PRICING STRATEGY IN TOUGH ECONOMY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRICING STRATEGY IN TOUGH ECONOMY"

Transkripsi

1

2 PRICING STRATEGY IN TOUGH ECONOMY Customizing Customer Need & Buying Power in Crisis Situation By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) PENDAHULUAN Pada tahun 2015 lalu, Indonesia berhasil melalui krisis ekonomi global dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,79 persen dimana negara-negara maju seperti Jepang, Korea, Singapore masih berada jauh di bawahnya. Pada tahun 2016 ini, pertumbuhan ekonomi pun dipatok lebih tinggi, yaitu sebesar 5,3 persen di akhir tahun nanti. Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut, tentunya Indonesia butuh fundamental ekonomi yang cukup kuat. Bahkan untuk defisit anggaran, saat ini pemerintah masih memiliki ruang sebesar 0,3 persen. Artinya, saat ini kondisi keuangan negara masih cukup aman. Namun, pemerintah diharapkan untuk tidak lengah. Pasalnya, perlambatan ekonomi China dan ancaman kenaikan suku bunga the Fed masih menjadi tantangan terbesar bagi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang serba penuh tantangan ini. Kendati demikian, apabila Indonesia konsisten menjaga kestabilan fundamental ekonomi, bukan hal yang mustahil ekonomi Indonesia dapat selamat melaju hingga tahun 2017 mendatang. Masalahnya, kestabilan ekonomi makro di atas yang menjadi tugas Negara untuk mengaturnya apabila tidak seiring-sejalan dengan strategi pelaku bisnis yang merupakan pelaku ekonomi riil di tingkat mikro ekonomi, maka kegagalan akan terulang seperti kondisi menjelang akhir 2015 lalu di mana nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika hampir menembus angka 15 ribu rupiah. Mengapa hal ini bisa terjadi? Ketergantungan masyarakat terhadap impor barang jadi dari luar negeri adalah penyebab utamanya. Kenapa masyarakat suka akan produk luar negeri? Ini pertanyaan klasik yang selalu muncul dan susah diredam oleh para pelaku bisnis. Jawabannya adalah karena produk luar negeri selalu bisa menyajikan nilai produk yang lebih baik namun harga jual yang ditawarkan tidak terlalu tinggi (kecuali produk-produk branded yang memang selalu dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi dari pasaran). Bagaimana agar produk dalam negeri agar bisa bersaing? Sedemikian pengusaha lokal dituntut menghasilkan

3 produk yang lebih baik, namun harga jual produk lebih rendah dibanding produk impor karena daya beli masyarakat saat ini sedang turun. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini akan dibahas whitepaper yang khusus mengulas strategi penetapan harga di masa ekonomi sulit (tough economy) agar setiap pebisnis dapat tetap survive usahanya dengan cara menyesuaikan kembali harga produknya sesuai kebutuhan dan daya beli pasar yang ada. AKIBAT KENAIKAN HARGA SUATU PRODUK Segala sesuatu pasti ada akibatnya. Setiap keputusan bisnis yang kita lakukan pastilah ada akibat positif maupun negatif yang menyertainya. Oleh sebab itu, mari kita pelajari grafik di bawah ini yang dihasilkan oleh sebuah lembaga riset di Amerika yang menyoroti akan dampak akan peningkatan variabel suatu produk. Gambar 1. Survei Dampak Peningkatan Variabel Suatu Produk Survei di atas menyatakan bahwa: - Setiap peningkatan 1% harga produk, akan meningkatkan 11% keuntungan - Setiap peningkatan 1% biaya variabel (variable cost), akan meningkatkan 8% keuntungan - Setiap peningkatan 1% volume penjualan, akan meningkatkan 3% keuntungan - Setiap peningkatan 1% biaya tetap (fixed cost), akan meningkatkan 2% keuntungan

4 Survei ini memiliki makna bahwa agar perusahaan kita bisa meningkatkan keuntungan yang lebih besar, maka peningkatan harga produk adalah sesuatu yang mutlak dilakukan. Masalahnya, apakah dengan kondisi tough economy seperti saat ini masih bisa kita tingkatkan harga suatu produk? Diturunkan saja harganya masih sedikit yang beli, apalagi ditingkatkan? Benar bukan? Oleh sebab itu, mari kita bersama sedikit mempelajari siklus ekonomi yang terjadi berulangkali sekian puluh tahun lamanya, sedemikian ada diagram yang dihasilkan untuk menggambarkan keadaaan ini. Bill Gibson & Shane Gibson (2008), dua orang pakar ekonomi yang berkontribusi banyak bagi para pebisnis agar lebih bersikap dan menyiapkan diri sejak dini untuk menghadapi siklus ekonomi yang ditinjau dari keadaan pasar (saat akan terjadinya krisis, maupun sebaliknya, saat terjadi perkembangan ekonomi yang tinggi). Gambar 2. Siklus Ekonomi ditinjau dari Keadaan Pasar Melalui diagram di atas, dijelaskan bahwa kondisi ekonomi apakah sedang naik atau turun sebenarnya mudah untuk dilihat, yaitu dari keadaan pasar sebagai respon atas kondisi tersebut. Apabila suku bunga bank mulai dinaikkan oleh Bank Indonesia, sedemikian pengusaha mulai berat untuk membayar bunga atas kredit yang dipinjam untuk usahanya, maka inilah tanda-tanda bahwa perbankan lagi mengetatkan diri untuk meminjamkan modal. Akhirnya pengusaha mulai kewalahan untuk mengembangkan bisnisnya, dan harus banting harga agar penjualan tetap terjaga dan bisa membayar biaya operasional serta bunga bank yang sangat tinggi. Inilah masa dimana

5 ekonomi mulai memasuki masa krisis dimana banyak orang yang juga mulai kehilangan pekerjaan karena adanya pemutusan hubungan kerja. Pada keadaan terendah dari siklus ekonomi terburuk, semua orang akan bersikap wait and see, akibatnya roda pertumbuhan ekonomi mandek dan terjadi deflasi (nilai barang turun). Pemerintah pada fase ini biasa akan meluncurkan banyak stimulus ekonomi dengan beragam cara, seperti yang sering kita dengar seperti keringanan pajak, penurunan suku bunga Bank BI, mempermudah proses kredit bank ke para nasabah, dll. Sedemikian para pengusaha mulai berani kembali untuk mengembangkan usahanya, dengan meminjam modal kerja untuk penambahan kapasitas produksi, menambah jumlah karyawan, dll. Jika kita lihat bersama siklus di atas, untuk masa sekarang ini, kita sesungguhnya sedang berada di fase kanan, atau mulai adanya perkembangan ekonomi, namun masih di bawah ambang batas tengahnya. Oleh sebab itu, dalam menetapkan harga produk, sebaiknya kita tetap harus selektif dan hati-hati karena kondisi pasar yang masih belum terlalu stabil. Berikut di bawah ini ada sebuah diagram yang menjelaskan korelasi hubungan antara kualitas produk dengan harga jual produk yang kita tetapkan, sedemikian bisa dibagi ke dalam 9 kolom matrix yang berbeda. Gambar 3. Price/Quality Relationship Matrix

6 Manakah strategi harga dan kualitas produk yang sekiranya paling tepat digunakan untuk masa tough economy seperti keadaan sekarang ini? Apakah kualitas tinggi & harga tinggi, ataukah kualitas rendah & harga rendah? Ataukah yang mana? Bagi sebagian segmen tertentu yang dari kalangan menengah ke atas, mungkin mereka tidak terlalu sensitif akan masalah perubahan harga, jadi produk yang cocok untuk mereka tetaplah ditinjau dari sisi kualitasnya yang harus terus dijaga, sebab mereka mampu membayar lebih mahal. Namun dari sebagian segmen lain yang masuk dalam kategori menengah ke bawah, maka produk dengan kualitas cukup baik (harapan mereka demikian) tetap bisa dibeli dengan harga yang terjangkau. Masalahnya, segmen menengah ke bawah ini jumlahnya mencapai 80% dari total seluruh penduduk Indonesia (ingat konsep piramida penduduk dimana selalu mengerucut ke atas, atau jumlah mereka yang kaya selalu lebih sedikit dibandingkan mereka yang kurang beruntung). Apakah kita sebagai pebisnis hanya pasrah dan ambil jalan pintas saja yaitu dengan mengganti haluan dengan lebih fokus pada menjual produk-produk berkualitas rendah dan harga murah saja? Jika pilihan ini diambil maka konsumen yang peduli akan brand perusahaan kita akan perlahan namun pasti meninggalkan kita nantinya, sebab mereka nanti akan melihat bahwa perusahaan kita lebih dipenuhi konsumen yang berasal dari golongan menengah ke bawah saja. Oleh sebab itu, berikut akan dipaparkan lebih dalam akan pembagian segmen konsumen, dimana pembagiannya bukan dari income mereka, melainkan dari sisi psikologi dan perilaku mereka dalam membeli suatu produk, khususnya dalam kondisi tough economy. Setidaknya kita bisa membaginya menjadi 4 macam tipe konsumen, yaitu: Gambar 4. Matrix Perilaku Konsumen

7 1. FLOATERS: Reaktif terhadap situasi ekonomi, dan ikut-ikutan apa yang dilakukan orang lain, namun mereka masih merasa aman dengan kehidupan mereka sehari-hari oleh sebab mereka tidak terlalu punya banyak beban cicilan tetap tiap bulannya. 2. PANICKERS: Reaktif terhadap situasi ekonomi dan mudah percaya dengan berita-berita yang beredar, sedemikian mereka panik dan merasa tidak aman karena punya beban pengeluaran tetap yang cukup besar. 3. WISERS: Adaptif terhadap situasi ekonomi, tidak terlalu termakan oleh berita negatif, mereka merasa masih aman akan pengeluaran atas kebutuhan hidup sehari-hari. 4. BARGAINERS: Adaptif terhadap situasi ekonomi dan mau menyesuaikan diri dengan kondisi pasar, namun mereka merasa tidak aman karena penghasilan yang tidak terlalu tinggi atau karena beban pengeluaran tetap yang cukup besar tiap bulannya. Untuk detailnya, berikut penjelasan yang mungkin bisa dijadikan acuan bagi para marketer untuk bisa membuat strategi pemasaran dalam kondisi tough economy, khususnya masalah produk dan harga: Same for Less More for Same Less for Less More for Less Gambar 5. Ciri Khas Konsumen di Masa Krisis

8 Dalam kondisi tough economy, bagi segmen konsumen yang masuk dalam kategori floaters, sebaiknya kita menjual produk yang sama benefit-nya, namun dengan harga yang lebih murah. Bagi segmen konsumen panickers, sebaiknya kita menjual produk yang benefit-nya sedikit kita kurangi seiring dengan harga jual yang kita turunkan. Bagi segmen konsumen wisers, sebaiknya kita tidak menurunkan harga atau kondisi harga dibiarkan tetap sama, tetapi kita kompensasikan dengan berikan added value lebih tinggi bagi produk yang kita jual. Sebaliknya, bagi segmen konsumen bargainers, kita terpaksa memberikan sedikit added value bagi produk yang dijual, dan di sisi lain juga harus menurunkan harga jualnya. Pertanyaan yang mungkin sekarang muncul di benak kita adalah bagaimana saya bisa mengetahui masuk ke jenis manakah sebagian besar segmen pelanggan yang saya layani selama ini? Sebab kalau kita salah memilih strategi pemasaran yang tepat, maka kita akan lebih cepat jatuh dalam kondisi krisis ini. Cara yang paling tepat untuk mendeteksi jenis segmen konsumen apa yang kita layani adalah dengan survei kepuasan pelanggan tentunya dimana ada pertanyaan terkait saran pengembangan produk ke depannya sesuai harapan pelanggan. Namun dengan keterbatasan waktu dan biaya, kita juga bisa menggunakan trial-error beberapa produk yang kita sengaja inovasi dan pasarkan dengan cara berbeda namun dalam scope wilayah yang terbatas. Berikut adalah diagram langkah demi langkah bagaimana melakukan trialerror untuk membuat strategi pricing yang tepat bagi keempat segmen konsumen yang kita layani. Setidaknya ada 3 langkah yang bisa kita lakukan, yaitu: 1) Melakukan analisis data transaksi para konsumen eksisting yang kita telah layani selama ini; 2) Melakukan optimisasi perhitungan biaya, harga dan margin keuntungan; 3) Melakukan What-If Analyses dengan beberapa skenario trialerror yang kita ramalkan akan terjadi.

9 Gambar 6. Pricing Framework A. Pada fase pertama (Analytics), kita dapat melakukan beberapa hal berikut untuk analisis transaksi para konsumen lama: - Melakukan penggolongan (stratafikasi/stratification) manakah konsumen yang tergolong potensial, mana yang kurang potensial. Biasa yang digunakan untuk menggolongkan konsumen tersebut adalah menggunakan alat ukur RFM (recency, frequency, monetary) yang bisa dilihat dari tingkat pembelian mereka, kapan terakhir beli (recency), berapa kali beli untuk kurun waktu tertentu (frequency), dan berapa nominal rata-rata untuk sekali beli produk (monetary). Semakin tinggi nilai RFM seorang konsumen, mereka dapat dikategorikan semakin potensial. - Melakukan analisis manakah produk yang masuk kategori fast-moving atau slowmoving, manakah produk yang memberikan margin keuntungan besar atau yang memberi kontribusi keuntungan kecil per unitnya. Biasanya produk fast-moving hanya memiliki margin keuntungan kecil, dan produk slow-moving memiliki margin keuntungan besar. Oleh sebab itu, perusahaan kita bisa mencoba agar produk yang slow-moving bisa cepat terjual dengan cara mengurangi margin keuntungan (menurunkan harga), atau sebaliknya, menaikkan harga jual produk-produk fastmoving agar bisa meningkatkan margin keuntungan namun disertai dengan addedvalue tertentu agar konsumen tidak kecewa.

10 B. Fase kedua (Optimization), kita dapat melakukan beberapa hal terkait perhitungan biaya, harga, dan margin keuntungan sbb: - Dari analisis di atas, selanjutnya mulai coba dipertimbangkan beberapa strategi, apakah produk yang slow-moving dapat dikurangi margin keuntungannya, agar menarik untuk dibeli sehingga cashflow kita terbantu, dengan cara promosi product bundling yang diberlakukan melekat pada produk fast-moving yang sering dibeli oleh konsumen potensial saja. Sedangkan untuk konsumen yang kurang potensial, kita belum bisa memberikan Gimmick tsb, andaikan mereka mau pun, maka kita bisa menjual program membership atau loyalty program lainnya untuk mengikat komitmennya. - Berapa harga potongan diskon maksimal bagi konsumen yang kurang potensial, juga bisa dihitung berapa harga potongan diskon minimal untuk konsumen yang potensial? Tentu saja potongan diskon ini harus ada bedanya, agar produk yang kita jual mendapat margin keuntungan yang se-optimal mungkin, baik dari konsumen yang potensial maupun yang kurang potensial. C. Fase ketiga (What-If Analyses), kita dapat melakukan beberapa hal terkait beberapa skenario trial-error sbb: - Perhitungan target penjualan dengan menggunakan pendekatan optimistis (kondisi makro ekonomi bagus), realistis (asumsi bila keadaan berjalan normal), dan pesimistis (kondisi ekonomi jelek). Ada beberapa plan skenario untuk masing-masing kondisi di atas agar penetapan harga kita tidak terlalu rendah saat kondisi ekonomi bagus, dan sebaliknya, penetapan harga jangan terlalu tinggi saat kondisi ekonomi kurang mendukung. - Kita juga harus pertimbangkan bahwa harga produk juga didesain untuk akuisisi pelanggan baru, yaitu dengan cara meningkatkan volume penjualan sebanyak mungkin (khususnya untuk pengenalan produk baru agar brand awareness bisa meningkat dengan cepat). Untuk mendukung what-if analyses agar lebih presisi pertimbangan kita, maka diagram berikut bisa digunakan untuk membantu pengambilan keputusan.

11 Gambar 7. What-if Analysis Matrix Beberapa kondisi yang mungkin terjadi saat kita sedikit menaikkan atau menurunkan harga produk adalah: 1. Jika brand awareness produk kita belum terlalu dikenal, juga kompetitor masih tidak terlalu banyak. Yang terjadi adalah saat ada sedikit perubahan harga, maka volume penjualan hampir tidak terpengaruh. 2. Jika brand awareness produk kita belum terlalu dikenal, namun kompetitor sudah terlalu banyak. Yang terjadi adalah saat ada sedikit perubahan harga, maka volume penjualan akan sangat terpengaruh. 3. Jika brand awareness produk kita sudah cukup dikenal, namun kompetitor masih tidak terlalu banyak. Yang terjadi adalah saat ada sedikit perubahan harga, maka volume penjualan akan sedikit saja terpengaruhnya. 4. Jika brand awareness produk kita sudah cukup dikenal, namun kompetitor sudah terlalu banyak. Yang terjadi adalah saat ada sedikit perubahan harga, maka volume penjualan pengaruhnya tidak terlalu bisa ditebak, sangat volatil, harus hati-hati, bisa jadi penjualan akan meningkat pesat, atau bahkan sebaliknya terjadi penurunan yang drastis.

12 Jika diagram di atas lebih mengamati hubungan antara dikenalnya-belum brand kita dibandingkan dengan sedikit-banyaknya jumlah pesaing, maka diagram berikut yang lebih mengamati hubungan dikenalnya-belum brand kita dibanding rendah-tingginya harga jual produk, bisa digunakan sebagai alat bantu yang terakhir sebagai langkah antisipasi menghadapi situasi tough economy. 1. Low price & low added value; langkah pertama yang bisa kita coba adalah menjual produk dengan harga yang semurah mungkin dengan added value yang kita berikan juga tidak terlalu besar, mengingat konsumen belum teredukasi dengan baik akan apa bedanya produk kita dibandingkan kompetitor. Oleh sebab itu, coba pikirkan efisiensi biaya operasional sedemikian rupa agar harga jual produk bisa serendah mungkin. 2. Low price; apabila konsumen sudah mulai paham apa beda keunggulan produk kita dibanding pesaing, maka sebaiknya added value kita mulai tambahkan, seiring dengan itu, harga masih coba kita pertahankan di angka yang sama, jangan terburu menaikkan harga. Apabila Step 1 di atas hanya untuk market testing saja, maka Step 2 ini adalah tahap dimana market entry benar-benar kita mulai jalankan. Gambar 8. Price vs. Perceived Value Wheel

13 3. Hybrid; ini adalah kondisi dimana konsumen benar-benar sudah mengerti nilai keunggulan kita dan mulai berpikir untuk beralih dari kompetitor dan membeli produk kita. Pada Step ini, sebaiknya kita menjual beragam kategori produk. Ada kategori produk yang bisa kita jual dengan harga rendah, ada pula kategori produk yang bisa kita jual dengan harga tinggi. 4. Differentiation; pada saat ini, kita harus memutuskan diri apakah kita akan fokus untuk menjual produk yang high-end, middle, atau low-end saja. Sebab semakin kita dikenal oleh masyarakat sebagai perusahaan yang sering menjual produk high-end, maka ke depan saat kita hendak fokus menjual produk low-end, ini malah akan menurunkan brand image kita sendiri. Sebaliknya, jika kita dikenal masyarakat sebagai perusahaan yang kebanyakan menjual produk low-end, maka saat kita hendak menjual produk high-end, nantinya akan ada kesulitan, dimana masyarakat bisa saja menganggap kita menjual produk yang bukan orisinal atau barang-barang KW saja. 5. Focused differentiation; karena di tahap sebelumnya semisal kita sudah memilih untuk menjual produk-produk premium saja, dengan mengedepankan brand image secara terusmenerus melalui iklan yang notabene harganya mahal, maka kita mulai bisa menikmati penjualan produk dengan setting harga yang lebih tinggi dari pesaing untuk produk yang sejenis. 6. Risky high margins; Ini adalah masa dimana perusahaan kita sudah bisa dikatakan menjadi brand leader yang bisa menikmati keuntungan besar, karena tetap bisa menjual produk dengan harga mahal walau added value ke pelanggan sedikit dikurangi. Konsumen masih terlalu percaya dengan nama besar merek produk ketimbang harus sadar bahwa isi atau kualitas produk yang dibelinya sudah mulai menurun. 7. Monopoly pricing; jika tahap sebelumnya dilanjutkan secara terus-menerus oleh perusahaan kita tanpa memperhatikan moral/etika bisnis, dimana konsumen akhirnya benar-benar sadar bahwa dirinya telah dirugikan, maka walau sebagai brand leader sekali pun yang harga produknya selalu dipakai oleh pesaing lainnya sebagai harga acuan (benchmarking), maka suatu saat perusahaan kita akan mulai ditinggalkan pelan-pelan oleh pelanggan. 8. Loss of market share; tahap ini adalah masa dimana perusahaan kita mulai benar-benar kehilangan pangsa pasarnya karena sudah mulai bermunculan perusahaan lain yang mereknya mulai dikenal, namun bisa memberikan kualitas yang lebih bagus dan harga lebih

14 murah (mulai banyak bermunculan perusahaan lain yang sudah mulai memasuki Step 2 dan Step 3 seperti perusahaan kita dulu). Jangan sampai tahap ini terjadi pada perusahaan kita, sebab kita akan mengalami masa berat seperti yang dialami Kodak atau Blackberry. PENUTUP Itulah sekilas pemaparan konsep whitepaper berjudul Pricing Strategy in Tough Economy. Perusahaan yang bisa hadir dengan inovasi harga sedemikian bisa tetap menjual produk berkualitas sesuai kebutuhan pasar walau daya beli pasar sedang tidak baik saat ini, pastilah akan tetap survive dan punya daya saing tinggi. Mampukah perusahaan kita menjawab tantangan ekonomi yang semakin tidak menentu seperti sekarang ini dengan tetap menawarkan harga produk yang terjangkau namun di sisi lain masih bisa menjaga profit margin tetap tinggi? Untuk konsultasi lebih lanjut mengenai aplikasi konsep ini di perusahaan Anda, segera kontak tim kami di kantor untuk mendapatkan penjelasan lebih detail akan layanan yang ada di SLC MARKETING, INC.! ONLY MARKETING CAN DRIVE INNOVATION! By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) Praktisi & Pakar Marketing dan Inovasi Consultant, Trainer, Business Coach, Writer, Speaker Business Development Director SLC MARKETING, INC.

15

16

Back to Basics: Creating Value through Superior Products Bagaimana menciptakan nilai tambah bagi perusahaan melalui pengembangan produk unggulan

Back to Basics: Creating Value through Superior Products Bagaimana menciptakan nilai tambah bagi perusahaan melalui pengembangan produk unggulan WHITEPAPER FEBRUARY 2017 PRODUCT INNOVATION SERIES Back to Basics: Creating Value through Superior Products Bagaimana menciptakan nilai tambah bagi perusahaan melalui pengembangan produk unggulan By: Dr.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak liberalisasi perbankan tahun 1988, persyaratan pembukaan bank dipermudah, bahkan setoran modal untuk mendirikan bank relatif dalam jumlah yang kecil. Kebijakan

Lebih terperinci

BUILDING A CULTURE THAT EMBRACES THE CUSTOMER S POINT OF VIEW

BUILDING A CULTURE THAT EMBRACES THE CUSTOMER S POINT OF VIEW WHITEPAPER JANUARY 2017 BUILDING A CULTURE THAT EMBRACES THE CUSTOMER S POINT OF VIEW Membangun Budaya Kepemimpinan yang lebih mengutamakan sudut pandang pelanggan sebagai dasar pengambilan keputusan di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang menyalurkan dana masyarakat dan menginvestasikan kembali dana tersebut untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

Inisiasi V Strategi Produk & Daur Hidup Produk. Selamat berjumpa. Jadwal tutorial yang telah kami kirimkan menunjukkan pada

Inisiasi V Strategi Produk & Daur Hidup Produk. Selamat berjumpa. Jadwal tutorial yang telah kami kirimkan menunjukkan pada Inisiasi V Strategi Produk & Daur Hidup Produk Pendahuluan Selamat berjumpa. Jadwal tutorial yang telah kami kirimkan menunjukkan pada minggu ini kita akan membahas pokok bahasan kelima, yaitu tentang

Lebih terperinci

Family Business Rejuvenation Strategy Strategi Meremajakan Kembali Bisnis Keluarga di Era Trump Economy

Family Business Rejuvenation Strategy Strategi Meremajakan Kembali Bisnis Keluarga di Era Trump Economy WHITEPAPER APRIL 2017 FAMILY BUSINESS SERIES Family Business Rejuvenation Strategy Strategi Meremajakan Kembali Bisnis Keluarga di Era Trump Economy By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) Tantangan terbesar yang

Lebih terperinci

PRICING STRATEGY. December 18, 2015

PRICING STRATEGY. December 18, 2015 1 2 WHITEPAPER DECEMBER 2015 PRICING STRATEGYMORE REVENUE, MORE PROFIT! By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) PENDAHULUAN Hal yang terlihat sepele namun akan fatal dan jangka panjang dampaknya apabila kita salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berbeda dari pada produk-produk sebelumnya, seperti Blackberry,

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berbeda dari pada produk-produk sebelumnya, seperti Blackberry, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia modern dan globalisasi saat ini suatu kebutuhan akan komunikasi adalah hal yang sangat penting bagi setiap kalangan masyarakat. Kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia perekonomian yang terus berubah seiring berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri adanya persaingan bisnis antar perusahaan untuk dapat terus bertahan

Lebih terperinci

Minggu-6. Konsep Harga (pricing concept) Product Knowledge and price concept. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

Minggu-6. Konsep Harga (pricing concept) Product Knowledge and price concept. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Product Knowledge and price concept Minggu-6 Konsep Harga (pricing concept) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 Email: ailili1955@gmail.com Pokok Bahasan Definisi Harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kosumen. Mulai dari produk makanan, minuman, barang elektronik, barang

BAB I PENDAHULUAN. kosumen. Mulai dari produk makanan, minuman, barang elektronik, barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, semakin banyak produsen yang menawarkan berbagai jenis barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan kosumen. Mulai dari produk

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis yang semakin ketat persaingannya belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis yang semakin ketat persaingannya belakangan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis yang semakin ketat persaingannya belakangan ini membuat konsumen memiliki peluang yang luas untuk mendapatkan produk atau jasa dengan sederet pilihan

Lebih terperinci

The Brand is Back: Staying Relevant in an Accelerating Age through Brand-Driven Innovation

The Brand is Back: Staying Relevant in an Accelerating Age through Brand-Driven Innovation WHITEPAPER MEI 2017 BRAND MANAGEMENT SERIES The Brand is Back: Staying Relevant in an Accelerating Age through Brand-Driven Innovation By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) Banyak pebisnis bingung apa yang salah

Lebih terperinci

BAB VIII PENETAPAN HARGA

BAB VIII PENETAPAN HARGA BAB VIII PENETAPAN HARGA Sebagai perusahaan berusaha untuk menumbuh keuntungan mereka, mereka sering fokus pada penurunan biaya produksi atau peningkatan permintaan produk. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi undang-undang telekomunikasi yang terjadi akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi undang-undang telekomunikasi yang terjadi akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana terjadi pada negara berkembang lainnya, pengembangan dan modernisasi infrastruktur telekomunikasi berperan penting dalam perkembangan ekonomi nasional secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dunia bisnis begitu pesat mengakibatkan timbulnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dunia bisnis begitu pesat mengakibatkan timbulnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dunia bisnis begitu pesat mengakibatkan timbulnya tingkat persaingan ketat antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Para pengusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahun ke tahun terus meningkat seiring perkembangan zaman. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahun ke tahun terus meningkat seiring perkembangan zaman. Selain itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi saat ini tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat umum tetapi juga menjadi ladang bisnis yang prospektif. Bisnis operator selular dari tahun

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: Manajemen proyek (2) Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id DASAR-DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara rutin atau disebut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pertimbangan bagi calon konsumen dalam memilih sebuah brand. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pertimbangan bagi calon konsumen dalam memilih sebuah brand. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang semakin membaik, mendorong timbulnya laju persaingan dunia usaha. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dan inovatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi berdampak sangat besar pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pada giliran nya laba akan menurun. berusaha melakukan berbagai kegiatan yang menunjang, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dan pada giliran nya laba akan menurun. berusaha melakukan berbagai kegiatan yang menunjang, kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi ini persaingan bisnis menjadi sangat ketat, baik pasar domestic ( nasional ) maupun dipasar internasional / global, untuk memenangkan persaingan,

Lebih terperinci

Kewirausahaan III. Praktek pemasaran: penetapan harga. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan. Pendahulan.

Kewirausahaan III. Praktek pemasaran: penetapan harga. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan. Pendahulan. Modul ke: 06Fakultas Maulida Fasilkom Fikom Program Studi Sistem informasi/ Penyiaran Kewirausahaan III Praktek pemasaran: penetapan harga Khiatuddin Kata Pengantar Kesimplan Pendahulan Daftr Pustaka Penelitia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Merek merupakan salah satu indikator kualitas sekaligus

Lebih terperinci

Solusi Bisnis. Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia. secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat

Solusi Bisnis. Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia. secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat BAB III Solusi Bisnis Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat disimpulkan bahwa persaingan yang terjadi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki masyarakat pada saat ini. Khususnya untuk industri sepeda motor

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki masyarakat pada saat ini. Khususnya untuk industri sepeda motor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dan pertumbuhan industri otomotif saat ini berjalan begitu pesat, hal ini ditunjukan dengan terus bertambahnya kuantitas kendaraan yang dimiliki

Lebih terperinci

SKENARIO TINGKAT OPTIMALITAS KOMPONEN BIAYA & HARGA SUATU PRODUK TERHADAP PANGSA PASAR. Dheni Haryanto

SKENARIO TINGKAT OPTIMALITAS KOMPONEN BIAYA & HARGA SUATU PRODUK TERHADAP PANGSA PASAR. Dheni Haryanto SKENARIO TINGKAT OPTIMALITAS KOMPONEN BIAYA & HARGA SUATU PRODUK TERHADAP PANGSA PASAR Dheni Haryanto dheni_mqc@yahoo.com Marketing Quotient Community http://www.mqc.cjb.net F o c u s On Marketing Macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian yang sangat dinamis seperti sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian yang sangat dinamis seperti sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian yang sangat dinamis seperti sekarang ini menyebabkan persaingan yang semakin ketat di antara perusahaan dalam memasarkan produk ke pasar. Setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan ekonomi nasional yang mengandung berbagai kelemahan struktural yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan ekonomi nasional yang mengandung berbagai kelemahan struktural yaitu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis di Indonesia merupakan dampak penularan pada pasar keuangan dengan ekonomi nasional yang mengandung berbagai kelemahan struktural yaitu pada sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mekanisme kerja bank yang menjadi jembatan antara masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of fund) menjadi pilar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Copyright Rani Rumita

Copyright Rani Rumita STRATEGI HARGA (Pricing Strateg y) Berkat fenomena Wal-Mart, hampir semua perusahaan mencari jalan untuk memotong harga, dan memulai perang harga. Pelanggan pun disuguhi tontonan pertempuran berdarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak berlangsungnya krisis nilai tukar pada pertengahan tahun 1997 yang diikuti krisis ekonomi, sampai akhir tahun 1999 perbankan masih terpuruk. Posisi keuangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mutakhir baik di bidang komputerisasi, mesin-mesin pabrik,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mutakhir baik di bidang komputerisasi, mesin-mesin pabrik, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan di bidang teknologi dan informasi telah berkembang secara pesat. Dunia semakin matang memasuki era teknologi mutakhir baik di bidang

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Bisnis. Aspek Pasar dan Pemasaran

Studi Kelayakan Bisnis. Aspek Pasar dan Pemasaran Studi Kelayakan Bisnis Aspek Pasar dan Pemasaran Pemasaran Pengertian Suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situasi persaingan perbankan Indonesia saat ini semakin berat dengan bangkitnya

BAB I PENDAHULUAN. Situasi persaingan perbankan Indonesia saat ini semakin berat dengan bangkitnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi persaingan perbankan Indonesia saat ini semakin berat dengan bangkitnya bank bank swasta dan masuknya bank bank asing. Awalnya bank bank asing masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 126 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis mendalam tentang PT. Asuransi Wahana Tata serta melakukan perhitungan terhadap setiap aspek yang berkaitan dengan pengembangan strategi

Lebih terperinci

KERUPUK KARAK BERAS TANPA BORAK, MSG DAN PENGAWET, MENEMBUS PASAR DENGAN BRANDING. Sri Sumarni. 1 ABSTRAK

KERUPUK KARAK BERAS TANPA BORAK, MSG DAN PENGAWET, MENEMBUS PASAR DENGAN BRANDING. Sri Sumarni. 1 ABSTRAK KERUPUK KARAK BERAS TANPA BORAK, MSG DAN PENGAWET, MENEMBUS PASAR DENGAN BRANDING Sri Sumarni. 1 1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan UNS Surakarta ABSTRAK UKM Sari Karak adalah produsen kerupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY KEBIJAKAN PENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR DAN KOTA MALANG)

EXECUTIVE SUMMARY KEBIJAKAN PENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR DAN KOTA MALANG) EXECUTIVE SUMMARY KEBIJAKAN PENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR DAN KOTA MALANG) Peneliti: SAHAT ADITUA FANDHITYA SILALAHI PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN SETJEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. susu di Indonesia dengan negara lain dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

BAB 1 PENDAHULUAN. susu di Indonesia dengan negara lain dapat dilihat dalam tabel berikut ini: 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri susu di Indonesia saat ini sangat menggairahkan karena potensi pasar susu di Indonesia masih terbuka lebar mengingat Indonesia menempati urutan lima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini, telah terjadi perkembangan berbagai pelayanan pelanggan demi menghasilkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan. Sebagian besar penduduk yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang ada, baik politik, sosial budaya, ekonomi dan teknologi. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang ada, baik politik, sosial budaya, ekonomi dan teknologi. Sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia saat ini menciptakan persaingan yang semakin ketat. Hal ini yang menuntut produsen untuk lebih peka, kritis dan reaktif terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, khususnya perusahaan yang memiliki tujuan untuk memperoleh laba, memperbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus tumbuh, namundengan tetap memperhatikan prinsip kehatian-hatian

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus tumbuh, namundengan tetap memperhatikan prinsip kehatian-hatian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai jembatan antara pihakyang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Bank diharapkan dapatmemberikan

Lebih terperinci

nilai merek nya di mata para pelanggan setianya.

nilai merek nya di mata para pelanggan setianya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam industri sepatu saat ini semakin ketat. Para produsen sepatu berlomba-lomba menciptakan berbagai inovasi dalam memasarkan produk sepatu mereka. Para

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun 1992 dan 1997 dengan tingkat pertumbuhan aset sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan industri saat ini telah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan industri saat ini telah mengalami kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan industri saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari semakin cepatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh pasar global yang melanda dunia memberikan peluang dan tantangan bisnis bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Pasar global akan terus memperluas produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2002) adalah Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2002) adalah Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen (2002) adalah Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini, maka semakin berkembangnya tingkat persaingan dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Jumlah penduduk indonesia

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. terdiri dari produk, lokasi tempat, harga dan promosi.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. terdiri dari produk, lokasi tempat, harga dan promosi. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan ulasan pada bagian terdahulu dapat ditemukan beberapa simpulan, masing-masingnya sebagai berikut: 1. Koperasi CUBG telah melaksanakan strategi pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh manusia adalah akan kebutuhan hidupnya. tertarik dan terdorong untuk dapat menukar (menjual) mobilnya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh manusia adalah akan kebutuhan hidupnya. tertarik dan terdorong untuk dapat menukar (menjual) mobilnya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan teknologi, menyebabkan semakin banyak jenis kendaraan roda empat yang ditawarkan di pasaran guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meraih konsumen baru. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. meraih konsumen baru. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat karena setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan pangsa pasar dan meraih konsumen baru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telekomunikasi merupakan bagian yang penting di dalam kehidupan manusia dan tak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. Handphone menjadi salah satu sarana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pasar penerbangan di Indonesia adalah pasar yang potensial, hal ini didasarkan pada karakteristik demografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk lebih cermat dalam menentukan strategi bisnisnya, bukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk lebih cermat dalam menentukan strategi bisnisnya, bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan pasti akan dihadapkan pada persaingan bisnis yang semakin ketat, baik saat ini maupun dimasa yang akan datang. Manajemen perusahaan dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pada era globalisasi modern saat ini, banyak sekali jumlah merek dan produk yang bersaing dan beredar dalam pasar. Terdapat 35 perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat setiap perusahaan harus mampu bersaing, bertahan hidup dan bahkan terus berkembang. Salah satu hal penting yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi berkembang dengan sangat pesat. Setiap golongan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi berkembang dengan sangat pesat. Setiap golongan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan sangat pesat. Setiap golongan masyarakat semakin dituntut untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menunjang kegiatan usaha di Indonesia, hal ini terlihat dari besarnya

Lebih terperinci

PASAR, PASAR SASARAN DAN SEGMENTASI PASAR

PASAR, PASAR SASARAN DAN SEGMENTASI PASAR PASAR, PASAR SASARAN DAN SEGMENTASI PASAR M I N G G U K E E M PAT F E U N I V E R S I TA S I G M PA L E M B A N G B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I POKOK BAHASAN FUNGSI PEMASARAN PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. insentif atau nilai lebih untuk suatu produk pada sales force, distributor atau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. insentif atau nilai lebih untuk suatu produk pada sales force, distributor atau BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sales Promotion merupakan suatu bujukan langsung yang menawarkan insentif atau nilai lebih untuk suatu produk pada sales force, distributor atau konsumen langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan aspek yang sangat penting bagi semua perusahaan yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan

Lebih terperinci

Eksplorasi Isu Bisnis. Dalam tesis ini, dasar pemikiran awal berawal dari kesulitan yang dialami

Eksplorasi Isu Bisnis. Dalam tesis ini, dasar pemikiran awal berawal dari kesulitan yang dialami BAB II Eksplorasi Isu Bisnis 2.1 Conceptual Framework Dalam tesis ini, dasar pemikiran awal berawal dari kesulitan yang dialami oleh para pemilik Usaha Kecil Menegah (UKM) dalam melakukan pemasaran produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis sangatlah padat. Persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis sangatlah padat. Persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis sangatlah padat. Persaingan yang semakin ketat membuat para pengusaha harus jeli dalam melihat peluang usaha yang ada. Strategi

Lebih terperinci

STRATEGI PENETAPAN HARGA

STRATEGI PENETAPAN HARGA STRATEGI PENETAPAN HARGA DIMENSI STRATEGIS HARGA Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan

Lebih terperinci

Bab Enam Pendekatan Baru Membangun

Bab Enam Pendekatan Baru Membangun Bab Enam Pendekatan Baru Membangun Brand Salience Bab ini membahas pendekatan baru tentang pengaruh promosiharga, promosi-premium dan periklanan serta pengaruh moderasi peubah negara asal, reputasi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Setiap perusahaan baik yang berskala kecil, menengah, maupun yang besar akan selalu menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga hubungan baik dengan konsumen telah menyita perhatian semua

BAB I PENDAHULUAN. menjaga hubungan baik dengan konsumen telah menyita perhatian semua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif ini, menarik perhatian dan menjaga hubungan baik dengan konsumen telah menyita perhatian semua perusahaan di dunia. Konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sistem dan teknologi informasi pada saat ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, semua aspek kehidupan masyarakat tidak terlepas dari dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian setiap negara tidak selalu stabil, tetapi berubahubah akibat berbagai masalah ekonomi yang timbul. Salah satu aspek penting dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Stanton dalam Swastha dan Irawan (2008:5), Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi.

BAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejolak ekonomi yang terjadi baik di dunia maupun di Indonesia memaksa pemerintah untuk bekerja lebih keras dalam memantau pertumbuhan ekonomi guna mendorong

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di

II. LANDASAN TEORI. Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di II. LANDASAN TEORI A. Strategi Pemasaran 1. Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini sangat pesat. Salah satunya pada perkembangan telekomunikasi seluler. Mobilitas serta meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS TARGET PASAR

ANALISIS TARGET PASAR SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Pemasaran dalam Rancangan Usaha Agribisnis Wisynu Ari Gutama, SP. MMA Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture,

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pemasaran 2.1.1 Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Pembahasan konsep pemasaran dimulai dari adanya kebutuhan manusia. Kebutuhan dasar manusia bisa dibedakan berupa fisik seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan-perusahaan dalam masa sekarang ini menghadapi siklus terberat yang pernah mereka hadapi. Selain kondisi krisis keuangan global yang melanda dunia yang membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1.1 Pertumbuhan penjualan PC dan Laptop No. Tahun Pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1.1 Pertumbuhan penjualan PC dan Laptop No. Tahun Pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu teknologi dan informasi semakin maju dengan pesat. Hampir semua orang yang berada di negara maju maupun negara berkembang memiliki teknologi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran dan biaya lainnya yang terkait dengan delivery layanan.

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran dan biaya lainnya yang terkait dengan delivery layanan. 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bundling Bundling merupakan pengelompokan beberapa layanan telekomunikasi jadi satu paket untuk meningkatkan pelanggan potensial dan mengurangi biaya iklan, pemasaran

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. menjalankan konsep pemasaran. Perusahaan telekomunikasi ini. menemukan proses marketing yang efektif dan menciptakan konsep

BAB IV PENUTUP. menjalankan konsep pemasaran. Perusahaan telekomunikasi ini. menemukan proses marketing yang efektif dan menciptakan konsep BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Perusahaan Smartfren dengan smartphone Andromaxnya sukses menjalankan konsep pemasaran. Perusahaan telekomunikasi ini menemukan proses marketing yang efektif dan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasabahnya. Banyak sekali strategi-strategi perbankan yang di tonjolkan

BAB I PENDAHULUAN. nasabahnya. Banyak sekali strategi-strategi perbankan yang di tonjolkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan bisnis perbankan di Indonesia yang semakin tajam ini menuntut setiap bank agar mampu mempertahankan dan menjaga loyalitas nasabahnya. Banyak sekali

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penjualan Pribadi (Personal Selling) Menurut Kotler (2010: 29), pemasaran adalah suatu proses sosial-manajerial yang membuat seorang

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan lain.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian di Indonesia pada era globalisasi seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian di Indonesia pada era globalisasi seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia pada era globalisasi seperti saat ini serta lingkungan bisnis yang sangat dinamis dan tidak pasti semakin lama semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pertumbuhan perusahaan otomotif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pertumbuhan perusahaan otomotif 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan lahan subur bagi pertumbuhan perusahaan otomotif terutama di bidang sepeda motor, seiring dengan perkembangan jaman dan semakin meningkatnya

Lebih terperinci