, dan Swedia ternyata dukungan sosial memiliki pengaruh positif terhadap status sosial ekonomi baik pada pria maupun wanita (MacArthur & D 1998)

23 8 Menurut Sarafino (1996) manusia sebagai individu selalu dihadapkan pada berbagai hal yang menyangkut kepentingannya terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demi memenuhi hal tersebut maka setiap orang memerlukan bantuan atau pertolongan dari orang lain (sumber dukungan sosial). Dukungan sosial tidak selamanya tersedia pada diri sendiri melainkan harus diperoleh dari orang lain seperti keluarga (suami atau istri), sanak keluarga, tetangga atau masyarakat di sekitar individu berada. Bentuk dukungan sosial yang dibutuhkan meliputi dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, serta dukungan informasi. Dukungan emosi melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai, dan diperhatikan. Jenis dukungan ini meliputi perilaku seperti memberi perhatian, afeksi, dan bersedia mendengarkan keluhan orang lain. Dukungan emosi biasanya diberikan oleh orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan individu seperti keluarga, tetangga, ataupun teman akrab. Dukungan instrumental melibatkan bantuan langsung berupa materi misalnya bantuan finansial atau bantuan dalam menyelesaikan pekerjaan tertentu. Dukungan penghargaan meliputi pengakuan orang lain terhadap kemampuan atau kualitas individu. Bentuknya bisa berupa pujian, hadiah, pernyataan setuju, maupun penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan, penampilan orang lain, atau bersedia menerima segala kekurangan yang dimiliki orang lain. Dukungan informasi memberikan kesempatan bagi individu untuk mendapatkan pengetahuan dari orang lain. Pengetahuan tersebut dapat berbentuk bimbingan, arahan, diskusi masalah, ataupun pengajaran suatu keterampilan. Dengan adanya informasi ini maka individu dapat menyelesaikan masalah serta menambah pengetahuan baru (Sarafino 1996). Tati (2004) menyatakan bahwa sumber dukungan sosial adalah segala sesuatu yang berjalan secara kontinyu dan dimulai dari unit keluarga, kemudian bergerak secara progresif dari individu-individu anggota keluarga, dimana mereka merupakan anggota kelompok yang dianggap penting dalam memberikan dukungan sosial. Secara operasional sumber-sumber dukungan sosial dibagi ke dalam dua golongan, yaitu: a. Sumber dukungan informal, antara lain: 1. Sumber dukungan individu seperti suami/istri, tetangga, saudara, dan teman. Dukungan yang dapat diperoleh antara lain berupa dukungan emosional, kasih sayang, nasehat, material, dan informasi.

24 9 2. Sumber dukungan kelompok yaitu dari kelompok-kelompok sosial seperti kelompok PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), BKB (Bina Keluarga Balita), Karang Taruna, dan sebagainya. b. Sumber dukungan formal, dapat diperoleh dari bidang: 1. Profesional seperti psikiatri, psikolog, pekerja sosial, atau spesialis lainnya. 2. Pusat-pusat pelayanan, antara lain rumah sakit, panti sosial, atau lembaga pelayanan lainnya. Food Coping Strategy Menurut Usfar (2002) tindakan food coping merupakan aktifitas yang dilakukan oleh anggota rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pangan anggotanya. Beberapa tindakan coping yang sama atau memiliki persamaan nilai dikelompokkan dan menjadi coping strategy. Informasi mengenai situasi ketahanan pangan dapat diketahui dari coping strategy yang dilakukan oleh rumah tangga. Food coping strategy adalah suatu respon jangka pendek dan segera terhadap menurunnya akses terhadap pangan (Davies 1993, diacu dalam Usfar 2002). Coping strategy pada masing-masing individu sebaiknya dilihat dan diukur dengan konteks sosial, budaya, dan situasional. Tipe penyebab stres, personal, dan sumberdaya sosial ikut mempengaruhi cara seseorang dalam menyesuaikan diri dengan latar belakang sosial, budaya, sejarah, dan ekonomi yang juga akan mempengaruhi proses coping seseorang. Berdasarkan perspektif psikologi tidak hanya budaya, nilai, dan tindakan yang mempengaruhi proses coping seseorang terhadap proses kognitif mereka, tetapi juga posisi sosial mereka dalam masyarakat. Hal ini akan membedakan pilihan dan cara coping seseorang. Tujuan coping strategy adalah untuk mempertahankan berbagai tujuan rumah tangga termasuk pemenuhan konsumsi pangan, kesehatan, status, dan mata pencaharian. Konsumsi pangan dan kesehatan merupakan tujuan utama dibandingkan status dan mata pencaharian karena kecukupan pangan sangatlah perlu untuk memperoleh kesehatan dan pemenuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh anggota rumah tangga (Adams et al. 1998, diacu dalam Usfar 2002). Akses pangan menunjukkan jaminan bahwa setiap rumah tangga dan individu memiliki sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan

25 10 sesuai norma gizi. Kondisi tersebut dapat dilihat dari kemampuan rumah tangga untuk meningkatkan pendapatan dan produksi pangan. Indikator akses pangan juga meliputi strategi rumah tangga untuk mengatasi kekurangan pangan. Strategi ini dikenal sebagai food coping strategy. Tidak tercukupinya kebutuhan pangan rumah tangga disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang rendah. Setiawan (2004) menyatakan bahwa secara teoritis terdapat dua tipe ketidaktahanan pangan, yaitu kronis dan transitori. Ketidaktahanan pangan kronis adalah ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga untuk memperoleh pangan melalui pembelian di pasar atau melalui produksi sendiri. Kondisi ini berakar pada kemiskinan. Ketidaktahanan pangan transitori adalah penurunan akses terhadap pangan yang dibutuhkan rumah tangga secara temporer. Hal ini ditimbulkan oleh bencana alam sehingga mengakibatkan ketidakstabilan harga pangan, produksi, atau pendapatan. Adi dkk (1999) menyebutkan bahwa rumah tangga yang mengalami gangguan ketahanan pangan melakukan coping strategy untuk memperoleh alat tukar dan meminimalkan risiko demi mengatasi masalah pangannya. Alat tukar dapat bersifat, benda hidup, maupun benda mati. Alat tukar yang bersifat fisik (tenaga) adalah dengan bekerja keluar desa sebagai buruh bangunan, buruh serabutan, tukang becak, dan pedagang asongan. Alat tukar bersifat benda hidup yaitu dengan menjual hewan ternak (ayam, kambing) sedangkan alat tukar berupa benda mati (materi) yaitu dengan menjual atau menggadaikan perhiasan (emas) dan aset rumah tangga. Pemilihan coping strategy tergantung pada faktor endogen dan eksogen rumah tangga. Struktur demografi, status sosial ekonomi, jaringan sosial, dinamika intra rumah tangga, dan krisis coping strategy serta konsekuensinya termasuk ke dalam faktor endogen. Sementara itu kekuatan ekonomi dan politik, iklim, ekonomi, budaya, institusi, dan infrastruktur merupakan faktor eksogen dalam memilih coping strategy (Usfar 2002). Menurut Den Hartog et al. (1995), diacu dalam Kartika (2005) kelangkaan pangan pada tingkat keluarga dipengaruhi oleh jumlah pangan yang langka dan lama waktu kelangkaannya itu sendiri. Waktu ke waktu terjadinya kelangkaan itu sendiri merupakan kelangkaan musiman yang lambat laun bisa berubah menjadi situasi yang lebih parah seperti kelaparan. Oleh sebab itu dibentuklah hirarki coping strategy (Tabel 1). Hirarki ini dipengaruhi oleh alam dan lamanya

26 11 kelangkaan. Kenyataannya hirarki tersebut tidak benar-benar terbagi karena perbedaan antar daerah mungkin saja terjadi. Tabel 1 Hirarki coping strategy Hirarki coping strategy I. Kelaparan musiman Jumlah pangan Kebiasaan makan II. Kelaparan pada kondisi yang lebih kronis Menjual barang Tindakan spesifik Penurunan jumlah - mengurangi jumlah makanan - mengurangi porsi - menambah jumlah air Pengkonsumsian pangan yang tidak biasa dimakan - disebut famine food - mengkonsumsi biji-bijian Menjual kerbau, tanah, perhiasan, meminjam uang (pada wanita) untuk makan Mencari makanan Perpindahan kaum pria untuk mencari pendapatan (temporal) Meminjam makanan dari keluarga lain Migrasi Mengembara untuk mencari makanan dari daerah lain Menyerang Untuk sementara menetap di daerah lain Menitipkan anak-anak pada keluarga lain Upaya keagamaan Berdoa Sumber : den Hartog, van Staveren dan Brouwer (1995), diacu dalam Kartika (2005) Usfar (2002) membagi tindakan coping menjadi 5 kelompok yaitu peningkatan pendapatan, perubahan kebiasaan makan, penambahan akses segera pada pangan, penambahan akses segera untuk membeli pangan, dan langkah drastis. Kelima tindakan tersebut kemudian dinilai ke dalam 3 poin skala, dari usaha yang paling sedikit dalam penyediaan pangan (skala 1) hingga tindakan paling ekstrim (skala 3) yang dapat berdampak negatif terhadap rumah tangga. Tiga skala tersebut antara lain: 1) Skala 1 yaitu peningkatan pendapatan, perubahan kebiasaan makan, penambahan akses segera pada pangan; 2) Skala 2 yaitu penambahan akses segera untuk membeli pangan; 3) Skala 3 yaitu langkah drastis. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga dilakukan pada saat pemilihan tindakan coping strategy untuk mengatasi kekurangan pangan. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dalam memilih dan

27 12 menetapkan alternatif yang tepat untuk suatu tindakan yang diinginkan dan akan mendasari semua fungsi manajemen. Ada tiga tipe pengambilan keputusan dalam rumah tangga berdasarkan keterlibatan anggota rumah tangga dalam mengambil keputusan, antara lain: (1) konsensus yaitu pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama antar anggota keluarga; (2) akomodatif yaitu pengambilan keputusan yang dicirikan oleh adanya orang yang dominan; dan (3) de facto yaitu keputusan yang diambil karena terpaksa. Kategori struktur peranan pasangan hidup dalam pengambilan keputusan menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) dikelompokkan menjadi empat. Kelompok tersebut yaitu; (1) otonom, jika jumlah keputusan yang diambil oleh masing-masing pasangan adalah sama tetapi masing-masing keputusan dibuat secara individual; (2) suami yang dominan; (3) istri yang dominan; dan (4) sinkratis, jika kebanyakan keputusan dibuat bersama oleh suami maupun istri. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan merupakan jumlah pangan baik tunggal maupun beragam yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang untuk tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan adalah memperoleh sejumlah energi dan zat gizi yang diperlukan tubuh. Menurut Riyadi (2004) penilaian konsumsi pangan merupakan cara menilai keadaan atau status gizi masyarakat secara tidak langsung. Konsumsi gizi menunjukkan jumlah zat gizi yang diperoleh dari pangan atau makanan yang dikonsumsi. Konsumsi pangan seseorang yang telah memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan untuk hidup sehat dapat diketahui setelah dilakukan perbandingan antara masing-masing zat gizi yang diperoleh dari pangan yang dikonsumsi dengan jumlah masing-masing kecukupan gizi yang dianjurkan. Harper et al. (1986) menyebutkan bahwa ada 4 faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan seseorang atau sekelompok orang, yaitu produksi pangan untuk keperluan keluarga, pengeluaran uang untuk pangan keluarga, pengetahuan gizi, dan ketersediaan pangan. Informasi tentang konsumsi pangan dapat dilakukan dengan cara survei dan akan menghasilkan data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif (Riyadi 2004). Konsumsi pangan individu, keluarga, maupun golongan tertentu (balita) dapat diketahui dengan melakukan survei konsumsi pangan. Survei secara kualitatif ditujukan untuk mengetahui frekuensi konsumsi menurut jenis pangan yang dikonsumsi dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara

28 13 memperoleh pangan. Konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh pola makan keluarga sebagian besar masyarakat di sekitarnya, ketersediaan pangan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi istri, dan selera sebagian besar anggota keluarga (Suhardjo 1989). Menurut Kusharto dan Sa diyyah (2006) ada beberapa metode yang digunakan dalam penilaian konsumsi pangan baik untuk tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Metode yang dapat digunakan pada survei konsumsi tingkat individu dapat menggunakan metode penimbangan (weighed method), metode mengingat-ingat (recall method), riwayat makan (dietary history), frekuensi pangan (food frequency), dan metode kombinasi. Survei konsumsi pangan di tingkat rumah tangga adalah metode inventaris (inventory method), metode pendaftaran (food list-recall method), metode frekuensi pangan (food frequency method), food account method dan food record method. Pemilihan metode yang tepat dapat didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu tujuan survei, ketelitian yang diinginkan, ketersediaan dana dan waktu, serta tingkat kemahiran tenaga pengumpul data (enumerator). Suatu metode dapat dikombinasikan dengan metode yang lain atau dilakukan sedikit modifikasi terhadap suatu metode, disesuaikan dengan karakteristik masyarakat yang akan diteliti (Kusharto & Sa diyyah 2006). Metode Frekuensi Pangan Metode frekuensi pangan digunakan untuk memperoleh data konsumsi pangan secara kualitatif dan informasi secara deskriptif mengenai pola konsumsi. Metode ini pada umumnya bukan suatu cara untuk memperoleh data kuantitatif pangan maupun intake konsumsi zat gizi (Gibson 1993, diacu dalam Widiyanti 2007). Namun menurut Haraldsdotter dan van Stavaren (1988) diacu dalam Widiyanti (2007) metode frekuensi pangan dapat digunakan untuk menilai konsumsi pangan secara kuantitatif tergantung pada tujuan studi, apakah hanya ingin menggali frekuensi penggunaan pangan saja atau sekaligus pula untuk menggali konsumsi zat gizinya. Metode frekuensi pangan dapat digunakan untuk menilai frekuensi penggunaan pangan atau kelompok pangan tertentu seperti sumber lemak, protein, vitamin, dan sebagainya selama kurun waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, tahunan) sekaligus mengestimasi konsumsi zat gizi. Metode ini merupakan salah satu metode yang biasanya digunakan untuk mengukur

29 14 konsumsi pangan suatu keluarga. Keuntungan menggunakan metode frekuensi pangan adalah lebih cepat mengumpulkan data, relatif lebih murah, dapat mengetahui pangan yang biasa dikonsumsi keluarga, dapat dilakukan oleh enumerator yang tidak ahli, dan hasilnya dapat distandardisasi secara umum (Howarth 1990, diacu dalam Widiyanti 2007). Food Frequency Questionnaire (FFQ) FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi konsumsi makanan dan minuman responden. Frekuensi konsumsi makanan dilihat dalam satu hari atau minggu atau bulan atau tahun. Kuesioner terdiri dari list jenis makanan dan minuman (Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2007). FFQ memiliki dua komponen utama, yakni daftar pangan serta frekuensi penggunaan pangan. Menurut Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2007), kelebihan FFQ adalah relatif murah, dapat digunakan untuk melihat hubungan antara diet dan penyakit, dan lebih representatif. Sedangkan keterbatasannya yaitu adanya kemungkinan tidak menggambarkan porsi yang dipilih oleh responden, tergantung pada kemampuan responden untuk mendiskripsikan dietnya. Beberapa jenis FFQ adalah sebagai berikut : 1. Simple or nonquantitative FFQ, tidak memberikan pilihan tentang porsi yang biasa dikonsumsi, sehingga menggunakan standar porsi. 2. Semi quntitative FFQ, memberikan porsi yang dikonsumsi, misalnya sepotong roti, secangkir kopi. 3. Quntitative FFQ, memberikan pilihan porsi yang biasa dikonsumsi responden, seperti kecil, sedang, atau besar. Tingkat Kesejahteraan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengklasifikasikan status kesejahteraan keluarga, terutama untuk menentukan kelompok sasaran yang dipergunakan dalam beberapa program untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. BKKBN (1997) mengidentifikasikan keluarga sejahtera berdasarkan indikator ekonomi dan non ekonomi. Indikator tersebut mencakup pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, agama, keluarga berencana, interaksi sosial, transportasi, tabungan, informasi, dan peran sosial. Kategori keluarga sejahtera menurut BKKBN ada 5, yaitu: (1)

30 15 Keluarga Pra Sejahtera/Pra KS; (2) Keluarga Sejahtera I/KS I; (3) KS II; (4) KS III; dan (5) KS III+. Keluarga Pra KS dan KS I dikategorikan sebagai keluarga miskin. Berdasarkan definisi BKKBN (1997) masing-masing tahapan keluarga sejahtera adalah sebagai berikut: 1. Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau keluarga yang belum memenuhi salah satu atau lebih indikator Keluarga Sejahtera I. Indikator tersebut yaitu: a. Anggota keluarga menjalankan ibadah sesuai agamanya b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah, dan bepergian d. Bagian yang terluas dari rumah bukan dari tanah e. Bila anak sakit dibawa ke sarana/ petugas kesehatan atau pengobatan modern 2. Keluarga Sejahtera I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara maksimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. 3. Keluarga Sejahtera II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan pengembangannya seperti menabung dan memperoleh informasi. 4. Keluarga Sejahtera III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangannya, tetapi belum mampu memberikan sumbangan dalam bentuk materil untuk kepentingan sosial serta berperan aktif sebagai pengurus lembaga kemasyarakatan. 5. Keluarga Sejahtera III Plus adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, pengembangan, serta sudah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI DAN POLA PENYEDIAAN PANGAN KELUARGA NELAYAN DI DESA GROGOL, KECAMATAN GUNUNG JATI, KABUPATEN CIREBON. Oleh: Ahmad Wahyudin

ANALISIS KONSUMSI DAN POLA PENYEDIAAN PANGAN KELUARGA NELAYAN DI DESA GROGOL, KECAMATAN GUNUNG JATI, KABUPATEN CIREBON. Oleh: Ahmad Wahyudin ANALISIS KONSUMSI DAN POLA PENYEDIAAN PANGAN KELUARGA NELAYAN DI DESA GROGOL, KECAMATAN GUNUNG JATI, KABUPATEN CIREBON Oleh: Ahmad Wahyudin PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN PADA KELUARGA NELAYAN DEWI MEITASARI A

ANALISIS DETERMINAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN PADA KELUARGA NELAYAN DEWI MEITASARI A ANALISIS DETERMINAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN PADA KELUARGA NELAYAN DEWI MEITASARI A54104035 PROGAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita 16 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik sebuah rumah tangga akan mempengaruhi strategi dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Karakteristik rumah tangga itu antara lain besar rumah tangga, usia kepala rumah tangga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan 4 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Menurut UU RI No 7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

Lebih terperinci

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka 21 KERANGKA PEMIKIRAN Ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik rumahtangga (meliputi ukuran rumahtangga, pendidikan kepala dan ibu rumahtangga, dan

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN PADA KELUARGA NELAYAN DEWI MEITASARI A

ANALISIS DETERMINAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN PADA KELUARGA NELAYAN DEWI MEITASARI A ANALISIS DETERMINAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN PADA KELUARGA NELAYAN DEWI MEITASARI A54104035 PROGAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari tersedianya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR RENA NINGSIH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KERAGAAN KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PETANI DESA KOLELET WETAN KECAMATAN RANGKASBITUNG-BANTEN. Oleh: ASTRI PERMATASARI A

KERAGAAN KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PETANI DESA KOLELET WETAN KECAMATAN RANGKASBITUNG-BANTEN. Oleh: ASTRI PERMATASARI A A/&M'f '2Ooq 0% KERAGAAN KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PETANI DESA KOLELET WETAN KECAMATAN RANGKASBITUNG-BANTEN Oleh: ASTRI PERMATASARI A05496034 DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT DAN SUi\1BERDAYA

Lebih terperinci

STATUS GIZI DAN RIWAYAT KESEHATAN SEBAGAI DETERMINAN HIPERURISEMIA (Studi Kasus di PT. Chevron Pacific Indonesia, Distrik Duri, Riau) ALFINDA BUDIANTI

STATUS GIZI DAN RIWAYAT KESEHATAN SEBAGAI DETERMINAN HIPERURISEMIA (Studi Kasus di PT. Chevron Pacific Indonesia, Distrik Duri, Riau) ALFINDA BUDIANTI STATUS GIZI DAN RIWAYAT KESEHATAN SEBAGAI DETERMINAN HIPERURISEMIA (Studi Kasus di PT. Chevron Pacific Indonesia, Distrik Duri, Riau) ALFINDA BUDIANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR Yulia Rimawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR 63 PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA WANDINI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ANALISIS POLA KONSUMSI

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN NGANJUK BERDASARKAN ANGKA KECUKUPAN ENERGI DAN POLA PANGAN HARAPAN WILAYAH MUHAMMAD DIKFA NURHADI PURADISASTRA

ANALISIS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN NGANJUK BERDASARKAN ANGKA KECUKUPAN ENERGI DAN POLA PANGAN HARAPAN WILAYAH MUHAMMAD DIKFA NURHADI PURADISASTRA ANALISIS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN NGANJUK BERDASARKAN ANGKA KECUKUPAN ENERGI DAN POLA PANGAN HARAPAN WILAYAH MUHAMMAD DIKFA NURHADI PURADISASTRA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN KONSUMSI PANGAN ANAK BATITA BAGI KELUARGA MISKIN

STUDI PERENCANAAN KONSUMSI PANGAN ANAK BATITA BAGI KELUARGA MISKIN STUDI PERENCANAAN KONSUMSI PANGAN ANAK BATITA BAGI KELUARGA MISKIN Oleh KIKI RISKI AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 RINGKASAN

Lebih terperinci

LEONARD DHARMAWAN A

LEONARD DHARMAWAN A ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA (Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga KERANGKA PEMIKIRAN Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan

Lebih terperinci

POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA.

POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA. POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA Djuwita Andini PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Keuangan Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Keuangan Keluarga 5 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Keuangan Keluarga Manajemen merupakan salah satu turunan ilmu ekonomi. Walaupun manajemen tidak membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan menjadi

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS YUZA ANZOLA

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS YUZA ANZOLA ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS YUZA ANZOLA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG CURAH YANG DIFORTIFIKASI VITAMIN A HANDARU TRIMULYONO

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG CURAH YANG DIFORTIFIKASI VITAMIN A HANDARU TRIMULYONO PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG CURAH YANG DIFORTIFIKASI VITAMIN A HANDARU TRIMULYONO PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan hidupnya, manusia memerlukan makanan karena makanan merupakan sumber gizi dalam bentuk kalori,

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

SURVEI KONSUMSI PANGAN

SURVEI KONSUMSI PANGAN SURVEI KONSUMSI PANGAN Disusun oleh Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA Ir. Retnaningsih, MSi Departemen IKK-FEMA IPB 2016 Informasi yang diperoleh Apa yang dikonsumsi Frekuensi konsumsi Jumlah yang dikonsumsi

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR ANISA ROSYIDA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

Goreng Ny. Suharti adalah fast food waralaba tradisional yang dikonsumsi dengan frekuensi konsumsi 5 2 kali dalam sebulan (80,3%).

Goreng Ny. Suharti adalah fast food waralaba tradisional yang dikonsumsi dengan frekuensi konsumsi 5 2 kali dalam sebulan (80,3%). Ringkasan FlTRlA HAYATI. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Fast Food Waralaba Modern dan Tradisional pada Remaja Siswa SMU Negeri di Jakarta Selatan. (Dibimbing oleh HARDINSYAH dan YEKTl HARTATI

Lebih terperinci

KONSEP DIRI ANAK JALANAN

KONSEP DIRI ANAK JALANAN KONSEP DIRI ANAK JALANAN (Kasus: Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) YUNDA PRAMUCHTIA A14204050 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Rumah Tangga

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Rumah Tangga 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Rumah Tangga Besar Rumah Tangga Menurut BKKBN (1998), besar rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH RINGKASAN Suprapti Supardi dan Aulia Qonita Penelitian

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Jasinga) Oleh : Cecep Cahliana A14304043 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Propinsi Banten terdiri dari tujuh Kabupaten/Kota yang diantaranya Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Cilegon, dan Kota Serang.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi. Oleh: Nabiela Rizki Alifa I

Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi. Oleh: Nabiela Rizki Alifa I Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi Oleh: Nabiela Rizki Alifa I34110099 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahulu digilib.uns.ac.id 11 II. LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah tentang pendapatan dan perpindahan angkatan kerja pedesaan bekerja di sektor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller) PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller) NUR RACHMAN A44104056 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan:

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan: 23 KERANGKA PEMIKIRAN Menurut Suhardjo (1989), latar belakang sosial budaya mempengaruhi pemilihan jenis pangan melalui dua cara yaitu informasi mengenai gizi dan preferensi berdasarkan konteks dua karakteristik

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR

KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR Oleh : PUTRA FAJAR PRATAMA A14304081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG Oleh: RINA MULYANI A14301039 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT Oleh Nia Kurniawati Hidayat A14304086 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN (Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ABDUL MUGNI A14202017 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan) Oleh: MUTIARA PERTIWI A14304025 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN (Studi Kasus: Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah) Oleh: SITI NURUL QORIAH A14204066 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi perikanan laut Indonesia yang tersebar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK SUSU UNTUK ANAK USIA 2 5 TAHUN DI KOTA BOGOR FARIDAH HANDAYASARI

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK SUSU UNTUK ANAK USIA 2 5 TAHUN DI KOTA BOGOR FARIDAH HANDAYASARI HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK SUSU UNTUK ANAK USIA 2 5 TAHUN DI KOTA BOGOR FARIDAH HANDAYASARI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

DAN. Oleh H DEPARTEMEN MEN

DAN. Oleh H DEPARTEMEN MEN DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PRODUKSI LISTRIK DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Oleh SIGIT YUSDIYANTO H14104079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEM

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA REMAJA PUTRI PESERTA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI (PPAGB) DI KOTA BEKASI ERMITA ARUMSARI

FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA REMAJA PUTRI PESERTA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI (PPAGB) DI KOTA BEKASI ERMITA ARUMSARI FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA REMAJA PUTRI PESERTA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI (PPAGB) DI KOTA BEKASI ERMITA ARUMSARI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2006, tingkat kemiskinan di Indonesia masih mencapai 17,8 persen yang berarti sekitar 40 juta jiwa masih berada di bawah garis kemiskinan. Salah satu akibat

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, yang memiliki berbagai latar belakang dan penyebab. Bahkan, di beberapa negara menunjukkan

Lebih terperinci

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes Menentukan asupan makanan dan zat gizi (termasuk kontaminan) Merencanaan dan mengevaluasi kebijakan kesehatan dan pertanian Mempelajari hubungan asupan-penyakit (epidemiologi)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT) 22 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Cross Sectional Study. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota (1 kelurahan)

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan)

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan) EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan) Oleh BUDI LENORA A14304055 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95 Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95 TELAAH KETAHANAN PANGAN DAN KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia tersebut merupakan periode emas seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama fungsi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

: IZZA AMALIA MULYAWATI

: IZZA AMALIA MULYAWATI PENGARUH UMUR, PENDIDIKAN, PENGALAMAN, DAN JUMLAH TERNAK PETERNAK KAMBING TERHADAP PERILAKU SAPTA USAHA BETERNAK KAMBING DI DESA WONOSARI KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Oleh : IZZA AMALIA MULYAWATI

Lebih terperinci