JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN"

Transkripsi

1 JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang berjudul : JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat), adalah merupakan hasil karya dan hasil penelitian saya sendiri, dengan pembimbingan dari komisi pembimbing. Tesis ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi dan data yang digunakan berasal atau dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Januari 2007 Parlaungan Adil Rangkuti

3 ABSTRACT PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI. FARMER S COMMUNICATION NETWORK IN ADOPTED AGRICULTURE TECHNOLOGY INNOVATION (Case: Adopted Hand Tractor Innovation in Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) Under supervision of AIDA VITAYALA S. HUBEIS and SUMARDJO. The objectives of the research is to describe and analyze: 1) the influence of farmer s characteristic for communication network in adopted hand tractor innovation, 2) the influence of farming factors for communication network in adopted hand tractor and 3) the influence of characteristic innovation toward the velocity of adopted hand tractor innovation in plowing wet land. Location of the research is at Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat by using descriptive survey method with sampling populaion approach, which consists of 80 respondents. Data collection is completed with questionnaires, interviews and field observation. Multiple regression is applied to analyze the influence among variables. The results of the research show : 1) condition of the farmer s characteristic have significant influence toward farmer s communication network in the process of adopted hand tractor technology innovation for plowing wet land. More than 50% of the farmers are classified as the innovator and early adopter for adopted hand tractor innovation at Desa Neglasari. It caused by connectivity, diversity, integration and openness of farmers communication network both in individual level or clique level developed by convergency with support of local formal and non formal leaders such as ketua keompok tani, kepala desa, and petugas penyuluh lapangan (PPL). 2) The positive factors of farming characteristic for connectivity, diversity, integration and openness, showed that farmland and productivity give great contribution in the communication network. Plowing cost by hand tractor did not have influence for the adopted hand tractor innovation. 3) The positive factors of adopted innovation characteristic show that observabilty have given the best contribution for adopted hand tractor innovation. Most of the farmers believe that adopted hand tractor have given relatively high benefit and they also consider that complexity of hand tractor have negative value on its innovation. 4) To develop communication network dynamic among farmers, it is important to increase the role of formal and non formal local leaders included petugas penyuluh lapangan by pointing convergen communication and using mass communication media optimally as an effort to increase farmer s cosmopolitant. Keywords : Network communication, characteristic innovation, adopted hand tractor innovation.

4 ABSTRAK PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI. Jaringan Komunikasi Petani dalam Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pembimbing oleh AIDA VITAYALA S. HUBEIS dan SUMARDJO. Penelitian ini bertujuan: 1) mempelajari pengaruh faktor faktor karakteristik petani terhadap jaringan komunikasi petani dalam kaitannya dengan tingkat adopsi inovasi traktor tangan, 2) mempelajari pengaruh faktor-faktor usahatani terhadap jaringan komunikasi petani berkaitan dengan tingkat adopsi inovasi traktor tangan dan 3), mengetahui seberapa besar pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan untuk mengolah lahan sawah petani. Penelitian ini dilakukan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat, dengan menggunakan metode survai bersifat deskriftif dengan pendekatan tehnik sampling populasi terhadap 80 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Untuk melihat pengaruh peubah, dilakukan analisis secara statistik menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kondisi karakteristik petani mempunyai pengaruh nyata terhadap jaringan komunikasi petani dalam proses tingkat adopsi inovasi teknologi traktor tangan dalam pengolahan lahan sawah. Lebih dari lima puluh persen petani tergolong perintis dan pelopor dalam adopsi inovasi traktor tangan di desa Neglasari. Hal ini disebabkan oleh tingkat keeratan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan jaringan komunikasi petani baik level individu maupun level klik yang berkembang secara konvergen dengan dukungan peran dari tokohtokoh formal dan nonformal masyarakat lokal. (2) Faktor-faktor positif dari karakterisik usahatani atas tingkat keterkaitan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan, menunjukkan bahwa luas lahan garapan dan produktifitas lahan memberi konstribusi paling besar terhadap jaringan komunikasi. Biaya pengolahan lahan dengan traktor tangan tidak memberi pengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi traktor tangan. (3) Faktor-faktor positif dari ciri-ciri adopsi inovasi menunjukkan tingkat observabilitas memberi konstribusi terbesar terhadap tingkat adopsi inovasi traktor tangan. Sebagian besar petani merasakan adopsi inovasi traktor tangan memberi tingkat keuntungan relatif tergolong tinggi, dan sebaliknya petani menganggap tingkat kompleksitas traktor tangan bernilai negatif terhadap adopsi inovasi taktor tangan. (4) Untuk mengembangkan dinamika jaringan komunikasi di tingkat petani perlu meningkatkan peran tokoh-tokoh formal dan informal termasuk petugas penyuluh lapangan dengan mengedepankan komunikasi konvergen dan memanfaatkan media komunikasi massa secara optimal sebagai upaya meningkatkan kekosmopolitan petani. Kata kunci : Jaringan komunikasi, ciri-ciri inovasi, adopsi inovasi traktor tangan.

5 JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

6 @ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopi, mikrofilm, dan sebagainya.

7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... viii xiii xiv xv PENDAHULUAN Latar Belakang... Perumusan Masalah... Tujuan Penelitian... Kegunaan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jaringan Komunikasi... Analisis Jaringan Komunikasi... Ciri-Ciri Inovasi... Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian... Karakteristik Petani dan Usahatani... Peran Kelompok Tani i KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran... Hipotesis METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian... Populasi dan Sampel... Desain Penelitian... Definisi Operasional... Validitas dan Reliabilitas... Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi dan Wilayah Desa Neglasari... Kondisi Karakteristik Petani Desa Neglasari Kondisi Karakteristik Usahatani Desa Neglasari xi

8 ii Jaringan Komunikasi... Sosiometri Jaringan Komunikasi... Struktur Jaringan Komunikasi Level Individu... Struktur Jaringan Komunikasi Level Klik... Adopsi Inovasi Traktor Tangan... Ciri-Ciri Inovasi... Tingkat Kecepatan Adopsi Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Faktor Internal terhadap Jaringan Komunikasi dan Tingkat Adopsi Inovasi... Pengaruh Karakteristik Petani terhadap Jaringan Komunikasi... Pengaruh Karakteristik Petani terhadap Adopsi Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Karakteristik Usahatani terhadap Jaringan Komunikasi... Pengaruh Karakteristik Usahatani terhadap Adopsi Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Ciri-Ciri Inovasi terhadap Adopsi Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Jaringan Komunikasi terhadap Adopsi Inovasi Traktor Tangan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan... Saran DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN xii

9 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan dunia yang semakin meningkat siiring dengan meningkatnya populasi penduduk, tumbuhnya kesadaran terhadap kesehatan dan berkembangnya tingkat kesejahteraan telah menarik perhatian masyarakat dunia melalui organisasi pangan dunia FAO (Food and Agricultural Organization. FAO melakukan pertemuan secara berkala melalui forum Word Food Summit untuk mendiskusikan berbagai masalah pangan dunia. Word Food Summit tahun 1996, menekankan bagaimana pentingnya ketahanan pangan dengan dikeluarkannya kesepakatan bersama untuk mencapai ketahanan pangan bagi setiap orang dan untuk melanjutkan upaya menghilangkan kelaparan di seluruh Negara (Husodo, 2004). Perkembangan penggunaan teknologi pertanian sangat pesat dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk memenuhi bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang terus bertambah. Bahan pangan diperlukan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas untuk memenuhi kecukupan gizi dan meningkatkan kesehatan individu atau masyarakat dunia yang semakin modern. Penerapan teknologi pertanian baik dalam kegiatan prapanen maupun pasca panen, menjadi penentu dalam mencapai kecukupan pangan baik kuantitas maupun kualitas produksi. Teknologi pertanian telah berperan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahatani komoditas pangan di negaranegara maju dan negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Mosher, 1970). Menurut Husodo (2004) kebutuhan beras nasional mencapai sekitar 36 juta ton pada tahun 2035 dengan jumlah penduduk diperkirakan mencapai sekitar 400 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,6 persen per tahun, sedangkan produksi dalam negeri tahun 2001 hanya mencapai sekitar 29 juta ton. Untuk mencapai kecukupan beras yang terus meningkat dihadapkan pada berbagai tantangan seperti: 1) pertambahan penduduk yang relatif masih tinggi, 2) ketersediaan lahan produktif semakin terbatas, 3) petani gurem semakin

10 2 meningkat, 4) pola usahatani masih tradisional dan subsisten, 5) produktivitas lahan sawah masih rendah, 6) tenaga kerja generasi baru semakin tidak tertarik pada usahatani sawah, 7) adopsi inovasi teknologi pertanian masih terbatas, dan 8) tingkat kesejahteraan petani masih rendah. Menurut Handaka (2004) penggunaan Alat dan Mesin Pertanian (ALSINTANI) yang mencakup alat dan mesin peranian (farm power and machinery), tehnik tanah dan air (soil water engineering), prosesing hasil pertanian, bangunan pertanian, energi dan elektrifikasi pertanian serta sistem mekanisasi pertanian, mempunyai peran besar dalam pertumbuhan produksi pertanian. Berbagai alat dan mesin pertanian yang telah banyak digunakan petani sawah dalam meningkatkan produksi dan produktivitas bahan pangan beras adalah: traktor tangan (hand tractor), pompa air, perontok gabah, mesin penggilingan padi dan Rice Milling Unit (RMU). Populasi penggunaan alat dan mesin pertanian berkembang pesat dikalangan petani terutama pada kegiatan usahatani pengolahan lahan, panen dan pasca panen. Gambar 1. Traktor tangan

11 3 Traktor tangan atau traktor 2-roda adalah salah satu teknologi alat dan mesin pertanian yang telah banyak digunakan petani dalam mengolah lahan sawah sebagai pengganti tenaga manusia dan tenaga ternak. Traktor tangan banyak diminati petani yang memiliki skala usahatani kecil dengan lahan sempit, seperti di Jepang, Korea Selatan, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam, Philipina, China dan lain-lain. Traktor tangan memiliki 5 komponen utama yakni: motor penggerak, dudukan motor dengan titik gandeng, rumah gigi transmisi termasuk kopling master dan titik gandeng belakang, stir dengan tuas kontrol dan roda. Untuk kegiatan pengolahan lahan traktor tangan dilengkapi dengan alat bajak singkal dan alat garu sisir (Sitompul, 1998). Pengenalan traktor tangan di Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 1960-an, namun penggunaannya oleh petani baru mendapat tanggapan dalam dasawarsa tahun an. Perkembangan penggunaan traktor tangan oleh petani semakin meningkat akibat adanya tantangan yang timbul antara lain: 1) ledakan hama dan penyakit yang menuntut dilakukannya pola tanam serempak, 2) ketersediaan sumberdaya air menyebabkan adanya golongan tanaman dan periode waktu tanam semakin pendek, 3) semakin berkurangnya tenaga kerja manusia dan ternak. Pengembangan penggunaan traktor tangan dilingkungan petani dilakukan melalui kelompok tani seiring dengan dikembangkanya program BIMAS (Bimbingan Massal) dalam pengembangan usahatani padi. Untuk meningkatkan kemampuan petani dalam penggunaan alat dan mesin pertanian, pemerintah telah mengintrodusir konsep UPJA (Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian/Alsintani). UPJA merupakan salah satu bentuk bisnis mekanisasi pertanian yang ditumbuhkan untuk mendorong peningkatan produksi dan kesempatan kerja di pedesaan. Pengunaan traktor tangan seluruh Indonesia telah mencapai buah dan sebagian besar petani sawah di Jawa Barat telah menggunakan traktor tangan dalam mengolah lahan (Handaka, 2004). Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Jawa Barat (2004) jumlah traktor tangan yang digunakan petani di Propinsi Jawa Barat telah mencapai buah dan sebanyak 722 buah berada di Kabupaten Cianjur. Beberapa faktor pendukung meningkatnya adopsi inovasi teknologi traktor tangan untuk mengolah lahan sawah antara lain: (1) persaingan lapangan kerja di bidang pertanian dengan

12 4 lapangan kerja lain (jasa dan industri) (2) tenaga usia muda yang semakin tidak tertarik pada usahatani sawah, (3) berkurangnya ketersediaan tenaga kerja ternak di pedesaan, (4) kapasitas tenaga kerja manusia yang terbatas untuk mengolah lahan tepat waktu, (5) biaya pengolahan lahan dengan traktor tangan lebih murah, dan (6) traktor tangan mudah diperoleh di lokasi. Jaringan komunikasi mempunyai peranan besar dalam pengembangan adopsi inovasi traktor tangan, karena melalui jaringan komunikasi petani dapat memperoleh informasi tentang penggunaan dan manfaatnya dalam pengembangan usahatani sawah. Menurut Rogers dan Kincaid (1981) pada jaringan komunikasi akan tergambar individu yang mempunyai peran khusus seperti pemuka pendapat (opinion leader), perantara (liasons), jembatan (bridges) dan pencilan (isolated) dalam kelompok. Dalam jaringan komunikasi terdapat beberapa struktural yang dapat diukur pada tingkat kelompok tani yakni derajat keterkaitan (connectedness index), derajat keragaman (diversity index), derajat kekompakan (integrity index) dan derajat keterbukaan (openess index). Tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan dipengaruhi oleh beberapa karakteristik individu petani seperti; umur, pendidikan, pengalaman, keberanian menghadapi resiko dan kekosmopolitan dan beberapa karakteristik usahatani petani seperti luas pengelolaan lahan, biaya pengolahan lahan, produktivitas lahan, dan harga jual gabah per kilogram. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) tingkat adopsi inovasi teknologi pertanian dapat diukur dalam kategori: inovator (innovators), pelopor (early adopters), pengikut dini (early mayority), pengikut akhir (lately mayority) dan pengikut paling akhir/kolot (laggards)). Kecepatan adopsi inovasi ditentukan oleh ciri-ciri inovasi yang terdiri dari keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas dan observabilitas. Dari hasil survai pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Bojongpicung menunjukkan bahwa terdapat 112 traktor tangan tersebar di kelompok tani melayani luas tanam padi sawah ha per tahun atau tiap 1 traktor melayani sekitar 663 ha per tahun. Traktor tangan telah mulai dikenal petani sejak tahun 70- an, melalui program intensifikasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Pusat Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Departemen Pertanian yang berada di Cihea, Kecamatan Bojongpicung. Inovasi traktor tangan di desa-desa sekitar

13 5 Kecamatan Bojongpicung telah terjadi secara bertahap melalui jaringan komunikasi yang terbentuk dilingkungan petani melalui kelompok tani yang telah ada. Petani menerapkan model UPJA yang telah dikembangkan oleh pemerintah secara swadaya (UPJA Swadaya), melalui kelompok tani yang mereka anggap telah efektif dalam mengembangkan traktor tangan dengan sistem beli (milik) dan sewa. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam proses jaringan komunikasi terhadap adopsi inovasi traktor tangan dilingkungan petani perlu pengkajian yang dapat menguraikan bagaimana pengaruh karakteristik individu petani dalam jaringan komunikasi terhadap kecepatan adopsi inovasi teknologi taktor tangan, bagaimana pengaruh karakteristik usahatani dalam jaringan komunikasi terhadap kecepatan adopsi inovasi teknologi traktor tangan dan apakah ada pengaruh antara karakteristik individu petani dengan karakteristik usahatani dalam jaringan komunikasi petani pengguna traktor tangan. Perumusan Masalah Desa Neglasari di Kecamatan Bojongpicung adalah salah satu desa yang memiliki daerah persawahan irigasi teknis, dan petani pada umumnya telah menggunakan traktor tangan dalam mengolah lahan sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Pergantian cara pengolahan lahan sawah dari menggunakan tenaga manusia dan tenaga ternak dengan traktor tangan terjadi secara bertahap melalui proses adopsi inovasi teknologi yang dipengaruhi oleh faktor internal, eksternal dan jaringan komunikasi antar petani atau kelompok tani. Untuk menggunakan traktor tangan, petani memerlukan informasi berkaitan dengan segala sesuatu tentang traktor tangan baik masalah teknis, manfaat ekonomi, kesesuaian sosial budaya dan sebagainya. Informasi yang diperlukan petani dalam adopsi inovasi teknologi traktor tangan dapat diperoleh petani melalui jaringan komunikasi antar petani atau kelompok pengguna traktor tangan dan dari luar kelompoknya. Jaringan komunikasi antara petani merupakan proses pertukaran informasi yang terbentuk dalam suatu kelompok kecil yang berupa klik sosial (social clique) (Soekartawi, 1988).

14 6 Klik sosial merupakan struktur sosial yang penting dalam proses adopsi inovasi teknologi pertanian dan telah terbentuk di lingkungan petani dalam beberapa kelompok tani. Petani sebagai individu anggota kelompok tani memiliki karakteristik yang beragam, dan masing-masing mempunyai karakteristik usahatani yang berbeda-beda, sehingga mempunyai kecepatan yang tidak sama dalam mengadopsi inovasi teknologi traktor tangan. Untuk mengetahui bagaimana kecepatan adopsi inovasi traktor tangan di Kabupaten Cianjur perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mendorong keikutsertaan petani dalam jaringan komunikasi. Beberapa pertanyaan pokok yang berkaitan dengan karakteristik individu, karakteristik usahatani, jaringan komunikasi dan tingkat adopsi inovasi traktor tangan untuk peningkatan efisiensi pengolahan lahan dan produktivitas padi sawah di tingkat petani adalah: 1) Bagaimana pengaruh karakteristik individu petani dan karakteristik usahatani terhadap jaringan komunikasi serta pengaruhnya terhadap kecepatan adopsi inovasi teknologi taktor tangan? 2) Bagaimana pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap jaringan komunikasi dan terhadap kecepatan adopsi inovasi teknologi traktor tangan? 3) Apakah ada pengaruh jaringan komunikasi terhadap tingkat kecepatan adopsi inovasi teknologi traktor tangan? Tujuan Penelitian Atas dasar pemikiran dan permasalahan tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah melakukan eksplorasi terhadap jaringan komunikasi petani pengguna traktor tangan dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas pengolahan lahan sawah. Setelah melihat berbagai tantangan yang berkembang dalam masyarakat tani untuk kegiatan mengolah lahan sawah, secara spesifik penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui faktor-faktor karakteristik petani yang mempengaruhi jaringan komunikasi petani berkaitan dengan tingkat kecepatan adopsi inovasi teknologi traktor tangan.

15 7 2) Mempelajari seberapa jauh pengaruh karakteristik usahatani terhadap jaringan komunikasi petani dalam kaitannya dengan tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan. 3) Mengetahui seberapa besar pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan untuk mengolah lahan sawah petani. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi percepatan perubahan pembangunan pertanian tradisional menuju pertanian modern sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan nasional, dan kesejahteraan petani melalui akselerasi penerapan teknologi pertanian, khususnya penggunaan traktor tangan dengan pendekatan kawasan dan agribisnis. Secara spesifik kegunaan penelitian ini adalah: 1) Merumuskan bagaimana pengaruh karakteristik individu petani dan karakteristik usahatani dengan jaringan komunikasi petani dalam upaya peningkatan tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan untuk kegiatan mengolah lahan sawah. 2) Merumuskan saran-saran kepada pemerintah daerah Kabupaten Cianjur untuk mendorong percepatan pembangunan pertanian melalui pengembangan penggunaan traktor tangan secara efektif dan produktif di tingkat petani. 3) Sebagai masukan bagi pemerintah, praktisi, dan peneliti untuk percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian di tingkat petani dalam upaya memperkokoh ketahanan pangan nasional melalui pengembangan komunikasi pembangunan pertanian dan pedesaan.

16 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jaringan Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sejak lahir dan selama proses kehidupannya. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individu, diantara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, dan organisasi. Menurut Rogers dan Kincaid (1981) bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat dan berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Djuarsa (1993) menjelaskan bahwa komunikasi memiliki beberapa karakteristik yaitu: 1) komunikasi adalah suatu proses, 2) komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan, 3) komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kejasama dari pelaku yang terlibat, 4) komunikasi bersifat simbolis, 5) komunikasi bersifat transaksional dan 6) komunikasi menembus faktor ruang dan waktu. Dalam perkembangan pemanfaatan ilmu komunikasi, telah banyak digunakan dalam bidang pertanian. Menurut Soekartawi (2005) komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik perorangan maupun secara berkelompok yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan. Kemajuan teknologi dalam masyarakat modern sangat dipengaruhi oleh lingkungan, interaksi antar perorangan maupun antar kelompok menjadi faktor penting untuk menentukan keberhasilan penyampaian informasi dalam komunikasi. Komunikasi yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara komunikator dan komunikan untuk mencapai tujuan bersama akan membentuk jaringan komunikasi. Dalam sejarah perkembangan komunikasi, proses komunikasi di lingkungan petani sering dipengaruhi dan dimonopoli oleh pemberi pesan (komunikator), yang dikenal dengan model komunikasi linear bersifat statis. Peran komunikan sebagai penerima pesan, ternyata dapat diberi peran untuk mencapai keberhasilan komunikasi, yang kemudian dikenal dengan istilah two-

17 9 way traffic atau komunikasi konvergen. Menurut Rogers (1983) pendekatan konvergensi yang didasarkan pada model komunikasi sirkuler, menggantikan komunikai linear merupakan pilihan yang lebih tepat untuk digunakan dalam mengembangkan jaringan komunikasi dan pembangunan partisipatif. Schramm (1973) mengemukakan bahwa jaringan komunikasi terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan satu sama lain, saling mempengaruhi, dan berbagi informasi untuk mencapai tujuan bersama. Jaringan komunikasi terbentuk dalam suatu sistem atau klik yakni suatu hubungan yang relatif stabil antara dua individu atau lebih dalam proses penerimaan dan pengiriman informasi dalam satu kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Menurut Rogers dan Kincaid (1981) jaringan komunikasi adalah suatu hubungan yang relatif stabil antara dua individu atau lebih yang terlibat dalam proses pengiriman dan penerimaan informasi. Lebih lanjut Berger dan Chaffee (1987) mengemukakan bahwa jaringan komunikasi adalah sebagai suatu pola yang teratur dari kontak antara individu yang dapat diidentifikasi sebagai pertukaran informasi yang dialami seseorang di dalam sistem sosialnya. Robbins diacu dalam Moekijat (1993) mengemukakan bahwa jaringan komunikasi adalah dimensi vertikal dan horisontal dalam komunikasi organisasi yang dibangunkan dalam bermacam-macam pola. Jaringan komunikasi dibagi dalam lima macam jaringan yaitu jaringan rantai, jaringan Y, jaringan roda, jaringan lingkaran dan jaringan semacam saluran. Berdasarkan kriteria jaringan komunikasi tersebut, tidak ada satupun jaringan yang akan menjadi terbaik untuk semua kejadian. Apabila kecepatan yang penting maka jaringan roda dan semua saluran yang lebih disukai. Jaringan rantai, jaringan Y dan jaringan roda mendapat nilai yang tinggi untuk kecermatannya. Untuk mempertajam analisa jaringan komunikasi perlu memahami beberapa konsep yaitu: konsep jaringan sentralisasi versus desentralisasi. Dalam konsep ini kemudian dikenal jaringan komunikasi model Y, bintang, all channel, rantai dan konsep independen dimana anggota bebas dari pemilihan terhadap posisinya untuk memperoleh informasi (berkomunikasi) lebih dapat terpuaskan (Beebe dan Materson, 1994).

18 10 Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian jaringan komunikasi adalah suatu rangkaian hubungan di antara individu-individu dalam suatu sistem sosial sebagai akibat dari terjadinya pertukaran informasi di antara individu-individu tersebut, sehingga membentuk pola-pola atau model jaringan komunikasi tertentu. Analisa jaringan komunikasi dapat dilakukan dengan pendekatan sosiogram yang dilengkapi dengan deskriptif faktor-faktor yang terkait di dalamnya. Analisis Jaringan Komunikasi Rogers dan Kincaid (1981) menegaskan bahwa analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Sebagai dasar untuk mengetahui apakah individu-individu itu dapat dimasukkan ke dalam suatu klik atau tidak, ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi klik, yaitu: (1) setiap klik minimal harus terdiri dari 3 anggota; (2) setiap anggota klik minimal harus mempunyai derajat keterhubungan 50 persen dari hubungan-hubungannya di dalam klik; dan (3) seluruh anggota klik baik secara langsung maupun tidak langsung harus saling berhubungan melalui suatu rantai hubungan dyadic yang berlangsung secara kontinyu dan menyeluruh di dalam klik. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam analisis jaringan komunikasi adalah: 1) mengidentifikasi klik dalam suatu sistem, 2) mengidentifikasi peranan khusus seseorang dalam jaringan misalnya sebagai opinion leader, liasions, bridges, atau isolated, dan 3) mengukur berbagai indikator (indeks) struktur komunikasi seperti keterhubungan klik, keterbukaan klik, keintegrasian klik dan lain sebagainya. Opinion leader adalah seorang pemuka pendapat dan agen pembaharu yang relatif sering dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain untuk bertindak dalam cara tertentu secara informal. Liaison adalah seorang indvidu yang menghubungkan dua klik atau lebih dalam suatu sistem, namun ia tidak menjadi anggota klik manapun. Bridge adalah seorang individu yang menghubungkan dua klik

19 11 atau lebih dalam suatu sistem, dan ia menjadi anggota dari klik-klik tersebut. Isolated adalah individu yang tidak menjadi anggota dalam suatu sistem atau individu yang tidak terlibat dalam dalam jaringan komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981) Setyanto (1993) menegaskan bahwa analisis jaringan komunikasi mempunyai dua konsep dasar tentang tingkah laku sosial. Pertama, dalam analisis jaringan komunikasi harus dilihat bahwa keterlibatan individu yang ada di dalamnya dan tidak hanya seorang melainkan melibatkan banyak pelaku yang berpartisispasi dalam sistem sosial tersebut. Sifat hubungan yang terdapat pada individu juga akan terdapat pada individu lain yang terlibat dan mungkin dapat mempengaruhi terhadap persepsi, kepercayaan dan tindakan masing-masing individu. Di dalam analisis jaringan, langkah-langkah ini tidak hanya berhenti pada penjumlahan dari tingkah laku sosial saja. Kedua, dalam jaringan komuikasi perlu diperhatikan berbagai tingkatan struktur dalam sistem sosial, sebab suatu struktur sosial tertentu berisi keteraturan pola hubungan dari suatu keadaan nyata. Untuk mengetahui jaringan komunikasi serta peranannya dapat digunakan analisis jaringan yang dapat mengetahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam organisasi. Menurut Rogers dan Kincaid (1981), dalam menjalin hubungan sosial pada jaringan komunikasi setiap aktor membawa ciri-ciri kepribadiannya sendiri, sehingga konfigurasi masuknya atau keluarnya seorang aktor dalam jaringan hubungan sosial akan mempengaruhi struktur interaksi yang diciptakan. Pola atau model jaringan komunikasi dapat dibedakan menjadi dua yakni model jaringan jari-jari (radial personal network) dan model jaringan personal saling mengunci (interlocking personal network). Model jaringan tersebut dapat memusat (interlocking) yang mempunyai derajat integrasi yang tinggi dan menyebar (radial) mempunyai derajat integrasi yang rendah. Zulkarnain (2002) mengemukakan bahwa karakteristik individu akan sangat menentukan atau mempengaruhi perilaku komunikasinya yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya. Karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi umur,

20 12 tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya. Lebih lanjut Slamet (1981) merinci bahwa ada perbedaan karakteristik individu yang turut mempengaruhi cepat lambatnya proses adopsi yang meliputi: umur, pendidikan, status sosial ekonomi, pola hubungan (lokalit versus kosmopolit), keberanian mengambil resiko, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalisme dan diagnotisme. Beberapa variabel pengukuran dalam jaringan komunikasi antara lain: keterkaitan klik (clique connectedness), keragaman klik (clique diversity), kekompakan klik (clique integration) dan keterbukaan klik (clique openess). Yang dimaksud dengan tingkat keterkaitan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan klik (Rogers dan Kincaid, 1981) adalah: 1) Tingkat keeratan (Connectedness Index) adalah derajat keeratan hubungan antara anggota jaringan yang satu dengan yang lainnya. 2) Tingkat keragaman (Diversity Index) adalah sedikit banyaknya hubungan komunikasi yang terjadi antara jaringan 3) Tingkat integrasi (Integration Index) adalah keadaan anggota suatu jaringan yang dapat berhubungan dengan anggota lain dalam jaringan komunikasi yang ditunjukan langkah-langkah hubungan komunikasi. 4) Tingkat keterbukaan (Openness Index) adalah tingkat keterbukaan hubungan anggota-anggota klik terhadap individu lain yang berada di luar klik tersebut dalam suatu jaringan komunikasi Ciri-Ciri Inovasi Proses adopsi inovasi adalah suatu proses yang menyangkut proses pengambilan keputusan yang dipengaruhin oleh banyak faktor. Rogers dan Shoemaker (1971) memberi definisi tentang proses pengambilan keputusan untuk melakukan adopsi inovasi:...the mental procees of an innovation to a decision to adopt or to reject and to comfirmation of this decition...,(keputusan menerima atau menolak sebuah inovasi dan konfirmasi tentang keputusan tersebut merupakan sutu proses mental). Proses adopsi inovasi memerlukan sikap mental dan konfirmasi dari setiap keputusan yang diambil oleh seseorang sebagai adopter.

21 13 Menurut Soekartawi (2005), adopsi inovasi adalah merupakan sebuah proses pengubahan sosial dengan adanya penemuan baru yang dikomunikasikan kepada pihak lain, kemudian diadopsi oleh masyarakat atau sistem sosial. inovasi adalah suatu ide yang dianggap baru oleh seseorang, dapat berupa teknologi baru, cara organisasi baru, cara pemasaran hasil pertanian baru an sebagainya. Proses adopsi merupakan proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai orang tersebut mengadopsi (menerima, menerapkan, menggunakan) hal yang baru tersebut. Rogers dan Shoemaker (1971) mengatakan bahwa komunikasi sangat esensial dalam perubahan sosial dan meliputi tiga tahap yang berurutan yaitu: 1) invensi, yaitu suatu proses dimana ide baru diciptakan dan dikembangkan, 2) difusi, yaitu proses dimana ide baru tersebut dikomunikasikan ke dalam sistem sosial, dan 3) konsekuensi, yaitu berbagai pengubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan sosial merupakan proses dimana terjadi pergantian struktur dan fungsi dalam sistem sosial, perubahan tersebut dapat bersifat immanen (dari dalam) dan dapat bersifat contact (dari luar). Dalam proses difusi inovasi adalah sebagai kegiatan mengkomunikasikan inovasi melalui saluran-saluran tertentu pada saat tertentu di antara anggota-anggota suatu sistem sosial yang mencakup teknologi, produk baru dan ide-ide baru. Proses keputusan inovasi dirumuskan oleh Rogers (1983) yaitu proses yang terjadi pada seseorang atau pembuat keputusan lainnya sejak pertama kali mengetahui atau mengenal adanya suatu inovasi sampai mengambil keputusan mengadopsi inovasi meliputi: (1) pengetahuan (knewledge), (2) tahap pembujukan (persuasion), (3) tahap pengambilan keputusan (decision making), (4) tahap pelaksanaan (implementation) dan (5) tahap konfirmasi (confirmation). Apabila seseorang individu memutuskan mengadopsi inovasi terdapat dua kemungkinan yaitu menerima terus atau menolak, sedangkan bila individu memutuskan untuk menolak maka kemungkinannya adalah mengadopsi lambat atau terus menolak. Ciri-ciri inovasi menentukan kecepatan terjadinya proses adopsi inovasi ditingkat petani sebagai pengguna teknologi pertanian. Dalam kecepatan proses adopsi inovasi ditentukan oleh beberapa faktor seperti: saluran komunikasi, ciri-

22 14 ciri sistem sosial, kegiatan promosi dan peran komunikator. Menurut Rogers, ada lima ciri inovasi yang dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur persepsi (Hanafi, 1987) antara lain: 1) Keuntungan relatif (relative advantages), adalah merupakan tingkatan dimana suatu ide dianggap suatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya, dan secara ekonomis menguntungkan. 2) Kesesuaian (compability), adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan adopter (penerima). Oleh karena itu inovasi yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang kompatibel. 3) Kerumitan (complexity), adalah suatu tingkatan dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit dimengerti dan digunakan. Kesulitan untuk dimengerti dan digunakan, akan merupakan hambatan bagi proses kecepatan adopsi inovasi. 4) Kemungkinan untuk dicoba (trialibility), adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba dalam skala kecil biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dahulu. 5) Mudah diamati (observability), adalah suatu tingkat hasil-hasil suatu inovasi dapat dengan mudah dilihat sebagai keuntungan teknis ekonomis, sehingga mempercepat proses adopsi. Calon-calon pengadopsi lainnya tidak perlu lagi menjalani tahap percobaan, dapat terus ke tahap adopsi. Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Adopsi inovasi di bidang pertanian adalah merupakan hasil dari kegiatan suatu komunikasi peranian dan karena komunikasi itu melibatkan interaksi sosial di antara masyarakat, maka proses adopsi inovasi terkait dengan pengaruh interaksi antar individu, antar kelompok, angota masyarakat atau kelompok masyarakat, juga dipengaruhi oleh interaksi antar kelompok dalam masyarakat. Proses adopsi inovasi yang terjadi pada kelompok tani pada prinsipnya adalah

23 15 kumlatif dari adopsi individual, sehingga tahapan-tahapan adopsi inovasi individual juga berlaku bagi tahapan adopsi inovasi kelompok (Soekartawi, 2005). Menurut Rogers (1983) cepat tidaknya proses adopsi inovasi teknologi baru bagi petani atau kelompok tani dapat dikategorikan berdasarkan suatu kurva yang mendistribusi normal. Klasisfikasi tingkat kecepatan adopsi inovasi dibagi dalam 5 kelompok yakni: 1) perintis (innovators), 2) pelopor (early adopters), 3) penganut dini atau mayoritas awal (early mayority), 4) penganut akhir atau mayoritas akhir (late mayority) dan 5) kolot (laggard). Berdasarkan distribusi frekuensi normal dengan menggunakan standar deviasi sebagai pembagi, menghasilkan daerah yang terletak sebelah kiri mean meliputi 2,5 persen individu yang pertama kali mengadopsi suatu inovasi disebut perintis, 13,5 persen berikutnya disebut pelopor, 34 persen berikutnya disebut pengikut dini, 34 persen berikutnya disebut pengikut akhir dan 16 persen berikutnya disebut pengikut kolot. Lebih lanjut Rogers dan Shoemaker diacu dalam Hanafi (1987) mengemukakan bahwa sebelum inovasi diterima oleh masyarakat, selalu ditemui pemuka pendapat yang sering bertindak sebagai pemegang kunci pintu atau penyaring terhadap inovasi-inovasi yang akan tersebar ke dalam sistem sosial. Tiap kelompok adopter digambarkan oleh ciri-ciri pokok sebagai pembandingan antara anggota sistem yang lebih inovatif dengan yang kurang inovatif dan antara inovator dengan yang kolot dan sebagainya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian, telah merubah pola usahatani tradisional menjadi pola usahatani modern. Penggunaan penemuan varitas-varitas baru, berbagai obat-obatan kimia seperti herbisida, fungisida dan insektisida telah memberikan hasil komersial yang gemilang di bidang pertanian. Pembangunan irigasi, penggunaan pupuk serta penggunaan alat dan mesin pertanian secara ekonomis telah ikut mendorong perkembangan mekanisasi pertanian. Penemuan teknologi ini telah dapat meningkatkan produksi per satuan luas, meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahatani (Adjid, 2001). Mosher (1970), merumuskan paradigma pembangunan yang bertolak dari teori diperlukan 10 faktor yang menjadi komponen dari sistem pembangunan pertanian. Lima faktor esensial yang menjadi syarat mutlak dan harus selalu hadir

24 16 agar petani mengadopsi inovasi adalah; teknologi baru, adanya pasar, adanya suplai sarana produksi pertanian yang cukup, adanya sistem transportasi, dan adanya rangsangan produksi. Sedangkan dan lima faktor lainnya sebagai faktor pelancar adalah; penyuluhan pertanian, kredit produksi, pengembangan lahan, perencanaan program dan tahapan pembangunan pertanian. Menurut Sitompul dkk (1988), traktor tangan tipe roda dua telah banyak diproduksi oleh industri alat dan mesin pertanian di dalam negeri. Petani telah menggunakan traktor tangan untuk mengolah lahan sawah dengan pertimbangan sebagai berikut : 1) Traktor tangan membantu petani mengantisipasi semakin langkanya tenaga kerja manusia dan hewan pada saat musim tanam di pedesaan. 2) Traktor tangan dapat mempercepat waktu pengolahan lahan dengan waktu yang tepat sehingga pola tanam dapat diatur sesuai dengan musim. 3) Kualitas pengolahan lahan dengan traktor tangan lebih sempurna karena kedalaman pembajakan dapat diatur dan hasilnya dapat lebih seragam. 4) Untuk pekerjaan pembajakan lahan petani lebih nyaman dan lebih ringan dibanding dengan menggunakan cangkul atau bajak. 5) Biaya pembajakan per satuan luas dapat dihitung dengan cermat sebagai bagian dari analisa usahatani petani. Karakteristik Petani dan Usahatani Menurut Soekartawi (2005) cepat tidaknya proses adopsi inovasi, juag akan ditentukan oleh faktor internal petani dan faktor luar yang terkait dengan kegiatan usahatani dimana teknologi tersebut digunakan. Karakteristk individu petani adalah cici-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungan hidupnya berdasarkan karakteristik internal petani sebagai adopter. Beberapa faktor internal petani sebagai karakteristik individu antara lain: umur, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalisme, sistem kepercayaan tertentu dan karakteristik psikologi.

25 17 Rogers dan Shoemaker (1971) menyatakan proses pengambilan keputusan para petani apakah menerima atau menolak suatu inovasi tergantung pada sikap mental (sikap terhadap pengubahan), situasi intern dan situasi ekstern. Situasi intern individu dipengaruhi antara lain oleh usia, tingkat pendidikan formal dan pendidikan non formal, pengalaman bertani padi, keberanian mengambil resiko dan tingkat kekosmopolitan. Pada dasarnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi karakteristik manusia yaitu faktor yang berasal dari personal dan faktor situasional. Proses difusi inovasi terjadi pada individu-individu dalam sebuah sistem sosial, sementara proses keputusan inovasi terjadi pada benak seseorang. Disamping karakteristik individu petani terdapat karakteristik usahatani atau faktor situasional yang akan mempengaruhi proses adopsi inovasi teknologi pertanian oleh petani. Peubah yang terdapat pada karakter usahatani antara lain adalah: luas pengelolaan lahan, biaya pengolahan lahan, produktivitas lahan dan harga jual gabah per kilogram dapat mempengaruhi tingkat kecepatan adopsi inovasi teknologi oleh petani. Makin luas lahan garapan seorang petani semakin membutuhkan teknologi baru untuk pengelolaan usahatani agar semakin efektif, begitu juga harga jual produksi semakin tinggi nilai tambah yang diperoleh petani akan semakin meningkatkan minat petani untuk menggunakan teknologi sesuai dengan kebutuhan. Tingkat kecepatan adopsi inovasi teknologi pertanian telah merubah pola usahatani dari tradisional menjadi modern dan berdampak luas pada proses perubahan usahatani para petani. Perubahan usahatani ditingkat petani telah banyak dipengaruhi berbagai upaya yang dilakukan pemerintah seperti pengembangan kelompok tani, pembinaan perkoperasian, peningkatan penyuluhan melalui petugas penyuluh lapangan (PPL), pelatihan bagi petani dan sebagainya. Dalam proses adopsi inovasi teknologi pertanian khususnya traktor tangan telah berperan sejak awal pengenalan traktor tangan dilingkungan petani. Untuk mengolah lahan sawah dengan menggunakan traktor tangan, petani dapat memperoleh traktor tangan dengan cara membeli langsung kepada pengusaha (dealer), dan menyewa kepada usaha pelayanan jasa melalui UPJA dan melalui usaha jasa kelompok tani non UPJA.

26 18 Peran Kelompok Tani Kelompok tani yang terbentuk di lingkungan petani di pedesaan, merupakan wadah dan wahana untuk merubah perilaku petani dalam menuju terwujudnya pertanian modern yang lebih efektif, efisien dan produktif. Pendidikan informal melalui kegiatan PPL yang telah berlangsung selama ini telah berperan sebagai pembaharu dalam pola usahatani untuk meningkatkan adopsi inovasi teknologi pertanian di lingkungan petani. Menurut Soebiyanto (1998) kelompok diartikan sebagai suatu himpunan kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama dan merupakan sejumlah orang-orang yang saling melakukan interaksi dan proses interaksi inilah yang membedakan kelompok dengan sekedar kumpulan orang-orang. Homans (1950) mengartikan kelompok adalah sejumlah orang-orang yang melakukan komunikasi tatap muka (interpersonal communication) tanpa melalui perantara. Kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yan berinteraksi satu sama lain dan saling tergantung dalam upaya mencapai tujuan. Pengertian seperti ini menunjukkan ciri: 1) para anggota mempunyai kesamaan motif, 2) di antara sesama anggota terdapat interaksi yang kontinyu, (3) kelompok mempunyai norma, 4) tiap anggota merasa bagian dari kelompok, dan 5) ada tujuan bersama. Setiap kelompok yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang mempunyai kesamaan tujuan dengan alasan berkelompok karena ketertarikan yang disebabkan kedekatan. Soedjianto (1981) mengemukakan teori kelompok yaitu pencapaian tujuan kelompok berdasarkan daya yang dimiliki kelompok untuk membangkitkan usaha pada anggota untuk mencapai tujuannya.terdapat kejelasan dan kekhususan kegiatan yang dilakukan oleh anggota dalam mencapai tujuan, tidak adanya konflik anggota, dapat mengadakan kordinasi kegiatan anggota, ada kemampuan kelompok dalam mendapatkan sumberdaya ekonomis, material, intelektual dan lain-lain. Prinsip yang digunakan adalah bahwa adanya kepentingan yang sama diantara anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Kelompok tani pada dasarnya adalah kelompok swadaya masyarakat yang tumbuh dari kalangan petani di pedesaan. Ada tiga faktor yang mempengaruhi

27 19 keberhasilan kelompok swadaya. Pertama, faktor internal yang terdiri dari sub faktor anggota, sub faktor pengurus, sub faktor kegiatan dan sub faktor mekanisme kerja. Kedua, faktor eksternal yang terdiri dari sub faktor lingkungan sosial ekonomi, sub faktor hubungan dengan pamomg dan sub faktor program pemerintah yang ditujukan untuk pengembangan wilayah dimana kelompok swadaya tersebut berada. Ketiga, faktor lembaga pengembangan yang meliputi sub faktor wawasan lembaga pengembangan, sub faktor organisasi lembaga pengembangan,dan sub faktor tenaga yang tersedia dari lembaga pengembangan tersebut. Kelompok tani usaha tani sawah, telah berperan dalam meningkatkan produksi padi sebagai bahan pangan pokok nasional sehingga berhasil mencapai swasembada beras pada tahun Peran PPL, program pemerintah dan media komunikasi telah memberi andil yang besar dalam memfungsikan kelompok tani sehingga mampu melakukan kegiatan organisasi dan melayani anggota untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok tani merupakan unit kegiatan petani ditingkat pedesaan yang telah menghimpun para petani sebagai anggota organisasi dalam melakukan upaya bersama meningkatkan dan mengembangkan usahatani. Kelompok tani telah berperan dalam membangkitkan usaha bersama pada anggotanya dalam mencapai tujuan yakni optimalisasi kegiatan usahatani untuk mecapai efisiensi dan produktivitas lahan sawah yang petani (anggota) kelola.

28 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Teknologi traktor tangan merupakan salah satu teknologi alat dan mesin pertanian yang dirancang sebagai alternatif untuk kegiatan pengolahan lahan sawah. Dengan semakin sulitnya mendapatkan tenaga kerja manusia dan tenaga kerja hewan untuk mengolah lahan sawah di pedesaan, peran traktor tangan semakin penting. Petani semakin banyak menggunakan traktor tangan di Kabupaten Cianjur dan sentra-sentra produksi padi di daerah-daerah lain seperti Krawang, Indramayu dan lain-lain. Pengembangan penggunaan traktor tangan dikalangan petani terlihat meningkat terus, tetapi tidak sdikit kendala yang dihadapi oleh petani seperti tingkat pendidikan petani yang relatif rendah, keberanian mengambil resiko yang rendah, kekosmopolitanan yang rendah, luas pengelolaan lahan yang sempit, tingkat pendapatan keluarga petani yang rendah, jaringan komunikasi yang kurang optimal, dukungan kelembagaan yang belum efektif dan sebagainya. Untuk menjawab permasalahan tersebut perlu memahami struktur jaringan komunikasi petani pengguna traktor tangan agar diketahui ada tidaknya pengaruh karakteristik individu dan karakteristik usahatani terhadap jaringan komunikasi dalam kaitannya dengan tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan di lingkungan petani sawah. Dari data sekunder yang ditemui dilapangan menunjukkan bahwa peranan kelompok tani masih sangat besar dalam mengembangkan usahatani sawah di Desa Neglasari. Anggota kelompok tani dapat menjadi unit analisis dari penelitian yang akan dilakukan yakni untuk mendapat jawaban apakah ada pengaruh karakteristik individu petani dan karakteristik usahatani dalam jaringan komunikasi terhadap kecepatan adopsi inovasi traktor tangan dilingkungan anggota kelompok tani dan bagaimana pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap jaringan komunikasi dan tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan oleh petani. Kelompok tani menjadi wadah dan wahana petani dalam menentukan keberhasilan para anggota untuk mencapai tujuannya. Untuk mengetahui faktor-

29 21 faktor yang terkait dengan adopsi inovasi traktor tangan, perlu memahami beberapa hal yaitu faktor internal petani, lingkungan usaha tani, ciri-ciri inovasi, jaringan inovasi komunikasi dan faktor tingkat adopsi inovasi. X1. KARAKTERISTIK PETANI H 2 X1.1. Umur X1.2. Tingkat Pendidikan X1.3. Pendidikan non formal X1.4. Pengalaman bertani X1.5. Tingkat Kekosmopolitan X2. KARAKTERISTIK USAHATANI X2.1 Luas pengelolaan lahan X2.2. Produktivitas lahan X2.3 Biaya pengolahan lahan X2.4 Harga jual gabah H 3 H 1 Y1. JARINGAN KOMUNIKASI Y1.1 Tingkat Keterkaitan Y1.2 Tingkat Keragaman Y1.3 Tingkat Kekompakan Y1.4 Tingkat Keterbukaan H 4 H 6 Y2. ADOPSI INOVASI TRAKTOR TANGAN Y2.1 Tingkat Adopsi X3. CIRI-CIRI INOVASI X3.1 Keuntungan Relatif X3.2 Kompabilitas X3.3 Kompleksitas X3.4 Triabilitas X3.5 Observabilitas H 5 Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran penelitian jaringan komunikasi petani pengguna traktor tangan Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: pertama faktor internal individu petani (X1) meliputi: umur, tingkat pendidikan, pendidikan non formal, pengalaman bertani, dan tingkat kekosmopolitan, kedua faktor lingkungan/usahatani (X2) meliputi luas pengelolaan lahan, produktivitas lahan, biaya pengolahan lahan dan harga jual gabah, dan ketiga faktor ciri-ciri inovasi

JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN

JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) PARLAUNGAN ADIL

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jaringan Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jaringan Komunikasi TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jaringan Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sejak lahir dan selama proses kehidupannya. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks

Lebih terperinci

dilengkapi dengan alat bajak singkal dan alat garu sisir (Sitompul, 1998).

dilengkapi dengan alat bajak singkal dan alat garu sisir (Sitompul, 1998). xiv 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan penggunaan teknologi pertanian sangat pesat dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TRAKTOR TANGAN DI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

ANALISIS PERAN JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TRAKTOR TANGAN DI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT ANALISIS PERAN JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TRAKTOR TANGAN DI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT The Role Analysis of Farmer s Communication Networks on the Adoption of Hand Tractor Innovation

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

overtime among the members of a social system), proses dimana suatu inovasi

overtime among the members of a social system), proses dimana suatu inovasi xx BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Difusi dan Inovasi Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers 1995 dalam Sciffman dan Kanuk (2010) mendefinisikan difusi sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosiometri dan Sosiogram BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10-50 orang),

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak (individu maupun kelompok) kepada pihak (individu atau kelompok) lainnya. komunikasi merupakan penyampaian

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat dan berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Tujuan komunikasi dalam konteks komunikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

Praktikum Perilaku Konsumen

Praktikum Perilaku Konsumen Modul ke: Praktikum Perilaku Konsumen Difusi dan Inovasi Konsumen Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ade Permata Surya, S.Gz., MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Inovasi dan Difusi Inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe / Sifat Penelitian Menurut Sugiyono pengertian metodologi dalam penelitian adalah Merupakan cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Difusi Inovasi Sejumlah konsep dan teori mengenai difusi inovasi yang dirujuk dari Rogers dan Shoemaker (1971) dan Rogers (1995) yang dikemukakan dalam subbab ini

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 27 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Persoalan mengenai kesejahteraan, peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan serta kemandirian pangan masih menjadi persoalan yang penting di

Lebih terperinci

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3 Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3 1. Alumni Program Studi Teknik Pertanian, Sekolah Pascasarjana,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 3, AGUSTUS 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 3, AGUSTUS 2017 JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI DESA REJO BINANGUN KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Farmers Communication Networks on Food Crop Agriculture Adoption-Inovation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skala prioritas utama dan strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditujukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skala prioritas utama dan strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditujukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skala prioritas utama dan strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri DIFUSI INOVASI M ETODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi 1. Sifat inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas,

Lebih terperinci

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA Adanya komponen waktu dalam proses difusi, dapat mengukur tingkat keinovativan dan laju

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI Oleh: Gres Kurnia (071015025) - B Email: grassgresy@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Alur Pikir Penelitian Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan kepada posisi strategis koperasi pertanian khususnya KUD sebagai organisasi ekonomi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

TOPIK SEMBILAN. Drs. Rudi Susilana, M.Si Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan - FIP - UPI

TOPIK SEMBILAN. Drs. Rudi Susilana, M.Si Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan - FIP - UPI TOPIK SEMBILAN TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan konsep divusi dan inovasi Mengidentifikasi ciri-ciri inovasi Mendeskripsikan masing-masing komponen inovasi Menganalisis sifat-sifat inovasi Menjelaskan inovasi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT) IRIANUS REJEKI ROHI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tenilo merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Kelurahan Tenilo ini terbentuk dari tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Keberdayaan petani termasuk juga petani tebu tidak hanya ditentukan oleh kemampuan adopsi inovasi usahatani yang berbasis teknologi. Adopsi inovasi kelembagaan

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH (Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) RISYAT ALBERTH FAR FAR SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi

Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi Sains Peternakan Vol. 12 (2), September 2014: 107-113 ISSN 1693-8828 Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi E. Anggriyani Politeknik ATK, Yogyakarta Jl. Ateka, Bangunharjo,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Eka Rastiyanto Amrullah¹ dan Sholih Nugroho Hadi² ¹Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Ciptayasa KM 01 Ciruas Serang

Lebih terperinci

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR. KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR Diarsi Eka Yani 1 Pepi Rospina Pertiwi 2 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu Kasus pada Gapoktan Tahan Jaya di Desa Buahdua Kecamatan Buahdua Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian integral bidang pertanian, bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani pada umumnya dengan melalui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI Amiruddin Saleh 1, Nia Rachmawati 2, Sutisna Riyanto 16 ABSTRACT The objectives of this research are: (1) to understand the communication process

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung

Lebih terperinci

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM DIFUSI ADOPSI INOVASI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM DIFUSI ADOPSI INOVASI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JURNAL JARINGAN KOMUNIKASI DALAM DIFUSI ADOPSI INOVASI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (Studi Perbandingan Jaringan Komunikasi Sosial terhadap Difusi Adopsi Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Kelompok

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH Teori Komunikasi-1, Sesi 14 Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH: Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Sawah Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat merumpun,

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh: Indah Listiana *) Abstrak Penelitian ini dilakukan pada petani padi yang menggunakan benih padi

Lebih terperinci

Latar Belakang PENDAHULUAN

Latar Belakang PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Maluku, tidak saja mempunyai andil yang cukup penting dalam sektor pertanian, tetapi telah pula menimbulkan

Lebih terperinci

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan Pengertian Adopsi - Proses yg melibatkan dimensi Waktu - Berkaitan dengan pengambilan keputusan Adopsi :Proses /Peristiwa diterimanya suatu

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2009, Vol. 07, No. 2 Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Paradigma Laju Adopsi Inovasi

Lampiran 1. Gambar Paradigma Laju Adopsi Inovasi Lampiran 1. Gambar Paradigma Laju Adopsi Inovasi Variabel-variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh I. KARAKTERISTIK INOVASI Keuntungan Relatif Kompatibilitas Kompleksitas Kemungkinan Dicoba kemungkinan Diamati

Lebih terperinci

BAB VIII HUBUNGAN PARTISIPASI DENGAN SIKAP DAN KARAKTERISTIK INTERNAL INDIVIDU PETANI

BAB VIII HUBUNGAN PARTISIPASI DENGAN SIKAP DAN KARAKTERISTIK INTERNAL INDIVIDU PETANI 62 BAB VIII HUBUNGAN PARTISIPASI DENGAN SIKAP DAN KARAKTERISTIK INTERNAL INDIVIDU PETANI 8.1 Hubungan Partisipasi dengan Sikap Petani terhadap Sistem Pertanian Organik Sikap seringkali mempengaruhi tingkah

Lebih terperinci

ALUR INFORMASI DAN KEPUTUSAN INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR *)

ALUR INFORMASI DAN KEPUTUSAN INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR *) ALUR INFORMASI DAN KEPUTUSAN INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR *) INFORMATION NET AND INOVATION DECISION OF INTEGRATED PEST MANAGEMENT TECHNOLOGY IN EAST LOMBOK REGENCY

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI Pandu Sumarna 1, Neneng Sri Mulyati 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jl. Ir. H. Juanda Km 3 Indrmayu, sumarnapandu@gmail.com 2 Fakultas

Lebih terperinci

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Program PUAP Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program yang dinisiasi oleh Kementrian Pertanian.Menteri Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang paling dominan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana padi merupakan bahan makanan yang mudah diubah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Sosial Masyarakat tidak dapat dibayangkan dalam suatu keadaan yang tetap dan diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat akan selalu

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK INOVASI SISTEM SOSIAL DAN SALURAN KOMUNIKASI TERHADAP ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGARUH KARAKTERISTIK INOVASI SISTEM SOSIAL DAN SALURAN KOMUNIKASI TERHADAP ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN i TESIS PENGARUH KARAKTERISTIK INOVASI SISTEM SOSIAL DAN SALURAN KOMUNIKASI TERHADAP ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN THOBIAS SERAH No. Mhs : 125001745 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN MODEL COOPERATIVE FARMING

PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN MODEL COOPERATIVE FARMING PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN MODEL COOPERATIVE FARMING Sri Nuryanti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A Yani 70, Bogor 16161 PENDAHULUAN Jalur distribusi produk dari produsen

Lebih terperinci

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM AGRONOMI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA Oleh: Tri Ratna Saridewi 1 dan Amelia Nani Siregar 2 1 Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan pertumbuhan sekitar 1,5% tahun, sehingga mendorong permintaan pangan yang terus meningkat. Sementara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan korelasional. Pemilihan pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 September 2005, Vol. 1, No.1 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA USAHATANI SAYURAN DI KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR Rini Sri Damihartini dan

Lebih terperinci