BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Februari Maret April Observasi Penyusunan proposal dan 2 soal-soal untuk uji validitas 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Perencanaan Tindakan BAB IV

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Subjek Penelitian Subyek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V yang berjumlah 22 siswa, dengan siswa perempuan

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil belajar Siswa Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pelaksanaan Tindakan Pada bagian ini pelaksanaan tindakan akan diuraikan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Materi Gaya Melalui Model Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal classroom action research.

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 5 SDN Jombor Kecamatan Tuntang. Jumlah siswa kelas 5 di SDN Jombor Kecamatan Tuntang adalah 20 siswa yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki. 4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Kondisi Pra siklus Kondisi pra siklus merupakan kondisi awal sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit dalam pelajaran IPA materi sifat sifat cahaya. Pada kondisi pra siklus, diketahui bahwa dari total 20 siswa, 11 siswa dinyatakan belum tuntas dari nilai KKM (67) yang ditetapkan sekolah, sementara yang tuntas hanya 9 siswa. Hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Distribusi Hasil Belajar IPA Pra siklus Skor Kriteria Hasil Pra Siklus Belajar Jumlah siswa Persentase (%) 67 Tidak Tuntas 11 55% 67 Tuntas 9 45% Jumlah 20 100% Nilai Tertinggi 85 Nilai Terendah 45 Nilai Rata-Rata 65 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 sebanyak 20 orang yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa (45%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa (55%). Hasil perolehan nilai tertinggi 85, nilai terendahnya 45 dan nilai rata-rata 65. Selanjutnya untuk lebih jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut disajikan dalam diagram batang 4.1 berikut ini: 51

52 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% TUNTAS 45% Pra Siklus Pra Siklus 55% BELUM TUNTAS Gambar 4. 1 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Pra siklus Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa (45%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa (55%). Hasil perolehan Nilai terendah, Nilai Tertinggi, dan Nilai Rata-Rata dari tabel tersebut disajikan dalam diagram batang 4.2 berikut ini: Pra Siklus 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 85 65 45 NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah Dan Rata-Rata Pra siklus Berdasarkan gambar 4.2 diketahui bahwa nilai tertinggi pra siklus adalah 85, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 65. Dari data yang diperoleh, maka diperlukan upaya untuk menindak lanjuti melalui penelitian tindakan kelas.

53 Penelitian tindakan kelas ini telah disetujui oleh guru kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit yang dilaksanakan dalam dua siklus (tiap siklus dua pertemuan). 4.3 Siklus I Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan pengertian cahaya (pancaran sinar dilihat oleh mata), sumber cahaya (benda menyala/benda terbakar), pengertian sifat-sifat cahaya (membuktikan cahaya merambat lurus, ciri ciri cahaya merambat lurus dan berkas cahaya dari proyektor film yang dipancarkan). Dalam siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut: A. Perencanaan Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 18 dan 19 April 2016. Sebelum proses pembelajaran siklus 1 dilaksanakan, peneliti dengan teman sejawat membahas hal-hal untuk menentukan model yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan kondusif. Peneliti membuat RPP kemudian bersama dengan guru kelas memeriksa kembali RPP siklus 1 untuk mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya yang telah disusun dan dicermati setiap butir yang dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit, adapun langkah-langkah pembelajaran terlampir. Kemudian peneliti menyiapkan alat peraga dan sarana lain yang dibutuhkan serta lembar observasi kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh observer untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan, peneliti juga merancang alat evaluasi berupa soal tes tertulis yang akan menguji siswa berkaitan dengan materi tersebut. Perencanaan yang dilakukan tersebut diatas telah mampu menjadi pedoman yang sistematis dalam proses pembelajaran, artinya susunan program tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan yang mempermudah pembelajaran suatu materi, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.

54 B. Tindakan Pertemuan pertama Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 18 April 2016 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut : 1. Kegiatan awal Sebelum pelajaran dimulai guru dan siswa berdoa terlebih dahulu, kemudian mengabsen siswa. Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya kepada siswa Mengapa ikan dan benda-benda lain dapat terlihat jelas di dasar kolam yang berair jernih? Apakah air dapat ditembus cahaya?. Setelah kegiatan itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 orang dan setiap anggota kelompok diberikan nomor. 2. Kegiatan inti Guru menjelaskan materi tentang sifat sifat cahaya dengan menggunakan alat peraga, menjelaskan pengertian cahaya, pancaran sinar dilihat oleh mata, sumber cahaya, benda menyala/benda terbakar dan cahaya merambat lurus. Setelah itu, Siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang pengertian cahaya dapat merambat lurus. Guru bertanya kepada siswa tentang cahaya dapat merambat lurus yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari hari untuk menggali pengetahuan siswa. Kemudian siswa bersama kelompoknya mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa (LKS) yang guru berikan dimana pada LKS, siswa diminta untuk membuktikan cahaya dapat merambat lurus menggunakan alat peraga yang telah disiapkan oleh guru. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan, guru memberi pengarahan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi. Siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan dan mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Sementara itu, siswa dari kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang presentasi, guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih

55 berpartisipasi aktif lagi, dan kelompok lain memberi tanggapan dan guru membimbing siswa untuk memperoleh jawaban yang tepat sesuai degan tujuan yang ingin dicapai. Bertanya jawab tentang materi sifat sifat cahaya yang belum dipahami. 3. Kegiatan akhir Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang Pengertian cahaya, sumber cahaya, sifat sifat cahaya setelah itu guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan pesan moral serta tindak lanjut Pertemuan kedua Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 19 April 2016 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Kegiatan awal Sebelum memulai pelajaran guru memberikan salam dan mengajak siswa berdoa. Setelah itu, guru mengkondisikan kelas dan mengabsensi siswa. Sebagai apersepsi guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan/materi pelajaran sebelumnya. Kemudian untuk membangun pandangan awal siswa tentang materi sifat sifat cahaya (cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus benda bening), Guru bertanya kepada siswa apakah yang terjadi jika cahaya mengenai cermin? Jika kamu bercermin, bagaimana wujud bayangan kamu jika dilihat pada cermin datar, cermin cekung dan/atau cermin cembung? Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan guru membagi siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 orang. Guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok. Setelah itu guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan serta tujuannya. 2. Kegiatan inti Guru menjelaskan secara singkat materi tentang sifat sifat cahaya (cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus benda bening) sambil menunjukkan kepada siswa contoh cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus benda bening dengan dengan alat peraga didepan kelas. Setelah itu,

56 siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang pengertian cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus benda bening. Guru bertanya kepada siswa tentang cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus benda bening yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari hari untuk menggali pengetahuan siswa. Kemudian siswa bersama kelompoknya mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa (LKS) yang guru berikan dimana pada LKS, siswa diminta untuk membuktikan cahaya dapat dipantulkan dengan cermin dan cahaya dapat menembus benda bening menggunakan cahaya senter yang ditujukan pada plastik, air dan gelas bening. Sementara guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. Setelah selesai, guru memanggil salah satu nomor di dalam kelompok secara secara acak, dan siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan dan bersama kelompoknya maju mempresentasikan jawaban dan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas. Sementara itu, siswa dari kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang presentasi. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa. Guru memberikan motivasi siswa agar lebih berpartisipasi aktif lagi. 3. Kegiatan akhir Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang cahaya dapat menembus benda bening kemudian cahaya dapat dipantulkan setelah itu guru bersama siswa merefleksi proses pembelajaran. Tindak lanjut guru melaksanakan evaluasi dengan membagi lembar tes formatif untuk dikerjakan secara individu selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan salam penutup. C. Observasi Aktivitas guru atau proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas yang menjadi fokus pengamatannya adalah bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit dalam pembelajaran IPA, serta implikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit pada hasil belajar IPA. Selama mengajar, observer merekam jalannya

57 pembelajaran melalui lembar observasi yang telah disediakan. Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah keseluruhan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang menjadi pengamatan adalah aktivitas guru, maka instrumen pengamatan yang digunakan adalah lembar observasi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit pada pembelajaran IPA materi sifat sifat cahaya. Dari pengamatan tersebut dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung. Adapun hasil observasi dari siklus I adalah pembelajaran berjalan dengan lancar tetapi masih ada sedikit hambatan yaitu sebagai berikut: a) Pada awal pertemuan, siswa masih belum memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan benar. b) Kelas masih ribut ketika siswa kerja kelompok. c) Tidak semua kelompok memberikan komentar dan tanggapan terhadap hasil presentasi temannya d) Beberapa siswa juga sering menertawakan anggota kelompok lain saat mempresentasikan hasil kerja kelompok nya didepan kelas, sehingga suasana menjadi gaduh. e) Guru belum memberikan reward/penguatan pada siswa yang menjawab benar. f) Saat kegiatan evaluasi masih terdapat beberapa siswa yang berusaha untuk membuka catatan. g) Waktu pembelajaran yang terbatas, menjadikan proses pembelajaran belum dilaksanakan maksimal. D. Refleksi Berdasarkan observasi pada siklus I, hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya antara lain dengan cara : a. Guru lebih membimbing siswa selama langkah-langkah pembelajaran. b. Guru berkeliling mengawasi siswa yang sedang mengerjakan tugas kelompok.

58 c. Guru mengarahkan siswa untuk lebih memperhatikan siswa yang sedang presentsi dan meminta untuk memberikan komentar terhadap hasil presentasi tersebut. d. Memberikan pengertian pada siswa bahwa saat teman berbicara atau menjelaskan materi harus kita hargai. e. Memberikan reward/penguatan kepada siswa yang menjawab benar, baik secara individu maupun kelompok. f. Saat kegiatan evaluasi tidak ada lagi siswa yang membuka catatan g. Waktu yang terbatas sudah dapat di gunakan dengan maksimal. 4.3.1. Hasil Analisis Data Dalam bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil belajar siswa 4.3.2 Analisis Hasil Belajar Siklus I Dalam bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus I. Hasil tes siklus I mengalami peningkatan dari hasil tes pada data awal pra siklus. Berdasarkan hasil tes siswa data awal pra siklus, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan sebesar 65 meningkat menjadi 71 pada siklus I. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus I yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tebel 4.2 di bawah ini: Skor Kriteria Hasil Belajar Tabel 4. 2 Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus I Siklus I Jumlah siswa Persentase (%) 67 Tidak Tuntas 6 30% 67 Tuntas 14 70% Jumlah 20 100% Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 55 Nilai rata-rata 71

59 Dari tabel 4:2 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan model pembelajaran koopratif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit, dari 20 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 14 siswa (70%) tuntas atau mampu mencapai KKM 67 dan 6 siswa (30%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dan nilai terendah 55 dengan nilai rata-rata kelas adalah 71. Selanjutnya untuk lebih jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut disajikan dalam diagram batang 4.3 berikut ini: 70% 70% Siklus I 60% 50% 40% 30% 30% 20% 10% 0% TUNTAS BELUM TUNTAS Gambar 4.3 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siklus I Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit, menunjukkan siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa (70%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa (30%). Adapun KKM IPA adalah 67. Selanjutnya hasil perolehan nilai tertinggi, nilai terendahnya, dan nilai rata-rata hasil belajar siswa disajikan dalam diagram batang 4.4 berikut ini:

60 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Siklus I 90 71 55 NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA Gambar 4.4 Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata-Rata Siklus I Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dan nilai terendah 55 dengan nilai rata-rata kelas adalah 71. 4.3.3 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus dan Siklus I Membandingkan ketuntasan belajar pra siklus dengan setelah tindakan pada siklus I dimaksudkan untuk melihat apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit, memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Berikut ini disajikan dalam Tabel 4.3 perbandingan ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah tindakan pada siklus Tabel 4.3 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus dan Siklus I Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Jumlah siswa % Jumlah siswa % Belum Tuntas 11 55 6 30 Tuntas 9 45 14 70 Total 20 100 20 100 Rata-rata 65 71 Nilai tertinggi 85 90 Nilai terendah 45 55 Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus, siswa yang tuntas belajar

61 adalah 9 siswa (45%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 14 siswa (70%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 9 siswa (45%). Jumlah siswa yang belum tuntas pra siklus adalah 11 siswa (55%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus I menjadi 6 siswa (30%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 5 siswa (25%). Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.5 perbandingan jumlah ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I. 70% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 45% 55% 30% 0% TUNTAS BELUM TUNTAS Pra Siklus Siklus I Gambar 4. 5 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.5 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 9 siswa (45%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 14 siswa (70%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 5 siswa (25%). Jumlah siswa yang belum tuntas pra siklus adalah 11 siswa (55%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus I menjadi 6 siswa (30%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 5 siswa (25%). Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.4 perbandingan Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata-Rata hasil belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I.

62 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 90 85 71 65 55 45 NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA pra siklus siklus 1 Gambar 4. 6 Perbandingan Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata- Rata Pra Siklus dan Siklus I Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum memberikan hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 67. Dengan kata lain, dengan hasil ini diperlukan lagi tindakan yang harus dilaksanakan pada siklus II. 4.4 Siklus II Praktek pembelajaran dilaksanakan dengan pokok bahasan sifat-sifat cahaya dengan indikator menunjukkan bahwa cahaya dapat dibiaskan, menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna melalui cakram warna dan membuat periskop sederhana. Siklus II ini dilakukan melalui dua pertemuan dengan rincian sebagai berikut : A. Perencanaan Siklus II terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 29 dan 30 April 2016. Sebelum proses pembelajaran siklus 1 dilaksanakan, peneliti dengan teman sejawat membahas hal-hal untuk menentukan model yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan kondusif. Peneliti membuat RPP kemudian bersama dengan guru kelas memeriksa kembali RPP siklus II untuk mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya yang

63 telah disusun dan dicermati setiap butir yang dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit, adapun langkah-langkah pembelajaran terlampir. Kemudian peneliti menyiapkan alat peraga dan sarana lain yang dibutuhkan serta lembar observasi kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh observer untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan, peneliti juga merancang alat evaluasi berupa soal tes tertulis yang akan menguji siswa berkaitan dengan materi tersebut. Perencanaan yang dilakukan tersebut diatas telah mampu menjadi pedoman yang sistematis dalam proses pembelajaran, artinya susunan program tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan yang mempermudah pembelajaran suatu materi, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar. B. Tindakan Pertemuan Pertama Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 29 April 2016 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Kegiatan awal Sebelum pelajaran dimulai guru dan siswa berdoa terlebih dahulu, kemudian mengabsen siswa. Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya kepada siswa Sehabis hujan apa yang kamu lihat? Jaman dahulu orang mengatakan bahwa pelangi adalah tangga bidadari turun ke bumi untuk mandi?. Setelah kegiatan itu, guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 orang dan setiap anggota kelompok diberikan nomor. b. Kegiatan inti Guru menjelaskan secara singkat materi tentang Sifat Sifat Cahaya (cahaya dapat dibiaskan) menggunakan LCD. Kemudian masing- masing kelompok diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan cahaya dapat dibiaskan. Setelah itu, Siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang pengertian cahaya dapat dibiaskan. Guru bertanya kepada siswa tentang cahaya dapat dibiaskan yang

64 diketahui siswa dalam kehidupan sehari hari untuk menggali pengetahuan siswa. Siswa bersama kelompoknya mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa (LKS) yang guru berikan, dimana pada LKS, siswa diminta untuk dengan memasukan pensil kedalam gelas yang berisi air untuk membuktikan cahaya dapat dibiaskan, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. Setelah itu, guru memanggil salah satu nomor di dalam kelompok secara secara acak, dan siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan dan bersama kelompoknya mempresentasikan jawaban dan hasil pembuktian dari percobaan yang telah mereka lakukan di depan kelas. Sementara itu, siswa dari kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang presentasi. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dan memotivasi siswa agar lebih berpartisipasi aktif lagi. c. Kegiatan akhir Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang Pengertian cahaya dapat dibiaskan, setelah itu guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan pesan moral serta tindak lanjut Pertemuan kedua Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2016 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut : a. Kegiatan awal Untuk mengawali pelajaran, guru dan siswa berdoa terlebih dahulu, kemudian mengabsen siswa. Setelah itu, guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan/materi yang telah di pelajari siswa pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 orang dan setiap anggota kelompok diberikan nomor.

65 b. Kegiatan inti Guru menjelaskan secara singkat materi tentang Sifat Sifat Cahaya (cahaya dapat diuraikan dan contoh pemanfaatan sifat sifat cahaya dengan pembuatan periskop sederhana) menggunakan LCD. Kemudian masing- masing kelompok diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan cahaya dapat diuraikan dan pembuatan periskop sederhana. Setelah itu, Siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang pengertian cahaya dapat diuraikan dan pembuatan periskop sederhana. Guru bertanya kepada siswa tentang cahaya dapat diuraikan dan pembuatan periskop sederhana yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari hari untuk menggali pengetahuan siswa. Siswa bersama kelompoknya mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa (LKS), dengan membuat cakram warna untuk membuktikan cahaya putih terdiri dari beberapa warna serta membuat periskop untuk membuktikan pemanfaatan dari sifat-sifat cahaya, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. Setelah itu, guru memanggil salah satu nomor di dalam kelompok secara secara acak, dan siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan dan bersama kelompoknya mempresentasikan jawaban dan menunjukan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Sementara itu, siswa dari kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang presentasi. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dan memotivasi siswa agar lebih berpartisipasi aktif lagi. c. Kegiatan akhir Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang cahaya dapat diuraikan dan contoh pemanfaatan sifat sifat cahaya dengan pembuatan periskop sederhana. Setelah itu guru bersama siswa merefleksi proses pembelajaran. Tindak lanjut guru melaksanakan evaluasi dengan membagi lembar tes formatif untuk dikerjakan secara individu selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan Salam penutup.

66 C. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah keseluruhan aktivitas guru atau proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Fokus pengamatannya adalah bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit dalam pembelajaran IPA, serta implikasi dari model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)) berbantuan media konkrit pada hasil belajar IPA. Berkenaan dengan penelitian ini, maka hal-hal yang menjadi pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu mengamati aktivitas guru, maka instrumen pengamatan yang digunakan adalah lembar observasi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Dalam penelitian ini guru kelas 5 bertindak sebagai observer jalannya kegiatan pembelajaran. Adapun hasil dari observasi guru kelas selama siklus II berlangsung adalah sebagai berikut: a. Siswa sudah memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan benar. b. siswa sudah serius dalam bekerja kelompok. c. semua kelompok memberikan komentar dan tanggapan terhadap hasil presentasi temannya d. pada saat kelompok lain presentasi anggota kelompok yang lain sudah memperhatikan. e. Guru sudah memberikan reward/penguatan pada siswa yang menjawab benar. f. semua siswa sudah mengerjakan evaluasi dengan baik g. guru sudah dapat menggunakan waktu dengan maksimal. Berdasarkan observasi siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit, maka dilakukan refleksi yaitu berdiskusi dengan guru kelas, observer, atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran hasil refleksi diambil dari lembar observasi

67 dan tes. Setelah tindakan pada siklus II dilaksanakan, perlu dilakukan refleksi tentang keseluruhan proses belajar mengajar. Refleksi didasarkan atas temuan baik temuan observer maupun temuan guru selama proses pembelajaran dilaksanakan. Hasil refleksi setelah proses perbaikan pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut : Hasil refleksi tersebut adalah pembelajaran dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siklus II pertemuan pertama sudah baik sekali, untuk pertemuan berikutnya guru harus mengoptimalkan seluruh kegiatan yang direncanakan agar hasilnya lebih baik lagi. Pada pertemuan pertama siklus 2 siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) sehingga pembelajaran dilakukan dengan aktif dan kondusif. Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah dapat dikatakan berhasil, yang dapat ditunjukan dari meningktanya hasil ketuntasan belajar siswa yaitu 17 siswa atau 85% siswa tuntas. Dapat disimpulkan pembelajaran yang dilakukan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siklus 2. Dari uraian diatas peneliti dan guru kelas 5 SDN Jombor menyimpulkan hasil refleksi pada siklus 2, bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit pada siklus 2 sudah terlaksana secara optimal. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil dari refleksi siklus 2 ini, maka peneliti dan guru yang bersangkutan membuat kesepatan untuk menghentikan tindakan pada siklus 2. 4.4.1 Analisis Hasil Belajar Siklus II Dari temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus II. Hasil tes siklus II mengalami peningkatan dari hasil tes pada data awal pra siklus. Berdasarkan hasil tes siswa data awal pra siklus, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan sebesar 65 meningkat menjadi 76 pada siklus II. Hasil analisis

68 pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.4 di bawah ini: Tabel 4. 4 Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus II Kriteria Hasil Belajar Siklus II Jumlah Siswa (%) Tidak Tuntas 3 15% Tuntas 17 85% Jumlah 20 100% Rata-rata 76 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 60 KKM 67 Dari tabel 4:4 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit, dari 20 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 17 siswa (85%) tuntas atau mampu mencapai KKM 67 dan 3 siswa (15%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Berikut ini adalah hasil perolehan ketuntasan hasil belajar IPA siklus II dapat dilihat pada gambar 4:7. Siklus II 85% 15% Tuntas Belum Tuntas Gambar 4. 7 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siklus II Berdasarkan Gambar 4:7 diketahui bahwa setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit, dari 20 siswa kelas 5 terdapat 85% siswa yang tuntas belajar dan 15%

69 siswa tidak tuntas belajar. Adapun KKM IPA adalah 67. Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.8 Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata-Rata hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus II. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Siklus II 90 76 60 NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA Gambar 4.8 Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah Dan Rata-Rata Siklus II Dari gambar 4.4 diketahui nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas adalah 76. 4.5. Pembahasan 4.5.1. Analisis Deskriptif Komparatif Hasil Penelitian Membandingkan ketuntasan belajar pra siklus dengan setelah tindakan pada siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit, memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan. Berikut disajikan dalam Tabel 4.5 perbandingan ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah tindakan pada siklus II

70 Ketuntasan Tabel 4. 1 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Tuntas 9 45 14 70 17 85 Belum Tuntas 11 55 6 30 3 15 Jumlah 20 100 20 100 20 100 Nilai Tertinggi 85 90 90 Nilai Terendah 45 55 60 Rata-Rata 65 71 76 Dari Tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari pra siklus sampai ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang tuntas belajar adalah 9 siswa (45%), pada siklus I menjadi 14 siswa (70%) dan pada siklus II menjadi 17 siswa (85%). Sedangkan siswa yang belum tuntas jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 11 siswa (55%) belum tuntas, pada siklus I masih 6 siswa (30%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 3 siswa (15%). Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 85, siklus I nilai tertinggi yaitu 90 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 90. Nilai terendah pra siklus 45, siklus I terendah 55 dan siklus II nilai terendah 60. Rata-rata siswa dari pra siklus ke siklus II juga mengalami peningkatan dari pra siklus 65 menjadi 71 ke siklus I atau naik sebesar 6 dan pada siklus II menjadi 76 atau naik sebesar 5. Selanjutnya untuk memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dari pra siklus sampai dengan Siklus II. Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.9 perbandingan nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata rata belajar siswa pra siklus, siklus I dan setelah diberikan tindakan pada siklus II

71 90 80 70 60 85 90 90 55 60 65 71 76 50 45 40 30 20 10 0 NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA pra siklus siklus 1 siklus 2 Gambar 4. 9 Perbandingan Nilai Tertinggi,Terendah dan Nilai Rata Rata Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.10 perbandingan jumlah ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus II. 80 70 60 60 71 76 50 40 30 20 10 17 14 9 11 6 3 0 TUNTAS TIDAK TUNTAS NILAI RATA RATA Pra Siklus Siklus I Siklus II Gambar 4.10 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II Berdasarkan Tabel 4.5 dan gambar 4.10 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. dapat dilihat

72 adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 9 siswa atau 45% Jika siklus I, siswa yang tuntas belajar adalah 14 siswa (70%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 17 siswa (85%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 3 siswa (15%). Jumlah siswa yang belum tuntas siklus I adalah 6 siswa (30%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus II menjadi 3 siswa (15%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 3 siswa (15%). Peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memberikan hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 67. Penelitian tindakan ini difokuskan pada upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Jombor dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian sehingga mengajak siswa untuk bekerja sama dalam kelompok dan mengembangkan sikap rasa percaya diri siswa untuk menjawab pertanyaan. Sehingga Tugas guru dalam pembelajaran ini bukan sebagai pentransfer pengetahuan tetapi hanya sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran pembelajaran ini siswa belajar secara berkelompok sehingga akan dapat mengoptimalkan kerjasama siswa dalam kelompok kecil. Setelah itu, siswa juga diminta untuk mempresentasikan hasil penyelesaiannya di depan kelas dan kelompok lain memberikan komentar atau tanggapan. Dominasi guru dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menjadi kurang sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru selalu berusaha

73 mengoptimalkan interaksi. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa siswa yang tuntas pra siklus adalah 9 siswa (45%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan jumlah ketuntasan siswa menjadi 14 siswa (70%). Setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 17 siswa (85%). Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 11 siswa (55%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 6 siswa (30%). Setelah dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II, menjadi 3 siswa (15%) yang belum tuntas. Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika pembelajaran maka dapat diketahui bahwa tiga siswa tersebut dalam pembelajaran sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan temantemannya. Terhadap 3 siswa yang nilai ulangannya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal disebabkan karena anak tersebut kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal maupun tugas yang diberikan oleh guru rendah sekali, Siswa tersebut diminta untuk mengerjakan soal yang sama dengan soal tes untuk dikerjakan dirumah dengan bimbingan orang tua, teman, ataupun orang yang dianggap dapat memberikan bimbingan. Nilai hasil soal yang dikerjakan di rumah tersebut digunakan untuk memperbaiki Nilai tes formatif setara dengan standar Nilai kriteria ketuntasan minimal. Dengan kata lain, bahwa upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit, materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SDN Jombor, berhasil dilakukan. Selain meningkatkan ketuntasan belajar, menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, juga meningkatkan kinerja guru dan aktivitas siswa. Pada siklus I, kinerja guru masuk dalam kategori cukup baik. Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II, kinerja guru meningkat menjadi baik sekali. Setelah dilaksanakan

74 perbaikan tindakan pada siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit, masuk dalam kategori baik sekali. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Alustina Isyuniarsih dalam sikripsinya yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Afektif Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Tahun pelajaran 2011/2012.. Selain itu, penelitian tindakan yang dilakukan oleh Yuni Winarti dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Banyumundul 02, Kabupaten Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Selain mendukung dua hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan teoritis tentang model pembelajaran menurut Miftahul Huda (2014: 130) pada dasarnya Numbered Heads Together (NHT) merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai guru memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi, sedangkan media konkrit adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. dengan demikian terbukti bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) ini dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SDN Jombor Kecamatan Tuntang, Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.