BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
|
|
- Handoko Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pembangunan nasional salah satunya memiliki tujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Kunci keberhasilan pembangunan di suatu Negara adalah iklim investasi yang baik. Asian Development Bank (ADB) mengungkapkan bahwa indonesia memerlukan penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif agar pertumbuhan ekonominya dapat menekan pengangguran dan kerentanan masyarakat miskin. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut menurut ADB, pemerintah perlu membawa pekerja dan pebisnis duduk pada satu meja negosiasi untuk mencapai suatu konsensus yang membuat pasar tenaga kerja lebih fleksibel (Asian Development Bank, 2007, 1). Iklim investasi yang baik akan tercipta salah satunya apabila Negara berhasil menciptakan hubungan industri yang baik antara pengusaha, pekerja dan pemerintah agar dapat melindungi kepentingan pengusaha dan hak-hak pekerja sehingga tercipta rasa adil. Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berlaku efektif sejak 25 Maret 2003 untuk menjembatani kepentingan pekerja dan pengusaha. Undang-undang tersebut mengatur mengenai hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja terutama ketentuan mengenai pengupahan. Penerbitan undang-undang tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja sebab upah yang memuaskan berpengaruh pada meningkatnya produktivitas (Adisu, 2007, 1). Salah satu hal penting yang diatur dalam peraturan tersebut adalah mengenai ketentuan pemutusan hubungan kerja terutama rumusan perhitungan, komponen dan kondisi yang memungkinkan terjadinya pemutusan hubungan kerja. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 156 ayat (1) pembayaran berupa uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak wajib diberikan apabila terjadi pemutusan hubungan kerja. Sebelum berlakunya undangundang tersebut, pemerintah mengatur masalah-masalah ketenagakerjaan hanya melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-150/Men/2000 tentang 1
2 2 penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan anti kerugian di perusahaan. Meskipun mendapat kritikan dari berbagai pihak, penelitian Tim Kajian Akademis Independen dari Departemen Komunikasi dan Informatika menyebutkan bahwa jumlah kompensasi PHK di Indonesia masih moderat yaitu tertinggi dalam besaran pesangon terendah dan tertinggi kedua untuk besaran pesangon tertinggi diantara Negara Srilangka, Thailand, Philipina, Singapura, dan India (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, 2007, 13). UU No. 13 tahun 2003 memberikan kepastian atas hak pembayaran kompensasi PHK termasuk pemutusan hubungan kerja saat mencapai usia pensiun, dan untuk itu setiap dilakukan pelaporan keuangan perusahaan berkewajiban menghitung dan menyatakan kesediaan untuk membayarnya kelak di kemudian hari (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, 2007, 13). Dengan dikeluarkannya undangundang tersebut, terdapat kewajiban konstruktif bagi perusahaan untuk melakukan pencatatan terhadap pengakuan imbalan pasca kerja meskipun biaya baru direalisasikan pada saat pekerja berakhir masa kerjanya. Pada awalnya Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) menjadikan PSAK 57 tentang Kewajiban diestimasi, Kewajiban Kontijensi dan Aktiva Kontijensi sebagai dasar untuk membukukan kewajiban tersebut. Akan tetapi, ketentuan tersebut belum dapat memberikan kejelasan mengenai metode maupun asumsi untuk perhitungan kewajiban. Ketentuan yang mengatur mengenai akuntansi imbalan kerja baru diatur secara khusus dengan dikeluarkannya PSAK 24 (revisi 2004) tentang Imbalan Kerja yang mulai berlaku pada 1 Juli Ketentuan pencadangan biaya diatur secara berbeda menurut ketentuan perpajakan. Hal tersebut dikarenakan akuntansi komersial dan pajak memang memiliki perlakuan yang berbeda terhadap pengakuan penghasilan maupun biaya. Akuntansi mengacu kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) sedangkan pajak mengacu kepada peraturan pajak yang berlaku dalam hal ini adalah Undang-undang Pajak Penghasilan. Perbedaan antara lain muncul sebagai akibat dari kerangka tujuan yang berbeda antara penghasilan menurut akuntansi dengan menurut fiskal dimana penghitungan penghasilan menurut akuntansi bertujuan untuk memberi
3 3 informasi bagi manajemen, pemegang saham, investor, kreditor dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dan sebagai pertanggungjawaban manajemen sedangkan tujuan dari penghitungan penghasilan fiskal adalah untuk memenuhi ketentuan undangundang dan peraturan perpajakan dalam kaitan dengan penerimaan Negara (Cahyaningrum, 2005, 20). Perbedaan tersebut mengakibatkan perusahaan harus menyesuaikan laporan keuangan komersialnya sehingga sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Peranan pajak, terutama Pajak Penghasilan, sangat menentukan dalam APBN. Oleh karena itu, pemerintah terus menerus melakukan berbagai perbaikan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Pada tahun 2009 penerimaan pajak dari pajak penghasilan dianggarkan sebesar 357,4 triliun, padahal tahun 2008 hanya dianggarkan 305 triliun saja (Departemen Keuangan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Salah satu langkah pemerintah adalah dengan penentuan tarif tunggal sebesar 28% terhadap Wajib Pajak Badan dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Tarif tersebut akan mengalami penurunan kembali pada tahun 2010 menjadi 25%. Selain itu untuk Wajib Pajak Go Public juga dapat memperoleh pengurang tarif sebesar 5% apabila memenuhi persyaratan tertentu. Diharapkan dengan adanya penyederhanaan tarif tersebut maka akan mengurangi disinsentif bagi dunia usaha dan investasi yang pada akhirnya akan meningkatkan kepatuhan (tax compliance) (Prayoga, 2009). Ketentuan pajak terkait dengan pencadangan dalam undang-undang baru belum mengalami perubahan. Biaya secara pajak baru diakui setelah terjadi realisasi sehingga perbedaan antara akuntansi dan pajak tetap terjadi. Wajib pajak tetap harus melakukan beberapa penyesuaian agar bisa memenuhi ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan maupun ketentuan perpajakan. Kebijakan pajak memang harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan ekonomi, sosial, dan politik suatu Negara (Hutagaol & Tobing, 2008, 8). Kebijakan pajak penghasilan harus mencakup aspek keadilan, kesederhanaan, netralitas, dan kepastian
4 4 hukum sehingga memberikan rasa nyaman, aman, dan pasti bagi wajib pajak atau disebut taxpayer friendly (Hutagaol & Tobing, 2008, 8). Pencatatan imbalan pasca kerja tampaknya memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Pencatatan imbalan pasca kerja diduga memberikan dampak negatif terhadap corporate value dan efisiensi ekonomis. Beberapa penelitian empiris membuktikan bahwa market memperhitungkan berbagai bentuk employee benefit liabilities. Penelitian yang dilakukan oleh Bulow, et. al pada tahun 1987, Feldstein dan Seligman pada tahun 1981, dan Bodie pada tahun 1985 sebagaiman dikutip oleh Biro Riset dan Teknologi Informasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, 2007, 11), menyatakan bahwa market memperhitungkan nilai dari unfunded pension liabilities. Dari sumber yang sama, penelitian Carroll Niehaus pada tahun 1998 menunjukkan bahwa utang manfaat pensiun (pension liabilities) mempengaruhi peringkat hutang perusahaan (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, 2007, 11). Bagi perusahaan swasta, pencatatan kewajiban imbalan kerja menyebabkan munculnya biaya (cost) pada laporan keuangan perusahaan. Penelitian dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan bahwa, interpretasi yang muncul bagi pengusaha adalah rumusan pesangon yang ditetapkan UU No.13 tahun 2000 sangat membebani mereka (Asosiasi Pengusaha Indonesia, 2003, 8). Hal ini dapat dimengerti mengingat tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan sebesar besarnya. Adanya kewajiban pembayaran pesangon dalam UU tersebut semakin menambah biaya perusahaan yang juga memiliki kewajiban untuk memberikan imbalan kerja berupa pensiun. Akan tetapi, berdasarkan penelitian dari Departemen Keuangan, BUMN dan BUMD memiliki kecenderungan yang berbeda dengan perusahaan swasta dalam perlakuan pembayaran imbalan pasca kerja. Ketentuan Pasal 167 UU No.13 tahun 2003 memberikan peluang kepada pengusaha untuk memperhitungkan uang pesangon dengan iuran pensiun yang telah dibayarkan. Pasal tersebut mengatur mengenai manfaat pensiun yang iurannya dibayar penuh oleh pengusaha atau oleh
5 5 pengusaha dan pekerja. Apabila manfaat pensiun sekaligus yang diterima karyawan lebih kecil dari uang pesangon, maka selisihnya dibayar oleh pengusaha. Dengan kata lain perusahaan diberikan kewenangan untuk membayar sebesar maksimal pesangon yang telah ditetapkan dalam UU No. 13 tahun Perusahaan swasta cenderung untuk melakukan hal tersebut karena dapat meminimalisir biaya. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar berikut : Gambar 1.1. Kompensasi Pesangon dan Pensiun Berdasarkan Kepemilikan Tahun Ya Tidak 2 0 BUMN BUMD PMDN PMA LAINNYA Sumber : Biro Riset dan Teknologi Informasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa perusahaan BUMN dan BUMD tidak melakukan kompensasi pesangon terhadap pembayaran pensiun. Meskipun BUMN dan BUMD juga memiliki profit oriented, BUMN dan BUMD lebih memilih untuk membayarkan keduanya sehingga biaya perusahaan menjadi lebih besar dibandingkan jenis perusahaan lainnya. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap deviden yang dibayarkan kepada negara. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah melakukan pengakuan imbalan pasca kerja berupa pencadangan pesangon karyawan dalam laporan keuangannya. Selain itu perusahaan juga mempunyai program lain untuk imbalan pasca kerja karyawan yaitu program Jaminan Hari Tua (JHT) melalui Jamsostek pada tahun Pada tahun 2009
6 6 imbalan pasca kerja ditambahkan dengan keikutsertaan perusahaan dalam program pensiun yang dibayarkan kepada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Hal tersebut dilakukan sesuai ketentuan dalam Undang-undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun Pencadangan pesangon merupakan biaya bagi perusahaan dan akan muncul dalam laporan laba rugi perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi performance dan jumlah deviden yang dibayarkan, padahal BUMN yang bergerak dalam sektor energi dan pertambangan memberikan jumlah deviden terbesar dibandingkan sektor-sektor lainnya (Berita Bisnis, 2009). PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. termasuk ke dalam 10 (sepuluh) besar BUMN yang memperoleh laba pada tahun 2005 dan 2006 (Kementrian Negara BUMN, 2006, 1). PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. bahkan sama dengan 3 BUMN lainnya yaitu PT Bank Negara Indonesia, PT Wijaya Karya, dan PT Jasa Marga Tbk. diperkirakan mampu menyetor dividen tahun buku 2008 kepada negara sebesar Rp. 1,12 T, meningkat dari Rp. 864,02 M pada tahun PERMASALAHAN Perusahaan BUMN, khususnya PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan perusahaan swasta dalam kebijakan pembayaran imbalan pasca kerja dimana pembayaran pesangon di akhir masa kerja tetap dilakukan meskipun perusahaan telah membayarkan iuran pensiun kepada Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Biaya pesangon menjadi lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak mengakui program tersebut, padahal sesuai UU No. 19 Tahun 2003 tujuan BUMN salah satunya adalah mencari keuntungan. Pencadangan biaya tersebut akan mempengaruhi performance laporan laba rugi perusahaan di tahun berjalan karena biaya akan menjadi lebih besar. Pada saat pekerja telah memasuki akhir masa kerjanya perusahaan harus menghitung besaran pesangon yang akan dibayarkan sesuai dengan UU No. 13 Tahun Jumlah pesangon yang harus dibayarkan didasari oleh 3 (tiga) faktor yaitu masa kerja yang telah dilalui, penyebab atau peristiwa pengakhiran hubungan kerja,
7 7 dan upah saat pengakhiran hubungan kerja. Oleh karena itu, semakin lama masa kerja seorang karyawan dan semakin besar upah pada akhir masa kerja, akan semakin besar biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahan. Jumlah pekerja yang memasuki akhir masa kerja mempengaruhi jumlah uang yang dikeluarkan perusahaan. Semakin besar jumlah pekerja yang memasuki masa pensiun semakin besar jumlah uang yang dikeluarkan perusahaan. Dari sisi pajak, biaya yang dikeluarkan tersebut bisa diakui sebagai pengurang dalam memperoleh penghasilan kena pajak akan tetapi perusahaan memiliki kewajiban perpajakan yang lain yaitu pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada saat pesangon dibayarkan. Kebijakan PPh Pasal 21 atas pesangon di PGN adalah PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan sehingga perusahaan harus menanggung beban pajak PPh 21 tersebut. PPh Pasal 21 yang dibayarkan tersebut tidak dianggap sebagai biaya yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak sehingga PPh Badan terutang akan menjadi lebih besar. Pencadangan biaya pesangon dalam tahun berjalan juga memberikan implikasi lain baik dari sisi pencatatan akuntansi komersial maupun pemenuhan kewajiban perpajakan. Sesuai ketentuan PSAK 24 (revisi 2004) perusahaan diwajibkan untuk menghitung besaran pencadangan sesuai perhitungan aktuaris. Selain itu, perusahaan harus melakukan penyesuaian atas pencadangan biaya tersebut dalam perhitungan Pajak Penghasilan Badan setiap tahunnya agar sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Dalam penyusunan laporan keuangan, perbedaan antara ketentuan akuntansi komersial dengan pajak tersebut bisa dianggap sebagai beda tetap (permanent different) ataupun beda waktu (temporary different) tergantung pada efek dari perbedaan tersebut terhadap laporan keuangan perusahaan. Dari uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam Tugas Karya Akhir ini adalah : 1. Bagaimana perhitungan kewajiban pencadangan biaya pesangon dan realisasi pembayaran pesangon di PT. PGN (persero) Tbk.? 2. Bagaimana implikasi perbedaan perlakuan akuntansi dan pajak atas pencadangan pesangon pada laporan keuangan PT. PGN (Persero) Tbk.?
8 8 1.3 TUJUAN PENULISAN Berdasarkan pokok permasalahan yang menjadi pertanyaan penelitian, maka penulisan ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis perhitungan kewajiban pencadangan biaya pesangon dan realisasi pembayaran pesangon di PT. PGN (persero) Tbk. 2. Menganalisis implikasi perbedaan perlakuan akuntansi dan pajak atas pencadangan pesangon pada laporan keuangan PT. PGN (Persero) Tbk. 1.4 SIGNIFIKANSI PENULISAN Signifikasi tugas karya akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Akademik Secara akademis penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan teoritis dan wawasan perpajakan bagi penulis dan pembacanya, khususnya tentang perhitungan kewajiban pencadangan biaya pesangon dan realisasi pembayaran pesangon serta perlakuan akuntansi dan pajak atas pencadangan pesangon dan implikasinya terhadap laporan keuangan perusahaan. 2. Praktis Ditinjau dari kepentingan praktis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dalam memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam standar akuntansi keuangan maupun peraturan perundang-undangan perpajakan dalam pencadangan pesangon sekaligus menggambarkan implikasi atas perbedaan ketentuan tersebut dalam laporan keuangan. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penulisan tugas karya akhir ini, penulis membagi beberapa bagian, sesuai dengan bab dan sub bab. Adapun sistematika dari penulisan tugas karya akhir ini disajikan sebagai berikut :
9 9 BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN Pada Bab pendahuluan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, dan sistematika penulisan. KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang membahas konsep laporan keuangan komersial dan fiskal, konsep pengakuan biaya menurut akuntansi dan pajak, konsep beda waktu dan beda tetap, serta konsep imbalan kerja. GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (Persero) Tbk. Bab ini menguraikan secara detil mengenai gambaran umum PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., ketentuan Undang-undang tenaga kerja, Standar Akuntansi Keuangan, dan ketentuan perpajakan terkait dengan pencadangan imbalan pasca kerja berupa pesangon. ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK. Berisi analisis perhitungan kewajiban pencadangan biaya pesangon dan perhitungan realisasi pembayaran pesangon serta implikasi perbedaan ketentuan akuntansi dan pajak atas pencadangan pesangon dalam laporan keuangan perusahaan. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab akhir dari skripsi yang merupakan simpulan dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan di bab sebelumnya serta rekomendasi untuk memberi masukan terhadap permasalahan yang ada.
Narasumber : Eri Surya Kelana Manager Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 10 Mei 2009
68 Lampiran 1 Wawancara Narasumber : Eri Surya Kelana Manager Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 10 Mei 2009 Tanya : Bagaimana perlakuan perpajakan terhadap pencadangan pesangon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isu yang berkembang mengenai analisis peraturan perpajakan yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan antara penghasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama sebagai sumber pendapatannya yakni dari sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama perusahaan go public yang di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian PSAK No. 46 merupakan suatu hal yang baru dalam standar akuntansi bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama perusahaan go public yang di terdaftar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang terbesar dan sangat penting bagi penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Kewajiban perpajakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia kembali melakukan reformasi pajak dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia kembali melakukan reformasi pajak dengan mengeluarkan beberapa undang-undang pajak baru yaitu undang-undang No 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PERBEDAAN PELAPORAN LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PERBEDAAN PELAPORAN LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk.
BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk. 4.1. Perhitungan Kewajiban Pencadangan Biaya Pesangon 4.1.1. Perhitungan Kewajiban Pencadangan Pesangon Menurut Aktuaris Perhitungan
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk.
BAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk. 3.1. Sejarah Pendirian Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) ( Perusahaan ) berasal dari perusahaan swasta Belanda yang bernama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segi ekonomi, pajak merupakan perpindahan sumber daya dari sektor privat ke sektor publik. Bagi sektor publik, pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negeri. Penerimaan yang diperoleh dapat berasal dari sektor minyak bumi, gas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia saat ini cukup pesat dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat ke arah yang lebih baik. Untuk
Lebih terperinciPT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016
PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR
Lebih terperinciPT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016
PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi suatu negara. Pajak juga bermanfaat bagi pertumbuhan pembangunan yang diutamakan bagi kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahan, peran pajak semakin terlihat jelas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang berdaulat, sehingga dalam memberi kepastian hukum dan jaminan pada warga negaranya dibuatlah berbagai peraturan undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu pengeluaran adalah beban atau aktiva dapat berpengaruh sangat besar pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktiva tetap merupakan salah satu bagian utama dari aktiva perusahaan, karena sifatnya yang signifikan dalam laporan keuangan. Lebih jauh lagi, penentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara yang berdaulat. Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat merupakan tanggung jawab Negara yang berdaulat. Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik
Lebih terperinciBULETIN AKUNTANSI STAF BAPEPAM dan LK PEMBERIAN TANTIEM DAN BONUS SERTA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN.
BULETIN AKUNTANSI STAF BAPEPAM dan LK BAS No. 8 : PEMBERIAN TANTIEM DAN BONUS SERTA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN. Ikhtisar: Interpretasi dalam Buletin Akuntansi Staf ini menyajikan pandangan staf mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan Undang- Undang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan bangsa membiayai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan bangsa membiayai pembangunan sendiri. Bagi Negara Indonesia sumber pembiayaan pembangunan berasal dari penerimaan
Lebih terperinciproses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan diterbitkan oleh perusahaan merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merata baik dalam bidang ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pada hakekatnya, pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan oleh negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, merupakan pembangunan nasional yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan menjalankan manfaat pensiun, yang didirikan secara terpisah oleh perusahaan, dengan mencadangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pajak merasakan manfaat dari pajak secara langsung, Karena pajak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran atau pungutan wajib yang dibayarkan rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama perusahaan profit eriented adalah. meningkat untuk setiap periode, dimana hal ini dimaksudkan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada umumnya tujuan utama perusahaan profit eriented adalah menghasilkan keuntungan yang maksimal. Keuntungan tersebut diharapkan terus meningkat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup berbagai bidang baik bidang ekonomi, politik, sosial, budaya maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia sekarang ini terus di lakukan dengan mencakup berbagai bidang baik bidang ekonomi, politik, sosial, budaya maupun pertahanan dan keamanan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Tidak banyak yang memahami fungsi dan tujuan keberadaan Bank Indonesia dalam perekonomian nasional. Bank Indonesia seringkali dilihat sebagai bank umum yang bertugas
Lebih terperinciMEMBACA LAPORAN KEUANGAN
MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Penghasilan yang diterima atau diperoleh
Lebih terperinciTransformasi BPJS 2. September 2011
Transformasi BPJS 2 September 2011 1 Transformasi BPJS 2 (1) RUU BPJS disahkan menjadi UU Nov 2011 Ijin prakarsa pembuatan dan revisi PP terkait JHT dan JP Proses konsultasi publik terkait harmonisasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)
5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dalam suatu negara merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam negara tersebut.
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat (perusahaan) ke sektor publik. Pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya beli atau kemampuan belanja dari sektor privat. Agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 melandasi perekonomian Indonesia sekaligus pelaksanaan pembangunan sektor pertambangan, yaitu : (a) Perekonomian disusun sebagai usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya program pemerintahan dan pembangunan nasional yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan berjalannya program pemerintahan dan pembangunan nasional yang semakin meningkat, maka pemerintah selaku penyelenggara pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan kontribusi terbesar berasal dari sektor pajak. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan realisasi penerimaan pajak untuk beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pajak merupakan sumber pembiayaan terbesar negara dalam menyelenggarakan pemerintahan. Dari tahun ke tahun, penerimaan dari sektor pajak terus menunjukkan peningkatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti akan membuat laporan keuangan perusahaan setiap periodenya. Perusahaan menyusun suatu laporan keuangan dengan tujuan dapat menyajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kemampuan dan keberhasilan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kemampuan dan keberhasilan dalam pembangunan. Pajak merupakan aspek penting dalam pembangunan, apalagi bagi negara
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS KONTRIBUSI LABA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII TERHADAP PENERIMAAN NEGARA. Oleh YOLANDA AGUSTINA GINTING
Yolanda Agustina Ginting http://epserv.fe.unila.ac.id ABSTRAK ANALISIS KONTRIBUSI LABA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII TERHADAP PENERIMAAN NEGARA Oleh YOLANDA AGUSTINA GINTING Memajukan kesejahteraan bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. standar akuntansi keuangan. Book tax differences tersebut berpengaruh besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah Satu isu yang menarik di Indonesia dari tahun ke tahun yaitu book tax differences (BTD) yaitu perbedaan antara pendapatan kena pajak menurut peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebijakan dividen merupakan kebijakan dalam menentukan penggunaan laba yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada pemegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. trampil cenderung pindah ke kota untuk mencari pengalaman. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang kurang merata, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasca adopsi penuh International Financial Reporting Standards (IFRS) di tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca adopsi penuh International Financial Reporting Standards (IFRS) di tahun 2012, standar akuntansi keuangan direvisi secara berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum ialah badan usaha yang seluruhnya maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara yang terbesar dan paling dominan sampai saat ini adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara wajib melakukan proses pembangunan yang terus berkesinambungan dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju. Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerimaan dalam negeri dibedakan menjadi dua yaitu penerimaan yang bersumber dari pajak dan penerimaan yang bersumber bukan dari pajak. Penerimaan pajak akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi yang disajikan perusahaan dalam laporan keuangan seharusnya dapat memberikan gambaran kinerja ekonomi dan keuangan perusahaan yang sebenarnya kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gencarnya Pengembangan dan Pembangunan di Indonesia dewasa ini
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Gencarnya Pengembangan dan Pembangunan di Indonesia dewasa ini harus didukung oleh pembiayaan yang memadai. Pembiayaan tersebut salah satunya bersumber dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia bisnis dan usaha, informasi akuntansi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia bisnis dan usaha, informasi akuntansi yang dinilai berkualitas telah menjadi tuntutan dan kebutuhan para stakeholder pada masa kini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutang dan yang telah dibayar sebagai mana telah ditentukan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assesment system. Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 mempunyai tujuan untuk menyelenggarakan tata kehidupan negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengertian pajak secara umum dapat didefiniskan sebagai pungutan yang ditujukan kepada warga negara berdasarkan undangundang sehingga bersifat memaksa dengan
Lebih terperinciAmir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan
Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Yang termasuk subjek pajak Orang pribadi Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Dana Pensiun Laporan keuangan dana pensiun mengalami perubahan seiring diterbitkannya PSAK 18 Revisi 2010. Ada 3 (tiga) alternatif bentuk laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga mengharuskan pemerintah untuk mencari sumber-sumber dana yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional di segala sektor maka semakin banyak dana yang diperlukan untuk membiayainya. Sementara itu sumber penerimaan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang terbesar dan berperan penting dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan dalam suatu negara dilakukan untuk mensejahterakan masyarakat dengan harapan akan berdampak kepada peningkatkan perekonomian negara itu sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini adalah berasal dari sektor perpajakan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dan pemerintah memerlukan sumber penerimaan yang cukup besar untuk dapat membiayai pengeluaran
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan go public pada Bursa Efek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan go public pada Bursa Efek Indonesia (BEI) umumnya terdiri dari neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG
BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG Pajak penghasilan tangguhan timbul akibat perbedaan temporer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin sulit diharapkan. Hal ini berarti bahwa semua pembelanjaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasukan penerimaan dari sektor pajak cukup berarti bagi pendapatan pemerintah. Ini tercermin dari pembiayaan belanja negara yang semakin lama semakin bertambah besar,
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-31/M.
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-31/M.EKON/05/2008 TENTANG TIM EVALUASI PERLAKUAN PERPAJAKAN PADA SEKTOR KEUANGAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN, Menimbang
Lebih terperinciKERAGAMAN APLIKASI PSAK 24 (REVISI 2004) TENTANG IMBALAN KERJA DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
EKUITAS ISSN 1411-0393 Akreditasi No.49/DIKTI/Kep/2003 KERAGAMAN APLIKASI PSAK 24 (REVISI 2004) TENTANG IMBALAN KERJA DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN Drs.
Lebih terperinciNOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Senin, 29 Oktober 2007 RR. Dirjen PPTKDN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memberikan informasi kinerja dalam hal keuangan maupun nonkeuangan di dalam laporan tahunan dengan tujuan untuk memenuhi keperluan para pemangku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara untuk pembiayaan fasilitas dan pembangunan nasional di Indonesia yang dikelola oleh pemerintah. Peranan
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah Laporan keuangan memuat informasi mengenai kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh proses akuntansi bertujuan memberikan informasi
Lebih terperinciDAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)
2 0 DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1B KELOMPOK / JENIS HARTA BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) NILAI SISA BUKU FISKAL AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL METODE HARTA BERWUJUD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontibusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003: KETENAGAKERJAAN DAN PSAK NO. 24: IMBALAN KERJA
UNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003: KETENAGAKERJAAN DAN PSAK NO. 24: IMBALAN KERJA UU NO.13 TAHUN 2003 PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PENGUPAHAN HUBUNGAN KERJA UU NO.13 TAHUN 2003 UU NO.13 TAHUN 2003 Siapa sajakah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. demokratis. Kebijaksanaan sosial dapat dianggap sebagai kerangka kerja utama untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perlindungan sosial merupakan komponen penting dari kebijakan sosial yang didasari atas hak sosial dan hak ekonomi yang dinikmati oleh warga negara di negara
Lebih terperinciPENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id
PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN bpjs-kesehatan.go.id I. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 28H ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, setiap orang berhak
Lebih terperinci-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi Indonesia, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan potensial
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sektor perpajakan merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang utama bagi Indonesia, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan potensial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberi kerja, sedangkan pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan-perusahaan mulai tumbuh seiring berkembangnya zaman. Salah satunya adalah pertumbuhan perusahaan di Indonesia. Perusahaan besar ataupun perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dan potensial untuk sumber penerimaan pajak. Oleh sebab itu penerimaan dari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Sektor perpajakan merupakan salah satu atau sebagian besar sumber penerimaan negara yang utama bagi Indonesia, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan
BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT MMS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta No.14 tanggal 4 Oktober 1989 dari Notaris Winnie Hadiprojo, SH., notaris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan penerimaan pajak semakin penting sebagai sumber utama penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Indonesia. Dalam periode 2007
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam dunia usaha yang semakin bersaing saat ini, banyak perusahaan yang berusaha semaksimal mungkin untuk bersaing dengan strategi-strategi tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha pengelolaan perusahaan yang baik, pihak pihak yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam usaha pengelolaan perusahaan yang baik, pihak pihak yang berkepentingan dalam setiap pengambilan keputusan selalu membutuhkan informasi informasi baik yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, peranan penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Roda pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana atau alat komunikasi perusahaan dengan pihak-pihak lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
No. 5482 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 239) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Dasar Pengenaan Pajak dan cara menghitung Penghasilan Kena Pajak Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk Wajib Pajak dalam negeri,dan Badan Usaha Tetap (BUT)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan adalah laba. Laba merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual, laba juga dimaknai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. evaluasi kerja yang dapat meningkatkan kualitas pekerjaan bagi kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penilaian kinerja terhadap suatu perusahaan merupakan suatu tahap evaluasi kerja yang dapat meningkatkan kualitas pekerjaan bagi kelangsungan aktivitas perusahaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendapatan dan Beban Menurut Akuntansi 1. Pendapatan Menurut Akuntansi Suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran
Lebih terperinci