MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI

2 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Penjelasan Materi Pelatihan Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertian-pengertian / Istilah... 4 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Standar Kompetensi Unit Kompetensi yang Dipelajari... 6 BAB III STRATE GI DAN METODE PELATIHAN Strate gi Pelatihan Metode Pelatihan Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan BAB IV PENGOPERASIAN BETON SIAP PAKAI Umum Persiapan Operasi Teknik Menghidupkan Concrete pump Pemompaan Beton Segar Pengawasan Kinerja Concrete pump BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Kepustakaan () Peralatan/Mesin dan Bahan Halaman: 1 dari 55

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Pelatihan berbasis kompetensi. Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja Kompeten ditempat kerja. Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat dijadikan panduan pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi yang lebih menekankan kepada peran aktif peserta pelatihan dalam meningkatkan seluruh aspek kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri. 1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. 2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih Isi Materi Pelatihan 1) Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. 2) Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. Halaman: 2 dari 55

4 c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja. 3) Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. e. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Penerapan Materi Pelatihan 1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: a. Menyediakan yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. c. Menggunakan sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja. 2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah: a. Menggunakan sebagai sumber utama pelatihan. b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja. d. Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja. e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih Pengakuan Kompetensi Terkini Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan Persyaratan Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena telah: 1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau 2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau Halaman: 3 dari 55

5 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama Pengertian-Pengertian / Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Halaman: 4 dari 55

6 1.4.9 Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional. Halaman: 5 dari 55

7 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1. Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Operator Mesin Pencampur Aspal yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Mengoperasikan Pemompaan Beton Segar (Siap Pakai) - Kode Unit, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja; Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L); Pemeliharaan Harian Concrete Pump; Mobilisasi Pompa Beton; Teknik Penempatan Unit Concrete Pump; Trouble Shooting; Kegiatan Akhir Pengoperasian Concrete Pump Pengertian Standar Kompetensi Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu Unit kompetensi yang akan dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Mengoperasikan segar (siap pakai) Durasi / waktu pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu Kesempatan untuk menjadi kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. Halaman: 6 dari 55

8 memeriksa kemajuan peserta pelatihan. menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal Pengoperasian Beton Siap Pakai Judul Unit : Mengoperasikan Pemompaan Beton Segar (Siap Pakai) Kode Unit : Deskripsi Unit Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam mengoperasikan segar (siap pakai) Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 1. Melakukan persiapan operasi 1.1 Prosedur pengoperasian peralatan diidentifikasi sesuai buku manual. 1.2 Pipa penyalur, seal dan klem pengikatnya diperiksa sebelum pengoperasian concrete pump. 1.3 Pipa lapangan (conveying pipe) dipasang sesuai prosedur. 2. Menghidupkan concrete pump 3. Memompa segar (siap pakai) 4. Mengawasi kinerja concrete pump selama operasi 2.1 Engine dihidupkan sesuai dengan prosedur. 2.2 Putaran Engine diatur sesuai tekanan pompa yang dibutuhkan. 2.3 Sistim hidrolik diaktifkan untuk mengoperasikan concrete pump. 2.4 Tekanan sistim hidrolik diperiksa sesuai prosedur. 3.1 Komunikasi dengan pelaksana pengecoran dilakukan. 3.2 Koordinasi dengan teknisi laboratorium dilakukan sebelum penuangan segar ke hopper/bucket concrete pump. 3.3 Pelumasan pipa penyalur dilakukan dengan campuran air, semen dan pasir (mortar). 3.4 Pipa fleksibel diarahkan ke tempat pengecoran dengan mengatur posisi distributor boom. 3.5 Concrete pump dioperasikan sesuai prosedur. 3.6 Koordinasi pengoperasian concrete pump dilakukan dengan operator truck mixer terkait dengan pengiriman segar. 4.1 Tekanan kerja pompa dipantau selama operasi untuk mengetahui kondisi tekanan kerja. 4.2 Tindakan koreksi dilakukan ketika terjadi kelainan tekanan kerja pompa. 4.3 Indikator operasional pada control panel dipantau Halaman: 7 dari 55

9 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) untuk memastikan alat berfungsi dengan baik. 4.4 Pengisian segar (siap pakai) kedalam agitator hopper dipantau kecukupannya. 4.5 Tindakan yang tepat dilakukan sesuai prosedur bila terjadi kelainan. 4.6 Hasil kegiatan pengoperasian concrete pump dicatat Batasan Variabel a. Kontek Variabel 1) Unit kompetensi ini diterapkan dalam kelompok kerja atau individual untuk menyelesaikan pekerjaan pengoperasian segar (siap pakai) di tempat pengecoran; 2) Unit kompetensi ini diterapkan di tempat kerja dengan dukungan ketersediaan peralatan pompa dalam kondisi baik dan lapangan yang telah disiapkan sebelumnya; 3) Unit kompetensi ini berlaku untuk concrete pump type boom / truck mounted dan diterapkan dalam kondisi lingkungan yang mendukung. b. Perlengkapan yang diperlukan 1) Alat: a) Concrete pump, siap operasi pada tempatnya; b) Alat Pelindung Diri (APD); c) Alat Pengaman Kerja (APK). 2) Bahan: a) Surat Perintah Kerja; b) Beton segar (siap pakai) yang dapat dipompa (pumpable concrete) yang dipasok dengan truck mixer; c) Mortar pelumas pipa penyalur ; d) Bola busa (sponge ball); e) Bahan bakar; f) Pelumas; g) Buku petunjuk pemeliharaan dan pengoperasian concrete pump; c. Tugas-tugas yang harus dilakukan : 1) Melakukan persiapan operasi; 2) Menghidupkan concrete pump; 3) Memompa segar (siap pakai); 4) Mengawasi kinerja concrete pump selama operasi. d. Peraturan-peraturan yang diperlukan 1) Undang-undang tentang Keselamatan Kerja dan peraturan lainnya terkait dengan keselamatan kerja; Halaman: 8 dari 55

10 2) Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan lainnya terkait dengan pencegahan pencemaran lingkungan; 3) Pedoman Pemeliharaan dan Pengoperasian (Operation and Maintenance Manual) Concrete pump. 4) Prosedur Operasi Standar (SOP) Perusahaan; Panduan Penilaian a. Penjelasan Pengujian 1) Prosedur penilaian Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja dengan menggunakan metode uji yang tepat untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. 2) Tempat Lokasi kerja atau tempat pelatihan (training ground) yang memenuhi syarat. 3) Penguasaan unit kompetensi sebelumnya : FKK.CP : Melakukan Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja; FKK.CP : Menerapkan Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Pengendalian Dampak Lingkungan di Tempat Kerja; FKK.CP : Melakukan Pemeliharaan Harian Sebelum Operasi; FKK.CP : Melakukan Mobilisasi Peralatan ke Lokasi Proyek; FKK.CP : Menempatkan Unit Concrete pump di Tempat Pemompaan Beton 4) Keterkaitan dengan kompetensi lain: FKK.CP : Melakukan Perbaikan Gangguan (Trouble Shooting) Pemompaan Beton; FKK.CP : Melakukan Kegiatan Akhir Pengoperasian Concrete pump. b. Kondisi Pengujian 1) Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan pemeriksaan dan pemasanan pipa lapangan, menghidupkan concrete pump, memompa segar, mengawasi kinerja concrete pump dan membuat bahan laporan pengoperasian alat, sebagai bagian dari pekerjaan pengoperasian concrete pump; 2) Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tertulis, demonstrasi/praktek; Halaman: 9 dari 55

11 3) Penilaian dapat dilaksanakan secara simulasi di tempat pelatihan (training ground) dan atau di tempat kerja. c. Pengetahuan yang diperlukan: 1) Komunkasi 2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); 3) Struktur dan fungsi komponen utama concrete pump; 4) Pengetahuan spesifikasi concrete pump; 5) Pengetahuan mutu dan spesifikasinya; 6) Teknik ; 7) Sistem pelaporan. d. Keterampilan yang dibutuhkan : 1) Menerapkan K3 dan LH selama mengoperasikan concrete pump; 2) Melakukan persiapan pekerjaan dan persiapan pengoperasian concrete pump; 3) Melakukan pelumasan pipa penyalur dengan campuran mortar; 4) Melakukan segar keposisi pengecoran; 5) Melakukan pemantauan kinerja concrete pump selama pengoperasian; 6) Membuat laporan pengoperasian. e. Aspek Kritis 1) Kecermatan menginterpretasikan buku manual operasi concrete pump; 2) Kedisiplinan untuk menerapkan K3LH 3) Kedisiplinan dan ketelitian dalam melakukan persiapan pengoperasian concrete pump; 4) Kedisiplinan dan ketelitian dalam pemasangan pipa lapangan (conveying pipe) sesuai prosedur; 5) Kecermatan dalam mengoperasikan sesuai prosedur. 6) Ketelitian dalam memantau kinerja concrete pump; 7) Ketegasan dalam mengambil tindakan bila ada kelainan dalam pemantauan kinerja concrete pump; 8) Kemampuan dan kedisiplinan dalam membuat laporan pada form standar Kompetensi Kunci No Kompetensi Kunci Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan 2 informasi 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 2 Halaman: 10 dari 55

12 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1. Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan / perencanaan a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. d. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan Permulaan dari proses pembelajaran a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat pada tahap belajar. b. Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki Pengamatan terhadap tugas praktik a. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. b. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan Implementasi a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman. b. Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktik. c. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah diperoleh Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan 3.2. Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses Halaman: 11 dari 55

13 belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar Belajar Berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan penjelasan tentang penyusunan strate gi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode pelatihan yang disarankan, media yang digunakan, session plan, dan strate gi penilaian dari setiap penugasan yang diberikan kepada seorang peserta pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strate gis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan: Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 1 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Mengoperasikan Pemompaan Beton Segar (Siap Pakai) : Melakukan persiapan operasi Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Prosedur pengoperasian peralatan diidentifikasi sesuai buku manual 1) Mampu menyiapkan buku manual / referensi sesuai pompa yang dioperasikan 2) Dapat menjelaskan prosedur dengan benar 3) Harus mampu memastikan APD, APK dan ramburambu K3 telah dipakai dan dipasang Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengidentifika si Prosedur pengoperasian peralatan sesuai buku manual 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Menjelaskan cara menyiapkan buku manual / referensi sesuai pompa yang dioperasikan 2. Menjelaskan prosedur dengan benar 3. Menjelaskan langkah memastikan APD, APK dan ramburambu K3 telah dipakai dan dipasang 4. Diskusi kelompok menyiapkan buku manual / referensi sesuai pompa yang dioperasikan prosedur dengan benar memastikan APD, 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 15* Halaman: 12 dari 55

14 APK dan ramburambu K3 telah dipakai dan dipasang 5. Peragaan memastikan APD, APK dan ramburambu K3 telah dipakai dan 15** 1.2 Pipa penyalur, seal dan klem pengikatnya diperiksa sebelum pengoperasian concrete pump 1) Dapat menjelaskan prosedur pemeriksaan pipa penyalur, seal dan klem pengikatnya 2) Harus mampu memeriksa pipa penyalur sesuai prosedur 3) Mampu memeriksa seal dan klem sambungan pipa penyalur sesuai prosedur 1.3 Pipa lapangan (conveying pipe) dipasang sesuai prosedur. 1) Dapat menjelaskan prosedur pemasangan pipa lapangan 2) Mampu menentukan jalur pipa lapangan (conveying pipe) yang aman 3) Mampu memasang pipa lapangan (conveying pipe) sesuai prosedur Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa Pipa penyalur, seal dan klem pengikatnya sebelum pengoperasian concrete pump Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memasang Pipa lapangan (conveying pipe) sesuai prosedur. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik dipasang 1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan pipa penyalur, seal dan klem pengikatnya 2. Menjelaskan cara memeriksa pipa penyalur sesuai prosedur 3. Menjelaskan dan cara memeriksa seal dan klem sambungan pipa penyalur sesuai prosedur 4. Diskusi kelompok prosedur pemeriksaan pipa penyalur, seal dan klem pengikatnya memeriksa pipa penyalur sesuai prosedur memeriksa seal dan klem sambungan pipa penyalur sesuai prosedur 5. Peragaan memeriksa pipa penyalur sesuai prosedur memeriksa seal dan klem sambungan pipa penyalur sesuai prosedur 1. Menjelaskan prosedur pemasangan pipa lapangan 2. Menjelaskan cara menentukan jalur pipa lapangan (conveying pipe) yang aman 3. Menjelaskan dan cara memasang pipa lapangan (conveying pipe) sesuai prosedur 4. Diskusi kelompok prosedur pemasangan pipa lapangan menentukan jalur pipa lapangan (conveying pipe) 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 15* 15** 5 15* Halaman: 13 dari 55

15 yang aman memasang pipa lapangan (conveying pipe) sesuai prosedur 5. Peragaan menentukan jalur pipa lapangan (conveying pipe) yang aman memasang pipa lapangan (conveying pipe) sesuai prosedur 15** Diskusi kelompok: menyiapkan buku manual / referensi sesuai pompa yang dioperasikan prosedur dengan benar prosedur pemeriksaan pipa penyalur, seal dan klem pengikatnya prosedur pemasangan pipa lapangan Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 1.1 s.d KUK 1.3, dibimbing langsung oleh Instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta. Pelaksanaan praktik: memastikan APD, APK dan rambu-rambu K3 telah dipakai dan dipasang memeriksa pipa penyalur memeriksa seal dan klem sambungan pipa menentukan jalur pipa lapangan (conveying pipe) yang aman memasang pipa lapangan (conveying pipe) Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 1.1 s.d KUK 1.3, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur Elemen Kompetensi 2 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Menghidupkan concrete pump Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Engine dihidupkan sesuai dengan prosedur. 1) Dapat menjelaskan prosedur menghidupkan Engine 2) Harus mampu memeriksa kecukupan /level pelumas, bahan bakar, bahan pendingin dan air accu sesuai prosedur 3) Mampu memutar starter switch hingga Engine hidup Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat menghidupkan Engine sesuai dengan prosedur. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Menjelaskan prosedur menghidupkan Engine 2. Menjelaskan cara memeriksa kecukupan /level pelumas, bahan bakar, bahan pendingin dan air accu sesuai prosedur 3. Menjelaskan dan cara memutar starter switch hingga Engine hidup 4. Diskusi kelompok prosedur menghidupkan Engine memeriksa kecukupan /level pelumas, bahan bakar, bahan pendingin dan air accu sesuai prosedur memutar starter switch hingga Engine hidup 5. Peragaan memeriksa 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 15* 15** Halaman: 14 dari 55

16 kecukupan /level pelumas, bahan bakar, bahan pendingin dan air accu sesuai prosedur memutar starter switch hingga Engine hidup 2.2 Putaran Engine diatur sesuai tekanan pompa yang dibutuhkan. 1) Dapat menjelaskan prosedur pengaturan putaran Engine 2) Dapat menunjukkan tuas kendali dan tombol untuk pengoperasian concrete pump 3) Harus mampu membaca indikator-indikator yang terdapat pada panel kontrol 4) Mampu memastikan bahwa Engine telah dipanaskan dengan benar 5) Harus mampu mengatur putaran Engine sesuai prosedur Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengatur Putaran Engine sesuai tekanan pompa yang dibutuhkan. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Menjelaskan prosedur pengaturan putaran Engine 2. Menjelaskan cara menunjukkan tuas kendali dan tombol untuk pengoperasian concrete pump 3. Menjelaskan dan cara membaca indikator-indikator yang terdapat pada panel kontrol 4. Menjelaskan langkah memastikan bahwa Engine telah dipanaskan dengan benar 5. Menjelaskan dan cara mengatur putaran Engine sesuai prosedur 6. Diskusi kelompok prosedur pengaturan putaran Engine menunjukkan tuas kendali dan tombol untuk pengoperasian concrete pump membaca indikator-indikator yang terdapat pada panel kontrol memastikan bahwa Engine telah dipanaskan dengan benar mengatur putaran Engine sesuai prosedur 7. Peragaan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 20* 15** menunjukkan tuas kendali dan tombol untuk pengoperasian concrete pump membaca indikator-indikator yang terdapat pada panel kontrol memastikan bahwa Engine telah dipanaskan dengan benar mengatur putaran Engine sesuai prosedur 2.3 Sistim hidrolik Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan dan 1. Buku 5 Halaman: 15 dari 55

17 diaktifkan untuk mengoperasikan concrete pump. 1) Harus mampu mengatur transfer shift gearbox untuk menjalankan hydraulic pump 2) Mampu memanaskan sistim hidrolik sesuai prosedur 3) Harus mampu memastikan temperatur minyak hidrolik sudah mencapai temperatur kerja pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengaktifkan Sistim hidrolik untuk mengoperasik an concrete pump. 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik cara mengatur transfer shift gearbox untuk menjalankan hydraulic pump 2. Menjelaskan cara memanaskan sistim hidrolik sesuai prosedur 3. Menjelaskan dan cara memastikan temperatur minyak hidrolik sudah mencapai temperatur kerja 4. Diskusi kelompok mengatur transfer shift gearbox untuk menjalankan hydraulic pump memanaskan sistim hidrolik sesuai prosedur memastikan temperatur minyak hidrolik sudah mencapai temperatur kerja 5. Peragaan mengatur transfer shift gearbox untuk menjalankan hydraulic pump memanaskan sistim hidrolik sesuai prosedur memastikan temperatur minyak hidrolik sudah mencapai Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 20* 15** 2.4 Tekanan sistim hidrolik diperiksa sesuai prosedur. 1) Dapat mengidentifikasi spesifikasi teknik concrete pump terkait dengan tekanan hidrolik dan jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu 2) Mampu menjalankan piston dengan tuas kendali yang benar 3) Harus mampu meningkatkan putaran Engine sampai spesifikasi tekanan hidrolik yang ditentukan 4) Harus mampu mengamati jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu pada putaran tertentu Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa Tekanan sistim hidrolik sesuai prosedur. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik temperatur kerja 1. Menjelaskan cara mengidentifikasi spesifikasi teknik concrete pump terkait dengan tekanan hidrolik dan jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu 2. Menjelaskan cara menjalankan piston dengan tuas kendali yang benar 3. Menjelaskan dan cara meningkatkan putaran Engine sampai spesifikasi tekanan hidrolik yang ditentukan 4. Menjelaskan dan cara mengamati jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu pada putaran tertentu 5. Menjelaskan dan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 Halaman: 16 dari 55

18 ) Harus mampu menganalisis kinerja pompa terkait dengan tekanan hidrolik dan jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu cara menganalisis kinerja pompa terkait dengan tekanan hidrolik dan jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu 6. Diskusi kelompok mengidentifikasi spesifikasi teknik concrete pump terkait dengan tekanan hidrolik dan jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu menjalankan piston dengan tuas kendali yang benar meningkatkan putaran Engine sampai spesifikasi tekanan hidrolik yang ditentukan mengamati jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu pada putaran tertentu menganalisis kinerja pompa terkait dengan tekanan hidrolik dan jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu 7. Peragaan menjalankan piston dengan tuas kendali yang benar meningkatkan putaran Engine sampai spesifikasi tekanan hidrolik yang ditentukan mengamati jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu pada putaran tertentu menganalisis kinerja pompa terkait dengan tekanan hidrolik dan jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu 20* 15** Diskusi kelompok: prosedur menghidupkan Engine prosedur pengaturan putaran Engine tuas kendali dan tombol untuk pengoperasian concrete pump identifikasi spesifikasi teknik concrete pump terkait dengan tekanan hidrolik dan jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 2.1 s.d KUK 2.4, dibimbing langsung oleh Instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta. 75 Halaman: 17 dari 55

19 Pelaksanaan praktik: memeriksa kecukupan /level pelumas, bahan bakar, bahan pendingin dan air accu memutar starter switch hingga Engine hidup membaca indikator-indikator yang terdapat pada panel kontrol memastikan bahwa Engine telah dipanaskan dengan benar mengatur putaran Engine sesuai prosedur mengatur transfer shift gearbox untuk menjalankan hydraulic pump memanaskan sistim hidrolik sesuai prosedur memastikan temperatur minyak hidrolik sudah mencapai temperatur kerja menjalankan piston dengan tuas kendali yang benar meningkatkan putaran Engine sampai spesifikasi tekanan hidrolik yang ditentukan mengamati jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu pada putaran tertentu menganalisis kinerja pompa terkait dengan tekanan hidrolik dan jumlah langkah (stroke) piston pompa per satuan waktu Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 2.1 s.d KUK 2.4, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur Elemen Kompetensi 3 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Memompa segar (siap pakai) Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan 75 Jam Pelajaran Indikatif Komunikasi dengan pelaksana pengecoran dilakukan 1) Dapat menjelaskan prosedur pengecoran dengan concrete pump sesuai SOP 2) Mampu mengenali personil pelaksana pengecoran yang berwenang 3) Harus mampu berkomunikasi dengan pelaksana pengecoran terkait pekerjaan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat melakukan Komunikasi dengan pelaksana pengecoran 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Menjelaskan prosedur pengecoran dengan concrete pump sesuai SOP 2. Menjelaskan cara mengenali personil pelaksana pengecoran yang berwenang 3. Menjelaskan dan cara berkomunikasi dengan pelaksana pengecoran terkait pekerjaan 4. Diskusi kelompok prosedur pengecoran dengan concrete pump sesuai SOP mengenali personil pelaksana pengecoran yang berwenang berkomunikasi dengan pelaksana pengecoran terkait pekerjaan 5. Peragaan mengenali personil pelaksana pengecoran yang berwenang berkomunikasi dengan pelaksana pengecoran terkait pekerjaan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 15* 15** 3.2 Koordinasi dengan teknisi laboratorium dilakukan sebelum penuangan segar ke hopper/ Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat melakukan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pengawasan mutu 2. Menjelaskan cara 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 5 Halaman: 18 dari 55

20 agitator concrete pump 1) Dapat menjelaskan prosedur pengawasan mutu 2) Mampu mengenali personil teknisi laboratorium pengecoran yang berwenang 3) Harus mampu berkoordinasi dengan teknisi laboratorium terkait pekerjaan Koordinasi dengan teknisi laboratorium sebelum penuangan segar ke hopper/ agitator concrete pump 4. Praktik mengenali personil teknisi laboratorium pengecoran yang berwenang 3. Menjelaskan dan cara berkoordinasi dengan teknisi laboratorium terkait pekerjaan 4. Diskusi kelompok prosedur pengawasan mutu mengenali personil teknisi laboratorium pengecoran yang berwenang berkoordinasi dengan teknisi laboratorium terkait pekerjaan 5. Peragaan mengenali personil teknisi laboratorium pengecoran yang berwenang berkoordinasi dengan teknisi laboratorium terkait pekerjaan 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 15* 15** 3.3 Pelumasan pipa penyalur dilakukan dengan campuran air, semen dan pasir (mortar). 1) Dapat menjelaskan prosedur pelumasan pipa penyalur 2) Mampu menjalankan agitator hopper dengan tuas kendali yang benar 3) Mampu menjalankan piston pompa atau sliding valve dengan tuas kendali yang benar 4) Mampu membuat campuran air, semen dan pasir (mortar) untuk pelumasan pipa 5) Harus mampu melakukan pelumasan pipa penyalur dengan menggunakan mortar, bola busa (sponge ball) dan gerakan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat melakukan Pelumasan pipa penyalur dengan campuran air, semen dan pasir (mortar). 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Menjelaskan prosedur pelumasan pipa penyalur 2. Menjelaskan cara menjalankan agitator hopper dengan tuas kendali yang benar 3. Menjelaskan dan cara menjalankan piston pompa atau sliding valve dengan tuas kendali yang benar 4. Menjelaskan langkah membuat campuran air, semen dan pasir (mortar) untuk pelumasan pipa 5. Menjelaskan dan cara melakukan pelumasan pipa penyalur dengan menggunakan mortar, bola busa (sponge ball) dan gerakan pemompaan dari piston concrete pump 6. Diskusi kelompok prosedur pelumasan pipa 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 15* Halaman: 19 dari 55

21 dari piston concrete pump penyalur menjalankan agitator hopper dengan tuas kendali yang benar menjalankan piston pompa atau sliding valve dengan tuas kendali yang benar membuat campuran air, semen dan pasir (mortar) untuk pelumasan pipa melakukan pelumasan pipa penyalur dengan menggunakan mortar, bola busa (sponge ball) dan gerakan dari piston concrete pump 7. Peragaan menjalankan agitator hopper dengan tuas kendali yang benar menjalankan piston pompa atau sliding valve dengan tuas kendali yang benar membuat campuran air, semen dan pasir (mortar) untuk pelumasan pipa melakukan pelumasan pipa penyalur dengan menggunakan mortar, bola busa (sponge ball) dan gerakan dari piston 15** 3.4 Pipa fleksibel diarahkan ke tempat pengecoran dengan mengatur posisi distributor boom. 1) Dapat menjelaskan tempat penumpahan segar yang akan dipompa 2) Mampu mengarahkan ujung pipa flexible (flexible hose) ketempat pengecoran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengarahkan Pipa fleksibel ke tempat pengecoran dengan mengatur posisi distributor boom. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik concrete pump 1. Menjelaskan tempat penumpahan segar yang akan dipompa 2. Menjelaskan cara mengarahkan ujung pipa flexible (flexible hose) ketempat pengecoran dengan mengatur posisi distributor boom 3. Menjelaskan dan cara memastikan bisa melakukan komunikasi dengan tukang cor terkait 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 Halaman: 20 dari 55

22 dengan mengatur posisi distributor boom 3) Harus mampu memastikan bisa melakukan komunikasi dengan tukang cor terkait arah dan kecepatan arah dan kecepatan 4. Diskusi kelompok tempat penumpahan segar yang akan dipompa mengarahkan ujung pipa flexible (flexible hose) ketempat pengecoran dengan mengatur posisi distributor boom memastikan bisa melakukan komunikasi dengan tukang cor terkait arah dan kecepatan 5. Peragaan mengarahkan ujung pipa flexible (flexible hose) ketempat pengecoran dengan mengatur posisi distributor boom memastikan bisa melakukan komunikasi dengan tukang cor terkait arah dan kecepatan 15* 15** 3.5 Concrete pump dioperasikan sesuai prosedur. 1) Dapat memastikan segar yang dapat dipompa (pumpable concrete) sudah siap ditumpahkan dari truck mixer ke agitator hopper 2) Mampu memastikan mutu dan slump segar dalam batas kemampuan kinerja pompa. 3) Harus mampu mengatur langkah gerakan piston pompa yang dikehendaki 4) Mampu berkoordinasi dengan operator truck mixer terkait penumpahan segar dari truck mixer ke agitator hopper 5) Harus mampu menjalankan agitator hopper Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengoperasik an Concrete pump sesuai prosedur 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Menjelaskan cara memastikan segar yang dapat dipompa (pumpable concrete) sudah siap ditumpahkan dari truck mixer ke agitator hopper 2. Menjelaskan cara memastikan mutu dan slump segar dalam batas kemampuan kinerja pompa. 3. Menjelaskan dan cara mengatur langkah gerakan piston pompa yang dikehendaki 4. Menjelaskan langkah berkoordinasi dengan operator truck mixer terkait penumpahan segar dari truck mixer ke agitator hopper 5. Menjelaskan cara menjalankan agitator hopper dengan tuas kendali yang benar. 6. Menjelaskan dan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 Halaman: 21 dari 55

23 dengan tuas kendali yang benar 6) Harus mampu menjalankan piston dengan tuas kendali yang benar sehingga segar terpompa sampai di tempat pengecoran lewat ujung pipa fleksibel 7) Harus mampu berkoordinasi dengan petugas pengecoran untuk menyesuaikan kecepatan 8) Harus mampu melakukan putaran balik (reverse rotation) pada saat terjadinya kebuntuan 9) Harus mampu memompa kembali segar setelah kebuntuan teratasi 10) Harus mampu mematikan emergency stop apabila terjadi keadaan darurat 11) Harus dapat segera melaporkan kepada pihak terkait bila tindakan putaran balik tidak dapat mengatasi masalah kebuntuan segar dan perbaikan memerlukan waktu yang lebih lama 12) Harus mampu menghentikan dengan tuas kendali yang benar setelah pengecoran selesai. cara menjalankan piston dengan tuas kendali yang benar sehingga segar terpompa sampai di tempat pengecoran lewat ujung pipa fleksibel 7. Menjelaskan dan cara berkoordinasi dengan petugas pengecoran untuk menyesuaikan kecepatan 8. Menjelaskan dan cara melakukan putaran balik (reverse rotation) pada saat terjadinya kebuntuan 9. Menjelaskan dan cara memompa kembali segar setelah kebuntuan teratasi 10.Menjelaskan dan cara mematikan emergency stop apabila terjadi keadaan darurat 11.Menjelaskan dan cara melaporkan kepada pihak terkait bila tindakan putaran balik tidak dapat mengatasi masalah kebuntuan segar dan perbaikan memerlukan waktu yang lebih lama 12.Menjelaskan dan cara menghentikan dengan tuas kendali yang benar setelah pengecoran selesai. 13.Diskusi kelompok memastikan segar yang dapat dipompa (pumpable concrete) sudah siap ditumpahkan dari truck mixer ke agitator hopper memastikan mutu dan slump segar dalam batas kemampuan kinerja pompa. mengatur langkah gerakan piston 60* Halaman: 22 dari 55

24 pompa yang dikehendaki berkoordinasi dengan operator truck mixer terkait penumpahan segar dari truck mixer ke agitator hopper menjalankan agitator hopper dengan tuas kendali yang benar. menjalankan piston dengan tuas kendali yang benar sehingga segar terpompa sampai di tempat pengecoran lewat ujung pipa fleksibel berkoordinasi dengan petugas pengecoran untuk menyesuaikan kecepatan melakukan putaran balik (reverse rotation) pada saat terjadinya kebuntuan memompa kembali segar setelah kebuntuan teratasi mematikan emergency stop apabila terjadi keadaan darurat melaporkan kepada pihak terkait bila tindakan putaran balik tidak dapat mengatasi masalah kebuntuan segar dan perbaikan memerlukan waktu yang lebih lama menghentikan dengan tuas kendali yang benar setelah pengecoran selesai. 14.Peragaan mengatur langkah gerakan piston pompa yang dikehendaki berkoordinasi dengan operator 15** Halaman: 23 dari 55

25 truck mixer terkait penumpahan segar dari truck mixer ke agitator hopper menjalankan agitator hopper dengan tuas kendali yang benar. menjalankan piston dengan tuas kendali yang benar sehingga segar terpompa sampai di tempat pengecoran lewat ujung pipa fleksibel berkoordinasi dengan petugas pengecoran untuk menyesuaikan kecepatan melakukan putaran balik (reverse rotation) pada saat terjadinya kebuntuan memompa kembali segar setelah kebuntuan teratasi mematikan emergency stop apabila terjadi keadaan darurat melaporkan kepada pihak terkait bila tindakan putaran balik tidak dapat mengatasi masalah kebuntuan segar dan perbaikan memerlukan waktu yang lebih lama menghentikan dengan tuas kendali yang benar setelah pengecoran selesai. 3.6 Koordinasi pengoperasian concrete pump dilakukan dengan operator truck mixer terkait dengan pengiriman segar. 1) Dapat mengantisipasi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat melakukan Koordinasi pengoperasian concrete pump dengan operator truck 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Menjelaskan cara mengantisipasi tingkat kecepatan penghamparan segar di lahan pengecoran segar 2. Menjelaskan cara merekomendasikan kepada pelaksana 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 Halaman: 24 dari 55

26 tingkat kecepatan mixer terkait pengecoran untuk penghamparan segar di lahan pengecoran segar 2) Mampu merekomendasikan kepada pelaksana pengecoran untuk menyesuaikan kecepatan pengiriman segar dengan truck mixer agar tidak terjadi penumpukan atau kelambatan pemompaan. 3) Mampu melakukan koordinasi dengan pihak terkait dengan pengiriman segar. menyesuaikan kecepatan pengiriman segar dengan truck mixer agar tidak terjadi penumpukan atau kelambatan pemompaan. 3. Menjelaskan dan cara melakukan koordinasi dengan pihak terkait 4. Diskusi kelompok mengantisipasi tingkat kecepatan penghamparan segar di lahan pengecoran segar merekomendasika n kepada pelaksana pengecoran untuk menyesuaikan kecepatan pengiriman segar dengan truck mixer agar tidak terjadi penumpukan atau kelambatan pemompaan. melakukan koordinasi dengan pihak terkait 5. Peragaan melakukan koordinasi dengan pihak terka 15* 15** Diskusi kelompok: prosedur pengecoran dengan concrete pump sesuai SOP mengenali personil pelaksana pengecoran yang berwenang komunikasi dengan pelaksana pengecoran terkait pekerjaan prosedur pengawasan mutu prosedur pelumasan pipa penyalur posisi penumpahan segar yang akan dipompa Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 3.1 s.d KUK 3.6, dibimbing langsung oleh Instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta. Pelaksanaan praktik: mengenali personil teknisi laboratorium pengecoran berkoordinasi dengan teknisi laboratorium terkait pekerjaan menjalankan agitator hopper menjalankan piston pompa membuat campuran air, semen dan pasir (mortar) untuk pelumasan pipa melakukan pelumasan pipa penyalur dengan menggunakan mortar mengarahkan ujung pipa flexible (flexible hose) ketempat pengecoran dengan mengatur posisi distributor boom memastikan bisa melakukan komunikasi dengan tukang cor terkait arah dan kecepatan memastikan mutu dan slump segar dalam batas kemampuan kinerja pompa mengatur langkah gerakan piston pompa yang dikehendaki berkoordinasi dengan operator truck mixer terkait penumpahan segar dari truck mixer ke agitator hopper menjalankan agitator hopper menjalankan piston pompa berkoordinasi dengan petugas pengecoran melakukan putaran balik (reverse rotation) pada saat terjadinya kebuntuan memompa kembali segar setelah kebuntuan teratasi Halaman: 25 dari 55

27 mematikan emergency stop apabila terjadi keadaan darurat melaporkan kepada pihak terkait bila tindakan putaran balik tidak dapat mengatasi masalah kebuntuan segar dan perbaikan memerlukan waktu yang lebih lama menghentikan dengan tuas kendali yang benar setelah pengecoran selesai mengantisipasi tingkat kecepatan penghamparan segar di lahan pengecoran segar melakukan koordinasi dengan pihak terkait Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 3.1 s.d KUK 3.6, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur Elemen Kompetensi 4 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Mengawasi kinerja concrete pump selama operasi Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Tekanan kerja pompa dipantau selama operasi untuk mengetahui kondisi tekanan kerja. 1) Dapat membaca indikator tekanan yang ditunjukkan pada control panel 2) Mampu mengidentifikasi tekanan kerja yang diijinkan dalam buku panduan operasi dan pemeliharaan. 3) Harus mampu memantau tekanan kerja pompa selama pemompaan. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memantau tekanan kerja pompa selama operasi untuk mengetahui kondisi tekanan kerja. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Menjelaskan cara membaca indikator tekanan yang ditunjukkan pada control panel 2. Menjelaskan cara mengidentifikasi tekanan kerja yang diijinkan dalam buku panduan operasi dan pemeliharaan. 3. Menjelaskan dan cara memantau tekanan kerja pompa selama. 4. Diskusi kelompok membaca indikator tekanan yang ditunjukkan pada control panel mengidentifikasi tekanan kerja yang diijinkan dalam buku panduan operasi dan pemeliharaan. memantau tekanan kerja pompa selama pemompaan. 5. Peragaan mengidentifikasi tekanan kerja yang diijinkan dalam buku panduan operasi dan pemeliharaan. memantau tekanan kerja pompa selama pemompaan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 15* 15** 4.2 Tindakan koreksi Pada akhir dilakukan ketika pembelajaran terjadi kelainan sesi ini, tekanan kerja pompa peserta dapat. melakukan 1) Dapat tindakan menganalisis koreksi ketika terjadinya kelainan terjadi kelainan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik. 1. Menjelaskan cara menganalisis terjadinya kelainan tekanan kerja selama 2. Menjelaskan cara melakukan tindakan koreksi bila terjadi 5 Halaman: 26 dari 55

28 tekanan kerja selama 2) Mampu melakukan tindakan koreksi bila terjadi kelainan tekanan kerja selama 3) Harus mampu melaporkan kepada pihak terkait apabila tidak dapat diatasi sendiri tekanan kerja pompa. kelainan tekanan kerja selama 3. Menjelaskan dan cara melaporkan kepada pihak terkait apabila tidak dapat diatasi sendiri 4. Diskusi kelompok menganalisis terjadinya kelainan tekanan kerja selama melakukan tindakan koreksi bila terjadi kelainan tekanan kerja selama melaporkan kepada pihak terkait apabila tidak dapat diatasi sendiri 5. Peragaan melakukan tindakan koreksi bila terjadi kelainan tekanan kerja selama melaporkan kepada pihak terkait apabila tidak dapat diatasi 15* 15** 4.3 Indikator operasional pada control panel dipantau untuk memastikan alat berfungsi dengan baik 1) Dapat memantau indikator tekanan sistim hidrolik pada agitator hopper 2) Mampu memantau indikator tekanan pelumas Engine 3) Harus mampu memantau indikator temperatur pendingin Engine 4) Harus mampu memantau indikator pengisian battery (charging system) Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memantau Indikator operasional pada control panel untuk memastikan alat berfungsi dengan baik 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik sendiri 1. Menjelaskan cara memantau indikator tekanan sistim hidrolik pada agitator hopper 2. Menjelaskan cara memantau indikator tekanan pelumas Engine 3. Menjelaskan dan cara memantau indikator temperatur pendingin Engine 4. Menjelaskan langkah memantau indikator pengisian battery (charging system) 5. Diskusi kelompok memantau indikator tekanan sistim hidrolik pada agitator hopper memantau indikator tekanan pelumas Engine l memantau indikator temperatur pendingin Engine memantau indikator pengisian battery (charging 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 15* Halaman: 27 dari 55

29 system) 6. Peragaan 15** memantau indikator tekanan sistim hidrolik pada agitator hopper memantau indikator tekanan pelumas Engine l memantau indikator temperatur pendingin Engine memantau indikator pengisian battery (charging system) 4.4 Pengisian segar (siap pakai) kedalam agitator hopper dipantau kecukupannya 1) Dapat memantau indikator pengisian segar ke dalam agitator hopper 2) Mampu memantau dan memelihara kecukupan segar dalam agitator hopper 3) Harus mampu melakukan koordinasi dengan pihak terkait Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memantau pengisian segar (siap pakai) kedalam agitator hopper kecukupannya 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Menjelaskan cara memantau indikator pengisian segar ke dalam agitator hopper 2. Menjelaskan cara memantau dan memelihara kecukupan segar dalam agitator hopper 3. Menjelaskan dan cara melakukan koordinasi dengan pihak terkait 4. Diskusi kelompok memantau indikator pengisian segar ke dalam agitator hopper memantau dan memelihara kecukupan segar dalam agitator hopper melakukan koordinasi dengan pihak terkait 5. Peragaan memantau indikator pengisian segar ke dalam agitator hopper memantau dan memelihara kecukupan segar dalam agitator hopper melakukan koordinasi dengan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran 5 15* 15** 4.5 Tindakan yang tepat dilakukan sesuai prosedur bila terjadi kelainan. 1) Dapat menjelaskan tindakan yang tepat apabila terjadi kelainan. 2) Mampu Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat melakukan tindakan yang tepat sesuai prosedur bila terjadi kelainan. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik pihak terkait 1. Menjelaskan tindakan yang tepat apabila terjadi kelainan. 2. Menjelaskan cara menganalisis terjadinya kelainan pada indikator operasional 3. Menjelaskan dan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusa- 5 Halaman: 28 dari 55

30 menganalisis terjadinya kelainan pada indikator operasional 3) Harus mampu melakukan tindakan yang tepat sesuai prosedur bila terjadi kelainan cara melakukan tindakan yang tepat sesuai prosedur bila terjadi kelainan 4. Diskusi kelompok tindakan yang tepat apabila terjadi kelainan. menganalisis terjadinya kelainan pada indikator operasional melakukan tindakan yang tepat sesuai prosedur bila terjadi kelainan 5. Peragaan melakukan tindakan yang tepat sesuai prosedur bila haan terkait pengecoran 15* 15** 4.6 Hasil kegiatan pengoperasian concrete pump dicatat. 1) Dapat menjelaskan halhal penting yang harus dicatat terkait kegiatan segar 2) Mampu mencatat posisi hour meter setelah selesai pemompaan 3) Harus mampu mencatat hasil produksi kegiatan pengoperasian concrete pump dengan lengkap Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mencatat hasil kegiatan pengoperasian concrete pump. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik terjadi kelainan 1. Menjelaskan hal-hal penting yang harus dicatat terkait kegiatan pemompaan segar 2. Menjelaskan cara mencatat posisi hour meter setelah selesai pemompaan 3. Menjelaskan dan cara mencatat hasil produksi kegiatan pengoperasian concrete pump dengan lengkap 4. Diskusi kelompok hal-hal penting yang harus dicatat terkait kegiatan segar mencatat posisi hour meter setelah selesai pemompaan mencatat hasil produksi kegiatan pengoperasian concrete pump dengan lengkap 5. Peragaan mencatat posisi hour meter setelah selesai pemompaan mencatat hasil produksi kegiatan pengoperasian concrete pump dengan lengkap 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian pompa 2. Peraturan K3L 3. SOP perusahaan terkait pengecoran Diskusi kelompok: membaca indikator tekanan yang ditunjukkan pada control panel mengidentifikasi tekanan kerja yang diijinkan dalam buku panduan operasi dan pemeliharaan menganalisis terjadinya kelainan tekanan kerja selama Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 4.1 s.d KUK 4.6, dibimbing langsung oleh Instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta. 5 15* 15** 90 Halaman: 29 dari 55

31 Pelaksanaan praktik: memantau tekanan kerja pompa selama melakukan tindakan koreksi bila terjadi kelainan tekanan kerja selama melaporkan kepada pihak terkait apabila tidak dapat diatasi sendiri memantau indikator tekanan sistim hidrolik pada agitator hopper memantau indikator tekanan pelumas Engine memantau indikator temperatur pendingin Engine memantau indikator pengisian battery (charging system) memantau indikator pengisian segar ke dalam agitator hopper memantau dan memelihara kecukupan segar dalam agitator hopper mencatat posisi hour meter setelah selesai pemompaan mencatat hasil produksi kegiatan pengoperasian concrete pump Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 4.1 s.d KUK 4.6, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur Instruktur yang diusulkan untuk Materi Pelatihan Teknik Pemompaan Beton Segar Instruktur Teori:.. Instruktur Praktek:. 1. Jam pelajaran indikatif dalam menit 2. *) Pelaksanaan diskusi kelompok dilaksanakan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi. **) Pelaksanaan peragaan langsung pada penyajian setiap KUK. ***) Pelaksanaan praktik dilakukan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi, atau pada akhir penyajian seluruh elemen kompetensi, tergantung pada metoda yang diterapkan 90 Halaman: 30 dari 55

32 BAB IV TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR 4.1 Umum Pemompaan segar adalah salah satu metode yang digunakan untuk memindahkan segar dari truck mixer ke titik akhir pengecoran. Metode lain yang bisa digunakan adalah talang cor, conveyor, crane dan bucket. Pemilihan alat ditentukan menurut rencana, ukuran dan kondisi pengecoran sehingga dapat dicapai pengiriman segar yang kontinyu tanpa banyak waktu tunggu yang mempengaruhi mutu. Teknik mulai diperkenalkan pada tahun 1933 di Milwaukee Amerika Serikat Pada umumnya pompa terdiri dari hopper penerima segar, dua silinder pompa, sistim katup dan pipa penyalur. Ada keuntungan dengan menggunakan metode concrete pump untuk memindahkan segar : Metode pemompaan lebih cepat dari metode lainnya Beton segar dapat dipompa pada tempat yang sulit yang tidak dapat dijangkau dengan metode lain Menghemat biaya tenaga kerja, biaya peralatan dan cycle time Tidak terpengaruh oleh cuaca hujan karena segar dapat terlindungi saat transport dan ditempat pengecoran Pemompaan dapat digunakan pada kondisi tempat/ ruangan medan kerja yang terbatas 4.2 Persiapan Operasi Prosedur penyiapan segar a. Penyiapan buku manual/ referensi pengoperasian Pengoperasian segar harus sesuai dengan petunjuk dalam buku manual / referensi / buku OMM yang telah disusun oleh pabrik pembuatnya. Dibawah ini ditunjukkan contoh mengidentifikasi daftar isi bagian buku OMM yang membahas pengoperasian alat dalam buku OMM pompa : Gambar 4.1 Daftar isi buku OMM yang membahas pengoperasian Halaman: 31 dari 55

33 b. Penyiapan Untuk mempersiapkan, operator harus : 1) Memastikan kapasitas pompa mampu memompa segar dengan kondisi pekerjaan yang akan dilaksanakan 2) Memastikan pompa sudah berdiri diatas outriggers sesuai prosedur 3) Memastikan tidak ada hambatan pergerakan distributor boom. Apabila ada hambatan harus dipastikan ada petugas yang memandu gerakan distributor boom agar tidak menimbulkan kecelakaan. 4) Memastikan cukup ruangan untuk manuver truck mixer unloading segar ke hopper pompa. 5) Memastikan mutu segar dan ukuran agregate memenuhi persyaratan untuk dipompa 6) Memastikan pompa sudah diperiksa kondisi serta kecukupan bahan operasinya 7) Jika pemompaan menggunakan sambungan pipa lapangan, operator harus memastikan pipa lapangan telah terpasang dengan benar dan ditumpu dengan kuat. c. Penyiapan APD (Alat Pelindung Diri), APK (Alat Pengaman Kerja) dan ramburambu K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) 1) APD yang harus disiapkan dan dipakai oleh operator pompa adalah : 1. Topi pelindung (Safety helmet) 2. Sepatu pelindung (Safety shoes) 3. Pelindung pendengaran (Earplug) 4. Sarung tangan (Safety gloves) 5. Kacamata pelindung (Safety glass) 6. Pelindung muka (Face mask) Gambar 4.2 APD Pemompaan 7. Baju kerja (Safety Clothes) 8. Sabuk pengaman (Safety harness) Masing-masing APD harus diperiksa kelaikannya agar dapat berfungsi dengan baik bila terjadi kecelakaan kerja 2) APK yang harus disiapkan dan digunakan dalam pengoperasian pompa adalah : a) APAR (alat pemadam api ringan) b) Kotak obat-obatan, termasuk obat pencuci mata 3) Rambu-rambu K3 yang harus disiapkan dan digunakan dalam pengoperasian pompa adalah : a) Barikade untuk pembatas/ pagar area kerja b) Safety cone untuk pengaturan lalu lintas/traffic Halaman: 32 dari 55

34 c) Rambu-rambu K3 yang menempel di alat,bila sudah tidak terbaca / terlihat harus segera dilaporkan untuk diperbarui Penyiapan pipa, seal/ gasket dan klem/ coupling Gambar 4.3 Sistim sambungan pipa Beton segar dipompa melalui pipa baja yang kokoh dan heavy duty flexible hose dalam satu rangkaian yang disebut jalur perpipaan (pipe line). Sambungan antara segmen-segmen pipa digunakan klem atau kopling dengan gasket/seal yang dapat di bongkar dan dipasang dengan mudah dalam waktu yang singkat (gambar 4.3). Agar dapat diatur sesuai arah yang dikehendaki dan terpasang secara aman, sistim perpipaan pada pompa diatur dengan berbagai macam bentuk pipa dan perlengkapannya, antara lain : Pipa lurus dengan diameter 4 atau 5 terbuat dari baja tebal 3-12 mm, dengan panjang rata-rata 3 meter dengan rise end di ujung dan pangkalnya. Pipa bengkok dengan diameter 4 atau 5 terbuat dari baja tebal 3-12 mm yang membentuk busur lengkung dengan berbagai sudut belok 30 o, 45 o dan 90 o. Radius belokan bervariasi dengan beberapa ukuran, radius lebih kecil mempunyai hambatan yang lebih besar daripada radius kelengkungan yang lebih besar. Pada pipa bengkok keausannya lebih tinggi. Untuk mengatasi hal ini dilakukan heat treatment pada pipa bengkok agar angka kekerasannya bertambah. Komponen pipa lurus dan bengkok disambung dengan klem (coupling) yang terbuat dari baja tuang dan seal (gasket) seperti pada gambar 4.3 yang kedap air sehingga segar dapat dipompa melalui sistim perpipaan tanpa adanya kebocoran. Komponen perlengkapan pipa yang lain bersifat mendukung adalah selang fleksible, reducer, bracket dan support. a. Pemeriksaan pipa penyalur. Pipa penyalur dari baja diperiksa jumlah dan kondisinya apakah mencukupi untuk pemakaian pekerjaan yang akan dilaksanakan. Apabila terdapat perbedaan ketebalan pipa (pipa baru lebih tebal dari pipa yang lama/ telah aus) harus diidentifikasi untuk penempatannya di lapangan (pipa yang lebih tebal dipasang pada bagian hulu, yang lebih tipis/ aus dipasang pada bagian hilir. Pipa fleksible diperiksa kondisinya apakah sudah berserabut atau sudah tipis, pipa fleksibel yang sudah berserabut/aus harus diganti yang baru karena membahayakan bla masih dipakai. b. Pemeriksaan seal. Seal untuk penyambungan pipa diperiksa jumlah dan kondisinya apakah mencukupi untuk penyambungan pada pipa-pipa yang akan dipasang untuk pemakaian pekerjaan yang akan dilaksanakan. Halaman: 33 dari 55

35 Seal yang sudah aus dan sudah tidak berfungsi lagi harus diganti karena akan mengakibatkan kebocoran dan kebuntuan pemompaan bila dipakai c. Pemeriksaan klem. 1) Pemeriksaan klem penyambung pipa meliputi jumlah, keutuhan klem dan kelengkapan retaining pin. Kondisi klem yang sudah aus harus segera dilaporkan untuk diganti yang baru. 2) Operator harus memastikan bahwa klem yang dipakai harus mampu menahan tekanan segar yang dipompa. 3) Pin dan retaining pin yang kurang harus segera dilengkapi agar penyambungan pipa dapat dilakukan dengan baik Pemasangan pipa lapangan a. Prosedur pemasangan pipa lapangan. 1) Pipa lapangan harus dipasang apabila jangkauan distributor boom tidak mampu mencapai titik pengecoran. 2) Pemasangan pipa lapangan harus diikat dengan kuat pada tempat-tempat yang rigid/kokoh agar tidak menimbulkan bahaya 3) Operator harus memastikan bahwa ketebalan pipa lapangan cukup kuat menahan tekanan segar yang dipompa. b. Penentuan jalur pipa lapangan (conveying pipe). Sebelum pipa lapangan dipasang harus direncanakan lebih dahulu jalur pipa yang akan dilalui dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Jalur pipa lapangan diusahakan sependek mungkin, hal ini akan meringankan kerja pompa 2) Pemasangan pipa bengkok yang tidak diperlukan harus dihindari 3) Bila menggunakan pipa bengkok diusahakan yang berdiameter lengkung besar agar tidak memberatkan kerja pompa. 4) Jalur pipa diatur agar melewati tempat-tempat yang kokoh yang dapat dijadikan ikatan pipa yang kuat. c. Teknik pemasangan pipa lapangan. Pipa lapangan harus dipasang sesuai prosedur dengan ketentuan pemasangan sebagai berikut : 1) Tempat pemasangan pipa mengikuti jalur yang telah ditetapkan sesuai butir b. 2) Pada pemasangan sistim jalur pipa (pipe line), masing-masing komponennya harus memenuhi persyaratan tekanan kerja yang disyaratkan sesuai spesifikasi pompa yang dioperasikan Gambar 4.4 Pengikatan pipa vertikal 3) Setiap pipa vertikal harus diikat pada dinding bangunan yang kokoh untuk menghindari beban tambahan pada klem pipa (gambar 4.4). Halaman: 34 dari 55

36 4) Perubahan arah dari horisontal ke vertikal, jalur pipa harus terikat kuat untuk menahan gerakan pipa bengkok 90 o yang dapat lepas dari klem penyambungnya. 5) Setiap pipa horisontal harus diikat pada bangunan atau struktur untuk mencegah pergerakan pipa akibat tekanan segar yang dipompa. Gambar 4.5 Pengikatan pipa horisontal 6) Jarak antara bracket pendukung untuk jalur pipa horisontal tidak boleh lebih dari 3 meter. 7) Selang fleksibel (flexible hose) diujung jalur pipa harus disambung sesuai dengan petunjuk pabrik dan memenuhi persyaratan kekuatan tekanan sesuai dengan spesifikasi teknik pompa, diujung selang fleksibel harus dipasang penggantung sling (gambar 4;6) Gambar 4.6 Selang fleksibel 8) Operator harus memastikan bahwa ketebalan dinding pipa penyalur harus memenuhi syarat terhadap tekanan kerja pompa yang akan dioperasikan. Tabel dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan : Tabel 4.1 Tabel ketebalan pipa tekanan Data pipa grade 200 digunakan bila grade pipa tidak diketahui Halaman: 35 dari 55

37 Data pada tekanan 120 bar digunakan bila tekanan maksimum pompa tidak diketahui Data tersebut untuk pengoperasian yang normal, untuk pemakaian pada bangunan tinggi akan menggunakan tekanan yang lebih tinggi dan memerlukan pipa yang lebih tebal. 4.3 Teknik Menghidupkan Concrete Pump Menghidupkan engine a. Pemeriksaan sebelum engine dihidupkan. Sebelum engine dihidupkan harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu dengan : 1) Melakukan walk-around inspection. 2) Memeriksa kebocoran cairan. 3) Memeriksa kecukupan bahan bakar, pelumas engine, minyak hidrolik, minyak rem, minyak transmisi, air pendingin dan air pencuci. b. Memutar kunci start hingga engine hidup. 1) Memutar kunci kontak ke posisi START selama 20 detik maksimum 3 kali tanpa menginjak pedal gas, kemudian lepas kunci kontak setelah engine hidup dan kembali ke posisi ON 2) Bila satu kali start engine belum hidup, matikan dulu kunci starter sebelum mengulangi start kembali. 3) Setelah engine hidup dilakukan pemeriksaan : a) Panel monitor instrumen b) Pengamatan gas buang c) Pengamatan suara dan getaran engine d) Pemeriksaan ulang kebocoran cairan c. Pemanasan engine sesuai prosedur. Kinerja engine akan optimal pada temperetur kerja, sehingga setelah engine hidup harus dilakukan pemanasan engine. 1) Biarkan engine hidup pada putaran rendah selama 3-5 menit. 2) Periksa semua alat-alat ukur, lampu-lampu peringatan dan indikator-indikator secara berkala selama pengoperasian Pengaturan putaran engine Pengaturan putaran engine bertujuan untuk mengatur : a. Prosedur pengaturan putaran engine. Mengatur putaran engine harus dilakukan sesuai dengan prosedur : 1) Memastikan engine telah dipanaskan sesuai prosedur. 2) Memastikan semua alat-alat ukur, lampu-lampu peringatan dan indikatorindikator bekerja dengan baik 3) Tingkatkan putaran engine dengan menginjak pedal gas sampai putaran yang dikehendaki. b. Tuas kendali dan tombol untuk pengoperasian concrete pump. Pengoperasian segar menggunakan 2 control panel yaitu control panel agitator dan control panel. 1) Control panel agitator. Halaman: 36 dari 55

38 Control panel agitator berfungsi untuk mengendalikan operasi agitator dalam menerima pasokan segar dari truck mixer. 1. Manometer agitator 2. Manometer pompa 3. Manometer protection valve untuk bypassing atau blocking 4. Water pump, berfungsi mengatur pompa air 5. Agitator, berfungsi untuk mengatur aliran segar (tuas kekanan=aliran masuk, tuas kekiri=aliran keluar) Gambar 4.7 Control panel agitator 2) Control panel concrete pump. Control panel concrete pump berfungsi untuk mengendalikan operasi pompa dalam memompa segar untuk diteruskan ke pipa penyalur. 1. Pump/suck, berfungsi untuk mengatur pemompaan. Tuas kendali kekanan=tekan, tuas kendali kekiri=reverse 2. Stroke rate, berfungsi mengatur jumlah langkah per satuan waktu. Gambar 4.8 Control panel concrete pump 3. Pengatur Control Desk atau Remote Control, berfungsi untuk memilih cara pengendalian. Kunci kontak diputar kekiri untuk memilih pengendalian melalui control Desk, diputar kekanan untuk memilih pengendalian melalui Remote control. c. Pembacaan indikator pada panel kontrol (Mampu membaca indikator-indikator yang terdapat pada panel kontrol). Indikator pada control panel menunjukkan kinerja selama, indicator yang dapat dibaca antara lain : 1) Control ON akan selalu menyala selama kunci kontak ON dan gearbox diatur pada pump drive. 2) Emergency stop selalu menyala, indikator ini dipasang di 5 tempat yaitu di control panel Desk, boom control block, outrigger kiri, outrigger kanan, radio control dan Remote control. 3) Apabila emergency stop ditekan, maka keadaan berikut akan terjadi: a) Engine truck kembali ke putaran idle. Halaman: 37 dari 55

39 b) Pompa/hisap akan berhenti. c) Distributor boom berhenti pada posisi saat ini Pengaktifan sistim hidrolik a. Pengaturan transfer shift gearbox untuk menjalankan hydraulic pump. Sebelum mengoperasikan pompa, kita harus mengaktifkan sistim hidrolik dengan memilih gear pada PTO agar pompa hidrolik dapat bekerja menghasilkan tenaga hidrolik. Berikut adalah langkah kerja mengatur transfer gearbox : Gambar 4.9 Mengatur transfer gearbox 1) Pastikan engine sudah hidup dan dipanaskan sesuai prosedur. 2) Putar kunci kontak (2) ke posisi I. 3) Pastikan tekanan angin sudah lebih dari 5 bar. 4) Tekan pedal kopling. 5) Masukkan tuas kendali transmisi pada posisi gigi yang dikehendaki 6) Lepaskan pedal kopling. 7) Lampu indikator (1) akan menyala bila gigi yang dipilih sudah bekerja. b. Pemanasan sistim hidrolik. Sistim hidrolik harus dipanaskan lebih dahulu bila temperatur minyak hidrolik terbaca dibawah 20 o C agar sistim dapat berfungsi dengan baik. Memanaskan sistim hidrolik dilakukan setelah pompa hidrolik berputar dan temperatur minyak hidrolik terbaca diatas 20 o C Pemeriksaan tekanan sistim hidrolik. a. Identifikasi spesifikasi teknik concrete pump. Setiap pompa mempunyai spesifikasi yang membedakan kinerjanya antara yang satu dengan yang lain, cuplikan dokumen dibawah ini adalah contoh spesifikasi teknik salah satu pompa yang akan kita bahas dalam modul ini. Karena kita akan membahas kinerja nya, maka data yang dipetik adalah khususnya tentang kinerja pompa nya saja (gambar 4.10). Kita akan menilai apakah data yang tertulis pada technical data tersebut masih dapat dicapai oleh pompa yang akan dioperasikan. Apabila fakta yang didapat tidak jauh berbeda dengan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kinerjanya masih dapat dikatakan masih layak operasi. Namun bila fakta yang didapatkan berada jauh dibawah angka standarnya maka disimpulkan bahwa kinerjanya jauh dari standar yang ditentukan. Halaman: 38 dari 55

40 Dengan contoh spesifikasi tersebut maka kinerja yang akan diamati adalah : 1) Pump cycle per minute : 15 2) Max concrete pressure : 320 bar 3) Max speed : 1650 rpm Perlu dicatat bahwa dalam spesifikasi pompa terdapat data untuk tekanan hidrolik dan tekanan segar, dalam contoh diatas tertulis angka 320 bar unruk tekanan hidrolik maksimum concrete pump dan 95 bar untuk tekanan segar. b. Pengoperasian piston dengan tuas kendali. Gerakan piston diatur dengan menekan kekanan (posisi pumping) tuas kendali (1) pada gambar 4.8. c. Peningkatan putaran engine. Putaran engine ditingkatkan secara bertahap sampai mencapai putaran maksimum yang ditetapkan dalam spesifikasi alat (1650 rpm). d. Pengamatan kinerja pompa. Pada posisi putaran maksimum tersebut operator mengamati jumlah langkah (stroke) yang dihasilkan oleh pompa setiap menitnya. Pengamatan dilakukan beberapa kali dengan menurunkan putaran engine dan meningkatkan kembali pada posisi putaran maksimum. Hasil masing-masing pengamatan dicatat dan diambil angka rata-ratanya, apabila angka tersebut mendekati 15 (seperti disebutkan dalam spesifikasi) maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pompa masih layak. 4.4 Pemompaan Beton Segar Gambar 4.10 Spesifikasi teknik pompa Komunikasi dengan pelaksana pengecoran. a. Prosedur pengecoran dengan concrete pump. Prosedur pelaksanaan pengecoran dengan concrete pump ditentukan dalam SOP masing-masing perusahaan pengelolanya dan secara tipikal dapat disebutkan sebagai berikut : Halaman: 39 dari 55

41 1) Lahan konstruksi bangunan yang akan dicor segar disiapkan oleh pelaksana pekerjaan / pengecoran sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek, meliputi pemasangan bekisting (form-work) dengan bracing, support dan penguatnya, pemasangan besi serta pekerjaan pendukung lain yang menyertainya. 2) Setelah penyiapan lahan tersebut selesai dikerjakan maka akan diperiksa lebih dahulu oleh pihak owner untuk dapat disetujui dan dapat diteruskan dengan pekerjaan pengecoran segar. 3) Apabila penyiapan lahan telah disetujui oleh owner dan dapat diteruskan dengan pengecoran segar maka pelaksana pengecoran akan berkoordinasi dengan operator concrete pump untuk pengaturan pengoperasian concrete pump meliputi : a) Penempatan posisi concrete pump. b) Rencana jalur perpipaan menuju tempat pengecoran. c) Tenaga bantuan untuk media komunikasi antara operator concrete pump dengan lokasi pengecoran bila operator tidak dapat melihat secara langsung kegiatan pengecoran diujung pipa. b. Koordinasi dengan kru concrete pump. Pada pelaksanaan operator pompa dibantu beberapa orang pembantu operator/helper dimana harus dapat bekerjasama dan berkoordinasi dengan baik agar pelaksanaan segar dapat berjalan lancar. c. Personil pelaksana pengecoran Pada saat segar pelaksana pengecoran akan menunjuk seorang personil / mandor yang akan berkoordinasi dengan operator pompa dalam hal : 1) Tempat pembuangan mortar untuk priming/pelumasan pipa penyalur. 2) Urutan tahap pemompaan dari pompa ke tempat pengecoran. 3) Pemberhentian sementara karena ada perbaikan lahan pengecoran. 4) Pemindahan pipa lapangan. 5) Tempat pencucian pompa setelah segar selesai dilaksanakan. 6) Pemindahan unit pompa ke lokasi lain. 7) Hal-hal lain yang perlu dikomunikasikan. d. Komunikasi dengan pelaksana pengecoran. Agar tidak terjadi kesimpang siuran atau mis-komunikasi maka saat berlangsungnya segar operator hanya berkomunikasi dengan 1 orang saja (yang ditunjuk dan diberi wewenang oleh pelaksana pengecoran). Namun demikian bila operator tidak dapat berhubungan langsung karena hambatan jarak atau terhalang bangunan, komunikasi harus dibantu dengan alat komunkasi radio atau bahasa isyarat. Dibawah ini adalah contoh bahasa isyarat untuk pekerjaan yang digunakan oleh ACPA (American Concrete Pump Assosiation). Halaman: 40 dari 55

42 Gambar 4.11 Bahasa isyarat segar 1. Boom naik 2. Boom turun 3. Boom kiri 4. Boom kanan 5. Buka atau perpanjang boom 6. Tutup atau perpendek boom 7. Boom berhenti 8. Mulai pompa dipercepat 9. Perlambat pompa 10. Berhentikan pompa 11. Gerakkan sedikit 12. Tambahkan air 13. Selesai dan bersihkan e. Tekanan segar (concrete pressure) yang diperlukan. Pengoperasian segar akan berjalan dengan efisien apabila kondisi pemompaan dapat memenuhi kemampuan pompa yang dipakai. Untuk itu harus diperhatikan keseimbangan antara beberapa faktor yang mempengaruhi pengoperasian pompa, yaitu : 1) Diameter jaringan pipa penyalur. Walaupun makin besar diameter pipa penyalur makin rendah tekanan yang diperlukan, tetapi akan membawa dampak lain yang mengikutinya yaitu penambahan tenaga kerja (diameter pipa lebih besar beratnya juga lebih Halaman: 41 dari 55

43 berat), penyangga dan penguat pegangan pipa penyalur harus ditambah sehingga perlu adanya tambahan biaya lagi. Dalam pelaksanaan pengecoran pipa yang optimum dipakai adalah dengan ukuran diameter dalam 5 inch (125 mm), kecuali dalam kondisi yang khusus dapat dipakai 6, 7 atau 8 inch. Sesuai dengan ketentuan American Concrete Institute ACI 304.2R-71 Placing Concrete by Pumping Method direkomendasikan bahwa maksimum ukuran terbesar bahan batu pecah yang dipakai tidak boleh melebihi 1 / 3 diameter terkecil pipa yang dilewati segar. Dengan demikian bila diameter dalam pipa terkecil 4 inch, maka agregate kasar yang dipakai bahan campuran segar adalah dengan ukuran maksimum 1 1 / 3 inch atau 32 mm. Bila ada campuran segar dengan ukuran agregate kasar melebihi 32 mm akan menyulitkan pemompaan. 2) Panjang jalur pipa penyalur. Panjang jalur pipa langsung mempengaruhi tekanan yang diperlukan karena adanya gaya gesekan antara segar dan dinding dalam pipa penyalur. Itulah sebabnya pipa baja banyak dipakai karena permukaan yang halus pada dinding dalam pipa baja mengurangi gaya gesek dengan segar. Sebaliknya pipa fleksibel mempunyai koefisien gesek yang tinggi, sehingga hanya dipakai pada bagian-bagian tertentu saja untuk mengurangi kerugian tekanan. Mengingat hal tersebut maka panjang jalur pipa penyalur segar selalu diusahakan sependek mungkin. 3) Tata letak (lay out) jalur pipa penyalur. Lay out pipa penyalur mempengaruhi tekanan yang diperlukan oleh segar untuk bisa dipompa dengan lancar. Bila terjadi perubahan arah jalur pipa maka akan terjadi penambahan tahanan (resistance) terhadap gerakan segar. Agar diperoleh nilai tahanan (resistance) pipa yang kecil harus diusahakan agar jumlah pipa bengkok yang dipakai sekecil mungkin. Reducer pipa (perubahan diameter dalam pipa dari diameter yang lebih besar ke diameter yang lebih kecil juga akan menambah nilai tahanan pipa. 4) Slump segar. Dalam keadaan normal slump segar bervariasi dari truck mixer yang satu ke yang berikutnya menurut toleransi design mix, mesin pemecah batu dan penyaringnya (crushing and screening plant) serta mesin penimbang dan pencampur (concrete batching plant). Untuk toleransinya lebih diperketat lagi agar pemompaan segar dapat berjalan dengan lancar. Menurut ACI 304 slump segar yang dianjurkan adalah 2 sampai 6 inch (50 sampai 150 mm). 5) Estimasi tekanan yang diperlukan untuk pemompaan. Bila berhenti, maka untuk memulai lagi diperlukan tekanan yang lebih besar lagi. Untuk mengestimasi besarnya tekanan Halaman: 42 dari 55

44 yang diperlukan kita dapat menggunakan Grafik Concrete Pump Performance Estimator. Adapun variabel-variabel yang menentukan adalah : a) Produksi segar yang dipompa dalam CuY/jam (m3/jam) digambarkan pada sumbu Y (tegak). b) Diameter jalur pipa penyalur yang digambarkan pada kwadran 1 (perempatan kanan atas) c) Panjang jalur pipa penyalur yang sudah dikonversikan, digambarkan pada kwadran 2 (perempatan kanan bawah) dengan pedoman konversi : Tabel Konversi Horisontal. Pipe condition at boom end 125 A x 3 m Docking hose Gambar 4.12 Concrete pump performance estimator Horizontal equivalent length (m) Boom position Slump 5 ~ 10 cm Slump 11 ~ 17 cm Slump 18 ~ 23 cm Horizontal (degree) Vertical d) Slump segar yang dipompa digambarkan pada kwadran 3 (perempatan kiri bawah). e) Tekanan yang diperlukan dalam PSI (kg/cm 2 ) digambarkan pada sumbu X (mendatar) sebelah kiri. Halaman: 43 dari 55

45 4.4.2 Koordinasi dengan teknisi laboratorium a. Spesifikasi mutu yang bisa dipompa. Tidak semua jenis segar dapat dipompa dengan pompa, ada beberapa hal yang mempengaruhi sehingga segar dapat dipompa (pumpable concrete) antara lain : 1) Kandungan semen. Jumlah semen yang terkandung didalam campuran segar akan berpengaruh pada pumpability segar. Makin tinggi prosentase kandungan semen makin mudah campuran segar dapat dipompa. Jumlah kandungan semen dalam campuran juga menun-jukkan mutu dari tersebut. Makin tinggi prosentase kandungan semen makin tinggi pula mutu tersebut. Di Indonesia mutu yang dapat dipompa adalah dengan mutu K225 keatas. 2) Ukuran batu pecah. Diameter dalam pipa penyalur yang biasa dipakai dalam pemompaan segar adalah 4 (100 mm) atau 5 (125 mm). Agar campuran segar dapat dengan mudah melewati pipa penyalur maka ukuran batu pecah yang terkandung dalam campuran segar harus lebih kecil dari diameter dalam pipa penyalur. Ukuran batu pecah yang terbesar harus lebih kecil dari ⅓ diameter terkecil pipa yang dilewatii. 3) Slump. Slump adalah salah satu variabel segar yang menunjukkan consistency atau fluidity, yaitu tingkat keenceran. Campuran yang encer lebih mudah dipompa dari pada campuran yang kental. Campuran dengan slump 10-14cm dapat dipompa dengan pompa. 4) Aditive. Aditive atau sering juga disebut admixture adalah material yang ditambahkan pada campuran segar yang dapat merubah sifat semula. Jenis Aditive yang dapat memperbaiki sifat untuk mudah dipompa adalah jenis water reducer dan retarder. a. Koordinasi dengan teknisi laboratorium Petugas yang menangani mutu (quality control) di proyek adalah teknisi laboratorium dimana mutu, ukuran batu pecah, slump dan additive dapat diketahui dengan baik oleh petugas tersebut. Oleh karena itu operator pompa harus selalu berkoordinasi dengan petugas Pelumasan pipa penyalur a. Prosedur pelumasan pipa penyalur. 1) Pastikan pipa sudah terpasang sesuai prosedur. 2) Siapkan mortar untuk pelumasan awal (priming pipa penyalur sesuai dengan panjang jalur pipa. 3) Aktifkan agitator hopper lalu tuangkan mortar kedalam agitator hopper. Halaman: 44 dari 55

46 4) Operasikan pompa dengan tuas kendali pumping pada delivery m 3 /jam. 5) Pastikan mortar yang dipompa sudah sampai ujung selang fleksibel. b. Pengoperasian agitator hopper. 1) Pastikan pompa hidrolik untuk agitator sudah dipanaskan sesuai prosedur. 2) Atur putaran engine pada putaran kerja. 3) Aktifkan putaran blade agitator kearah segar masuk dengan menekan kekanan tuas kendali agitator (5) pada gambar 4.7. c. Pengoperasian piston pompa. 1) Pastikan pompa hidrolik untuk pompa r sudah dipanaskan sesuai prosedur. 2) Atur putaran engine pada putaran kerja. 3) Aktifkan gerakan piston pompa dengan menekan kekanan tuas kendali tekan (1) pada gambar 4.8. d. Pembuatan campuran air, semen dan pasir (mortar) 1) Menyiapkan mortar untuk pelumasan pipa penyalur sesuai dengan panjang pipa penyalur yang akan dilumasi (25 kg semen untuk 10 meter panjang pipa). 2) Campuran mortar diaduk dan disiapkan untuk dimasukkan hopper guna dipompakan ke pipa penyalur sebagai pelumasan. e. Pelaksanaan pelumasan pipa penyalur. 1) Memastikan agitator dan pompa sudah dijalankan sesuai prosedur. 2) Menuangkan mortar kedalam agitator sesuai dengan kapasitas agitator. 3) Mengatur delivery pump out m 3 /jam dengan memutar saklar (2) gambar ) Meneruskan pemompaaan sampai mortar yang disiapkan habis terpompa Posisi pipa fleksibel. a. Penampungan mortar. 1) Mortar untuk pelumasan pipa bukan material konstruksi jadi harus dibuang diluar daerah pengecoran. 2) Alat penampung mortar dengan jumlah yang mencukupi disiapkan untuk menampung mortar pelumas yang keluar dari fleksibel hose. b. Pengarahan pipa fleksibel. 1) Pipa fleksibel pembuang mortar diarahkan ke alat penampung. 2) Mortar yang dipompakan kedalam pipa penyalur dan keluar diujung selang fleksibel ditumpahkan kedalam alat penampung untuk selanjutnya dibuang di tempat yang ditentukan. c. Komunikasi dan koordinasi. Selama kegiatan pelumasan pipa penyalur dengan mortar, operator harus selalu berkoordinasi dengan pelaksana pengecoran segar agar pekerjaan berjalan dengan baik dan tidak timbul mis-komunikasi. Halaman: 45 dari 55

47 4.4.5 Pengoperasian concrete pump a. Kesiapan segar. Pengoperasian dimulai setelah segar yang diangkut dengan truck mixer sampai dilokasi pemompaan dan dilakukan serah terima dengan teknisi laboratorium. b. Mutu segar. Teknisi laboratorium akan melakukan tugas pengendalian mutu dengan melakukan beberapa hal antara lain pengambilan sampel untuk diuji dilaboratorium, pengukuran slump segar dan mengidentifikasi tiket pengiriman dari batching plant. c. Pengendalian. 1) Memastikan bahwa teknisi laboratorium telah selesai melakukan tugasnya. 2) Memastikan bahwa operator truck mixer telah melakukan pencampuran dalam drum mixer sesuai dengan prosedur. 3) MemastIkan bahwa pipa penyalur sudah dilakukan pelumasan sesuai prosedur. 4) Memastikan distributor boom sudah diarahkan ke posisi akhir pemompaan sesuai prosedur. Bahaya : Distributor boom hanya boleh dioperasikan bila kecepatan angin dibawah 48 Mph (77 km/jam). Hentikan pengoperasian jika kecepatan angin melebihi angka tersebut. 5) Pengoperasian agitator hopper dimulai dengan mengaktifkan tuas kendali (5) agitator hopper gambar 4.8 dan siap menerima segar dari truck mixer. 6) Operator truck mixer menggerakkan mundur alatnya hingga talangnya tepat pada posisi menuangkan segar ke agitator hopper pompa. 7) Operator truck mixer menuangkan segar ke agitator hopper melalui talang dengan memutar balik arah putaran mixernya. 8) Agitator hopper yang sudah diaktifkan mulai terisi oleh segar sambil mengaduk dengan blade mixernya. 9) Setelah agitator hopper terisi dengan segar, tuas kendali pompa mulai diaktifkan dengan menekan tuas kendali (1) gambar 4.8 kekanan (memompa), mulai saat itu kegiatan telah dimulai. 10) Awali segar dengan volume rendah sampai medium pada RPM minimum selanjutnya ditingkatkan secara bertahap. 11) Penuangan segar ke agitator hopper dilakukan secara bertahap sesuai dengan kapasitas hopper dan kecepatan segar oleh pompa. Untuk ini harus ada koordinasi yang baik antara operator truck mixer dengan operator pompa. 12) Setelah segar dalam truck mixer habis dituangkan kedalam agitator truck dan dipompa ke tempat pengecoran, langkah kerja yang sama diteruskan dengan pengiriman segar pada truck mixer selanjutnya. Halaman: 46 dari 55

48 d. Putaran balik (reverse rotation). Apabila dalam terjadi hambatan buntu maka operator pompa harus mengatasi dengan melakukan gerakan hisap (reverse). 1) Apabila terjadi kebuntuan dalam maka gerakan piston akan berhenti dan untuk mengatasinya lakukan langkah reverse atau menghisap. 2) Langkah reverse dilakukan dengan menekan tuas kendali (1) gambar 4.8 kekiri (hisap) hingga piston bergerak 4 sampai 5 langkah. e. Pemompaan kembali segar. 1) Setelah melakukan reverse 4 sampai 5 kali, tuas kendali ditekan kekanan untuk memulai pengoperasian yang normal (pemompaan). 2) Langkah tersebut diatas pada umumnya dapat mengatasi kebuntuan dan pemompaan dapat berjalan normal kembali. 3) Apabila belum teratasi ulangi lagi gerakan reverse dengan langkah kerja yang sama dan dengan memukul-mukulkan palu kearah pipa yang buntu untuk melepaskan kebuntuan. 4) Apabila dengan langkah 3) juga tidak teratasi maka operator harus segera mengambil langkah untuk : a) Melaporkan kerusakan alat kepada pelaksana pengecoran. b) Melaporkan kepada atasan langsung (bagian peralatan atau perusahaan pemilik concrete pump). c) Setelah melapor, usahakan untuk bisa memperbaiki sendiri kerusakan tersebut dalam waktu yang singkat/ cepat. Bila tidak dapat memperbaiki dengan sepat, maka selanjutnya adalah: d) Bersihkan segar yang ada di pipa. e) Bersihkan concrete pump. f. Laporan kepada pihak terkait. Apabila dalam usaha menangani kebuntuan sesuai butir f operator tidak berhasil memperbaiki sendiri dalan waktu yang cepat, maka segar dalam pipa dan pompa harus segera dibersihkan. Selanjutnya melaporkan kepada pihak terkait bahwa kerusakan tidak dapat diperbaiki dalam waktu yang singkat dan minta bantuan mekanik pompa untuk memperbaikinya. g. Emergency stop. Operator harus menggunakan tombol emergency stop bila menghadapi kondisi darurat saat. Karena tombol ini penting untuk keselamatan kerja maka biasanya tidak hanya dipasang di satu tempat tetapi ada di beberapa tempat untuk memudahkan operator menjang-kaunya bila terjadi keadaan darurat. Halaman: 47 dari 55

49 Pada contoh model pompa ini, tombol emergency stop ada di lima tempat yaitu : 1) Control panel Desk 2) Boom control block 3) Ourigger control block (kiri) 4) Ourigger control block (kanan) Gambar 4.13 Tombol emergency stop 5) Radio Remote control atau Cable Remote control Dengan demikian operator pompa dapat menggunakan tombol emergency stop yang terdekat dengan posisinya apabila terjadi keadaan darurat. Setelah keadaan darurat teratasi tombol emergency stop harus dinetralkan kembali. h. Penghentian. Setelah volume pengecoran segar melalui pemompaan terpenuhi, maka pemompaan dihentikan dengan prosedur sebagai berikut : 1) Memastikan volume pemompaan sudah hampir terpenuhi (kurang 1 bucket agitator hopper). 2) Memastikan penuangan segar terakhir sudah dilaksanakan. 3) Melakukan pemompaan terakhir sampai volume pengecoran terpenuhi. 4) Menghentikan gerakan pemompaan. Langkah kerja pelaksanaan penghentian operasi : a) Pastikan volume segar yang dipompa sudah mencukupi kebutuhan lahan yang dicor (berkomunikasi dengan pelaksana pengecoran). b) Berkomunikasi dengan operator truck mixer untuk menghentikan penuangan segar dari truck mixer ke agitator hopper. c) Hentikan gerakan memompa dengan menetralkan tuas kendali 1 gambar ) Pompa harus segera dibersihkan dari sisa-sisa segar Koordinasi pengecoran segar a. Kecepatan pengecoran. Aliran segar dari pompa yang dipompakan ke tempat pengecoran dapat dikendalikan kecepatannya melalui control panel oleh operator, tetapi penghamparannya di lokasi pengecoran kadang-kadang juga mengalami hambatan sehingga segar yang dipompa sudah menumpuk belum dapat dihampar. Untuk menghindari penumpukan segar tersebut maka operator harus menyesuaikan kecepatan pemompaannya. b. Koordinasi dengan pelaksana pengecoran. Agar kecepatan segar dan kecepatan pengham-paran di tempat pengecoran dapat sinkron dan tidak terjadi penumpukan segar Halaman: 48 dari 55

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 381 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 381 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 381 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SETELAH OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI F45.500.2.2.19.II.02.005.01

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I

Lebih terperinci

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar.... Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK). 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan..... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan BUKU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERAPIAN DAN PEMELIHARAAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 i BAB I PENGANTAR. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan...... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 3 1.4

Lebih terperinci

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

Penyamaan Persepsi Tim Perencana MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Penyamaan Persepsi Tim Perencana BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SEBELUM OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI:.01

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1

Lebih terperinci

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR OTOMOTIF SUB SEKTOR KENDARAAN RINGAN MEMERIKSA SISTEM KEMUDI BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI F45.500.2.2.19.II.02.006.01 BUKU

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI KOORDINASI KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR.. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).. 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.. 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Kode Unit : 1.2 Judl Unit : Melaksanakan Peraturan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan Ketentuan Mutu 1.3 Deskripsi Unit : Unit ini menggambarkan ruang lingkup pengetahuan,

Lebih terperinci

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Pemeriksaan Hasil Kompilasi Pengolahan Data BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR 2 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 Penjelasan Materi Pelatihan.... 2 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MENERAPKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI (UUJK), KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERSIAPAN KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PLPB 02

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENGANTAR...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STANDAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN AKHIR KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KETENTUAN K3 DAN KETENTUAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN DI TEMPAT KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG BEKERJASAMA DENGAN REKAN KERJA NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER TEKNIK PENGOPERASIAN BACKHOE PADA UNIT BACKHOE LOADER KODE UNIT KOMPETENSI:

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan Kerja : MEKANIK KAPAL KERUK (DREDGER MECHANIC)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan Kerja : MEKANIK KAPAL KERUK (DREDGER MECHANIC) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan Kerja : MEKANIK KAPAL KERUK (DREDGER MECHANIC) Klasifikasi : Pelaksanaan Sub Bidang Pekerjaan Sumber Daya Air Kualifikasi : Sertifikat II

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : OPERATOR BATCHING PLANT (BATCHING PLANT OPERATOR) Kode Jabatan Kerja : Kode Pelatihan : INA-5200.221.08 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN ATAS (BASE COURSE) NO. KODE : -K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PAM.MM02.003.01 BUKU DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata. Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif F.45 TPB I 08

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata. Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif F.45 TPB I 08 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KATA PENGANTAR... 4 1.1 Konsep

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Judul Unit Kompetensi Menyediakan Data Untuk Pembuatan Gambar Kerja. 1.2 Kode Unit. 1.3 Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI.01 BUKU PENILAIAN KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI:.01 BUKU KERJA

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI F45.TLBA.01.002.02

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN BAWAH (SUB BASE COURSE) NO. KODE : -K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Melaksanakan K3 F.45 TPB I BUKU KERJA

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Melaksanakan K3 F.45 TPB I BUKU KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Melaksanakan K3 BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1. Unit Kompetensi yang

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PEMASANGAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PEMASANGAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PEMASANGAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING F.45...... 13 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R J A AN U M U

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K)

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K) STANDAR LATIHAN (S L K) Bidang Ketrampilan Nama Jabatan Kode SKKNI : Pengawasan Jalan : Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads) : INA.5211.322.05 DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI CLUSTER PELASANA REHABILITASI JARINGAN PIPA NAMA PEMOHON NAMA ASESOR LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23 PENGANTAR Pada konteks pelaksanaan uji kompetensi atau penilaian berbasis kompetensi, seorang Asesor Uji Kompetensi memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam mencapai kualitas uji kompetensi

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG QUANTITY (KUANTITAS) PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI CLUSTER AHLI PENGENDALIAN EHILANGAN AIR NAMA ASESI NAMA ASESOR LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI)

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI DETEKSI KEBOCORAN DAN COMMISSIONING JARINGAN PERPIPAAN SPAM Kode Jabatan Kerja :... Kode Pelatihan :... DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan... 14

BAB I PENGANTAR BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan... 14 DAFTAR ISI HALAMAN BAB I PENGANTAR... 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi... 1 1.2. Penjelasan Modul... 1 1.2.1. Desain Modul... 2 1.2.2. Isi Modul... 2 1.2.3. Pelaksanaan Modul... 3 1.3.

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN JADWAL KONSTRUKSI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN JADWAL KONSTRUKSI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN JADWAL KONSTRUKSI NO. KODE : INA.5230.223.23.02.07 BUKU PENILAIAN DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN HIDUP KODE UNIT KOMPETENSI:

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI.01 BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 30 Tahun 2009 TANGGAL : 30 September

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 30 Tahun 2009 TANGGAL : 30 September LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 30 Tahun 2009 TANGGAL : 30 September 2009 STANDAR TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PERENCANAAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN JADWAL KONSTRUKSI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN JADWAL KONSTRUKSI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN JADWAL KONSTRUKSI NO. KODE : INA.5230.223.23.02.07 BUKU KERJA DAFTAR ISI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI...

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PAM.MM01.001.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG BIAYA TOTAL PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Teknisi Geoteknik Klasifikasi : Bagian Sub Bidang Sumber Daya Air Kualifikasi : Sertifikat III (tiga) / Teknisi Senior Kode Jabatan Kerja

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PENGOPERASIAN NAIK / TURUN BACKHOE LOADER KE / DARI ATAS TRAILER KODE UNIT KOMPETENSI.01

Lebih terperinci

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304 Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN BNSP 304 =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi 1 / 17 KATA PENGANTAR 2 /

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.008.02

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/Permentan/SM.200/8/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN BADAN SALURAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN BADAN SALURAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN BADAN SALURAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

TEKNIK PENGECORAN Halaman 1 dari 6

TEKNIK PENGECORAN Halaman 1 dari 6 KOMPETENSI : Operasi peleburan KODE : M4.1A DURASI PEMELAJARAN : 100 Jam @ 45 menit LEVEL KOMPETENSI KUNCI A B C D E F G 2 1 2 3 1 2 1 KONDISI KINERJA Meliputi tunggal atau ganda, kokas, minyak, gas atau

Lebih terperinci

SUB BIDANG KONSTRUKSI

SUB BIDANG KONSTRUKSI LAMPIRAN III : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 07 Tahun 2008 TANGGAL : 17 Maret 2008 STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG TRANSMISI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PERHITUNGAN BIAYA AKIBAT ADANYA PERUBAHAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI CLUSTER PELASANA LAPANGAN DETESI EBOCORAN NAMA PEMOHON NAMA ASESOR LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI TEKNIK LALU LINTAS (TRAFFIC ENGINEER ) Kode Jabatan Kerja : INA.5211.113.07 Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci