HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
|
|
- Yuliani Budiaman
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada musim hujan dengan rata-rata curah hujan sebesar 177 mm/bulan (Lampiran 4). Curah hujan tersebut cukup baik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Menurut Dinas Pertanian Majalengka (2011) curah hujan optimal untuk tanaman jagung sekitar mm/bulan. Tanah yang berada di lokasi percobaan termasuk ke dalam jenis tanah Latosol dengan warna coklat kemerahan. Tanal Latosol dicirikan antara lain solum tanahnya tebal ( m), warna tanah merah, coklat hingga kekuningan, tekstur tanah liat, struktur remah, dan derajat keasaman tanah berkisar antara ph Umumnya tanah Latosol relatif memiliki kandungan bahan organik rendah (Rukmana, 2004). Secara umum pertumbuhan tanaman jagung di lapang cukup baik. Daya tumbuh benih di lapangan rata-rata sebesar %. Penyulaman dilakukan pada 1 MST agar tercapai populasi tanaman yang optimal. Pertumbuhan tanaman jagung cukup baik meskipun terdapat beberapa organisme pangganggu. Gulma bersaing dengan tanaman dalam memperoleh air, hara, dan cahaya. Menurut Fadhly dan Tabri (2007) antara stadia V3 (jumlah daun terbuka sempurna 3 helai) dan V8 (jumlah daun terbuka sempurna 8 helai), tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan oleh gulma. Gulma dominan yang ditemukan pada lahan penelitian berupa Cyperus rotundus, Cynodon dactylon, dan Mimosa pudica. Pengendalian gulma dilakukan melalui secara manual setiap 2 minggu sekali yaitu pada saat tanaman berumur 2 MST dan 4 MST, yang mana pada 2 MST tanaman jagung memasuki stadia V3 dan 4 MST memasuki stadia V8. Hama yang ditemukan selama penelitian ini antara lain: belalang, penggerek batang (Ostrinia furnacalis), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), ulat pemakan daun (Spodoptera litura), dan kutu daun (Aphis sp.). Penyakit yang ditemukan antara lain karat daun dan bulai. Fase reproduktif tanaman jagung diawali dengan munculnya bunga jantan (tassel) pada umur 65 HST dan bunga betina (silk) pada umur 69 HST. Panen dilakukan sebulan setelah tanaman berbunga yaitu pada umur 98 HST yang
2 18 ditandai dengan terbentuknya black layer serta kelobot, dan rambut jagung yang mengering. Berdasarkan analisis statistik (ANOVA taraf 5 %) dosis pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jagung sedangkan secara umum perlakuan CMA serta interaksi antara pupuk kandang ayam dan CMA tidak menunjukkan pengaruh nyata. Walaupun demikian perlakuan dengan CMA rata-rata memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan tanpa CMA. Rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 5. Derajat Infeksi Akar Hasil analisis infeksi akar yang dilakukan pada masa vegetatif akhir (7 MST) menunjukkan bahwa perlakuan CMA berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi akar. Perlakuan dengan CMA memberikan derajat infeksi yang lebih besar (51.31 %) dibandingkan perlakuan tanpa CMA (16.89 %). Perlakuan dengan CMA memberikan derajat infeksi akar lebih tinggi dibandingkan tanpa CMA. Terdapatnya infeksi akar pada perlakuan tanpa CMA (16.89 %) mengindikasikan bahwa terdapat CMA indigenus di lahan pertanaman jagung. Terdapatnya cendawan indegenus pada lahan penelitian dapat memungkinkan terjadinya persaingan antara cendawan mikoriza indigenus dengan CMA yang diinokulasikan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wachjar et al. (2002) pada bibit kelapa sawit ditemukan bahwa lebih tingginya serapan P-tajuk pada bibit tanaman kontrol dibandingkan dengan bibit-bibit yang diberi perlakuan inokulasi CMA diduga karena bibit tersebut diinfeksi oleh cendawan mikoriza indigenus sehingga ada kemungkinan terjadi persaingan antara cendawan mikoriza indigenus dengan CMA yang diinokulasikan. Dosis pupuk kandang ayam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap derajat infeksi akar tanaman jagung. Meskipun demikian, perlakuan dengan pemberian CMA menunjukkan adanya infeksi akar yang cukup tinggi. Hal ini membuktikan bahwa CMA yang digunakan dapat tumbuh baik pada kondisi percobaan. Zuhry dan Puspita (2008) menyatakan bahwa peningkatan pemberian CMA yang diikuti dengan meningkatnya infeksi akar akan memproduksi jalinan
3 19 hifa secara intensif sehingga akan meningkatkan kapasitas penyerapan unsur hara. Semakin banyak akar yang terinfeksi maka semakin besar pula tingkat penyerapan hara. Dosis pupuk kandang ayam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap derajat infeksi akar. Walaupun demikian, rata-rata derajat infeksi CMA cenderung meningkat pada pemberian pupuk kandang ayam dibandingkan tanpa penggunaan pupuk kandang ayam (dosis 0 ton/ha) (Gambar 2). Gambar 2. Histogram Persentase Infeksi Akar CMA pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Infeksi akar oleh CMA pada akar tanaman jagung tersebut dapat disebabkan oleh kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang ayam. Kandungan unsur hara N, P, dan K yang cukup tinggi pada pupuk kandang ayam memungkinkan semakin banyak pupuk kandang yang diberikan maka jumlah unsur-unsur tersebut semakin banyak. Hal ini diduga dapat mempengaruhi infeksi CMA terhadap akar tanaman jagung. Yusnaini (2009) menyatakan bahwa peningkatan kolonisasi CMA pada akar tanaman akibat pemberian kandang ayam, selain disebabkan oleh peningkatan bahan organik tanah dan ph, juga kemungkinan disebabkan oleh tingginya kandungan fosfor dan kalsium pada kandang ayam. Dengan demikian, kebutuhan tanaman akan unsur hara untuk
4 20 memenuhi proses fotosintesis dapat terpenuhi. Hasil fotosintesis yang berupa gula tereduksi (karbohidrat) digunakan selain bagi tanaman inang juga bagi CMA. Hal ini menyebabkan CMA dapat tumbuh dengan baik mengingat kebutuhan CMA akan karbohidrat sebagai hasil fotosintat dapat terpenuhi dari akar tanaman inang yang banyak menghasilkan gula tereduksi (karbohidrat). Pertumbuhan Vegetatif Parameter pertumbuhan vegetatif yang diamati pada 9 MST meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Pemberian CMA memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman jagung umur 9 MST. Perlakuan dengan CMA menunjukkan tinggi tanaman yang lebih tinggi ( cm) dibandingkan tanpa CMA ( cm). Perlakuan CMA tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun maupun diameter batang. Dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi ( cm) dan berbeda nyata dengan semua perlakuan. Tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan kontrol (0 ton/ha) yaitu cm. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam terhadap parameter pertumbuhan vegetatif tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung umur 9 MST pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Ayam Dosis pupuk kandang ayam (ton/ha) Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai) Diameter batang (cm) d b 2.04 b c b 2.05 b bc ab 2.20 a b a 2.27 a a a 2.28 a Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %. Tinggi tanaman jagung pada 9 MST memberikan respon linear terhadap dosis pupuk kandang ayam dengan persamaan y = x (R 2 = 0.87) yang dicapai hingga dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha. Hal ini berarti setiap penambahan dosis pupuk kandang ayam akan menyebabkan peningkatan
5 terhadap tinggi tanaman jagung. Hubungan antara dosis pupuk kandang ayam dengan tinggi tanaman jagung ditunjukkan pada Gambar Gambar 3. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Ayam dengan Tinggi Tanaman Jagung Dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha menghasilkan jumlah daun paling banyak (13.83 helai), namun tidak berbeda nyata dengan dosis 15 ton/ha. Dosis pupuk kandang ayam sebanyak 0 ton/ha menghasilkan jumlah daun paling sedikit (13.02 helai) namun tidak berbeda nyata dengan dosis 5 ton/ha. Dosis 10 ton/ha menghasilkan jumlah daun yang tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan. Dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha menghasilkan ukuran diameter batang paling besar (2.28 cm) namun tidak berbeda nyata dengan dosis 10 dan 15 ton/ha. Dosis 0 ton/ha menghasilkan diameter batang yang paling kecil (2.04 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis 5 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh terhadap penambahan tinggi, jumlah daun, dan diameter tanaman jagung. Semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam yang diberikan maka semakin baik pula pertumbuhan vegetatif tanaman jagung. Hal tersebut dapat disebabkan kandungan unsur hara N, P, dan K yang cukup tinggi pada pupuk kandang ayam memungkinkan semakin banyak pupuk kandang yang diberikan maka jumlah
6 22 unsur-unsur tersebut semakin banyak pula. Susanti et al. (2007) menyatakan bahwa tersedianya N, P, dan K pada pupuk kandang ayam meningkat sejalan dengan peningkatan dosis pupuk kandang ayam tersebut. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang ayam terutama unsur hara makro yang berupa N, P, dan K berguna bagi pertumbuhan tanaman. Yuwono (2007) menyatakan bahwa unsur N dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, unsur K dapat memperkuat tubuh tanaman sehingga batang lebih kokoh dan kuat, dan unsur P digunakan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan, pertumbuhan akar, dan pembentukan biji. Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan bahwa aplikasi pemberian pupuk kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik. Komponen Hasil Dosis pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol tetapi berpengaruh nyata terhadap lingkar tongkol. Tabel 2 berikut ini merupakan rata-rata ukuran tongkol jagung pada perlakuan dosis pupuk kandang ayam. Tabel 2. Rata-rata Ukuran Tongkol Jagung pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Ayam Dosis pupuk kandang ayam (ton/ha) Panjang tongkol (cm) Lingkar tongkol (cm) a a a b a a a a a a Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %. Lingkar tongkol pada dosis 5 ton/ha merupakan lingkar tongkol yang paling kecil (14.24 cm) dan berbeda nyata dengan semua perlakuan. Dosis pupuk kandang ayam sebanyak 0 ton/ha menghasilkan lingkar tongkol yang paling besar (15.04 cm) namun tidak berbeda nyata dengan dosis 10, 15, dan 20 ton/ha. Dosis pupuk kandang ayam sebanyak 5 ton/ha menghasilkan lingkar tongkol paling kecil, hal ini diduga karena kandungan unsur hara pada dosis tersebut belum mencukupi kebutuhan tanaman terutama dalam penyediaan unsur P. Amin (2008)
7 23 menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan unsur P yang cukup, karena kekurangan unsur P terutama pada saat berbunga (perkembangan generatif) dapat menyebabkan pembentukan tongkol dan biji terganggu. Apabila tanaman menyerap hara dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhannya maka hasil fotosintat yang dihasilkan dan ditranslokasikan ke bagian tongkol semakin besar. Semakin panjang ukuran tongkol dan semakin besar lingkar tongkol maka bobot tongkol dan pipilan yang dihasilkan pun semakin besar. Bobot Brangkasan dan Produksi Dosis pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap bobot brangkasan per tanaman dan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot brangkasan per ubin. Rata-rata bobot brangkasan pada perlakuan dosis pupuk kandang ayam dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Bobot Brangkasan Jagung pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Ayam Dosis pupuk kandang ayam (ton/ha) (g/tanaman) Bobot brangkasan (kg/ubin) b 5.77 c ab 6.48 bc ab 7.29 bc a 8.05 b a 9.84 a Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %. Tabel 3 menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha menghasilkan rata-rata bobot brangkasan per tanaman yang paling tinggi sedangkan dosis 0 ton/ha menghasilkan rata-rata bobot brangkasan yang paling rendah. Bobot brangkasan per ubin pada dosis pupuk kandang ayam sebanyak 5 dan 10 ton/ha tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan. Pada bobot brangkasan per ubin, dosis pupuk kandang ayam 20 ton/ha menghasilkan rata-rata bobot brangkasan yang paling tinggi dan dosis 0 ton/ha menghasilkan rata-rata bobot brangkasan paling rendah, selanjutnya dosis 5, 10, dan 15 ton/ha menunjukkan bobot brangkasan per ubin yang tidak berbeda nyata.
8 Baik pada bobot brangkasan per tanaman maupun per ubin, dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha menghasilkan bobot brangkasan yang paling tinggi dan dosis 0 ton/ha menghasilkan bobot brangkasan paling rendah. Bobot brangkasan berbanding lurus dengan pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang). Semakin baik pertumbuhan vegetatif tanaman jagung maka semakin besar bobot brangkasan yang dihasilkan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa semakin tinggi penggunaan dosis pupuk kandang ayam maka pertumbuhan tanaman jagung semakin meningkat (Gambar 3). Dosis pupuk kandang ayam berpengaruh sangat nyata terhadap bobot tongkol per ubin, namun tidak berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol per tanaman. Rata-rata bobot tongkol jagung pada perlakuan dosis pupuk kandang ayam disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Bobot Tongkol Jagung pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Ayam Dosis pupuk kandang ayam (ton/ha) (g/tanaman) Bobot tongkol (kg/ubin) a 5.38 c a 5.66 bc a 6.00 ab a 6.29 a a 6.49 a Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %. Tabel 4 menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang ayam rata-rata menghasilkan bobot tongkol per ubin paling tinggi pada dosis 20 ton/ha namun tidak berbeda nyata dengan dosis 10 dan 15 ton/ha. Dosis 0 ton/ha menghasilkan rata-rata bobot tongkol per ubin yang paling rendah tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis 5 ton/ha. Semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam yang diberikan maka semakin besar bobot tongkol yang dihasilkan. Hal ini diduga berhubungan erat dengan besarnya fotosintat yang ditranslokasikan ke bagian tongkol. Semakin besar fotosintat yang ditranslokasikan ke tongkol maka semakin meningkat pula berat tongkol. 24
9 25 Tabel 5. Rata-rata Bobot Pipilan Jagung pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Ayam Dosis pupuk kandang ayam (ton/ha) Bobot pipilan (g/tanaman) (kg/ubin) a 4.00 bc a 3.89 c a 4.23 b a 4.47 a a 4.60 a Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %. Tabel 5 menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot pipilan per tanaman sedangkan pada bobot pipilan per ubin menunjukkan pengaruh sangat nyata. Dosis pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha menghasilkan rata-rata bobot pipilan per ubin yang paling tinggi yaitu sebesar 4.60 kg namun tidak berbeda nyata dengan dosis 15 ton/ha (4.47 kg). Dosis 5 ton/ha menghasilkan rata-rata bobot pipilan per ubin paling rendah namun tidak berbeda nyata dengan dosis 0 ton/ha. Gambar 4. Hubungan Dosis Pupuk Kandang Ayam dengan Hasil Pipilan Kering Jagung per Hektar Hubungan antara dosis pupuk kandang ayam dengan hasil pipilan kering jagung per hektar menunjukkan persamaan linear y = x (R 2 = 0.66) yang dicapai hingga dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha. Hal ini berarti hingga dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha, semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam yang diberikan maka produksi pipilan jagung per
10 hektar pun semakin meningkat. Hubungan dosis pupuk kandang ayam terhadap hasil pipilan kering jagung per hektar dapat dilihat pada Gambar Gambar 5. Histogram Rata-rata Bobot Pipilan Jagung per Hektar pada Perlakuan CMA dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Perlakuan CMA cenderung menghasilkan rata-rata bobot pipilan jagung/ha lebih tinggi dibandingkan tanpa penggunaan CMA (Gambar 5). Selanjutnya terlihat bahwa semakin tinggi penggunaan dosis pupuk kandang ayam maka bobot pipilan jagung semakin besar, tetapi pada dosis 5 ton/ha terlihat bahwa rata-rata bobot pipilan jagung yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Bobot pipilan jagung per hektar pada perlakuan CMA dan dosis pupuk kandang ayam merupakan hasil konversi dari bobot pipilan per ubin. Bobot pipilan jagung per ubin pada perlakuan CMA dan dosis pupuk kandang ayam dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 6. Rata-rata Bobot Pipilan Jagung per Hektar pada Perlakuan CMA dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Dosis pupuk kandang ayam Tanpa CMA Dengan CMA (ton/ha) (ton/ha) (ton/ha) Rata-rata Rata-rata
11 27 Tabel 6 menunjukkan bahwa pada dosis 20 ton/ha rata-rata menghasilkan bobot pipilan jagung per hektar yang paling tinggi yaitu sebesar 7.36 ton/ha dan dosis 5 ton/ha menghasilkan bobot pipilan jagung kering per hektar paling rendah (6.24 ton/ha). Penggunaan pupuk kandang ayam dapat meningkatkan rata-rata hasil pipilan jagung kering per hektar sebanyak 8.33 % pada dosis 10 ton/ha, % pada dosis 15 ton/ha, dan % pada dosis 20 ton/ha. Rata-rata produksi pipilan jagung pada kondisi penelitian lebih tinggi dibandingkan rata-rata produksi jagung nasional (4.41 ton/ha), akan tetapi masih dibawah potensi hasil jagung varietas Bisma (7.5 ton/ha). Penggunaan dosis pupuk kandang ayam sebanyak 5 dan 10 ton/ha dengan 50 % dosis pupuk rekomendasi belum mampu mengimbangi hasil pada penggunaan 100 % dosis pupuk rekomendasi (0 ton/ha). Yusnaini (2009) menyatakan bahwa sebagai akibat dari perbaikan kualitas tanah melalui penambahan bahan organik, terutama kandang ayam, produksi tanaman jagung mengalami peningkatan dan tidak berbeda jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik 100%. Pemberian pupuk anorganik seperti urea, SP-36, dan KCl perlu dilengkapi dengan pemberian pupuk organik (Juliardi, 2009) dan hayati. Kedua jenis pupuk tersebut dapat saling melengkapi kekurangan masing-masing. Juliardi (2009) menyatakan bahwa kelemahan pupuk anorganik antara lain dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah seperti tanah menjadi lebih keras dan ph tanah menjadi lebih masam namun kelebihannya mempunyai kandungan hara yang tinggi dan segera tersedia bagi tanaman. Sementara itu kekurangan pupuk organik seperti kandungan hara yang rendah dan tidak segera tersedia bagi tanaman namun kelebihannya yaitu dapat memperbaiki kualitas tanah. Menurut Suprapto dan Aribawa (2002), pupuk organik merupakan pupuk alam dan melepaskan unsur hara secara perlahan-lahan sehingga mempunyai efek residu dalam tanah dan bermanfaat bagi tanaman berikutnya. Pupuk kandang ayam memiliki efek residu dalam tanah sehingga perlu diketahui pula efek residu pada musim tanam berikutnya. Penggunaan CMA meningkatkan bobot pipilan jagung per hektar sebanyak 2.63 % dibandingkan tanpa penggunaan CMA. Apabila dilihat dari hasil infeksi akar menunjukkan bahwa tingkat infeksi akar pada perlakuan dengan CMA jauh
12 28 lebih besar dibandingkan tanpa CMA. Terdapatnya infeksi inokulum cendawan pada akar tanaman dan terdapatnya ketidaksesuaian dengan respon pertumbuhan ataupun produksi tanaman jagung diduga disebabkan adanya persaingan dalam mendapatkan hasil fotosintat terutama karbohidrat antara tanaman inang dan CMA. Menurut Wachjar et al. (1998) tingkat infeksi mikoriza yang tinggi dapat mengganggu peningkatan proses pertumbuhan tanaman inang, diduga karena persaingan mendapatkan karbohidrat. Karbohidrat dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan jaringan tanaman menjadi terbatas ketersediaannya akibat pengambilan karbohidrat yang dilakukan oleh mikoriza tersebut. Pada pembentukan karbohidrat oleh tanaman melalui proses fotosintesis, hasil fotosintat akan di transfer ke seluruh bagian tanaman termasuk akar dan biji. Jika pada satu bagian tanaman kekurangan hasil fotosintat tersebut maka tanaman akan mengkonsentrasikan pembentukan karbohidrat pada bagian yang kekurangan tersebut. Pada kasus simbiosis dengan CMA, organisme CMA akan mentransfer unsur hara ke tanaman inang melalui akar dan akan menyerap karbohidrat dari tanaman inang melalui akar, sehingga bagian akar akan terus mengalami kekurangan karbohidrat. Dengan demikian diduga semakin besar jumlah CMA yang diberikan menyebabkan semakin besar jumlah fotosintat yang ditransfer ke bagian akar dibandingkan ke bagian biji sehingga produksi biji akan mengalami penurunan. Menurut Delvian (2005) bahwa adakalanya inokulasi CMA dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman yang dikolonisasi. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa jika jumlah biomass CMA lebih dari 17% dari berat kering akar, menyebabkan akar bermikoriza memerlukan energi lebih banyak dibandingkan dengan akar yang tidak bermikoriza. Terjadinya infeksi yang cukup tinggi ini berkaitan dengan dosis inokulum CMA yang diberikan. Wachjar et al. (1998) menyatakan bahwa terjadinya infeksi yang maksimum pada akar tanaman karena pengaruh dari peningkatan kepadatan inokulum dapat meningkatkan laju perkembangan infeksi. Dengan demikian perlu penggunaan dosis inokulum yang tepat untuk diaplikasikan pada tanaman jagung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Dosis Pupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.
Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Dosis Pupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Effect of Vesicle Arbuscular Mycorrhiza (VAM) and Chicken Manure
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.
PENGARUH PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.) RANI FARIDA A24062237 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman jagung manis nyata dipengaruhi oleh jarak tanam. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 sampai 8 dan rataan uji BNT 5% pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap jenis makhluk hidup termasuk tanaman. Proses ini berlangsung
Lebih terperinciBAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian A. Tinggi Tanaman Hasil Analisis sidik ragam pada tinggi tanaman terung menunjukan bahwa perlakuan pupuk NPK Pelagi berpengaruh nyata terhadap pertambahan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan
10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah
Lebih terperinciUmur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang
Lampiran 1. Deskripsi Jagung Varietas Bisma Golongan : Bersari bebas Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) Umur panen : ± 96 HST Batang : Tinggi sedang, tegap dengan tinggi ± 190 cm Daun
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian
Lebih terperinciLAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu.
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1 Skema Penelitian Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan Pengeringan ampas tahu Tahap 2 Pembuatan Pelet Pembuatan tepung darah sapi Pembuatan arang sabut Pengukuran Kadar Lengas Pelet NPK
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian
III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Bunga Terompet Kelurahan Sempakata Padang Bulan, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan
Lebih terperinciPengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.
Lebih terperinciIV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. yang sangat tergantung pada curah hujan, sehingga produktivitas tanaman di lahan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan lahan kering adalah keterbatasan kandungan lengas tanah yang sangat tergantung pada curah hujan, sehingga produktivitas tanaman di lahan kering terutama di Gunungkidul
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman dosis yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung manis. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis dijelaskan pada Tabel
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam parameter tinggi tanaman pada lampiran 5a hingga 5h menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk daun, waktu aplikasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O
Lebih terperinciPENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L) DI LAHAN KERING
Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian Tanah yang digunakan sebagai media tanam kelapa sawit tergolong ke dalam jenis tanah Latosol. Analisis tanah di pembibitan menunjukkan bahwa tanah
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk phonska pada pertumbuhan dan produksi kacang hijau masing-masing memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.
Lebih terperinciBAHAN METODE PENELITIAN
BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada
Lebih terperinciTinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik
42 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Hibrida BISI-18 Nama varietas : BISI-18 Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004 Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah
Lebih terperinci3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian
3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan kemajuan ini belum bias penulis selesaikan dengan sempurna. Adapun beberapa hasil dan pembahasan yang berhasil
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara
25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara faktorial (Gomez dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar
1 III. METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung mulai bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. 1.2
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stadia Pertumbuhan Kedelai Stadia pertumbuhan kedelai secara garis besar dapat dibedakan atas pertumbuhan vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tinggi Tanaman (cm ) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak tanam yang berbeda serta interaksi antara kedua perlakuan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam
Lebih terperinci0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tinggi Tanaman Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk urea dan KCl berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Syarat Tumbuh Jagung
5 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Syarat Tumbuh Jagung Jagung (Zea mays L.) termasuk tanaman semusim dari jenis graminae yang memiliki batang tunggal dan termasuk tanaman monoceous. Siklus hidup tanaman
Lebih terperincihasil pengamatan terhadap persentase infeksi mikoriza, setelah
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persentase Infeksi Mikoriza (%) Data hasil pengamatan terhadap persentase infeksi mikoriza, setelah dilakukan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa residu dari pemberian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciHasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil
Lebih terperinciKata kunci : kacang hijau, Cendawan Mikoriza Arbuskula, pupuk Fosfor, pertumbuhan, hasil
Kajian Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Akibat Pemberian Pupuk P dan Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Alfandi (Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon) Abstract
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAHAN DAN METODE
PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi
Lebih terperinciGambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk
Lebih terperincirv. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,
Lebih terperinciEfektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering
Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciAGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN
AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciPENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.
0 PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN KERING OLEH ARIA BARA A24051994 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)
1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L) Mantali Adrian. Azhar, Ikbal Bahua, Fitriah S. Jamin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa tanah lokasi penelitian tergolong agak masam dengan ph 5.6. Menurut Sundara (1998) tanaman tebu masih dapat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Penelitian ini menggunakan kompos yang terbuat dari limbah kulit buah jarak. Bahan baku ini didekomposisikan dengan menggunakan empat jenis biodekomposer yaitu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam pengamatan tinggi tanaman berpengaruh nyata (Lampiran 7), setelah dilakukan uji lanjut didapatkan hasil seperti Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi
Lebih terperinciPENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN
PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian
11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari
Lebih terperinci