STATISTIK PENDIDIKAN JAWA TENGAH 2014 Hasil Susenas 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STATISTIK PENDIDIKAN JAWA TENGAH 2014 Hasil Susenas 2014"

Transkripsi

1 Katalog BPS : STATISTIK PENDIDIKAN JAWA TENGAH 2014 Hasil Susenas 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH

2

3

4 STATISTIK PENDIDIKAN JAWA TENGAH 2014 IS B N : No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : xviii halaman Naskah : Bidang Statistik Sosial Penyunting : Bidang Statistik Sosial Gambar Kulit : Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

5

6 GAMBARAN UMUM Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka Kurangnya pemerataan pendidikan, kurangnya kualitas pendidikan, kurangnya relevansi pendidikan, dan kurangnya efisiensi dan efektivitas manajemen pendidikan merupakan beberapa hal yang bisa menjadi faktor-faktor penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Kemudahan akses dari/ke sekolah merupakan indikator pemerataan fasilitas sarana pendidikan. Data Susenas 2014 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa pergi ke sekolah dengan tanpa kendaraan, terutama siswa yang masih duduk di bangku SD/MI. Hal ini menggambarkan jarak tempuh ke sekolah yang terjangkau. Internet yang merupakan salah satu media terbesar di dunia bisa digunakan sebagai pendorong majunya pendidikan masa depan. Namun ternyata lebih banyak siswa yang belum mengakses internet dibandingkan dengan yang sudah mengakses internet baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Meskipun demikian, persentase siswa yang sudah mengakses internet di daerah perkotaan lebih banyak daripada daerah perdesaan. Sebagian besar siswa SM/MA lebih banyak yang mengakses internet dibandingkan dengan siswa yang duduk di jenjang pendidikan SD/MI. SMP/MTs maupun PT. Sebagian besar siswa lebih banyak yang mengakses internet di warnet daripada menggunakan media/lokasi akses internet lainnya seperti di rumah sendiri, kantor, sekolah, menggunakan HP atau menggunakan fasilitas wifi. Biaya pendidikan yang dicakup dalam Susenas merupakan keseluruhan dana yang dikeluarkan oleh penduduk yang masih bersekolah untuk keperluan penyelenggaraan pendidikan. Jenis pengeluaran pendidikan terbesar yang dikeluarkan oleh rumah tangga baik di daerah perkotaan maupun perdesaan adalah uang sekolah (SPP) dan iuran BP3/POMG. Beasiswa merupakan bantuan keuangan yang bertujuan untuk meringankan beban biaya pendidikan. Rumah tangga dengan KRT laki-laki lebih banyak yang menerima beasiswa/bantuan pendidikan daripada rumah tangga dengan KRT perempuan. Rumah Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014 v

7 tangga penerima bantuan/beasiswa yang bersumber dari BSM (SD/MI, SMP/MTs, SM/MA, PT) lebih banyak dari beasiswa/bantuan yang bersumber selain dari BSM. Tingkat pendidikan suatu masyarakat ternyata mempengaruhi partisipasi anak yang mengikuti PAUD. Hal ini ditunjukkan dengan lebih banyaknya anak di daerah perkotaan yang sedang/pernah mengikuti pendidikan pra sekolah dibandingkan dengan di daerah perdesaan. Salah satu program yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk meningkatkan partisipasi sekolah masyarakat adalah dengan adanya program pendidikan gratis pada tingkat dasar. Namun pada kenyataannya, program yang dicanangkan oleh pemerintah tersebut belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Hal ini terlihat dari masih adanya penduduk usia 5 tahun ke atas yang belum/tidak pernah sekolah. Secara umum Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk yang tinggal di daerah perkotaan lebih tinggi dari penduduk yang tinggal di daerah perdesaan. Tidak jauh berbeda dengan nilai APS, persentase Angka Partisipasi Kasar (APK) di daerah perkotaan ternyata juga menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada APK di daerah perdesaan, kecuali pada jenjang SD/MI. Kesenjangan APK tersebut semakin besar seiring meningkatnya jenjang pendidikan. Sama halnya dengan pola yang terjadi pada APS dan APK, kesenjangan APM antara perkotaan dan perdesaan semakin terlihat pada jenjang PT. Sementara pada jenjang pendidikan SD/MI, APM tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan. Perbedaan nilai APS, APK, dan APM antara daerah perkotaan dan perdesaan ini menggambarkan bahwa kesempatan memperoleh pendidikan di Provinsi Jawa Tengah ternyata belum merata. Kesempatan penduduk di daerah perkotaan untuk menikmati pendidikan lebih besar daripada penduduk yang di daerah perdesaan. Hasil pembangunan pendidikan dapat dilihat antara lain melalui beberapa indikator seperti angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan alasan tidak/belum pernah sekolah/tidak sekolah lagi. Perkembangan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas di Povinsi Jawa Tengah dari tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pemerintah dalam melakukan program pemberantasan buta aksara memberikan hasil yang positif. Seiring dengan pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah, rata-rata lama sekolah penduduk Provinsi Jawa Tengah sudah mencapai 7,50 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Jawa Tengah sudah vi Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014

8 mengenyam pendidikan sampai dengan Kelas 1 SMP. Hal ini diperkuat dengan banyaknya persentase penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Tengah yang hanya menamatkan pendidikan tertingginya sampai dengan jenjang SD/MI. Hasil Susenas 2014 menunjukkan, sebagian besar penduduk Jawa Tengah yang tidak/belum pernah sekolah ataupun terpaksa berhenti bersekolah, disebabkan karena faktor tidak ada biaya. Mereka terpaksa berhenti bersekolah karena harus bekerja/mencari nafkah. Bagi penduduk perempuan, masih ada yang memilih untuk menikah dan mengurus rumah tangga daripada meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014 vii

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii GAMBARAN UMUM.... v DAFTAR ISI. ix DAFTAR TABEL. xi DAFTAR GAMBAR.. xiii DAFTAR TABEL LAMPIRAN xv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tujuan Sistematika Penyajian 3 BAB 2 METODOLOGI Sumber Data Ruang Lingkup Kerangka Sampel Pemilihan Sampel Keterwakilan Sampel Konsep dan Definisi Keterbatasan Data Metode Analisis.. 14 BAB 3 PENUNJANG PENDIDIKAN Sarana ke Sekolah Penggunaan Internet Biaya Pendidikan Beasiswa 23 BAB 4 PARTISIPASI PENDIDIKAN Pendidikan Anak Usia Dini Partisipasi Sekolah Angka Partisipasi Sekolah Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni 45 BAB 5 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah atau Tidak Bersekolah Lagi.. 61 DAFTAR PUSTAKA.. 65 LAMPIRAN TABEL.. 67 Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014 ix

10 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Persentase Siswa Usia 5 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Sarana Transportasi Rutin ke Sekolah dan Jenjang Pendidikan, Persentase Siswa Usia 5 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Kegiatan Mengakses Internet dan Jenjang Pendidikan, Persentase Siswa Usia 5 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Lokasi/Media Mengakses Internet dan Jenjang Pendidikan, Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Biaya Pendidikan menurut Tipe Daerah dan Jenis Pengeluaran Pendidikan, 2014 (Rupiah) Persentase Rumah Tangga yang Menerima Beasiswa/Bantuan Pendidikan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin KRT dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan KRT, Persentase Rumah Tangga Penerima Beasiswa menurut Tipe Daerah, Pendidikan Terakhir yang ditamatkan KRT, dan Sumber Beasiswa/Bantuan, Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Jenis Pendidikan Pra Sekolah dan Tipe Daerah, Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, Persentase Penduduk Usia 5-24 Tahun menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur, Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Persentase Penduduk Usia 7-18 Tahun yang Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi menurut Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Sekolah Lagi dan Tipe Daerah, Persentase Penduduk Usia 7-18 Tahun yang Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi menurut Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Sekolah Lagi dan Jenis Kelamin, Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014 xi

11 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 DAFTAR GAMBAR Persentase Siswa Usia 10 tahun ke Atas yang Mengakses Internet Selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenjang Pendidikan, Persentase Siswa Berusia 10 tahun ke Atas yang Mengakses Internet Selama Tiga Bulan Terakhir menurut Tipe Daerah dan Jenjang Pendidikan, Persentase Siswa Berusia 10 tahun ke Atas yang Mengakses Internet Selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, Gambar 4.1 Perkembangan Partisipasi Anak yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Kelompok Umur, Tahun Gambar 4.2 Persentase Anak Berusia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti PAUD menurut Kabupaten/Kota, Gambar 4.3 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Umur, Tahun 2012, 2013 dan Gambar 4.4 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia 7-12 Tahun menurut Kabupaten/Kota, Gambar 4.5 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia Tahun 39 menurut Kabupaten/Kota, 2014 Gambar 4.6 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang 41 Pendidikan, Tahun 2012, 2013, dan Gambar 4.7 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI menurut Kabupaten/Kota, Gambar 4.8 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs menurut Kabupaten/Kota, Gambar 4.9 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2012, 2013, dan Gambar 4.10 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI menurut Kabupaten/Kota, Gambar 4.11 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs menurut Kabupaten/Kota, Gambar 5.1 Perkembangan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Kelompok Umur, Gambar 5.2 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Kabupaten/Kota, Gambar 5.3 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin, Gambar 5.4 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota, Gambar 5.5 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Gambar 5.6 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Gambar 5.7 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, h t t p : / / j a t e n g. b p s Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014 xiii

12 DAFTAR TABEL LAMPIRAN Tabel 1 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 6.1 Tabel 6.2 Tabel 6.3 Tabel 7.1 Tabel 7.2 Tabel 7.3 Tabel 8.1 Tabel 8.2 Jumlah Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Tipe Daerah (ribuan), Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin (ribuan), 2014 (Perkotaan).. 68 Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin (ribuan), 2014 (Perdesaan) 69 Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin (ribuan), 2014 (Perkotaan+Perdesaan) 70 Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur (ribuan), 2014 (Perkotaan). 71 Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur (ribuan), 2014 (Perdesaan) 72 Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur (ribuan), 2014 (Perkotaan+Perdesaan). 73 Persentase Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur, 2014 (Perkotaan).. 74 Persentase Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur, 2014 (Perdesaan). 75 Persentase Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur, 2014 (Perkotaan+Perdesaan).. 76 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Biaya Pendidikan Tiap Bulan menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Pengeluaran, 2014 (Perkotaan) Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Biaya Pendidikan Tiap Bulan menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Pengeluaran, 2014 (Perdesaan) Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Biaya Pendidikan Tiap Bulan menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Pengeluaran, 2014 (Perkotaan+ Perdesaan) Persentase Anak Usia 0-6 Tahun menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Pendidikan Pra Sekolah, 2014 (Perkotaan) 80 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Pendidikan Pra Sekolah, 2014 (Perdesaan) 81 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Pendidikan Pra Sekolah, 2014 (Perkotaan+Perdesaan) 82 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Tipe Daerah, Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur, 2014 (Perkotaan).. 83 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Tipe Daerah, Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur, 2014 (Perdesaan).. 84 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Tipe Daerah, Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur, 2014 (Perkotaan+Perdesaan). 85 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur, 2014 (Laki-laki). 86 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014 xv

13 Pendidikan Pra Sekolah menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur, 2014 (Perempuan). 87 Tabel 8.3 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur, 2014 (Laki-laki+Perempuan) 88 Tabel 9.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Pendidikan Pra Sekolah, 2014 (Perkotaan). 89 Tabel 9.2 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Pendidikan Pra Sekolah, 2014 (Perdesaan) 90 Tabel 9.3 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Pendidikan Pra Sekolah, 2014 (Perkotaan+Perdesaan). 91 Tabel 10 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD menurut Kabupaten/Kota, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tabel Persentase Anak Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Sekolah, 2014 (Perkotaan, Laki-laki). 93 Tabel Persentase Anak Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Sekolah, 2014 (Perkotaan, Perempuan).. 94 Tabel Persentase Anak Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Sekolah, 2014 (Perkotaan, Laki-laki + Perempuan). 95 Tabel Persentase Anak Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Sekolah, 2014 (Perdesaan, Laki-laki). 96 Tabel Persentase Anak Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Sekolah, 2014 (Perdesaan, Perempuan). 97 Tabel Persentase Anak Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Sekolah, 2014 (Perdesaan, Laki-laki+Perempuan) 98 Tabel Persentase Anak Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Sekolah, 2014 (Perkotaan+Perdesaan, Laki-laki).. 99 Tabel Persentase Anak Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Sekolah, 2014 (Perkotaan+Perdesaan, Perempuan) Tabel Persentase Anak Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Sekolah, 2014 (Perkotaan+Perdesaan, Laki-laki Perempuan)... Tabel 12 Persentase Penduduk Usia 7-12 Tahun menurut Kabupaten/Kota, Partisipasi Sekolah dan Tipe Daerah, Tabel 13 Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Kabupaten/Kota, Partisipasi Sekolah dan Tipe Daerah, Tabel 14 Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Kabupaten/Kota, Partisipasi Sekolah dan Tipe Daerah, Tabel 15 Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Kabupaten/Kota, Partisipasi Sekolah dan Tipe Daerah, Tabel 16.1 Persentase Siswa Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan, 2014 (Perkotaan) Tabel 16.2 Persentase Siswa Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan, 2014 (Perdesaan). 107 Tabel 16.3 Persentase Siswa Usia 5 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan, 2014 (Perkotaan+Perdesaan) Tabel 17.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2014 (Perkotaan) Tabel 17.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2014 (Perdesaan) 110 xvi Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014

14 Tabel 17.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2014 (Perkotaan+Perdesaan) Tabel 18.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Dasar (SD/MI/Paket A) menurut Kabupaten/Kota, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Tabel 18.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs/Paket B) menurut Kabupaten/Kota, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Tabel 18.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Menengah (SMA/SMK/ MA/Paket C) menurut Kabupaten/Kota, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, Tabel 18.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (DI/DII/DIII/ DIV/S1/S2/S3) menurut Kabupaten/Kota, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, Tabel 19.1 Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar (SD/MI/Paket A) menurut Kabupaten/Kota, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, Tabel 19.2 Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs/Paket B) menurut Kabupaten/Kota, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, Tabel 19.3 Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Menengah (SMA/SMK/MA/ Paket C) menurut Kabupaten/Kota, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, Tabel 19.4 Angka Partisipasi Murni (APM) Perguruan Tinggi (DI/DII/DIII/ DIV/S1/S2/S3) menurut Kabupaten/Kota, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, Tabel 20.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Kabupaten/Kota, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin, 2014 (Perkotaan). 120 Tabel 20.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Kabupaten/Kota, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin, 2014 (Lanjutan) (Perkotaan). 121 Tabel 20.2 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Kabupaten/Kota, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin, 2014 (Perdesaan) Tabel 20.2 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Kabupaten/Kota, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin, 2014 (Lanjutan) (Perdesaan) Tabel 20.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Kabupaten/Kota, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin, 2014 (Perkotaan+Perdesaan). 124 Tabel 20.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Kabupaten/Kota, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin, 2014 (Lanjutan) (Perkotaan+Perdesaan). 125 Tabel 21.1 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/ Kota, Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Tipe Daerah, 2014 (Perkotaan) Tabel 21.2 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/ Kota, Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Tipe Daerah, 2014 (Perdesaan) 127 Tabel 21.3 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/ Kota, Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Tipe Daerah, 2014 (Perkotaan+Perdesaan) Tabel 22.1 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/ Kota, Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Jenis Kelamin, 2014 (Laki-laki) 129 Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014 xvii

15 Tabel 22.2 Tabel 22.3 Tabel 23 Tabel 24 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/ Kota, Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Jenis Kelamin, 2014 (Perempuan) 130 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/ Kota, Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Jenis Kelamin, 2014 (Laki-laki+Perempuan) Persentase Siswa Usia 10 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet selama Tiga Bulan Terakhir menurut Kabupaten/Kota dan Tipe Daerah, Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, Tabel 25.1 Angka Putus Sekolah dan Angka Melanjutkan menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan, 2014 (Laki-laki) Tabel 25.2 Angka Putus Sekolah dan Angka Melanjutkan menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan, 2014 (Perempuan) Tabel 25.3 Angka Putus Sekolah dan Angka Melanjutkan menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan, 2014 (Lakilaki+Perempuan) Tabel 26.1 Angka Putus Sekolah dan Angka Melanjutkan menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan, 2014 (Perkotaan) Tabel 26.2 Angka Putus Sekolah dan Angka Melanjutkan menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan, 2014 (Perdesaan) 138 Tabel 26.3 Angka Putus Sekolah dan Angka Melanjutkan menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan, 2014 (Perkotaan+Perdesaan) 139 xviii Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah masalah perekonomian, diantaranya adalah rendahnya pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, pengangguran, kesenjangan penghasilan, dan inflasi. Pada umumnya permasalahan perekonomian di Indonesia disebabkan oleh faktor-faktor seperti laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, ketidakseimbangan antara angkatan kerja dan kesempatan kerja, dan rendahnya tingkat pendidikan. Salah satu upaya pemerintah untuk menyelesaikan masalah perekonomian di Indonesia adalah dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Tugas utama pemerintah untuk mencapai target ini salah satunya adalah menyelesaikan permasalahan pendidikan. Kurangnya pemerataan pendidikan, kurangnya kualitas pendidikan, kurangnya relevansi pendidikan, dan kurangnya efisiensi dan efektivitas manajemen pendidikan merupakan beberapa hal yang bisa menjadi faktor-faktor penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Kurangnya pemerataan pendidikan,kualitas pendidikan, dan efisiensi dan efektivitas manajemen pendidikan merupakan faktor-faktor penyebab rendahnya kualiatas sumber daya manusia di Indonesia. Untuk mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, Negara menyelenggarakan program wajib belajar untuk pendidikan dasar. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar Statistik Pendidikan Jawa Tengah

17 menyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggungjawab untuk memberikan pendidikan minimal bagi warna negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Indikator-indikator yang merupakan ukuran-ukuran kuantitif yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan pendidikan antara lain angka partisipasi sekolah, angka partisipasi murni, angka melek huruf, dll. Memberikan gambaran secara rinci dan menyeluruh mengenai kondisi dan perkembangan dunia pendidikan di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu langkah pemerintah untuk mensinergikan programprogram pendidikan agar tepat sasaran antara lain dengan adanya program Pendidikan Untuk Semua (PUS). Sasaran program Pendidikan Untuk Semua (PUS) ini antara lain adalah Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Pemberantasan Buta Aksara, Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Kesetaraan dan Keadilan Gender, dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Untuk mengukur dan menentukan arah kebijakan pemerintah, khususnya dibidang pendidikan, saat ini, tidak hanya pemerintah di level pusat saja tetapi juga pemerintah daerah sudah semakin membutuhkan data yang terkait dengan pendidikan seperti angka partisipasi sekolah, angka partisipasi murni, angka melek huruf, dll. Indikator-indikator tersebut merupakan ukuran-ukuran kuantitif yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan pendidikan. Konsekuensi dari globalisasi teknologi informasi yang semakin terbuka dan serba cepat adalah semakin tingginya tuntutan terhadap kualitas data. Untuk itu BPS Provinsi Jawa Tengah dan segenap jajarannya telah melakukan upaya untuk dapat menyajikan data yang semakin akurat dan aktual. 1.2 Tujuan Maksud dan tujuan utama penyajian publikasi Statistik Pendidikan Jawa Tengah adalah untuk memberikan gambaran secara rinci dan menyeluruh mengenai kondisi dan perkembangan dunia pendidikan di Provinsi Jawa Tengah baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Kondisi dan perkembangan pendidikan dalam publikasi ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu : sarana dan prasarana pendidikan, partisipasi sekolah, dan hasil pembangunan pendidikan. 2 Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014

18 Secara keseluruhan, publikasi ini menyajikan data dan informasi dunia pendidikan yang sangat bermanfaat sebagai bahan pencerahan, monitor dan evaluasi kebijakan maupun program pembangunan di bidang pendidikan. Dalam jangka pendek, informasi yang disajikan dalam publikasi ini diharapkan dapat pula digunakan sebagai evaluasi penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar sesuai dengan target yang tertuang dalam UUD Tahun 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1.3 Sistematika Penyajian Bagian awal publikasi ini menyajikan abstraksi untuk memberikan gambaran ringkas dan menyeluruh kepada pembaca atas keseluruhan kandungan publikasi. Pembahasan utama dirinci ke dalam lima bab sesuai tema statistik pendidikan dengan sistematika sebagai berikut : Bab 1 berisi latar belakang penyusunan publikasi, tujuan dan sistematika penyajian. Bab 2 menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data yang mencakup sumber data, keterwakian sampel, konsep dan definisi, keterbatasan data, serta metode analisis. Bab 3 menyajikan pembahasan mengenai sarana dan prasarana pendidikan yang mencakup informasi umum tentang sarana ke sekolah, penggunaan internet, biaya pendidikan dan beasiswa/bantuan pendidikan. Bab 4 tentang partisipasi pendidikan yang meliputi pendidikan anak usia dini, partisipasi sekolah, serta pendidikan kesetaraan. Bab 5 membahas tentang hasil-hasil pembangunan pendidikan yang antara lain dicerminkan oleh angka melek Statistik Pendidikan Jawa Tengah

19 huruf, rata-rata lama sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan putus sekolah. Data-data pendidikan yang ditampilkan pada tingkat kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel-tabel lampiran. Penjelasan keterwakilan sampel disajikan dalam metodologi. 4 Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014

20 BAB 2 METODOLOGI 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam publikasi ini adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun Jenis data yang digunakan adalah : a. Data Kor Susenas Tahun 2014, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran makro mengenai pendidikan seperti sarana prasarana pendidikan, partisipasi pendidikan, dan hasil pembangunan pendidikan. b. Data Modul Konsumsi Tahun 2014, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran makro mengenai konsumsi rumah tangga terkait dengan pengeluaran rumahtangga untuk pendidikan. Susenas merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data sosial kependudukan yang cakupannya relatif sangat luas, meliputi keseluruhan aspek sosial dan ekonomi penduduk. BPS melaksanakan Susenas sejak tahun Dalam dua dekade terakhir, sampai dengan tahun 2010, pengumpulan data Susenas dibagi menjadi Kor (dilaksanakan setiap tahun) dan Modul (3 tahun sekali) yang meliputi Modul Konsumsi dan Pengeluaran, Modul Kesehatan dan Perumahan, serta Modul Sosial Budaya dan Pendidikan yang pelaksanaannya dilakukan secara bergantian. Pada tahun 2011 terjadi perubahan, pengumpulan data konsumsi dan pengeluaran dilakukan secara triwulanan (triwulan I-IV) yaitu bulan Maret, Juni, September, dan Desember bersamaan dengan Kor. Sumber data : Data Kor Susenas Tahun 2014; Data Modul Konsumsi Tahun Ruang Lingkup Pelaksanaan Susenas Kor 2014 mencakup rumah tangga sampel yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah, dimana setiap triwulan didistribusikan sebanyak rumah Statistik Pendidikan Jawa Tengah

21 tangga. Data hasil pencacahan Kor setiap triwulan hanya dapat disajikan untuk estimasi tingkat provinsi, sedangkan dari kumulatif pelaksanaan pencacahan Kor selama empat triwulan datanya dapat disajikan sampai dengan tingkat kabupaten/kota. Jumlah sampel selama setahun rumah tangga. Publikasi Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014 menampilkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun Untuk data tahun 2011, 2012, dan tahun 2013 menggunakan data backcasting dengan penimbang angka proyeksi penduduk hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, sehingga data yang disajikan pada publikasi ini berbeda dengan data yang tersaji pada Publikasi Statistik Pendidikan Jawa Tengah Tahun Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari tiga jenis, yaitu kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap pertama, kerangka sampel untuk penarikan tahap kedua dan kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap ketiga. Kerangka sampel pemilihan tahap pertama adalah daftar wilayah pencacahan (wilcah) SP2010 yang disertai dengan informasi banyaknya rumah tangga hasil listing SP2010 (Daftar RBL1). Kerangka sampel pemilihan tahap kedua adalah daftar blok sensus pada setiap wilcah terpilih. Kerangka sampel pemilihan tahap ketiga adalah daftar rumah tangga pada blok sensus terpilih yang telah dimutakhirkan menjelang pelaksanaan survei. Rumah tangga tidak termasuk rumah tangga khusus seperti panti asuhan, barak polisi/militer, dan penjara. 2.4 Pemilihan Sampel Jumlah sampel dalam 1 Blok Sensus sebanyak 10 rumah tangga. Metode sampling yang digunakan yaitu penarikan tiga tahap berstrata. Tahapan dari metode ini diuraikan sebagai berikut : Tahap pertama, memilih sampel wilcah secara pps (Probability Proportional to Size) dengan size banyaknya rumah tangga SP2010. Kemudian wilcah yang terpilih tersebut dialokasikan secara acak ke dalam 4 (empat) 6 Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014

22 triwulan. Keseluruhan sampel wilcah diambil sebanyak wilcah, masing-masing triwulanan sebanyak 688 wilcah. Tahap kedua, memilih BS pada setiap wilcah terpilih Susenas Triwulan I, II, III, dan IV. Tahap ketiga, dari setiap blok sensus terpilih Susenas yang sudah dilakukan pemutakhiran listing rumah tangga hasil Sensus Penduduk tahun 2010, dipilih sebanyak 10 rumah tangga secara sistematik. Pemilihan sampel rumah tangga di beberapa lokasi menggunakan program komputer yang telah disiapkan dari BPS Pusat setelah hasil pemutakhiran di entri. Pengumpulan data di setiap rumah tangga terpilih dilakukan wawancara langsung antara petugas pencacah dengan responden. Keterangan individu dikumpulkan melalui wawancara dengan individu yang bersangkutan, sedangkan keterangan tentang rumah tangga dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala rumah tangga, suami/istri kepala rumah tangga, atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik yang ditanyakan. 2.5 Keterwakilan Sampel Keterwakilan sampel dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu banyaknya sampel, kesalahan sampling (sampling error), dan kesalahan non sampling atau human errors (non sampling error). Keterwakilan sampel ini mempengaruhi estimasi hasil pendataan. (1) Banyaknya sampel Semakin banyak atau semakin besar jumlah sampel dalam suatu survei, maka estimasi yang dihasilkan akan semakin mendekati karakteristik populasinya. (2) Kesalahan non sampling (Non Sampling Error) Non sampling error merupakan kesalahan yang muncul pada saat pelaksanaan survei dan atau saat pengolahan data. Contoh dalam pelaksanaan survei : (i) Penggunaan konsep dan definisi yang salah oleh petugas akibat kesalahan penyampaian dari instruktur ke petugas pencacah maupun pengawas; (ii) Tidak ditemukannya rumah tangga sampel; Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung antara petugas pencacah dengan responden (rumah tangga terpilih). Banyaknya sampel, kesalahan sampling dan kesalahan non sampling mempengaruhi estimasi hasil pendataan. Statistik Pendidikan Jawa Tengah

23 (iii) Kesalahan pengertian antara responden dan petugas pencacah pada saat wawancara. Sedangkan kesalahan pada saat pengolahan : (i) Kesalahan pada saat perekaman data (entry data); (ii) Kesalahan editing dan coding. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan sejak perencanaan sampai dengan pelaksanaan pendataan yang bertujuan untuk memperkecil jenis kesalahan ini, namun kesalahan non sampling tidak dapat dihilangkan sama sekali serta sulit untuk dievaluasi secara statistik. (3) Kesalahan sampling (Sampling Error) Sampling error merupakan kesalahan yang muncul akibat dari penggunaan teknik sampling dalam suatu survei. Estimasi yang dihasilkan dalam survei tidak terlepas dari sampling variability. Secara statistik, besarnya sampling error dapat ditunjukkan oleh besarnya angka galat baku (standard error/se). Untuk mengukur sejauh mana sampel yang digunakan sudah cukup menggambarkan keadaan parameter populasi digunakan Relative Standard Error (RSE), yaitu hasil bagi SE dengan nilai estimasi suatu variabel, yang dinyatakan dalam persentase (%). 2.6 Konsep dan Definisi a) Tipe Daerah menggambarkan kelompok desa/kelurahan yang termasuk daerah perkotaan atau perdesaan. Penentuan suatu desa/kelurahan termasuk perkotaan atau perdesaan menggunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan) yang skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel, yaitu kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan akses ke fasilitas perkotaan. b) Blok Sensus adalah bagian dari desa/kelurahan yang merupakan daerah kerja dari seorang petugas pencacah 8 Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014

24 survei/sensus dengan pendekataan rumah tangga yang dilaksanakan BPS. c) Rumah Tangga Biasa dan Rumah Tangga Khusus Rumah Tangga Biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami atau tinggal bersama di sebagian atau seluruh bangunan fisik/bangunan sensus dan biasanya makan dari satu dapur. Yang dimaksud satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola menjadi satu. Beberapa orang yang bersamasama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa. Rumah Tangga Khusus adalah orang yang tinggal di asrama seperti asrama perawat, asrama mahasiswa dan asrama TNI/Polisi, panti asuhan, panti jompo, dan sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekost) berjumlah 10 orang atau lebih. d) Kepala Rumah Tangga (KRT) dan Anggota Rumah Tangga (ART) Kepala Rumah Tangga (KRT) adalah salah seorang dari Anggota Rumah Tangga (ART) yang bertanggungjawab atas pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT. Anggota Rumah Tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang pada waktu pencacahan berada di rumah tangga tersebut maupun yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan dan tidak berniat pindah. Tidak termasuk anggota rumah tangga yaitu orang yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih, atau kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah (akan meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih). Di sisi lain, orang yang telah 6 bulan atau lebih tinggal di rumah tangga yang sedang dicacah atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap Statistik Pendidikan Jawa Tengah

25 dianggap sebagai anggota rumah tangga dari rumah tangga yang sedang dicacah tersebut. e) Sarana pergi ke sekolah adalah sarana yang biasanya digunakan untuk pergi-pulang bersekolah. Sarana ini terdiri dari kendaraan umum, kendaraan pribadi, dan jalan kaki. f) Biaya pendidikan adalah semua biaya yang dikeluarkan atau seharusnya dikeluarkan, baik yang sudah dibayarkan maupun yang belum dibayarkan (berupa uang atau barang) untuk membiayai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan responden. g) Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi. Bantuan Pendidikan adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang bukan karena prestasi, baik berupa uang atau barang, seperti : Beasiswa Miskin, Bantuan Pendidikan dari PNPM (buku, sepatu, uang transport), beasiswa yang diperoleh karena tugas belajar dan sekolah ikatan dinas. Sumber beasiswa/bantuan pendidikan bisa berasal dari BSM (Bantuan Siswa Miskin; bantuan/beasiswa pemerintah lainnya; lembaga non pemerintah; sekolah maupun perorangan). h) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SM/MA/sederajat dan PT. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Paket A/B/C). Pendidikan formal maupun non formal yang dimaksud disini adalah yang berada dibawah pengawasan Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemdikbud) maupun kementerian lainnya. 10 Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014

26 i) Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. j) Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak/belum pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan, termasuk yang tamat Taman Kanak-kanak tetapi tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar. Masih bersekolah adalah apabila terdaftar dan aktif mengikuti proses belajar di suatu jenjang pendidikan formal dan non formal (Paket A, Paket B, dan Paket C), baik yang berada dibawah pengawasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Agama (Kemenag), Instansi Negeri lain maupun Instansi swasta. Tidak bersekolah lagi adalah pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal maupun non formal (Paket A/B/C), tetapi pada saat pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak lagi aktif. k) Partisipasi Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tertentu. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi penduduk yang masih bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Statistik Pendidikan Jawa Tengah

27 l) Angka Putus Sekolah (APTs) adalah proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang putus sekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. Angka Melanjutkan adalah proporsi penduduk pada kelompok umur tertentu yang telah tamat pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu dan melanjutkan bersekolah pada jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan kelompok umurnya terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. m) Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk kelompok umur tertentu yang dapat membaca dan menulis huruf Latin, huruf Arab, atau huruf Lainnya. n) Tamat sekolah adalah telah menyelesaikan pelajaran pada kelas/tingkat terakhir suatu jenjang pendidikan di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah. Seorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi jika ia mengikuti ujian dan lulus maka dianggap tamat. o) Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh seseorang, yang ditandai dengan sertifikat/ijazah. SD/MI meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah dan sederajat. SMP/MTs meliputi jenjang pendidikan SMP Umum, Madrasah Tsanawiyah, SMP Kejuruan dan sederajat. SM/MA meliputi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA) dan sederajat. PT meliputi jenjang pendidikan Diploma I/II/III, DIV/S1, S2/S3 dan sederajat. p) Alasan tidak/belum pernah/tidak bersekolah lagi : Tidak ada biaya, apabila responden atau keluarganya tidak mampu menyediakan biaya pendidikan. 12 Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014

28 Bekerja/mencari nafkah adalah bekerja dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan. Menikah/mengurus rumah tangga, apabila responden merasa sangat sibuk mengurus rumah tangga atau tidak pantas bersekolah setelah menikah/berkeluarga. Merasa pendidikan cukup, apabila responden menganggap bekal pendidikan yang dikuasai sudah cukup, dan tidak perlu lagi bersekolah ke kelas/tingkat/jenjang yang lebih tinggi. Belum cukup umur, apabila responden yang bersangkutan umurnya belum mencukupi untuk bersekolah. Malu karena ekonomi, apabila responden merasa malu karena keadaan ekonomi keluarga. Sekolah jauh, apabila responden menganggap jarak sekolah dengan tempat tinggal terlalu jauh, sehingga sukar untuk dicapai. Cacat, apabila responden menganggap dengan kecacatan yang dideritanya menjadi halangan bagi responden untuk bersekolah. Menunggu pengumuman, apabila responden sudah mendaftar sekolah namun belum ada pengumuman di terima atau tidak. Tidak diterima, adalah suatu keadaan dimana responden tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan di sekolah yang ia daftar, misalnya tidak lulus dalam ujian masuk. Lainnya, adalah alasan selain yang telah disebut diatas. Contoh : sakit atau pikiran tidak mampu, termasuk dikeluarkan dari sekolah. q) Mengakses internet adalah apabila seseorang meluangkan waktu untuk mengakses internet, sehingga ia dapat memanfaatkan atau menikmati fasilitas internet seperti : mencari literature/referensi, mencari/mengirim informasi/berita, komunikasi, /chatiing, dll. Statistik Pendidikan Jawa Tengah

29 2.7 Keterbatasan Data Keterbatasa data : Sumber data berasal dari data survei dengan sampel rumah tangga biasa. Survei-survei dengan pendekatan rumah tangga yang diselenggarakan BPS, termasuk Susenas hanya mencakup populasi yang tinggal di suatu rumah tangga biasa. Penduduk yang tinggal di rumah tangga khusus, seperti asrama, penjara dan sejenisnya tidak dicakup. 2.8 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis deskriptif satu atau dua sektor dengan penyajian data dalam bentuk tabel ulasan sederhana dan visualiasi berupa gambar/grafik untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya. Analisis yang disajikan disertai dengan analisis diferensial untuk melihat perbedaan pola serta gambaran antar daerah perkotaan dan perdesaan serta antar wilayah kabupaten/kota. Selain itu disertakan juga analisis tren dalam upaya memperoleh gambaran secara rinci mengenai perkembangan pendidikan selama beberapa periode waktu. Pada akhir publikasi ini dilengkapi pula dengan tabel lampiran untuk melihat data pada tingkat kabupaten/kota. 14 Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014

30 BAB 3 PENUNJANG PENDIDIKAN Dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, penyelenggara pendidikan berkewajiban untuk menyediakan penunjang pendidikan yang sesuai dengan standar nasional pendidikan. Mutu pendidikan nasional tidak dapat dilepaskan dari ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas dan merata. Sarana prasarana merupakan media atau alat material yang berperan dalam kegiatan belajar mengajar secara langsung. Selain itu maju tidaknya mutu pendidikan juga tidak terlepas dari faktor internal yang dimiliki dari setiap individu itu sendiri, seperti sarana transportasi yang digunakan menuju sekolah, kemampuan membayar biaya pendidikan, dan lain-lain. Gambaran faktor internal rumah tangga dalam upaya memperoleh pendidikan yang layak bagi seluruh warga negara akan dibahas pada bab ini, dimulai dari kemudahan penduduk dalam mengakses pendidikan baik dari aspek sarana ke sekolah, penggunaan internet, biaya pendidikan termasuk bantuan pendidikan yang diterima rumah tangga. Mutu pendidikan nasional tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas dan merata. 3.1 Sarana ke Sekolah Penunjang kegiatan pendidikan yang tidak kalah penting adalah sarana transportasi ke sekolah. Lokasi sekolah yang jauh dan sulit dijangkau dapat menjadi penghambat upaya peningkatan kualitas pengajaran peserta didik. Pembangunan sekolah diupayakan supaya terletak pada lokasi yang mudah dijangkau, atau tersedia sarana transportasi yang Kemudahan akses dari/ke sekolah merupakan indikator pemerataan fasilitas sarana pendidikan. Statistik Pendidikan Jawa Tengah

31 memadai. Kemudahan akses dari dan menuju ke sekolah dapat menjadi indikator pemerataan fasilitas sarana pendidikan. Tabel 3.1 Persentase Siswa Usia 5 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Sarana Transportasi Rutin ke Sekolah dan Jenjang Pendidikan, 2014 Sebagian besar siswa pergi ke sekolah tanpa kendaraan. Tipe Daerah/ Sarana Transportasi Rutin ke Sekolah Jenjang Pendidikan SD/MI SMP/MTs SM/MA PT Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) Perkotaan Tanpa Kendaraan 54,17 25,55 17,82 32,46 39,06 Kendaraan Pribadi 41,91 53,74 58,67 60,75 49,61 Kendaraan Umum 1,89 19,48 21,28 5,36 9,51 Kendaraan Dinas 0,06 0,19 0,00 0,35 0,11 Lainnya 1,97 1,04 2,23 1,08 1,71 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Perdesaan Tanpa Kendaraan 68,17 31,82 16,82 61,07 51,89 Kendaraan Pribadi 29,39 44,42 60,43 35,40 37,68 Kendaraan Umum 1,70 21,51 19,58 2,46 8,97 Kendaraan Dinas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Lainnya 0,74 2,25 3,17 1,07 1,46 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Perkotaan+Perdesaan Tanpa Kendaraan 62,02 29,01 17,35 43,09 45,83 Kendaraan Pribadi 34,89 48,60 59,50 51,34 43,31 Kendaraan Umum 1,78 20,60 20,48 4,28 9,22 Kendaraan Dinas 0,03 0,08 0,00 0,22 0,05 Lainnya 1,28 1,71 2,67 1,07 1,59 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa pergi ke sekolah tanpa kendaraan (45,83 persen). Dilihat berdasarkan jenjang pendidikan, sebagian besar siswa SD/MI (62,02 persen) pergi ke sekolah tanpa kendaraan, hal ini menggambarkan jarak tempuh ke SD/MI yang relatif dekat. Instruksi Presiden (Inpres) Tahun 1973 tentang pembangunan SD di setiap desa/kelurahan memudahkan masyarakat untuk menyekolahkan anak di sekitar daerah tempat tinggal. Pada jenjang SMP, SM dan PT sebagian besar siswanya pergi ke sekolah dengan menggunakan kendaraan pribadi dengan persentase masing-masing sebesar 48,60 persen, 59,50 persen, 51,34 persen. Sarana transportasi terbanyak yang digunakan oleh siswa di daerah perkotaan adalah kendaraan pribadi (49,61 persen). 16 Statistik Pendidikan Jawa Tengah 2014

32 Kondisi ini berbeda dengan di daerah perdesaan, dimana lebih banyak siswa yang tidak menggunakan kendaraan ketika menuju ke sekolah (51,89 persen). 3.2 Penggunaan Internet Sebelum adanya Internet, salah satu masalah yang dihadapi oleh pendidikan (di seluruh dunia) adalah akses kepada sumber informasi. Dengan adanya internet, kita bisa mengakses informasi sebanyak-banyaknya, baik informasi berupa artikel, gambar, ataupun video. Di era modern seperti saat ini, internet sudah menjadi salah satu media yang sangat penting bagi siapapun dalam memperluas wawasannya. Manfaat Internet sekarang sudah dapat dirasakan oleh berbagai kalangan. Manfaat Internet sebagai salah satu media terbesar di dunia bisa digunakan sebagai pendorong majunya pendidikan masa depan. Kehadiran internet bukanlah pengganti sistem pendidikan melainkan lebih bersifat penambah dan pelengkap. Selain memberikan manfaat bagi siswa, internet juga dapat memberikan dampak yang buruk. Hal ini dikarenakan internet tidak hanya menyajikan informasi-informasi positif saja, namun juga informasi-informasi yang bersifat negatif. Oleh karena itu penggunaan internet oleh siswa sebaiknya mendapat pengawasan dari orang tua maupun lingkungan sekitarnya. Tabel 3.2 memperlihatkan persentase siswa sekolah yang mengakses internet selama 3 bulan terakhir baik ketika dia mengakses internet di rumah sendiri, di warnet, di kantor, dengan menggunakan HP/ponsel, maupun mengakses dengan menggunakan modem portable. Internet merupakan salah satu media terbesar di dunia yang bisa digunakan sebagai pendorong majunya pendidikan masa depan. Secara umum, persentase siswa yang mengakses internet ternyata lebih sedikit (30,86 persen) dibandingkan dengan siswa yang tidak mengakses internet (69,14 persen). Adapun siswa di perkotaan lebih banyak yang sudah mengakses internet (40,18 persen) daripada di perdesaan (22,52 persen). Hal ini menunjukkan bahwa kesadaraan mengakses internet juga Statistik Pendidikan Jawa Tengah

PROFIL PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT 2014 ISBN : 978-602-1196-66-3 Nomor Publikasi : 13520.15.08 Katalog BPS : 4301003.13 Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : ix + 40 Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go w tp :// w ht.b p w.id s. go STATISTIK PENDIDIKAN 2012 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086 4566 Nomor Publikasi : 04220.1301 Katalog BPS : 4301002 Ukuran Buku

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

STATISTIK KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 2014 ISSN : 2355-2964 Katalog BPS : 2301104.51 Nomor Publikasi : 51521.1502 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 75 halaman Naskah : BPS Provinsi

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2013 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086-1028 2086-1028 Nomor Publikasi : 04220.140104220.1303 Katalog BPS : 41030084103008 Ukuran Buku : 29,7 Cm x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup:

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup: Penduduk: Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2013

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2013 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2014 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086-10282086-1028 2086-1028 Nomor Publikasi : 04220.1501 04220.140104220.1303 Katalog BPS : 4103008 41030084103008 Ukuran Buku

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2012

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2012 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2012 ABSTRAKSI Data yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan diantaranya adalah data

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2014

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2014 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2011 ISSN: 2086-1028 No. Publikasi/Publication Number: 04220.1201 Katalog BPS/BPS Catalogue: 4103008 Ukuran Buku/Book Size: 28 cm x 21 cm Jumlah Halaman/Pages: xxv + 190 halaman/pages

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2016

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2016 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2017

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2017 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II. KEADAAN UMUM...

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2013

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2013 ABSTRAKSI Sakernas dirancang khusus untuk mengumpulkan data yang dapat menggambarkan keadaan umum ketenagakerjaan. Sakernas Tahunan

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2012 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086-1028 Nomor Publikasi : 04220.1303 Katalog BPS : 4103008 Ukuran Buku : 21 Cm x 29,7 cm Jumlah Halaman : xxvi + 243 halaman

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2015

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2015 ABSTRAKSI Salah satu survei yang diselenggarakan oleh BPS secara rutin setiap tahun adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).

Lebih terperinci

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA : SOSIAL BUDAYA JENIS DATA : Pendidikan, Kebudayaan Nasional Pemuda dan Olahraga DATA SATUAN

Lebih terperinci

Survei Perlindungan Sosial (Suplemen Susenas 2013 Triwulan I), 2013

Survei Perlindungan Sosial (Suplemen Susenas 2013 Triwulan I), 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perlindungan Sosial (Suplemen Susenas 2013 Triwulan I), 2013 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

Penyusunan Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup, 2015

Penyusunan Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Penyusunan Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup, 2015 ABSTRAKSI Proses pembangunan seringkali dilakukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, tanpa mempertimbangkan aspek

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : Dinas Dikbudpora Tahun : 2016 PENDIDIKAN A. Pendidikan Umum * Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 1. Jumlah Sekolah * 249 Sekolah Ada Disdikbudpora 1). Taman Kanak-Kanak (TK)

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2014

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2014 ABSTRAKSI Sakernas dirancang khusus untuk mengumpulkan data yang dapat menggambarkan keadaan umum ketenagakerjaan. Sakernas tahunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

Survei Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Rencana Strategis Pembangunan Kampung di Provinsi Papua dan Papua Barat, 2013

Survei Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Rencana Strategis Pembangunan Kampung di Provinsi Papua dan Papua Barat, 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Rencana Strategis Pembangunan Kampung di Provinsi Papua dan Papua Barat, 2013 ABSTRAKSI Pemerintah Indonesia meluncurkan Program

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Modul Ketahanan Sosial, 2014

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Modul Ketahanan Sosial, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Modul Ketahanan Sosial, 2014 ABSTRAKSI Di tengah kompleksitas persoalan dunia saat ini, masyarakat semakin menaruh perhatian pada bagaimana

Lebih terperinci

Survei Migrasi Internasional dan Remitan, 2013

Survei Migrasi Internasional dan Remitan, 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Migrasi Internasional dan Remitan, 2013 ABSTRAKSI Migrasi Internasional dan remitan memegang peran yang penting bagi kondisi sosial ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data Bank

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD

Lebih terperinci

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2014

Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2014 ABSTRAKSI Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum (public well-being). Konsekuensinya,

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015 ABSTRAKSI Salah satu survei yang diselenggarakan oleh BPS secara rutin setiap tahun adalah

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2016 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 IKHTISAR DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2012 Alamat : JL. Jenderal Sudirman, Kompleks Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 217 217 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 216/217 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II.

Lebih terperinci

Survei Perilaku Peduli Lingkungan Hidup, 2013

Survei Perilaku Peduli Lingkungan Hidup, 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perilaku Peduli Lingkungan Hidup, 2013 ABSTRAKSI SPPLH 2013 adalah survei bertema lingkungan hidup dengan pendekatan rumah tangga. SPPLH merupakan wujud kepedulian BPS atas

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR) Laporan ditulis pada: January 28, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

w w :// tp ht.id.b ps.g o w STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2013 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086 1036 No. Publikasi : 04220.1402 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 29,7 cm x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2015 Nomor Publikasi : 35522.1604 Katalog BPS : 4301002.35 Naskah : Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat Bidang Statistik Sosial Gambar Kulit

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM 1 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM A. PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen

Lebih terperinci

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 IKHTISAR DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 KATA PENGANTAR Buku Saku Ikhtisar Data Pendidikan Tingkat Nasional ini disusun oleh Pusat Data dan

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon 2012 Kerjasama : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cirebon Dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 Modul (Gabungan)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 Modul (Gabungan) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 Modul (Gabungan) Laporan ditulis pada: November 29, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR) Laporan ditulis pada: December 14, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN INDONESIA STATISTIK PENDIDIKAN 2016 ISBN Nomor Publikasi Katalog Ukuran Buku : 978-602-438-036-6 : 04220.1605 : 4301008 : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman Naskah Diterbitkan oleh Dicetak

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR 5.1. Matriks Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif Berdasarkan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : Amanat undang-undang dasar 1945 1. Pembukaan Alinea IV: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

Lebih terperinci

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 Data dan Informasi (1) Data a. Data adalah fakta berupa angka, karakter, simbol, gambar, tanda-tanda, isyarat, tulisan,

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

w :// w tp ht w.id go.b ps. STATISTIK SOSIAL BUDAYA 2015 ISSN: 2086-4574 Nomor Publikasi: 04220.1601 Katalog: 4501001 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman: xxviii + 220 halaman Naskah: Sub Direktorat

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena

Lebih terperinci

INDIKATOR PENDIDIKAN KABUPATEN WAROPEN 2016

INDIKATOR PENDIDIKAN KABUPATEN WAROPEN 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN KABUPATEN WAROPEN 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN KABUPATEN WAROPEN 2016 Berdasarkan Hasil Susenas Kor 2016 No. Katalog/ Catalog Number : No. ISBN : No.Publikasi/ Publication Number : Ukuran

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... LOGO KANTOR PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:lambang_kabupaten_dan_kota_di_indonesia PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2012 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086-1036 Nomor Publikasi : 04220.1304 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 21 Cm x 29,7 cm Jumlah Halaman : xxv + 260 halaman

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

STATISTIK PENDIDIKAN 2006 Statistics of Education 2006 Survei Sosial Ekonomi Nasional National Socio-Economic Survey ISBN : No. Publikasi/ Publication Number : 04220. Katalog BPS/ BPS Catalogue : 4402.

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH Katalog BPS : 4302002.11 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH Katalog BPS : 4302002.11 INDIKATOR PENDIDIKAN PROVINSI ACEH 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH INDIKATOR PENDIDIKAN PROVINSI ACEH 2014

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go w tp :// w ht.b p w.id s. go STATISTIK PEMUDA PROVINSI RIAU 2010 ISSN: 2086-1028 No. Publikasi/Publication Number: 04220.1111 Katalog BPS/BPS Catalogue: 4103008.21 Ukuran

Lebih terperinci

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pendidikan nasional

Lebih terperinci

Survei Monitoring Dampak Krisis Bidang Ketenagakerjaan (SMDK-BK), 2014

Survei Monitoring Dampak Krisis Bidang Ketenagakerjaan (SMDK-BK), 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Monitoring Dampak Krisis Bidang Ketenagakerjaan (SMDKBK), 2014 ABSTRAKSI Untuk memantau atau memonitor dampak krisis global yang terjadi di indonesia khususnya di bidang ketenagakerjaan

Lebih terperinci

INDIKATOR PENDIDIKAN

INDIKATOR PENDIDIKAN Katalog BPS : 4302002.11 INDIKATOR PENDIDIKAN PROVINSI ACEH 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH Katalog BPS : 4302002.11 INDIKATOR PENDIDIKAN PROVINSI ACEH 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Lebih terperinci

ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN

ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, 2016 ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional

Lebih terperinci

PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/ /2021

PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/ /2021 PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/2013 2020/2021 SD SMP SM PT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/2013-2020/2021

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara (World Bank, 1980; Barro, 1998; Barro dan Sala-i-Martin, 2004). Beberapa peneliti

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019,

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN Untuk mengukur kinerja Kabupaten Barru, disusun indikator kinerja sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang meliputi: (1)

Lebih terperinci

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN No III. BIDANG PENDIDIKAN TABEL 3.1.a ANGKA PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN TAHUN 2015 KECAMATAN SD SLTP SLTA L P L + P L P L+P L P L+P 1.365 1.191 2.556

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2014 Triwulan 3, Modul Ketahanan Sosial

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2014 Triwulan 3, Modul Ketahanan Sosial Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2014 Triwulan 3, Modul Ketahanan Sosial Laporan ditulis pada: January 11, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci