MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL
|
|
- Liana Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jalan Sapta Taruna Raya, Komplek PU Pasar Jumat - Jakarta Selatan 2013
2 KATA PENGANTAR Pengembangan sumber daya manusia di bidang jasa konstruksi bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sesuai standar berkompetisi dipersyaratkan dengan bidang kerjanya. Berbagai upaya ditempuh, baik melalui pendidikan formal, pelatihan secara berjenjang sampai pada tingkat pemagangan di lokasi proyek atau kombinasi antara pelatihan dan pemagangan, sehingga tenaga kerja mampu mewujudkan standar kinerja dipersyaratkan di tempat kerja. Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, Pusat Pembinan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Kementian Pekerjaan Umum merupakan salah satu institusi pemerintah ditugasi untuk melakukan pembinaan kompetensi, secara bertahap menyusun standar-standar kompetensi kerja diperlukan oleh masyarakat jasa konstruksi. Kegiatan penyediaan kompetensi kerja tersebut dimulai dengan analisa kompetensi dalam rangka menyusun suatu standar kompetensi kerja dapat digunakan untuk mengukur kompetensi tenaga kerja di bidang jasa konstruksi bertugas sesuai jabatan kerjanya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi dan peraturan pelaksanaannya. Penyusunan Modul Materi Pelatihan (Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi) untuk jabatan kerja mengacu kepada SKKNI Teknisi Laboratorium, dalam penjabarannya kepada program pelatihan tertuang pada Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi (KPBK). Penyusunan KPBK dilakukan dengan mengidentifikasi Unit-unit Kompetensi melalui analisis terhadap Kriteria Unjuk Kerja (KUK) mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja merupakan dasar rumusan penyusunan kurikulum dan silabus pelatihan. Modul ini merupakan salah satu sarana dasar digunakan dalam pelatihan sebagai upaya memenuhi kompetensi standar seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut di atas, sehingga adanya tambahan materi-materi lainnya untuk meningkatkan kompetensi dari standar dipersyaratkan setiap jabatan kerja. Penyusunan modul ini melalui beberapa tahapan diantaranya Focus Group Discussion serta Workshop melibatkan para narasumber, praktisi, pemangku jabatan serta stakeholder. Dengan keterbatasan pelibatan stakeholder terkait dengan proses penyusunan modul ini, dan seiring dengan perkembangan dan dinamika teknologi konstruksi ke depan, maka tetap diupayakan penyesuaian dan perbaikan secara berkelanjutan sejalan dengan dilaksanakannya pelatihan dengan menggunakan modul ini di lapangan melalui respon peserta pelatihan, instruktur, asesor, serta semua pihak. Pada kesempatan ini disampaikan banyak terima kasih kepada tim penyusun telah mencurahkan segala kemampuannya untuk dapat menyelesaikan modul ini, serta semua pihak telah terlibat dalam penyusunan modul ini. Jakarta, November 2013 PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Halaman i
3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Penjelasan Materi Pelatihan Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertian-pengertian Istilah... 3 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi Yang Dipelajari... 6 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode pelatihan Rancangan Materi Pelatihan BAB IV PENGUJIAN MATERIAL ASPAL Umum Persiapan Pengujian Aspal Pengujian Penetrasi Pengujian Titik Lembek Pengujian Daktilitas Aspal Pengujian Titik Nyala Pengujian Kelarutan Bitumen Dalam Trichloroetylene (TCE) Pengujian Berat Jenis Aspal Halaman ii
4 4.9 Pengujian Kehilangan Berat Aspal Dengan Cara A (Thin Film Open Test) Pengujian Penetrasi Setelah Kehilangan Berat Pembuatan Rangkuman Hasil Pengujian Material Aspal BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Kepustakaan (Buku Informasi) Peralatan Laboratorium Lampiran 1. Contoh formulir pengujian... L1-1 Lampiran 2. Cara pengisian formulir pengujian... L2-1 Halaman iii
5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan standar kompetensi ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja Kompeten di tempat kerja Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar telah ditetapkan. 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri: a. Pelatihan klasikal adalah pelatihan disampaikan oleh seorang instruktur. b. Pelatihan individual/mandiri adalah pelatihan dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber diperlukan dengan bantuan dari instruktur Isi Materi Pelatihan a. Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun peserta pelatihan. b. Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual/mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: 1) Kegiatan-kegiatan akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. 2) Kegiatan pemeriksaan digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. 3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. Halaman 1
6 c. Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi: 1) Kegiatan-kegiatan dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. 2) Metode-metode disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. 3) Sumber-sumber digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. 4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan diisikan pada Buku Kerja. 5) Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek. 6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Penerapan Materi Pelatihan a. Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: 1) Menyediakan Buku Informasi dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. 2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peeserta pelatihan. 3) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. 4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. b. Pada pelatihan individual/mandiri kewajiban peserta pelatihan adalah: 1) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. 2) Menyelesaikan setiap kegiatan terdapat pada Buku Kerja. 3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja. 4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. 5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan Persyaratan Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, diperoleh melalui: a. Bekerja dalam suatu pekerjaan memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sama atau Halaman 2
7 b. Berpartisipasi dalam pelatihan mempelajari kompetensi sama atau c. Mempunyai pengalaman lainnya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan sama. 1.4 Pengertian-pengertian Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan Standardisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu Penilaian/Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti dikumpulkan terhadap standar dipersyaratkan Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi dipelajari Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja ditetapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja dipersyaratkan. Halaman 3
8 1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan berlaku Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang dinyatakan kompeten diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/atau internasional. Halaman 4
9 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Teknisi Laboratorium Beton Aspal, yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Melakukan Pengujian Material Aspal Kode Unit F45.TLBA sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Komunikasi di Tempat Kerja. Persiapan Pengujian Beton Aspal. Pengujian Material Agregat Kasar. Pengujian Material Agregat Halus. Pengujian Material Filler. Rancangan Campuran Kerja Beton Aspal. Pengujian Contoh Beton Aspal Hasil Penghamparan dan Pemadatan di Lapangan. Pelaporan Kegiatan Pelaksanaan Pengujian Beton Aspal. 2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu Unit Kompetensi Yang Dipelajari Salah satu unit kompetensi akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Durasi/waktu Pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta berbeda mungkin membutuhkan waktu berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu Kesempatan Untuk Menjadi Kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan disarankan adalah 3 (tiga) kali.. Halaman 5
10 2.3 Unit Kompetensi Yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat: mengidentifikasikan apa harus dikerjakan peserta pelatihan. mengidentifikasikan apa telah dikerjakan peserta pelatihan. memeriksa kemajuan peserta pelatihan. menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Judul Unit Kode Unit Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja diperlukan untuk Pengujian Material Aspal Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal tentang: Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L). Komunikasi di Tempat Kerja. Persiapan Pengujian Beton Aspal Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja ELEMEN KOMPETENSI 1. Melakukan persiapan pengujian material aspal 2. Melaksanakan pengujian penetrasi aspal 3. Melaksanakan pengujian titik lembek aspal 4. Melaksanakan pengujian daktilitas aspal KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Pedoman pengujian material aspal disiapkan. 1.2 Formulir pengujian material aspal disiapkan. 1.3 Alat-alat pengujian disiapkan. 1.4 Material aspal akan digunakan untuk pengujian disiapkan sesuai kebutuhan. 2.1 Benda uji (aspal keras) disiapkan sesuai prosedur 2.2 Penetrasi pada benda uji dilakukan sesuai prosedur 2.3 Hasil uji penetrasi dicatat pada formulir 3.1 Benda uji (aspal keras) dicetak pada cincin cetakan sesuai prosedur 3.2 Pengujian titik lembek dilakukan sesuai prosedur. 3.3 Hasil uji titik lembek dicatat pada formulir 4.1 Benda uji (aspal keras) dipanaskan sesuai prosedur. 4.2 Pengujian tarik pada benda uji dilakukan sesuai prosedur. 4.3 Hasil uji daktilitas dicatat pada formulir. Halaman 6
11 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 5. Melaksanakan pengujian titik nyala dengan Cleveland Tag Open Cup 6. Melaksanakan pengujian kelarutan bitumen dengan Trichloroethylene ( TCE) 7. Melaksanakan Pengujian Berat Jenis aspal dengan piknometer 8. Melaksanakan pengujian kehilangan berat 9. Melaksanakan pengujian penetrasi setelah kehilangan berat 5.1 Benda uji (aspal keras) dipanaskan pada temperatur ditetapkan sesuai prosedur hingga cair 5.2 Benda uji telah cair dimasukan ke dalam cawan cleveland diletakkan pada pelat pemanas sesuai prosedur 5.3 Benda uji diposisikan pada alat uji dengan benar 5.4 Penguji nyala digerakkan dari tepi ketepi cawan sesuai prosedur sampai terlihat nyala singkat pada permukaan benda uji. 5.5 Temperatur dibaca pada saat benda uji menyala singkat dilakukan sesuai prosedur 5.6 Hasil uji titik nyala dicatat pada formulir 6.1 Benda uji dilarutkan dengan TCE sesuai prosedur. 6.2 Larutan benda uji disaring sesuai prosedur 6.3 Larutan benda uji telah disaring ditimbang sesuai prosedur 6.4 Kadar kelarutan benda uji dihitung berdasarkan rumus 6.5 Hasil uji kelarutan dicatat pada formulir 7.1 Benda uji ditimbang sesuai prosedur. 7.2 Berat jenis aspal dihitung berdasarkan rumus. 7.3 Hasil uji berat jenis dicatat pada formulir. 8.1 Benda uji (aspal keras) dipanaskan hingga mencair sesuai prosedur 8.2 Benda uji sudah cair dituang kedalam cawan dan dibiarkan sampai dingin untuk ditimbang 8.3 Benda uji dimasukkan ke dalam oven loss on heating dengan temperature sesuai prosedur 8.4 Benda uji telah dikeluarkan dari oven ditimbang untuk dihitung penurunan beratnya sesuai prosedur 8.5 Hasil uji penurunan berat minyak dan aspal dicatat pada formulir 9.1 Benda uji (aspal keras) disiapkan sesuai prosedur 9.2 Benda uji (aspal keras) hasil pengujian kehilangan berat dilakukan penetrasi sesuai prosedur 9.3 Hasil uji penetrasi dicatat pada formulir Halaman 7
12 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 10. Membuat rangkuman hasil pengujian material aspal 10.1 Catatan dari hasil setiap pengujian dikumpulkan Hasil setiap pengujian ditabulasi Rangkuman hasil uji material aspal didokumentasi- kan Batasan Variabel a. Konteks Variabel 1) Kompetensi ini memberikan kejelasan untuk melakukan pengujian material aspal sebagai tambahan kepastian spesifikasi pabrik telah ditetapkan. 2) Unit ini berlaku dalam melakukan persiapan pengujian material aspal, melaksanakan pengujian penetrasi aspal, pengujian titik lembek aspal, pengujian daktilitas aspal, pengujian titik nyala dengan Cleveland Tag Open Cup, pengujian kelarutan bitumen dengan Tri Chloro Ethyline (TCE), pengujian Berat Jenis aspal dengan piknometer, pengujian kehilangan berat, pengujian penetrasi setelah kehilangan berat, membuat rangkuman hasil pengujian material aspal. 3) Kompetensi ini memberikan jaminan hasil pengujian material aspal sebagai bahan digunakan untuk melakukan rancang campur. b. Perlengkapan Yang Diperlukan 1) Peralatan a) Alat pengolah data; b) ATK, Alat hitung (scientific calculator), white board, dll. c) Peralatan uji aspal, seperti alat uji penetrasi, alat uji titik lembek, dan alat uji daktilitas, alat uji titik nyala, alat uji kelarutan aspal, alat uji berat jenis dan penyerapan, alat uji kehilangan berat. 2) Bahan atau Fasilitas a) Material aspal, Tri Chloro Ethylene, Gliserin untuk pengujian di laboratorium; b) Pedoman standar pengujian, seperti SNI, ASTM, dan Asphalt Institute. c) Formulir-formulir hasil pengujian. d) Ruang kerja. c. Tugas-tugas Yang Harus Dilakukan 1) Melakukan persiapan pengujian material aspal. 2) Melaksanakan pengujian penetrasi aspal, titik lembek, daktilitas, titik nyala, kelarutan aspal, berat jenis dan penyerapan, kehilangan berat dan penetrasi setelah kehilangan berat. 3) Membuat rangkuman hasil pengujian material aspal. Halaman 8
13 d. Peraturan-peraturan Yang Diperlukan 1) UU Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum N0. 28/PRT/M/2007 tentang Pedoman pelaksanaan lapis campuran beraspal panas. 3) SNI , Metode Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Aspal. 4) SNI , Metode Pengujian Titik Nyala Dan Titk Bakar Dengan Cleveland Open Cup. 5) SNI , Metode Pengujian Titik Lembek Aspal Dan Ter. 6) SNI , Metode Pengujian Kadar Aspal. 7) SNI , Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak Dan Aspal Dengan Cara A. 8) SNI , Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat. 9) SNI , Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen. 10) SNI , Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal 11) SNI , Metode Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Aspal. 12) SNI , Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal. 13) Standard Operating Procedure (SOP) Penggunaan Peralatan Laboratorium. 14) Peraturan-Peraturan Lain Sebagai Pengganti Peraturan Diatas Panduan Penilaian a. Penjelasan Penilaian Unit kompetensi harus dikuasai sebelumnya dan diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi terkait adalah sebagai berikut: 1) Unit kompetensi harus dikuasai sebelumnya, meliputi: (a) F45.TLBA Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L). (b) F45 TLBA Menerapkan Komunikasi di Tempat Kerja. (c) F45.TLBA Melakukan Persiapan Pengujian Beton Aspal. 2) Keterkaitan dengan unit kompetensi lain: (a) F45.TLBA Melakukan Pengujian Material Agregat Kasar. (b) F45.TLBA Melakukan Pengujian Material Agregat Halus. (c) F45.TLBA Melakukan Pengujian Material Filler. (d) F45 TLBA Membuat rancangan campuran kerja aspal beton. (e) F45.TLBA Melakukan Pengujian Contoh Beton AspalHasil Penghamparan dan Pemadatan di lapangan. (f) F45 TLBA Membuat Laporan Kegiatan Pelaksanaan Pengujian Beton Aspal. Halaman 9
14 b. Kondisi Pengujian Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperi tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Metode uji digunakan adalah: 1) Tes tertulis; 2) Tes lisan (wawancara); 3) Tes praktek. c. Pengetahuan Yang Dibutuhkan 1) Ruang lingkup pekerjaan. 2) Metoda pengujian laboratorium. 3) Peralatan laboratorium. 4) Standar material dan campuran. d. Keterampilan Yang Dibutuhkan 1) Mengidentifikasi peralatan laboratorium, bahan pengujian, secara teliti dan lengkap. 2) Mempersiapkan formulir pengujian. 3) Mengidentifikasi potensi bahaya dilingkungan kerja e. Aspek Kritis 1) Ketepatan dalam menentukan spesifikasi. 2) Ketelitian dalam melaksanakan pengujian. 3) Ketelitian dalam membuat rangkuman hasil pengujian material aspal. 4) Ketepatan dalam mengidentifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja Kompetensi Kunci NO. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 2 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1 4. Bekerja sama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 1 7. Menggunakan teknologi 1 Halaman 10
15 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem Berdasarkan Kompetensi berbeda dengan sedang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini anda akan bertanggung jawab terhadap belajar anda sendiri, artinya bahwa anda perlu merencanakan belajar anda dengan pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana telah dibuat Persiapan/perencanaan a. Membaca bahan/materi telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. b. Membuat catatan terhadap apa telah dibaca. c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman telah anda miliki. d. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan anda Permulaan Dari Proses a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek terdapat pada tahap belajar. b. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda Pengamatan Terhadap Tugas Praktek a. Mengamati keterampilan praktek didemonstrasikan oleh pelatih atau orang telah berpengalaman lainnya. b. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit anda temukan Implementasi a. Menerapkan pelatihan kerja aman. b. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek. c. Mempraktekkan keterampilan baru telah anda peroleh Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar anda. 3.2 Metode pelatihan Terdapat 3 (tiga) prinsip metode belajar dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar Halaman 11
16 dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. 3.3 Rancangan Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan penjelasan tentang penyusunan strategi pembelajaran, termasuk metode pelatihan disarankan, media digunakan, rencana pelatihan (session plan), dan strategi penilaian tiap penugasan diberikan kepada seorang peserta pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi bersifat indikatif selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) lebih operasional dan lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi merupakan tugasnya sebagai instruktur. Rancangan Materi Pelatihan sebagai berikut: Halaman 12
17 Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 1 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : : Melakukan persiapan pengujian material aspal Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Pedoman pengujian material aspal Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Spesifikasi aspal keras. Spesifikasi Umum Bina Marga disiapkan. harus mampu Jenis pengujian SNI tentang 1) Dapat aspal keras. metode tujuan dan cara Buku spesifikasi dan pengujian tujuan mengumpulkan jenis buku pedoman aspal keras* penyiapan dan pengujian aspal buku pedoman pada pengujian menggunakan buku spesifikasi dan buku pedoman perlu disiapkan. Tujuan dan cara menyiapkan dan material aspal. pengujian aspal menggunakan buku 2) Mampu menentukan spesifikasi keras. spesifikasi dan buku pedoman pengujian aspal keras. b. Peragaan dibutuhkan pada Menunjukkan: pengujian Buku Spesifkasi BM material aspal ) Harus mampu Buku SNI tentang menginterpretasikan metode pengujian aspal keras. setiap ketentuan spesifikasi pada pedoman. *Daftar standar tentang metode pengujian aspal SNI Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal. SNI Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen. SNI Metode Pengujian Titik Lembek Aspal Dan Ter. SNI Metode Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Aspal. SNI Metode Pengujian Titik Nyala Dan Titik Bakar Dengan Cleveland Open Cup. SNI Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat. SNI Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak Dan Aspal Dengan Cara A. RSNI M Pengujian Kelarutan Aspal. Halaman 13
18 Elemen Kompetensi 1 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melakukan persiapan pengujian material aspal (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Formulir Pada akhir a. Ceramah a. Ceramah/Diskusi SNI tentang 15 pengujian pembelajaran b. Diskusi Jenis-jenis formulir metode material aspal sesi ini, peserta c. Peragaan perlu pengujian disiapkan. harus mampu disiapkan. aspal keras. 1) Dapat Manfaat formulir. jenis formulir Data perlu tujuan dan perlu dicantumkan dalam manfaat dari disiapkan serta formulir. setiap formulir tujuan dan cara Cara mengisi/ pengujian menyiapkan, menggunakan material aspal. menggunakan, formulir. 2) Mampu dan menyimpan Cara menyimpan, menentukan formulir menyerahkan/ kebutuhan pengujian aspal mendistribusikan dan formulir keras. formulir. pengujian. material. b. Peragaan 3) Harus mampu mendistribusikan formulir Menunjukkan: Contoh formulir pengujian. sesuai jenis pengujian dengan benar Alat-alat pengujian disiapkan. 1) Dapat tujuan dan manfaat dari setiap alat pengujian. 2) Mampu menempatkan peralatan sesuai dengan jenis pengujian 3) Mampu merangkai peralatan sehingga siap digunakan. 4) Harus mampu menentukan alat pengujian material secara teliti. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu jenis, kegunaan, dan cara menempatkan/ menyimpan alat dan bahan pengujian, serta cara merakit kembali komponenkomponen alat biasa dilepas. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Jenis-jenis pengujian aspal keras. Jenis peralatan dan bahan untuk tiap pengujian aspal keras. Komponenkomponen peralatan biasa dilepas. Kegunaan peralatan. Cara menempatkan/ menyimpan peralatan dan bahan pengujian. Cara meyimpan dan merakit kembali komponenkomponen alat biasa dilepas. b. Peragaan Menunjukkan: Gambar peralatan pengujian aspal keras. SNI tentang metode pengujian aspal keras. 15 Halaman 14
19 Elemen Kompetensi 1 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melakukan persiapan pengujian material aspal (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Material aspal akan digunakan untuk Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Pengertian contoh. Tujuan penyiapan SNI , Tata Cara 15 pengujian harus mampu contoh. Pengambilan disiapkan sesuai Ketentuan kuantitas Contoh Aspal. kebutuhan 1) Dapat tujuan mempersiapkan material aspal untuk keperluan pengujian. 2) Mampu menentukan kebutuhan material aspal untuk keperluan pengujian di laboratorium. pengertian dan kegunaan contoh serta cara mengambil, mengamankan, menyimpan dan mendistribusikan contoh aspal keras. contoh aspal keras. Cara mengambil contoh aspal keras. Cara mengamankan contoh aspal keras; misal cara mewadahi contoh, cara membubuhi label contoh. Cara menyimpan contoh aspal keras sebelum digunakan. Cara membagi-bagi (mendistribusikan) contoh untuk keperluan tiap pengujian. 3) Harus mampu b. Peragaan memastikan Menunjukkan: pendistribusian material baik. Wadah contoh aspal untuk Kondisi keperluan penyimpanan contoh pengujian benar. dengan benar. Halaman 15
20 Elemen Kompetensi 2 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian penetrasi aspal Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji (aspal keras) disiapkan sesuai prosedur. 1) Dapat tujuan membuat benda uji. 2) Mampu membuat benda uji sesuai ketentuan spesifikasi. 3) Harus mampu Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu tujuan dan cara menyiapkan benda uji untuk pengujian penetrasi. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Pengertian benda uji. Tujuan menyiapkan benda uji. Peralatan untuk menyiapkan benda uji pada pengujian penetrasi. Cara menyiapkan benda uji untuk pengujian penetrasi. Jumlah benda uji perlu disiapkan. SNI , Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen. 15 memastikan b. Peragaan menuangkan contoh aspal Menunjukkan: cair ke dalam Gambar peralatan cawan dengan diperlukan benar. untuk menyiapkan benda uji. Halaman 16
21 Elemen Kompetensi 2 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian penetrasi aspal (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Penetrasi pada benda uji dilakukan sesuai prosedur. 1) Dapat tujuan pengujian penetrasi. 2) Dapat langkahlangkah pengujian penetrasi secara garis Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu tujuan dan cara melakukan pengujian penetrasi aspal keras secara benar. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Kelompok Tujuan pengujian penetrasi. Cara mengoperasikan peralatan pengujian penetrasi. Cara mengatur suhu penangas (bak perendaman). Langkah-langkah pengujian penetrasi. Cara mengisikan data pengujian ke dalam formulir telah disiapkan. SNI , Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen. 15 besar. b. Peragaan 3) Dapat Menunjukkan: suhu bak Gambar peralatan perendam pengujian penetrasi. untuk meletakkan benda uji. 4) Dapat prosedur meletakkan jarum pada alat pemegang jarum. 5) Mampu menggerakkan jarum menyentuh benda uji. 6) Harus mampu mengoperasikan stop watch pada pengujian penetrasi dengan benar. Halaman 17
22 Elemen Kompetensi 2 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian penetrasi aspal (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Hasil uji penetrasi Pada akhir a. Ceramah a. Ceramah/Diskusi SNI dicatat pada formulir. 1) Dapat tujuan pencatatan nilai penetrasi pada formulir. 2) Mampu melakukan pembacaan pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara mencatat data pengujian dalam formulir sudah disiapkan serta harus mampu b. Diskusi c. Peragaan Formulir digunakan. Tujuan pencatatan data pengujian dalam formulir. Cara mengisi formulir. Cara menafsirkan data pengujian untuk menetapkan angka penetrasi. 1991, Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen. nilai penetrasi cara b. Peragaan pada alat menetapkan penetrometer. angka penetrasi. Menunjukkan: 3) Harus mampu Contoh formulir menghitung kosong dan nilai penetrasi sudah diisi. pada formulir dengan benar. Halaman 18
23 Elemen Kompetensi 3 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian titik lembek aspal Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji (aspal keras) dicetak pada cincin cetakan sesuai prosedur. 1) Dapat jumlah benda uji dibutuhkan pada pengujian titik lembek aspal. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara menyiapkan benda uji. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Pengertian benda uji. Tujuan menyiapkan benda uji. Peralatan untuk menyiapkan benda uji. Cara menyiapkan benda uji. Jumlah benda uji perlu disiapkan. SNI Metode Pengujian Titik Lembek Aspal Dan Ter. 15 2) Dapat b. Peragaan prosedur Menunjukkan: pemanasan Gambar peralatan benda uji. diperlukan 3) Mampu untuk menyiapkan menentukan benda uji. lamanya waktu dibutuhkan dalam pemanasan benda uji. 4) Harus mampu membuat benda uji (memasukkan aspal keras ke dalam cincin cetakan dengan benar. Halaman 19
24 Elemen Kompetensi 3 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian titik lembek aspal (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Pengujian titik lembek dilakukan sesuai prosedur. 1) Dapat tujuan dilakukan pengujian titik lembek aspal 2) Dapat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara melakukan pengujian titik lembek aspal keras secara benar serta harus mampu a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Kelompok Tujuan pengujian titik lembek. Langkah-langkah pengujian titik lembek. Cara mengisikan data pengujian ke dalam formulir telah disiapkan. SNI Metode Pengujian Titik Lembek Aspal Dan Ter. 15 proses b. Peragaan memasukkan cara benda uji dan menetapkan titik Menunjukkan: bola ke dalam lembek. Gambar peralatan bejana. pengujian titik 3) Dapat lembek. suhu air suling dan tinggi permukaan air nya pada bejana gelas. 4) Mampu meletakkan thermometer pada kedua benda uji. 5) Harus mampu meletakkan bola-bola baja pada benda uji bersuhu 5 0 C dengan benar. Halaman 20
25 Elemen Kompetensi 3 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian titik lembek aspal (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Hasil uji titik lembek dicatat pada formulir. 1) Dapat tujuan pencatatan nilai titik lembek pada formulir. 2) Mampu mencatat suhu Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu mencatat data pengujian dalam formulir sudah disiapkan. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Formulir digunakan. Tujuan pencatatan data pengujian dalam formulir. Cara mengisi formulir. Cara menafsirkan data pengujian untuk menetapkan angka titik lembek. SNI Metode Pengujian Titik Lembek Aspal Dan Ter. 15 pada saat bola b. Peragaan menyentuh pelat dasar Menunjukkan: untuk masingmasing benda Contoh formulir kosong dan uji. sudah diisi. 3) Harus mampu menghitung suhu titik lembek benda uji dengan benar. Halaman 21
26 Elemen Kompetensi 4 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian daktilitas aspal Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji (aspal keras) dipanaskan sesuai prosedur. 1) Dapat prosedur melapisi cetakan daktilitas dengan campuran glycerin dan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara menyiapkan benda uji. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Pengertian benda uji. Tujuan menyiapkan benda uji. Peralatan untuk menyiapkan benda uji. Cara menyiapkan benda uji. Jumlah benda uji perlu disiapkan. SNI , Metode Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Aspal. 15 dextrin. b. Peragaan 2) pemanasan Menunjukkan: contoh aspal Gambar peralatan sebelum diperlukan dituangkan ke untuk menyiapkan cetakan. benda uji. 3) Mampu memasukkan benda uji telah cair ke dalam cetakan telah diolesi gliserin. 4) Harus mampu memastikan pendinginan cetakan kedalam bak perendam dengan benar. Halaman 22
27 Elemen Kompetensi 4 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian daktilitas aspal (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Pengujian tarik pada benda uji dilakukan sesuai prosedur. 1) Dapat tujuan pengujian daktilitas aspal. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara melakukan pengujian daktilitas aspal keras secara benar. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Kelompok Tujuan pengujian daktilitas. Langkah-langkah pengujian daktilitas. Cara mengisikan data pengujian ke dalam formulir telah disiapkan. SNI , Metode Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Aspal. 15 2) Dapat b. Peragaan proses Menunjukkan: melepaskan Gambar peralatan benda uji dari pengujian daktilitas. cetakannya. 3) Mampu melakukan pemasangan benda uji pada alat mesin uji. 4) Harus mampu melakukan penarikan benda uji dengan kecepatan tertentu dengan benar Hasil uji daktilitas dicatat pada formulir. 1) Dapat tujuan pencatatan nilai daktilitas pada formulir. 2) Mampu mencatat panjang benda uji tertarik pada formulir. 3) Harus mampu memastikan pencatatan pada formulir dengan benar. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara mencatat data pengujian dalam formulir sudah disiapkan. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Formulir digunakan. Tujuan pencatatan data pengujian dalam formulir. Cara mengisi formulir. Cara menafsirkan data pengujian untuk menetapkan angka daktilitas. b. Peragaan Menunjukkan: Contoh formulir kosong dan sudah diisi. SNI , Metode Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Aspal. 15 Halaman 23
28 Elemen Kompetensi 5 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian titik nyala dengan Cleveland Open Cup Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji (aspal keras) dipanaskan pada temperatur ditetapkan sesuai prosedur hingga cair. 1) Mampu menentukan berat contoh Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu berat aspal dan cara memanaskan aspal untuk menyiapkan a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Tujuan menyiapkan benda uji. Berat aspal untuk benda uji. Peralatan untuk memanaskan aspal. Cara memanaskan aspal untuk benda uji. SNI Metode Pengujian Titik Nyala Dan Titik Bakar Dengan Cleveland Open Cup 15 aspal untuk benda uji. b. Peragaan keperluan benda uji. Menunjukkan: 2) Dapat Gambar peralatan untuk cara memanaskan aspal pemanasan pada penyiapan contoh aspal. benda uji. 3) Harus mampu memastikan pemanasan benda uji pada suhu ditetapkan dengan benar. Halaman 24
29 Elemen Kompetensi 5 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian titik nyala dengan Cleveland Open Cup (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji telah cair dimasukan ke dalam cawan Cleveland Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Peralatan pengujian titik nyala. Cara meletakkan cawan Cleveland SNI Metode Pengujian Titik Nyala Dan Titik Bakar 15 diletakkan pada cara meletakkan pada pelat pemanas. Dengan pelat pemanas sesuai prosedur. 1) Dapat cawan Cleveland pada pelat pemanas serta cara Cara mengisikan aspal telah cair ke dalam cawan Cleveland. Cleveland Open Cup cara mengisikan b. Peragaan meletakkan aspal ke dalam cawan cawan Menunjukkan: Cleveland Cleveland Gambar cawan diatas pelat secara tepat. Cleveland dan pemanas. peralatan lain untuk 2) Mampu pengujian titik nyala. mengisi aspal telah cair ke dalam cawan Cleveland. 3) Harus mampu memastikan tidak melewati garis batas dengan benar. Halaman 25
30 Elemen Kompetensi 5 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian titik nyala dengan Cleveland Open Cup (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji diposisikan pada alat uji dengan benar. 1) Dapat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Peralatan pengujian titik nyala. Cara mengatur posisi nyala api dan SNI Metode Pengujian Titik Nyala Dan Titik Bakar 15 cara mengatur termometer terhadap Dengan posisi posisi nyala penguji dengan poros posisi nyala penguji dan termometer posisi benda uji. Cara mengatur suhu sumber pemanas. Cleveland Open Cup dari titik terhadap posisi b. Peragaan tengah cawan. benda uji serta 2) Mampu harus mampu Menunjukkan: menempatkan mengatur suhu Gambar cawan termometer di sumber Cleveland dan dalam benda pemanas secara peralatan lain untuk uji dengan tepat. pengujian titik nyala. jarak tertentu. 3) Harus mampu menyalakan sumber pemanas dengan benar. Halaman 26
31 Elemen Kompetensi 5 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian titik nyala dengan Cleveland Open Cup (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Penguji nyala digerakkan dari Pada akhir pembelajaran a. Ceramah b. Diskusi a. Ceramah/Diskusi Kelompok SNI Metode 15 tepi ketepi cawan sesi ini, peserta c. Peragaan Pengertian titik nyala Pengujian Titik sesuai prosedur sampai terlihat nyala singkat pada permukaan benda uji. 1) Dapat kecepatan pemanasan diperbolehkan. 2) Mampu mengatur nyala penguji sehingga harus mampu cara mengatur kecepatan peningkatan suhu pemanasan benda uji, cara menggerakkan nyala penguji, dan cara visual untuk menetapkan saat dimana pada suatu titik di permukaan dan titik bakar. Cara mengatur kecepatan peningkatan suhu pemanasan benda uji. Cara menggerakkan nyala penguji. Cara melakukan pembacaan suhu benda uji. Cara mengamati saat terjadinya nyala singkat pada suatu titik di permukaan benda uji. Nyala Dan Titik Bakar Dengan Cleveland Open Cup melalui benda uji terjadi b. Peragaan permukaan nyala singkat. cawan (dari Menunjukkan: tepi ketepi Gambar peralatan cawan). pengujian titik nyala. 3) Harus mampu menentukan nyala api singkat dengan benar. Halaman 27
32 Elemen Kompetensi 5 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian titik nyala dengan Cleveland Open Cup (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Temperatur dibaca pada saat Pada akhir pembelajaran a. Ceramah b. Diskusi a. Ceramah/Diskusi Kelompok SNI Metode 15 benda uji sesi ini, peserta c. Peragaan Cara membaca suhu Pengujian Titik menyala singkat dilakukan sesuai prosedur. 1) Dapat tujuan meletakkan thermometer pada benda uji. 2) Mampu membaca temperatur harus mampu cara mencatat suhu benda uji selama pengujian, cara mengamati nyala singkat pada suatu titik di permukaan benda uji dan cara mencatat suhu benda uji benda uji selama pengujian. Cara mengamati saat terjadinya nyala singkat pada suatu titik di permukaan benda uji. Cara mencatat suhu benda uji pada saat terjadi nyala api singkat pada suatu titik di permukaan benda uji. Nyala Dan Titik Bakar Dengan Cleveland Open Cup pada saat pada saat pada b. Peragaan benda uji suatu titik di menyala permukaan Menunjukkan: singkat sesuai benda uji terjadi Gambar peralatan prosedur. nyala singkat. pengujian titik nyala. 3) Harus mampu melakukan pembacaan temperatur dengan teliti Hasil uji titik nyala dicatat pada formulir. 1) Dapat tujuan dilakukan pencatatan data hasil pengujian titik nyala. 2) Mampu mencatat hasil uji titik nyala pada formulir. 3) Harus mampu memastikan pencatatan nilai titik nyala dengan benar. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara mencatat suhu pada saat pada suatu titik di permukaan benda uji terjadi nyala singkat, cara mencatat data lain pengujian dalam formulir sudah disiapkan, dan cara menfasirkan titik nyala. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Formulir digunakan. Tujuan pencatatan data pengujian dalam formulir. Cara mengisi formulir. Cara menafsirkan data pengujian untuk menetapkan titik nyala aspal. b. Peragaan Menunjukkan: Contoh formulir kosong dan sudah diisi. SNI Metode Pengujian Titik Nyala Dan Titik Bakar Dengan Cleveland Open Cup 15 Halaman 28
33 Elemen Kompetensi 6 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian kelarutan bitumen dengan Trichloroethyline (TCE) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji Pada akhir a. Ceramah a. Ceramah/Diskusi RSNI M dilarutkan dengan pembelajaran b. Diskusi Tujuan menyiapkan 2004 TCE sesuai prosedur. 1) Dapat cara pengambilan contoh bitumen sebelum dilarutkan dalam TCE. 2) Mampu menentukan berat TCE dibutuhkan sebagai sesi ini, peserta harus mampu cara menyiapkan benda uji untuk dilarutkan dalam TCE dan cara memastikan bahwa aspal telah larut dalam TCE. c. Peragaan benda uji. Peralatan untuk menyiapkan benda uji. Cara mengambil aspal untuk benda uji. Cara menentukan takaran TCE untuk melarutkan benda uji. Cara melarutkan benda uji dalam TCE. Jumlah benda uji perlu disiapkan. Pengujian Kelarutan Aspal. bahan pelarut. b. Peragaan 3) Harus mampu memastikan Menunjukkan: benda uji telah Gambar peralatan larut dalam diperlukan cairan TCE untuk menyiapkan dengan benar. benda uji. Halaman 29
34 Elemen Kompetensi 6 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian kelarutan bitumen dengan Trichloroethyline (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Larutan benda uji disaring sesuai prosedur. 1) Dapat fungsi labu Erlenmeyer. 2) Mampu memasukkan tabung penyaring dalam mulut labu penyaring. 3) Harus mampu memastikan larutan aspal telah Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu fungsi cawan Gooch dan labu Erlenmeyer, cara memasukkan tabung penyaring ke dalam mulut labu, dan cara memastikan bahwa larutan aspal telah tertuang ke a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Kelompok Tujuan pengujian. Bagian-bagian alat pengujian. Fungsi cawan Gooch, labu Erlenmeyer, dan alat lain. Cara memasukkan tabung penyaring ke dalam mulut labu penyaring. Cara memastikan bahwa larutan aspal telah benar-benar tertuang ke dalam cawan Gooch. RSNI M Pengujian Kelarutan Aspal. 15 dituangkan ke dalam cawan b. Peragaan dalam cawan Gooch. Gooch Menunjukkan: dengan benar. Gambar cawan Gooch, labu Erlenmeyer, dan peralatan lain pengujian kelarutan aspal Larutan benda uji telah disaring ditimbang sesuai prosedur. 1) Dapat alat timbang digunakan. 2) Mampu melakukan penimbangan hasil penyaringan benda uji. 3) Harus mampu melakukan pembacaan hasil penimbangan secara teliti. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara penimbangan benda uji benar. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Kelompok Jenis timbangan untuk menentukan berat benda uji. Cara melakukan penimbangan benda uji telah disaring. Cara menetapkan ketelitian berat benda uji. Cara membaca angka penimbangan. b. Peragaan Menunjukkan: Gambar timbangan. RSNI M Pengujian Kelarutan Aspal. 15 Halaman 30
35 Elemen Kompetensi 6 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian kelarutan bitumen dengan Trichloroethyline (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Kadar kelarutan benda uji dihitung berdasarkan rumus. 1) Dapat rumus digunakan dalam Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara menghitung kelarutan aspal secara akurat. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Kelompok Pengertian kelarutan dikaitkan dengan sifat aspal. Cara menghitung kelarutan. Cara menetapkan ketelitian kelarutan. RSNI M Pengujian Kelarutan Aspal. 15 menghitung b. Peragaan kelarutan bitumen. Menunjukkan: 2) Mampu -. menentukan angka dan satuan sesuai untuk setiap variabel pada rumus tersedia. 3) Harus mampu memastikan hitungan kadar kelarutan dari hasil pengujian dengan benar Hasil uji kelarutan dicatat pada formulir. 1) Dapat hal-hal perlu dicatat pada formulir. 2) Mampu mencatat hasil uji kelarutan aspal pada formulir. 3) Harus mampu memastikan pencatatan hasil pengujian dengan benar. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara mencatat data pengujian dalam formulir sudah disiapkan. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Formulir digunakan. Tujuan pencatatan data pengujian dalam formulir. Cara mengisi formulir. Cara menafsirkan data pengujian untuk menetapkan angka kelarutan. b. Peragaan Menunjukkan: Contoh formulir kosong dan sudah diisi. AASHTO T44 Solubility of Bituminous Materials. 15 Halaman 31
36 Elemen Kompetensi 7 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian berat jenis aspal dengan piknometer Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji ditimbang sesuai prosedur. 1) Dapat cara memanaskan contoh bitumen keras. 2) Mampu menentukan berat contoh bitumen keras dibutuhkan. 3) Harus mampu Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara memanaskan aspal dan menimbang piknometer dan benda uji. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Tujuan menyiapkan benda uji. Peralatan untuk menyiapkan benda uji. Cara mengisi piknometer dengan air suling. Cara mengkalibrasi piknometer. Cara menyiapkan benda uji. Jumlah benda uji perlu disiapkan. SNI Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat. 15 melakukan b. Peragaan penimbangan piknometer Menunjukkan: berisi air suling Gambar piknometer dan dan peralatan lain piknometer diperlukan berisi air suling untuk menyiapkan dan benda uji benda uji. dengan benar. Halaman 32
37 Elemen Kompetensi 7 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian berat jenis aspal dengan piknometer (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Berat jenis aspal dihitung berdasarkan rumus. 1) Dapat rumus digunakan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara menghitung kelarutan aspal secara akurat. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Pengertian berat jenis dan kegunaannya. Cara menghitung berat jenis. Cara menetapkan ketelitian kelarutan. SNI Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat. 15 dalam b. Peragaan menghitung berat jenis. Menunjukkan: 2) Mampu Gambar piknometer. menentukan angka dan satuan sesuai untuk setiap variable pada rumus tersedia. 3) Harus memastikan hitungan berat jenis aspal dengan benar Hasil uji berat jenis dicatat pada formulir. 1) Dapat hal-hal perlu dicatat pada formulir. 2) Mampu mencatat hasil berat jenis aspal pada formulir. 3) Harus mampu memastikan pencatatan hasil pengujian dengan benar. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara mencatat data pengujian dalam formulir sudah disiapkan. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Formulir digunakan. Tujuan pencatatan data pengujian dalam formulir. Cara mengisi formulir. Cara menafsirkan data pengujian untuk menetapkan angka berat jenis. b. Peragaan Menunjukkan: Contoh formulir kosong dan sudah diisi. SNI Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat. 15 Halaman 33
38 Elemen Kompetensi 8 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian kehilangan berat Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji (aspal keras) dipanaskan hingga mencair sesuai prosedur. 1) Mampu menentukan berat contoh aspal dibutuhkan sebagai benda uji. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara memanaskan dan menuangkan aspal, serta cara mendinginkan dan menimbang a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Tujuan menyiapkan benda uji. Peralatan untuk menyiapkan benda uji. Cara memanaskan aspal untuk benda uji. Cara menentukan berat aspal untuk benda uji. SNI Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak Dan Aspal Dengan Cara A. 15 2) Dapat benda uji. b. Peragaan cara Menunjukkan: memanaskan Gambar peralatan contoh aspal diperlukan untuk untuk menyiapkan mendapatkan benda uji. campuran merata. 3) Harus mampu memastikan pemanasan aspal hingga mencair dengan benar. Halaman 34
39 Elemen Kompetensi 8 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian kehilangan berat (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji sudah cair dituang kedalam cawan dan dibiarkan sampai dingin untuk ditimbang. 1) Dapat cara Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara menuangkan aspal ke dalam piringan, cara menimbang a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Cara menuangkan aspal ke dalam piringan/cawan. Cara menimbang benda uji. Cara menentukan jumlah benda uji perlu disiapkan. SNI Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak Dan Aspal Dengan Cara A. 15 menuangkan benda uji, serta b. Peragaan contoh aspal cara kedalam menentukan Menunjukkan: cawan. jumlah benda Gambar piringan/ 2) Mampu uji. cawan. menentukan jumlah benda uji dibutuhkan. 3) Harus mampu memastikan benda uji ditimbang dengan benar. Halaman 35
40 Elemen Kompetensi 8 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian kehilangan berat (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji dimasukkan ke dalam oven loss on heating dengan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Cara memasukkan benda uji ke dalam oven loss on heating. SNI Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak 15 temperatur sesuai cara Cara mengatur suhu Dan Aspal prosedur. 1) Dapat memasukkan benda uji ke dalam oven loss oven. Cara mengeluarkan benda uji dari oven. Dengan Cara A. cara on heating, cara b. Peragaan memasukkan memasang benda uji ke termometer, Menunjukkan: dalam oven. cara mengatur Gambar oven loss 2) Mampu suhu oven, dan on heating. melakukan pemasangan thermometer pada cara mengeluarkan benda uji dari oven. dudukannya. 3) Harus mampu mengeluarkan benda uji dari oven pada suhu sesuai dengan benar Benda uji telah dikeluarkan dari oven ditimbang untuk dihitung penurunan beratnya sesuai prosedur. 1) Dapat tujuan mengeluarkan benda uji dari oven. 2) Mampu melakukan pendinginan benda uji sebelum ditimbang. 3) Harus mampu melakukan penimbangan benda uji dengan cermat dan teliti. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara dan tujuan mendinginkan benda uji dan cara menimbang benda uji secara teliti. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Cara mendingingkan benda uji. Tujuan mendinginkan benda uji. Cara menimbang benda uji secara akuran. b. Peragaan Menunjukkan: -. SNI Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak Dan Aspal Dengan Cara A. 15 Halaman 36
41 Elemen Kompetensi 8 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian kehilangan berat (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Hasil uji Pada akhir a. Ceramah a. Ceramah/Diskusi SNI penurunan berat pembelajaran b. Diskusi Formulir 1991 Metode minyak dan aspal sesi ini, peserta c. Peragaan digunakan. Pengujian dicatat pada harus mampu Tujuan pencatatan Kehilangan formulir. data pengujian Berat Minyak 1) Dapat cara mencatat dalam formulir. Dan Aspal data pengujian Cara mengisi Dengan Cara hal-hal dalam formulir formulir. A. perlu dicatat sudah Cara menafsirkan pada formulir. disiapkan. data pengujian untuk 2) Mampu menetapkan mencatat hasil kehilangan berat. uji penurunan b. Peragaan berat aspal Menunjukkan: pada formulir. Contoh formulir 3) Harus mampu kosong dan memastikan sudah diisi. pencatatan hasil pengujian dengan benar. Elemen Kompetensi 9 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian penetrasi setelah kehilangan berat Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji (aspal keras) disiapkan sesuai prosedur. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan 15 1) Dapat tujuan membuat benda uji. 2) Mampu membuat benda uji sesuai ketentuan spesifikasi. 3) Harus mampu memastikan menuangkan contoh aspal cair ke dalam cawan dengan benar. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara menyiapkan benda uji. a. Ceramah/Diskusi Pengertian benda uji. Tujuan menyiapkan benda uji. Peralatan untuk menyiapkan benda uji. Cara menyiapkan benda uji. Jumlah benda uji perlu disiapkan. b. Peragaan Menunjukkan: Gambar peralatan diperlukan untuk menyiapkan benda uji. SNI Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen. Halaman 37
42 Elemen Kompetensi 9 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melaksanakan pengujian penetrasi setelah kehilangan berat (lanjutan) Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Benda uji (aspal keras) hasil pengujian kehilangan berat dilakukan penetrasi sesuai prosedur. 1) Dapat tujuan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara melakukan pengujian penetrasi aspal keras secara benar. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Kelompok Tujuan pengujian penetrasi. Langkah-langkah pengujian penetrasi. Cara mengisikan data pengujian ke dalam formulir telah disiapkan. SNI Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen. 15 pengujian b. Peragaan penetrasi. 2) Mampu Menunjukkan: menurunkan Gambar peralatan jarum sampai pengujian penetrasi. menyentuh permukaan benda uji. 3) Harus mampu mengoperasikan stop watch pada pengujian penetrasi dengan benar Hasil uji penetrasi dicatat pada formulir. 1) Dapat tujuan pencatatan nilai penetrasi pada formulir. 2) Mampu melakukan pembacaan nilai penetrasi pada alat penetrometer. 3) Harus mampu menghitung nilai penetrasi pada formulir dengan benar. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu mencatat data pengujian dalam formulir sudah disiapkan. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Formulir digunakan. Tujuan pencatatan data pengujian dalam formulir. Cara mengisi formulir. Cara menafsirkan data pengujian untuk menetapkan angka penetrasi. b. Peragaan Menunjukkan: Contoh formulir kosong dan sudah diisi. SNI Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen. 15 Halaman 38
43 Elemen Kompetensi 10 : Membuat rangkuman hasil pengujian material aspal No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Catatan dari hasil setiap pengujian dikumpulkan. 1) Dapat tujuan pengumpulan semua data Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara mengumpulkan formulir a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Formulir digunakan untuk merangkum hasil pengujian. Tujuan merangkum hasil pengujian. Cara memeriksa - 15 hasil pengujian pengujian data hasil pengujian. material aspal. telah diisi dan b. Peragaan 2) Mampu cara mengumpulkan semua bahwa hasil memastikan Menunjukkan: Contoh formulir data hasil pengujian telah rangkuman hasil pengujian benar. pengujian aspal material aspal. (formulir kosong). 3) Harus mampu memastikan semua data telah terkumpul dengan cermat dan teliti Hasil setiap pengujian ditabulasi. 1) Dapat hal-hal perlu dilakukan tabulasi terhadap data hasil pengujian material aspal. 2) Mampu menentukan parameter data hasil pengujian akan ditabulasi. 3) Harus mampu memastikan bahwa data ditabulasi dapat menunjukkan unjuk kerja material aspal dengan benar. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu data pengujian perlu dirangkum dan cara merangkum data pengujian. a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Formulir digunakan untuk merangkum hasil pengujian. Data pengujian perlu dirangkum. Cara merangkum data hasil pengujian. b. Peragaan Menunjukkan: Contoh formulir rangkuman hasil pengujian aspal (formulir sudah diisi) Halaman 39
44 Elemen Kompetensi 10 : Membuat rangkuman hasil pengujian material aspal (lanjutan) No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Tujuan Metode Pelatihan Tahapan Sumber/ Referensi Jam Pelajaran Indikatif (menit) Rangkuman hasil uji material aspal didokumentasikan. 1) Dapat aplikasi dari unjuk kerja aspal didapat. 2) Mampu menentukan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta harus mampu cara memeriksa dan menyimpulkan hasil pengujian aspal keras serta cara mendistribusikan a. Ceramah b. Diskusi c. Peragaan a. Ceramah/Diskusi Formulir rangkuman. Cara memeriksa data hasil pengujian. Cara mentyimpulkan hasil pengujian. Cara mendistribusikan formulir rangkuman. Cara mendokumentasikan formulir rangkuman dan men- media b. Peragaan dokumentasi dokumentasikan sesuai. formulir Menunjukkan: 3) Harus mampu rangkuman hasil Contoh formulir memastikan pengujian aspal rangkuman hasil hasil keras. pengujian aspal pengujian, (sudah diisi dan rangkuman benar). dan tabulasi telah didokumentasi dengan benar. Diskusi kelompok (dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 10.1 s.d KU3K 10.3 dan 45 sebelum dilakukan sebelum praktek pengujian) Pengumpulan catatan dari hasil setiap pengujian. Tabulasi hasil setiap pengujian. Pendokumentasian rangkuman hasil uji material aspal. Praktek pengambilan contoh dan pengujian material aspal (dilakukan setelah selesai penjelasan di kelas) Pengambilan contoh aspal. Pengujian penetrasi aspal (termasuk penyiapan formulir, penyiapan alat, penyiapan benda uji, pengisian formulir, dan penetapan angka penetrasi). Pengujian titik lembek aspal (termasuk penyiapan formulir, penyiapan alat, penyiapan benda uji, pengisian formulir, dan penetapan angka titik lembek). Pengujian daktilitas aspal (termasuk penyiapan formulir, penyiapan alat, penyiapan benda uji, pengisian formulir, dan penetapan angka daktilitas). Pengujian titik nyala aspal (termasuk penyiapan formulir, penyiapan alat, penyiapan benda uji, pengisian formulir, dan penetapan angka titik nyala). Pengujian kelarutan bitumen dengan TCE (termasuk penyiapan formulir, penyiapan alat, penyiapan benda uji, pengisian formulir, dan penetapan angka kelarutan). Pengujian berat jenis aspal (termasuk penyiapan formulir, penyiapan alat, penyiapan benda uji, pengisian formulir, dan penetapan angka berat jenis). Pengujian kehilangan berat aspal (termasuk penyiapan formulir, penyiapan alat, penyiapan benda uji, pengisian formulir, dan penetapan angka kehilangan berat). Pengujian penetrasi aspal setelah kehilangan berat (termasuk penyiapan formulir, penyiapan alat, penyiapan benda uji, pengisian formulir, dan penetapan angka penetrasi setelah kehilangan berat). Pembuatan rangkuman dan pendokumentasian hasil pengujian material aspal. Halaman 40
45 BAB IV PENGUJIAN MATERIAL ASPAL 4.1 Umum Jenis Aspal Untuk Beton Aspal Aspal merupakan bahan berwarna hitam mempunyai sifat merekat dan pada suhu normal mempunyai konsistensi bervariasi, mulai dari padat (solid) sampai kental (semi solid). Apabila dipanaskan, aspal akan menjadi lembek sehingga pada saat beton aspal panas diproduksi, aspal dapat menyelimuti butirbutir agregat. Bagian terbesar aspal terdiri atas hidrokarbon disebut bitumen. Aspal umumnya merupakan produk pengilangan minyak bumi sehingga biasa disebut aspal minyak. Aspal untuk bahan perkerasan biasa diklasifikasikan dalam tiga jenis umum sebagai berikut: a. Aspal keras atau aspal semen (asphalt cement); b. Aspal cair (cutback asphalt); dan c. Aspal emulsi (emulsified asphalt). Untuk beton aspal, jenis aspal biasa digunakan adalah aspal keras. Disamping mempunyai sifat merekat, aspal keras juga mempunyai sifat mengedapkan dan tidak dipengaruhi oleh sebagian besar asam, alkali (basa), dan garam. Karena sifatnya dapat mengedapkan dan tahan terhadap kerusakan secara kimia, maka aspal keras sangat cocok untuk beton aspal. Aspal keras biasa diklasifikasikan menurut viskositas, viskositas setelah pelapukan (aging), dan angka penetrasi. Di Indonesia, aspal keras biasa diklasifikasikan berdasarkan angka penetrasi dan sesuai dengan kondisi cuaca di Indonesia, kelas aspal keras populer digunakan untuk beton aspal adalah aspal keras Pen (biasa ditulis juga Pen 60) Sifat-sifat Aspal Sebagai bahan pengikat butir-butir agregat, pengedap, dan pelumas pada saat pemadatan beton aspal, aspal mempunyai sifat-sifat (baik sifat-sifat kimia maupun sifat-sifat fisik) diuraikan di bawah. a. Sifat-sifat Kimia Aspal Aspal mempunyai sifat kimia unik sehingga sangat cocok untuk beton aspal. Pada dasarnya bagian terbesar aspal terdiri atas berbagai hidrokarbon (kombinasi molekuler hidrogen dan karbon), sedangkan bagian terkecil terdiri atas belerang, oksigen, nitrogen, dan unsur-unsur lain. Apabila dicelupkan ke dalam heptan, aspal akan terpisah menjadi dua bagian utama; yaitu aspalten dan malten. Dalam hal tersebut, aspalten tidak larut dalam heptan serta Halaman 41
46 mempunyai warna hitam atau cokelat tua dan terlihat seperti serbuk grafit. Aspalten merupakan bagian aspal memberi warna dan kekerasan terhadap aspal. Malten merupakan bagian aspal larut dalam heptan serta berbentuk cairan kental (viscous liquids) dan terdiri atas resin dan minyak. Resin biasanya berwarna sawo matang (amber) atau cokelat tua dan sangat kental, sedangkan minyak mempunyai warna lebih terang. Resin mempunyai sifat adhesif (merekat), sedangkan minyak berfungsi sebagai medium aspalten dan resin. Proporsi aspalten dan malten dalam aspal dapat berubah sebagai akibat beberapa faktor; antara lain, suhu tinggi, persentuhan (exposure) dengan oksigen dan sinar mata hari, jenis agregat, dan tebal film aspal menyelimuti agregat. Perubahan terjadi pada aspal dapat melalui penguapan, oksidasi (penggabungan antara molekul hidrokarbon dengan molekul oksigen), polimerisasi (penggabungan antara dua atau lebih molekul sehingga membentuk molekul tunggal lebih berat), serta reaksi kimia lain secara signifikan mempengaruhi sifat-sifat aspal. Selama reaksi tersebut, resin secara bertahap kembali menjadi aspalten dan minyak berubah menjadi resin. Perubahan tersebut mengakibatkan peningkatan viskositas aspal. b. Sifat-sifat Fisik Aspal Sifat-sifat fisik aspal keras pada pekerjaan beton aspal dapat dikelompokkan menurut aspek-aspek sebagai berikut: konsistensi (consistency). durabilitas (duarability). kemurnian (purity). aspek keselamatan (safety). aspek lain. Sifat-sifat fisik aspal keras dinilai sangat penting untuk pekerjaan beton aspal dapat dikelompokkan juga menurut aspek-aspek sebagai berikut: keawetan; adhesi; kepekaan terhadap suhu; dan penuaan dan pengerasan (aging and hardening). Kedua kelompok sifat-sifat di atas pada dasarnya saling terkait. 1) Konsistensi Konsistensi merupakan gambaran keenceran (fluidity) atau plastisitas aspal keras pada suhu tertentu. Karena aspal merupakan bahan thermoplastic (keras pada suhu rendah dan encer pada suhu tinggi), maka konsistensi aspal tergantung pada suhu. Oleh karena itu, maka konsistensi aspal perlu diukur pada suhu tertentu. Halaman 42
47 2) Durabilitas Durabilitas merupakan ukuran kemampuan material aspal dalam mempertahankan sifat-sifat aslinya apabila aspal tersebut berada di bawah pengaruh cuaca normal dan proses pelapukan. Durabilitas merupakan sifat aspal terutama dinilai melalui kinerja beton aspal, sehingga sulit ditentukan hanya terhadap aspal. Hal tersebut dikarenakan kinerja beton aspal dipengaruhi oleh rancangan campuran, karakteristik agregat, kemampuan pelaksanaan, dan durabilitas aspal. Namun demikian, durabilitas dapat diperkirakan melalui pengujian Thin Film Oven Film Test (TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test (RTFOT), kedua-duanya menkut pemanasan film aspal. 3) Adhesi Dan Kohesi Adhesi merupakan kemampuan aspal untuk melekat pada agregat dalam beton aspal, sedangkan kohesi merupakan kemampuan aspal untuk memegang secara kuat butir-butir agregat agar tetap pada posisinya dalam lapis beton aspal. Adhesi atau kohesi aspal biasanya dinilai berdasarkan pengujian daktilitas, meskipun pengujian tersebut tidak langsung mencerminkan sifat-sifat adhesi dan kohesi aspal. Oleh karena itu, maka pengujian daktilitas hanyalah merupakan jenis pengujian lulus-gagal (pass-fail) menunjukkan bahwa aspal dapat dinyatakan cukup atau tidak cukup daktil untuk dinyatakan memenuhi persyaratan minimum ditetapkan. 4) Kepekaan Terhadap Suhu (temperature suceptibility) Aspal merupakan jenis bahan termoplastik; yaitu menjadi lebih keras (lebih kental) pada suhu makin rendah dan menjadi lebih lunak (lebih encer) pada suhu makin tinggi. Karakteristik tersebut dikenal sebagai kepekaan terhadap suhu dan merupakan sifat aspal sangat penting. Aspal berasal dari berbagai sumber dapat mempunyai kerentanan terhadap termperatur berbeda-beda, meskipun aspal tersebut mempunyai kelas sama. Data tentang kerentanan terhadap suhu untuk aspal akan digunakan sebagai bahan beton aspal sangatlah berguna, karena informasi tersebut akan menunjukkan suhu cocok untuk mencampur aspal dengan agregat serta suhu cocok untuk memadatkan beton aspal. Perlu diperhatikan bahwa aspal akan digunakan sebagai beton aspal haruslah pekak terhadap suhu, agar pada suhu tertentu pada saat pencampuran, aspal cukup cair untuk menyelimuti bitir-butir agregat dan pada saat pemadatan, agregat mudah bergeser satu sama lain sehingga Halaman 43
48 beton aspal menjadi padat. Disamping itu, pada suhu normal pada saat beton aspal sudah menjadi bagian perkerasan, aspal harus cukup kental sehingga butir-butir agregat terikat secara kuat. 5) Pengerasan Dan Penuaan (hardening and aging) Aspal dalam beton aspal cenderung mengeras, baik selama beton aspal dikerjakan, maupan selama beton aspal sudah berfungsi sebagai lapis perkerasan. Pengerasan aspal terutama disebabkan oleh oksidasi (persentuhan aspal dengan oksigen) dan proses berlangsung pada suhu tinggi (misal suhu pengerjaan). Selama pencampuran, aspal akan menyelimuti butir-butir agregat pada suhu tinggi. Dengan demikian, maka pencampuran merupakan tahap pengerjaan beton aspal biasa menimbulkan oksidasi dan pengerasan paling parah terhadap aspal. Tidak semua aspal mempunyai tingkat pengerasan sama bila dipanaskan dalam bentuk film. Oleh karena itu, maka tiap aspal akan digunakan perlu diuji karakteristik pelapukannya, yaitu untuk memudahkan penyesuaian teknik pelaksanaan dapat mengurangi pengerasan. Penyesuaian tersebut biasanya menkut penetapan suhu dan durasi pencampuran aspal dengan agregat. Dalam hal tersebut, suhu pencampuran harus serendah mungkin, sedangkan durasi pencampuran harus sesingkat mungkin. 6) Kemurnian Aspal keras/semen telah disuling (refined aspal cement) terdiri atas hampir bitumen murni dan menurut definisi, seluruhnya larut dalam carbon disulfide. Dalam hal tersebut, kotoran (impurities) terdapat dalam aspal keras suling hanya sedikit sekali. Untuk mengetahui kemurnian aspal semen biasanya dilakukan pengujian kelarutan aspal. 7) Aspek Keselamatan Aspal keras dipanaskan pada suhu cukup tinggi akan mengeluarkan uap mudah menyala (flash). Titik nyala menunjukkan suhu dimana aspal akan aman untuk dipanaskan tanpa menimbulkan nyala sekejap. Meskipun suhu pada saat produksi beton aspal biasanya lebih rendah dari titik nyala aspal, namun untuk menjamin keselamatan, maka titik nyala perlu diuji dan suhu pada saat produksi beton aspal perlu dikendalikan. Halaman 44
49 8) Aspek Lain Pengujian Disamping sifat-sifat di atas, sifat lain aspal perlu diketahui adalah berat jenis aspal, yaitu perbandingan antara berat aspal dengan berat air untuk volume dan suhu sama. Diketahui bahwa bila dipanaskan, aspal akan mengalami pemuaian sehingga volume aspal pada suhu lebih tinggi akan lebih besar dari pada volume aspal pada suhu lebih rendah. Informasi tentang berat jenis aspal memungkinkan volume aspal pada suhu tertentu dikonversi menjadi volume pada suhu ditetapkan. Berat jenis aspal diperlukan juga pada perancangan campuran beton aspal, yaitu untuk menghitung persentase rongga udara terdapat dalam beton aspal. Dalam hal tersebut, persentase rongga udara dalam beton aspal akan menentukan sifat beton aspal Spesifikasi Aspal Keras Pada Angka di atas telah diuraikan sifat-sifat aspal keras. Sebagai acuan untuk menilai bahwa sifat-sifat aspal keras diuraikan pada Angka memenuhi sifat-sifat dituntut beton aspal, maka telah dikembangkan spesifikasi aspal keras untuk beton aspal. Menurut Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 2), persyaratan aspal keras Pen ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Persyaratan aspal keras Pen JENIS PENGUJIAN METODA PENGUJIAN BATASAN 1. Penetrasi pada 25 0 C (dmm) SNI Viskositas C (cst) SNI Titik lembek ( 0 C) SNI >48 4. Indeks penetrasi 1) - >-1,0 5. Daktilitas pada 25 0 C (cm) SNI > Titik nyala ( 0 C) SNI > Kelarutan dalam Toluene (%) ASTM D5546 >99 8. Berat jenis SNI >1,0 9. Stabilitas penyimpanan ASTM D5976 p Pengujian residu hasil TFOT atau RTFOT 10. Berat hilang (%) SNI <0,8 2) 11. Penetrasi pada 25 0 C (dmm) SNI > Indeks penetrasi - >-1,0 13. Keelastisan setelah pengembalian (%) AASHTO T Daktilitas pada 25 0 C (cm) SNI >100 Halaman 45
50 4.1.4 Tujuan Pengujian Dapat dipahami bahwa salah satu faktor penting mempengaruhi mutu beton aspal adalah mutu aspal. Oleh karena itu, maka aspal akan digunakan untuk beton aspal harus terlebih dulu dipastikan bahwa mutu atau sifat-sifatnya telah memenuhi persyaratan/spesifikasi disepakati. Mutu atau sifat-sifat aspal sebenarnya (sesuai dengan sifat-sifat di lapangan) hanya dapat diketahui melalui pengujian. Dengan demikian, maka tujuan pengujian aspal adalah untuk memastikan atau menjamin bahwa aspal digunakan sebagai beton aspal telah memenuhi persyaratan/spesifikasi disepakati. Disamping itu, tujuan pengujian aspal adalah untuk mengetahui sifatsifat aspal diperlukan untuk menjamin keselamatan pada saat penanganan aspal dan produksi beton aspal; misal untuk pencampuran beton aspal di pusat pencampur aspal, aspal hanya boleh dipanaskan sampai suhu tertentu. Dengan membandingkan sifat-sifat aspal keras hasil pengujian dengan sifat-sifat aspal keras disyaratkan (lihat Tabel 1), maka aspal keras dapat dinyatakan memenuhi atau tidak memenuhi untuk beton aspal Lingkup Pengujian Aspal Keras Sesuai dengan Elemen Kompetensi disebutkan pada Angka 2.3.5, lingkup pengujian material aspal mencakup: a. Persiapan pengujian. b. Pengujian penetrasi. c. Pengujian titik lembek. d. Pengujian daktilitas. e. Pengujian titik nyala. f. Pengujian kelarutan. g. Pengujian kehilangan berat. h. Pengujian penetrasi setelah kehilangan berat. i. Perangkuman hasil pengujian. 4.2 Persiapan Pengujian Aspal Agar pengujian material aspal (selanjutnya disebut aspal) dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan berlaku (standar) sehingga memberikan hasil akurat dan mewakili sifat-sifat aspal akan digunakan untuk beton aspal, maka terlebih dulu perlu dilakukan persiapan pengujian seksama. Persiapan pengujian aspal mencakup empat kegiatan sebagai berikut: a. Penyiapan buku pedoman pengujian aspal. b. Penyiapan formulir pengujian aspal. c. Penyiapan peralatan pengujian aspal. d. Penyiapan contoh aspal. Halaman 46
51 4.2.1 Penyiapan Buku Pedoman Untuk menunjang pelaksanaan pengujian aspal, maka di tiap instansi atau laboratorium pengujian aspal perlu tersedia buku-buku pedoman terkait dengan pengujian aspal. Hal tersebut dimaksudkan untuk menunjang para teknisi laboratorium aspal dalam melaksanakan pengujian aspal; misal, pada saat teknisi laboratorium lupa atau ragu-ragu tentang suatu hal, atau pada saat teknisi laboratorium ditanya dasar pengujian. Oleh karena itu, maka seorang teknisi laboratorium aspal harus mampu mengumpulkan buku pedoman dan selanjutnya memahami tujuan pengumpulan buku pedoman tersebut. Buku pedoman pengujian perlu disiapkan atau dikumpulkan di laboratorium pengujian aspal sekurang-kurangnya terdiri atas: a. SNI : Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal. b. SNI : Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen. c. SNI : Metode Pengujian Titik Lembek Aspal Dan Ter. d. SNI : Metode Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Aspal. e. SNI : Metode Pengujian Titik Nyala Dan Titik Bakar Dengan Cleveland Open Cup. f. RSNI M : Metode Pengujia Kelarutan Aspal g. SNI : Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat. h. SNI : Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak Dan Aspal Dengan Cara A. Disamping buku-buku pedoman di atas, buku perlu disiapkan di laboratorium aspal adalah Buku Spesifikasi Umum Bina Marga Karena buku tersebut merupakan acuan untuk menilai bahwa aspal diuji memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat untuk beton aspal, maka teknisi laboratorium harus mampu menafsirkan dan mengaplikasikan spesifikasi aspal tercantum dalam buku spesifikasi (lihat Tabel 1) Penyiapan Formulir Pengujian Aspal Data tentang hasil pengujian aspal harus dicatat pada formulir sesuai dengan jenis pengujian. Disamping untuk mencatat data tentang hasil pengujian, dalam formulir perlu dicatat pula data/informasi lain terkait dengan pengujian; misal tentang jenis dan nama pengirim contoh, nama teknisi laboratorium menguji, nama pejabat/petugas memeriksa hasil pengujian. Pencatatan tersebut dimaksudkan agar semua data/informasi terkait dengan pengujian dapat disajikan dalam formulir sehingga memudahkan penyerahan/pendistribusian hasil pengujian aspal kepada pihak-pihak terkait serta memudahkan penelusuran kembali data (bila sewaktu-waktu diperlukan) dan memudahkan pendokumentasian data. Halaman 47
52 Sehubungan dengan hal di atas, maka di laboratorium aspal harus selalu tersedia formulir pengujian dan menjadi tugas teknisi laboratorium untuk menyediakan formulir tersebut, sesuai dengan keperluan pengujian. Dalam rangka menyiapkan formulir, tentunya seorang teknisi laboratorium aspal harus mampu menguasai hal-hal sebagai berikut: Pengetahuan tentang tujuan penyiapan formulir. Pengetahuan tentang informasi/data perlu dicatat dalam formulir. Pengetahuan tentang cara menentukan jenis dan jumlah lembar formulir. Keterampilan dalam menggunakan dan mengisi formulir secara teliti. Keterampilan dalam menyimpan formulir. Keterampilan dalam menyampaikan/mendistribusikan formulir sudah diisi lengkap. Sesuai dengan jenis pengujian aspal keras, formulir pengujian perlu disiapkan adalah sebagai berikut: a. Formulir pengujian penetrasi. b. Formulir pengujian titik lembek. c. Formulir pengujian daktilitas. d. Formulir pengujian kelarutan. e. Formulir pengujian berat jenis. f. Formulir pengujian kehilangan berat. g. Formulir rangkuman hasil pengujian. Contoh-contoh formulir di atas ditunjukkan pada Lampiran Penyiapan Peralatan Pengujian Aspal Agar pengujian aspal keras dapat dilakukan, maka peralatan dan bahan pengujian aspal keras mutlak harus sudah tersedia di laboratorium aspal. Dalam rangka menyiapkan peralatan untuk pelaksanaan pengujian aspal keras, seorang teknisi laboratorium aspal dituntut untuk menguasai hal-hal sebagai berikut: Pengetahuan tentang jenis, bagian, dan komponen peralatan pengujian. Pengetahuan tentang jenis dan kuantitas bahan pengujian. Pengetahuan tentang kegunaan tiap jenis peralatan dan bahan pengujian. Keterampilan dalam menempatkan tiap jenis peralatan pengujian, termasuk bagian-bagiannya. Keterampilan dalam menyimpan bagian peralatan dan bahan pengujian. Keterampilan dalam melepas, menyimpan, dan merakit kembali komponenkomponen peralatan tertentu. Jenis dan bagian/komponen peralatan serta bahan untuk pengujian aspal keras diuraikan lebih lanjut di bawah. Halaman 48
53 a. Peralatan Pengujian Penetrasi Peralatan digunakan pada pengujian penetrasi aspal terdiri atas: Peralatan penetrasi (penetration apparatus). Jarum (needle). Cawan benda uji (container). Penangas atau bak perendaman (water bath). Mangkuk pemindah benda uji (transfer dish), apabila diperlukan. Pencatat waktu (timing device). Pemanas (heater), dapat terdiri atas kompor listrik atau alat lain sejenis. 1) Peralatan Penetrasi (penetration apparatus) Peralatan penetrasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Mempunyai susunan seperti ditunjukkan pada Gambar 1a. Memungkinkan pemegang jarum (spindle) dapat bergerak secara vertikal tanpa hambatan berarti. Terdiri atas komponen-komponen utama sebagai berikut: Batang pemegang jarum (spindle) dan beban. Dudukan/alas wadah benda uji. Tombol untuk melepas batang pemegang jarum. Arloji penetrasi untuk membaca penetrasi jarum. Cermin untuk membantu melihat persentuhan ujung jarum dengan permukaan benda uji. Batang pemegang jarum berat 47,5 + 0,05 gram (berat batang pemegang jarum dan jarum adalah 50,0 + 0,05 gram). Beban berat 50,0 + 0,05 gram. 2) Jarum Penetrasi (needle) Jarum penetrasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Mempunyai sertifikat dari pabrik. Terbuat dari baja tahan karat, Kelas 440 C atau setara, HRC 54 sampai 60. Mempunyai panjang +50 mm dan diameter 1,00-1,02 mm, seperti ditunjukkan pada Gambar 1b. Mempunyai ujung berbentuk kerucut terpancung bersudut 8,7 0 9,7 0 dan mempunyai ketajaman (diameter) ujung sekitar 0,14 0,16 mm. Sumbu kerujut terletak satu garis dengan sumbu badan jarum. Bagian jarum tampak pada saat terpasang mempunyai panjang sekitar mm. 3) Cawan Benda Uji (container) Cawan benda uji harus memenuhi sekurang-kuragnya persyaratan sebagai berikut: Terbuat dari logam atau gelas dan berbentuk silinder. Halaman 49
54 Mmempunyai dasar rata. Mempunyai kapasitas nominal 90 ml. Mempunyai diameter 55 mm dan tinggi 35 mm. 4) Bak Perendaman (waterbath) Bak perendaman, atau biasa disebut juga penangas, harus memenuhi sekurang-kurangnya persyaratan sebagai berikut: Dapat mempertahankan suhu pengujian (25 0 C) dengan variasi tidak lebih dari 0,1 0 C. Mempunyai tinggi sedemikian rupa sehingga rak berlubang (perforated shelf) diletakkan di dalamnya berada pada posisi tidak kurang dari 50 mm di atas dasar penangas dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air terdapat di dalam penangas. Apabila pengujian dilakukan di dalam penangas, maka penangas harus dilengkapi dengan rak kuat untuk menga penetrometer. Dilengkapi dengan termometer telah dikalibrasi. Termometer harus mempunyai skala dengan penyimpangan tidak lebih dari 0,1 0 C. Termometer harus emenuhi persyaratan ASTM E 77 seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 2. Persyaratan termometer penangas SUHU PENGUJIAN ( 0 C) JENIS TERMOMETER RENTANG PEMBACAAN ( 0 C) KEDALAMAN PENCELUPAN (mm) 25 0 dan 4 46,1 ASTM 17C ASTM 63C ASTM 64C ) Mangkuk Pemindah Wadah Benda Uji (transfer dish) Apabila digunakan, mangkuk pemindah cawan benda uji harus memenuhi sekurang-kurangnya persyaratan sebagai berikut: Terbuat dari gelas, logam, plastik, atau bahan lain. Berbentuk silinder dengan dasar rata. Dilengkapi dengan dudukan dapat menga wadah benda uji tanpa bergo. Berdiameter internal minimum 90 mm dan tinggi minimum 55 mm. 6) Pencatat Waktu (timing device) Pencatat waktu harus memenuhi sekurang-kurangnya persyaratan sebagai berikut: Untuk penetrometer dioperasikan secara manual, pengukur waktu dapat terdiri atas pengatur waktu elektrik (electric timer), stopwatch atau Halaman 50
55 +6,35 mm +50,8 mm Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi pengatur waktu jenis lain mempunyai ketelitian skala 0,1 detik untuk setiap interval waktu 60 detik. Pengatur waktu otomatis dipasang pada penetrometer harus dikalibrasi sehingga untuk setiap interval waktu pengujian mempunyai penyimpangan tidak boleh lebih dari 0,1 detik. 7) Pemanas (heater) Pemanas digunakan untuk pemanasan contoh uji, dapat terdiri atas oven, kompor gas atau kompor listrik (hot plate). ARLOJI PENETRASI 1,00 1,02 mm TOMBOL 8,7 0 9,7 0 BEBAN JARUM CERMIN DUDUKAN BENDA UJI WATERPAS 0,14 0,16 mm a. Alat uji penetrasi b. Jarum penetrasi Gambar 1. Sketsa alat penetrasi dan jarum penetrasi b. Peralatan Dan Bahan Untuk Pengujian Titik Lembek Seperti ditunjukkan pada Gambar 2, peralatan digunakan pada pengujian titik lembek aspal adalah sebagai berikut: Halaman 51
56 6,4 mm 4,4 mm 2,0 mm 4,4 mm 4,8 mm 1,6 mm Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Cincin berbahu (shouldered ring) terbuat dari kuningan dengan dimensi ditunjukkan pada Gambar 2a. Untuk pengujian ini diperlukan dua buah cincin. Pelat dudukan (base plate) harus terbuat dari bahan tidak menyerap aspal dengan tebal cukup untuk tidak mengalami deformasi, dan dengan ukuran mencukupi untuk meletakkan dua atau lebih cincin. Disamping itu, permukaan pelat dudukan harus rata agar permukaan dasar tiap cincin seluruhnya bersentuhan dengan permukaan pelat dudukan. Cincin pengarah bola (ball centering guide). Dudukan cincin (ring holder). Bola baja mempunyai diameter 3,8 mm, berat (3,50 ± 0,05) gram. Bejana gelas tahan panas berkapasitas 800 ml dengan diameter tidak kurang dari 8,5 cm. Termometer dengan rentang -2 o C sampai dengan 80 C untuk pengujian titik lembek rendah atau dengan rentang 30 o C sampai dengan 200 C untuk pengujian titik lembek tinggi. Penjepit. Kompor gas atau kompor listrik jenis lamban (low lag) dan keluaran bervariasi. Disamping peralatan disebutkan di atas, pada pengujian titik lembek digunakan juga cairan untuk merendam benda uji. Bahan tersebut adalah air suling (untuk titik lembek C), glycerene (untuk titik lembek C), atau ethylene glycol (untuk titik lembek C) ,6 mm 0,8 mm 3,2 mm 23,0 mm 19,8 mm 15,9 mm 23,0 mm 24,6 mm a. Cincin berbahu b. Cincin pengarah bola Gambar 2. Sketsa peralatan pengujian titik lembek aspal Halaman 52
57 23,8 mm Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi 76,2 mm 66,7 mm 5,6 mm 19,0 mm 5,6 mm 19,0 mm 5,6 mm c. Pemegang cincin d. Susunan peralatan pengujian Gambar 2. Sketsa peralatan pengujian titik lembek aspal (lanjutan) c. Peralatan Pengujian Daktilitas Peralatan digunakan pada pengujian daktilitas aspal terdiri atas: Cetakan (mold) Harus mempunyai desain dan dimensi seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Harus terbuat dari kuningan. Pelat dasar (base plate) Harus terbuat dari bahan tidak menyerap aspal. Harus mempunyai tebal cukup untuk tidak mengalami deformasi. Harus mempunyai ukuran mencukupi untuk meletakkan tiga cetakan. Harus mempunyai permukaan rata agar permukaan dasar tiap cetakan seluruhnya bersentuhan dengan permukaan pelat dasar. Penangas (water bath) Harus dapat mempertahankan suhu pengujian (25 0 C atau suhu lain) dengan variasi tidak lebih dari 0,1 0 C. Harus dapat menampung air tidak kurang dari 10 liter dan benda uji harus terendam pada kedalaman tidak kurang dari 10 cm. Harus memiliki rak penga (perforated shelf) benda uji terletak tidak kurang dari 5 cm dari dasar penangas. Sketsa penangas diilustrasikan pada Gambar 4. Mesin penguji (testing machine) Halaman 53
58 Harus dapat menarik benda uji dalam keadaan terendam terus pada kecepatan tetap ditentukan. Harus tidak bergetar selama pengujian berlangsung. Termometer harus memenuhi persyaratan menurut ASTM 63C mempunyai rentang suhu antara 8 0 C sampai C. Pemanas (heater) untuk pemanasan benda uji, pemanas digunakan dapat terdiri atas oven, kompor gas atau kompor listrik (hot plate). Pengupas (trimmer) dapat terdiri atas pisau dempul atau spatula mempunyai sisi pemotong tajam dan dan lebarnya tidak kurang dari 38 mm. D A B C a I b b' E a' H J F G A = 111,5-113,5 mm B = 74,5-75,5 mm C = 29,7-30,3 mm D = 6,8-7,2 mm E = 15,75-16,25 mm F = 9,9-10,1 mm G = 19,8-20,2 mm H = 42,9-43,1 mm I = 6,5-7,0 mm J = 9,9-10,1 mm a, a = bagian sisi b, b = penjepit (clip) Gambar 3. Cetakan benda uji untuk pengujian daktilitas Gambar 4. Ilustrasi penangas berisi benda uji d. Peralatan Pengujian Titik Nyala Seperti ditunjukkan pada Gambar 5, peralatan digunakan pada pengujian titik nyala aspal terdiri atas bagian utama sebagai berikut: Cawan Cleveland Open Cup cawan kuningan dengan bentuk dan dimensi seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Pemantik/penyulut dapat memberikan nyala uji dengan diameter 3,2 sampai 4,8 mm dan mempunyai jari-jari putar 152 mm. Termometer memenuhi persyaratan menurut ASTM 11C serta posisinya harus dapat diatur sedemikian rupa sehingga dasar ujung bawahnya berada Halaman 54
59 pada jarak 6,4 mm dari permukaan dasar cawan dan porosnya berada di tengah-tengah antara pusat dan tepi cawan. Pelat pemanas pelat logam untuk meletakan cawan Cleveland (lihat Gambar 7). Alat/sumber pemanas dapat terdiri atas nyala api gas atau tungku listrik, atau alat lain tidak menimbulkan asap. Penahan angin (shield) diperlukan untuk mencegah hembusan dapat mengganggu uap di atas benda uji. Rangka dudukan. JARI-JARI PUTARAN = 150 mm DIAMTER LUBANG UJUNG = 1,6-5,0-5 mm mm TERMOMETER ASTM NO. 11 C; IP 28 C DIAMETER BUTIR- BUTIR LOGAM (METAL BEAD) = 3,8-5,4 mm PEMANTIK/ PENYULUT DIAMETER MULUT = + 0,8 mm CAWAN PENGUJI PELAT PEMANAS (HEATING PLATE) JARAK DARI UJUNG TERMOMETER KE DASAR CAWAN = +6,4 mm KE SUMBER GAS PEMANAS (NYALA API ATAU PEMANAS LISTRIK) Gambar 5. Susunan peralatan pengujian titik nyala Gambar 6. Cleveland Open Cup Halaman 55
60 6,4 mm (NOMINAL) 0,5-1,0 mm 6,4 mm (NOMINAL) Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi 69,5-70,5 mm (DIAMETER NOMINAL 54,5-56,5 m (DIAMETER) 150 mm (NOMINAL) Gambar 7. Pelat pemanas e. Peralatan Pengujian Kelarutan Dengan TCE Pengujian kelarutan bitumen pada dasarnya dilakukan dengan cara meleburkan dan menyaring aspal. Peralatan digunakan untuk penyaringan pada pengujian tersebut mempunyai susunan ditunjukkan pada Gambar 8, dengan bagian-bagian utama sebagai berikut: Cawan Gooch (Gooch Crucible) bagian dalam dan luar gelas (kecuali permukaan bagian dasar) digelasir (glazed). Bagian atas Cawan Gooch mempunyai diameter sekitar 44 mm dan bagian dasar mempunyai diameter sekitar 36 mm, sedangkan tingginya adalah sekitar 28 mm. Bantalan fiber gelas (glass fiber pad) diameter 32, 35, atau 37 mm. Labu penyaring (filter flask) mempunyai dinding kuat dengan kapasitas 250 ml atau lebih dan memiliki pipa pengeluaran (side tube). Tabung penyaring (filter tube) bagian dalam berdiameter 40 mm - 42 mm. Pipa atau sambungan karet (rubber tubing atau adapter) mempunyai kegunaan untuk menahan Gelas Gooch di dalam tabung penyaring. Labu Erlenmeyer kapasitas 125 ml atau wadah lain sesuai. Oven mampu mempertahanan suhu pada 110 ± 5 0 C. Desikator mempunyai ukuran sesuai dengan kebutuhan. Timbangan analitis jenis Kelas A dan memenuhi persyaratan menurut AASHTO M 231). Pada pengujian ini, bahan digunakan untuk melarutkan aspal dalah trichloroethylene (TCE). CAWAN GOOCH TABUNG PENYARING LABU PENYARING PIPA KARET KE PENGISAP Gambar 8. Susunan peralatan penyaringan pada pengujian kelarutan aspal Halaman 56
61 4-18 mm 4-18 mm Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi f. Peralatan Dan Bahan Pengujian Berat Jenis Peralatan digunakan pada pengujian berat jenis aspal terdiri atas: Piknometer Terbuat dari gelas. Mempunyai bentuk tabung (silinder) atau konus, seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Dilengkapi dengan penutup. Mempunyai kapasitas 24 ml sampai dengan 30 ml dan berat tidak lebih dari 40 gr. Bak perendam (penangas) harus dapat mempertahankan suhu pengujian dengan dengan vareasi tidak lebih dari 0,1 0 C. Termometer Terbuat dari gelas. Harus sudah dikalibrasi dan mempunyai kesalahan pembacaan tidak lebih dari 0,1 0 C. Umumnya digunakan termometer ASTM 63C sesuai ASTM E1 atau termometer lain setara. Timbangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 231 kelas B. Gelas kimia mempunyai volume sekurang-kurangnya 600 ml. Untuk pengujian berat jenis aspal dperlukan juga air suling. 1-2 mm 1-2 mm mm mm a. Piknometer bentuk silinder b. Piknometer bentuk konus Gambar 9. Sketsa piknometer untuk pengujian berat jenis aspal Halaman 57
62 g. Peralatan Pengujian Kehilangan Berat Dengan Cara A (Thin Film Open Test) Peralatan digunakan pada pengujian kehilangan berat aspal terdiri atas: Oven dilengkapi pengatur suhu sampai 180 0,1 0 C serta rak dapat berputar dengan kecepatan 5-6 putaran per menit, tergantung dengan poros vertikal pada oven (lihat Gambar 10). Neraca analitis kapasitas 200 0,001 gram. Piring/cawan baja tahan karat atau aluminium berbentuk silinder dengan dasar rata; bagian internal mempunyai diameter 140 mm, tinggi 9,5 mm dan tebal 0,64 0,76 mm. Termometer ASTM 13C atau setara memiliki rentang skala antara155 sampai dengan C. a. Oven b. Piringan/cawan baja Gambar 10. Peralatan pengujian kehilangan berat aspal TFOT h. Peralatan Pengujian Penetrasi Aspal Setelah Kehilangan Berat Peralatan digunakan pada pengujian penetrasi aspal setelah kehilangan berat adalah sama dengan peralatan digunakan pada pengujian penetrasi aspal disebutkan pada Huruf a di atas Penyiapan Aspal Untuk Pengujian a. Ketentuan umum Penyiapan aspal untuk pengujian, atau biasanya disebut pengambilan contoh aspal, merupakan kegiatan tidak terpisahkan dari pengujian untuk mencapai tujuan disebutkan pada Angka Hal tersebut dikarenakan pengujian dilakukan terhadap benda uji berasal dari contoh Halaman 58
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.002.02 BUKU KERJA KEMENTERIAN
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.001.02 BUKU KERJA
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INDIKATOR -INDIKATOR UNJUK KERJA UNTUK PENYUSUNAN KURIKULUM PELATIHAN
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INDIKATOR INDIKATOR UNJUK KERJA UNTUK PENYUSUNAN KURIKULUM PELATIHAN Judul Pelatihan : TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL Sub Sektor/ Bidang Pekerjaan : Sipil / Jalan Raya
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL FORMULA CAMPURAN KERJA BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL AGREGAT KASAR KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.008.02
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.001.02 BUKU PENILAIAN
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MELAKUKAN PENGUJIAN MATERIAL AGREGAT HALUS KODE UNIT KOMPETENSI F.45.TLBA.02.004.02
Lebih terperinciCara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)
Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin
Lebih terperinciSpesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak
Lebih terperinciIdentifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...
Lebih terperinciCara uji berat jenis aspal keras
Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh
Lebih terperinciJOB SHEET PRATIKUM KONSTRUKSI JALAN
JOB SHEET PRATIKUM KONSTRUKSI JALAN Disusun oleh: JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN 2013 i KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga
Lebih terperinciKode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU PENILAIAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciCara uji daktilitas aspal
Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi
Lebih terperinciPERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR
Lebih terperinciCara uji kelarutan aspal
Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian
Lebih terperinciCara uji penetrasi aspal
SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI F45.TLBA.01.002.02
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Daftar Isi... 1
BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. perihal pengaruh panjang serabut kelapa sebagai bahan modifier pada campuran
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 UMUM Metodologi penelitian pada penelitian ini merupakan serangkaian penelitian perihal pengaruh panjang serabut kelapa sebagai bahan modifier pada campuran beraspal yang
Lebih terperinciGambar 4.1. Bagan Alir Penelitian
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Bagan alir dibawah ini adalah tahapan penelitian di laboratorium secara umum untuk pemeriksaan bahan yang di gunakan pada penentuan uji Marshall. Mulai
Lebih terperinciPENGARUH PROSES PEMANASAN PADA ASPAL. M.T. Gunawan Mahasiswa Doktor Teknik Sipil Undip Semarang. Abstrak 2.
PENGARUH PROSES PEMANASAN PADA ASPAL M.T. Gunawan Mahasiswa Doktor Teknik Sipil Undip Semarang. Email : sipilunidayan@yahoo.com Abstrak semen atau biasa disebut aspal keras bersifat mengikat agregat pada
Lebih terperinciPEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL (RING AND BALL TEST) (PA ) (AASHTO-T53-74) (ASTM-D36-69)
(PA-0302-76) (AASHTO-T53-74) (ASTM-D36-69) 1. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan ini untuk menentukan angka titik lembek aspal yang berkisar dari 30⁰C sampai dengan 157⁰C dengan cara ring and ball. Titik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan
BAB III METODE PENELITIAN Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI Studi Pustaka Persiapan Alat dan Bahan Agregat Aspal Pen 60/70 Filler Semen Serbuk Kaca Lolos Saringan No.200 Abu Sekam
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERAPIAN DAN PEMELIHARAAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan selama penelitian di laboratorium adalah sebagai berikut:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian melalui uji marshall dan uji perendaman serta analisa terhadap hasil pengujian di laboorataorium
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari masing - masing
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Program Kerja Uji Laboratorium Bagan alir yang dipergunakan untuk kelancaran dari program penelitian ini dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-
41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Pengujian Material 1. Agregat Kasar dan Steel Slag Agregat kasar merupakan agregat yang tertahan diatas saringan 2.36 mm (No.8), menurut saringan ASTM. a. Berat Jenis Curah
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP
SNI 06-2433-1991 METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan and pegangan dalam pelaksanaan pengujian
Lebih terperinciFoto Alat. Pengujian Marshall
Foto Alat Pengujian Marshall Oven Neraca Cawan Dongkrak Slinder Cincin Bak Pemanas Alat Uji Marshall Termometer Saringan Satu Set Ayakan dan Alat Penggetar Keranjang Timbang Dalam Air Timbangan Digital
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT PPP DPU DKI Jakarta, Jakarta Timur dengan menggunakan system pencampuran aspal hangat dengan panduan metode
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal
Lebih terperinciPenelitian ini menggunakan tiga macam variasi jumlah tumbukan dan
BABV METODE PENELITIAN 5.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga macam variasi jumlah tumbukan dan secara nngkas dapat dijelaskan pada Gambar 5.1 berikut mi : AGREGAT I ASPAL AC 60/70
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran
Lebih terperinciLAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 196 TAHUN 2013 TENTANG
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 196 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, pemeriksaan terhadap spesifikasi, penentuan rencana campuran (mix design), pembuatan benda
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.
31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam
Lebih terperinciIdentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan BUKU
Lebih terperinciCara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol
Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...
Lebih terperinciBAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian
BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, pemeriksaan terhadap spesifikasi, penentuan rencana campuran (mix design),
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Perkerasan Jalan Teknik Sipil Universitas Mercu Buana. Hasil pengujian ini dibandingkan dengan kriteria dan spesifikasi SNI.
Lebih terperincioptimum pada KAO, tahap III dibuat model campuran beton aspal dengan limbah
BAB V METODE PENELITIAN 5.1. Cara Penelitian Penelitian dilakukan dengan tiga tahap. tahap pertama untuk mencari kadar aspal optimum (KAO), tahap II untuk mencari kadar limbah batu baterai (Magan) optimum
Lebih terperinci3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam
BAB V METODE PENELITIAN 5.1 Lokasi, Bahan, Dan Alat Penelitian 5.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas
Lebih terperinciPenyamaan Persepsi Tim Perencana
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Penyamaan Persepsi Tim Perencana BUKU INFORMASI KEMENTERIAN
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Aspal Pengujian Agregat Pengujian filler Syarat Bahan Dasar Tidak Memenuhi Uji Marshall
Lebih terperinciBAB 3 METOTOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METOTOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan
Lebih terperinciSpesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MENGHITUNG VOLUME HASIL PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...
Lebih terperinciCara uji kelarutan aspal
Cara uji kelarutan aspal 1 Ruang lingkup Cara uji kelarutan aspal secara khusus menguraikan alat dan bahan yang digunakan serta prosedur kerja untuk mendapatkan hasil kelarutan aspal. Cara uji ini dilakukan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Sebelum melakukan suatu penelitian, maka perlu adanya perencanaan dalam penelitian. Pelaksanaan pengujian dilakukan secara bertahap, yaitu pemeriksaan
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN PARTIKEL RINGAN DALAM AGREGAT
METODE PENGUJIAN PARTIKEL RINGAN DALAM AGREGAT SNI 03-3416-1994 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam melakukan pengujian partikel ringan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan
Lebih terperinciCara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluks gelas
Standar Nasional Indonesia Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluks gelas ICS Badan Standardisasi Nasional B SN Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...
Lebih terperinci(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)
(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal) LABORATORIUM INTI JALAN RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMPUNG Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Jurusan PEMERIKSAAN
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1
DAFTAR ISI Kata Pengantar.... Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK). 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan..... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN ASPAL
METODE PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN ASPAL BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian daktilitas bahan aspal.
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERSIAPAN KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PLPB 02
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan
Lebih terperinciSpesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian melalui uji marshall dan uji perendaman serta analisa terhadap hasil pengujian di laboratorium
Lebih terperinciBIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT PAM.MM03.002.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN
Lebih terperincidahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar
BABV CARA PENELITIAN Tempat yang digunakan didalam penelitian ini adalah di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium
Lebih terperinciPemeriksaan BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR. Penanggung Jawab. Iman Basuki
Alamat Jalan Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY, 55183 Lampiran 1 BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR Berat Jenis Hasil Keterangan A B Rata-Rata satuan Berat benda uji kering oven Bk
Lebih terperinciPERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI
38 PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI Aidil Putra 1), Rika Sylviana 2), Anita Setyowati Srie Gunarti
Lebih terperinciBIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN KADAR RESIDU ASPAL EMULSI DENGAN PENYULINGAN
METODE PENGUJIAN KADAR RESIDU ASPAL EMULSI DENGAN PENYULINGAN SN I 03-3642-1994 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam melakukan pengujian
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Perkerasan Jalan Teknik Sipil Universitas Mercubuana. Hasil pengujian ini dibandingkan dengan kriteria dan spesifikasi SNI.
Lebih terperinciCara uji penyulingan aspal cair
Standar Nasional Indonesia Cara uji penyulingan aspal cair ICS 91.100.15; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BB III LNDSN TEORI. Metode Pengujian gregat dapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam pengujian material yaitu mengacu pada spesifikasi Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 3) sebagai berikut: 1. gregat
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. pemeriksaan mutu bahan yang berupa serat ijuk, agregat dan aspal, perencanaan
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahap, mulai dari persiapan, pemeriksaan mutu bahan yang berupa serat ijuk, agregat dan aspal, perencanaan campuran sampai
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI
METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN
Lebih terperinciPemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Pemeriksaan Hasil Kompilasi Pengolahan Data BUKU INFORMASI
Lebih terperinciMetode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)
Standar Nasional Indonesia SNI ASTM D6934:2012 Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D 6934 04, IDT) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.
Lebih terperinciStudi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Sebagian Aspal Shell Pen 60
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Sebagian Aspal Shell Pen 60 MOHAMAD MUKI
Lebih terperinci