EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL"

Transkripsi

1 EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Tiga Jembatan Kalianyar Simpang Empat BRI Kutoarjo) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : Arif Yulianto NIM PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016

2 EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Tiga Jembatan Kalianyar Simpang Empat BRI Kutoarjo) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : Arif Yulianto NIM PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016 i

3

4

5

6

7 ABSTRAK Arif Yulianto. Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo). Skripsi. Teknik Sipil. Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini dilakukan di Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo karena kondisi geometri dan tingginya aktifitas kehidupan masyarakat yang beraneka ragam. Sehubungan dengan hal itu maka perlu di lakukan penelitian khususnya pada simpang bersinyal Tiga Jembatan Kalianyar- Sinpang Empat BRI Kutoarjo dengan standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia Peneltian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah pengunaan sinyal (traffic light) pada simpang masih mempunyai kinerja yang baik. Perhitungan analisis dan simulasi yang diterapkan dalam penelitian ini berpedoman pada metode MKJI Data primer yang diambil dalam penelitian berupa geometrik jalan, kondisi lingkungan, kondisi arus lalu lintas, dan kondisi fase sinyal. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan adalah jumlah penduduk Kabupaten Purworejo. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perhubungan, dan dapat dijadikan pertimbangan perencanaan di masa yang akan datang. Hasil perhitungan data dapat diketahui bahwa simpang bersinyal Tiga Jembatan Kalianyar-Sinpang Empat BRI Kutoarjo kurang efektif dalam melayani arus lalu lintas, hal itu dibuktikan dengan hasil perhitungan derajat kejenuhan (Ds) dengan nilai untuk tiap-tiap pendekat, panjang antrian pendekat dari arah kemiri = 88 m, pendekat dari arah Kebumen = 97 m, pendekat dari arah Stasiun = 44 m, pendekat dari arah Purworejo = 107 m, tundaan rata-rata 50,61 det/smp, yang berarti simpang Tiga Jembatan Kalianyar-simpang Empat BRI Kutoarjo termasuk dalam tingkat pelayanan E. Dari hasil simulasi didapat 3 alternatif perbaikan. Alternatif 1 pendekat dari arah Kemiri belok kiri langsung (LTOR) dengan nilai-nilai yang lebih kecil, yaitu Ds = , panjang antrian pendekat dari arah kemiri = 48 m, pendekat dari arah Kebumen = 67 m, pendekat dari arah Stasiun = 34 m, pendekat dari arah Purworejo = 73 m, tundaan rata-rata = det/smp, Alternatif 2 perubahan waktu hilang (LTI) = 16 detik, Alternatif 3 perubahan waktu siklus = 110 detik dan waktu hilang (LTI) = 16 detik. Dengan hasil perhitungan simulasi tersebut dapat menaikkan kapasitas dan menurunkan derajat kejenuhan, panjang antrian dan tundaan rata-rata. Kata kunci : Simpang Bersinyal, derajat kejenuhan, panjang antrian. vi

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN..... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv PRAKATA... v ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR NOTASI xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 2 C. Batasan Masalah... 3 D. Rumusan Masalah... 3 E. Tujuan Penelitian... 4 F. Manfaat Penelitian... 4 BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 5 A. Kajian Teori Umum Simpang Bersinyal Landasan Teori MKJI Prosedur Perhitungan Simpang Bersinyal Data Masukan B. Tinjauan Pustaka C. Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Alat Penelitian D. Pengumpulan Data E. Langkah Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data Geometrik Data Kondisi Lingkungan Data Kondisi Arus Lalu Lintas Data Kondisi Fase Sinyal B. Pengolahan Data vii

9 C. Perilaku Lalu Lintas D. Keperluan Untuk Perubahan E. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Ekivalen Kendaraan Penumpang untuk Tipe Pendekat Tabel 2. Waktu Siklus yang Disarankan Tabel 3. Nilai Normal Waktu Antar Hijau Tabel 4. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota pada Simpang Bersinyal Tabel 5. Faktor Penyesuaian untuk Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping dan Kendaraan Tak Bermotor Tabel 6. Tingkat Pelayanan Simpang Bersinyal (Berdasarkan Nilai Tundaan) Tabel 7. Data Geometrik Hasil Penelitian Tabel 8. Data Arah Kode Pendekat Tabel 9. Hasil Penelitian Hambatan Samping dan Kondisi Lingkungan Jalan Tabel 10. Hasil Penelitian Tipe Pergerakan simpang bersinyal Tiga Jembatan Kalianyar Simpang Empat BRI Kutoarjo Tabel 11. Hasil Penelitian Volume Lalu Lintas Tabel 12. Hasil Penelitian Fase Sinyal Tabel 13. Hasil Perhitungan Arus Jenuh Dasar Tabel 14. Hasil Perhitungan Penyesuaian Hambatan Samping (F SF ) Tabel 15. Hasil Penelitian Perhitungan Arus Jenuh (S) Tabel 16. Hasil Perhitungan Arus Lalu Lintas (Q) Tabel 17. Hasil Perhitungan Rasio Arus (F R ) Tabel 18. Hasil Perhitungan Rasio Fase (PR) Tabel 19. Hasil Perhitungan Waktu Hijau (g) ix

11 Tabel 20. Hasil Perhitungan Kapasitas (C) Tabel 21. Hasil Perhitungan Derajat Kejenuhan (Ds) Tabel 22. Hasil Perhitungan Panjang Antrian Tabel 23. Hasil Simulasi Penerapan Belok Kiri Langsung (LTOR) Tabel 24. Simulasi Nilai Waktu Hilang (LTI) Tabel 25. Hasil Simulasi Perubahan Waktu Hilang (LTI) Tabel 26. Simulasi Nilai Waktu Hijau (g) Tabel 27. Hasil Simulasi Nilai Waktu Hijau (g) Tabel 28. Hasil Simulasi Perubahan Waktu Siklus (c) Tabel 29. Hasil Simulasi Perubahan Waktu Siklus (c) dengan Waktu Hilang (LTI) Tabel 30. Penyesuaian Arus Lalu Lintas dengan Lebar Pendekat Tabel 31. Penyesuaian Arus Lalu Lintas dengan Lebar Pendekat pada simpang bersinyal Tabel 32. Hasil Simulasi Penerapan Belok Kiri Langsung (LTOR) Tabel 33. Hasil Simulasi Perubahan Waktu Hilang (LTI) Tabel 34. Hasil Perubahan Waktu Siklus (c) dengan Waktu Hilang (LTI) Tabel 35. Perbandingan Kinerja Simpang Bersinyal tiga Jembatan Kalianyardan simpang empat BRI Kutoarjo Penerapan Belok Kiri Belok Kiri Langsung (LTOR) Tabel 36. Perbandingan Kinerja Simpang Bersinyal tiga Jembatan Kalianyardan simpang empat BRI Kutoarjo Waktu Hilang (LTI) Tabel 37. Perbandingan Kinerja Simpang Bersinyal tiga Jembatan Kalianyardan simpang empat BRI Kutoarjo Waktu Siklus (c) dengan Waktu Hilang (LTI) x

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bagan Alir Penelitian Gambar 2. Geometrik Simpang Gambar 3. Diagram Survei Kendaraan Gambar 4. Faktor Penyesuaian Belok Kanan (F RT ) Gambar 5. Faktor Penyesuaian Belok Kiri (F LT ) xi

13 DAFTAR NOTASI 1. Kondisi Geometrik W A W ENTRY W EXIT We L Grad 2. Kondisi Lalu Lintas LV HV MC UM emp smp Type O Type P LT (Left Turn) RT (Right Turn) ST (Straight) LTOR (Left Turn On Red) P RT P LT Q Q RTO S So Ds FR IFR : Lebar Pendekat : Lebar Masuk : Lebar Keluar : Lebar Efektif : Jarak : Landai Jalan : Kendaraan Ringan : Kendaraan Berat : Sepeda Motor : Kendaraan Tak Bermotor : Ekivalen Mobil Penumpang : Satuan Mobil Penumpang : Arus Berangkat Terlawan : Arus Berangkat Terlindung : Belok Kiri : Belok Kanan : Lurus : Belok Kiri Langsung : Rasio Belok Kanan : Rasio Belok Kiri : Arus Lalu Lintas : Arus Melawan Belok Kanan : Arus Jenuh : Arus Jenuh Dasar : Derajat Kejenuhan : Rasio Arus : Rasio Arus Penumpang xii

14 PR C F D QL NQ NS P SV 3. Kondisi Lingkungan COM RES RA CS SF 4. Parameter Pengatur Sinyal i c g (Green) gmax gmin GR(Green Ratio) All Red Amber IG (Inter Green) LTI : Rasio Fase : Kapasitas : Faktor Penyesuaian : Tundaan : Panjang Antrian : Antrian : Angka Terhenti : Rasio Kendaraan Terhenti : Komersial : Pemukiman : Akses Terbatas : Ukuran Kota : Hambatan Samping : Fase : Waktu Siklus : Waktu Hijau : Waktu Hijau Maksimum : Waktu Hijau Minimum : Rasio Hijau : Waktu Semua Merah : Waktu Kuning : Antar Hijau : Waktu Hilang xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Data Lapangan. Survei Penelitian Tanggal 24 Juli Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo Data Lapangan. Survei Penelitian Tanggal 25 Juli Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo Data Lapangan. Survei Penelitian Tanggal 26 Juli Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo Lampiran 1. Formulir SIG-I Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Hasil Penelitian) Lampiran 2. Formulir SIG-II Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Hasil Penelitian) Lampiran 3. Formulir SIG-IV Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Hasil Penelitian) Lampiran 4. Formulir SIG-V Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Hasil Penelitian) Lampiran 5. Formulir SIG-I Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi LTOR Pendekat Kemiri-Utara) Lampiran 6. Formulir SIG-II Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi LTOR Pendekat Kemiri-Utara) Lampiran 7. Formulir SIG-IV Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi LTOR Pendekat Kemiri-Utara) Lampiran 8. Formulir SIG-V Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi LTOR Pendekat Kemiri-Utara) Lampiran 9. Formulir SIG-I Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi Perubahan Waktu Hilang) Lampiran 10. Formulir SIG-II Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi Perubahan Waktu Hilang)) Lampiran 11. Formulir SIG-IV Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi Perubahan Waktu Hilang) Lampiran 12. Formulir SIG-V Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi Perubahan Waktu Hilang) Lampiran 13. Formulir SIG-I Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi Perubahan Waktu Hijau) xiv

16 Lampiran 14. Formulir SIG-II Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi Perubahan Waktu Hijau) Lampiran 15. Formulir SIG-IV Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi Perubahan Waktu Siklus) Lampiran 16. Formulir SIG-V Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi Perubahan Waktu Siklus) Lampiran 17. Formulir SIG-I Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi Perubahan Waktu Siklus dan Waktu Hilang) Lampiran 18. Formulir SIG-II Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo (Simulasi Perubahan Waktu Siklus dan Waktu Hilang) Lampiran 19. Peta Lokasi Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo Lampiran 20. Pendekat dari Arah Kemiri (Utara) dan Pendekat dari Arah Kebumen (Barat) Lampiran 21. Pendekat dari Arah Stasiun (Selatan) dan Pendekat dari Arah Purworejo (Timur) Lampiran 22. Penentuan Tipe Pendekat Lampiran 23. Foto Survei dan Pencatatan Waktu Sinyal Pendekat Kemiri (Utara) dan Foto Survei dan Pencatatan Waktu Sinyal Pendekat Kebumen (Barat) Lampiran 24. Foto Survei dan Pencatatan Waktu Sinyal Pendekat Kemiri (Utara) dan Foto Survei dan Pencatatan Waktu Sinyal Pendekat Kebumen (Barat) Lampiran 25. Foto Survei Kondisi Geometrik Pendekat Kemiri (Utara) dan Foto Survei Kondisi Geometrik Pendekat Kebumen (Barat) xv

17 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat, pembangunan ekonomi dan sosial politik suatu negara. Di dalam jaringan transportasi, persimpangan merupakan titik rawan akan terjadinya kemacetan lalu lintas oleh adanya konflik konflik pergerakan arus. Dengan pesatnya pembangunan di segala bidang maka semakin meningkat pula tarif hidup masyarakat. Kondisi geometri dan tingginya aktifitas kehidupan masyarakat yang beraneka ragam sangat berpangaruh pada kelancaran arus kendaraan, dengan pengaturan lampu lalu lintas yang kurang tepat dapat mengganggu kelancaran sistem lalu lintas secara keseluruhan seperti bertumpuknya kendaraan pada satu atau beberapa ruas jalan, sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan kapasitas dan kinerjanya dengan tetap memperhatikan keselamatan para pengendara dan pejalan kaki. Berdasarkan uraian di atas, salah satu ruas jalan yang mempunyai tingkat kepadatan dan keramaian yang cukup besar adalah Simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo. Simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo masih dalam satu siklus waktu sinyal meskipun letak geometri pada simpang terpisah oleh jembatan. Simpang tiga 1

18 2 jembatan terletak pada tiga lengan Jl. Pangeran Diponegoro - Jl. Tentara Pelajar sedangkan Simpang empat BRI Kutoarjo terletak pada empat lengan Jl. Pangeran Diponegoro - Jl. Merpati - Jl. Letjen S. Parman. Kondisi eksisting pada simpang belum mampu menampung volume lalu lintas yang tergolong padat, banyak permasalahan berupa tundaan yang tinggi dan seringnya terjadi kecelakaan. B. Identitas Masalah Simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo merupakan daerah perkantoran, perdagangan, dan terdapat terminal bus. Berdasarkan keadaan letak geometris jalan tersebut maka pada simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo perlu mendapatkan perhatian lebih agar dapat melayani arus lalu lintas dengan baik. Permasalahan yang sering terjadi pada simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo sebagai berikut : 1. Panjang Antrian yang terlalu panjang. 2. Waktu sinyal tidak sesuai dengan arus kendaraan.

19 3 C. Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas tinjauannya, maka diperlukan adanya batasan-batasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan di simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo pada jam puncak. 2. Periode pengambilan data dilakukan pada jam-jam sibuk, yaitu pada pagi jam WIB, siang jam WIB dan sore jam WIB. 3. Penelitian ini tidak membahas sikap dan perilaku pengemudi kendaraan. 4. Kinerja simpang yang ditinjau, meliputi pengukuran geometri simpang pada tiap-tiap lengannya, pencatatan waktu siklus, waktu merah, waktu kuning dan waktu merah semua pada waktu simpang, pencatatan jenis kendaraan yang melewati simpang serta pengamatan kondisi lingkungan simpang. 5. Evaluasi kinerja persimpangan sesuai dengan syarat teknis simpang bersinyal menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia ( MKJI ) D. Rumusan Masalah 1. Berapa jumlah arus lalu lintas pada pada masing-masing lengan? 2. Bagaimana mengevaluasi kinerja simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo pada saat ini? 3. Bagaimana kinerja simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia ( MKJI ) 1997?

20 4 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui jumlah volume arus lalu lintas pada masing-masing lengan simpang. 2. Untuk mengevaluasi kinerja simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo (kapasitas, derajat kejenuhan dan panjang antrian) yang didasarkan pada volume lalu lintas saat ini. F. Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang cara menghitung kinerja simpang berdasarkan data-data yang diperoleh di lapangan. 2. Dari hasil penelitian evaluasi kinerja simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo nanti diharapkan dapat menjadi masukkan bagi Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perhubungan untuk pertimbangan dalam pembangunan atau perencanaan di masa yang akan datang agar dapat menciptakan kenyamanan penggunan jalan saat berkendara.

21 5 BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Umum Ruang lingkup rekayasa lalu lintas dikembangkan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat pertumbuhan lalu lintas. Tingkat pertumbuhan dari tahun ke tahun mengakibatkan peningkatan akan kebutuhan prasarananya. Bila jalan raya adalah prasarana transportasi, maka kendaraan disebut sarana transportasi di mana satu sama lain saling melengkapi. Persimpangan adalah pertemuan atau percabangan jalan, baik sebidang maupun tidak sebidang. Dengan kata lain persimpangan dapat diartikan sebagai dua jalur atau lebih ruas jalan yang berpotongan, dan termasuk didalamnya fasilitas jalur jalan dan tepi jalan. Sedangkan setiap jalan yang memencar dan merupakan bagian dari persimpangan tersebut dikatakan dengan lengan persimpangan. Berdasarkan perencanaannya persimpangan dibedakan menjadi 2 jenis Harianto (2004), yaitu: a. Persimpangan Jalan Sebidang. Persimpangan sebidang adalah pertemuan dua ruas jalan atau lebih secara sebidang tidak saling bersusun. Pertemuan ini direncakan sedemikian dengan tujuan untuk melewatkan lalu lintas dengan lancar serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat dari titik 5

22 6 konflik yang timbul untuk memberikan kemudahan, kenyamanan dan ketenangan terhadap pemakai jalan yang melalui persimpangan. b. Persimpangan Jalan tak sebidang. Persimpangan tak sebidang adalah persimpangan dimana dua ruas jalan atau lebih saling bertemu tidak dalam satu bidang, tetapi salah satu ruas berada diatas atau dibawah ruas yang lain. 2. Simpang bersinyal Pada umumnya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk satu atau lebih dari alasan berikut: a. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas, sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan bahkan selama kondisi lalu lintas jam puncak. b. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari jalan simpang (kecil) untuk /memotong jalan utama. c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraan-kendaraan dari arah yang berlawanan. Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna (hijau, kuning, merah) diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling bertentangan dalam dimensi waktu. Hal ini adalah keperluan yang mutlak bagi gerakan-gerakan lalu lintas yang datang dari jalan-jalan yang saling berpotongan = konflik-konflik utama. Sinyal-sinyal juga dapat digunakan untuk memisahkan gerakan membelok dari lalu lintas melawan,

23 7 atau untuk memisahkan gerakan lalu lintas membelok dari pejalan kaki yang menyeberang = konflik-konflik kedua. 3. Landasan Teori MKJI Manual Kapasitas Jalan Indonesia memuat fasilitas jalan perkotaan, semi perkotaan, luar kota dan jalan bebas hambatan. Manual ini menggantikan manual sementara untuk fasilitas lalu lintas perkotaan (Januari 1993) dan jalan luar kota (Agustus 1994) yang telah diterbitkan lebih dahulu dalam proyek MKJI. Tipe fasilitas yang tercakup dan ukuran penampilan lalu lintas selanjutnya disebut perilaku lalu lintas atau kualitas lalu lintas. Tujuan analisa MKJI adalah untuk dapat melaksanakan Perancangan (planning), Perencanaan (design), dan Pengoperasionalan lalu lintas (traffic operation) simpang bersinyal, simpang tak bersinyal dan bagian jalinan dan bundaran, ruas jalan (jalan perkotaan, jalan luar kota dan jalan bebas hambatan. Manual ini direncanakan terutama agar pengguna dapat memperkirakan perilaku lalu lintas dari suatu fasilitas pada kondisi lalu lintas, geometrik dan keadaan lingkungan tertentu. Nilai-nilai perkiraan dapat diusulkan apabila data yang diperlukan tidak tersedia : Terdapat tiga macam analisis, yaitu : 1) Analisa Perancangan (planning), yaitu : Analisa terhadap penentuan denah dan rencana awal yang sesuai dari suatu fasilitas jalan yang baru berdasarkan ramalan arus lalu lintas.

24 8 2) Analisa Perencanaan (design), yaitu : Analisa terhadap penentuan rencana geometrik detail dan parameter pengontrol lalu-lintas dari suatu fasilitas jalan baru atau yang ditingkatkan berdasarkan kebutuhan arus lalu lintas yang diketahui. 3) Analisa Operasional Analisa terhadap penentuan perilaku lalu lintas suatu jalan pada kebutuhan lalu lintas tertentu. Analisa terhadap penentuan waktu sinyal untuk tundaan terkecil. Analisa peramalan yang akan terjadi akibat adanya perubahan kecil pada geometrik, arus lalu lintas dan kontrol sinyal yang digunakan. Dengan melakukan perhitungan bersambung yang menggunakan data yang disesuaikan, untuk keadaan lalu lintas dan lingkungan tertentu dapat ditentukan suatu rencana geometrik yang menghasilkan perilaku lalu lintas yang dapat diterima. Dengan cara yang sama, penurunan kinerja dari suatu fasilitas lalu lintas sebagai akibat dari pertumbuhan lalu lintas dapat dianalisa, sehingga waktu yang diperlukan untuk tindakan turun tangan seperti peningkatan kapasitas dapat juga ditentukan. 4. Prosedur Perhitungan Simpang Bersinyal Banyak persoalan lain yang berhubungan dengan Ahli Teknik Lalu lintas dan Teknik Jalan Raya dapat diselesaikan dengan cara coba-coba yaitu menggunakan sejumlah kumpulan data yang berbeda. Karena tugas ini memerlukan banyak waktu, dan juga tidak selalu menghasilkan penyelesaian terbaik, maka bagian panduan rekayasa lalu lintas telah dibuat

25 9 pada setiap bagian. Pedoman ini harus dipelajari lebih dulu sebelum menggunakan metode perhitungan rinci untuk setiap tipe fasilitas lalu lintas, karena berisi saran yang dapat membantu pengguna MKJI untuk memilih rencana sementara sebelum memulai analisa terinci. Panduan tersebut meliputi : a. Ambang arus lalu-lintas untuk menentukan tipe dan rencana ruas jalan dan simpang yang paling ekonomis berdasarkan analisa, pemakai jalan dan biaya pembuatan jalan, sepanjang umur fasilitas (analisa biaya siklus hidup). b. Perilaku lalu lintas dari berbagai tipe simpang dan jalan dengan rentang kondisi yang luas. c. Dampak perubahan rencana geometrik dan bentuk pengaturan lalu lintas pada keselamatan lalu lintas dan polusi kendaraan. d. Saran mengenai rencana geometrik terinci dan peralatan pengaturan lalulintas yang mempengaruhi kapasitas dan keselamatan lalu-lintas. Simpang-simpang bersinyal yang merupakan bagian dari kendali waktu tetap yang dirangkai atau sinyal aktuasi kendaraan terisolir, biasanya memerlukan metoda dan perangkat lunak khusus dalam analisanya. Proses perhitungan Simpang Bersinyal ini digunakan untuk menentukan waktu sinyal, kapasitas dan perilaku lalu-lintas (tundaan, panjang antrian dan resiko kendaraan terhenti) pada simpang bersinyal di daerah perkotaan dan semi perkotaan.

26 10 5. Data Masukan 1. Kondisi Geometrik Pengaturan Lalu Lintas dan Kondisi Lingkungan Kondisi geometri digambarkan dalam bentuk gambar sketsa yang memberikan informasi lebar jalan, lebar bahu, dan lebar median serta petunjuk arah tiap lengan simpang. Lebar pendekat untuk tiap lengan diukur kurang lebih sepuluh meter dan garis henti. Kondisi lingkungan jalan antara lain menggunakan tipe lingkungan jalan yang dibagi dalam tiga tipe, yaitu tipe komersial, tipe pemukiman dan tipe akses terbatas. Selain itu berpengaruh adanya gangguan samping, median dan kelandaian lengan simpang. 2. Kondisi Arus Lalu Lintas Perhitungan dilakukan per satuan jam untuk satu atau lebih periode, misalnya didasarkan pada kondisi arus lalu-lintas rencana jam puncak pagi, siang dan sore. Arus lalu-lintas (Q) untuk setiap gerakan (belok kiri Q LT ), (lurus Q ST ) dan (belok kanan Q RT ) dikonversi dari kendaraan per jam menjadi satuan mobil penumpang (smp) per jam dengan menggunakan ekivalen kendaraan penumpang (emp) untuk masing-masing pendekat terlindung dan terlawan. Tabel 1. Ekivalen Kendaraan Penumpang untuk Tipe Pendekat Jenis Kendaraan emp untuk tipe pendekat Terlindung Terlawan Kendaraan Ringan (LV) 1,0 1,0 Kendaraan Berat (HV) 1,3 1,3 Sepeda Motor (MC) 0,2 0,4 Sumber : Simpang Bersinyal MKJI 1997

27 11 Adapun persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Q MV = Q LV + (Q HV x emp HV ) + (Q MC x emp MC ) dengan Q MV : Arus kendaraan bermotor total Q LV, Q HV, Q MC emp HV, emp MC : Arus lalu lintas tiap tipe kendaraan : Nilai emp untuk tiap tipe kendaraan Perhitungan rasio belok kiri (P LT ) dan rasio belok kanan (P RT ), sebagai berikut : PLT LT (smp/jam) Total (smp/jam) PLT RT (smp/jam) Total (smp/jam) (bernilai sama untuk pendekat terlawan dan terlindung) dengan LT RT : Arus belok kiri : Arus belok kanan Total : Arus kendaraan total Untuk perhitungan rasio kendaraan tidak bermotor (P UM ), arus kendaraan tidak bermotor (Q UM ) dengan arus kendaraan bermotor (Q MV ), yang dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut : P UM = QUM Q MV dengan P UM : Rasio kendaraan tidak bermotor

28 12 Q UM : Arus kendaraan tidak bermotor Q MV : Arus kendaraan bermotor 3. Penggunaan Sinyal Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) dalam pengaturan dan pengoperasian sinyal lampu lalu lintas (traffic light) ada beberapa perlu diperhatikan antara lain : a. Fase Sinyal Fase sinyal adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu disediakan bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas. b. Waktu Siklus Waktu siklus adalah waktu untuk ukuran lengkap dari indikasi sinyal. Waktu siklus yang terlalu panjang akan menyebabkan meningkatkan keadaan rata-rata. Jika nilai rasio arus (FR) mendekati atau lebih dari satu maka simpang tersebut adalah lewat jenuh dan rumus tersebut akan menghasilkan waktu siklus yang sangat tinggi atau negatif. Jika perhitungan menghasilkan waktu siklus yang lebih dari batas yang disarankan, maka hal ini menunjukan bahwa kapasitas dari simpang tidak mencukupi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tipe Pengaturan Tabel 2. Waktu Siklus yang disarankan Waktu Siklus yang Layak (det) Pengaturan 2 fase Pengaturan 3 fase Pengaturan 4 fase Sumber : Simpang Bersinyal MKJI 1997

29 13 Waktu siklus sebelum penyesuaian (Cua) untuk pengendalian sinyal Cua = (1,5 x LT1 + 5) / (1 IFR) dengan Cua LTI : Waktu siklus sebelum penyesuaian sinyal (det) : Waktu hilang total per siklus (det) IFR = Rasio arus simpang (FRCRIT) IFR : Rasio arus simpang (FRcrit) dengan gi Cua LTI Pri : Tampilan waktu hijau pada fase i (det) : Waktu siklus sebelum penyesuaian (det) : Waktu hilang total per siklus : Rasio fase FRCRIT / (FRCRIT). c. Waktu siklus yang disesuaikan c = gi + LTI dengan gi : Jumlah waktu hijau yang diperoleh dengan dibulatkan (detik). d. Waktu Hijau Waktu hijau adalah waktu nyala hijau dalam suatu pendekat (detik). gi = (Cua LTI) x PRi Waktu hijau dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

30 14 a) Waktu hijau maksimum (g max) adalah waktu hijau maksimal yang diijinkan dalam suatu fase untuk kendali lalu lintas aktuasi kendaraan (detik). b) Waktu hijau makasimum (g min) adalah waktu hijau minimum yang diperlukan (contoh : adanya penyebrangan pejalan kaki) e. Rasio Hijau (green ratio) adalah perbandingan antara waktu hijau dengan waktu siklus dalam suatu pendekat. (GR=g/c) f. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang Waktu antar hijau adalah periode setelah hijau sampai akan hijau lagi pada satu pendekat. Waktu antar hijau dihasilkan dari perhitungan waktu merah semua. Tabel 3. Nilai Normal Waktu Antar Hijau Ukuran Simpang Lebar jalan rata-rata Nilai normal waktu antar hijau Kecil Sedang Besar 6-9 m m 15 m 4 detik/fase 5 detik/fase 6 detik/fase Sumber : Simpang Bersinyal MKJI 1997 g. Waktu Merah Semua Waktu merah semua adalah waktu dimana sinyal merah menyala bersama dalam pendekat-pendekat yang dilayani oleh dua fase sinyal berurutan (detik). MERAH SEMUA = (LEV + IEV) VEV LAV VAV max

31 15 dengan LEV, LAV : Jarak dari garis henti ke titik konflik masing- Masing untuk kendaraan yang berangkat dan yang datang (m) IEV : Panjang kendaraan yang berangkat (m) VEV, VAV : Kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang berangkat dan yang datang (m/det) Apabila periode merah semua untuk masing-masing akhir fase telah ditetapkan, waktu hilang (LTI) untuk simpang dapat dihitung sebagai jumlah dari waktu-waktu antar hijau. Nilai-nilai yang dipilih untuk VEV, VAV dan IEV tergantung dari komposisi lalu lintas dan kondisi kecepatan pada lokasi. Nilai-nilai sementara berikut dapat dipilih dengan ketiadaan aturan di Indonesia akan hal ini. Kecepatan kendaraan yang datang VAV : 10m/det (kend. bermotor) Kecepatan kendaraan yang berangkat VEV : - 10m/det (kend. bermotor) - 3 m/det (kend. tak bermotor misalnya sepeda) - 1,2 m/det (pejalan kaki) Panjang kendaraan yang berangkat IEV : 5 m (LV atau HV) 2 m (MC atau UM)

32 16 h. Waktu kuning LTI = (MERAH SEMUA + KUNING) i = IGi Panjang waktu kuning pada sinyal lalu lintas perkotaan di Indonesia biasanya adalah 3,0 detik. 4. Penentuan Waktu Sinyal a. Tipe Pendekat Menentukan tipe dari setiap pendekat terlindung (P) atau terlawan (O), dengan melihat gambar rencana, Apabila dua gerakan lalu lintas pada suatu pendekat diberangkatkan pada fase yang berbeda (misalnya lalu lintas lurus dan lalu lintas belok kanan dengan lajur terpisah), harus dicatat pada baris terpisah dan diperlakukan sebagai pendekat-pendekat terpisah dalam perhitungan selanjutnya. Apabila suatu pendekat mempunyai nyala hijau pada dua fase, di mana pada keadaan tersebut, tipe lajur dapat berbeda untuk masing-masing fase, satu baris sebaiknya digunakan untuk mencatat data masing-masing fase, dan satu baris tambahan untuk memasukkan hasil gabungan untuk pendekat tersebut. b. Lebar Pendekat Lebar efektif (W e ) dari setiap pendekat berdasarkan informasi tentang lebar pendekat (W A ) lebar masuk (W masuk ) dan lebar keluar (W keluar ) W masuk = W A W LTOR Persamaan di bawah dapat digunakan untuk kedua keadaan tersebut.

33 17 A W e = Min ENTRY+ LTOR A x (1+ LTOR)- LTOR dengan W e W A W ENTRY W LTOR P LTOR : Lebar efektif : Lebar pendekat : Lebar masuk : Lebar belok kiri langsung : Rasio belok kiri langsung a) Untuk Pendekat Tanpa Belok Kiri Lebar keluar (hanya untuk pendekat tipe P) diperiksa dengan persamaan : (W keluar ) < W e x (1 P RT P LTOR ) dengan W e P RT : Lebar efektif : Rasio belok kanan P LTOR : Rasio belok kiri langsung Maka W e diberi nilai baru dengan nilai W keluar dan analisa penentuan waktu sinyal untuk pendekat ini dilakukan hanya untuk bagian lalu lintas lurus saja (Q Q ST )

34 18 b) Prosedur Untuk Pendekat Dengan Belok Kiri Langsung (Ltor) Lebar efektif (W e ) dapat dihitung untuk pendekat dengan pulau-pulau lalu lintas, dapat dihitung dengan penentuan lebar masuk (W masuk ). (W masuk ) = W A W LTOR Dengan W A W LTOR : Lebar Pendekat : Lebar belok kiri langsung c. Arus Jenuh Dasar Menentukan Arus Jenuh Dasar (So) Untuk Setiap Pendekat, Untuk Pendekat Tipe P (Arus Terlindung) : S O = 600 x W e dengan S O : Arus jenuh dasar (smp/jam hijau) W e : Lebar pendekat (m) d. Faktor Penyesuaian Faktor penyesuaian untuk nilai arus jenuh dasar untuk pendekat tipe P (terlindung) adalah sebagai berikut : a) Faktor penyesuaian ukuran kota (F cs ) Merupakan fungsi dari kota dan dapat ditentukan.

35 19 Tabel 4. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota pada Simpang Bersinyal Faktor penyesuaian ukuran kota Penduduk kota (juta jiwa) (F CS ) >3,0 1,05 1,0-3,0 1,00 0,5-1,0 0,94 0,1-,05 0,83 <0,1 0,82 Sumber : Tabel C-4:3 Simpang Bersinyal MKJI 1997 b) Faktor penyesuaian hambatan samping (F SF ) Jika hambatan samping tidak diketahui, dapat dianggap sebagai tinggi agar tidak menilai kapasitas terlalu besar. Tabel 5. Faktor Penyesuaian untuk Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping dan Kendaraan Tak Bermotor Lingkungan Jalan Komersial (COM) Pemukiman (RES) Akses Terbatas (RA) Hambatan Samping Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi/ Sedang/Rendah Tipe Fase Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung Sumber : Simpang Bersinyal MKJI 1997 Rasio Kendaraan Tak Bermotor 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70 0,93 0,91 0,88 0,87 0,85 0,81 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,71 0,94 0,92 0,89 0,88 0,86 0,82 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,72 0,95 0,93 0,90 0,89 0,88 0,83 0,96 0,96 0,97 0,97 0,98 0,98 1,00 1,00 0,91 0,94 0,92 0,95 0,93 0,96 0,95 0,98 0,86 0,92 0,87 0,93 0,88 0,94 0,90 0,95 0,82 0,89 0,82 0,90 0,83 0,91 0,85 0,93 0,78 0,86 0,79 0,87 0,83 0,88 0,80 0,90 c) Faktor penyesuaian belok kanan (F RT ), ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kanan (P RT ). F RT = 1,0 + P RT x 0,26 0,72 0,84 0,73 0,85 0,74 0,86 0,75 0,88

36 20 Pada jalan dua arah tanpa median, kendaraan belok kanan dari arus berangkat terlindung (pendekat tipe P) mempunyai kecenderungan memotong garis tengah jalan sebelum melewati garis henti ketika menyelesaikan belokannya. Hal ini menyebabkan peningkatan rasio belok kanan yang tinggi pada arus jenuh. d) Faktor penyesuaian belok kiri (F LT ), ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kiri (P LT ). F LT = 1,0 P LT x 0,16 Pada pendekat-pendekat terlindung tanpa penyedia belok kiri langsung, kendaraan belok kiri cenderung melambat dan mengurangi arus jenuh pendekat tersebut, karena arus berangkat dalam pendekat-pendekat terlawan (tipe O) pada umumnya lebih lambat, maka tidak diperlukan penyesuaian untuk rasio belok kiri. e) Faktor penyesuaian nilai arus jenuh dasar (S) Jika suatu pendekat mempuyai sinyal hijau lebih dari satu fase, yang arus jenuhnya telah ditentukan secara terpisah maka nilai arus kombinasi harus dihitung secara proposioanal terhadap waktu hijau masing-masing fase. S = S O x F CS x F SF x F G x F P x F RT x F LT dengan S S O F CS : Arus jenuh (smp/jam hijau) : Arus jenuh dasar : Faktor penyesuaian ukuran kota

37 21 F SF F G F P F RT F LT : Faktor penyesuaian hambatan samping : Faktor Penyesuaian kelandaian : Faktor penyesuaian parkir : Faktor penyesuaian belok kanan : Faktor penyesuaian belok kiri e. Rasio Arus / Arus - Jenuh Rasio Arus (FR) masing-masing pendekat : FR = Q / S Beri tanda rasio arus kritis (FRCRIT) (=tertinggi) pada masingmasing fase Hitung rasio arus simpang (IFR) sebagai jumlah dari nilai-nilai FR yang dilingkari (=kritis) IFR = (FRcrit) Hitung Rasio Fase (IFR) masing-masing fase sebagai rasio antara FRCRIT dan IFR PR = FRCrit / IFR dengan Cua LTI : Waktu siklus sebelum penyesuaian sinyal (det) : Waktu hilang total per siklus (det) IFR = Rasio arus simpang (FRCRIT) IFR : Rasio arus simpang (FRcrit)

38 22 dengan gi Cua LTI Pri : Tampilan waktu hijau pada fase i (det) : Waktu siklus sebelum penyesuaian (det) : Waktu hilang total per siklus : Rasio fase FRCRIT / (FRCRIT) 5. Kapasitas Kapasitas dari suatu pendekat simpang bersinyal dapat dinyatakan sebagai berikut : C = S x g/c dengan C S g c : Kapasitas (smp/jam) : Arus lalu lintas (smp/jam hijau) : Waktu hijau (detik) : Waktu siklus, yaitu selang waktu untuk urutan perubahan sinyal yang lengkap (antara dua awal hijau yang berurutan pada fase yang sama) 6. Derajat kejenuhan DS = Q / C dengan Ds Q C : Derajat kejenuhan : Arus lalu lintas pada pendekat tersebut (smp/jam) : Kapasitas (smp/jam)

39 23 7. Perilaku Lalu Lintas a. Panjang Antrian Menghitung jumlah antrian smp (NQ1) yang tersisa dari fase hijau sebelumnya. Untuk DS > 0,5: NQ = 0,25 x C x ( 1) + ( 1) + (, ) Untuk DS 0,5 : NQ1=0 dengan NQ1 DS GR : Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya : Derajat kejenuhan : Rasio hijau C : Kapasitas (smp/jam) = arus jenuh dikalikan rasio hijau (SxGR) Hitung jumlah antrian smp yang datang selama fase merah (NQ2), NQ2= c x dengan NQ2 DS GR c Q : Jumlah smp yang datang selama fase merah : Derajat kejenuhan : Rasio hijau : Waktu siklus (det) : Arus lalu lintas pada tempat masuk di luar LTOR

40 24 (smp/jam) Jumlah kendaraan antri NQ = NQ1 + NQ2 dengan NQ NQ1 NQ2 : Jumlah kendaraan antri dan masukkan : Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya : Jumlah smp yang datang selama fase merah Angka Terhenti Angka henti adalah jumlah rata-rata berhenti per smp termasuk berhenti berulang dalam antrian yang fungsi dari NQ dibagi dengan waktu siklus. NS = 0,9 x x 3600 dengan c Q : Waktu siklus (detik) : Arus lalu lintas (smp/jam) Jumlah kendaraan terhenti (N SV ) pada masing-masing pendekat dihitung dengan menggunakan rumus : N SV = Q x NS (smp/jam) Setelah mendapatkan data kendaraan terhenti maka besarnya angka henti total yang terjadi pada suatu simpang uji dapat dilaksanakn, yaitu dengan membagi jumlah kendaraan terhenti pada seluruh pendekat dengan arus simpang total dalam kend/jam

41 25 NS TOTAL = N SV / Q TOTAL b. Tundaan Tundaan yang terjadi pada simpang dibagi dalam dua bagian, yaitu tundaan simpang lalu lintas rata-rata tiap pendekat (DT) dan tundaan geometri rata-rata masing-masing pendekat (DG). a) Tundaan simpang lalu lintas rata-rata tiap pendekat (DT) terjadi akibat interaksi lalu lintas dengan pergerakan-pergerakan lainnya pada simpang. Dihitung dengan menggunakan rumus : DT = c x A+ dengan DT C : Tundaan lalu-lintas rata-rata (det/smp) : Waktu siklus yang disesuaikan (det) A :, ( ) ( ) GR DS NQ1 C : Rasio hijau (g/c) : Derajat kejenuhan : Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya : Kapasitas (smp/jam) b) Tundaan geometri rata-rata masing-masing pendekat (DG) terjadi akibat pengaruh perlambatan dan percepatan ketika menunggu giliran pada suatu simpang dan ketika dihentikan oleh lampu merah dihitung dengan menggunakan rumus :

42 26 DGj = (1 - p SV ) x p T x 6 + ( p SV x 4 ) dengan DGj p SV p T : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat. : Rasio kendaraan terhenti pada pendekat = Min (NS,1) : Rasio kendaraan berbelok pada pendekat. c) Untuk menghitung tundaan rata-rata seluruh simpang (Dj) dapat diperoleh dengan membagi jumlah nilai tundaan dengan arus total (Q TOT ) dalam (smp/jam). Hasil tundaan rata-rata ini dapat digunakan sebagai indikator tingkat pelayanan dari masing-masing pendekat dan dari simpang secara keseluruhan. Dj = (Q x D) / Q TOT c. Tingkat Layanan Pada umumnya tujuan dari adanya tingkat pelayanan adalah untuk melayani seluruh kebutuhan lalu lintas dengan sebaik mungkin. Baiknya pelayanan dapat dinyatakan dalam tingkat pelayanan. Tingkat layanan merupakan ukuran kualitas interupsi lalu lintas, kebebasan untuk manuver, keamanan, kenyamanan mengemudi, dan ongkos volume pelayanan harus kurang dari kapasitas jalan itu sendiri. Tingkat layanan yang tinggi didapatkan apabila waktu siklus pendek, sebab waktu siklus yang pendek akan menghasilkan tundaan yang kecil. Dalam klarifikasi tingkat pelayanan dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu :

43 27 1) Tingkat Pelayanan A a. Arus lalu lintas bebas tanpa hambatan. b. Volume dan kepadatan lalu lintas rendah. c. Kecepatan kendaraan ditentukan oleh pengmudi. 2) Tingkat Pelayanan B a. Arus lalu lintas stabil. b. Kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas, tetapi tetap dapat dipilih sesuai kehendak pengemudi. 3) Tingkat Pelayanan C a. Arus lalu lintas masih stabil. b. Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah dipengaruhi oleh besarnya volume lalu lintas sehingga pengemudi tidak dapat lagi memilih kecepatan yang diinginkan. 4) Tingkat Pelayanan D a. Arus lalu lintas mulai memasuki arus tidak stabil. b. Perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi besarnya kecepatan perjalanan. 5) Tingkat Pelayanan E a. Arus lalu lintas sudah tidak stabil. b. Volume kira-kira sama dengan kapasitas. c. Sering terjadi kemacetan.

44 28 6) Tingkat Pelayanan F a. Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah. b. Sering terjadi kemacetan total. c. Arus lalu lintas rendah. Tingkat tundaan dapat digunakan sebagai indikator tingkat pelayanan, baik itu untuk setiap pendekat maupun seluruh persimpangan. Kaitan antara tingkat pelayanan dan lamanya tundaan adalah sebagai berikut. Tabel. 6 Tingkat Pelayanan Simpang Bersinyal (Berdasarkan Nilai Tundaan) TINGKAT TUNDAAN KETERANGAN PELAYANAN (det/smp) A B C D E F < 5 5, , , ,1 60 >60 Baik Sekali Baik Sedang Kurang Buruk Buruk Sekali Sumber : Simpang Bersinyal MKJI 1997.

45 29 B. Tinjauan Pustaka 1. Silvia Sukirman (1994) Silvia Sukirman dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan Raya menerangkan bahwa pengukur jumlah arus lalu lintas digunakanlah volume. Volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar perkerasan jalan yang lebih lebar, sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan. Sebaliknya jalan yang terlalu lebar untuk volume lalu lintas rendah cenderung membahanyakan, karena pengemudi cenderung mengemudikan kendaraannya pada kecepatan yang lebih tinggi sedangkan kondisi jalan belum tentu memungkinkan. Dan disamping itu peningkatan biaya pembangunan jalan yang jelas tidak pada tempatnya. Volume lalu lintas merupakan variabel yang penting dalam teknik lalu lintas dan pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang penting dalam teknik lalu lintas dan pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per satuan waktu pada lokasi tertentu. Pada perhitungan volume lalu lintas secara manual, pengamat mencatat pada lembar formulir survei untuk memperoleh jumlah tiap macam kendaraan yang melewati pengamat selama periode tersebut. Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan lalu lintas harian rata-rata (LHR). LHR adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang diperoleh selama pengamatan dengan lamanya pengamatan.

46 30 2. Budi Santoso (2006) Dari penelitian yang dilakukan oleh Budi Santoso dengan judul Kaji Ulang Simpang Bersinyal Beberapa Persimpangan Di Purworejo Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan pada kedua simpang yang digunakan dalam penelitian bahwa arus lalu lintasnya terlalu jenuh. Hal ini ditujukan dengan nilai-nilai derajat kejenuhan (Ds) yang jauh lebih besar dari satu (1.00). Menurut MKJI 1997 simpang tersebut belum sesuai dengan kriteria simpang yang baik. Maka untuk menurunkan nilai derajat kejenuhan agar lebih kecil dari (1.00) perlu dilakukan beberapa kali percobaan (simulasi). Langkahlangkah terbaik peneliti usulkan adalah menambah lebar pendekat dan waktu hijau pada simpang. C. Hipotesis Berdasarkan dari pengamatan dugaan sementara bahwa penyebab panjang antrian antar kendaraan pada simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo, fase dan waktu sinyal belum memenuhi keadaan yang ideal untuk setiap lengan jalan.

47 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis yang menghasilkan data secara lengkap dan akurat disertai dengan teori atau konsep dasar yang lengkap. Metode penelitian untuk mengevaluasi kinerja simpang bersinyal menggunakan landasan teori MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia). 2. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo. Penelitian dilaksanakankan pada jam-jam puncak yaitu pagi WIB, siang jam WIB dan sore jam WIB. Cuaca cerah, kendaraan menuju lengan dengan sinyal dan simpang bebas dari pengaruh luar seperti adanya kemacetan dan pengaturan lalu lintas secara manual oleh polisi. 3. Alat Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan beberapa alat untuk menunjang pelaksanaan di lapangan sebagai berikut ini. 1. Formulir survey. 2. Alat tulis. 3. Stopwatch. 4. Roll meter (alat ukur). 5. Jam. 31

48 32 4. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini diperlukan data-data pendukung berupa data primer dan data sekunder yang digunakan untuk pengolahan data. Data primer diperoleh dengan cara sebagai berikut : 1. Pengamatan secara visual dilapangan terhadap akses pembangkit lalu lintas, fasilitas jalan secara umum, rambu dan marka, serta kondisi geometrik jalan. 2. Pencacahan terhadap volume lalu lintas dan jenis kendaraan yang lewat untuk semua arah gerakan (lurus, belok kiri, belok kiri langsung, dan belok kanan) pada simpang tersebut, pencatatan waktu lamanya waktu sinyal dan waktu siklus serta hambatan samping. 3. Data Sekunder Data yang didapat Dinas Kependudukan dan Dinas terkait. 5. Langkah Penelitian Langkah dari penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Survei Pendahuluan Survei ini bertujuan untuk mengetahui data awal mengenai pola arus lalu lintas, lokasi survei pengamatan dan jam puncak dan juga kondisi lingkungan sekitar. 2. Persiapan Survei dan Penjelasan Cara Kerja Untuk memudahkan mendapatkan data hasil survei yang baik, harus diadakan penjelasan kepada seluruh pengamat mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing, yang terdiri dari :

49 33 a. Membuat formulir penelitian (untuk pencacahan volume lalu lintas) dan pengujian efektif dari formulir yang digunakan. b. Mengumpulkan sejumlah pengamat. c. Pemberian informasi kepada pengamat tentang kegiatan yang akan dilakukan dan cara-cara mengisi formulir. d. Menentukan survei dan periode pengamatan. e. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk penelitian. 3. Pengumpulan Data Lapangan Data primer yang diambil dari lapangan meliputi kondisi geometrik, kondisi lingkungan, hambatan samping, volume lalu lintas, pencatatan waktu siklus dan fase sinyal. Data sekunder meliputi data jumlah penduduk purworejo tahun a. Pengamatan geometrik simpang dan pengukuran geometrik simpang dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Mencatat jumlah lajur dan arah. 2) Menentukan kode untuk masing-masing pendekat (Utara, Selatan, dan Barat) dan tipe pendekat (P = terlindung, O = terlawan). 3) Menentukan ada tidaknya median jalan. 4) Mengukur lebar pendekat, lebar masuk, dan lebar keluar. b. Pengamatan kondisi lingkungan adalah menentukan simpang tersebut sebagai lahan komersial, permukiman, atau daerah dengan akses terbatas.

50 34 c. Pengamatan jarak parkir yaitu pencatatan jarak antara garis henti dengan kendaraan pertama yang diparkir dalam sebuah pendekat. d. Penentuan fase sinyal dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Mencatat lamanya waktu menyala tiap fase. 2) Waktu siklus diperoleh dengan cara mencatat lamanya waktu semua fase dari saat menyala, berhenti sampai menyala kembali. 3) Waktu hilang diperoleh dengan menjumlah fase merah semua dan fase kuning. 4) Survei lalu lintas dilakukan dengan mempertimbangkan faktorfaktor jumlah kendaraan, arah gerakan waktu pengamatan dan periode jam sibuk. Setiap pengamatan mencatat semua kendaraan yang melewati pendekat (kendaraan ringan, kendaraan berat, dan sepeda motor) baik untuk gerakan lurus, belok kiri, dan belok kanan, serta memasukkan data tersebut ke dalam formulir pencacahan yang telah diberikan.

51 35 Mulai Persiapan Survey Pengumpulan Data Data Primer : 1. Geometri Jalan 2. Volume Lalu Lintas 3. Kondisi Lingkungan 4. Panjang Antrian 5. Penentuan Waktu Sinyal Data Sekunder : Data Penduduk Purworejo Analisa Data Tidak Kapasitas, Derajat Kejenuhan, Panjang Antrian, Tundaan Ya Pembahasan Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

52 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum dilakukan perhitungan dengan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (sesuai bagan alir evaluasi kinerja simpang bersinyal), baik itu perhitungan kapasitas, derajat kejenuhan, panjang antrian, dan tingkat kinerja simpang bersinyal. Data hasil penelitian pada simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo harus diolah lebih dulu menjadi data masukan (input data). Tujuan dilakukan pengolahan data ini adalah untuk menentukan parameter dari data hasil survei lapangan untuk disesuaikan dengan syaratsyarat yang terdapat dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia Adapun data yang diperlukan dalam perhitungan sebagai hasil dari data survei lapangan di Simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo adalah sebagai berikut. 1. Data Geometrik Survei ini meliputi pengukuran lebar setiap ruas jalan dan lebar pendekat pada simpang bersinyal. Dari hasil penelitian pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo diperoleh data geometrik pada Gambar 2. 36

53 37 Gambar 2 : Geometrik Simpang Dari hasil penelitian pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo diperoleh data geometrik pada Tabel 7. Tabel 7. Data Geometrik Hasil Penelitian Pendekat Tipe Lebar Pendekat (m) Pendekat W A W MASUK W KELUAR Kemiri (Utara) P Purworejo (Timur) O Stasiun (Selatan) P Kebumen (Barat) O Sumber : Hasil penelitian di lapangan (lihat Lampiran 1 Formulir SIG-I kolom 8,9, dan 11) Arah kode pendekat pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo dapat dilihat pada Tabel 8.

54 38 Pendekat Kemiri (Utara) Purworejo (Timur) Stasiun (Selatan) Kebumen (Barat) Tabel 8. Data Arah Kode Pendekat Arah Belok Lurus Kiri/Langsung (ST) (LT/LTOR) Purworejo Stasiun (Timur) (Selatan) Stasiun Kebumen (Selatan) (Barat) Kebumen Kemiri (Barat) (Utara) Kemiri Purworejo Belok Kanan (RT) Kebumen (Barat) Kemiri (Utara) Purworejo (Timur) Stasiun (Selatan) (Utara) (Timur) Sumber : Hasil penelitian di lapangan (lihat Lampiran 3 Formulir SIG-IV Fase 1-4) 2. Data Kondisi Lingkungan Survei ini meliputi penentuan hambatan samping (S F ), ukuran kota (F CS ), dan tipe lingkungan. Dari hasil penelitian pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo diperoleh data dan sebagai berikut. a. Faktor penyesuaian ukuran kota (F CS ) Sesuai dengan Tabel 3. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota pada Simpang Bersinyal sebesar 0.94 karena jumlah penduduk kota purworejo adalah ± 948 ribu orang. Data tersebut didapat dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Purworejo. b. Hambatan samping dan kondisi lingkungan Sesuai dengan Tabel 5. Hambatan samping pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo dapat dilihat pada Tabel 9.

55 39 Tabel 9. Hasil Penelitian Hambatan Samping dan Kondisi Lingkungan Jalan Pendekat Hambatan Tipe Lingkungan Samping Jalan Kemiri (Utara) Rendah Komersial (COM) Kebumen (Barat) Rendah Komersial (COM) Stasiun (Selatan) Rendah Komersial (COM) Purworejo (Timur) Rendah Komersial (COM) Sumber : Hasil penelitian di lapangan (lihat Lampiran 1 Formulir SIG-I kolom 2 dan 3) 3. Data Kondisi Arus Lalu Lintas Untuk data kondisi arus lalu lintas pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo, pengolahan data yang dilakukan dengan memisahkan jenis kondisi arus lalu lintas yaitu meliputi jenis kendaraan yang melewati simpang dan tipe pergerakan kendaraan. a. Tipe Kendaraan Survei ini meliputi pembagian jenis kendaraan yang dilakukan untuk memudahkan pelaksanaan pencacahan kendaraan di lapangan. Pembagian jenis kendaraan ini meliputi 3 macam yaitu jenis kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC), dan kendaraan tak bermotor (UM), yang kemudian dinyatakan dalam satuan kendaraan bermotor dengan mengalikan dengan faktor konversi satuan mobil penumpang. b. Pergerakan Kendaraan Dari hasil penelitian untuk tipe kendaraan yang melewati simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo yang ditujukan pada Tabel 10.

56 40 Tabel 10. Hasil Penelitian Tipe Pergerakan simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo Pergerakan Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Belok Kiri/Langsung (LT/LTOR) Tidak Ya Tidak Ya Lurus (ST) Ya Ya Ya Ya Belok Kanan (RT) Ya Ya Ya Ya Sumber : Hasil penelitian di lapangan (lihat Lampiran 1 Formulir SIG-I kolom 6) c. Arus Lalu Lintas Penelitian arus lalu lintas pada pelaksanaan survei lapangan dipisahkan menurut jenis kendaraannya, pemisah dalam jenis kendaraan ini berlaku untuk semua lengan pada simpang. Hasil penelitian arus lalu lintas pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo yang ditujukan pada Gambar 2. DATA SURVEI KENDARAAN VOLUME KENDARAAN JULI JULI JULI 2016 PAGI SIANG SORE PAGI SIANG SORE PAGI SIANG SORE Gambar 3 : Diagram Survei Kendaraan

57 41 Volume kendaraan pada jam puncak sore tanggal 25 Juli 2016 ditunjukan pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Penelitian Volume Lalu Lintas Pendekat Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Kend/jam Kend/jam Kend/jam Kend/jam LT/LTOR ST RT Jumlah Sumber : Hasil penelitian di lapangan (lihat Lampiran 2 Formulir SIG-II kolom 12) 4. Data Kondisi Fase Sinyal Survei pada simpang tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo meliputi pengukuran atau pencatatan lamanya nyala waktu hijau, kuning, dan merah untuk setiap simyal lalu lintas (traffic light). Data hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Penelitian Fase Sinyal Pendekat Hijau Kuning Merah (det) (det) (det) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil penelitian di lapangan (lihat Lampiran 1 Formulir SIG-I) B. Pengolahan Data 1. Lebar Efektif (We) adalah sama dengan W MASUK pada masing-masing pendekat sehingga didapat We sebagai berikut : a) Pendekat Dari Arah Kemiri (Utara) W MASUK = 2.5 m

58 42 Sehingga We pendekat dari arah kemiri (Utara) sebesar 2.5 m b) Pendekat Dari Arah Kebumen (Barat) W MASUK = 6 m Sehingga We pendekat dari arah kebumen (Barat) sebesar 6 m c) Pendekat Dari Arah Stasiun (Selatan) W MASUK = 4.5 m Sehingga We pendekat dari arah stasiun (Selatan) sebesar 4.5 m d) Pendekat Dari Arah Purworejo (Timur) W MASUK = 6 m Sehingga We pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar 6 m 2. Arus Jenuh Dasar (So) Arus jenuh dasar (So) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. So = 600 x We = 600 x 2.5 = 1500 smp/jam Nilai hasil perhitungan arus jenuh dasar dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Perhitungan Arus Jenuh Dasar Pendekat Tipe Pendekat Lebar Efektif Arus Jenuh Dasar (m) (So) Kemiri (Utara) P (Terlindung) Kebumen (Barat) O (Terlawan) Stasiun (Selatan) P (Terlindung) Purworejo (Timur) O (Terlawan) Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian (lihat Lampiran 3 Formulir SIG-IV kolom 3, kolom 9 dan 10)

59 43 3. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (F SF ) Faktor penyesuaian hambatan samping (F SF ) sebagai fungsi dari jenis lingkungan jalan didapat dari Tabel 9. Untuk rasio kendaraan tak bermotor dapat dilihat di Lampiran 2 pada Formulir SIG-II kolom 18. Nilai faktor penyesuaian hambatan samping (F SF ) untuk masing-masing pendekat dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Hasil Perhitungan Penyesuaian Hambatan Samping (F SF ) Pendekat Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Hambatan Samping Rendah Rendah Rendah Rendah Tipe Fase Terlindung Terlawan Terlindung Terlawan Lingkungan Jalan COM COM COM COM Rasio Kendaraan Tak Bermotor F SF Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian (lihat Lampiran 3 Formulir SIG-IV kolom 12) 4. Faktor Penyesuaian Belok Kanan (F RT ) Sebagai contoh untuk pendekat dari arah Kemiri (Utara) faktor penyesuaian Belok Kanan (F RT ) dapat dihitung dan dilihat pada Gambar 3. F RT = 1 + P RT x 0.26 = x 0.26 = 1.03 Keterangan : P RT dapat dilihat pada Lampiran 4 Formulir SIG-IV kolom 16

60 44 Gambar 4 : Faktor Penyesuaian Belok Kanan (F RT ) Sumber : Simpang Bersinyal MKJI Faktor Penyesuaian Belok Kiri (F LT ) Faktor penyesuaian Belok Kiri (F LT ) tanpa belok kiri langsung (L TOR ) dan untuk tipe terlindung (P) dapat dihitung dan dapat dilihat pada Gambar 4. F LT = 1 - P LT x 0.16 = x 0.16 = 0.90 Keterangan : P LT dapat dilihat pada lampiran 4 Formulir SIG-IV kolom 15

61 45 6. Arus Jenuh (S) Gambar 5 : Faktor Penyesuaian Belok Kiri (F LT ) Sumber : Simpang Bersinyal MKJI 1997 Nilai arus jenuh (S) dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. S = So x F CS x F SF x F G x F P x F RT x F LT = 1500 x 0.94 x 0.98 x 1.00 x 1.00 x 1.03 x 0.90 = 1163 smp/jam Nilai arus jenuh pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo untuk seluruh pendekat ditunjukan pada Tabel 15.

62 46 Tabel 15. Hasil Perhitungan Arus Jenuh (S) Pendekat Kemiri Kebumen Stasiun Purworejo (Utara) (Barat) (Selatan) (Timur) We (m) So F CS F SF F G F P F RT F LT S (smp/jam) Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian (lihat Lampiran 3 Formulir SIG-IV kolom 9-16) 7. Arus Lalu Lintas (Q) Perhitungan arus lalu lintas (Q) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. Q MV = Q LV + (Q HV x emp HV ) + (Q MC x emp MC ) = (25 x 1.3) + (438 x 0.2) = 224 smp/jam Nilai perhitungan arus lalu lintas yang masuk pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo dapat dilihat pada Tabel 16.

63 47 Pendekat Q LV (smp/jam) Q HV (smp/jam) Q MC Tabel 16. Hasil Perhitungan Arus Lalu Lintas (Q) Kemiri Kebumen Stasiun (Utara) (Barat) (Selatan) Purworejo (Timur) (smp/jam) Total Sumber : Hasil perhitungan penelitian (lihat Lampiran 2 Formulir SIG-II kolom 2-13) 8. Rasio Arus (F R ) Perhitungan rasio arus (F R ) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. FR = Q / S = 224 / 1163 = Nilai rasio arus untuk masing-masing pendekat dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Perhitungan Rasio Arus (F R ) Pendekat Q S FR Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) IFR = (FRcrit) Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian (lihat Lampiran 3 Formulir SIG-IV kolom 17, kolom 18 dan 19)

64 48 9. Rasio Arus Simpang (IFR) Perhitungan rasio arus simpang (IFR) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. IFR = (FRcrit) = Waktu Hilang (LTI) Perhitungan waktu hilang (LTI) dapat dilihat pada Formulir SIG-I Lampiran 1 atau dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. LTI = IG = 20 detik 11. Waktu Siklus Pra Penyesuaian (Cua) Perhitungan waktu siklus pra penyesuaian (Cua) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. Cua = (1.5 x LT1 + 5) / (1 IFR) = (1.5 x ) / ( ) = detik 12. Rasio Fase (PR) Perhitungan rasio fase (PR) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut.

65 49 PR = FRCrit / IFR = / = Nilai rasio fase untuk masing-masing pendekat dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil Perhitungan Rasio Fase (PR) Pendekat FR FRCrit PR Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian (lihat Lampiran 3 Formulir SIG-IV kolom 19, kolom 19 terbawah dan kolom 20) 13. Waktu Hijau (g) Perhitungan waktu hijau (g) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. gi = (Cua LTI) x PRi = ( ) x = 27 detik Nilai waktu hijau untuk masing-masing pendekat dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Perhitungan Waktu Hijau (g) Pendekat Cua LTI PRi g Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian (lihat Lampiran 3 Formulir SIG-IV kolom 4, kolom 10, kolom 20 dan 21)

66 Kapasitas (C) Perhitungan kapasitas (C) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. C = S x g/c = 1163 x 27/121 = 260 smp/jam Nilai kapasitas untuk masing-masing pendekat dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil Perhitungan Kapasitas (C) Pendekat S g c C Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian (lihat Lampiran 3 Formulir SIG-IV kolom 10, kolom 17, kolom 21 dan 22) 15. Derajat Kejenuhan (Ds) Perhitungan derajat kejenuhan (Ds) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. DS = Q / C = 224 / 260 = Nilai derajat kejenuhan untuk masing-masing pendekat dapat dilihat pada Tabel 21.

67 51 Tabel 21. Hasil Perhitungan Derajat Kejenuhan (Ds) Pendekat Kemiri Kebumen Stasiun Purworejo (Utara) (Barat) (Selatan) (Timur) Q (smp/jam) C (smp/jam) DS Sumber : Hasil perhitungan penelitian (lihat Lampiran 3 Formulir SIG-IV kolom 18, kolom 22 dan kolom 23) C. Perilaku Lalu Lintas 1. Panjang Antrian (QL) a) Perhitungan jumlah antrian smp (NQ1) yang tersisa dari fase hijau sebelumnya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut. Untuk DS > 0.5: NQ = 0.25 x C x ( 1) + ( 1) + (, ) = 0.25 x 260 x ( ) + ( ) + (.. ) = 2.3 smp Nilai antrian smp (NQ1) dapat dilihat pada Lampiran 5 Formulir SIG-V kolom 6 dan Tabel 21. b) Jumlah Antrian smp yang Datang (NQ2) Perhitungan jumlah antrian smp yang datang selama fase merah (NQ2) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut. NQ2 = c x = 90 x...

68 52 = 7.2 smp Nilai jumlah antrian smp yang datang selama fase merah (NQ2) dapat dilihat pada Lampiran 5 Formulir SIG-V kolom 7 dan Tabel 21. c) Jumlah Kendaraan Henti Perhitungan jumlah kendaraan henti dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut. NQ = NQ1 + NQ2 = = 9.6 smp Nilai jumlah kendaraan henti dapat dilihat pada Lampiran 5 Formulir SIG-V kolom 8 dan Tabel 21. d) Angka Terhenti Perhitungan angka terhenti dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut. NS = 0,9 x x =0.9 x x 3600 =1.146 stop/smp Jumlah kendaraan terhenti (N SV ) pada masing-masing pendekat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. N SV = Q x NS =224 x =264 smp/jam

69 53 Setelah mendapatkan data kendaraan terhenti maka besarnya angka henti total yang terjadi pada suatu simpang uji dapat dilaksanakn, yaitu dengan membagi jumlah kendaraan terhenti pada seluruh pendekat dengan arus simpang total dalam kend/jam NS TOTAL = N SV / Q TOTAL =1715 smp/jam e) Tundaan Perhitungan tundaan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut. DT = c x A+ = 121 x =47.56 det/smp Perhitungan nilai panjang antrian dapat dilihat pada tabel 22. Pendekat Tabel 22. Hasil Perhitungan Panjang Antrian Kapasitas Panjang (smp/jam) Antrian Waktu Siklus (det) Derajat Kejenuhan Tundaan (det) (m) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian (lihat Lampiran 4 Formulir SIG-V kolom 3, kolom 4, kolom 10 dan 16) Tundaan LTOR = 1794 detik Tundaan Simpang Rata-rata = detik Tingkat Pelayanan Simpang = E Total Arus = 1720 smp/jam

70 54 D. Keperluan Untuk Perubahan Setelah proses pengolahan data selesai dilakukan, dari hasil penelitian diketahui bahwa simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo kinerja simpang masih belum baik ditunjukan dengan nilai derajat kejenuhan sebesar lebih besar dari batas atas yang disarankan MKJI 1991 yaitu sebesar Pada diagram survei kendaraan menunjukan periode terpadat simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo yang terjadi pada jam puncak sore hari dengan total arus lalu lintas 1720 smp/jam dengan pergerakan LTOR total 299 smp/jam. Tingkat pelayanan simpang bersinyal masuk dalam kategori E dimana besarnya tundaan simpang rata-rata adalah detik. Panjang antrian terpanjang yang terjadi dari arah dari Purworejo (Timur) yaitu 107 m. Namun agar simpang bersinyal tersebut dapat lebih efektif dalam menampung arus lalu lintas maka dilakukan evaluasi dengan simulasi pada simpang berinyal tersebut. Simulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Penerapan Belok Kiri Langsung (LTOR) Langkah ini untuk mendapatkan nilai kapasitas terbesar, derajat kejenuhan yang rendah dan tundaan simpang rata-rata pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo, sehingga panjang antrian dapat dikurangi atau diturunkan. Pada pendekat dari arah kemiri (Utara) lebar pendekat lebih kecil daripada pendekat dari arah kebumen (Barat), stasiun (Selatan) dan purworejo (Timur). Dengan perubahan LTOR

71 55 dicari nilai terendah. Penerapan belok kiri langsung (LTOR) ditunjukan pada Tabel 23. Tabel 23. Hasil Simulasi Penerapan Belok Kiri Langsung (LTOR) Pendekat Kapasitas (smp/jam) Derajat Jenuh Panjang Antrian Tundaan (detik) (m) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Simulasi (lihat lampiran 8 Formulir SIG-V kolom 3, 4, 10 dan 16 terbawah). Tundaan LTOR Tundaan Simpang Rata-rata Tingkat Pelayanan Simpang Total Arus = 1794 detik = detik = E = 1635 smp/jam Dari hasil simulasi didapat bahwa pada penerapan belok kiri langsung pada pendekat dari arah Kemiri (Utara) efektif untuk menurunkan jumlah panjang antrian, nilai derajat kejenuhan, kapasitas dan nilai tundaan simpang ratarata pada simpang. Disini tingkat pelayanan dari simpang tetap yaitu masuk dalam kategori E. Penerapan belok kiri langsung (LTOR) dapat dijadikan alternatif pada simpang tersebut. 2. Perubahan Waktu Hilang (LTI) Perubahan waktu hilang (LTI) sesuai dengan standar nilai normal waktu antar hijau pada MKJI Perubahan nilai waktu hilang ditunjukan pada Tabel 24.

72 56 Tabel 24. Simulasi Nilai Waktu Hilang (LTI) Pendekat Lebar Pendekat IG Lapanganan IG Disesuaikan Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) LTI = IG Sumber : Hasil Simulasi (Lihat Lampiran 11 dan Lampiran 17 Formulir SIG-I dan IV kolom terbawah) Dengan simulasi perubahan waktu hilang (LTI) diatas untuk mendapatkan nilai kapasitas terbesar, derajat kejenuhan yang rendah dan tundaan simpang rata-rata pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo, sehingga panjang antrian dapat dikurangi atau diturunkan. Simulasi perubahn waktu hilang (LTI) ditunjukan pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Simulasi Perubahan Waktu Hilang (LTI) Pendekat Kapasitas (smp/jam) Derajat Jenuh Panjang Antrian Tundaan (detik) (m) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Simulasi (lihat lampiran 12 Formulir SIG-V kolom 3, 4, 10 dan 16 terbawah). Waktu Hilang Tundaan Simpang Rata-rata = 16 detik = detik Dari hasil simulasi didapat bahwa perubahan waktu hilang (LTI) pada pendekat dari arah Kemiri (Utara) efektif untuk menurunkan jumlah panjang antrian, nilai derajat kejenuhan, kapasitas dan nilai tundaan simpang ratarata pada simpang. Disini tingkat pelayanan dari simpang tetap yaitu masuk

73 57 dalam kategori E. Perubahan waktu hilang (LTI) dapat dijadikan alternatif pada simpang tersebut. 3. Perubahan Waktu Hijau (g) Perubahan waktu hijau (g) sesuai dengan waktu hijau minimal dari MKJI Menurut MKJI 1997 waktu hijau yang kurang dari 10 detik harus dihindari karena dapat mengakibatkan pelanggaran lampu merah berlebihan dan kesulitan menyeberang bagi pejalan kaki. Langkah ini untuk mendapatkan kapasitas yang besar, tundaan simpang rata-rata yang rendah, panjang antrian yang lebih pendek dan derajat kejenuhan < Pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo. Perubahan waktu hijau dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Simulasi Nilai Waktu Hijau (g) Pendekat Waktu Hijau Simulasi (det) Waktu Hijau Disesuaikan (det) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Simulasi (lihat Lampiran 15 dan 18 Kolom 21) Dengan simulasi perubahan waktu hijau (g) diatas untuk mendapatkan nilai kapasitas terbesar, derajat kejenuhan yang rendah dan tundaan simpang ratarata pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo, sehingga panjang antrian dapat dikurangi atau diturunkan. Simulasi perubahan waktu hijau (g) ditunjukan pada Tabel 27.

74 58 Pendekat Tabel 27. Hasil Simulasi Nilai Waktu Hijau (g) Waktu Kapasitas Derajat Hijau (smp/jam) Jenuh (g) Panjang Antrian (m) Tundaan (detik) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Simulasi (lihat Lampiran 13 kolom 21 Formulir SIG-IV dan Lampiran 14 dan Formulir SIG-V kolom 3, 4, 10 dan 16 terbawah). Tundaan Simpang Rata-rata = detik Dari hasil simulasi didapat bahwa perubahan waktu hijau (g) pada pendekat dari arah Kemiri (Utara) kurang efektif untuk menurunkan jumlah panjang antrian, nilai derajat kejenuhan, kapasitas dan nilai tundaan simpang ratarata pada simpang. Nilai derajat kejenuhan (Ds) simulasi perubahan waktu hijau (g) melewati batas yang disarankan menurut MKJI 1991 sebesar Disini tingkat pelayanan dari simpang tetap yaitu masuk dalam kategori E. Perubahan waktu hijau (g) belum dapat dijadikan alternatif pada simpang tersebut. 4. Perubahan Waktu Siklus (c) Perubahan waktu siklus (c) ini berdasar pada syarat yang ditetapkan MKJI 1997 yaitu untuk simpang 4 fase maka waktu siklus yang disarankan adalah detik. Dapat dilihat pada tabel 2. Tipe Pengaturan Tabel 2. Waktu Siklus yang disarankan Waktu Siklus yang Layak (det) Pengaturan 2 fase Pengaturan 3 fase Pengaturan 4 fase Sumber : Simpang Bersinyal MKJI 1997

75 59 Waktu siklus (c) yang disesuaikan berdasar pada waktu hijau yang diperoleh dan waktu hilang (LTI). Perhitungan waktu siklus (c) yang disesuaikan dengan persamaan berikut. c = g + LTI = = 110 detik Perhitungan diatas dijadikan simulasi perubahan waktu siklus (c) untuk mendapatkan nilai kapasitas terbesar, derajat kejenuhan yang rendah dan tundaan simpang rata-rata pada simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo, sehingga panjang antrian dapat dikurangi atau diturunkan. Simulasi perubahan waktu siklus (c) ditunjukan pada Tabel 28. Pendekat Tabel 28. Hasil Simulasi Perubahan Waktu Siklus (c) Waktu Kapasitas Panjang Siklus (smp/jam) Antrian (det) (m) Derajat Kejenuhan Tundaan (det) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian di Lapangan (lihat Lampiran 15 Formulir SIG-IV kolom 10 terbawah dan Lampiran SIG-V kolom 3, kolom 4, kolom 10 dan 16 terbawah) Waktu Hilang = 20 detik Tundaan LTOR Tundaan Simpang Rata-rata Tingkat Pelayanan Simpang Total Arus = 1794 detik = detik = E = 1720 smp/jam

76 60 Dengan melihat hasil simulasi penentuan ulang waktu siklus (c) didapat waktu siklus belum menurunkan derajat kejenuhan dan panjang antrian. Perubahan waktu siklus tersebut belum bisa dijadikan alternatif yang sesuai dengan MKJI Tabel 29. Hasil Simulasi Perubahan Waktu Siklus (c) dengan Waktu Hilang (LTI) Pendekat Waktu Siklus (det) Kapasitas (smp/jam) Panjang Antrian (m) Derajat Kejenuhan Tundaan (det) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian di Lapangan (lihat Lampiran 17 Formulir SIG-IV kolom 10 terbawah dan Lampiran 18 SIG-V kolom 3, kolom 4, kolom 10 dan 16 terbawah). Waktu Hilang Tundaan LTOR Tundaan Simpang Rata-rata Tingkat Pelayanan Simpang Total Arus = 16 detik = 1794 detik = detik = E = 1720 smp/jam Dengan melihat hasil simulasi penentuan ulang waktu siklus (c) dengan merubah waktu hilang (LTI), dapat meningkatkan kapasitas dan menurunkan derajat kejenuhan, panjang antrian juga tundaan rata-rata terendah. Perubahan waktu siklus tersebut bisa dijadikan alternatif yang sesuai dengan MKJI Tingkat pelayanan simpang tetap E.

77 61 E. Pembahasan 1. Kinerja Simpang Bersinyal Tiga Jembatan Kalianyar Simpang Empat BRI Kutoarjo. a. Arus Lalu Lintas (Q) Dari hasil penelitian diketahui arus lalu lintas simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar simpang empat BRI Kutoarjo cukup baik sesuai dengan MKJI untuk penyesuaian arus lalu lintas dengan lebar pendekat seperti pada tabel 30. Tabel 30. Penyesuaian Arus Lalu Lintas dengan Lebar Pendekat Arus Lalu Lintas yang Masuk ke Lebar Pendekat Rata-rata Simpang (m) (smp/jam) < > 5000 Sumber : Simpang Bersinyal MKJI , (Lebar belok kanan terpisah) Rencana lebih besar Untuk penyesuian arus lalu lintas dengan lebar pendekat simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Penyesuaian Arus Lalu Lintas dengan Lebar Pendekat pada simpang bersinyal Tiga Jembatan Kalianyar dan simpang Empat BRI Kutoarjo Pendekat Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Arus Lalu Lintas yang Masuk ke Simpang (smp/jam) Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian Lebar Pendekat Rata-rata (m)

78 62 b. Waktu Hijau (g) Dari hasil penelitian waktu hijau (g) didapat waktu hijau untuk pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar 27 detik, pendekat dari arah Kebumen (Barat) sebesar 30 detik, pendekat dari arah Stasiun (Selatan) sebesar 13 detik, pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar 31 detik. Menurut MKJI 1997 waktu hijau tidak boleh kurang dari 10 detik, jadi perhitungan waktu hijau sudah sesuai dengan standar waktu hijau MKJI c. Waktu Siklus (c) Dari hasil penelitian diketahui bahwa simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo menggunakan tipe pengaturan 4 fase. Dari perhitungan didapat waktu siklus sebesar 121 detik, waktu siklus tersebut sesuai dengan MKJI 1997 untuk waktu siklus yang disarankan seperti pada tabel 2. Tipe Pengaturan Tabel 2. Waktu Siklus yang disarankan Waktu Siklus yang Layak (det) Pengaturan 2 fase Pengaturan 3 fase Pengaturan 4 fase Sumber : Simpang Bersinyal MKJI d. Derajat Kejenuhan (Ds) Dari tabel 21 diketahui bahwa hasil penelitian lapangan, derajat kejenuhan (Ds) terbesar terjadi pada pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar Menurut standar MKJI 1997 derajat kejenuhan kurang

79 63 2. Alternatif dari Derajat kejenuhan (Ds) dari pendekat arah Kemiri (Utara) belum memenuhi standar MKJI a. Dari hasil simulasi penerapan belok kiri langsung pada pendekat dari arah Kemiri (Utara) efektif untuk menurunkan jumlah panjang antrian, nilai derajat kejenuhan, kapasitas dan nilai tundaan simpang rata-rata pada simpang. Hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Hasil Simulasi Penerapan Belok Kiri Langsung (LTOR) Pendekat Kapasitas (smp/jam) Derajat Jenuh Panjang Antrian Tundaan (detik) (m) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Simulasi (lihat lampiran 8 Formulir SIG-V kolom 3, 4, 10 dan 16 terbawah). Tundaan LTOR Tundaan Simpang Rata-rata Tingkat Pelayanan Simpang Total Arus = 1794 detik = detik = E = 1720 smp/jam b. Dari hasil simulasi waktu hilang (LTI) dengan cara memberikan waktu normal waktu antar hijau sesuai standar MKJI 1997 diharapkan dapat mendapatkan nilai kapasitas terbesar dan menurunkan derajat kejenuahan (Ds). Hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 33.

80 64 Tabel 33. Hasil Simulasi Perubahan Waktu Hilang (LTI) Pendekat Kapasitas (smp/jam) Derajat Jenuh Panjang Antrian Tundaan (detik) (m) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Simulasi (lihat lampiran 12 Formulir SIG-V kolom 3, 4, 10 dan 16 terbawah). c. Dari hasil simulasi penentuan ulang waktu siklus dengan waktu hilang (LTI) efektif menurunkan derajat kejenuhan dan tundaan rata-rata terendah. Perubahan waktu siklus dengan waktu hilang tersebut dapat dijadikan alternatif yang sesuai dengan MKJI Hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Hasil Simulasi Perubahan Waktu Siklus (c) dengan Waktu Hilang (LTI) Pendekat Waktu Siklus (det) Kapasitas (smp/jam) Panjang Antrian (m) Derajat Kejenuhan Tundaan (det) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Sumber : Hasil Simulasi (lihat Lampiran 13 kolom 21 Formulir SIG-IV dan Lampiran 14 dan Formulir SIG-V kolom 3, 4, 10 dan 16 terbawah). 3. Rangkuman Perbandingan Kinerja Simpang Bersinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo. Dari hasil perhitungan dan pembahasan dapat dirangkum dan nilai kinerja dari simpang berinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo berdasarkan standar MKJI Perbandingan kinerja simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo antara hasil perhitungan penelitian dan hasil simulasi perhitungan

81 65 Prosedur Perhitungan Waktu Hilang (detik) Kapasitas (smp/jam) Derajat Kejenuhan penelitian alternatif yang efektif dengan standar MKJI 1997 sebagai berikut. Tabel 35. Perbandingan Kinerja Simpang Bersinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo Penerapan Belok Kiri Langsung (LTOR) Pendekat Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Penelitian Simulasi Penelitian Simulasi Penelitian Simulasi Penelitian Simulasi Panjang Antrian (m) Tundaan Rata-rata (det/smp) Sumber : Perbandingan Perhitungan Penelitian dan Simulasi Penelitian Alternatif. Prosedur Perhitungan Waktu Hilang (detik) Kapasitas (smp/jam) Derajat Kejenuhan Tabel 36. Perbandingan Kinerja Simpang Bersinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo Waktu Hilang (LTI) Pendekat Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Penelitian Simulasi Penelitian Simulasi Penelitian Simulasi Penelitian Simulasi Panjang Antrian (m) Tundaan Rata-rata (det/smp) Sumber : Perbandingan Perhitungan Penelitian dan Simulasi Penelitian Alternatif.

82 66 Prosedur Perhitungan Waktu Siklus (detik) Waktu Hilang (detik) Kapasitas (smp/jam) Derajat Kejenuhan Tabel 37. Perbandingan Kinerja Simpang Bersinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo Waktu Siklus (c) dengan Waktu Hilang (LTI) Pendekat Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Penelitian Simulasi Penelitian Simulasi Penelitian Simulasi Penelitian Simulasi Panjang Antrian (m) Tundaan Rata-rata (det/smp) Sumber : Perbandingan Perhitungan Penelitian dan Simulasi Penelitian Alternatif. Dari tabel diatas terlihat bahwa kinerja simpang bersinyal hasil simulasi lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja simpang bersinyal hasil penelitian dari lapangan karena mempunyai kapasitas yang besar dan menurunkan panjang antrian, derajat kejenuhan yang lebih rendah, sehingga simulasi pada penerapan belok kiri langsung (LTOR) pendekat dari arah Kemiri (Utara), perubahan waktu hilang (LTI) dan perubahan waktu siklus dengan waktu hilang (LTI) dapat dijadikan alternatif agar simpang bersinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo dapat lebih efektif dan juga menambah kenyamanan bagi pengguna jalan pada saat berkendara.

83 67 Pendekat 4. Rangkuman Perbandingan Simulasi Kinerja Simpang Bersinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo. Dari hasil perhitungan simulasi kinerja dari simpang berinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo berdasarkan standar MKJI 1997 didapat simulasi yang paling efektif yaitu simulasi penerapan belok kiri langsung (LTOR) dengan penurunan derajat kejenuhan, panjang antrian dan tundaan yang terendah dibandingkan simulasi perubahan waktu hilang (LTI) dan perubahan waktu siklus (c) dan waktu hilang (LTI). Tabel 38. Perbandingan Kinerja Simpang Bersinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo Prosedur Perhitungan Waktu Siklus (detik) Waktu Hilang (detik) Kapasitas (smp/jam) Derajat Kejenuhan Panjang Antrian (m) Penerapan Belok Kiri Langsung (LTOR) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Waktu Hilang (LTI) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Waktu Siklus (c) dengan Waktu Hilang (LTI) Kemiri (Utara) Kebumen (Barat) Stasiun (Selatan) Purworejo (Timur) Tundaan Rata-rata (det/smp)

84 68 Sumber : Perbandingan Perhitungan Simulasi Penelitian Alternatif. Dari tabel diatas terlihat bahwa kinerja simpang bersinyal hasil simulasi penerapan belok kiri langsung (LTOR) lebih efektif dibandingkan dengan simulasi perubahan waktu hilang (LTI) dan perubahan waktu siklus (c) dengan waktu hilang (LTI). Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kapasitas untuk setiap masing-masing pendekat. Pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar 169 smp/jam, pendekat dari arah Kebumen (Barat) sebesar 779 smp/jam, pendekat dari arah Stasiun (Selatan) sebesar 241 smp/jam, pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar 825 smp/jam sedangkan hasil penelitian dilapangan pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar 260 smp/jam, pendekat dari arah Kebumen (Barat) sebesar 743 smp/jam, pendekat dari arah Stasiun (Selatan) sebesar 236 smp/jam, pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar 783 smp/jam. Nilai derajat kejenuhan simulasi penerapan belok kiri langsung (LTOR) pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar 0.821, pendekat dari arah Kebumen (Barat) sebesar 0.808, pendekat dari arah Stasiun (Selatan) sebesar 0.817, pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar sedangkan hasil penelitian dilapangan pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar 0.863, pendekat dari arah Kebumen (Barat) sebesar 0.848, pendekat dari arah Stasiun (Selatan) sebesar 0.836, pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar Nilai panjang antrian hasil simulasi penerapan belok kiri langsung (LTOR) panjang antrian pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar 48 m, pendekat dari arah Kebumen (Barat) sebesar 67 m, pendekat dari arah Stasiun

85 69 (Selatan) sebesar 36 m, pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar 67 m sedangkan hasil penelitian dilapangan pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar 88 m, pendekat dari arah Kebumen (Barat) sebesar 97 m, pendekat dari arah Stasiun (Selatan) sebesar 44 m, pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar 107 m. Ini membuktikan bahwa hasil simulasi penerapan belok kiri langsung (LTOR) lebih efektif untuk meningkat kapasitas dan menurunkan derajat kejenuhan, panjang antrian.

86 70 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan eveluasi dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Kinerja dari simpang bersinyal tiga Jembatan Kalinyar dan simpang empat BRI Kutoarjo cukup baik. Hal tersebut diuraikan sebagaimana di bawah ini. a. Arus Lalu Lintas (Q) Dari hasil perhitungan penelitian didapat nilai arus lalu lintas (Q) untuk pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar 224 smp/jam dengan lebar pendekat 2.5 m, pendekat dari arah Kebumen (Barat) sebesar 630 smp/jam dengan lebar pendekat 6 m, pendekat dari arah Stasiun (Selatan) sebesar 197 smp/jam dengan lebar pendekat 4.5 m, pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar 669 smp/jam dengan lebar pendekat 6 m. Nilai tersebut sesuai dengan standar MKJI 1997 untuk penyesuaian arus lalu lintas dengan lebar pendekat, yaitu untuk arus lalu lintas kurang dari 2500 smp/jam dengan lebar pendekat 4.5 m. b. Waktu Hijau (g) Dari hasil penelitian waktu hijau (g) pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar 27 detik, pendekat dari arah Kebumen (Barat) sebesar 30 detik, pendekat dari arah Stasiun (Selatan) sebesar 13 detik, pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar 31 detik. Menurut MKJI 1997 waktu hijau 70

87 71 tidak boleh kurang dari 10 detik, jadi perhitungan waktu hijau sudah sesuai dengan standar waktu hijau MKJI c. Waktu Siklus (c) Dari hasil perhitungan penelitian didapat waktu siklus (c) sebesar 121 detik. Nilai tersebut sesuai dengan standar MKJI 1997 untuk simpang 4 fase waktu siklus yang disarankan antara detik. d. Derajat Kejenuhan (Ds) Dari hasil perhitungan penelitian didapat derajat kejenuhan (Ds) terbesar terjadi pada pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar Menurut standar MKJI 1997 derajat kejenuhan diatas dari Derajat kejenuhan (Ds) dari pendekat arah Kemiri (Utara) belum memenuhi standar MKJI e. Kapasitas Dari hasil penelitian kapasitas pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar 260 smp/jam, pendekat dari arah Kebumen (Barat) sebesar 743 smp/jam, pendekat dari arah Stasiun (Selatan) sebesar 236 smp/jam, pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar 783 smp/jam. f. Panjang antrian Dari hasil perhitungan penelitian didapat panjang antrian terpanjang terjadi pada pendekat dari arah Purworejo (Timur) yaitu 107 m, sedangkan penjang antrian terpendek terjadi pada pendekat dari arah Stasiun (Selatan) yaitu 44 m.

88 72 2. Dari hasil alternatif yang telah dilakukan bahwa belok kiri langsung (LTOR pendekat dari arah Kemiri (Utara)) dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan kinerja dari simpang bersinyal dalam menampung arus lalu lintas. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kapasitas untuk setiap masing-masing pendekat. Pendekat dari arah Kemiri (Utara) sebesar 169 smp/jam, pendekat dari arah Kebumen (Barat) sebesar 779 smp/jam, pendekat dari arah Stasiun (Selatan) sebesar 241 smp/jam, pendekat dari arah Purworejo (Timur) sebesar 825 smp/jam. 3. Dari hasil alternatif yang telah dilakukan hasil simulasi perhitungan penelitian dengan menurunkan waktu hilang (LTI) sebesar 16 detik dapat menaikkan kapasitas dan menurunkan nilai derajat kejenuhan (Ds), panjang antrian dan tundaan rata-rata. Dengan menaiknya kapasitas dan menurunnya panjang antrian, derajat kejenuhan (Ds), tundaan rata-rata akan menambah kenyamanan pengguna jalan saat berkendara. 4. Dari hasil alternatif yang telah dilakukan hasil simulasi perhitungan penelitian dengan perubahan siklus sebesar 110 detik dengan waktu hilang sebesar 16 detik lebih efektif karena mempunyai kapasitas yang besar dan menurunkan derajat kejenuhan(ds), panjang antrian. Dengan waktu siklus yang lebih singkat, maka akan menambah kenyamanan pengguna jalan saat berkendara. 5. Dari hasil perhitungan simulasi kinerja dari simpang berinyal tiga Jembatan Kalianyar dan simpang empat BRI Kutoarjo berdasarkan standar MKJI 1997 didapat simulasi yang paling efektif yaitu simulasi penerapan belok

89 73 kiri langsung (LTOR) pendekat arah Kemiri (Utara) dengan penurunan derajat kejenuhan, panjang antrian dan tundaan yang paling terendah dibandingkan simulasi perubahan waktu hilang (LTI) dan perubahan waktu siklus (c) dan waktu hilang (LTI). B. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diberikan saran atau usulan sebagai berikut. 1. Sesuai dengan hasil simulasi pada pendekat dari arah Kemiri (Utara) belok kiri langsung (LTOR) dapat menurunkan nilai derajat kejenuhan (Ds) dan panjang antrian. Hasil simulasi ini dapat menjadi usulan alternatif agar simpang tersebut mempunyai kinerja yang maksimal dan dapat menambah kenyamanan dalam berkendara bagi pengguna jalan. 2. Perlu penambahan rambu dilarang parkir disetiap pendekat simpang, agar memperlancar arus lalu lintas yang melewati simpang bersinyal tiga Jembatan Kalinyar dan simpang empat BRI Kutoarjo. 3. Untuk angkutan umum diharapkan tidak menaikkan dan menurunkan penumpang pada area persimpangan terutama untuk arus berangkat pendekat dari arah stasiun (Selatan) dan dari arah Purworejo (Timur) agar tidak mengganggu arus lalu lintas. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui ada tidaknya pengaruh hambatan samping akibat aktifitas menaikkan atau menurunkan penumpang oleh angkutan umum pada lokasi penelitian.

90 74 DAFTAR PUSTAKA Anonim, Pedoman Penyusunan Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Dirjen Bina Marga. Dinas Kependudukan dan Pecatatan Sipil Data Jumlah Penduduk Kabupaten Purworejo. Purworejo: Disdukcapil. Harianto J Perencanaan Persimpangan Jalan Sebidang dan Tak Sebidang pada Jalan Raya. Jurnal Teknik Sipil, USU digital library. Santoso Budi, Kaji Ulang Simpang Bersinyal Beberapa Persimpangan Di Purworejo Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia Skripsi, Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo. Sukirman Silvia Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung: Nova. Buono Panji Tejo Analisa Kinerja Simpang Bersinyal Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (Studi Kasus Simpang Lengkong Jl. Tentara Pelajar Kabupaten Purworejo). Skripsi, Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo. Cahyono Indriyanto Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal Galeria Mall Yogyakarta. Skripsi. Universitas Gadjah Mada.

91 SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 24 Juli 2016 Kota : Purworejo Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Simpang empat BRI Kutoarjo Periode : Jam Puncak WAKTU PAGI SIANG SORE Arah Kendaraan Ringan Jl. Tentara Pelajar Kendaraan Berat Sepeda Motor Kendaraan Tak Bermotor Kendaraan Ringan Kendaraan Berat SURVEI PENELITIAN Jl. Pangeran Diponegoro dari Kebumen Jl. Merpati Jl. Pangeran Diponegoro dari Purworejo Sepeda Motor Kendaraan Tak Bermotor LT/LTOR ST RT Total LT/LTOR ST RT Total LT/LTOR ST RT Total Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kendaraan Tak Bermotor Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Ditangani Oleh Kendaraan Tak Bermotor TOTAL KEND. BERMOTOR Data Lapangan

92 SURVEI PENELITIAN SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Kota : Purworejo Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Simpang empat BRI Kutoarjo Periode : Jam Puncak WAKTU PAGI SIANG SORE Arah Kendaraan Ringan Jl. Tentara Pelajar Jl. Pangeran Diponegoro dari Kebumen Jl. Merpati Jl. Pangeran Diponegoro dari Purworejo Kendaraan Berat Sepeda Motor Kendaraan Tak Bermotor Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kendaraan Tak Bermotor LT/LTOR ST RT Total LT/LTOR ST RT Total LT/LTOR ST RT Total Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kendaraan Tak Bermotor Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Ditangani Oleh Kendaraan Tak Bermotor TOTAL KEND. BERMOTOR Data Lapangan

93 SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 26 Juli 2016 Kota : Purworejo Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Simpang empat BRI Kutoarjo Periode : Jam Puncak WAKTU PAGI SIANG SORE Arah Kendaraan Ringan Jl. Tentara Pelajar Kendaraan Berat Sepeda Motor Kendaraan Tak Bermotor Kendaraan Ringan Jl. Pangeran Diponegoro dari Kebumen Kendaraan Berat SURVEI PENELITIAN Sepeda Motor Kendaraan Tak Bermotor LT/LTOR ST RT Total LT/LTOR ST RT Total LT/LTOR ST RT Total Kendaraan Ringan Jl. Merpati Kendaraan Berat Sepeda Motor Kendaraan Tak Bermotor Jl. Pangeran Diponegoro dari Purworejo Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Ditangani Oleh Kendaraan Tak Bermotor TOTAL KEND. BERMOTOR Data Lapangan

94 Lampiran 1 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 FORMULIR SIG-I Kota : Purworejo GEOMETRI Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar PENGATURAN LALU LINTAS Simpang empat BRI Kutoarjo LINGKUNGAN Ukuran Kota : 0.94 Soal : 4 fase Periode : Jam Puncak FASE SINYAL YANG ADA g = 15 g = 35 g = 18 g = 35 Waktu Siklus = 110 Ditangani Oleh Arif Yulianto IG = 3 IG = 6 IG = 5 IG = 6 Waktu Hilang = 20 KONDISI LAPANGAN Kode Tipe Jalan Hambatan Median Kelandaian Belok Kiri Jarak Lebar Pendekat (m) Pendekat Lingkungan Samping Ya / Tidak % Langsung Kendaraan Pendekat Masuk Belok Kiri Keluar Jalan Tinggi / Rendah Ya / Tidak Parkir (Wa) W MASUK Langsung W KELUAR U COM R T T B COM R T Y S COM R T T T COM R T Y W LTOR

95 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh FORMULIR SIG-II Kota : Purworejo Arif Yulianto ARUS LALU LINTAS Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Soal : 4 Fase Simpang empat BRI Kutoarjo Periode : Jam Puncak ARUS LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR ( MV ) KEND. TAK BERMOTOR Kendaraan Ringan ( LV ) Kendaraan Berat ( HV ) Sepeda Motor ( MC ) Kendaraan Bermotor Total ( Rasio Arus Kode emp Terlindung = 1 emp Terlindung = 1.3 emp Terlindung = 0.2 Arah MV ) Berbelok UM Rasio Pendekat emp Terlawan = 1 emp Terlawan = 1.3 emp Terlawan = 0.4 UM / MV Kend / Smp / jam Kend / Smp / jam Kend / Smp / jam Kend / Smp / jam Kend / PLT PRT jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan jam LT/LTOR U ST RT Total LT/LTOR B ST RT Total LT/LTOR S ST RT Total LT/LTOR T ST RT Total LT/LTOR ST RT Total Lampiran 2

96 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-IV Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PENENTUAN WAKTU SINYAL Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Simpang empat BRI Kutoarjo Periode : Jam Puncak Distribusi arus lalu lintas (smp/jam) Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Lampiran 3 Kode Pendekat Hijau Dalam Fase no Tipe Pendekat Rasio Kendaraan Berbelok Arah Diri Arus RT Smp/jam Arah Lawan Lebar Efektif (m) Nilai Dasar Smp/jam Ukuran Kota Arus Lalu Lintas Jenuh Faktor-faktor koreksi Semua Tipe Pendekat Hambatan Samping Parkir Belok Kiri PLTOR PLT PRT QRT QRTO We So FCS FSF FG FP FLT FRT S Q Q/S IFR g C Q/C U 2 P B 4 O S 3 P T 1 O Kelandaian Hanya Tipe P Belok Kanan Nilai Disesuaikan Smp/jam Arus Lalu Lintas Smp/jam Arus Rasio FR Rasio Fase PR=Fcrit Waktu Hijau/detik Kapasitas Smp/jam Derajat Kejenuhan Waktu hilang total LT LTI (detik) 20 Waktu siklus pra penyesuaian cua det Waktu Siklus disesuaikan (c) det IFR = 121 Frcrit 0.711

97 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-V Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PANJANG ANTRIAN Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Periode : Jam Puncak JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang empat BRI Kutoarjo TUNDAAN Waktu Siklus : 121 Arus Lalu Kapasitas Derajat Rasio Jumlah Kendaraan Henti (smp) Panjang Rasio Jumlah Tundaan Lintas smp/jam Kejenuhan Hijau Antrian Kendaraan Kendaraan Tundaan Tundaan Tundaan Kode smp/jam Terhenti Lalu Lintas Geometrik rata-rata Pendekat rata-rata DG Total DS GR NQ 1 NQ 2 NQ 1 + NQ 2 = NQ MAX D = = = NQ QL NS N SV DT DT + DG D x Q/3600 Q C Q/C g/c (m) stop/smp smp/jam det/smp det/smp det/smp det/smp U B S T Tundaan Total Lampiran 4 LTOR (semua) 299 Arus kor. Qkor Arus total Qtot 1720 Total 1715 Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Total Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Arus kor : Arus yang dikoreksi

98 Lampiran 5 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 FORMULIR SIG-I Kota : Purworejo GEOMETRI Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar PENGATURAN LALU LINTAS Simpang empat BRI Kutoarjo LINGKUNGAN Ukuran Kota : 0.94 Soal : 4 fase Periode : Jam Puncak FASE SINYAL YANG ADA g = 15 g = 35 g = 18 g = 35 Waktu Siklus = 110 Ditangani Oleh Arif Yulianto Simulasi : LTOR Pendekat Kemiri (Utara) IG = 3 IG = 6 IG = 5 IG = 6 Waktu Hilang = 20 KONDISI LAPANGAN Kode Tipe Jalan Hambatan Median Kelandaian Belok Kiri Jarak Lebar Pendekat (m) Pendekat Lingkungan Samping Ya / Tidak % Langsung Kendaraan Pendekat Masuk Belok Kiri Keluar Jalan Tinggi / Rendah Ya / Tidak Parkir (Wa) W MASUK Langsung W KELUAR U COM R T T B COM R T Y S COM R T T T COM R T Y W LTOR

99 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh FORMULIR SIG-II Kota : Purworejo Arif Yulianto ARUS LALU LINTAS Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Soal : 4 Fase Simulasi : LTOR Pendekat Kemiri (Utara) Periode : Jam Puncak ARUS LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR ( MV ) KEND. TAK BERMOTOR Kendaraan Ringan ( LV ) Kendaraan Berat ( HV ) Sepeda Motor ( MC ) Kendaraan Bermotor Total ( Rasio Arus Kode emp Terlindung = 1 emp Terlindung = 1.3 emp Terlindung = 0.2 Arah MV ) Berbelok UM Rasio Pendekat emp Terlawan = 1 emp Terlawan = 1.3 emp Terlawan = 0.4 UM / MV Kend / Smp / jam Kend / Smp / jam Kend / Smp / jam Kend / Smp / jam Kend / PLT PRT jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan jam LT/LTOR U ST RT Total LT/LTOR B ST RT Total LT/LTOR S ST RT Total LT/LTOR T ST RT Total LT/LTOR ST RT Total Lampiran 6

100 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-IV Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PENENTUAN WAKTU SINYAL Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Simpang empat BRI Kutoarjo Periode : Jam Puncak Simulasi : LTOR Pendekat Kemiri (Utara) Distribusi arus lalu lintas (smp/jam) Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Lampiran 7 Kode Pendekat Hijau Dalam Fase no Tipe Pendekat Rasio Kendaraan Berbelok Arah Diri Arus RT Smp/jam Arah Lawan Lebar Efektif (m) Nilai Dasar Smp/jam Ukuran Kota Arus Lalu Lintas Jenuh Faktor-faktor koreksi Semua Tipe Pendekat Hambatan Samping Parkir Belok Kiri PLTOR PLT PRT QRT QRTO We So FCS FSF FG FP FLT FRT S Q Q/S IFR g C Q/C U - LT 1 O B 2 O S 3 P T 4 O Kelandaian Hanya Tipe P Belok Kanan Nilai Disesuaikan Smp/jam Arus Lalu Lintas Smp/jam Arus Rasio FR Rasio Fase PR=Fcrit Waktu Hijau/detik Kapasitas Smp/jam Derajat Kejenuhan Waktu hilang total LT LTI (detik) 20 Waktu siklus pra penyesuaian cua det Waktu Siklus disesuaikan (c) det IFR =Frcrit IFR+LT/c 0.832

101 SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-V Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PANJANG ANTRIAN Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Periode : Jam Puncak JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang empat BRI Kutoarjo Simulasi : LTOR Pendekat TUNDAAN Waktu Siklus : 110 Kemiri (Utara) Kapasitas Derajat Rasio Jumlah Kendaraan Henti (smp) Panjang Rasio Tundaan smp/jam Kejenuhan Hijau Antrian Kendaraan Jumlah Kendaraan Terhenti Tundaan Lalu Lintas Total DS GR NQ 1 NQ 2 NQ 1 + NQ 2 = NQ MAX D = = = NQ QL NS N SV DT DT + DG D x Q/3600 Q C Q/C g/c (m) stop/smp smp/jam det/smp det/smp det/smp det/smp U B S T Kode Pendekat Arus Lalu Lintas smp/jam MKJI : SIMPANG BERSINYAL Tundaan Geometrik rata-rata DG Tundaan rata-rata Tundaan Total Lampiran 8 LTOR (semua) 299 Arus kor. Qkor Arus total Qtot 1635 Total 1562 Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Total Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Arus kor : Arus yang dikoreksi

102 Lampiran 9 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 FORMULIR SIG-I Kota : Purworejo GEOMETRI Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar PENGATURAN LALU LINTAS Simpang empat BRI Kutoarjo LINGKUNGAN Ukuran Kota : 0.94 Soal : 4 fase Periode : Jam Puncak FASE SINYAL YANG ADA g = 15 g = 35 g = 18 g = 35 Waktu Siklus = 110 Ditangani Oleh Arif Yulianto IG = 2 IG = 5 IG = 4 IG = 5 Waktu Hilang = 16 KONDISI LAPANGAN Kode Tipe Jalan Hambatan Median Kelandaian Belok Kiri Jarak Lebar Pendekat (m) Pendekat Lingkungan Samping Ya / Tidak % Langsung Kendaraan Pendekat Masuk Belok Kiri Keluar Jalan Tinggi / Rendah Ya / Tidak Parkir (Wa) W MASUK Langsung W KELUAR U COM R T T B COM R T Y S COM R T T T COM R T Y W LTOR

103 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh FORMULIR SIG-II Kota : Purworejo Arif Yulianto ARUS LALU LINTAS Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Soal : 4 Fase Simpang empat BRI Kutoarjo Periode : Jam Puncak ARUS LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR ( MV ) KEND. TAK BERMOTOR Kendaraan Ringan ( LV ) Kendaraan Berat ( HV ) Sepeda Motor ( MC ) Kendaraan Bermotor Total ( Rasio Arus Kode emp Terlindung = 1 emp Terlindung = 1.3 emp Terlindung = 0.2 Arah MV ) Berbelok UM Rasio Pendekat emp Terlawan = 1 emp Terlawan = 1.3 emp Terlawan = 0.4 UM / MV Kend / Smp / jam Kend / Smp / jam Kend / Smp / jam Kend / Smp / jam Kend / PLT PRT jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan jam LT/LTOR U ST RT Total LT/LTOR B ST RT Total LT/LTOR S ST RT Total LT/LTOR T ST RT Total LT/LTOR ST RT Total Lampiran 10

104 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-IV Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PENENTUAN WAKTU SINYAL Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Simpang empat BRI Kutoarjo Periode : Jam Puncak Simulasi : Perubahan Waktu Hilang (LTI) Distribusi arus lalu lintas (smp/jam) Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Lampiran 11 Kode Pendekat Hijau Dalam Fase no Tipe Pendekat Rasio Kendaraan Berbelok Arah Diri Arus RT Smp/jam Arah Lawan Lebar Efektif (m) Nilai Dasar Smp/jam Ukuran Kota Arus Lalu Lintas Jenuh Faktor-faktor koreksi Semua Tipe Pendekat Hambatan Samping Parkir Belok Kiri PLTOR PLT PRT QRT QRTO We So FCS FSF FG FP FLT FRT S Q Q/S IFR g C Q/C U 1 P B 2 O S 3 P T 4 O Kelandaian Hanya Tipe P Belok Kanan Nilai Disesuaikan Smp/jam Arus Lalu Lintas Smp/jam Arus Rasio FR Rasio Fase PR=Fcrit Waktu Hijau/detik Kapasitas Smp/jam Derajat Kejenuhan Waktu hilang total LT LTI (detik) 16 Waktu siklus pra penyesuaian cua det Waktu Siklus disesuaikan (c) det IFR = 100 Frcrit 0.711

105 SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-V Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PANJANG ANTRIAN Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Periode : Jam Puncak JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang empat BRI Kutoarjo Simulasi : Waktu Hilang (LTI) TUNDAAN Waktu Siklus : 100 Kapasitas Derajat Rasio Jumlah Kendaraan Henti (smp) Panjang Rasio Tundaan smp/jam Kejenuhan Hijau Antrian Kendaraan Jumlah Kendaraan Terhenti Tundaan Lalu Lintas Total DS GR NQ 1 NQ 2 NQ 1 + NQ 2 = NQ MAX D = = = NQ QL NS N SV DT DT + DG D x Q/3600 Q C Q/C g/c (m) stop/smp smp/jam det/smp det/smp det/smp det/smp U B S T Kode Pendekat Arus Lalu Lintas smp/jam MKJI : SIMPANG BERSINYAL Tundaan Geometrik rata-rata DG Tundaan rata-rata Tundaan Total Lampiran 12 LTOR (semua) 299 Arus kor. Qkor Arus total Qtot 1720 Total 1723 Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Total Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Arus kor : Arus yang dikoreksi

106 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-IV Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PENENTUAN WAKTU SINYAL Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Simpang empat BRI Kutoarjo Periode : Jam Puncak Simulasi : Perubahan Waktu Hijau (g) Distribusi arus lalu lintas (smp/jam) Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Lampiran 13 Kode Pendekat Hijau Dalam Fase no Tipe Pendekat Rasio Kendaraan Berbelok Arah Diri Arus RT Smp/jam Arah Lawan Lebar Efektif (m) Nilai Dasar Smp/jam Ukuran Kota Arus Lalu Lintas Jenuh Faktor-faktor koreksi Semua Tipe Pendekat Hambatan Samping Parkir Belok Kiri PLTOR PLT PRT QRT QRTO We So FCS FSF FG FP FLT FRT S Q Q/S IFR g C Q/C U 1 P B 2 O S 3 P T 4 O Kelandaian Hanya Tipe P Belok Kanan Nilai Disesuaikan Smp/jam Arus Lalu Lintas Smp/jam Arus Rasio FR Rasio Fase PR=Fcrit Waktu Hijau/detik Kapasitas Smp/jam Derajat Kejenuhan Waktu hilang total LT LTI (detik) 20 Waktu siklus pra penyesuaian cua det Waktu Siklus disesuaikan (c) det IFR = 121 Frcrit 0.711

107 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-V Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PANJANG ANTRIAN Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Periode : Jam Puncak JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang empat BRI Kutoarjo Simulasi : Perubahan TUNDAAN Waktu Siklus : 121 Waktu Hijau (g) Arus Lalu Kapasitas Derajat Rasio Jumlah Kendaraan Henti (smp) Panjang Rasio Jumlah Tundaan Lintas smp/jam Kejenuhan Hijau Antrian Kendaraan Kendaraan Tundaan Tundaan Tundaan Kode smp/jam Terhenti Lalu Lintas Geometrik rata-rata Pendekat rata-rata DG Total DS GR NQ 1 NQ 2 NQ 1 + NQ 2 = NQ MAX D = = = NQ QL NS N SV DT DT + DG D x Q/3600 Q C Q/C g/c (m) stop/smp smp/jam det/smp det/smp det/smp det/smp U B S T Tundaan Total Lampiran 14 LTOR (semua) 299 Arus kor. Qkor Arus total Qtot 1720 Total 2187 Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Total Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Arus kor : Arus yang dikoreksi

108 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-IV Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PENENTUAN WAKTU SINYAL Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Simpang empat BRI Kutoarjo Periode : Jam Puncak Simulasi : Perubahan Waktu Siklus (c) Distribusi arus lalu lintas (smp/jam) Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Lampiran 15 Kode Pendekat Hijau Dalam Fase no Tipe Pendekat Rasio Kendaraan Berbelok Arah Diri Arus RT Smp/jam Arah Lawan Lebar Efektif (m) Nilai Dasar Smp/jam Ukuran Kota Arus Lalu Lintas Jenuh Faktor-faktor koreksi Semua Tipe Pendekat Hambatan Samping Parkir Belok Kiri PLTOR PLT PRT QRT QRTO We So FCS FSF FG FP FLT FRT S Q Q/S IFR g C Q/C U 1 P B 2 O S 3 P T 4 O Kelandaian Hanya Tipe P Belok Kanan Nilai Disesuaikan Smp/jam Arus Lalu Lintas Smp/jam Arus Rasio FR Rasio Fase PR=Fcrit Waktu Hijau/detik Kapasitas Smp/jam Derajat Kejenuhan Waktu hilang total LT LTI (detik) 20 Waktu siklus pra penyesuaian cua det Waktu Siklus disesuaikan (c) det IFR = 110 Frcrit 0.711

109 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-V Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PANJANG ANTRIAN Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Periode : Jam Puncak JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang empat BRI Kutoarjo Simulasi : Perubahan TUNDAAN Waktu Siklus : 110 Waktu Siklus (c) Arus Lalu Kapasitas Derajat Rasio Jumlah Kendaraan Henti (smp) Panjang Rasio Jumlah Tundaan Lintas smp/jam Kejenuhan Hijau Antrian Kendaraan Kendaraan Tundaan Tundaan Tundaan Kode smp/jam Terhenti Lalu Lintas Geometrik rata-rata Pendekat rata-rata DG Total DS GR NQ 1 NQ 2 NQ 1 + NQ 2 = NQ MAX D = = = NQ QL NS N SV DT DT + DG D x Q/3600 Q C Q/C g/c (m) stop/smp smp/jam det/smp det/smp det/smp det/smp U B S T Tundaan Total Lampiran 16 LTOR (semua) 299 Arus kor. Qkor Arus total Qtot 1720 Total 1801 Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Total Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Arus kor : Arus yang dikoreksi

110 MKJI : SIMPANG BERSINYAL SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-IV Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PENENTUAN WAKTU SINYAL Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Simpang empat BRI Kutoarjo Periode : Jam Puncak Simulasi : Perubahan Waktu Siklus (c) dan Waktu Hilang (LTI) Distribusi arus lalu lintas (smp/jam) Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Lampiran 17 Kode Pendekat Hijau Dalam Fase no Tipe Pendekat Rasio Kendaraan Berbelok Arah Diri Arus RT Smp/jam Arah Lawan Lebar Efektif (m) Nilai Dasar Smp/jam Ukuran Kota Arus Lalu Lintas Jenuh Faktor-faktor koreksi Semua Tipe Pendekat Hambatan Samping Parkir Belok Kiri PLTOR PLT PRT QRT QRTO We So FCS FSF FG FP FLT FRT S Q Q/S IFR g C Q/C U 1 P B 2 O S 3 P T 4 O Kelandaian Hanya Tipe P Belok Kanan Nilai Disesuaikan Smp/jam Arus Lalu Lintas Smp/jam Arus Rasio FR Rasio Fase PR=Fcrit Waktu Hijau/detik Kapasitas Smp/jam Derajat Kejenuhan Waktu hilang total LT LTI (detik) 16 Waktu siklus pra penyesuaian cua det Waktu Siklus disesuaikan (c) det IFR = 110 Frcrit 0.711

111 SIMPANG BERSINYAL Tanggal : 25 Juli 2016 Ditangani Oleh : Arif Yulianto FORMULIR SIG-V Kota : Purworejo Soal : 4 Fase PANJANG ANTRIAN Simpang : Simpang tiga Jembatan Kalianyar Periode : Jam Puncak JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang empat BRI Kutoarjo Simulasi : Waktu Siklus (c) dan TUNDAAN Waktu Siklus : 110 Waktu Hilang (LTI) Kapasitas Derajat Rasio Jumlah Kendaraan Henti (smp) Panjang Rasio Tundaan smp/jam Kejenuhan Hijau Antrian Kendaraan Jumlah Kendaraan Terhenti Tundaan Lalu Lintas Total DS GR NQ 1 NQ 2 NQ 1 + NQ 2 = NQ MAX D = = = NQ QL NS N SV DT DT + DG D x Q/3600 Q C Q/C g/c (m) stop/smp smp/jam det/smp det/smp det/smp det/smp U B S T Kode Pendekat Arus Lalu Lintas smp/jam MKJI : SIMPANG BERSINYAL Tundaan Geometrik rata-rata DG Tundaan rata-rata Tundaan Total Lampiran 18 LTOR (semua) 299 Arus kor. Qkor Arus total Qtot 1720 Total 1689 Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Total Tundaan Simpang rata - rata (det/smp) Arus kor : Arus yang dikoreksi

112 Lampiran 19 Peta Lokasi Simpang Tiga Jembatan Kalianyar-Simpang Empat BRI Kutoarjo

113 Lampiran 20 Gambar 4. Simpang Jalan Merpati Pendekat dari Arah Kemiri (Utara) Pendekat dari Arah Kebumen (Barat)

114 Lampiran 21 Pendekat dari Arah Stasiun (Selatan) Pendekat dari Arah Purworejo (Timur)

115 Lampiran 22 Penentuan Tipe Pendekat

116 Lampiran 23 Foto Survei dan Pencatatan Waktu Sinyal Pendekat Kemiri (Utara) Foto Survei dan Pencatatan Waktu Sinyal Pendekat Kebumen (Barat)

117 Lampiran 24 Foto Survei dan Pencatatan Waktu Sinyal Stasiun (Selatan) Foto Survei dan Pencatatan Waktu Sinyal Pendekat Purworejo (Timur)

118 Lampiran 25 Foto Survei Kondisi Geometrik Pendekat Kemiri (Utara) Foto Survei Kondisi Geometrik Pendekat Stasiun (Selatan)

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG Marsan NRP : 9921019 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Bambang I.S., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Lebih terperinci

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG Oleh : Hendy NRP : 0021109 Pembimbing : Budi Hartanto S, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKHIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Simpang Bersinyal 3.1.1 Geometrik Perhitungan dikerjakan secara terpisah untuk setiap pendekat. Satu lengan simpang dapat terdiri lebih dari satu pendekat, yaitu dipisahkan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Raya Jalan raya adalah jalan yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri sebagai berikut: 1. Digunakan untuk kendaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Simpang adalah suatu area yang kritis pada suatu jalan raya yang merupakan tempat titik konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih (Pignataro,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

BAB 1 PENDAHULUAN Umum 1.1. Umum BAB 1 PENDAHULUAN Padatanya penduduk di kota-kota besar merupakan faktor yang menyebabkan permasalahan lalu lintas. adalah kota terbesar ke 2 di Indonesia yang memiliki tingkat mobilitas dan

Lebih terperinci

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN Winoto Surya NRP : 9921095 Pembimbing : Prof. Ir. Bambang Ismanto S. MSc. Ph.D. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Persimpangan Jalan Persimpangan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) adalah dua buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau

Lebih terperinci

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Menghindari kemacetan akibat adanya konflik arus lalulintas Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan

Lebih terperinci

KONDISI DAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS

KONDISI DAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS DAFTAR ISTILAH KONDISI DAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS Emp smp Type 0 Type P EKIVALEN MOBIL PENUMPANG SATUAN MOBIL PENUMPANG ARUS BERANGKAT TERLAWAN ARUS BERANGKAT TERLINDUNG Faktor dari berbagai tipe kendaraan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 UMUM Analisa kinerja lalu lintas dilakukan untuk mengetahui tingkat pelayanan, dan dimaksudkan untuk melihat apakah suatu jalan masih mampu memberikan pelayanan yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PERSETUJUAN iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR ISTILAH

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kondisi Simpang 3.1.1. Kondisi geometri dan lingkungan Kondisi geometri digambarkan dalam bentuk gambar sketsa yang memberikan informasi lebar jalan, lebar bahu dan lebar median

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Simpang Bersinyal Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa lengan dan dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traffic light). Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA) ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA) Lili Anggraini¹, Hamzani², Zulfhazli³ 1) Alumni Jurusan Teknik Sipil, 2), 3) Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simpang Bersinyal Simpang bersinyal adalah titik bertemunya arus kendaraan yang diatur dengan lampu lalu lintas. Umumnya penggunaan simpang bersinyal yaitu : 1. Untuk menghindari

Lebih terperinci

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG Pembimbing Nama : Yuda NRP : 0621017 : Dr. Budi Hartanto Susilo Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan atau berpotongan dimana lintasan-lintasan kendaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan atau berpotongan dimana lintasan-lintasan kendaraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simpang Persimpangan didefinisikan sebagai titik pertemuan antara dua atau lebih jalan yang saling berhubungan atau berpotongan dimana lintasan-lintasan kendaraan berpotongan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II Bab II Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hirarki jalan Jalan merupakan sarana yang paling penting dalam sebuah kota, karena dengan dilihat dari penataan jalan, sebuah kota dapat dikatakan sudah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN vii DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi vii xii xiv

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Berdasarkan survei yang dilakukan pada Simpang Gintung, maka diperoleh data geometrik simpang dan besar volume lalu lintas yang terjadi pada simpang tersebut.

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 KOMPONEN SIKLUS SINYAL Siklus. Satu siklus sinyal adalah satu putaran penuh

Lebih terperinci

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG Angga Hendarsyah Astadipura NRP : 0221055 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer

BAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer BAB IV Pembahasan BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Survey Data lalu lintas yang digunakan dalam penelitian adalah data mengenai arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer yang

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIMPANG RE.MARTADINATA- JALAN CITARUM TERHADAP LARANGAN BELOK KIRI LANGSUNG ABSTRAK

EVALUASI KINERJA SIMPANG RE.MARTADINATA- JALAN CITARUM TERHADAP LARANGAN BELOK KIRI LANGSUNG ABSTRAK EVALUASI KINERJA SIMPANG RE.MARTADINATA- JALAN CITARUM TERHADAP LARANGAN BELOK KIRI LANGSUNG ARDILES GERDEN NRP : 0621025 Pembimbing : TAN LIE ING, S.T., M.T. ABSTRAK Volume lalulintas Kota Bandung mengalami

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH KARAKTERISTIK LALU LINTAS. Arus Lalu Lintas. UNSUR LALU LINTAS Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas.

DAFTAR ISTILAH KARAKTERISTIK LALU LINTAS. Arus Lalu Lintas. UNSUR LALU LINTAS Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas. 283 KARAKTERISTIK LALU LINTAS Arus Lalu Lintas DAFTAR ISTILAH UNSUR LALU LINTAS Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas. Kend KENDARAAN Unsur lalu lintas diatas roda LV HV KENDARAAN RINGAN

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI Resha Gunadhi NRP : 9921038 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 10 (Sepuluh)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 10 (Sepuluh) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 10 (Sepuluh) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 E-mail: risnars@polban.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DENGAN METODA MKJI (STUDI KASUS SIMPANG BBERSINYAL UIN KALIJAGA YOGYAKARTA)

ANALISIS PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DENGAN METODA MKJI (STUDI KASUS SIMPANG BBERSINYAL UIN KALIJAGA YOGYAKARTA) ANALISIS PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DENGAN METODA MKJI (STUDI KASUS SIMPANG BBERSINYAL UIN KALIJAGA YOGYAKARTA) Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Universitas

Lebih terperinci

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO Johanis Lolong ABSTRAK Persimpangan adalah salah satu bagian jalan yang rawan terjadi konflik lalu lintas karena

Lebih terperinci

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Pengesahan... ii Persetujuan... iii Motto dan Persembahan... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Simpang Simpang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Di daerah perkotaan biasanya banyak memiliki simpang, dimana pengemudi harus memutuskan

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Setelah data data yang diperlukan didapat, maka dengan cara memasukkan nilainya dalam perhitungan dapat diketahui kondisi lalu lintas yang terjadi sehingga

Lebih terperinci

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebeneran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN vii DAFTAR ISI Judul Lembar Pengesahan Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN Halaman i ii iii iv v vi vii

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai BAB 3 METODOLOGI 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebeneran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat dan tak meragukan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kondisi Simpang 3.1.1 Kondisi geometri dan lingkungan Kondisi geometri persimpangan juga memberikan pengaruh terhadap lalu lintas pada simpang, sehingga harus digambarkan dalam

Lebih terperinci

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM SIMPANG BER-APILL 1 Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM PENDAHULUAN Lampu lalu lintas merupakan alat pengatur lalu lintas yang mempunyai fungsi utama sebagai pengatur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Masukan 1. Kondisi geometrik dan lingkungan persimpangan Berdasarkan hasil survei kondisi lingkungan dan geometrik persimpangan Monumen Jogja Kembali dilakukan dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SEARA TEORITIS DAN PRAKTIS Risna Rismiana Sari Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds.iwaruga Bandung 40012. Email: risna_28@yahoo.com

Lebih terperinci

Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Sudirman & Simpang A.Yani Kota Pacitan. Ir. Sri Utami, MT

Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Sudirman & Simpang A.Yani Kota Pacitan. Ir. Sri Utami, MT NEUTRON, Vol.4, No. 1, Februari 2004 21 Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Sudirman & Simpang A.Yani Kota Pacitan Ir. Sri Utami, MT ABSTRAK Pada daerah tertentu di Kota Pacitan sering

Lebih terperinci

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan BAB 3 METODOLOGI 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat dan tak meragukan,

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO Dwi Anita M. J. Paransa, Lintong Elisabeth Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado E-mail:whiedwie19@gmail.com

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL RINGROAD UTARA AFFANDI ANGGA JAYA SLEMAN, YOGYAKARTA

EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL RINGROAD UTARA AFFANDI ANGGA JAYA SLEMAN, YOGYAKARTA EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL RINGROAD UTARA AFFANDI ANGGA JAYA SLEMAN, YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran Tabel 5.1 Data Umum dan Kondisi Geomterik Ruas Jalan Prof. dr. Sardjito PENDEKAT TIPE LINGKUNGAN JALAN

Lebih terperinci

ANALISIS PANJANG ANTRIAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (STUDI KASUS SIMPANG JALAN AFFANDI YOGYAKARTA)

ANALISIS PANJANG ANTRIAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (STUDI KASUS SIMPANG JALAN AFFANDI YOGYAKARTA) 2 ANALISIS PANJANG ANTRIAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (STUDI KASUS SIMPANG JALAN AFFANDI YOGYAKARTA) Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Persimpangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua sistem jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan jalan di daerah

Lebih terperinci

PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI

PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI Febrina Ishak Syahabudin Theo K. Sendow, Audie L. E.Rumayar Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN KOPO-SOEKARNO HATTA BANDUNG

KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN KOPO-SOEKARNO HATTA BANDUNG KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN KOPO-SOEKARNO HATTA BANDUNG Wida Widiyati NRP: 0721005 Pembimbing: Dr. Budi Hartanto Susilo, Ir., M.Sc. ABSTRAK Salah satu simpang di Kota Bandung yang mengalami kemacetan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Jalan Simpang Bersinyal Gejayan KODE PENDEKAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Jalan Simpang Bersinyal Gejayan KODE PENDEKAT BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA SURVEI LAPANGAN 1. Kondisi Lingkungan dan Geometrik Jalan Kondisi lingkungan dan geometrik jalan pada masing-masing pendekat dapat di lihat pada Tabel 5.1 berikut ini.

Lebih terperinci

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK Dian Idyanata 1) Abstrak Kemacetan merupakan suatu konflik pada ruas jalan yang menyebabkan antrian pada ruas jalan

Lebih terperinci

langsung. Survei dilakukan dengan pengukuran lebar pendekat masing-masing

langsung. Survei dilakukan dengan pengukuran lebar pendekat masing-masing BABV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Kondisi Geometrik Jalan Kondisi geometrik jalan didapat dari hasil pengumpulan data primer yang telah dilakukan dengan melakukan survei kondisi

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Rambu yield

Gambar 2.1 Rambu yield BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaturan Simpang Tak Bersinyal Secara lebih rinci, pengaturan simpang tak bersinyal dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Aturan Prioritas Ketentuan dari aturan lalu lintas

Lebih terperinci

MANAJEMEN LALU LINTAS SIMPANG SURAPATI SENTOT ALIBASA DAN SEKITARNYA

MANAJEMEN LALU LINTAS SIMPANG SURAPATI SENTOT ALIBASA DAN SEKITARNYA MANAJEMEN LALU LINTAS SIMPANG SURAPATI SENTOT ALIBASA DAN SEKITARNYA Feny Febrianty. H Nrp : 0021087 Pembimbing : Budi Hartanto,Ir.,MSc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik pada jaringan jalan tempat jalan-jalan bertemu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik pada jaringan jalan tempat jalan-jalan bertemu dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simpang Persimpangan adalah titik pada jaringan jalan tempat jalan-jalan bertemu dan tempat lintasan-lintasan kendaraan yang saling berpotongan Persimpangan dapat berfariasi

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.

ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S. ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.TUBUN) TUGAS AKHIR Diajukan utuk melengkapi tugas tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jalan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, klasifikasi jalan berdasarkan fungsinya dibedakan atas: 1. Jalan Arteri adalah jalan umum

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RICKY ZEFRI

TUGAS AKHIR RICKY ZEFRI TUGAS AKHIR PENGARUH PEMBANGUNAN FLY OVER TERHADAP KINERJA PERSIMPANGAN AMPLAS Diajukan untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil DISUSUN OLEH: RICKY

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH ADANYA PAGAR PEMBATAS TROTOAR PADA SIMPANG JL.PASIR KALIKI JL.PADJAJARAN, BANDUNG ABSTRAK

STUDI PENGARUH ADANYA PAGAR PEMBATAS TROTOAR PADA SIMPANG JL.PASIR KALIKI JL.PADJAJARAN, BANDUNG ABSTRAK STUDI PENGARUH ADANYA PAGAR PEMBATAS TROTOAR PADA SIMPANG JL.PASIR KALIKI JL.PADJAJARAN, BANDUNG BOBBY HARTONO NRP : 9621019 NIRM : 41077011960298 Pembimbing : Yuli Yuliani H., Ir., M.Eng.Sc. FAKULTAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN. xii. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. xii. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN A. DATA LALU LINTAS ALTERNATIF JALAN LAYANG I... xiii B. DATA LALU LINTAS ALTERNATIF JALAN LAYANG II... xviii C. DATA LALU LINTAS ALTERNATIF JALAN LAYANG III... xxiii D. Lampiran Video Pengambilan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DEFINISI DAN ISTILAH... xii ABSTRAKSI... xvi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang bersinyal diterapkan dengan maksud sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Simpang bersinyal diterapkan dengan maksud sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simpang Bersinyal. Simpang bersinyal diterapkan dengan maksud sebagai berikut: a. Untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling berpotongan. Hal ini

Lebih terperinci

( Studi Kasus : Jalan Bugisan Jalan Sugeng Jeroni Jalan Madumurti)

( Studi Kasus : Jalan Bugisan Jalan Sugeng Jeroni Jalan Madumurti) EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL BUGISAN YOGYAKARTA ( Studi Kasus : Jalan Bugisan Jalan Sugeng Jeroni Jalan Madumurti) Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal.

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal. ABSTRAK Volume lalu lintas Kabupaten Badung mengalami peningkatan setiap tahunnya yang diakibatkan bertambahnya jumlah kepemilikan kendaraan. Kemacetan pada persimpangan Jalan Raya Denpasar Singaraja (KM-19)

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung) ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung) (TUGAS AKHIR) Oleh : KADEK NINDYA KARUNIA PUTRI NIM: 1204105028

Lebih terperinci

Waktu hilang total : LTI = 18 KONDISI LAPANGAN. Tipe Lingku ngan Jalan. Hambatan Samping Tinggi/ren dah. Belok kiri langsung Ya/Tidak

Waktu hilang total : LTI = 18 KONDISI LAPANGAN. Tipe Lingku ngan Jalan. Hambatan Samping Tinggi/ren dah. Belok kiri langsung Ya/Tidak Lampiran 1 SIG I ( Geometri Pengaturan Lalu Lintas Lingkungan ) Formulir SIG I : GEOMETRI PENGATURAN LALU LINTAS LINGKUNGAN Kota : Bandung Simpang : Asia Afrika Ahmad Yani Ukuran kota : 2.146.360 jiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik-titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik-titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persimpangan Persimpangan adalah titik-titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan lintasan-lintasan kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-masing kaki

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG GEOMETRIK PADA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Kisaran Meulaboh)

PERENCANAAN ULANG GEOMETRIK PADA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Kisaran Meulaboh) PERENCANAAN ULANG GEOMETRIK PADA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Kisaran Meulaboh) Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh Ijazah Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA SIMPANG IR. H. JUANDA- DIPATIUKUR BERDASARKAN MKJI 1997 ABSTRAK

PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA SIMPANG IR. H. JUANDA- DIPATIUKUR BERDASARKAN MKJI 1997 ABSTRAK PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA SIMPANG IR. H. JUANDA- DIPATIUKUR BERDASARKAN MKJI 1997 Disusun Oleh: ALIF ALFIANSYAH NRP: 0721034 Pembimbing: SILVIA SUKIRMAN, Ir. ABSTRAK Masalah yang dihadapi di kota-kota

Lebih terperinci

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. DAFTAR ISI... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. DAFTAR ISI... vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING TUGAS AKHIR... ii LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Jalan Kemuda 3 Jalan Padma Jalan Seroja Jalan Kemuda)

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Jalan Kemuda 3 Jalan Padma Jalan Seroja Jalan Kemuda) ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Jalan Kemuda 3 Jalan Padma Jalan Seroja Jalan Kemuda) TUGAS AKHIR Oleh : Honey Handrika 1104105078 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang ^ 1.2 Tujuan Batasan Masalah Lokasi Penelitian 3

1.1 Latar Belakang ^ 1.2 Tujuan Batasan Masalah Lokasi Penelitian 3 DAFTAR ISI HalamanJudul Lembar Pengesahan Halaman Persembahan Kata Pengantar Daftar Isi vi Daftar Tabel.. X Daftar Gambar Daftar Notasi xv Daftar Lampiran Intisari xvni BAB I BAB n BAB III PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA YONES YUBILIA BIRING¹, A. A. GDE KARTIKA, ST, MSc², BUDI RAHARJO, ST, MT² ¹Mahasiswa Pasca Sarjana Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Ruas Jalan Raya Ciledug Berikut adalah hasil survey total arus lalu lintas per jam. Nilai total arus ini di lihat dari tiap hari sibuk dan jam sibuk. Tabel 4.1

Lebih terperinci

Kata kunci : Simpang Bersinyal, Kinerja, Bangkitan Pergerakan

Kata kunci : Simpang Bersinyal, Kinerja, Bangkitan Pergerakan ABSTRAK Kampus Universitas Udayana terletak disalah satu jalan tersibuk di Kota Denpasar yaitu jalan P.B. Sudirman, sehingga sering kali terjadi kemacetan. Peningkatan jumlah mahasiswa setiap tahunnya

Lebih terperinci

Mulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data

Mulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data BAB IV METODOLOGI PENELITITAN A. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang akan dilakukan dan dijelaskan pada bagan alir sebagai berikut: Mulai Studi pustaka Observasi awal Proposal disetujui TIDAK Survei

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI

DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI 1. Simpang Tak Bersinyal Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang bersinyal terdapat dibawah : KONDISI GEOMETRIK LENGAN SIMPANG-3 DAN SIMPANG-4 Bagian persimpangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH BAB IV ANALISA PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH 4.1 Data Geografis Simpang BEKASI CYBER PARK JL. KH. NOER ALI (KALI MALANG) KALI MALANG KALI MALANG MALL METROPOLITAN Gambar 4.1 Simpang Jalan Jenderal Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, banyak mengalami perkembangan yang pesat di segala bidang. Salah satunya adalah perkembangan di bidang perdagangan.

Lebih terperinci

Studi Efektifitas Waktu Siklus Jaringan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Antang Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah. Sapto Budi Wasono, ST, MT

Studi Efektifitas Waktu Siklus Jaringan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Antang Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah. Sapto Budi Wasono, ST, MT Efektifitas Siklus Jaringan Jalan Perkotaan (Sapto BW) 29 Studi Efektifitas Siklus Jaringan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Antang Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah Sapto Budi Wasono, ST, MT ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL DI RUAS JALAN S.PARMAN DAN JALAN DI.PANJAITAN

ANALISA KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL DI RUAS JALAN S.PARMAN DAN JALAN DI.PANJAITAN ANALISA KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL DI RUAS JALAN S.PARMAN DAN JALAN DI.PANJAITAN Novriyadi Rorong Lintong Elisabeth, Joice E. Waani Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simpang Persimpangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua sistem jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan jalan di daerah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Umum Pendekatan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan dan analisis data yang mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia

Lebih terperinci

Studi Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Kertajaya Kota Surabaya. Sapto Budi Wasono, ST, MT ABSTRAK

Studi Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Kertajaya Kota Surabaya. Sapto Budi Wasono, ST, MT ABSTRAK NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004 57 Studi Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Kertajaya Kota Surabaya Sapto Budi Wasono, ST, MT ABSTRAK Kepadatan arus lalulintas dikota Surabaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk. persimpangan (http://id.wikipedia.org/wiki/persimpangan).

TINJAUAN PUSTAKA. ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk. persimpangan (http://id.wikipedia.org/wiki/persimpangan). 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Simpang Jalan Simpang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Simpang adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau lebih ruas jalan bertemu,

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Setelah data data yang diperlukan didapat, maka dengan cara memasukkan nilainya dalam perhitungan dapat diketahui kondisi lalu lintas yang terjadi saat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PENINGKATAN KINERJA PERSIMPANGAN SEBIDANG PURI KEMBANGAN

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PENINGKATAN KINERJA PERSIMPANGAN SEBIDANG PURI KEMBANGAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PENINGKATAN KINERJA PERSIMPANGAN SEBIDANG PURI KEMBANGAN Di ajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (Strata -1) Universitas Mercu Buana Jakarta Disusun Oleh :

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Tugas Akhir

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Tugas Akhir ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Simpang Tak Bersinyal Simpang tak bersinyal adalah jenis simpang yang paling banyak dijumpai di daerah perkotaan. Jenis ini cocok untuk ditetapkan apabila arus lalu lintas di

Lebih terperinci

Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Jemursari & Simpang A.Yani Kota Surabaya. A. Muchtar, ST ABSTRAK

Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Jemursari & Simpang A.Yani Kota Surabaya. A. Muchtar, ST ABSTRAK Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Jemursari & Simpang A.Yani Kota Surabaya A. Muchtar, ST ABSTRAK Pada daerah tertentu di Kota Pacitan sering terjadi kemacetan pada jalan-jalan tertentu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, di mana arus kendaraan dari berbagai pendekat tersebut bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Research Board. Report No. 123; Vermont South, Victoria, Australia. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Research Board. Report No. 123; Vermont South, Victoria, Australia. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Akcelik, R. 1989. Traffic signals; Capacity and Timing Analysis. Australian Road Research Board. Report No. 123; Vermont South, Victoria, Australia. Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997).

TINJAUAN PUSTAKA. derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kemacetan Lalu Lintas Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI A. Penggunaan dan Perlengkapan Jalan Berdasarkan Undang Undang Nomor Tahun 009 Tentang lalulintas dan Angkutan jalan, setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kinerja suatu simpang menurut MKJI 1997 didefinisikan sebagai ukuran kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara umum dinyatakan dalam kapasitas

Lebih terperinci

ANALISIS SIMPANG BERSINYAL JL. RADEN MOHAMMAD MANGUNDIPI - JL. LINGKAR TIMUR SIDOARJO TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

ANALISIS SIMPANG BERSINYAL JL. RADEN MOHAMMAD MANGUNDIPI - JL. LINGKAR TIMUR SIDOARJO TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU ANALISIS SIMPANG BERSINYAL JL. RADEN MOHAMMAD MANGUNDIPI - JL. LINGKAR TIMUR SIDOARJO TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : YURI EDWARD MORWARIN NPM. : 01 02 10588 KATA HANTAR Puji syukur kehadirat

Lebih terperinci