BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dilaksanakan pada hari Senin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu (quasi

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengumpulan data penelitian, hasil analisis data dan pembahasannya. Dari uraian

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pretest dan posttest kreativitas belajar serta pretest dan posttest prestasi belajar.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kaliurang Km 17 Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. KH. Ahmad Dahlan 130, Kota Yogyakarta. Adapun mengenai pelaksanaan. Sabtu, 28 November 2015 tahun ajaran 2015/2016.

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pertama melakukan pretest, tiga kali pertemuan dilakukan pembelajaran dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar

BAB IV BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian quasi experiment atau

BAB IV HASIL PENELITIAN. Peneliti melaksanakan penelitian sebanyak lima kali pertemuan yaitu satu

BAB III METODE PENELITIAN. experimental research) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimen.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Persiapan Pelaksanaan Penelitian Deskripsi data dalam penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik di kelas VII

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X. No. 2 Desember 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square merupakan model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian. yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kali diisi dengan melakukan pretest, dua kali pertemuan diisi dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Al Huda Bandung Kabupaten Tulungagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kelas sampel. Pada kelas eksperimen diterapkan model kooperatif tipe think

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI Imas Teti Rohaeti, 2013

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Risna Cahyani

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MA Ma arif 06 Pasir Sakti pada semester

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dikatakan kuasi eksperimen karena subjek penelitian tidak diacak sepenuhnya.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK- PAIR-SQUARE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian meliputi data nilai pretest, posttest, dan n-gain untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April di SMP Negeri 20 Bandar. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015

III. METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 Kelas VIII semester

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian dengan pendekatan berbasis masalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dilaksanakan pada hari Senin 25 Januari 2016 sampai dengan Senin, 15 Februari 2016 bertempat di SMA Negeri 1 Depok. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X, sedangkan sampel adalah kelas XB sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran Matematika dengan pendekatan pembelajaran konvensional dan XD sebagai kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran Matematika berbasis masalah dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Penelitian diawali dengan pemberian pretest yang terdiri atas essay dan angket kepercayaan diri sebelum perlakuauntuk mengetahui kemampuan dan sikap awal siswa di kedua kelas. Setelah proses pembelajaran, penelitian di akhiri dengan pemberian posttest yang terdiri atas essay dan angket kepercayaan diri setelah perlakuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kelas eksperimen dengan pendekatan berbasis masalah melalui model kooperatif think pair share (TPS). Proses pembelajaran diobservasi oleh satu orang observer, yaitu mahasiswa Pendidikan Matematika. Secara keseluruhan proses pembelajaran di kelas kontrol berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Hal ini didasarkan pada hasil rata-rata persentase observasi keterlaksanaan pembelajaran 51

di kelas kontrol yaitu sebesar 80%. Hasil persentase observasi keterlaksanaan pembelajaran ini termasuk dalam kualifikasi tinggi. Pembelajaran di kelas kontrol diawali dengan pembukaan pelajaran, penyiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, apersepsi, lalu penyampaian tujuan dan materi pembelajaran. Selanjutnya guru mengajukan permasalahan kepada siswa, secara langsung di depan kelas termuat dalam LKS mereka masing masing yang berasal dari sekolah. Siswa menyelesaikan permasalahan tersebut secara individu dengan mengerjakan LKS. Guru menunjuk secara acak beberapa siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas. Guru dan siswa mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Di akhir pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Siswa juga bertanya tentang materi yang belum dipahami. Selanjutnya siswa mengerjakan latihan soal. Pembelajaran ditutup dengan penyampaian rencana pertemuan selanjutnya. Dokumentasi proses pembelajaran dalam kelas kontrol dengan pendekatan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada Lampiran 3.16. Pembelajaran dalam kelas eksperimen dengan pendekatan berbasis masalah melalui model kooperatif tipe think pair share (TPS) juga berjalan sesuai dengan RPP. Hal ini didasarkan pada hasil rata-rata persentase observasi keterlaksanaan pembelajaran di kelas kontrol yaitu sebesar 73%. Hasil persentase observasi keterlaksanaan pembelajaran ini termasuk dalam kualifikasi tinggi. Pembelajaran diawali dengan pembukaan pelajaran, guru menyiapkan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan bahwa pembelajaran yang akan dilaksanakan berbasis masalah menggunakan model pembelajaran kooperatif think pair share (TPS). Siswa 52

diberikan penjelasan secara singkat mengenai teknik pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru kemudian memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa. Guru memberikan scaffolding kepada siswa berupa pertanyaan di awal kegiatan pembelajaran. Siswa kemudian duduk secara berpasangan. Guru menjelaskan inti pembelajaran secara singkat, bahwa melalui kegiatan-kegiatan pada LKS, terlebih dahulu siswa akan menmui pertanyaan-pertanyaan yang ada di kehidupan siswa. Masing-masing siswa menerima LKS, siswa diberikan informasi bahwa tiga kegiatan yang terdapat pada LKS tersebut meliputi tahap think (berpikir) pada kegiatan I, tahap pair (berpasangan) pada kegiatan II, dan tahap share (berbagi) pada kegiatan III. Siswa lainnya diberikan kesempatan untuk menanggapi hasil presentasi dengan cara memberikan tanggapan ataupun pertanyaan kepada siswa yang mempresentasikan hasil diskusi. Setelah itu siswa mengerjakan soal-soal latihan pada kegiatan III di LKS 1 secara individu. Siswa bersama guru memeriksa hasil diskusi yang telah dipresentasikan di depan kelas. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami. Di akhir pelajaran siswa bersama-sama denga guru membuat kesimpulan materi pembelajaran. Siswa melakukan refleksi terhadap pengalaman belajarnya dengan cara menyampaikan kembali materi apa yang telah mereka pelajari. Guru memberikan pekerjaan rumah dan mengimbau siswa untuk mencari sumber belajar lain seperti buku-buka matematika yang terdapat di perpustakaan atau mencari sumber belajar lain di Internet. Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa yang dipimpin oleh seorang siswa dan mengucapkan salam. Dokumentasi proses pembelajaran dalam kelas 53

kontrol dengan pendekatan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada Lampiran 3.16. Selama proses pembelajaran terdapat kendala yaitu beberapa siswa ijin tidak mengikuti proses belajar mengajar karena mengikuti kegiatan diluar sekolah sehingga menyebabkan beberapa siswa tidak mengikuti proses pembelajaran yang utuh. Beberapa siswa yang ijin tidak mengikuti proses pembelajaran mendapatkan nilai kurang dari KKM. 2. Deskripsi Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri nilai pretest, nilai posttest, skor awal angket, dan skor akhir angket kelas kontrol dan kelas eksperimen. a. Deskripsi Data Hasil Tes Prestasi Belajar Matematika Hasil prestasi belajar Matematika siswa pada kedua kelompok disajikan pada Tabel 14. Tabel 13. Data Pretest dan Posttest Prestasi Belajar Matematika Deskripsi KelasPBM TPS Kelas Konvensional Pretest Posttest Pretest Posttest Rata-rata 28,43 78,20 18,20 82,20 Nilai maksimum yang mungkin 54 100 38 97 Nilai minimum yang mungkin 4 51 4 55 Standar deviasi 14,34 13,31 10,98 13,19 Varians 205,7 177,33 120,75 174,08 Terlihat bahwa pada nilai rata-rata pretest maupun posttest pada kelas konvensional maupun kelas PBM TPS tidak jauh berbeda. Standar deviasi pada kedua kelompok, baik pretest maupun posttest juga relatif sama. Untuk mengetahui apakah secara umum nilai rata-rata dan standar deviasi di sekolah tersebut sama, maka harus dilakukan uji hipotesis. Hasil pretest dan posttest lengkap disajikan pada Lampiran 4.1 dan Lampiran 4.2. 54

b. Deskripsi Data Kepercayaan Diri Data kepercayaan diri terdiri atas data skor awal dan skor akhir. Skor awal diperoleh dari hasil skor angket pada kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan. Skor akhir diperoleh dari hasil skor angket pada kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan. Data skor awal dan akhir angket kepercayaan diri pada kedua kelompok disajikan pada Tabel 15. Tabel 14. Data Skor Awal dan Akhir Kepercayaan Diri Kelas PBM TPS Kelas Konvensional Deskripsi Sebelum Setelah Sebelum Setelah Perlakuan Rata-rata 120,27 123,13 119,31 121,42 Standar deviasi 11,92 10,75 9,77 10,70 Nilai maksimun yang mungkin 144 147 145 142 Nilai minimum yang mungkin 100 106 102 94 Varians 142,13 115,01 95,50 114,49 Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata hasil kepercayaan diri sebelum perlakuan pada kelas konvensional maupun kelas PBM TPS relatif sama. Sesudah perlakuan rata-rata hasil kepercayaan diri pada kelas PBM TPS lebih tinggi dari kelas konvensional. Data skor awal dan akhir angket kepercayaan diri selengkapnya terdapat pada Lampiran 4.1 dan Lampiran 4.2. 3. Hasil Uji Asumsi Analisis a. Uji Normalitas Analisis normalitas dilakukan terhadap skor dua variabel pengukuran yaitu prestasi belajar Matematika dan kepercayaan diri. Hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 16. 55

Data Prestasi belajar matematika Kepercayaan Diri Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Kelas Nilai signifikasi Sebelum Sesudah Hasil Konvensional 0,717 0,884 Normal PBM TPS 0,552 0,561 Normal Konvensional 0,433 0,777 Normal PBM TPS 0,540 0,757 Normal Terlihat bahwa nilai signifikasi lebih dari 0,05, maka hasil pengukuran prestasi belajar Matematika dan kepercayaan diri berdistribusi normal. Hasil analisis uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan Lampiran 4.4. b. Uji Homogenitas Analisis homogenitas dilakukan terhadap skor dua variabel pengukuran yaitu prestasi belajar Matematika dan kepercayaan diri. Hasil uji homogenitas adalah disajikan pada Tabel 17. Data Prestasi belajar matematika Kepercayaan Diri Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Kelas Konvensional dan PBM TPS Konvensional dan PBM TPS 56 Nilai signifikasi Hasil Sebelum Sesudah 0,191 0,916 Homogen 0,261 0,898 Homogen Terlihat bahwa nilai signifikasi lebih dari 0,05, maka hasil pengukuran prestasi belajar Matematika dan kepercayaan diri kedua kelas adalah homogen. Hasil analisis uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.5. 4. Keefektifan Pembelajaran PBM TPS dan Pembelajaran Konvensional Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis, selanjutnya dilakukan pengujuan hipotesis. Hasil pretest siswa kedua kelas menunjukkan bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen, jadi uji hipotesis dilakukan dengan statistik parametrik.

a. Uji beda rata-rata sebelum perlakuan Pengujian perbedaaan rata-rata pada kedua kelas terhadap data sebelum perlakuan dilakukan menggunakan independent sample t-test. Hasil uji beda ratarata sebelum perlakuan disajukan pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Uji Beda Rata-rata Sebelum Perlakuan Kelompok Variabel Rata-rata Sig Prestasi belajar Konvensional 18,20 matematika PBM TPS 28,43 0,005 Kepercayaan diri Konvensional 119,31 0,746 PBM TPS 120,27 Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh signifikasi sebesar 0,005 (kurang dari 0,05) untuk variabel prestasi belajar Matematika. Ini menunjukkan bahwa H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara kelas konvensional dan kelas PBM TPS terhadap prestasi belajar Matematika, artinya kemampuan awal kedua kelompok pada aspek prestasi belajar Matematika berbeda. Oleh karena itu, untuk menguji hipotesis (1) keefektifan model PBM TPS ditinjau dari prestasi belajar Matematika dan hipotesis (3) keefektifan pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar Matematika digunakan data gain score di kedua kelas. Selain itu dari Tabel 19 terlihat bahwa signifikasi aspek kepercayaan diri sebesar 0,746 (lebih dari 0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kepercayaan diri antara kelas konvensional dan kelas PBM TPS. Oleh karena itu, untuk menguji hipotesis (2) keefektifan model PBM TPS ditinjau dari kepercayaan diri dan (4) keefektifan pembelajaran konvensional ditinjau dari kepercayaan diri digunakan data skor akhir kepercayaan diri di kedua kelas. 57

b. Uji keefektifan model PBM TPS ditinjau dari prestasi belajar Matematika Hasil analisis dengan one sample t-test untuk prestasi belajar Matematika disajikan pada Tabel 19. Tabel 17. Hasil Uji One Sample T-Test Keefektifan PBM TPS Ditinjau dari Prestasi Belajar Matematika Kelas Variabel t df Sig Prestasi belajar 2,169 29 0,038 PBM TPS matematika Terlihat bahwa signifikasi hasil uji one sampel t-test yang diperoleh untuk kelas PBM TPS untuk variabel prestasi belajar Matematika sebesar 0,038. Signifikasi aspek prestasi belajar Matematika tersebut kurang dari 0,05. Ini berarti bahwa PBM TPS efektif ditinjau dari prestasi belajar Matematika. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 4.7. c. Uji keefektifan model PBM TPS ditinjau dari kepercayaan diri Hasil analisis dengan one sample t-test untuk kepercayaan diri disajikan pada Tabel 20. Tabel 18. Hasil Uji One Sample T-Test Keefektifan PBM TPS Ditinjau dari Kepercayaan Diri Kelas Variabel t df Sig PBM TPS Kepercayaan diri -0,034 29 0,973 Terlihat bahwa signifikasi hasil uji one sampel t-test yang diperoleh untuk kelas PBM TPS untuk variabel kepercayaan diri sebesar 0,973. Nilai signifikasi ini lebih dari 0,05. Ini berarti bahwa PBM TPS tidak efektif ditinjau dari kepercayaan diri. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 4.7. 58

d. Uji keefektifan pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar Matematika Hasil analisis dengan one sample t-test untuk prestasi belajar Matematika disajikan pada Tabel 21. Tabel 19. Hasil Uji One Sample T-Test Keefektifan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Prestasi Belajar Matematika Kelas Variabel t df Sig Prestasi belajar 3,172 24 0,004 Konvensional matematika Terlihat bahwa signifikasi hasil uji one sampel t-test yang diperoleh untuk kelas konvensional untuk variabel prestasi belajar Matematika sebesar 0,004. Signifikasi aspek prestasi belajar Matematika tersebut kurang dari 0,05. Ini berarti bahwa pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari prestasi belajar Matematika. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 4.7. e. Uji keefektifan pendekatan pembelajaran konvensional ditinjau dari kepercayaan diri Hasil analisis dengan one sample t-test untuk kepercayaan diri disajikan pada Tabel 22. Tabel 20. Hasil Uji One Sample T-Test Keefektifan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Kepercayaan Diri Kelas Variabel t df Sig Konvensional Kepercayaan diri -0,847 25 0,405 Terlihat bahwa signifikasi hasil uji one sampel t-test yang diperoleh untuk kelas konvensional untuk variabel kepercayaan diri sebesar 0,405. Nilai signifikasi ini lebih dari 0,05. Ini berarti bahwa pembelajaran konvensional tidak efektif ditinjau dari kepercayaan diri. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 4.7. 59

5. Perbandingan Keefektifan Pembelajaran PBM TPS dan Pembelajaran Konvensional terhadap Prestasi Belajar Hasil analisis dengan independent sample t-test untuk prestasi belajar Matematika disajikan pada Tabel 23. Tabel 21. Hasil Uji Independent Sample T-Test keefektifan antara model PBM TPS dan pendekatan pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar matematika Kelompok Variabel Rata-rata Sig Prestasi belajar Konvensional 0,796 0,327 matematika PBM TPS 0,757 Terlihat bahwa nilai signifikasi uji beda rata-rata untuk variabel prestasi belajar Matematika adalah 0,327. Ini menunjukkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model PBM TPS tidak lebih efektif dari pendekatan pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar. Hasil uji selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.8. B. Pembahasan Pada bagian ini diuraikan pembahasan hasil penelitian secara keseluruhan. Pembahasan meliputi kemampuan awal siswa berdasarkan hasil analisis pretest dan skor awal kepercayaan diri serta perbandingan efektivitas pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pretest menunjukkan bahwa nlai tertinggi kelas eksperimen dan kelas kontrol sedikit berbeda, yaitu kelas eksperimen 54, sedangkan kelas kontrol 38. Nilai tertingi pretest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Untuk nilai terendah, kedua kelas memiliki nilai terendah yang sama, yaitu 4. Nilai rata-rata kedua kelas sedikit berbeda, yaitu kelas eksperimen 28,43 dan kelas kontrol 18,20, dengan standar deviasi kelas eksperimen 14,34 dan kelas kontrol 10,98. Hasil uji normalitas dan 60

uji homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki variasi yang homogen atau sama, sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan subjek penelitian. Hasil skor awal angket kepercayaan diri menunjukkan bahwa skor tertinggi kelas eksperimen dan kelas kontrol hampir sama, yaitu kelas eksperimen 144, dan kelas kontrol 145. Untuk nilai terendahnya pun hampir sama, yaitu kelas eksperimen 100, sedangkan kelas kontrol 102. Skor rata-rata awal kedua kelas sedikit berbeda, yaitu kelas eksperimen 120,27 dan kelas kontrol 119,31, dengan standar deviasi kelas eksperimen 11,92 dan kelas kontrol 9,77. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki variasi yang homogen atau sama. Hasil posttest menunjukkan bahwa nlai tertinggi kelas eksperimen dan kelas kontrol sedikit berbeda, yaitu kelas eksperimen 100, sedangkan kelas kontrol 97. Nilai tertingi posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Untuk nilai terendah pun sedikit berbeda, yaitu kelas eksperimen 55, sedangkan kelas kontrol 51. Nilai rata-rata kedua kelas sedikit berbeda, yaitu kelas eksperimen 78,20 dan kelas kontrol 82,20, dengan standar deviasi kedua kelas hampir sama, yaitu kelas eksperimen 13,31 dan kelas kontrol 13,19. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki variasi yang homogen atau sama. Hasil skor akhir angket kepercayaan diri menunjukkan bahwa skor tertinggi kelas eksperimen dan kelas kontrol sedikit berbeda, yaitu kelas eksperimen 147, sedangkan kelas kontrol 142. Untuk nilai terendahnya juga sedikit berbeda, yaitu 61

kelas eksperimen 106, sedangkan kelas kontrol 94. Skor rata-rata akhir kedua kelas sedikit berbeda, yaitu kelas eksperimen 123,13 dan kelas kontrol 121,42, dengan standar deviasi yang hampir sama, yaitu kelas eksperimen 10,75 dan kelas kontrol 10,70. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki variasi yang homogen atau sama. Selanjutnya akan dijelaskan hasil uji-t yang sudah dilakukan sebagai berikut. 1. Keefektifan PBM TPS Ditinjau dari Prestasi Belajar Matematika Model PBM TPS efektif ditinjau dari prestasi belajar Matematika siswa. Pembelajaran dikatakan efektif ketika nilai rata-rata gain score prestasi belajar Matematika lebih dari 0,69. Hal ini disebabkan TPS melibatkan peran aktif dari siswa secara keseluruhan. Dengan demikian, Rejeki (Hasmi, dkk., 2011) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan prestasi siswa. Siswa saling bekerja sama dengan teman sebangkunya. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir dan saling berinteraksi. Kerja sama dengan sesama teman dapat memberikan motivasi belajar, sehingga siswa menjadi lebih aktif. Selain itu, efektifitas PBM TPS untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Misalnya penelitian Eprina (2015) terhadap Siswa SMA Negeri 2 Bantul menunjukkan bahwa model pembelajaran TPS efektif ditinjau dari prestasi belajar Matematika. Selain itu, Kilbane dan Milman (2014: 281) mendefinisikan, problem based learning (PBL) is an active learning model that allows students to learn and hone problem-solving skill, develop competence with 62

academic content standards, and realize the relevance of applying content area learning for practical purposes. Pembelajaran berbasis masalah dapat memudahkan siswa untuk mengingat suatu konsep materi karena siswa belajar dari masalah yang ada di kehidupan nyata. 2. Keefektifan PBM TPS Ditinjau dari Kepercayaan Diri Model PBM TPS tidak efektif ditinjau dari kepercayaan diri. Pembelajaran dikatakan tidak efektif ketika nilai rata-rata skor akhir angket kepercayaan diri kurang dari atau sama dengan 123,19. Hal ini dikarenakan rasa percaya diri tidak dapat dirubah dengan cepat. Karakteristik siswa yang beragam, tidak dapat dirubah dengan model pembelajaran yang begitu singkat. Selama penelitian ini peneliti hanya diberikan waktu untuk mengajar selama 3 kali pertemuan atau 6 jam pelajaran. Hal ini menjadi keterbatasan waktu untuk menerapkan model pembelajaran yang baru. Untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa, dibutuhkan waktu yang relatif lama dengan usaha yang terus-menerus. Seperti yang disampaikan Abu dan Widodo (2004: 40), ketika seorang siswa memiliki kehendak untuk mencapai sesuatu, proses kemauan sampai tindakan atau perbuatan melalui beberapa tingkat, yaitu motif (alasan, dasar, pendorong), perjuangan motif, dan keputusan. Oleh karena itu ketika seorang siswa mempunyai keinginan untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri, siswa membutuhkan proses yang lama untuk sampai pada perbuatan. Hal senada juga disampaikan Muhibbin (2012:109), bahwa belajar merupakan aktivitas yang berproses, dan di dalamnya terjadi proses perubahan 63

yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. 3. Keefektifan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Prestasi Belajar Matematika Model pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari prestasi belajar Matematika siswa. Pembelajaran dikatakan efektif ketika nilai rata-rata gain score prestasi belajar Matematika lebih dari 0,69. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran konvensional siswa sebagai obyek belajar. Siswa menerima semua penjelasan secara keseluruhan dengan utuh sehingga siswa lebih mudah dalam memahami suatu materi. Siswa lebih banyak mendengarkan ceramah dari guru. Hal ini sejalan denga pendapat Ausubel (Eggen, 2012: 401), ceramah dapat efektif jika tujuannya adalah memberi siswa informasi yang memerlukan waktu berjamjam untuk memahami suatu materi. Selain itu Eggen dan Kauchak (2012: 400) menyatakan bahwa model ceramah adalah sebuah model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa memahami bangunan pengetahuan. Oleh karena itu siswa dapat menerima pemahaman materi selama proses pembelajaran berlangsung tanpa adanya miskonsepsi. Pada pembelajaran konvensional selain melalui ceramah, guru juga memberikan latihan soal. Pemberian latihan soal yang rutin inilah yang mungkin menyebabkan siswa dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika. Siswa menjadi terbiasa mengerjakan soal-soal sehingga siswa mudah dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan yang diberikan pada posttest. Hal ini sesuai dengan pernyataan Erman (2003: 175) yang mengatakan bahwa pemberian soal latihan yang rutin akan melatih siswa untuk mengerjakan soal-soal dengan cermat. 64

4. Keefektifan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Kepercayaan Diri Model konvensional tidak efektif ditinjau dari kepercayaan diri. Pembelajaran dikatakan tidak efektif ketika nilai rata-rata skor akhir angket kepercayaan diri kurang dari atau sama dengan 123,19. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran di kelas konvensional tidak melibatkan siswa secara aktif. Proses pembelajaran konvensional lebih banyak diberikan melalui ceramah. Metode ceramah menyebabkan siswa sulit untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi menurut Wina (2006: 190-191). Kemampuan sosialisasi siswa meliputi kemampuan pada bekerja sama dalam sebuah kelompok atau kemampuan mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Hal ini menyebabkan rasa kepercayaan diri siswa menjadi sulit untuk dikembangkan. Syaiful (2006: 187) mengatakan bahwa pembelajaran konvensional cenderung menemempatkan siswa dalam posisi pasif. Ada peran siswa dalam proses pembelajaran ini namun perannya tidak begitu banyak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Musyafa (2015) yang mengatakan bahwa siswa lebih memilih menunggu penjelasan dari guru ketika ada masalah pada pembelajaran berlangsung. Hal ini mengakibatkan partisipasi siswa untuk mengemukakan pendapatnya rendah. Siswa merasa tidak percaya diri untuk menyampaikan hasil pekerjaan dan menyampaikan kesulitan belajar yang mereka alami. 5. Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Menggunakan Model Kooperatif Tipe Think pair share (TPS) dan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan baik terhadap prestasi belajar Matematika siswa baik menggunakan model PBM TPS maupun pembelajaran konvensional. Hal ini 65

berarti bahwa pembelajaran dengan PBM TPS tidak lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Secara teoritis, pembelajaran Matematika berbasis masalah menggunakan model kooperatif tipe think pair share (TPS) lebih efektif daripada pembelajaran Matematika dengan pendekatan pembelajaran konvensional karena mempunyai beberapa kelebihan. Menurut Nunuk dan Leo (2012: 81) salah satu manfaat dari pembelajaran kooperatif adalah dapat meningkatkan prestasi akademik. Siswa dapat menggali ilmu pengetahuannya dengan bekerja sama antar teman sehingga siswa akan lebih mudah memahami suatu materi. Selain itu model pembelajaran think pair share (TPS) dapat mengundang respon dari semua orang di dalam kelas dan menempatkan semua siswa ke dalam peran peran yang aktif secara kognitif meneurut Eggen dan Kauchack (2012: 134). Jadi seharusnya prestasi belajar Matematika siswa akan lebih maksimal. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika berbasis masalah menggunakan model kooperatif tipe think pair share (TPS) tidak menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran Matematika dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Secara praktis, hasil tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Terdapat siswa yang belum memiliki kesadaran yang tinggi untuk terlibat secara keseluruhan dalam proses diskusi kelompok, sehingga dapat mempengaruhi proses belajarnya sendiri di dalam kelompok. Hal ini dapat terjadi karena untuk mengembangkan kesadaran kelompok diperlukan waktu yang lama menurut Wina (2006: 249). Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi pemahaman siswa 66

terhadap masalah yang diberikan, sehingga mempengaruhi proses konstruksi pengetahuannya. Akibatnya, prestasi belajar Matematika siswa di kelas eksperimen tidak maksimal. Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian tersebut adalah ketidakhadiran siswa ketika pembelajaran berlangsung, atau hanya mengikuti sebagian proses pembelajaran dan meminta izin untuk mengikuti kegiatan lain diluar sekolah. Faktor-faktor di atas merupakan keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran di kelas eksperimen, meskipun masih harus dibuktikan lagi secara ilmiah. 6. Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Menggunakan Model Kooperatif Tipe Think pair share (TPS) dan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Kepercayaan Diri Berdasarkan hasil analisis dengan one sample t-test pada rumusan masalah yang kedua diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran Matematika berbasis masalah menggunakan model pembelajaran think pair share (TPS) tidak efektif ditinjau dari kepercayaan diri. Analisis dengan one sample t-test pada rumusan masalah yang keempat juga memperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran Matematika dengan pendekatan pembelajaran konvensional tidak efektif ditinjau dari kepercayaan diri. Pembelajaran dikatakan tidak efektif ketika nilai rata-rata skor akhir angket kepercayaan diri kurang dari atau sama dengan 123,19. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan uji lanjutan lagi untuk menguji manakah yang lebih efektif antara kedua pembelajaran tersebut jika ditinjau dari kepercayaan diri. Jika dilihat dari hasil skor akhir angket kepercayaan diri, kelas eksperimen mempunyai rata-rata skor akhir yang lebih tinggi dari kelas kontrol. 67