BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk."

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk Perhitungan Kewajiban Pencadangan Biaya Pesangon Perhitungan Kewajiban Pencadangan Pesangon Menurut Aktuaris Perhitungan imbalan kerja oleh aktuaris dilakukan berdasarkan ketentuan dalam PSAK 24 (revisi 2004) tentang Imbalan Kerja. Aktuaris yang melakukan perhitungan imbalan kerja PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Adalah PT Sienco Aktuarindo Utama. Valuasi aktuaria dilakukan dengan menggunakan data karyawan aktif per 31 Desember 2008, data karyawan yang berhenti bekerja selama periode 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2008, serta menggunakan berbagai asumsi dan prinsip aktuaria yang wajar dan layak digunakan di Indonesia dan telah disepakati oleh kedua belah pihak. Imbalan kerja yang ada di perusahaan yang menjadi dasar valuasi oleh aktuaris adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Imbalan Pasca Kerja menurut Peraturan Perusahaan No. Sebab PHK Imbalan Pasca Kerja 1 Pensiun Faktor Penghargaan x Masa Kerja x Upah Dasar 2 Pekerja meninggal dunia 2,5 x Masa Kerja x Upah Dasar 3 Cacat atau sakit yang menyebabkan 2,5 x Masa Kerja x Upah Dasar tidak dapat bekerja 4 Mengundurkan diri atas permintaan 0,35 x Masa Kerja x Upah Dasar sendiri Sumber : Peraturan Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Data yang diproses berdasarkan data karyawan aktif sebanyak orang dan karyawan berhenti bekerja selama tahun 2008 sebanyak 43 orang. Pergerakan data karyawan per 31 desember 2008 dibandingkan dengan data per 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut : Data per 31 Desember Orang + Karyawan Baru 42 Orang - Karyawan Keluar (43) Orang = Data per 31 Desember Orang 38

2 39 Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan aktuaris adalah : 1. Asumsi Ekonomis yang terdiri dari : a. Tingkat Diskonto Tingkat diskonto yang digunakan adalah 12% per tahun. Asumsi tersebut ditetapkan berdasarkan tingkat bunga (yield) obligasi pemerintah dengan jatuh tempo sesuai perkiraan sisa masa kerja rata-rata pekerja yang diperoleh dari Tabel Indonesia Goverment Securities Yield Curve (IGSYC) tanggal 31 Desember 2008 yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. b. Tingkat Kenaikan Upah Rata-rata kenikan upah PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., selama 2 tahun terakhir adalah sebesar 25,29% per tahun. Asumsi kenaikan upah 10% per tahun merupakan hasil diskusi dengan manajemen PT. Perusahaan Gas negara (Persero) Tbk., tentang proyeksi kenaikan upah rata-rata selama sisa masa kerja rata-rata pekerja yang diharapkan 2. Asumsi Demografis, yang terdiri dari : a. Tingkat kematian : Mengacu kepada Tabel mortalita dari The Commissioners 1980 Standard Ordinary Mortality (CSO 80) dimana tabel tersebut memiliki angka pengharapan hidup (Life Expectancy) untuk usia 0 tahun adalah 69,50 tahun, sehingga tabel tersebut masih sesuai dengan kondisi demografi di Indonesia. b. Tingkat cacat Tingkat cacat ditentukan sebesar 1% dari tingkat kematian dari usia 20 tahun hingga usia 54 tahun c. Tingkat pengunduran diri atas permintaan sendiri Asumsi tingkat pengunduran diri selama 2 tahun terakhir rata-rata adalah sebesar 1,81% dari umlah pekerja aktif. Tingkat pengunduran diri cenderung menurun seiring bertambahnya usia pekerja Berdasarkan PSAK 24 (revisi 2004) beban imbalan kerja berdasarkan undangundangan ketenagakerjaan ditentukan dengan metode penilaian aktuaris projected unit credit yang menganggap setiap periode jasa akan menghasilkan satu unit

3 40 tambahan imbalan. Perhitungan dilakukan dengan membagi secara prorata imbalan yang diakru sesuai tahun jasa. Ilustrasi perhitungan dengan metode projected unit credit adalah sebagai berikut : Contoh Pensiun Usia 2008 Usia Masuk Kerja Masa Kerja s.d 2008 Total masa kerja Masa Kerja yad tahun tahun tahun 4.00 tahun tahun tahun Asumsi : Salary increase 10.00% Discount rate 12.00% Disability rate 1.00% Gaji saat Pensiun = Gaji Tahun 2008 x (1+10%) (56-35) = 2,698,500 x (1.1) 21 = 2,698,500 x 7.40 = 19,969, TAMB = Upah Dasar x Masa Kerja x Faktor Penghargaan = 19,969, x 25 x 2,5 = 1,248,098, Satuan Unit Manfaat (SUM) = TAMB / Masa Kerja = 1,248,098, / 25 49,923, Biaya Jasa Kini = SUM x Present Value x Probability 49,923, x x ,361, Saldo Awal Kewajiban = Biaya Jasa Kini x (34-31) = 3,361, x 3 = 10,084,708.65

4 41 Biaya Bunga = 12% x ( , ,65) = 1,613, Perhitungan aktuaris dengan metode Projected Unit Credit dan penggunaan asumsi-asumsi tersebut diatas menimbulkan kewajiban imbalan pasca kerja yang harus diakui dalam laba rugi perusahaan. Perhitungan imbalan kerja untuk periode PT. Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk. adalah seperti terlihat dalam tabel berikut ini : Tabel.4.2 Biaya Imbalan Kerja Menurut Aktuaris Keterangan 31 Desember Desember 2007 Biaya Jasa Kini 20,966,691, ,249,389, Biaya Bunga 23,334,531, ,342,408, Hasil yang diharapkan dari Aktiva Program - - Amortisasi Biaya Jasa Lalu Vested 5,771,781, Amortisasi Biaya Jasa Lalu Non Vested 23,899,409, ,898,522, Keuntungan/(Kerugian) Aktuaria yang diakui 1,484,028, Efek Kurtailment dan Penyelesaian Program - - Beban Imbalan Kerja dalam laporan Laba Rugi 75,456,443, ,490,320, Sumber :Laporan Aktuaris No. 013/LA-IK/SAU/ Valuasi Imbalan Kerja PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. per 31 Desember 2008 Untuk mencatat kewajiban tersebut, Beban tahun berjalan tersebut akan dikurangi dengan pembayaran manfaat dan ditambahkan dengan kewajiban lainnya sehingga nilai yang harus muncul dalam neraca menurut hitungan aktuaris adalah seperti terlihat dalam tabel berikut ini : Tabel.4.3 Total Kewajiban Imbalan Kerja Menurut Aktuaris Keterangan 31 Desember Desember 2007 Kewajiban yang diakui awal periode 111,001,566, ,450,289, Biaya (Perndapatan) periode berjalan 75,456,443, ,490,320, Pembayaran Manfaat (20,175,366,481.00) (13,939,043,335.00) Kewajiban yang diakui akhir periode 166,282,643, ,001,566, Kewajiban lainnya akhir periode 15,584,068, ,524,464, Total Kewajiban yang diakui akhir periode 181,866,712, ,526,031, Sumber :Laporan Aktuaris No. 013/LA-IK/SAU/ Valuasi Imbalan Kerja PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. per 31 Desember 2008

5 Perhitungan Kewajiban Pencadangan Pesangon Menurut Akuntansi Imbalan pasca kerja yang tidak didanai melalui Dana Pensiun ataupun asuransi, dibukukan oleh perusahaan dengan membebankan beban imbalan kerja (employee benefit) dan mengakui kewajiban imbalan kerja (employee benefit obligations). Pencatatan akuntansi perusahaan atas imbalan pasca kerja tanpa pendanaan (Unfunded) dicatat dalam akun Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB). Menurut Pedoman Akuntansi perusahaan Tunjangan akhir masa bakti (TAMB) merupakan pengeluaran perusahaan berupa pemberian uang kepada pekerja yang pensiun yang besarannya berdasarkan masa kerja yang bersangkutan. Selain itu perusahaan mengenal pula istilah pesangon yang merupakan pengeluaran perusahaan berupa pemberian uang kepada pekerja yang berstatus PKWTT dan PKWT, yang diputus hubungan kerjanya oleh perusahaan yang besarannya berdasarkan masa kerja yang bersangkutan. Perusahaan membedakan pencatatan pesangon untuk pekerja yang berstatus pekerja tetap dengan yang tidak tetap (PKWTT dan PKWT). PKWTT adalah Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu sedangkan PKWT adalah Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Menurut peraturan ketenagakerjaan, jenis perjanjian kerja terdiri dari dua jenis yaitu PKWT dan PKWTT. Pekerja Tetap sebenarnya termasuk ke dalam kelompok PKWTT mengingat masa kerja tidak ditentukan dan hanya akan berakhir pada saat pekerja tersebut memasuki masa pensiun atau sebab-sebab lainnya sedangkan PKWT masa perjanjian kerja ditentukan dalam kontrak kerja untuk jangka waktu yang telah ditetapkan misalnya setahun. Pada saat penyusunan pedoman akuntansi istilah tenaga kerja yang dipergunakan masih menganggap pekerja tetap ke dalam kelompok tersendiri yang terpisah dari PKWTT sehingga pengertian Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) menggunakan istilah pekerja karena diperuntukkan bagi pekerja tetap sedangkan Pesangon menggunakan istilah PKWTT dan PKWT karena diperuntukkan bagi pekerja tidak tetap. Sekarang ini perusahaan mulai mengubah persepsi untuk penggunaan istilah tersebut karena menurut Undang-undang ketenagakerjaan hanya dikenal istilah PKWTT dan PKWT dimana pekerja tetap termasuk ke dalam

6 43 kelompok PKWTT karena jangka waktu perjanjian kerja tidak ditentukan. Pengertian pesangon dalam perusahaan berbeda dengan pengertian Pesangon menurut UU No. 13 tentang ketenagakerjaan. Untuk pembahasan selanjutnya istilah pesangon yang dimaksud adalah pesangon menurut UU tenaga kerja yang diistilahkan oleh perusahaan sebagai Penghargaan Purna Bakti (PPB) dan dicatat dalam laporan keuangan sebagai Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB). Perhitungan kewajiban imbalan kerja sesuai pedoman akuntansi yang berlaku di perusahaan, ditentukan bahwa Biaya jasa kini diakui sebagai beban pada periode berjalan. Biaya jasa lalu dan dampak perubahan asumsi bagi peserta pensiun yang masih aktif diamortisasi selama estimasi sisa masa kerja rata-rata pekerja sebagaimana ditentukan oleh aktuaris. Menurut PSAK 24, beban jasa masa lalu yang berkaitan dengan manfaat pensiun bagi para pensiunan harus langsung dibebankan ke biaya pada saat terjadinya. Pembebanan imbalan pasca kerja sesuai PSAK 24 (revisi 2004) dilakukan setiap tahun dengan jurnal sebagai berikut : Biaya Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) XXX Biaya Yang Masih Harus Dibayar XXX Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) tersebut merupakan salah satu elemen beban pekerja dengan kode elemen biaya 116 yang akan muncul dalam laporan laba rugi perusahaan sedangkan Akun Biaya yang Masih Harus Dibayar memiliki kode akun yang akan termasuk ke dalam neraca di kelompok hutang. Penambahan biaya dalam akun biaya TAMB tentunya akan mengurangi laba atau menambah rugi dalam laporan keuangan komersial. Adapun elemen-elemen Biaya Pekerja di PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah sebagai berikut :

7 44 Tabel. 4.4 Beban Pekerja dalam Laporan Keuangan Perusahaan KODE AKUN URAIAN AKUN 100 BEBAN PEKERJA 101 Upah Pokok 102 Upah 103 Lembur 104 PPh pasal 21 Beban Perusahaan 105 Jamsostek 106 Bonus 107 Tunjangan Jabatan 108 Tunjangan Umum 109 Tunjangan Cuti 110 Tunjangan Keagamaan 111 Bantuan Transport 112 Dana Pensiun Lembaga Keuangan 113 Tunjangan Insentif Prestasi 114 Perawatan Kesehatan 115 Tunjangan Kesetiaan Kerja 116 Tunjangan Akhir Masa Bakti 117 Ganti Rugi (Vergoeding) Rumah Dinas/Jabatan 118 Gaji Direksi dan Komisaris 119 Honorarium Komite Audit 120 Pesangon 121 Santunan Purna Jabatan Direksi 122 Tunjangan Purna Jabatan Komisaris 123 Tunjangan Kesukaran Sumber : Pedoman Akuntansi PT. Perusahaan Gas Negara Persero Tbk. Dalam tabel di atas terlihat bahwa Beban Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) Pekerja menjadi salah satu komponen dalam biaya pekerja yang akan mempengaruhi besarnya biaya operasi. Pada akhirnya beban operasi akan mempengaruhi laba rugi perusahaan pada tahun berjalan. Biaya TAMB pada tahun 2008 adalah sebesar Rp yang sudah mencakup pencadangan biaya menurut perhitungan aktuaris maupun realisasi biaya yang terjadi pada tahun berjalan.

8 45 Menurut Manager akuntansi perusahaan, pembebanan dilakukan untuk setiap tahun dengan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh aktuaris. Bagian akuntansi sendiri tidak mengetahui secara pasti mengenai tata cara perhitungan yang dilakukan aktuaris akan tetapi mereka menganggap jumlah tersebut benar dan dapat dijadikan sebagai dasar pencatatan mengingat aktuaris adalah lembaga yang independent dan profesional dalam melakukan penilaian (Wawancara, tanggal 30 Mei 2009). Nilai yang dicatat adalah sebesar selisih antara angka beban imbalan kerja tahun berjalan dengan pembayaran manfaat menurut perhitungan aktuaris....jumlah yang menjadi beban tahun berjalan sesuai hitungan aktuaris diselisihkan dengan jumlah pembayaran manfaat dan dicatat dalam elemen biaya Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB). Jurnalnya TAMB pada Biaya yang masih harus dibayar (Wawancara dengan Staf Akuntansi, tanggal 11 Mei 2009) Perhitungan jumlah biaya yang dilakukan aktuaris akan mempengaruhi jumlah laba atau rugi perusahaan karena perbedaan asumsi-asumsi yang dipakai oleh aktuaris akan mempengaruhi perhitungan. Perhatian yang kurang terhadap asumsi yang digunakan maupun hasil perhitungan aktuaris akan mempengaruhi kondisi laba rugi perusahaan. Bagian akuntansi perusahaan menggunakan data perhitungan aktuaris tersebut untuk melakukan penjurnalan. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut : Biaya Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) Rp ,00 Biaya yang Masih Harus Dibayar Rp ,00 Nilai tersebut diperoleh dari beban imbalan kerja periode berjalan sebesar Rp ,00 ditambahkan dengan penambahan kewajiban lainnnya pada akhir periode sebesar Rp ,00 (RP ,00 Rp ,00) dikurangi dengan pembayaran manfaat dalam tahun berjalan sebesar Rp ,00. Penambahan imbalan kerja bersih yang terjadi pada tahun 2008 sesuai dengan perhitungan aktuaris yaitu Rp ,00 dikurangi dengan kewajiban tahun lalu sebesar Rp ,00. Dengan kata lain nilai yang dicatat oleh bagian akuntansi adalah jumlah net imbalan kerja.

9 46 Pencatatan yang dilakukan oleh bagian akuntansi tersebut masih bersifat pencadangan dan belum terjadi realisasi. Hal tersebut sesuai dengan prinsip konservatisme yang dianut oleh ketentuan standar akuntansi keuangan sehingga biaya atau hutang yang timbul harus diakui dan dicatat dalam laporan keuangan karena informasi tentang kemungkinan terjadinya dan besarnya kerugian dapat diketahui. Secara umum langkah-langkah yang dilakukan oleh staf akuntansi dalam membuat penjurnalan adalah sebagai berikut : 1. Meminta nilai perhitungan Imbalan Kerja sesuai dengan PSAK 24 (revisi 2004) yang telah dihitung oleh aktuaris 2. Mengidentifikasi total Biaya Jasa Kini, Biaya Bunga, Amortisasi Biaya Jasa Lalu dan Amortisasi (Keuntungan)/Kerugian Aktuarial yang akan dikurangi dengan Pembayaran Manfaat menurut perhitungan Aktuaria untuk kemudian dijurnal dalam akun Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) sebagai accrued kewajiban perusahaan yang telah muncul 3. Pada saat pembayaran imbalan kerja terealisasi bagian Sumber Daya Manusia perusahaan akan menghitungan besaran TAMB yang akan dibayarkan sesuai dengan peraturan perusahaan yang berlaku dan akan dijurnal dalam akun TAMB atau pesangon Perhitungan kewajiban Pencadangan Pesangon Menurut Pajak Pada saat pencadangan imbalan kerja, bagian akuntansi perusahaan akan mencatat sesuai dengan nilai yang telah dihitung oleh aktuaris yang ditunjuk perusahaan. Menurut ketentuan perpajakan, pencadangan biaya tidak diperkenankan karena baru merupakan perkiraan. Menurut Prianto hal tersebut dianggap wajar karena adanya perbedaan tujuan dan fungsi yang berbeda : Ketentuan pajak dan akuntansi memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda sehingga wajar jika ada perbedaan perlakuan. Ketentuan pajak tidak mengakui adanya accrued biaya sebelum ada pembayaran sehingga harus dilakukan koreksi dalam perhitungan PPh badan perusahaan. (Wawancara dengan Prianto Budi, tanggal 3 Juni 2009)

10 47 Selain itu Adang Hendrawan lebih menekankan kepada perbedaan prinsip yang dianut dimana pajak lebih menekankan pada fungsi budgeter sementara akuntansi menganut prinsip konservatisme dan menyepadankan antara pendapatan dan biaya. Hal tersebut wajar terjadi mengingat akuntansi dan pajak memiliki prinsip yang berbeda. Ketentuan akuntansi menghendaki laba dalam laporan keuangan diukur dengan kesepadanan antara revenue dengan biaya atau matching cost against revenue. Pajak memiliki tujuan budgeter yaitu bagaimana supaya laba kena pajak bisa terlindungi. Oleh karena itu ketentuan mengenai biaya yang boleh maupun yang tidak boleh diatur oleh UU....prinsip akuntansi yang menganut konservatisme menyebabkan suatu biaya akan disegerakan meskipun belum terjadi sedangkan pajak menganut prinsip realisasi sehingga yang menjadi biaya adalah sesuai dengan seberapa besar biaya yang dikeluarkan. (Wawancara dengan Adang Hendrawan, 12 Juni 2009) Terkait dengan pencadangan, terdapat perusahaan-perusahaan tertentu yang diperbolehkan untuk membiayakan pencadangan tersebut meskipun belum terealisasi. Hal tersebut menurut wahyu dari KPP BUMN dikarenakan karakteristik perusahaan yang berbeda. Pencadangan memang hanya boleh sebagai deductible expense untuk perusahaan tertentu seperti Perbankan. Hal ini sepertinya terdengar diskriminatif. Mengapa ada perlakuan yang berbeda. Mungkin filosofinya begini, Perusahaan Perbankan itu mengelola dana masyarakat dengan menginvestasikannya ke Instrumen2 Investasi yang semuanya memiliki risiko sehingga Pemerintah mungkin merasa memberikan perlakuan agak sedikit berbeda dengan membolehkan pencadangan yang dilakukan oleh Perbankan sebagai deductible expense. Selain itu besarnya cadangan juga diatur, tidak semuanya diperbolehkan (Wawancara dengan Wahyu, tanggal 12 Juni 2009)

11 48 Perbedaan perlakuan antara ketentuan akuntansi dan pajak tersebut menyebabkan staf pajak harus melakukan penyesuaian terhadap biaya pesangon pegawai tetap yang dicatat dalam akun Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) pada saat membuat perhitungan pajak penghasilan (PPh) badan perusahaan. Biaya imbalan kerja yang dicatat oleh bagian akuntansi masih merupakan pencadangan sehingga harus dikoreksi positif karena memenuhi ketentuan pasal 9 UU Pajak Penghasilan yang menyebutkan bahwa pencadangan bukan merupakan biaya yang diperbolehkan. Biaya yang telah teralisasi karena pegawai telah pensiun bisa dikurangkan sebagai biaya pada saat perhitungan PPh Badan akan tetapi jumlah tersebut harus direkonsiliasi dengan penghasilan yang diterima oleh pegawai yang akan dipotong PPh Pasal 21. Bagian Pajak perusahaan membuat koreksi fiskal dengan cara sebagai berikut : Semua angka didapat dari perhitungan aktuaris. Dalam perhitungan itu ada biaya jasa kini yang diaccrued oleh bagian akuntansi. Karena angka itu belum teralisasi maka secara pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Angka yang diaccrued tersebut yang kita koreksi positif. Aktuaris juga menghitung berapa besarnya realisasi pembayaran pesangon pada tahun berjalan. Angka itu yang kita jadikan dasar sebagai koreksi negatif. (Wawancara dengan staf Pajak PT PGN (Persero) Tbk., 5 Mei 2009) Dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh staf pajak dalam melakukan koreksi fiskal adalah sebagai berikut : 1. Meminta nilai perhitungan Imbalan Kerja sesuai dengan PSAK 24 (revisi 2004) yang telah dihitung oleh aktuaris 2. Mengidentifikasi total Biaya Jasa Kini, Biaya Bunga, Amortisasi Biaya Jasa Lalu dan Amortisasi (Keuntungan)/Kerugian Aktuarial yang telah di-accrued oleh bagian akuntansi dan harus dikoreksi positif dalam perhitungan PPh Badan 3. Mengidentifikasi perhitungan Pembayaran Manfaat menurut perhitungan Aktuaria yang akan menjadi koreksi negatif dalam perhitungan PPh Badan Jumlah Total koreksi positif dan negatif atas biaya TAMB pada tahun 2007 dan 2008 adalah sebagai berikut :

12 49 Tabel 4.5 Koreksi Positif dan Negatif atas Imbalan Kerja Koreksi Positif 55,484,780, ,161,681, Negatif 13,939,043, ,526,031, Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. diolah oleh penulis Pada tahun 2007 koreksi positif berasal dari perhitungan aktuaris sebesar Rp (Lihat tabel 4.2) dan koreksi negatif berasal dari perhitungan pembayaran manfaat. Selisih sebesar Rp. 1,994,460,162 pada koreksi positif dibandingkan dengan perhitungan aktuaris sebesar Rp adalah nilai accrued pesangon direksi yang akan dibayarkan pada tahun Pada tahun 2008 terdapat perbedaan cara perhitungan koreksi dimana pada tahun tersebut total koreksi positif dan negatif tidak sama dengan hasil perhitungan aktuaris yaitu sebesar Rp ,00 ditambahkan dengan penambahan kewajiban lainnnya pada akhir periode sebesar Rp ,00 (RP ,00 Rp ,00) yang seharusnya menjadi koreksi positif dan pembayaran manfaat dalam tahun berjalan sebesar Rp ,00 yang menjadi koreksi negatif. Akan tetapi menurut bagian pajak hal tersebut tidak menjadi masalah karena total koreksi yang mempengaruhi perhitungan PPh Badan adalah total koreksi positif dikurangi dengan koreksi negatif. Dengan cara perhitungan seperti itu total koreksi yang mempengaruhi PPh badan seharusnya adalah sebesar ,00 sama seperti nilai yang dicatat oleh bagian akuntansi (Lihat jurnal pencatatan di atas). Akan tetapi total koreksi yang mempengaruhi perhitungan PPh badan tahun 2008 hanya sebesar Rp (Rp Rp ), berbeda dengan nilai yang dijurnal. Perbedaan tersebut muncul dikarenakan beberapa sebab sebagai berikut : 1. Accrued yang dilakukan oleh bagian akuntansi terdiri dari dua bagian yaitu accrued biaya sebesar Rp dan pajak sebesar Rp ,00. Bagian Pajak belum memperhitungan faktor pajak dalam perhitungan aktuaris tersebut sehingga terdapat kekurangan koreksi positif Rp.

13 50 sebesar jumlah pajak tersebut. Seharusnya nilai pajak tersebut juga menjadi koreksi positif dikarenakan biaya pajak tersebut belum terealisasi. 2. Sebesar Rp ,00 adalah pembayaran imbalan kerja direksi yang telah dimasukkan ke dalam koreksi positif tahun 2007 sehingga tidak perlu dimasukkan kembali ke dalam kelompok koreksi positif tahun Atas perbedaan tersebut kekurangan koreksi positif sebesar Rp ,00. Hal tersebut akan berimplikasi terhadap kekurangan beban PPh Badan perusahaan sebesar 30% dari Rp ,00 atau sebesar Rp. 4, ,00. Akan tetapi hal tersebut tidak akan menimbulkan sanksi atas kurang bayar pajak dikarenakan PPh badan perusahaan pada tahun 2008 menunjukkan SPT Lebih bayar dan akan direstitusikan. Kekurangan koreksi positif tersebut hanya akan mengurangi jumlah restitusi pajak yang akan diterima. Untuk simplifikasi proses perhitungan koreksi fiskal, bagian Pajak seharusnya tidak perlu membagi perhitungan aktuaris ke dalam koreksi positif atau negatif. Bagian pajak hanya perlu melakukan koreksi positif atas jumlah cadangan yang telah di accrue oleh bagian akuntansi yang merupakan nilai net dari imbalan jasa kini dikurangi dengan pembayaran manfaat menurut perhitungan aktuaris. Untuk itu, pada saat membuat koreksi bagian pajak harus melakukan pengecekan ke dalam akun TAMB sehingga nilai koreksi positif sama dengan nilai yang telah dicadangkan oleh bagian Akuntansi. Dengan demikian sanksi perpajakan akan bisa diminimalisir Perhitungan Realisasi Pembayaran Pesangon Pada saat pegawai tetap telah memasuki akhir masa kerjanya dan perusahaan membayarkan pesangonnya, bagian Sumber Daya Manusia (SDM) akan melakukan perhitungan besarnya TAMB yang akan dibayarkan sesuai dengan peraturan perusahaan. Hasil perhitungan tersebut akan diserahkan kepada bagian Akuntansi dan akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut : Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) XXX Bank XXX

14 51 Sedangkan untuk PKWTT dan PKWT akan dicatat sebagai berikut : Pesangon XXX Bank XXX Perhitungan besarnya pesangon yang dicatat dalam akun Tunjangan Akhir Masa Bakti menurut peraturan perusahaan yang dituangkan dalam Keputusan Direksi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Nomor : K/76/UM 2008 tanggal 18 April 2008 Pasal 82 tentang Besaran Penghargaan Purna Bakti adalah sebagai berikut : 1. Pembayaran Purna Bakti sebesar faktor penghargaan x masa kerja x Upah Dasar diberikan kepada Pekerja yang mengalami pengakhiran Hubungan Kerja karena memasuki usia pensiun. Besarnya faktor penghargaan adalah : - 1,0 untuk masa kerja kumulatif kurang dari 10 tahun - 1,5 untuk masa kerja 10 tahun sampai dengan kurang dari 15 tahun - 2,0 untuk masa kerja 15 tahun sampai dengan kurang dari 20 tahun - 2,5 untuk masa kerja lebih dari 20 tahun. 2. Pembayaran Purna Bakti sebesar 2,5 x masa kerja x Upah Dasar diberikan kepada ahli waris dari Pekerja yang mengalami pengakhiran Hubungan Kerja karena meninggal dunia 3. Pembayaran Purna Bakti sebesar 2,5 x masa kerja x Upah Dasar diberikan kepada Pekerja yang mengalami pengakhiran Hubungan Kerja karena faktor kesehatan/uzur 4. Pembayaran Purna Bakti sebesar faktor penghargaan x masa kerja x Upah Dasar diberikan kepada Pekerja yang mengalami pengakhiran Hubungan Kerja karena hal-hal tertentu Menurut bagian SDM, perusahaan tidak pernah mencadangkan jumlah uang tertentu untuk pembayaran pesangon pekerja. Biaya telah dianggarkan dalam RKAP dan telah dicadangkan dalam laporan keuangan komersial, akan tetapi tidak ada uang yang dikeluarkan perusahaan. Perusahaan baru mengeluarkan uang pada saat pekerja telah benar-benar memasuki masa pensiun atau apabila terjadi pemutusan hubungan kerja. Menurut Bagian SDM hal tersebut sampai saat ini tidak mempengaruhi

15 52 keuangan perusahaan. Meskipun tidak ada uang yang disisihkan tetapi perusahaan tetap bisa membayarkan kewajibannya. Nilai pembayaran manfaat menurut perhitungan aktuaris dan perhitungan pada saat realisasi yang dihitung oleh bagian SDM berbeda karena aktuaris memperhitungkan berbagai asumsi-asumsi seperti tersebut di atas. Perhitungan yang dilakukan oleh Divisi SDM dilakukan sesuai dengan Peraturan Perusahaan. Apabila pembayaran tersebut lebih kecil daripada perhitungan normatif sebagaimana yang diwajibkan oleh peraturan ketenagakerjaan yang berlaku, maka selisihnya dibayar oleh perusahaan. Dengan demikian, pembayaran pesangon tetap mengikuti ketentuan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Ilustrasi atas perhitungan pesangon pekerja yang telah memasuki masa pensiun adalah sebagai berikut : Tunjangan Akhir Masa Bakti Tunjangan Akhir Masa Bakti = Faktor Penghargaan x Masa Kerja x Upah Dasar Faktor Penghargaan sesuai ketentuan perusahaan adalah 2 x Masa Kerja 15 Tahun Upah Dasar pada saat pensiun = Rp ,- Tunjangan Akhir Masa Bakti = 2 x 15 x Rp Tunjangan Akhir Masa Bakti = Rp 210,000, Imbalan Pasca Kerja sesuai ketentuan UU Tenaga Kerja Pesangon = 9 x Upah = Rp 63,000, Penghargaan Masa Kerja (PMK) = 7 x Upah = Rp 42,000, Uang Penggantian Hak = 15% (Pesangon + PMK) = Rp 15,750, Imbalan Pasca Kerja (IPK) Sesuai UU = Rp 120,750, Ilustrasi perhitungan diatas dilakukan untuk pekerja yang telah memasuki masa pensiun normal yaitu 56 tahun. Masa Kerja adalah selama 15 Tahun sehingga sesuai UU tenaga kerja besaran pengali untuk pesangon adalah 9 dan untuk Penghargaan Masa Kerja adalah 6. Dalam hal ini TAMB yang dibayarkan lebih besar

16 53 dari pada ketentuan UU tenaga kerja sehingga perusahaan tidak perlu membayarkan selisih kekurangannya Implikasi Perbedaan Perlakuan Akuntansi dan Perpajakan Terhadap Laporan Keuangan Implikasi Terhadap Laporan Keuangan Perbedaan antara ketentuan akuntansi dan pajak tersebut menyebabkan munculnya koreksi-koreksi fiskal yang pada akhirnya menimbulkan perbedaan antara laba menurut akuntansi dan laba yang digunakan dalam perhitungan pajak penghasilan Pasal 29. Ketentuan perpajakan tidak mengatur lebih lanjut mengenai implikasi perbedaan tersebut, akan tetapi ketentuan akuntansi mengatur. Perbedaan yang muncul terebut dipisahkan antara perbedaan yang bersifat tetap (permanent different) dan perbedaan yang bersifat sementara (temporary different). Langkahlangkah yang dilakukan oleh bagian pajak maupun akuntansi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Terlihat pada bagan berikut : Gambar 4.1. Proses Pencatatan Biaya Pesangon bagian Akuntansi dan pajak Aktuaris Bagian Akuntansi Bagian Pajak Beban Pencadangan Pesangon Pajak Tangguhan Koreksi Fiskal PPh Badan Laporan Keuangan SPT PPh Badan Sumber : Hasil Wawancara

17 54 PT. PGN (Persero) Tbk. memperlakukan perbedaan dalam biaya TAMB tersebut sebagai temporary different karena biaya pesangon sebenarnya dapat dikelompokkan sebagai biaya yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak hanya saja terdapat perbedaan pengakuan waktu pembebanan antara ketentuan akuntansi dan pajak. Akuntansi sudah mengakui pada saat timbul kewajiban sedangkan pajak menunggu saat terjadinya realisasi. Temporary Different menyebabkan munculnya efek pajak yang harus dialokasikan ke dalam periode pelaporan yang berbeda. Oleh karena itu, perusahaan membuat pajak tangguhan atas imbalan kerja yang telah dihitung oleh aktuaris. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Auditor yang mengaudit PGN yang menyebutkan bahwa Termasuk ke dalam temporary different karena pada saat realisasi pembayaran nantinya pajak mengakui sedangkan pada saat pengakuan pada tahun berjalan pajak tidak mengakui (Wawancara dengan KAP, 28 Mei 2009) Prianto Budhi dari Kantor Konsultan Pajak Partama Consultindo juga menganggap bahwa koreksi atas accrued imbalan kerja memang dikelompokkan ke dalam temporary different karena sebenarnya UU pajak dan standar akuntansi samasama mengakui biaya tersebut hanya saja terjadi perbedaan waktu dalam mengakui biaya. Akuntansi dicatat pada saat timbul kewajiban sesuai dengan PSAK 24 (revisi 2004) sedangkan pajak mengakui biaya pada saat realisasi benar-benar terjadi (Wawancara dengan Prianto, tanggal 3 Juni 2009). Hal senada diungkapkan oleh John Hutagaol bahwa perbedaan perlakuan antara akuntansi dan pajak termasuk ke dalam perbedaan temporer karena ketentuan pajak memperbolehkan pencadangan tersebut selama telah terjadi realisasi pembayaran. Termasuk beda waktu karena pada akhirnya nanti pajak memperbolehkan biaya tersebut pada saat pembayaran terjadi. Jadi keduanya sama-sama mengakui hanya masalah waktunya saja yang berbeda. Oleh karena itu perlu dialokasikan tiap tahun sehingga muncul pajak tangguhan. (Wawancara dengan John Hutagaol, 10 Juni 2009) Pada tahun 2008, perhitungan pajak tangguhan atas imbalan kerja perusahaan adalah seperti terlihat pada tabel berikut :

18 55 Tabel 4.6 Perhitungan Pajak Tangguhan Imbalan Kerja Tahun 2008 Keterangan Nilai Tarif Pajak Tangguhan Saldo akhir Tahun ,520,491, % 37,056,147, Penambahan Beban Tahun ,635,650, % 13,390,695, Saldo akhir tahun ,156,141, ,446,842, Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Dalam tabel di atas dapat terlihat bahwa saldo pajak tangguhan untuk imbalan kerja adalah sebesar Rp ,30 dengan menggunakan tarif pajak dengan tarif maksimal sebesar 30%. Penambahan beban hanya sebesar Rp tanpa memperhitungkan acrued biaya pajak sebesar Rp ,00. Hal tersebut menurut auditor Ernst & Young dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dimana kebijakan PPh Pasal 21 atas pesangon atau perusahaan menyebutnya sebagai Penghargaan Purna Bakti adalah PPh 21 ditanggung oleh perusahaan sehingga untuk pajak penghasilan tidak perlu dimasukkan ke dalam perhitungan pajak tangguhan karena pajak penghasilan merupakan beda tetap (permanent different). Aktuaris menghitung tanpa memperhatikan faktor pajak. Kebijakan perusahaan untuk PPh 21 pembayaran pesangon adalah PPh 21 ditanggung perusahaan sehingga secara pajak tidak akan diakui. Oleh karena itu, nilai pajak dikeluarkan dalam perhitungan pajak tangguhan karena dianggap bukan sebagai beda temporer. (Wawancara dengan Lanny T dari KAP Ernst & Young, 28 Mei 2009) Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruh h yang menyebutkan bahwa untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan Pajak Penghasilan. Sementara untuk imbalan kerja tetap dikelompokkan sebaga perbedaan temporer karena pada saat realisasi boleh dibebankan sebagai biaya. Pada Tahun 2008 telah dikeluarkan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan keempat atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Dalam undang-undang tersebut tarif pajak PPh Badan yang mulai berlaku per 1 Januari 2009 diubah menjadi tarif tunggal sebesar 28%. Tarif tersebut

19 56 masih akan mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi sebesar 25%. Dengan adanya perubahan tarif tersebut maka perusahaan harus menyesuaikan saldo pajak tangguhan imbalan kerja pada akhir tahun Sesuai arahan dari KAP Ernst & Young, penyesuaian perhitungan pajak tangguhan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Implikasi Penurunan Tarif terhadap Perhitungan Pajak Tangguhan Imbalan Kerja Keterangan Nilai Tarif Pajak Tangguhan Pembayaran Pensiun Tahun ,180,249, % 2,570,469, Saldo akhir tahun ,975,891, % 39,743,972, Total Seharusnya 168,156,141, ,314,442, Saldo Akhir tahun ,156,141, % 50,446,842, Tax Reduction - 8,132,399, Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Dari tabel tersebut terlihat bahwa saldo akhir kewajiban imbalan kerja menurut perhitungan aktuaris pada akhir tahun 2008 yaitu sebesar Rp ,00 akan dibayarkan manfaatnya pada tahun 2009 sebesar Rp ,00 yang akan terkena tarif sebesar 28% dan dibayarkan manfaatnya setelah tahun 2009 sebesar Rp yang akan terkena tarif sebesar 25%. Menurut KAP Ernst & Young hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kelebihan pengakuan pajak tangguhan imbalan kerja :...Tentu saja akan mempengaruhi, oleh karena itu nilai pajak tangguhan pada tahun 2008 harus disesuaikan, karena terjadi penurunan tarif menjadi 28% dan 25%. (Wawancara dengan Lanny T dari KAP Ernst &Young, 28 Mei 2009) Pendapat yang berbeda dinyatakan oleh Wahyu dari KPP BUMN. Wahyu menyatakan bahwa : Beda tetap adalah biaya yang secara UU memang tidak boleh dikurangkan sebagai penghasilan bruto. Termasuk disini adalah pencadangan imbalan kerja. Sedangkan Beda Sementara adalah biaya yang secara UU PPh boleh dikurangkan namun ada alokasi yang harus dipenuhi (pada akhirnya boleh dibebankan). (Wawancara tanggal 12 Juni 2009)

20 57 Menurut Prianto perusahaan bisa saja menganggap sebagai permanent different apabila menganggap bahwa pencadangan biaya tidak akan pernah diakui oleh pajak. Perbedaan persepsi tersebut akan berimplikasi terhadap laporan keuangan perusahaan mengingat beban atau penghasilan pajak tangguhan akan muncul dalam laporan keuangan perusahaan dan mempengaruhi laba setelah pajak (earning after tax) (Wawancara tanggal 3 Juni 2009). Pendapat lain dikemukakan oleh Adang Hendrawan bahwa selain melihat ketentuan penentuan biaya menurut pajak dan fiskal, penentuan timing atau permanent different, perlu pula memperhatikan efek dari beban pajak tersebut pada laba atau rugi laporan keuangan dan laba kena pajak. Adang Hendrawan menyatakan bahwa sepanjang jumlah yang diakui sama tetapi alokasi waktunya berbeda maka termasuk ke dalam beda waktu, tetapi apabila basis pengenaannya berbeda maka akan menjadi beda tetap (Wawancara dengan Adang Hendrawan, 12 Juni 2009). Hal tersebut juga diungkapkan Agoes dan Trisnawati dalam bukunya bahwa perbedaan permanent mengakibatkan laba atau rugi menurut akuntansi berbeda secara tetap dengan laba kena pajak menurut fiskal (taxable income) sedangkan pada beda temporer secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi dan perpajakan sebenarnya sama, tetapi beda alokasi setiap tahunnya (Agoes dan Trisnawati, 2008, 177). Adang hendrawan memberikan analogi seperti berikut :...sepanjang nilai yang sekarang tidak diakui oleh pajak akan direcover pada periode berikutnya maka akan termasuk ke dalam beda temporer. Tetapi, kalau komponen dalam biaya tersebut berbeda maka termasuk ke dalam beda tetap. Contohnya pada pengakuan aktiva, apabila bedanya hanya terletak pada perbedaan masa penyusutan maka termasuk ke dalam beda temporer karena biaya yang disusutkan pada akhirnya akan sama. Tetapi apabila perbedaannya terletak pada harga perolehan maka akan menjadi beda tetap. Misalnya saja karena hubungan istimewa sehingga menurut akuntansi harga 100 akan tetapi karena pajak menganggap ada hubungan istimewa maka harganya menjadi dianggap 120. Kalau kasusnya demikian maka perbedaan yang terjadi tidak

21 58 akan terecover sehingga merupakan beda tetap.(wawancara tanggal 12 Juni 2009) Dengan demikian masih terdapat dua pendapat mengenai perlakuan atas pencadangan pesangon. Terdapat pihak yang mengganggap bahwa perbedaan tersebut masuk ke dalam kelompok perbedaan waktu (temporary different) mengingat ketentuan akuntansi komersial dan pajak mengakui biaya tersebut hanya terdapat perbedaan waktu pengakuan yaitu akuntansi pada saat telah muncul kewajiban sedangkan pajak apabila telah terjadi realisasi. Pihak yang lain menganggap bahwa untuk menentukan perlakuan sebagai beda waktu (temporary different) harus melihat dua hal sehingga apabila salah satu tidak dipenuhi maka harus diperlakukan sebagai beda tetap (permanent different). Ketentuan tersebut yaitu : - Ketentuan perpajakan mengenai diperbolehkan atau tidaknya biaya tersebut sebagai pengurang dalam menghitung penghasilan kena pajak - efek biaya tersebut terhadap laba komersial dan fiskal. Apabila secara total tidak ada perbedaan antara laba komersial dan laba fiskal maka bisa dianggap sebagai beda waktu sedangkan apabila terdapat perbedaan maka termasuk ke dalam beda tetap. Ketentuan pajak sendiri tidak mengatur lebih lanjut mengenai efek dari koreksi fiskal yang telah dilakukan. Pihak DJP hanya berkepentingan dengan kebenaran dari perhitungan PPh Badan perusahaan. Selama telah dilakukan koreksi sebesar pencadangan biaya yang telah dibuat maka pihak pajak akan menganggap benar SPT yang telah dilaporkan. Hal tersebut diungkapkan wahyu dari KPP BUMN bahwa :...DJP hanya akan melakukan koreksi sesuai dengan pencadangan yang dinyatakan oleh Wajib Pajak di Laporan Keuangannya. Memang benar jika Penghitungan Imbalan Kerja makin besar maka koreksi positif juga akan makin besar Perusahaan sendiri memperlakukan pencadangan pesangon sebagai beda temporer (Temporary Different) meskipun berdasarkan ketentuan perpajakan dan ketentuan akuntansi dapat diperlakukan sebagai beda tetap (Permanent Different).

22 59 Hal tersebut tidak mempengaruhi opini akuntan publik terhadap laporan keuangan perusahaan. Perhitungan imbalan kerja atas pesangon berdasarkan PSAK 24 (revisi 2004) pada saat pencadangan berbeda dengan pada saat realisasi. Seperti telah dibahas pada sub bab 4.1 dan 4.2, pada saat pencadangan aktuaris menghitung dengan menggunakan asumsi-asumsi seperti tingkat suku bunga, kenaikan gaji, mortalitas dan lain-lain. Akan tetapi pada saat realisasi dihitung dengan menggunakan peraturan perusahaan yang telah disesuaikan dengan UU ketenagakerjaan yaitu dengan menggunakan komponen masa kerja, upah dasar dan faktor penghargaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan melihat kondisi pekerja pada saat memasuki akhir masa kerjanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya pada saat pencadangan berbeda dengan pada saat realisasi. Perbedaan perhitungan dalam pengakuan biaya tersebut menyebabkan laporan keuangan komersial akan berbeda dengan biaya yang diakui menurut ketentuan perpajakan. Jumlah biaya tersebut akan selamanya berbeda sehingga berpengaruh pula terhadap laba komersial yang berbeda secara tetap dengan laba menurut fiskal. Oleh karena itu, perbedaan tersebut seharusnya digolongkan ke dalam perbedaan permanent (permanent different). Perbedaan perlakuan atas koreksi fiskal pencadangan pesangon akan mempengaruhi laba setelah pajak dalam laporan keuangan perusahaan. Apabila digolongkan ke dalam beda tetap (permanent different) maka perusahaan tidak perlu membuat perhitungan pajak tangguhan dan tidak pengaruh dari koreksi fiskal atas pencadangan pesangon tidak akan muncul dalam laporan keuangan. Sebaliknya apabila perusahaan menggolongkan ke dalam beda waktu (temporary different) maka perusahaan harus menghitung besarnya pajak tangguhan untuk setiap periode laporan keuangan dan pengaruh dari koreksi fiskal akan mempengaruhi laba setela pajak (earning after tax) perusahaan. Perbandingan dari laporan keuangan dengan atau tanpa pajak tangguhan imbalan kerja pada tahun 2008 adalah sebagai berikut :

23 60 Tabel 4.8 Perbandingan Penggunaan Temporary Different dengan Permanent KETERANGAN Different Terhadap Laba (Rugi) Perusahaan DENGAN TEMPORARY DIFFERENT TANPA TEMPORARY DIFFERENT LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK MANFAAT (BEBAN) PAJAK Kini ( ) ( ) Tangguhan Jumlah manfaat (beban) pajak ( ) ( ) LABA RUGI SETELAH PAJAK Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. diolah oleh penulis Dari Tabel 4.8 di atas dapat terlihat bahwa laba setelah pajak mengalami perbedaan. Akan tetapi menurut Prianto hal tersebut tidak terlalu memberikan implikasi terhadap keputusan yang akan diambil manajemen, Prianto berpendapat bahawa pajak tangguhan tidak selalu mempengaruhi keputusan manajemen, misalnya saja untuk perhitungan capital adequancy ratio pada usaha perbankan, pajak tangguhan tidak diikutsertakan (Wawancara, tanggal 3 Juni 2009). Hal senada juga diungkapkan oleh Adang Hendrawan bahwa selama tidak ada nilai yang material, maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi opini auditor terhadap laporan keuangan perusahaan (Wawancara tanggal 12 Juni 2009). Pajak Tangguhan atas imbalan kerja yang muncul dalam laporan keuangan perusahaan akan mempengaruhi laba setelah pajak perusahaan. Pada tahun 2008 dampak yang muncul apabila imbalan pasca kerja dianggap sebagai temporary different adalah laba setelah pajak menjadi lebih besar. Hal tersebut akan memberikan implikasi terhadap deviden yang dibayarkan oleh perusahaan. Nilai Pajak tangguhan dalam Tabel 4.8 di atas merupakan pajak tangguhan atas Aktiva Tetap, Bonus dan Imbalan Kerja dengan perincian sebagai berikut :

24 61 Tabel 4.9 Perhitungan Pajak Tangguhan KET AKTIVA TETAP IMBALAN KERJA BONUS TOTAL DTL DTA DTA ACC TAX ACC TAX ACC TAX DTA DTL DEC 31, ,520,491, ,056,147, ,232,070, ,769,621, ,825,768, P/L 2008 (1,338.00) (401.40) 44,635,650, ,390,695, ,648,822, ,894,646, ,285,341, (401.40) DEC 31, 200 (1,338.00) (401.40) 168,156,141, ,446,842, ,880,892, ,664,267, ,111,110, (401.40) P/L (9,180,249,938.00) (2,570,469,982.64) (168,880,892,395.00) (47,286,649,870.60) (49,857,119,853.24) 0.00 DEC 31, 2009 (1,338.00) (334.50) 158,975,891, ,743,972, ,743,972, (334.50) (334.50) 42,314,442, ,286,649, ,601,092, (334.50) REDUCTION (66.90) 8,132,399, ,377,617, ,510,017, (66.90) Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. 11,510,017, Jurnal : Saldo Awal DTA, 31 Des ,825,767,643 Aktiva Pajak Tanggu ######### Saldo Akhir DTA, 31 Des ,111,109, ,285,342, Pendapatan Pa Reduction 11,510,017, Beban Pajak Tanggu ########## 10,775,324, Aktiva Pajak Ta Dengan asumsi tidak terdapat pajak tangguhan atas imbalan kerja maka nilai pajak tangguhan menjadi sebagai berikut :

25 62 Tabel 4.10 Perhitungan Pajak Tangguhan Tanpa Imbalan Kerja KET AKTIVA TETAP IMBALAN KERJA BONUS TOTAL DTL DTA DTA ACC TAX ACC TAX ACC TAX DTA DTL DEC 31, ,232,070, ,769,621, ,769,621, P/L 2008 (1,338.00) (401.40) ,648,822, ,894,646, ,894,646, (401.40) DEC 31, 2008 (1,338.00) (401.40) ,880,892, ,664,267, ,664,267, (401.40) P/L (168,880,892,395.00) (47,286,649,870.60) (47,286,649,870.60) 0.00 DEC 31, 2009 (1,338.00) (334.50) (334.50) (334.50) ,286,649, ,286,649, (334.50) REDUCTION (66.90) ,377,617, ,377,617, (66.90) Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (Diolah lebih lanjut) 3,377,617, Jurnal : Saldo Awal DTA, 31 Des ,769,620,247 PIUTANG USAHA GAS BUMI PERSEDIAAN Saldo Akhir DTA, 31 Des ,664,267, DTA DTL DTA 8,894,647, ACCOUNTING TAX ACCOUNTING TAX Reduction 3,377,617, ,517,029,

26 Implikasi Terhadap Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Koreksi fiskal yang dilakukan perusahaan untuk setiap penyampaian SPT tidak mempengaruhi pemenuhan kewajiban perusahaan seperti penyetoran dan pelaporan perpajakan. Hal tersebut terlihat dari status Wajib Pajak Patuh yang disandang PT PGN sejak tahun dimana untuk memperoleh status tersebut Wajib Pajak harus memenuhi syarat tertentu antara lain dalam pemenuhan jangka waktu pelaporan pajak. Account Representatif PT. PGN sendiri menyebutkan bahwa secara umum PT PGN belum pernah mengalami keterlambatan dalam penyetoran pajak dikarenakan perusahaan kesulitan dalam melakukan koreksi fiskal yang berakibat pada kesulitan dalam perhitungan PPh badan. Dalam kurun waktu perusahaan menyetorkan dan melaporkan PPh Badan secara tepat waktu. Pemenuhan kewajiban penyetoran dan pelaporan SPT PPh Badan terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.11 Penyetoran dan Pelaporan SPT PPh Badan Tahun Tahun Tanggal Setor Tanggal Keterangan Lapor Maret April 2007 SPT Kurang Bayar Maret Maret 2008 SPT Kurang Bayar April 2009 SPT Lebih Bayar Sumber : SPT PPh Badan PT. Perusahaan gas Negara (Persero) Tbk. diolah lebih lanjut

Narasumber : Eri Surya Kelana Manager Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 10 Mei 2009

Narasumber : Eri Surya Kelana Manager Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 10 Mei 2009 68 Lampiran 1 Wawancara Narasumber : Eri Surya Kelana Manager Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 10 Mei 2009 Tanya : Bagaimana perlakuan perpajakan terhadap pencadangan pesangon

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG Pajak penghasilan tangguhan timbul akibat perbedaan temporer

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003: KETENAGAKERJAAN DAN PSAK NO. 24: IMBALAN KERJA

UNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003: KETENAGAKERJAAN DAN PSAK NO. 24: IMBALAN KERJA UNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003: KETENAGAKERJAAN DAN PSAK NO. 24: IMBALAN KERJA UU NO.13 TAHUN 2003 PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PENGUPAHAN HUBUNGAN KERJA UU NO.13 TAHUN 2003 UU NO.13 TAHUN 2003 Siapa sajakah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pembangunan nasional salah satunya memiliki tujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Kunci keberhasilan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN AKTUARIA KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA

PERHITUNGAN AKTUARIA KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA PERHITUNGAN AKTUARIA KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA Oleh : Tubagus Syafrial, FSAI, FLMI, MBA PT. Binaputera Jaga Hikmah Hotel Bumikarsa Bidakara, Jakarta 31 Agustus 2005 1 PSAK NO. 24 (REVISI 2004) TENTANG

Lebih terperinci

IMBALAN KERJA. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja 1

IMBALAN KERJA. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja 1 IMBALAN KERJA Dwi Martani 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja 1 PSAK Terkait PSAK 24 Imbalan Kerja PSAK 53 Kompensasi berbasis Saham 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja

Lebih terperinci

KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN Oleh : PT. BINAPUTERA JAGA HIKMAH Jakarta, 24 November 2006 1 MATERI PRESENTASI I. PENDAHULUAN II.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Koreksi Fiskal atas Laporan Laba Rugi Komersial dalam Penentuan Penghasilan Kena Pajak Laporan keuangan yang dibuat oleh PT. Madani Securities bertujuan

Lebih terperinci

KERAGAMAN APLIKASI PSAK 24 (REVISI 2004) TENTANG IMBALAN KERJA DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

KERAGAMAN APLIKASI PSAK 24 (REVISI 2004) TENTANG IMBALAN KERJA DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN EKUITAS ISSN 1411-0393 Akreditasi No.49/DIKTI/Kep/2003 KERAGAMAN APLIKASI PSAK 24 (REVISI 2004) TENTANG IMBALAN KERJA DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN Drs.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk.

BAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk. BAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk. 3.1. Sejarah Pendirian Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) ( Perusahaan ) berasal dari perusahaan swasta Belanda yang bernama

Lebih terperinci

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 1. UMUM a. Pendirian Perusahaan PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk ( Perusahaan ) didirikan pada tanggal

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 11 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk Laporan Keuangan Dan Laporan Auditor Independen Untuk Tahun yang Berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen i Neraca 1 Laporan Laba Rugi 2 Laporan

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2010 DAN 2009 Daftar Isi Halaman Neraca... 2-3 Laporan

Lebih terperinci

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR

Lebih terperinci

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR

Lebih terperinci

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Penghasilan 1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17/2000 adalah setiap

Lebih terperinci

PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT)

PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) 1 PT SIANTAR TOP Tbk NERACA PER TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) Catatan

Lebih terperinci

IX.6. KEWAJIBAN IMBALAN KERJA

IX.6. KEWAJIBAN IMBALAN KERJA IX.6. KEWAJIBAN IMBALAN KERJA A. Definisi 01. Imbalan Kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan Bank atas jasa yang diberikan oleh pekerja. 02. Kewajiban Imbalan Kerja adalah kewajiban yang timbul

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun disetujui dalam Rapat Komite

Lebih terperinci

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2012 DAN 2011

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2012 DAN 2011 PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2012 DAN 2011 PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN POSISI KEUANGAN PER 31 MARET 2012 DAN 31 DESEMBER 2011 A S E T Aset Lancar Catatan 31-Mar-12 31-Dec-11

Lebih terperinci

Pendahuluan. Definisi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan

Pendahuluan. Definisi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan Pendahuluan Pada dasarnya, antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan pengakuan penghasilan serta biaya. Namun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

Neraca 1. Perhitungan Hasil Usaha 2. Laporan Perubahan Ekuitas 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan Atas Laporan Keuangan 5

Neraca 1. Perhitungan Hasil Usaha 2. Laporan Perubahan Ekuitas 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan Atas Laporan Keuangan 5 DAFTAR ISI Halaman LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN KEUANGAN Neraca 1 Perhitungan Hasil Usaha 2 Laporan Perubahan Ekuitas 3 Laporan Arus Kas 4 Catatan Atas Laporan Keuangan 5 N E R A C A 31 Desember

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengakuan, pengukuran dan penyajian yang dilakukan oleh PT. Heksatex Indah telah sesuai dengan standar yang berlaku atau

Lebih terperinci

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b. 77 DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN h SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN h ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1. Perbedaan Prinsip antara Standar Akuntansi dengan Perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1. Perbedaan Prinsip antara Standar Akuntansi dengan Perpajakan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur II.1.1. Perbedaan Prinsip antara Standar Akuntansi dengan Perpajakan Tata cara dan aturan pembukuan mengikuti ketentuan yang berlaku sesuai dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT MMS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta No.14 tanggal 4 Oktober 1989 dari Notaris Winnie Hadiprojo, SH., notaris

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN. PT UG didirikan dengan akta notaris Abdul Latief, SH, No.104 tertanggal 29

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN. PT UG didirikan dengan akta notaris Abdul Latief, SH, No.104 tertanggal 29 BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT UG didirikan dengan akta notaris Abdul Latief, SH, No.104 tertanggal 29 Oktober 1971 di Jakarta,

Lebih terperinci

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 31 MARET 2011 DAN 2010 (MATA UANG INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 31 MARET 2011 DAN 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 31 MARET 2011 DAN 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2011 DAN 2010 Daftar Isi Halaman Neraca... 2-3 Laporan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: PER- 02 /BL/2007 TENTANG BENTUK DAN

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email : suhirmanmadjid@ymail.com

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap perusahaan PT. X dan melihat pengaruhnya terhadap Pajak Penghasilan Terhutang Perusahaan sebagai beban pajak terhutang

Lebih terperinci

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi Penerapan Akuntansi Pajak Tangguhan Tahun 2005 1. Penyajian Laporan Keuangan Setelah Pengakuan Pajak Penghasilan. Berikut ini akan disajikan laporan keuangan

Lebih terperinci

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) 2 0 DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1B KELOMPOK / JENIS HARTA BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) NILAI SISA BUKU FISKAL AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL METODE HARTA BERWUJUD

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendapatan dan Beban Menurut Akuntansi 1. Pendapatan Menurut Akuntansi Suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Pengertian Umum Pajak Definisi pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH. dalam Resmi (2007) adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara

Lebih terperinci

SISTEMATIKA. Konsep Rekonsiliasi. Rincian Item Rekonsiliasi. Kasus dan Ilustrasi

SISTEMATIKA. Konsep Rekonsiliasi. Rincian Item Rekonsiliasi. Kasus dan Ilustrasi 1 SISTEMATIKA 1. 2. 3. Konsep Rekonsiliasi Rincian Item Rekonsiliasi Kasus dan Ilustrasi 3 Bagan Pajak Perusahaan Dipotong PPh 23 atas penghasilan jasa Penghitungan Pajak Perusahaan Penghasilan XXX Beban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

RUGI LABA BIAYA FISKAL

RUGI LABA BIAYA FISKAL RUGI LABA BIAYA FISKAL BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN (PASAL 9) Pengeluaran untuk pemegang saham atau pihak yang memillki hubungan istimewa beserta orang-orang yang menjadi tanggungannya.

Lebih terperinci

Oleh Iwan Sidharta, MM.

Oleh Iwan Sidharta, MM. KOREKSI FISKAL Oleh Iwan Sidharta, MM. Terdapatnya perbedaan dalam Akuntansi Komersial dengan Peraturan Perpajakan. Perbedaan tersebut sehubungan dengan pengakuan penghasilan dan biaya. Perbedaan tersebut

Lebih terperinci

PSAK 24 AKUNTANSI IMBALAN KERJA

PSAK 24 AKUNTANSI IMBALAN KERJA PSAK 24 AKUNTANSI IMBALAN KERJA, SE, Ak, MM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Ruang Lingkup - 1 PSAK 24 diterapkan oleh pemberi kerja untuk akuntansi seluruh imbalan kerja Kecuali hal-hal yang telah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Imbalan Kerja (Employee Benefit) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 (Revisi 2010) menyatakan bahwa imbalan kerja adalah seluruh bentuk

Lebih terperinci

PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI (Mata Uang Rupiah) PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 JUNI 2010 DAN 2009 Daftar isi

Lebih terperinci

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC, Tbk LAPORAN KEUANGAN

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC, Tbk LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN PER 30 SEPTEMBER 2011 (TIDAK DIAUDIT) DAN 31 DESEMBER 2010 (DIAUDIT) SERTA UNTUK PERIODE SEMBILAN BULAN YANG BERAKHIR 30 SEPTEMBER 2011 DAN 2010 (TIDAK DIAUDIT) LAPORAN

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2012 DAN 30 JUNI 2011 (MATA UANG INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2012 DAN 30 JUNI 2011 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2012 DAN 30 JUNI 2011 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2012 DAN 30 JUNI 2011 Daftar Isi Halaman Laporan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 SEPTEMBER 2011 DAN 30 SEPTEMBER 2010 (MATA UANG INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 SEPTEMBER 2011 DAN 30 SEPTEMBER 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 SEPTEMBER 2011 DAN 30 SEPTEMBER 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN 30 SEPTEMBER 2011 DAN 30 SEPTEMBER 2010 Daftar

Lebih terperinci

PT Yanaprima Hastapersada Tbk. Laporan Keuangan (tidak diaudit) 30 September 2010 Dengan Angka Perbandingan Periode 2009 (Mata Uang Rupiah Indonesia)

PT Yanaprima Hastapersada Tbk. Laporan Keuangan (tidak diaudit) 30 September 2010 Dengan Angka Perbandingan Periode 2009 (Mata Uang Rupiah Indonesia) PT Yanaprima Hastapersada Tbk Laporan Keuangan (tidak diaudit) 30 September 2010 Dengan Angka Perbandingan Periode 2009 (Mata Uang Rupiah Indonesia) LAPORAN KEUANGAN (tidak diaudit) Daftar Isi Halaman

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN Edisi : VIII/Agustus 2009 PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN Oleh: Rian Ardhi Redhite Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan Berdasarkan PSAK 16 (Revisi

Lebih terperinci

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2012 DAN 2011

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2012 DAN 2011 PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2012 DAN 2011 PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN POSISI KEUANGAN PER 30 JUNI 2012 DAN 31 DESEMBER 2011 A S E T Aset Lancar Catatan 30-Jun-12 31-Dec-11

Lebih terperinci

PSAK 24 IMBALAN KERJA

PSAK 24 IMBALAN KERJA PSAK 24 IMBALAN KERJA 24 Latar Belakang Untuk melaporkan perubahan kewajiban imbalan pasti dan aset program didefinisikan dengan cara yang lebih mudah dipahami Beberapa opsi penyajian diizinkan dalam standar

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2011 DAN 30 JUNI 2010 (MATA UANG INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2011 DAN 30 JUNI 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2011 DAN 30 JUNI 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2011 DAN 30 JUNI 2010 Daftar Isi Halaman Laporan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEWAJIBAN/BEBAN UUTK-13/2003 TERKAIT DENGAN PROGRAM PENDANAAN

PENGUKURAN KEWAJIBAN/BEBAN UUTK-13/2003 TERKAIT DENGAN PROGRAM PENDANAAN PENGUKURAN KEWAJIBAN/BEBAN UUTK-13/2003 TERKAIT DENGAN PROGRAM PENDANAAN Pendahuluan Didalam sistem hukum ketenagakerjaan Indonesia, kita ketahui bahwa Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang

Lebih terperinci

PPh terutang, Pajak penghasilan yang dihitung berbasis penghasilan kena pajak yang sesungguhnya dibayar kepada pemerintah, Beban Pajak Penghasilan Paj

PPh terutang, Pajak penghasilan yang dihitung berbasis penghasilan kena pajak yang sesungguhnya dibayar kepada pemerintah, Beban Pajak Penghasilan Paj kepentingan perhitungan pajak penghasilan keperluan komersial basis pengenaan penghasilan TIDAK SAMA akibat dari perbedaan perbedaan rekognisi penghasilan dan biaya, maka akan terdapat perbedaan yang cukup

Lebih terperinci

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2011 DAN 2010

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2011 DAN 2010 PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2011 DAN 2010 PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN POSISI KEUANGAN PER 30 JUNI 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 A S E T Aset Lancar Catatan 31-Dec-10 Kas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Dasar Pengenaan Pajak dan cara menghitung Penghasilan Kena Pajak Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk Wajib Pajak dalam negeri,dan Badan Usaha Tetap (BUT)

Lebih terperinci

YAYASAN TIFA LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011

YAYASAN TIFA LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 YAYASAN TIFA LAPORAN KEUANGAN YAYASAN TIFA Lampiran 1 LAPORAN POSISI KEUANGAN (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain, dan Dolar AS ( USD )) Catatan IDR AS *) IDR AS *) ASET LANCAR Kas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana atau alat komunikasi perusahaan dengan pihak-pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. sarana atau alat komunikasi perusahaan dengan pihak-pihak lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008 Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen 1 Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) Laporan Aset dan Kewajiban Laporan Operasi Laporan

Lebih terperinci

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES PADA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI)

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES PADA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI) 1 ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES PADA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI) YESSICAROL TANIA 1, ZULKIFLI BOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri

Lebih terperinci

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1A BULAN / HARGA NILAI SISA BUKU FISKAL METODE PENYUSUTAN / AMORTISASI KELOMPOK / JENIS HARTA TAHUN PEROLEHAN AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI FISKAL TAHUN INI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, peranan penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Roda pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah Laporan keuangan memuat informasi mengenai kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh proses akuntansi bertujuan memberikan informasi

Lebih terperinci

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan 5.1 Pengertian PPh Badan PPh Badan yaitu pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima badan usaha

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN DEWAN PENGAWAS DANA PENSIUN BRI TAHUN 2012

LAPORAN TAHUNAN DEWAN PENGAWAS DANA PENSIUN BRI TAHUN 2012 LAPORAN TAHUNAN DEWAN PENGAWAS DANA PENSIUN BRI TAHUN 2012 Laporan Tahunan Dewan Pengawas Dana Pensiun BRI ini merupakan hasil pengawasan terhadap pengelolaan Dana Pensiun BRI periode tahun 2012, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akhir tahun adalah saat dimana perusahaan membuat laporan keuangan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak yang menggunakannya. Pengguna informasi dalam

Lebih terperinci

PT ANEKA KEMASINDO UTAMA Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 SEPTEMBER 2009 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN TAHUN 2008 (MATA UANG INDONESIA)

PT ANEKA KEMASINDO UTAMA Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 SEPTEMBER 2009 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN TAHUN 2008 (MATA UANG INDONESIA) LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 SEPTEMBER 2009 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN TAHUN 2008 (MATA UANG INDONESIA) LAPORAN KEUANGAN 30 SEPTEMBER 2009 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN TAHUN 2008 Daftar Isi Halaman

Lebih terperinci

PT Rimo Catur Lestari Tbk dan Anak Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasi Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Desember 2010 dan 2009

PT Rimo Catur Lestari Tbk dan Anak Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasi Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 PT Rimo Catur Lestari Tbk dan Anak Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasi Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 Beserta Laporan Auditor Independen DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. HAKIKAT REKONSILIASI Pelaksanaan pembukuan berdasar kebijakan akuntansi perusahaan menyimpang dari ketentuan perpajakan. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. Penyesuaian

Lebih terperinci

AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN Laba yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan obyek pajak penghasilan. Jumlah Laba Kena Pajak (SPT) dihitung berdasar ketentuan dan Undang undang yang berlaku dalam tahun

Lebih terperinci

PT YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk

PT YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk PT YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk LAPORAN KEUANGAN PADA TANGGAL 30 JUNI 2011 (TIDAK DIAUDIT) DAN 31 DESEMBER 2010 (DIAUDIT) SERTA UNTUK PERIODE ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 30 JUNI 2011 DAN

Lebih terperinci

AKUNTANSI IMBALAN KERJA

AKUNTANSI IMBALAN KERJA AKUNTANSI IMBALAN KERJA Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 12 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Taufik Hidayat, Nia Paramita dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tujuan

Lebih terperinci

b) transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan perusahaan.

b) transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan perusahaan. 0 0 PENDAHULUAN Tujuan 0 Pernyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan. Masalah utama perlakuan akuntasi untuk pajak penghasilan adalah bagaimana mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

MODUL V REKONSILIASI FISKAL MODUL V REKONSILIASI FISKAL A. Dosen memberikan pengantar sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan ( S. A. P.) yang menjelaskan secara umum sebagai berikut : 1. Definisi Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal. 2.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 L17 L18 L19 Tabel 4.1 PT KALBE FARMA, Tbk LAPORAN PERUBAHAN MODAL KERJA TAHUN 2006-2007 Dalam Rupiah (Rp) 31 Desember Perubahan Modal Kerja 2006 2007

Lebih terperinci

1. Sampul muka, samping, dan belakang 2. Setiap halaman. 2. Pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi.

1. Sampul muka, samping, dan belakang 2. Setiap halaman. 2. Pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi. I. Umum KRITERIA 1. Dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, dianjurkan menyajikan juga dalam Bahasa Inggris. 2. Dicetak pada kertas yang berwarna terang agar mudah dibaca dan jelas PENJELASAN 3. Mencantumkan

Lebih terperinci

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah )

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah ) 1 UMUM a. Pendirian Perusahaan PT. Surya Toto Indonesia Tbk. ("Perusahaan") didirikan tanggal 11 Juli 1977 dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1, tahun 1967 berdasarkan akte yang dibuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mata uang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mata uang BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akuntansi Dana Pensiun KWI 1. Deskriptif Kualitatif a. Penyajian Laporan Keuangan Laporan keuangan Dana Pensiun KWI disusun dengan menggunakan prinsip dan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2011 DAN 2010

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2011 DAN 2010 PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2011 DAN 2010 PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN POSISI KEUANGAN PER 31 MARET 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 A S E T Aset Lancar Catatan Kas dan Setara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Menimbang, bahwa hasil pembahasan tiap pokok sengketa adalah sebagai berikut: Penjualan ke PT FKS Multi Agro Tbk. sebesar Rp

Menimbang, bahwa hasil pembahasan tiap pokok sengketa adalah sebagai berikut: Penjualan ke PT FKS Multi Agro Tbk. sebesar Rp Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.57329/PP/M.XVIIIB/15/2014 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding sebesar

Lebih terperinci

PT Yanaprima Hastapersada Tbk. Laporan Keuangan (tidak diaudit) 30 Juni 2010 Dengan Angka Perbandingan Periode 2009 (Mata Uang Rupiah Indonesia)

PT Yanaprima Hastapersada Tbk. Laporan Keuangan (tidak diaudit) 30 Juni 2010 Dengan Angka Perbandingan Periode 2009 (Mata Uang Rupiah Indonesia) PT Yanaprima Hastapersada Tbk Laporan Keuangan (tidak diaudit) 30 Juni 2010 Dengan Angka Perbandingan Periode 2009 (Mata Uang Rupiah Indonesia) LAPORAN KEUANGAN (tidak diaudit) Daftar Isi Halaman Neraca...

Lebih terperinci

MENYIKAPI PERBEDAAN LABA MENURUT PSAK DAN FISKAL : PERLUKAH DIBUAT PEMBUKUAN GANDA?

MENYIKAPI PERBEDAAN LABA MENURUT PSAK DAN FISKAL : PERLUKAH DIBUAT PEMBUKUAN GANDA? MENYIKAPI PERBEDAAN LABA MENURUT PSAK DAN FISKAL : PERLUKAH DIBUAT PEMBUKUAN GANDA? Oleh : Siti Istikhoroh 1), R. Bambang Dwi Waryanto 2) (Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya) Abstraksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV PEMBAHASAN Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ketentuan Program Tabungan Hari Tua PNS PT Taspen (Persero) Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan atas laporan keuangan PT Sari

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan atas laporan keuangan PT Sari BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan atas laporan keuangan PT Sari Husada Tbk dengan menggunakan analisis rasio, analisis horizontal dan vertikal. Analisis horizontal dan vertikal

Lebih terperinci