DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF"

Transkripsi

1

2

3 DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF LAMPIRAN i ii iii v vi vii xii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI I KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN I RENCANA STRATEGIS I SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA I 34 PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA KINERJA TAHUNAN II PERJANJIAN KINERJA II 3 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI III REALISASI ANGGARAN III 33 BAB IV PENUTUP 4.1. KESIMPULAN 4.2. REKOMENDASI IV 1 IV 2 ii

4 DAFTAR TABEL Tabel i Pencapaian Kinerja Sasaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014 ix Tabel ii Trend Pencapaian Sasaran Ditjen Cipta Karya Periode x Tabel 1.1. Klasifikasi Pendidikan PNS I 11 Tabel 1.2. Persebaran SDM I 11 Tabel 1.3. Rekapitulasi PNS Berdasarkan Jenis Kelamin I 12 Tabel 1.4. Kondisi, Tantangan Pembangunan Tahun 2014 I 18 Tabel 1.5. Tabel 2.1. Desain Program Ditjen Cipta Karya Rencana Kinerja Tahunan I 33 II 2 Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja II 4 Tabel 3.1. Kategorisasi Kinerja III 1 Tabel 3.2. Pengelolaan Kinerja Tahun 2014 III 2 Tabel 3.3. Pengukuran Kinerja Tahun 2014 III 3 Tabel 3.4. Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum III 5 dan Sanitasi Permukiman Perkotaan Tabel 3.5. Tren Capaian Kinerja Outcome Peningkatan Jumlah Pelayanan Air III 6 Tabel 3.6. Tabel 3.7. Tabel 3.8. Tabel 3.9. Tabel Minum Terhadap RPJMN dan Renstra Kontribusi Pencapaian Outcome Ditjen Cipta Karya Terhadap Cakupan Pelayanan Air Minum Nasional Tren Pencapaian Outcome Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM Tren Pencapaian Outcome Peningkatan Cakupan Pelayanan Sanitasi Kinerja Pelayanan Sanitasi Tahun 2014 III 7 III 10 III 11 III 12 III 15 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang Tabel Kinerja Pencapaian Pembangunan Rusunawa Hingga Tahun 2014 III 16 Tabel Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Infrastruktur III 18 Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat Tabel Tabel Kinerja Peningkatan Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/Nelayan Rekapitulasi Anggaran Responsif Gender (ARG) Ditjen Cipta Karya Periode III 19 III 23 iii

5 Tabel Fasilitas Kerjasama Multipihak Program CSR oleh Ditjen CK III 29 Tabel Tren Realisasi Anggaran Periode III 33 Tabel Tabel Kontribusi Anggaran Terhadap Pencapaian Sasaran Ditjen Cipta Karya Pencapaian Output Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014 III 34 III 34 Tabel Pencapaian Anggaran Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014 III 36 iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar i Trend Rencana dan Realisasi Kinerja Keuangan xi Gambar 1.1. Struktur Organisasi Ditjen Cipta Karya I 3 Gambar 1.2. Struktur Organisasi BPPSPAM I 8 Gambar 1.3. Struktur Organisasi Balai Pembinaan Teknik Air Minum dan I 9 Sanitasi Gambar 1.4. Klasifikasi Golongan PNS I 10 Gambar 1.5. Grafik Golongan Ruang I 10 Gambar 1.6. Komposisi Perempuan Yang Menduduki Posisi Strategis I 12 Gambar 1.7. Gambar 1.8. Gambar 1.9. Proyeksi Proporsi Penduduk Perkotaan dan Perdesaan Peta Pesebaran Penduduk dan Ekonomi Per Pulau Konsep Keterpaduan Bidang Cipta Karya I 15 I 16 I 31 Gambar 2.1. Pembangunan Revitalisasi Kabupaten Sumbawa Kawasan Istana II 8 Dalam Loka NTB Gambar 3.1. Grafik Rekapitulasi Kondisi PDAM III 10 v

7 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I RENCANA KINERJA TAHUNAN LAMPIRAN II PENETAPAN KINERJA LAMPIRAN III PENGUKURAN KINERJA LAMPIRAN IV PETA SEBARAN LOKASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA PER OUTPUT LAMPIRAN V PENGHITUNGAN KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN PMK 249 TAHUN 2011 LAMPIRAN VI PIAGAM PENGHARGAAN LAMPIRAN VII DOKUMENTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA LAMPIRAN VIII INOVASI TEKNOLOGI LAMPIRAN IX RENCANA AKSI vi

8 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Tahun 2014 merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis (RENSTRA) Ditjen. Cipta Karya Tahun dan Rencana Kinerja Tahunan 2014 yang telah ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahun Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen. Cipta Karya Tahun 2014 pada hakekatnya merupakan kewajiban dan upaya untuk memberikan penjelasan mengenai akuntabilitas terhadap kinerja yang telah dilakukan selama tahun bersangkutan. Terhadap pelakasanaan pembangunan bidang Cipta Karya, dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut: A. Tujuan dan Sasaran Dalam upaya merealisasikan good governance, Ditjen. Cipta Karya telah melaksanakan berbagai kegiatan dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran serta mewujudkan visi dan misi yang telah dituangkan dalam RENSTRA. Tujuan Ditjen Cipta Karya adalah: 1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim) 2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat 3. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah Adapun Visi Ditjen. Cipta Karya adalah Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan. Sejalan dengan visi, telah dirumuskan misi sebagai berikut: [1] Meningkatkan pembangunan infarstruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah, [2] Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya, [3] Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung, [4] Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan [5] Mewujudkan organisasi vii

9 yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang professional dengan menerapkan good governance. Selanjutnya dengan mengacu kepada tujuan telah pula ditetapkan sasaran strategis Ditjen Cipta Karya sebagai berikut: 1. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan. 2. Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang. 3. Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat. B. Kinerja sasaran Pencapaian sasaran strategis Ditjen Cipta Karya Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan telah tercapai peningkatan jumlah pelayanan air minum sebanyak l/det (126,58%) dan 321 IKK (104,22%), pembinaan kemampuan Pemda/PDAM di 119 PDAM (99,17%) serta peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 142 kab/kota (97,26%) dan 733 kawasan (96,83%). 2. Terhadap sasaran Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang telah tercapai pembangunan rusunawa sebanyak 25 TB (100%) dan revitalisasi kawasan permukiman di 54 kawasan (98,18%) 3. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat telah tercapai peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di desa (102,44%) Pencapaian sasaran tersebut diperoleh dari capaian indikator kinerja utama (IKU) Ditjen Cipta Karya yang telah disepakati di lingkup Ditjen Cipta Karya. Capaian kinerja sasaran (outcome) Ditjen Cipta Karya Tahun 2014 tercermin dari pencapaian indikator kinerja utama sebagaimana tergambar dalam tabel i berikut: viii

10 Tabel i. Pencapaian Kinerja Sasaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014 Sumber : LAKIP Es II Cipta Karya 2014 Adapun trend pencapaian sasaran selama periode Renstra adalah sebagai berikut : ix

11 Tabel ii. Trend Pencapaian Kinerja Sasaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Renstra * ** Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan Dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum l/det - 2,576 5,745 6,381 9,264 10,353 IKK Kawasan MBR yang terlayani infrastruktur Air Minum Kwsn 1, IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum IKK Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Desa 10,142 2,807 1,811 2,312 1,805 1,979 Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Kwsn Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM PDAM PDAM yang Memperoleh Pembinaan PDAM Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi Kab/Kota Kwsn 1, Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Kab/Kota Dengan Sistem Off-site dan Sistem On-site Kwsn Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase Perkotaan Kab/Kota Kabupaten/Kota yang Terlayani Infrastruktur Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu/3R Kab/Kota Kwsn Pembangunan Rusunawa TB Stasiun Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta Infrastruktur Pendukungnya TB Revitalisasi Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Kwsn 1, Kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya Kwsn 1, Kabupaten/Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah Kab/Kota Peningkatan Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan Desa 36,361 14,848 16,792 16,517 27,569 16,106 Kelurahan/Desa yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM) Kel/Desa 10,999 10,948 10,930 10,925 11,066 11,066 Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman Desa 25,362 3,900 5,862 5,592 16,503 5,040 Sumber : *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No 02/PRT/M/2010 tentang Renstra Kementerian PU Tahun , **)LAKIP Es II Cipta Karya 2014 C. Kinerja Keuangan Dalam melaksanakan sasaran sebagaimana tersebut diatas, Ditjen Cipta Karya didukung pendanaan sebesar Rp ,- dengan capaian sebesar Rp ,- (95,74%). Adapun trend capaian kinerja keuangan selama periode adalah sebagai berikut: x

12 Ribu Rp 25,000,000,000 20,000,000,000 15,000,000,000 10,000,000,000 Rencana Realisasi 5,000,000, Gambar i. Trend Rencana dan Realisasi Kinerja Keuangan Pencapaian anggaran Ditjen Cipta Karya dari tahun sempat mengalami trend meningkat hingga sebesar Rp ,- ditahun 2013, namun menurun di tahun Pada tahun 2014 anggaran Ditjen Cipta Karya menurun menjadi Rp ,- dikarenakan adanya penghematan. Namun demikian, penghematan yang terjadi tidak banyak menurunkan pencapaian output. D. Kendala Secara umum, hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan telah tercapai sesuai rencana dan target yang telah ditetapkan, walaupun masih terdapat beberapa kendala dan permasalahan, antara lain terkait dengan: a. Belum optimalnya perencanaan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan b. Masih terbatasnya jumlah SDM dan kapasitas kelembagaan bidang permukiman khususnya terkait pelaksana di daerah (Satker, Pemda) c. Masih terbatasnya data dan informasi (basis data) permukiman. Selain itu terdapat perbedaan data yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan program menyebabkan tidak optimalnya capaian yang dihasilkan xi

13 d. Lemahnya persiapan pelaksanaan antara lain identifikasi dan penetapan lokasi yang menyebabkan terjadinya perubahan maupun penambahan lokasi sasaran pada pertengahan tahun anggaran berjalan. e. Beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan terkait tidak terpenuhinya readiness criteria seperti kesiapan lahan. f. Belum maksimalnya pencapaian manfaat dari pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya E. Rekomendasi Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, beberapa rekomendasi yang disampaikan sebagai perbaikan ke depan antara lain: 1. Menyusun rencana pelaksanaan program dan kegiatan serta penetapan target target kinerja yang lebih akurat dengan mempertimbangkan tujuan organisasi, kemampuan SDM, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan alokasi anggaran dan faktor terkait lainnya. 2. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja secara reguler (setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan) untuk dapat mengawal pencapaian kinerja. 3. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan bidang permukiman. 4. Meningkatkan koordinasi dengan berbagai instansi terkait baik di pusat maupun daerah lebih intensif, mengingat berbagai pencapaian target indikator yang telah ditetapkan hanya dapat dilakukan dengan melibatkan segenap instansi terkait. Koordinasi juga diperlukan bahkan pada tahap pra perencanaan ataupun pada proses memperoleh data dan informasi bidang permukiman. 5. Peningkatan manfaat dari infrastruktur terbangun, melalui fasilitasi penguatan kelembagaan stakeholder di daerah (Pemda, Masyarakat) dalam penerimaan ataupun pemanfaatan infrastruktur terbangun. Melalui Laporan Kinerja Ditjen. Cipta Karya Tahun 2014 ini diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan kinerja kegiatan untuk tahun selanjutnya sesuai dengan tujuan dan sasaran strategis Renstra Ditjen. Cipta Karya Tahun xii

14 BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah disertai Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 17/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Penetapan Kinerja di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, maka setiap Eselon I dan Eselon II pada Kementerian/Lembaga wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) di akhir tahun anggaran. Begitu pula dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya, dimana pada akhir tahun anggaran 2014 menyusun LAKIP Eselon I. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Ditjen Cipta Karya disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran yang jelas, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan atas kinerja serta capaian yang telah dilaksanakan selama 1 tahun. Hasilnya diharapkan dapat membantu pimpinan dan seluruh jajaran instansi Ditjen Cipta Karya dalam mencermati berbagai permasalahan sebagai bahan acuan dalam menyusun program di tahun berikutnya. Dengan demikian program di tahun mendatang dapat disusun lebih fokus, efektif, efisien, terukur, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bab ini menjelaskan tentang mandat Ditjen Cipta Karya berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang pembentukan organisasi kementerian dan lembaga. Berdasarkan PerPres tersebut, Ditjen Cipta Karya adalah unsur pelaksana Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang cipta karya. Bab ini juga menggambarkan kondisi dan tantangan yang dihadapi sesuai dengan Renstra Ditjen Cipta Karya. Sesuai Peraturan Menteri PU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Pasal 538, mandat Ditjen Cipta Karya adalah: I-1

15 1.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI A. TUGAS DAN FUNGSI TUGAS Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan FUNGSI 1. Perumusan kebijakan di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang meliputi permukiman perkotaan dan perdesaan, tata bangunan dan lingkungan, air minum, air limbah, persampahan, dan drainase, serta bangunan gedung dan rumah negara. 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundangundangan meliputi penyusunan program dan anggaran, evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan, pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi, serta fasilitasi kegiatan strategis nasional, termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial. 3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. Dalam membantu mewujudkan tugas dan fungsi tersebut, Ditjen Cipta Karya didukung oleh lima (5) unit kerja eselon II yang terdiri atas Direktorat Bina Program, Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Direktorat Pengembangan Air Minum, dan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman serta satu unit kerja unsur pendukung yang dilaksanakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal. Khusus di bidang air minum dan sanitasi, memiliki 2 (dua) Unit Pelayanan Teknis (UPT) berupa Balai Pembinaan Teknik Air minum dan Sanitasi setingkat eselon III yang bertanggung jawab langsung pada Direktur Jenderal Cipta Karya. Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga dibantu oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Air Minum (BPPSPAM) dalam rangka melaksanakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, unit pelaksana eselon II di dukung oleh 5 (lima) unit kerja setingkat eselon III yang menjalankan fungsi perumusan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan NSPK dan pemberian bimbingan I-2

16 teknis. Unit pendukung eselon II di dukung oleh 4 (empat) unit kerja setingkat eselon III yang menjalankan fungsi dukungan administrasi dan manajemen keciptakaryaan. Secara keseluruhan Ditjen Cipta Karya memiliki 5 (lima) Direktorat, 1 (satu) Sekretariat Direktorat, 1 (satu) Sekretariat Badan, 25 (duapuluh lima) Subdirektorat, 5 (lima) Bagian Pendukung, 3 (tiga) Bidang, serta 2 (dua) Balai UPT yang tugas dan fungsinya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum. Untuk lebih detail terkait struktur organisasi Ditjen Cipta Karya, dapat dilihat pada Gambar 1.1. B. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN ORTALA BAGIAN KEUANGAN BAGIAN HUKUM DAN PER-UU BAGIAN UMUM DAN PBMN DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM DIREKTORAT PENGEMBANGAN PLP SUBBAG TU SUBBAG TU SUBBAG TU SUBBAG TU SUBBAG TU SUB DIREKTORAT KEBIJAKAN DAN STRATEGI SUB DIREKTORAT PERENCANAAN TEKNIS SUB DIREKTORAT PERENCANAAN TEKNIS SUB DIREKTORAT PERENCANAAN TEKNIS SUB DIREKTORAT PERENCANAAN TEKNIS SUB DIREKTORAT PROGRAM DAN ANGGARAN SUB DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERMUKIMAN BARU SUB DIREKTORAT PEMBINAAN PENGELOLAAN GEDUNG DAN SUB DIREKTORAT INVESTASI SUB DIREKTORAT AIR LIMBAH SUB DIREKTORAT KERJASAMA LUAR NEGERI SUB DIREKTORAT PENINGKATAN PERMUKIMAN WIL I SUB DIREKTORAT WILAYAH I SUB DIREKTORAT WILAYAH I SUB DIREKTORAT DRAINASE SUB DIREKTORAT DATA DAN INFORMASI SUB DIREKTORAT PENINGKATAN PERMUKIMAN WIL II SUB DIREKTORAT WILAYAH II SUB DIREKTORAT WILAYAH II SUB DIREKTORAT PERSAMPAHAN SUB DIREKTORAT EVALUASI KINERJA SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Gambar 1.1. Struktur Organisasi Ditjen Cipta Karya I-3

17 Adapun tugas dan fungsi unit-unit pendukung adalah sebagai berikut: 1. Sekretariat Dalam memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan, Sekretariat menyelenggarakan fungsi: - perencanaan, pembinaan, dan pengembangan pegawai, pengelolaan administrasi kepegawaian serta evaluasi dan penyusunan organisasi dan tata laksana; - pembinaan dan pengelolaan administrasi keuangan, serta pembinaan dan pengelolaan akuntansi, termasuk penyusunan akuntansi keuangan Direktorat Jenderal; - penyusunan dan pembinaan peraturan perundang-undangan, pembinaan hukum dan pemberian bantuan hukum; - penyelenggaraan tata usaha dan urusan rumah tangga, serta pengelolaan barang milik negara Direktorat Jenderal; - pengelolaan sarana dan prasarana penanggulangan darurat bencana; dan - koordinasi pemantauan, pengelolaan data dan informasi, evaluasi dan pelaporan kejadian bencana alam serta penanggulangannya. 2. Direktorat Bina Program Dalam merumuskan kebijakan, menyusun rencana, program dan anggaran termasuk sumber pembiayaan, pengelolaan data, dokumentasi, publikasi, serta evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program di lingkungan, Direktorat Bina Program menyelenggarakan fungsi : - penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan, baik di perkotaan maupun di perdesaan; - penyusunan program dan anggaran penyediaan prasarana dan sarana; - pengembangan kerjasama dan penyiapan administrasi pinjaman/hibah luar negeri serta pengembangan program investasi; - evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program; - pengelolaan data, informasi dan komunikasi publik; dan I-4

18 - pelaksanaan tata usaha Direktorat. 3. Direktorat Pengembangan Permukiman Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman, Direktorat Pengembangan Permukiman menyelenggarakan fungsi: - penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; - pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; - pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana; - pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; - penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; dan - pelaksanaan tata usaha Direktorat 4. Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan, serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi: - penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara; - pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan; - pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan; I-5

19 - pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; - penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan - pelaksanaan tata usaha Direktorat. 5. Direktorat Pengembangan Air Minum Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan, serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum, Direktorat Pengembangan Air Minum menyelenggarakan fungsi: - penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum; - pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; - pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum; - penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum; dan - pelaksanaan tata usaha Direktorat. 6. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan fungsi: - penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan; - pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase, dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; - pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan; I-6

20 - penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan - pelaksanaan tata usaha Direktorat. 7. Badan Pendukung Pengembangan Sistem Air Minum (BPPSPAM) BPPSPAM bertugas mendukung dan memberikan bantuan dalam rangka mencapai tujuan pengaturan pengembangan SPAM guna memberikan manfaat yang maksimal bagi negara dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, BPPSPAM menyelenggarakan fungsi: - Memberikan masukan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan dan strategi - Membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penerapan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) oleh penyelenggara dan masyarakat - Melakukan evaluasi terhadap standar kualitas dan kinerja pelayanan penyelenggaraan SPAM - Memberikan rekomendasi tindak turun tangan terhadap penyimpangan standar kualitas dan kinerja pelayanan penyelenggaraan - Mendukung dan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam penyelenggaraan SPAM oleh koperasi dan badan usaha swasta - Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam menjaga kepentingan yang seimbang antara penyelenggara dan masyarakat Unit kerja BPPSPAM memiliki struktur organisasi yang berbeda dari keseluruhan Eselon I. Unit kerja BPPSPAM merupakan badan yang dibentuk berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. BPPSPAM dibentuk oleh Menteri Pekerjaan Umum melalui Peraturan Menteri No 249/PRT/M/2005. BPPSPAM memiliki tugas mendukung dan memberikan bantuan dalam rangka mencapai tujuan pengaturan pengembangan SPAM guna memberikan manfaat yang maksimal bagi negara dan sebesar-besar kemakmuran rakyat. I-7

21 KETUA ANGGOTA ANGGOTA Masyarakat ANGGOTA Penyelenggara ANGGOTA Profesi SEKRETARIS KABAG TATA USAHA KABAG UMUM DAN INFORMASI KABAG INFORMASI DAN KABAG KEUANGAN KEPALA BIDANG KAJIAN KEBIJAKAN KEPALA BIDANG PEMANTAUAN DAN KEPALA BIDANG ANALISA KEUANGAN, KELOMPOK PROFESIONAL PEJABAT FUNGSIONAL DAN TENAGA AHLI BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN TENAGA AHLI BIDANG LAINNYA Gambar 1.2. Struktur Organisasi BPPSPAM 8. Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Cipta Karya, melalui Sekretaris Jenderal Cipta Karya erdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum. Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi memiliki tugas melaksanakan bimbingan teknis dan pemberdayaan pengelolaan sistem penyediaan air minum dan sanitasi dengan tugas pokok mengembangan kurikulum, melaksanakan bimbingan teknis bidang air minum dan sanitasi, serta pelatihan lainnya, dan diseminasi bahan latihan. I-8

22 Dalam penyelenggaraan tugasnya tersebut, Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi menyelenggarakan fungsi: - Pelaksanaan bimbingan teknik pelayanan air minum dan sanitasi - Pemberdayaan kemampuan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan system penyediaan air minum dan sanitasi - Penyebarluasan dan penerapan teknologi rancang bangun sistem penyediaan air minum dan sistem pengolahan sanitasi - Pengelolaan laboratorium dan bengkel kerja air minum dan sanitasi - Penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi barang milik Negara - Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai. SEKRETARIS DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA KEPALA BALAI / KEPALA SATKER KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KA. SUB. BAG. TATA USAHA KA. UR. UMUM DAN KEUANGAN KA. UR. KEPEGAWAIAN KA. SIE AIR MINUM KA. SIE SANITASI KA. SUBSIE AIR MINUM KA. SUBSIE SANITASI BENDAHARA PENGELUARAN PEJABAT PENANDA TANGAN SPM PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN PEJABAT PEMUNGUT PNBP BENDAHARA PENERIMAAN PANITIA POKJA/ PENGADAAN BARANG JASA Gambar 1.3. Struktur Organisasi Balai Pembinaan Teknik Air Minum dan Sanitasi I-9

23 C. KERAGAMAN SDM Dalam mendukung tugas dan fungsi beserta unit kerja pendukungnya di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya didukung oleh orang pegawai dengan keragaman SDM sebagai berikut: 6% 2% 65% 27% Gol I Gol II Gol III Gol IV Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen 2014 Gambar 1.4. Klasifikasi Golongan PNS Di tahun 2014, proporsi terbesar SDM Ditjen Cipta Karya berasal dari golongan III sebanyak orang (65%) yang terbagi golongan ruang sebagaimana terdapat pada gambar GRAFIK GOL. RUANG IV/E IV/D IV/C IV/B IV/A III/D III/C III/B III/A II/D II/C II/B II/A I/D I/C I/B I/A JUMLAH Gambar 1.5. Grafik Golongan Ruang I-10

24 Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa 65% SDM yang berasal dari golongan III, umumnya didominasi oleh SDM dengan golongan ruang III/B sebanyak 516 orang yang sebagian besar merupakan pegawai negeri sipil (masa kerja >5 tahun). Tabel 1.1. Klasifikasi Pendidikan PNS No. Pendidikan Jumlah 1. S3 8 orang 2. S2 359 orang 3 S orang 4. D III 94 orang 5. SMA 607 orang 6. SMP 46 orang 7. SD 45 orang Total Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen orang Jika dilihat dari sisi pendidikan, maka komposisi terbesar ada pada SDM yang berpendidikan S1 sebanyak orang (47%) dan SMA sebanyak 607 orang (28%). Kemudian, dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, Ditjen Cipta Karya, juga menyediakan/bekerjasama menyediakan dukungan beasiswa dari Universitas dalam maupun luar negeri. Terhadap persebaran SDM di setiap unit kerja Es II, sebagaimana terlihat pada tabel 1.2. maka akan terlihat persebaran SDM yang kurang lebih merata. Tabel 1.2. Persebaran SDM No. Unit Kerja Jumlah 1. Sekretariat Direktorat Jenderal 196 orang 2. Direktorat Bina Program 212 orang 3. Direktorat PBL 374 orang 4. Direktorat Pengembangan Permukiman 443 orang 5. Direktorat Pengembangan PLP 395 orang 6. Direktorat Pengembangan Air Minum 466 orang 7. BPPSPAM 97 orang Total Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen orang I-11

25 Komposisi terbesar persebaran PNS ada di Direktorat Pengembangan Air Minum sebanyak 466 orang dan yang terendah di BPPSPAM sebanyak 97 orang. Dari analisis kebutuhan pegawai, dapat disampaikan bahwasanya jumlah pegawai di beberapa unit kerja masih belum memadai, hal ini dikarenakan besarnya beban kerja yang tidak sebanding dengan ketersediaan SDM. Tabel 1.3. Rekapitulasi PNS Berdasarkan Jenis Kelamin No. Unit Kerja Jumlah 1. Laki-Laki orang 2. Perempuan 797 orang Total orang Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen 2014 Berdasarkan jenis kelamin, SDM masih didominasi Laki-laki sebanyak orang (63%) sementara Perempuan sebanyak 797 orang (37%). Walaupun komposisi SDM Ditjen Cipta Karya didominasi oleh Laki-Laki, namun demikian terdapat beberapa orang Perempuan diantaranya berperan penting dalam pembangunan bidang Cipta Karya karena menduduki posisi strategis. Dimana sebanyak 34 perempuan menduduki posisi Eselon IV, 11 perempuan menduduki posisi Eselon III dan 1 perempuan menduduki posisi Eselon II. 1 Orang 11 Orang 34 Orang Es II Es III Es IV Sumber:Data Kepegawaian, Seditjen 2014 Gambar 1.6. Komposisi Perempuan Yang Menduduki Posisi Strategis I-12

26 1.2. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN Subbab ini menjelaskan lingkungan strategis yang melatarbelakangi dan memberikan arahan dalam pembangunan bidang Cipta karya. Lingkungan strategis pembangunan bidang Cipta Karya dipengaruhi oleh tantangan dan isu-isu strategis tingkat nasional maupun internasional yang diperkirakan akan memberikan dampak potensial bagi pelayanan prasarana dan sarana permukiman bidang Cipta Karya selama tahun Tantangan serta isu-isu tersebut meliputi: A. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN Tantangan pembangunan sub bidang ke-cipta Karya-an sebagaimana tertuang dalam Permenpu No 20/PRT/M/2012 tentang Perubahan kedua atas Permenpu No 02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun : 1. Perlunya menetapkan target-target kinerja yang lebih jelas untuk meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di kota metropolitan/besar yang sampai saat ini masih belum menuai hasil yang optimal. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang masih rendah, sementara konflik sosial yang berkaitan dengan pengelolaan TPA sampah sampai saat ini masih sering terjadi di samping ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang masih belum memadai. 2. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah rumah tangganya serta mengurangi volume timbulan sampah mulai dari skala rumah tangga dalam rangka mengurangi beban TPA 3. Meningkatkan keterpaduan penanganan sistem drainase mulai dari sistem terkecil (tersier, sekunder) hingga sistem primer yang pelaksanaanya harus selaras dengan RTRW yang berlaku. 4. Makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan akan menuntut pelayanan sanitasi sesuai dengan kriteria kesehatan dan standar teknis. 5. Memperluas akses pelayanan sanitasi dan peningkatan kualitas fasilitas sanitasi masyarakat yang akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan dan daya saing sebuah kota dan sebagai bagian dari jasa layanan publik dan kesehatan. 6. Mendorong dan meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dalam pendanaan pembangunan prasarana air minum. 7. Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam penyediaan air minum baik dalam pengolahan maupun pembiayaan penyediaan air minum. I-13

27 8. Memenuhi backlog perumahan sebesar 6 juta unit sebagai akibat dari terjadinya penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru, rata-rata sekitar unit rumah setiap tahunnya. 9. Meningkatkan keandalan bangunan baik terhadap gempa maupun kebakaran melalui pemenuhan persyaratan teknis dan persyaratan administrasi/perizinan. 10. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar dalam membangun bangunan gedung memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga dapat meminimalkan terjadinya banjir, longsor, kekumuhan, dan rawan kriminalitas. 11. Mendorong penerapan konsep gedung ramah lingkungan (green building) untuk mengendalikan penggunaan energi sekaligus mengurangi emisi gas dan efek rumah kaca dalam kerangka mitigasi dan adaptasi terhadap isu pemanasan global. 12. Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang khususnya pemanfaatan ruang bagi permukiman. 13. Menyelaraskan pertumbuhan pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional. 14. Melanjutkan program pengembangan kawasan agropolitan. 15. Mengupayakan pengarusutamaan gender dalam proses pelaksanaan kegiatan subbidang infrastruktur permukiman, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya. Isu strategis bidang ke-cipta Karya-an: 1. Pertumbuhan Penduduk dan Urbanisasi Pada tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 247 juta jiwa (BPS, 2013). Diperkirakan jumlah penduduk ini akan terus bertambah, tiap tahunnya bertambah 4 juta-5 juta, atau setara dengan jumlah penduduk Singapura. Menyediakan sarana prasarana permukiman untuk penduduk sebesar itu merupakan tantangan besar bagi Ditjen Cipta Karya karena laju pertumbuhan infrastruktur harus ditingkatkan untuk mengimbangi laju pertumbuhan jumlah penduduk. Di samping itu, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia cenderung meningkat. Saat ini lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di perkotaan dan proporsinya akan terus bertambah di masa mendatang. Pesebaran penduduk Indonesia pun tidak merata. 58 % dari total penduduk atau 143 juta jiwa tinggal di Pulau Jawa yang luasnya hanya 7% dari luas daratan Indonesia. Hal ini menjadi tantangan untuk membangun prasarana permukiman secara merata dan berkeadilan karena pengembangan infrastruktur I-14

28 permukiman dapat memicu pertumbuhan ekonomi kawasan. 2. Ketimpangan Ekonomi dan Kemiskinan Di samping adanya ketimpangan persebaran penduduk, kesenjangan ekonomi antar wilayah juga terjadi di Indonesia. Kontribusi kegiatan ekonomi di kawasan Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua terhadap PDRB nasional hanya 9.31 % (BPS, 2013), meskipun kawasan timur Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur permukiman di kawasan timur Indonesia perlu diperhatikan pemerintah pusat. Angka penduduk miskin di Indonesia, walaupun setiap tahun terus mengalami penurunan, bisa dikatakan masih cukup besar, yaitu mencapai 28 juta jiwa (11,25% dari total penduduk Indonesia). Faktor kemiskinan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat terhadap pelayanan air minum dan perumahan. Akibatnya, masyarakat berpenghasilan rendah tinggal di kawasan permukiman kumuh yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dan aksesibilitas infrastruktur permukiman yang tidak memadai. Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014 Gambar 1.7. Proyeksi Proporsi Penduduk Perkotaan dan Perdesaan Padahal infrastruktur permukiman seperti air minum dan sanitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas penduduk sehingga dapat keluar dari jurang kemiskinan. Untuk itu, kebijakan pembangunan kawasan permukiman haruslah memberdayakan masyarakat dan berkontribusi terhadap upaya penanggulangan kemiskinan di tanah air. I-15

29 Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014 Gambar 1.8. Peta Pesebaran Penduduk dan Ekonomi Per Pulau 3. Desentralisasi Sejak diberlakukannya otonomi daerah yang mengacu pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, maka hampir semua lingkup tugas pelaksanaan pembangunan di bidang ini merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan pemerintah pusat berperan dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasan (TURBINWAS) serta tugas lain dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional dan Standar Pelayanan Minimum.Namun, keterbatasan kapasitas yang dimiliki Pemda mengakibatkan ketergantungan daerah terhadap pusat. Hal ini tercermin dari rendahnya kontribusi Pemda dalam penyediaan Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB). Padahal, pembangunan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya merupakan stimulan bagi pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan pengembangan infrastruktur permukiman, Selain itu, pembangunan ekspansif disertai ego kedaerahan telah menyebabkan aktivitas eksploitasi lingkungan yang membahayakan daya dukung kawasan/kota. Maka dari itu, kebijakan yang disusun perlu mendorong peran dan kapasitas pemerintah daerah dalam mengembangkan infrastruktur permukiman yang lebih hijau di daerah masing-masing. I-16

30 4. Pencemaran lingkungan dan perubahan iklim Kurangnya kesadaran masyarakat dengan paradigma not in my back yard (NIMBY) telah menyebabkan sampah dan air limbah yang belum diolah mengalir ke badan air sehingga terjadi pencemaran. Akibatnya air permukaan tidak bisa lagi digunakan sebagai air baku. Untuk mengatasi masalah ini, pembangunan fisik infrastruktur saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan secara menyeluruh, tetapi juga diperlukan adanya perubahan perilaku masyarakat. Perubahan iklim merupakan suatu tantangan yang nyata terutama bagi negara kepulauan seperti Indonesia. Perubahan iklim global yang disebabkan emisi gas rumah kaca mempengaruhi siklus air sehingga memperpanjang kemarau dan meningkatkan intesitas hujan serta menaikan permukaan laut sehingga meningkatkan kerawanan kekeringan dan banjir. 70% emisi gas rumah kaca berasal dari kawasan perkotaan, salah satunya berasal TPA Open Dumping yang menghasilkan gas metana (CH4). Bangunan gedung menggunakan 40% dari energi global, dan menghasilkan emisi pada tahap konstruksi dan operasi. Untuk itu perubahan iklim perlu diantisipasi melalui tindakan adaptasi dan mitigasi agar bisa meminimalisir bencana alam yang dipicu perubahan iklim. 5. Pengarusutamaan Gender Pengarusutamaan Gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. Dimulai dari adanya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, maka dibentuklah Tim Pengarusutamaan Gender Kementerian Pekerjaan Umum melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 363/KPTS/M/2009 tentang Pembentukan Tim Pengarusutamaan Gender Kementerian Pekerjaan Umum. Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut, pelaksanaan pembangunan yang responsif gender dapat diukur dari 2 (dua) hal yaitu: Pelaku Pembangunan dan Penerima Manfaat Hasil Pembangunan yaitu kondisi dimana seluruh lapisan masyarakat (laki-laki, perempuan, lansia, anak-anak dan kaum difable mempunyai kesetaraan dan keadilan di dalam kesempatan untuk mendapatkan akses, ikut terlibat dalam partisipasi, memiliki kontrol/pengawasan dan menerima manfaat hasil pembangunan. 6. MDGs (Millenium Development Goals) Pembangunan bidang Cipta Karya yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum juga mengacu kepada lingkungan strategis yang I-17

31 berskala internasional, yaitu Millenium Development Goals (MDGs). Millenium Development Goals merupakan agenda masyarakat internasional dalam pencapaian pembangunan untuk pengentasan kemiskinan, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kondisi kehidupan global yang mempunyai milestone pada tahun 2015, yang dideklarasikan oleh para pemimpin dunia pada bulan September 2000 pada Konperensi Tingkat Tinggi Millenium, dengan menetapkan 8 (delapan) butir sasaran utama yang akan dicapai pada tahun target sasaran 2015 dengan tolok ukur kondisi tahun Adapun ruang lingkup Cipta Karya di dalam MDGs : Tujuan 7 : Memastikan kelestarian lingkungan hidup Target 10 : Target 11 : Penurunan sebesar separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015 Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 B. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN 2014 Tabel berikut ini berisi informasi tentang kondisi sumberdaya keciptakaryaan (SDM, Asset, anggaran DIPA, dan beban SDM) yang telah diperhitungkan pada saat penyusunan Renstra dan harus dipantau setiap tahun. Kondisi sumberdaya keciptakaryaan tersebut sangat berpengaruh dalam menghadapi tantangan-tantangan yang harus dihadapi selama melaksanakan Renstra. Tabel 1.4. Kondisi, dan Tantangan Pembangunan Tahun 2014 Uraian Kondisi dan Tantangan Kondisi 1. Total SDM Ditjen CK (orang) Pejabat Fungsional (orang) Nilai Aset Tetap (Milyar Rp) Nilai Aset Tidak Tetap (Milyar Rp) Anggaran (DIPA Realisasi dalam milyar Rp) Beban SDM dalam milyar Rp/kapita 5,67 9,59 6,38 Sumber : DIPA realisasi dari data E-mon 12/12/14; 16:00 I-18

32 Sebagaimana tertera pada tabel tersebut, total SDM Cipta Karya mengalami peningkatan dikarenakan ada penambahan pegawai baru, sedangkan jumlah pejabat fungsional mengalami peningkatan (kenaikan jumlah pejabat fungsional antara sangat signifikan dibandingkan penurunan pada periode ). Adapun beban SDM dalam milyar rupiah di tahun 2014 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 3,21 milyar, hal ini dikarenakan adanya penghematan anggaran pada tengah dan akhir tahun. Tantangan Cipta Karya: 1. Sektor AM - Akses air minum aman nasional (2013) 67,7% dengan rincian jaringan perpipaan sebesar 17,9% dan bukan jaringan perpipaan 48,8%. akses air minum aman di perkotaan sebesar 79,3% dan perdesaan 56,2% - Masih terdapat idle capacity sebesar l/det - NRW nasional sebesar 33% - Keterbatasan air baku untuk air minum sebesar 128 m3/det - Komitmen pemda untuk pendanaan air minum (DDUB) hanya 0,04% dari total APBD (2012) - Masih terdapat 104 PDAM yang kurang sehat di 2013 (30%) dan 70 PDAM berstatus sakit (20%) - Kurangnya kompetensi pengelola SPAM di daerah dimana terdapat kebutuhan peningkatan kompetensi pengelola SPAM di seluruh kab/kota mencapai orang sementara Kapasitas Balai Teknis Air Minum dan Sanitasi ± 2000 orang/tahun. I-19

33 Tantangan Cipta Karya: 2. Sektor PLP - Akses pelayanan pengelolaan sampah baru 79,80% (2013) dengan rincian di perkotaan sebesar 87% dan perdesaan sebesar 72,60%. Pada kawasan perkotaan, pengelolan sampah pada sumbernya sebesar 41% dan pengelolaan akhir sampah sebesar 46%. Pada kawasan perdesaan pengelolan sampah pada sumbernya sebesar 69,20% dan pengelolaan akhir sampah sebesar 3,40%. - Masih rendahnya komitmen pemda dalam pengelolaan sampah yang ditunjukkan dengan besaran anggaran untuk penanganan sampah dibawah 5% dari jumlah anggaran APBD - Belum seluruh kab/kota memiliki kelembagaan pengelola sampah (regulator dan operator) 3. Sektor Bangkim - Luas permukkiman kumuh perkotaan seluas Ha atau setara kawasan - Baru 215 kab/kota yang memiliki Sk Walikota/Bupati tentang permukiman kumuh 4. Sektor PBL - Baru 49% kab/kota memiliki perda BG - Masih minimnya BG yang memiliki IMB - 3,1% kab/kota yang baru memiliki SLF - 0,4% kab/kota yang baru melakukan pendataan BG - Baru 3 bangunan gedung Negara yang sudah bangunan gedung hijau 5. Pengelolaan Aset - Belum tertibnya penatausahaan BMN - BMN yang digunakan/dikuasai Pihak Lain Sumber: Berbagai sumber, RENCANA STRATEGIS Dalam penyelenggaraan fungsi, tugas, dan tanggungjawabnya, telah menyusun Rencana Strategis yang dirancang dan digunakan sebagai acuan awal dalam I-20

34 menuju sasaran yang akan dicapai. Penyusunan Rencana Strategis sepenuhnya mempertimbangkan tuntutan lingkungan strategis yang bersifat lokal, nasional, maupun global. Rencana Strategis yang dimaksud pada hakekatnya merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dicapai dalam penyelenggaraan pembangunan Bidang Cipta Karya selama lima tahun mendatang dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal dalam upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran. Dalam Laporan Kinerja ini, digunakan Rencana Strategis yang telah mengalami revisi i. Namun demikian pada bab evaluasi, dibahas juga pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya terhadap Renstra Rumusan yang konstruktif dan terpadu ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kondisi yang mempengaruhi serta tantangan yang dihadapi. Untuk itu telah dirumuskan langkah-langkah perencanaan dalam bentuk Visi, Misi, Kebijakan, Strategi, serta Program Ditjen. Cipta Karya yang dapat digambarkan sebagai berikut: A. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS VISI dan MISI Visi Ditjen Cipta Karya selaras dengan Visi Kementerian PU yaitu kehendak untuk mewujudkan infrastruktur yang memadai dan berbasis wilayah artinya, Infrastruktur yang terbangun memiliki kualitas (mutu) yang sama (secara proposional) pada semua wilayah. Kedalam kata wilayah, tercermin pemerataan dan keadilan, sedangkan pada kata memadai, tercermin unsur pemeliharaan, kestabilan, dan kinerja pelayanan yang mantap. Solusi terhadap masalah kemiskinan, dan keadilan, bencana, produktifitas, dampak perubahan iklim dan pemanasan Global, adalah beberapa nilai (value) yang tersirat dalam Visi infrastruktur tersebut. Infrastruktur PU yang terbangun, diharapkan mampu memberi dukungan untuk mengatasi kesenjangan antar wilayah/daerah; berkontribusi positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional artinya, Infrastruktur yang terbangun memiliki kualitas (mutu) yang sama (secara proposional) pada semua wilayah. Kedalam kata wilayah, tercermin pemerataan dan keadilan, sedangkan pada kata memadai, tercermin unsur pemeliharaan, kestabilan, dan kinerja pelayanan yang mantap. Solusi terhadap masalah kemiskinan, dan keadilan, bencana, produktifitas, dampak perubahan iklim dan pemanasan Global, adalah bebearapa nilai (value) yang tersirat dalam Visi infrastruktur tersebut. I-21

35 Berdasarkan Visi Kementerian PU tersebut, maka Visi Ditjen Cipta Karya : Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan Adapun makna dari visi tersebut adalah: Layak, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai persyaratan kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan perdesaan. Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman. Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya. Berkelanjutan, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang. Misi Ditjen Cipta Karya pada dasarnya juga harus selaras dengan Misi Kementerian PU, maka untuk mencapai Visi Ditjen Cipta Karya tersebut maka ditetapkan misi Ditjen Cipta Karya sebagai berikut : 1. Meningkatkan pembangunan infarstruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah. 2. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya. 3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung. 4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin. 5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang professional dengan menerapkan good governance. I-22

36 TUJUAN Dari lima tujuan Kementerian Umum, terdapat tiga tujuan yang hendak dicapai oleh sesuai Visi, Misi serta potensi maupun permasalahan infrastruktur bidang permukiman yang ada. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim) 2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat 3. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah SASARAN Dengan mengacu sasaran strategis Kementerian Pekerjaan Umum, maka sasaran Direktorat Jenderal Cipta Karya yang akan dicapai meliputi: 1. Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang. 2. Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat. 3. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan. 4. Meningkatnya kualitas pengaturan, pembinaan dan pengawasan pada pembangunan infrastruktur permukiman B. KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN Kebijakan penyelenggaraan kegiatan diarahkan tidak hanya agar sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi saja tetapi juga disesuaikan dengan beberapa dokumen kebijakan dan strategi nasional seperti RPIJM Kab/Kota, Kebijakan dan Strategi Nasional Perkotaan (KSNP-Kota), Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), serta kebijakan dan I-23

37 Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah permukiman (KSNP- SPALP). Kebijakan penyelenggaraan tersebut difokuskan pada hal-hal sebagai berikut: 1. AIR MINUM - Meningkatkan kinerja pengelola air minum (PDAM) dengan melanjutkan kebijakan sebelumnya, yaitu restrukturisasi utang pokok dan peningkatan manajemen melalui penetapan tarif yang wajar serta penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air pada ambang batas normal (20%). - Mendorong pengelolaan PDAM agar lebih profesional dan menerapkan prinsipprinsip Good Corporate Governance serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pelayanan air minum melalui uji kompetensi, pendidikan dan pelatihan. - Meningkatkan pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus yang diarahkan untuk membantu pelayanan air minum perdesaan serta insentif bagi PDAM, di samping mendorong pemerintah provinsi/ kabupaten/kota untuk berinvestasi di bidang pengembangan air minum. - Meningkatkan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai sasaran pembangunan air minum. - Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan aktif dalam memberikan pelayanan air minum. 2. AIR LIMBAH - Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah, baik yang dikelola BUMD maupun yang dikelola secara langsung oleh masyarakat. - Meningkatkan pendanaan dengan mengembangkan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan serta melalui kemitraan swasta dan pemerintah. - Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah. - Mengembangkan kelembagaan dalam penanganan air limbah. 3. PERSAMPAHAN DAN DRAINASE - Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya peningkatan pelayanan persampahan dan drainase. I-24

38 - Meningkatkan peran serta seluruh stakeholders dalam upaya mencapai sasaran pembangunan persampahan dan drainase. - Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan persampahan, baik dalam handling-transportation maupun dalam pengelolaan TPA. - Menciptakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership) dalam pengelolaan persampahan. - Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan persampahan dan drainase. - Meningkatkan kinerja pengelola persampahan dan drainase melalui restrukturisasi kelembagaan dan revisi peraturan perundang-undangan yang terkait. - Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola persampahan dan drainase melalui uji kompetensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan. 4. BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN - Meningkatkan pembinaan bagi peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam pengendalian pembangunan bangunan gedung. - Meningkatkan pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan keselamatan gedung. - Meningkatkan pengawasan dan penertiban pelestarian bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala nasional maupun internasional. 5. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional. - Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. - Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan. I-25

39 PROGRAM Selama kurun waktu , seluruh kebijakan dituangkan dalam satu program pelaksanaan yaitu: Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman KEGIATAN 1. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman, yang diukur dari indikator kinerja outcome: - Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek permukiman. - Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek bangunan gedung dan lingkungan. - Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek air limbah dan drainase. - Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek air minum. - Jumlah dukungan manajemen bidang permukiman - Jumlah kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data informasi, serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman - Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK 2. Berkurangnya kawasan kumuh perkotaan, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah kawasan kumuh di perkotaan yang ditangani. 3. Terlaksananya pembangunan rusunawa, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah rusunawa terbangun. 4. Menurunnya kesenjangan antar wilayah, yang diukur dari indikator kinerja outcome: - Jumlah kawasan permukiman perdesaan ditangani. - Jumlah kawasan pusat pertumbuhan terbentuk 5. Meningkatnya jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan, yang diukur dari indikator kinerja outcome: I-26

40 - Jumlah desa tertinggal yang ditangani - Jumlah kelurahan/desa yang meningkat kualitasnya melalui pemberdayaan masyarakat 6. Terwujudnya revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah kawasan yang meningkat fungsinya. 7. Meningkatnya jumlah pelayanan sanitasi, yang diukur dari indikator kinerja outcome: - Jumlah cakupan pelayanan sistem air limbah - Luas kawasan potensi banjir di perkotaan yang tertangani 8. Berkurangnya potensi timbunan sampah, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan persampahan. 9. Terlaksananya pembinaan kemampuan pemda/pdam, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah kabupaten/kota PDAM yang memperoleh pembinaan kemampuan. 10. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan (kawasan) SPAM. 11. Tersedianya infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah paket infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak. KEGIATAN PRIORITAS Kegiatan Prioritas untuk Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman beserta output dan targetnya sebagaimana dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional adalah merupakan prioritas Kementerian Pekerjaan Umum, meliputi: 1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan Permukiman. 2. Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan termasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara, serta Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung dan Penataan Kawasan/Lingkungan Permukiman. 3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi dan Persampahan. I-27

41 4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 5. Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman. 6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman. 7. Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Sanitasi dan Persampahan C. KEBIJAKAN BARU Ditahun 2014 pelaksanaan kinerja Ditjen CK dipengaruhi oleh beberapa kebijakan baru, yaitu: 1. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional , maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur. Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur, maka ditetapkan Perpres Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD USD dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0-4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4-7,5 persen pada periode , dan sekitar 8,0-9,0 persen pada periode Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode menjadi 3,0 persen pada Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju. I-28

42 Visi dalam RPJPN 2025 tersebut diterjemahkan ke dalam 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utama dalam MP3EI, yaitu: (1) Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi; (2) Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional; dan (3) Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovationdriven economy. Strategi utama untuk mewujudkan visi tersebut adalah: a. Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah Melalui Koridor Ekonomi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia diselenggarakan berdasarkan pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia. b. Penguatan Konektivitas Nasional Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diintegrasikan beberapa komponen konektivitas yang saling berhubungan kedalam satu perencanaan terpadu. Beberapa komponen dimaksud merupakan pembentuk postur konektivitas secara nasional, yang meliputi: (a) Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS), (b) Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS), (c) Pengembangan Wilayah (RPJMN dan RTRWN), dan (d) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Rencana dari masing-masing komponen tersebut telah selesai disusun, namun dilakukan secara terpisah. Oleh karena itu, Penguatan Konektivitas Nasional berupaya untuk mengintegrasikan keempat komponen tersebut. c. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Nasional Peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK Nasional menjadi salah satu dari 3 (tiga) strategi utama pelaksanaan MP3EI. I-29

43 Hal ini dikarenakan pada era ekonomi berbasis pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk inovasi. Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karena itu, tujuan utama di dalam system pendidikan dan pelatihan untuk mendukung hal tersebut di atas haruslah bisa menciptakan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan sains dan teknologi. 2. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) Keppres Nomor 10/2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan Dan Perluasan Program Pro Rakyat mengamanatkan Kementerian Pekerjaan Umum sebagai coordinator Kelompok Kerja Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan. Sebagai anggota Pokja tersebut adalah Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koperasi & UMKM, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, BPS, Bappenas, dan BPN. MP3KI merupakan affirmative action atau program keberpihakan terhadap rakyat miskin, sehingga pembangunan ekonomi yang terwujud tidak hanya progrowth atau pertumbunan ekonomi semata, tapi juga propoor, pro-job dan pro-environment, temasuk penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat miskin. MP3KI merupakan program yang memiliki target yang kongkrit, terukur dan fokus, serta sinergi dengan berbagai program kemiskinan yang ada di K/L, termasuk ke-4 klaster program penanggulangan kemiskinan. Ke-4 klaster dimaksud adalah: (1) Klaster I, antara lain: Beasiswa miskin, Jamkesmas, Raskin, PKH, dan BLT (bila diperlukan saat krisis); (2) Klaster II, program-program pemberdayaan masyarakat (PNPM); (3) Klaster III, Kredit Usaha Rakyat; dan (4) Klaster IV: rumah sangat murah, kendaraan umum angkutan murah, air bersih, listrik murah & hemat, peningkatan kehidupan nelayan dan peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan. Tujuan MP3KI adalah akselerasi pertumbuhan dengan pemerataan. Pendekatannya dilakukan berdasarkan peningkatan nilai tambah berbasis komoditi unggulan wilayah. MP3KI diharapkan akan menjadi gerakan nasional dengan melibatkan unsur pemerintah, BUMN, swasta dan masyarakat. MP3KI ini tidak akan berdiri sendiri, tapi akan komplemen dengan dokumen-dokumen perencanaan yang telah ada (RPJP, RPJMN, MDG dan Penanggulangan Kemiskinan. Dengan demikian pelaksanaan program MP3KI yang dilaksanakan pemerintah pusat harus sinkron dengan program pemerintahprogram pemerintah daerah, termasuk sinkronisasi perencanaan dan anggaran. Apabila sinkronisasi ini terjadi, maka kehadiran MP3KI tidak akan menjadi pesaing dari programprogram penanggulangan kemiskinan, baik yang sudah ada di K/L maupun di daerah. I-30

44 Sebaliknya semua akan merasa memiliki. Rumah tangga di kawasan perkotaan yang masuk dalam kategori miskin dan sangat miskin menjadi sasaran penerima manfaat program ini. Kementerian PU membangun lingkungan fisik dari permukiman di mana penerima manfaat tinggal, yaitu umumnya di kawasan maupun kantong-kantong permukiman kumuh di perkotaan. Sedangkan kementerian lain dalam Pokja tersebut diharapkan juga berkontribusi dalam membangun aspek sosial (pendidikan, kesehatan) dan aspek ekonomi. Sehingga masyarakat miskin yang menjadi penerima manfaat dapat mengalami peningkatan taraf kehidupan dalam berbagai aspek, meliputi fisik, sosial, dan ekonominya. Karena tujuan dari program ini selaras dengan tujuan dan sasaran dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan kesejahteraan masyarakat Pada tahun 2014 akan dilakukan peningkatan dan perluasan program-program prorakyat yang tergabung dalam Klaster IV, dimana program-program ini ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan termarjinalkan. Program-program tersebut ditujukan untuk melengkapi berbagai program dan kegiatan yang telah dijalankan melalui tiga klaster program penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian, cakupan sasaran, program dan kegiatan untuk pengurangan kemiskinan akan diperluas termasuk juga keterlibatan berbagai pihak dalam pelaksanaan program. Untuk meningkatkan dukungan dari pihak pihak terkait, maka akan diadakan peningkatan sosialisasi kebijakan kepada para pemangku kepentingan dari unsur-unsur pemerintahan, swasta, universitas, dan asosiasi pekerja baik di tingkat pusat dan daerah. Dengan demikian, maka pemerintah dapat melakukan implementasi kegiatan program program di Klaster 4 dengan lebih baik. 3. Kebijakan Keterpaduan Pembangunan Bidang Cipta Karya Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut: I-31

45 Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014 Gambar 1.9. Konsep Keterpaduan Bidang Cipta Karya Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung. Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan dengan menggunakan kriteriakriteria di atas, sampai dengan Juli 2014 terdapat 142 kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk pada Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW. Sampai dengan Tahun 2014, diidentifikasi sebanyak 111 kabupaten/kota yang masuk dalam klaster B. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin. Selain memenuhi I-32

46 karakteristik tersebut, daerah juga harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dan memiliki program yang responsif. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan. Program pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan kemiskinan, sesuai dengan amanat pembangunan nasional. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif. Pada Klaster E ini juga difasilitasi daerah yang berprestasi dan memiliki inovasi baru. Pada kabupaten/kota tersebut, dilakukan pembangunan infrastruktur permukiman secara terpadu berbasis penataan ruang pada entitas regional, kabupaten/kota, kawasan, dan komunitas/lingkungan. Adapun desain program Ditjen Cipta Karya adalah sebagai berikut: ENTITAS Kawasan Lingkungan Tabel 1.5. Desain Program Ditjen Cipta Karya SOFTWARE RTBL Desain Rencana Kerja Masyarakat/ Community Action Plan BENTUK DUKUNGAN KEGIATAN Sektor AM SPAM MBR (di Rusunawa, Kws Kumuh dan Kws Nelayan) SPAM di Kawasan KAPET/MP3EI/KEK SPAM IKK SPAM di Pel. Perikanan SPAM di Kws Perbatasan Sektor AM SPAM Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil PAMSIMAS PEMBANGUNAN FISIK Sektor Bangkim Rusunawa Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh PSD Kws Rawan Bencana, Kws Perbatasan, Pulau Kecil Terluar, & Kws Perdesaan Potensial (agropolitan dan KTM) Sektor Bangkim PPIP Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman (Perbaikan Kampung/KIP) Sektor PPLP SANIMAS Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014 Sektor PBL PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP) Revitalisasi Kawasan, Penataan Permukiman Tradisional/Bersejarah I-33

47 1.4. SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAKIP Bab I Bab II Bab III Bab IV dimana dalam bab ini menjelaskan tugas fungsi serta struktur organisasi direktorat jenderal cipta karya serta kebijakan-kebijakan yang ada dimana dalam bab ini menjelaskan perencanaan yang dilakukan direktorat jenderal cipta karya dalam mencapai target kinerja selama satu tahun anggaran dimana dalam bab ini menjelaskan tentang akuntabilitas kinerja terkait analisa capaian terhadap kinerja IKU serta analisa terhadap capaian kinerja keuangannya dimana dalam bab ini menjelaskan kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dari laporan kinerja ini Lampiran yang terdiri dari Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Dokumen Perjanjian Kinerja (PK), Dokumen Penilaian Kinerja Kegiatan (PKK), Dokumentasi Kegiatan, Piagam Penghargaan, Peta Persebaran Output, Hasil Perhitungan PMK 249/2011, Rencana Aksi dan Inovasi. I-34

48 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), setelah ditetapkanya Renstra, secara rutin setiap tahun diterbitkanlah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) sebagai acuan dalam penyusunan dokumen pengganggaran. Selanjutnya, keluaran dari dokumen penganggaran (DIPA/RKA-KL) kemudian dirumuskan dalam suatu perjanjian kinerja (PK) yang menjadi landasan bagi unit kerja dalam melaksanakan tugasnya di tahun yang bersangkutan. Bab ini menyampaikan ikhtisar hal-hal penting yang tertera pada dokumen rencana kinerja tahunan (RKT) dan dokumen perjanjian kinerja yang tertera dalam dokumen penetapan kinerja (PK) yang meliputi, output, outcome dan indikator kinerja utama RENCANA KINERJA TAHUNAN Ditjen Cipta Karya sebagai instansi yang melaksanakan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, telah menetapkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang diturunkan dari Renstra Ditjen Cipta Karya Pada pelaksanaannya, RKT ini kemudian dijadikan acuan dalam proses penganggaran. Lebih rinci terkait RKT dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut ini. II-1

49 Tabel 2.1. Rencana Kinerja Tahunan URAIAN NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME/IKU SATUAN TARGET Meningkatnya kualitas layanan air Peningkatan jumlah pelayanan air minum Liter/det - minum dan sanitasi permukiman perkotaan Output penting : - Jumlah IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum IKK Jumlah Kawasan MBR yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Kawasan Jumlah Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Desa 1,722 - Jumlah Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Kawasan 322 Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi Kawasan 98 Kab/Kota 118 Output penting : - Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Off-Site Kab/Kota 13 - Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem On-Site Kawasan 55 - Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase Perkotaan Kab/Kota 45 - Jumlah Kab/Kota yang Telayani Infrastruktur Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Kab/Kota 60 - Jumlah Kawasan yang Telayani Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R Kawasan 43 Pembinaan kemampuan Pemda/PDAM PDAM 101 Output penting : - Jumlah PDAM yang Memperoleh Pembinaan PDAM Meningkatnya kualitas kawasan Pembangunan Rusunawa Twin Blok 30 permukiman dan penataan ruang Output penting : - Jumlah Satuan Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta Infrastruktur Pendukungnya Twin Blok 30 Revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan Kawasan 262 Output penting : - Jumlah Kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya Kawasan Jumlah Kab/Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah Kab/Kota Meningkatnya kualitas infrastruktur Peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan Desa 15,948 permukiman perdesaan/kumuh/ Output penting : nelayan dengan pola pemberdayaan - Jumlah Kel/Desa yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM) Kel/Desa 10,948 masyarakat - Jumlah Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman Desa 5,000 Sumber: Dokumen RKT Ditjen Cipta Karya, 2014 (Permen PU No 22/2012) Dalam rangka mencapai sasaran yang telah dirumuskan dalam Renstra Ditjen Cipta Karya, Direktorat Jenderal Cipta karya telah menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Dalam Renstra Ditjen Cipta Karya , pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mencapai sasaran strategis: 1. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran berupa peningkatan jumlah pelayanan air minum, peningkatan jumlah pelayanan sanitasi dan terbinanya kemampuan Pemda melalui PDAM. 2. Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang keberhasilan, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran berupa terbangunnya rusunawa serta terevitalisasinya kawasan permukiman dan penataan bangunan. 3. Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran berupa meningkatnya infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan. 4. Meningkatnya kualitas pembangunan bidang cipta karya dengan indikator keberhasilan berupa jumlah laporan kebijakan dan II-2

50 strategi, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data dan informasi serta evaluasi kinerja bidang permukiman. Untuk sasaran ke-empat, tidak dicantumkan dalam RKT karena tidak tercantum dalam Permen PU Nomor 22/PRT/M/2012 tentang Perubahan Peraturan Menteri PU Nomor 03/PRT/M/2010 tentang Penetapan Indikator kinerja Utama di Lingkungan Kementerian PU. Dalam pelaksanaannya, upaya pencapaian sasaran-sasaran ini didukung secara khusus oleh unitunit kerja tertentu yaitu: 1) Direktorat Pengembangan Air Minum yang mendukung pencapaian sasaran 1 melalui penyediaan pelayanan air minum bagi 300 kawasan MBR, 180 IKK, 322 kawasan khusus dan desa serta pembinaan terhadap 101 PDAM. 2) Direktorat Pengembangan PLP yang mendukung pencapaian sasaran 1 melalui penyediaan pelayanan sanitasi dengan infrastruktur air limbah off-site di 13 Kab/kota, infrastruktur air limbah on-site di 55 kawasan, infrastruktur drainase perkotaan di 45 Kab/kota, infrastruktur TPA di 40 Kab/kota serta infrastruktur TPST/3R di 63 kawasan 3) Direktorat Pengembangan Permukiman yang mendukung pencapaian sasaran 2 melalui kegiatan pembangunan 30 TB rusunawa serta sasaran 3 melalui pembangunan infrastruktur permukiman desa tertinggal di desa 4) Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan yang mendukung pencapaian sasaran 2 melalui kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di 262 kawasan serta pengembangan bangunan gedung Negara/Bersejarah di 47 Kab/kota Serta sasaran 3 melalui kegiatan pendampingan pemberdayaan sosial(p2kp/pnpm) di kel/desa PERJANJIAN KINERJA Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri PAN dan RB No 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reiviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Perjanjian Kinerja adalah dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Namun demikian, Perjanjian Kinerja Tahun 2014 tidak mengikuti PerMen PAN dan RB tersebut dikarenakan pada saat disusun di awal tahun 2014 masih diberlakukan Peraturan Menteri PAN dan RB No 29 Tahun 2010 tentang Panduan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). II-3

51 Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja URAIAN NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME/IKU SATUAN TARGET Meningkatnya kualitas layanan air Peningkatan jumlah pelayanan air minum Liter/det 8,179 minum dan sanitasi permukiman perkotaan Output penting : - Jumlah IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum IKK Jumlah Kawasan MBR yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Kawasan Jumlah Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Desa 2,349 - Jumlah Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Kawasan 148 Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi Kawasan 712 Kab/Kota 157 Output penting : - Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Off-Site Kab/Kota 6 - Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem On-Site Kawasan Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase Perkotaan Kab/Kota 76 - Jumlah Kab/Kota yang Telayani Infrastruktur Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Kab/Kota 75 - Jumlah Kawasan yang Telayani Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R Kawasan 61 Pembinaan kemampuan Pemda/PDAM PDAM 120 Output penting : - Jumlah PDAM yang Memperoleh Pembinaan PDAM Meningkatnya kualitas kawasan Pembangunan Rusunawa Twin Blok 25 permukiman dan penataan ruang Output penting : - Jumlah Satuan Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta Infrastruktur Pendukungnya Twin Blok 25 Revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan Kawasan 55 Output penting : - Jumlah Kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya Kawasan 55 - Jumlah Kab/Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah Kab/Kota Meningkatnya kualitas infrastruktur Peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan Kel/Desa 15,723 permukiman perdesaan/kumuh/ Output penting : nelayan dengan pola pemberdayaan - Jumlah Kel/Desa yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM) Kel/Desa 11,073 masyarakat - Jumlah Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman Desa 4,650 Sumber: Dokumen Penetapan/Perjanjian Kinerja Ditjen Cipta Karya, 2014 Sesuai dengan besaran anggaran yang diterima oleh Ditjen Cipta Karya sebesar Rp ,-, pada tahun 2014, Ditjen Cipta Karya berkomitmen dalam pemenuhan pencapaian sasaran: 1. Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan dengan target kinerja berupa peningkatan jumlah pelayanan air minum sebanyak l/det dan 308 IKK, peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 712 kawasan dan 157 kab/kota, pembinaan kemampuan Pemda/PDAM di 120 PDAM 2. Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang dengan target kinerja pembangunan rusunawa sebanyak 25 TB, revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan di 55 kawasan 3. Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat dengan target kinerja peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di desa/kelurahan. Dalam pelaksanaannya, upaya pencapaian sasaran Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan didukung oleh unit kerja Direktorat Pengembangan Air Minum dan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman melalui kegiatan II-4

52 sebagai berikut: - Untuk memenuhi target peningkatan jumlah pelayanan air minum sebesar l/detik dan 308 IKK, Direktorat Pengembangan Air Minum menyelenggarakan kegiatan pokok berupa penyediaan pelayanan air minum bagi 460 kawasan MBR, 168 kawasan khusus dan desa. - Untuk memenuhi target peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 712 kawasan dan 157 kab/kota Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggaraan kegiatan pokok berupa penyediaan pelayanan sanitasi dengan infrastruktur air limbah off site di 6 Kab/kota, infrastruktur air limbah on site di 651 kawasan, infrastruktur drainase perkotaan di 76 Kab/kota, infrastruktur TPA di 75 Kab/kota serta infrastruktur TPST/3R di 61 kawasan. - Untuk memenuhi target pembinaan kemampuan PEMDA/PDAM Direktorat Pengembangan Air Minum menyelenggarakan kegiatan pokok berupa pembinaan kemampuan pada 120 PDAM. Sementara, untuk keberhasilan pencapaian sasaran Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang, ditandai dengan indikator kinerja berupa pembangunan 25 twin blok Rusunawa serta revitalisasi permukiman dan penataan bangunan di 55 kawasan dimana dalam pelaksanaannya, upaya mencapai target tersebut didukung oleh Unit kerja Direktorat Pengembangan Permukiman melalui kegiatan pembangunan unit hunian rumah susun beserta infrastruktur pendukungnya sebanyak 25 twin blok dan Unit kerja Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di 55 kawasan serta pengembangan bangunan gedung Negara/Bersejarah di 40 Kab/kota. Pencapaian sasaran Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat ditandai dengan indikator kinerja berupa peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di desa dimana dalam pelaksanannya, upaya mencapai target tersebut didukung oleh unit kerja Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui kegiatan pendampingan pemberdayaan sosial(p2kp/pnpm) di kel/desa serta Unit kerja Direktorat Pengembangan Permukiman melalui kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman desa tertinggal di desa. Diluar tiga sasaran utama tersebut, terdapat satu sasaran lain yang juga sama pentingnya yaitu Meningkatnya kualitas Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan Pada Pembangunan Infrastruktur Permukiman. Pencapaian sasaran ini ditandai oleh indikator ketersediaan dokumen Kebijakan, Program Dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman. Di tahun 2014, direncanakan target sasaran ini adalah 171 laporan. Dalam pelaksanaannya, sasaran ini dilaksanakan oleh Direktorat Bina Program. II-5

53 Dari Rencana Kinerja Tahunan dan Perjanjian Kinerja dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan target pada beberapa output. Hal ini disebabkan karena RKT merupakan penjabaran tahunan dari Review Renstra yang perencanaannya sudah dilakukan di awal tahun 2012 dengan anggaran yang masih diprediksi. Sementara pada PK, perencanaan yang ditetapkan sudah memperhatikan isu penganggaran dan isu terkini yang muncul di tahun 2014 (seperti misalnya adanya kebijakan direktif presiden). Pada pertengahan tahun, berdasarkan Inpres Nomor 4 Tahun 2014 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dilakukan penghematan terhadap anggaran Ditjen Cipta Karya sebesar Rp ,- Adanya penghematan ini, menyebabkan beberapa output terkoreksi targetnya dan anggaran berkurang dari Rp , menjadi Rp ,- II-6

54 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Setelah penetapan kinerja disusun, kemudian dilakukan pemantauan terhadap kinerja yang dilaksanakan di tahun 2014.Dengan menggunakan bantuan dokumen Rencana Aksi Penetapan (Perjanjian) Kinerja, Ditjen Cipta Karya melalukan pengelolaan kinerja di tahun ini. PENGELOLAAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA telah melaksanakan penilaian indikator kinerja utama secara berkala setiap 3 (tiga) bulan dengan mengacu pada Penetapan (Perjanjian) Kinerja yang sudah disepakati. Penilaian indikator kinerja ini dilakukan untuk mengukur dan mengevaluasi pengumpulan data kinerja yang hasilnya akan memberikan gambaran keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Dari hasil pengumpulan data kinerja ini kemudian dilakukan kategorisasi kinerja (penentuan posisi) sesuai dengan tingkat capaian kinerja, yaitu: Tabel 3.1 Kategorisasi Kinerja NO KATEGORI NILAI ANGKA INTERPRETASI KATEGORI WARNA 1 AA > Memuaskan 2 A >75 85 Sangat Baik 3 B >65 75 Baik, Perlu sedikit perbaikan 4 CC >50 65 Cukup (memadai), perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar 5 C >30 50 Kurang, perlu banyak perbaikan, termasuk perubahan yang mendasar 6 D 0 30 Sangat Kurang, perlu banyak sekali perbaikan & perubahan yang sangat mendasar Sumber : Pusat Kajian Strategis, Kementerian Pekerjaan Umum, 2014 III-1

55 Dari hasil pencapaian Indikator Kinerja Utama yang telah dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan mulai triwulan I sampai dengan triwulan IV selama tahun 2014, capaian kinerja keenam IKU besarnya bervariasi seperti pada tabel berikut: Tabel 3.2 Pengelolaan Kinerja Tahun 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA/OUTPUT PENTING 1 Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum Dan Sanitasi Permukiman Perkotaan Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum TARGET KINERJA TOTAL 8,179 Liter/detik 308 IKK TARGET KINERJA (%) REALISASI KINERJA (%) B03 B06 B09 B03 B06 B Jumlah Kawasan MBR yang terlayani Infrastruktur Air Minum. 460 Kawasan AA Jumlah IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum. 308 IKK AA Jumlah Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Desa AA Jumlah Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum. 148 Kawasan AA Pembinaan Kemampuan Pemda/ PDAM 120 PDAM Jumlah PDAM yang Memperoleh Pembinaan. 120 PDAM AA EVALUASI * 2 Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman Dan Penataan Ruang. Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Off-site dan Sistem On-Site. 146 Kab/Kota 757 Kawasan 5 Kab./Kota (offsite) 699 Kawasan (onsite) AA Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase Perkotaan. 70 Kab./Kota AA Jumlah Kabupaten/Kota yang Terlayani Infrastruktur Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R. 71 Kab./Kota AA 58 Kawasan AA Pembangunan Rusunawa 25 Twin Blok Jumlah Satuan Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta Infrastruktur Pendukungnya. 25 Twin Blok AA Revitalisasi Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan. 55 Kawasan Jumlah Kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya. 55 Kawasan AA Jumlah Kab./Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan Gedung Negara/ Bersejarah. 40 Kab./Kota AA 3 Meningkatnya Kualitas Peningkatan Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan Desa Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Jumlah Kelurahan/ Desa yang Mendapatkan Pendampingan Kel./Desa AA Kumuh/ Nelayan Dengan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM). Pola Pemberdayaan Jumlah Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman Desa AA Masyarakat Sumber : E-Mon, status 29 Desember 2014 Tabel di atas menunjukkan pengelolaan kinerja Ditjen Cipta Karya selama tahun 2014 (status bulan Desember 2014). Dari 6 (enam) IKU, secara umum kinerja periodik menunjukkan informasi memuaskan dengan hasil akhir untuk keseluruhan IKU tersebut adalah MEMUASKAN, meskipun tidak seluruh kegiatan dapat terealisasi 100%, namun berdasarkan kategori nilai angka pencapaian telah berada pada range >85%-100% dengan intrepertasi memuaskan. III-2

56 Adapun penjelasan terhadap pengelolaan kinerja setiap IKU dapat dilihat dalam Laporan Rencana Aksi Kinerja Tahun Tabel 3.3 Pengukuran Kinerja Tahun 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Proporsi Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan Dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat Sumber: LAKIP ES II Cipta Karya Tahun 2014 Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum l/det 8,179 10, % Kawasan MBR yang terlayani infrastruktur Air Minum IKK % Kwsn % IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum IKK % Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Desa 1,858 1, % Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Kwsn % Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM PDAM % PDAM yang Memperoleh Pembinaan PDAM % Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi Kab/Kota % Kwsn % Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Kab/Kota % Dengan Sistem Off-site dan Sistem On-site Kwsn % Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase Perkotaan Kab/Kota % Kabupaten/Kota yang Terlayani Infrastruktur Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Kab/Kota % Sampah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu/3R Kwsn % Pembangunan Rusunawa TB % Stasiun Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta Infrastruktur Pendukungnya TB % Revitalisasi Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Kwsn % Kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya Kwsn % Kabupaten/Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah Kab/Kota % Peningkatan Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan Desa 15,723 16, % Kelurahan/Desa yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM) Kel/Desa 11,073 11, % Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman Desa 4,650 5, % Hingga bulan Desember 2014, tercatat bahwa dari seluruh target kinerja sasaran yang direpresentasikan oleh IKU, output Pembangunan rusunawa, peningkatan jumlah pelayanan air minum, Peningkatan infrastruktur permukiman III-3

57 perdesaan/kumuh/nelayan telah tercapai 100%, sedangkan output Pembinaan kemampuan Pemda/PDAM, Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi dan Revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan belum mencapai 100%. Pencapaian kinerja tertinggi ada pada sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi perkotaan pada indikator kinerja Peningkatan jumlah pelayanan air minum yaitu sebesar 126,58%. Pencapaian kinerja terendah ada pada sasaran meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang pada indikator Kabupaten/Kota mendapatkan pengembangan bangunan gedung Negara/bersejarah sebesar 62,50%. Penjelasan lebih detil terkait analisis dan evaluasi kinerja pada setiap sasaran dapat dilihat pada sub-bab selanjutnya ANALISIS DAN EVALUASI KINERJA Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Renstra Ditjen Cipta Karya tahun yang di dalamnya memuat sasaran dengan enam indikator keberhasilannya, telah dijadikan panduan dalam penyusunan rencana kinerja tahunan dan perjanjian kinerja. Penjelasan prestasi kinerja sepanjang tahun 2014 sebagaimana pada uraian berikut. 1. Sasaran 1 : Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan Pencapaian sasaran ini dinilai dari 3 (tiga) indikator yaitu Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum, Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM, dan Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi. Kinerja sasaran ini didukung oleh unit kerja Direktorat Pengembangan Air Minum, Direktorat Pengembangan PLP dan Sekretariat BPPSPAM. Prestasi capaian sasaran ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: III-4

58 Tabel 3.4. Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan Indikator Kinerja Utama Peningkatan jumlah pelayanan air minum Pembinaan kemampuan Pemda/PDAM Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi Satuan Target RPJMN Renstra* 2014** Capaian Kinerja 2014 s.d *** % Capaian s.d terhadap Renstra % Capaian s.d terhadap RPJMN lt/dt % , IKK ,70 145,37 PDAM ,93 291,89 Kab/Kota ,18 251,92 Kwsn ,02 574,52 % ,91 61, Sumber: *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No 02/PRT/M/2010 tentang Renstra Kementerian PU Tahun , **)Perjanjian/Penetapan Kinerja (PK) 2014, ***) LAKIP Dit PLP, Dit PAM 2014 Jika dibandingkan dengan Renstra ataupun RPJMN, ketiga IKU telah terealisasi dengan memuaskan. Untuk IKU ketiga, dengan satuan kawasan realisasi sangat melebihi Renstra dan RPJMN dikarenakan adanya Loan terkait USRI di tahun 2012 yang berdampak menambah output infrastruktur air limbah komunal onsite. Kemudian, terhadap target 2014, tidak seluruh IKU mencapai target. IKU peningkatan jumlah pelayanan sanitasi dan pembinaan kemampuan Pemda/PDAM tidak mencapai sasaran. Pada IKU pelayanan sanitasi tercapai 97,26% Kab/Kota dan 96,83% Kawasan, sedangkan IKU pembinaan kemampuan Pemda/PDAM tercapai 99,17%. Sementara IKU lainnya telah sesuai/melebihi target yang telah ditetapkan. Salah satu penyebab tidak maksimalnya pencapaian kinerja beberapa IKU tersebut dikarenakan adanya kebijakan penghematan anggaran. Lebih detail terkait pencapaian setiap IKU, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum Dalam mendukung pencapaian strategis peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman melalui peningkatan cakupan pelayanan SPAM di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya berkomitmen meningkatkan cakupan pelayanan SPAM sebesar l/det, pemenuhan akses air minum aman secara nasional III-5

59 sebesar 70% dan pembangunan SPAM di 308 IKK. Hingga akhir tahun 2014, telah terealisasi l/det, 70 % cakupan pelayanan dan 321 IKK. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tren pencapaian outcome ini cenderung meningkat setiap tahunnya (lihat tabel 3.5.). Peningkatan cakupan pelayanan di tahun 2014 dikarenakan adanya pengalihan alokasi anggaran dari Satker Pengembangan Strategis ke Satker AM Propinsi dikarenakan tidak berlakukannya mekanisme usulan pelaksanaan Surat Kuasa Pengguna Anggaran. Tabel 3.5. Tren Capaian Kinerja Outcome Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum Terhadap RPJMN dan Renstra Indikator Outcome Satuan Cakupan Pelayanan l/det % 61,17 63,48 65,05 67,73 70 SPAM IKK IKK Sumber: LAKIP Ditjen CK Terhadap target Renstra , pencapaian indikator kinerja ini hingga tahun 2014 telah mencapai kawasan IKK dari target Renstra sebesar 872 kawasan IKK atau tercapai 136,70%. Adapun terhadap pencapaian cakupan pelayanan (%), dari target sebesar 70% pada RPJM, telah berhasil dipenuhi dengan kinerja sebesar 100% hingga akhir tahun 2014 serta telah dihasilkan sebanyak l/det. Dalam rangka mendukung pencapaian akses air minum aman (ditunjukkan dengan cakupan pelayanan dalam persentase), Ditjen Cipta Karya berkontribusi dalam rangka peningkatan akses aman perpipaan melalui penyediaan instalasi produksi air minum. Dari kontribusi Ditjen Cipta Karya melalui liter per detik yang dihasilkan setiap tahunnya (tabel 3.5.), ratarata mampu berkontribusi sebesar 10,7% terhadap Cakupan Air Minum Aman Nasional (perpipaan) 1. Lebih rinci besaran capaian kontribusi Ditjen Cipta Karya adalah sebagai berikut: 1 Studi Evaluasi Kinerja Pencapaian Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya dalam Rangka Meningkatkan KUalitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan di Tahun 2014 menyatakan bahwa kontribusi Ditjen Cipta Karya terhadap Cakupan Air Minum Aman Nasional (Perpipaan) adalah sebesar 10,71%. Nilai ini dihitung dari (Jml SR dibangun oleh DJCK ( )/Total sambungan SR system perpipaan 2010 s.d. 2013) dikali rata-rata persentase perpipaan ( ) III-6

60 Tabel 3.6. Kontribusi Pencapaian Outcome Ditjen Cipta Karya Terhadap Cakupan Pelayanan Air Minum Nasional Uraian Satuan Akses AM Aman Nasional *) % 61,17 63,48 65,05 67,73 70,00 (kumulatif) - Perpipaan *) % 12,72 14,79 16,2 18,6 22,00 (kumulatif) - Bukan jaringan perpipaan terlindungi % 48,45 48,69 48,85 49,13 48,00 (kumulatif) - Jumlah Rumah Tangga/SR (perpipaan nasional) *) RT Kontribusi CK terhadap cakupan pelayanan air minum nasional (perpiaan) **) % 8,10 9,41 10,31 11,84 14,00 (kumulatif) Sumber: *) BPS sesuai jumlah penduduk tahun 2010 s/d 2014 dan Dit.PAM, DJCK, **) Studi Evaluasi Kinerja Pencapaian Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya, 2014 Dari tabel 3.6. terlihat, bahwa di tahun 2014, dari cakupan pelayanan air minum aman nasional perpipaan sebesar 22%, Ditjen Cipta Karya berkontribusi sebesar 14% 2. Peningkatan ini diperoleh dari hasil pembangunan dan pengembangan SPAM sekitar l/dt di tahun 2014 yang memberi pelayanan kepada jiwa (jika asumsi 1 L/dt sekitar 80 SR). Cakupan pelayanan air minum aman sampai dengan 2014 cukup tinggi yaitu sebesar 70% (perpipaan 22%) dan (bukan jaringan perpipaan terlindungi 48%), hal ini dicapai melalui kontribusi dari APBD, Pinjaman/Loan/Hibah kepada PDAM, Kerjasama Swasta dengan PDAM, Kementerian Kesehatan dan masyarakat. Pencapaian kinerja cakupan pelayanan air minum Cipta Karya di tahun 2014 didukung oleh Pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) di 321 IKK, 490 Kawasan MBR, desa dan 148 kawasan khusus. Secara keseluruhan realisasi output pelayanan air minum tahun 2014 telah tercapai diatas 100%. Pada pelaksanaan kegiatan di tahun 2014, terdapat kendala-kendala dan permasalahan yang dihadapi diantaranya yaitu: 2 Dihitung mengikuti trend kontribusi SR Ditjen Cipta Karya terhadap SR Nasional (BPS) yakni sebesar 63,64% dikali capaian perpipaan nasional (22%), artinya kontribusi Cipta Karya meningkat sebesar 2,16% di tahun 2014 III-7

61 1. Kualitas dokumen perencanaan (RISPAM, DED) yang belum memenuhi standar ketentuan PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan Peraturan Menteri Pekerjaam Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 2. Dalam hal pendanaan, belum dipenuhinya DDUB sesuai komitmen dalam dokumen RPIJM serta kurang akuratnya dalam pembuatan harga satuan sehingga terjadi harga penawaran terlalu rendah 3. Kendala pemenuhan readiness criteria khususnya terkait kesiapan lahan yang berakibat terjadinya revisi lokasi sasaran, perubahan desain, keterlambatan pelaksanaan kontrak hingga keterlambatan pelaksanaan pembangunan. 4. Terdapat masalah sosial pada masyarakat sekitar proyek terutama terkait pemanfaatan sumber air baku 5. Keterlambatan dimulainya pelaksanaan proses pelelangan / pra-kontrak karena: 1] Belum diselesaikannya perjanjian kerjasama sebagai tindak lanjut MOU dengan Pemda terkait terhadap lingkup kegiatan APBN TA 2014; 2] Pelelangan gagal; 3]Terbatasnya personil Pokja Provinsi yang memahami teknis pembangunan SPAM sehingga evaluasi dan penetapan hasil lelang terlambat; 4] Proses evaluasi dan penetapanpemenangoleh ULP yang membutuhkan waktu lebih lama memperpanjangpelaksanaanwaktulelang. 6. Pada paska pelaksanaan, masih terdapat SPAM yang belum optimal termanfaatkan karena belum dipenuhinya tanggung jawab Pemda dan PDAM dalam pemasangan Sambungan Rumah (SR) serta kualitas dan kuantitas SDM daerah yang kurang memadai sehingga pengelolaan SPAM terbangun belum optimal Terhadap permasalahan tersebut, beberapa tindakan yang telah dilakukan di 2014, diantaranya adalah : 1. Memfasilitasi kab/kota dengan pembinaan dalam menyusun RI-SPAM sesuai dengan pedoman penyusunan RI-SPAM yang mengikuti ketentuan PP No 16 tentang Pengembangan SPAM dan PerMen PU No 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Berdasarkan hasil Advisory Penyusunan RI SPAM Tahun 2014, jumlah kab/kota yang memenuhi muatan PerMen PU No 18/PRT/M/2007 adalah: 38 kab/kota terlegalisasi (sudah ada SK Pergub/Perwal), kesesuaian >75% sebanyak 149 kab/kota, kesesuaian <75% sebanyak 192 kab/kota dari 348 kab/kota yang menyusun RISPAM (69,18). III-8

62 2. Mensosialisasikan, membina dan mendorong Pemda Kab/Kota untuk menyusun DED terlebih dahulu sesuai dengan PerMen PU No18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan diselesaikan paling lambat 1 tahun sebelum diusulkan untuk dibangun. 3. Melakukan monitoring ketat terhadap realisasi DDUB dari sejak pengusulan anggaran APBD Kab/Kota, proses penetapan dengan DPRD, dan pelaksanaan kegiatan yang menggunakan dana DDUB serta selanjutnya akan mengimplementasikan insentif dan disinsentif bagi Kab/Kota bagi yang memenuhi/tidak memenuhi komitmen penyediaan dana DDUB. 4. Center of Excellent (CoE) Menciptakan trainer professional dari SDM bidang air minum (PDAM dan Satker PKPAM) peserta CoE yang nantinya akan menjadi mentor untuk penyelenggaraan SPAM khususnya PDAM dan Dinas PU wilayahnya. 5. Pembinaan UPTD / BLUD Pembinaan UPTD/BLUD dilakukan melalui pemberian bantuan teknis pembentukan kelembagaan pengelola SPAM IKK yang belum dikelola oleh PDAM.Pembinaan UPTD/BLUD disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan SPAM dan isu-isu strategis yang ada. 6. Dukungan Inovasi Teknologi Dalam rangka meningkatan cakupan pelayanan air minum telah digunakan beberapa inovasi teknologi seperti Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Laut menjadi Air Minum (SWRO), penerapan green technology pada beberapa pembangunan SPAM, Instalasi Pengolahan Air Siap Minum. Lebih detail terkai penggunan teknologi, dapat dilihat di lampiran. b. IKU Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM Upaya peningkatan jumlah layanan air minum selain dilakukan melalui pengembangan SPAM juga dilakukan melalui pembinaan kemampuan pemerintah daerah/pdam. Pada awal tahun 2014, ditetapkan target pembinaan pemda/pdam dilakukan pada 120 PDAM dan pada akhir tahun 2014 memenuhi target sebesar 119 PDAM (99,16%). Tidak maksimalnya pencapaian target outcome ini di tahun 2014 dikarenakan adanya revisi anggaran. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tren pencapaian outcome ini adalah berfluktuatif dari pembinaan Pemda/PDAM sebanyak 102 ditahun 2010 menurun menjadi 87 tahun 2011 kemudian meningkat lagi menjadi 124 tahun 2012 dan 119 ditahun III-9

63 Tabel 3.7. Tren Pencapaian Outcome Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM Outcome Satuan Pembinaan PDAM Pemda/PDAM Sumber: LAKIP Ditjen CK , Laporan Kinerja Dit PAM Tahun 2014 Jika dibandingkan dengan target Renstra dapat disampaikan bahwa pencapaian sasaran pada indikator ini hingga tahun 2014 telah melebihi target sebesar 106,93%. Pencapaian yang melebihi target ini dikarenakan adanya bantuan program (banpro) dan bantuan teknis (bantek) yang dilakukan berulang-ulang pada beberapa PDAM yang sama. Secara riil jumlah PDAM yang mendapat pembinaan di tahun 2014 adalah sebanyak 40 PDAM 3. Pelaksanaan banpro, bantek dan bantuan manajemen diberikan kepada PDAM yang berstatus kurang sehat dan sakit. Sedangkan jika dibandingkan dengan target RPJMN, maka pencapaian indikator ini hingga tahun 2014 telah melebihi target 291,89%. Sumberr: BPPSPAM-net Gambar 3.1. Grafik Rekapitulasi Kondisi PDAM Terhadap progres kinerja PDAM di tahun 2014, berdasarkan hasil audit Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) menunjukkan dari tahun 2013 ke tahun 2014, terjadi peningkatan jumlah PDAM pada setiap status kinerja (lihat gambar 3.3.). Untuk PDAM sehat, meningkat jumlahnya dari 172 PDAM menjadi 182 PDAM, begitu juga 3 Dari target Renstra 471 PDAM, jumlah riil PDAM hanyalah 206 PDAM. Adapun capaian riil PDAM per tahun adalah 87 PDAM (2010), 18 PDAM (2011), 33 PDAM (2012), 37 PDAM (2013) dan 40 PDAM (2014). III-10

64 dengan PDAM berstatus kurang sehat dan sakit masing-masing berkurang menjadi 103 PDAM dan 74 PDAM. Bertambahnya daerah pemekaran menjadikan jumlah PDAM meningkat karena setiap kabupaten/kota menginginkan memiliki PDAM sendiri. Hal ini mengakibatkan banyak sekali berdiri PDAM baru. Namun demikian, berdirinya PDAM ini rupanya tidak diimbangi oleh kapasitas SDM maupun manajemen pengelolaannya termasuk dukungan penganggaran daerah sehingga berakibat banyak PDAM baru yang masuk dalam kategori sakit. Selain kendala SDM dan manajemen, penyehatan PDAM juga menjadi proses yang menyulitkan ketika tarif menjadi isu politik di daerah. Dengan adanya kendala-kendala tersebut, beberapa tindakan telah dilakukan di antaranya: Evaluasi kinerja penyelenggara SPAM PDAM hanya dilakukan terhadap PDAM yang telah diaudit kinerjanya oleh BPKP. Karena itu akan dilakukan MoU dengan BPKP untuk menambah data PDAM yang diaudit. Meningkatkan komunikasi dengan Pemda dan PDAM melalui peningkatan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan PERPAMSI. Pendampingan terhadap PDAM dalam mereview proposal pinjaman perbankan serta membantu dalam melengkapi dokumen persyaratan pinjaman perbankan c. IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi Dalam mendukung pencapaian strategis peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman melalui peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya berkomitmen meningkatkan cakupan pelayanan Sanitasi di Kawasan dan 310 kab/kota, dimana pada akhir tahun 2014, telah terealisasi 733 kawasan (96,83%), 142 kab/kota (97,26%) dan 61,04% cakupan pelayanan. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tren pencapaian outcome ini cenderung meningkat setiap tahunnya (lihat tabel 3.8.). Tabel 3.8.Tren Pencapaian Outcome Peningkatan Cakupan Pelayanan Sanitasi Outcome Satuan Pelayanan Sanitasi Kab/Kota Kwsn Akses Sanitasi % 55,53 55,60 57,82 60,91 61,04 Layak Sumber: LAKIP Ditjen CK III-11

65 Dalam upaya mendukung pencapaian akses sanitasi layak (MDGs), Ditjen Cipta Karya berkontribusi melalui pembangunan infrastruktur air limbah baik offsite dan onsite dengan capaian kinerja di tahun 2014 adalah 61,04%. Pencapaian kinerja sanitasi di tahun 2014 merupakan akumulasi atas pencapaian pembangunan infrastruktur air limbah, infrastruktur drainase, serta infrastruktur persampahan dengan rincian kinerja sebagai berikut: Tabel 3.9. Kinerja Pelayanan Sanitasi Tahun 2014 Output Satuan Rencana Realisasi Kinerja Infrastruktur air limbah off site Kab/kota ,00% Infrastruktur air limbah onsite Kawasan ,85% Infrastruktur drainase perkotaan Kab/kota ,14% Infrastruktur persampahan TPA Kab/kota ,18% Infrastruktur TPST 3R Kawasan ,48% Sumber: LAKIP Dit PLP Tahun 2014 Adanya APBN-P telah merubah target-target output Sanitasi, pada infrastruktur air limbah offsite, dari rencana 6 kab/kota menjadi 5 kab/kota. Infrastruktur air limbah onsite berubah dari 651 kawasan menjadi 699 kawasan. Untuk infrastruktur drainase perkotaan, target berubah dari 76 kab/kota menjadi 70 kab/kota. Infrastruktur TPA, berubah dari 75 kab/kota menjadi 71 kab/kota dan untuk infrastruktur 3R, terjadi perubahan target dari 61 kawasan menjadi 58 kawasan. Terhadap target Renstra sebesar 674 kab/kota dan kawasan, maka pencapaian outcome pelayanan sanitasi dari tahun adalah 97,18% untuk satuan kab/kota (infrastruktur drainase+tpa+al offsite) dan 209,02% untuk satuan kawasan (TPS-3R+AL onsite). Terhadap target RPJMN sebesar 260 Kab/kota dan 471 kawasan, maka pencapaian tahun adalah sebesar 251,92% untuk satuan kab/kota dan 574,52% untuk satuan kawasan. Salah satu faktor penyumbang keberhasilan pelaksanaan IKU ini adalah adanya dukungan penggunaan inovasi teknologi (Lebih Rinci terkait Penggunaan Inovasi Teknologi dapat dilihat di lampiran). Walaupun secara umum pencapaian jumlah pelayanan sanitasi telah melebihi target, namun terdapat beberapa kegiatan yang tidak sesuai target diantaranya: - Pada output Air Limbah dengan sistem off-site ini target tidak tercapai dikarenakan penghematan (APBN-P) pada 1 paket kegiatan Ground Breaking Jakarta Sewerage di Satker PPLP Jabodetabek. Untuk sistem on-site terdapat 13 paket kegiatan yang dihemat diantaranya 1 paket kegiatan IPAL di Kota Bukittinggi yang putus kontrak karena III-12

66 pekerjaan fisik terkendala izin galian jalan dari Dinas Bina Marga yang masih belum terbit, 4 (empat) paket kegiatan Sanimas di provinsi Sumatera Selatan, Pembangunan IPAL skala kawasan Kota Gorontalo dan Pembangunan Sanimas Kab. Manggarai Barat dan Kab. Sumba Barat Provinsi NTT karena terkendala lahan dan penolakan dari masyarakat sehingga tidak dapat dilaksanakan. - Pada output Infrastruktur Drainase Perkotaan target tidak tercapai dikarenakan penghematan (APBN-P) pada 6 (enam) paket kegiatan yaitu Kota Medan, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bangka, Kota Jakarta Timur, Kabupaten Pemalang dan Kota Pontianak. Selain itu terdapat realisasi pekerjaan yang kurang dari target di provinsi Sumatera Barat terkait pembangunan Sistem Drainase Primer Kota Payakumbuh (Lanjutan II) disebabkan pekerjaan fisik terlambat karena sebelumnya terkendala pembebasan lahan dan lelang ulang. Paket berpotensi tidak selesai karena penyedia jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai rencana, progres fisik maksimal 36%. Terakhir, Pembangunan Drainase Kota Kupang Provinsi NTT beserta paket supervisinya dengan total pagu Rp 8,9 Milyar belum kontrak. Proses pengadaan paket sempat mengalami gagal lelang sebanyak 2 kali dan sanggah banding. - Pada output Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah, direncanakan melayani 75 Kab/Kota, namun pencapaian hanya 69 Kab/Kota. Pada output ini target tidak tercapai dikarenakan penghematan (APBN-P) pada 4 (empat) paket kegiatan yaitu Kabupaten Gowa, ITF Kabupaten Lombok Timur dan Kota Jambi serta Gas TPA Kota Padang. Terdapat realisasi kurang dari target dikarenakan terdapat paket pembangunan pengolahan lindi skala kecil TPS 3R-SPA Kota Bekasi tidak dapat dilaksanakan karena belum ada kesepakatan kesiapan pengelolaan pasca konstruksi dari Dinas Kebersihan Kota Bekasi. Selain itu. Pada peningkatan kinerja TPA Kabupaten Banyumas tahap II masih dalam penyelidikan kejaksaan terkait longsornya TPA Banyumas beberapa waktu lalu. - Pada output Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R, direncanakan melayani 61 kawasan namun pencapaian hanya 49 kawasan. Pada output ini terdapat target yang tidak tercapai dikarenakan penghematan (APBN-P) pada 3 (tiga) paket yaitu Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Tangerang dan Kabupaen Agam. Terdapat realisasi output yang tidak tercapai di 9 (sembilan) kegiatan yang gagal dilaksanakan, dikarenakan kendala lahan dan terdapat penolakan III-13

67 dari masyarakat antara lain Pembangunan TPA-3R Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, Kota Tangerang Selatan dan Kab Raja Ampat. Dari sisi pencapaian outcome, peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di tahun 2014 telah mampu memberikan pelayanan air limbah sebanyak jiwa yang mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan MDGs menjadi sebesar 59,71% (Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di Indonesia Bappenas, 2014), pengurangan luasan genangan seluas 939 Ha dan peningkatan cakupan pelayanan persampahan sebanyak jiwa. Sementara terhadap pelaksanaan indikator ini di tahun 2014, terdapat permasalahan/kendala diantaranya sebagai berikut: - Permasalahan perencanaan dan penganggaran, misalnya berupa ketidaksiapan dokumen lelang serta penerbitan NOL yang memakan waktu - Permasalahan lahan, misalnya perubahan komitmen pemerintah daerah yang tidak sesuai dengan komitmen di awal penganggaran, kendala pengadaan lahanserta adanya penolakan warga - Permasalahan lelang seperti kesalahan dalam pemaketan, keterlambatan pengumuman lelang, adanya sanggahan pada paket-paket bernilai besar serta adanya gagal lelang - Permasalahan konstruksi seperti misalnya DED yang ada tidak dapat dilaksanakan karena perbedaan lokasi maupun kualitas perencanaannya yang buruk, keterbatasan penyedia material jadi (saluran drainase precast) serta konstruksi drainase dilakukan di daerah padat keramaian (lalulintas, aktifitas masyarakat) yang tidak mungkin dihambat - Permasalahan pemberdayaan masyarakat, misalnya terdapat beberapa paket kegiatan yang baru dapat dilelang setelah proses pemberdayaan selesai sehingga berakibat progres penyerapan keuangan baru dapat diserap di pertengahan tahun anggaran, serta keterbatasan kemampuan sebagian besar TFL dibidang teknis, hasil produksi pengolahan sampah 3R banyak menumpuk tidak terserap/terjual langsung. - Permasalahan serah terima aset, seperti misalnya daerah menolak serah terima kelola aset karena keterbatasan APBD untuk operasi pemeliharaan Terkait permasalahan tersebut, beberapa hal yang telah dilakukan Ditjen Cipta Karya di tahun 2014 diantaranya adalah: - Terkait dengan permasalahan perencanaan dan penganggaran serta kesiapan lahan, di III-14

68 beberapa kegiatan telah ditandatangani MoU sebagai komitmen dari pemerintah daerah. - Untuk permasalahan lelang, dilakukan koordinasi dengan ULP apabila terdapat kendalakendala dalam proses lelang. - Kerjasama dengan kementerian/lembaga eksternal - Mengaktifkan pokja sanitasi yang telah terbentuk baik di provinsi maupun kab/kota - Dalam penyelenggaran program pemberdayaan masyarakat telah dilakukan kegiatan pelatihan-pelatihan untuk menambah kapasitas dan pengetahuan sumber daya manusia ditingkat masyarakat, tenaga fasilitator lapangan dan juga pemerintah kabupaten/kota. 2. Sasaran 2 : Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang Pencapaian sasaran ini dinilai dari 2 (dua) indikator yaitu terbangunnya rusunawa dan terevitalisasinya kawasan permukiman dan penataan bangunan. Unit Kerja yang terkait dalam capaian sasaran ini adalah Direktorat Pengembangan Permukiman dan Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan. Prestasi capaian sasaran ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Indikator Kinerja Utama Tabel Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang Satuan Target RPJMN Renstra* 2014** Capaian Kinerja 2014 s.d. 2014*** 2013 % Capaian s.d terhadap Renstra % Capaian s.d terhadap RPJMN Pembangunan TB % 92,59% rusunawa Revitalisasi Kwsn ,15% 108,31% kawasan permukiman & penataan bangunan Sumber: *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No 02/PRT/M/2010 tentang Renstra Kementerian PU Tahun , **) Perjanjian/Penetapan Kinerja 2014, ***) LAKIP Eselon II Dit Pengembangan Permukiman dan Dit Penataan Bangunan dan Lingkungan, 2014 Pencapaian sasaran meningkatnya kualitas permukiman dan penataan ruang ditandai dengan indikator terbangunnya rusunawa dan terevitalisasinya kawasan permukiman dan penataan bangunan. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas, capaian sasaran III-15

69 pembangunan rusunawa terhadap target renstra sebesar 250 TB telah tercapai sebesar 250 TB (akumulasi dari tahun ) atau tercapai 100%. Sedangkan kegiatan revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan belum melampaui dari target renstra kawasan dan telah tercapai kawasan (akumulasi dari tahun ) atau tercapai 98,15%. Apabila dibandingkan dengan target RPJMN, capaian indikator kinerja pembangunan rusunawa sampai dengan tahun 2014 telah mencapai 92,59% dan revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan telah mencapai 108,31%. Tidak maksimalnya pencapaian RPJMN untuk pembangunan rusunawa, dikarenakan adanya keterbatasan anggaran Ditjen Cipta Karya. Penjelasan masing-masing indikator kinerja pada sasaran meningkatnya kualitas permukiman dan penataan ruang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Terbangunnya Rusunawa Terkait pembangunan rusunawa, dari rencana 250 TB hingga tahun 2014, telah terealisasi 25 TB atau 100% dari target Renstra dengan unit terbangun sebanyak unit. Lebih rinci terkait kinerja pencapaian indikator ini hingga tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 3.10.berikut. Tabel Kinerja Pencapaian Pembangunan Rusunawa Hingga Tahun 2014 Tahun TOTAL Target Renstra 250 TB 40 TB 65 TB 53 TB 67 TB 25 TB 250 TB unit unit unit unit unit Realisasi 40 TB 65 TB 53 TB 67 TB 25 TB 250 TB unit unit unit unit unit Sumber: Tayangan Direktur Pengembangan Permukiman pada Expose Dirjen, Januari 2014 dan sumber lainnya Jumlah rusunawa yang telah dibangun pada tahun 2014 adalah sebanyak 25 TB. Akan tetapi baru 5 TB yang dapat dibangun fisiknya di tahun Kelima Rusunawa yang bersangkutan berada di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Dua puluh TB lainnya akan dibangun fisiknya di tahun III-16

70 Permasalahan utama dari terbangunnya rusunawa hingga saat ini adalah terkait penghunian. Rumitnya proses serah terima aset rusunawa menyebabkan Pemda kesulitan untuk menyediakan dana operational and maintenance (OM), yang pada akhirnya berpengaruh dalam proses penghuniannya. Tercatat hingga saat ini, kurang lebih 44,78% rusunawa belum terhuni 4. Dampak lanjutan terhadap masalah ketidakterhunian ini adalah menurunnya kualitas bangunan. Beberapa tindak turun tangan telah dilakukan untuk mempercepat proses penghunian Rusunawa diantaranya yaitu dengan melakukan optimalisasi bangunan rusunawa yang menurun kualitasnya, penyusunan pedoman penghunian rusunawa hingga mempercepat proses serah terima aset. b. Terevitalisasinya kawasan permukiman dan penataan bangunan Indikator ini menggambarkan capaian terhadap penanganan RTH, kawasan tradisional/bersejarah, revitalisasi kawasan serta penataan bangunan gedung. Pencapaian indikator ini tergambarkan dari dukungan prasarana dan sarana dasar permukiman untuk kawasan tradisional/bersejarah di satu kawasan dan dukungan revitalisasi kawasan di 54 kawasan. Penataan bangunan gedung negara diwujudkan melalui salah satunya peningkatan kapasitas dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di 25 kab/kota. Terhadap capaian indikator ini, terdapat beberapa paket kegiatan yang gagal dilaksanakan yaitu: Pembangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES) di 37 lokasi hanya terealisasi di 9 kabupaten/kota serta penataan bangunan gedung di 5 kab/kota. Secara umum permasalahan capaian indikator ini dikarenakan adanya pergeseran anggaran yang dioptimalkan untuk pendampingan Perda BG dan PIP2B. Salah satu isu yang mengemuka dalam hal penataan bangunan adalah terkait Perda Bangunan Gedung (BG), dimana Perda BG merupakan ujung tombak dalam pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib dan andal sesuai fungsinya Pengaturan Perda Bangunan Gedung sangat penting karena dalam kenyataannya masih banyak ditemui permasalahan penataan bangunan dan lingkungan.hingga saat ini, dari Buku Pintar Rusunawa (Status 9 Januari 2015). Berdasarkan data, periode pembangunan , rusunawa belum terhuni sebesar 44,78% setara dengan 199,5 TB. III-17

71 kab/kota, baru 251 kab/kota yang telah memiliki Perda BG (49%), 166 kab/kota telah memiliki Ranperda BG dan 86 kab/kota belum memiliki Ranperda BG 5. Upaya yang dilakukan dalam mendorong terealisasinya Perda BG di tahun 2014 diantaranya adalah melalui fasilitasi penyusunan Ranperda BG di 39 kab/kota yang diarahkan untuk mewujudkan peraturan daerah tentang bangunan gedung yang mengadopsi muatan lokal untuk terwujudnya tertib penyelenggaraan BG, baik secara administratif maupun teknis. 3. Sasaran 3 : Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/ Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat Upaya pemenuhan sasaran meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dilakukan dengan pola pemberdayaan masyarakat dengan target sebesar kel/desa. Pada akhir tahun 2014, realisasi sasaran ini adalah sebesar desa/kelurahan atau sebesar 102,44% dari target Desa/kelurahan. Tabel Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat Indikator Kinerja Utama Peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/ kumuh/nelayan Satuan Target RPJMN Renstra* 2014** Capaian Kinerja 2014 s.d. 2014*** 2013 % Capaian s.d. 2014terhadap Renstra % Capaian s.d terhadap RPJMN Kel/Desa ,36% 191,76% Sumber: *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No 02/PRT/M/2010 tentang Renstra Kementerian PU Tahun , **) Perjanjian/Penetapan Kinerja 2014, ***) Laporan Kinerja Dit Pengembangan Permukiman dan Dit Penataan Bangunan dan Lingkungan 2014 Sasaran ini didukung oleh unit kerja Direktorat Pengembangan Permukiman dan Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan. Terhadap target Renstra , pencapaian sasaran ini hingga tahun 2014 telah mencapai 162,36%. Sementara terhadap target RPJMN sebesar desa, pencapaian sasaran ini telah mencapai desa (191,76%). 5 III-18

72 Pemenuhan sasaran ini dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan P2KP/PNPM dan PPIP dengan rincian pencapaian sebagai berikut: Tabel Kinerja Peningkatan Kualitas InfrastrukturPermukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan Capaian Indikator Target Realisasi Proporsi P2KP/PNPM Mandiri Perkotaan ,94% PPIP ,39% Sumber: Laporan Kinerja Dit Bangkim dan Dit PBL Tahun 2014 Walaupun secara total, capaian indikator ini telah terpenuhi 102,44%, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kegiatan yang tidak terlaksana. Pada PPIP, terdapat 10 desa yang tidak dapat dilaksanakan, sementara pada P2KP, terdapat beberapa desa yang digabungkan dalam satu kelurahan. Terdapat 2 jenis APBN pada output Infrastruktur yaitu sub-output Pembinaan Pembangunan Infrsatruktur Permukiman (PPIP) yang berasal dari Rupiah Murni (RM) sebesar Rp ,-, serta Rural Infrastructure Support (RIS-PNPM) yang berasal dari Pinjaman Luar Negeri (PLN) dengan donor dari ADB sebesar Rp ,-. Jumlah desa sasaran PPIP sebanyak desa, serta desa sasaran RIS-PNPM sebanyak 600 desa sasaran. Adanya penambahan capaian desa sasaran yang disebabkan selisih kurs dollar terhadap rupiah, sehingga terdapat penambahan alokasi anggaran pada kegiatan RIS- PNPM. Berikut ini adalah 10 lokasi desa sasaran PPIP yang tidak dapat dilaksanakan pada tahun 2014, yaitu: Desa Besuki di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, karena wilayah administrasi desa tersebut tenggelam akibat lumpur Lapindo. Tiga desa di Kabupaten Raja Ampat (Desa Beo, Desa Araway, dan Desa Kabilol), karena Satker PIP Kabupaten Raja Ampat tidak mau melaksanakan kegiatan PPIP di wilayah kerjanya. Enam desa di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat (Desa Bondopi, Desa Sasui, Desa Wefiani, Desa Malawosai, Desa Megame, dan Desa Kaladum), karena masih adanya pro kontra mengenai tapal batas wilayah sesuai Surat Bupati Tambrauw III-19

73 Nomor: 600/309.C/2014 Perihal: Penundaan Pelaksanaan Kegiatan PPIP TA 2014 di Kabupaten Tambrauw. Beberapa kendala yang terjadi selama pelaksanaan tahun 2014 terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah: Pada P2KP, 1] kinerja dana bergulir masih rendah dimana hanya 30% dana bergulir yang berjalan baik, 2] tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan hanya 8 % diatas indicator minimal program (indicator minimal 40%, capaian 48%), 3] masih terdapat pergantian pendamping masyarakat di kelurahan (fasilitator kelurahan) tahun 2014 sebesar 11 persen, dimana pergantian ini menyebabkan terjadinya kekosongan pendampingan di lapangan selama beberapa saat, 4] pemeliharaan hasil pembangunan infrastruktur masih belum optimal untuk menjamin infrastruktur, 5] masih sedikit pemerintah kab/kota yang siap untuk alih kelola program Untuk kegiatan PPIP, kendala disebabkan adanya revisi DIPA dan revisi SK Satker yang mempengaruhi proses mobilisasi fasilitator. Terhadap kendala-kendala tersebut, telah dilakukan pendampingan dan pengawalan penuh terkait Revisi DIPA dan Revisi SK Satker serta percepatan mobilisasi Fasilitator Pada program P2KP, selama tahun 2014, penerima manfaat program ini adalah sebanyak jiwa masyarakat miskin. Karena secara kuantitatif target Renstra tersebut telah tercapai maka perlu dilakukan review terhadap capaian output ini, yaitu Pembangunan Infrastruktur Perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan yang hingga saat ini masih menjadi prioritas pembangunan untuk dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat perdesaan/perkotaan. Pada rencana pembangunan jangka menengah selanjutnya, keberlanjutan kegiatan ini akan sangat dipengaruhi oleh arah kebijakan nasional serta tercapainya perbaikan sasaran perbaikan tingkat kemiskinan secara nasional yang akan dievaluasi pada akhir Sasaran Lainnya Selain tiga sasaran utama sebagaimana tersebut diatas, Ditjen Cipta Karya juga berupaya memenuhi pencapaian sasaran Meningkatnya Kualitas Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan Pada Pembangunan Infrastruktur Permukiman yang ditandai dengan III-20

74 tersedianya dokumen kebijakan dan strategi, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data dan informasi, serta evaluasi kinerja bidang permukiman. Target pada sasaran ini adalah 171 laporan dengan realisasi sebanyak 183 laporan (107,01%). Pencapaian sasaran ini sepenuhnya dilakukan oleh Direktorat Bina Program. Dari penjabaran pencapaian kinerja sasaran sebagaimana tersebut diatas, dapat disampaikan bahwa dalam pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan kegiatan dengan memuaskan. Hal ini dikarenakan pencapaian rata-rata dari ketiga sasaran strategis tersebut adalah sebesar 104,44%. Beberapa manfaat sebagaimana tersebut diatas, telah dapat dihasilkan dari pelaksanaan program ini. Walapun berkinerja baik, bukan berarti tidak terdapat kendala dalam pelaksanaan target-target tersebut.permasalahan kesiapan readiness criteria masih menjadi kendala utama dilapangan khususnya terkait kesiapan lahan CAPAIAN KINERJA LAINNYA Selain pencapaian terhadap sasaran strategis sebagaimana tercantum dalam dokumen Renstra, Ditjen Cipta Karya di tahun 2014 juga mencatat pencapaian kinerja lainnya yang dipandang penting, diantaranya yaitu: Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Capaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Tahun 2014 adalah 1] Perbaikan kualitas pelayanan dengan menetapkan dan memaklumatkan standar pelayanan ke dalam prosedur operasional tetap (SOP), serta dilakukan reviu secara berkala; 2] Kehadiran pegawai telah menggunakan finger print (SE Dirjen. Cipta Karya Nomor 18/SE/DC/2014), 3] Telah dilakukan survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan secara berkala dan membuka akses terhadap hasil survei kepuasan masyarakat, 4] Memberikan hukuman (punishment) kepada pegawai DJCK yang telah melanggar peraturan, 5] Implementasi sistem penilaian kinerja pegawai berbasis elektronik, 6] Telah memberikan Tunjangan Kinerja Pegawai mulai Juni 2013 sesuai dengan Permen PU No 15/PRT/M/2013, 7] Disiapkannya pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NOmor 4/PRT/M/2009 (Manual Mutu SMM DJCK), 8] Penyusunan draft III-21

75 standard kompetensi Jabatan Struktural dan Fungsional, 9] Kamus Kompetensi Teknis Bidang Cipta Karya, 10] Pengembangan Sistem Informasi Kepegawaian (SIMKA), 11] Penyusunan Buku Cascading sebagai bagian dari penyiapan pelaksanaan Sistem Manajemen Kinerja. Pembangunan Berbasis Gender Penyempurnaan Petunjuk Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Pengarusutamaan Gender (Monev PUG) Bidang Cipta Karya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas monitoring dan evaluasi kinerja pembangunan bidang Cipta Karya yang berbasis responsif gender. Ujiterap buku petunjuk pelaksanaan monev gender bidang Cipta Karya telah dilaksanakan di beberapa lokasi kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti lokasi program P2KP, PPIP/RIS-PNPM, Pamsimas, PISEW untuk melihat 4 parameter indikator Akses, Kontrol, Partisipasi dan Manfaat (AKPM) dalam siklus pembangunan yang dirasakan oleh target sasaran responsive gender. Gambaran hasil monev responsive gender pada ke 4 aspek ini umumnya dirasakan ada dan analisa evaluasinya tidak ada isu kesenjangan gender yang baru yang ditimbulkan pada pencapaiannya. Disamping itu indikator kinerja pada data terpilah yang ada dalam persyaratan I pemberdayaan masyarakat P2KP, Pamsimas, PISEW dan RIS PNPM dan APBN PPIP juga tercapai, artinya buku petunjuk pelaksanaan monev ini telah dapat bermanfaat dalam member masukan pada perencanaan berikutnya. Berdasarkan evaluasi ini, ke depan dimensi integrasi penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi tercapai AKPM responsif gender, sebaiknya di gali lebih luas untuk program regular diluar pemberdayaan masyarakat yaitu yang berprespektif/berpeluang responsif gender. Dan diharapkankekuatan hukum atau legalisisasi terhadap Buku Petunjuk Pelaksanaan Monev Gender Bidang Cipta Karya ini dapat diwujudkan melalui proses Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya serta dapat disosialisasikan kepada seluruh stakeholder Bidang Cipta Karya. Paralel dengan itu telah dilakukan forum penjaringan masukan teknis terhadap kegiatan yang responsif gender pada program pengembangan infrastruktur permukiman yang melibatkan Internal Cipta Karya dan Pemda serta Pakar. Dalam kegiatan ini telah dilakukan review terhadap produk-produk pengaturan dan pembinaan seperti Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) seluruh sektor pada Bidang Cipta Karya, antara lain RUSUNAWA, Bangunan Gedung, Air Minum, Air Limbah, Drainase dan Persampahan, Penataan Lingkungan serta Pengembangan Permukiman. Sehingga makna intergrasi dalam satu dimensi siklus III-22

76 pembangunan bidang Cipta Karya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegitaan responsif gender dapat semakin sempurna. Tantangan lain ke depan perlunya pengembangan sistem monitoring responsive gender terintegrasi dalam satu system monitoring di lingkungan DJCK yaitu dengan cara menggabungkan informasi yang ada pada sistem informasi managemen Satuan Kerja (Satker) dengan Sistem Informasi Managemen Evaluasi Kinerja (SIMEKA). Prosentase anggaran kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya biasanya lebih besar dari satminkal lainnya, kecuali tahun 2012 hampir berimbang dengan Ditjen Bina Marga Seiring dengan peningkatan anggaran dari tahun ke tahun artinya semakin besar perhatian yang diberikan terhadap kesetaraan gender, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kelas penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) yang diberikan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPP-A) kepada Kementerian PU, dimana sebelumnya masuk kelas kategori tingkat madya meningkat menjadi utama dan pada tahun ini meningkat menjadi mentor artinya siap menjadi Mentor untuk K/L lainnya, tentunya hal ini tidak lepas dari kontribusi yang besar dari pencapaian responsif gender Bidang Cipta Karya. No Tabel Rekapitulasi Anggaran Responsif Gender (ARG) Periode Satminkal Alokasi Anggaran Responsif Gender (ARG) Ditjen Cipta Karya Total Pagu ARG Kemen PU 3 Persentase Total ARG Ditjen Cipta Karya Terhadap Total Pagu Kemen PU Sumber: Gender Budget Statement, ,32 48,69 82,48 75,52 Pengolaan Aset Barang Milik Negara Hingga akhir tahun 2014 total BMN (Aset) Ditjen Cipta Karya adalah sebesar Rp milyar. Dalam upaya pengelolaan aset ini, masih ditemukan kendala-kendala dalam pengelolaan BMN ini, diantaranya [1] Kuranglengkapnya dokumen yang dipersyaratkan sebagai pendukung proses Hibah, [2] Adanya fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena minimnya pemeliharaan, sehingga III-23

77 pemerintah Kabupaten/Kota tidak bersedia untuk menerima BMN yang akan dihibahkan, [3] Masih kurangnya pemahaman prosedur dan proses hibah bagi kepala satuan kerja maupun pemerintah kabupaten/kota yang akan menerima hibah, [4] Tertundanya usulan dari satuan kerja untuk segera memproses hibah atas infrastruktur yang telah selesai dibangun, [5] Masih banyak pemerintah daerah kabupaten/kota yang belum bersedia menandatangani surat pernyataan kesiapan menerima hibah. Proses pembinaan teknis terkait penatausahaan BMN telah dilaksanakan di 2014 dan diharapkan seluruh Satuan Kerja sudah dapat mandiri dan secara otomatis akan segera memproses Hibah/Alih Status setelah berakhirnya tahun anggaran sebelumnya. Selain itu, telah dilakukan pendampingan pecepatan proses Hibah BMN yang menitikberatkan pada bimbingan bagi Aparat/Petugas Satuan Kerja dalam pemberkasan serta melengkapi dokumen pendukung yang diperlukan dalam persiapan proses Hibah BMN, Verifikasi kelengkapan dokumen pendukung proses Hibah MBN yang dilakukan secara terpadu antara sekretariat direktorat jenderal, pusat PBMN dan direktorat teknis serta Sosialisasi proses hibah kepada pejabat/aparat terkait dari pemerintah yang akan menerima hibah BMN. Tanggap Darurat Bencana Salah satu tugas khusus yang diamanatkan ke adalah terkait penanganan tanggap darurat bencana karena terkait dengan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.terkait tugas ini, untuk memudahkan pelaksanaan tanggap darurat bencana, Ditjen Cipta Karya telah membentuk empat depo di Medan, Padang, Surabaya dan Makasar.Selain itu dilakukan juga pembinaan personil satuan tugas yang bekerjasama dengan PUSDIKPASSUS dimana hingga tahun 2014 telah membina 180 personil.beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka tanggap darurat bencana di tahun 2014 adalah: 1. Bencana Longsor Banjarnegara Bencana longsor Banjarnegara telah menelan korban sebanyak 24 korban tewas, 84 warga yang masih hilang, 105 unit rumah roboh dan jumlah pengungsi sebanyak 577 jiwa. Ditjen Cipta Karya mengirimkan Hidran Umum sebanyak 17 buah, WC knock down10 buah, bak sampah 16 buah dan truk tangki air sebanyak 4 buah. 2. Bencana Banjir Bandung Banjir bandang yang menggenangi lima Kecamatan di Kabupaten Bandung diakibatkan III-24

78 oleh kondisi topografi yang berupa cekungan, serta meluapnya air sungai citarum hulu memberikan dampak kepada 14 ribu jiwa atau sekitar kepala keluarga (KK) mengungsi. Penduduk mengungsi berasal dari Kecamatan Baleendah jiwa, Dayeuhkolot jiwa, Bojongsoang jiwa, Ketapang 747 jiwa dan Cicalengka 657 jiwa. Kementerian PU-PERA melalui Ditjen Cipta Karya telah bertindak dengan mobilisasi 1 mobil tangki air (MTA), 1 toilet mobile, 10 HU dan 10 WC knock down untuk mendukung dan melengkapi pelayanan kebutuhan air minum dan sanitasi pada bencana banjir bandang tersebut. Personel yang ditugaskan untuk membantu sebanyak 4 orang dari Satker Air Minum Provinsi Jawa Barat, 2 Satgas Tanggap Darurat Jawa Barat, 5 Satgas Tanggap Darurat Pusat yang dioperasikan dibawah komando BNPB dan BPBD Provinsi Jawa Barat. 3. Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung Berdasarkan informasi yang telah dihimpun oleh Tim Tanggap Darurat Cipta Karya, jumlah pengungsi akibat dampak erupsi Gunung Sinabung mencapai jiwa atau KK.Perlu ada upaya antisipasi dan penyelamatan warga dari dampak letusan Gunung Sinabung untuk jangka panjang. Bersama dengan BNPB, Ditjen Cipta Karya akan melakukan relokasi permukiman warga. Ditjen Cipta Karya telah melakukan identifikasi lokasi, membuat konsep desain hunian tetap (Huntap) dan menyusun mekanisme relokasi warga yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung ke tempat yang lebih aman,huntap ini akan dibangun di atas lahan yang disediakan oleh Pemda Kabupaten Karo dengan luas lahan 25 Ha, yang diperuntukkan bagi Kepala Keluarga (KK). Dalam penanganan korban bencana Sinabung, Ditjen Cipta Karya telah memberikan bantuan yang dimanfaatkan oleh pengungsi di 42 titik pengungsian, yaitu; 82 unit Hidran Umum; 46 unit WC knock down; 23 unit Tenda Hunian Darurat (THD) dan 520 buah jerigen. Seluruh peralatan tersebut berasal dari Depo Tanjung Morawa, Medan yang merupakan pusat penyimpanan alat-alat tanggap darurat Cipta Karya untuk wilayah Sumatera. Stockperalatan tanggap darurat bencana Cipta Karya di Depo Tanjung Morawa Medan antara lain dua unit Mobil Tangki Air (MTA), 90 unit Hidran Umum (HU), 50 unit WC Knock Down dan satu unit Dump Truck, serta 50 tenda hunian darurat (THD), sedangkan barang/peralatan yang ada di Kantor dinas PU Kab. Karo adalah, 30 unit HU, 30 Unit WC Knock Down, 30 Unit Tenda Hunian Darurat (THD).Dalam pemanfaatan bantuan tersebut, Ditjen Cipta Karya III-25

79 berkoordinasi dengan Dinas PU Kabupaten Karo yang didukung oleh Satuan Kerja Provinsi di lingkungan Ditjen Cipta Karya dan Satgas Tanggap Darurat Ditjen Cipta Karya, Sumatera Utara di beberapa wilayah. 4. Tanggap Darurat Banjir Manado melaksanakan tanggap darurat bencana untuk korban banjir bandang dan tanah longsor di Manado dengan menyediakan peralatan untuk memenuhi kebutuhan korban bencana berupa 4 unit Mobil Tangki Air (MTA); satu unit IPA Mobile, 39 unit Hidran Umum; satu unit perahu karet; 20 unit PAC; dan 600 buah jerigen dengan kapasitas 10 liter. 5. Tanggap Darurat Erupsi Gunung Gamalama mengirimkan kebutuhan bagi para pengungsi erupsi gunung Gamalama berupa 2 unit mobil tangki air kapasitas liter, 20 unit WC knockdown, dan 20 unit hidran umum kapasitas liter. PKPD-PU Bidang CK Kementerian Pekerjaan Umum sebagai instansi yang bertanggungjawab melakukan pembinaan pembangunan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum sudah seyogyanya memberikan perhatian dan pembinaan terhadap dinamika, kreativitas dan inovasi pembangunan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum yang terselenggara di daerah.salah satu wujud pembinaan tersebut adalah memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang dinilai berprestasi dalam memajukan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum melalui kegiatan Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaan Umum (PKDP-PU). sebagai bagian dari Kementerian Pekerjaan Umum bertanggungjawab pada kegiatan pembangunan infrastruktur bidang permukiman (Cipta Karya) melaksanakan PKPD-PU Bidang Cipta Karya dengan menilai kegiatan pembangunan infrastruktur bidang permukiman. Pemenang PKPD-PU Bidang Cipta Karya Tahun 2014 untuk kategori Kota Metro/Besar adalah Kota Surabaya sebagai pemenang I, Kota Malang sebagai Pemenang II, dan Kota Pontianak sebagai pemenang III. Untuk kategori Kota Sedang/Kecil, pemenang PKPD-PU Bidang Cipta Karya Tahun 2014 adalah Kota Payakumbuh sebagai Pemenang I, Kota Probolinggo sebagai Pemenang II, dan Kota Yogyakarta sebagai III-26

80 Pemenang III. Untuk kategori Kabupaten, pemenang PKPD-PU Bidang Cipta Karya Tahun 2014 adalah Kabupaten Tabanan sebagai Pemenang I, Kabupaten Sleman sebagai Pemanang II, dan Kabupaten Sidoarjo sebagai Pemenang III. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut: - Pelaksanaan tahun 2104, dilakukan langkah baru, yaitu Kriteria Penilaian terbagi dalam 2 kelompok yaitu Kriteria Penilaian Keterpaduan dengan bobot 30% dan Kriteria Penilaian Sektor dengan bobot 70%. Kriteria Penilaian Keterpaduan diselenggarakan untuk mengakomodasi isu keterpaduan yang saat ini menjadi salah satu arah kebijakan. Kriteria Penilaian Keterpaduan disusun oleh masingmasing sektor sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor. Survey lapangan di beberapa lokasi akan dilakukan bersama-sama (minimal tim juri dari 2 komponen yang merupakan perwakilan Ditjen. Cipta Karya) sehingga muncul penilaian yang sifatnya utuh ke-cipta Karya-an. - Pemenang PKPD PU Bidang Cipta Karya tahun ini cukup bervariasi. Hal ini dapat disebabkan adanya pembagian kriteria penilaian seperti yang disebutkan pada poin pertama diatas. Pemenang yang baru muncul pada kategori Kabupaten, yaitu Kabupaten Sidoarjo. Selain itu, pada Kategori Kota Sedang/Kecil, muncul pula Kota Yogyakarta, yang selama 5 tahun ke belakang tidak pernah muncul sebagai pemenang. - Sesuai dengan arahan Bapak Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada saat penyerahan Tropi pada tanggal 5 Desember 2014, menyampaikan bahwa para pemenang akan mendapatkan Tropi, penghargaan dan hadiah fisik. Selain itu, Kabupaten/Kota juga akan mendapat prioritas mendapatkan program dari Kementerian Pekerjaan Umum. - Untuk lebih memperkaya wawasan, tim juri untuk PKPD-PU Bidang Cipta Karya tidak hanya terdiri dari saja tetapi juga melibatkan akademisi dan pemerhati pembangunan bidang permukiman. - Untuk memberikan keadilan bagi seluruh kabupaten/kota, bagi kabupaten/kota yang sudah menjadi pemenang PKPD-PU Bidang Cipta Karya selama 3 (tiga) kali berturut-turut maka tidak boleh mengikuti PKPD-PU Bidang Cipta Karya selama 1 (satu) periode. Dukungan Pemda melalui Matching Fund Matching fund atau lebih dikenal dengan DDUB (Dana Daerah Urusan Bersama) disyaratkan III-27

81 sebagai salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam readiness criteria.realisasi DDUB Tahun 2014terhadap komitmennya adalah sebesar Rp ,- (55,42%) untuk APBD Kab/Kota. Terhadap total anggaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014, realisasi DDUB ini hanya berkisar 1,51% saja. Dalam pemenuhan DDUB oleh kabupaten/kota terdapat beberapa kendala antara lain: 1. APBD Kabupaten/Kota mayoritas digunakan untuk gaji upah sehingga hanya sedikit sekali dana APBD Kabupaten/Kota yang dialokasikan untuk DDUB. 2. Mayoritas komitmen awal DDUB belum dibahas dengan DPRD sehingga realisasi pengalokasian dana APBD untuk DDUB terhambat. 3. Pemahaman pemerintah daerah terhadap pentingnya DDUB sebagai salah satu syarat pemenuhan readiness criteria masih kurang. 4. Kemampuan daerah dalam pemenuhan DDUB tidak semuanya diprioritaskan ke kegiatan CK tetapi lebih diprioritaskan ke pendidikan atau kesehatan. 5. Dalam peta kapasitas fiskal yang setiap tahun diterbitkan oleh Kementerian Keuangan, mayoritas kabupaten/kota termasuk dalam kategori rendah sehingga pemenuhan DDUBnya tidak dapat terealisasi 100%. 6. Tidak adanya mekanisme insentif dan disinsentif menjadikan rendahnya realisasi DDUB. Pelaksanaan CSR Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesesimbangan ekonomi-sosiallingkungan, kini semakin banyak perusahaan yang memenuhi tanggungjawab sosialnya. Program Corporate Sosial Responsibility (CSR) tidak hanya dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan amal (charity) tetapi juga dapat dilaksanakan dalam program pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan masyarakat secara langsung sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program CSR yang dilaksanakan oleh beberapa perusahaan sangat beragam termasuk kegiatan CSR dalam pembangunan infrastruktur permukiman (bidang Cipta Karya) seperi penyediaan air minum dan sanitasi, pengelolaan sampah, penataan bangunan dan lingkungan serta pengembangan permukiman. Di sisi lain, pembiayaan pembangunan infrastruktur permukiman yang tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat, diharapkan tidak hanya berasal dari APBN dan APBD tetapi dapat juga bersumber dari swasta melalui program CSR. Program CSR merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan pembangunan III-28

82 bidang infrastruktur yang dapat dioptimalkan di lokasi-lokasi dimana terdapat perusahaanperusahaan besar seperi program CSR PT. Adaro di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan. Hingga tahun 2014, telah dilaksanakan fasilitasi program CSR yang bekerjasama dengan perusahan-perusahaan sebagai berikut: Tabel Fasilitasi Kerjasama Multipihak Program CSR oleh Ditjen Cipta Karya ( ) No Perusahaan Lokasi Kegiatan Sektor Cipta Karya Perkiraan Pendanaan (Rp.1000) 1 PT. Adaro Indonesia Kab. Hulu Sungai Utara, Prov. Kalsel Air Minum, PPLP, PBL, Bangkim 2 PT. Adaro Indonesia Kab. Balangan, Prov. Kalsel Air Minum, PPLP, PBL, Bangkim 3 PT. Adaro Indonesia Kab. Tabalong, Prov. Kalsel Air Minum, PPLP, PBL, Bangkim PT. Berau Coal Kab. Berau, Prov. Kalsel Air Minum dan PPLP PT. Pertamina Kab. Ende, Prov. NTT Air Minum PT. Bukit Asam Kab. Muara Enim, Prov. Sumsel Air Minum, PPLP, PBL, Bangkim PT. Semen Padang Kota Padang Air Minum dan PPLP Sumber: Subdirektorat Kerjasama Luar Negeri, 2014 Total Penggalian potensi/inovasi melalui penyelenggaraan sayembara Selain melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya, Ditjen Cipta Karya di tahun 2014 juga melakukan beberapa kegiatan penggalian potensi/inovasi dari berbagai stakeholder melalui penyelenggaraan sayembara. Adapun kegiatan sayembara yang telah dilaksanakan adalah: 1. Sayembara Penataan Kawasan Gili Iyang Madura Sejak ditetapkanya Pulau Gili Iyang sebagai lokasi wisata kesehatan dikarenakan potensi oksigennya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemkab Sumenep, Direktorat Cipta Karya merespon dengan menyelenggarakan sayembara Penataan Kawasan Gili Iyang. Sayembara ini diperuntukan menjaga keaslian alam dan budaya yang sudah ada, sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu kriteria yang dijadikan pemenang dalam sayembara ini adalah karya yang tidak terlalu banyak mengeksplorasi Gili Iyang. III-29

83 Adapun pemenang Sayembara Penataan Kawasan Pulau Gili Iyang ditetapkan tiga pemenang. Juara pertama adalah Timmy Setiawan dengan mengusung tema Gili Iyang Ec(O2)RismIslam, Juara kedua adalah Alexander Octa K.W dengan tema Gili Iyang s Sanctuary dan Juara ketiga adalah Rahardian P. Herwindo dengan tema East Madurat Eco Healing Tourism HAL-HAL YANG MEMERLUKAN PERHATIAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA Salah satu strategi keberhasilan pelaksanaan tahun 2015 adalah adanya respon Direktorat Jenderal Cipta Karya terhadap faktor-faktor yang memerlukan perhatian di tahun 2014, diantaranya adalah: a. Pengembangan Basis Data Database bidang permukimaan hingga saat ini belum tersedia secara optimal, khususnya data pasca pelaksanaan pembangunan. Berbagai upaya pengembangan basis data terus dilakukan, salah satunya melalui pengembangan system aplikasi berbasis web yang memudahkan kontributor dalam mengisi data kinerja (SIMEKA) ataupun melalui kegiatan Pemutakhiran Data Kumuh dimana pada tahun 2014 telah dilakukan di 127 kawasan. Selain itu, dilakukan juga peningkatan koordinasi baik dengan BPS Pusat ataupun dengan BPS Kab/Kota untuk memudahkan perolehan data kinerja. Selanjutnya, upaya ini akan terus dilanjutkan ditahun-tahun berikutnya, khususnya dalam upaya pengembangan basis data dalam meningkatkan akurasi data bidang permukiman. b. Percepatan Proses Pengadaan Upaya percepatan proses pengadaan telah dilakukan dengan dukungan dari Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang secara rutin melakukan pemantauan terhadap proses pengadaan. Selain itu, dukungan lain diberikan melalui proses penetapan Pokja Pengadaan yang dipercepat oleh ULP serta dorongan kepada aparat Satker untuk mengikuti pelatihan PerPres No 70 Tahun 2012 agar memahami lebih mendalam ketentuan-ketentuan pelelangan sehingga terhindar dari kesalahaan saat pelelangan. Pengadaan barang dan jasa untuk proyek yang didanai dari pinjaman luar negeri memerlukan harmonisasi peraturan antara guideline pemberi pinjaman dengan peraturan perundangan nasional. Harmonisasi ini seyogyanya dilakukan oleh LKPP. c. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan di Daerah Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan di daerah salah satu diantaranya dilakukan III-30

84 melalui penguatan pada kapasitas pelaksana di daerah (Satker, Pemda), antara lain dengan memberikan acuan pelaksanaan (panduan mulai dari perumusan kebijakan hingga implementasi fisik), melakukan diseminasi, dan koordinasi yang lebih intensif. Selanjutnya, upaya ini akan terus dilanjutkan ditahun-tahun berikutnya. d. Pengelolaan asset/proses alih status/hibah BMN Terkait pengelolaan aset, selain Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah BMN bagi Aparat/Petugas Satuan Kerja, dilakukan juga Pendampingan Percepatan Proses Hibah BMN, verifikasi kelengkapan dokumen pendukung proses Hibah BMN serta Sosialisasi proses hibah kepada pejabat/aparat terkait dari pemerintah yang akan menerima hibah BMN. Selanjutnya, upaya ini akan terus dilanjutkan ditahun-tahun berikutnya. e. Aspek Keberlanjutan Untuk menjamin aspek keberlanjutan, pada Satker Propinsi telah diarahkan untuk turut memantau realisasi komitmen Pemda pasca pelaksanaan (seperti realisasi pelaksanaan pemasangan pipa distribusi/sr, fasilitasi pendukung TPA, ketersediaan lembaga pengelola dan sebagainya). Selain itu, di tahun 2014 telah pula dilakukan upaya pendataan terhadap aspek keberlanjutan (tersediaan OM dan lembaga pengelola) dari setiap output terbangun. Selanjutnya, kedepan akan disusun suatu panduan/petunjuk/arahan/pedoman yang dapat menjadi petunjuk pengelolaan paska pembangunan untuk memaksimalkan kebermanfaatan dan keberlanjutan output terbangun. f. Pendanaan melalui PHLN dan CSR Terdapat kebijakan yang mengatur besarnya porsi pendanaan APBN reguler DJCK yaitu hanya sebesar 30% dari total pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, sehingga sisanya harus dibiayai dari dana APBD daerah yang bersangkutan, CSR, dan/atau sumber pembiayaan lainnya (PHLN). Oleh karenanya, mengingat bahwa CSR merupakan salah satu potensi besar dalam pembiayaan, perlu kiranya terus melakukan sinergi sumber pembiayaan CSR ini melalui penyusunan database dan mengembangankan kerjasama dengan perusahaan yang potensial membiayai pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka percepatan pelaksanaan kerjasama program CSR bidang Cipta Karya. Selain itu, perlu mempertajam penyiapan kriteria pendanaan yang dibiayai dana Pinjaman Luar Negeri, mempercepat proses persetujuan proses pelelangan ataupun percepatan Perjanjian PLN dengan cara membagi 2 tahap perjanjian Engineering Service Phase dan Construction Phase. III-31

85 g. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Dalam program pemberdayaan masyarakat, komponen dana bergulir masih belum berkinerja dengan baik. Terakhir, pada pelaksanaan P2KP, kinerja dana bergulir hanya 30%, artinya hanya 30% dari total dana bergulir yang dapat bermanfaat dalam peningkatan kapasitas usaha masyarakat miskin. Karena itu tantangan kedepan, adalah bagaimana memperbaiki mekanisme tingkat pengembalian dana bergulir ini PENGHARGAAN DARI PIHAK LAIN Terhadap capaian kinerja yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya mendapat apresiasi dari pihak lain melalui penerimaan penghargaan sebagai berikut: a. Penghargaan Konstruksi Indonesia Untuk SIKIPAS dianugerahi penghargaan sebagai Pemenang II Penghargaan Karya Konstruksi Indonesia 2014 pada Kategori Teknologi Tepat Guna dengan Judul Karya Modul SIKIPAS (Sistem Instalasi Pengolahan Anaerobik Sampah): Inovasi Teknologi Pengolahan Sampah Karya Generasi Muda Indonesia Di Kementerian Pekerjaan Umum. Penghargaan ini diberikan dalam rangka Konstruksi Indonesia pada tanggal 25 September 2014.Inovasi ini merupakan salah satu inovasi Ditjen Cipta Karya untuk mengurangi sampah organik dari sumbernya. b. Penghargaan Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat Expo 2014 Pada ajang Gelar Karya Pembangunan Masyarakat Expo 2014, Kementerian Pekerjaan Umum diwakili oleh Direktorat Bina Program-Ditjen Cipta Karya menjadi Juara I Stand Terbaik Kategori Kementerian. Penghargaan ini merupakan yang keempat kalinya berturut-turut diperoleh oleh Ditjen Cipta Karya. c. Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 BPPSPAM telah menerima sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 pada bulan Desember Sertifikasi ini merupakan bukti komitmen dari BPPSPAM sebagai badan yang akuntabel dalam mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Pada akhir tahun 2014, BPPSPAM telah berhasil mempertahankan sertifikasi SMM ISO 9001:2008 tersebut melalui audit surveillance yang dilakukan oleh PT. Sucofindo International Certification Services pada tanggal 8-9 Desember III-32

86 3.2. REALISASI ANGGARAN Dengan menggunakan pendekatan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga selanjutnya dilakukan analisis dan evaluasi anggaran dengan hasil sebesar 95,78% atau jika dintepretasikan adalah SANGAT BAIK (hasil perhitungan terlampir). Pencapaian ini dipengaruhi oleh beberapa indikator penilaian diantaranya yaitu: a. Penyerapan anggaran Pada akhir tahun 2014, penyerapan anggaran telah terealisasi sebesar 95,74% (status 12 Januari 2015) dari target sebesar Rp ,- Besaran anggaran ini telah mengalami revisi dikarenakan adanya kebijakan penghematan. Jika dibandingkan dengan realisasi anggaran periode , maka akan didapat tren sebagai berikut: Tabel Tren Realisasi Anggaran Periode Tahun Rencana (dlm ribu) Realisasi (dlm ribu) Proporsi % % % ,56% ,74% Sumber: LAKIP Es I , Emon 2014 status 12 Jan 2015 Dari tabel di atas, terlihat bahwa tidak memiliki kendala dengan adanya penurunan anggaran dengan adanya APBN-P. Meskipun terjadi penurunan anggaran sebesar Rp. 7,40 triliyun namun target output dapat direalisasikan dengan baik. Perbaikan kualitas proses pengadaan barang dan jasa, kualitas perencanaan penyerapan menjadi alasan semakin membaiknya tingkat penyerapan anggaran. Belum maksimalnya penyerapan anggaran, dikarenakan masih adanya SPM yang belum terinput dalam aplikasi E- Mon. Umumnya ini terjadi pada kegiatan pemberdayaan masyarakat. Anggaran telah berkontribusi langsung dalam pencapaian sasaran dan proporsi terbesar adalah dalam rangka pencapaian sasaran Meningkatnya kualitas permukiman dan penataan ruang III-33

87 sebesar Rp ,-. atau 107,77%. Realisasi anggaran setiap sasaran bervariasi dari 85,19% hingga 95,99% (lihat tabel 3.14). Tabel Kontribusi Anggaran Terhadap Pencapaian Sasaran Ditjen Cipta Karya Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumun/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat Sumber: Dok. Rencana Aksi PK Ditjen Cipta Karya, 2014 Anggaran (Dalam Ribu Rp) Rencana b. Konsistensi perencanaan dengan implementasi Realisasi Proporsi ,99% ,19% ,77% Dari hasil perhitungan berdasarkan PMK tersebut, diperoleh nilai konsistensi antara perencanaan dan implementasi sebesar 67,60%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak seluruh rencana penyerapan anggaran dapat terealisasi dengan baik di tiap bulannya. Beberapa hal yang menyebabkan tidak maksimalnya realisasi penyerapan anggaran setiap bulan antara lain adanya keterlambatan proses lelang, keterlambatan penandatanganan kontrak karena pergantian Kepala Satuan Kerja, adanya revisi paket, keterlambatan penerbitan SK Satuan Kerja, masalah lahan, belum siapnya dokumen perencanaan (DED). c. Output Terhadap penggunaan anggaran di tahun 2014, telah dihasilkan berbagai output. Hingga akhir Desember 2014 telah terealisasi output dengan tingkat keberhasilan rata-rata sebesar 95,70%. Tabel Pencapaian Output Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014 No Output Satuan Rencana Realisasi Proporsi 1 Infrastruktur Perkotaan Kwsn ,20% 2 Rusunawa TB ,00% 3 Infrastruktur Perdesaan Kwsn ,38% 4 RISE Kec ,00% III-34

88 No Output Satuan Rencana Realisasi Proporsi 5 PPIP Desa ,39% 6 Bangunan gedung dan fasilitasnya Kab/Kota ,50% 7 Sarana dan prasarana Kwsn ,18% lingkungan permukiman 8 Keswadayaan masyarakat Kel/Desa ,94% 9 Infrastruktur Air Limbah Kab/Kota Kwsn 10 Infrastruktur Drainase Perkotaan 11 Infrastruktur Persampahan TPAS ,00% 97,85% Kab/Kota ,14% Kab/Kota ,18% 12 Infrastruktur 3R Kwsn ,48% 13 SPAM Terfasilitasi PDAM ,17% 14 SPAM IKK IKK ,22% 15 SPAM MBR Kwsn ,52% 16 SPAM Perdesaan Desa ,51% 17 SPAM Khusus Kwsn ,00% Sumber: LAKIP Es II, 2014 Dari tabel diatas terlihat bahwa tidak seluruh output fisik terealisasi penuh, terdapat beberapa output yang realisasinya dibawah 100% yaitu infrastruktur perkotaan, infrastruktur perdesaan, bangunan gedung dan fasilitasnya, infrastruktur air limbah skala kawasan, infrastruktur drainase perkotaan dan infrastruktur persampahan TPAS, infrastruktur 3R. Adapun pencapaian output paling tinggi adalah output PPIP dan SPAM MBR. Lebih detail terkait penyebab tidak optimalnya pencapaian kinerja output dapat dilihat kembali di subbab analisis dan evaluasi kinerja. III-35

89 d. Efisiensi Tabel Pencapaian Anggaran Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014 Keluaran Target (TVK) Realisasi (RVK) Pagu per Outout (PAK) Realisasi per Output (RAK) SPAM IKK ,581,458,711 1,559,865,890 SPAM MBR ,086, ,078,257 SPAM PERDESAAN ,015,697, ,798,383 SPAM KHUSUS ,090, ,784,406 INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH ,734, ,222,920 INFRASTRUKTUR DRAINASE PERKOTAAN ,873, ,324,010 INFRASTRUKTUR TPAS ,369, ,838,633 INFRASTRUKTUR TPST / 3R ,889,873 24,264,354 PENYELENGGARAAN SPAM TERFASILITASI , ,934 RUSUNAWA ,114,339,382 1,074,446,032 SARANA PRASARANA LNGKUNGAN PERMUKIMAN ,500, ,324,670 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA ,528, ,730,136 P2KP ,056,795,847 2,039,724,441 PPIP ,219, ,345,662 sumber: PMK 249 Cipta Karya 2014 Volume Anggaran Efisiensi adalah kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat dengan tidak membuang waktu, tenaga serta biaya. Dalam konteks pelaksanaan tugas di Ditjen Cipta Karya, efisiensi yang dilakukan adalah efisiensi biaya. Biaya yang dapat dihemat oleh Ditjen Cipta Karya adalah 7% (rata-rata), namun dengan efisiensi biaya sebesar itu output yang terlaksana tetap dapat tercapai yaitu sebesar 97,99%. Dari semua pencapaian tersebut, jika dihitung nilai efisiensi Ditjen Cipta Karya tahun anggaran 2014 ini adalah 59,30%. III-36

90 BAB IV PENUTUP 4.1. KESIMPULAN Dari penjabaran pencapaian Program sebagaimana tercermin dari Indikator Kinerja Utama (IKU) pada bab-bab sebelumnya, dapat disampaikan bahwa dalam pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan kegiatan dengan memuaskan. Hal ini dikarenakan pencapaian rata-rata dari ketiga sasaran strategis tersebut adalah sebesar 105,08%. Kinerja dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut: 1. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan telah tercapai peningkatan jumlah pelayanan air minum sebanyak l/det (126,58%) dan 321 IKK (104,22%), pembinaan kemampuan Pemda/PDAM di 119 PDAM (99,17%) serta peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 142 kab/kota (97,26%) dan 733 kawasan (96,83%). 2. Terhadap sasaran Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang telah tercapai pembangunan rusunawa sebanyak 25 TB (100%) dan kawasan permukiman yang terevitalisasi sebanyak 54 kawasan (98,18%). 3. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat telah tercapai peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di desa (102,44%) Selain tiga sasaran utama, terdapat sasaran Meningkatnya Kualitas Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan Pada Pembangunan Infrastruktur Permukiman yang ditandai dengan tersedianya dokumen kebijakan dan strategi, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data dan informasi, serta evaluasi kinerja bidang permukiman. Target pada sasaran ini adalah 171 laporan dengan realisasi sebanyak 183 laporan (107,01%). IV-1

91 Adapun realisasi anggaran dalam mencapai sasaran-sasaran tersebut diatas adalah 95,74% (status 12 Januari 2015) dari target sebesar Rp Beberapa kendala/permasalahan yang muncul dalam upaya pencapaian sasaran adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya perencanaan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan 2. Masih terbatasnya jumlah SDM dan kapasitas kelembagaan bidang permukiman khususnya terkait pelaksana di daerah (Satker, Pemda) 3. Masih terbatasnya data dan informasi (basis data) permukiman. Selain itu terdapat perbedaan data yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan program menyebabkan tidak optimalnya capaian yang dihasilkan 4. Lemahnya persiapan pelaksanaan antara lain identifikasi dan penetapan lokasi yang menyebabkan terjadinya perubahan maupun penambahan lokasi sasaran pada pertengahan tahun anggaran berjalan. 5. Beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan terkait tidak terpenuhinya readiness criteria seperti kesiapan lahan. 6. Belum maksimalnya pencapaian manfaat dari pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya 4.2. REKOMENDASI Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, beberapa rekomendasi yang disampaikan sebagai perbaikan ke depan antara lain: 1. Menyusun rencana pelaksanaan program dan kegiatan serta penetapan target target kinerja yang lebih akurat dengan mempertimbangkan tujuan organisasi, kemampuan SDM, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan alokasi anggaran dan faktor terkait lainnya. 2. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja secara reguler (setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan) untuk dapat mengawal pencapaian kinerja. 3. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan bidang permukiman. IV-2

92 4. Meningkatkan koordinasi dengan berbagai instansi terkait baik di pusat maupun daerah lebih intensif, mengingat berbagai pencapaian target indikator yang telah ditetapkan hanya dapat dilakukan dengan melibatkan segenap instansi terkait. Koordinasi juga diperlukan bahkan pada tahap pra perencanaan ataupun pada proses memperoleh data dan informasi bidang permukiman. 5. Peningkatan manfaat dari infrastruktur terbangun, melalui fasilitasi penguatan kelembagaan stakeholder di daerah (Pemda, Masyarakat) dalam penerimaan ataupun pemanfaatan infrastruktur terbangun. Dengan selesainya Laporan Kinerja Tahun 2015, diharapkan kesuksesan maupun kekurangan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya Tahun 2015 dapat menjadi pemacu untuk dapat berkarya lebih baik lagi pada masa-masa mendatang. IV-3

93 BAB I Pendahuluan

94 BAB II Perencanaan Kinerja

95 BAB III Akuntabilitas Kinerja

96 BAB IV Penutup

97 Lampiran

98 xiii - 1

99 xiii - 2

100 xiii - 3

101 PENGUKURAN KINERJA xiii - 4

102 Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Sumatera Selatan Bengkulu Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Papua Jawa Barat Jawa Tengah W N S E NAD (3 ) Sum atera Uta ra (7) Riau (5) Sulawesi Barat (1) Kalimantan Barat (7) Kalimantan Tengah (7 ) Kalimantan Timur (3) Sulawesi Selatan (2) Sulawesi Tengah (3 ) Sulawe si Utara (4 ) 1. Aceh Tamiang 1. D a iri 1. Indragiri Hilir 1. Kapuas Hulu 1. Barito Timur 1. B erau 1. P olewali Mandar 1. B on e, S op pen g, Sela yar 1. B an gga i 1. K ep. Sa ng ih e 2. Aceh Utara 2. Deli S erdang 2. Indragiri Hulu 2. K eta pa ng 2. Gunung Mas 2. K utai Timur 2. P an gkep, L uw u, Lu wu U tara 2. B uo l 2. Kota Tomohon 3. Kota Langsa 3. Kota Binjai 3. K am pa r 3. Kota Singkawang 3. Kotawaringin Barat 3. Penajem Paser Utara dan Luwu Timur 3. D o ngg ala 3. M ina hasa 4. Kota Tanjung Balai 4. Rokan Hulu 4. M ela wi 4. Kotawaringin Timur 4. Minahasa Selatan 5. L ab uha n Batu Se lata n 5. S iak 5. S am ba s 5. Murung Raya 6. P akpak B arat 6. S an gga u 6. S eruya n 7. S inta ng 7. S uka ma ra Pap ua Bara t (3) NAD 1. K aim ana 2. Raja Ampat Kepulauan Riau 3. Teluk W ondama Sum at era B arat (5 ) Kalimantan Barat 1. L ima pu lu h K ota Sumatera Barat 2. Padang Pariaman 3. Pesisir Selatan Sulawesi Tengah Papua Barat 4. S iju njun g Jambi Kalimantan Tengah 5. S olok Bangka Belitung Sulawesi Barat Jambi (3) 1. B un go Lampung 2. S arolan gu n 3. Ta njun g Ja bu ng Bara t Banten Jawa Timur Bengkulu (2) DIY 1. K ep ahia ng Bali NTT NTB 2. Kota Bengkulu Sum at era S elata n (2 ) 1. B an yu asin 2. O gan Ko me rin g Ulu Jawa Tim ur (7) 1. B lit ar 2. K ed iri Lampung (4) Jawa Te nga h (4 ) 3. Kota Mojokerto Sulawesi Tenggara (4) Malu ku (4 ) 1. Kota Bandar Lampung 1. B an yu ma s 4. N g anju k 1. B om ba na Malu ku Uta ra (3) 1. Kepulauan Aru 2. Lampung Barat 2. B lora 5. P am eka san 2. B uto n Uta ra 1. Halmahera Barat 2. K ota Tua l 3. Lampung Selatan Banten (1) 3. G ro bo gan DIY (1) 6. P asu ru an Bali (1) NTB (1 ) NTT (1) 3. K on awe S elata n 2. Halmahera Timur 3. M alu ku Te ngg ara Papua (2 ) 4. Lampung Timur 1. L eb ak 4. P eka lo ng an 1. G unu ng kidul 7. Tu lu ng ag ung 1. Je m brana 1. D o mp u 1. L em ba ta 4. M un a 3. Kota Tidore 4. M alu ku Te ngg ara Barat 1. Ja yap ura PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT PENYELENGGARAAN SPAM TERFASILITASI LEG ENDA Tidak ada pembangunan output spam terfasilitasi 1-5 PDAM y ang mendapat infras truktur spam terfasilitasi 6-7 PDAM y ang mendapat infras truktur spam terfasilitasi KEME NTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JE NDERAL CIPTA KARYA Kilo me te rs Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan xiii - 5

103 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Bangka Belitung Sulawesi Barat Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT SPAM DI IBUKOTA KECAMATAN (IKK) N LEG ENDA Tidak ada pembangunan output spam IK K 1-5 IKK yang m endapat infrastruktur spam IKK W 6-10 IKK yang mendapat infrastruktur spam IKK Kilo me te rs IKK yang mendapat infrastruktur s pam IK K 130 Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua 140 KEME NTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E Sum at era Uta ra (7) Jambi (6) Bangka Belitung (6) Kalimantan Barat (9) Kalimantan Tengah (2 ) Kalimantan Timur (8) 1. Batubara (2) 1. B un go (1 ) 1. Bangka Selatan (2) 1. K ayon g Uta ra (1) 1. Katingan (1) 1. B erau (3) 2. Hu mb ang Hasu nd uta n (2) 2. K erinci (2) 2. B elitun g (3 ) 2. Landak (2 ) 2. Kotawaringin Timur (1) 2. Kota Balikpapan (1 ) 3. Simalungun (1 ) 3. Merangin (1 ) 3. B elitun g Tim ur (1) 3. Melawi (3) 3. K uta i Ba ra t (2) 4. Ta pa nuli Ten ga h (2) 4. S arolan gu n (1) 4. S an gga u (1 ) 4. M alina u (1 ) 5. Ta njun g Ja bu ng Bara t (1) 5. Sintang (2 ) 5. Penajem Paser Utara (1) NAD (2 ) Riau (5) Kep ulau an Ria u (6) 1. A ceh Ten gah (1) 1. Indragiri Hilir (1 ) 1. K arimu n (3) 2. S ime ulu (1 ) 2. K ampar (1 ) 2. Na tun a (3) 3. R o kan Hu lu (3) Sum at era B arat (5 ) Kalimantan Barat 1. P asa ma n (1) 2. P asa ma n B arat (2 ) Sumatera Barat 3. S iju njun g (1 ) Sulawesi Tengah 4. Solok Selatan (1) Jambi Kalimantan Tengah Bengkulu (8) 1. Bengkulu Selatan (1) 2. Bengkulu Tengah (1) 3. Bengkulu Utara (2 ) 4. Kepahiang (3 ) 5. Seluma (1 ) Banten (2) 1. L eb ak (1) 2. S eran g (1) Sulawesi Barat (4) 1. M am as a (2) 2. P olewali Mandar (2 ) Sum at era S elata n (5 ) Banten 1. M ua ra En im (1 ) Jawa Barat 2. M usi R a wa s (2) Jawa Tengah 3. O gan Ko me rin g U lu Tim ur (1) Jawa Timur 4. P ali (1) DIY Bali NTT NTB Lampung (2) 1. Mesuji (1 ) 2. Tulang Bawang (1) Jawa Te nga h (1 2) Jawa B arat (7 ) 1. Batang (1) Sulawesi Selatan (16) 1. B ekasi (1 ) 2. D e ma k (3) Jawa Tim ur (9) 1. G ow a (4) 2. Cianjur (1) 3. Kebumen (1 ) 1. K ota Ba tu (1 ) 2. L uw u (2 ) 3. Cirebon (1 ) 4. K ud us (1) 2. K ota Ke diri (1 ) NTB (6 ) NTT (4) 3. L uw u Tim ur (1) 4. I ndra ma yu (1) 5. S em aran g (3) 3. Mojokerto (1 ) 1. B ima (2) 1. Kupang (1) 4. L uw u Ut ara (3) 5. K arawan g (1 ) 6. S ra ge n (1) 4. Pasuruan (1 ) 2. D o mp u (2) 2. Lembata (1 ) 5. Pangkep (2) 6. K ota D ep ok (1) 7. Te ga l (1 ) 5. Probolinggo (1) Bali (1) 3. L om bo k Ba ra t (1) 3. Manggarai Timur (1) 6. S injai (2) 7. S ukabumi (1) 8. Te ma ng gun g (1 ) 6. Sidoarjo (4) 1. Karangasem (1) 4. Sumbawa (1) 4. Tim or Ten ga h Uta ra (1) 7. S op pen g (2 ) Kalimantan Selatan (5) 1. Hu lu Su ng ai Ten ga h (1) 2. Tabalong (1 ) 3. Ta na h Bu m bu (2 ) 4. Ta pin (1 ) Sulawesi Tenggara (5) 1. B uto n (2 ) 2. Kolaka Utara (2) 3. W akatobi (1 ) Sulawesi Tengah (3 ) Gorontalo (4 ) 1. Donggala (1 ) 1. Boalemo (1) 2. Morowali (1 ) 2. B on e B olan go (1 ) 3. Tojo Una -una (1) 3. G orontalo (2 ) Sulawe si Utara (3 ) 1. Kepulauan Sangihe (1) 2. Minahasa (1) 3. M ina hasa Se lata n (1) Pap ua Bara t (2) 1. S oron g S elata n (1 ) 2. Teluk B intuni (1) Papua (12) 1. B ove n Digo el (1) 2. Kota Jayapura (2) 3. L an ny Ja ya (2) 4. Merauke (5 ) 5. Pegunungan Bintang (2) Malu ku Uta ra (8) Malu ku (7 ) 1. Halmahera Barat (4) 1. B uru (3 ) 2. Halmahera Selatan (1) 2. K ep ulau an Aru (2) 3. Halmahera Timur (2) 3. S eram Ba gian Ba rat (1 ) 4. Ha lm ah era Utara (1 ) 4. Seram Bagian Timur (1) xiii - 6

104 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Sulawesi Tengah Papua Barat Jambi Kalimantan Tengah Sumatera Selatan Bengkulu Bangka Belitung Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Papua Lampung Banten W N S E NAD (7 ) Sum atera Uta ra (4) Bangka Belitung (4) Kep ulau an Ria u (2) Kalimantan Barat (16) Kalimantan Timur (4) Sulawesi Barat (1) Sulawesi Tengah (1 ) Gorontalo (5 ) Sulawe si Ut ara (7 ) Pap ua Bara t (2) 1. Aceh Selatan (2) 1. Simalungun (1 ) 1. Bangka (2 ) 1. K arimu n (1) 1. Bengkayang (4 ) 1. Kota Bontang (2) 1. Mamuju Utara (1 ) 1. Donggala (1 ) 1. Boalemo (4) 1. K ep. Sa ng ih e (1 ) 1. Kaimana (1) 2. A ceh U tara (3 ) 2. Ta pa nuli Se lata n (2 ) 2. Bangka Selatan (1) 2. K ota Ba tam (1) 2. K ayon g Uta ra (3) 2. K uta i Timu r (1 ) 2. G oron talo Utara (1 ) 2. K ep. Tala ud (1 ) 2. K ota So ro ng (1) 3. Bireun (2 ) 3. Ta pa nuli Ten ga h (1) 3. B elitun g (1 ) 3. Ketapang (1 ) 3. Nunukan (1 ) 3. K ota Bitu ng (2) 4. K ub u R aya (2) 4. K ota Ko tam ob ag u (1) 5. S ambas (2) 5. Minahasa (1) 6. Sintang (4 ) 6. Minahasa Utara (1) Papua (5 ) 1. B iak N um fo r (1 ) 2. Kota Jayapura (2) 3. Merauke (2 ) Sum at era B arat (3 ) 1. K epulauan Mentawai (1) 2. P ad ang Pa ria ma n (1) 3. Pesisir Selatan (1) Jambi (1) 1. Ta njun g Ja bu ng Bara t (1) Jawa Barat Jawa Tengah Bengkulu (1) 1. Seluma (1 ) Jawa Timur DIY Bali NTT NTB Malu ku (9 ) Jawa B arat (8 ) Sulawesi Tenggara (5) 1. B uru (1 ) 1. B ekasi (2 ) Jawa Te nga h (1 4) NTB (6 ) NTT (5) 1. Bombana (1 ) 2. K ota Tua l (2 ) 2. Cirebon (2 ) 1. D e ma k (5) 1. B ima (3) 1. Flores Timur (1 ) Sulawesi Selatan (3) 2. B uto n (1 ) Malu ku Uta ra (5) 3. M alu ku B arat Da ya (3) Banten (4) 3. Indra ma yu (1) 2. Jepara (2) 2. D o mp u (1) 2. Kupang (2) 1. G ow a (1) 3. K on awe S elata n (1 ) 1. Halmahera Tengah (1 ) 4. M alu ku Te ngg ara (1 ) 1. L eb ak (1) 4. K arawan g (2 ) 3. Kebumen (4 ) Jawa Tim ur (1) Bali (1) 3. L om bo k Ten ga h (1) 3. Nagekeo (1 ) 2. Kota Pare -pare (1 ) 4. K on awe Uta ra (1) 2. Halmahera Timur (2) 5. M alu ku Te ngg ara Barat (1) 2. Tangerang (3) 5. S ukabumi (1) 4. K ota Teg al (3) 1. S itub ond o (1 ) 1. G ia nya r (1 ) 4. Lombok Utara (1 ) 4. N g ada (1) 3. L uw u (1 ) 5. K ota Ba u-ba u (1) 3. P ulau Morotai (2) 6. S eram Ba gian Ba rat (1 ) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT SPAM DI KAWASAN KHUSUS LEG ENDA Tidak ada pembangunan output spam khusus 1-5 kawasan yang mendapat infrastruk tur s pam k husus 6-10 kaw asan yang m endapat infrastruk tur s pam k hus us KEME NTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JE NDERAL CIPTA KARYA Kilo me te rs kawasan yang mendapat infrastruktur spam khusus Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan xiii - 7

105 Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Jambi Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Sumatera Selatan Bengkulu Bangka Belitung Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Kalimantan Selatan Bali NTB Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara NTT Maluku N W 140 Papua Barat Papua 140 S E NAD (9 ) Sum at era Uta ra (7) Bangka Belitung (12) Kalimantan Tengah (12) Kalimantan Selatan (9) Sulawesi Selatan (7) Sulawesi Tengah (5 ) Gorontalo (3 ) 1. A ceh Be sar (1) 1. Hu mb ang Hasu nd uta n (2) 1. Bangka (1 ) 1. Barito Selatan (1 ) 1. Banjarbaru (1 ) 1. Bantaeng (1 ) 1. B anggai (1) 1. Boalemo (1) 2. Aceh Tamiang (1) 2. K ota Bin ja i (1) 2. Bangka Barat (2) 2. Barito Timur (1) 2. Hu lu Su ng ai Se lata n (1) 2. G ow a (1) 2. B uo l (1 ) 2. Gorontalo (1 ) 3. Bireun (2 ) 3. L ab uha n Batu (1) 3. Bangka Selatan (1) 3. B arito Ut ara (2) 3. Tabalong (2 ) 3. K ota Pa lopo (1) 3. Donggala (1 ) 3. Pohuwato (1) 4. Kota Lhokseumawe (1 ) 4. Simalungun (3 ) 4. Bangka Tengah (3) 4. G unu ng Ma s (1) 4. Ta na h Bu m bu (3 ) 4. L uw u (1 ) 4. Morowali (2 ) 5. K ota Sa ba ng (2 ) 5. B elitun g Tim ur (4) 5. Katingan (1) 5. Ta pin (2 ) 5. L uw u Tim ur (1) 6. N a gan R aya (1 ) Riau (7) 6. Kota Tanjung Pandan (1 ) 6. Kotawaringin Barat (1) 6. L uw u Ut ara (1) 7. S ime ulu (1 ) 1. Indragiri Hilir (1 ) 7. Kotawaringin Timur (1) Kalimantan Timur (8) 7. Sidrap (1 ) 8. L am an da u (2) 2. I ndra giri Hu lu (1) Kep ulau an Ria u (3) 1. B erau (3) 9. S eruya n (1) 3. Kampar (2 ) 1. K arimu n (2) 2. Kota Balikpapan (1 ) 4. K ua nta n S in ging i (1) 10. Su kam ara (1 ) 3. K uta i Ba ra t (3) 2. Na tun a (1) 5. R o kan Hu lu (2) 4. M alina u (1 ) Kalimantan Barat (9) 1. K ap uas Hu lu (3) 2. Kota Singkawang (1 ) NAD 3. Melawi (2) 4. P ontianak (2) Kepulauan Riau 5. Sekadau (1) Sum at era B arat (7 ) 1. K epulauan Mentawai (1) 2. Kota Payakumbuh (1 ) 3. L ima pu lu h K ota (1) 4. P ad ang Pa ria ma n (1) 5. Peisisir Selatan (1) 6. Pesisir Selatan (1) 7. S iju njun g (1 ) Jambi (6) 1. B un go (1 ) 2. Merangin (1 ) 3. S arolan gu n (1) 4. Ta njun g Ja bu ng Bara t (1) 5. Te bo (2 ) Banten (7) 1. L eb ak (3) 2. S eran g (3) 3. Tangerang (1) DIY (8) 1. G unungkidul (8 ) Bali (6) 1. Badung (1) 2. G ia nya r (1 ) 3. Karangasem (1) 4. Tabanan (3) Bengkulu (6) Jawa Tim ur (17) 1. B anyuwangi (1 ) 1. Bengkulu Tengah (1) 2. B ojon eg oro (1) 2. Bengkulu Utara (1 ) 3. Kepahiang (3 ) 3. Jember (1) 4. K ediri (1) 4. Rejang Lebong (1 ) 5. K ota Ba tu (1 ) 6. K ota Blita r (1 ) Sum at era S elata n (1 6) Jawa Te nga h (1 6) 7. K ota Ke diri (1 ) 1. Empat Lawang (1 ) 1. B anyumas (2) 8. Maduin (1 ) 2. K ota Lu bu k Lin gga u (1 ) Lampung (8) Jawa B arat (1 0) 2. Batang (1) 9. Magetan (2 ) 3. Kota Prabumulih (1 ) 1. L am pu ng Ba ra t (2) 1. B ekasi (1 ) 3. D e ma k (2) 10. Mojokerto (1) 4. M ua ra En im (3 ) 2. Lampung Selatan (1) 2. Cianjur (2) 4. Kota Salatiga (2) 11. Nganjuk (1) 5. Musi B anyuasin (3) 3. Mesuji (2 ) 3. Cirebon (1 ) 5. Purbalingga (1) 12. Pa surua n (1) NTB (6 ) 6. M usi R a wa s (4) 4. P esa wa ra n (1 ) 4. K arawan g (2 ) 6. S em aran g (4) 13. Sido arjo (2) 1. B ima (2) NTT (4) Sulawesi Barat (7) 7. O gan Ko me rin g Ulu Sela tan (1) 5. Pringsewu (1) 5. M aja le ng ka (2) 7. Te ma ng gun g (1 ) 14. Situbondo (1) 2. K ota Bim a (2 ) 1. Manggarai Timur (1) 1. M am as a (3) 8. O gan Ko me rin g U lu Tim ur (2) 6. Tulang Bawang (1) 6. S ukabumi (2) 8. W onogiri (3 ) 15. Tulun ga gun g (1 ) 3. Lombok Utara (2 ) 2. N g ada (3) 2. P olewali Mandar (4 ) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT SPAM DI KAWASAN MBR LEG ENDA Tidak ada pembangunan output spam di kawasan MBR 1-5 kawasan yang mendapat infrastruktur spam di kawasan MBR 6-10 kaw as an yang m endapat infras truk tur s pam di kawas an MBR Kilo me te rs kawas an yang m endapat infras truk tur s pam di k awas an MBR Sulawe si Ut ara (4 ) Malu ku Uta ra (6) 1. K ep. Sa ng ih e (1 ) 1. Halmahera Barat (1) 2. Minahasa (2) 2. Halmahera Selatan (1) 3. M ina hasa Se lata n (1) 3. Halmahera Tengah (1 ) 4. Halmahera Timur (1) 5. Ha lm ah era Utara (2 ) Pap ua Bara t (6) 1. Fakfak (1 ) 2. Kaimana (1) 3. R a ja Am pa t (1) 4. Tambraw (1 ) 5. Teluk B intuni (1) 6. Te lu k W o nda m a (1) Papua (5 ) 1. B ove n Digo el (1) 2. M am be ram o Raya (1) 3. M ap pi (1) 4. Merauke (1 ) 5. Yakuhimo (1) Malu ku (9 ) 1. B uru (1 ) Sulawesi Tenggara (6) 2. B uru S elat an (2 ) 1. B uto n (2 ) 3. K ep ulau an Aru (2) 2. Kolaka Utara (1) 4. M alu ku Te ngg ara Barat (1) 3. K on awe (2) 5. S eram Ba gian Ba rat (1 ) 4. W akatobi (1 ) 6. Seram Bagian Timur (1) KEME NTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan xiii - 8

106 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Sumatera Selatan Bengkulu Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku N W 140 Papua Barat Papua 140 S E NAD (10) Sum atera Uta ra (7) Bangka Belitung (5) Kalimantan Barat (13) Kalimantan Tengah (5 ) Kalimantan Selatan (5) Sulawesi Barat (7) Sulawesi Tengah (7 ) 1. Aceh Selatan (3) 1. D a iri (1) 1. Bangka (2 ) 1. Bengkayang (2 ) 1. Kapuas (1 ) 1. B alan ga n (1) 1. Majene (1 ) 1. B anggai Kepulauan (2) 2. Aceh Tenggara (1) 2. Deli S erdang (1 ) 2. Bangka Barat (1) 2. Landak (4 ) 2. Katingan (1) 2. Tabalong (1 ) 2. M am as a (1) 2. Donggala (2 ) 3. A ceh U tara (2 ) 3. K aro (1 ) 3. Bangka Selatan (1) 3. Melawi (1) 3. S eruya n (3) 3. Ta na h Bu m bu (1 ) 3. Mamuju Utara (3 ) 3. Morowali (1 ) 4. Bireun (2 ) 4. Samosir (1) 4. B elitun g Tim ur (1) 4. P ontianak (1) 4. Ta na h L aut (2) 4. P olewali Mandar (2 ) 4. S igi (2) 5. P idie (2 ) 5. Ta pa nuli Ten ga h (2) 5. S ambas (1) 6. Tapanuli Utara (1) 6. S an gga u (1 ) 7. Sintang (3 ) Riau (2) Kep ulau an Ria u (5) 1. R o kan Hu lu (2) 1. K arimu n (3) 2. Na tun a (2) Sum at era B arat (9 ) Kalimantan Timur 1. Kota Sawahlunto (1 ) Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara 2. L ima pu lu h K ota (1) 3. P ad ang Pa ria ma n (1) Kalimantan Barat 4. P asa ma n B arat (1 ) Sumatera Barat 5. Pesisir Selatan (1) 6. S iju njun g (2 ) Sulawesi Tengah 7. S olok (1 ) Jambi Kalimantan Tengah 8. Solok Selatan (1) Bangka Belitung Sulawesi Barat Jambi (2) 1. B atanghari (2) Bengkulu (5) Lampung DIY (8) Kalimantan Timur (6) 1. K au r (2 ) 1. G unungkidul (8 ) 1. B erau (2) 2. Kaur Selatan (1 ) 3. Kepahiang (1 ) 2. K uta i Ba ra t (4) Banten 4. Seluma (1 ) Jawa Barat Jawa Tengah Sum at era S elata n (7 ) Jawa Timur DIY 1. Banyuasin (1 ) Bali NTT 2. Empat Lawang (1 ) NTB 3. M ua ra En im (1 ) 4. M usi R a wa s (2) 5. O gan Ko me rin g U lu Tim ur (2) Lampung (6) 1. Lampung Selatan (1) Jawa B arat (2 1) 2. Lampung Timur (2 ) 1. B ekasi (2 ) Jawa Te nga h (2 5) 3. P esa wa ra n (2 ) 2. Ciamis (2) 1. Batang (1) Sulawesi Selatan (8) 4. Tu la ng Ba wa ng Ba ra t (1) 3. Cianjur (3) 2. B rebes (1) 1. Bantaeng (1 ) 4. Cirebon (1 ) 3. D e ma k (1) 2. Enrekang (1 ) 5. I ndra ma yu (2) 4. K endal (3 ) Jawa Tim ur (7) Bali (8) 3. G ow a (1) Banten (27) 6. K arawan g (1 ) 5. Purbalingga (4) 1. Madiun (1 ) 1. Buleleng (2 ) NTT (6) 4. L uw u (1 ) 1. Lebak (16 ) 7. K un in ga n (2) 6. S em aran g (5) 2. Pamekasan (1 ) 2. G ia nya r (2 ) NTB (7 ) 1. Kupang (1) 5. L uw u Ut ara (1) 2. S eran g (9) 8. M aja le ng ka (3) 7. S ra ge n (3) 3. Ponorogo (2) 3. Jembrana (2) 1. B ima (3) 2. N g ada (3) 6. Pinrang (1) 3. Tangerang (1) 9. S ukabumi (3) 8. Te ga l (1 ) 4. S itub ond o (2 ) 4. K lung kun g (1) 2. D o mp u (3) 3. S um ba Ba ra t D aya (1) 7. Sidrap (1 ) 4. Ta ng erang Se lata n (1) 10. Tasikmalaya (2) 9. W onogiri (6 ) 5. Tulungagung (1) 5. Tabanan (1) 3. K ota Bim a (1 ) 4. Tim or Ten ga h Uta ra (1) 8. S op pen g (1 ) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT SPAM PERDESAAN LEG EN DA Tidak ada pembangunan output spam perdesaan 1-5 desa yang mendapat infrastruktur spam perdesaan 6-10 desa yang mendapat infrastruktur s pam perdesaan Kilo me te rs des a yang m endapat infrastruk tur s pam perdes aan des a yang m endapat infrastruk tur s pam perdes aan Gorontalo (3 ) Sulawe si Utara (1 0) 1. Gorontalo (3 ) 1. Bolaang Mongondow Utara (1) 2. K ep. Sa ng ih e (2 ) 3. K ep. Sita ro (1) 4. Minahasa (5) 5. Minahasa Utara (1) Malu ku Uta ra (12 ) 1. Halmahera Barat (1) 2. Halmahera Selatan (6) 3. Halmahera Timur (5) Pap ua Bara t (10 ) 1. M ayb ra t (2) 2. R a ja Am pa t (3) 3. S oron g S elata n (1 ) 4. Te lu k W o nda m a (4) Papua (5 ) 1. B ove n Digo el (1) 2. Ja yawija ya (1) 3. Keerom (1 ) 4. Supiori (1 ) 5. Yalimo (1) Sulawesi Tenggara (10) 1. Bombana (2 ) Malu ku (1 1) 2. B uto n (3 ) 1. B uru (1 ) 3. Kolaka Utara (2) 2. M alu ku B arat Da ya (1) 4. K on awe (1) 3. M alu ku Te ngg ara Barat (3) 5. K on awe S elata n (1 ) 4. S eram Ba gian Ba rat (3 ) 6. K on awe Uta ra (1) 5. Seram Bagian Timur (3) KEME NTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORA T JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan xiii - 9

107 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Jambi Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Bangka Belitung Sulawesi Barat Sumatera Selatan Bengkulu Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Bali NTT NTB N W Maluku Utara 130 Maluku Papua Barat 0 Papua 140 S E Jawa B arat (1 ) DIY (2) Bali (1) 1. B an dun g (1 ) 1. B antul (2) 1. B ali Se lata n (1) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT SPAM REGIONAL LEG ENDA Tidak ada pembangunan output spam regional 1 k awasan yang mendapat infras truktur spam regional 2 k awasan yang mendapat infras truktur spam regional Kilo me te rs KEME NTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan xiii - 10

108 S E NAD (5 ) SUMATERA BARAT (5 ) RIAU (7) KEPULAUAN RIAU (6) KALIMANTAN BARAT (8 ) KALIMANTAN TENGAH (6) KALIMANTAN TIMUR (5) KALIMANTAN SELATAN (5) SULAW E SI TE NG AH (3) GOR ON TALO (4 ) 1. Bireuen (1) 1. Kota Payakumbuh (1 ) 1. I ndra giri Hu lu (1) 1. B inta n (3) 1. K ayon g Uta ra (1) 1. Kapuas (1 ) 1. Kota Balikpapan (2 ) 1. Banjar (1 ) 1. B uo l (1 ) 1. K ota Go ro nta lo (3) 2. K ota Ba nd a A ceh (1 ) 2. L ima Pu lu h Kot a (1) 2. K ota D um ai (1) 2. K arimu n (1) 2. Ketapang (1 ) 2. Kota Palangkaraya (3) 2. Kota Bontang (1) 2. Barito Kuala (1) 2. Donggala (1 ) 2. Pohuwato (1) 3. Kota Lhokseumawe (1 ) 3. P ad ang Pa ria ma n (1) 3. Kota Pekanbaru (4) 3. K ota Ba tam (1) 3. Kota Pontianak (2 ) 3. Kotawaringin Barat (1) 3. Kota Samarinda (1) 3. H u lu su nga i uta ra (1) 3. P arigi M outon g (1) 4. K ota Sa ba ng (1 ) 4. P asa ma n B arat (1 ) 4. R o han H ilir (1) 4. Lingga (1 ) 4. Kota Singkawang (1 ) 4. L am an da u (1) 4. Kota Tarakan (1 ) 4. Kota Banjarmasin (1 ) 5. K ota Su bu lu ssalam (1 ) 5. S iju njun g (1 ) 5. K ub u R aya (1) 5. Kotabaru (1) 6. Landak (1 ) 7. S an gga u (1 ) SULAW E SI UTARA (6 ) 1. Bolaang Mongondow (2) 2. K ota Bitu ng (1) 3. K ota M ana do (2) 4. Minahasa (1) MALUKU UTA RA (5) NAD 1. Halmahera Selatan (2) 2. Hamahera Utara (1 ) Kepulauan Riau 3. Kota Ternate (1 ) 4. P ulau Morotai (1) MALUKU (5) 1. K ota Am bo n (2 ) 2. M alu ku Te nga h (2 ) Sumatera Utara Kalimantan Timur 3. M alu ku Te ngg ara (1 ) Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Riau 0 PAPUA BARAT (4 ) 1. K ota So ro ng (1) Kalimantan Barat SUMATE RA UTARA (3) 1. Deli S erdang (1 ) 2. K aro (1 ) Sumatera Barat 2. R a ja Am pa t (3) 3. K ota M eda n (1 ) Papua Barat Sulawesi Tengah Kalimantan Tengah Jambi Sulawesi Barat Bangka Belitung Maluku Kalimantan Selatan JAMB I (7) 1. B atanghari (2) 2. B un go (1 ) Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan BANGKA BE LITUNG (8) Sumatera Selatan Bengkulu 3. Ta njun g Ja bu ng Bara t (4) Papua SULAW E SI B ARAT (6) 1. Bangka (1 ) 2. Bangka Barat (2) 3. B elitun g Tim ur (2) BENGKULU (7 ) Lampung 1. Majene (1 ) 2. Mamuju (1) 3. Mamuju Utara (2 ) 4. K ota Pangkal Pinang (3) 1. Bengkulu Selatan (1) 2. Kota Argamakmur (1) 3. K ota Be ng kulu (3 ) 4. K ota C urup (2) Banten SULAW E SI S ELA TAN (6) 4. P olewali Mandar (2 ) Jawa Barat Jawa Tengah SUMATERA SELATAN (7 ) 1. G ow a (6) Jawa Timur DIY NTT Bali NTB 1. K ota Lu bu k Lin gga u (2 ) 2. Kota Palembang (2 ) 3. Kota Prabumulih (1 ) 4. L ah at (2 ) -10 LAMPUNG (9) 1. K ota Ba nd ar La mp un g (2) JAW A TE NG AH (22) 1. B oyolali (1 ) PAPUA (6 ) 2. K ota M etro (2 ) 2. Karanganyar (1) 1. B iak N um fo r (1 ) 3. Lampung Tengah (1) 3. K endal (4 ) 2. Kota Jayapura (1) 4. Lampung Timur (2 ) 4. K late n (4) 3. K ota M erau ke (1) 5. W a y Ka nan (2) 5. K ota Pe kalon ga n (1) 4. K ota N ab ire (1 ) 6. Kota Salatiga (1) JAW A TIMUR (7) 5. Pegunungan Bintang (1) PERKOTA AN STRATEG IS (10 ) JAW A B ARAT (6) 7. Kota Surakarta (2) 1. G resik (1) BAL I (6) NTT (8) 6. Yakuhimo (1) 1. Bombana (1 ) BANTEN (11 ) 1. B ekasi (1 ) 8. K ota Teg al (1) DIY (10 ) 2. Jo m ban g (1 ) 1. B angli (1) 1. A lor (1) 2. Boolang Mongondow Utara (3) 1. K ota Se ra ng (2) 2. B og or (1) 9. K ud us (1) 1. B antul (3) 3. K ota M alan g (1) 2. Buleleng (1 ) NTB (5 ) 2. B elu (2 ) SULAW E SI TE NG GARA (6 ) 3. K on awe (1) 2. L eb ak (1) 3. K arawan g (1 ) 10. Pemalang (1) 2. G unungkidul (1 ) 4. K ota Pa surua n (1 ) 3. G ia nya r (1 ) 1. Kota Mataram (2 ) 3. K ota Ku pa ng (1 ) 1. Kolaka (2) 4. K ota Am bo n (1 ) 3. Pandeglang (2) 4. K ota Be kasi (1) 11. Purworejo (2) 3. K ota Yo gyaka rta (2 ) 5. L am on ga n (1) 4. Jembrana (1) 2. L om bo k Ten ga h (1) 4. Kupang (1) 2. K ota Ba u-ba u (2) 5. K ota Ko tam ob ag u (1) 4. S eran g (3) 5. K ota Sukabumi (1 ) 12. Rembang (1 ) 4. K ulon prog o (1) 6. Malang (1 ) 5. K ota Denpasar (1) 3. Lombok Timur (1 ) 5. Manggarai B arat (1 ) 3. K ota Kendari (1 ) 6. W akatobi (2 ) 5. Tangerang (3) 6. Kota Tasikmalaya (1) 13. Sukoharjo (2) 5. Sleman (3 ) 7. Sidoarjo (1) 6. Tabanan (1) 4. S um ba wa Ba ra t (1) 6. S um ba Timu r (2 ) 4. M un a (1 ) LEG ENDA Tidak ada pembangunan output infrastruktur permukiman kumuh 1-5 kaw asan yang mendapat infrastruk tur perm uk im an kum uh PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT INFRASTRUKTUR KAW ASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN SUBOUTPUT INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEME NT ERIA N PEKE RJ AAN U M U M DIREKTORA T JE NDERAL CIPTA KARYA 6-10 kaw as an yang m endapat infras truk tur permuk im an kum uh N Kilo me te rs W kawas an yang m endapat infras truk tur perm uk iman kum uh Jalan Pa ttim ura kawas an yang m endapat infras truk tur perm uk iman kum uh Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan xiii - 11

109 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Jambi Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Bangka Belitung Sulawesi Barat Sumatera Selatan Bengkulu Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Bali NTT NTB PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN SUBOUTPUT INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KAW ASAN PERBATASAN DAN PULAU KECIL TERLUAR W N Kilo me te rs LEG ENDA Tidak ada pembangunan output infrastruktur kawas an perbatas an 1-4 kaw asan yang mendapat infrastruk tur kawas an perbatas an 140 Papua Barat Papua 140 KEME NT ERIA N PEKE RJ AAN U M U M DIREKTORA T JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E RIAU (2) KEPULAUAN RIAU (3) KALIMANTAN BARAT (4 ) SULAW E SI UTARA (1 ) MALUKU (1) 1. B engkalis (1) 1. K arimu n (1) 1. Bengkayang (1 ) 1. K ep. Sa ng ih e (1 ) 1. M alu ku B arat Da ya (1) 2. R o kan Hilir (1) 2. K ota Ba tam (1) 2. K ap uas Hu lu (1) 3. Na tun a (1) 3. K ayon g Uta ra (1) 4. Sintang (1 ) Pap ua Bara t (1) PAPUA (1 ) 1. R a ja Am pa t (1) 1. Kota Jayapura (1) xiii - 12

110 SULAW E SI UTARA (4 ) 1. B olaa ng Mo ng ond ow Se lata n (1 ) 2. Minahasa (1) NAD 3. M ina hasa Se lata n (2) Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Bangka Belitung Lampung Banten Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Gorontalo Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jawa Barat Jawa Tengah PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN SUBOUTPUT INFRASTRUKTUR KAW ASAN PERDESAAN POTENSIAL W N Kilo me te rs LEG ENDA Tidak ada pembangunan output infrastruktur kawas an perdesaan potensial 1-5 kaw asan yang mendapat infrastruk tur kawas an perdesaan potensial KEME NT ERIA N PEKE RJ AAN U M U M DIREKTORA T JENDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E SUMATE RA UTARA (3) SUMATERA BARAT (4 ) RIAU (4) JAMB I (9) SUMATERA SELATAN (3 ) KEPULAUAN RIAU (3) KALIMANTAN BARAT (3 ) KALIMANTAN TENGAH (4) KALIMANTAN TIMUR (2) SULAW E SI TE NG AH (3) 1. D a iri (1) 1. A ga m (1 ) 1. Indragiri Hilir (1 ) 1. B atanghari (2) 1. K ota Pa ga r Alam (1) 1. B inta n (2) 1. K ub u R aya (1) 1. B arito Timur (1) 1. B erau (1) 1. B uo l (1 ) 2. Simalungun (1 ) 2. P asa ma n (1) 2. Kampar (1 ) 2. B un go (2 ) 2. O KU Timu r (2 ) 2. Lingga (1 ) 2. S ambas (2) 2. K ota Sa mp it (1) 2. K uta i Timu r (1 ) 2. Donggala (1 ) 3. Ta pa nuli Se lata n (1 ) 3. Peisisr Selatan (1) 3. P elala wa n (2) 3. K eirnci (1) 3. P ulan g P isau (1 ) 3. P arigi M outon g (1) 4. S iju njun g (1 ) 4. K erinci (1) 4. Sukamara (1) 5. M ua ro Ja mb i (3 ) NAD (2 ) GOR ON TALO (4 ) 1. Aceh Selatan (1) 1. Boalemo (2) 2. A ceh U tara (1 ) 2. B on e B olan go (1 ) 3. G oron talo Ut ara (1 ) Kepulauan Riau MALUKU UTA RA (6) 1. Halmahera Selatan (3) Sumatera Utara 2. Halmahera Tengah (1 ) 3. Halmahera Timur (2) BENGKULU (8 ) 1. Bengkulu Selatan (1) 2. Bengkulu Tengah (1) 3. Bengkulu Utara (2 ) 4. Kepahinang (1) 5. M uko -mu ko (2) 6. Rejang Lebong (1 ) LAMPUNG (4) 1. K ota M etro (1 ) 2. Lampung Selatan (1) 3. Pringsewu (1) 4. Tanggamus (1 ) BANGKA BE LITUNG (4) 1. Bangka (2 ) 2. Bangka Selatan (1) 3. K ota Pangkal Pinang (1) KALIMANTAN SELATAN (3) 1. B anjar (1 ) 2. Barito Kuala (1) 3. H u lu su nga i uta ra (1) MALUKU (2) 1. M alu ku Te nga h (1 ) 2. M alu ku Te ngg ara Barat (1) Jawa Timur DIY PERDESA AN STRATEG IS (19 ) Bali 1. Boolang Mongondow Timur (1) NTT NTB 2. B uto n (1 ) 3. B uto n U ta ra (1) PAPUA (3 ) 4. Dh arma sraya (1 ) 1. B ove n Digo el (1) 5. Halmahera Selatan (1) 2. L an ny Ja ya (1) 6. Kolaka Utara (1) 3. Mimika (1) 7. K on awe S elata n (1 ) 8. K ota Ko tam ob ag u (1) PAPUA BARAT (2 ) 9. K ota Su ng ai Pe nu h (1) 1. R a ja Am pa t (1) 10. Ko ta To mo ho n (2) 11. Ma mu ju (1) 2. S oron g (1) 12. Morowali (1) JAW A TE NG AH (9) 13. Ogan Komering Ilir (1 ) 1. B an ja rn eg ara (2 ) SULAW E SI TE NG GARA (1 ) 14. Po huwat o (1) BANTEN (10 ) JAW A B ARAT (4) 2. Cilaca p (2) DIY (5) JAW A TIMUR (4) NTB (5 ) NTT (6) 1. M un a (1 ) 15. Serang (1 ) 1. L eb ak (1) 1. B an dun g B arat (1 ) 3. K late n (2) 1. B antul (1) 1. G resik (1) BAL I (3) 1. B ima (1) 1. A lor (1) 16. Sorong (1 ) 2. Pandeglang (3) 2. Ciamis (1) 4. P ati (1 ) 2. G unungkidul (2 ) 2. Jo m ban g (1 ) 1. B angli (1) 2. D o mp u (1) 2. Kupang (3) 17. Su mb a Tim ur (1) 3. S eran g (5) 3. G arut (1 ) 5. Pekalongan (1 ) 3. K ulon prog o (1) 3. L am on ga n (1) 2. Jembrana (1) 3. Lombok Timur (2 ) 3. Manggarai B arat (1 ) SULAW E SI S ELA TAN (6) 18. Temanggung (1) 4. Tangerang (1) 4. Kota Tasikmalaya (1) 6. Sukoharjo (1 ) 4. Sleman (1 ) 4. P acita n (1) 3. Tabanan (1) 4. S um ba wa Ba ra t (1) 4. Tim or Ten ga h Uta ra (1) 1. Bantaeng (6 ) 6-10 kaw asan yang mendapat infras truk tur kawas an perdesaan potensial xiii - 13

111 xiii - 14

112 xiii - 15

113 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Sulawesi Tengah Papua Barat Jambi Kalimantan Tengah Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Papua Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Bali NTT NTB PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT RUSUNAWA W N Tidak ada pembangunan output rusunawa KEME NT ERIA N PEKE RJ AAN U M U M DIREKTORA T JENDERAL CIPTA KARYA Kilo me te rs Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E NAD (4 ) 1. K ota Ba nd a A ceh (4 ) SUMATE RA UTARA (7) 1. K ab. Asa ha n (5) 2. Kota Tebing Tinggi (2 ) BANGKA BE LITUNG (1) 1. K ota Pangkal Pinang (1) KEPULAUAN RIAU (5) 1. K ota B A T A M (4 ) 2. K ota Tanjung Balai (1) KALIMANTAN TIMUR (4) 1. Kota Balikpapan (2 ) 2. Kota Bontang (2) SULAW E SI S ELA TAN (2) 1. K ab. Je nep on to (1 ) 2. Kota Makas sar (1) SULAW E SI TE NG GARA (1 ) 1. K ota Kendari (1 ) GOR OTALO (2) 1. Kab. Pohuwato (2 ) SULAW E SI UTARA (3 ) 1. K ota Bitu ng (2) 2. K ota M ana do (1) SUMATERA BARAT (1 ) 1. K ab. Ag am (1) BENGKULU (1 ) 1. Kota Bengkulu (1 ) LAMPUNG (5) 1. K ab. Pring sewu (1 ) 2. K ab. W ay Kan an (2 ) 3. K ota M etro (2 ) BANTEN (1) 1. Kota Tangerang (1 ) DK I (3) 1. Kota Jakarta Selatan (3) JAW A B ARAT (18 ) 1. Kab. Bandung (7) 2. Kab. Purwakarta (2 ) 3. Kota Bandung (1) 4. K ota Be kasi (1) 5. K ota Bo go r (4 ) 6. K ota D ep ok (1) 7. K ota Sukabumi (2 ) LEG ENDA JAW A TE NG AH (11, 5) 1. Kab. Blora (0,5 ) 2. K ab. Pa ti (2) 3. Kab. Temanggung (1) 4. Kota Magelang (1) 5. K ota Pe kalon ga n (2) 6. Kota Semarang (3) 7. Kota Surakarta (1) 8. K ota Teg al (1) DIY (11 ) 1. K ab. Ba ntu l (3) 2. K ab. Gu nun g Kidul (2 ) 3. K ab. Ku lon Progo (2) 4. K ab. Sle ma n (4) JAW A TIMUR (18, 5) 1. K ab. Banyuwangi (2 ) 2. K ab. Gresik (1 ) 3. K ab. Jember (0,5 ) 4. Kab. Lamongan (1) 5. Kab. Probolinggo (1 ) 6. Kab. Sidoarjo (1 ) 7. K ota Blita r (1 ) 8. K ota M alan g (1) 9. K ota Pa surua n (2 ) 10. Ko ta S urab aya (8 ) NTB (4 ) 1. K ota Bim a (2 ) 2. Kota Mataram (2 ) 1-5 TB R usunaw a 6-10 TB R usunawa TB R usunawa xiii - 16

114 W NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Jambi Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Bangka Belitung Sulawesi Barat Sumatera Selatan Bengkulu Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Bali NTT NTB N LEG ENDA Tidak ada pembangunan sub output bangunan gedung 1 k ab/kota yang mendapat sub output bangunan gedung Kilo me te rs 130 Maluku Papua Barat Papua 140 KEME NT ERIA N PEKE RJ AAN U M U M DIREKTORA T JENDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E PBL STRATEGIS (1) 1. P acita n (1) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA SUB OUTPUT BANGUNAN GEDUNG xiii - 17

115 W NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Jambi Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Bangka Belitung Sulawesi Barat Sumatera Selatan Bengkulu Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Bali NTT NTB N LEG ENDA Tidak ada pembangunan sub output proteksi kebakaran 1 k ab/kota yang mendapat sub output proteksi kebakaran Kilo me te rs 130 Maluku Papua Barat Papua 140 KEME NT ERIA N PEKE RJ AAN U M U M DIREKTORA T JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E PBL STRATEGIS (1) 1. Kotawaringin Barat (1) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA SUB OUTPUT PROTEKSI KEBAKARAN xiii - 18

116 xiii - 19

117 xiii - 20

118 W NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Sulawesi Tengah Jambi Kalimantan Tengah Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Bali NTT NTB LEG ENDA Tidak ada pembangunan sub output istana kepresidenan 1 k ab/kota yang mendapat sub output istana kepres idenan Maluku N Kilo me te rs Papua Barat Papua 140 KEME NT ERIA N PEKE RJ AAN U M U M DIREKTORA T JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E PBL STRATEGIS (1) 1. B og or (1) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA SUB OUTPUT ISTANA KEPRESIDENAN xiii - 21

119 NAD Kepulauan Riau 140 Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Sulawesi Tengah Jambi Kalimantan Tengah Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah DIY PAPUA BARAT (2 ) 1. R a ja Am pa t (2) Jawa Timur Bali NTB NTT N LEG ENDA Tidak ada pem bangunan sub output infrastruk tur revitalis as i k awasan W Papua Barat Papua Kilo me te rs KEMENTERIA N PEKE RJAAN UMUM DIREKTORA T JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan 1-2 kab/kota yang m endapat s ub output infrastruktur revitalis asi k awas an S E NAD (1 ) 1. K ota Ba nd a A ceh (1 ) 140 BENGKULU (1 ) 1. Kota Bengkulu (1 ) KALIMANTAN BARAT (1 ) 1. Kota Pontianak (1 ) KALIMANTAN SELATAN (1) 1. Kota Banjarmasin (1 ) SULAW E SI TE NG AH (2) 1. K ota Pa lu (1) 2. Tojo Una -una (1) MALUKU UTA RA (1) 1. Kota Ternate (1 ) PBL STRATEGIS (32 ) 1. Bombana (2 ) 2. B uto n (1 ) 3. B uto n U ta ra (1) 4. Kolaka Utara (1) 5. K on awe (1) 6. K on awe Uta ra (1) 7. K ota Ba u-ba u (1) 8. K ota Bitu ng (1) 9. K ota Bukittinggi (1) 10. Ko ta M ag elan g (2 ) 11. Ko ta M an ad o (1) 12. Ko ta P alan gka ra ya (2) 13. Ko tawaring in Ba ra t (1 ) 14. Magelang (2) 15. Minahasa Tenggara (1) 16. Mu na (1) 17. Pacitan (2 ) 18. Temanggung (2) 19. Trenggalek (6) 20. W akatobi (1) 21. Wonosobo (1 ) JAW A B ARAT (2) 1. K ota Bo go r (1 ) 2. K ota Cire bo n (1) BAL I (1) 1. Kota Tabanan (1 ) SULAW E SI S ELA TAN (2) 1. W a jo (2) SULAW E SI TE NG GARA (1 ) 1. K ota Kendari (1 ) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT SARANA PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN SUB OUTPUT REVITALISASI KAWASAN xiii - 22

120 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Sulawesi Tengah Jambi Kalimantan Tengah Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Bali NTT NTB N LEG ENDA Tidak ada pembangunan sub output ruang terbuka hijau (RTH ) 1-7 kab/kota yang m endapat s ub output ruang terbuk a hijau (R T H) W Kilo me te rs 140 Papua Barat Papua 140 KEME NT ERIA N PEKE RJ AAN U M U M DIREKTORA T JENDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E PBL STRATEGIS (7) 1. Barito Timur (1) 2. Bombana (1 ) 3. K on awe (1) 4. K on awe Uta ra (1) 5. Kotawaringin Barat (1) 6. Kotawaringin Timur (1) 7. S eruya n (1) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN SUB OUTPUT RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) xiii - 23

121 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Sulawesi Tengah Jambi Kalimantan Tengah Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Bali NTT NTB W N Kilo me te rs LEG ENDA Tidak ada pembangunan sub output infrastruktur dan sarana dasar kawasan BDA 1-7 kab/kota yang m endapat s ub output infrastruktur dan sarana dasar kawasan BDA 130 Maluku Papua Barat Papua 140 KEME NT ERIA N PEKE RJ AAN U M U M DIREKTORA T JENDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E PBL STRATEGIS (7) 1. B elu (3 ) 2. Ja yap ura (1) 3. K ap uas Hu lu (1) 4. S ambas (1) 5. S an gga u (1 ) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN SUB OUTPUT PENATAAN INFRASTRUKTUR DAN SARANA DASAR KAWASAN BDA xiii - 24

122 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Sulawesi Tengah Jambi Kalimantan Tengah Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Bali NTT NTB N LEG ENDA Tidak ada pem bangunan sub output tradis ional bersejarah 1-2 kab/kota yang mendapat sub output tradisional bersejarah W Kilo me te rs 130 Maluku Papua Barat Papua 140 KEME NT ERIA N PEKE RJ AAN U M U M DIREKTORA T JENDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E PBL STRATEGIS (2) 1. Katingan (1) 2. W akatobi (1 ) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN SUB OUTPUT KAWASAN TRADISIONAL / BERSEJARAH xiii - 25

123 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Jambi Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Bangka Belitung Sulawesi Barat Sumatera Selatan Bengkulu Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku N LEG EN DA Tidak ada pembangunan sub output infrastruktur TES / Shelter 1-3 kab/kota yang m endapat s ub output infrastruktur T ES / Shelter W Kilo me te rs 140 Papua Barat Papua 140 KEME NTERIA N PEKE RJAAN UMUM DIREKTORA T JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E NAD (1 ) SUMATERA BARAT (3 ) BENGKULU (1 ) JAW A TIMUR (1) 1. A ceh Be sar (1) 1. K ota Pa da ng (2 ) 1. Kota Bengkulu (1 ) 1. Jember (1) 2. P asa ma n B arat (1 ) PBL STRATEGIS (29 ) 1. A ceh Be sar (1) Lampung 2. Badung (1) 3. B antul (1) 4. B elu (1 ) 5. Ciamis (1) Banten 6. Jembrana (1) Jawa Barat Jawa Tengah 7. Karangasem (1) 8. Kebumen (1 ) Jawa Timur DIY 9. K epulauan Mentawai (2) Bali NTT 10. Klungkung (1 ) NTB 11. Ko ta De npa sar (1) 12. Ko ta M at aram (1) 13. Kulonprogo (1 ) 14. Ku pan g (1 ) 15. La mp un g S elata n (2 ) 16. Lebak (1 ) 17. Lombok Tengah (1 ) 18. Lombok Timur (1) 19. Lo mb ok Uta ra (1) 20. Manggarai Barat (1) 21. Ngad a (1 ) 22. N ia s (1) 23. Pe sisir S elata n (1 ) 24. Seluma (1) 25. Sukabumi (1 ) 26. Tapanuli Tengah (1 ) BANTEN (1) JAW A B ARAT (1) JAW A TE NG AH (1) 27. Timor Tengah Selatan (1) 1. Pandeglang (1) 1. Ciamis (1) 1. Cilaca p (1) PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA SUB OUTPUT TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA (SHELTER) xiii - 26

124 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Jambi Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Bangka Belitung Sulawesi Barat Sumatera Selatan Bengkulu Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT INFRASTRUKTUR TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH (TPAS) N LEG ENDA Tidak ada pembangunan output infrastruktur TPAS 1-5 kab/kota yang m endapat inf rastruktur TPAS W Kilo me te rs 140 Papua Barat Papua 140 KEME NTERIA N PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E NAD (4 ) RIAU (3) PPLP STRATE GIS (14) KALIMANTAN TENGAH (3) KALIMANTAN TIMUR (1) SULAW E SI B ARAT (2) SULAW E SI TE NG AH (1) 1. A ceh Ba ra t (1) 1. Indra giri Hu lu (1) 1. G resik (1) 1. Kotawaringin Barat (1) 1. K uta i Ba ra t (1) 1. Mamuju Utara (1 ) 1. P arigi M out on g (1) 2. A ceh Jaya (1) 2. P elala wa n (1) 2. K ota Ba nd a A ceh (1 ) 2. Kotawaringin Timur (1) 2. P olewali Mandar (1 ) 3. Aceh Tenggara (1) 3. R o kan Hu lu (1) 3. K ota Ba nd ar La mp un g (1) 3. L am an da u (1) 4. K ota Ba nd a A ceh (1 ) 4. K ota Be kasi (1) 5. K ota Bim a (1 ) 6. K ota Ja mb i (1 ) 7. K ota M alan g (1) 8. K ota Pa da ng (1 ) 9. Kota Palembang (1 ) 10. Ko ta S uka bum i (1) 11. Ko ta S urab aya (1 ) 12. Ko ta Ta ng erang Se lata n (1) 13. Lombok Timur (1) JAMB I (1) 1. B atanghari (1) SUMATE RA UTARA (1) 1. K ota Gunung Sitoli (1) KEPULAUAN RIAU (1) SUMATERA BARAT (3 ) Lampung 1. Lingga (1 ) 1. A ga m (1 ) 2. Kota Sawahlunto (1 ) 3. Pesisir Selatan (1) Banten Jawa Barat Jawa Tengah BENGKULU (1 ) Jawa Timur 1. M uko -mu ko (1) DIY Bali NTT NTB SUMATERA SELATAN (5 ) 1. Banyuasin (1 ) 2. Empat Lawang (1 ) 3. K ota Pa ga r Alam (1) 4. Kota Palembang (1 ) 5. M usi R a wa s (1) LAMPUNG (1) 1. Pringsewu (1) JAW A TIMUR (5) 1. K ota Ke diri (1 ) SULAW E SI S ELA TAN (4) 2. L am on ga n (1) 1. Bulukumba (1 ) BANTEN (2) JAW A TE NG AH (2) DIY (2) 3. N g aw i (1 ) 2. Enrekang (1 ) 1. Kota Tangerang Selatan (1) JAW A B ARAT (1) 1. B anyumas (1) 1. G unungkidul (1 ) 4. P acita n (1) BAL I (1) NTB (1 ) 3. Sidrap (1 ) 2. Tangerang (1) 1. Kota Tasikmalaya (1) 2. P urworejo (1 ) 2. K ulon Prog o (1 ) 5. Sumenep (1 ) 1. G ia nya r (1 ) 1. L om bo k Ten ga h (1) 3. S ulsel (1 ) GOR ON TALO (2 ) SULAW E SI UTARA (5 ) 1. G oron talo Ut ara (1 ) 1. B oo la ng Mo ng ond ow Se lata n (1 ) 2. Pohuwato (1) 2. Boolang Mongondow Utara (1) 3. Kepulauan Sangihe (1) 4. K ota Bitu ng (1) 5. M ina hasa Ten gg ara (1 ) PAPUA BARAT (3 ) 1. Fak-fak (1 ) 2. R a ja Am pa t (1) 3. S oron g (1) PAPUA (2 ) 1. B iak N um fo r (1 ) 2. Kota Jayapura (1) MALUKU (3) SULAW E SI TE NG GARA (2 ) 1. Seram Bagian Timur (1) 1. Kolaka Utara (1) 2. K ep ulau an Aru (1) 2. K ota Kendari (1 ) 3. M alu ku B arat Da ya (1) xiii - 27

125 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Timur Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Sumatera Selatan Bengkulu Bangka Belitung Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Sum at era S elata n (2 ) Lampung 1. M ua ra En im (1 ) 2. O gan Ko me rin g U lu Tim ur (1) Banten PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT INFRASTRUKTUR DRAINASE PERKOTAAN N LEG ENDA Tidak ada pembangunan output spam IK K 1-5 kota yang m endapat infrastruktur drainas e perkotaan W 6-9 kota yang m endapat infrastruktur drainas e perkotaan Kilo me te rs 140 Papua Barat Papua 140 KEME NTERIA N PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E NAD (1 ) Bangka Belitung (3) Kep ulau an Ria u (1) Kalimantan Barat (2) Kalimantan Tengah (1 ) Kalimantan Timur (2) Kalimantan Selatan (2) Sulawesi Tengah (2 ) 1. K ota Ba nd a A ceh (1 ) 1. Bangka Barat (2) 1. K ota Ba tam (1) 1. Kota Pontianak (2 ) 1. Kota Palangkaraya (1) 1. Kota Balikpapan (1 ) 1. Kotabaru (1) 1. K ota Po so (1 ) 2. Bangka Tengah (1) 2. Kota Samarinda (1) 2. Ta na h Bu m bu (1 ) 2. K ota Toli-toli (1) Sum at era Uta ra (2) 1. Asahan (1 ) 2. K ota M eda n (1 ) Kalimantan Barat Sum at era B arat (1 ) Sumatera Barat 1. Kota Payakumbuh (1 ) Sulawesi Tengah Jambi Kalimantan Tengah Jambi (3) 1. K ota Ja mb i (2 ) 2. K ota M uara Bu lia n (1) Jawa Barat Lampung (2) Jawa Tengah 1. Lampung Selatan (1) Jawa Timur 2. Pringsewu (1) DIY Bali NTT NTB Banten (2) 1. Kota Tangerang Selatan (2) Jabodetabek (9) Jawa Tim ur (6) 1. B ekasi (1 ) 1. G resik (1) NTB (6 ) 2. Ja karta Ba ra t (4) 2. K ota Su ra ba ya (1) 1. K ota Bim a (1 ) Sulawesi Barat (4) 3. Jakarta Pusat (1 ) 3. P acita n (1) 2. Kota Mataram (1 ) 1. Majene (1 ) 4. Jakarta Timur (1 ) Jawa Te nga h (6 ) DIY (4) 4. Ponorogo (1) 3. L om bo k Ba ra t (1) 2. Mamuju (1) 5. Jakarta Utara (1 ) 1. K ota Pe kalon ga n (2) 1. B antul (1) 5. Sumenep (1 ) Bali (1) 4. L om bo k Ten ga h (2) NTT (1) 3. Mamuju Utara (1 ) 6. K ota Be kasi (1) 2. Kota Semarang (4) 2. Sleman (3 ) 6. Tu ba n (1) 1. Kota Denpasar (1) 5. S um ba wa Ba ra t (1) 1. Kota Tambolaka (1 ) 4. P olewali Mandar (1 ) Gorontalo (2 ) Sulawe si Utara (2 ) 1. G oron talo Utara (1 ) 1. K ota Ko tam ob ag u (1) 2. Pohuwato (1) 2. K ota M ana do (1) Malu ku Uta ra (4) 1. K ota So fifi (2) 2. K ota Tob elo (1 ) 3. K ota W ed a (1 ) Malu ku (1 ) 1. K ota Am bo n (1 ) Pap ua Bara t (3) 1. K ota So ro ng (1) 2. Manokwari (1) 3. Teluk B intuni (1) Papua (1 ) 1. Ja yap ura (1) Sulawesi Selatan (6) 1. Bulukumba (1 ) 2. Kota Makas ar (1) 3. Kota Pare -pare (1 ) 4. M aro s (1) Sulawesi Tenggara (2) 5. S injai (1) 1. Kolaka (1) 6. To ra ja Uta ra (1) 2. K ota Kendari (1 ) xiii - 28

126 Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Bangka Belitung Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Papua Barat Papua PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH W N Kilo me te rs LEG ENDA Tidak ada pembangunan output infrastruktur air limbah 1-5 kawasan yang mendapat infrastruk tur air lim bah 6-10 kaw as an yang m endapat infrastruk tur air lim bah kawasan yang mendapat infrastruktur air limbah KEME NTERIA N PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E Sum at era Uta ra (15 ) NAD (26) Jambi (3) Kep ulau an Ria u (2) Kalimantan Tengah (7 ) Kalimantan Timur (4) Kalimantan Selatan (15) Sulawesi Tengah (2 ) Gorontalo (1 ) Sulawe si Ut ara (6 ) 1. Asahan (2 ) 1. A ceh Ba ra t (1) 1. B atanghari (1) 1. B inta n (1) 1. Kapuas (1 ) 1. Kota Balikpapan (1 ) 1. Banjar (1 ) 1. K ota Am pa na (1) 1. Pohuwato (1) 1. K ota Bitu ng (6) 2. B atu Ba ra (2) 2. A ceh Be sar (4) 2. S arolan gu n (1) 2. Kota Tanjungpinang (1) 2. Kota Palangkaraya (1) 2. Kota Bontang (2) 2. Barito Kuala (1) 2. K ota Po so (1 ) 3. K ota Bin ja i (1) 3. A ceh Jaya (1) 3. Ta njun g Ja bu ng Bara t (1) 3. Kotawaringin Barat (2) 3. Kota Samarinda (1) 3. Hu lu Su ng ai Se lata n (1) 4. K ota M eda n (2 ) 4. Aceh Selatan (3) 4. K otawaringin Timur (1) 4. Hu lu Su ng ai Ten ga h (1) 5. K ota Tanjung Balai (2) 5. Aceh Tamiang (3) Kalimantan Barat (1) 5. L am an da u (1) 5. K ota Ba njarba ru (1) 6. Kota Tebing Tinggi (1 ) 6. Aceh Tenggara (3) 1. S an gga u (1 ) 6. Sukamara (1) 6. Kota Banjarmasin (6 ) 7. L ab uha n Batu (1) 7. A ceh U tara (1 ) 7. Kotabaru (2) 8. M ed an (4) 8. G ayo Lue s (1) Bangka Belitung (3) 8. Tabalong (1 ) 1. Bangka Tengah (1) 9. K ota Ba nd a A ceh (3 ) 9. Ta na h L aut (1) 10. Ko ta L an gsa (1) 2. Kota Pangkalpinang (2) 11. Ko ta S ab ang (1) 12. Pidie (4) Malu ku Uta ra (1) 1. K ota W ed a (1 ) NAD Malu ku (2 ) 1. Kota Langgur (1 ) Kepulauan Riau 2. K ota Tua l (1 ) Sumatera Utara Pap ua Bara t (3) 1. K ota So ro ng (1) 2. Manokwari (1) Kalimantan Timur 3. R a ja Am pa t (1) Riau Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Riau (5) 1. I ndra giri Hu lu (4) 2. Kampar (1 ) Sum at era B arat (2 ) 1. K ota Bukittinggi (1) 2. Kota Payakumbuh (1 ) Bengkulu (5) 1. K au r (2 ) 2. M uko -mu ko (3) Banten (20) 1. Lebak (10 ) 2. S eran g (10 ) Jabodetabek (2) 1. D KI (1) 2. Jakarta Utara (1 ) Papua (2 ) 1. Kota Jayapura (1) 2. Merauke (1 ) Sum at era S elata n (4 ) Banten 1. Empat Lawang (2 ) Jawa Barat 2. M ua ra En im (1 ) Jawa Tengah 3. Musi B anyuasin (1) Jawa Timur DIY Bali NTT NTB Lampung (12) 1. K ota Ba nd ar La mp un g (1) 2. K ota M etro (2 ) 3. Lampung Selatan (3) 4. Lampung Timur (1 ) Jawa Tim ur (25) 5. P esa wa ra n (2 ) 1. Blitar (1) 6. Pringsewu (1) 2. G resik (1) 7. Ta ng gam us (2 ) 3. K ediri (1) 4. K ota Ke diri (1 ) NTT (9) 5. Kota Pacitan (2) 1. A lor (2) 6. K ota Su ra ba ya (5) 2. B elu (1 ) Jawa B arat (1 3) DIY (15 ) 7. Magetan (2 ) NTB (7 ) 3. Manggarai B arat (1 ) Sulawesi Barat (6) Sulawesi Tenggara (7) 1. B an dun g (3 ) 1. G unungkidul (2 ) 8. N g aw i (2 ) 1. B ima (1) 4. Nagekeo (1 ) 1. Majene (1 ) Sulawesi Selatan (4) 1. Bombana (1 ) 2. B og or (3) Jawa Te nga h (3 ) 2. K ota Yo gyaka rta (2 ) 9. Pamekasan (1 ) 2. D o mp u (1) 5. S um ba Ba ra t (1) 2. M am as a (2) 1. B on e (1) 2. Kolaka (1) 3. K ota Be kasi (3) 1. Cilaca p (1) 3. K ulon Prog o (2 ) 10. Sido arjo (3) Bali (4) 3. K ota Bim a (2 ) 6. S um ba Ba ra t D aya (1) 3. Mamuju (1) 2. Bulukumba (1 ) 3. Kolaka Utara (1) 4. Kota Tasikmalaya (1) 2. Te ma ng gun g (1 ) 4. Sleman (5 ) 11. Sumenep (4) 1. Kota Denpasar (1) 4. L om bo k Ten ga h (2) 7. S um ba Timu r (1 ) 4. Mamuju Utara (1 ) 3. Kota Pare -pare (1 ) 4. K on awe S elata n (1 ) 5. S ukabumi (3) 3. W o no sob o (1) 5. B antul (2) 12. Tulun ga gun g (2 ) 2. Tabanan (3) 5. S um ba wa Ba ra t (1) 8. TTU (1) 5. P olewali Mandar (1 ) 4. Pinrang (1) 5. K ota Kendari (3 ) kawasan yang mendapat infrastruktur air limbah xiii - 29

127 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Riau Kalimantan Timur Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Sulawesi Tengah Jambi Kalimantan Tengah Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Kalimantan Selatan Bali NTB Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan NTT PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH (SANIMAS) N LEG ENDA Tidak ada pembangunan output infrastruktur limbah (sanimas ) 1-5 kawasan yang mendapat infrastruk tur lim bah (sanimas) W 6-10 kaw asan yang m endapat infrastruk tur limbah (s anim as ) Kilo me te rs kawas an yang m endapat infras truk tur limbah (sanimas ) Papua Barat Maluku Papua KEME NTERIA N PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E NAD (18) 1. A ceh Be sar (3) 2. Aceh Selatan (3) 3. Aceh Tamiang (3) 4. Aceh Tenggara (3) 5. K ota Ba nd a A ceh (3 ) 6. P idie (3 ) Sum atera Uta ra (7) 1. Asahan (2 ) 2. B atu Ba ra (2) 3. K ota Tanjung Balai (2) 4. L ab uha n Batu (1) Riau (5) 1. Indra giri Hu lu (4) 2. K ampar (1 ) Jambi (3) 1. B atanghari (1) 2. S arolan gu n (1) 3. Ta njun g Ja bu ng Bara t (1) Bangka Belitung (2) 1. Bangka Tengah (1) 2. Kota Pangkalpinang (1) Kalimantan Tengah (5 ) 1. Kota Palangkaraya (1) 2. Kotawaringin Barat (1) 3. K otawaringin Timur (1) 4. L am an da u (1) 5. Sukamara (1) Kalimantan Timur (3) 1. Kota Balikpapan (1 ) 2. Kota Bontang (1) 3. Kota Samarinda (1) Bengkulu (5) 1. K au r (2 ) 2. M uko -mu ko (3) Sum at era S elata n (3 ) 1. Empat Lawang (2 ) 2. Musi B anyuasin (1) Lampung (9) 1. K ota M etro (2 ) 2. Lampung Selatan (2) 3. Lampung Timur (1 ) 4. P esa wa ra n (2 ) 5. Ta ng gam us (2 ) DIREKTORAT PPLP (7 ) 1. A ga m (2 ) 2. Kota Lhokseumawe (3 ) 3. S iju njun g (2 ) Banten (19) 1. L eb ak (9) 2. S eran g (10 ) Jawa B arat (1 2) 1. B an dun g (3 ) 2. B og or (3) 3. K ota Be kasi (3) 4. S ukabumi (3) Jawa Te nga h (2 ) 1. Te ma ng gun g (1 ) 2. W o no sob o (1) DIY (13 ) 1. B antul (2) 2. G unungkidul (2 ) 3. K ota Yo gyaka rta (2 ) 4. K ulon Prog o (2 ) 5. Sleman (5 ) Jawa Tim ur (14) 1. B litar (1) 2. K ediri (1) 3. K ota Ke diri (1 ) 4. Kota Pacitan (2) 5. Magetan (2 ) 6. N g aw i (2 ) 7. Pamekasan (1 ) 8. Sumenep (2 ) 9. Tulungagung (2) Bali (2) 1. Tabanan (2) NTB (7 ) 1. B ima (1) 2. D o mp u (1) 3. K ota Bim a (2 ) 4. L om bo k Ten ga h (2) 5. S um ba wa Ba ra t (1) NTT (9) 1. A lor (2) 2. B elu (1 ) 3. Manggarai B arat (1 ) 4. Nagekeo (1 ) 5. S um ba Ba ra t (1) 6. S um ba Ba ra t D aya (1) 7. S um ba Timu r (1 ) 8. TTU (1) kawas an yang m endapat infras truk tur limbah (sanimas ) Kalimantan Selatan (7) 1. B anjar (1 ) 2. Barito Kuala (1) 3. Hu lu Su ng ai Ten ga h (1) 4. K ota Ba njarba ru (1) 5. Kotabaru (2) 6. Tabalong (1 ) Sulawesi Tengah (2 ) 1. K ota Am pa na (1) 2. K ota Po so (1 ) Sulawe si Ut ara (5 ) 1. K ota Bitu ng (5) Sulawesi Barat (1) 1. M am as a (1) Sulawesi Selatan (2) 1. B on e (1) 2. Bulukumba (1 ) Sulawesi Tenggara (3) 1. Kolaka (1) 2. Kolaka Utara (1) 3. K ota Kendari (1 ) xiii - 30

128 NAD Kepulauan Riau Sumatera Utara Riau Kalimantan Timur Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara Kalimantan Barat Sumatera Barat Jambi Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Bali NTB NTT PETA SEBARAN LOKASI TAHUN 2014 OUTPUT INFRASTRUKTUR TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH (TPAS) N LEG ENDA Tidak ada pembangunan output infrastruktur TPAS 1-5 kab/kota yang m endapat inf rastruktur TPAS W Kilo me te rs 140 Papua Barat Papua 140 KEME NTERIA N PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JE NDERAL CIPTA KARYA Jalan Pa ttim ura 2 0 Keb ayoran Ba ru Ja karta Sela tan S E NAD (4 ) 1. A ceh Ba ra t (1) 2. A ceh Jaya (1) 3. Aceh Tenggara (1) 4. K ota Ba nd a A ceh (1 ) RIAU (3) 1. Indra giri Hu lu (1) 2. P elala wa n (1) 3. R o kan Hu lu (1) PPLP STRATE GIS (14) 1. G resik (1) 2. K ota Ba nd a A ceh (1 ) 3. K ota Ba nd ar La mp un g (1) 4. K ota Be kasi (1) 5. K ota Bim a (1 ) 6. K ota Ja mb i (1 ) 7. K ota M alan g (1) 8. K ota Pa da ng (1 ) 9. Kota Palembang (1 ) 10. Ko ta S uka bum i (1) 11. Ko ta S urab aya (1 ) 12. Ko ta Ta ng erang Se lata n (1) 13. Lombok Timur (1) KALIMANTAN TENGAH (3) 1. Kotawaringin Barat (1) 2. Kotawaringin Timur (1) 3. L am an da u (1) KALIMANTAN TIMUR (1) 1. K uta i Ba ra t (1) SULAW E SI B ARAT (2) 1. Mamuju Utara (1 ) 2. P olewali Mandar (1 ) SULAW E SI TE NG AH (1) 1. P arigi M out on g (1) JAMB I (1) 1. B atanghari (1) SUMATE RA UTARA (1) 1. K ota Gunung Sitoli (1) SUMATERA BARAT (3 ) 1. A ga m (1 ) 2. Kota Sawahlunto (1 ) 3. Pesisir Selatan (1) BENGKULU (1 ) 1. M uko -mu ko (1) SUMATERA SELATAN (5 ) 1. Banyuasin (1 ) 2. Empat Lawang (1 ) 3. K ota Pa ga r Alam (1) 4. Kota Palembang (1 ) 5. M usi R a wa s (1) KEPULAUAN RIAU (1) 1. Lingga (1 ) LAMPUNG (1) 1. Pringsewu (1) BANTEN (2) 1. Kota Tangerang Selatan (1) 2. Tangerang (1) JAW A B ARAT (1) 1. Kota Tasikmalaya (1) JAW A TE NG AH (2) 1. B anyumas (1) 2. P urworejo (1 ) DIY (2) 1. G unungkidul (1 ) 2. K ulon Prog o (1 ) JAW A TIMUR (5) 1. K ota Ke diri (1 ) 2. L am on ga n (1) 3. N g aw i (1 ) 4. P acita n (1) 5. Sumenep (1 ) BAL I (1) 1. G ia nya r (1 ) NTB (1 ) 1. L om bo k Ten ga h (1) SULAW E SI S ELA TAN (4) 1. Bulukumba (1 ) 2. Enrekang (1 ) 3. Sidrap (1 ) 3. S ulsel (1 ) GOR ON TALO (2 ) 1. G oron talo Ut ara (1 ) 2. Pohuwato (1) SULAW E SI UTARA (5 ) 1. B oo la ng Mo ng ond ow Se lata n (1 ) 2. Boolang Mongondow Utara (1) 3. Kepulauan Sangihe (1) 4. K ota Bitu ng (1) 5. M ina hasa Ten gg ara (1 ) PAPUA BARAT (3 ) 1. Fak-fak (1 ) 2. R a ja Am pa t (1) 3. S oron g (1) PAPUA (2 ) 1. B iak N um fo r (1 ) 2. Kota Jayapura (1) SULAW E SI TE NG GARA (2 ) 1. Kolaka Utara (1) 2. K ota Kendari (1 ) MALUKU (3) 1. Seram Bagian Timur (1) 2. K ep ulau an Aru (1) 3. M alu ku B arat Da ya (1) xiii - 31

129 ASPEK IMPLEMENTASI PENYERAPAN ANGGARAN ESELON I Akumulasi realisasi anggaran (RA) Akumulasi pagu anggaran (PA) Penyerapan Anggaran (P) Cipta Karya 13,929,670,602 14,549,478, KONSISTENSI ANTARA PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI bulan Rencana Penyerapan Dana (RPD) Rencana Penyerapan Dana kumulatif (RPDK) Realisasi Anggaran (RA) Realisasi Anggaran Kumulatif (RAK) Tingkat penyerapan tiap bulan januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober nopember desember PENCAPAIAN KELUARAN (output) IKK indikator kinerja keluaran (output) target output (TKK) Realisasi output (RKK) RKK / TKK 322 SPAM IKK SPAM MBR SPAM PERDESAAN 1,858 1, SPAM KHUSUS INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH INFRASTRUKTUR DRAINASE PERKOTAAN INFRASTRUKTUR TPAS INFRASTRUKTUR TPST / 3R PENYELENGGARAAN SPAM TERFASILITASI RUSUNAWA SARANA PRASARANA LNGKUNGAN PERMUKIMAN BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA P2KP 11,073 11, PPIP 4,650 5, Pencapaian keluaran Konsistensi antara perencanaan dan implementasi (K) xiii - 32

130 EFISIENSI Keluaran Volume Anggaran Target (TVK) Realisasi (RVK) Pagu per Outout (PAK) Realisasi per Output (RAK) RAK/RVK PAK/TVK (RAK/RVK)/ (PAK/TVK) [ 1- (RAK/RVK)/(P AK/TVK) ]*100 SPAM IKK ,581,458,711 1,559,865, ,134, SPAM MBR ,086, ,078,257 1,728,731 1,887, SPAM PERDESAAN ,015,697, ,798, , , SPAM KHUSUS ,090, ,784,406 1,917,462 1,960, INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH ,734, ,222, , , INFRASTRUKTUR DRAINASE PERKOTAAN ,873, ,324,010 12,225,353 12,898, INFRASTRUKTUR TPAS ,369, ,838,633 6,302,009 6,385, INFRASTRUKTUR TPST / 3R ,889,873 24,264, , , PENYELENGGARAAN SPAM TERFASILITASI , ,934 4,999 5, RUSUNAWA ,114,339,382 1,074,446,032 42,977,841 44,573, SARANA PRASARANA LNGKUNGAN PERMUKIMAN ,500, ,324,670 3,524,531 4,227, BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA ,528, ,730,136 6,370,005 5,313, P2KP ,056,795,847 2,039,724, , , PPIP ,219, ,345, , , ASPEK MANFAAT CAPAIAN HASIL (outcome) Cipta Karya Direktorat Outcome target outcome realisasi outcome realisasi / Peningkatan jumlah pelayanan air minum (liter/detik) Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi (kawasan) Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi (kab/kota) Pembinaan kemampuan Pemda / PDAM Pembangunan Rusunawa (Twin Blok) Revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan (kawasan) Peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan (kel/desa) target 8,179 10, ,723 16, capaian hasil Direktorat ASPEK IMPLEMENTASI ASPEK MANFAAT NILAI ASPEK IMPLEMENTASI NILAI ASPEK EVALUASI P K PK NE CH ( I ) ( NK ) Cipta Karya Sangat Baik W I 33.3 Hasil penilaian dikelompokan kedalam kategori sbb: W CH % > NK = 100% : Sangat Baik W P % > NK = 90% : Baik W K % > NK = 80% : Cukup atau Normal W PK % > NK = 60% : Kurang W E 28.6 NK = 50% : Sangat Kurang EFISIENSI (%) NILAI EFISIENSI xiii - 33

131 xiii - 34

132 xiii - 35

133 xiii - 36

134 xiii - 37

135 xiii - 38

136 A. SEKTOR PENGEMBANGAN AIR MINUM 1. Output SPAM Terfasilitasi KEGIATAN : SPAM Terfasilitasi PDAM Ketapang 25 % LOKASI : Kab Ketapang Provinsi Kalimantan Barat KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Meningkatkan kinerja pengelolaan PDAM dengan kondisi tidak sehat (kurang sehata dan sakit) SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 50 % 75 % %% xiii - 39

137 KEGIATAN : Bantuan Program Penyehatan PDAM Tirta Betuah Kabupaten Banyuasin 25 % LOKASI : Kab. Banyuasin Prov Sumatera Selatan KOORDINAT : Longitude ' 01' Latitude -2 74' 5 '' MANFAAT : Meningkatkan kinerja pengelolaan PDAM dengan kondisi tidak sehat (kurang sehat dan sakit) SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 50 % 75 % 0 % 100 % xiii - 40

138 2. Output SPAM IKK KEGIATAN : Pembangunan SPAM IKK Kapasitas 10 l/det 0 % LOKASI : IKK Tulangan Kab Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Mengembangkan Sistem Penyediaan Air Minum dan meningkatkan pelayanan di Ibukota Kecamatan atau kawasan yang belum memiliki Sistem Penyediaan Air Minum 50 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 100 % xiii - 41

139 KEGIATAN : Optimalisasi SPAM IKK Moro 0 % LOKASI : IKK Moro, Kab Karimun Provinsi Kepulauan Riau KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Mengembangkan Sistem Penyediaan Air Minum dan meningkatkan pelayanan di Ibukota Kecamatan atau kawasan yang belum memiliki Sistem Penyediaan Air Minum SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 50 % 75 % 100 % xiii - 42

140 KEGIATAN : Pembangunan SPAM IKK 0 % LOKASI : Distrik Ulilin, Kab. Merauke KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Menyediakan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui optimalisasi program IKK SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 25 % 75 % 100 % xiii - 43

141 3. Output SPAM MBR KEGIATAN : Pembangunan SPAM MBR Teluk Buton LOKASI : Desa Teluk Buton, Kab. Natuna, Provinsi Kepulauan Riau 0 % KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Menyediakan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga terjangkau melalui pembangunan SPAM MBR 25 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 75 % 100 % xiii - 44

142 4. Output SPAM Pedesaan KEGIATAN : Pembangunan SPAM Pedesaan 0 % LOKASI : Desa Bintang Sari Kec. Cipanas Kab. Lebak, Provinsi Banten KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Menyediakan air minum bagi masyarakat perdesaan yang tinggal di daerah rawan air 25 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 75 % 100 % xiii - 45

143 B. SEKTOR PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN 1. Output Infrastruktur Air Limbah KEGIATAN : Pembangunan IPLT 0 % LOKASI : Kab. Aceh Besar, Propinsi Aceh KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja untuk mengolah mengolah limbah agar tidak menjadi polusi bagi lingkungan 50 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 100 % xiii - 46

144 KEGIATAN : Optimalisasi IPLT 25 % LOKASI : Kab. Lampung Selatan, Propinsi Lampung KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja untuk mengolah mengolah limbah agar tidak menjadi polusi bagi lingkungan 50 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 75 % 0 % 100 % xiii - 47

145 2. Output Infratstruktur TPA KEGIATAN : Optimalisasi Pembangunan TPA 0 % LOKASI : Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun infrastruktur TPA sebagai tempat pembuangan akhir sampah agar sampah dapat dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu lingkungan 50 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 100 % xiii - 48

146 KEGIATAN : Optimalisasi Pembangunan TPA 0 % LOKASI : Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun infrastruktur TPA sebagai tempat pembuangan akhir sampah agar sampah dapat dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu lingkungan 50 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 100 % xiii - 49

147 3. Output Infrastruktur Drainase Perkotaan KEGIATAN : Pembangunan Sistem Drainase Primer LOKASI : Jalan Parangtritis, Kab. Bantul 0 % KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun saluran drainase untuk mengalirkan limpasan air dari badan jalan sehingga tidak menyebabkan genangan 50 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 100 % xiii - 50

148 KEGIATAN : Pembangunan Sistem Drainase Primer 0 % LOKASI : Kws. Sungai Asam Kota Jambi, Propinsi Jambi KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun saluran drainase untuk mengalirkan limpasan air dari badan jalan sehingga tidak menyebabkan genangan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 50 % 100 % xiii - 51

149 4. Output Infrastruktur TPST/3R KEGIATAN : Pembangunan TPST 3R 0 % LOKASI : Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun infrastruktur TPST/3R sebagai tempat mendaur ulang sampah agar sampah dapat dipergunakan kembali/bermanfaat SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 50 % 100 % xiii - 52

150 KEGIATAN : Pembangunan 3R 0 % LOKASI : Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun infrastruktur TPST/3R sebagai tempat mendaur ulang sampah agar sampah dapat dipergunakan kembali/bermanfaat SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan 50 % 100 % xiii - 53

151 C. SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 1. Output Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan KEGIATAN : Peningkatan Jalan Desa Pangkal Mendo Kws. Mendo Barat 25 % LOKASI : Kabupaten Bangka, Propinsi Bangka Belitung KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun jalan poros agar penduduk desa dapat berpindah tempat dengan cepat dan pergerakan ekonomi masyarakat semakin meningkat SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang 50 % 75 % 0 % 100 % xiii - 54

152 KEGIATAN : Pembangunan Kawasan Agropolitan 0 % LOKASI : Desa Binyan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun Jalan Poros di lingkungan agropolitan agar memberikan akses yang lebih baik dan cepat 25 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang 50 % 100 % xiii - 55

153 KEGIATAN : Pekerjaan Jalan Usaha Tani, Jalan Lingkungan, Drainase 25 % LOKASI : Desa Koto, Kecamatan Tanah Kampung, Kota Sungai Penuh KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun Jalan Usaha Tani di lingkungan agropolitan memberikan pergerakan perekonomian semakin tinggi SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang 50 % 75 % 0 % 100 % xiii - 56

154 2. Output Kawasan Permukiman Perkotaan KEGIATAN : Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kws. Perkotaan 25 % LOKASI : Kawasan Semangga Kota Merauke, Propinsi Papua KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun jalan poros agar penduduk desa dapat berpindah tempat dengan cepat dan pergerakan ekonomi masyarakat semakin meningkat SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang 50 % 75 % 0 % 100 % xiii - 57

155 KEGIATAN : Pembangunan Pelantar Lingkungan 25 % LOKASI : Kws Kp.Baru Keke RW 12 Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan, Propinsi Kepulauan Riau KOORDINAT : Longitude Latitude % MANFAAT : Membangun pelantar lingkungan agar lingkungan penduduk desa dapat menikmati desanya dengan baik SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang 75 % 0 % 100 % xiii - 58

156 D. SEKTOR PENGEMBANGAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Output Prasarana dan Sarana Lingkungan Permukiman KEGIATAN : Pembangunan PSD Revitalisasi Kawasan 0 % LOKASI : Kawasan Tendean, Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Menata kawasan tradisional bersejarah agar lebih nyaman dan lestari 30 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang 50 % 100 % xiii - 59

157 KEGIATAN : Pembangunan/Revitalisasi Kawasan 0 % LOKASI : Kawasan Kelurahan Bajak Pasar, Kota Bengkulu, Propinsi Bengkulu KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Menata jalur pedestarian dan pasar tradisional agar lebih nyaman dilewati oleh pejalan kaki 50 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang 100 % xiii - 60

158 KEGIATAN : Pembangunan/ Revitalisasi Kawasan Bersejarah Makam Mbah Kyai Pahing 0 % LOKASI : Desa Menggora Kec. Tembarak, Kab. Temanggung Propinsi Jawa Tengah KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Membangun gedung pertemuan untuk memfasilitasi kegiatan pertemuan warga masyarakat 50 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang 100 % xiii - 61

159 2. Output Bangunan Gedung dan Fasilitasnya KEGIATAN : Pemeliharaan Gedung/Bangunan Kantor Bertingkat 0 % LOKASI : Kota Denpasar, Propinsi Bali KOORDINAT : Longitude Latitude MANFAAT : Pembuatan Sumur Resapan dan Paving Block untuk para pengguna agar dapat menuju gedung dengan lebih mudah 50 % SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang 100 % xiii - 62

160 DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI AIR MINUM Dalam upaya mengatasi permasalahan yang terjadi dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan air minum telah digunakan beberapa inovasi teknologi seperti yang dilakukan di Madura dan beberapa lokasi lain. Untuk mengatasi masalah keterbatasan penyediaan air baku terutama di pulau-pulau kecil, seperti Pulau Mandangin di Madura Jawa Timur dilakukan Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Laut menjadi Air Minum (SWRO Mandangin). Teknologi ini juga sudah dilakukan untuk kapasitas yang lebih besar di Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Gambar Instalasi Penyaringan Air Laut menjadi Air Minum Pulau Mandingin JATIM (SWRO PULAU MANDANGIN) Selain itu, untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan, diterapkan teknologi hijau (green technology) pada beberapa pembangunan SPAM. Penerapan green technology ini antara lain dilakukan pada pembangunan instalasi pengolahan airtanpa bahan kimia yang dilakukan di Kota Banjar, Jawa Barat. Teknologi ini telah dikembangkan juga di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. xiii - 63

161 Gambar Teknologi Hijau pada SPAM Kota Banjar JABAR Teknologi terbaru yang dikembangkan oleh Puslitbangkim PU adalah melakukan uji coba Instalasi pengolahan air siap minum (merotek). Dengan teknologi ini dapat mengolah air tanah, air permukaan, air gambut atau air payau menjadi air yang siap minum. Saat ini teknologi tersebut masih di ujicoba kan di beberapa lokasi seperti Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Jambi), Pulau Rote (NTT) dan Jawa Barat. DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DIBIDANG SANITASI Dalam upaya mengatasi permasalahan yang terjadi dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan air minum telah digunakan beberapa inovasi teknologi, diantaranya : Instalasi Pengolah Sampah (IPS) Instalasi Pengolah Sampah (IPS) iniadalah sebuah instalasi yang menggunakan sampah organik untuk menghasilkan bahan bakar alternatif pengganti LPG (biogas) yang diperoleh dari proses penguraian secara anaerobik dari berbagai macam limbah organik. IPS skala lingkungan yang tengah dalam tahap uji coba berlokasi di Komplek PLN Duren Tiga Jakarta Selatan serta di Pamulang, Gambar Instalasi SIKIPAS Cijantung xiii - 64

162 Tangerang Selatan.IPS ini dinamakan SIKIPAS (Sistem Komunal Instalasi Pengolahan Anaerobik Sampah). 1 buah/unit prototipe SIKIPAS dapat mengolah sampah organik dengan kapasitas 2 m 3 /hari (kapasitas pelayanan sekitar jiwa atau 800 KK), dengan menghasilkan gas bio sebesar 150 m 3 dalam 6 minggu. Nilai energi dari gas bio tersebut mampu menyediakan energi listrik untuk 1 buah rumah selama 2 minggu.selain itu, akan dihasilkan pula kompos padat sebanyak 1 m 3 dan kompos cair sebanyak 200 liter dari 2 m 3 sampah organik terolah. Inovasi ini merupakan salah satu inovasi Ditjen Cipta Karya untuk mengurangi sampah organik dari sumbernya. Kantor Kementerian PU Berupaya Mewujudkan Zero Waste Gedung Kementerian PU (KemenPU) merupakan gedung ramah lingkungan (green buliding) sekaligus merupakan pioner green building di Indonesia. Dengan konsep ini, Gedung KemenPU mampu menghemat listrik dan air secara signifikan yaitu menghemat listrik hingga 44%, dan menghemat air hingga 81%, sehingga pada Maret 2013 berhasil memperoleh predikat Greenship berlevel platinum dari Green Council Building Indonesia. Sejalan dengan itu, Kementerian PU berupaya mewujudkan konsep Zero Waste untuk pengelolaan sampahnya melalui pengoperasian Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, yang berlokasi di dekat sisi timur lapangan parkir gedung Cipta Karya. Tempat Pemilahan Sampah 5 Warna Modul Pengompos Semi-anaerobik xiii - 65

163 Salah satu parameter Green Building adalah sistem penanganan sampah di lingkungan kantor. Pemilahan sampah dimulai dari sumber sampah, yaitu 2 buah pada tiap ruangan, dengan penyediaan 1 buah tempat sampah organik dan 1 buah tempat sampah anorganik. Sampah terpilah kemudian diangkut ke tempat sampah besar di tiap lantai, yang terbagi menjadi 5 buah, yaitu warna merah (untuk sampah buangan beracun dan berbahaya), warna hijau (untuk sampah makanan dan sampah halaman), warna kuning (untuk sampah plastik, sampah gelas, dan sampah logam), warna biru (untuk sampah kertas), dan warna abu-abu (untuk sampah tekstil, sampah kain, dan sampah lain-lain). Sampah yang telah terpilah ini kemudian diangkut ke TPST, untuk ditempatkan pada 5 buah wadah sampah terpilah pula. Pemilahan sampah dimulai dari sumber sampah, yaitu 2 buah pada tiap ruangan kantor, dengan penyediaan 1 buah tempat sampah organik dan 1 buah tempat sampah anorganik. Sampah organik makanan diolah secara biologis dengan 4 buah Modul Pengompos Semi-anaerobik dan sampah organik halaman juga diolah secara biologis dengan 2 buah Modul Pengompos Aerobik, yang merupakan produk dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Kedua modul ini akan dilengkapi pada tahun 2014, dengan Modul SIKIPAS (SIstem Komunal Instalasi Pengolahan Anaerobik Sampah) dengan kapasitas lebih besar, yang merupakan kerjasama penelitian antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman serta Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman. Untuk sampah anorganik yang masih dapat didaurulang, akan ditangani melalui pengelolaan Bank Sampah, untuk dijual kepada pengepul. Sampah yang direncanakan untuk dijual berupa sampah logam, sampah gelas, sampah plastik, dan sampah kertas. Sedangkan sampah yang tidak dapat diolah secara biologis dan dijual melalui Bank Sampah, yaitu sampah karet, sampah tekstil, dan sampah lain-lain, akan diolah secara termal dengan menggunakan Modul SANIRA. xiii - 66

164 Modul Pengolahan Sampah Sistem Thermal SANIRA Modul SANIRA merupakan modul yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, serta telah teruji dalam memenuhi beberapa baku mutu emisi gas buang yang disyaratkan, yaitu untuk parameter gas hidrogen fluorida, gas hidrogen klorida, gas nitrogen dioksida, gas karbon monoksida, dan gas hidrokarbon. Melalui mekanisme inilah, maka sampah di lingkungan kantor Kementerian Pekerjaan Umum yang mencapai 6,342 m 3 /hari, dapat ditangani setempat secara tuntas. Instalasi MCK++ Limbah Rumah Tangga untuk Masak Program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat) masyarakat diajak untuk memanfaatkan potensi limbah rumah tangga menjadi biogas sebagai bahan alternatif energi pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM). Biogas adalah energi gas yang dihasilkan dari limbah makhluk hidup seperti limbah kotoran manusia, limbah kotoran ternak maupun limbah organik lainnya. Pemanfaatan limbah untuk biogas ini diperoleh dari Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dilengkapi reaktor biodigester dengan mengaplikasikan penggunaan teknologi tepat guna.selain aspek biaya yang murah, konstruksi yang kuat serta keamanan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi, biaya operasional IPAL ini juga rendah (seminimal mungkin menggunakan energi listrik) serta dapat dimanfaatkan dengan mudah (siapapun dapat mengoperasikan dan memeliharanya). xiii - 67

165 Pemanfaatan Biogas dari MCK++ yang Dilengkapi Biodigester Pembuatan Tahu Tempe (Dok : Ade S) Gas Metan Digunakan untuk Pemasakan Tahu Tempe Limbah Sisa Pembuatan Tahu Tempe Awalnya limbah yang akan diolah harus diencerkan terlabih dahulu, kemudian limbah tersebut disalurkan ke dalam reaktor. Dari reaksi yang terjadi, dihasilkan gas yang ditampung ke dalam sebuah wadah penampung gas yang kemudian dijadikan energi.energi yang dihasilkan oleh reactor tersebut adalah berupa bahan bakar gas yang dapat digunakan untuk kompor gas serta penerangan. Influen t Tangki Bio-Digester Filter An-Aerobik Eflu ent Tangki Bio-Digester yang dilengkapi dengan Filter Anaerobik (Sumber : dok. BORDA) Untuk penggunaan material bahan bangunan, diupayakan untuk menggunakan bahan material yang banyak tersedia di sekitar lokasi pembangunan. Awalnya limbah yang akan diolah harus diencerkan terlebih dahulu, kemudian limbah tersebut disalurkan ke dalam reaktor. Dari reaksi yang terjadi, dihasilkan gas yang ditampung ke dalam sebuah wadah penampung gas yang kemudian dijadikan energi.energi yang dihasilkan oleh reaktor tersebut berupa bahan bakar gas yang dapat digunakan untuk kompor gas serta penerangan. xiii - 68

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF LAMPIRAN i ii iii iv V vi xii BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN 1.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Yogyakarta, 13 Agustus 2015 Oleh : Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA. Laporan Kinerja. Direktorat Jenderal Cipta Karya

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA. Laporan Kinerja. Direktorat Jenderal Cipta Karya DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 1 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015 2 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 3 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015 4 LAPORAN

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011 PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011 PENGANTAR PENGANTAR Sesuai dengan Peraturan Menteri PAN dan RB No PER/9/M.PAN/00 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Direktorat Jenderal Cipta Karya

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK LANJUTAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK LANJUTAN SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK LANJUTAN TAHUN ANGGARAN 213 NOMOR DIPA-33.5-/213 DS 11-823-4351-5822 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara.

Lebih terperinci

kementerian pekerjaan umum Direktorat Jenderal Cipta Karya PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM2011 PROGRAM KERJA

kementerian pekerjaan umum Direktorat Jenderal Cipta Karya PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM2011 PROGRAM KERJA kementerian pekerjaan umum Direktorat Jenderal Cipta Karya PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM PROGRAM KERJA 1 2 PROGRAM KERJA PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM PROGRAM KERJA 3 Kata Pengantar Keterpaduan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEBIJAKAN PU-DJCK DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEBIJAKAN PU-DJCK DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEBIJAKAN PU-DJCK DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN Disampaikan Oleh Direktur Jenderal Cipta Karya Bidakara, 9 10 Februari 2011 Umum Rencana Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2011

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Cipta Karya PENGANTAR

Direktorat Jenderal Cipta Karya PENGANTAR PENGANTAR Sesuai dengan kewajiban, maka dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2007, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, sebagai Lembaga Pemerintah Tingkat Eselon I menyusun Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. LAKIP 2011 Direktorat Jenderal Penataan Ruang

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. LAKIP 2011 Direktorat Jenderal Penataan Ruang BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 9 1.1 TUGAS POKOK DAN FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG K ewenangan penyelenggaraan bidang pekerjaan umum saat ini sebagian berada di tingkat Nasional dan sebagian

Lebih terperinci

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Ir. Joerni Makmoerniati, MSc Plh. Direktur

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun pengantar

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 0 pengantar Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 7/PRT/M/0 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF i ii iii iv v vi BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI I 1 1.2. KONDISI

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Bina Program. Ir. Antonius Budiono MCM NIP i - 1

PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Bina Program. Ir. Antonius Budiono MCM NIP i - 1 PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas perkenan-nya maka LAKIP Direktorat Bina Program Tahun 2013 ini dapat disusun dan diselesaikan tepat pada waktunya. LAKIP ini disusun

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA DAN PERUMAHAN RAKYAT KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN PERUMAHAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Temu Ilmiah Lingkungan, HCD 35 TH PSIL Universitas Indonesia INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian Pekerjaan Umum sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2 LaPORAN Kinerja DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 3 Laporan Kinerja Tahun 2017 sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja Direktorat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 15/PRT/M/2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 T E N T A N G PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, INSPEKTORAT, DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN

Lebih terperinci

ii Rencana Strategis

ii Rencana Strategis DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 i ii Rencana Strategis DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA TAHUN 2015-2019 iii Kata Pengantar Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT TAHUN 2017

TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT TAHUN 2017 TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT TAHUN 2017 Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 10 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PU NOMOR: 03/PRT/M/2010 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU

PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PU NOMOR: 03/PRT/M/2010 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 22/PRT/M/2010 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PU NOMOR: 03/PRT/M/2010 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut :

13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut : RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Jenderal Tahun 2011 adalah perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

-2- Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta

-2- Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

Kebijakan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan Program Bidang Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Arahan Direktur Jenderal Cipta Karya Kebijakan Program Bidang Cipta Karya Penajaman Program Palembang 03 Maret 2014 OUTLINE A. Konsep Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Disampaikan oleh: Ir. Rina Agustin Indriani, MURP Sekretaris

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN MEMIMPIN, MENGKOORDINASIKAN DAN MENGENDALIKAN TUGAS-TUGAS DIBIDANG PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAWASAN YANG MELIPUTI PENGEMBANGAN KAWASAN KHUSUS DAN KERJASAMA PENGEMBANGAN KAWASAN;

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun

Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 217-221 DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN MAROS DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I Pendahuluan... 1 1.1 Latar belakang...

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 2015 DAFTAR ISI

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL, GAMBAR, BAGAN DAN GRAFIK... ii DAFTAR LAMPIRAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN EKSEKUTIF... vi BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 E. Kelembagaan 17.1. Profil BPLHD Provinsi DKI Jakarta Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 230 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum BPLH Kota Bandung I su-isu kerusakan lingkungan saat ini bukan lagi hanya merupakan isu lokal daerah, akan tetapi sudah menjadi isu global, dimana negara-negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 16/PRT/M/2008

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 16/PRT/M/2008 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 16/PRT/M/2008 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN (KSNP-SPALP)

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008 BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan terbentuk

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MATERI PAPARAN DIREKTUR BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR FASILITASI PENGUSAHAAN JALAN DAERAH KENDARI, 10 11 MEI 2016 VISI DAN 9

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA. Laporan Kinerja. Direktorat Jenderal Cipta Karya

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA. Laporan Kinerja. Direktorat Jenderal Cipta Karya KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 1 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya 2016 2 laporan kinerja Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya T.A 2016Laporan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG, DAN KEBERSIHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

LAKIP 2011 Direktorat Jenderal Penataan Ruang PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II

LAKIP 2011 Direktorat Jenderal Penataan Ruang PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 25 2.1 RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG D alam lingkup pembangunan nasional, Undang-Undang Nomor 25 tahun

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) LATAR BELAKANG KONDISI KABUPATEN MAROS PASCA MDGs (RPJMD PERIODE 2010 2015) DATA CAPAIAN INDIKATOR MDGs TAHUN 2010 2015 MENUNJUKAN

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang Bab I : Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN KEGIATAN PERDESAAN POTENSIAL DUKUNGAN INFRASTRUKTUR KE-CIPTA KARYA-AN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN RAPAT KOORDINASI MINAPOLITAN TAHUN 2014 BATAM 21 23 SEPTEMBER 2014 DIREKTORAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG KABUPATEN GRESIK DENGAN

Lebih terperinci

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Persentase Juta Jiwa MENGAPA ADA PERMUKIMAN KUMUH? Urbanisasi

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci