Making Aceh Safer through Disaster Risk Reduction in Development (DRR-A)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Making Aceh Safer through Disaster Risk Reduction in Development (DRR-A)"

Transkripsi

1 United Nations Development Programme and Government of Indonesia Making Aceh Safer through Disaster Risk Reduction in Development (DRR-A) MODUL: Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas 2012

2 MODUL PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS Keterangan Foto: Kelompok Perempuan di Gampong Simpang Kiri, Kab. Aceh Tamiang berdiskusi tentang apa yang sudah mereka lakukan untuk mengurangi risiko bencana di gampong Simpang Kiri

3 SESI 1: MEMULAI PELATIHAN A. PEMBUKAAN 1. TUJUAN: Membuka / memulai pelatihan secara resmi. 2. WAKTU: 30 menit. 3. DASAR PEMIKIRAN: Pembukaan ini adalah kesempatan yang penting bagi para pihak yang terlibat & berkepentingan terhadap kegiatan pelatihan ini (kepala instansi, pemerintah daerah & lain-lain) untuk mengemukakan harapan instansi terhadap pelatihan & peserta melalui sambutan. Selain itu, kesempatan ini dapat digunakan untuk memberi motivasi kepada peserta. Acara umum untuk membuka suatu pelatihan lazimnya terdiri dari: ucapkan selamat datang, laporan panitia, kata sambutan, pembukaan resmi, doa. 4. METODE: Ceramah. 1

4 5. ALAT & BAHAN: 6. PENGATURAN: 7. URAIAN SECARA RINCI: Panitia mengucapkan selamat datang kepada semua peserta, fasilitator & tamu lain (pejabat-pejabat). Panitia menyampaikan laporan panitia (bila diperlukan) Pejabat menyampaikan sambutan sekaligus membuka pelatihan dengan resmi (bila diperlukan). Harus diperhatikan bahwa sambutan harus kontekstual. Point-point yang harus dikemukakan adalah nilai penting dari pelatihan ini bagi keamanan, kesejahteraan & martabat kita bersama. Diharapkan sambutan tidak lebih dari 10 menit. Panitia membawa doa (bila diperlukan). B. PERKENALAN 1. TUJUAN: Untuk saling mengenalkan peserta & menciptakan suasana yang akrab & santai. 2. WAKTU: 30 menit. 3. DASAR PEMIKIRAN: Semua orang biasanya merasa sedikit malu pada awal pelatihan. Menciptakan suasana yang tepat adalah prioritas utama pada pelatihan ini. Keadaan yang tidak formal, santai tetapi seius merupakan suasana 2

5 yang paling mendukung proses belajar. Menggunakan permainan untuk memperkenalkan semua orang yang terlibat dalam pelatihan adalah jalan terbaik untuk menciptakan suasana tersebut. Seringkali peserta pelatihan sudah saling kenal karena mereka misalnya teman kerja. Dengan permainan ini fokus bisa pindah dari aspek perkenalan ke aspek kreativitas atau keaslian & persatuan tim untuk menjalankan pelatihan dengan lancar. 4. METODE : Permainan. 5. ALAT & BAHAN : 6. PENGATURAN : Ruangan kelas atau di luar ruangan, semua orang berdiri dalam sebuah lingkaran. 7. URAIAN SECARA RINCI : Fasilitator meminta kepada peserta untuk berdiri dalam satu lingkaran, agar antara peserta satu dengan yang lain, termasuk fasilitator, dapat saling melihat. Perkenalan ini bernama Perkenalan Penghuni Rimba. Fasilitator menjelaskan aturan perkenalan sebagai berikut : Setiap peserta secara bergantian dipersilahkan untuk memperagakan dengan suara & isyarat perilaku hewan di rimba yang dipilih (karena perilaku hewan itu sesuai dengan kepribadiannya, atau peserta sangat menyukai hewan tersebut, atau lainnya). Dilanjutkan dengan menyebutkan nama panggilannya: nama saya... 3

6 Peserta yang lain secara serentak menirukan menyebutkan nama peserta yang telah memperkenalkan tadi & menirukan gerakannya dengan mengucapkan selamat datang (jenis hewan yang diperkenalkan tersebut). Peserta yang memperkenalkan diri melanjutkan perkenalannya dengan (1) tempat dia bekerja serta bidang yang ditekuni, (2) alamat rumah, dan diakhiri dengan memilih dengan mendekati peserta lain agar memperkenalkan diri. Untuk mengawali permainan perkenalan fasilitator memulai memperkenalkan diri sesuai aturan permainan tersebut di atas untuk menghidupkan kreatifitas peserta tanpa menimbulkan rasa malu. C. HARAPAN & TUJUAN PELATIHAN 1. TUJUAN: Agar peserta mengemukakan apa yang diharapkan dari pelatihan. Untuk mengetahui apakah semua harapan peserta termasuk dalam tujuan, keluaran & materi pelatihan. Untuk memodifikasi materi pelatihan jika perlu & memungkinkan. Agar peserta mempunyai komitmen untuk mencapai yang diharapkan. 2. WAKTU: 30 menit. 4

7 3. DASAR PEMIKIRAN: Kajian harapan peserta terhadap pelatihan ini sangat membantu fasilitator untuk mengetahui hal-hal penting yang diharapkan oleh peserta supaya dia dapat mengarahkan atau menyesuaikan materi pelatihan dengan harapan peserta. Disamping itu fasilitator dapat melihat kejelasan tujuan & keluaran pelatihan kepada peserta. Hal ini sangat penting untuk menciptakan komiten dan rasa memiliki peserta terhadap pelatihan. 4. METODE: Curah pendapat, diskusi. 5. ALAT & BAHAN: Kartu metaplan (tiga warna), spidol, isolasi, flipchart / transparansi dengan tujuan, keluaran & materi pelatihan (lihat lampiran). 6. PENGATURAN: Tempat duduk diatur berbentuk setengah lingkaran. Flipchart dengan tujuan, keluaran & proses pelatihan telah disiapkan oleh fasilitator. Disediakan tempat kosong di dinding atau di papan di mana kartu metaplan dapat ditempel. 7. URAIAN SECARA RINCI : Fasilitator menjelaskan tujuan & prosedur sesi ini. Fasilitator memberi peserta dua kartu metaplan (dua warna: A, & B). Fasilitator meminta peserta untuk menulis harapannya di kartu metaplan dengan jelas dan cukup besar (maksimal 8 kata): harapan terhadap proses pada kartu berwarna A harapan terhadap materi pada kartu berwarna B 5

8 Fasilitator meminta peserta menempelkan kartu-kartu metaplan ditempel di dinding atau di papan yang kosong dengan memisahkan masing-masing warna (harapan terhadap proses & harapan terhadap materi). Fasilitator meminta salah satu peserta untuk membaca kartukartu & mengelompokkannya sesuai isu-isu yang muncul. Fasilitator memperlihatkan flipchart atau transparansi yang berhubungan dengan agenda pelatihan meliputi: keluaran & materi pelatihan. Fasilitator menanyakan kepada peserta apakah harapan yang ditulis peserta dalam metaplan sudah sesuai dengan tujuan, keluaran & materi pelatihan; apakah ada yang tidak terkait dengan keluaran / materi pelatihan. Fasilitator mengajak mendiskusikan harapan yang tidak terkait, perlu ada keluaran / sesi tambahan atau tidak? Salah satu peserta atau fasilitator menyimpulkan hasil sesi ini. D. KONTRAK BELAJAR 1. TUJUAN: Untuk menyetujui jadwal & peraturan yang harus diikuti selama pelatihan. Agar peserta merasa terlibat dalam pengaturan proses pelatihan yang nyaman buat semua untuk hasil yang maksimal dan merasa memiliki pelatihan. 2. WAKTU: 30 menit. 6

9 3. DASAR PEMIKIRAN: Rasa kepemilikan dan korsa peserta terhadap pelatihan sangat penting agar peserta aktif & bebas mengemukakan pendapatnya. Dengan peserta diberi kesempatan untuk menentukan jadwal serta peraturan pelatihan sendiri, maka peserta akan merasa memiliki pelatihan sejak awal. Hal ini juga merupakan cara yang mudah untuk menyusun jadwal waktu & peraturan yang sesuai dengan kebiasaan & kebutuhan peserta. 4. METODE: Pertanyaan pemicu. 5. BAHAN: Metaplan Spidol Perekat Komputer/ laptop Viewer Pointer 6. PENGATURAN: Fasilitator meminta peserta duduk berbentuk setengah lingkaran terhadap dinding atau papan dimana flipchart di tempel. 7. URAIAN SECARA RINCI : Fasilitator menjelaskan tujuan & prosedur sesi ini. Fasilitator menanyakan jadwal tentatif yang telah disusun. Apakah ada keberatan-keberatan yang perlu penyesuaian? Jam berapa kita akan memulai pelatihan?, 7

10 Jam berapa kita akan beristirahat minum kopi, makan siang & beristirahat sore?, Kita lanjut sampai jam berapa? Fasilitator menuliskan jawaban jawaban peserta dengan jelas di flipchart. Hasil musyawarah ini juga menjadi bahan bagi panitia atau pelayan konsumsi. Fasilitator mendiskusikan, peraturan dasar dalam pelatihan yang perlu disepakati agar pelatihan berjalan lancar. Bisa muncul aturan tentang: Tidak boleh merokok di dalam ruangan. Tidak boleh menelpon dan menerima telpon di dalam ruangan.handphone dalam posisi silent. Tidak boleh terlambat. dan lainnya. Fasilitator mendiskusikan jenis hukuman bagi pelanggar perlu disepakati. untuk memberikan agar pelatihan berjalan lancar. Semua peserta berhak mengusulkan hukuman bagi para pelanggar pada kertas meta plan. Jenis hukuman dibaca bergantian dan dibatalkan apabila ada salah satu peserta menolak atas jenis hukuman yang disampaikan tersebut. Fasilitator mendiskusikan tim kerja bagi pelanggar perlu disepakati untuk memberikan agar pelatihan berjalan lancar. Tim kerja terdiri dari: Penyegar situasi (ice breaker) selama proses Penjaga waktu (time keeper) selama proses Pencatan pelanggaran (polisi) selama proses Pemberi hukuman (hakim) selama proses Tuliskan pembagian tim & tugasnya. 8

11 Fasilitator menempelkan flipchart agar dapat dilihat selama pelatihan. Peserta & fasilitator dapat merujuk pada persetujuan bersama ini untuk memecahkan persoalan. Peraturan-peraturan lain dapat ditambahkan selama pelatihan. 9

12 SESI 2: SENSITIFITAS GENDER DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 1. TUJUAN: Di akhir sesi peserta dapat menerapkan memahami sensitivitas gender, mampu membedakan kebuuhan laki-laki dan perempuan, mampu memahami dampak bencana bagi kelompok rentan bagi perangkat perencanaan pengurangan risiko bencana. 2. WAKTU: 120 menit 3. DASAR PEMIKIRAN: Masyarakat cenderung memahami urusan bencana sebagai urusan lelaki. Padahal dalam banyak hal, lelaki dan perempuan memiliki lingkup pengetahuan dan pengalaman yang berbeda. Bencana tidak hanya menimpa laki-laki saja, akan tetapi juga warga perempuan, dari anak, hingga orang tua. Hal ini berarti perempuan dan lelaki memiliki akses dan cara penggunaan yang berbeda thdp sumber daya lokal. Oleh karenanya lelaki dan perempuan mempunyai pandangan yang berbeda akan hal yang dianggap penting, termasuk dalam hal pengurangan risiko bencana. Kita mencari, apakah perempuan telah mendapatkan akses yang sama dengan laki-laki? 4. METODE: Roleplay 10

13 Diskusi curah pendapat Ceramah 5. ALAT & BAHAN: Metaplan Spidol Perekat Komputer/ laptop Viewer Pointer Bahan bacaan Bahan tayang 6. PENGATURAN: Peserta duduk melingkar. 7. URAIAN SECARA RINCI: Pengantar (10 ) Fasilitator memberikan pengantar tentang tujuan dan latar belakang sesi ini dilakukan. Curah pendapat 1: Beda lelaki dan perempuan (10 ) Fasilitator meminta peserta mengemukakan pendapat mengenai perepsi peserta atas perbedaan lelaki dan perempuan. Fasilitator menuliskan kata kunci pendapat peserta dalam flipchart dan ditempelkan di papan sehingga semua peserta melihat seluruh hasil curah pendapat. Fasilitator membuat kesimpulan kecil atas perbedaan lelaki dan perempuan. 11

14 Curah pendapat 2: Perbedaan jenis kelamin dan gender (10 ) Fasilitator meminta peserta memilahkan hasil diskusi 1, dengan peranyaan kunci (1) perbedaan-perbedaan lelaki dan perempuan fisik (jenis kelamin) yang bersifat takdir, serta (2)perbedaan-perbedaan lelaki dan perempuan sebagai perbedaan peran gender yang bersifat kontruksi sosial. Fasilitator mengelompokkan hasil diskusi di atas dan menempelkan dalam papan sehingga semua peserta dapat melihat dengan jelas. Fasilitator membuat kesimpulan kecil mengenai perbedaan akibat kontruksi sosial dan kodrat, beda jenis kelamin dan gender. Curah pendapat 3: ketidak-adilan gender (10 ) Fasilitator memfasilitasi diskusi lebih mendalam mengenai Pengelolaan dan penyikapan atas perbedaan peran gender tersebut akan menimbulkan permasalahan. Fasilitator menyampaikan pertanyaan, permasalahpermasalahan yang timbul akibat ketidakadilan peran tersebut. Fasilitator mengelompokkan hasil diskusi di atas dan menempelkan dalam papan sehingga semua peserta dapat melihat dengan jelas. Fasilitator membuat kesimpulan kecil mengenai perbedaan akibat kontruksi sosial dan kodrat, beda jenis kelamin dan gender. Diskusi kelompok 1: Kebutuhan lelaki dan perempuan dalam PB (30 ). Setiap kelompok diminta melakukan diskusi kelompok 12

15 untuk membahas bagaimana kebutuhan lelaki dan perempuan dalam penanggulangan bencana. Permasalahan apa yang sering timbul dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Diskusi kelompok 2: Peran lelaki dan perempuan dalam PB (30 ). Setiap kelompok diminta melakukan diskusi kelompok untuk membahas bagaimana peran lelaki dan perempuan dalam penanggulangan bencana. Permasalahan apa yang sering timbul dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. 13

16 Roleplay kelompok (20) Dengan menggunakan data hasil diskusi kelompok, masing-masing kelompok membuat skenario roleplay yang dapat menjelaskan kebutuhan dan peran laki-laki dan perempuan dalam penanggulangan bencana. Diskusi kecil mengenai klarifikasi oleh fasilitator Tutorial dan tanya jawab (20 ). Narasumber memberikan presentasi kecil tentang Sensivitas gender dalam penanggulangan bencana sebagai bahan pembanding. Penyimpulan (10 ). Fasilitator memfasilitasi proses penyimpulan menekankan pentingnya mendorong keseimbangan peren gender dengan memperhatikan perbedaan kebutuhan masing-masing. 14

17 SESI 3: MEMETAKAN SUMBERDAYA 1. TUJUAN: Di akhir sesi peserta dapat: menjelaskan beraneka sumberdaya penghidupan yang berada di komunitasnya menggambarkan posisi sumberdaya penghidupan yang berada di komunitasnya 2. WAKTU: 90 menit 3. DASAR PEMIKIRAN: Sumberdaya penghidupan adalah subyek penting dalam penanggulangan bencana. Pada dasarnya penanggulangan bencana adalah serangkaian usaha untuk melindungi sumberdaya komunitas potensi ancaman yang berada di sekitarnya. Memetakan sumberdaya penghidupan komunitas menjadi hal mendasar yang perlu dilakukan sebelum melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana. 3. METODE: Curah pendapat Diskusi kelompok Diskusi pleno Presentasi 15

18 4. ALAT & BAHAN : Kertas plano Metaplan Spidol ragam warna Perekat Gunting Lem kertas Komputer Projector 5. PENGATURAN: Peserta duduk setengah lingkaran 6. URAIAN SECARA RINCI: Pengantar (5 menit) Fasilitator memberikan pengantar tentang tujuan dan latar belakang sesi ini dilakukan. Pembagian Kelompok (5 menit) Fasilitator memfasilitasi pembentukan kelompok kecil. Masingmasing kelompok beranggotakan 3-7 orang. Diusahakan terjadi kesesuaian dan perimbangan tempat tinggal, pekerjaan, usia, jenis kelamin, pendidikan. Membuat Peta Komunitas (20 menit). Fasilitator membagikan peralatan kerja kelompok Fasilitator meminta setiap kelompok untuk membuat peta komunitas (gampong, mukim) di atas kertas plano. Peserta diminta menggambarkan selengkap-lengkapnya dengan berbagai simbol dan warna komponen-komponen penting di komunitas terebut dengan disertai keterangan, antara lain: 16

19 Jalan raya / kampung / setapak Jembatan / bendung / dam Sungai / selokan / parit / mata air Bukit / tebing Hutan / kebun / sawah Kantor desa / dusun Sekolah / madrasah Masjid / gereja Rumah / kandang Lain-lainnya Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menempelkan peta komunitas hasil kerjanya di dinding dalam ruangan pelatihan sehingga semua peserta dapat melihat dengan jelas. Menghitung sumberdaya (20 menit). Fasilitator meminta peserta menghitung jumlah sumberdayasumberdaya penghidupan yang dimiliki / dapat diakses / dikelolanya: Warga: laki-laki, perempuan, anak-anak, balita, manula, hamil, lainnya. Pendidikan: sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, perguruan tinggi, lainnya. Rumah: tembok, kayu, lainnya. Hewan peliharaan: Sapi, kerbau, kambing, itik, ayam, lainnya. Sawah / kebun: jenis tanaman, luas, hasil dan waktu panen. Kendaraan: mobil, motor, sepeda, truk, lainnya. Sarana-prasarana: masjid, meunasah, balai mukim, puskesmas, jembatan, jalan, lainnya. 17

20 Lainnya? Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menempelkan jumlah sumberdaya hasil hitungannya di sebelah peta komunitas, sehingga semua peserta dapat melihat dengan jelas. Presentasi kelompok (20 menit) Fasilitator meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa peta komunitas jumlah sumberdaya penghidupan komunitas yang dimiliki / diakses / dikelolanya. Tutorial dan Tanya Jawab (15 menit). Fasilitator memaparkan presentasi kecil tentang Sumberdaya Penghidupan Penyimpulan (5 menit) Fasilitator memfasilitasi proses penyimpulan, antara lain mengenai: Pengelompokan sumberdaya berdasarkan jenisnya: manusia, alam-lingkungan, sosial, infrastruktur, ekonomi, politik. Pengelompokan sumberdaya berdasarkan pemilik / pengakses dan pengelolanya: individu, keluarga, komunitas, pemerintah. 18

21 SESI 4: MENGENAL PENANGGULANGAN BENCANA 1. TUJUAN: Di akhir sesi peserta dapat: menjelaskan komponen risiko bencana yang terdiri dari ancaman, kapasitas dan kerentanan beserta hubungan antar komponen tersebut menjelaskan pemahaman penanggulangan bencana sebagai usaha-usaha pengelolaan komponen risiko bencana tersebut. 2. WAKTU: 90 menit. 3. DASAR PEMIKIRAN: Masyarakat cenderung memahami bencana secara fatalistic, sebagai sesuatu takdir yang harus terjadi. Oleh karena itu sehingga risiko bencana sering dipahami sebagai sesuatu hal yang harus terjadi pula. Menguraikan hubungan antara masing-masing komponen risiko bencana akan mengajak peserta pada pemahaman bahwa risiko tidak datang dengan sendirinya. 4. METODE: Permainan bola keranjang Diskusi curah pendapat Ceramah 19

22 5. ALAT & BAHAN: Metaplan Spidol Perekat Bola plastik Sarung pelindung keranjang Tali plastik pengikat kaki Tempat lapang Komputer/ laptop Viewer Pointer Bahan bacaan Bahan tayang 6. PENGATURAN: Peserta dibagi menjadi 2 kelompok, seolah-olah mewakili komunitas yang akan melakukan pertandingan sepakbola. 7. URAIAN SECARA RINCI: Pengantar (5 ) Fasilitator memberikan pengantar tentang tujuan dan latar belakang sesi ini dilakukan. Pembagian kelompok (5 ) Fasilitator melakukan pembagian peserta menjadi 2 komunitas pecandu bola keranjang yang akan bertanding, yang mempunyai perbedaan menyolok: kelompok laki-laki vs perempuan, kelompok bertubuh besar vs kecil. Diskusi kelompok: Menyusun strategi (5 ). Setiap kelompok diminta melakukan diskusi kelompok untuk menyusun anggota tim, menyusun strategi pemenangan dan 20

23 memprediksi nilai kemenangan / kekalahan. Masing-masing komunitas menyusun Tim Bola Keranjang yang terdiri dari: 1 orang pelatih pengatur strategi dan mencatat proses 1 orang wasit pengatur pertandingan agar lancar 1 orang penilai penghitung nilai kemenangan / kekalahan 1 orang keranjang berusaha agar tidak kena bola 3-5 orang penyerang berusaha memasukkan (menyentuhkan bola) bola ke keranjang Pelaksanaan pertandingan (15 ). Pertandingan dilakukan selama 2 babak. Masing-masing babak selama 5, dengan jeda 5 untuk mengatur istirahat dan mengatur strategi. Diskusi refleksi (30 ). Fasilitator memfasilitasi diskusi refleksi berupa curah pendapat tentang pengalaman seputar pelaksanaan pertandingan: Mengapa ada tim yang kalah? (Komponen apa saja yang menyebabkan kekalahan?) Mengapa ada tim yang menang? (Komponen apa saja yang menyebabkan kemenangan?) Apa yang perlu dilakukan untuk mengurangi kekalahan? Apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemenangan? Mengapa terjadi kesalahan dalam memprediksi? Kapan kita melakukan usaha-usaha untuk mengurangi kekalahan? Kapan kita melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemenangan? 21

24 Fasilitator memfasilitasi diskusi refleksi curah pendapat tentang hubungan permainan dengan pengalaman kebencanaan: Ancaman apa yang pernah terjadi di lingkunga kita? Bagaimana karakter ancaman tersebut? Apa kerugian yang kita derita akibat hadirnya ancaman tersebut? Apa yang menyebabkan terjadinya kerugian tersebut? Apa strategi yang dapat kita lakukan untuk mengurangi kerugian tersebut? Apakah kita pernah melakukan strategi tersebut sebelumnya? Tutorial dan tanya jawab (20 ). Narasumber memberikan presentasi kecil tentang Mengenal Bencana sebagai bahan pembanding (?) Penyimpulan (10 ). Fasilitator memfasilitasi proses penyimpulan dengan mengkaitkan hasil refleksi pertandingan dengan peredaman risiko bencana: Tim lawan adalah ancaman, kekalahan kita adalah bencana. Tingkat kekalahan (risiko bencana) kita tergantung dari kekuatan tim lawan (ancaman) dan tergantung dari ketidakmampuan (kerentanan) kita. Bagi tim menang, kemenangan kita adalah wujud kemampuan kita menanggulangi / menangani ancaman, sehingga tim lawan (ancaman) tidak menjadi kekalahan (bencana). Mengetahui karakter tim lawan (ancaman) menjadi faktor penting untuk menilai kemampuan dan kerentanan 22

25 kita, serta untuk selalu mendorong upaya membangun kesiapsiagaan. Untuk mencapai kemenangan atau mengurangi kekalahan kita selalu menyusun strategi peredaman risiko bencana. Strategi tersebut diwujudkan dalam usaha-usaha mengelola ancaman, melakukan pencegahan, melakukan penjinakan (mitigasi), serta meningkatkan kemampuan kesiapsiagaan dan penanganan darurat. Strategi pemenangan / pengurangan risiko bencana tersebut dilaksanakan secara sinergis dengan sebesarbesarnya menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya yang kita miliki sebelum menggunakan sumberdaya orang lain 23

26 SESI 5: MENGKAJI ANCAMAN 1. TUJUAN: Di akhir sesi peserta dapat menjelaskan jenis & karakter ancaman, serta dapat menggambarkan peta ancaman bencana pada komunitas. 2. WAKTU: 90 menit. 3. DASAR PEMIKIRAN: Memahami jenis dan karakter ancaman merupakan modal awal bagi komunitas untuk memupai usaha-usaha pengurangan risiko bencana. Rencana kegiatan pengurangan risiko bencana yang tidak berlandasan pemahaman atas jenis dan karakter ancaman menjadikan cenderung tidak berdaya dan berhasil guna. 3. METODE: Curah pendapat Diskusi kelompok Diskusi pleno Galeri 4. ALAT & BAHAN: Kertas plano Metaplan Spidol ragam warna Perekat 24

27 Gunting Lem kertas Komputer PENGATURAN: Peserta duduk setengah lingkaran. URAIAN SECARA RINCI: Pengantar (10 ) Fasilitator memberikan pengantar tentang tujuan dan latar belakang sesi ini dilakukan. Pembagian Kelompok (10 ) Fasilitator memfasilitasi pembentukan kelompok kecil. Masingmasingkelompok beranggotakan 3-7 orang. Diusahakan tempat terjadi perimbangan tempat tinggal, pekerjaan, usia, dan pendidikan. Kelompok perempuan dan laki-laki dibedakan untuk mempertegas bentuk ancaman antara perempuan dan laki-laki. Diskusi kelompok: Identifikasi ancaman (30 ). Fasilitator mengajak peserta melakukan identifikasi ancaman sekaligus melengkapi peta komunitas dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan: Jenis ancaman apa saja yang terdapat di komunitas kita? Bagaimana karakter masing-masing jenis ancaman tersebut? Dimana letak sumber dan sebaran ancaman tersebut dalam peta komunitas kita? 25

28 Apa saja sumberdaya yang berisiko dari ancaman-ancaman tersebut? Hasil identifikasi dicantumkan dalam lembar (kertas plano) tersendiri. Untuk memperlancar diskusi sekaligus sebagai bekal kelompok, fasilitator dapat melakukan diskusi kecil dua arah tentang jenis dan karakter-karakter ancaman yang dapat diidentifikasi. Hasil diskusi dituliskan dalam bentuk tabel hasil pengkajian ancaman komunitas (Lihat bahan tayang maupun bahan bacaan). Presentasi kelompok (30 ) Dengan menggunakan peta komunitas yang telah dirajahkan karakter ancaman di dalamnya, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Masing-masing komunitas memberikan penjelasan kepada khalayak tentang karakter ancaman di komunitasnya. Diskusi kecil mengenai klarifikasi oleh 26

29 Penyimpulan(10 ) Fasilitator memfasilitasi proses penyimpulan, antara lain mengenai: Hubungan antara ragam ancaman (tunggal dan jamak) dalam konteks ruang dan waktu dengan potensi risiko bencana. 27

30 SESI 6: MENGKAJI KEMAMPUAN 1. TUJUAN: Di akhir sesi peserta dapat: menjelaskan jenis & karakter kemampuan komunitas yang dapat dimobilisasi dalam mengelola ancaman dan kerentanan. 2. WAKTU: 120 menit 3. DASAR PEMIKIRAN: Mengkaji kemampuan dimaknai sebagai cara untuk memahami kemampuan di komunitas dalam mengelola dan memobilasi sumberdaya yang dimiliki guna mengelola ancaman ada di sekitarnya maupun kerentanan yang ada padanya. Ragam dan sifat / karakter kemampuan yang terdapat di masyarakat sangat berbeda-beda, sesuai dengan aset penghidupan yang dimiliki. Selain memetakan kemampuan (biasanya dalam bentuk jumlah) aset penghidupan, maka yang lebih penting lagi adalah memetakan kemampuan aset mada yang dapat dan doleh dimobilisasi untuk kepentingan bersama, baik sebelum, saat maupun setelah bencana. Memahami karakter kemampuan masayarakat dalam mengelola aset ini merupakan modal awal untuk melakukan peredaman risiko bencana dengan baik, dan akan mendorong terwujudnya usaha-usaha peredaman risiko bencana yang efektif. 28

31 3. METODE: Curah pendapat Diskusi kelompok Diskusi pleno Galeri 4. ALAT & BAHAN : Kertas plano Metaplan Spidol ragam warna Perekat Gunting Lem kertas Komputer 5. PENGATURAN Peserta duduk setengah lingkaran. 6. URAIAN SECARA RINCI Pengantar (15 ) Fasilitator memberikan pengantar tentang tujuan dan latar belakang sesi ini dilakukan. Terutama tentang pentingnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumberdaya internalnya. Pembagian Kelompok (5 ) Fasilitator memfasilitasi pembentukan kelompok kecil. Perempuan dan laki-laki dikelompokkan berbeda. Masingmasing kelompok beranggotakan 3-7 orang. Diusahakan 29

32 tempat terjadi perimbangan tempat tinggal, pekerjaan, usia, dan pendidikan. Diskusi kelompok: Mengidentifikasi kemampuan (60 ) Fasilitator dapat menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kunci yang berhubungan dengan kemampuan komunitas dalam memobilisasi sumberdaya guna mengelola ancaman dan kerentanan yang ada padanya, baik pada sebelum, saat dan sesudah bencana: kemampuan (baca: aset penghidupan / sumberdaya) apa saja yang dimiliki, dikelola, diakses dan dikontrol oleh komunitas? kemampuan apa saja yang dapat dimobilisasi untuk mengelola ancaman guna mencegah bencana, memitigasi bencana, meningkatkan kesiapsiagaan dan peringatan dini? kemampuan apa saja yang dapat dimobilisasi untuk menangani kondisi tidak aman kerentanan, guna mencegah bencana, memitigasi bencana, meningkatkan kesiapsiagaan dan peringatan dini, menangani kondisi darurat, melakukan rehabilitasi dan rekontruksi? kemampuan apa saja yang dapat dimobilisasi untuk menangani pemicu / faktor penekan kerentanan, guna mencegah bencana, memitigasi bencana, meningkatkan kesiapsiagaan dan peringatan dini, menangani kondisi darurat, melakukan rehabilitasi dan rekontruksi? kemampuan apa saja yang dapat dimobilisasi untuk menangani akar masalah kerentanan, guna mencegah bencana, memitigasi bencana, meningkatkan kesiapsiagaan dan peringatan dini, menangani kondisi darurat, melakukan rehabilitasi dan rekontruksi? 30

33 Bagaimana pengorganisasian aset tersebut sehingga bila diperlukan, komunitas dapat dengan mudah mengakses dan mengkontrol? 31

34 Presentasi kelompok (30 ) Dengan menggunakan data masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Diskusi kecil mengenai klarifikasi oleh fasilitator. Penyimpulan(10 ) Fasilitator memfasilitasi proses penyimpulan, antara lain mengenai hubungan antara risiko bencana dengan ragam kemampuan komunitas (tunggal dan jamak) yang tidak dapat dan yang dapat dimobilisasi. 32

35 SESI 7: MENGKAJI KERENTANAN /KELEMAHAN 1. TUJUAN: Di akhir sesi peserta dapat: menjelaskan jenis & karakter kerentanan / kelemahan komunitas. Menjelaskan aset penghidupan dengan kerentanan komunitas. Menjelaskan kondisi tidak apan, pemicu dan akar masalah kerentanan komunitas. 2. WAKTU: 120 menit. 3. DASAR PEMIKIRAN: Pengkajian kerentanan adalah bagian penting dalam pengurangan risiko. Sering sekali kerentanan tidak digunakan sebagai pertimbangan dalam menyusun rencana pengurangan risiko bencana. Disi lain, sering kerentanan menjadi hal yang justru tidak dikaji dan dibiarkan karena merupakan aib bagi sebuah komunitas. Memahami karakter lerentanan di tingkat komunitas merupakan modal awal untuk melakukan peredaman risiko bencana dengan baik, dan akan mendorong terwujudnya usaha-usaha peredaman risiko bencana yang efektif. 3. METODE: Curah pendapat Diskusi kelompok 33

36 Diskusi pleno Galeri 4. ALAT & BAHAN : Kertas plano Metaplan Spidol ragam warna Perekat Gunting Lem kertas Komputer 5. PENGATURAN: Peserta duduk setengah lingkaran. 6. URAIAN SECARA RINCI: Pengantar (15 ) Fasilitator memberikan pengantar tentang tujuan dan latar belakang sesi ini dilakukan. Fasilitator menjelaskan tentang hubungan aset penghidupan masyarakat dengan kerentanan. Pembagian Kelompok (5 ) Fasilitator memfasilitasi pembentukan kelompok kecil. Kelompok perempuan dan laki-laki dikelompokkan berbeda. Masing-masing kelompok beranggotakan 3-7 orang. Diusahakan tempat terjadi perimbangan tempat tinggal, pekerjaan, usia, dan pendidikan. 34

37 Diskusi kelompok: Mengidentifikasi rantai kerentanan (30 ) Fasilitator dapat menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kunci yang berhubungan dengan kerentanan yang dimiliki komunitas sehingga ketika terjadi ancaman makan akan menghadirkan kehilangan dan kerusakan-kerusakan pada aset yang dimiliki, diakses / dimanfaatkan maupun dikontrol oleh komunitas: Apa saja kerentanan dan kondisi tidak aman komunitas yang menjadikannya berisiko? Apa saja pemicu / faktor penekan sehingga kerentanan dan ketidakamanan tersebut hadir? Apa saja akar masalah hadirnya kerentanan tersebut? Di mana posisi rangkaian kerentanan tersebut pada peta komunitas? Untuk memperlancar diskusi sekaligus sebagai bekal kelompok, fasilitator dapat melakukan presentasi kecil tentang karakterkarakter kerentanan yang dapat diidentifikasi (Lihat bahan tayang dan bahan bacaan). Hasil diskusi dituliskan dalam dalam bentuk tabel hasil pengkajian kerentanan komunitas. 35

38 Presentasi kelompok (30 ) Dengan menggunakan peta kerentanan komunitas, berupa perpaduan peta komunitas yang telah dilengkapi dengan kerentanan komunitas, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Masing-masing komunitas memberikan penjelasan tentang risiko bencana di komunitasnya berdasarkan kerentanan yang ada. Diskusi kecil mengenai klarifikasi oleh fasilitator / narasumber. Penyimpulan(10 ) Fasilitator memfasilitasi proses penyimpulan, antara lain mengenai: Hubungan ragam ancaman dan rantai kerentanan Hubungan rantai kerentanan dengan aset penghidupan Hubungan rantai kerentanan risiko bencana. 36

39 SESI 8: ANALISIS PELAKU PB 1. TUJUAN: Di akhir sesi peserta dapat: Menjelaskan para pihak yang mempunyai mandat tentang penanggulangan bencana, khususnya pengurangan risiko bencana di tingkat lokal dan daerah yang dapat dimobilisasi dalam mengelola ancaman dan kerentanan. Menyusun strategi pelibatan para pelaku pemilik mandat penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana di komunitas masing-masing. 2. WAKTU: 120 menit 3. DASAR PEMIKIRAN: Salah satu bentuk kemampuan komunitas adalah keampuan untuk mengajak para pelaku lain yang mempunyai mandat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana untuk ikut memobilisasi sumberdaya yang dimiliki guna menyelesaikan permasalahan di komunitasnya, baik dalam mengelola ancaman ada di sekitarnya maupun kerentanan yang ada padanya. Ragam dan sifat / karakter kemampuan yang dapat dimobilisasi para pelaku sangat berbeda-beda, sesuai dengan mandat dan aset penghidupan yang dimiliki. Memahami karakter kemampuan para pelaku merupakan modal awal untuk melakukan peredaman risiko bencana dengan baik, dan akan mendorong terwujudnya usaha-usaha peredaman risiko bencana yang efektif. 37

40 3. METODE: Curah pendapat Diskusi kelompok Diskusi pleno Galeri 4. ALAT & BAHAN: Kertas plano Metaplan Spidol ragam warna Perekat Gunting Lem kertas Komputer 5. PENGATURAN Peserta duduk setengah lingkaran. 6. URAIAN SECARA RINCI Pengantar (15 ) Fasilitator memberikan pengantar tentang tujuan dan latar belakang sesi ini dilakukan. Terutama tentang pentingnya peta mandat dan kemampuan para pelaku dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Pembagian Kelompok (5 ) Fasilitator memfasilitasi pembentukan kelompok kecil. Masingmasing kelompok beranggotakan 3-7 orang. Diusahakan tempat terjadi perimbangan tempat tinggal, pekerjaan, usia, jenis kelamin, pendidikan. 38

41 Diskusi kelompok: Mengidentifikasi kemampuan (60 ) Fasilitator menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kunci yang berhubungan dengan para pelaku yang mempunyai mandat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana baik di tingkat lokal, daerah, baik pada sebelum, saat dan sesudah bencana: siapa saja para pelaku (orang / lembaga) penanggulangan bencana yang diketahui dan pernah bekerja di komunitas? Apa peran para pelaku (orang / lembaga) penanggulangan bencana di dalam program-program pengurangan risiko bencana di komunitas? Apakah para pelaku penanggulangan bencana tersebut mempunyai arti / nilai penting bagi komunitas? Bagaimana hubungan komunitas dengan para pelaku tersebut? Presentasi kelompok (30 ) Dengan menggunakan data masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Diskusi kecil mengenai klarifikasi oleh fasilitator. 39

42 Penyimpulan(10 ) Fasilitator memfasilitasi proses penyimpulan, antara lain mengenai hubungan antara risiko bencana dengan ragam kemampuan, dan hubungan pelaku dengan komunitas (tunggal dan jamak) yang tidak dapat dan yang dapat dimobilisasi. 40

43 Supported by: United Nations Development Programme Menara Thamrin Building, 8-9th Floor Kav. 3 Jl. M.H. Thamrin, Jakarta 10250, Indonesia Printed on Recycle Paper

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK 00 LATAR BELAKANG Social Mapping, Pemetaan Sosial atau Pemetaan Masyarakat yang dilakukan oleh anak dimaksudkan sebagai upaya anak menyusun atau memproduksi

Lebih terperinci

BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN

BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN Pokok Bahasan Perkenalan dan Kontrak Belajar Langkah-langkah Fasilitasi Perkenalan Langkah-langkah Fasilitasi Kontrak Belajar Penulis Muchtadlirin Penyelia Tulisan Fahsin M.

Lebih terperinci

MODUL PENDIDIKAN PERDAMAIAN & MEDIA PERDAMAIAN

MODUL PENDIDIKAN PERDAMAIAN & MEDIA PERDAMAIAN MODUL PENDIDIKAN PERDAMAIAN & MEDIA PERDAMAIAN 1 MODUL PENDIDIKAN PERDAMAIAN DAN MEDIA PERDAMAIAN MODUL 1 Perkenalan Antar Anak SASARAN: Anak-anak dapat mengenal teman-temannya satu dengan yang lain Anak-anak

Lebih terperinci

PB 1. Visi Undang-undang Desa

PB 1. Visi Undang-undang Desa PB 1 Visi Undang-undang Desa SPB 1.1. Visi Perubahan Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan visi UU Desa tentang perubahan desa yang maju, kuat, mandiri, berkeadilan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan BUKU 4d SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

PB 10. Peran dan Komitmen Tenaga Ahli Pendampingan Implementasi UU Desa

PB 10. Peran dan Komitmen Tenaga Ahli Pendampingan Implementasi UU Desa PB 10 Peran dan Komitmen Tenaga Ahli Pendampingan Implementasi UU Desa 1 SPB 10.1. Kecakapan Komunikasi Sosial Tenaga Ahli Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu: 1. Memahami kecakapan

Lebih terperinci

MATERI 1 PEMBAHASAN JADWAL. Manjilala

MATERI 1 PEMBAHASAN JADWAL. Manjilala MATERI 1 PERKENALAN DAN PEMBAHASAN JADWAL Manjilala www.gizimu.wordpress.com TUJUAN BELAJAR Peserta, pelatih, dan panitia dapat menciptakan suasana keakraban selama pelatihan Peserta dapat menyebutkan

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian Lapangan dilaksanakan di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB, yang dimulai sejak Praktek Lapangan I (dilaksanakan

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT Modul Pelatihan MODUL MP-1 BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC) I. DESKRIPSI SINGKAT Dalam suatu pelatihan terutama pelatihan dalam kelas, bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal sebelumnya,

Lebih terperinci

PB 9. Pemberdayaan Masyarakat Desa

PB 9. Pemberdayaan Masyarakat Desa PB 9 Pemberdayaan Masyarakat Desa SPB 9.1. Analisis Sosial Ketidakberayaan Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Melakukan analisis sosial untuk mengidentifikasi faktor-faktor

Lebih terperinci

Pelatihan. Fasilitator Masyarakat. untuk. Tahun Oleh: Rianingsih Djohani. Ria Djohani. 1

Pelatihan. Fasilitator Masyarakat. untuk. Tahun Oleh: Rianingsih Djohani. Ria Djohani. 1 an untuk Fasilitator Masyarakat Oleh: Rianingsih Djohani Tahun 2011 Ria Djohani. 1 PELATIHAN untuk FASILITATOR MASYARAKAT Tujuan umum: mengembangkan fasilitator proses pemberdayaan warga untuk pengelolaan

Lebih terperinci

PB 7. BUMDes dan Pengembangan Ekonomi Desa

PB 7. BUMDes dan Pengembangan Ekonomi Desa PB 7 BUMDes dan Pengembangan Ekonomi Desa SPB 7.1. Potensi dan Aset Ekonomi Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan keterkaitan partisipasi warga pada perencanaan

Lebih terperinci

PB 4. Kewenangan dan Produk Hukum Desa

PB 4. Kewenangan dan Produk Hukum Desa PB 4 Kewenangan dan Produk Hukum Desa SPB 4.1. Hak Asal-usul dan Kewenangan Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan latar belakang dan pengertian kewenangan berdasarkan

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4a SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Pemetaan Wilayah, Sebaran Warga Miskin, Sarana dan Prasarana Lingkungan Perumahan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN

PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKem) Waktu: 2 jam A. PENGANTAR Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan.

Lebih terperinci

Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan (RK)

Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan (RK) BUKU 3 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan (RK) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Diskusi

Lebih terperinci

LOKAKARYA KESLING DESA

LOKAKARYA KESLING DESA MODUL: LOKAKARYA KESLING DESA I. DESKRIPSI SINGKAT U ntuk mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat harus memperhatikan lokasi, kualitas tanah dan air tanah, kualitas udara ambien, kebisingan, getaran

Lebih terperinci

Tahapan Pemetaan Swadaya

Tahapan Pemetaan Swadaya Langkah Satu : Persiapan Agar proses Pemetaan Swadaya memperoleh hasil yang optimal, dan memperkecil resiko kegagalan, serta mempermudah pelaksanaan di lapangan, maka perlu persiapan yang baik. Di bawah

Lebih terperinci

ACCESS. Profil Masyarakat Petunjuk. 5 Sesi :

ACCESS. Profil Masyarakat Petunjuk. 5 Sesi : ACCESS Profil Masyarakat Petunjuk 5 Sesi : 1. Analisa Organisasi Pengelola 2. Analisa Pengambilan Keputusan: Matrik Pengambilan Keputusan 3. Analisa Partisipasi : Matrik Partisipasi 4. Analisa Hubungan

Lebih terperinci

Modul 9 Transformasi Peran Fasilitator

Modul 9 Transformasi Peran Fasilitator Modul 9 Transformasi Peran Fasilitator Peserta menyadari perlunya perubahan peran fasilitator Peserta memahami transformasi peran dari fasilitator umum ke fasilitator wirausaha ke konsultan pembangunan

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis

Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis BUKU 6 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi PJM

Lebih terperinci

MODUL UNTUK PELATIH DAN FASILITATOR PERENCANAAN USAHA. Coaching 1: Perencanaan usaha, pembuatan visi dan misi (waktu 270 menit)

MODUL UNTUK PELATIH DAN FASILITATOR PERENCANAAN USAHA. Coaching 1: Perencanaan usaha, pembuatan visi dan misi (waktu 270 menit) MODUL UNTUK PELATIH DAN FASILITATOR PERENCANAAN USAHA Coaching 1: Perencanaan usaha, pembuatan visi dan misi (waktu 270 menit) Center of Excellence in Small Medium Enterprise Development Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4b SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Ranking Kemiskinan dan Transek Lingkungan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

ANALISA KOMUNITAS. Kelompok sasaran: Alat dan bahan: Rencana fasilitasi. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit.

ANALISA KOMUNITAS. Kelompok sasaran: Alat dan bahan: Rencana fasilitasi. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit Pengantar: ANALISA KOMUNITAS Aktivitas belajar ini tepat diberikan kepada kelompok yang mau menyusun rencana kegiatan atau yang mau memfasilitasi perencanaan

Lebih terperinci

PERUMUSAN ISU STRATEGIS. 120 menit

PERUMUSAN ISU STRATEGIS. 120 menit 05 PERUMUSAN ISU STRATEGIS TUJUAN Menunjukkan bahwa isu tidak tersedia dalam bentuk jadi sehingga harus dipilih dan diolah. Menunjukkan bagaimana mengembangkan isu strategis dengan mendayagunakan daftar

Lebih terperinci

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut:

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut: PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PENGELOLAAN PELATIHAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PNPM Mandiri Perkotaan telah menetapkan tujuan Membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan/desa peserta

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 2 F12 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Memahami Pemetaan Swadaya 1 Kegiatan 1: Diskusi

Lebih terperinci

UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP

UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP Pendahuluan Pembelajaran di dalam kelas, pada dasarnya dimaksudkan

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi BUKU 4c SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

PB 6. Demokratisasi Tata Kelola Desa dan Ruang Publik

PB 6. Demokratisasi Tata Kelola Desa dan Ruang Publik PB 6 Demokratisasi Tata Kelola Desa dan Ruang Publik SPB 6.1. Demokratisasi dan Tata Kelola Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan tentang hakekat tata kelola kelembagaan

Lebih terperinci

UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS

UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS Pendahuluan Dalam banyak kesempatan, ide-ide perubahan pembelajaran telah dikenalkan. Akan tetapi, ide tersebut seakan-akan hanya

Lebih terperinci

MODUL GENDER UNTUK ANAK

MODUL GENDER UNTUK ANAK MODUL GENDER UNTUK ANAK PENGANTAR Kesadaran dan pola pikir manusia di bentuk pada usia dini melalui pola asuh, pola didik dan pola tingkah laku. Pola diskriminasi terhadap perempuan adalah merupakan salah

Lebih terperinci

MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF

MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF Pengertian dan Manfaat Media belajar adalah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang jenis dan bentuknya bermacam macam. Dalam menyiapkan dan merancang media

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS NOMOR : 26a/Kpts/KPU-Kab-019.435667/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA DAN PENETAPAN

Lebih terperinci

Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif

Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif Disampaikan pada: Lokakarya Membangun Pemahaman dan Komitmen Bersama Tanggung-gugat gugat Tata Pemerintahan Desa yang Baik/ Good Village

Lebih terperinci

PB 2. Undang-undang Desa dan Promosi Inklusi Sosial

PB 2. Undang-undang Desa dan Promosi Inklusi Sosial PB 2 Undang-undang Desa dan Promosi Inklusi Sosial SPB 2.1. Inklusi Sosial Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan konsep dasar, prinsip dan indikator inklusi sosial 2.

Lebih terperinci

Modul 4 Gagasan KSM Ideal

Modul 4 Gagasan KSM Ideal Modul 4 Gagasan KSM Ideal Peserta mampu merumuskan pengertian dan kriteria suatu KSM yang siap mengembangkan penghidupan Kegiatan 1 : Curah pendapat KSM yang ideal Kegiatan 2 : Diskusi definisi dan kriteria

Lebih terperinci

GAME KONSERVASI MULOK TINGKAT SEKOLAH DASAR. 1. Mengenal Fungsi tiap zona Taman Nasional Kepulauan Seribu Bahan:

GAME KONSERVASI MULOK TINGKAT SEKOLAH DASAR. 1. Mengenal Fungsi tiap zona Taman Nasional Kepulauan Seribu Bahan: GAME KONSERVASI MULOK TINGKAT SEKOLAH DASAR 1. Mengenal Fungsi tiap zona Taman Nasional Kepulauan Seribu Bahan: Sticky wall Kartu/Meta plan a. Membuat kartu yang berisikan nama tiap zona, satu kartu satu

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN MUSRENBANG KECAMATAN, DISKUSI FORUM SKPD DAN MUSRENBANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN MUSRENBANG KECAMATAN, DISKUSI FORUM SKPD DAN MUSRENBANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2017 PETUNJUK PELAKSANAAN MUSRENBANG KECAMATAN, DISKUSI FORUM SKPD DAN MUSRENBANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2017 I. DASAR PELAKSANAAN 1. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-undang

Lebih terperinci

Perumusan Isu Strategis

Perumusan Isu Strategis MODUL 5 Perumusan Isu Strategis TUJUAN Menunjukkan bahwa isu tidak tersedia dalam bentuk jadi sehingga harus dipilih dan diolah. Menunjukkan bagaimana mengembangkan isu strategis dengan mendayagunakan

Lebih terperinci

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik.

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik. UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? (Unit 7 ini khusus untuk Pelatihan Fasilitator) UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? Pendahuluan Guru seringkali mengalami kesulitan

Lebih terperinci

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan LOKAKARYA APRIL 2011 AMBON, MALUKU. Desain Proses: Endro Catur

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan LOKAKARYA APRIL 2011 AMBON, MALUKU. Desain Proses: Endro Catur LOKAKARYA Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan 1113 APRIL 2011 AMBON, MALUKU PANDUAN LOKAKARYA Desain Proses: Endro Catur Fasilitator: Janti Gunawan Endro Catur Lucky Ferdinand Lumingkewas A. Pendahuluan

Lebih terperinci

Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar

Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar. Peserta memahami tujuan, Apa yang akan diperoleh dan bagaimana pelatihan akan dilakukan 2. Membangun kesepatakan untuk melakukan pembelajaran bersama Kegiatan

Lebih terperinci

PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF

PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF 18 PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF TUJUAN Mengalami hearing dalam situasi yang sebenarnya. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk mendukung penyusunan PERDA. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk perbaikan

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM TEMU PENGUATAN ANAK & KELUARGA (TEPAK) TAHUN 2015 YAYASAN SWARA PEDULI INDONESIA JAKARTA (YSPIJ)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM TEMU PENGUATAN ANAK & KELUARGA (TEPAK) TAHUN 2015 YAYASAN SWARA PEDULI INDONESIA JAKARTA (YSPIJ) LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM TEMU PENGUATAN ANAK & KELUARGA () TAHUN 2015 DAFTAR ISI 01 DAFTAR ISI 02 PENDAHULUAN 03 KEGIATAN 04 WAKTU PELAKSANAAN 06 PENGORGANISASIAN KEGIATAN 07 CAPAIAN 08 PENUTUP

Lebih terperinci

Modul 3 Persoalan Kritis Dalam Membangun KSM Untuk Penghidupan

Modul 3 Persoalan Kritis Dalam Membangun KSM Untuk Penghidupan Modul 3 Persoalan Kritis Dalam Membangun KSM Untuk Penghidupan Peserta memahami dan menyadari berbagai tantangan dalam membangun KSM untuk mengembangkan penghidupan Kegiatan 1 : Curah pendapat mengenai

Lebih terperinci

MODUL. Peningkatan Layanan Pendidikan Melalui Pelibatan Masyarakat

MODUL. Peningkatan Layanan Pendidikan Melalui Pelibatan Masyarakat MODUL Peningkatan Layanan Pendidikan Melalui Pelibatan Masyarakat Rapat Kerja Teknis TKPK Tahun 2015 Peningkatan Layanan Pendidikan Melalui Pelibatan Masyarakat Rapat Kerja Teknis Tim Koordinasi Penanggulangan

Lebih terperinci

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita 306.874 3 Ind p Departemen Kesehatan Republik Indonesia PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita Untuk Petugas Kesehatan BUKU PEGANGAN PELATIH DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN

Lebih terperinci

ANALISA KOMPETENSI KESIAPSIAGAAN BENCANA PMR MADYA

ANALISA KOMPETENSI KESIAPSIAGAAN BENCANA PMR MADYA ANALISA KOMPETENSI KESIAPSIAGAAN BENCANA PMR MADYA Kompetensi Umum Kompetensi Khusus Kompetensi Pendukung Memiliki pengetahuan tentang Gerakan. Memiliki pengetahuan tentang Prinsip-prinsip Dasar Gerakan.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KELAS ORANG TUA. MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan

PELAKSANAAN KELAS ORANG TUA. MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran tahun 2016 : 60 kabupaten/kota) PELAKSANAAN KELAS ORANG TUA Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMICUAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMICUAN PETUNJUK e PRAKTIS PEMICUAN PENGANTAR PERTEMUAN Perkenalkan Tim Pemicu Sampaikan tujuan kedatangan Tim: Untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Tim akan

Lebih terperinci

BAB III REALISASI KEGIATAN MAHASISWA KKN

BAB III REALISASI KEGIATAN MAHASISWA KKN BAB III REALISASI KEGIATAN MAHASISWA KKN Mahasiswa KKN tiba di lokasi KKN Gampong Tiba Mesjid pada tanggal 11 Januari 2016 pukul 16.40 WIB. Mahasiswa berangkat dengan menggunakan mobil L300 dan kendaraan

Lebih terperinci

DINAMIKA KELOMPOK. DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV BADAN DIKLAT DIY LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DINAMIKA KELOMPOK. DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV BADAN DIKLAT DIY  LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA DINAMIKA KELOMPOK DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV BADAN DIKLAT DIY http://diklat.jogjaprov.go.id LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA DINAMIKA KELOMPOK Setelah mengikuti Dinamika Kelompok, peserta

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SD/MI : Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Tema : Keluargaku dan Sekolahku Kelas/Semester : 2 (dua)/1 (satu) Standar Kompetensi : Membiasakan hidup bergotong

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI Kelas II

Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI Kelas II semester 2 pelajaran 3 musyawarah tujuan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan dapat melakukan musyawarah dalam mengambil keputusan manfaat pembelajaran manfaat

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI Oktober 2016 Panduan penggunaan video pembelajaran untuk pendampingan fasilitator SD/MI ini dikembangkan dengan dukungan penuh

Lebih terperinci

ANALISA KOMPETENSI KESIAPSIAGAAN BENCANA PMR WIRA

ANALISA KOMPETENSI KESIAPSIAGAAN BENCANA PMR WIRA ANALISA KOMPETENSI KESIAPSIAGAAN BENCANA PMR WIRA Kompetensi Umum Kompetensi Khusus Kompetensi Pendukung Memiliki pengetahuan tentang Gerakan. Memiliki pengetahuan tentang Prinsip-prinsip Dasar Gerakan.

Lebih terperinci

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis PROGRAM PEMBELAJARAN BAGI ANAK AUTISTIK Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis MEMILIH PROGRAM PEMBELAJARAN Program Penilaian Kemampuan Memilih Program untuk memulai pembelajaran Saatnya

Lebih terperinci

Identifikasi Proyek. Menanggapi KebutuhanResponding to a need

Identifikasi Proyek. Menanggapi KebutuhanResponding to a need Bagian 1 Identifikasi Proyek TELAAH ALKITAB Penilaian Kebutuhan Menanggapi KebutuhanResponding to a need Baca Nehemia 1 Nehemia adalah seorang Yahudi dalam pembuangan di negeri asing. Sebagaian orang Yahudi

Lebih terperinci

MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI. : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan

MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI. : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan LAMPIRAN 1. Informed Consent 152 153 154 LAMPIRAN 2. Modul Psikoedukasi 155 MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI Sesi 1 Tema Tujuan : ice breaking : Menjalin rapport

Lebih terperinci

Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar

Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar. Peserta memahami tujuan, Apa yang akan diperoleh dan bagaimana pelatihan akan dilakukan 2. Membangun kesepatakan untuk melakukan pembelajaran bersama Kegiatan

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) BUKU 2 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR: 79/Kpts/KPU-Kab /2015

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR: 79/Kpts/KPU-Kab /2015 SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 79/Kpts/KPU-Kab-0.39047/05 TENTANG PEDOMAN TEKNIS REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA DAN PENETAPAN

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM BUKU 5a SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-P2KP Panduan Fasilitasi Pengembangan

Lebih terperinci

LAPORAN CAPACITY BUILDING KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS SEKOLAH 7 11 SEPTEMBER 2009

LAPORAN CAPACITY BUILDING KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS SEKOLAH 7 11 SEPTEMBER 2009 LAPORAN CAPACITY BUILDING KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS SEKOLAH 7 11 SEPTEMBER 2009 A. PENDAHULUAN Secara geologis Indonesia merupakan negara yang cukup rawan bencana. Beragam bencana baik alam maupun

Lebih terperinci

Hybrid: Perbaikan dari Masyarakat

Hybrid: Perbaikan dari Masyarakat Hybrid: Perbaikan dari Masyarakat Manual untuk Fasilitator Metode untuk melengkapi daftar keluarga calon peserta PKH dari Pusat (BPS) dengan mengundang warga SLS yang bersangkutan ke sebuah pertemuan masyarakat.

Lebih terperinci

SETIAP ORANG PUNYA HAK

SETIAP ORANG PUNYA HAK Modul 1: Membangun kepedulian Waktu: 60 menit Pengantar: SETIAP ORANG PUNYA HAK Aktivitas belajar ini dapat berdiri sendiri tanpa menjadi rangkaian belajar lainnya. Dapat dipergunakan dalam membangun kesadaran

Lebih terperinci

MATERI 7 PEMBAHASAN MASALAH

MATERI 7 PEMBAHASAN MASALAH MATERI 7 PEMBAHASAN MASALAH POSYANDU Manjilala www.gizimu.wordpress.com TUJUAN BELAJAR Peserta dapat menjelaskan pengertian / masalah kebutuhan Peserta dapat menyebutkan masalah-masalah yang sering ditemukan

Lebih terperinci

PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM

PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM HELMI SURYA 24006305 PARTISIPASI Proses di mana berbagai stakeholder mempengaruhi dan berbagi kontrol atas berbagai inisiatif pembangunan Proses dengan pendekatan

Lebih terperinci

PERILAKU SOSIALMASYARAKATPETANI (PSMP)

PERILAKU SOSIALMASYARAKATPETANI (PSMP) FLIPCHARTMODUL PERILAKU SOSIALMASYARAKATPETANI (PSMP) www.swisscontact.org/indonesia LEMBAR BALIK MODUL PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT PETANI (PSMP) Alat Bantu Pelatihan bagi Fasilitator dan Co-Fasilitator

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR: 79/Kpts/KPU-Kab /2015

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR: 79/Kpts/KPU-Kab /2015 SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 79/Kpts/KPU-Kab-0.39047/05 TENTANG PEDOMAN TEKNIS REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA DAN PENETAPAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN/ PENDAMPINGAN

PEMBELAJARAN/ PENDAMPINGAN 1 125 1 126 Metode-metode pembelajaran seperti yang ditampilkan dalam tabel di bawah ini, biasa digunakan dalam pelatihan atau kegiatan pendampingan kelompok belajar mandiri desa (KBMD) seperti yang dipaparkan

Lebih terperinci

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 121/Dik-1/2010 T e n t a n g

Lebih terperinci

DINAMIKA KELOMPOK. DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III BADAN DIKLAT DIY LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DINAMIKA KELOMPOK. DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III BADAN DIKLAT DIY  LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA DINAMIKA KELOMPOK DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III BADAN DIKLAT DIY http://diklat.jogjaprov.go.id LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA DINAMIKA KELOMPOK Setelah mengikuti Dinamika Kelompok, peserta

Lebih terperinci

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3 UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGJAR UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGAJAR Pendahuluan Persiapan dan praktik mengajar adalah salah satu unit yang penting dalam setiap tahapan pelatihan. Unit ini memberikan

Lebih terperinci

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita 306.874 3 Ind p Departemen Kesehatan Republik Indonesia PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita Untuk Petugas Kesehatan BUKU PANDUAN PESERTA DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Uji Validitas Instrumen

Lampiran 1. Surat Ijin Uji Validitas Instrumen LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Ijin Uji Validitas Instrumen Lampiran 2 Surat Ijin Observasi dan Penelitian Lampiran 3 Surat Keterangan Uji Validitas Instrumen Soal Lampiran 4 Surat Keterangan Observasi dan

Lebih terperinci

KEGIATAN YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN ANAK-ANAK

KEGIATAN YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN ANAK-ANAK Modul 1: Membangun kepedulian Waktu: 120 menit Pengantar: KEGIATAN YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN ANAK-ANAK Unit aktivitas belajar ini sangat tepat untuk orang tua atau keluarga yang dinilai kurang sadar akan

Lebih terperinci

Hybrid: Tambahan dari Masyarakat Manual untuk Fasilitator

Hybrid: Tambahan dari Masyarakat Manual untuk Fasilitator Hybrid: Tambahan dari Masyarakat Manual untuk Fasilitator Metode untuk melengkapi daftar rumah tangga calon peserta PKH dari BPS dengan cara mengundang masyarakat di RT bersangkutan ke sebuah pertemuan.

Lebih terperinci

Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS)

Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitator

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 102 /Dik-2/2012

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PPK DAN PPS

BUKU PANDUAN PPK DAN PPS BUKU PANDUAN PPK DAN PPS PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 8 JULI 2009 KOMISI PEMILIHAN UMUM Buku Panduan PPK dan PPS Diterbitkan oleh: Komisi Pemilihan Umum bekerja sama dengan Australian Electoral

Lebih terperinci

Pendaftaran di Dusun/RW oleh Siapapun

Pendaftaran di Dusun/RW oleh Siapapun Pendaftaran di Dusun/RW oleh Siapapun Manual untuk Fasilitator dan Pewawancara Daftar Isi I. Persiapan dan Sosialisasi... 2 1. Koordinasi (liaising) dengan Kepala Desa/Lurah... 2 2. Pelaksanaan Pertemuan

Lebih terperinci

TATA TERTIB CABANG TENNIS PEKAN OLAHRAGA MASYARAKAT (PORMAS) KANSAI 2014 KYOTO, 9 AGUSTUS 2014

TATA TERTIB CABANG TENNIS PEKAN OLAHRAGA MASYARAKAT (PORMAS) KANSAI 2014 KYOTO, 9 AGUSTUS 2014 TATA TERTIB CABANG TENNIS PEKAN OLAHRAGA MASYARAKAT (PORMAS) KANSAI 2014 KYOTO, 9 AGUSTUS 2014 I. KETENTUAN UMUM A. Pendahuluan 1. Ketentuan cabang Tenis merujuk kepada peraturan resmi (official law of

Lebih terperinci

Modul Pelatihan Fasilitator Dialog Warga untuk Penguatan Hak Perempuan dan Kesetaraan Gender

Modul Pelatihan Fasilitator Dialog Warga untuk Penguatan Hak Perempuan dan Kesetaraan Gender Modul Pelatihan Fasilitator Dialog Warga untuk Penguatan Hak Perempuan dan Kesetaraan Gender KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA Modul Pelatihan Fasilitator Dialog

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Identifikasi Masalah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sebelum melakukan

Lebih terperinci

PERATURAN KHUSUS CABANG BULUTANGKIS IMSSO LIGA MEDIKA 2017

PERATURAN KHUSUS CABANG BULUTANGKIS IMSSO LIGA MEDIKA 2017 PERATURAN KHUSUS CABANG BULUTANGKIS IMSSO LIGA MEDIKA 2017 BAB I PESERTA PERTANDINGAN 1. Peserta bulutangkis Liga Medika 2017 adalah sebuah tim yang terdiri atas mahasiswa/i strata 1 Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP?

UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? (Unit 8 ini khusus untuk Pelatihan Fasilitator) UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? Pendahuluan Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Lebih terperinci

LIGA MEDIKA 2018 PERATURAN KHUSUS

LIGA MEDIKA 2018 PERATURAN KHUSUS LIGA MEDIKA 2018 PERATURAN KHUSUS BADMINTON LIGA MEDIKA 2018 PERATURAN KHUSUS CABANG BADMINTON LIGA MEDIKA 2018 BAB I PESERTA PERTANDINGAN 1. Peserta Bulutangkis IMSSO Liga Medika 2018 adalah sebuah kontingen

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN

PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN PELATIHAN TEKNIK BUDI DAYA TERNAK BABI DI DESA ENONETEN, KECAMATAN AMANUBAN SELATAN TIMOR TENGAH SELATAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pelatihan Budi Daya Ternak Babi di desa Enoneten, Kecamatan Amanuban

Lebih terperinci

UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) Pendahuluan Peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan oleh semua pihak secara berkesinambungan. Peran kepala sekolah,

Lebih terperinci

Penanggulangan Bencana di Indonesia. Pertemuan ke-6

Penanggulangan Bencana di Indonesia. Pertemuan ke-6 Penanggulangan Bencana di Indonesia Pertemuan ke-6 Bahan telur gelas plastik sekali pakai plastik tali plastik @ 1 meter lakban kertas @ 1 meter kertas HVS Petunjuk Permainan Bagi peserta kedalam beberapa

Lebih terperinci