INDIKATOR PENDIDIKAN KABUPATEN WAROPEN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR PENDIDIKAN KABUPATEN WAROPEN 2016"

Transkripsi

1 INDIKATOR PENDIDIKAN KABUPATEN WAROPEN 2016

2 INDIKATOR PENDIDIKAN KABUPATEN WAROPEN 2016 Berdasarkan Hasil Susenas Kor 2016 No. Katalog/ Catalog Number : No. ISBN : No.Publikasi/ Publication Number : Ukuran Buku/ Book Size: Jumlah Halaman/ Total Pages: Naskah/ Manuscript : Bidang Statistik Sosial/ Social Statistics Division : Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya : May be cited with reference to the source Indikator Pendidikan Kab.Waropen

3 PENULIS Penulis dan Pengolah Data : Muhammad Fajar, SST, M.Stat. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

4 KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Pendidikan Waropen adalah hasil pengolahan data primer yang dikumpulkan BPS Kabupaten Waropen melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional. Menyadari adanya berbagai keterbatasan yang ada, BPS Kab.Waropen terus berusaha menyediakan data, menerbitkan publikasi serta memberikan ulasan berbagai data hasil survey/sensus, supaya data yang disajikan lebih mudah dipergunakan bagi para pengguna. Selanjutnya Indikator Pendidikan Waropen ini, diharapkan dapat dipergunakan untuk penyusunan perencanaan program dan kebijakan pembangunan daerah di bidang pendidikan yang lebih mengantarkan kepada peningkatan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Kami menyadari bahwa publikasi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu diharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan penerbitan publikasi di masa yang akan datang. Akhirnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penerbitan publikasi ini dihaturkan terima kasih. Waropen, Maret 2017 Kepala BPS Kabupaten Waropen Wempi Howay, SE NIP Indikator Pendidikan Kab.Waropen

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR Hal iii iv vi vii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Sistematika Penulisan 10 BAB II METODOLOGI Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Konsep Definisi Indikator Pendidikan 15 BAB III PEMBAHASAN Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Pendidikan Persentase Penduduk Berusia Usia 10 Tahun Ke Atas Berdasarkan Pendidikan Tertinggi Ditamatkan 3.3 Persentase Penduduk Berusia 5 Tahun Ke Atas Yang Masih Sekolah Angka Partisipasi Pra Sekolah Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka Partisipasi Kasar (APK) 27 Indikator Pendidikan Kab.Waropen

6 3.7 Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Melek dan Buta Huruf Penduduk Angka Putus Sekolah (APTS) Rata rata dan Harapan Lama Sekolah Kualitas Manusia 33 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 35 DAFTAR PUSTAKA 36 Indikator Pendidikan Kab.Waropen

7 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Angka Partisipasi Pra Sekolah (PAUD) Untuk Anak Usia 0 6 Tahun 25 Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Usia Sekolah dan Jenis Kelamin Kabupaten Waropen Tahun 2016 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Waropen Tahun 2016 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Waropen Tahun 2016 Angka Melek dan Buta Huruf (AMH) Penduduk Kabupaten Waropen Tahun 2016 Angka Putus Sekolah Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Waropen Tahun Indikator Pendidikan Kab.Waropen

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Pendidikan, Kabupaten Waropen Tahun 2016 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Di Kabupaten Waropen Tahun 2016 Halaman Gambar 3. Gambar 4. Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas yang Masih Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Waropen Tahun 2016 Perkembangan RLS dan HLS Di Kabupaten Waropen Tahun Gambar 5. Perkembangan IPM Di Kabupaten Waropen Tahun Indikator Pendidikan Kab.Waropen

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah hak asasi manusia dan hak setiap warga Negara untuk mengembangkan dirinya melalui pembelajaran dan pengajaran. Setiap warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu, hal ini harus sesuai dengan amanah UUD 1945 Pasal 31 bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pengajaran. Semua warga Negara berhak mendapat pendidikan yang layak tanpa memandang status sosial, suku, budaya, gender, agama dan lokasi geografis. Pendidikan secara Nasional berdasarkan Pancasila dengan tujuan meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cita-cita leluhur agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun diri sendiri serta bersama-sama bertangung jawab terhadap pembangunan bangsa terutama pembangunan pendidikan di Kabupaten Waropen. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mencerminkan suatu kualitas sumber daya manusia. Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah maupun Jangka Panjang dijelaskan bahwa pendidikan memegang peranan penting. Pendidikan juga merupakan salah satu sektor yang selalu diupayakan untuk terus ditingkatkan, mengingat pendidikan merupakan modal dasar untuk mencapai cita-cita pembangunan nasional. Dengan pendidikan yang baik diharapkan tercapai kesejahteraan yang lebih baik lagi. Sejalan dengan RPJM/RPJP, pembangunan sektor pendidikan diarahkan dan dititik beratkan pada mutu dan perluasan kesempatan belajar. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimaksudkan untuk peningkatan manusia yang berkualitas, sedangkan usaha perluasan kesempatan belajar dimaksudkan supaya penduduk usia sekolah dapat memperoleh kesempatan pendidikan. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

10 Oleh karena itu, untuk mendukung upaya tersebut, maka diperlukan suatu analisis deskriptif pada indicator pendidikan yang dihasilkan dari susenas sehingga angka-angka tersebut agar terlihat lebih menarik dan mudah dibaca oleh banyak orang serta sebagai bahan perencanaan dan pertimbangan oleh para pengambil keputusan Tujuan Secara umum penulisan publikasi Indikator Pendidikan Waropen ini untuk memberikan gambaran keadaan serta kondisi pendidikan yang telah dan sedang dicapai masyarakat Kabupaten Waropen secara keseluruhan. Untuk selanjutnya agar lebih dipahami dan lebih mudah dimengerti oleh para pemakai data dan akhirnya ditindaklanjuti oleh yang berwenang dengan didasarkan data yang ada dalam rangka menyongsong program pemerintah di bidang pendidikan menuju Gerakan Pendidikan Untuk Semua (PUS) dan Program Wajib Belajar (Wajar) Ruang Lingkup Dalam indikator pendidikan ini diklasifikasikan menurut bentuk pendidikan yaitu pendidikan umum, pendidikan masyarakat dan pendidikan kedinasan, pendidikan umum maknanya kurang lebih sama dengan pendidikan formal maka indifikasi indikator ini berlaku untuk semua jenjang pendidikan, meliputi: 1. Pendidikan anak usia dini: 3-5 tahun (UNESCO) dan 3-6 tahun (Renstra Kemendikbud). 2. Pendidikan dasar dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar usia 7 12 tahun. 3. Pendidikan menengah yang meliputi pendidikan menegah pertama usia tahun baik umum maupun kejuruan dan menengah lanjutan tahun baik umum maupun kejuruan. 4. Pendidikan tinggi yang meliputi Universitas, Institut, Sekolah tinggi maupun Akademi dengan usia tahun. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

11 Data indikator pendidikan yang disajikan pada publikasi ini bersifat umum, sesuai dengan yang tercakup pada tabel hasil pengolahan Susenas Kor Data yang disajikan meliputi partisipasi sekolah, indikator partisipasi sekolah (APS, APK, dan APM), angka melek dan buta huruf, rata-rata lama sekolah dan indeks pembangunan manusia Sistematika Penulisan Sesuai dengan jenis data dan ruang lingkup data pendidikan yang tersedia, maka analisis sederhana dikelompokkan menurut urutan proses dan dampak program pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Bab I, menjelaskan tentang latar belakang dilakukannya analisis ini dan tujuan yang diharapkan. Sedangkan Bab II, memberikan penjelasan tentang metodologi dari pengumpulan data serta konsep yang dipergunakan. Setelah secara umum diketahui maksud dan tujuan publikasi ini maka besaran angkanya dianalisis secara sederhana yang tertuang di dalam Bab III. Bab ini membahas tentang situasi pendidikan masyarakat Kabupaten Waropen yang berkaitan dengan Program Pendidikan Untuk Semua (PUS) secara umum. Dan akhirnya Bab IV menyajikan kesimpulan dari pembahasan dan saran yang diharapkan. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

12 BAB II METODOLOGI 2.1. Sumber Data Sumber data utama dari penulisan Indikator Pendidikan Kabupaten Waropen ini, adalah hasil pengolahan data Susenas Kor yang dilaksanakan pada bulan Maret Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data Susenas dilakukan dengan mendatangi langsung semua rumah tangga yang berada di wilayah Kabupaten Waropen dan melakukan tatap muka antara petugas pencacah dengan responden. Untuk pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang ditunjukan kepada individu, maka yang menjadi responden untuk mendapatkan keterangan ini adalah individu yang bersangkutan. Berbeda dengan keterangan individu, maka data tentang rumah tangga dapat dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala rumah tangga, suami/istri kepala rumah tangga, atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui tentang karakteristik rumah tangga yang ditanyakan Metode Analisis Data yang dibahas dalam publikasi Indikator Pendidikan Kabupaten Waropen ini meliputi data pendidikan yang bersifat umum dan berkaitan langsung dengan perkembangan pendidikan masyarakat. Analisis yang dilakukan mencoba memberikan gambaran umum tentang keadaan pendidikan penduduk di Kabupaten Waropen pada tahun Analisis bersifat sederhana dan deskriptif terhadap tabel-tabel yang tersedia dan disajikan dalam publikasi ini. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

13 2.4. Konsep Definisi Dalam berbagai pembahasan, seringkali kita memandang sesuatu dengan cara yang berbeda, untuk itu di dalam publikasi ini guna menghindari persepsi dan anggapan yang berbeda telah disepakati konsep dan definisi yang digunakan dalam buku ini, konsep yang dimaksud antara lain : Status Sekolah Partisipasi sekolah yaitu menunjukkan keadaan status pendidikan seseorang saat ini. Status sekolah terbagi menjadi tiga yaitu: 1. Tidak/belum pernah bersekolah adalah tidak pernah atau belum pernah terdaftar dan tidak/belum pernah aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal, termasuk juga yang tamat/belum tamat taman kanakkanak tetapi tidak melanjutkan ke sekolah dasar. 2. Masih bersekolah adalah status sekolah bagi mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal. Catatan: 1. Bagi mahasiswa yang sedang cuti dinyatakan masih bersekolah. 2. Bagi siswa yang sudah diterima namun belum mulai sekolah dinyatakan masih bersekolah. 3. Bagi siswa SD, SMP dan SMA yang baru dinyatakan lulus pada saat pencacahan dianggap masih bersekolah. 4. Program Diploma I yang masuk kriteria bersekolah hanya program diploma pada pendidikan formal yang dikelola oleh suatu perguruan tinggi. 3. Tidak bersekolah lagi adalah status sekolah bagi mereka yang pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal, tetapi pada saat pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak lagi aktif. Catatan: 1. Mereka yang sedang mengikuti program paket A/B/C setara dikategorikan sebagai tidak bersekolah Indikator Pendidikan Kab.Waropen

14 2.4.2 Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki 1) Tidak/belum tamat SD/sederajat adalah mereka yang tidak memiliki ijazah SD/MI/sederajat. Mereka pernah bersekolah di Sekolah Dasar 5/6/7 tahun atau yang sederajat (antara lain Sekolah Luar Biasa tingkat dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Pamong, Sekolah Dasar Kecil, paket A1-A100, Paket A Setara) tetapi tidak/belum tamat. Termasuk juga mereka yang tamat sekolah dasar 3 tahun atau yang sederajat; 2) Tamat SD/MI/sederajat adalah tamat Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah yang setara, misalnya: Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar. Sekolah Dasar Kecil, Sekolah Dasar Pamong, Paket A dan memperoleh ijazah persamaan SD, SD Proyek Perintis Sekolah Pembangunan dan SD Indonesia (di Luar Negeri). 3) Tamat SMP/MTs/sederajat adalah tamat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah atau sekolah yang setara, misalnya: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, MULO, HBS 3 tahun, Sekolah Luar Biasa Lanjutan Tingkat Pertama, SLTP Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, SLTP Indonesia (di Luar Negeri), SLTP Olahraga, Sekolah Kepandaian Putri, Sekolah Menengah Ekonomi Pertama, Sekolah Teknik, Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama, Sekolah Keterampilan Kejuruan 4 tahun, Sekolah Usaha Tani, Sekolah Pertanian Menengah Pertama, Sekolah Guru Bantu. 4) Tamat SMA/MA/sederajat adalah tamat Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliayah, atau yang sederajat misalnya HBS 5 tahun, AMS, Sekolah Lanjutan Persiapan Pembangunan, SLTA Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, SLTA Indonesia (di Luar Negeri), dan SLTA para atlet. 5) Tamat SM Kejuruan adalah tamat Sekolah Menengah Kejuruan setingkat SMA misalnya Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial, Sekolah Menengah Industri Kerajinan, Sekolah Menengah Seni Rupa, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, Sekolah Menengah Musik, Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan, Sekolah Menengah Ekonomi Atas, Sekolah Teknologi Menengah, Sekolah Menengah Teknologi Pertanian, Sekolah Menengah Teknologi Perkapalan, Sekolah Menengah Teknologi Pertambangan, Sekolah Menengah Teknologi Grafika, Sekolah Menengah Ekonomi Atas, Sekolah Guru Olahraga, Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Guru Agama 6 Indikator Pendidikan Kab.Waropen

15 tahun, Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak, Kursus Pendidikan Guru, Sekolah Menengah Analis Kimia, Sekolah Asisten Apoteker, Sekolah Bidan, Sekolah Pengatur Rontgen, dan Kursus Pegawai Administrasi Atas. 6) Tamat Diploma I/II adalah tamat program DI/DII pada suatu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma I/II pada pendidikan formal. Program Akta I dan II termasuk dalam jenjang pendidikan program DI/DII. 7) Tamat Diploma III/Akademi adalah tamat program DIII atau mendapat gelar Sarjana Muda pada suatu akademi atau perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma atau mengeluarkan gelar Sarjana Muda, misalnya Akademi Seni Musik Indonesia, Akademi Seni Tari Indonesia, Akademi Bahasa Asing, Akademi Pimpinan Perusahaan, Akademi Kimia Analis, Akademi Meteorologi dan Geofisika. 8) Tamat Diploma IV/S1 adalah tamat program pendidikan diploma IV atau Sarjana pada suatu Universitas/Institut/Sekolah Tinggi, sedangkan Program Akat IV sejajar dengan jenjang Diploma IV. 9) Tamat S2/S3 adalah tamat program pendidikan pasca sarjana, doktor, spesialis 1 dan 2 pada suatu universitas/institut atau perguruan tinggi. Catatan: Bagi siswa SD, SMP dan SMA yang baru dinyatakan lulus dari suatu jenjang pendidikan tertentu pada saat pencacahan dianggap sudah memiliki ijazah sesuai jenjangnya Kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan/atau huruf lainnya Seseorang dikatakan dapat membaca dan menulis huruf latin jika ia dapat membaca dan menulis kata-kata/kalimat sederhana dalam huruf latin. Huruf latin adalah huruf yang biasanya digunakan sehari-hari seperti huruf yang digunakan dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan sebagainya. Seseorang dikatakan dapat membaca dan menulis huruf lainnya jika ia dapat membaca dan menulis kata-kata/kalimat sederhana dalam huruf lainnya, seperti Arab, Jawa (Hanacaraka), aksara Batak, aksara Lampung, China/Mandarin, Kanji (Jepang), Korea dan India. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

16 Seseorang yang hanya dapat membaca tetapi tidak dapat menulis atau sebaliknya dikategorikan tidak dapat membaca dan menulis. Catatan: 1. Orang buta yang dapat membaca dan menulis huruf braille digolongkan dapat membaca dan menulis huruf latin. 2. Orang cacat yang sebelumnya dapat membaca dan menulis, kemudian karena cacatnya tidak dapat membaca dan menulis digolongkan dapat membaca dan menulis. 3. Orang yang hanya dapat membaca saja tetapi tidak dapat menulis atau sebaliknya, dianggap tidak dapat membaca dan menulis. 2.5 Indikator Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS), adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk usia sekolah (PUS) yang bersekolah dibandingkan dengan penduduk usia sekolah pada jenjang tertentu dan dapat menunjukkan akses pendidikan. Keunggulan APS adalah sebagai berikut: Mencerminkan partisipasi/akses pendidikan sesuai kelompok usia sekolah. Mengukur seberapa besar penduduk yang sedang menikmati pendidikan. Kelemahan APS adalah sebagai berikut: Tidak dapat melihat di jenjang apa seseorang tersebut bersekolah/menikmati pendidikan. dengan: APS = JPMS kelompok usia sekolah JP kelompok usia sekolah x 100% JPMS kelompok usia sekolah = jumlah penduduk yang masih sekolah JP kelompok usia sekolah = jumlah penduduk Kelompok usia sekolah, yaitu kelompok usia 7-12 tahun, tahun, tahun, dan tahun. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

17 Untuk anak usia 0 6 tahun, dapat dihitung angka partisipasi prasekolah, yang dirumuskan sebagai berikut: dengan: APS = JPMP 0 6 JP 0 6 x 100% JPMP 0 6 = jumlah penduduk 0 6 yang masih/ pernah PAUD JP 0 6 = jumlah penduduk Angka Partisipasi Murni (APM), adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk usia sekolah (PUS) yang bersekolah tepat waktu. Keunggulan APM adalah sebagai berikut: Mencerminkan partisipasi dan akses penduduk bersekolah di jenjang tertentu sesuai kelompok usia pada jenjang tersebut (bersekolah tepat waktu). Kelemahan APS adalah sebagai berikut: Tidak dapat menggambarkan anak yang sekolah di luar kelompok usia di Rumus: suatu jenjang seperti anak usia 5-6 tahun dan anak usia kurang dari 12 tahun yang masih bersekolah di SD/sederajat. APM PAUD (3 5 th) = Jumlah penduduk yang sedang PAUD jumlah penduduk umur 3 5 tahun x100% APM PAUD (3 6 th) = Jumlah penduduk yang sedang PAUD jumlah penduduk umur 3 6 tahun x100 APM SD = Jumlah penduduk umur 7 12 tahun yang bersekolah di SD x100% jumlah penduduk umur 7 12 tahun APM SMP = Jumlah penduduk umur tahun yang bersekolah di SMP x100% jumlah penduduk umur tahun Indikator Pendidikan Kab.Waropen

18 APM SMA = Jumlah penduduk umur tahun yang bersekolah di SMA x100% jumlah penduduk umur tahun APM PT 1 = Jumlah penduduk umur tahun yang bersekolah di PT x100% jumlah penduduk umur tahun Angka Partisipasi Kasar (APK), adalah indikator yang menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya tanpa memperhatikan usia. Keunggulan APK adalah sebagai berikut: Mencerminkan partisipasi dan akses penduduk bersekolah di jenjang tertentu tanpa memperhatikan usia. Kelemahan APK adalah sebagai berikut: Tidak dapat melihat di usia berapa seseorang bersekolah/menikmati Rumus: pendidikan di suatu jenjang tertentu. APK PAUD (3 5 th) = APK PAUD (3 6 th) = APK SD = APK SMP = APK SMA = APK PT = Jumlah penduduk yang pernah/masih PAUD x100% jumlah penduduk umur 3 5 tahun Jumlah penduduk yang pernah/masih PAUD x100% jumlah penduduk umur 3 6 tahun Jumlah penduduk yang bersekolah di SD x100% jumlah penduduk umur 7 12 tahun Jumlah penduduk yang bersekolah di SMP x100% jumlah penduduk umur tahun Jumlah penduduk yang bersekolah di SMA x100% jumlah penduduk umur tahun Jumlah penduduk yang bersekolah di Perguruan Tinggi x100% jumlah penduduk umur tahun Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. 1 PT kepanjangan dari perguruan tinggi. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

19 Angka Melek Huruf, adalah proporsi penduduk pada kelompok usia 2 dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Indikator Angka Melek Huruf (AMH) dapat digunakan untuk: Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan di Indonesia dimana jumlah penduduk yang tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD masih tinggi. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan AMH = sehingga AMH dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Jmlh penduduk pd kelompok umur tertentu yang bisa baca dan tulis x100% jumlah penduduk pada kelompok umur tersebut Angka Buta Huruf, adalah proporsi penduduk pada kelompok usia 3 yang tidak dapat dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Indikator Angka Buta Huruf (ABH) menunjukkan ketertinggalan sekelompok penduduk tertentu dalam mencapai pendidikan pada suatu waktu dan wilayah tertentu. ABH = 100% AMH Angka Putus Sekolah (APTS), adalah proporsi penduduk menurut kelompok usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk yang sedang bersekolah menurut kelompok usia sekolah. Semakin tinggi angka putus sekolah menggambarkan kondisi pendidikan yang tidak baik dan tidak merata. Angka putus sekolah dirumuskan sebagai berikut: 2 Kelompok usia tertentu disini yang dimaksud pada indikator melek huruf dan buta huruf adalah kelompok usia 15 tahun ke atas, kelompok usia tahun, kelompok usia tahun, dan kelompok usia 45 tahun ke atas. 3 Kelompok usia tertentu disini yang dimaksud pada indikator melek huruf dan buta huruf adalah kelompok usia 15 tahun ke atas, kelompok usia tahun, kelompok usia tahun, dan kelompok usia 45 tahun ke atas. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

20 dengan: APTS = JPTS kelompok usia sekolah JPMS kelompok usia sekolah x 100% JPTS kelompok usia sekolah = jumlah penduduk yang tidak bersekolah JPMS kelompok usia sekolah = jumlah penduduk yang sedang bersekolah Rata-rata lama sekolah (RLS) menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Asumsi yang digunakan dalam penghitungan RLS adalah kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada usia 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir. Penghitungan RLS pada pada penduduk usia 25 tahun ke atas mengikuti standar UNDP. Berikut penghitungan RLS n RLS = 1 n Lama Sekolah Penduduk i dengan: n menyatakan jumlah penduduk (i = 1, 2,, n). i=1 Harapan lama sekolah (HLS) adalah lamanya sekolah yang diharapkan akan dirasakan penduduk pada usia tertentu di masa depan dengan asumsi kemungkinan anak tersebut akan teberikutnya sama dengan rasio penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk pada usia yang sama. HLS dapat digunakan sebagai gambaran kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamnya pendidikan yang diharapkan dapat dicapai penduduk. Berikut penghitungan HLS n HLS,t = JPMS i,t i=α JP i,t dengan: HLS,t : harapan lama sekolah pada usia di tahun t JPMS i,t : Jumlah penduduk usia i yang masih bersekolah di tahun t JP i,t : Jumlah penduduk usia i di tahun t Indikator Pendidikan Kab.Waropen

21 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indikator diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM dapat menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM merupakan indikator komposit yang dibentuk dari: a. Indeks Kesehatan dengan: I kesehatan AHH AHH min AHH maks I kesehatan = AHH AHH min AHH maks AHH min : Indeks kesehatan : Angka Harapan Hidup (dalam tahun) : Angka Harapan Hidup Minimum, 20 (BPS), dan 20 (UNDP) : Angka Harapan Hidup Maksimum, 85 (BPS) dan 85 (UNDP) b. Indeks Pengetahuan - Indeks HLS I HLS = HLS HLS min HLS maks HLS min dengan: I HLS HLS HLS min HLS maks : Indeks HLS : Harapan Lama Sekolah (dalam tahun) : Harapan Lama Sekolah Minimum, 0 (BPS), dan 0 (UNDP) : Harapan Lama Sekolah Maksimum, 18 (BPS) dan 18 (UNDP) - Indeks RLS dengan: I RLS RLS RLS min RLS maks I RLS = RLS RLS min RLS maks RLS min : Indeks RLS : Rata-rata Lama Sekolah (dalam tahun) : Rata-rata Lama Sekolah Minimum, 0 (BPS), dan 0 (UNDP) : Rata-rata Lama Sekolah Maksimum, 18 (BPS) dan 18 (UNDP) Indikator Pendidikan Kab.Waropen

22 Maka indeks pengetahuan dirumuskan: I pengetahuan = I HLS + I RLS 2 c. Indeks Pengeluaran dengan: I E E E min E maks I E = : Indeks Pengeluaran ln(e) ln(e min) ln(e maks ) ln(e min ) : Pengeluaran per kapita disesuaikan : Pengeluaran per kapita disesuaikan pada batas minimum, Rp 1,007,436 (BPS), dan 100 PPP US $ (UNDP) : Pengeluaran per kapita disesuaikan pada batas maksimum, Rp 26,572,352 (BPS), dan PPP US $ (UNDP) tersebut: Maka IPM dihitung merupakan rata-rata geometris dari ketiga indeks 3 IPM = I kesehatan. I pengetahuan. I E Indikator Pendidikan Kab.Waropen

23 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Persentase Penduduk Usia 10 tahun ke atas Menurut Status Pendidikan Gambar 1. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Pendidikan, Kabupaten Waropen, % 24.11% 74.71% Tidak/belum pernah bersekolah Masih bersekolah Tidak bersekolah lagi Sumber: Susenas Kor, diolah. Hasil pendataan Susenas Kor 2016, menunjukkan bahwa persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak/ belum bersekolah mencapai 1.18 persen, yang masih bersekolah mencapai persen dan tidak bersekolah lagi sebesar persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa dominan penduduk usia 10 tahun ke atas tidak bersekolah lagi. 3.2 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Berdasarkan Pendidikan Tertinggi Ditamatkan Berdasarkan hasil Susenas 2016, menunjukkan bahwa di Kabupaten Waropen, persentase penduduk 10 tahun ke atas yang berpendidikan tertinggi SD ke bawah masih besar yaitu persen, yang terdiri dari tidak punya ijazah Indikator Pendidikan Kab.Waropen

24 SD persen dan tamat SD/MI/sederajat sebesar persen. Sedangkan tamatan SMP/sederajat sebesar persen, tamatan SMA/SMK sederajat sebesar persen, dan tamatan PT sebesar persen, dimana tamatan diploma sebesar 1.30 persen dan tamatan DIV/ S1 ke atas sebesar 8.95 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan dari penduduk Kabupaten Waropen masih cukup rendah karena sekitar separuh penduduk usia 10 tahun ke atas adalah tidak punya ijazah dan tamatan SD. Gambar 2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, Kabupaten Waropen, 2016 Diploma (DI - DIII) S1/DIV ke atas 1.30% 8.95% SMA sederajat 25.69% Tidak Punya Ijazah SD 19.30% SMP sederajat 10.66% SD sederajat 34.10% Tidak Punya Ijazah SD SD sederajat SMP sederajat SMA sederajat Diploma (DI - DIII) S1/DIV ke atas Sumber: Susenas Kor, diolah. 3.3 Persentase Penduduk Berusia 5 Tahun Ke Atas Yang Masih Sekolah Penduduk usia 5 tahun ke atas masih bersekolah sebanyak persen bersekolah pada jenjang pendidikan SD sederajat, persen bersekolah di tingkat SMP sederajat, sebanyak persen bersekolah di tingkat SMA/ SMK sederajat dan sisanya 4.92 persen masih duduk di bangku perguruan tinggi. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

25 Gambar 3. Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Yang Masih Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan, Kabupaten Waropen, % 20.82% 53.93% 20.33% SD sederajat SMP sederajat SMA/SMK sederajat Perguruan Tinggi Sumber: Susenas Kor, diolah. 3.4 Angka Partisipasi Pra Sekolah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan 5 perkembangan, yaitu : perkembangan moral dan agama, perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan/kognitif (daya pikir, daya cipta), sosio emosional (sikap dan emosi) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini seperti yang tercantum dalam Permendiknas no 58 tahun Indikator Pendidikan Kab.Waropen

26 Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu: Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah, sehingga dapat mengurangi usia putus sekolah dan mampu bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya. Angka partisipasi prasekolah dapat menggambarkan berapa banyak anak usia dini yang sedang mengikuti pendidikan prasekolah. Pendidikan pra sekolah atau disebut PAUD dapat diselenggarakan secara formal, bukan formal, dan informal. PAUD formal seperti Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal, dan yang sederajat, lalu PAUD bukan formal seperti Kelompok Bermain (Play Group), Tempat Penitipan Anak (TPA), dan yang sederajat, dan PAUD informal diperoleh melalui orang tua, keluarga, dan lingkungan. Berikut angka pratisipasi pra sekolah (PAUD), Tabel 1. Angka Partisipasi Pra Sekolah (PAUD) Untuk Anak Usia 0 6 Tahun APPaud Laki-laki Perempuan L+P Waropen 21.21% 47.66% 33.06% Sumber: susenas kor, diolah. Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa anak perempuan usia 0-6 tahun lebih banyak yang mengikuti PAUD dibandingkan anak laki-laki, tetapi secara keseluruhan angka partisipasi pra sekolah mencapai persen, sedangkan sisanya persen anak usia 0 6 tahun belum atau tidak mengikuti PAUD. 3.5 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka partisipasi sekolah dapat menggambarkan berapa banyak penduduk usia pendidikan yang sedang bersekolah, sehingga terkait dengan pengentasan program wajib belajar. Indikator inilah yang digunakan sebagai petunjuk berhasil tidaknya program tersebut. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

27 Tabel 2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Usia Dan Jenis Kelamin, Kabupaten Waropen, Tahun 2016 APS Kelompok Usia Laki-Laki Perempuan L+P Sumber: Susenas Kor, diolah. Berdasarkan tabel 1, menunjukkan Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Waropen tahun 2016, untuk kelompok usia sekolah: a tahun Ternyata APS penduduk usia 7 12 tahun mencapai persen, ini berarti masih terdapat 3.59 persen penduduk usia 7-12 tahun yang belum sekolah atau tidak sekolah lagi. Dari persen penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah ada yang masih sekolah di SD adapula yang sudah duduk di bangku SMP. b tahun Kemudian APS penduduk usia tahun sebesar persen, artinya seluruh penduduk berusia tahun masih aktif bersekolah pada tingkat SD/sederajat, SLTP/sederajat atau sudah di bangku SLTA/sederajat. c tahun APS penduduk usia tahun mencapai persen, berarti masih ada persen penduduk usia tahun yang belum bersekolah atau tidak bersekolah lagi dan persen penduduk usia tahun masih aktif bersekolah pada tingkat SMP, SMA atau sudah kuliah di Perguruan Tinggi. d tahun APS penduduk usia tahun mencapai persen, berarti masih ada persen penduduk usia tahun yang belum bersekolah atau tidak bersekolah lagi dan persen penduduk usia tahun masih aktif bersekolah pada tingkat SMA atau sudah kuliah di Perguruan Tinggi. Sebagai standar program Wajib Belajar dikatakan apabila nilai APS SD (usia 7-12 tahun) dan APS SMP (13-15 tahun) sebesar 100 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pemda Waropen masih harus berupaya keras agar target program pendidikan tercapai. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

28 3.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka partisipasi kasar (APK), indikator ini mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok usia yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK juga mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing- masing jenjang pendidikan. Tabel 3. Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Waropen Tahun 2016 Jenjang Pendidikan APK PAUD PAUD (3-5 th) (3-6 th) SD SMP SMA PT Laki-laki Perempuan L+P Sumber: Susenas Kor, diolah. Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa APK PAUD untuk anak usia 3 5 dan 3 6 tahun masing-masing mencapai dan 5.16 persen, artinya jumlah murid yang sedang atau pernah mengikuti PAUD APK (baik laki laki maupun perempuan) lebih rendah jika dibandingkan jumlah anak usia 3-5 dan 3-6 tahun. Hal itu masih jauh dibawah target pada sasaran strategis Kemendikbud yang mematok APK PAUD mencapai persen. Untuk APK tingkat SD/sederajat mencapai persen (di atas 100 persen). Hal ini menunjukkan jumlah murid yang sedang sekolah di jenjang SD/sederajat lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk berusia 7-12 tahun, artinya bukan hanya penduduk dari usia 7 12 tahun sedang bersekolah di tingkat SD tetapi ada usia 5 6 tahun yang sudah duduk di bangku SD dan penduduk lebih dari usia 12 tahun yang masih menduduki bangku SD. Capaian APK tersebut sudah melebihi target pada sasaran strategis Kemendikbud yang mematok APK SD/ sederajat mencapai persen. APK untuk jenjang sekolah SMP/sederajat nilai APK mencapai persen. Hal ini menunjukkan jumlah murid yang sedang sekolah di jenjang SMP/sederajat lebih rendah jika dibandingkan dengan penduduk berusia tahun, artinya tidak semuanya penduduk usia tahun sedang bersekolah di tingkat SMP tetapi ada yang masih di tingkat SD dan atau sudah menduduki Indikator Pendidikan Kab.Waropen

29 jenjang SMA dan atau tidak bersekolah. Capaian APK tersebut sudah melebihi target pada sasaran strategis Kemendikbud yang mematok APK SMP/ sederajat mencapai persen. APK untuk jenjang sekolah SMA/sederajat nilai APK mencapai persen. Hal ini menunjukkan jumlah murid yang sedang sekolah di jenjang SMP/sederajat lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk berusia tahun, artinya tidak semuanya penduduk usia tahun sedang bersekolah di tingkat SMA tetapi persen ada yang masih di tingkat SMP dan atau sudah menduduki jenjang Universitas dan atau tidak bersekolah. Capaian APK tersebut sudah melebihi target pada sasaran strategis Kemendikbud yang mematok APK SMP/ sederajat mencapai persen. APK untuk jenjang perguruan tinggi mencapai persen. Hal ini menunjukkan jumlah siswa yang sedang sekolah di jenjang perguruan tinggi lebih rendah jika dibandingkan dengan penduduk berusia tahun, artinya tidak semua dari penduduk usia tahun sedang bersekolah di perguruan tinggi tetapi persen yang masih di tingkat SMA dan atau sudah tidak bersekolah. APK untuk jenjang sekolah SMP/sederajat dan Perguruan Tinggi nilainya dibawah seratus. Hal ini mengindikasikan bahwa hanya beberapa dari penduduk berusia tahun dan tahun yang sedang bersekolah pada jenjang tersebut dan kemungkinan sisanya sedang sekolah pada jenjang pendidikan di bawahnya/di atasnya atau bahkan mereka tidak sekolah lagi. Oleh karena itu, untuk memperjelas lagi arti APK diperlukan indikator APM (Angka Partisipasi Murni). 3.7 Angka Partisipasi Murni (APM) Angka partisipasi murni (APM) dapat menunjukkan proporsi anak sekolah pada satu kelompok usia tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok usianya. Menurut definisi, besarnya APM akan selalu lebih kecil daripada APK. Nilai APM yang lebih kecil daripada nilai APK-nya dapat menunjukkan komposisi usia penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

30 Tabel 4. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Waropen Tahun 2016 Jenjang Pendidikan APM PAUD PAUD (3-5 th) (3-6 th) SD SMP SMA PT Laki-laki Perempuan L+P Sumber: Susenas Kor, diolah. Berdasarkan susenas, APM Kabupaten Waropen tahun 2016 untuk jenjang PAUD, SD sederajat, SMP/ sederajat, SMA/ sederajat, dan perguruan tinggi cenderung semakin menurun sejalan dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Sedangkan untuk APM SD mencapai persen cukup tinggi dibandingkan APM untuk jenjang SMP dan SMA. APM PAUD untuk anak usia 3 5 tahun mencapai 3.45 persen, artinya 3.45 persen anak usia 3 5 tahun sedang mengikuti PAUD pada tahun ajaran 2015/2016, sedangkan untuk anak usia 3 6 tahun, APM PAUD mencapai 4.30 persen. Dilihat dari sisi gender, anak perempuan usia 3 5 tahun dan 3 6 tahun lebih banyak mengikuti PAUD dibandingkan anak laki-laki. APM SD sebesar persen, berarti dari 100 murid SD/ sederajat ada 91 sampai 92 murid saja yang bersekolah tepat waktu di usia 7 12 tahun, sedangkan 9 sampai 8 murid lainnya adalah yang mengalami tinggal kelas, terlambat masuk SD/ sederajat atau terlalu cepat bersekolah di SD/ sederajat. Capaian APM tersebut sudah melebihi target pada sasaran strategis Kemendikbud yang mematok APK SD/ sederajat mencapai persen. APM SMP sebesar persen, berarti dari 100 murid SMP/ sederajat ada 70 sampai 71 murid saja yang bersekolah tepat waktu di usia tahun, sedangkan murid lainnya adalah yang mengalami tinggal kelas, terlambat masuk SMP atau terlalu cepat bersekolah di SMP. Capaian APK tersebut masih di bawah target pada sasaran strategis Kemendikbud yang mematok APK SMP/ sederajat mencapai persen. APM SMA sebesar persen, berarti dari 100 murid SMA/sederajat sekitar 65 murid saja yang bersekolah tepat waktu di usia tahun, sedangkan 35 murid lainnya adalah yang mengalami tinggal kelas, terlambat Indikator Pendidikan Kab.Waropen

31 masuk SMP atau terlalu cepat bersekolah di SMA. Capaian APK tersebut masih di bawah target pada sasaran strategis Kemendikbud yang mematok APK SMA/ sederajat mencapai persen. APM perguruan tinggi sebesar 5.99 persen, berarti dari 100 murid SMA/sederajat sekitar 5-6 murid saja yang bersekolah tepat waktu di usia tahun, sedangkan murid lainnya adalah yang mengalami tinggal kelas, terlambat masuk SMA atau terlalu cepat bersekolah di perguruan tinggi. Ditinjau dari sudut gender, terdapat perbedaan APM antara laki-laki dan perempuan. Pada jenjang SD dan SMP nilai APM laki-laki lebih rendah dari APM perempuan, yang berarti pada kedua jenjang tersebut perempuan cenderung memiliki kesempatan sekolah yang lebih besar dibanding perempuan. Pada jenjang SMA dan perguruan tinggi, dapat dikatakan APM untuk lakilaki lebih tinggi dibandingkan APM perempuan, artinya pada jenjang SMA dan perguruan tinggi, laki-laki cenderung memiliki kesempatan sekolah yang lebih besar dibanding perempuan. 3.8 Angka Melek Dan Buta Huruf Penduduk Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan adalah kemampuan membaca dan menulis penduduk. Kemampuan ini dipandang sebagai kemampuan dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap individu, agar paling tidak memiliki peluang untuk terlibat dan berpartisipasi dalam pembangunan. Tinggi rendahnya angka buta huruf suatu masyarakat mencerminkan kualitas masyarakat tersebut. AMH adalah tolak ukur penting dalam mempertimbangkan kualitas sumber daya manusia di suatu daerah. Melek Huruf Buta Huruf Kategori Tabel 5. Angka Melek dan Buta Huruf Penduduk Di Kabupaten Waropen Tahun 2016 Kelompok Usia Laki-laki 93.33% % % % 96.25% 96.39% Perempuan 83.33% % % % 93.28% 97.48% L+P 88.04% % % % 94.81% 96.92% Laki-laki 6.67% 0.00% 0.00% 0.00% 3.75% 3.61% Perempuan 16.57% 0.00% 0.00% 0.00% 6.72% 2.52% L+P 11.96% 0.00% 0.00% 0.00% 5.19% 3.08% Sumber: Susenas Kor, diolah. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

32 Berdasarkan tabel 5, Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Waropen cenderung tinggi pada setiap jenjang usia sekolah. AMH untuk usia 15 tahun ke atas mencapai persen, yang berarti dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas sekitar 95 penduduk yang bisa membaca dan menulis, dan sisanya sekitar 5 orang yang tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis. Capaian AMH untuk usia 15 tahun ke atas masih di bawah target pada sasaran strategis Kemendikbud yang mematok AMH sekurang-kurangnya persen. 3.9 Angka Putus Sekolah (APTS) Berdasarkan tabel 6, menunjukkan angka putus sekolah pada kelompok usia 7 12 dan tahun cukup rendah, sedangkan angka putus sekolah pada kelompok usia tahun mencapai persen, artinya putus sekolah pada jenjang pendidikan SMA masih cukup besar, sehingga hal tersebut harus menjadi perhatian serius. Dilihat dari sisi gender, pada kelompok usia tahun, APTS laki-laki lebih besar dibandingkan APTS perempuan, hal ini diduga karena adanya penduduk laki-laki pada kelompok usia tersebut yang langsung bekerja dibandingkan sekolah. Tabel 6. Angka Putus Sekolah Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Waropen Tahun 2016 APTS Kelompok Usia Laki-laki Perempuan L+P Sumber: Susenas Kor, diolah. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

33 3.10 Rata-rata dan Harapan Lama Sekolah Gambar 4. Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS) Di Kabupaten Waropen Tahun RLS HLS Sumber: Susenas Kor, diolah. Rata-rata lama sekolah adalah lamanya pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang. Rata-rata lama sekolah merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengidentifikasi jenjang kelulusan pendidikan penduduk suatu daerah. Sebagai deskripsi, murid yang telah menamatkan pendidikan sampai tingkat SD/ sederajat, maka ia telah memiliki lama sekolah 6 enam tahun. Rata-rata lama sekolah dapat juga digunakan untuk monitoring pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 tahun yang dicanangkan. Artinya, untuk melewati target program tersebut, maka rata-rata lama sekolah harus sudah mencapai 9 tahun. Berdasarkan gambar 3, ternyata selama kurun waktu , ratarata lama sekolah di Kabupaten Waropen hanya berada di kisaran tahun, artinya rata-rata penduduk Kabupaten Waropen telah dapat menamatkan pendidikan SD tetapi belum sepenuhnya Program Wajar 9 tahun tercapai. Sementara itu, HLS perlahan bergerak meningkat sepanjang tahun, artinya rata-rata lama waktu yang akan dijalani penduduk usia 7 tahun ke atas meningkat tiap tahunnya. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

34 3.11 Kualitas Manusia Untuk mengukur kualitas manusia dapat diproksi dengan indeks pembangunan manusia (IPM), IPM merupakan indeks komposit yang terdiri dari tiga komponen, yakni Kesehatan, Pendidikan, dan Kualitas Hidup Layak. Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala dengan kategori sebagai berikut : Sangat Tinggi : IPM 80 Tinggi : 70 IPM < 80 Sedang : 60 IPM < 70 Rendah : IPM < 60 IPM merupakan gambaran komprehensif mengenai tingkat pencapaian pembangunan manusia di suatu daerah, sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan di daerah tersebut. Perkembangan IPM memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia pada suatu daerah. Gambar 5. Perkembangan IPM Kabupaten Waropen Sumber: Susenas Kor, diolah. Terlihat pada gambar di atas, kecenderungan pergerakan IPM Kabupaten Waropen menaik, tetapi kisaran IPM yang terjadi berada di interval Hal ini menunjukkan kinerja pembangunan manusia ke arah perbaikan walaupun masih dalam kategori sedang. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

35 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari berbagai uraian tentang Indikator Pendidikan Kabupaten Waropen, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bahwa kualitas pendidikan dari penduduk Kabupaten Waropen masih cukup rendah karena sekitar separuh penduduk usia 10 tahun ke atas adalah tidak punya ijazah dan tamatan SD. 2. Capaian APK pada jenjang PAUD masih jauh di bawah target Kemendikbud. 3. Sebagai standar program Wajib Belajar dikatakan apabila nilai APS SD (usia 7-12 tahun) dan APS SMP (13-15 tahun) sebesar 100 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pemda Waropen masih harus berupaya keras agar target program pendidikan tercapai. 4. Pada beberapa indikator APK, APM, AMH pada setiap jenjang pendidikan dan kelompok usia ada sudah melebihi dan masih di bawah target Kemendikbud. Hal tersebut menunjukkan masih perlu ada perbaikan secara konsisten bidang pendidikan. 5. Angka putus sekolah pada kelompok usia tahun mencapai persen, artinya putus sekolah pada jenjang pendidikan SMA masih cukup besar. 6. Rata-rata penduduk Kabupaten Waropen telah dapat menamatkan pendidikan SD tetapi belum sepenuhnya Program Wajar 9 tahun tercapai.. 7. Kinerja pembangunan manusia ke arah perbaikan walaupun masih dalam kategori sedang. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

36 4.2. Saran Pemerintah selayaknya terus mengembangkan sistem pelayanan umum, terutama di bidang pendidikan, sehingga benar-benar menyentuh masyarakat yang paling bawah, karena yang tak terlayani itu umumnya adalah kalangan dari mereka yang tergolong berada di wilayah pedalaman yang notabene belum memiliki fasilitas pendidikan yang memadai. Juga diperlukan political will secara serius guna memperhatikan pemerataan pembangunan pendidikan. Disamping itu selain jalur pendidikan formal, perlu dimaksimalkan program pendidikan informal seperti pemberantasan buta aksara, PAUD dan lainnya guna mensukseskan program Pendidikan Untuk Semua (PUS) yang dicanangkan pemerintah dan mencapai target capaian pembangunan milenium yang tercermin dalam MDG s. Indikator Pendidikan Kab.Waropen

37 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2010). Modul 9 Perumahan dan Sosial Lainnya. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. (2015). Indikator Pendidikan Provinsi Papua Jayapura: BPS Provinsi Papua. Diakses pada tanggal 21 Maret 2017 Indikator Pendidikan Kab.Waropen

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH Katalog BPS : 4302002.11 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH Katalog BPS : 4302002.11 INDIKATOR PENDIDIKAN PROVINSI ACEH 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH INDIKATOR PENDIDIKAN PROVINSI ACEH 2014

Lebih terperinci

INDIKATOR PENDIDIKAN

INDIKATOR PENDIDIKAN Katalog BPS : 4302002.11 INDIKATOR PENDIDIKAN PROVINSI ACEH 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH Katalog BPS : 4302002.11 INDIKATOR PENDIDIKAN PROVINSI ACEH 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT 2014 ISBN : 978-602-1196-66-3 Nomor Publikasi : 13520.15.08 Katalog BPS : 4301003.13 Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : ix + 40 Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah

Lebih terperinci

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. :: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : Amanat undang-undang dasar 1945 1. Pembukaan Alinea IV: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN No III. BIDANG PENDIDIKAN TABEL 3.1.a ANGKA PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN TAHUN 2015 KECAMATAN SD SLTP SLTA L P L + P L P L+P L P L+P 1.365 1.191 2.556

Lebih terperinci

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman Oleh: Pipin Piniman MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA : SOSIAL BUDAYA JENIS DATA : Pendidikan, Kebudayaan Nasional Pemuda dan Olahraga DATA SATUAN

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1

Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1 Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1 No Jenis Data Jumlah Satuan Sumber Data 1 Jumlah Pendidikan Umum a Jumlah Taman Bermain/Play Group 3 PG Dapodik Query - Taman

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2015 Nomor Publikasi : 35522.1604 Katalog BPS : 4301002.35 Naskah : Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat Bidang Statistik Sosial Gambar Kulit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.

Lebih terperinci

Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1

Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1 Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1 No Jenis Data Jumlah Satuan Sumber Data 1 Jumlah Pendidikan Umum a Jumlah Taman Bermain/Play Group - Taman Bermain/ Play Group

Lebih terperinci

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. a. Urusan Pendidikan 1) Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan tolok ukur capaian

Lebih terperinci

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%.

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%. b. 2010 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 18.966 RTM (10,26%) atau menjadi 40.370 RTM (21,85 %) dari target 28,3%. c. 2011 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 760 RTM (2,03%) atau menjadi 36.610

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR 5.1. Matriks Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif Berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GALUH PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS GALUH PROGRAM PASCA SARJANA TUGAS MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GALUH Nama : Gretta Novianti (NIM: 82321314073) Kokom Komariah (NIM: 823213140) Pipin Piniman (NIM: 82321314086) Kelas

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN INDONESIA STATISTIK PENDIDIKAN 2016 ISBN Nomor Publikasi Katalog Ukuran Buku : 978-602-438-036-6 : 04220.1605 : 4301008 : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman Naskah Diterbitkan oleh Dicetak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/ /2012 BUKU 1

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/ /2012 BUKU 1 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/2000 2011/2012 BUKU 1 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500-2,756 3,097 3,078 2,892 2,928 2,556 2,598 82 82 82 83 83 88 92 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa agar dalam penyelenggaraan pendidikan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup:

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup: Penduduk: Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

STATISTIK PENDIDIKAN JAWA TENGAH 2014 Hasil Susenas 2014

STATISTIK PENDIDIKAN JAWA TENGAH 2014 Hasil Susenas 2014 Katalog BPS : 4301002. 33 STATISTIK PENDIDIKAN JAWA TENGAH 2014 Hasil Susenas 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH STATISTIK PENDIDIKAN JAWA TENGAH 2014 IS B N : 97 8-6 0 2-0916 - 51-4 No.

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) KABUPATEN / KOTA OPD : CILEGON : DINAS PENDIDIKAN TUGAS DAN FUNGSI

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi salah satunya tercantum dalam Millenium Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational Young Children) merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT Analisa deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pendidikan di Sumatera Barat. 4.1. Karakteristik

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN 2016 2021 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016 Rencana Strategis Dinas Kab. Kendal Tahun 2016-2021 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Dinas Kabupaten Kendal

Lebih terperinci

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021 PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013--2020/2021 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 KATALOG DALAM TERBITAN

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP;

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP; PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP; DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 4 BAB I. PENDAHULUAN... 6 Tabel 1.1. Standar untuk Menentukan Nilai Masing-masing Indikator...

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang pendidikan. Peningkatan pendidikan yang bermutu di Indonesia termaktub dalam amanah konstitusi

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN IMPLEMENTASI MUATAN LOKAL BACA TULIS AL-QURAN BAGI PESERTA DIDIK YANG BERAGAMA ISLAM PADA SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di

Lebih terperinci

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kebudayaan, pemuda dan olahraga, kesatuan

Lebih terperinci

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara No.107, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Guru. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... LOGO KANTOR PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:lambang_kabupaten_dan_kota_di_indonesia PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara (World Bank, 1980; Barro, 1998; Barro dan Sala-i-Martin, 2004). Beberapa peneliti

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : Dinas Dikbudpora Tahun : 2016 PENDIDIKAN A. Pendidikan Umum * Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 1. Jumlah Sekolah * 249 Sekolah Ada Disdikbudpora 1). Taman Kanak-Kanak (TK)

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 Latar Belakang Forum internasional:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

STATISTIK KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 2014 ISSN : 2355-2964 Katalog BPS : 2301104.51 Nomor Publikasi : 51521.1502 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 75 halaman Naskah : BPS Provinsi

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2011 ISSN: 2086-1028 No. Publikasi/Publication Number: 04220.1201 Katalog BPS/BPS Catalogue: 4103008 Ukuran Buku/Book Size: 28 cm x 21 cm Jumlah Halaman/Pages: xxv + 190 halaman/pages

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II)

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II) 1 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A,

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A, Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banjar Nomor : 420/Kpts.203-Disdikbud Tanggal : 27 Oktober 2014 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Dilingkungan Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA S A L I N A N BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI MALINAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR 16 (ENAM BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendidikan di Indonesia Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia lndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pendidikan nasional

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Menuju LEBAK CERDAS 2019

PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Menuju LEBAK CERDAS 2019 PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Menuju LEBAK CERDAS 2019 PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 0 PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK 2.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Dinas Pendidikan Kota Pontianak merupakan unsur pelaksana bidang pendidikan dipimpin oleh

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Para pendiri

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 57 TAHUN : 2012 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 57 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR : 2 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR : 2 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR : 2 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, 1 PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Nama SKPD : DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA Visi : Terwujudnya Layanan Pendidikan, Pemuda Olahraga Rote Ndao yang berkembang, bermutu, unggul terjangkau Misi : 1 Memperluas

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM 1 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM A. PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TUGAS BELAJAR, IZIN BELAJAR, UJIAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH DAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH SERTA PENCANTUMAN

Lebih terperinci

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA PEMBANGUNAN MANUSIA Proses pembangunan yang sedang dilaksanakan terutama pada Negara berkembang hakikatnya adalah pembangunan terhadap manusianya. Taraf kualitas kehidupan manusia merupakan tujuan utama

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA Imam Gunawan Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang undangan sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai peraturan perundang udangan yang bertingkat,

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram di segala bidang secara menyeluruh, terarah, terpadu, dan berlangsung secara terus menerus dalam

Lebih terperinci