Narasumber : Eri Surya Kelana Manager Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 10 Mei 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Narasumber : Eri Surya Kelana Manager Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 10 Mei 2009"

Transkripsi

1 68 Lampiran 1 Wawancara Narasumber : Eri Surya Kelana Manager Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 10 Mei 2009 Tanya : Bagaimana perlakuan perpajakan terhadap pencadangan pesangon di PT. PGN mengingat pencadangan tidak diperbolehkan sebagai deductible expenses? Jawab : Pencadangan tidak dapat dibebankan sebagai biaya, oleh karena itu pada saat perhitungan PPh Badan kita koreksi biaya pencadangan tersebut. Tanya : Akun apa saja yang dikoreksi dan jenis koreksi apa yang dilakukan, koreksi positif atau negatif? Jawab : Bagian akuntansi mencatat pencadangan tersebut dalam akun TAMB oleh karena itu, koreksi dibuat pada akun tersebut. Tanya : Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk melakukan koreksi atau penyesuaian perbedaan perlakuan antara pajak dengan akuntansi dalam pencadangan pesangon? Jawab : Dasar perhitungan berasal dari hasil perhitungan aktuaris, setelah diperoleh baru kita bisa tahu berapa jumlah koreksi positif dan berapa negatif. Tanya : Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk melakukan penyesuaian sesuai dengan ketentuan perpajakan? Jawab : Tidak terlalu lama. Koreksi TAMB dilakukan berbarengan dengan pembuatan koreksi atas akun-akun lainnya. Tanya : Adakah pegawai yang khusus menangani penyesuaian (koreksi) pajak atas pencadangan pesangon? jika ada berapa jumlah pegawai? Jawab : Tidak ada staf khusus. Staf pajak membuat koreksi untuk semua akun termasuk koreksi pencadangan pesangon di akun TAMB. Tanya : Apakah yang dijadikan dasar perhitungan besaran koreksi positif dengan koreksi negatif? Jawab : semua angka didapat dari perhitungan aktuaris. Dalam perhitungan itu ada pengakuan biaya tahun berjalan, karna biaya belum terealisasi maka secara pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya sehingga dikoreksi positif sedangkan realisasi pembayaran manfaat menurut aktuaris yang kita jadikan dasar sebagai koreksi negatif Tanya : Mengapa harus dikoreksi positif dan negatif, mengapa tidak langsung dikoreksi positif atas jumlah net saja? Jawab : Karena nilai koreksi positif dan negatif tersebut akan digunakan oleh bagian akuntansi untuk pembuatan pajak tangguhan. Tanya : Bagaimana dengan realisasi biaya yang terjadi pada tahun berjalan? Jawab : Biaya yang terealisasi tidak akan dikoreksi karena akan menjadi biaya pada saat perhitungan PPh Badan. Tanya : Apakah perusahaan membuat penyisihan tertentu dari kas untuk pembayaran pesangon? Jawab : Penyisihan dana tertentu tidak pernah dilakukan, langsung saja dibayarkan pada saat pekerja pensiun. Dalam penyusunan RKAP memang terdapat biaya TAMB akan

2 69 tetapi hanya bersifat perkiraan, tidak ada uang yang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan. Tanya : Apakah tidak mengganggu cashflow perusahaan? Jawab : Sampai saat ini tidak terlalu berpengaruh Narasumber : Penni Arumdati Staf Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 5 Mei 2009 Tanya : Bagaimana perlakuan perpajakan terhadap pencadangan pesangon di PT. PGN mengingat pencadangan tidak diperbolehkan sebagai deductible expenses? Jawab : Yah, karena pencadangan tidak dapat dibebankan sebagai biaya maka waktu menghitung PPh Badan kita koreksi biaya pencadangan tersebut. Tanya : Akun apa saja yang dikoreksi dan jenis koreksi apa yang dilakukan, koreksi positif atau negatif? Jawab : Akun TAMB saja karena pencadangan dicatat di akun tersebut. Koreksinya bisa positif dan negatif Tanya : Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk melakukan koreksi atau penyesuaian perbedaan perlakuan antara pajak dengan akuntansi dalam pencadangan pesangon? Jawab : Pertama kita harus meminta hasil perhitungan dari aktuaris, setelah dapat baru kita lihat pencatatan yang dilakukan oleh bagian akuntansi, berapa yang diaccrued dan berapa yang realisasi. Setelah itu baru kita bisa tahu berapa jumlah yang harus dikoreksi positif dan berapa yang dikoreksi negatif. Tanya : Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk melakukan penyesuaian sesuai dengan ketentuan perpajakan? Jawab : kalau data sudah terkumpul sebenarnya tidak terlalu lama karena angka sudah ada. Kita tinggal membuat kertas kerja untuk penyesuaian fiskal saja Tanya : Adakah pegawai yang khusus menangani penyesuaian (koreksi) pajak atas pencadangan pesangon? jika ada berapa jumlah pegawai? Jawab : Kalau khusus sih tidak ada. Staf pajak membuat koreksi untuk semua akun termasuk koreksi pencadangan pesangon di akun TAMB. Tanya : Apakah yang dijadikan dasar perhitungan besaran koreksi positif dengan koreksi negatif? Jawab : semua angka didapat dari perhitungan aktuaris. Dalam perhitungan itu ada biaya jasa kini yang diaccrued oleh bagian akuntansi. Karena angka itu belum teralisasi maka secara pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Angka yang diaccrued tersebut yang kita koreksi positif. Aktuaris juga menghitung berapa besarnya realisasi pembayaran pesangon pada tahun berjalan. Angka itu yang kita jadikan dasar sebagai koreksi negatif Tanya : Mengapa harus dikoreksi positif dan negatif, mengapa tidak langsung dikoreksi positif atas jumlah net saja? Jawab : Karena nilai koreksi positif dan negatif tersebut akan digunakan oleh bagian akuntansi untuk pembuatan pajak tangguhan. Tanya : Bagaimana dengan realisasi biaya yang terjadi pada tahun berjalan? Jawab : Apabila ada biaya yang terealisasi tidak akan dikoreksi karena otomastis akan menjadi biaya pada saat perhitungan PPh Badan.

3 70 Tanya : Jadi pembayaran manfaat perhitungan aktuaris dengan realisasi biaya nilainya berbeda? Jawab : Iya berbeda, realisasi biaya sesuai dengan peraturan perusahaan sedangkan perhitungan aktuaris ada tata cara sendiri. Tanya : Apakah perusahaan melakukan rekonsiliasi atas besaran biaya yang benar-benar telah terealisasi dengan hitungan aktuaris? Jawab : Selama ini sih gak pernah direkon, angka realisasi dari aktuaris itu yang langsung kita koreksi negatif. Kita ga pernah bandingin dengan realisasi dalam akun TAMB. Tanya : Bukankah biaya yang teralisasi terkait dengan kewajiban pemotongan PPh Pasal 21? Jawab : Iya sih, tapi kadang karena keterbatasan waktu kita tidak sempat lg melakukan rekonsiliasinya. Tanya : Mengapa perusahaan tidak bekerja sama dengan perusahaan asuransi yang menangani pesangon sehingga biaya merupakan deductible expenses? Jawab : Menurut saya sih karena kalau dengan perusahaan asuransi pesangon itu kan ada uang yang harus dibayarkan ke perusahaan asuransi tersebut, sistemnya seperti iuran pensiun. Kalau pencadangan kan hanya hitungan saja, tidak ada kas keluar yang dibayarkan perusahaan. Jadi secara cashflow bisa menunda adanya kas keluar. Tanya : Jadi pembayaran pesangon atau TAMB di PGN baru dilakukan pada saat telah terjadi pemutusan hubungan kerja? Jawab : Iya, kalau mau pensiun atau ada yang keluar baru perusahaan bayar. Kalau tidak yah tidak ada pembayaran. Tanya : Apakah ada bagian lain yang akan menggunakan output dari bagian pajak, khususnya atas koreksi terhadap pencadangan pesangon? Jawab : Iya, kembali ke bagian pelaporan keuangan karena mereka yang akan Narasumber : Chandra Simarmata Asisten Manager Akuntansi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 30 Mei 2009 Tanya : Sejak kapan perusahaan menerapkan pencadangan imbalan pasca kerja khususnya pesangon dan apa dasar hukumnya? Jawab : Imbalan pasca kerja dicatat sejak tahun 2004 Tanya : Bagaimana prosedur pencatatan atas pencadangan pesangon di PT. PGN (Persero) Tbk.? dan dicatat pada akun apa? Jawab : Semuanya didasarkan kepada perhitungan aktuaris yang dibuat secara tahunan. Aktuaris menghitung berapa penambahan dan pengurangan biaya periode berjalan. Semua dicatat di akun TAMB. Tanya : Apakah perhitungan aktuaris dinilai kemabli oleh auditor independen? Jawab : Iya, ada semacam penilaian kewajaran atas jumlah yang dicatata dalam laporan keuangan Tanya : Apakah nilai berdasarkan hitungan aktuaris berbeda dengan realisasi biaya yang terjadi pada saat pekerja telah memasuki masa pensiun? Jawab : Iya berbeda karena aktuaris sudah memperhitungkan berbagai asumsi sedangkan untuk relaisasi kita menghitung sesuai peraturan perusahaan

4 71 Tanya : Apakah implikasi akuntansi dari kewajiban pencadangan pesangon PT PGN (Persero) Tbk.? Jawab : Implikasinya harus ada accrued biaya meskipun belum benar-benar terealisasi dan akan mengurangi laba perusahaan. Selain itu karena pajak tidak mengakui biaya tersebut kita harus membuat pajak tangguhan. Tanya : Perusahaan mengakui perbedaan tersebut sebagai beda temporer? Jawab : Iya Tanya : Apakah pencadangan pesangon mempengaruhi deviden yang dibayarkan kepada negara? Jawab : Secara tidak langsung mempengaruhi karena deviden dibagikan berdasarkan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Karena laba perusahaan dipengaruhi oleh acrued biaya pesangon maka laba perusahaan menjadi lebih kecil. Tanya : Adakah pegawai yang khusus menangani pencatatan atas pencadangan pesangon? jika ada berapa jumlah pegawai? Jawab : Tidak ada pegawai khusus. Tugas mencatat pesangon digabungkan dengan pekerjaan pencatatan akuntansi yang lain. Tanya : Apakah atas perbedaan perlakuan antara standar akuntansi keuangan dan pajak mempengaruhi laporan keuangan perusahaan? Jawab : Iya mempengaruhi, pajak tangguhan akan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi perusahaan dan akan mempengaruhi laba atau rugi setelah pajak. Tanya : Apakah perusahaan menyisihkan dana tertentu yang dialokasikan untuk persiapan pembayaran pesangon pekerja? Jawab : Tidak ada, hanya ada pencadangan pesangon saja dalam laporan keuangan. Apabila ada yang pensiun, akan langsung dibayarkan tunai. Tanya : Apakah pembayaran pesangon dapat mempengaruhi cashflow perusahaan? Jawab : Tidak terlalu terlihat pengaruhnya karena sampai saat ini kondisi cashflow tidak pernah terganggu karena adanya pembayarna pesangon. Narasumber : Rinaldi J.D. Purba Staf Akuntansi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 11 Mei 2009 Tanya : Sejak kapan perusahaan menerapkan pencadangan imbalan pasca kerja khususnya pesangon dan apa dasar hukumnya? Jawab : Imbalan pasca kerja dicatat sejak tahun Perusahaan mencatat berdasarkan PSAK 24 (revisi 2004) Tanya : Bagaimana prosedur pencatatan atas pencadangan pesangon di PT. PGN (Persero) Tbk.? Jawab : pertama kita harus minta data dari aktuaris untuk tahu angka yang akan dicatatat pada laporan keuangan. Setelah itu, jumlah yang menjadi beban tahun berjalan sesuai hitungan aktuaris diselisihkan dengan jumlah pembayaran manfaat dan dicatat dalam elemen biaya Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB). Jurnalnya TAMB pada Biaya yang masih harus dibayar. Tanya : Jumlah realisasi tersebut adalah angka berdasarkan hitungan aktuaris. Bagaimana dengan realisasi biaya yang terjadi pada saat pekerja telah memasuki masa pensiun?

5 72 Jawab : Kita mencatatnya Biaya TAMB pada kas atau bank Tanya : Jadi pembayaran manfaat menurut perhitungan aktuaris berbeda dengan realisasi pembayarna manfaat menurut SDM? Jawab : Iya berbeda, SDM menghitung sesuai peraturan perusahaan sedangkan aktuaris menggunakan asumsi-asumsi tertentu. Tanya : Apakah implikasi akuntansi dari kewajiban pencadangan pesangon PT PGN (Persero) Tbk.? Jawab : Implikasinya kita harus meng-accrued biaya meskipun belum benar-benar terealisasi dan akan mengurangi laba perusahaan. Selain itu karena pajak tidak mengakui biaya tersebut kita harus membuat pajak tangguhan. Tanya : Perusahaan mengakui perbedaan tersebut sebagai beda temporer? Jawab : Iya, makanya kita membuat pajak tangguhan Tanya : Apakah pencadangan pesangon mempengaruhi deviden yang dibayarkan kepada negara? Jawab : Secara tidak langsung mempengaruhi karena deviden dibagikan berdasarkan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Karena laba perusahaan dipengaruhi oleh acrued biaya pesangon maka laba perusahaan menjadi lebih kecil. Tanya : Adakah pegawai yang khusus menangani pencatatan atas pencadangan pesangon? jika ada berapa jumlah pegawai? Jawab : Pegawai khusus untuk pencadangan pesangon tidak ada. Tugas mencatat pesangon digabungkan dengan pekerjaan pencatatan akuntansi yang lain. Tanya : Apakah atas perbedaan perlakuan antara standar akuntansi keuangan dan pajak mempengaruhi laporan keuangan perusahaan? Jawab : Iya mempengaruhi, pajak tangguhan akan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi perusahaan dan akan mempengaruhi laba atau rugi setelah pajak. Tanya : Apakah perusahaan menyisihkan dana tertentu yang dialokasikan untuk persiapan pembayaran pesangon pekerja? Jawab : Tidak ada, hanya ada pencadangan pesangon saja dalam laporan keuangan. Apabila ada yang pensiun, akan langsung dibayarkan tunai. Tanya : Apakah pembayaran pesangon dapat mempengaruhi cashflow perusahaan? Jawab : Mempengaruhi iya tapi tidak terlalu signifikan karena sampai saat ini jumlah pegawai yang pensiun setiap tahunnya tidak terlalu banyak. Tidak sampai mengganggu kondisi keuangan perusahaan. Narasumber : Prianto Budi Kantor Akuntan Publik, Dosen Pengajar dan Anggota IAI Tanggal : 3 Juni 2009 Tanya : accrued biaya imbalan kerja bukan merupakan deductible expenses menurut UU perpajakan. Bagaimana pendapat bapak terkait dengan ketentuan tersebut? Jawab : Seharusnya memang demikian karena pajak mendasarkan pada realisasi. Karena belum ada pembayaran sehingga harus dikoreksi dalam perhitungan PPh badan perusahaan. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam ketentuan perpajakan karena biaya tersebut belum terealisasi sehingga wajar jika tidak diakui. Masalah justru timbul dalam penyaian akuntansi karena akan mempengaruhi laba rugi dan neraca perusahaan.

6 73 Tanya : UU Tenagakerja telah mewajibkan pembayaran pesangon untuk melindungi pekerja yang diikuti dengan kewajiban accrued beban dan kewajiban dalam laporan keuangan perusahaan. Apakah UU pajak dapat dikatakan kurang mendukung kebijakan tersebut? Jawab : tidak juga, karena UU tenaga kerja dan UU pajak memiliki domain dan tujuan yang berbeda, demikian pula dengan PSAK. Oleh karena itu pasti akan ada perbedaan. Perbedaan tersebut yang akan menimbulkan koreksi fiskal. Tanya : Perbedaan yang terjadi antara akuntansi dan pajak apakah termasuk ke dalam perbedaan permanen atau perbedaan tetap dan mengapa? Jawab : Menurut saya masuk ke dalam kategori beda temporer karena sebenarnya UU pajak dan standar akuntansi sama-sama mengakui biaya tersebut hanya saja terjadi perbedaan waktu dalam mengakui biaya. Akuntansi dicatat pada saat timbul kewajiban sedangkan pajak pada saat realisasi biaya benar-benar terjadi. Tanya : Bukankah pencadangan termasuk ke dalam beda permanen? Jawab : Tergantung pendekatannya, saya pribadi lebih berpendapat bahwa kedua ketentuan tersebut sama-sama mengakui biaya hanya saja terjadi perbedaan waktu pengakuan. Tidak demikian halnya dengan beda permanen, pajak sampai kapanpun tidak akan mengakui biaya yang telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan komersial Tanya : Apa efek pemilihan ketentuan tersebut terhadap laporan keuangan perusahaan terutama terhadap earning after tax? Jawab : memang laba setelah pajak akan berbeda akan tetapi hal tersebut tidak akan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan karena tidak semua pihak menggunakan pajak tangguhan dalam membuat analisa atas laporan keuangan suatu perusahaan. Misalnya saja untuk menghitung Capital Adequacy Ratio perusahaan perbankan, pajak tangguhan tidak diperhitungkan. Tanya : Menurut bapak pencantuman kewajiban imbalan kerja dalam laporan keuangan perusahaan dapat menjamin pemenuhan kewajiban perusahaan apabila terjadi pemutusan hubungan kerja? Jawab : Iya karena perusahaan telah mengakui adanya kewajiban tersebut. Misalnya saja pada saat ada perusahaan mengambilalih perusahaan lainnya. Apabila kewajiban tersebut muncul dalam neraca, maka akan memberikan informasi yang lengkap bagi investor. Apabila perusahaan tersebut kemudian mengalami pemutusan hubungan kerja, kewajiban tersebut telah muncul Narasumber : Lanny T Auditor Ernst & Young Tanggal : 28 Mei 2009 Tanya : Apakah pencadangan pesangon mempengaruhi laporan keuangan secara signifikan mengingat nilai pajak tangguhan akan muncul dalam laporan keuangan perusahaan? Jawab : Mempengaruhi laporan keuangan iya tapi tergantung nilainya bisa signifikan ataupun tidak Tanya : Pencatatan Imbalan Kerja menggunakan perhitungan aktuaris, apakah perhitungan tersebut dapat dipergunakan oleh perusahaan? Jawab : Iya, karena perhitungan imbalan kerja memang diharuskan untuk menggunakan jasa aktuaris sebagai lembaga yang independen dan profesional.

7 74 Tanya : Perbedaan yang terjadi antara akuntansi dan pajak dalam pencadangan pesangon apakah termasuk ke dalam perbedaan permanen atau perbedaan tetap? Jawab : Termasuk ke dalam perbedaan temporer karena pada saat realisasi pembayaran nantinya pajak mengakui sedangkan pada saat pengakuan pada tahun berjalan pajak tidak mengakui. Tanya : Pada saat perhitungan pajak tangguhan PT PGN pada tahun 2008 terdapat faktor pajak yang tidak diikut sertakan dalam perhitungan, apakah penyebabnya? Jawab : Aktuaris menghitung tanpa memperhatikan faktor pajak. Kebijakan perusahaan untuk PPh 21 pembayaran pesangon adalah PPh 21 ditanggung perusahaan sehingga secara pajak tidak akan diakui. Oleh karena itu, nilai pajak dikeluarkan dalam perhitungan pajak tangguhan karena dianggap bukan sebagai beda temporer. Tanya : Jadi pajak dikeluarkan karena dianggap sebagai beda permanen, karena sampai kapanpun ketentuan pajak tidak akan mengakui Pajak Penghasilan sebagai biaya? Jawab : Iya Tanya : Pada tahun 2008 terjadi penurunan tarif pajak. Apakah hal tersebut akan memperngaruhi perhitungan pajak tangguhan? Jawab : Tentu saja akan mempengaruhi, oleh karena itu nilai pajak tangguhan pada tahun 2008 harus disesuaikan karena terjadi penurunan tarif menjadi 28% dan 25%. Narasumber : John Hutagaol Kepala Kantor Pelayanan Pajak Orang Pribadi Besar Tebet dan Dosen Pengajar di ABFI Perbanas Tanggal : 10 Juni 2009 Tanya : Menurut bapak bagaimana perlakuan akuntansi dan pajak atas imbalan kerja berupa pesangon dalam PSAk 24(revisi 2004)? Jawab : Pada dasarnya akuntansi memperbolehkan pencadangan atas pesangon karena pada tahun berjalan pada saat pekerja memberikan jasanya telah timbul kewajiban sedangkan dari sisi pajak pencadangan tidak diperbolehkan karena realisasi pembayarannya belum ada. Tanya : Menurut bapak apakah perbedaan antara akuntansi dan pajak tersebut termasuk ke dalam beda waktu atau beda permanen? Jawab : Termasuk beda waktu karena pada akhirnya nanti akan dibagikan kepada pekerja juga. Pada saat pembayaran tersebut pajak baru memperbolehkan. Jadi keduanya sama-sama mengakui hanya masalah waktunya saja yang berbeda. Oleh karena itu perlu dialokasikan tiap tahun sehingga muncul pajak tangguhan. Narasumber : Daniel Buana Account Representatif PT. Perusahaa Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 20 Mei 2009 Tanya : Apakah pembuatan koreksi fiskal dalam pencadangan biaya pesangon mempengaruhi kewajiban penyetoran dan pelaporan pajak? Jawab : Sampai saat ini PGN tidak pernah terganggu dengan kewajiban untuk membuat koreksi fiskal Tanya : PGN kehilangan status Wajib Pajak Patuhnya bukan karena hal tersebut?

8 75 Jawab : Iya, tapi bukan karena harus melakukan koreksi. Itu karena hal lain Tanya : Menurut bapak seharusnya perbedaan ketentuan antara komersial dan pajak termasuk ke dalam beda permenant atua beda waktu? Jawab : Menurut saya termasuk beda tetap karena sampai kapanpun nilai yang digunakan tidak sama Tanya : Meskipun pada akhirnya nanti akan terealisasi juga?apakah tidak termasuk ke dalam beda temporer? Jawab : Meskipun realisasi tetapi nilainya berbeda sehingga efek ke laba komersial dan laba fiskal selamanya akan berbeda. Jadi tetap beda permanent. Narasumber : Wahyu Account Representatif PT Garuda Indonesia Tanggal : 12 Juni 2009 Tanya : Perbedaan antara akuntansi dan pajak dalam pencadangan imbalan kerja berupa peangon termasuk ke dalam beda tetap atau beda waktu? Jawab : UU PPh memang melihat pencadangan bukan merupakan deductible expense dan oleh karenanya atas pencadangan imbalan kerja dilakukan koreksi positif (koreksi yang menambah jumlah penghasilan neto). Di Akuntansi perpajakan, koreksi yang berkaitan dengan biaya dapat dibagi 2 yaitu koreksi yang menghasilkan beda tetap atau beda sementara. Beda tetap adalah biaya yang secara UU memang tidak boleh dikurangkan sebagai penghasilan bruto. Termasuk disini adalah pencadangan imbalan kerja. Sedangkan Beda Sementara adalah biaya yang secara UU PPh boleh dikurangkan namun ada alokasi yang harus dipenuhi (pada akhirnya boleh dibebankan). Ilustrasi : Di SPT PPh Badan Tahun Pajak 2006 Perusahaan di Laporan Laba Rugi Komersial membuat pencadangan Imbalan Kerja sebesar Rp 3 Milyar sehingga untuk pelaporan pajak biaya Rp 3 Milyar tersebut dikoreksi positif. Di Tahun Pajak 2008 ternyata Imbalan Kerja yang di Tahun 2006 dicadangkan tersebut terealisasi sebesar Rp 2 Milyar, maka perusahaan membebankan sebesar Rp 2 Milyar tersebut sebagai deductible expense di Tahun Pajak Jika yang terjadi seperti Ilustrasi di atas, menurut pendapat saya UU PPh tetap mendukung UU Ketenagakerjaan. Tanya : Mengapa pencadangan hanya diperbolehkan untuk perusahaan tertentu seperti perbankan dan leasing? Jawab : Pencadangan memang hanya boleh sebagai deductible expense untuk perusahaan tertentu seperti Perbankan. Hal ini sepertinya terdengar diskriminatif. Mengapa ada perlakuan yang berbeda. Mungkin filosofinya begini, Perusahaan Perbankan itu mengelola dana masyarakat dengan menginvestasikannya ke Instrumen2 Investasi yang semuanya memiliki risiko sehingga Pemerintah mungkin merasa memberikan perlakuan agak sedikit berbeda dengan membolehkan pencadangan yang dilakukan oleh Perbankan sebagai deductible expense (Besarnya cadangan juga diatur). Tanya : Apakah ketentuan pajak mengatur mengenai koreksi yang dilakukan? mengingat perhitungan yang dibaut oleh aktuaris akan mempengaruhi koreksi fiskal?

9 76 Jawab : Menurut pendapat saya, DJP hanya akan melakukan koreksi sesuai dengan pencadangan yang dinyatakan oleh Wajib Pajak di Laporan Keuangannya. Memang benar jika Penghitungan Imbalan Kerja makin besar maka koreksi positif juga akan makin besar. Setahu saya tidak ada aturan yang dikeluarkan oleh DJP untuk pemilihan aktuaris. Pemilihan Aktuaris, mungkin diatur oleh Ditjen DJLK Departemen Keuangan (yang juga mengatur Akuntan, mungkin Aktuaris juga). Tanya : Apakah koreksi fiskal menyebabkan compliance cost menjadi tinggi mengingat ada biaya non cash yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak? Jawab : Saya mencoba menerjemahkan Compliance Cost sebagai biaya yang harus dikeluarkan agar kita menjadi patuh terhadap pemenuhan peraturan perpajakan. Biaya dimaksud tentunya adalah setoran pajak ke kas negara. Jika koreksi positif merupakan hal yang harus ditempuh (baik melalui self assesment penyampaian SPT atau saat pemeriksaan), menurut pendapat saya hal tersebut tidak membuat Compliance Cost menjadi lebih tinggi karena UU PPh berlaku sama kepada semua Wajib Pajak (mohon tidak membandingkan antara Lembaga Keuangan atau Bank dengan PGN kita sedang membicarakan masalah pencadangan) sehingga semua WP akan merasakan hal yang sama. Jika dalam praktek ternyata terjadi perbedaan treatment itu adalah di level pelaksanaan karena peraturan dibuat sebisa mungkin untuk tidak diskriminatif. Yang sering terjadi adalah Wajib Pajak sebenarnya mengetahui bahwa koreksi positif harus dilakukan sehingga PPh yang harus dibayar otomatis menjadi lebih besar jika dibandingkan sebelum Wajib Pajak melakukan koreksi. Jika Perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik maka koreksi tersebut tidak akan mempengaruhi pemenuhan kewajiban pelaporan SPT. Wajib Pajak bersangkutan dapat membayar PPh hasil perhitungan tersebut untuk kemudian melaporkan SPT PPh Badannya. Menurut pendapat saya, yang paling baik adalah melakukan penghitungan Imbalan Beban Kerja sebagaimana diamanatkan oleh PSAK 24 (revisi 2004) dengan sebaik-baiknya (meskipun hasilnya besar) dan melakukan koreksi di SPT PPh Badan. Jika realisasi terjadi Tahun berikutnya maka di Tahun berikut tersebut realisasi dapat menjadi deductible expense. Narasumber : Adang Hendrawan Dosen Pengajar pada Universitas Indonesia Tanggal : 12 Juni 2009 Tanya : Pencadangan mendapat perlakuan yang berbeda dalam ketentuan akuntansi dan pajak. Akuntansi sudah mengakui pada setiap periode sedangkan ketentuan pajak tidak mengakui sebelum ada realisasi. Bagaimana menurut bapak mengenai perbedaan tersebut? Jawab : Hal tersebut wajar terjadi mengingat akuntansi dan pajak memiliki prinsip yang berbeda. Ketentuan akuntansi menghendaki laba dalam laporan keuangan diukur dengan kesepadanan antara revenue dengan biaya atau matching cost against revenue. Pajak memiliki tujuan budgeter yaitu bagaimana supaya laba kena pajak bisa terlindungi. Oleh karena itu ketentuan mengenai biaya yang boleh maupun yang tidak boleh diatur oleh UU. Tanya : Apakah hal tersebut terkait dengan prinsip konservatisme? Jawab : Selain itu prinsip akuntansi yang menganut konservatisme menyebabkan suatu biaya akan disegerakan meskipun belum terjadi sedangkan pajak menganut prinsip

10 77 realisasi sehingga yang menjadi biaya adalah sesuai dengan seberapa besar biaya yang dikeluarkan. Tanya : Terkait dengan pencadangan pesangon, perbedaan yang terjadi antara ketentuan akuntansi dan pajak apakah termasuk ke dalam beda tetap atau beda temporer? Jawab : Sepanjang jumlah yang diakui sama tetapi alokasi waktunya berbeda maka termasuk ke dalam beda waktu. Akan tetapi apabila basis pengenaannya berbeda maka akan menjadi beda tetap. Tanya : Dengan kata lain apabila jumlah total biaya antara akuntansi dan pajak sama tetapi alokasi waktunya berbeda maka merupakan beda temporer? Jawab : Iya, sepanjang nilai yang sekarang tidak diakui oleh pajak akan direcover pada periode berikutnya maka akan termasuk ke dalam beda temporer. Tetapi, kalau komponen dalam biaya tersebut berbeda maka termasuk ke dalam beda tetap. Contohnya pada pengakuan aktiva, apabila bedanya hanya terletak pada perbedaan masa penyusutan maka termasuk ke dalam beda temporer karena biaya yang disusutkan pada akhirnya akan sama. Tetapi apabila perbedaannya terletak pada harga perolehan maka akan menjadi beda tetap. Misalnya saja karena hubungan istimewa sehingga menurut akuntansi harga 100 akan tetapi karena pajak menganggap ada hubungan istimewa maka harganya menjadi dianggap 120. Kalau kasusnya demikian maka perbedaan yang terjadi tidak akan terecover sehingga merupakan beda tetap. Tanya : Apabila perusahaan keliru dalam menerapkan ketentuan beda tetap dan beda temporer tersebut apa implikasinya bagi laporan keuangan perusahaan mengingat beda temporer akan mempengaruhi nilai pajak tangguhan yang pada akhirnya akan mempengaruhi laba setelah pajak? Bagaimana kaitannya dengan performance perusahaan? Jawab : Ketentuan akuntansi tidak hanya mengatur prinsip akan tetapi juga kewajaran. Sepanjang nilai masih dapat ditoleransi dan tidak material dan serta tidak ada adjustment dari auditor maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi opini auditor. Materialitas juga tergantung kepada laba perusahaan, misalnya nilai 300 juta untuk perusahaan yang memiliki omzet 1 M maka akan menjadi besar. Sedangkan untuk perusahaan yang beromzet 100 M maka tidak menjadi material.

BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk.

BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk. BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk. 4.1. Perhitungan Kewajiban Pencadangan Biaya Pesangon 4.1.1. Perhitungan Kewajiban Pencadangan Pesangon Menurut Aktuaris Perhitungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pembangunan nasional salah satunya memiliki tujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Kunci keberhasilan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG Pajak penghasilan tangguhan timbul akibat perbedaan temporer

Lebih terperinci

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi Penerapan Akuntansi Pajak Tangguhan Tahun 2005 1. Penyajian Laporan Keuangan Setelah Pengakuan Pajak Penghasilan. Berikut ini akan disajikan laporan keuangan

Lebih terperinci

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap Aktiva Tetap Aktiva Tetap: SAK (2009) : aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain,

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Koreksi Fiskal atas Laporan Laba Rugi Komersial dalam Penentuan Penghasilan Kena Pajak Laporan keuangan yang dibuat oleh PT. Madani Securities bertujuan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 11 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

Nama : Farah Fadhilah NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Budi Prijanto, SE., MM

Nama : Farah Fadhilah NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Budi Prijanto, SE., MM KOREKSI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENGHITUNG LABA/RUGI KENA PAJAK (Studi Pada Laporan Keuangan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2013) Nama : Farah Fadhilah NPM : 22210607 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, peranan penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Roda pemerintahan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email : suhirmanmadjid@ymail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Pengertian Umum Pajak Definisi pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH. dalam Resmi (2007) adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah Laporan keuangan memuat informasi mengenai kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh proses akuntansi bertujuan memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Penghasilan yang diterima atau diperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA. Konsep Rekonsiliasi. Rincian Item Rekonsiliasi. Kasus dan Ilustrasi

SISTEMATIKA. Konsep Rekonsiliasi. Rincian Item Rekonsiliasi. Kasus dan Ilustrasi 1 SISTEMATIKA 1. 2. 3. Konsep Rekonsiliasi Rincian Item Rekonsiliasi Kasus dan Ilustrasi 3 Bagan Pajak Perusahaan Dipotong PPh 23 atas penghasilan jasa Penghitungan Pajak Perusahaan Penghasilan XXX Beban

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN Edisi : VIII/Agustus 2009 PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN Oleh: Rian Ardhi Redhite Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan Berdasarkan PSAK 16 (Revisi

Lebih terperinci

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Penghasilan 1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17/2000 adalah setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Dasar Pengenaan Pajak dan cara menghitung Penghasilan Kena Pajak Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk Wajib Pajak dalam negeri,dan Badan Usaha Tetap (BUT)

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT Artha Daya Coalindo Perbedaan antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PENCATATAN PAJAK Dwi Martani 1 PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PAJAK PENGHASILAN Pajak atas penghasilan perusahaan yang dipotong oleh pihak

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI TERKAIT TAX AMNESTY DAN ISSUE-ISSUE TERKAIT

STANDAR AKUNTANSI TERKAIT TAX AMNESTY DAN ISSUE-ISSUE TERKAIT 1 STANDAR AKUNTANSI TERKAIT TAX AMNESTY DAN ISSUE-ISSUE TERKAIT Oleh: Ersa Tri Wahyuni, PhD, CA, CPMA,CPSAK Agenda Hari Ini 2 Review UU No 11 tahun 2016 PSAK 70 Issue-issue Penerapan PSAK 70 UU Pajak No

Lebih terperinci

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. HAKIKAT REKONSILIASI Pelaksanaan pembukuan berdasar kebijakan akuntansi perusahaan menyimpang dari ketentuan perpajakan. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dilaporkan melalui laporan laba rugi (Income Statement) untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dilaporkan melalui laporan laba rugi (Income Statement) untuk 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Laba merupakan selisih pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan. Investor atau stakeholder melihat laba

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk.

BAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk. BAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk. 3.1. Sejarah Pendirian Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) ( Perusahaan ) berasal dari perusahaan swasta Belanda yang bernama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak yang menggunakannya. Pengguna

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak yang menggunakannya. Pengguna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akhir tahun adalah saat dimana perusahaan membuat laporan keuangan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak yang menggunakannya. Pengguna informasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutang dan yang telah dibayar sebagai mana telah ditentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terutang dan yang telah dibayar sebagai mana telah ditentukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assesment system. Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahan, peran pajak semakin terlihat jelas

BAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahan, peran pajak semakin terlihat jelas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang berdaulat, sehingga dalam memberi kepastian hukum dan jaminan pada warga negaranya dibuatlah berbagai peraturan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin sulit diharapkan. Hal ini berarti bahwa semua pembelanjaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin sulit diharapkan. Hal ini berarti bahwa semua pembelanjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasukan penerimaan dari sektor pajak cukup berarti bagi pendapatan pemerintah. Ini tercermin dari pembiayaan belanja negara yang semakin lama semakin bertambah besar,

Lebih terperinci

Tujuan Akuntansi Pajak a. Dasar menghitung PKP b. Menghitung harga perolehan c. Menghitung penyerahan barang kena pajak d. Menghitung besarnya pajak y

Tujuan Akuntansi Pajak a. Dasar menghitung PKP b. Menghitung harga perolehan c. Menghitung penyerahan barang kena pajak d. Menghitung besarnya pajak y PENGERTIAN AKUNTANSI PAJAK Akuntansi Pajak adalah - sekumpulan prinsip, - standar, - perlakuan akuntansi lengkap yang digunakan oleh Wajib Pajak sebagai landasan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat (perusahaan) ke sektor publik. Pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya beli atau kemampuan belanja dari sektor privat. Agar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1. Definisi Aset Tetap Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendapatan dan Beban Menurut Akuntansi 1. Pendapatan Menurut Akuntansi Suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba

BAB I PENDAHULUAN. Bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH. Bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih. Sedangkan bagi Negara, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pengertian Pajak Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus berkesinambungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan kontribusi terbesar berasal dari sektor pajak. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan go public pada Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan go public pada Bursa Efek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan go public pada Bursa Efek Indonesia (BEI) umumnya terdiri dari neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK NO. 46 TENTANG AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN TERHADAP KOREKSI FISKAL

PENERAPAN PSAK NO. 46 TENTANG AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN TERHADAP KOREKSI FISKAL INFOKAM Nomor I / Th. II / Maret / 06 1.. PENERAPAN PSAK NO. 46 TENTANG AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN TERHADAP KOREKSI FISKAL Oleh : Sri Supatmi ) Abstraksi PSAK No 46 Tahun 2004 mengatur perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

By Afifudin PSP FE Unisma 2

By Afifudin PSP FE Unisma 2 Pengertian Beban dan Kompensasi Kerugian sesuai SAK dan UU Pajak Rekonsiliasi Laporan Keuangan. Beda Tetap dan Beda Waktu Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi Fiskal Negatif By Afifudin PSP FE Unisma 2 MEKANISME/SIKLUS

Lebih terperinci

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Penghitungan PPh diakhir tahun bagi WP Badan didasarkan atas LK Fiskal (Laba Rugi Fiskal) Laba rugi fiskal disusun berdasarkan Laba Rugi Komersial yang telah disesuaikan

Lebih terperinci

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PADA PT JOGJA TUGU TRANS. Monika Innercentia Ken Sukatno. Erly Suandy. Intisari

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PADA PT JOGJA TUGU TRANS. Monika Innercentia Ken Sukatno. Erly Suandy. Intisari PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PADA PT JOGJA TUGU TRANS Monika Innercentia Ken Sukatno Erly Suandy Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri sehingga dipisahkan dengan penghasilan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri sehingga dipisahkan dengan penghasilan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang usaha konstruksi merupakan salah satu sektor yang menjadi penggerak roda perekonomian Indonesia karena dapat menyerap banyak tenaga kerja dan menggairahkan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 13 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1. 2. 3. 4. Pajak dalam LK Pajak dan Akuntansi Akt.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Sebagai Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Abadi Karya Mulia Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT Abadi Karya Mulia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sangat penting untuk dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sangat penting untuk dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional sangat penting untuk dilaksanakan oleh setiap negara, karena merupakan suatu kegiatan yang berlangsung terusmenerus dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kemampuan dan keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kemampuan dan keberhasilan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kemampuan dan keberhasilan dalam pembangunan. Pajak merupakan aspek penting dalam pembangunan, apalagi bagi negara

Lebih terperinci

PSAK 46 AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN REVISI 2014

PSAK 46 AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN REVISI 2014 PSAK 46 AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN REVISI 2014 Dipotong Pajak oleh pihak lain saat menerima penghasilan SPT Pajak Penghasilan Beban yang dapat dikurangkan Penghasilan kena pajak X tarif pajak Pajak terutang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar bagi negara. Menurut Soemitro (Resmi, 2014:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

Lebih terperinci

Perihal : Permohonan Menjadi Responden Penelitian

Perihal : Permohonan Menjadi Responden Penelitian Perihal : Permohonan Menjadi Responden Penelitian Kepada Yth. Bapak / Ibu / Saudara/i Di Tempat Dengan ini saya Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha (UKM) Bandung sedang mengadakan penelitian pada PT.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : pajak tangguhan dan laba bersih. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : pajak tangguhan dan laba bersih. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan merupakan subjek pajak yang memiliki andil cukup besar bagi penerimaan pajak dalam negeri. Untuk mengetahui hasil suatu usaha, perusahaan perlu menyusun laporan keuangan pada setiap

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak pada PT ADIS Dalam rangka meminimalkan beban pajak yang terutang, PT ADIS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap perusahaan PT. X dan melihat pengaruhnya terhadap Pajak Penghasilan Terhutang Perusahaan sebagai beban pajak terhutang

Lebih terperinci

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR

Lebih terperinci

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA. Dahniyar Daud *)

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA. Dahniyar Daud *) ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA Dahniyar Daud *) niardaudismail@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa penerapan

Lebih terperinci

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan 5.1 Pengertian PPh Badan PPh Badan yaitu pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima badan usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Peranan akuntansi dalam dunia bisnis sangat penting karena akuntansi memberikan informasi yang dapat digunakan manajer untuk menjalankan operasi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer akan merespon

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer akan merespon BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Akuntansi Positif Teori akuntansi positif merupakan teori yang memprediksi tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN Aris Munandar, SE., M.Si Tujuan Pembelajaran Jenis biaya yang diperkenankan bagi WP DN dan BUT untuk dibebankan sebagai biaya Jenis yang tidak diperkenankan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (konsumen). Untuk tujuan ini manajemen sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (konsumen). Untuk tujuan ini manajemen sebagai pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi dengan arah dan tujuan tertentu. Secara ekonomis, tujuan dari pada perusahaan adalah untuk mencari laba atau nilai

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) Maupun keuntungan ( gain ). Definisi penghasilan

Lebih terperinci

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK Pembukuan menurut UU Pajak Dalam Pasal 28 ayat (7) UU KUP disebutkan: Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai

Lebih terperinci

IMBALAN KERJA. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja 1

IMBALAN KERJA. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja 1 IMBALAN KERJA Dwi Martani 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja 1 PSAK Terkait PSAK 24 Imbalan Kerja PSAK 53 Kompensasi berbasis Saham 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama perusahaan go public yang di

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama perusahaan go public yang di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian PSAK No. 46 merupakan suatu hal yang baru dalam standar akuntansi bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama perusahaan go public yang di terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isu yang berkembang mengenai analisis peraturan perpajakan yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan antara penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena merupakan komponen yang terbesar dan sumber dana dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting karena merupakan komponen yang terbesar dan sumber dana dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang memegang peranan penting karena merupakan komponen yang terbesar dan sumber dana dalam negeri untuk membiayai berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Laba Akuntansi 1. Pengertian Laba Akuntansi Salah satu informasi yang sangat penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam mengmbil keputusan adalah laba akuntansi yang biasa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN. PT UG didirikan dengan akta notaris Abdul Latief, SH, No.104 tertanggal 29

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN. PT UG didirikan dengan akta notaris Abdul Latief, SH, No.104 tertanggal 29 BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT UG didirikan dengan akta notaris Abdul Latief, SH, No.104 tertanggal 29 Oktober 1971 di Jakarta,

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan Bab IV PEMBAHASAN Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan akun-akun yang terdapat di dalam laporan keuangan Yayasan Sekolah TSK yang kemudian dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak perhatian dan banyak penelitian membuktikan adanya hubungan antara laba dengan return

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KOMERSIL DAN FISKAL. ARIS MUNANDAR, SE., M.Si

LAPORAN KEUANGAN KOMERSIL DAN FISKAL. ARIS MUNANDAR, SE., M.Si LAPORAN KEUANGAN KOMERSIL DAN FISKAL ARIS MUNANDAR, SE., M.Si PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan produk yg dihasilkan dari akuntansi yang disajikan pada akhir periode untuk disampaikan kepada pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana atau alat komunikasi perusahaan dengan pihak-pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. sarana atau alat komunikasi perusahaan dengan pihak-pihak lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat

Lebih terperinci

Pendahuluan. Definisi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan

Pendahuluan. Definisi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan Pendahuluan Pada dasarnya, antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan pengakuan penghasilan serta biaya. Namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi suatu negara. Pajak juga bermanfaat bagi pertumbuhan pembangunan yang diutamakan bagi kesejahteraan

Lebih terperinci

Modul ke: Manajemen Perpajakan. Samsuri, SH, MM. Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi

Modul ke: Manajemen Perpajakan. Samsuri, SH, MM. Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi Modul ke: 02 Manajemen Perpajakan Samsuri, SH, MM Fakultas FEB Program Studi Akuntansi Perencanaan Pajak Aspek Manajemen Pajak Dalam Pemilihan Bentuk Usaha Pada hakekatnya pengambilan keputusan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV PEMBAHASAN Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak memberikan kontribusi terbesar dalam sumber penerimaan negara, salah satunya berupa APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara). Atas kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia kembali melakukan reformasi pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia kembali melakukan reformasi pajak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia kembali melakukan reformasi pajak dengan mengeluarkan beberapa undang-undang pajak baru yaitu undang-undang No 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan. Keuangan Fiskal (Book Tax Differences)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan. Keuangan Fiskal (Book Tax Differences) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal (Book Tax Differences) Pada umumnya perusahaan bisnis menyelenggarakan pembukuan berdasarkan

Lebih terperinci

PPh terutang, Pajak penghasilan yang dihitung berbasis penghasilan kena pajak yang sesungguhnya dibayar kepada pemerintah, Beban Pajak Penghasilan Paj

PPh terutang, Pajak penghasilan yang dihitung berbasis penghasilan kena pajak yang sesungguhnya dibayar kepada pemerintah, Beban Pajak Penghasilan Paj kepentingan perhitungan pajak penghasilan keperluan komersial basis pengenaan penghasilan TIDAK SAMA akibat dari perbedaan perbedaan rekognisi penghasilan dan biaya, maka akan terdapat perbedaan yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan. Pernyataan ini mulai berlaku efektif

Lebih terperinci

Kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas

Kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas /Hutang kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas (SAK) Lancar Tidak Lancar Diestimasi Kontinjensi 1 Hutang Usaha

Lebih terperinci

Materi: 2 LAPORAN KEUANGAN FISKAL

Materi: 2 LAPORAN KEUANGAN FISKAL Materi: 2 LAPORAN KEUANGAN FISKAL AGENDA Pengantar Kerangka dasar penyusunan laporan keuangan. Asumsi dasar dan persamaan akuntansi. Perbedaan lap. Keuangan komersial dan lap. keuangan fiskal. Proses penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus disajikan pada akhir periode untuk disampaikan kepada pihak manajemen. Laporan yang dihasilkan

Lebih terperinci

PAKET PELATIHAN PAJAK KOMPREHENSIF AKHIR TAHUN 2011 ORTax (Observation & Research of Taxation)

PAKET PELATIHAN PAJAK KOMPREHENSIF AKHIR TAHUN 2011 ORTax (Observation & Research of Taxation) PAKET PELATIHAN PAJAK KOMPREHENSIF AKHIR TAHUN 2011 ORTax (Observation & Research of Taxation) DAPATKAN 3 KEUNTUNGAN SEKALIGUS - SENILAI Rp. 2 juta!!! Biaya Lebih Murah Bonus Software Dokumentasi Informasi

Lebih terperinci

b) transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan perusahaan.

b) transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan perusahaan. 0 0 PENDAHULUAN Tujuan 0 Pernyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan. Masalah utama perlakuan akuntasi untuk pajak penghasilan adalah bagaimana mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) 2 0 DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1B KELOMPOK / JENIS HARTA BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) NILAI SISA BUKU FISKAL AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL METODE HARTA BERWUJUD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan wajib untuk menyusun laporan keuangan, karena laporan keuangan bertujuan untuk menginformasikan tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2010 DAN 2009 Daftar Isi Halaman Neraca... 2-3 Laporan

Lebih terperinci

MENYIKAPI PERBEDAAN LABA MENURUT PSAK DAN FISKAL : PERLUKAH DIBUAT PEMBUKUAN GANDA?

MENYIKAPI PERBEDAAN LABA MENURUT PSAK DAN FISKAL : PERLUKAH DIBUAT PEMBUKUAN GANDA? MENYIKAPI PERBEDAAN LABA MENURUT PSAK DAN FISKAL : PERLUKAH DIBUAT PEMBUKUAN GANDA? Oleh : Siti Istikhoroh 1), R. Bambang Dwi Waryanto 2) (Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya) Abstraksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1. Perbedaan Prinsip antara Standar Akuntansi dengan Perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1. Perbedaan Prinsip antara Standar Akuntansi dengan Perpajakan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur II.1.1. Perbedaan Prinsip antara Standar Akuntansi dengan Perpajakan Tata cara dan aturan pembukuan mengikuti ketentuan yang berlaku sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA PERUSAHAAN PT. RKA 4.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perhitungan Pajak

Lebih terperinci

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK Pembukuan menurut UU Pajak Dalam Pasal 28 ayat (7) UU KUP disebutkan: Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci