PANDUAN PELATIHAN ADVOKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PELATIHAN ADVOKASI"

Transkripsi

1 1 PANDUAN PELATIHAN ADVOKASI BERBASIS KOMUNIKASI PERSUASIF Pendekatan Neuro Linguistic Programming (NLP)

2 2 TIM PENYUSUN; PENULIS RONNY F. RONODIRJO AHMAD SJAHID EDITOR EDY SASMITO Terima kasih atas dukungan, informasi dan kolaborasi yang telah diberikan oleh mitra kerja serta para program officer dan para kepala kantor-kantor perwakilan UNICEF di penjuru Indonesia.

3 iii KATA PENGANTAR Advokasi adalah strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut khalayak masyarakat. Mengadvokasikan hak anak berarti menyuarakan kepedulian Anda untuk anak - agar setiap anak dapat tumbuh sehat, aman dan memiliki kesempatan dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Sebagai advokator, Anda menjadi pencentus perubahan tersebut. Advokasi adalah alat yang ampuh. Di dalam negara demokratis seperti Indonesia, masyarakat dan para wakilnya membutuhkan individu-individu yang memiliki pengetahuan, komitmen dan kepedulian untuk mengangkat isu-isu yang ada agar keputusan yang diambil tepat sasaran. Hanya dengan menyuarakan kepedulian Anda, baik secara perorangan maupun secara kolektif, Anda dapat mempengaruhi keputusan-keputusan yang menyangkut anak-anak di negeri ini. Suara Anda dapat memperbaiki kehidupan keluarga dan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, menghilangkan diskriminasi dan mencegah kematian dan kesengsaraan yang tidak seharusnya terjadi. Advokasi memiliki beragam bentuk implementasi. Modul ini memberikan perhatian khusus kepada upaya menggunakan komunikasi secara persuasif untuk mempengaruhi para pengambil keputusan dan masyarakat secara luas tentang isu-isu yang menyangkut anak. Modul ini didasari atas berbagai pengalaman melakukan advokasi kolaboratif di beberapa kabupaten dan propinsi di Indonesia di mana UNICEF bekerja. Upaya-upaya tersebut membuahkan hasil yang menciptakan berbagai peraturan dan kerangka hukum serta pengalokasian sumber daya yang mendukungnya. Isu-isu tersebut termasuk pecatatan kelahiran, garam beryodium, pekerja anak, eksploitasi seksual komersil anak, dan perdagangan anak. Modul ini dapat juga diaplikasikan langsung untuk isu-isu lain terkait anak, seperti misalnya pendidikan, kesehatan dan gizi, HIV/AIDS, air dan sanitasi serta berbagai isu lainnya. Sebagai organisasi non-partisan, UNICEF percaya bahwa perbaikan taraf kehidupan dan masa depan anak-anak kita berada di tangan kita semua tanpa batasan agama, suku, ras atau golongan. Karena pada dasarnya hanya dengan melalui upaya bersama kita akan dapat mewujudkan hak-hak anak dan menciptakan dunia yang layak bagi anak-anak kita. Dr. Gianfranco Rotigliano Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia

4 iv DAFTAR ISI Tim Penyusun Kata Pengantar Daftar Isi Pendahuluan Mengapa Diperlukan Satu Buku Advokasi Lagi? Cara Mendapat Manfaat Sepenuhnya dari Buku Ini Desain Pelatihan Manajemen Waktu Sistematika Tiap Modul Metode Pelatihan Fasilitator dan Narasumber Tata Letak dan Peralatan Ruang Pelatihan Cara Memulai Pelatihan Daftar Periksa Cara Orang Dewasa Belajar (Andralogy) Menghadapi Situasi Sulit Cara Mempertahankan Perhatian Tolok Ukur Kinerja Modul Modul 1 Pembukaan Pelatihan Modul 2 Mengelola Perubahan Modul 3 Kerangka Kerja Advokasi Modul 4 Dialog dengan Narasumber Modul 5 Perumusan Isu Strategis Modul 6 Permainan Negosiasi Modul 7 Pembahasan Negosiasi Modul 8 Untung Rugi Berubah Modul 9 Pengemasan Pesan dengan NLP ii iii iv vi vi viii x xiv xvi xix xxiii xxv xxvii xxviii xxxi xxxiii xxxvi xxxvii

5 v Modul 10 Mengemas Isu Anak dengan Framing dan Reframing Modul 11 Advokasi Media Modul 12 Bahasa Sugestif Berbasis NLP Modul 13 Bahasa Tubuh dan Intonasi Modul 14 Strategi Hearing Modul 15 Simulasi Hearing Modul 16 Praktek Hearing dengan Legislatif Modul 17 Review Hasil Hearing dan Penyesuaian Ulang Modul 18 Praktek Hearing dengan Eksekutif Modul 19 Review Hasil Hearing dengan Eksekutif Modul 20 Mengatasi Keberatan Modul 21 Bagian-bagian Lain Bagan Arus Advokasi Terpadu Modul 22 Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) Referensi Lampiran Sekilas NLP Pre Workshop Kit Peraturan Menteri dalam Negeri Nomer 16/2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah Pembentukan Peraturan Daerah Lembar Evaluasi Pelatihan Index Tentang Penulis & Editor

6 vi PENDAHULUAN MENGAPA DIPERLUKAN SATU BUKU ADVOKASI LAGI? Khazanah kepustakaan Indonesia di bidang advokasi sekalipun masih cukup terbatas, namun sudah cukup beragam. Berbagai literatur tersebut umumnya lebih mengedepankan mengenai jenis advokasi, alur advokasi dan hal-hal lain yang perlu dilakukan dalam gerakan advokasi. Buku Panduan Advokasi ini akan menjadi pengisi ceruk buku advokasi secara unik, karena mengedepankan mengenai aspek komunikasi persuasif dalam setiap tahap proses advokasi. Pendekatan komunikasi persuasif ini secara fleksibel dapat diterapkan dalam berbagai bentuk kegiatan advokasi apapun. Pendekatan persuasif ini secara lebih spesifik menggunakan ilmu baru yang disebut Neuro Linguistic Programming (NLP), yang akan dijelaskan secara khusus dalam modul ini. Salah satu teknik yang dipergunakan adalah penggunaan bahasa-bahasa sugestif untuk mendorong stake holder agar bersedia berubah. Bahasa sugestif ini dimodel oleh NLP berbasif dari pola bahasa hipnotik yang sangat terkenal dan dipakai secara ekstensif dalam memfasilitasi perubahan dalam dunia kesehatan mental. Panduan advokasi ini didesain untuk bisa dipergunakan sesuai dengan isu yang berkaitan dengan program kerja Unicef (United Nations Children s Fund). Dari pengalaman melakukan pelatihan ini di berbagai kabupaten dan kota, materi ini sudah diaplikasikan untuk beberapa isu berikut: Advokasi Penyederhanaan Prosedur Pencatatan Kelahiran. Advokasi Penggratisan Akta Kelahiran. Advokasi Garam Beryodium. Advokasi Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk pada Anak (BPTA). Advokasi Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA). Advokasi Trafficking (Perdagangan manusia, khususnya anak dan perempuan) Aplikasi panduan pelatihan advokasi ini untuk wilayah kerja lain seperti pendidikan, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS dan sebagainya juga sangat dimungkinkan, karena metode-metode yang digunakan amat fleksibel untuk berbagai isu. Penerapan Panduan Advokasi ini dititikberatkan dalam tataran legislatif dan eksekutif, sekalipun prinsip-prinsipnya tetap bisa diterapkan dalam tataran mobilisasi sosial juga.

7 vii Sesuai garis kerja Unicef yang selama ini bermitra dengan Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) provinsi, panduan ini disusun dengan kondisi ideal gabungan peserta dari staf Pemda terkait, LSM, Orsos/Ormas dan wartawan lokal. Dengan demikian, pelatihan ini akan memiliki situasi unik yakni menggunakan tiga tahap advokasi: 1. Pada saat proses pelatihan, terjadi proses advokasi secara internal kepada peserta yang berasal dari jajaran Pemda terkait. Di mana dalam proses akan terjadi perbenturan nilai-nilai, keyakinan dan kepentingan pribadi/golongan dengan kepentingan yang diperjuangkan. Di sini pentingnya melibatkan LSM, Orsos/Ormas yang kompeten dalam persoalan isu dan peserta dari dinas/instansi pemerintah terkait agar terjadi dialektika yang diinginkan. Misalnya saat pelatihan advokasi Penyederhanaan Prosedur/ Penggratisan Akta Kelahiran, tak jarang telihat bahwa peserta dari Dinas Catatan Sipil merasa gamang untuk terlibat pada awal pelatihan karena implikasi pada pekerjaannya sudah terasa sangat jelas. Pada saat yang sama juga terjadi advokasi media, karena wartawan yang menjadi peserta pun akan mengalami benturan-benturan konsep dan pemahaman yang mungkin berbeda dengan yang selama ini dianutnya (lihat modul 11: Advokasi Media). 2. Mengadvokasi Legislatif/DPRD melalui hearing dengan bertumpu pada kekuatan gabungan peserta eksekutif (staf Pemda) LSM, dan Orsos/Ormas. 3. Mengadvokasi Eksekutif (Bupati atau Walikota) melalui hearing oleh peserta yang sama. Keberhasilan di tahap 1 akan berpengaruh pada tahap 2, keberhasilan tahap 2 akan mempengaruhi tahap 3. Di sinilah peran kemampuan persuasi dibutuhkan semua pihak dan sekaligus hal ini menjadi ciri khas modul ini.

8 viii CARA MENDAPAT MANFAAT SEPENUHNYA DARI BUKU INI Buku Panduan ini terdiri dari: 1. Pendahuluan Berisi petunjuk-petunjuk, dasar-dasar pelatihan, sistematika dan lain-lain yang perlu diketahui oleh fasilitator dalam membawakan modul. Bagi fasilitator yang sangat berpengalaman, tetap dianjurkan membaca minimal satu kali agar mendapatkan gambaran dan pemahaman sepenuhnya terhadap istilah-istilah yang digunakan. 2. Modul Berisi modul dari sesi 1 sampai Lampiran-lampiran Berisi mengenai bahan bacaan penunjang dan berbagai lampiran informasi/ dokumen yang diperlukan bagi fasilitator dalam melaksanakan pelatihan. Untuk mendapatkan manfaat yang sepenuhnya dari panduan ini, fasilitator perlu memperhatikan hal berikut: 1. Seyogyanya fasilitator sudah mempelajari seluruh isi buku ini jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Untuk mempermudah, cetaklah seluruh dokumen yang diperlukan. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa memahami secara utuh panduan ini, sehingga mudah bagi Anda dalam membawakannya. 2. Pelajari baik-baik Bagian 2 setiap modul (Bacaan Pengantar Untuk Fasilitator). Hal ini akan memberikan latar belakang dan alur berpikir yang sistematis untuk memahami modul tersebut. 3. Cobalah aktivitas yang ada (permainan, studi kasus atau role playing) kepada diri Anda sendiri atau mainkan secara simulatif dengan teman Anda sebagai percobaan. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa kenal dengan aktivitas itu dan bisa menemukan berbagai kemungkinan reaksi yang akan muncul dari peserta pelatihan. Fasilitator boleh melakukan adaptasi aktivitas dalam suatu modul sepanjang tujuan dari aktivitas itu tercapai. Misalnya mengganti suatu permainan dengan permainan lain yang dirasakan lebih sesuai situasi dan kondisi pelatihan. 4. Ajukan pertanyaan pemandu kepada Anda sendiri setiap kali selesai mencoba aktivitas dari suatu modul. Elaborasi kemungkinan jawaban dan perkirakan kemungkinan pertanyaan lanjutannya.

9 ix Setelah empat langkah di atas, kaji kemungkinan variasi yang dapat dilakukan, kendati Anda belum pernah membawakan secara riil. Kemampuan mengolah variasi akan memunculkan suatu sense of mastery.

10 x DESAIN PELATIHAN Buku Panduan ini dibuat dengan pendekatan siap pakai yang melingkupi konsep dan teknik secara terpadu. Di buku panduan ini terdapat 22 modul yang merupakan suatu urutan penyampaian, terdiri dari: NO Sesi Deskripsi 1. Mengawali Pelatihan Keberhasilan pelatihan ini ditentukan seberapa jauh peserta terlibat, dan keterlibatan dipicu oleh excitement. Sesi ini merangsang keterlibatan peserta melalui berbagai aktivitas dalam suasana yang hidup. 2. Mengelola Perubahan Sesi ini membawa peserta untuk menginternalisasi nilai-nilai yang diperlukan agar sukses dalam melakukan advokasi. 3. Kerangka Kerja Advokasi 4. Pendalaman Isu Dengan Narasumber 5. Perumusan Isu Strategis 6. Permainan Negosiasi 7. Pembahasan Negosiasi 8. Untung Rugi Berubah Peserta mendiskusikan suatu kasus untuk mengidentifikasi unsur-unsur advokasi dan merangkumnya ke dalam alur. Alur versi peserta kemudian dibandingkan dengan Kerangka Kerja Alur Advokasi Terpadu untuk melengkapi pemahaman peserta. Diskusi pleno membahas isu yang dipakai dalam sesi 3 bersama narasumber. Diskusi kelompok sebagai kelanjutan diskusi pleno, peserta belajar merumuskan isu strategis yang akan diperjuangkan. Peserta melalui game mempelajari bagaimana tiap tahap negosiasi dapat dikendalikan untuk meraih hasil yang berbeda. Negosiasi memiliki esensi yang sama dengan advokasi: keterampilan memperjuangkan kepentingan. Mempelajari motif dasar manusia dalam berubah: mengejar keuntungan atau menghindari kerugian.

11 xi NO Sesi Deskripsi 9. Pengemasan Pesan dengan NLP 10. Pengemas Isu Anak dengan Framing dan Reframing Sesi ini mempelajari bagaimana NLP memberikan strategi pengemasan pesan (frame), peserta dapat mengarahkan cara lawan menafsirkan pesan peserta. Dengan demikian, peserta dapat mengendalikan hasil negosiasi. Prinsip yang sudah dipelajari di sesi sebelumnya akan diterapkan secara langsung di sesi ini, dengan cara mempelajari dan praktek pengemasan pesan untuk isu anak. 11. Advokasi Media Media massa memiliki kekuatan penembus batas yang luar biasa. Mengadvokasi media berarti memiliki channel dan alat transmisi pesan yang memainkan peran yang mempengaruhi keberhasilan persuasi. 12. Bahasa Sugestif Berbasis NLP 13. Bahasa Tubuh Dan Intonasi Kata - kata memiliki kekuatan yang dahsyat apabila tahu cara menggunakannya. Di sesi ini dipelajari bahwa unsur-unsur tersebut dapat memberi sugesti yang besar. Sesi ini secara interaktif menunjukkan bagaimana memadukan kekuatan body language dan intonasi dengan unsur persuasi yang lain sehingga memberi dampak yang lebih besar. 14. Strategi Hearing Dengar pendapat adalah satu aktivitas advokasi yang menuntut tingkat persiapan yang tinggi. Sesi ini memastikan peserta memahami peran masing-masing dan aturan-aturan.yang berlaku. 15. Simulasi Hearing Sesi ini memastikan peserta benar-benar memahami perannya dan menyiapkan diri untuk situasi sebenarnya.

12 xii NO Sesi Deskripsi 16. Praktek Hearing dengan Legislatif 17. Review Hasil Hearing dan Penyesuaian Ulang 18. Praktek Hearing dengan Eksekutif 19. Review Hasil Hearing dengan Eksekutif Peserta mempraktekkan apa yang telah mereka pelajari selama 2 hari sebelumnya dalam situasi nyata dengan parlemen. Peserta mempelajari pengalaman melakukan dengar pendapat dengan parlemen, sehingga dapat mengidentifikasi bagian mana yang perlu disempurnakan agar kelak kinerja peserta meningkat. Dengar pendapat dengan eksekutif mempunyai karakteristik yang berbeda dengan parlemen. Dalam sesi ini, peserta diajak mengenali perbedaan tersebut dan menindaklanjuti dengan langkahlangkah penyesuaian. Peserta mempraktekkan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya dalam situasi nyata dengan eksekutif. Peserta mempelajari pengalaman melakukan dengar pendapat dengan parlemen, sehingga dapat mengidentifikasi bagian mana yang perlu disempurnakan agar kelak kinerja peserta meningkat 20. Mengatasi Keberatan Dengan teknik NLP, keberatan bisa diperlakukan secara tepat, fokus tidak hanya pada teknik menjawab namun juga manajemen diri. 21. Bagian-bagian Lain Bagan Arus Advokasi Terpadu 22. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) Peserta mempelajari aspek-aspek lain dalam Kerangka Kerja Advokasi yang belum dibahas sebelumnya. Peserta membuat RKTL untuk menyempurnakan hasil yang sudah diperoleh dari 2 kali hearing.

13 xiii Modul 6 dan 7 sebenarnya merupakan satu modul yang berkelanjutan, tapi karena perlu waktu panjang maka dipecah menjadi 2 sesi. Desain di atas merupakan suatu urutan logis yang mirip dengan batu undakan yang artinya sebuah modul akan menjadi dasar bagi modul berikutnya. Dengan demikian, mengikuti urutan di atas akan merupakan desain paling aman dalam mencapai tujuan pelatihan. Dalam beberapa kasus, di mana dituntut suatu fleksibilitas skedul, misalnya tidak diperolehnya jadwal audiensi dari DPRD sesuai dengan urutan di atas, maka pengubahan urutan boleh dilakukan dengan catatan sesi Persiapan Hearing harus mendahului acara hearing itu sendiri. Sekalipun urutan hearing dengan DPRD atau Bupati/Walikota digeser ke waktu yang berbeda, perlu diupayakan agar urutan sesi yang lain tetap mengikuti pakem di atas.

14 xiv MANAJEMEN WAKTU Pelatihan dengan jumlah 22 modul ini didesain untuk 5 hari kerja. Empat hari pertama dilakukan sampai malam, sedangkan hari ke-5 hanya setengah saja. Pelatihan ini sebaiknya dilaksanakan di hotel, sehingga peserta bisa menginap dan bekerja hingga jam Adapun rincian slot waktu yang biasanya dilakukan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut: WAKTU DURASI SLOT menit Slot Break menit Slot Istirahat menit Slot Break menit Slot Istirahat menit Slot 5 Total 5 Slot 525 menit 5 slot Sesi 1 merupakan sesi yang harus diperlakukan sangat fleksibel dalam hal waktu, mengingat berbagai kemungkinan terjadi: Pelatihan dimulai terlambat, karena alasan apapun. Pejabat yang memberi sambutan awal melampaui waktu yang tersedia. Dengan demikian, fasilitator harus pintar-pintar mengatur waktu untuk sesi satu dengan cara melakukan penyesuaian pada tiap-tiap aktivitas yang diperlukan.

15 xv Menimbang hal di atas dan bahwa waktu yang diperlukan untuk setiap sesi tidak sama dengan besarnya slot waktu yang tersedia, maka ada dua cara yang direkomendasikan untuk dilakukan fasilitator: Mengubah penjadwalan untuk break/istirahat sesuai dengan kebutuhan. Jika suatu sesi sudah selesai dan masih tersisa waktu dalam slot tersebut, maka lakukan break pendek (5 menit) dan bisa mulai dengan sesi berikutnya.

16 xvi SISTEMATIKA TIAP MODUL Setiap modul dibagi dalam tiga bagian yang menjelaskan bagaimana suatu sesi dibawakan. BAGIAN 1 HALAMAN JUDUL Terdiri dari sebuah tabel sebagai berikut: Nomor Modul Judul Sesi Tujuan Sesi Waktu Total Perlengkapan BAGIAN 2 BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR Berisi mengenai bahan-bahan yang perlu dibaca dan dikuasai seorang fasilitator sehubungan dengan materi dalam sesi dimaksud. Misalnya dalam modul negosiasi, akan dibahas mengenai materi negosiasi: prinsip-prinsip, contoh penerapan, teknik dan sebagainya. BAGIAN 3 RINGKASAN ALUR SESI Terdiri dari sebuah tabel dengan kolom sebagai berikut: Topik Tujuan Kegiatan Alat Bantu Metode Waktu Seyogyanya alur tidak diubah, kecuali fasilitator sudah mengujicobakan hasilnya di kelompok percobaan terlebih dahulu. Urutan yang dituliskan dalam modul ini sudah diujicobakan dan memperhitungkan kesiapan mental (state of mind) para peserta. BAGIAN 4 PROSES LENGKAP Terdiri dari sebuah tabel proses kegiatan yang umumnya berisi sebagai berikut: CIPTA SUASANA Aktivitas kecil yang mengawali suatu sesi untuk menciptakan suasana yang sesuai (state of mind).

17 xvii Misalnya fasilitator menceritakan mengenai sebuah kisah atau metafora tertentu untuk menumbuhkan insight pada peserta. (Penjelasan mengenai metafora dapat dibaca pada Lampiran 1: Sekilas NLP) AKTIVITAS Menjelaskan mengenai pengalaman berstruktur yang digunakan dalam sesi ini. Misalkan aktivitasnya adalah game, analisa kasus atau role playing. Penting sekali bagi fasilitator untuk menguasai bagian ini, sehingga saat pelaksanaan pelatihan tidak perlu lagi mencontek. PERTANYAAN PEMANDU Bagian ini menjelaskan pada fasilitator cara membangkitkan insight yang sudah diperoleh peserta dari mengikuti pengalaman berstruktur di atas. Tanpa melalui pertanyaan panduan ini, biasanya insight yang diperoleh peserta belum tentu tajam, mendalam dan jumlahnya hanya sedikit. PRESENTASI Bagian ini dijelaskan oleh fasilitator dengan menggunakan bahan yang diambil di lampiran tiap modul. Berisi mengenai materi, prinsip-prinsip dan berbagai teknik yang relevan. Di beberapa sesi, akan dilakukan praktek mengenai teknik yang baru saja dipresentasikan. Praktek ini bisa dilakukan dalam kelompok berdua, bertiga atau bentuk kelompok lain mengikuti petunjuk yang ada. DISKUSI Menjelang akhir sesi, fasilitator akan membuka forum diskusi untuk memberikan ruangan bagi peserta bertanya sesuai dengan apa yang ingin diketahuinya. Penerapan tahapan di atas bisa berbeda di setiap sesi tergantung tujuan dan metode yang digunakan.

18 xviii Di bagian bawah terdapat dua tabel tambahan yang berisi: Catatan o Penjelasan tambahan bagi fasilitator mengenai pembahasan suatu topik dalam modul. o Perkiraan atas kemungkinan reaksi peserta, atau perkiraan kemungkinan jawaban yang muncul dari pertanyaan Anda. Perkiraan ini berdasarkan pengalaman uji coba modul yang telah dilakukan sebelumnya. o Keterangan lainnya. Variasi: Bagian ini menjelaskan kemungkinan variasi yang biasa dilakukan fasilitator sesuai situasi dan kondisi tertentu. BAGIAN 5 LAMPIRAN Terdiri dari sejumlah dokumen berisi informasi pendukung yang diperlukan, yaitu: Kisah/Metafora Prosedur Permainan Gambar/Bagan Materi untuk dasar penyusunan powerpoint presentasi Dan lain-lain.

19 xix METODE PELATIHAN Pelatihan ini menggunakan berbagai metode yang variatif, sehingga fasilitator punya kesempatan untuk memanfaatkan kemampuan dan fleksibilitasnya dalam membawakan suatu metode. Jika suatu sesi secara spesifik menyebutkan suatu metode yang direkomendasikan, maka menurut penulis, metode itu paling sesuai untuk menimbulkan insight bagi peserta. Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan bagi fasilitator untuk mengganti dengan metode lain yang dianggap lebih sesuai, sepanjang tujuan sesi bisa dicapai dengan baik. Walaupun diperlukan variasi dalam metode, tetap harus dijaga jangan sampai tujuannya hanyalah semata-mata untuk tujuan variasi itu sendiri. Berikut beberapa pertimbangan dalam memilih variasi metode: 1. Apakah metode yang dipilih akan membuat lebih mudah mencapai tujuan sesi pelatihan? 2. Apakah waktu yang tersedia cukup? 3. Berapa jumlah peserta yang hadir dalam sesi tersebut? o Misalnya: Game Untung Rugi Berubah, sangat mengandalkan adanya perbedaan individual peserta, sehingga jumlah peserta di bawah 15 orang akan kurang menghasilkan efek maksimal. 4. Apakah peralatan yang dibutuhkan memang bisa disediakan? Beberapa metode yang dipakai dalam pelatihan ini adalah: Games Role Playing Diskusi Kasus Diskusi Film Metaplan dan Anjangsana Ceramah Penjelasan lebih detailnya ada pada halaman berikut:

20 xx 1.

21 xxi Metode dan Teknik Bertanya Setelah peserta menjalani berbagai aktivitas melalui suatu metode, tidak semuanya secara otomatis akan mampu melakukan ekstraksi nilai-nilai, ataupun mendapatkan aha. Fasilitator perlu membantu memfasilitasi proses kognitif melalui teknik mengajukan pertanyaan sehingga peserta dapat melakukan pengendapan dari pengalamannya. Fasilitator perlu mengenali berbagai teknik bertanya, tidak saja untuk membantu peserta mendapatkan manfaat dari suatu metode, namun juga menggunakan pertanyaan sebagai bagian dari proses fasilitasi. Di bawah ini diuraikan berbagai teknik bertanya sebagai cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu: Apakah 5 pelajaran penting yang kita tarik dari permainan tadi? Bagaimana jika hasil diskusi tersebut dikaitkan dengan rendahnya kesadaran masyarakat mengenai Akta Kelahiran? Menurut Anda, bagaimana jika role play tadi diterapkan pada sistem Manajemen Berbasis Sekolah di sekolah Anda? Tahukah Anda saja yang bisa dilakukan oleh seorang yang jago berkomunikasi? Apa yang akan terjadi jika bentuk pekerjaan terburuk bagi anak terus dibiarkan? Ada yang belum jelas dan ingin mengajukan pertanyaan? Baik, saudara X, ada yang ingin Anda bagikan kepada forum...? (Gunakan nada yang halus)

22 xxii Cara mengajukan pertanyaan Cara mengajukan pertanyaan sangat penting diperhatikan agar fasilitator tidak terkesan merasa menjadi orang yang paling hebat dan ahli di dalam ruang pelatihan. Sebagai contoh, ada peserta mengobrol dan anda ingin mengajukan pertanyaan agar perhatian peserta kembali pada forum, jangan lakukan dengan suatu pertanyaan yang sulit seperti mau memberikan hukuman supaya malu. Lakukan pertanyaan sederhana seperti dalam tabel di atas, tujuannya bukan menghukum atau mempermalukan korban, namun sekedar membuat mereka mengembalikan perhatian ke forum. Cara yang lebih halus adalah cara lempar bola bebas. Jika cukup banyak peserta yang kurang memperhatikan, maka ajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Tunggu waktu secukupnya agar kelas merespon, arahkan pandangan secara lembut kepada seluruh kelas secara memutar. Jika respon tidak muncul dan perhatian dari kelas masih tetap kurang, maka perlu dilakukan pembagian kelompok untuk diskusi. Pembagian kelompok dilakukan dengan metode direct splitting, yakni membuat peserta yang bersebelahan menjadi terpisah. Misalnya menggunakan potongan kata dis-ku-si, yakni setiap peserta secara bergantian diminta menyebut kata dis, peserta sebelahnya ku, peserta berikutnya si, dilanjutkan dis lagi dan seterusnya. Sebagai variasi bisa saja digunakan kata lain, misal 1 kemudian 2, kemudian 3, kembali lagi ke 1 dan seterusnya. Untuk membuat suasana menjadi segar bisa dengan kata lucu rokok, susu dan donat. Teknik ini akan membelah peserta dalam kelompok di mana peserta yang tadinya duduk bersebelahan dan mengobrol akan langsung terpisah dalam kelompok yang berbeda. Kemudian berikan pertanyaan untuk dijawab melalui diskusi kelompok dan minta mereka menulis di metaplan atau flipchart.

23 xxiii FASILITATOR DAN NARASUMBER Fasilitator Untuk meningkatkan keberhasilan program pelatihan ini, berikut beberapa catatan penting mengenai kriteria fasilitator yang disarankan untuk menggunakan panduan ini: Idealnya diperlukan tim fasilitator yang terdiri dari 2 orang, mereka harus merupakan satu tim, bukan 2 orang yang sekedar diundang dan baru bekerjasama pada saat itu juga. Fasilitator bertanggung jawab dalam merencanakan, melaksanakan proses fasilitasi dan mengevaluasi pelatihan. Mengapa perlu 2 orang, tujuannya adalah: o Agar terbentuk variasi penyampaian dan proses fasilitasi tanpa kehilangan arah. o Agar bisa saling menggantikan saat yang satu sedang berhalangan. o Agar saling melengkapi saat memfasilitasi suatu aktivitas seperti game dan sebagainya dimana diperlukan lebih dari satu fasilitator. Kemampuan fasilitatif yang diperlukan adalah: o Mampu menerima dan mengelola perbedaan pendapat. o Mampu memimpin dan mengarahkan pembicaraan tanpa memaksakan. o Bersedia dan mampu menerima kondisi peserta secara apa adanya, menghindari memberikan cap buruk, menertawakan dan sebagainya. o Memahami keseluruhan pelatihan sehingga bisa mengawal proses pelatihan dari awal sampai akhir. Secara garis besar, disarankan fasilitator yang cukup berpengalaman dalam membawakan suatu pelatihan bagi orang dewasa. o Pernah memfasiliasi pelatihan orang dewasa. o Pernah memfasilitasi pelatihan bagi NGO, Ormas/Orsos. o Pernah memfasilitasi pelatihan untuk staf Pemda. Fasilitator yang punya background NLP akan lebih diuntungkan dalam menggunakan modul ini, sungguhpun fasilitator yang tanpa background NLP juga dapat menggunakan dengan baik,

24 xxiv Narasumber Kehadiran narasumber diperlukan mutlak dalam beberapa sesi dari pelatihan ini. Hal ini menyangkut isu spesifik, misalnya saat pelatihan membahas isu pencatatan kelahiran, kesehatan ibu dan anak, manajemen berbasis sekolah dan lain-lain. Narasumber dipilih yang memiliki kompetensi sesuai isu yang dibahas. Perannya adalah memberikan penjelasan mengenai isu secara lebih detail, misal berupa data-data penelitian dan konsep terkait. Jauh lebih baik apabila narasumber berasal dari wilayah yang bersangkutan, karena bisa diharapkan yang bersangkutan memiliki data-data yang akurat mengenai situasi dan kondisi daerah. Sangat disarankan agar para narasumber bertemu sebelumnya dengan tim fasilitator untuk menyelaraskan berbagai hal antara lain: o Memberikan gambaran besar dari pelatihan. o Arah/tujuan dari sesi yang dimaksud. o Metode penyampaian dan alat bantu yang diperlukan.

25 xxv TATA LETAK DAN PERALATAN RUANG PELATIHAN Satu ruangan yang dapat menampung peserta untuk duduk dengan membentuk tapal kuda atau U-shape. Ada ruang/space kosong yang cukup luas di tengah-tengah, untuk memainkan berbagai aktivitas seperti game dan sebagainya. Ruangan sebaiknya tidak silau sinar matahari sehingga bisa dilakukan pengaturan terang-gelapnya cahaya ruangan. Hal ini berguna saat pemutaran film atau slide-slide yang perlu kegelapan. Sangat disarankan agar peserta menggunakan kursi yang memiliki papan untuk menulis, jadi tidak menggunakan meja sama sekali. Sebisa mungkin kursi cukup ringan untuk digeser-geser/diangkat. Jika tidak tersedia, letakkan meja di belakang kursi. Perencanaan persiapan alat yang akan dipergunakan, akan dirinci dalam daftar periksa. 4 papan flipchart yang berisi masing-masing 10 kertas flipchart untuk kegiatan diskusi kelompok, beserta spidol. Sangat disarankan menggunakan wireless mic bagi fasilitator, alasannya adalah membantu memproyeksikan suara (hemat energi fisik) dan memungkinkan mobilitas yang tinggi. Layout yang disarankan untuk pelatihan ini bisa dilihat dalam halaman berikut ini.

26 xxvi L ay ou t R uang P elat ihan T ertutup dari si nar matahari Spanduk Pelatihan Layar Infocus White board Listrik Projector Notebook K ursi tinggi untuk roleplay F lipchart F lipchart K ursi P eserta de ngan konfigurasi U F lipchart F lipchart K ursi pes erta y ang memiliki papan untuk menulis, atau jika tidak a da, letakk an m eja di belakang kursi Meja Ob server / Panitia Listrik

27 xxvii CARA MEMULAI PELATIHAN Fasilitator perlu datang lebih awal, sehingga memiliki waktu cukup untuk melakukan persiapan. Berkenalan dengan peserta sebelum acara dimulai akan sangat membantu kelancaran proses pelatihan. Beberapa fasilitator pemula tanpa alasan jelas sering mengambil jarak dengan peserta untuk mempertahankan posisinya (red: jaga image ). Sesi Pertama (Modul 1) perlu dilakukan dengan waktu dan perhatian yang penuh, ini adalah investasi berharga yang akan sangat menentukan kesuksesan sesi berikutnya. Apresiasi kepada peserta yang datang tepat waktu harus menjadi pegangan seorang fasilitator. Mulai tepat waktu, jangan menunda, menunggu peserta yang datang terlambat. Menunggu peserta yang terlambat artinya memberi reward kepada yang salah dan memberi punishment kepada yang tepat waktu. Di awal proses sangat penting untuk membangun kepercayaan peserta pada modul dan para fasilitator yang membawakannya. Ungkapkan kepada peserta bagaimana modul dikembangkan dan di daerah mana saja sudah diuji cobakan serta hasil-hasil yang sudah diperoleh.

28 xxviii DAFTAR PERIKSA Gunakan daftar periksa ini dengan cara memberikan tanda apabila sudah tersedia dengan baik. Kolom catatan dipergunakan jika ada sesuatu hal yang masih membutuhkan tindakan lebih lanjut. Disediakan dua jenis Daftar Periksa, yakni Daftar Periksa sebelum mulai Pelatihan dan Daftar Periksa sebelum udah mulai suatu Sesi. DAFTAR PERIKSA SEBELUM MULAI PELATIHAN No PERIHAL ADA CATATAN 1. Apakah sudah dibentuk Panitia Lokal? 2. Apakah Anda sudah menyiapkan Pre Kit Pelatihan? (melakukan modifikasi pada Pre Kit yang tersedia) 3. Apakah sudah berkoordinasi dan mengirimkan dokumen terkait untuk pelatihan? Pre Kit Pelatihan Property Pelatihan Petunjuk Teknis Pelaksanaan 4. Apakah Pre Kit Pelatihan sudah dikirimkan panitia pada peserta? 5. Apakah Pre Kit Pelatihan sudah dikirimkan balik kepada panitia? 6. Sudahkan Anda mempelajari Modul Pelatihan? 7. Apakah DPRD sudah dihubungi dan bersedia? 8. Apakah Bupati/Walikota sudah dihubungi dan bersedia? 9. Apakah sudah tersedia laptop untuk presentasi di DPRD/Bupati? 10. Apakah sudah tersedia kendaraan untuk berangkat ke lokasi hearing (Gedung DPRD/Bupati)? 11. Apakah sudah ada pendekatan/lobby kepada pihak komisi DPRD terkait? 12. Apakah sudah ada pendekatan/lobby kepada pihak Bupati dan instansi Pemda terkait? 13, Apakah kain berwarna gelap sudah tersedia (hitam, biru atau coklat)

29 xxix 14. Apakah kertas metaplan sudah tersedia? Jumlah 3 warna x 50 lembar. Ukuran 10 x 20 cm. 15. Apakah sudah tersedia lem semprot (3M) atau double tape dan gunting? 16. Jika menggunakan lem semprot, apakah sudah disemprotkan ke pada kain hitam? 17. Apakah LCD Projector dan layar sudah tersedia 18. Apakah LCD Projector sudah dicoba dan menyala dengan baik? 19. Apakah posisi bayangan gambar/ukuran huruf dari LCD Projector sudah tepat, dan dapat terlihat dari orang yang duduk paling belakang? 20. Apakah memerlukan kabel gulung tambahan? 21. Apakah sudah tersedia colokan kabel untuk LCD Projector? 22. Apakah Narasumber sudah dihubungi dan bersedia? 23. Apakah sudah dilakukan pertemuan koordinasi dengan narasumber? 24. Apakah data-data yang diperlukan dimiliki oleh Narasumber? 25. Apakah data-data penunjang lain sudah tersedia? 26. Apakah papan flipchart sudah tersedia 4 buah dan masing-masing dengan kertas 10 lembar? 27. Apakah sudah tersedia spidol white board berbagai warna dalam jumlah cukup? (+/- 20) 28. Apakah sound system sudah tersedia? 3 wireless mic, atau 1 wireless mic dan 2 cable mic (untuk peserta) Audio jack untuk output suara dari laptop unit komputer dan printer untuk tugas peserta 30. Apakah kertas HVS sudah tersedia (5 rim) 31. Apakah peserta sudah terdiri dari: Pemda Terkait Anggota LSM Anggota Ormas/Orsos terkait Wartawan

30 xxx DAFTAR PERIKSA SEBELUM MEMULAI SESI No PERIHAL ADA CATATAN 1. Sudahkan Anda mempelajari Modul Pelatihan? 2. Apakah LCD Projector sudah dicoba dan menyala dengan baik? 3. Apakah posisi bayangan gambar/ukuran huruf dari LCD Projector sudah tepat, dan dapat terlihat dari orang yang duduk paling belakang? 4. Apakah semua powerpoint sudah tersedia dengan lengkap? 5. Apakah sudah tersedia alat penunjuk (pointer) untuk menjelaskan di layar proyektor? 6. Apakah peralatan sound system sudah dicoba dan berfungsi dengan baik? Periksa baterai wireless mic 7. Apakah peralatan untuk aktivitas peserta sudah tersedia dengan lengkap dan dalam kondisi baik? (Alat peraga, kertas kerja, dll) 8. Apakah lay out ruangan sudah sesuai dengan tujuan Sesi?

31 xxxi CARA ORANG DEWASA BELAJAR (ANDRAGOGY) Seorang fasilitator perlu mengetahui perbedaan cara belajar anakanak dan orang dewasa, sehingga mampu memperlakukan peserta secara tepat. Cara anak belajar Anak punya rasa ingin tahu yang besar hampir pada semua hal. Dengan demikian cukup mudah untuk mengajak seorang anak mempelajari hal baru. Proses belajar pada anak sangat tergantung pada orang lain yang lebih berpengalaman (guru/pembimbing). Mereka memerlukan jawaban dari orang lain atas berbagai pertanyaan di pikirannya. Cara orang dewasa belajar Rasa ingin tahu pada orang dewasa terbatas pada apa yang tengah menjadi kebutuhan atau keinginannya. o Tantangan bagi fasilitator untuk menghidupkan suatu topik agar dirasa penting dan dibutuhkan. o Mampu menumbuhkan pikiran bahwa suatu sesi bermanfaat bagi peserta. Orang dewasa mengalami suatu hambatan belajar, ditandai dengan: rasa enggan, malu terlihat bodoh atau tidak mengerti, rasa takut gagal dan tidak percaya diri. o Tantangan bagi fasilitator dalam mendesain dan menumbuhkan iklim pembelajaran yang sifatnya tidak berisiko sosial seperti malu, dan lain-lain. o Fasilitator perlu bersikap mendukung, mendorong, tidak mencela, dan menerima apa adanya. Orang dewasa lebih senang diperlakukan secara setara, karena mereka juga sudah memiliki pengalaman, pendapat, pandangan, kemauan, kesadaran, tanggung jawab dan tujuan.

32 xxxii o Tantangan pada fasilitator untuk mampu membawakan pelatihan dengan cara membangkitkan minat melalui cara bertanya, teknik menggali jawaban dan membuka ruang diskusi/berpendapat. Kemampuan berpikir abstraktif pada orang dewasa membuat mereka lebih senang belajar dari pengalamannya. o Tantangan bagi fasilitator dalam mengembangkan metode yang sifatnya experiencial learning, yakni aktivitas pengalaman berstruktur seperti; game, diskusi, brainstorming, role playing, dll.

33 xxxiii MENGHADAPI SITUASI SULIT Dalam modul pelatihan ini, tidak dikenal adanya istilah peserta sulit, yang ada adalah situasi sulit. Penyebutan peserta sulit sangat perlu dihindarkan karena bersifat memberi stigma. Selain itu istilah itu akan membuat kesan bahwa kita mempersamakan antara subyek dengan perilakunya. Selain itu, pemberian stigma peserta sulit akan mempengaruhi kondisi pikiran fasilitator untuk mempercayai bahwa memang sulit menghadapinya, dan tindakannya kemudian cenderung akan mengikuti kepercayaan itu. Kenyataan dalam kehidupan, tidak ada orang yang benar-benar sulit bagi setiap orang. Selalu saja ada orang yang sanggup menangani seorang yang dianggap sulit dalam pandangan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kita dapat mengendalikan sepanjang mengetahui caranya. Dalam terminologi NLP ada suatu keyakinan yang perlu diinternalisasi oleh seorang fasilitator: Tidak ada yang namanya peserta sulit, yang diperlukan adalah seorang fasilitator yang lebih fleksibel. Jadi, fleksibilitas sikap dan perilaku yang tepat dari fasilitator akan menentukan apakah dia bisa mengarahkan seorang peserta yang dianggap berperilaku sulit atau tidak. Seorang peserta menjadi berperilaku yang menyulitkan fasilitator umumnya terpicu oleh suatu kondisi yang mendahului. Beberapa kondisi yang memicu munculnya situasi sulit adalah: Pelatihan yang tidak direncanakan dan dikelola dengan baik, seperti kurangnya fasilitas dasar untuk akomodasi, manajemen waktu yang buruk, ruangan yang tidak memadai dan sebagainya. Peserta yang terpaksa datang, biasanya disebabkan pemberian tugas yang mendadak, peserta memiliki beban tugas saat meninggalkan pekerjaan, sehingga peserta tidak tahu apa manfaat datang ke pelatihan. o Mengatasi hal ini adalah dengan mengirimkan Paket Pre Kit Pelatihan kepada peserta seminggu sebelum pelaksanaan acara. Isi Pre Kit ini dibahas di bagian lain dalam Panduan ini. Pengalaman negatif dalam pelatihan sejenis yang sebelumnya, sehingga peserta memiliki ekspektasi buruk pada pelatihan ini.

34 xxxiv Dari penjelasan di atas, jelas sekali bahwa pada awal suatu pelatihan, seorang fasilitator punya tugas penting dalam menyelesaikan dengan baik berbagai persoalan laten yang disebut di atas. Untuk itulah, sesi pertama (modul 1) memiliki kedudukan sangat penting dan Fasilitator perlu menginvestasikan waktu dan energinya dengan sungguh-sungguh agar terhindar dari Situasi Sulit yang sewaktu-waktu bisa muncul. Beberapa jenis situasi sulit yang biasanya muncul di suatu pelatihan: 1. Cara bertanya peserta a. Beberapa peserta, punya kecenderungan cara bertanya yang tidak efektif. Pertanyaan ini akan terdengar sulit dan menyerang bagi seorang fasilitator. Biasanya ditandai dengan pertanyaan yang mempertanyakan, mendebat, menyalahkan, memonopoli, menentang atau menertawakan. Perlu digarisbawahi di sini, tidak semua kondisi di atas dimaksudkan untuk menyerang pembicara, ada berbagai kemungkinan sebab lain: misalnya peserta kurang pandai pemilihan kata (lack of argumentation skill), atau ekspresi limiting belief dari si penanya. Contoh: Menurut saya, itu tidak mungkin karena. Apa yang Anda sampaikan adalah omong kosong, bahwa 2. Peserta bergurau/melawak secara berlebihan, biasanya peserta ini merasa bosan atau mungkin membutuhkan perhatian khusus. Jelas di sini dituntut suatu fleksibilitas dari fasilitator. 3. Peserta yang tidak menyimak, tidur atau mengobrol bisa disebabkan berbagai sebab. Misalnya terpaksa datang, kebosanan, merasa topik tidak penting dan tidak menarik. Sekali lagi di sini jelas sekali pentingnya Pre Kit Pelatihan dan pelaksanaan Sesi 1 (Modul 1) untuk mendapatkan rasa penting, berguna dan menarik dari peserta. 4. Pembahasan topik yang sensitif. Di beberapa daerah tertentu, adanya sejarah konflik rasial, agama atau suku dapat menyebabkan sebuah topik menjadi sensitif. Apabila fasilitator kurang fleksibel dan pandai mengemas isu (framing), peserta mungkin akan merasa

35 xxxv tidak nyaman. Tantangan bagi fasilitator adalah; peserta belum tentu menyuarakan ketidaknyamanan mereka, namun dengan mengamati bahasa non-verbalnya, maka kita bisa mendapatkan petunjuk ketidaknyamanan tersebut.

36 xxxvi CARA MEM- PERTAHANKAN PERHATIAN Berikut ini sejumlah teknik untuk membantu mempertahankan agar sesi tetap dapat menarik: 1. Pelajari dan terapkan materi-materi dalam modul ini yang merupakan teknik NLP untuk Anda aplikasikan sendiri dalam pelatihan. Inilah yang disebut Walk the Talk, menerapkan sendiri apa yang kita ajarkan. 2. Beberapa hal penting sebagai panduan: a. Memulai suatu sesi dengan mantap dan suara cukup lantang. b. Gunakan sikap yang simpatik, ramah, bersahabat, dan menyenangkan. c. Tunjukkan gaya yang serius namun tetap santai. d. Gunakan bahasa tubuh yang menarik: i. Berdiri tegak ii. Kepalkan tangan Anda saat menunjukkan semangat. iii. Tunjukkan ekspresi perasaan pada muka Anda saat berbicara hal yang menunjukkan perasaan: gembira, sedih, prihatin, dan sebagainya. e. Berbicara dengan intonasi yang menarik. Untuk mengesankan suatu hal menjadi penting, rendahkan suara dengan mimik cukup serius. 3. Peka terhadap bahasa tubuh peserta yang menunjukkan perasaan jenuh, bosan atau ngantuk. 4. Sesekali ajukan pertanyaan sederhana (persoalan yang mudah saja) dengan tujuan mendapatkan/mempertahankan perhatian, bukan untuk menguji pengetahuan. Apapun jawaban peserta bukan hal yang penting, sebab yang terpenting adalah mengembalikan perhatian mereka ke sesi. 5. Secara alami peserta akan terpecah perhatiannya karena kepenatan duduk dalam menyimak suatu sesi, untuk itu sangat disarankan fasilitator siap untuk menggunakan ice breaker/energizer agar kembali segar.

37 xxxvii 6. Penggunaan humor yang sesuai dengan ikon juga bisa mengusir kejenuhan dan mempertahankan perhatian peserta. Namun jangan sampai seorang fasilitator berubah peran menjadi pelawak atau penghibur. Humor semata-mata hanyalah bumbu penyedap atau bagian dari suatu teknik metafor yang berguna dalam mengarahkan suatu makna. TOLOK UKUR KINERJA 1. Banyaknya pertanyaan dari peserta selama sesi atau setelah sesi menunjukkan Anda berhasil menumbuhkan minat peserta. Utamanya jika pertanyaan itu berupa: a. Pertanyaan pendalaman atas apa yang Anda jelaskan. b. Pertanyaan aplikasi pada suatu kasus tertentu. c. Pertanyaan mengenai penerapan di luar konteks yang diajarkan. 2. Banyaknya pertanyaan yang mempertanyakan pengetahuan Anda atau meragukan apa yang Anda sampaikan, hal itu menunjukkan belum terjadinya proses penerimaan dari peserta kepada Anda atau modul. 3. Minat dan semangat yang ditunjukkan peserta selama sesi berlangsung mengindikasikan keberhasilan Anda membangun suasana partisipatif dan membangkitkan daya tarik. 4. Di luar sesi pelatihan, banyaknya peserta yang menggunakan jargon-jargon, komentar dan sebagainya mengindikasikan adanya internalisasi suatu konsep. 5. Ketepatan waktu kehadiran peserta menunjukkan bahwa peserta sudah meletakkan prioritas yang tinggi pada sesi dan bisa membayangkan manfaatnya. 6. Memonitor proses hearing secara langsung akan dapat membantu Anda menilai sejauh mana akuisisi skill knowlege dan attitude sudah terjadi pada peserta.

38 xxxviii

Panduan Pelatihan Advokasi

Panduan Pelatihan Advokasi Panduan Pelatihan Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif Pendekatan Neuro Linguistic Programming (NLP) Unicef 1 DAFTAR ISI Hal. Kata Pengantar 1 Tim Penyusun Daf tar Isi Pendahuluan Mengapa perlu buku

Lebih terperinci

PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF

PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF 18 PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF TUJUAN Mengalami hearing dalam situasi yang sebenarnya. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk mendukung penyusunan PERDA. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk perbaikan

Lebih terperinci

Praktak Hearing Dengan Eksekutif

Praktak Hearing Dengan Eksekutif MODUL 18 Praktak Hearing Dengan Eksekutif TUJUAN Mengalami hearing dalam situasi yang sebenarnya. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk mendukung penyusunan PERDA. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk

Lebih terperinci

PERUMUSAN ISU STRATEGIS. 120 menit

PERUMUSAN ISU STRATEGIS. 120 menit 05 PERUMUSAN ISU STRATEGIS TUJUAN Menunjukkan bahwa isu tidak tersedia dalam bentuk jadi sehingga harus dipilih dan diolah. Menunjukkan bagaimana mengembangkan isu strategis dengan mendayagunakan daftar

Lebih terperinci

PENGANTAR. Halaman 2 dari 10 halaman

PENGANTAR. Halaman 2 dari 10 halaman PRE WORKSHOP KIT WORKSHOP ADVOKASI PENCATATAN / AKTA KELAHIRAN (Atau isu lain) Advokasi persuasif dengan pendekatan NLP Nama Kota Tanggal Bulan Tahun Halaman 1 dari 10 halaman PENGANTAR SELAMAT!!! Anda

Lebih terperinci

REVIEW HASIL HEARING DENGAN EKSEKUTIF

REVIEW HASIL HEARING DENGAN EKSEKUTIF 19 REVIEW HASIL HEARING DENGAN EKSEKUTIF TUJUAN Menggali fakta-fakta selama hearing. Mengidentifikasi faktor yang menunjang keberhasilan dan faktor yang masih perlu ditingkatkan dalam melakukan hearing.

Lebih terperinci

Perumusan Isu Strategis

Perumusan Isu Strategis MODUL 5 Perumusan Isu Strategis TUJUAN Menunjukkan bahwa isu tidak tersedia dalam bentuk jadi sehingga harus dipilih dan diolah. Menunjukkan bagaimana mengembangkan isu strategis dengan mendayagunakan

Lebih terperinci

Pembahasan Negosiasi

Pembahasan Negosiasi MODUL 7 Pembahasan Negosiasi TUJUAN Mengenali tahap-tahap negosiasi. Mampu mempersiapkan negosiasi, mencari informasi, merumuskan siapa lawan. Membedakan negosiasi dan lobby. Melihat kesamaan tahap-tahap

Lebih terperinci

Review Hasil Hearing Dengan Eksekutif

Review Hasil Hearing Dengan Eksekutif MODUL 19 Review Hasil Hearing Dengan Eksekutif TUJUAN Mengga li fakta-fakta selama hearing. Mengidentifikasi faktor yang me nunjang keberhasilan dan faktor yang masih perlu ditingkatkan dalam melakukan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TINDAK LANJUT (RKTL)

RENCANA KERJA TINDAK LANJUT (RKTL) 22 RENCANA KERJA TINDAK LANJUT (RKTL) TUJUAN Memahami prinsip SMART dan WFO dalam perumusan rencana kerja tindak lanjut. Membuat Rencana Kerja sebagai Tindak Lanjut Kegiatan. Advokasi untuk mengawal hasil

Lebih terperinci

90 menit MENGEMAS ISU ANAK DENGAN FRAMING DAN REFRAMING TUJUAN PERKIRAAN WAKTU PERLENGKAPAN

90 menit MENGEMAS ISU ANAK DENGAN FRAMING DAN REFRAMING TUJUAN PERKIRAAN WAKTU PERLENGKAPAN 10 MENGEMAS ISU ANAK DENGAN FRAMING DAN REFRAMING TUJUAN Berlatih cara memberi makna (frame & reframe) pada isu tentang Anak. Menerapkan keterampilan framing & reframing dalam rangka advokasi. PERKIRAAN

Lebih terperinci

90 menit DIALOG DENGAN NARASUMBER TUJUAN PERKIRAAN WAKTU PERLENGKAPAN

90 menit DIALOG DENGAN NARASUMBER TUJUAN PERKIRAAN WAKTU PERLENGKAPAN 04 DIALOG DENGAN NARASUMBER TUJUAN Memahami isu secara lebih mendalam dengan berdialog bersama pakar. Mendapatkan data-data akademis yang dibutuhkan untuk proses advokasi dengan cara menggalinya dari pakar.

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)

Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) MODUL 22 Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) TUJUAN Memahami prinsip SMART dan WFO dalam perumusan rencana kerja tindak lanjut. Membuat Rencana Kerja sebagai Tindak Lanjut Kegiatan. Advokasi untuk mengawal

Lebih terperinci

Dialog Dengan Narasumber

Dialog Dengan Narasumber MODUL 4 Dialog Dengan Narasumber TUJUAN Memahami isu secara lebih mendalam dengan berdialog bersama pakar. Mendapatkan data-data akademis yang dibutuhkan untuk proses advokasi dengan cara menggalinya dari

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN LAIN BAGAN ARUS ADVOKASI TERPADU

BAGIAN-BAGIAN LAIN BAGAN ARUS ADVOKASI TERPADU 21 BAGIAN-BAGIAN LAIN BAGAN ARUS ADVOKASI TERPADU TUJUAN Meninjau ulang bagan Alur Advokasi Terpadu secara keseluruhan. Mempelajari keterkaitan antar masing-masing komponen yang ada. Mempelajari komponen-komponen

Lebih terperinci

BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR. Mengapa Awal Suatu Pelatihan Sangat Penting. 2. Gaining trust. 3. Icebreaking

BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR. Mengapa Awal Suatu Pelatihan Sangat Penting. 2. Gaining trust. 3. Icebreaking BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR Mengapa Awal Suatu Pelatihan Sangat Penting Seorang fasilitator yang berpengalaman sudah pasti akan menginvestasikan waktu dan tenaganya untuk memastikan awal suatu pelatihan

Lebih terperinci

60 menit tahun. Misi: Kesetaraan Gender. Subjek. Hasil Belajar. Persiapan. Total waktu:

60 menit tahun. Misi: Kesetaraan Gender. Subjek. Hasil Belajar. Persiapan. Total waktu: Misi: Kesetaraan Gender P1 Misi: Kesetaraan Gender Freida Pinto Aktris Subjek Geografi, Sains, Pemahaman Bahasa Hasil Belajar Untuk mengetahui definisi kesetaraan gender Untuk mengeksplorasi beberapa penyebab

Lebih terperinci

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK 00 LATAR BELAKANG Social Mapping, Pemetaan Sosial atau Pemetaan Masyarakat yang dilakukan oleh anak dimaksudkan sebagai upaya anak menyusun atau memproduksi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN KEGIATAN KONFERENSI FORUM ANAK JAWA TENGAH TAHUN 2015 I. PENDAHULUAN

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN KEGIATAN KONFERENSI FORUM ANAK JAWA TENGAH TAHUN 2015 I. PENDAHULUAN KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN KEGIATAN KONFERENSI FORUM ANAK JAWA TENGAH TAHUN 2015 I. PENDAHULUAN Forum Anak Jawa Tengah (FAN ) telah dibentuk sejak tahun 2009 sebagai wadah bagi anak di tingkat Provinsi

Lebih terperinci

PB 2. Undang-undang Desa dan Promosi Inklusi Sosial

PB 2. Undang-undang Desa dan Promosi Inklusi Sosial PB 2 Undang-undang Desa dan Promosi Inklusi Sosial SPB 2.1. Inklusi Sosial Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan konsep dasar, prinsip dan indikator inklusi sosial 2.

Lebih terperinci

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3 UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGJAR UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGAJAR Pendahuluan Persiapan dan praktik mengajar adalah salah satu unit yang penting dalam setiap tahapan pelatihan. Unit ini memberikan

Lebih terperinci

INFORMASI PRA KEGIATAN PELATIHAN PEKERTI DAN AA

INFORMASI PRA KEGIATAN PELATIHAN PEKERTI DAN AA INFORMASI PRA KEGIATAN PELATIHAN PEKERTI DAN AA Contact Person : Matari 085230063681 Agung 085259128331 Santi 082132313221 PELAKSANA KEGIATAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI LINGKUNGAN KOPERTIS WILAYAH VII

Lebih terperinci

MODUL 15. Simulasi Hearing. TUJUAN Menguj i coba pemahaman tentang mekanisme hearing. Memperbaiki kekurangan dalam melakukan persiapan hearing.

MODUL 15. Simulasi Hearing. TUJUAN Menguj i coba pemahaman tentang mekanisme hearing. Memperbaiki kekurangan dalam melakukan persiapan hearing. MODUL 15 Simulasi Hearing TUJUAN Menguj i coba pemahaman tentang mekanisme hearing. Memperbaiki kekurangan dalam melakukan persiapan hearing. PERKIRAAN WAKTU 120 menit PERLENGKAPAN Daftar Periksa Hearing

Lebih terperinci

Bagian-bagian Lain Bagan Arus Advokasi Terpadu

Bagian-bagian Lain Bagan Arus Advokasi Terpadu MODUL 21 Bagian-bagian Lain Bagan Arus Advokasi Terpadu TUJUAN Meninjau ulang bagan Alur Advokasi Terpadu secara keseluruhan. Mempelajari keterkaitan antar masing-masing komponen yang ada. Mempelajari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik.

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik. UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? (Unit 7 ini khusus untuk Pelatihan Fasilitator) UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? Pendahuluan Guru seringkali mengalami kesulitan

Lebih terperinci

Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT)

Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) Disampaikan pada perkuliahan Pengembangan Masyarakat di FKM USU Senin/Tanggal 26 Mei 2014. Pelaksanaan FGD/DKT perlu

Lebih terperinci

Mengemas Isu Anak dengan Framing dan Reframing

Mengemas Isu Anak dengan Framing dan Reframing MODUL 10 Mengemas Isu Anak dengan Framing dan Reframing TUJUAN Berlatih cara memberi makna (frame & reframe) pada isu t entang Anak. Menerapkan keterampilan framing & reframing dalam rangka advokasi. PERKIRAAN

Lebih terperinci

LOKAKARYA KESLING DESA

LOKAKARYA KESLING DESA MODUL: LOKAKARYA KESLING DESA I. DESKRIPSI SINGKAT U ntuk mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat harus memperhatikan lokasi, kualitas tanah dan air tanah, kualitas udara ambien, kebisingan, getaran

Lebih terperinci

Setelah mengikuti sesi ini, pengawas diharapkan mampu: Mengenali pelaksanaan supervisi yang lebih baik

Setelah mengikuti sesi ini, pengawas diharapkan mampu: Mengenali pelaksanaan supervisi yang lebih baik UNIT 5a PENDAMPINGAN UNIT 5a PENDAMPINGAN Pendahuluan Pengawas Mata Pelajaran (selanjutnya disebut Pengawas) mempunyai posisi dan peran yang sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Pengawas adalah

Lebih terperinci

MANAJEMEN KELAS RAHMA WIDYANA

MANAJEMEN KELAS RAHMA WIDYANA MANAJEMEN KELAS RAHMA WIDYANA PRINSIP DASAR bagi TRAINER dalam Experiential Learning Memiliki pemahaman yang MENYELURUH tentang konsep Experiential learning / Adult learning Memberi kesempatan bagi trainee

Lebih terperinci

T BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2013

T BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2013 NOMOR 5 T BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2013 SERI E TENTANG RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2010-2015

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN/ PENDAMPINGAN

PEMBELAJARAN/ PENDAMPINGAN 1 125 1 126 Metode-metode pembelajaran seperti yang ditampilkan dalam tabel di bawah ini, biasa digunakan dalam pelatihan atau kegiatan pendampingan kelompok belajar mandiri desa (KBMD) seperti yang dipaparkan

Lebih terperinci

PRAKTEK HEARING DENGAN LEGISLATIF

PRAKTEK HEARING DENGAN LEGISLATIF 16 PRAKTEK HEARING DENGAN LEGISLATIF TUJUAN Mengalami hearing dalam situasi yang sebenarnya. Menghasilkan komitmen Legislatif untuk penyusunan Perda. Mendapatkan komitmen aksi yang spesifik terutama dari

Lebih terperinci

MODUL 1 PERUBAHAN POLA PIKIR & KARAKTER A. SUB POKOK BAHASAN Memahami Peran Kekuatan Pikiran dan dalam menjadi Pengusaha B. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VII F DI SMP NEGERI I BULU SUKOHARJO

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP I. LATAR BELAKANG Salah satu prioritas pembangunan saat ini adalah penanggulangan kemiskinan dengan target pada tahun 2009,

Lebih terperinci

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Fasilitasi menjelaskan proses membawa satu kelompok melalui cara pembelajaran, atau berubah dengan cara yang mendorong semua anggota kelompok tersebut, untuk berpartisipasi.

Lebih terperinci

PB 10. Peran dan Komitmen Tenaga Ahli Pendampingan Implementasi UU Desa

PB 10. Peran dan Komitmen Tenaga Ahli Pendampingan Implementasi UU Desa PB 10 Peran dan Komitmen Tenaga Ahli Pendampingan Implementasi UU Desa 1 SPB 10.1. Kecakapan Komunikasi Sosial Tenaga Ahli Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu: 1. Memahami kecakapan

Lebih terperinci

Pelatihan Pendidik Pengobatan

Pelatihan Pendidik Pengobatan Yayasan Spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan Latar Belakang Kami di Spiritia sering diminta menjadi penyelenggara pelatihan Pendidik Pengobatan untuk kelompok dukungan sebaya atau organisasi lain. Walaupun

Lebih terperinci

DASAR PRESENTASI. Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik.

DASAR PRESENTASI. Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik. DASAR PRESENTASI PERSIAPAN Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik. Persiapan Dasar Persiapan yang baik bisa dimulai dengan menganalisis tiga faktor di bawah ini: - pada acara apa kita

Lebih terperinci

LOKA LATIH PATEN PELATIHAN BAGI APARATUR DAERAH DLM RANGKA PENERAPAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN)

LOKA LATIH PATEN PELATIHAN BAGI APARATUR DAERAH DLM RANGKA PENERAPAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) LOKA LATIH PATEN PELATIHAN BAGI APARATUR DAERAH DLM RANGKA PENERAPAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) 2 UNTUK MEMBERIKAN TUJUAN PEMAHAMAN KEPADA APARATUR DI DAERAH TERKAIT DENGAN PENERAPAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan. (Sasaran Tahun 2016: 60 Kab/Kota) PENGASUHAN POSITIF

MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan. (Sasaran Tahun 2016: 60 Kab/Kota) PENGASUHAN POSITIF MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran Tahun 2016: 60 Kab/Kota) PENGASUHAN POSITIF Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan

Lebih terperinci

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT Modul Pelatihan MODUL MP-1 BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC) I. DESKRIPSI SINGKAT Dalam suatu pelatihan terutama pelatihan dalam kelas, bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Keberhasilan pelayanan kesejahteraan sosial bagi kesejahteraan anak, sangat ditentukan oleh pemahaman petugas atau pekerja sosial anak terhadap perkembangan dan

Lebih terperinci

MODUL GENDER UNTUK ANAK

MODUL GENDER UNTUK ANAK MODUL GENDER UNTUK ANAK PENGANTAR Kesadaran dan pola pikir manusia di bentuk pada usia dini melalui pola asuh, pola didik dan pola tingkah laku. Pola diskriminasi terhadap perempuan adalah merupakan salah

Lebih terperinci

PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG =====================================================

PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG ===================================================== Lampiran PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG ===================================================== TRANSKRIP HASIL WAWANCARA 1. Apakah arti penting

Lebih terperinci

MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF

MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF Pengertian dan Manfaat Media belajar adalah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang jenis dan bentuknya bermacam macam. Dalam menyiapkan dan merancang media

Lebih terperinci

WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IV WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN WORKSHOP ANALISIS DATA 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II Modul PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Modul Pelatihan Praktik

Lebih terperinci

USAID DBE3 Life Skills for Youth 29

USAID DBE3 Life Skills for Youth 29 Sesi 1 Apakah Kita Mengenal Peserta Pelatihan Sebagai Pelajar Dewasa? Pendahuluan Seorang fasilitator pelatihan yang efektif harus tahu peserta pelatihan yang ia hadapi. Peserta pelatihan bukan hanya sekedar

Lebih terperinci

KETERAMPILAN NEGOSIASI

KETERAMPILAN NEGOSIASI MODUL 04 KETERAMPILAN NEGOSIASI 10 JP ( 450 menit) Pengantar Modul keterampilan negosiasi dibahas dengan tujuan agar peserta pelatihan memahami dan terampil melakukan negosiasi. Standar Kompetensi Memahami

Lebih terperinci

TEKNIK PENGGUNAAN MEDIA SAAT MEMFASILITASI PEMBELAJARAN

TEKNIK PENGGUNAAN MEDIA SAAT MEMFASILITASI PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN 1 43 1 44 BAB 2 Teknik Penggunaan Media Saat Memfasilitasi Pembelajaran BERDASAR MODEL KOMUNIKASI Media Komunikasi Konvensional Media adalah saluran ( medium ) untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif

Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif Disampaikan pada: Lokakarya Membangun Pemahaman dan Komitmen Bersama Tanggung-gugat gugat Tata Pemerintahan Desa yang Baik/ Good Village

Lebih terperinci

MODUL 20. Mengatasi Keberatan TUJUAN

MODUL 20. Mengatasi Keberatan TUJUAN MODUL 20 Mengatasi Keberatan TUJUAN Menerima keberatan sebagai bagian dari proses advokasi. Memahami k eberatan sebagai bentuk minimal dari penerimaan dan bukan sebagai antitesis dari penerimaan. Mengerti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

SEMINAR LABORATORIUM KEPEMIMPINAN DIKLAT PIM IV

SEMINAR LABORATORIUM KEPEMIMPINAN DIKLAT PIM IV SEMINAR LABORATORIUM KEPEMIMPINAN DIKLAT PIM IV Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat; Rencana Pembelajaran; Bahan Ajar; Bahan Tayang. PUSDIKMIN LEMDIKLAT http://www.pusdikmin.com Diklat Kepemimpinan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PENTING

LAMPIRAN 1 SURAT PENTING LAMPIRAN 1 SURAT PENTING 34 35 LAMPIRAN II PERANGKAT PEMBELAJARAN 36 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu Pertemuan : MTs MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN

PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN Pebruari 2013 Modul Pelatihan Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development

Lebih terperinci

Fighting Inequality for Better Growth

Fighting Inequality for Better Growth Panduan Sesi IDF 2017 Indonesia Development Forum 2017 Fighting Inequality for Better Growth Jakarta, 9-10 August 2017 PANDUAN SESI IDF 2017 Daftar Isi 1. Pembagian acara a. Sesi pleno b. Sesi parallel

Lebih terperinci

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Komunikasi verbal atau lisan yang efektif tergantung pada sejumlah faktor dan tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari kecakapan antarpribadi yang penting lainnya seperti komunikasi

Lebih terperinci

Mata Diklat : BUILDING LEARNING COMMITMENT Nama Diklat : Diklat Fungsional Nutrisionis Jenjang Ahli

Mata Diklat : BUILDING LEARNING COMMITMENT Nama Diklat : Diklat Fungsional Nutrisionis Jenjang Ahli Mata Diklat : BUILDING LEARNING COMMITMENT Nama Diklat : Diklat Fungsional Nutrisionis Jenjang Ahli Fasilitator : Dr. LILIN BUDIATI SH.MM lilinbudiati@yahoo.com PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

267 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator LAMPIRAN

267 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator LAMPIRAN 267 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator LAMPIRAN 268 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator 269 Sekilas NLP SEJARAH NLP Sejarah NLP (Neuro Linguistic Programming) bermula di California pada awal 1972 ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL

DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL Jl. Merdeka No. 54 Telp. (0719) 22272 TANJUNGPANDAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERINDAGKOP DAN PM KABUPATEN BELITUNG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan observasi peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten Batang Hari,

Lebih terperinci

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita 306.874 3 Ind p Departemen Kesehatan Republik Indonesia PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita Untuk Petugas Kesehatan BUKU PANDUAN PESERTA DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN

Lebih terperinci

PB 5. Pembangunan Desa Dan Partisipasi Masyarakat

PB 5. Pembangunan Desa Dan Partisipasi Masyarakat PB 5 Pembangunan Desa Dan Partisipasi Masyarakat SPB 5.1 Peran Masyarakat Dalam Musyawarah Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan Musyawarah Desa sebagai bentuk

Lebih terperinci

PB 1. Visi Undang-undang Desa

PB 1. Visi Undang-undang Desa PB 1 Visi Undang-undang Desa SPB 1.1. Visi Perubahan Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan visi UU Desa tentang perubahan desa yang maju, kuat, mandiri, berkeadilan

Lebih terperinci

public speaking in an easy way! disusun oleh : Ivany L. Goutama Universitas Tarumanagara Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2

public speaking in an easy way! disusun oleh : Ivany L. Goutama Universitas Tarumanagara Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2 public speaking in an easy way! disusun oleh : Ivany L. Goutama Universitas Tarumanagara Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2 Public Speaking Keahlian berbicara di depan umum (public

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Guru

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Guru LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Guru RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ semester Alokasi waktu : SLB-A Dria Adi Semarang : Matematika : II (dua)

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Latar Belakang Sejak pertama kali kasus HIV ditemukan di Indonesia

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN Oleh : Harmini Sudjiman Widyaiswara Pusat Diklat Kehutanan Abstrak Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang

Lebih terperinci

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II Modul II Praktik yang Baik di Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II - 3

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil kajian baik secara teoretik dan empirik ternyata bahwa,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil kajian baik secara teoretik dan empirik ternyata bahwa, BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil kajian baik secara teoretik dan empirik ternyata bahwa, Pertama, realisasi penerapan kurikulum Agama Islam di Sekolah Dasar Kota

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MENUMBUHKEMBANGKAN DAN MENGELOLA KREATIVITAS PENELITIAN

MENUMBUHKEMBANGKAN DAN MENGELOLA KREATIVITAS PENELITIAN MENUMBUHKEMBANGKAN DAN MENGELOLA KREATIVITAS PENELITIAN Oleh : Suhandoyo, MS *) (* Dosen FMIPA UNY, Makalah disampaikan dalam forum pembinaan karya tulis ilmiah mahasiswa Fak. Sains dan Teknologi, UIN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP) TAHUN 2012

STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP) TAHUN 2012 2012, No.766 8 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN TAHUN 2012 STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB II KEGIATAN PPL. a. Persiapan di Universitas Negeri Yogyakarta

BAB II KEGIATAN PPL. a. Persiapan di Universitas Negeri Yogyakarta BAB II KEGIATAN PPL A. KEGIATAN PPL Rangkaian kegiatan PPL dimulai sejak mahasiswa di kampus sampai di SMA Negeri 7 Purworejo. Penyerahan mahasiswa di sekolah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2014. Praktik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Modul 1 Pelatihan Strategi Pemenangan Pemilu Untuk Candidate Schools

Modul 1 Pelatihan Strategi Pemenangan Pemilu Untuk Candidate Schools Modul 1 Pelatihan Strategi Pemenangan Pemilu Untuk Candidate Schools Peserta : Capaian : Pelaksana : Catatan: (Maksimal 40 orang) terdiri atas: Pengurus dan anggota Partai Politik yang akan mencalonkan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. telah dilakukan terhadap anggota BKMT. Data yang akan disajikan adalah data

BAB III PENYAJIAN DATA. telah dilakukan terhadap anggota BKMT. Data yang akan disajikan adalah data BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini penulis akan menyajikan data berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap anggota BKMT. Data yang akan disajikan adalah data tentang tingkat kesadaran anggota

Lebih terperinci

MODUL 14. Strategi Hearing

MODUL 14. Strategi Hearing MODUL 14 Strategi Hearing TUJUAN Mempelajari mekanisme hearing. Menunjukka n perbedaan hearing dengan unjuk rasa. Memahami peran-peran yang harus ada dalam hearing. Mempersiapkan Press Conference dan Press

Lebih terperinci

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam Unit 8 gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam A. PENGANTAR Banyak upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

Minggu 9 : Mengapa & Bagaimana Saya Memberitahukan Kepada Orang Lain?

Minggu 9 : Mengapa & Bagaimana Saya Memberitahukan Kepada Orang Lain? Minggu 9 : Mengapa & Bagaimana Saya Memberitahukan Kepada Orang Lain? Tips Ceramah 1. Tujuan: Di akhir dari ceramah ini, tamu-tamu akan membagikan kesaksian pribadi kepada kelompok. 2. Poin utama dari

Lebih terperinci

BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN

BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN Pokok Bahasan Perkenalan dan Kontrak Belajar Langkah-langkah Fasilitasi Perkenalan Langkah-langkah Fasilitasi Kontrak Belajar Penulis Muchtadlirin Penyelia Tulisan Fahsin M.

Lebih terperinci

BAB II KEGIATAN PPL. a. Persiapan di Universitas Negeri Yogyakarta 1) Orientasi Pembelajaran Mikro

BAB II KEGIATAN PPL. a. Persiapan di Universitas Negeri Yogyakarta 1) Orientasi Pembelajaran Mikro BAB II KEGIATAN PPL A. KEGIATAN PPL Rangkaian kegiatan PPL dimulai sejak mahasiswa di kampus sampai di SMA Negeri 7 Purworejo. Penyerahan mahasiswa di sekolah dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2015.

Lebih terperinci

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGANALISIS TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE SMART LEARNING SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN Sri

Lebih terperinci

BAHAGIA BELAJAR BAHAGIA MINAT MEMBANGUN KARAKTER BELAJAR ANAK GENERASI PEMBELAJAR MANDIRI SEPANJANG HAYAT TUJUAN HIDUP MANUSIA

BAHAGIA BELAJAR BAHAGIA MINAT MEMBANGUN KARAKTER BELAJAR ANAK GENERASI PEMBELAJAR MANDIRI SEPANJANG HAYAT TUJUAN HIDUP MANUSIA BAHAGIA TUJUAN HIDUP MANUSIA BAHAGIA TUJUAN UTAMA PENDIDIKAN BELAJAR SALAH SATU KUNCI BAHAGIA MINAT MEMBANGUN KARAKTER BELAJAR ANAK GENERASI PEMBELAJAR MANDIRI SEPANJANG HAYAT Filosofi kata bimba Prosesnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

UNDANGAN PENGAJUAN MAKALAH

UNDANGAN PENGAJUAN MAKALAH Kementerian PPN/BAPPENAS UNDANGAN PENGAJUAN MAKALAH untuk dipresentasikan pada Konferensi Kemiskinan Anak dan Perlindungan Sosial Didukung oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), UNICEF

Lebih terperinci

Panduan Pelatihan. Kepemimpinan Perempuan

Panduan Pelatihan. Kepemimpinan Perempuan Panduan Pelatihan Kepemimpinan Perempuan Panduan Pelatihan Kepemimpinan Perempuan ISBN: 978-602-9230-06-2 @Women Research Institute, 2015 Penyusun Ayu Anastasia Edriana Noerdin Sekar Pireno KS Sita Aripurnami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang baik dan bermutu dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32 Sebelum melakukan pelatihan diperlukan penjajagan kebutuhan pelatihan kepada masyarakat, petani, petugas, kepala desa, dan instansi terkait dengan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa perlu memiliki kemahiran dan penguasaan yang baik, agar apa yang disampaikan melalui

Lebih terperinci