PEDOMAN ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 2015"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN Analisa kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan adalah proses yang berkelanjutan dalam pengumpulan data untuk menentukan apa kebutuhan pelatihan ada, sehingga pelatihan dapat dikembangkan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Melakukan analisis kebutuhan merupakan dasar keberhasilan program pelatihan. Seringkali organisasi mengembangkan dan melaksanakan pelatihan tanpa terlebih dahulu melakukan analisis kebutuhan. Organisasi-organisasi ini akan menjalankan risiko Pendidikan dan Pelatihan yang tidak efektif. Sebuah analisa kebutuhan pelatihan digunakan untuk menentukan apakah pelatihan merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan di tempat kerja. Analisis kebutuhan ini merupakan "proses yang berkelanjutan pengumpulan data, untuk menentukan apa kebutuhan pelatihan ada, sehingga pelatihan apa yang dapat dikembangkan untuk membantu organisasi mencapai tujuannya" ( Brown, 2002, hal. 569). Pelatihan sering kali dipandang sebagai suatu gangguan dan sebagai upaya aktifitas mahal, daripada sebagai alat untuk meningkatkan bottom line organisasi. Langkah paling utama dan pertama dalam penyusunan rancang bangun suatu program Pendidikan dan Pelatihan adalah kegiatan Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan (AKD) atau Training Needs Assessment (TNA). Analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan memiliki kaitan erat dengan perencanaan Pendidikan dan Pelatihan. Perencanaan yang paling baik didahului dengan identifikasi kebutuhan. Kebutuhan pendidikan dan pelatihan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan (sebagaimana terlihat pada misi, fungsi dan tugas) dengan pengetahuan dan kemampuan yang senyatanya dimiliki oleh pegawai. Pendidikan dan Pelatihan dianggap sebagai faktor penting dalam peningkatan kinerja pegawai, proses dan organisasi, sudah luas diakui. Tapi masalahnya banyak Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi tidak atau kurang memenuhi kebutuhan sesungguhnya. Misalnya Page 2

2 yang diperlukan sesungguhnya adalah pelatihan B tetapi yang dilakukan A, akibatnya investasi yang ditanamkan melalui Pendidikan dan Pelatihan kurang dapat dilihat hasilnya. Kenyataan yang sering terjadi juga pada saat pembukaan Pendidikan dan Pelatihan, peserta tidak mencapai jumlah alokasi yang telah ditentukan bahkan sampai 3 hari setelah pembukaan masih kurang peserta Pendidikan dan Pelatihan. Hal ini menandakan Pendidikan dan Pelatihan tersebut sudah mengalami kejenuhan atau materi Pendidikan dan Pelatihan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan peserta Pendidikan dan Pelatihan. Di lain sisi, banyak alasan pegawai menolak mengikuti Pendidikan dan Pelatihan, antara lain : 1. Mendapat perintah menjalankan tugas lainnya. 2. Tidak mau tinggal di mess dengan alasan keluarga. 3. Setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan mendapat tugas yang tidak sesuai dengan hasil Pendidikan dan Pelatihan. 4. Kehilangan pekerjaan/penghasilan tambahan. Dan sangat kontradiksi bila kita menanyakan kepada mereka yang menjadi peserta Pendidikan dan Pelatihan tentang tujuannya mengikuti Pendidikan dan Pelatihan, antara lain : a. Menambah wawasan. b. Menambah angka kredit untuk promosi kenaikan pangkat atau jabatan. c. Mengikuti perintah atasan. d. Istirahat dari pekerjaan rutin. Timbulnya masalah ini tentu disebabkan banyak hal. Salah satunya terletak pada Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan (Training Needs Assessment/TNA)-nya yang tidak pernah dilakukan dengan benar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, khususnya di satuan kerja. Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk menemukenali adanya kesenjangan kompetensi (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) yang dapat ditingkatkan melalui Pendidikan dan Pelatihan. Page 3

3 Kegiatan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan diharapkan akan menghasilkan jenis-jenis Pendidikan dan Pelatihan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi, sehingga dapat mewujudkan Pendidikan dan Pelatihan yang tepat sasaran, tepat isi kurikulum dan tepat strategi untuk mencapai tujuan. Melalui kegiatan Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, maka idealnya setiap program yang disusun dan dijabarkan dalam bentuk kegiatan merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan. Hasil yang diharapkan dari Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, akan memperjelas kaitan antara pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, dengan peningkatan kinerja lembaga yang merupakan akumulasi dari kinerja aparatur di suatu organisasi, disebutkan demikian karena setiap aparatur seyogyanya dilengkapi dengan jenis-jenis Pendidikan dan Pelatihan yang dibutuhkan sesuai dengan kompetensi bidang tugasnya, selanjutnya akan dapat melaksanakan setiap rincian tugas dalam jabatannya. Page 4

4 II. DEFINISI ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Menurut Morrison (2001: 27), kebutuhan (need) adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya, keinginan adalah harapan ke depan atau cita-cita yang terkait dengan pemecahan terhadap suatu masalah. Sedangkan analisa kebutuhan adalah alat untuk mengidentifikasi masalah, guna menentukan tindakan yang tepat. Kebutuhan menurut Briggs (AKD LAN, 2005 ) adalah ketimpangan atau gap antara apa yang seharusnya dengan apa yang senyatanya. Gilley dan Eggland ( AKD LAN, 2005 ) menyatakan bahwa kebutuhan adalah kesenjangan antara seperangkat kondisi yang ada pada saat sekarang ini dengan seperangkat kondisi yang diharapkan. Dalam dunia kerja, kebutuhan juga diartikan sebagai masalah kinerja (Anung Haryono, 2004). Pendidikan dan Pelatihan mempunyai arti penyelenggaraan proses belajar mengajar, dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan jabatan tertentu. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan adalah jenis Pendidikan dan Pelatihan yang dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan tiap jenis jabatan atau unit organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugas yang efektif dan efisien (Dephutbun dan ITTO, 2000). Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan adalah kekurangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap seorang pegawai sehingga kurang mampu melaksanakan tugas, tanggung jawab, wewenang dan haknya dalam suatu satuan organisasi. Dengan demikian kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan dapat diartikan sebagai kesenjangan kemampuan pegawai yang terjadi, karena adanya perbedaan antara kemampuan yang diharapkan, sebagai tuntutan pelaksanaan tugas dalam organisasi dan kemampuan yang ada (Hermansyah dan Azhari, 2002). Page 5

5 Konsep dasar pemikiran analisa kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan adalah adanya deskrepansi kemampuan kerja,sesuai dengan tingkatan dalam pengungkapan kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, maka deskrepansi dapat terjadi pada seseorang pejabat/pelaksana pekerjaan terhadap tugas di dalam organisasi, jabatan maupun terhadap tugas individu. Secara umum diskrepansi kemampuan kerja dinyatakan perbedaan antara kemampuan kerja seseorang pada saat kini dengan kemampuan kerja yang diinginkan atau seharusnya yang umumnya juga di kenal kemampuan kerja standar / baku. Page 6

6 III. JENIS TINGKATAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Tidak semua masalah kinerja dapat dipecahkan dengan Pendidikan dan Pelatihan. Pendidikan dan Pelatihan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap berdasarkan tingkat kebutuhannya\. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan dibedakan menjadi Kebutuhan Tingkat Organisasi, Tingkat Jabatan dan Tingkat Individu. 1. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Organisasi Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Organisasi merupakan himpunan data umum dari bagian atau bidang yang mempunyai kebutuhan Pelatihan. 2. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Jabatan Adanya kesenjangan KSA (knowledge, Skill, Attitude) yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, baik yang bersifat periodik/ insidentil. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan tingkat jabatan dapat diketahui dengan mempergunakan analisis misi, fungsi, tugas dan sub tugas yang diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi. Kemudian kompetensi-kompetensi itu dikelompokkan sedemikan rupa sehingga menghasilkan standar Pendidikan dan Pelatihan untuk tiap-tiap jabatan. 3. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Individu Berkaitan dengan siapa dan jenis Pendidikan dan Pelatihan apa yang diperlukan. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan tingkat individu dapat disusun dengan mempergunakan TNA Tool (Training Needs Assessment), yakni dengan membandingkan kesenjangan standar kompetensi dalam jabatan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seorang PNS yang bekerja dalam unit jabatan tersebut. Page 7

7 IV. FUNGSI DAN MANFAAT ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Hasil TNA adalah identifikasi performance gap. Kesenjangan kinerja tersebut dapat diidentifikasi sebagai perbedaan antara kinerja yang diharapkan dan kinerja aktual individu. Kesenjangan kinerja dapat ditemukan dengan mengidentifikasi dan mendokumentasi standar atau persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan dan mencocokkan dengan kinerja aktual individu tempat kerja. Adapun fungsi dari analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan adalah : 1. Mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge dan feeling pekerja; 2. Mengumpulkan informasi tentang job content dan job context; 3. Medefinisikan kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yang operasional; 4. Melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan; 5. Memberi data untuk keperluan perencanaan Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, yaitu manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung adalah : a. Menghasilkan program Pendidikan dan Pelatihan yang disusun sesuai dengan kebutuhan organisasi, jabatan dan individu. b. Sebagai dasar penyusunan program Pendidikan dan Pelatihan yang tepat. c. Menambah motivasi peserta Pendidikan dan Pelatihan dalam mengikuti Pendidikan dan Pelatihan karena sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Sedangkan manfaat tidak langsung adalah : 1. Menjaga produktivitas kerja 2. Meningkatkan produktivitas dalam menghadapi tugas-tugas baru. 3. Efisiensi biaya organisasi Page 8

8 Program Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan harus sesuai dengan standar kompetensi untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja (customer). Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan menitikberatkan pada unsur kepuasan kepada masyarakat umum maupun industri maka setiap peyelenggaraan program Pendidikan dan Pelatihan perlu melakukan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan yang dibutuhkan pelanggan. Program Pendidikan dan Pelatihan pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gap (kesenjangan) antara kompetensi yang ada saat ini, dengan kompetensi standard atau yang diharapkan untuk dilakukan oleh seseorang.maka dalam hal ini analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan merupakan alat untuk mengidentifikasi gap yang ada, dan melakukan analisis apakah gap-gap tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan melalui suatu program Pendidikan dan Pelatihan. Selain itu, dengan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan maka lembaga penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan (HRD atau Divisi Training) dapat memperkirakan, manfaat-manfaat apa saja yang bisa didapatkan dari suatu pelatihan, baik bagi partisipan sebagai individu (masyarakat umum) maupun bagi perusahaan/industri. Menurut Johanes Popu ( 2002) Analisis kebutuhan pelatihan, memberikan beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan. b. Memastikan bahwa para partisipan yang mengikuti pelatihan benarbenar orang-orang yang tepat. c. Memastikan bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan selama pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam suatu jabatan tertentu. d. Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi pelatihan. Page 9

9 e. Memastikan bahwa penurunan kinerja/kurangnya kompetensi atau pun masalah yang ada adalah disebabkan karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kerja; bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan memperhitungkan untungruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti membutuhkan sejumlah dana. Page 10

10 V. TEKNIS MELAKUKAN ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. Jenis Analisis Kebutuhan Banyak penilaian kebutuhan yang tersedia untuk digunakan dalam konteks kerja yang berbeda. Sumber-sumber yang dapat membantu Anda menentukan analisis kebutuhan yang sesuai untuk situasi akan dijelaskan di bawah ini. a. Analisis konteks. Analisis kebutuhan bisnis atau alasan lain pelatihan yang diinginkan.. Pertanyaan-pertanyaan penting yang dijawab oleh analisis ini adalah yang memutuskan bahwa pelatihan harus dilakukan, mengapa suatu program pelatihan yang disarankan dilihat sebagai solusi untuk masalah bisnis, apa yang sejarah organisasi telah berkaitan dengan pelatihan karyawan dan intervensi manajemen lainnya. b. Analisis user. Analisis berurusan dengan potensi peserta dan instruktur yang terlibat dalam proses. Pertanyaan-pertanyaan penting yang dijawab oleh analisis ini adalah siapa yang akan menerima pelatihan dan tingkat pengetahuan yang ada pada subjek, apa gaya belajar mereka, dan siapa yang akan melakukan pelatihan. c. Analisis kerja. Analisis dari tugas-tugas yang dilakukan. Ini adalah analisis tentang pekerjaan dan persyaratan untuk melakukan pekerjaan. Juga dikenal sebagai analisis tugas atau pekerjaan analisis, analisis ini berusaha untuk menentukan tugas pokok dan tingkat keterampilan yang diperlukan. Ini akan membantu memastikan bahwa pelatihan yang dikembangkan akan berisi link yang relevan dengan isi pekerjaan. d. Analisis konten. Analisis dokumen, hukum, prosedur yang digunakan pada pekerjaan. Analisis ini menjawab pertanyaan tentang pengetahuan atau informasi apa yang digunakan pada pekerjaan ini.. Informasi ini berasal dari manual, dokumen, atau peraturan. Adalah penting bahwa isi dari pelatihan tidak bertentangan atau bertentangan dengan persyaratan pekerjaan. Pekerja yang berpengalaman dapat membantu (sebagai ahli materi subjek) dalam menentukan konten yang sesuai. Page 11

11 e. Pelatihan Analisis Kesesuaian. Analisis dari apakah pelatihan merupakan solusi yang diinginkan. Pelatihan adalah salah satu dari beberapa solusi untuk masalah pekerjaan.. Namun, hal itu mungkin tidak selalu menjadi solusi terbaik. Penting untuk menentukan apakah pelatihan akan efektif dalam penggunaannya. f. Analisis Biaya-Manfaat. Analisis laba atas investasi (ROI) dari pelatihan. Pelatihan yang efektif menghasilkan kembalinya nilai bagi organisasi yang lebih besar dari investasi awal untuk menghasilkan atau melaksanakan pelatihan. 2. Teknik Penilaian Prinsip penilaian menggunakan instrument penilaian yang dapat dimengerti dan kompherensif. Beberapa teknik Penilaian Kebutuhan dasar meliputi: 1. pengamatan langsung 2. kuesioner 3. konsultasi dengan orang-orang di posisi kunci, dan / atau dengan pengetahuan yang spesifik 4. tinjauan literatur yang relevan 5. wawancara 6. kelompok fokus 7. tes 8. catatan & laporan penelitian 9. bekerja sampel 3. Checklist untuk Analisis Kebutuhan Pelatihan Akan sangat membantu untuk memiliki metode yang terorganisir untuk memilih tes yang tepat untuk kebutuhan anda. Sebuah daftar periksa dapat membantu Anda dalam proses ini. Daftar-pembanding Anda harus meringkas jenis informasi yang dibahas di atas. Sebagai contoh, apakah tes valid untuk tujuan yang dimaksudkan? Apakah ini dapat dipercaya Page 12

12 dan adil? Is Apakah biayanya efektif? Apakah instrumen mungkin akan dilihat sebagai adil dan sah oleh tes takers?. Juga mempertimbangkan kemudahan atau kesulitan administrasi, mencetak, dan interpretasi yang diberikan sumber daya yang tersedia. Page 13

13 VI. ANALISA KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (Training Need Analysis) Analisa kebutuhan pelatihan (training) dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yakni : a. Task Analysis : Analis yang berfokus pada kebutuhan tugas yang dibebankan pada satu posisi tertentu. Tugas dan tanggungjawab posisi ini dianalisa untuk diketahui jenis ketrampilan apa yang dibutuhkan. Dari sini, kemudian dapat ditentukan jenis training semacam apa yang diperlukan. Jadi dalam analisa ini, yang menjadi fokus adalah tugas posisi, bukan orang yang memegang posisi tersebut. b. Person Performance Analysis : Analis yang berfokus pada kinerja orang yang memegang posisi tertentu. Analisa ditujukan untuk mengetahui kekurangan dan area pengembangan yang dibutuhkan oleh orang tersebut. Dari sini, kemudian dapat disusun jenis training apa saja yang diperlukan untuk orang tersebut. c. Mengidentifikasi Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan SDM Level kompetensi Yang Dimiliki oleh Karyawan Saat ini Apakah ada kesenjangan kompetensi? Level kompetensi yang dibutuhkan untuk Posisi tertentu Identifikasi Level Kompetensi Karyawan Program Pelatihan dan Pengembangan d. Identifikasi Kebutuhan Melalui Observasi Kompetensi Suatu metode untuk mengukur level kompetensi karyawan melalui pengamatan langsung di lapangan (real and direct observation). Pengamatan/observasi dilakukan secara sistematis dengan mengacu pada profil kompetensi yang telah ditentukan. Page 14

14 Memberikan gambaran yang real dan memiliki akurasi yang relatif tinggi karena merupakan refleksi langsung dari kondisi di lapangan e. Prinsip dalam Melakukan Observasi Observe Melakukan observasi Record Mencatat hasil observasi Classify Mengkalisifikasikan hasil observasi Evaluate Melakukan evaluasi Dalam melakukan observasi, perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut : 1. Mengacu pada perilaku (behavior), dan bukan pada sifat pribadi/tabiat (trait). Observasi perlu difokuskan pada perilaku karena perilaku merupakan sesuatu yang dapat diamati, dapat diukur (diverifikasi) dan juga dapat dilatih (trainable). Sementara, sifat pribadi/tabiat merupakan sesuatu yang bersifat subyektif, sulit diukur dan tidak spesifik. 2. Didasarkan pada fakta riil dan bukti-bukti perilaku dan bukan sekedar impresi atau judgement (penilaian) semata. Contoh Berdasar pengamatan saya, sdr. A tidak mampu datang menghadiri pertemuan dengan tepat waktu. Ia selalu terlambat 15 menit dalam tiga pertemuan terakhir yang kami lakukan (kata-kata miring atau italics dalam contoh ini merujuk pada perilaku dan bersifat spesifik) Sdr. A tergolong orang yang malas. (contoh ini kurang tepat, karena merujuk pada tabiat atau sifat pribadi). Page 15

15 3. Menunjuk pada perilaku yang spesifik Sebutkan perilaku spesifik karyawan apa yang benar-benar telah diucapkan atau dilakukannya. Hindari untuk menghakimi, mengevaluasi atau menggunakan bahasa yang subyektif Contoh :..Sdr. Adi mampu melakukan analisa kerusakan mesin XYZ secara akurat dan menyelesaikan proses perbaikannya dalam waktu kurang dari 1 jam. (contoh ini merupakan deskripsi perilaku yang spesifik).. Sdr. Adi merupakan orang yang cekatan (contoh ini kurang tepat, karena bersifat evaluatif) Pada dasarnya, informasi yang dikumpulkan dan dianalisis sehingga rencana pelatihan dapat dibuat. Analisa ini menentukan kebutuhan untuk pelatihan, mengidentifikasi pelatihan apa yang diperlukan, dan memeriksa jenis dan ruang lingkup sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung program pelatihan (Sorenson, 2002, hal. 32). Menurut Rossett (1987, hal 15), sebuah instansi melakukan analisa kebutuhan pelatihan untuk mencari informasi tentang 1. kinerja yang optimal atau pengetahuan; 2. kinerja aktual atau saat ini atau pengetahuan; 3. perasaan peserta dan orang-orang penting lainnya; 4. penyebab masalah, dan 5. solusi untuk masalah ini. Page 16

16 VII. TUJUAN DAN FAKTOR Agar program pelatihan dan pengembangan dapat berhasil baik maka harus diperhatikan delapan faktor sebagai berikut : 1. Faktor Individu (Individual differences) Sebuah program Pendidikan dan Pelatihan akan berhasil jika kita memperhatikan individual diference para peserta Pendidikan dan Pelatihan. Perbedaan individu meliputi faktor fisik maupun psikis. Oleh karena itu dalam perencanaan program Pendidikan dan Pelatihan harus memperhatikan faktor fisik seperti bentuk dan komposisi tubuh, dan fisik, kemampuan panca indera maupun faktor psikis seperti intelegensi, bakat, minat, kepribadian, motivasi, pendidikan para peserta Pendidikan dan Pelatihan. Keberhasilan program Pendidikan dan Pelatihan sangat ditentukan oleh pemahaman karakteristik peserta Pendidikan dan Pelatihan terkait dengan individual difference. 2. Kemampuang untuk membangun relasi Untuk memberikan program Pendidikan dan Pelatihan terlebih dahulu harus diketahui keahlian yang dibutuhkan. Dengan demikian program Pendidikan dan Pelatihan dapat diarahkan atau ditujukan untuk mencapai keahlian tersebut. Suatu program Pendidikan dan Pelatihan yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja pada keahlian tertentu akan merugikan semua pihak baik masyarakat, industri maupun lembaga penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan itu sendiri. 3. Motivasi Motivasi adalah suatu usaha menimbulkan dorongan untuk melakukan tugas. Sehubungan dengan itu, program Pendidikan dan Pelatihan sebaiknya dibuat sedemikian rupa gara dapat menimbulkan motivasi bagi peserta. Penumbuhan motivasi itu sangat pentng sehingga mampu mendoromng peserta untuk mengikuti program Pendidikan dan Pelatihan dengan baik dan mampu memberikan harapan lebih baik dibidang pekerjaan setelah berhasil menyelesaikan program Pendidikan dan Pelatihan. Page 17

17 4. Partisipasi Aktif Didalam pelaksanaan program Pendidikan dan Pelatihan harus diupayakan keaktifan peserta didalam setiap materi yang diajarkan. Pemilihan materi dan strategi pembelajaran yang tepat oleh para trainer sangat menentukan keberhasilan. Pemberian umpan balik kepada peserta pada setiap komunikasi maupun evaluasi akan semakin mengembangkan motivasi dan pengetahuan yang diperoleh. Penyusunan materi(kurikulum) yang berbasis kompetensi maupun berbasis luas dengan pengembangan aspek kecakapan hidup peserta menjadi kekuatan untuk menarik perhatian dan minat peserta Pendidikan dan Pelatihan. 5. Seleksi calon peserta diklat Program Pendidikan dan Pelatihan sebaiknya ditujukan kepada mereka yang berminat dan menunjukkan bakat untuk dpat mengikuti program Pendidikan dan Pelatihan. Oleh karena ini sangan pentingan dilakukan proses seleksi untuk pelaksanaan program dilakukan. Berbagai macam tes seleksi dapat dilakukan misalnya test potensi akademik. Disampin itu adanya seleksi juga merupakan faktor perangsang untuk meningkatkan image peserta maupun penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan. 6. Pemilihan pemateri/pengajar Pemilihan pemateri/pengajar untuk penyampaian materi Pendidikan dan Pelatihan harus disesuaikan dengan kualifikasi yang dibutuhkan dan kemampuan mengajar. Seorang trainer yang cakap belum tentu dapat berhasil menyampaikan kepandaiannya kepada orang lain. Oleh karena itu pengajar program Pendidikan dan Pelatihan harus memiliki kualifikasi dalam bidang pengajaran dan mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat dengan memeprhatikan individual difference peserta Pendidikan dan Pelatihan. Page 18

18 7. Kompetensi Pelatih/instruktur Kompetensi trainer juga perlu ditingkatkan. Untuk itu mengingat trainer menjadi ujung tombak dalam keberhasilan program Pendidikan dan Pelatihan maka sebelum mengemban tanggung jawab untuk memberikan pelatihan maka para pelatih (trainers) harus diberikan pendidikan sebagai pelatih. 8. Metode Pendidikan dan Pelatihan Metode yang digunakan dalam program Pendidikan dan Pelatihan harus sesuai dengan jenis Pendidikan dan Pelatihan yang diberikan. Strategi pembelajaran menjadi senjata utama dalam keberhasilan program Pendidikan dan Pelatihan. Berdasarkan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan sebagai sarana pengenalan pelanggan dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program Pendidikan dan Pelatihan maka dapat dijadikan dasar penyusunan standar pelayanan (excellent service) di lembaga pendidikan dan pelatihan. Analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan dapat dilakukan dengan wawancara, angket, kuesioner, analisis jabatan, observasi dan lain-lain. Tidak semua masalah kinerja dapat dipecahkan dengan Pendidikan dan Pelatihan. Pendidikan dan Pelatihan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Berdasarkan tingkat kebutuhannya, Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan dibedakan menjadi Kebutuhan Tingkat Organisasi, Tingkat Jabatan dan Tingkat Individu. 1. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan tingkat Organisasi. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Organisasi merupakan himpunan data umum dari bagian atau bidang yang mempunyai kebutuhan Pelatihan. Page 19

19 2. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Jabatan. Adanya kesenjangan KSA (knowledge, Skill, Attitude) yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan baik yang bersifat periodik/ insidentil. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan tingkat jabatan dapat diketahui dengan mempergunakan analisis misi, fungsi, tugas dan sub tugas yang diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi. Kemudian kompetensikompetensi itu dikelompokkan sedemikan rupa sehingga menghasilkan standar Pendidikan dan Pelatihan untuk tiap-tiap jabatan. 3. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Individu Berkaitan dengan siapa dan jenis Pendidikan dan Pelatihan apa yang diperlukan. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan tingkat individu dapat disusun dengan mempergunakan Training Needs Assessment (TNA Tool), yakni dengan membandingkan kesenjangan standar kompetensi dalam jabatan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seorang PNS yang bekerja dalam unit jabatan tersebut. Page 20

20 VIII. Fungsi dan Manfaat Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Hasil AKD adalah identifikasi kesenjangan kinerja (performance gap). Kesenjangan kinerja tersebut dapat diidentifikasi sebagai perbedaan antara kinerja yang diharapkan dan kinerja aktual individu. Kesenjangan kinerja dapat ditemukan dengan mengidentifikasi dan mendokumentasi standar atau persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan dan mencocokkan dengan kinerja aktual individu tempat kerja. Adapun fungsi dari analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan adalah : 1. Mengumpulkan informasi tentang Keahlian, pengetahuan dan sikap pegawai; 2. Mengumpulkan informasi tentang beban kerja dan konteks pekerjaan; 3. Mendefinisikan kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yang operasional; 4. Melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan; 5. Memberi data untuk keperluan perencanaan Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, yaitu manfaat langsung dan tidak langsung. a. Manfaat langsung adalah : 1. Menghasilkan program Pendidikan dan Pelatihan yang disusun sesuai dengan kebutuhan organisasi, jabatan dan individu. 2. Sebagai dasar penyusunan program Pendidikan dan Pelatihan yang tepat. 3. Menambah motivasi peserta Pendidikan dan Pelatihan dalam mengikuti Pendidikan dan Pelatihan karena sesuai dengan minat dan kebutuhannya. b. Sedangkan manfaat tidak langsung adalah : 1. Menjaga produktivitas kerja 2. Meningkatkan produktivitas dalam menghadapi tugas-tugas baru. 3. Efisiensi biaya organisasi Page 21

21 IX. LANGKAH ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Untuk mendapatkan hasil pelatihan yang diinginkan, dibutuhkan analisis dari siapa yang mengikuti pelatihan, pelatihan apa yang dilakukan dan sebagainya. Analisis kebutuhan diartikan sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis kebutuhan dalam rangka mengidentifikasi hal-hal apa saja dalam sebuah perusahaan atau organisasi yang perlu ditingkatkan. Tujuannya untuk mendapatkan data yang akurat mengenai pelatihan apa yang seharusnya dilakukan. Analisis kebutuhan dilakukan untuk menganalisis atau mengidentifikasi kesenjangan yang ada sehingga dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan. Langkah-langkah dalam analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, adalah sebagai berikut 1. Merancang Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan dengan merumuskan masalah dan tujuannya melalui model-model analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan. Model analisis kebutuhan diklat tersebut adalah : a) Model Internal. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan pada model ini dilihat dari dalam organisasi. Aktivitas dimulai dengan analisis kesenjangan antara tingkah laku dan keberhasilan pegawai dalam melaksanakan tugas, dibandingkan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. b) Model Eksternal. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan pada model ini dilihat dari luar organisasi. Aktivitas dimulai dengan melihat manfaat dari hasil didik bagi masyarakat atau organisasinya. c) Model Gabungan. Model ini mengacu pada model sistem organisasi bahwa sesuatu terjadi di dalam organisasi tidak dapat lepas dari apa yang terjadi di luar organisasi (lingkungan eksternal mempengaruhi lingkungan internal) 2. Menyusun instrumen dengan pertanyaan tentang Pendidikan dan Pelatihan, misalnya apa saja yang dibutuhkan dan topik apa yang perlu dipelajari oleh peserta Pendidikan dan Pelatihan. Data yang harus didapat melalui Page 22

22 instrumen ini adalah uraian tugas pokok, kompetensi kerja standar, dan kompetensi kerja nyata dari masukan dari atasan (pimpinan), bawahan, teman sejawat, dst, serta tingkat kesulitan, kepentingan, keseringan dari pekerjaan. 3. Mengumpulkan dan menganalisis data dengan menggunakan teknik dan metode yang tepat. Teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan aktivitas ini, yaitu : a. berdasarkan perencana Pendidikan dan Pelatihan yang secara intuitif merencanakan kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan berdasarkan pada kebutuhan riil organisasi atau berdasarkan ulasan pimpinan. b. analisis data sekunder yaitu upaya menemukan kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan dengan cara mempelajari dokumen (catatan-catatan/laporan pelaksanaan kegiatan Pendidikan dan Pelatihan, tata kerja dan struktur organisasi, serta perencanaan tenaga kerja). c. analisis litingring adalah analisis yang berdasarkan pada analisis jabatan dengan memperhatikan tingkat kesulitan, tingkat kepentingan dan tingkat keseringan. d. pendekatan kompetensi dengan mencari diskrepansi kinerja yaitu selisih antara kinerja standar dan kinerja yang dimiliki. e. rapid rural appraisal (RRA) atau participatory rural appraisal (PRA). RRA adalah bentuk kegiatan pengumpulan data/informasi yang dilaksanakan oleh orang dari luar organisasi. PRA adalah bentuk kegiatan pengumpulan data/informasi dan menganalisisnya dengan supervisi dari luar oraganisasi. f. fokus group dan nominatif group. Fokus group adalah upaya penilaian kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan secara kualitatif dengan cara memusatkan pada kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan apa dalam satu kelompok sasaran. Nominatif group adalah penelusuran Pendidikan dan Pelatihan kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan berdasarkan pada materi Pendidikan Page 23

23 dan Pelatihan yang diunggulkan dalam satu kelompok sasaran penilaian kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan. Semakin banyak data dan informasi yang bisa dikumpulkan dalam analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan maka akan semakin mudah bagi perancang program Pendidikan dan Pelatihan untuk menggambarkan persyaratan-peryaratan yang diinginkan oleh organisasi, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki pegawai, kesenjangan antara pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang ada dengan yang diharapkan serta bagaimana cara terbaik untuk menghilangkan kesenjangan tersebut. 4. Menyusun laporan. Laporan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan berisi fokus kegiatan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, tujuan kegiatan, metoda serta peralatan yang digunakan, kerangka kerja, tahapan kerja dan teknik analisis data, interprestasi dan formulasi kesimpulan serta saran analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan. Laporan ini digunakan untuk menetapkan jenis kegiatan Pendidikan dan Pelatihan. Laporan ini juga sebagai alat monitoring pelaksanaan kegiatan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, alat pengawasan dan pengendalian. Kualifikasi laporan yang baik dan benar mengikuti persyaratan sebagai berikut : a. Isi laporan harus benar dan objektif; b. Bahasa laporan harus jelas dan mudah dimengerti; c. Laporan harus langsung mengenai sasaran atau inti permasalahan; d. Laporan harus lengkap dalam segala segi laporan tertulis; e. Uraian isi laporan harus tegas dan konsisten; f. Waktu pelaporan harus tepat; dan g. Penerima laporan harus tepat. Rincian jenis Pendidikan dan Pelatihan, jenjang Pendidikan dan Pelatihan dan kompetensi Pendidikan dan Pelatihan merupakan kesimpulan dan saran yang menjadi essensi dari kegiatan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan. Page 24

24 Kegiatan analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan mutlak dan wajib dilaksanakan oleh analis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan di unit Pendidikan dan Pelatihan dalam hal ini adalah PusPendidikan dan Pelatihan untuk mendapatkan potret kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, jenis pelatihan dan kompetensi Pendidikan dan Pelatihan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan kegiatan Pendidikan dan Pelatihan. Page 25

25 X. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu dapat disimpulkan bahwa : Hasil Analisis kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan bermanfaat sebagai dasar pengambilan suatu keputusan, disamping memberi solusi / arah, Dalam hal mengembangkan program pendidikan dan pelatihan sangat bergantung pad identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan disertai biaya dan manfaat bagi organisasi dan Pendidikan dan pelatihan akan berhasil berhasil jika program yang dikembangkan dan dilaksanakan dapat memenuhi kebutuhan pribadi yang nantinya akan berpengaruh pada peningkatan program pelatihan kinerja dan hasil yang lebih baik mengikutii pelatihan. Hasil Analisis kebutuhan Diklat bermanfaat sebagai dasar pengambilan keputusan pelatihan yang dibutuhkan memberi solusi/arh, petunjuk tentang apa yang dilaksanakan bagaimana cara melaksanakan dan hasil apa yang diperoleh. Kebutuhan akan adaanya pelatihan dilakukan karen adanya ketimpangan atau gap antar apa yang seharusnya dengan apa yang senyatanya atau kesenjangan antara seperangkat kondisi yang ada pada saat sekarang ini dengan seperangkat kondisi yang diharapkan. Pendidikan dan Pelatihan merupakan peningkatan kompetensi/kemampuan yang dilakukan melalui proses belajar dalam melaksanakan tugas dan jabatan tertentu. XI. SARAN Agar penyelenggaraan Diklat dapat menghasilkan kualitas /bobot lulusan/alumni diklat yang mempunyai kompetensi standar atau kompetensi yang diharapkan untuk dilakukan seseorang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam organisasi, disarankan dalam menentukan skala prioritas pelaksanaan diklat berdasarkan hasil Analisa Kebutuhan Diklat. Page 26

26 DAFTAR PUSTAKA 1. Anonimous, Modul bagi Pengelola Pendidikan dan Pelatihan, Lembaga Administrasi Negara RI, Jakarta. 2. Abdorrakhman Gintings, Materi Perkuliahan Konsentrasi PLS, Program Pasca Sarjana (S2) UNINUS, Medan. 3. Allan, Leslie.Training needs or training wants analysis? Training and development in Australia 36.2(Apr 2009): Brown, Judith.Training needs assessment: A must for developing an effective training program Public Personnel Management 31.4 (Winter 2002): Marpaung, Dr, MSc., Training Need Assesment (TNA),LAN RI, Jakarta. 6. Moh. Entang, dkk., Analisis Kebutuhan Pelatihan, Bahan Ajar MOT), PusPendidikan dan Pelatihan Administrasi Kementerian Agama RI, Jakarta. 7. Hasibuan, M.S.P., 2000, Manajemen sumber daya manusia, Penerbit :Bumi aksara, Jakarta. 8. htttp// Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan: Mangkuprawira, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. 10. Muhammad Zahid Iqbal; Rashid Ahmad Khan, The growing concept and uses of training needs assessment,journal of European Industrial Training35.5 (2011): Ritonga Idris, Manfaat Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan dalam pelatihan, Kemenag Sumut. 12. Vincent, P. Costa dkk, (2000), Panduan Pelatihan Untuk Pengembangan Sekolah, Jakarta: Depdiknas. Page 27

Urgensi Analisis Kebutuhan Diklat Dalam Menentukan Jenis Pendidikan dan Pelatihan yang akan diberikan kepada peserta Diklat. Oleh:

Urgensi Analisis Kebutuhan Diklat Dalam Menentukan Jenis Pendidikan dan Pelatihan yang akan diberikan kepada peserta Diklat. Oleh: Urgensi Analisis Kebutuhan Diklat Dalam Menentukan Jenis Pendidikan dan Pelatihan yang akan diberikan kepada peserta Diklat Oleh: Dr. Elsanra Eka Putra, S.Pd, M.Si Kasubid Perencanaan Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

MENENTUKAN JENIS PELATIHAN

MENENTUKAN JENIS PELATIHAN Oleh : Kasim A. Usman, S.Ag, M.Pd WI Balai Diklat Keagamaan Manado MENENTUKAN JENIS PELATIHAN BERDASARKAN ANALISIS DAN EVALUASI KEBUTUHAN DIKLAT Abstrak Menentukan jenis pelatihan khususnya pada Balai

Lebih terperinci

There are no translations available. Bagian 2: Training Need Assessment. Bagian ini menguraikan dua hal tentang Training Need Assessment, yaitu:

There are no translations available. Bagian 2: Training Need Assessment. Bagian ini menguraikan dua hal tentang Training Need Assessment, yaitu: There are no translations available. Bagian 2: Training Need Assessment Bagian ini menguraikan dua hal tentang Training Need Assessment, yaitu: ü Identifikasi Kebutuhan Pelatihan ü Analisis Kebutuhan Pelatihan

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM Setelah kita mempelajari proses perencanaan, kemudian dilakukan proses rekrutmen, seleksi, selanjutnya yang akan kita bahas adalah tentang pelatihan dan pengembangan karyawan.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN DIKLAT GURU MI AL-MISBAH KOTA BANDUNG. Oleh : Kasmawati, SS WI Muda BDK Manado ABSTRAK

ANALISIS KEBUTUHAN DIKLAT GURU MI AL-MISBAH KOTA BANDUNG. Oleh : Kasmawati, SS WI Muda BDK Manado ABSTRAK ANALISIS KEBUTUHAN DIKLAT GURU MI AL-MISBAH KOTA BANDUNG Oleh : Kasmawati, SS WI Muda BDK Manado ABSTRAK Penelitian ini berjudul Analisis Kebutuhan Diklat (Studi tentang Kebutuhan Diklat Guru MI Al-Mishbah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Dessler (1997), MSDM adalah suatu kebijakan dan praktek yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek orang atau SDM dari

Lebih terperinci

EVALUASI PELATIHAN. Oleh : Sudiharto *) yang dianut. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelatihan dapat dievaluasi dari

EVALUASI PELATIHAN. Oleh : Sudiharto *) yang dianut. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelatihan dapat dievaluasi dari EVALUASI PELATIHAN Oleh : Sudiharto *) Evaluasi penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan sesuai dengan keyakinan dan model yang dianut. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelatihan dapat dievaluasi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI. kualitas sumber daya manusianya melalui penyelenggaraan diklat secara terus

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI. kualitas sumber daya manusianya melalui penyelenggaraan diklat secara terus PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI Oleh, Drs. Idris, M.Si Agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan ekonomis, maka salah satu strategi manajemen yang ditempuh adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

Pengembangan SDM Prinsip dan Proses Pembelajaran

Pengembangan SDM Prinsip dan Proses Pembelajaran Penempatan School of Communication Pegawai & Business Pengembangan SDM Prinsip dan Proses Pembelajaran (Ulasan Pelajaran Sebelumnya) Prinsip-Prinsip Belajar Para Pakar Pelatihan dan Pengembangan telah

Lebih terperinci

Pedoman Penyusunan TNA

Pedoman Penyusunan TNA BABI PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengembangan pelatihan diperlukan langkah-langkah penyusunan yang harus ditempuh oleh seorang penyusun program pelatihan. Salah satu yang harus ditempuh diantara langkah

Lebih terperinci

REKAPITULASI DAN KETEGORISASI FIELDNOTE DATA PENELITIAN

REKAPITULASI DAN KETEGORISASI FIELDNOTE DATA PENELITIAN 241 Lampiran 7 REKAPITULASI DAN KETEGORISASI FIELDNOTE DATA PENELITIAN No. Seri Fieldnote Pokok Masalah Responden P R : 05 (Gabungan) : Proses Penyusunan Kurikulum Pelatihan Penguatan Pengawas Sekolah

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang optimal terhadap kemajuan

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Keempat : Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Keempat : Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan Penempatan School of Communication Pegawai & Business Keempat : Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan Materi Kuliah Fakultas Komunikasi dan Bisnis 1. Pengantar Pengembangan SDM 2. Prinsip dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Biaya 1. Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2005:40), biaya merupakan kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memandang kerja adalah sesuatu yang mulia. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memandang kerja adalah sesuatu yang mulia. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia mempunyai kedudukan semakin penting pada keadaan masyarakat yang selalu dinamis, terlebih lagi kondisi saat ini sedang berada atau sedang menuju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT BAB II TINJAUAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2.1 Gambaran Umum Instansi Sejalan dengan ditetapkannya PP 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan guna mendorong tercapainya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara untuk menguasai suatu tujuan penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pegawai sangat diperlukan dalam sebuah instansi, karena dengan adanya program tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan audit operasional atas fungsi SDM pada PT Satata Neka Tama adalah

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan audit operasional atas fungsi SDM pada PT Satata Neka Tama adalah BAB IV PEMBAHASAN Tujuan audit operasional atas fungsi SDM pada PT Satata Neka Tama adalah untuk menilai tingkat ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas dari fungsi dan aktivitas tersebut. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan memenuhi suatu bentuk persaingan yang semakin kompleks dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan memenuhi suatu bentuk persaingan yang semakin kompleks dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memasuki era globalisasi, kebutuhan mutlak akan sumber daya manusia yang tangguh tidak dapat dipungkiri dalam menghadapi abad baru ini, organisasi atau perusahaan akan

Lebih terperinci

B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA

B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN AGAMA RI SEKRETARIAT JENDERAL BIRO ORGANISASI DAN TATALAKSANA TAHUN 2006 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MUTU. KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN

SISTEM PENGENDALIAN MUTU. KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN A. Pendahuluan Untuk menjamin Kantor Jasa Akuntansi (KJA) Dr. Suryo Pratolo & Rekan bekerja secara profesional dan menjaga etika profesi, maka perlu

Lebih terperinci

Penilaian Kapasitas Organisasi

Penilaian Kapasitas Organisasi Penilaian Kapasitas Organisasi Lembar Penilaian Nama Organisasi: Alamat: Visi dan Misi: Aktivitas Utama: Tanggal Penilaian: Penilai: Skala Pemeringkatan 0 Tidak dapat diterapkan atau tidak tersedia cukup

Lebih terperinci

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu manajemen perusahaan yang

Lebih terperinci

Tehnik audit internal

Tehnik audit internal Tehnik audit internal Pengertian audit Kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan (dapat dipertanggung jawabkan) melalui interaksi (pemeriksaan, pengukuran dan penilaian yang berujung pada

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Jatinangor, 01 Desember Rektor IPDN. Prof. Dr. H. ERMAYA SURADINATA, SH, MH, MS

KATA SAMBUTAN. Jatinangor, 01 Desember Rektor IPDN. Prof. Dr. H. ERMAYA SURADINATA, SH, MH, MS KATA SAMBUTAN Institut Pemerintahan Dalam Negeri berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan kompetensi peserta didik/praja. Selain memberikan materi pengajaran, pelatihan, pengasuhan dan praktek lapangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (MSDM) yang penting. Ketika permintaan pekerjaan berubah, kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (MSDM) yang penting. Ketika permintaan pekerjaan berubah, kemampuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Pelatihan Pelatihan karyawan merupakan aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang penting. Ketika permintaan pekerjaan berubah, kemampuan karyawan pun harus

Lebih terperinci

12. Pencetakan dokumen SOP dan pendistribusian. Setelah SOP mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang, dilengkapi dokumen pendukung lainnya, dilakukan pencetakan selanjutnya dokumen SOP didistribusikan

Lebih terperinci

Job Analysis (Analisis Jabatan)

Job Analysis (Analisis Jabatan) Job Analysis (Analisis Jabatan) BAB I ANALISA JABATAN 1.1. Pengantar Ini tentunya kembali dari organisasi sendiri. Organisasi mempunyai alasan, mengapa harus ada, untuk apa diadakan, dan sasaran apa yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERDASAR ANALISIS KEBUTUHAN DIKLAT Oleh : Noor Fitrihana Jurusan PKK FT UNY

PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERDASAR ANALISIS KEBUTUHAN DIKLAT Oleh : Noor Fitrihana Jurusan PKK FT UNY PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERDASAR ANALISIS KEBUTUHAN DIKLAT Oleh : Noor Fitrihana Jurusan PKK FT UNY Pendahuluan Lembaga pendidikan dan pelatihan memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Model Kompetensi Menurut Schoonover Associates, kompetensi adalah perilaku atau sekumpulan perilaku yang mengambarkan kinerja yang bagus dalam pekerjaan. Sedangkan model

Lebih terperinci

TNA & RPI. Bogor, 08 Oktober 2016

TNA & RPI. Bogor, 08 Oktober 2016 TNA & RPI Bogor, 08 Oktober 2016 Program Pengembangan Karyawan BPJS Ketenagakerjaan Sejarah Pengelola Pengembangan Karyawan PT. ASTEK Biro Kepegawaian Biro SDM Divisi Pengelolaan Pengembangan Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang terpenting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang terpenting dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang terpenting dalam suatu perusahaan, merekalah yang menentukan maju mundurnya suatu perusahaan, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam perusahaan. Keberadaannya di dalam sistem kerja dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam perusahaan. Keberadaannya di dalam sistem kerja dengan segala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat kritis sebagai aset utama dalam perusahaan. Keberadaannya di dalam sistem kerja dengan segala keunikannya yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif. Secara harfiah, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Sadili (2006,P.16) manajemen pada dasarnya adalah upaya mengatur segala sesuatu (sumber daya) untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2003

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Penelitian 1. Variabel tergantung: Komitmen Organisasi 2. Variabel bebas: Komunikasi Interpersonal B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Komitmen organisasi

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perubahan zaman yang begitu cepat, setiap instansi / perusahaan otomatis harus siap menghadapinya, karena kalau tidak siap perusahaan akan sulit untuk dapat bersaing,

Lebih terperinci

Analisa Tujuan Pembelajaran Pelatihan VCA dan PRA untuk Pelatih

Analisa Tujuan Pembelajaran Pelatihan VCA dan PRA untuk Pelatih Analisa Tujuan Pembelajaran dan untuk Pelatih Kompetensi Tujuan Pembelajaran Indikator Materi Belajar 1. Memahami konsep dasar dan Vulnerability and Capacity Assessment () atau asesmen kerentanan dan kapasitas

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG Ketika karyawan baru dipekerjakan, mereka tidak mungkin mampu beradaptasi dgn pekerjaan secara sempurna meskipun mereka lolos seleksi y

LATAR BELAKANG Ketika karyawan baru dipekerjakan, mereka tidak mungkin mampu beradaptasi dgn pekerjaan secara sempurna meskipun mereka lolos seleksi y PELATIHAN LATAR BELAKANG Ketika karyawan baru dipekerjakan, mereka tidak mungkin mampu beradaptasi dgn pekerjaan secara sempurna meskipun mereka lolos seleksi yang ketat Ketika pekerjaan/posisi baru diciptakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Peneliti memilih lokasi penelitian di SMP Negeri 1 yang terletak di Jl. Bhayangkari 368 desa Juwet Kenongo, kecamatan Porong kabupaten Sidoarjo. Telp.

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta pada unit CPM (Corporate

BAB III PELAKSANAAN MAGANG. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta pada unit CPM (Corporate BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Praktek kerja lapangan di laksanakan selama 1 bulan, dari tanggal 01 Agustus s/d 07 September 2012, di kantor pusat PT. Angkasa Pura II (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan utama bagi. perusahaan dalam mempertahankan keberadaannya dalam dunia bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan utama bagi. perusahaan dalam mempertahankan keberadaannya dalam dunia bisnis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat menjadi tantangan utama bagi perusahaan dalam mempertahankan keberadaannya dalam dunia bisnis. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 89 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 89 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 89 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar REFORMASI BIROKRASI Pengantar Keterpihakan serta dukungan terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Lembaga Administrasi Negara merupakan suatu amanah yang harus diikuti dengan akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran

Lebih terperinci

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

Menimbang. Mengingat. Menetapkan PENGADILAN NEGERI SIBOLGA KELAS II Jin. Padangsidempuan Nomor 06 Kota Sibolga,Telp/Fax. 0631-21572 Website: www.pengadilan Negeri-sibolga.go.id Email: Pengadilan Negerisibolga@gmail.com KEPUTUSAN KETUA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang semakin pesat telah mempengaruhi dunia usaha terutama dalam bidang jasa. Dalam hal ini perusahaan jasa semakin dirasakan manfaatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara yang paling umum yang ditempuh manusia dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Tujuan akhir manusia

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Jatinangor, 01 Desember Rektor IPDN. Prof. Dr. H. ERMAYA SURADINATA, SH, MH, MS

KATA SAMBUTAN. Jatinangor, 01 Desember Rektor IPDN. Prof. Dr. H. ERMAYA SURADINATA, SH, MH, MS KATA SAMBUTAN Institut Pemerintahan Dalam Negeri berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan kompetensi peserta didikpraja. Selain memberikan materi pengajaran, pelatihan, pengasuhan dan praktek lapangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterlibatan guru dalam proses pembelajaran dan mengajar tidak lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau lembaga. Efisiensi dan efektivitas dapat di peroleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau lembaga. Efisiensi dan efektivitas dapat di peroleh melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas pegawai menjadi pusat perhatian dalam upaya untuk meningkatkan kinerja yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas dalam suatu organisasi atau lembaga.

Lebih terperinci

Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia.

Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia. Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia. (Alan Webber) Memeriksa hasil suatu program membantu dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sekolah tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum

III. METODE PENELITIAN. sekolah tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Labuhan Ratu pada tahun pelajaran 2014/2015. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI UU No.4 Tahun 2014 tentang ASN PEMBINAAN KARIR JABATAN DAN JENJANG PANGKAT POLA DASAR KARIR PERPINDAHAN JABATAN POLA KARIR MANAJEMEN KARIR TALENT POOL SDM

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan SDM (Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan 2)

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan SDM (Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan 2) Penempatan School of Communication Pegawai & Business Pengembangan SDM (Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan 2) 1. Pengantar Pengembangan SDM 2. Prinsip dan Proses Pembelajaran 3. Penilaian Kebutuhan

Lebih terperinci

TRAINING NEED ANALYSIS

TRAINING NEED ANALYSIS LATAR BELAKANG Ketika karyawan baru dipekerjakan, mereka tidak mungkin mampu beradaptasi dgn pekerjaan secara sempurna meskipun mereka lolos seleksi yang ketat Ketika pekerjaan/posisi baru diciptakan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Pegawai 2.1.1 Pengertian Pengembangan Pegawai Pengembangan pegawai dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan akibat kemajuan ilmu

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dapat berjalan dengan optimal jika karyawan suatu perusahaan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik. Sumber Daya Manusia merupakan salah satu

Lebih terperinci

Kata kunci: analisis kebutuhan, pelatihan.

Kata kunci: analisis kebutuhan, pelatihan. KAJIAN HASIL ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PEGAWAI DINAS PERHUBUNGAN PADA KANTOR DIKLAT TRANSPORTASI DARAT BEKASI ABSTRAK Oleh: Sarwandi Analisis Kebutuhan Pelatihan (AKP) merupakan langkah awal dan strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur dalam. manusia (human development index) yang dikembangkan oleh United Nations

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur dalam. manusia (human development index) yang dikembangkan oleh United Nations BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur dalam indeks pembangunan manusia (human development index) yang dikembangkan oleh United Nations Development Programs (UNDP). Unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi dihasilkan dari suatu perusahaan, terutama informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi dihasilkan dari suatu perusahaan, terutama informasi keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Informasi dihasilkan dari suatu perusahaan, terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai macam pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak luar seperti

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan esensial adanya bagi peningkatan kualitas sumber daya (mutu kehidupan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI

PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI R. WASISTO RUSWIDIONO STIE TRISAKTI wasisto@stietrisakti.ac.id PENINGKATAN MUTU P roses penjaminan mutu bukan hanya aktivitas untuk memastikan bahwa yang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm. 63. 1 Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm. 63. 1 Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan unsure yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, pendidik merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bokan Kepulauan Kabupaten Banggai Kepulauan

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bokan Kepulauan Kabupaten Banggai Kepulauan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian Didalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di SDN Se Kecamatan Bokan Kepulauan Kabupaten Banggai Kepulauan Adapun yang mejadi alasan penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah kegiatan inti institusi pendidikan dan sangat berpengaruh pada mutu pendidikan secara keseluruhan. Berbagai metode telah dikembangkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari perencanaan SDM, recruitment dan seleksi, orientasi, pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari perencanaan SDM, recruitment dan seleksi, orientasi, pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi. Pengembangan SDM yang terencana dan berkelanjutan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian BAB III METODE PENELITIAN III.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumberdaya Manusia Pengembangan Sumberdaya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumberdaya Manusia Pengembangan Sumberdaya Manusia 19 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur unsur manusia (cipta, rasa dan karsa) sebagai aset suatu organisasi demi terwujudnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kinerja Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Berkaitan dengan

Lebih terperinci

TEKNIK EVALUASI BIDANG STUDI ILMU PERPUSTAKAAN. Oleh: Gatot Subrata, S.Kom

TEKNIK EVALUASI BIDANG STUDI ILMU PERPUSTAKAAN. Oleh: Gatot Subrata, S.Kom TEKNIK EVALUASI BIDANG STUDI ILMU PERPUSTAKAAN Oleh: Gatot Subrata, S.Kom Abstrak: Teknik evaluasi bidang studi ilmu perpustakaan dapat menggunakan teknik pengumpulan data teknik tes, non tes, dan penilaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi 14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari di kalangan karyawan sering muncul beragam pertanyaan yang terkait dengan masa depan mereka, khususnya tentang karier. Pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang mendasari penelitian yang akan dilakukan, tujuan, manfaat dan batasan masalah. 1.1 Latar Belakang Sumber daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelatihan Pelaksanaan pelatihan didalam suatu perusahaan sangatlah penting. Perusahaan memiliki tujuan tersendiri untuk memberikan pelatihan pada karyawannya. Pelatihan dilakukan

Lebih terperinci

27 Universitas Indonesia

27 Universitas Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Paradigma dan Pendekatan Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata (Mulyana, 2006:9). Paradigma yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Identifikasi Masalah 1. Latar Belakang Dalam menghadapi perkembangan abad 21 semua organisasi dituntut untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Suatu perusahaan atau organisasi dibentuk dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu, dan tujuan utama dari suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perubahan di segala bidang terus berkembang pesat, dan kita harus mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan itu, terutama dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai tempat praktek industri oleh mahasiswa Teknik Boga

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai tempat praktek industri oleh mahasiswa Teknik Boga BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di restoran non formal yang ada di Yogyakarta yang digunakan sebagai tempat praktek industri oleh

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENULISAN MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENULISAN MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENULISAN MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA JAKARTA, 2009 PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umumnya perusahaan diartikan sebagai suatu unit produksi yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi saat ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah maju pesat, ditandai dengan semakin berkembangnya segala kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang plastic packaging berbahan baku

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang plastic packaging berbahan baku 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama ini, diasumsikan bahwa perbaikan dan perubahan organisasi tergantung pada analisis internal dan eksternal, gambaran proses bisnis, persiapan program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan pada objek yang alamiah. Objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kekuatan utama yang harus dimiliki dan dipersiapkan oleh organisasi untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin canggih terletak pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia merupakan komponen yang sangat utama

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia merupakan komponen yang sangat utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia merupakan komponen yang sangat utama dibutuhkan dalam pengembangan bangsa, karena dapat menjadi pendorong maupun pula menjadi penghambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggerak utama dari seluruh kegiatan atau aktifitas dalam mencapai tujuan sekaligus untuk

BAB I PENDAHULUAN. penggerak utama dari seluruh kegiatan atau aktifitas dalam mencapai tujuan sekaligus untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya yang paling penting dalam setiap organisasi adalah sumber daya manusia. Peranan sumber daya manusia dalam organisasi sangat penting karena sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Pertanyaan Interview Kebijakan umum 1. Apakah Perusahaan memiliki struktur organisasi? ya perusahaan sudah memiliki sruktur organisasi 2.

LAMPIRAN 1 Pertanyaan Interview Kebijakan umum 1. Apakah Perusahaan memiliki struktur organisasi? ya perusahaan sudah memiliki sruktur organisasi 2. LAMPIRAN 1 Pertanyaan Interview Kebijakan umum 1. Apakah Perusahaan memiliki struktur organisasi? ya perusahaan sudah memiliki sruktur organisasi 2. Ada berapakah jumlah kantor pusat dan cabang pada PT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Studi pada DPPKAD

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan penulis pada Inspektorat. Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan dasar-dasar teori yang ada serta

Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan penulis pada Inspektorat. Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan dasar-dasar teori yang ada serta 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan penulis pada Inspektorat Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan dasar-dasar teori yang ada serta pembahasan yang dilakukan, penulis menarik kesimpulan

Lebih terperinci