BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ketentuan Program Tabungan Hari Tua PNS PT Taspen (Persero) Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian pasal 1 menyatakan bahwa Pegawai Negeri merupakan setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya. Selanjutnya Pegawai Negeri Sipil digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai negeri terdiri dari tiga komponen, yaitu Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pegawai Negeri Sipil sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah. Untuk meningkatkan kegairahan bekerja dan untuk membina kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil agar dapat dipelihara dan dikembangkan daya cipta, dayaguna, dan hasil gunanya, maka diselenggarakan usaha kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil yang diatur dalam pasal 32 Undang-undang nomor 43 tahun Usaha kesejahteraan sebagaimana dimaksud meliputi program pensiun dan tabungan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan perumahan, dan asuransi pendidikan bagi putra putri Pegawai Negeri Sipil. Guna penyelenggaraan usaha 30

2 31 kesejahteraan tersebut Pegawai Negeri Sipil wajib membayar iuran setiap bulan dari penghasilannya untuk penyelenggaraan program pensiun dan Tabungan Hari Tua serta untuk penyelenggaraan asuransi kesehatan. Sedangkan Pemerintah menanggung subsidi dan iuran. Atas dasar pasal 32 Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 di atas maka diselenggarakan program Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil yang merupakan salah satu program asuransi sosial bagi Pegawai Negeri Sipil yang dikelola oleh PT Taspen (Persero). Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil merupakan suatu program asuransi untuk Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari asuransi dwiguna yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan asuransi kematian. Dengan demikian, peserta Program Tabungan Hari Tua akan memperoleh hak berupa manfaat asuransi dwiguna dan manfaat asuransi kematian. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, diatur bahwa hak atas Tabungan Hari Tua hanya bersifat satu kali dan diberikan pada saat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan berhenti karena pensiun, meninggal dunia, atau berhenti tanpa hak pensiun. Apabila Pegawai Negeri Sipil tersebut meninggal dunia sebelum memasuki usia pensiun, hak atas Tabungan Hari Tua diberikan kepada istri/suami, anak atau ahli waris yang sah. Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang menjadi peserta Program Tabungan Hari Tua yang dikelola oleh PT Taspen (Persero) sampai dengan tahun 2006 kurang lebih berjumlah , dengan rincian seperti yang tercantum pada Tabel 4.1 di bawah:

3 32 Tabel 4.1. Daftar Kriteria Pegawai Negeri Sipil Tahun 2006 Kriteria Pegawai Negeri Sipil 1. Pegawai Negeri Sipil dengan Usia Pensiun 56 tahun 2. Pegawai Negeri Sipil dengan Usia Pensiun 60 tahun 3. Pegawai Negeri Sipil dengan Usia Pensiun 62 tahun 4. Pegawai Negeri Sipil dengan Usia Pensiun 63 tahun 5. Pegawai Negeri Sipil dengan Usia Pensiun 65 tahun 6. Pegawai Negeri Sipil dengan Usia Pensiun 70 tahun Jumlah (orang) Jumlah Sumber: Diolah dari Laporan Aktuaris PT Taspen (Persero) Valuasi 2005 Hak peserta program Tabungan Hari Tua meliputi manfaat asuransi dwiguna dan asuransi kematian. Rumus manfaat yang diterima adalah sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Rumus Besar Manfaat Program Tabungan Hari Tua Besar Manfaat Asuransi Dwiguna a. Pensiun normal b. Meninggal dunia c. Berhenti bekerja/sebab lain : 0,60 X MI 1 X P1 + 0,6 X MI 2 X (P2-P1) Minimal P2 adalah Rp. 1 juta : 0,60 X Y1 X P1 + 0,60 X Y2 X (P2-P1) Minimal P2 adalah Rp. 1 juta : F1 X P1 + F2 X (P2-P1) Besarnya manfaat asuransi dwiguna minimal Rp ,- Besar Manfaat Asuransi Kematian a. Saat masih bekerja b. Setelah Pensiun : - Peserta : 2,00 X P2 - Istri : 1,50 X P2 - Anak : 0,75 X P2 : - Peserta : 2,00 X (1+10% X B/12) X P2 - Istri : 1,50 X (1+10% X B/12) X P2 - Anak : 0,75 X (1+10% X B/12) X P2 Sumber: Keputusan Menteri Keuangan Nomor 478/KMK.06/2002

4 33 Arti dari huruf maupun angka dalam tabel rumus diatas adalah: MI 1 = Masa iuran sampai berhenti MI 2 = Masa iuran sejak 1/1/2001 sampai berhenti P1 = Penghasilan berdasarkan gaji pokok tahun 1997 P2 = Penghasilan bulan terakhir Y1 = Batas usia pensiun (56 tahun) usia menjadi peserta Y2 = Batas usia pensiun (56 tahun) usia per 1/1/2001 atau setelahnya F1 = Faktor sesuai MI 1 F2 = Faktor sesuai MI 2 B = Jumlah bulan sejak pensiun sampai saat meninggal dunia C = Jumlah bulan sejak pensiunan meninggal sampai saat istri/anak meninggal Sumber dana untuk penyelenggaraan Program Tabungan Hari Tua PNS diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981, yaitu berasal dari penerimaan iuran yang dipotong dari penghasilan PNS setiap bulannya. Potongan tersebut adalah sebesar 3,25% dari gaji pokok ditambah tunjangan keluarga. Iuran peserta selanjutnya dikembangkan oleh pengelola Program Tabungan Hari Tua yaitu PT Tapen (Persero). Hasil pengembangan dari akumulasi iuran digunakan untuk pembayaran manfaat/klaim Program Tabungan Hari Tua dengan menggunakan basis manfaat pasti. Dalam rangka memberikan perlindungan dan peningkatan kesejahteraan peserta Program Tabungan Hari Tua dan untuk menjamin pemenuhan hak-hak peserta dan dalam rangka menjamin pengelolaan kekayaan Tabungan Hari Tua

5 34 dilaksanakan secara terarah dan hati-hati, maka Pemerintah menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 491/PMK.06/2004 sebagai ketentuan yang mengatur mengenai penyelenggaraan program dan pengelolaan kekayaan Tabungan Hari Tua. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 491/KMK.06/2004, dalam mengelola kekayaan Program Tabungan Hari Tua PT Taspen (Persero) wajib mempertimbangkan tingkat keamanan, tingkat hasil, dan tingkat likuiditas sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi, serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Pencatatan Piutang Unfunded Liability Program Tabungan Hari Tua PNS PT Taspen (Persero) Tahun Munculnya unfunded liability Program Tabungan Hari Tua PNS pada PT Taspen (Persero) tahun dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pola pembiayaan program Tabungan Hari Tua saat ini mengasumsikan dana yang tersedia selalu sama dengan nilai kewajiban yang dihitung dengan kenaikan gaji sebesar 2,5% per tahun. Pada kenyatannya, kenaikan gaji riil secara rata-rata selalu melebihi 2,5% per tahun. Pada tahun 2007, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2007 tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, gaji Pegawai Negeri Sipil naik rata-rata sebesar 15% dibandingkan gaji terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun Begitu pula pada tahun 2008, kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2008 tentang Perubahan

6 35 Kesepuluh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, kenaikannya jauh melebihi asumsi 2,5%, yakni naik rata-rata sebesar 20%. b. Adanya ketidakseimbangan antara iuran dan manfaat yang diterima peserta. Ketidakseimbangan ini disebabkan besaran manfaat Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil menggunakan pola manfaat pasti. Jumlah manfaat yang diterima dihitung berdasarkan rumus yang menggunakan masa kerja dan penghasilan/gaji pokok PNS sebagai variabel penentu, bukan berdasarkan akumulasi iuran peserta dan hasil pengembangannya (tabel 4.2.). Sesuai dengan kebijakan akuntansi pada PT taspen (Persero), unfunded Liability program Tabungan Hari Tua PNS dibukukan sebagai Piutang Past Service Liability (PSL) Pemberi Kerja dan nantinya dilaporkan di dalam neraca. Piutang PSL Pemberi Kerja merupakan piutang yang timbul dari kenaikan manfaat Tabungan Hari Tua akibat kebijakan pemberi kerja (Pemerintah) menaikkan gaji PNS. Piutang Pemberi Kerja dicatat dan diakui pada saat hasil perhitungan kenaikan Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan telah direview oleh Pemerintah atau aktuaris independen. Dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 491/KMK.06/2004 tentang Penyelenggaraan Program dan Pengelolaan Kekayaan Tabungan Hari Tua oleh PT Taspen (Persero) diatur bahwa Badan penyelenggara (PT Taspen) wajib membentuk Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan untuk program Tabungan Hari Tua PNS yang dihitung oleh aktuaris dengan tingkat bunga asuransi tertentu. Jumlah Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan yang dibukukan pada suatu periode

7 36 akuntansi berdasarkan perhitungan aktuartia harus bisa mencukupi pembayaran manfaat kepada seluruh peserta pada periode tersebut. Kenaikan Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan merupakan selisih antara Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan pada akhir tahun dengan awal tahun berdasarkan perhitungan aktuaris. Di dalam Kenaikan Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan tahun 2007 dan 2008 sebesar Rp ,00 dan Rp ,00 terdapat Past Service Liability (kekurangan pendanaan) program Tabungan Hari Tua PNS tahun 2007 sebesar Rp ,00 dan tahun 2008 sebesar Rp ,00. PT Taspen (Persero) melakukan pencatatan piutang unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun 2007 dan 2008 sebagai berikut: 31 Desember 2007: Piutang past service liability pemberi kerja Rp ,- Pendapatan past service liability pemberi kerja Rp ,- 31 Desember 2008: Piutang past service liability pemberi kerja Rp ,- Pendapatan past service liability pemberi kerja Rp ,-

8 37 Dalam penjelasan pos-pos laporan laba rugi pada Laporan Keuangan Konsolidasian PT Taspen (Persero) untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007, dinyatakan bahwa pendapatan past service liability pemberi kerja merupakan unfunded liability yang timbul akibat perubahan gaji pegawai peserta program Tabungan Hari Tua yang telah diakui oleh masing-masing pemberi kerja. Padahal kenyatannya, Pemerintah selaku pemberi kerja bagi PNS belum mengakui adanya unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun tersebut. Maka bisa dilihat bahwa secara akuntansi hal tersebut tidak sesuai dengan prinsip akuntansi karena PT Taspen (Persero) mencatat piutang yang belum diakui oleh pihak yang berhutang. Pernyataan Pemerintah yang belum mengakui adanya utang unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun terdapat dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah tahun 2008 poin C C. Evaluasi Pengakuan Piutang Unfunded Liability Program Tabungan Hari Tua PNS PT Taspen (Persero) Tahun Piutang Unfunded Liability Program Tabungan Hari Tua PNS PT Taspen (Persero) Tahun dapat dilihat dari berbagai sisi, yaitu PT Taspen, Pemerintah maupun akuntansi sendiri. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini, evaluasi atas Piutang Unfunded Liability Program Tabungan Hari Tua PNS PT Taspen (Persero) Tahun akan diuraikan secara berurutan dari ketiga sisi tersebut.

9 38 1. Unfunded Liability Program Tabungan Hari Tua PNS dari Sisi PT Taspen (Persero) Atas permasalahan unfunded liability tersebut, Direktur Utama PT Taspen (Persero) mengirimkan surat kepada Menteri Keuangan nomor SRT- 44/Dir.1/ tanggal 25 Maret 2008 sebagaimana terlihat pada lampiran 2. Melalui surat tersebut Direktur Utama PT Taspen (Persero) melaporkan bahwa terdapat kekurangan pendanaan (unfunded liability) tahun 2007 dan 2008 sebesar Rp milyar sebagai akibat kebijakan kenaikan gaji PNS. Unfunded Liability Program Tabungan Hari Tua PNS merupakan sejumlah kewajiban yang harus ditanggung oleh Pemerintah untuk menutupi kekurangan pendanaan program Tabungan Hari Tua PNS pada suatu periode berdasarkan perhitungan aktuaria dengan menggunakan berbagai asumsi. Berdasarkan perhitungan aktuaria itulah, diperoleh besaran angka seperti yang dilaporkan oleh PT Taspen (Persero) kepada Departemen Keuangan, sebagaimana terlihat pada tabel 4.3 berikut ini: Tabel 4.3. Kekurangan Pendanaan (Unfunded Liability) Program THT yang Disampaikan oleh PT Taspen (Persero) kepada Pemerintah No Unfunded Liability Sebab Jumlah 1 Tahun Tahun 2008 Kenaikan gaji PNS berdasarkan PP No. 9 tahun 2007 Kenaikan gaji PNS berdasarkan PP No. 10 tahun 2008 Sumber: Ditjen Anggaran, Departemen Keuangan RI Rp miliar Rp miliar Jumlah Rp miliar

10 39 Jumlah sebagaimana terlihat pada tabel 4.3 di atas dibukukan sebagai Piutang Past Service Liability Pemberi Kerja oleh PT Taspen (Persero) dalam neracanya. Besaran angka tersebut muncul dalam laporan keuangan PT Taspen (Persero) yang berakhir pada 31 Desember 2007 dan 2008 dalam neraca pada sisi aset lancar, seperti yang dapat terlihat dalam tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4. Neraca Parsial Konsolidasian PT Taspen (Persero) PT TASPEN (PERSERO) NERACA KONSOLIDASIAN PER 31 DESEMBER 2007 DAN 2008 URAIAN 31 DESEMBER DESEMBER ASET ASET LANCAR , ,00 Kas dan setara kas 482, , ,00 Piutang premi dan iuran , ,00 Piutang sharing APBN , ,00 Piutang hasil investasi , ,00 Piutang pelepasan investasi , ,00 Piutang PGS , ,00 Piutang iuran masa kerja lalu , ,00 Piutang PSL pemberi kerja , Piutang usaha , ,00 Piutang lain-lain , ,00 Manfaat pensiun dibayar dimuka , ,00 Biaya dibayar dimuka , ,00 Persediaan , ,00 JUMLAH ASET LANCAR , ,00 Sumber: Diolah dari laporan keuangan konsolidasian PT Taspen (Persero) tahun 2007 dan PSL atau Past Service Liability sebagaimana terlihat dalam tabel 4.4 tersebut merupakan kewajiban masa lalu penyelenggaraan suatu program yang

11 40 harus ditanggung oleh Pemerintah akibat kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah. Dalam hal ini akun PSL pemberi kerja diartikan sebagai kewajiban dari pemerintah untuk menyediakan pendanaan akibat adanya program Tabungan Hari Tua PNS yang diciptakan oleh pemerintah dan dikelola oleh PT Taspen (Persero). Dari tabel 4.4 mengenai neraca PT Taspen (Persero) di atas, terdapat akun Piutang PSL Pemberi Kerja sebesar Rp ,00 pada tahun 2007 dan Rp ,00 pada tahun Akun ini merupakan saldo piutang atas past service liability pemberi kerja (Pemerintah) pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 dengan rincian sebagaimana tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5. Rincian akun Piutang PSL Pemberi Kerja tahun URAIAN 2008 (Rp) 2007 (Rp) Unfunded liability akibat PP No. 11 tahun Pemenuhan unfunded liability oleh Pemerintah melalui: Cicilan unfunded liability di tahun 2005 ( ) ( ) Cicilan unfunded liability di tahun 2006 ( ) ( ) Cicilan unfunded liability di tahun 2007 ( ) ( ) Cicilan unfunded liability di tahun 2008 ( ) - Saldo unfunded liability akibat PP No 11 tahun Unfunded liability akibat PP No 9 tahun Unfunded liability tahun 2008: Akibat PP No. 14 tahun Perubahan tingkat bunga aktuaria Jumlah Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian PT Taspen (Persero)

12 41 Sisa unfunded liability per 31 Desember 2007 sebesar Rp ,00 yang terlihat pada tabel 4.5 di atas merupakan unfunded liability yang timbul akibat kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2003 tanggal 23 Februari Kenaikan gaji PNS yang melebihi 2,5% terjadi setiap tahun sejak tahun 2003 sampai sekarang dan membawa konsekuensi dilakukannya penyesuaian formula perhitungan manfaat Tabungan Hari Tua yang semula berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 45/KMK.013/1992 menjadi Keputusan Menteri Keuangan Nomor 478/KMK.06/2002. Atas unfunded liability akibat kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2003 tersebut, penyelesaiannya telah disepakati antara Pemerintah dan PT Taspen (Persero) bahwa Pemerintah akan mengangsur selama 15 tahun dengan angsuran per tahun sebesar Rp ,00 yang terdiri dari pokok dan bunga. Namun demikian, pemerintah akhirnya mengangsur sesuai dengan kemampuan keuangan negara, yakni sebesar seperti yang terlihat dalam tabel di atas, yaitu sebesar Rp ,00 pada tahun 2005, sebesar Rp ,00 pada tahun 2006, sebesar Rp ,00 pada tahun 2007, dan sebesar Rp ,00 pada tahun Sehingga akhir tahun 2007, terdapat saldo unfunded liability akibat kenaikan gaji berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2003 sebesar Rp ,00.

13 42 Pada akhirnya sisa unfunded liability akibat kenaikan gaji berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2003 dilunasi semua oleh Pemerintah pada tahun 2009 dengan mengeluarkan dana dari APBN. Unfunded liability tahun 2007 sebesar Rp ,00 merupakan kekurangan pendanaan yang timbul akibat adanya kenaikan gaji PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun Unfunded liability tahun 2008 sejumlah Rp ,00 merupakan kekurangan pendanaan yang timbul akibat adanya kenaikan gaji PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2008 sebesar Rp ,- dan unfunded liability yang timbul akibat perubahan tingkat bunga aktuaria dari 10,10% menjadi 10,05% sebesar Rp ,-. Akun piutang Past Service Liability Pemberi Kerja pada Laporan Keuangan Konsolidasian PT Taspen (Persero) sejumlah tersebut pada table 4.4 di atas telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik dan mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). 2. Unfunded Liability Program Tabungan Hari Tua PNS dari Sisi Pemerintah Pemerintah sebagai pihak yang mempunyai kebijakan mengadakan program Tabungan Hari Tua dan pemberi kerja bagi PNS, ternyata tidak serta merta mengakui piutang PSL pemberi kerja tahun seperti yang tercantum dalam neraca PT Taspen (Persero) sebagai utang Pemerintah. Atas laporan PT Taspen (Persero) yang menyampaikan adanya unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun melalui surat Direktur

14 43 Utamanya kepada Menteri Keuangan, Departemen Keuangan melakukan kajian dan menghasilkan kesimpulan awal sebagai berikut: 1. Untuk melakukan pembayaran atas unfunded liability tahun 2007 dan 2008 yang oleh PT Taspen (Persero) dalam laporan keuanganya dilaporkan sebagai piutang terhadap pemerintah, masih memerlukan payung hukum mengenai metode penghitungan atau penilaian unfunded liability yang nantinya akan dijadikan dasar pengakuan pemerintah karena jumlah yang diajukan tersebut hanya berdasarkan perhitungan sepihak dari PT Taspen (Persero). 2. Sebagai akibat dari kenaikan gaji PNS, tidak menutup kemungkinan bahwa kekurangan pendanaan (unfunded liability) akan selalu meningkat seiring dengan kenaikan gaji PNS. Jika sistem pensiun yang ada sekarang ini dipertahankan, kemungkinan besar beban fiskal (APBN) untuk menanggung unfunded liability akan selalu mengalami kenaikan. Oleh karena itu perlu terlebih dahulu dilakukan perbaikan sistem pensiun PNS. Menindaklanjuti hasil kajian awal di atas, Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Anggaran Departemen Keuangan menggunkan penilai independen (jasa aktuaris) untuk menilai kewajaran jumlah unfunded liability program Tabungan Hari Tua karena usulan nilai unfunded liability tahun 2007 dan 2008 merupakan usulan sepihak dari PT Taspen (Persero), sehingga dipandang perlu untuk menggunakan jasa penilai independen sebagai perbandingan. Hasil penilaian lembaga penilai independen tersebut menyimpulkan bahwa nilai unfunded liability yang diajukan oleh PT Taspen (Persero) masih wajar. Namun penilai independen juga menambahkan bahwa timbulnya unfunded

15 44 liability ini tidak serta merta harus diikuti dengan realisasi pembiayaannya atau arus kas masuk untuk menutupi kekurangan pendanaan tersebut. Setelah melakukan kajian dan penelaahan atas permasalahan unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun selama hampir satu tahun, Pemerintah berpandangan sebagaimana matriks pada tabel 4.6 berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Penelaahan Pemerintah terhadap Unfunded Liability Program THT PNS tahun 2007 dan 2008 No Peraturan Perundangundangan terkait Program THT Tanggapan terhadap Unfunded Liability 1 Pasal 14 Peraturan Pemerintah Kondisi keuangan PT Taspen Nomor 25 tahun 1981 tentang (Persero) saat ini tidak sedang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, yang mengatur bahwa dalam hal PT Taspen (Persero) tidak dapat memenuhi kewajiban kepada peserta Program Tabungan Hari Tua, maka negara bertanggung jawab penuh untuk itu. mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban kepada peserta program Tabungan Hari Tua. Dalam Laporan Keuangan perusahaan per 31 Desember 2007, terlihat bahwa arus kas perusahaan masih positif sebesar Rp. 2,6 milyar dan perusahaan memperoleh laba sebesar Rp. 147,4 milyar. Dengan demikian saat ini Pemerintah tidak dalam keadaan harus menjamin kewajiban program Tabungan Hari Tua PNS

16 45 tersebut sehingga piutang unfunded liability tidak serta merta menjadi utang pemerintah. 2. Keputusan Menteri Keuangan No. 478/KMK.06/2002 tentang Persyaratan dan Besar manfaat THT PNS mengatur bahwa besar manfaat THT PNS didasarkan pada rumus yang tergantung pada masa kerja dan gaji terakhir PNS Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai perubahan besar manfaat THT PNS yang tidak tergantung pada masa kerja dan gaji terakhir PNS, namun berdasarkan akumulasi iuran dan hasil pengembangannya. Selanjutnya agar rumusan baru lebih berkeadilan dan PNS nantinya dapat menerima perubahan tersebut, Pemerintah sebagai pemberi kerja perlu ikut mengiur. 3. Pasal 22 Keputusan Menteri Keuangan No. 491/KMK.06/2004 tentang Penyelenggaraan Program dan Pengelolaan Kekayaan Tabungan Hari Tua oleh PT Taspen (Persero). Secara akuntansi PT Taspen (Peresero) membutuhkan pengakuan unfunded liability sebagai dasar pencatatan piutang dalam pembukuannya guna memenuhi ketentuan Pasal 22 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 491/KMK.06/2004. Pengakuan ini

17 46 akan menjadi dasar pencatatan utang Past Service Liability dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Namun demikian penyelesaian unfunded liability tidak hanya diselesaikan dari segi akuntansi saja, namun tidak dapat dilepaskan dari sustainabilitas program THT PNS. 5 Surat Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan Nomor S-122/MK.2/2010 tanggal 4 Mei hal Penyelesaian Unfunded Liability Pemerintah Akibat Kenaikan Gaji Pokok PNS Tahun 2007, 2008, dan 2009 pada PT Taspen (Persero) Pemerintah tetap bertanggungjawab atas penyelenggaraan program THT PNS. Adapun mengenai kewajiban yang timbul akibat kenaikan gaji pokok tahun 2007, 2008, dan 2009 akan dilakukan kajian lebih lanjut untuk penyelesaiannya, dan belum mengakui unfunded liability sebagai utang pemerintah. Sumber: Diolah dari berbagai data pada Ditjen Anggaran, Departemen Keuangan

18 47 Kewajiban Pemerintah terhadap program THT PNS sehubungan dengan unfunded liability tahun 2007 dan 2008 dituangkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2008, unfunded liability program THT PNS diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan poin C.2.35 dengan nilai sebesar Rp milyar. 3. Unfunded Liability Program Tabungan Hari Tua PNS dari Sisi Akuntansi Dari beberapa uraian di atas, terlihat bahwa unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun 2007 dan 2008 telah dicatat dan dilaporkan dalam Laporan Keuangan PT Taspen (Persero) sebagai Piutang Past Service Liability Pemberi Kerja. Namun, di sisi pemerintah sebagai pemberi kerja dan penanggung jawab kebijakan belum mengakui adanya unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun tersebut. Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2008 tidak terdapat akun utang Past Service Liability pemberi kerja. Pernyataan Pemerintah yang belum mengakui unfunded liability program THT PNS tahun 2007 dan 2008 tercantum dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat poin C Dari sisi akuntansi, suatu entitas yang telah mecantumkan adanya sejumlah piutang dalam neracanya, dalam neraca entitas lain yang terkait juga mencantumkan adanya utang atas sejumlah piutang tersebut dalam laporan keuangannya. Oleh karena itu, dari sisi akuntansi, pandangan Pemerintah atas unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS seperti yang telah diuraikan di atas, yaitu tidak mengakui adanya unfunded liability program Tabungan Hari

19 48 Tua PNS tahun 2007 dan 2008 menimbulkan resiko menambah temuan penyebab timbulnya opini disclaimer pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat karena Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, khususnya neraca disusun dengan tidak memenuhi prinsip akuntansi dalam penilaian dan pengakuan aktiva dan kewajiban. Selanjutnya apabila dicermati dari sisi pembukuan PT Taspen (Persero), belum adanya pengakuan Pemerintah atas unfunded liability program THT PNS juga bisa menjadi salah satu penyebab opini disclaimer pada Laporan Keuangan PT Taspen (Persero), karena piutang unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun 2007 dan 2008 sebesar Rp milyar yang telah dicantumkan dalam neraca tidak diakui oleh Pemerintah sebagai pihak yang mempunyai hutang sehingga aset PT Taspen (Persero) disajikan lebih tinggi dari yang sebenarnya, karena telah mencantumkan piutang yang belum diakui oleh pihak lain yang terkait. Di samping itu jika diteliti lebih jauh lagi, tidak diakuinya unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun 2007 dan 2008 oleh Pemerintah menyebabkan PT Taspen (Persero) tidak bisa memenuhi ketentuan pasal Pasal 22 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 491/KMK.06/2004 tentang Penyelenggaraan Program dan Pengelolaan Kekayaan Tabungan Hari Tua oleh PT Taspen (Persero). Dalam Keputusan Menteri Keuangan tersebut diatur bahwa Badan penyelenggara (PT Taspen) wajib membentuk Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan untuk program Tabungan Hari Tua PNS yang dihitung oleh aktuaris dengan tingkat bunga asuransi tertentu.

20 49 Dalam bidang perasuransian secara umum Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan biasa disebut dengan cadangan premi. Perusahaan asuransi pada umumnya mempunyai kebutuhan untuk memelihara aset yang cukup besar. Sebagian besar dari aset perusahaan ini dibutuhkan sebagai pendukung atau penopang kewajiban kepada pemegang polis. Tanpa adanya akumulasi aset untuk menjamin pembayaran kepada pemegang polis, maka keamanan proteksi asuransi jiwa menjadi suatu hal yang tidak mungkin. Kewajiban inilah yang dinamakan cadangan premi. Jumlah cadangan premi atau yang dalam program Tabungan Hari Tua PNS pada PT Taspen (Persero) disebut dengan Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan yang dibukukan pada suatu periode akuntansi berdasarkan perhitungan aktuartia harus bisa mencukupi pembayaran manfaat kepada seluruh peserta pada periode tersebut. Apabila tidak membukukan unfunded liability sebagai piutang, maka Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan tidak mencukupi untuk menjamin pembayaran manfaat Tabungan Hari Tua kepada peserta. Namun jika unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun dibukukan sebagai piutang, maka ada prinsip akuntansi yang dilanggar mengingat Pemerintah belum mengakuinya sebagai utang. Pada akhirnya PT Taspen (Persero) memutuskan untuk membukukan unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun sebagai piutang dengan alasan untuk menjamin pembayaran manfaat kepada peserta dan memenuhi ketentuan dalam pasal 22 KMK No. 491/KMK.06/2004 sebagaimana

21 50 di atas. Kemudian PT Taspen (Persero) menindaklanjuti dengan membuat surat permohonan pengakuan utang kepada Pemerintah. Dari uraian-uraian di atas memang baik Pemerintah maupun PT Taspen (Persero) bisa dikatakan tidak memenuhi prinsip akuntansi dalam pengakuan dan pencatatan aktiva dan kewajiban. Namun permasalahan ini kiranya bisa dilihat dari kaca mata yang lebih luas, tidak hanya sebatas dari sisi akuntansi. Yang harus diingat adalah program Tabungan Hari Tua PNS merupakan asuransi sosial. Pemerintah tidak diharuskan setiap tahun membuat surat pengakuan utang, namun Pemerintah berkewajiban untuk manjamin going concern PT Taspen (Persero) dan program Tabungan Hari Tua yang tidak merugikan peserta, karena Pemerintah yang mengeluarkan kebijakan itu. Hal ini juga telah diatur dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri. Untuk menyelesaikan persoalan unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS, baik untuk tahun dan tahun-tahun mendatang, Pemerintah tidak menekankan penyelesaian dari sisi akuntansi/pembukuan berdasarkan pada standar akuntansi yang berlaku. Namun Pemerintah memandang dari sisi yang lebih luas, yakni sustainability dari program itu. Oleh karena itu perlu terlebih dahulu dilakukan perbaikan yang fundamental atas program Tabungan Hari Tua PNS sehingga diperoleh program yang berkesinambungan baik bagi APBN maupun bagi peserta. Mengakui adanya unfunded liability sebesar Rp milyar tersebut tidak akan memberikan penyelesaian yang terbaik atas adanya

22 51 kekurangan pendanaan program Tabungan Hari Tua PNS yang dikelola oleh PT Taspen (Persero). Mengakui unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS sebagai utang Pemerintah hanya bermanfaat untuk memenuhi prinsip akuntansi sehingga mengurangi temuan BPK yang menyebabkan opini disclaimer. Namun yang lebih penting adalah adanya jaminan dari Pemerintah yang akan bertanggungjawab atas penyelenggaraan program Tabungan Hari Tua PNS. Jaminan dari Pemerintah ini kiranya cukup menjadi penyelesaian sementara atas unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tahun Karena dengan adanya jaminan ini keberadaan program akan tetap bisa berjalan dan pembayaran manfaat kepada peserta dapat dilakukan. Di samping itu unfunded liability Tabungan Hari Tua PNS pada dasarnya merupakan kewajiban yang dihitung dengan asumsi-asumsi aktuaria. Karena didasarkan atas asumsi-asumsi, besaran unfunded liability tidak dapat dipastikan jumlahnya, namun hanya dapat dinilai kewajarannya. Besar unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS tidak dipengaruhi oleh bagaimana beban itu dicatat, dilaporkan atau dibayarkan, namun hanya dipengaruhi oleh rumus manfaat yang dijanjikan. Hal inilah yang menyebabkan Pemerintah tidak serta merta mengakuinya sebagai utang Pemerintah. Dalam Laporan Hasil Perhitungan Kewajiban Tahun 2007 dan 2008 Program Tabungan Hari Tua PT Taspen (Persero), dijelaskan bahwa perhitungan aktuaria dilakukan dengan memperkirakan manfaat yang akan dibayarkan kepada peserta di masa depan berdasarkan ketentuan manfaat yang berlaku. Manfaat

23 52 dibayarkan pada saat mencapai usia pensiun, berhenti bekerja, mengalami catat dan meninggal dunia. Jumlah manfaat yang dibayarkan untuk setiap peristiwa dimaksud tergantung dari masa kerja dan penghasilan pada saat pembayaran dilakukan. Untuk itu, diperlukan asumsi mengenai kemungkinan suatu manfaat akan dibayarkan di masa depan, termasuk asumsi ekonomis seperti kenaikan penghasilan. Agar dapat dihitung nilai kewajiban pada suatu tanggal perhitungan tertentu, perkiraan manfaat yang dibayarkan berdasarkan penghasilan pada setiap peristiwa di masa depan didiskontokan ke tanggal perhitungan dengan menggunakan tingkat bunga. Tingkat bunga menandakan adanya nilai waktu dari uang di masa depan. Jadi sebenarnya pelaporan adanya kewajiban atau utang Pemerintah pada program Tabungan Hari Tua PNS tidak harus diikuti dengan praktik pembiayaan yang berupa adanya arus kas masuk untuk membayar kewajiban tersebut. Nilai kewajiban tersebut merupakan nilai perkiraan kewajiban masa depan yang dibayarkan kepada seluruh peserta program yang dihitung berdasarkan asumsi aktuaria. Kemudian apabila diteliti dalam Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan Nomor 09 tentang Kewajiban dan dalam Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 08 mengenai perlakuan akuntansi kewajiban yang terkait dengan pegawai pemerintah yang memasuki usia pensiun, tidak ada pernyataan yang memberikan pedoman tentang perlakuan akuntansi kewajiban unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS.

24 53 Dalam Buletin teknis tersebut kewajiban yang diatur hanyalah kewajiban Past Service Liability Dana Pensiun yang lebih terkait dengan Program Pensiun PNS. Kewajiban unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS belum diatur secara jelas, meskipun mempunyai kemiripan karakteristik transaksi. Belum adanya kejelasan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan untuk membukukan unfunded liability ini juga merupakan salah satu kendala dalam mencantumkan unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS dalam neraca Pemerintah Pusat. Saat ini belum ada payung hukum yang tegas yang mengatur perlakuan akuntansi unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS. Program Tabungan Hari Tua PNS pada dasarnya merupakan program Pemerintah dan sebagai konsekuensinya Pemerintah bertanggungjawab atas kelangsungan penyelenggaraan program tersebut. Untuk itulah menjadi tugas Pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS ini dengan melakukan langkah-langkah perbaikan yang menyeluruh. Mengakui unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS sebagai utang Pemerintah untuk memenuhi prinsip akuntansi yang berlaku kemungkinan hanya berdampak pada kewajaran laporan keuangan PT Taspen (Persero) dan Pemerintah sehingga mendapatkan opini yang baik dari auditor. Namun penekanan penyelesaian adanya unfunded liability tersebut bukan pada sisi prinsip akuntansi, tetapi pada perbaikan dari desain program itu secara keseluruhan sehingga di masa mendatang tidak menimbulkan kekurangan pendanaan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Ditjen Anggaran Departemen

25 54 Keuangan, saat ini Departemen Keuangan telah melakukan langkah-langkah dalam rangka penyelesaian unfunded liability program Tabungan Hari Tua PNS dan upaya perbaikan untuk menjaga sustainabilitas program Tabungan Hari Tua PNS sebagai berikut: a. Melakukan kajian untuk mengubah skema Program Tabungan Hari Tua PNS menjadi Pola Iuran Pasti atau Pola Iuran Pasti Modifikasi. b. Melakukan kajian untuk mengubah ketentuan yang mengatur tentang kekayaan program Tabungan Hari Tua PNS (Keputusan Menteri Keuangan No. 491/KMK.06/2004), khususnya terkait dengan kewajiban Pemerintah. c. Memperjelas peran Pemerintah dalam program Tabungan Hari Tua PNS baik sebagai regulator maupun sebagai pendukung pendanaan. d. Kajian dari aspek akuntansi untuk program Tabungan Hari Tua PNS.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan adanya jaminan sosial bagi pekerja atau pegawai tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan adanya jaminan sosial bagi pekerja atau pegawai tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya, kesejahteraan pekerja atau pegawai terdiri dari dua hal, yaitu kesejahteraan ketika aktif bertugas dan kesejahteraan purna tugas. Salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.01/2007

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.01/2007 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.01/2007 TENTANG PENGADMINISTRASIAN, PELAPORAN DAN PENGAWASAN PENITIPAN DANA IURAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEJABAT NEGARA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.91, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Tabungan Hari Tua. Perhitungan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: PER- 02 /BL/2007 TENTANG BENTUK DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.219, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Program Tabungan Hari Tua. Kesehatan Keuangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.219, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Program Tabungan Hari Tua. Kesehatan Keuangan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.219, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Program Tabungan Hari Tua. Kesehatan Keuangan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN

Lebih terperinci

MENTER!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTER!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTER!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 170/PMK.02/2016 TENTANG PENYEDIAAN DANA PROGRAM PENYESUAIAN PENSIUN EKS PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/POJK.05/2014 TENTANG PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI OJK. Dana Pensiun. Pembubaran. Likuidasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 163) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/POJK.05/2013

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.02/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.02/2008 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.02/2008 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN, PENYEDIAAN, PENCAIRAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA APBN YANG KEGIATANNYA DILAKSANAKAN

Lebih terperinci

2017, No pengendalian pelaksanaan anggaran negara; c. bahwa mengacu ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.02/2015 tentang

2017, No pengendalian pelaksanaan anggaran negara; c. bahwa mengacu ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.02/2015 tentang No.19, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Iuran Pensiun. PNS. Pejabat Negara. Pengelolaan. Pelaporan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.02/2016 TENTANG

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 509 /KMK.06/2002 TENTANG LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 509 /KMK.06/2002 TENTANG LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 509 /KMK.06/2002 TENTANG LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa laporan keuangan Dana Pensiun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun mengatur berbagai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1518, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Unfunded Pas Service Liability. Tabungan Hari Tua. TNI. Polri. PNS. PT. Asabri (Persero). Pembayaran. Pengakuan. Perhitungan. Tata Cara. PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Dana Pensiun Sesuai UU No. 11 tahun 1992, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun Dalam PP No. 77 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan operasi PT ASABRI (Persero) dilandasi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1971, yang menjelaskan bahwa ASABRI adalah suatu jaminan sosial bagi prajurit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Umur dan produktivitas manusia pada akhirnya ada batasnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Umur dan produktivitas manusia pada akhirnya ada batasnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umur dan produktivitas manusia pada akhirnya ada batasnya. Manusia tidak selamanya dapat berproduktivitas dan mendapat penghasilan. Seseorang tidak ingin penghasilannya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT Taspen (PERSERO). Perhitungan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.02/2013

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 218/PMK. 02/2010 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN, PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA BELANJA PENSIUN YANG DILAKSANAKAN OLEH PT TASPEN (PERSERO) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2005 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2005 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 510/ KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG ASURANSI SOSIAL PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA, ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN PEGAWAI NEGERI

KESEJAHTERAAN PEGAWAI NEGERI 1 Didi Achdijat 1 : KESEJAHTERAAN PEGAWAI NEGERI Berdasarkan UU Pensiun Pegawai Negeri, pegawai negeri adalah pribadi-pribadi yang selama bertahun-tahun bekerja dalam dinas Pemerintah, dan bukan dalam

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN 2011-2012 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Dana Pensiun Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN, PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA APBN YANG KEGIATANNYA DILAKSANAKAN OLEH PT ASABRI (PERSERO)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH,

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS KESEHATAN YANG MENERAPKAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Program Pensiun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

TENT ANG PENYEDIAAN DANA PROGRAM PENYESUAIAN PENSIUN EKS PEGA W AI NEGERI SIPIL DEP ARTEMEN PERHUBUNGAN P ADA PT KERETA API (PERSERO)

TENT ANG PENYEDIAAN DANA PROGRAM PENYESUAIAN PENSIUN EKS PEGA W AI NEGERI SIPIL DEP ARTEMEN PERHUBUNGAN P ADA PT KERETA API (PERSERO) PERATURAN MENTERI KEUANGAN SALINAN MENTERI KEUANGAN NOM OR 105 /PMK02/2010 TENT ANG PENYEDIAAN DANA PROGRAM PENYESUAIAN PENSIUN EKS PEGA W AI NEGERI SIPIL DEP ARTEMEN PERHUBUNGAN P ADA PT KERETA API (PERSERO)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

TATA CARA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA SEWA DAN PINJAM PAKAI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TATA CARA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA SEWA DAN PINJAM PAKAI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TATA CARA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA SEWA DAN PINJAM PAKAI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN pbase.com I. PENDAHULUAN Pada tahun 2003 dan 2004, pemerintah telah menetapkan paket undang-undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci

2 257/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana APBN Yang Kegiatannya Dilaksanakan Oleh PT Asabri

2 257/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana APBN Yang Kegiatannya Dilaksanakan Oleh PT Asabri No.613, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Belanja Pensiun. PT Taspen. PT Asabri. Pertanggungjawaban. Pencairan. Penyediaan. Penghitungan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 48 /PB/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur. No.593, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN,

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Setiap orang mendambakan kehidupan yang layak, hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik memulai wirausaha atau menjadi pegawai sebuah perusahaan,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang mendambakan hidup tenang, tenteram, bahagia dan sejahtera. Berbagai cara dilakukan untuk dapat memperolehnya. Hal yang biasa dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Kebijakan Penerapan Akuntansi Dana Pensiun Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Laporan keuangan PT. Bank Negara Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN B.IV : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring

Lebih terperinci

Seminar Kajian Peraturan Pendanaan Dana Pensiun

Seminar Kajian Peraturan Pendanaan Dana Pensiun Hotel Sheraton Media, Jakarta, 4 September 27 Steven Tanner Seminar Kajian Peraturan Pendanaan Dana Pensiun Biro Dana Pensiun DAYAMANDIRI DHARMAKONSILINDO Providing Professional Actuarial Consulting Services

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Laporan Keuangan. Konsolidasian. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Laporan Keuangan. Konsolidasian. Prosedur. No.25, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Laporan Keuangan. Konsolidasian. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN

TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisa laporan keuangan Nama : Febri Jaya Rizki Nim :1210307038 VI/MKS/A Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada laporan akuntansi DPLK AIAF, periode akuntasi (tahun buku) adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember. A. Jurnal Pencatatan Akuntansi Dana Pensiun Pencatatan Transaksi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.872,2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran Belanja, Pergeseran. BA BUN. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, kini industri asuransi mulai dilirik oleh masyarakat. Kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN BULANAN DANA PENSIUN I.

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN BULANAN DANA PENSIUN I. - 1 - PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN BULANAN DANA PENSIUN I. Laporan Bulanan Dana Pensiun meliputi: a. laporan keuangan bulanan; dan b. laporan analisis kesesuian aset dan liabilitas. II. Pedoman

Lebih terperinci

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. 2.1 Akuntansi Pemerintahan Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan lap oran keuangan mengandung

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO.

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO. Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO. LEBIH / URAIAN ANGGARAN REALISASI URUT (KURANG) 2 BELANJA 33,283,583,941 21,428,982,849

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5899) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 I. UMUM Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PSAK 57 (Rev. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI

PSAK 57 (Rev. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI Departemen Akuntansi dan PPA FEUI Workshop PSAK Terbaru dan Pengajaran Akuntansi FEUI Depok, 6-9 Juni 2011 Hari 3 - Sesi 2 PSAK 57 (Rev. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI Pusat

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai (Lembaran Negara Republik Ind

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai (Lembaran Negara Republik Ind No.1809, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Biaya. Penyelenggaraan. Pembayaran Pensiun. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 211/PMK.02/2015 TENTANG BIAYA OPERASIONAL PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Reviu Laporan Keuangan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

ASET Aset Lancar Kas dan setara kas 1.429.755 1.314.091 1.020.730 Investasi jangka pendek 83.865 47.822 38.657 Investasi mudharabah - - 352.512 Piutang usaha Pihak berelasi 14.397 20.413 30.670 Pihak ketiga

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dunia perekonomian saat ini sangat mempengaruhi pola pikir individu untuk bekerja lebih giat guna mendapatkan penghasilan yang sebesar-besarnya.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PT TASPEN (PERSERO) Per./ Bulan. Tahun.. (Alamat Perusahaan)

LAPORAN BULANAN PT TASPEN (PERSERO) Per./ Bulan. Tahun.. (Alamat Perusahaan) K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN BULANAN PT TASPEN (PERSERO)

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama kurang lebih tujuh bulan, yaitu mulai bulan November 2009 sampai dengan Mei 2010. 2. Tempat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992

Lebih terperinci

No. URAIAN Dasar Hukum a. Bukti Pemenuhan persyaratan modal di setor (dalam Anggaran Dasar)

No. URAIAN Dasar Hukum a. Bukti Pemenuhan persyaratan modal di setor (dalam Anggaran Dasar) 1 No. URAIAN Dasar Hukum a. Bukti Pemenuhan persyaratan modal di setor (dalam Anggaran Dasar) Pasal 6 PP No.73/92 yang diubah. b. Bukti Persyaratan Penempatan Deposito Jaminan Pasal 7 PP No.73/92 yang

Lebih terperinci

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SIARAN PERS Terjadi Peningkatan Kualitas dalam Penyajian Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga LKPP 2009 Wajar Dengan Pengecualian Jakarta, Selasa (1 Juni 2009) Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH Keputusan BPK RI Nomor : /K/I-XIII./ / Tanggal: September Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BULETIN TEKNIS NOMOR 0 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH 0 0 0 WTP WDP TW

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PSAK 57 (REV. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI

PSAK 57 (REV. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI PSAK 57 (REV. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI Departemen Akuntansi dan PPA FEUI Workshop PSAK Terbaru dan Pengajaran Akuntansi FEUI Depok, 6-9 Juni 2011 Hari 3 - Sesi 2 PSAK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga

BAB IV PEMBAHASAN. Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga Penerimaan kerjasama produksi dan penyiaran dengan pihak ketiga merupakan penerimaan yang diperoleh dari jasa penayangan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET DAN LIABILITAS UNTUK SUSTAINABILITAS BPJS KESEHATAN

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET DAN LIABILITAS UNTUK SUSTAINABILITAS BPJS KESEHATAN OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET DAN LIABILITAS UNTUK SUSTAINABILITAS BPJS KESEHATAN SEPULUH MASALAH REGULASI Oleh: A. A. Oka Mahendra Asih Eka Putri PENDAHULUAN Round table discussion yang diselenggarakan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR DINAS PARIWISATA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2006 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2006 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ALOKASI DANA IURAN ASURANSI KESEHATAN DAN TUNJANGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN VETERAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN CUKAI UNTUK PENGUSAHA PABRIK ATAU IMPORTIR BARANG KENA CUKAI YANG MELAKSANAKAN PELUNASAN DENGAN CARA PELEKATAN PITA CUKAI MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi laporan arus kas adalah mengatur penyajian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN BV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Laporan

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Koperasi

Akuntansi Keuangan Koperasi Akuntansi Keuangan Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 04/Per/M.KUKM/VII/2012 MENIMBANG : (d). Bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dana Pensiun Undang Undang dana pensiun yang dikeluarkan tahun 1992 yaitu Undang Undang No 11 Tahun 1992 tentang dana pensiun. Tujuan di keluarkannya Undang Undang tersebut untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.163, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA OJK. Dana Pensiun. Pembubaran. Likuidasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5555) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci