4. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Proses penentuan perilaku api.

Pada gambar 2 merupakan luasan bidang dua dimensi telah mengalami regangan. Salah satu titik yang menjadi titik acuan adalah titik P.

8. Fungsi Logaritma Natural, Eksponensial, Hiperbolik

Oleh : Bustanul Arifin K BAB IV HASIL PENELITIAN. Nama N Mean Std. Deviation Minimum Maximum X ,97 3,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian diperoleh dari siswa kelas XII Jurusan Teknik Elektronika

Aplikasi Integral. Panjang sebuah kurva w(y) sepanjang selang dapat ditemukan menggunakan persamaan

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Pasang Surut

UJI KESELARASAN FUNGSI (GOODNESS-OF-FIT TEST)

II. LANDASAN TEORI. digunakan sebagai landasan teori pada penelitian ini. Teori dasar mengenai graf

Analisis Rangkaian Listrik

PENENTUAN NILAI e/m ELEKTRON

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Dinamis Portal Bertingkat Banyak Multi Bentang Dengan Variasi Tingkat (Storey) Pada Tiap Bentang

BAB II LANDASAN TEORI

SIMULASI DESAIN COOLING SYSTEM DAN RUNNER SYSTEM UNTUK OPTIMASI KUALITAS PRODUK TOP CASE

MODUL PERKULIAHAN REKAYASA FONDASI 1. Penurunan Tanah pada Fondasi Dangkal. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

PERKEMBANGAN TEORI ATOM & PENEMUAN PROTON, NEUTRON, ELEKTRON. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

ANALISIS NOSEL MOTOR ROKET RX LAPAN SETELAH DILAKUKAN PEMOTONGAN PANJANG DAN DIAMETER

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

model pengukuran yang menunjukkan ukur Pengukuran dalam B. Model Mode sama indikator dan 1 Pag

RANCANG BANGUN PATCH RECTANGULAR ANTENNA 2.4 GHz DENGAN METODE PENCATUAN EMC (ELECTROMAGNETICALLY COUPLED)

1. Proses Normalisasi

VI. EFISIENSI PRODUKSI DAN PERILAKU RISIKO PRODUKTIVITAS PETANI PADA USAHATANI CABAI MERAH

ANALISIS STABILITAS DAN ADAPTABILITAS GALUR PADI DATARAN TINGGI DI LIMA LINGKUNGAN

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa Pasca Sarjana ITS dengan Regresi Logistik dan Neural Network

ANALISIS LOG-LOGISTIK UNTUK MENGGAMBARKAN HUBUNGAN DOSIS-RESPON HERBISIDA PADA TIGA JENIS GULMA

BAB I METODE NUMERIK SECARA UMUM

Pertemuan XIV, XV VII. Garis Pengaruh


Gambar IV.6. Gambaran kontur bidang sesar yang menggambarkan bentuk ramp-flat-ramp pada border fault di Sub-cekungan Kiri.

IV. Konsolidasi. Pertemuan VII

ANALISA PENGARUH PACK CARBURIZING MENGGUNAKAN ARANG MLANDING UNTUK MENINGKATKAN SIFAT MEKANIS SPROKET SEPEDA MOTOR SUZUKI

ANALISIS PEMANFAATAN CITRA SATELIT ALOS-PRISM

PROSES PEMANENAN DENGAN MODEL LOGISTIK STUDI KASUS PADA PTP. NUSANTARA IX

Presentasi 2. Isi: Solusi Persamaan Diferensial pada Saluran Transmisi

MINAT SISWA TERHADAP EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA BOLA VOLI DI SMA N 2 KABUPATEN PACITAN

Bab 6 Sumber dan Perambatan Galat

Modifikasi Analytic Network Process Untuk Rekomendasi Pemilihan Handphone

INFLUENCE OF LIMES COLUMN VARIATION DISTANCE IN SOFT CLAY STABILIZATION A REVIEW OF INDEX COMPRESSION (Cc) PARAMATER

EVALUASI DAYA GABUNG PERSILANGAN JAGUNG DENGAN METODE DIALLEL

ANALISIS KINERJA STRUKTUR PADA BANGUNAN BERTINGKAT BERATURAN DAN KETIDAK BERATURAN HORIZONTAL SESUAI SNI

METODE ITERASI KELUARGA CHEBYSHEV-HALLEY UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Yuli Syafti Purnama 1 ABSTRACT

e Mempunyai fasilitas jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor, baik

ATMOSFER HIDROSTATIS DIATAS WATUKOSEK DARI DATA TEKANAN VERTIKAL TAHUN 2009

IDE - IDE DASAR MEKANIKA KUANTUM

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI PERFORMANCE MEJA GETAR SATU DERAJAT KEBEBASAN DENGAN METODE STFT

METODE ITERASI TANPA TURUNAN BERDASARKAN EKSPANSI TAYLOR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN MASA KADALUARSA DAN PENURUNAN HARGA JUAL

Program Doktor, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, SPs IPB. 2

Integral Fungsi Eksponen, Fungsi Trigonometri, Fungsi Logaritma

PENGGUNAAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGKLASIFIKASIAN STATUS GIZI SKRIPSI. Oleh: INDA SAFITRI NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAPASITAS ADSORPSI MERKURI MENGGUNAKAN

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 TEORI GELOMBANG LINIER. Bab 2 Teori Dasar

INFRASTRUKTUR. STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK PASIR SIURI AKIBAT PENAMBAHAN BUTIRAN HALUS NONPLASTIS (STUDI KASUS FC > FC th )

ANALISA NILAI SIMPANGAN HORIZONTAL (DRIFT) PADA STRUKTUR TAHAN GEMPA MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING EKSENTRIK TYPE BRACED V

Evika Sandi Savitri. Staf Pengajar Jurusan Biologi, Fakultas Sains & Teknologi, UIN Maliki Malang ABSTRAK

Pembahasan Soal. Pak Anang SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Disusun Oleh :

BAB VII SISTEM DAN JARINGAN PIPA

PELABELAN TOTAL SISI ANTI AJAIB SUPER (PTSAAS) PADA GABUNGAN GRAF BINTANG GANDA DAN LINTASAN

PROFIL DATA PENGOBATAN DALAM USADA TENUNG TANYALARA

+ = R R γ P II.3 Beberapa Percobaan dengan Soap Films Soap film yang diregangkan sepanjang kawat. Berbentuk planar, karena tekanan di kedua

Deret Fourier, Transformasi Fourier dan DFT

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde I

Identifikasi Lumut Kerak (Lichen) Di Area Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta

Q = 1 n AR2/3 S 1/2 ( 1)

Muatan Bergerak. Muatan hidup yang bergerak dari satu ujung ke ujung lain pada suatu

5 STABILITAS DINAMIS KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN

KESETIMBANGAN ADSORPSI KADMIUM (Cd) DENGAN ADSORBEN ABU SEKAM PADI

TINJAUAN ULANG EKSPANSI ASIMTOTIK UNTUK MASALAH BOUNDARY LAYER

PERBANDINGAN METODE MAXIMUM LIKELIHOOD ESTIMATION (MLE) DENGAN BAYESIAN PADA REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

ROKET AIR SMA NEGERI 21 MAKASSAR

3. PEMODELAN SISTEM. Data yang diperoleh pada saat survey di lokasi potensi tersebut adalah sebagai berikut :

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN DAN JENIS PEKERJAAN PADA PENDERITA HIV/AIDS DI KABUPATEN BANYUMAS

Susunan Antena. Oleh : Eka Setia Nugraha S.T., M.T. Sumber: Nachwan Mufti Adriansyah, S.T., M.T.

ANALISIS KETERSEDIAAN PENGGUNA JASA DALAM MEMBAYAR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN (STUDI KASUS : KOPAJA P20 JURUSAN SENEN LEBAK BULUS)

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. 35 orang. Setiap orang diambil sampel sebanyak 15 citra wajah dengan

PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN SELF REGULATION SISWA KELAS X JURUSAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK MUHAMMADIYAH 2 PEKANBARU

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN WAKTU PENGGORENGAN KERIPIK SOSIS AYAM

BUKU LULUSAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

DEFORMASI VERTIKAL DAN HORISONTAL PADA TANAH LUNAK DI BAWAH TRIAL EMBANKMENT DI KENDAL, KALIWUNGU, SEMARANG

Penggunaan Algoritma RSA dengan Metode The Sieve of Eratosthenes dalam Enkripsi dan Deskripsi Pengiriman

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

PENERAPAN SISTEM TDM PADA SISTEM ALARM KEAMANAN GEDUNG

KAJIAN AWAL MEKANISME REAKSI ELEKTROLISIS NaCl MENJADI NaClO 4 UNTUK MENENTUKAN TAHAPAN REAKSI YANG EFEKTIF DARI PROSES ELEKTROLISIS NaCl

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN :

BAB III TEORI DASAR ANTENA SLOT DAN ANTENA ARRAY

Ringkasan Materi Kuliah METODE-METODE DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam seperti gambar dibawah (Troitsky M.S, 1990).

PENGABAIAN PADA LANSIA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL

PENDUGAAN SEBARAN LAMA PERAWATAN NASABAH ASURANSI KESEHATAN (STUDI KASUS: ASURANSI KESEHATAN P.T. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA) NOVALIA

RANCANG BANGUN SCREW FEEDER SEBAGAI PERANGKAT DUKUNG PELEBURAN KONSENTRAT ZIRKON

Tinjauan Termodinamika Pada Sistem Partikel Tunggal Yang Terjebak Dalam Sebuah Sumur Potensial

ALAT-ALAT SAMBUNG MEKANIS PADA KAYU: PAKU DAN BAUT OLEH: EVALINA HERAWATI, S.Hut, M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

Debuging Program dengan EasyCase

KAJIAN BIOMASSA FITOPLANKTON LAUT

Transkripsi:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Data lapangan Brdasarkan pngamatan langsung di lapangan diktahui substrat dasar prairan homogn pasir brlumpur dngan kdalaman rata rata 2 sampai 5 mtr brdasarkan data pnylaman. Data pnlitian yang didapat diuraikan pada tabl 3. Pada lokasi pnlitian ditmukan jnis lamun yang homogn, hanya ditmukan satu spsis lamun yaitu Enhalus acoroids. Krapatan lamun tidak bragam, hanya pada tmpat tmpat trtntu trlihat koloni lamun pada tiap klompoknya sprti yang ditampilkan pada lampiran. Hal ini ssuai dngan yang diuraikan olh Dswati (2009 bahwa lokasi pnlitian mrupakan darah lamun yang tidak bragam, kbradaan lamun tidak padat namun hanya pada titik- titik trtntu dngan kondisi yang tidak rapat. Mnurut Kiswara (992 Di rataan trumbu Pulau Pari, E. acoroids tumbuh pada dasar lumpur, pasir dan pasir pcahan karang yang slalu trgnang air. Tumbuhnya brpncar dalam klompok-klompok kcil trdiri dari bbrapa individu atau kumpulan individu yang rapat, brupa klompok murni atau brsama-sama dngan Thallasia hmprichii dan Halophila ovalis. 25

26 Tabl 3. Hasil pngamatan scara biologi di lapangan Titik Sampling Posisi LS( o BT( o Krapatan Lamun (ind/m² Rata rata tinggi lamun (m Tip Sdimn 5.8559 06.597 24 0.94 Pasir brlumpur 2 5.8563 06.597 7 0.93 Pasir brlumpur 3 5.8562 06.597 0.87 Pasir brlumpur 4 5.8628 06.66 6 0.97 Pasir brlumpur 5 5.8628 06.6 6.02 Pasir brlumpur 6 5.8628 06.6 20 0.8 Pasir brlumpur 7 5.8663 06.6 0 0 Pasir brlumpur 8 5.8557 06.597 0 0 Pasir brlumpur Trdapat 8 titik sampling yang dijadikan lokasi pngamatan. 8 lokasi ini trdiri dari 6 lokasi yang brlamun dan 2 yang tidak trdapat lamun. Hal ini dilakkan agar mmbdakan nilai hambur hambur balik darah yang brlamun dan tidak. ( tabl 3 Dn Hartog (997 mngmukakan bahwa Enhalus acoroids mrupakan jnis lamun yang mmpunyai ukuran paling bsar, hlaian daunnya dapat mncapai ukuran lbih dari mtr. Jnis ini tumbuh di prairan dangkal sampai kdalaman 4 mtr, pada dasar pasir, pasir lumpur atau lumpur. Vgtasi mlimpah di darah pasang surut. Walaupun cndrung untuk slalu mmbntuk vgtasi murni, namun trdapat jnis lain yang brasosiasi yaitu H. ovalis, Cymodoca srrulata, C. rotundata, T. hmprichii dan S. isotifolium. E.

27 acoroids brbunga spanjang tahun. Namun di lokasi pngamatan tidak ditmukan lamun jnis lain yang brasosiasi. Gambar 0. Spsis lamun Enhalus acoroids pada lokasi pngamatan 4.2 Paramtr Lingkungan Prairan Suhu yang diukur pada saat pngambilan data adalah 29 C. Mnurut Nybakkn (992, kisaran suhu optimal bagi prtumbuhan lamun mncapai 28-30 C dimana suhu dapat mmpngaruhi pross-pross fisiologi yaitu pross fotosintsis, prtumbuhan dan rproduksi. Pross-pross fotosintsis ini akan mnurun dngan tajam apabila suhu brada di luar kisaran optimal. Salinitas yang diukur saat pnlitian yaitu 32. Mnurut Dahuri (200, lamun dapat mntolrir kadar optimum salinitas air laut sbsar 35. Pnurunan salinitas akan mnurunkan kmampuan fotosintsis spsis kosistm padang

28 lamun. Salah satu faktor yang mnybabkan krusakan lamun adalah mningkatnya salinitas yang diakibatkan olh kurangnya suplai air tawar dari sungai. Dari hasil pngukuran diprolh ph prairan yaitu 7,2. Nilai ph trlihat tidak trlalu brvariasi. Tingkat kasaman yang diprolh brkisar 6,8 8,06 dan mrupakan kisaran yang masih normal untuk mndukung khidupan organism dan prtumbuhan lamun. 4.3 Data Akustik Cruzpro mmnampilkan hasil prkaman brformat (*.I sprti pada gambar 0. Kmudian dara prkaman trsbut diolah mnggunakan matlab dan mnghasilkan tampilan chogram (Gambar 2 yang mrupakan intrprtasi dari nilai scattring volum (, dngan unit dcibl (db. 4.3. Echogram Hasil pngolahan data dari matlab diuraikan pada lampiran 3. Echogram mrupakan hasil rkaman jjak - jjak dari targt yang trdtksi. Echogram ini dapat mmbrikan informasi dngan tpat dimana dasar prairan dan objk lain pada pross intgrasi yang mrupakan pnggabungan dari bbrapa layr untuk mndapatkan Scattring Volum (.

Gambar. Data rkaman yang blum di filtr 29

30 Echogram sprti yang trlihat pada gambar 2 mnampilkan bntuk rkaman nilai akustik dari transk pngamatan. Sumbu x mrupakan banyak tim atau waktu (s pada saat prkaman data, sdangkan sumbu y mrupakan kdalaman prairan (m. Kdalaman prairan adalah kdalaman di bawah transducr, pmasangan transdusr brada di bawah kdalaman mtr dari prmukaan air. Shingga kdalaman air adalah kdalaman chogram ditambah kdalaman transdusr..05..5 (m.2 p D.25.3.35 darah lamun transk 5 dasar prairan cho fals SV (db -20-25 -30-35 -40-45 -55 Gambar 2. Echogram yang dihasilkan pada darah pngamatan Pada tampilan chogram (gambar 2 tampak trlihat prbdaan antara dasar prairan dngan darah atasnya yang mmiliki nilai lbih kcil, yang mnandakan adanya bntuk lain yang dimungkinkan lamun. Darah trsbut brada di antara kdalaman sampai, 2 mtr. Kmudian di bawahnya trdapat sv yang brnilai lbih bsar yang diyakini sbagai dasar prairan. Pada gambar, tampilan paling bawah mrupakan cho fals. Hal ini trjadi akibat nois yang trjadi saat prkaman. pola cho yang kmbali dari dasar dan ditrima olh transdusr, yaitu pola sinyal yang trdiri dari nilai gaung (nois pada prmukaan sinyal cho brasal dari pantulan yang kmbali stlah cho mncapai prmukaan. Nois yang trbntuk mungkin dikarnakan adanya

3 glombang, hal ini dikarnakan waktu pngambilan data sdang bulan purnama Nois yang trjadi juga disbabakan rintikan grimis hujan dan prgrakan kapal dan orang orang diatasnya. 4.3.2. Nilai Hambur Balik Dalam tampilan gambar 3 mrupakan contoh gambaran nilai hambur balik ( pada transk pngamatan yang mmiliki kdalaman 0 sampai,2 mtr. Pada gambar trlihat bntuk puncak kcil. Pada bagian bawah trlihat bntuk puncak yang jlas trlihat yang mnandakan dasar prairan. Pada bntuk puncak lainnya tidak bgitu trlihat nyata, puncaknya trlihat kcil ttapi banyak. Bntuk puncak brnilai antara 60 hingga 50 db. Puncak ini diduga adalah sbaran lamun. Pngukuran scara akustik pada smua transk pngamatan mnandakan puncak kcil dan tidak bgitu banyak. Hal ini mnunjukkan bahwa sbaran lamun tidak bgitu padat. Hal ini ssuai dngan pngamatan langsung di lapangan. (Gambar 4.

32 transk.05..5 (m.2 p D.25 darah lamun.3.35 dasar sdimn.4-46 -48-52 Scattring Volum (db -54-56 -58 Gambar 3. Contoh nilai darah brlamun Nilai hambur balik yang brbda brdasarkan hasil pngukuran dapat dijadikan sbagai informasi targt apa yang ada di bawah air. Hal inilah yang dijadikan salah satu pmbda dalam mlakukan pnlitian mtod akustik. Sinyal hambur balik yang brasal dari hamparan dasar prairan yang gundul (tanpa vgtasi dan sinyal hamburan yang brasal dari vgtasi akan dibandingkan, sprti yang tlah dihasilkan olh Tgowski t al. (2003, yang mmprlihatkan prbdaan lbar pulsa (puls wid, gma yang brasal dari ara yang mmiliki vgtasi mmprlihatkan lbar pulsa yang lbih lbar. Scara akustik dapat trlihat prbdaan tampilan gambar dngan darah brlamun pada gambar 4, tidak trlihat bntuk puncak kcil. Pada transk pngamatan 7 dan 8 (gambar 5 mrupakan darah yang tidak brlamun. Dari

33 smua gambar trlihat bahwa dasar prairan mmiliki nilai antara - 35 sampai 30 dcibl (db. Brdasarkan nilai dasar prairan dan lamun mnandakan tkstur kduanya yang brbda. Hal ini sama dngan apa yang dihasilkan olh Dswati (2009 bahwa dasar mmiliki tkstur yang lbih kras dibandingkan dngan lamun yang lmbut, shingga nilai pantulan dasar priran lbih kuat dari lamun. Lamun brtkstur lmbut akibat dari daun daunnya yang lntur dan lunak yang brdiri tgak. Sdangkan substrat dasar yang mrupakan jnis pasir brlumpur mrupakan substrat yang brtkstur kras campuran dari pcahan karang maupun krang krangan. Hal ini ssuai dngan prnyataan Dahuri (200, Bahwa Enhalus acoroids mrupakan jnis lamun yang paling umum ditmukan pada sdimn halus hingga brlumpur ttapi pada sdimn sdang kasar ia ttap dapat tumbuh sbab akar-akarnya panjang dan kuat hingga mampu mnyrap makanan dngan baik dan dapat brdiri dngan kokoh. E. acoroids dominan hidup pada substrat kasar, brpasir dan lumpur, kadang-kadang trdapat pada dasar yang trdiri atas campuran pcahan karang yang tlah mati.

34 transk 2 transk 6.05..05..5.5.2 (m p.25 D.3 (m.2 p D.25.35.3.4.35.45-38 -40-42 -44-46 -48 Scattring Volum (db -52-54 -56.4-30 -35-40 -45 Scattring Volum (db -55 transk transk 3.05..05..5.5 (m p D.2.25.2 (m p.25 D.3.3.35.35.4.4-46 -48-52 Scattring Volum (db -54-56 -58.45-34 -36-38 -40-42 -44-46 Scattring Volum (db -48-52 -54 transk 4 transk 5.05..05.5..2 (m p.25 D (m.5 p D.3.2.35.25.4.45-32 -34-36 -38-40 -42-44 Scattring Volum (db -46-48 -52.3-32 -34-36 -38-40 -42-44 Scattring Volum (db -46-48 -52 Gambar 4. Darah transk brlamun

35 Hal ini ssuai dngan apa yang diutarakan olh Kiswara (992 bahwa di rataan trumbu Pulau Pari, E. acoroids tumbuh pada dasar lumpur, pasir dan pasir pcahan karang yang slalu trgnang air. Tumbuhnya brpncar dalam klompok-klompok kcil trdiri dari bbrapa individu atau kumpulan individu yang rapat, brupa klompok murni atau brsama-sama dngan T. hmprichii dan Halophila ovalis. Dswati (2009 mmprolh hasil pngukuran Scattring volum ( Enhallus acoroids pada darah yang sama brkisar antara -58.7 hingga -7.7 db, nilainya tidak brbda jauh dngan hasil yang diprolh. Hasil pngukuran pada pnlitian ini lbih bsar dikarnakan kpadatan lamunnya yang sdikit dan prairan yang kurang dalam..02.04.06 transk 7.05 transk 8.08 (m. p D.2.4. (m p D.5.6.8.2.2-34 -36-38 -40-42 Scattring Volum (db -44-46 -48-35 -40 Scattring Volum (db -45 Gambar 5. Darah tidak brlamun Akustik bawah air dapat digunakan untuk pmantauan dan pmtaan dasar prairan brupa informasi substrat dasar dan vgtasi di dasar prairan brdasarkan karaktristik signal gma yang dipantulkan targt. Informasi trsbut

36 mampu diklasifikasikan dari data survi sbaik data informasi distribusi ikan dan plankton yang tlah umum digunakan untuk aplikasi hydroacoustic (Burczynski t al. 200. 4.3.3 Tinggi Lamun Dalam pnlitian ini tinggi lamun scara akustik dapat ditntukan dari bntukan puncak glombang scattring volum trhadap kdalaman prairan trsbut. Tinggi lamun yang mrupakan tgakan dari hlaian daun Enhalus accoroids yang panjangnya scara pngamatan langsung tingginya bragam dari 0,4 hingga mtr. Tinggi lamun scara akustik dapat diukur sprti yang dilakukan olh Dswati (2009 dngan konvrsi tim trhadap kdalaman (bottom dp, maka tim lamun brada pada 4 hingga 88 artinya brada pada kdalaman hingga 2 mtr dari transdusr. Brdasarkan kalibrasi tim trhadap kdalaman trsbut, maka tinggi lamun dapat ditntukan mlalui puncak-puncak. Tinggi lamun akustik (H dihitung brdasarkan nilai T dikali kdalaman (bd dibagi dngan H + 40, dimana 40 mrupakan nilai maksimum tim pada lamun (Gambar 6.

37 Ktrangan: T : tim bd : bottom dp (m H : konvrsi tim trhadap tinggi lamun (m : Rata-rata tinggi lamun/transk dari transdusr (m L : Tinggi lamun dngan pnylaman (cm : Rata-rata tinggi lamun dngan pnylaman (m S : slisih tinggi lamun dngan akustik dan pnylaman Gambar 6. Ilustrasi konvrsi tim trhadap tinggi lamun (Dswati, 2009 Hasil pngukuran tinggi lamun yang diukur dngan akustik dan pnylaman langsung mmiliki sdikit prbdaan. Hasil pngukuran dngan akustik dan pnylaman scara langsung trnyata tidak brbda jauh. Dswati (2009 mmaparkan bahwa tinggi lamun dngan nilai akustik lbih tinggi dibanding dngan pnylaman bisa saja trjadi dikarnakan saat prkaman, posisi trandusr tidak tpat mmancarkan sinyal yang vrtikal tgak lurus trhadap dasar prairan akibat grakan k samping (yowing, k dpan-blakang

38 (pitching dan brputar (rolling, shingga lamun mnjadi lbih tinggi akibar kmiringan kapal. Grakan kapal mungkin trjadi akibat angin, glombang maupun pnumpangnya. Gambar 7. Prbandingan tinggi lamun scara akustik dan pnylaman