MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 384 TAHUN 2013 TENTANG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN BADAN SALURAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MEMBUAT LAPORAN PEKERJAAN F III 08 06

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERAPIHAN BAHU JALAN (FINISHING)

BAB III LANDASAN TEORI

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

KAJIAN KADAR ASPAL HASIL EKSTRAKSI PENGHAMPARAN DAN MIX DESIGN PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (ACWC) GRADASI HALUS

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

Transkripsi:

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI

DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Penerapan Materi Pelatihan... 3 1.4. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3 1.5. Pengertian-pengertian / Istilah... 4 BAB II STANDAR KOMPETENSI... 6 2.1. Peta Paket Pelatihan... 6 2.2. Pengertian Standar Kompetensi... 6 2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari... 6 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN... 11 3.1. Strategi Pelatihan... 11 3.2. Metode Pelatihan... 11 3.3. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan... 12 BAB IV KEGIATAN AKHIR PRODUKSI... 25 4.1. Umum... 25 4.2. Pembuatan Laporan Harian... 25 4.3. Inspeksi Kesiapan Alat... 34 4.4. Inspeksi Kesiapan Material... 41 BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI... 48 5.1. Sumber Daya Manusia... 48 5.2. Sumber-sumber Kepustakaan (Buku Informasi)... 48 5.3. Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan... 50 Halaman: 1 dari 50

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) 1.1.1. Pelatihan berbasis kompetensi. Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja. 1.1.2. Kompeten ditempat kerja. Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1. Desain Materi Pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat dijadikan panduan pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi yang lebih menekankan kepada peran aktif peserta pelatihan dalam meningkatkan seluruh aspek kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri. 1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. 2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih. 1.2.2. Isi Materi Pelatihan 1) Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. 2) Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja. Halaman: 2 dari 50

3) Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. e. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan. 1.3. Penerapan Materi Pelatihan 1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja. 2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah: a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja. d. Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja. e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih. 1.4. Pengakuan Kompetensi Terkini 1.3.1. Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan. 1.3.2. Persyaratan Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena telah: 1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau 2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. Halaman: 3 dari 50

1.5. Pengertian-Pengertian / Istilah 1.5.1 Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. 1.5.2 Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. 1.5.3 Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan. 1.5.4 Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. 1.5.5 Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan. 1.5.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. 1.5.7 Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. 1.5.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Halaman: 4 dari 50

1.5.9 Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. 1.5.10 Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional. Halaman: 5 dari 50

BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1. Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Melakukan Kegiatan Akhir Produksi Harian - Kode Unit, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja; Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L); Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas; Pengaturan Pelaksanaan Produksi; Pembinaan Kompetensi Kelompok Kerja. 2.2. Pengertian Standar Kompetensi 2.2.1. Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu. 2.2.2. Unit kompetensi yang akan dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Melakukan Kegiatan Akhir Produksi Harian. 2.2.3. Durasi / waktu pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu. 2.2.4. Kesempatan untuk menjadi kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. memeriksa kemajuan peserta pelatihan. Halaman: 6 dari 50

menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian. 2.3.1 Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal Kegiatan Akhir Produksi. 2.3.2 Judul Unit : Melakukan Kegiatan Akhir Produksi Harian 2.3.3 Kode Unit : 2.3.4 Deskripsi Unit Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam melakukan kegiatan akhir produksi harian campuran aspal panas 2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 1. Membuat laporan harian 1.1 Laporan harian penggunaan material, personil dan produksi dikompilasi. 1.2 Laporan harian hasil produksi dibuat berdasarkan dari operator mesin pencampur aspal yang telah dievaluasi. 1.3 Laporan harian penggunaan material produksi dibuat berdasarkan data penggunaan material untuk setiap jenis produksi campuran aspal panas. 1.4 Laporan harian absensi personil produksi dibuat untuk dasar pengupahan dan penilaian disiplin kerja. 1.5 Laporan diperiksa kembali untuk disampaikan kepada atasan sesuai dengan prosedur. 1.6 Laporan diarsipkan sesuai dengan prosedur. 2. Melakukan inspeksi kesiapan alat untuk produksi selanjutnya 3. Melakukan inspeksi kesiapan material /bahan untuk produksi selanjutnya 2.1 Pemeriksaan dan pemeliharaan rutin termasuk pelumasan dikoordinasikan dengan kelompok kerja produksi. 2.2 Pembersihan area kerja dikoordinasikan dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. 2.3 Perbaikan komponen mesin pencampur aspal dikoordinasikan dengan mekanik mesin pencampur aspal, bila terdeteksi ada kerusakan. 2.4 Kesiapan wheel loader dikoordinasikan dengan operator wheel loader untuk pengisian agregat. 3.1 Kecukupan aspal dalam tanki diperiksa bersama dengan juru ketel. 3.2 Kecukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile diperiksa bersama dengan juru cold bin. 3.3 Kecukupan bahan bakar diperiksa bersama dengan operator mesin pencampur aspal. 3.4 Pengadaan material/bahan dikoordinasikan dengan bagian logistik bila terdeteksi tidak mencukupi untuk produksi selanjutnya. Halaman: 7 dari 50

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 2.3.6 Batasan Variabel a. Kontek Variabel 1) Unit kompetensi ini diterapkan dalam kelompok kerja atau individual untuk melakukan kegiatan akhir produksi harian yang meliputi pembuatan laporan produksi, melakukan inspeksi kesiapan alat produksi dan kesiapan material produksi untuk produksi berikutnya; 2) Unit kompetensi ini diterapkan di tempat kerja dengan dukungan ketersediaan mesin pencampur aspal dalam kondisi baik dan material produksi dan bahan bakar yang telah disiapkan sebelumnya; 3) Unit kompetensi ini diterapkan dalam kondisi lingkungan yang mendukung. b. Perlengkapan yang diperlukan 1) Alat: a. Peralatan produksi (mesin pencampur aspal); b. Peralatan penunjang produksi (wheel loader ); c. Alat Pelindung Diri (APD); d. Alat Pengaman Kerja (APK); e. Rambu-rambu operasi K3 dan pencegahan pencemaran lingkungan. 2) Bahan: a. Material produksi (agregat, filler dan aspal); b. Buku pedoman pemeliharaan dan pengoperasian mesin pencampur aspal; c. Bahan bakar; d. Bahan pelumas; e. Formulir laporan produksi. c. Tugas-tugas yang harus dilakukan : 1) Membuat ; 2) Melakukan inspeksi kesiapan alat produksi selanjutnya; 3) Melakukan inspeksi kesiapan material produksi untuk produksi selanjutnya. d. Peraturan-peraturan yang diperlukan 1) Undang-undang tentang Keselamatan Kerja dan peraturan lainnya terkait dengan keselamatan kerja. 2) Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan lainnya terkait dengan pencegahan pencemaran lingkungan. 3) Pedoman Pemeliharaan dan Pengoperasian (Operation and Maintenance Manual) Mesin Pencampur Aspal; 4) Manual Pemeriksaan Unit Pencampur Aspal Panas (Asphalt Mixing Plant) tyang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Halaman: 8 dari 50

2.3.7 Panduan Penilaian a. Penjelasan Pengujian 1) Prosedur penilaian Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja dengan menggunakan metode uji yang tepat untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. 2) Tempat Lokasi kerja atau tempat pelatihan (training ground) yang memenuhi syarat. 3) Penguasaan unit kompetensi sebelumnya : FKK.PS.01.001.02 : Melakukan komunikasi dan kerjasama di tempat kerja; FKK.PS.01.002.02 : Menerapkan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan di tempat kerja; FKK.PS.02.001.02 : Menyiapkan produksi campuran aspal panas; FKK.PS.02.002.02 : Mengatur pelaksanaan produksi campuran aspal panas. 4) Keterkaitan dengan kompetensi lain: FKK.PS.02.004.02 : Melakukan pembinaan kompetensi kelompok kerja produksi campuran aspal panas. b. Kondisi Pengujian 1) Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan membuat laporan produksi harian, melakukan inspeksi kesiapan alat produksi dan melakukan inspeksi kesiapan material produksi, yang akan digunakan untuk memproduksi campuran aspal panas berikutnya; 2) Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tertulis dan demonstrasi/praktek; 3) Penilaian dapat dilaksanakan secara simulasi di tempat pelatihan (training ground) dan atau di tempat kerja. c. Pengetahuan yang diperlukan: 1) Komunikasi; 2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L); 3) Standar Mutu Campuran Aspal Panas; 4) Jenis dan spesifikasi campuran aspal panas; 5) Pengetahuan material produksi; 6) Sistem pelaporan. d. Keterampilan yang dibutuhkan : 1) Melakukan komunikasi dengan benar di tempat kerja; Halaman: 9 dari 50

2) Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L) selama melakukan kegiatan akhir produksi harian; 3) Membuat laporan produksi harian berdasarkan hasil evaluasi laporan harian operator mesin pencampur aspal; 4) Melakukan inspeksi kesiapan alat produksi yang disiapkan untuk kegiatan produksi hari berikutnya; 5) Melakukan inspeksi kesiapan material produks yang disiapkan untuk kegiatan produksi hari berikutnya. e. Aspek Kritis 1) Ketelitian dalam membuat laporan produksi yang akan menjadi bahan evaluasi biaya produksi campuran aspal panas; 2) Kecermatan dalam melakukan inspeksi kesiapan alat produksi yang disiapkan untuk kegiatan produksi hari berikutnya; 3) Kecermatan dalam melakukan inspeksi kesiapan material produksi yang disiapkan untuk kegiatan produksi hari berikutnya. 2.3.8 Kompetensi Kunci No Kompetensi Kunci Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan 2 informasi 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 1 Halaman: 10 dari 50

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1. Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara mandiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat. 3.1.1 Persiapan / perencanaan a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. d. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan. 3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat pada tahap belajar. b. Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki. 3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktik a. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. b. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan. 3.1.4 Implementasi a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman. b. Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktik. c. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah diperoleh. 3.1.5 Penilaian Melaksanakan tugas terkait penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan 3.2. Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. 3.2.1 Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses Halaman: 11 dari 50

belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. 3.2.2 Belajar Berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja. 3.2.3 Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. 3.3. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan penjelasan tentang penyusunan strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode pelatihan yang disarankan, media yang digunakan, session plan, dan strategi penilaian dari setiap penugasan yang diberikan kepada seorang peserta pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan: Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 1 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melakukan Kegiatan Akhir Produksi Harian : Membuat Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 1 2 3 4 5 6 7 1.1 Laporan harian penggunaan material, personil dan produksi dikompilasi. 1) Mampu mengkompilasi penggunaan material berdasarkan jenis dan urutan produksi. 2) Mampu mengkompilasi penugasan personil. 3) Mampu mengkompilasi produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengkompila si laporan harian penggunaan material, personil dan produksi 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan cara dan mempergakan cara mengkompilasi penggunaan material berdasarkan jenis dan urutan produksi. 2. Menjelaskan dan mempergakan cara mengkompilasi penugasan personil. 3. Menjelaskan dan memperagakan cara mengkompilasi produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi. 4. Peragaan: - Cara mengkompilasi penggunaan 1. Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan 2. 35 mnt 10 mnt** Halaman: 12 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 material berdasarkan jenis dan urutan produksi. - Cara mengkompilasi penugasan personil. - Cara mengkompilasi produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi. 1.2 Laporan harian hasil produksi dibuat berdasarkan laporan harian dari operator mesin pencampur aspal yang telah dievaluasi 1) Mampu menjelaskan prosedur pembuatan laporan hasil produksi. 2) Mampu mengevaluasi operator mesin pencampur aspal dengan benar. 3) Mampu membuat hasil produksi berdasarkan operator mesin pencampur aspal. 1.3 Laporan harian pengguna-an material produksi dibuat berdasarkan data penggu-naan material untuk setiap jenis produksi campuran aspal panas. 1) Dapat menjelaskan prosedur pembuatan laporan penggunaan material produksi. 2) Mampu meneliti hasil kompilasi peng gunaan material produksi. 3) Mampu membuat penggunaan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat membuat hasil produksi berdasarkan dari operator mesin pencampur aspal yang telah dievaluasi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat membuat penggunaan material produksi berdasarkan data penggunaan material untuk setiap jenis produksi campuran aspal panas. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pembuatan laporan hasil produksi. 2. Menjelaskan cara mengevaluasi operator mesin pencampur aspal dengan benar. 3. Menjelaskan cara membuat laporan harian hasil produksi berdasarkan laporan harian operator mesin pencampur aspal. 4. Peragaan: - Cara menjelaskan prosedur pembuatan laporan hasil produksi - Cara mengevaluasi operator mesin pencampur aspal dengan benar - Cara membuat hasil produksi berdasarkan operator mesin pencampur aspal. 1. Menjelaskan prosedur pembuatan laporan penggunaan material produksi.. 2. Menjelaskan cara meneliti hasil kompilasi laporan harian peng gunaan material produksi. 3. Menjelaskan cara membuat laporan harian penggunaan material sesuai dengan hasil kompilasi data penggunaan material tiap jenis produksi campuran aspal panas.. 4. Peragaan: - Cara meneliti hasil kompilasi laporan Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan 50 mnt 10 mnt** 45 mnt 10 mnt** Halaman: 13 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 material sesuai dengan hasil kompilasi data penggunaan material tiap jenis produksi campuran aspal panas. harian peng gunaan material produksi. - Cara membuat penggunaan material sesuai dengan hasil kompilasi data penggunaan material tiap jenis produksi campuran 1.4 Laporan harian absensi personil produksi dibuat untuk dasar pengupahan dan penilaian disiplin kerja. 1) Dapat menjelaskan prosedur pembuatan absensi personil produksi. 2) Mampu menyiapkan format laporan absensi personil. 3) Mampu memberikan penilaian disiplin personil produksi sesuai dengan kondisi absensi personil produksi menurut kriteria yang ditentukan. 4) Mampu membuat absensi personil produksi dengan benar. 1.5 Laporan diperiksa kembali untuk disampaikan kepada atasan sesuai dengan prosedur 1) Dapat menjelaskan prosedur penyampaian laporan. 2) mampu memeriksa semua data yang telah dimasukkan kedalam format laporan dengan benar. 3) Mampu menyampaikan kepada atasan sesuai dengan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat membuat Laporan harian absensi personil produksi untuk dasar pengupahan dan penilaian disiplin kerja. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa laporan kembali untuk disampaikan kepada atasan sesuai dengan prosedur 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan aspal panas. 1. Menjelaskan prosedur pembuatan absensi personil produksi. 2. Menjelaskan cara menyiapkan format laporan absensi personil. 3. Menjelaskan cara memberikan penilaian disiplin personil produksi sesuai dengan kondisi absensi personil produksi menurut kriteria yang ditentukan. 4. Menjelaskan cara membuat laporan harian absensi personil produksi dengan benar. 5. Peragaan: - menyiapkan format laporan absensi personil. - memberikan penilaian disiplin personil produksi sesuai dengan kondisi absensi personil produksi menurut kriteria yang ditentukan. - membuat laporan harian absensi personil produksi dengan benar. 1. Menjelaskan prosedur penyampaian laporan. 2. Menjelaskan cara memeriksa semua data yang telah dimasukkan kedalam format laporan dengan benar. 3. Menjelaskan cara menyampai kan kepada atasan sesuai dengan prosedur. 4. Peragaan: - Cara memeriksa semua data yang telah dimasukkan Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan 40 mnt 10 mnt** 35mnt 10 mnt** Halaman: 14 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 prosedur. kedalam format laporan dengan benar. - Cara menyampaikan kepada atasan sesuai dengan prosedur 1.6 Laporan diarsipkan sesuai dengan prosedur 1) Dapat menjelaskan prosedur pengarsipan laporan 2) Mampu menyiapkan fasilitas pengarsipan dokumen sesuai dengan ketentuan. 3) Mampu melakukan penyimpanan dokumen laporan sesuai dengan prosedur. Diskusi kelompok: Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengarsipkan laporan sesuai dengan prosedur 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pengarsipan laporan. 2. Menjelaskan cara menyiapkan fasilitas pengarsipan dokumen sesuai dengan ketentuan. 3. Menjelaskan cara melakukan penyimpanan dokumen laporan sesuai dengan prosedur. 4. Peragaan: - Cara menyiapkan fasilitas pengarsipan dokumen sesuai dengan ketentuan. - Cara melakukan penyimpanan dokumen laporan sesuai dengan prosedur. Buku ketentuan tentang tata cara administrasi dari perusahaan Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi sub bab Membuat. Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung oleh instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta. 35 mnt 10 mnt** 15 mnt Elemen Kompetensi 2 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melakukan inspeksi kesiapan alat untuk produksi selanjutnya Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 1 2 3 4 5 6 7 2.1 Pemeriksaan dan pemeliharaan rutin termasuk pelumasan dikoordinasikan dengan kelompok kerja produksi. 1) Mampu mengoordinir dengan kelompok kerja produksi dalam pengawasan pelaksanaan pemeriksaan, pemeliharaan dan pelumasan alat produksi untuk persiapan produksi hari berikutnya. 2) Mampu mencatat kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal berdasarkan hasil Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengoordinas ikan pemeriksaan dan pemeliharaan rutin termasuk pelumasan dengan kelompok kerja produksi. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan cara mengoordinir dengan kelompok kerja produksi dalam pengawasan pelaksanaan pemeriksaan, pemeliharaan dan pelumasan alat produksi untuk persiapan produksi hari berikutnya. 2. Menjelaskan cara mencatat kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal berdasarkan hasil pemeriksaan kelompok kerja. 3. Menjelaskan dan memberikan langkah menyiapkan permintaan perbaikan komponen 1. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin campuran aspal panas 2. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin wheel loader 3. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin alat angkut 4. SOP dari perusahaan tentang tata cara inspeksi peralatan 5. UU No 1 th 55 mnt Halaman: 15 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 pemeriksaan kelompok kerja. 3) Mampu menyiapkan permintaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal yang terdeteksi mengalami kerusakan. mesin pencampur aspal yang terdeteksi mengalami kerusakan. 4. Peragaan: - Cara mengoordinir dengan kelompok kerja produksi dalam pengawasan pelaksanaan pemeriksaan, pemeliharaan dan pelumasan alat produksi untuk persiapan produksi hari berikutnya. - Cara mencatat kondisi dan kelainan pada komponen mesin pencampur aspal berdasarkan hasil pemeriksaan kelompok kerja. - Cara menyiapkan permintaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal yang terdeteksi mengalami kerusakan. 1970 Tentang Keselamatan Kerja 6. UU No 23 th 1992 Tentang Kesehatan 7. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa Konstruksi 8. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 9. Permen Tenaga Kerja 01/MEN/198 0 tentang Konstruksi Bangunan 10. Permen Tenaga Kerja 04 th1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi 11. Permen Tenaga Kerja No 05 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut 12. PP No 29 tahun 2000 tentang Penyelengga raan Jasa Konstruksi 13. Permen PU No 09/PER/M/20 08 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang PU 14. Kpts Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 dan No 104/KPTS/19 86 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada tempat kegiatan 10 mnt** Halaman: 16 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 konstruksi 15. Permen Tenaga Kerja 05/MEN/199 6 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 2.2 Pembersihan area kerja dikoordinasikan dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. 1) Dapat menjelaskan prosedur pembersihan area kerja. 2) Dapat mengidentifikasi daerah rawan kotor/area yang perlu dibersihkan. 3) Mampu mengoordinasikan pelaksanaan pembersihan area kerja dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengoordinas ikan pembersihan area kerja dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pembersihan area kerja. 2. Menjelaskan cara mengidentifikasi daerah rawan kotor/area yang perlu dibersihkan. 3. Menjelaskan cara mengoordi-nasikan pelaksanaan pembersihan area kerja dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. 4. Peragaan: - Cara mengoordinasikan pelaksanaan pembersihan area kerja dengan kelompok kerja mesin pencampur aspal. 1. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin campuran aspal panas 2. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin wheel loader 3. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin alat angkut 4. SOP dari perusahaan tentang tata cara inspeksi peralatan 5. UU No 1 th 1970 Tentang Keselamatan Kerja 6. UU No 23 th 1992 Tentang Kesehatan 7. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa Konstruksi 8. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 9. Permen Tenaga Kerja 01/MEN/198 0 tentang Konstruksi Bangunan 10. Permen Tenaga Kerja 04 th1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi 11. Permen Tenaga Kerja No 05 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan 25 mnt 10 mnt** Halaman: 17 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 Angkut 12. PP No 29 tahun 2000 tentang Penyelengga raan Jasa Konstruksi 13. Permen PU No 09/PER/M/20 08 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang PU 14. Kpts Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 dan No 104/KPTS/19 86 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 15. Permen Tenaga Kerja 05/MEN/199 6 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 2.3 Perbaikan komponen mesin pencampur aspal dikoordinasikan dengan mekanik mesin pencampur aspal, bila terdeteksi ada kerusakan. 1) Dapat menjelaskan koordinasi dengan mekanik dalam perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal. 2) Mampu membuat rincian kerusakan yang terdeteksi selama pemeriksaan oleh kelompok kerja mesin pencampur aspal. 3) Harus mampu berkoordi-nasi dengan mekanik Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengoordinas ikan perbaikan komponen mesin pencampur aspal dengan mekanik mesin pencampur aspal, bila terdeteksi ada kerusakan. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan koordinasi dengan mekanik dalam perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal. 2. Menjelaskan dan memperagakan cara membuat rincian kerusakan yang terdeteksi selama pemeriksaan oleh kelompok kerja mesin pencampur aspal. 3. Menjelaskan dan memberikan contoh berkoordinasi dengan mekanik mesin pencampur aspal dalam pelaksanaan perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal. 1. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin campuran aspal panas 2. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin wheel loader 3. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin alat angkut 4. SOP dari perusahaan tentang tata cara inspeksi peralatan 5. UU No 1 th 55 mnt Halaman: 18 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 mesin pencampur aspal dalam pelaksanaan perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal. 4) Mampu mencatat pelaksanaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan prosedur. 4. Menjelaskan cara mencatat pelaksanaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan prosedur. 5. Peragaan: - Cara membuat rincian kerusakan yang terdeteksi selama pemeriksaan oleh kelompok kerja mesin pencampur aspal. - Cara berkoordinasi dengan mekanik mesin pencampur aspal dalam pelaksanaan perbaikan kerusakan komponen mesin pencampur aspal. - Cara mencatat pelaksanaan perbaikan komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan prosedur. 1970 Tentang Keselamatan Kerja 6. UU No 23 th 1992 Tentang Kesehatan 7. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa Konstruksi 8. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 9. Permen Tenaga Kerja 01/MEN/198 0 tentang Konstruksi Bangunan 10. Permen Tenaga Kerja 04 th1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi 11. Permen Tenaga Kerja No 05 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut 12. PP No 29 tahun 2000 tentang Penyelengga raan Jasa Konstruksi 13. Permen PU No 09/PER/M/20 08 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang PU 14. Kpts Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 dan No 104/KPTS/19 86 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada tempat kegiatan 10 mnt** Halaman: 19 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 konstruksi 15. Permen Tenaga Kerja 05/MEN/199 6 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 2.4 Kesiapan wheel loader dikoordinasikan dengan operator wheel loader untuk pengisian agregat 1) Dapat menjelaskan prosedur penyiapan wheel loader 2) Mampu mengkoordinir dengan operator wheel loader dalam penyiapan kondisi fisik wheel loader untuk pengisian agregat 3) Mampu melakukan kerjasama dengan bagian peralatan bila terdeteksi wheel loader belum siap dioperasikan untuk pengisian agregat. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengoordinas ikan kesiapan wheel loader dengan operator wheel loader untuk pengisian agregat 1. Ceramah 1. Menjelaskan 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktek pemeriksaan kondisi pengumpul debu prosedur penyiapan wheel loader 2. Menjelaskan dan memperagakan cara berkoordinasi dengan operator wheel loader dalam penyiapan kondisi fisik wheel loader untuk pengisian agregat. 3. Menjelaskan dan memberikan contoh melakukan kerjasama dengan bagian peralatan bila terdeteksi wheel loader belum siap dioperasikan untuk pengisian agregat. 4. Peragaan: - Cara mengkoordinir dengan operator wheel loader dalam penyiapan kondisi fisik wheel loader untuk pengisian agregat - Cara melakukan kerjasama dengan bagian peralatan bila terdeteksi wheel loader belum siap dioperasikan untuk pengisian agregat 1. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin campuran aspal panas 2. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin wheel loader 3. Buku panduan dari pabrik pembuatan mesin alat angkut 4. SOP dari perusahaan tentang tata cara inspeksi peralatan 5. UU No 1 th 1970 Tentang Keselamatan Kerja 6. UU No 23 th 1992 Tentang Kesehatan 7. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa Konstruksi 8. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 9. Permen Tenaga Kerja 01/MEN/198 0 tentang Konstruksi Bangunan 10. Permen Tenaga Kerja 04 th1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi 11. Permen Tenaga Kerja No 05 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan 35 mnt 10 mnt** Halaman: 20 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 Angkut 12. PP No 29 tahun 2000 tentang Penyelengga raan Jasa Konstruksi 13. Permen PU No 09/PER/M/20 08 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang PU 14. Kpts Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 dan No 104/KPTS/19 86 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 15. Permen Tenaga Kerja 05/MEN/199 6 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Diskusi kelompok: 15 mnt* Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi sub Melakukan inspeksi kesiapan alat untuk produksi selanjutnya. Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung oleh instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta. Elemen Kompetensi 3 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melakukan inspeksi kesiapan material / bahan untuk produksi selanjutnya Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 1 2 3 4 5 6 7 3.1 Kecukupan aspal Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan 1. Ketentuan 10 mnt dalam tanki diperiksa pembelajaran 2. Diskusi/ prosedur dalam bersama dengan juru sesi ini, diskusi pemeriksaan perusahaan ketel. peserta dapat kelompok kecukupan aspal dalam 1) Dapat menjelaskan memeriksa 3. Peragaan dalam tangki. prosedur kecukupan 2. Menjelaskan cara bidang pemeriksaan aspal dalam melakukan logistik kecukupan aspal dalam tangki. 2) mampu melakukan pengaturan tanki bersama dengan juru ketel. pengaturan dengan juru ketel dalam memeriksa kecukupan aspal Halaman: 21 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 dengan juru ketel dalam memeriksa kecukupan aspal dalam tangki. 3) Mampu mengambil langkah yang tepat bila terdeteksi aspal dalam tangki tidak mencukupi. dalam tangki. 3. Menjelaskan cara mengambil langkah yang tepat bila terdeteksi aspal dalam tangki tidak mencukupi 4. Peragaan: - Caraq melakukan pengaturan dengan juru ketel dalam memeriksa kecukupan aspal dalam tangki. - Cara mengambil langkah yang tepat bila terdeteksi aspal dalam tangki tidak 10 mnt** 3.2 Kecukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile diperiksa bersama dengan juru cold bin. 1) Dapat menjelaskan prosedur pemeriksaan agregat dalam cold bin dan stock pile. 2) Mampu mengatur juru cold bin dalam pemeriksaan kecukupan agregat sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile. 3) Mampu mengatur operator wheel loader untuk persiapan pemuatan agregat ke dalam cold bin sesuai dengan rencana produksi hari berikutnya 4) Mampu menjelaskan langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa kecukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile bersama dengan juru cold bin. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan mencukupi. 1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan agregat dalam cold bin dan stock pile. 2. Menjelaskan cara mengatur juru cold bin dalam pemeriksaan kecukupan agregat sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile. 3. Menjelaskan dan memberikan langkah cara mengatur operator wheel loader untuk persiapan pemuatan agregat ke dalam cold bin sesuai dengan rencana produksi hari berikutnya. 4. Menjelaskan menjelaskan langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile. 5. Peragaan: - Cara mengatur juru cold bin dalam pemeriksaan kecukupan agregat sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile. - Cara mengatur operator wheel loader untuk persiapan pemuatan agregat ke dalam cold bin sesuai dengan rencana produksi hari 1. Ketentuan dalam perusahaan dalam bidang logistik 10 mnt 10 mnt** Halaman: 22 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 berikutnya - Cara menjelaskan langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan agregat sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam cold bin dan stock pile. 3.3 Kecukupan bahan bakar diperiksa bersama dengan operator mesin pencampur aspal. 1) Dapat menjelaskan prosedur pemeriksaan kecukupan bahan bakar. 2) Mampu memeriksa kecukupan bahan bakar untuk rencana produksi hari berikutnya bersama dengan operator mesin pencampur aspal. 3) Mampu menjelaskan langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan bahan bakar. 3.4 Pengadaan material/bahan dikoordinasikan dengan bagian logistik bila terdeteksi tidak mencukupi untuk produksi selanjutnya 1) Dapat menjelaskan prosedur pengadaan material/ bahan produksi. 2) Dapat mengidentifikasi ketidak cukupan material/ bahan berdasarkan hasil inspeksi kesiapan material untuk produksi selanjutnya. 3) Mampu melakukan koordinasi dengan bagian logistik untuk pengadaan material produksi bila terdeteksi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa kecukupan bahan bakar bersama dengan operator mesin pencampur aspal. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan Pada akhir 1. Ceramah pembelajaran 2. Diskusi/ sesi ini, diskusi peserta dapat kelompok mengkoordina 3. Peragaan sikan pengadaan material/bahan dengan bagian logistik bila terdeteksi tidak mencukupi untuk produksi selanjutnya 1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan pemeriksaan kecukupan bahan bakar. 2. Menjelaskan dan memberikan langkah pemeriksaan kecukupan bahan bakar untuk rencana produksi hari berikutnya bersama dengan operator mesin pencampur aspal. 3. Menjelaskan langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan bahan bakar. 4. Peragaan: - Cara memeriksa kecukupan bahan bakar untuk rencana produksi hari berikutnya bersama dengan operator mesin pencampur aspal. - Cara mengambil langkah yang tepat bila terjadi ketidak cukupan bahan bakar. 1. Menjelaskan prosedur pengadaan material/ bahan produksi. 2. Menjelaskan dan memberikan langkah mengidentifikasi ketidak cukupan material/ bahan berdasarkan hasil inspeksi kesiapan material untuk produksi selanjutnya. 3. Menjelaskan dan memberikan contoh cara melakukan koordinasi dengan bagian logistik untuk pengadaan material produksi bila terdeteksi kekurangan material produksi. 4. Peragaan: - Cara melakukan koordinasi dengan bagian logistik untuk 1. Ketentuan dalam perusahaan dalam bidang logistik 1. Ketentuan dalam perusahaan dalam bidang logistik 7 mnt 8 mnt** 10 mnt 10 mnt** Halaman: 23 dari 50

1 2 3 4 5 6 7 kekurangan material produksi. pengadaan material produksi bila terdeteksi kekurangan material produksi. Diskusi kelompok: 15 Dilakukan setelah selesai penjelasan dan peragaan yang mencakup seluruh materi sub Melakukan inspeksi kesiapan material / bahan untuk produksi selanjutnya. Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung oleh instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta. Instruktur yang diusulkan untuk Materi Pelatihan Mengatur Pelaksanaan Produksi Instruktur Teori: Instruktur Praktek: Catatan : 1. Jam pelajaran indikatif dalam menit 2. *) Pelaksanaan diskusi kelompok dilaksanakan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi. **) Pelaksanaan peragaan langsung pada penyajian setiap KUK. ***) Pelaksanaan praktik dilakukan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi, atau pada akhir penyajian seluruh elemen kompetensi, tergantung pada metoda yang diterapkan. Halaman: 24 dari 50

BAB IV KEGIATAN AKHIR PRODUKSI 4.1 Umum Untuk mendapatkan produk yang baik dari suatu kegiatan, salah satunya adalah faktor manajemen. Karena mesin pencampur aspal panas mempunyai fungsi untuk memproduksi campuran aspal panas, maka perlu dimanajemeni proses awal bahan mentah, proses pembuatan bahan, dan hasil produksi. Dengan demikian semua kegiatan harus diatur, direkam, dan diperiksa, yang meliputi 1) Bahan mentah (raw material) 2) Personil, dan 3) Mesin produksi Ketiga hal tersebut akan dibahas dalam bab-bab seperti tersebut dibawah ini 4.2 Pembuatan Laporan Harian 4.2.1 Kompilasi data bahan laporan. a. Penjelasan langkah-langkah mengkompilasi data bahan laporan. 1) Kompilasi data harus dibagi/dibedakan dalam : a) Foto copy surat pemesan. b) Tahun produksi. c) Bahan produksi (laporan bahan yang masuk dan laporan bahan yang terpakai) setiap pemesan. d) Hasil produksi setiap pemesan. 2) Masalah peralatan/mesin pencampur aspal panas (jam kerja mesin, kerusakan mesin, dan service mesin). 3) Masalah alat angkut. 4) Masalah alat muat/wheel loader. 5) Personil. 6) Masalah lingkungan dan K3. 7) Kompilasi data harus dibedakan dalam surat masuk dan surat keluar (intern perusahaan). 8) Arsip-arsip laporan dimasukkan dalam file masing-masing masalah. b. Kompilasi penggunaan material berdasarkan jenis dan urutan produksi. Prosedur penyusunan penggunaan material berdasarkan jenis dan urutan produksi. 1) Laporan harian penggunaan material berdasar jenis produksi. 2) Laporan harian penggunaan material terperinci masing-masing gradasi agregat dan filler. 3) Laporan harian penggunaan aspal. 4) Laporan harian penggunaan bahan bakar minyak. Halaman: 25 dari 50

Contoh cara penyusunan jenis dan urutan produksi. penggunaan material berdasarkan Jenis produksi Latasir A Latasir B Lataston Laston Pemesan Tanggal bahan produksi Lapis aus Lapis permuakaan antara Lapis aus Lapis permukan antara Lapis pondasi Agregat kasar (m 3 ) Laporan harian penggunaan material produksi : PT XXX : Agregat sedang (m 3 ) Agregat halus (m 3 ) Filler (kg) Aspal (kg) Additive (Liter atau Kg) Bahan bakar (liter) c. Kompilasi penugasan personil. Prosedur penyusunan penugasan personil. 1) Penugasan personil berdasar rapat koordinasi harian sore hari sebelumnya. 2) Laporan harian penugasan personil merupakan laporan aktual per hari ini. 3) Laporan harian penugasan personil harus tertera : a) Nama personil. b) Unit pekerjaan. c) Shift atau jam pekerjaan. d) Daftar kehadiran. 4) Laporan harian penugasan personil harus tertera uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan. 5) Laporan harian penugasan personil harus tertera kejadian atau kecelakaan yang mungkin terjadi. Contoh cara penyusunan penugasan personil. Laporan Harian Penugasan Personil Tanggal :. Nama :. Unit kerja :. Jenis produksi :. Perusahaan pemesan:. Jam kerja :. Shift :. Uraian pekerjaan :.. Kejadian :.. Halaman: 26 dari 50

d. Kompilasi produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi. Prosedur penyusunan produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi : 1) Produksi campuran aspal panas berdasar jenis dan urutan produksi dengan mengikuti keputusan atasan langsung dari hasil rapat koordinasi sebelumnya. 2) Laporan harian produksi berdasar urutan produksi yang telah ditetapkan atasan langsung. 3) Dari urutan produksi tersebut dibagi lagi berdasar jenis produksi. 4) Laporan harian produksi harus menunjukkan hasil produksi hari yang dimaksud. 5) Laporan harian produksi harus menunjukkan jumlah penggunaan bahan yang dipergunakan. Contoh penyusunan produksi berdasarkan jenis dan urutan produksi. Laporan Harian Produksi 1) Tanggal produksi :. 2) Operator AMP :. 3) Pelaksana produksi :. 4) Jenis produksi :. 5) Pemesan :.. 6) Hasil produksi :. 7) Penggunaan bahan a. Aspal :.. b. Agregat kasar :.. c. Agregat sedang :.. d. Agregat halus :.. e. Filler :.. f. Additive :. g. Bahan bakar :.. 8) Kerusakan mesin :.. 9) Hasil perbaikan :.. 4.2.2 Laporan Hasil produksi. a. Penjelasan prosedur pembuatan laporan hasil produksi. 1) Pelaksana produksi memeriksa kualitas hasil produksi secara visual. 2) Pelaksana produksi meminta bagian laboratorium untuk memeriksa secara tepat dengan alat yang presisi dari hasil pemeriksaan visual. 3) Selain itu produksi harus diperiksa secara berkala : a) Memeriksa temperatur di mesin pencampur aspal panas. b) Memeriksa gradasi dan kadar aspal setiap produksi 200 ton atau minimal 2 pemeriksaan setiap hari. c) Memeriksa kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall quotient, rongga dalam campuran, pada 75 tumbukan setiap 200 ton (min 2 pengujian per hari). Halaman: 27 dari 50

d) Memeriksa rongga dalam campuran pada kepadatan Membal setiap 3000 ton. e) Memeriksa benda uji inti (core) berdiameter 4 inci untuk partikel ukuran maksimum 1 inci, dan 6 inci untuk partikel ukuran di atas 1 inci, baik untuk pemeriksaan pemadatan maupun tebal lapisan: paling sedikit 2 benda uji inti per 30 m/lajur setiap 200 m panjang. 4) Laporan hasil produksi dari petugas laboratorium difile untuk pembuatan laporan hasil produksi. 5) Laporan hasil produksi harus memuat : a) Tanggal produksi. b) Jenis produksi. c) Kuantitas hasil produksi. d) Jumlah hasil produksi yang menyimpang. b. Evaluasi operator mesin pencampur aspal dengan benar. Evaluasi operator mesin pencampur aspal. Dalam mengevaluasi operator, pelaksana produksi dapat membandingkan dengan hasil produksi. Untuk sementara tes yang paling mudah adalah secara visual. Tes secara visual yang dapat untuk mengevaluasi operator misalnya : 1. Campuran aspal panas beruap. 2. Campuran aspal panas berasap biru. 3. Campuran terbakar. 4. Campuran aspal panas diatas bak truk membentuk rata. 5. Campuran aspal panas tidak seragam. 6. Gradasi tidak sesuai dengan job mix formula. 7. Terjadi ketidaksesuaian antara berat diatas truk dengan berat yang diproduksi oleh Mesin Pencampur Aspal Panas. Jika perlu lebih teliti dapat dengan bantuan alat yang presisi atau dapat dikirim ke laboratorium. Contoh langkah-langkah evaluasi operator mesin pencampur aspal. Contoh-contoh di bawah merupakan langkah-langkah untuk mengevaluasi operator mesin pencampur aspal. 1) Campuran aspal panas beruap, menandakan bahwa : a) Agregat terlalu basah. b) Dryer over kapasitas. c) Posisi dryer terlalu miring. d) Alat temperatur pada dryer tidak berfungsi. 2) Campuran aspal panas berasap biru, menandakan bahwa : a) Temperatur agregat terlalu panas. b) Alat temperatur pada dryer tidak berfungsi. 3) Campuran terbakar, menandakan bahwa : a) Pengaturan bukaan bin dingin bermasalah. b) Temperatur agregat terlalu panas. c) Alat temperatur pada dryer tidak berfungsi. 4) Campuran aspal panas diatas bak truk membentuk rata, menandakan bahwa : a) Alat temperatur pada dryer tidak berfungsi. Halaman: 28 dari 50