2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan"

Transkripsi

1 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan 2.1 Algoritma dan Fungsi Kompleksitas Algoritma adalah sekumpulan berhingga dari instruksi-instruksi untuk melakukan perhitungan/ komputasi atau memecahkan suatu masalah. Suatu algoritma yang baik harus memiliki sifat-sifat berikut ini: Masukan (input) dari himpunan tertentu Keluaran (output) pada himpunan tertentu (solusi) Definiteness dari setiap langkah perhitungan Kebenaran (correctness) dari keluaran untuk setiap masukan yang mungkin Keberhinggaan (finiteness) dari banyaknya langkah perhitungan Kefektifan (effectiveness) dari setiap langkah perhitungan dan Keterumuman (generality) dalam suatu kelompok permasalahan yang dipecahkan Kita akan memakai pseudocode untuk menuliskan algoritma, yang mirip dengan bahasa Pascal. Sebagai contoh pertama, tinjau algoritma mencari nilai maksimum dari suatu barisan yang panjangnya berhingga berikut ini. procedure max(a 1, a 2,, a n : integers) max := a 1 for i := 2 to n if max < a i then max := a i {max adalah elemen terbesar dalam barisan} Dari masukan barisan a 1, a 2,..., pertama-tama variabel max di-inisiasi dengan suku pertama barisan. Selanjutnya suku-suku berikutnya diambil dan dibandingkan dengan max, jika lebih besar maka nila lama max diganti dengan nilai baru yaitu suku sekarang, sedangkan jika (sama atau lebih kecil), algoritma mengambil suku berikutnya demikian seterusnya. Diakhir proses, suku terbesar dari barisan akan tertampung di dalam max. 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 1

2 Contoh kedua adalah algoritma pencarian linier (linear search), yaitu algoritma yang mencari elemen tertentu dari barisan berhingga secara linier. procedure linear_search(x: integer; a 1, a 2,, a n : integers) i := 1 while (i n and x a i ) i := i + 1 if i n then location := i else location := 0 {letak dari elemen yang dicari adalah subscript dari suku yang sama dengan x, atau nol jika tidak ditemukan.} Pada algoritma pencarian linier, pertama-tama pencacah indeks i di-inisiasi ke harga 1. Selanjutnya suku barisan diambil satu persatu secara ber-urutan dan dibandingkan dengan bilangan yang dicari, yaitu x. Jika ditemukan, maka variable location di-assign dengan indeks dari suku tersebut, sedangkan jika tidak ditemukan, maka variable tersebut diberi harga nol. Eksekusi berakhir setelah ujung barisan dicapai, dengan variable location berisi indeks suku barisan yang dicari atau berisi nol jika tidak ditemukan. Pencarian yang demikian tentu saja akan memakan waktu yang sebanding dengan panjangnya barisan sehingga tidak efisien atau disebut bahwa kompleksitas algoritma ini besar. Interval-2 Interval-3 Interval-1 a c d f g h j l m o p r s u v x z pusat kedua pusat pertama pusat ketiga, KETEMU! Gb. 2.1 Ilustrai algoritma pencarian biner 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 2

3 Kompleksitas bisa diturunkan jika dipakai teknik pencarian biner (binary search), akan tetapi masukannya harus terlebih dahulu diurutkan (ordered). Dalam pencarian biner, algoritma secara iteratif membatasi interval pencarian yang relevan hingga mendekati posisi suku barisan yang dicari. Berikut ini ilustrasi pencarian biner untuk huruf j Algoritma dalam bentuk pseudocode dari pencarian biner adalah sebagai berikut. procedure binary_search(x: integer; a 1, a 2,, a n : integers) i := 1 {i is left endpoint of search interval} j := n {j is right endpoint of search interval} while (i < j) begin m := (i + j)/2 if x > am then i := m + 1 else j := m end if x = ai then location := i else location := 0 {letak dari elemen yang dicari adalah subscript dari suku yang sama dengan x, atau nol jika tidak ditemukan.} Jelas bahwa dalam barisan yang terurut, pencarian biner lebih efisien daripada pencarian liniar. Selanjutnya muncul pertanyaan bagaimana cara menganalisa efisiensi dari suatu algoritma? Kita dapat mengukur efisiensi ini dengan Waktu (time): yakni banyaknya komputasi elementer dalam algoritma Ruang (space): adalah banyaknya sel memori yang dibutuhkan oleh algoritma. Ukuran ini secara berturut-turut disebut sebagai kompleksitas komputasi (computational complexity) dan kompleklsitas ruang (space complexity). Berapakah kompleksitas waktu dari algoritma pencarian linier? Kita akan menentukan banyaknya proses perbandingan pada kasus terburuk (worst-case) sebagai fungsi dari panjang barisan n. Kasus terburuk dari algoritma pencarian linier muncul ketika elemen yang dicari 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 3

4 ternyata tidak ada didalam barisan masukan. Pada kasus tersebut, setiap suku dalam barisan akan dibandingkan dengan elemen yang dicari. Sehingga, untuk n buah elemen, loop while (i n and x ai) i := i + 1 dilaksanakan n kali, sehingga memerlukan 2n buah proses perbandingan. Saat memasuki loop ke (n+1) kalinya, yang dieksekusi hanyalah perbandingan i n dan loop diakhiri. Akhirnya perbandingan if i n then location := i dieksekusi, sehingga pada kasus terburuk kompleksitas waktu adalah 2n + 2. Ini adalah nilai kompleksitas dari algoritma pencarian linier. Selanjutnya, berapakah kompleksitas waktu dari algoritma pencarian biner? Sekali lagi kita akan menentukan jumlah perbandingan pada kondisi terburuk sebagai fungsi dari banyaknya suku dalam deretan n. Kita asumsikan terdapat n=2k buah elemen di dalam barisan yang berarti bahwa k = log(n). Jika n bukan pangkat 2 dari suatu bilangan, barisan tersebut dapat dianggap sebagai bagian dari barisan lain yang lebih besar, dimana 2k<n<2k+1. Pada siklus pertama dari loop while (i < j) begin m := (i + j)/2 if x > am then i := m + 1 else j := m end interval pencarian dibatasi pada (2 k 1) buah elemen, menggunakan dua operasi perbandingan. Pada siklus kedua, interval pencarian dibatasi pada sejumlah 2 k-2 elemen, sekali lagi dengan dua buah perbandingan. Proses ini diulangi terus hingga terdapat hanya satu buah (=2 0 ) 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 4

5 elemen tersisa dalam interval pencarian. Pada kondisi ini, sejumlah 2k perbandingan telah dilakukan. Kemudian, dilakukan perbandingan: while (i < j). Setelah itu keluar dari loop dan perbandingan akhir adalah if x = a i then location := i Menentukan apakah elemen yang dicari sudah ketemu. Dengan demikian, total dari kompleksitas waktu untuk algoritma pencarian biner adalah 2k + 2 = 2 log(n) + 2. (NB: kita selalu mengasumsikan logaritma basis dua). Pada umumnya, untuk input yang kecil, kita tidak tertarik pada kompleksitas ruang maupun waktu. Perbedaan kompleksitas waktu untuk pencarian linier dengan pencarian biner tidak begitu berarti untuk n=10, tetapi sangat signifikan untuk n = Misalkan, ada dua buah algoritma, sebut sebagai algoritma A dan algoritma B yang dapat memecahkan suatu kelas permasalahan. Kompleksitas waktu dari algoritma A adalah 5000n sedangkan kompleksitas dari algoritm B adalah 1.1 n untuk masukan n buah elemen (barisan). Sekarang kita perhatikan perbandingan kompleksitas waktu dari algoritma A dan B sebagai berikut: Besarnya masukan Kompleksitas algoritma-a Kompleksitas algoritma-b n 5000n 1.1 n , Ini berarti bahwa algoritma B tidak dapat dipakai untuk masukan dengan elemen yang besar, sedangkan dengan algoritma A, hal ini masih bisa diatasi. Jadi, yang paling penting dalam menghitung kompleksitas suatu algoritma adalah pertumbuhan dari fungsi kompleksitas. Pertumbuhan dari kompleksitas dengan meningkatnya besarnya masukan, n, adalah ukuran yang sesuai untuk membandingkan algoritma. Pertumbuhan fungsi kompleksitas dilambangkan dengan notasi O (dibaca big-o). Perhatikan definisi berikut ini. 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 5

6 Definisi: Misalkan f dan g adalah dua buah fungsi dari bilangan bulat ke bilangan riil. Kita katakan bahwa f(x) adalah O(g(x)) jika ada suatu konstanta C dan k sedemikian hingga f(x) C g(x), saat x > k. Saat menganalisa perumbuhan dari fungsi kompleksitas, f(x) dan g(x) selalu positif. Oleh karena itu, kita dapat menyederhanakan persyaratan big-o menjadi f(x) C g(x) saat x > k. Jika kita ingin menunjukkan bahwa f(x) adalah O(g(x)), kita hanya perlu menentukan satu buah pasangan (C, k) (yang tidak pernah unik). Ide dibelakang notasi big-o adalah penentuan batas atas (upper boundary) dari perumbuhan suatu fungsi f(x) untuk x besar. Batas ini diberikan oleh fungsi g(x) yang biasanya jauh lebih sederhana daripada f(x). Kita menerima konstanta C dalam persyaratan f(x) C g(x) saat x > k. karena C tidak pernah tumbuh sejalan dengan tumbuhnya x. Kita hanya tertarik pada x besar, sehingga jika f(x) > C g(x) untuk x k, bukanlah suatu masalah. Perhatikan contoh soal berikut. Soal: Tunjukkan bahwa f(x) = x 2 + 2x + 1 adalah O(x 2 ). Jawab: Untuk x > 1: x 2 + 2x + 1 x 2 + 2x 2 + x 2 x 2 + 2x x 2 Karena itu, untuk C = 4 dan k = 1: f(x) C x 2 ketika x > k. f(x) adalah O(x 2 ). Selanjutnya mungkin timbul pertanyaan: jika f(x) adalah O(x 2 ), apakah f(x) juga O(x 3 )?. Jawabnya adalah ya, karena x 3 tumbuh lebih cepat daripada x 2, sehingga x 3 juga tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan f(x). Karena itu, kita selalu harus menemukan fungsi sederhana terkecil g(x) dimana f(x) adalah O(g(x)). 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 6

7 Fungsi-fungsi g(n) yang populer adalah: n log(n), 1, 2 n, n 2, n!, n, n 3, log(n). Jika diurutkan dari yang pertumbuhannya paling lambat ke paling cepat, kita dapatkan daftar berikut: 1 log(n) n n log(n) n 2 n 3 2 n n! Permasalahan yang dapat dipecahkan dengan kompleksitas pada kondisi-terburuk berbentuk polinomial (polynomial worst-case) disebut sebagai permasalahan yang tractable. Permasalahan dengan kompleksitas yang lebih tinggi dari bentuk fungsi polynomial disebut sebagai intractable. Sedangkan permasalahan yang tidak dapat dipecahkan dengan algoritma apapun disebut sebagai unsolvable. Berikut ini beberapa aturan yang berguna untuk big-o. Untuk sebarang polinomial f(x) = a n x n + a n-1 x n a 0, dimana a 0, a 1,, a n bilangan riil, maka f(x) adalah O(x n ). Jika f 1 (x) adalah O(g 1 (x)) dan f 2 (x) adalah O(g 2 (x)), maka (f 1 +f 2 )(x) adalah O(max(g 1 (x), g 2 (x))) Jika f 1 (x) adalah O(g(x)) dan f 2 (x) adalah O(g(x)), maka (f 1 + f 2 )(x) adalah O(g(x)). Jika f 1 (x) adalah O(g 1 (x)) dan f 2 (x) adalah O(g 2 (x)), maka (f 1 f 2 )(x) adalah O(g 1 (x)g 2 (x)). Perhatikan contoh permasalahan kompleksitas berikut ini. Apakah yang dikerjakan algoritma berikut ini? procedure who_knows(a 1, a 2,, a n : integers) m := 0 for i := 1 to n-1 for j := i + 1 to n if a i a j > m then m := a i a j 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 7

8 {m adalah beda maksimum sebarang dua bilangan dari deretan masukan} Proses perbandingan dalam algoritma ini dilakukan sebanyak: n-1 + n-2 + n = (n 1)n/2 = 0.5n 2 0.5n Dengan demikian, besarnya kompleksitas waktu dari algoritma ini adalah O(n 2 ). Selanjutnya bandingkan dengan algoritma berikut ini yang juga memecahkan masalah yang sama! procedure max_diff(a 1, a 2,, a n : integers) min := a 1 max := a 1 for i := 2 to n if a i < min then min := a i else if a i > max then max := a i m := max min Dalam algoritma ini, proses perbandingan dilakukan sebanyak 2n 2. Dengan demikian, besarnya kompleksitas waktu dari algoritma ini adalah O(n). Terlihat bahwa untuk mengerjakan hal yang sama, dua buah algoritma berbeda bisa memiliki kompleksitas yang jauh berbeda. 2.2 Teori Bilangan Yang dimaksud dengan teori bilangan dalam Matematika Diskrit adalah teori mengenai bilangan bulat dan sifat-sifatnya. Pada bagian ini akan dijelaskan prinsip-prinsip teori bilangan, meliputi : Keterbagian (divisibility) Pembagi persekutuan terbesar (greatest common divisors/gcd) Kelipatan persekutuan terkecil (least common multiples/lcm), dan Aritmetika modular (modular arithmetics) 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 8

9 dan beberapa algoritma terkait. Jika a dan b bilangan bulat dimana a 0, dikatakan a membagi b (a divides b) jika ada bilangan bulat c sedemikian hingga b = ac. Jika a membagi b, maka a disebut sebagai faktor (factor) dari b, dan b adalah kelipatan (multiple) dari a. Penulisan a b dibaca sebagai a membagi b, dan notasi a / bilangan-bilangan bulat a, b, dan c akan berlaku hal hal berikut ini: jika a b dan a c, maka a (b + c). Contoh: 3 6 dan 3 9, maka b berarti a tidak membagi b. Untuk jika a b, maka a bc untuk sebarang bilangan bulat c. Contoh: 5 10, jadi 5 20, 5 30, jika a b dan b c, maka a c. Contoh: 4 8 dan 8 24, maka Suatu bilangan bulat positif p yang lebih besar dari satu disebut sebagai bilangan prima jika faktor positif dari p hanyalah 1 dan p. Bilangan bulat positif lebih besar dari 1 yang bukan bilangan prima disebut sebagai bilangan komposit. Teorema Fundamental Aritmetika. Setiap bilangan bulat positif bisa dituliskan secara unik sebagai hasil perkalian dari bilangan-bilangan prima, yang actor primanya bisa dituliskan secara meningkat berurutan. Berikut ini contoh dari teorema tersebut: 15 = = = = = = = = = = = Jika n sebuah bilangan bulat komposit, maka n memiliki pembagi prima yang kurang dari atau sama dengan n. Pemikiran: jika n komposit, maka n memiliki dua buah pembagi p 1 dan p 2 sedemikian hingga p 1 p 2 = n dan p 1 2 dan p 2 2. Tetapi p 1 dan p 2 tidak dapat sekaligus lebih besar dari n sebab jika demikian maka p 1 p 2 akan menjadi lebih besar dari n. Jika bilangan p 1 dan p 2 sendiri bukan bilangan prima, maka kedua bilangan tersebut dapat diuraikan kedalam faktor prima yang lebih kecil dari dirinya sendiri tetapi Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 9

10 Andaikan a suatu bilangan bulat dan d suatu bilangan bulat positif. Maka ada bilangan bulat q dan r yang unik, dimana 0 r < d, sedemikian hingga a = d q + r. Dalam persamaan ini : d disebut sebagai pembagi (divisor) a disebut sebagai deviden(dividend) q disebut sebagai kosien (quotient) dan r disebut sebagai sisa pembagian (remainder). Contoh: Jika 17 dibagi dengan 5, maka akan diperoleh 17 = Dengan demikian, maka: 17 adalah deviden (dividend) 5 adalah pembagi (divisor), 3 adalah kosien (quotient), dan 2 adalah sisa pembagian (remainder). Contoh lain: Bagaimana jika -11 dibagi dengan 3? Catat bahwa remainder tidak bisa bernilai negative, maka -11 = 3 (-4) + 1. Dengan demikian, maka: -11 adalah deviden 3 adalah pembagi -4 adalah kosien, dan 1 adalah sisa pembagian. Andaikan a dan b adalah bilangan bulat yang tidak sekaligus keduanya berharga nol. Bilangan bulat terbesar d sedemikian hingga d a dan d b disebut sebagai pembagai persekutuan terbesar (greatest common diviso/gcd)r dari a dan b, dan dituliskan gcd(a, b). Contoh: Berapakah gcd(48, 72)? Pembagi bersama yang bernilai positif dari 48 dan 72 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, dan 24, sehingga gcd(48, 72) = Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 10

11 Contoh: Berapakah gcd(19, 72)? Satu-satunya pembagi bersama yang positif dari 19 dan 72 adalah 1, sehingga gcd(19, 72) =1. Nilai gcd dapat ditentukan dengan faktorisasi prima: a = p 1 a 1 p 2 a 2 p n a n, b = p 1 b 1 p 2 b 2 p n b n, dimana p 1 < p 2 < < p n dan a i, b i N untuk 1 i n maka: gcd(a, b) = p 1 min(a 1, b 1 ) p 2 min(a 2, b 2 ) p n min(a n, b n ) Contoh: a = 60 = , b = 54 = maka gcd(a, b) = = 6 Definisi. Dua bilangan bulat, a dan b adalah prima relatif jika gcd(a,b)=1. Contoh: Apakah 15 dan 28 prima relatif? Ya, karena gcd(15, 28) = 1. Apakah 55 dan 28 prima relatif? Ya, karena gcd(55, 28) = 1. Apakah 35 dan 28 prima relatif? Tidak, karena gcd(35, 28) = 7. Definisi. Bilangan-bilangan a 1, a 2,, a n adalah prima-relatif-berpasangan (pairwise relatively prime) jika gcd(a i, a j ) = 1 untuk 1 i < j n. Dengan demikian, sekumpulan bilangan bisa ditunjukkan apakah prima-relatif-berpasangan atau tidak dengan mengevaluasi gcd dari semua pasangan bilangan yang mungkin. Jika gcd pasangan-pasangan tersebut semuanya bernilai 1, maka syarat prima-relatif-berpasangan dipenuhi. Sebaliknya, jika salah satu gcd dari pasangan bilangan tersebut tidak sama dengan satu, maka kumpulan bilangan tersebut bukan prima-relatif-berpasangan. Perhatikan contoh berikut ini : Bilangan-bilangan 15, 17, dan 27 adalah bukan prima relatif berpasangan karena gcd(15, 27) = 3. Bilangan-bilangan 15, 17, dan 28 adalah prima relatif berpasangan karena gcd(15, 17) = 1, gcd(15, 28) = 1 dan gcd(17, 28) = Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 11

12 Definisi. Kelipatan persekutuan terkecil (least common multiple) dari bilangan bulat positif a dan b adalah bilangan bulat positif terkecil yang dapat dibagi oleh a maupun oleh b. Kelipatan persekutuan terkecil dari a dan b dituliskan sebagai lcm(a, b). Contoh: lcm(3, 7) = 21, lcm(4, 6) = 12, dan lcm(5, 10) = 10 Seperti halnya gcd, nilai lcm dapat dihitung melalui faktorisasi prima sebagai berikut. a = pa 1 1 p2a2... pnan, b= pb 1 1 p2b2... pnbn dimana p1 < p2 <... pn 1 < p n dan a i, b i N untuk 1 i n, maka lcm( a, b) p max ( a, b ) p max ( a, b )... p max ( a, b ) = n n n Contoh: a = 60 = , b = 54 = maka lcm(a, b) = = = 540 sedangkan gcd(a, b) = = = 6 Teorema. a b = gcd(a, b) lcm(a, b) Andaikan a bilangan bulat dan m bilangan bulat positif. Notasi a mod m menyatakan sisa pembagian (remainder) dari a dibagi dengan m. Contoh: 9 mod 4 = 1, 9 mod 3 = 0, 9 mod 10 = 10, dan -13 mod 4 = 3 Andaikan a dan b adalah bilangan-bilangan bulat dan m suatu bilangan bulat positif. Maka, a disebut kongruen dengan b modulo m jika m membagi a b dan dituliskan a b (mod m). Dengan kata lain a b (mod m) jika dan hanya jika a mod m = b mod m. Perhatikan contohcontoh berikut ini: Apakah (mod 11)? Ya, karena 11 (46 68) = Apakah (mod 22)? Ya, karena 22 (46 68) = Tentukan bilangan bulat z sehingga berlaku z 12 (mod 10)? Jawab: z {,-28, -18, -8, 2, 12, 22, 32, } 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 12

13 Teorema. Andaikan m suatu bilangan bulat positif. Bilangan bulat a dan b adalah kongruen modulo m jika dan hanya jika ada bilangn bulat k sedemikian hingga a = b + k m. Teorema. Andaikan m suatu bilangan bulat positif. Jika a b (mod m) dan c d (mod m), maka a + c b + d (mod m) dan a c b d (mod m). Algoritma Euklid adalah algoritma untuk mencari gcd dari dua buah bilangan bulat a dan b. Penjelasan diberikan oleh contoh berikut ini: untuk menentukan gcd(287, 91), bilangan 287 (yang lebih besar) dibagai dengan 91 (yang lebih kecil) : 287 = = (-3) = 14 Berdasarkan teorema di atas, kita tahu bahwa untuk sebarang bilangan bulat a, b dan c; jika a b, maka a b c untuk semua bilangan bulat c. Oleh karena itu, sebarang pembagi 91 adalah juga pembagi 91 (-3). Maka (-3) = 14 Berdasarkan teorema, kita juga tahu bahwa untuk bilangan bulat a, b dan c, jika a b dan a c, maka a (b + c). Oleh karena itu, sebarang pembagi dari 287 dan 91 haruslah juga pembagi dari (-3), yaitu 14. Dengan demikian, gcd dari 287 dan 91 haruslah juga sama dengan gcd dari 14 dan 91: gcd(287, 91) = gcd(14, 91). Pada langkah berikutnya, kita bagi 91 dengan 14: 91 = Ini berarti bahwa gcd(14, 91) = gcd(14, 7). Selanjutnya 14 dibagi 7: 14 = Ditemukan bahwa 7 14, sehingga gcd(14, 7) = 7. Oleh karena itu diperoleh 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 13

14 gcd(287, 91) = 7. Dari ilustrasi diatas, algoritma Euklid dapat diterjemahkan ke dalam pseudocode berikut ini. procedure gcd(a, b: positive integers) x := a y := b while y 0 begin r := x mod y x := y y := r end {x adalah gcd(a, b)} Andaikan b sebagai suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1. Jika n bilangan bulat positif, n dapat dinyatakan secara unik dalam bentuk: k n= a b + a b +... a b + a 0 k k 1 1 k 1 1 dimana k adalah bilangan bulat tak negatif, dan a 0, a 1,, a k adalah bilangan bulat tak negatif yang kurang dari b, dan a k 0. Contoh: untuk b =10 kita peroleh ekspresi desimal: 859 = untuk b = 2 (ekspansi biner): (10110) 2 = = (22) 10 untuk b =16 (ekspansi heksadecimal): (kita gunakan lambing bilangan A hingga F utk angka 10 sampai 15) (3A0F) 16 = = (14863) 10 Untuk membuat ekspansi basis b dari suatu bilangan bulat n kita lakukan hal berikut. Pertama-tama, bagi n dengan b untuk mendapatkan kosien q 0 dan sisa a 0, yaitu, n = b q 0 + a 0, dimana 0 a 0 < b. 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 14

15 Sisa a 0 menempati dijit paling kanan didalam basis b dari ekspansi n. Berikutnya, bagi q 0 dengan b untuk memperoleh: q 0 = b q 1 + a 1, dimana 0 a 1 < b. a 1 adalah dijit kedua paling kanan pada basis b untuk ekspansi n. Proses ini diteruskan hingga nilai kosien sama dengan nol. Perhatikan contoh berikut ini. Ekspansikan (12345) 10 ke basis 8 dari! Dengan cara yang diuraikan di atas, maka diperoleh = = = = = Hasilnya adalah: (12345) 10 = (30071) 8. Ekspansi suatu bilangan decimal ke basis b dapat dilakukan dengan algoritma berikut ini. procedure base_b_expansion(n, b: positive integers) q := n k := 0 while q 0 begin ak := q mod b q := q/b k := k + 1 end {ekspansi basis b dari n adalah (a k-1 a 1 a 0 ) b } Berikutnya kita tinjau operasi penjumlahan bilangan. Operasi ini bias dijelaskan dengan contoh berikut: 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 15

16 Desimal: 111 carry Biner 1 1 carry ( 1011) ( 1010) ( ) Tinjau dua bilangan biner a = (a n-1 a n-2 a 1 a 0 ) 2, b = (b n-1 b n-2 b 1 b 0 ) 2. Bagaimana sebenarnya penambahan kedua bilangan biner ini dilakukan? Pertama-tama, jumlahkan bit paling kanan: a 0 + b 0 = c s 0, dimana s 0 adalah bit paling kanan dalam ekspansi biner a + b, dan c 0 adalah nilai carry. Lalu, tambahkan pasangan berikutnya bersama-sama dengan carry: a 1 + b 1 + c 0 = c s 1, dimana s 1 adalah bit berikutnya dalam ekspansi biner dari a + b, dan c 1 adalah carry. Proses ini dilanjutkan hingga didapatkan c n-1. Bit terdepan (ter-kiri) dari hasil penjumlahan adalah s n = c n-1. Sehingga hasilnya adalah: a + b = (s n s n-1 s 1 s 0 ) 2. Selanjutnya perhatikan contoh berikut ini: jumlahkan a = (1110) 2 dan b = (1011) 2. Maka dilakukan tahap-tahap berikut ini: a 0 + b 0 = = , shg c 0 = 0 dan s 0 = 1. a1+ b 1 + c 0 = = , shg c 1 = 1 dan s 1 = 0. a 2 + b 2 + c 1 = = , shg c 2 = 1 dan s 2 = 0. a 3 + b 3 + c 2 = = , shg c 3 = 1 dan s 3 = 1. s 4 = c 3 = Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 16

17 Oleh karena itu, s = a + b = (11001) 2. Prosedur penjumlahan bilangan basis dua memiliki algoritma berikut ini. procedure add(a, b: positive integers) c := 0 for j := 0 to n-1 begin d := (a j + b j + c)/2 s j := a j + b j + c 2d c := d end sn := c {ekspansi biner dari hasil penjumlahan adalah: s(s n s n- 1 s 1 s 0 ) 2 } Matriks adalah susunan bilangan berbentuk persegiempat. Matriks yang memiliki m buah baris dan n buah kolom disebut sebagai matriks m n. Contoh: 1 1 A = adalah matriks 3 2 Sebuah matriks yang jumlah baris dan kolomnya sama disebut sebagai matriks bujursangkar. Dua buah matriks disebut sama jika keduanya memilliki jumlah baris dan jumlah kolom yang sama dan elemen-elemen yang bersesuaian bernilai sama. Suatu matriks m n, A = [a ij ], dapat dituliskan sebagai: a a... a a a... a a a... a n n m1 m2 mn a1 j a 2 j. kolom ke-j dari A.. a mj 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 17

18 [ a, a,..., a ] i1 i2 in baris ke-i dari A Tinjau dua buah matriks A = [a ij ] dan B = [b ij ] berukuran m n. Penjumlahan A dan B, dituliskan sbg A + B, adalah matriks m n dengan elemen ke (i, j) adalah a ij + b ij, dengan kata lain, A+B = [a ij + b ij ]. Contoh: = = Andaikan A sebuah matriks m k dan B matriks k n. Hasil kali A dan B, dituliskan sebagai AB, adalah sebuah matriks dengan elemen ke-(i,j) nya sama dengan penjumlahan dari hasil perkalian baris ke-i dari A dan kolom ke-j dari B. Dengan kata lain, jika AB = [c ij ], maka c = a b + a b a b = a b ij i1 1j i2 2 j ik kj it tj t= 1 k Perkalian dua buah matriks dapat dilukiskan sebagia berikut: A = B = Ambil baris pertama dari A, putar 90 o dan pasangkan dengan kolom pertama dari B. Kalikan elemen-elemen yang bersesuaian dari A dan B, kemudian jumlahkan hasil kalinya = 9 Masukkan hasilnya kedalam posisi paling kiri atas dari C. Lanjutkan dengan perkalian baris pertama A dengan kolom ke-dua, ketiga... dst dari B untuk mendapatkan elemen-elemen pada baris pertama C. Ulangi proses ini untuk baris ke-dua, 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 18

19 tiga,..dst dari A menghasilkan elemen pada kolom C sisa-nya. Setelah proses ini selesai, matriks C berisi akan berisi hasil kali AB. Contoh A = B = , maka AB = C = Matriks identitas order-n adalah matriks n n, I n =[δ ij ], dimana δ ij =1 jika i=j dan δ ij =0 jika i j: A = Perkalian sebarang matriks A berukuran m n dengan matriks identitas (dengan dimensi yang sesuai) tidak mengubah matriks tsb: AI n = I m A = A Berikut ini kita tinjau kuasa (power) dari suatu matriks. Fungsi kuasa hanya terdefinisi untuk matriks bujursangkar. Jika A sebuah matriks n n, maka: A 0 = I n, A r = AAA A (r-buah A) Transpose dari suatu matriks m n, A = [a ij ], dituliskan sbg A t, adalah matriks n m yang diperoleh dengan menukarkan baris dengan kolom dari matriks A. Dengan kata lain, jika A t = B = [b ij ], maka b ij = a ji untuk i = 1, 2,, n dan j = 1, 2,, m. Contoh: 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 19

20 2 1 A = 0 1 t 2 0 3, maka A = Suatu matriks bujursangkar A disebut simetrik jika A = A t. Jadi A = [a ij ] adalah simetrik jika a ij = a ji untuk semua i = 1, 2,, n dan j = 1, 2,, m. Tinjau dua buah matriks berikut A = 1 2 9, B = Maka, A adalah matriks simetrik sedangkan B bukanlah matriks simetrik. Sebuah matriks dengan elemen yang berharga 0 atau 1 disebut sebagai matriks Boolean (matriks zero-one). Matriks biner ini sering dipakai sebagai tabel untuk me-representasikan suatu struktur diskrit. Kita dapat mendefinisikan operasi Boolean pada elemen-elemen matriks Boolean sebagai berikut a b a b a b a b Misalkan A=[a ij ] dan B=[b ij ] adalah matriks Boolean berukuran m n. Maka, join (gabungan) dari A dan B adalah sebuah matriks Boolean yang elemen ke-(i,j)-nya adalah a ij b ij. Join dari A dan B dituliskan sebagai A B. Meet (pertemuan) dari A dan B adalah sebuah matriks Boolean dengan elemen ke-(i,j)-nya a ij b ij. Meet dari A dan B dituliskan sebagai A B. Contoh: tinjau matriks-matriks berikut A = 0 1, dan B = 1 1 maka Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 20

21 A B= = 1 1 dan A B = = Misalkan A = [a ij ] adalah suatu matriks Boolean yang berukuran m k dan B = [b ij ] adalah matriks Boolean yang berukuran k n. Perkalian Boolean dari A dan B, dituliskan sebagai Ao B, adalah sebuah matriks m n yang elemen ke-(i, j)-nya, [cij], ditentukan sebagai berikut ( 1 1 ) ( 2 2 )... ( ) c = a b a b a b ij i j i j ik kj Pada dasarnya perkalian Boolean dilakukan seperti perkalian matriks biasa, tetapi operasi perkalian bilangan digantikan dengan konjungsi, sedangkan operasi penjumlahan bilangan digantikan dengan disjungsi. Andaikan A sebuah matriks Boolean bujursangkar dan r adalah bilangan bulat positif. Kuasa Boolean (boolean power) ke-r dari A adalah perkalian Boolean sebanyak r-buah dari matriks A. Kuasa Boolean ke-r dari A dituliskan sebagai A [r], dengan kurung kotak pada operasi perpangkatannya. Dengan demikian A [ 0] [ r] = I n A = AoAoA... oa ( r kali) 2. Algoritma, Kompleksitas dan Teori Bilangan - 21

CHAPTER 3 ALGORITHMS 3.1 ALGORITHMS

CHAPTER 3 ALGORITHMS 3.1 ALGORITHMS CHAPTER 3 ALGORITHMS 3.1 ALGORITHMS Algoritma Definisi 1. Algoritma adalah himpunan hingga perintah yang terinci dalam melakukan perhitungan atau pemecahan masalah. Contoh 1. Program komputer adalah suatu

Lebih terperinci

Matematika Diskrit. Reza Pulungan. March 31, Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Matematika Diskrit. Reza Pulungan. March 31, Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Matematika Diskrit Reza Pulungan Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta March 31, 2011 Teori Bilangan (Number Theory) Keterbagian (Divisibility) Pada bagian ini kita hanya akan berbicara

Lebih terperinci

R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Induksi Matematika Induksi matematika adalah : Salah satu metode pembuktian untuk proposisi perihal bilangan bulat Induksi matematika merupakan teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi penjumlahan dua bilangan kuadrat sempurna. Seperti, teori keterbagian bilangan bulat, bilangan prima, kongruensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori dalam aljabar dan teori bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan carmichael akan dibutuhkan definisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, daerah integral, ring bilangan bulat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Sejak tiga abad yang lalu, pakar-pakar matematika telah menghabiskan banyak waktu untuk mengeksplorasi dunia bilangan prima. Banyak sifat unik dari bilangan prima yang menakjubkan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses penelitian untuk penyelesaian persamaan Diophantine dengan relasi kongruensi modulo m mengenai aljabar dan

Lebih terperinci

Teori Bilangan (Number Theory)

Teori Bilangan (Number Theory) Bahan Kuliah ke-3 IF5054 Kriptografi Teori Bilangan (Number Theory) Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 3. Teori Bilangan Teori bilangan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan prima, bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas (square free), keterbagian,

Lebih terperinci

2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika

2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika Bilangan prima telah dikenal sejak sekolah dasar, yaitu bilangan yang tidak mempunyai faktor selain dari 1 dan dirinya sendiri. Bilangan prima memegang peranan penting karena pada dasarnya konsep apapun

Lebih terperinci

Pengantar Teori Bilangan

Pengantar Teori Bilangan Pengantar Teori Bilangan Kuliah 2 2/2/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 1 Materi Kuliah 2 Teori Pembagian dalam Bilangan Bulat Algoritma Pembagian Pembagi Persekutuan Terbesar 2/2/2014 2 Algoritma Pembagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.

Lebih terperinci

ALGORITMA DAN BILANGAN BULAT

ALGORITMA DAN BILANGAN BULAT ALGORITMA DAN BILANGAN BULAT A. ALGORITMA Sebuah masalah dipecahkan dengan mendeskripsikan langkah-langkah penyelesaiannya. Urutan penyelesaian masalah ini dinamakan Algoritma. Definisi 5.1 : Algoritma

Lebih terperinci

Pendahuluan. Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus efisien. Algoritma yang bagus adalah algoritma yang efektif dan efisien.

Pendahuluan. Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus efisien. Algoritma yang bagus adalah algoritma yang efektif dan efisien. Pendahuluan Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus efisien. Algoritma yang bagus adalah algoritma yang efektif dan efisien. Algoritma yang efektif diukur dari berapa jumlah waktu dan

Lebih terperinci

8 MATRIKS DAN DETERMINAN

8 MATRIKS DAN DETERMINAN 8 MATRIKS DAN DETERMINAN Matriks merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem persamaan linear. Oleh karenanya aljabar matriks sering juga disebut dengan aljabar linear. Matriks dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Definisi Graf

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Definisi Graf Bab 2 Teori Dasar Pada bagian ini diberikan definisi-definisi dasar dalam teori graf berikut penjabaran mengenai kompleksitas algoritma beserta contohnya yang akan digunakan dalam tugas akhir ini. Berikut

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Linear Dalam Bentuk Kongruen

Penyelesaian Persamaan Linear Dalam Bentuk Kongruen Penyelesaian Persamaan Linear Dalam Bentuk Kongruen Yayat Priyatna Jurusan Matematika FMIPA UNPAD Jl. Raya Jatinangor Bdg Smd Km 11 E mail : yatpriyatna@yahoo.com Tlp / Fax : 022 4218676 HP :08122334508

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Sebelum kita membahas mengenai uji primalitas, terlebih dahulu kita bicarakan beberapa definisi yang diperlukan serta beberapa teorema dan sifat-sifat yang penting dalam teori bilangan

Lebih terperinci

BAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima

BAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima BAB II KETERBAGIAN 2.1 Pendahuluan Pada pertemuan minggu ke-3, dan 4 ini dibahas konsep keterbagian, algoritma pembagian dan bilangan prima pada bilangan bulat. Relasi keterbagian pada himpunan semua bilangan

Lebih terperinci

Bilangan Prima dan Teorema Fundamental Aritmatika

Bilangan Prima dan Teorema Fundamental Aritmatika Pembaharuan Terakhir: 28 Maret 2017 Pengantar Teori Bilangan (Bagian 5): Bilangan Prima dan Teorema Fundamental Aritmatika M. Zaki Riyanto Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma Kompleksitas Algoritma Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus. Kemangkusan algoritma diukur dari berapa jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep bilangan bulat, bilangan prima,modular, dan kekongruenan. 2.1 Bilangan Bulat Sifat Pembagian

Lebih terperinci

BAB I INDUKSI MATEMATIKA

BAB I INDUKSI MATEMATIKA BAB I INDUKSI MATEMATIKA 1.1 Induksi Matematika Induksi matematika adalah suatu metode yang digunakan untuk memeriksa validasi suatu pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli. Dalam pembahasan

Lebih terperinci

1 TEORI KETERBAGIAN. Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai

1 TEORI KETERBAGIAN. Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai 1 TEORI KETERBAGIAN Bilangan 0 dan 1 adalah dua bilangan dasar yang digunakan dalam sistem bilangan real. Dengan dua operasi + dan maka bilangan-bilangan lainnya didenisikan. Himpunan bilangan asli (natural

Lebih terperinci

STRATEGI DIVIDE AND CONQUER

STRATEGI DIVIDE AND CONQUER Pemrogram bertanggung jawab atas implementasi solusi. Pembuatan program akan menjadi lebih sederhana jika masalah dapat dipecah menjadi sub masalah - sub masalah yang dapat dikelola. Penyelesaian masalah

Lebih terperinci

Manusia itu seperti pensil Pensil setiap hari diraut sehingga yang tersisa tinggal catatan yang dituliskannya. Manusia setiap hari diraut oleh rautan

Manusia itu seperti pensil Pensil setiap hari diraut sehingga yang tersisa tinggal catatan yang dituliskannya. Manusia setiap hari diraut oleh rautan Manusia itu seperti pensil Pensil setiap hari diraut sehingga yang tersisa tinggal catatan yang dituliskannya. Manusia setiap hari diraut oleh rautan umur hingga habis, dan yang tersisa tinggal catatan

Lebih terperinci

Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan

Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan N a m a : NIM/Kelas : Waktu Kuliah : Kompetensi Dasar dan Indikator: 1. Memahami pengertian faktor dan kelipatan bilangan bulat. a) Menuliskan denisi faktor suatu

Lebih terperinci

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3 11 II. M A T R I K S Untuk mencari pemecahan sistem persamaan linier dapat digunakan beberapa cara. Salah satu yang paling mudah adalah dengan menggunakan matriks. Dalam matematika istilah matriks digunakan

Lebih terperinci

n suku Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai

n suku Jadi himpunan bilangan asli dapat disajikan secara eksplisit N = { 1, 2, 3, }. Himpunan bilangan bulat Z didenisikan sebagai Contents 1 TEORI KETERBAGIAN 2 1.1 Algoritma Pembagian............................. 3 1.2 Pembagi persekutuan terbesar......................... 6 1.3 Algoritma Euclides............................... 11

Lebih terperinci

TEORI BILANGAN Setelah mempelajari modul ini diharapakan kamu bisa :

TEORI BILANGAN Setelah mempelajari modul ini diharapakan kamu bisa : TEORI BILANGAN Setelah mempelajari modul ini diharapakan kamu bisa : 1 Menggunakan algoritma Euclid untuk menyelesaikan masalah. 2 Menggunakan notasi kekongruenan. 3 Menggunakan teorema Fermat dan teorema

Lebih terperinci

Bundel Soal. Elektroteknik. Semester 3 Tahun 2013/2014. tambahan Matematika Diskrit (ET 2012)

Bundel Soal. Elektroteknik. Semester 3 Tahun 2013/2014. tambahan Matematika Diskrit (ET 2012) Tim Penyusun Bundel Soal Elektroteknik Semester 3 Kementerian Kesejahteraan Anggota Kementerian Kewirausahaan Bundel Soal Elektroteknik Semester 3 Tahun 2013/2014 tambahan Matematika Diskrit (ET 2012)

Lebih terperinci

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL BILANGAN

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL BILANGAN PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 200 MODUL BILANGAN DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP

Lebih terperinci

Matematika Diskrit Kompleksitas Algoritma. Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

Matematika Diskrit Kompleksitas Algoritma. Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Matematika Diskrit Kompleksitas Algoritma Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Pendahuluan Sebuah masalah dapat mempunyai banyak algoritma penyelesaian. Contoh: masalah pengurutan (sort), ada

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB III PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB III PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Pengembangan Teorema Pada penelitian dan perancangan algoritma ini, akan dibahas mengenai beberapa teorema uji primalitas yang telah ditemukan baru

Lebih terperinci

Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus.

Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus. Waktu komputasi (dalam detik) Kompleksitas Algoritma Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus. Kemangkusan algoritma

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma Kompleksitas Algoritma Pendahuluan Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus. Kemangkusan algoritma diukur dari berapa

Lebih terperinci

TEORI BILANGAN. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0.

TEORI BILANGAN. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0. TEORI BILANGAN Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0. Sifat Pembagian pada Bilangan Bulat Misalkan a dan b adalah dua buah bilangan

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS

Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS Program Studi : Pendidikan Matematika Semester : IV (Empat) Oleh : Nego Linuhung, M.Pd Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENCARIAN BINER DAN ALGORITMA PENCARIAN BERUNTUN

PERBANDINGAN KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENCARIAN BINER DAN ALGORITMA PENCARIAN BERUNTUN PERBANDINGAN KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENCARIAN BINER DAN ALGORITMA PENCARIAN BERUNTUN Yudhistira NIM 13508105 Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika ITB Jalan Ganesha No.10 Bandung e-mail: if18105@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

STRUKTUR ALJABAR: GRUP STRUKTUR ALJABAR: GRUP BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI Bandung 2016 1 A. Pendahuluan Ilustrasi 1.1: Perhatikan

Lebih terperinci

Diktat Kuliah. Oleh:

Diktat Kuliah. Oleh: Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Untuk melakukan penelitian ini terlebih dahulu harus memahami konsep yang terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar yang menunjang dan disajikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengirim pesan secara rahasia sehingga hanya orang yang dituju saja yang dapat membaca pesan rahasia tersebut.

Lebih terperinci

MODUL PERSIAPAN OLIMPIADE. Oleh: MUSTHOFA

MODUL PERSIAPAN OLIMPIADE. Oleh: MUSTHOFA MODUL PERSIAPAN OLIMPIADE Oleh: MUSTHOFA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2007 1 TEORI BILANGAN Dalam teori bilangan, semesta pembicaraan

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force

Algoritma Brute Force Algoritma Brute Force Definisi Brute Force Brute force adalah sebuah pendekatan yang lempang (straightforward( straightforward) ) untuk memecahkan suatu masalah, biasanya didasarkan pada pernyataan masalah

Lebih terperinci

BAB VII ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER

BAB VII ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER BAB VII ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER Pemrogram bertanggung jawab atas implementasi solusi. Pembuatan program akan menjadi lebih sederhana jika masalah dapat dipecah menjadi sub masalah - sub masalah yang

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma Kompleksitas Algoritma Pendahuluan Mengapa kita memerlukan algoritma yang mangkus? Waktu komputasi (dalam detik) 10 5 10 4 10 3 10 2 1 0 1 10-1 1 hari 1 jam 1 detik 1 menit 5 1 0 1 5 2 0 10-4 x 2 n 10-6

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA HANDOUT TEORI BILANGAN MUSTHOFA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 1 RELASI KETERBAGIAN Dalam teori bilangan, semesta pembicaraan

Lebih terperinci

Matriks. Matriks adalah adalah susunan skalar elemen-elemen dalam bentuk baris dan kolom.

Matriks. Matriks adalah adalah susunan skalar elemen-elemen dalam bentuk baris dan kolom. Matriks Matriks adalah adalah susunan skalar elemen-elemen dalam bentuk baris dan kolom. Matriks A yang berukuran dari m baris dan n kolom (m n) adalah: Matriks bujursangkar adalah matriks yang berukuran

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Matriks, part 2

Pertemuan 2 Matriks, part 2 Pertemuan 2 Matriks, part 2 Beberapa Jenis Matriks Khusus 1. Matriks Bujur Sangkar Suatu matriks dengan banyak baris = banyak kolom = n disebut matriks bujur sangkar berukuran n (berordo n). Barisan elemen

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang berhubungan dengan masalah dan bagaimana mengeksplorasinya dengan logaritma diskret pada menggunakan algoritme Exhaustive Search Baby-Step

Lebih terperinci

Materi Pembinaan Olimpiade SMA I MAGELANG TEORI BILANGAN

Materi Pembinaan Olimpiade SMA I MAGELANG TEORI BILANGAN Materi Pembinaan Olimpiade SMA I MAGELANG TEORI BILANGAN Oleh. Nikenasih B 1.1 SIFAT HABIS DIBAGI PADA BILANGAN BULAT Untuk dapat memahami sifat habis dibagi pada bilangan bulat, sebelumnya perhatikan

Lebih terperinci

Disajikan pada Pelatihan TOT untuk guru-guru SMA di Kabupaten Bantul

Disajikan pada Pelatihan TOT untuk guru-guru SMA di Kabupaten Bantul Disajikan pada Pelatihan TOT untuk guru-guru SMA di Kabupaten Bantul Training of Trainer (TOT) Olimpiade Matematika Tingkat Sekolah Menengah Atas Untuk Guru-guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b = BAB II TEORI DASAR 2.1. Group Misalkan operasi biner didefinisikan untuk elemen-elemen dari himpunan G. Maka G adalah grup dengan operasi * jika kondisi di bawah ini terpenuhi : 1. G tertutup terhadap.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis berupa definisi teorema sifat-sifat yang berhubungan dengan teori bilangan integer modulo aljabar abstrak masalah logaritma diskret

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa definisi dan teorema dengan atau tanpa bukti yang akan digunakan untuk menentukan regularisasi sistem singular linier. Untuk itu akan diberikan terlebih

Lebih terperinci

Pemfaktoran prima (2)

Pemfaktoran prima (2) FPB dan KPK Konsep Habis Dibagi Definisi: Jika a suatu bilangan asli dan b suatu bilangan bulat, maka a membagi habis b (dinyatakan dengan a b) jika dan hanya jika ada sebuah bilangan bulat c demikian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPLEKSITAS ALGORITMA

BAB III ANALISIS KOMPLEKSITAS ALGORITMA BAB III ANALISIS KOMPLEKSITAS ALGORITMA 3.1 Kompleksitas Algoritma Suatu masalah dapat mempunyai banyak algoritma penyelesaian. Algoritma yang digunakan tidak saja harus benar, namun juga harus efisien.

Lebih terperinci

Setelah mengikuti materi Bab ini mahasiswa diharapkan mampu: 2. Mendefinisikan factor persekutuan, kelipatan persekutuan, FPB, dan KPK.

Setelah mengikuti materi Bab ini mahasiswa diharapkan mampu: 2. Mendefinisikan factor persekutuan, kelipatan persekutuan, FPB, dan KPK. BAB II KETERBAGIAN PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat Mata Kuliah Mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk belajar bukti matematika. Materi dalam mata kuliah ini sangat

Lebih terperinci

WORKSHOP DAN PELATIHAN MATLAB : PENUNJANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMU DALAM RANGKA IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ABSTRAK

WORKSHOP DAN PELATIHAN MATLAB : PENUNJANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMU DALAM RANGKA IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ABSTRAK WORKSHOP DAN PELATIHAN MATLAB : PENUNJANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMU DALAM RANGKA IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING LEARNING Tim Pengabdi:. Agus Maman Abadi. Dhoriva UW. Sri Andayani 4. Karyati 5. Caturiyati

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

SISTEM PERSAMAAN LINEAR SISTEM PERSAMAAN LINEAR BAB 1 Dr. Abdul Wahid Surhim POKOK BAHASAN 1.1 Pengantar Sistem Persamaan Linear (SPL) 1.2 Eliminasi GAUSS-JORDAN 1.3 Matriks dan operasi matriks 1.4 Aritmatika Matriks, Matriks

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT Pertemuan Ke SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST,MT Pendahuluan Suatu sistem persamaan linier (atau himpunan persaman linier simultan) adalah satu set persamaan dari sejumlah unsur yang tak diketahui

Lebih terperinci

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB II MATRIKS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi bab ini, Anda diharapkan dapat: 1. menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk menunjukkan bahwa suatu matriks persegi merupakan invers

Lebih terperinci

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER

BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER 4.1 PERSAMAAN LINIER Misalnya x 2 Matematika analitik membicarakan ilmu ukur secara aljabar. Garis lurus pada bidang x 1 dan x 2 dapat dinyatakan sebagai persamaan a 1 x

Lebih terperinci

Part II SPL Homogen Matriks

Part II SPL Homogen Matriks Part II SPL Homogen Matriks SPL Homogen Bentuk Umum SPL homogen dalam m persamaan dan n variabel x 1, x 2,, x n : a 11 x 1 + a 12 x 2 + + a 1n x n = 0 a 21 x 1 + a 22 x 2 + + a 2n x n = 0 a m1 x 1 + a

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) 1 MATERI ALJABAR LINIER VEKTOR DALAM R1, R2 DAN R3 ALJABAR VEKTOR SISTEM PERSAMAAN LINIER MATRIKS, DETERMINAN DAN ALJABAR MATRIKS, INVERS MATRIKS

Lebih terperinci

MAKALAH KRIPTOGRAFI CHINESE REMAINDER

MAKALAH KRIPTOGRAFI CHINESE REMAINDER MAKALAH KRIPTOGRAFI CHINESE REMAINDER Disusun : NIM : 12141424 Nama : Ristiana Prodi : Teknik Informatika B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN ILMU KOMPUTER EL RAHMA YOGYAKARTA 2016 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

Sieve of Eratosthenes dan Aplikasinya Dalam Problem Solving

Sieve of Eratosthenes dan Aplikasinya Dalam Problem Solving Sieve of Eratosthenes dan Aplikasinya Dalam Problem Solving Christianto - NIM : 1350003 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Arief Ikhwan Wicaksono, S.Kom, M.Cs

Arief Ikhwan Wicaksono, S.Kom, M.Cs Arief Ikhwan Wicaksono, S.Kom, M.Cs ariefikhwanwicaksono@gmail.com masawik.blogspot.com @awik1212 Kalkulus (Bahasa Latin: calculus, artinya "batu kecil", untuk menghitung) adalah cabang ilmu matematika

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH (2 sks) MX 127 Teori Bilangan

DIKTAT KULIAH (2 sks) MX 127 Teori Bilangan DIKTAT KULIAH ( sks) MX 17 Teori Bilangan (Revisi Terakhir: Juli 009 ) Oleh: Didit Budi Nugroho, S.Si., M.Si. Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana KATA

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY Any Muanalifah August 9, 2010 Latar Belakang Latar Belakang Teori himpunan fuzzy berkembang pesat saat ini. Banyak sekali

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat Bilangan Bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga negatif dari bilangan

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma

Kompleksitas Algoritma Kompleksitas Algoritma Bahan Kuliah IF2120 Matematika Disktit Rinaldi M/IF2120 Matdis 1 Rinaldi M/IF2120 Matdis 2 Pendahuluan Sebuah masalah dapat mempunyai banyak algoritma penyelesaian. Contoh: masalah

Lebih terperinci

BAB 2 : DETERMINAN. 2. Tentukan banyaknya permutasi dari himpunan bilangan bulat {1, 2, 3, 4}

BAB 2 : DETERMINAN. 2. Tentukan banyaknya permutasi dari himpunan bilangan bulat {1, 2, 3, 4} BAB 2 : DETERMINAN PERMUTASI Kita sudah cukup mengenal fungsi-fungsi sinus, fungsi kuadrat, juga fungsi konstant yang memetakan suatu bilangan riil ke bilangan riil. Pada bagian ini akan dipelajari mengenai

Lebih terperinci

Matriks - 1: Beberapa Definisi Dasar Latihan Aljabar Matriks

Matriks - 1: Beberapa Definisi Dasar Latihan Aljabar Matriks Matriks - 1: Beberapa Definisi Dasar Latihan Aljabar Matriks Kuliah Aljabar Linier Semester Ganjil 2015-2016 MZI Fakultas Informatika Telkom University FIF Tel-U Agustus 2015 MZI (FIF Tel-U) Matriks -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Sekarang ini teknologi untuk berkomunikasi sangatlah mudah. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, internet, dan berbagai macam peralatan

Lebih terperinci

ARSITEKTUR SISTEM KOMPUTER. Wayan Suparta, PhD https://wayansuparta.wordpress.com/ 3 9 April 2018

ARSITEKTUR SISTEM KOMPUTER. Wayan Suparta, PhD https://wayansuparta.wordpress.com/ 3 9 April 2018 ARSITEKTUR SISTEM KOMPUTER Wayan Suparta, PhD https://wayansuparta.wordpress.com/ 3 9 April 2018 Penjumlahan dan Pengurangan Operasi Penjumlahan Operasi Pengurangan Aturan umum 0 + 0 = 0 0 + 1 = 1 1 +

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field. Hal ini dimulai dengan memberikan pengertian dari group

Lebih terperinci

Matriks. Modul 1 PENDAHULUAN

Matriks. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Matriks Drs. H. Karso, M. M.Pd. M PENDAHULUAN odul pertama dari mata kuliah Aljabar Linear ini merupakan materi prasyarat untuk mempelajari konsep-konsep dalam Aljabar Linear berikutnya. Pendahuluan

Lebih terperinci

Software yang digunakan yaitu: 1. Sistem Operasi Windows 7 2. Bloodshed Dev-C Notepad++ 4. Winmerge

Software yang digunakan yaitu: 1. Sistem Operasi Windows 7 2. Bloodshed Dev-C Notepad++ 4. Winmerge dapat dilihat pada Gambar 1. Penjelasan untuk masing-masing langkah adalah sebagai : Studi Literatur Tahapan ini diperlukan untuk mempelajari prinsip dasar aritmetika optimal extension field. Selain itu,

Lebih terperinci

Operasi Pada Matriks a. Penjumlahan pada Matriks ( berlaku untuk matriks matriks yang berukuran sama ). Jika A = a ij. maka matriks A = ( a ij)

Operasi Pada Matriks a. Penjumlahan pada Matriks ( berlaku untuk matriks matriks yang berukuran sama ). Jika A = a ij. maka matriks A = ( a ij) MATRIKS a a a... a n a a a... an A a a a... a n............... am am am... a mn Matriks A dengan m baris dan n kolom (A m n). Notasi Matriks : a, dimana a adalah elemen pada baris ke i kolom ke j Kesamaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 3 TEORI KONGRUENSI 39 4 TEOREMA FERMAT DAN WILSON 40

DAFTAR ISI 3 TEORI KONGRUENSI 39 4 TEOREMA FERMAT DAN WILSON 40 DAFTAR ISI 1 TEORI KETERBAGIAN 1 1.1 Algoritma Pembagian............................. 2 1.2 Pembagi persekutuan terbesar........................ 5 1.3 Algoritma Euclides.............................. 12

Lebih terperinci

BILANGAN CACAH. b. Langkah 1: Jumlahkan angka satuan (4 + 1 = 5). tulis 5. Langkah 2: Jumlahkan angka puluhan (3 + 5 = 8), tulis 8.

BILANGAN CACAH. b. Langkah 1: Jumlahkan angka satuan (4 + 1 = 5). tulis 5. Langkah 2: Jumlahkan angka puluhan (3 + 5 = 8), tulis 8. BILANGAN CACAH a. Pengertian Bilangan Cacah Bilangan cacah terdiri dari semua bilangan asli (bilangan bulat positif) dan unsur (elemen) nol yang diberi lambang 0, yaitu 0, 1, 2, 3, Bilangan cacah disajikan

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2 Aljabar Linier Elementer Kuliah 1 dan 2 1.3 Matriks dan Operasi-operasi pada Matriks Definisi: Matriks adalah susunan bilangan dalam empat persegi panjang. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Pada bab ini dipelajari aritmatika modular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, dimana permasalahan dalam teori bilangan disederhanakan dengan cara mengganti setiap bilangan bulat dengan sisanya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER UNTUK OPTIMASI KONVERSI BILANGAN DESIMAL KE BINER

PENGGUNAAN ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER UNTUK OPTIMASI KONVERSI BILANGAN DESIMAL KE BINER PENGGUNAAN ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER UNTUK OPTIMASI KONVERSI BILANGAN DESIMAL KE BINER Danang Arief Setyawan NIM : 3559 Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung e-mail: das_centauri@yahoo.com

Lebih terperinci

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2011 0 KATA PENGANTAR Aljabar abstrak

Lebih terperinci

TEORI BILANGAN (3 SKS)

TEORI BILANGAN (3 SKS) BAHAN AJAR: TEORI BILANGAN (3 SKS) O l e h Drs. La Misu, M.Pd. (Dipakai dalam Lingkungan Sendiri) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS BAB. PENDAHULUAN KALKULUS (Himpunan,selang, pertaksamaan, dan nilai mutlak) Pembicaraan kalkulus didasarkan pada sistem bilangan nyata. Sebagaimana kita ketahui sistem bilangan nyata dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER DAN MATRIKS

ALJABAR LINIER DAN MATRIKS ALJABAR LINIER DAN MATRIKS MATRIKS (DETERMINAN, INVERS, TRANSPOSE) Macam Matriks Matriks Nol (0) Matriks yang semua entrinya nol. Ex: Matriks Identitas (I) Matriks persegi dengan entri pada diagonal utamanya

Lebih terperinci

MATRIKS. Notasi yang digunakan NOTASI MATRIKS

MATRIKS. Notasi yang digunakan NOTASI MATRIKS MATRIKS Beberapa pengertian tentang matriks : 1. Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang disusun atau dijajarkan secara empat persegi panjang menurut baris-baris dan kolom-kolom.

Lebih terperinci

Relasi dan Fungsi. Program Studi Teknik Informatika FTI-ITP

Relasi dan Fungsi. Program Studi Teknik Informatika FTI-ITP Relasi dan Fungsi Program Studi Teknik Informatika FTI-ITP 2 Matriks Matriks adalah adalah susunan skalar elemen-elemen dalam bentuk baris dan kolom. Matriks A yang berukuran dari m baris dan n kolom (m

Lebih terperinci

Analisis Algoritm. Fundamentals of the Anlysis of Algorithm Efficiency

Analisis Algoritm. Fundamentals of the Anlysis of Algorithm Efficiency Analisis Algoritm Fundamentals of the Anlysis of Algorithm Efficiency Hendri Karisma Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 2013 Review An algorithm is a sequence of unambiguous

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel

Lebih terperinci

Pengantar Teori Bilangan

Pengantar Teori Bilangan Pengantar Teori Bilangan I Bilangan Bulat dan Operasinya Pembekalan dan pemahaman dasar tentang bentuk bilangan pada suatu kelompok/set/himpunan salah satunya adalah bilangan bulat (yang lazim disebut

Lebih terperinci