DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Penjelasan Materi Pelatihan Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertian-pengertian / Istilah... 4 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi yang Dipelajari... 7 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan BAB IV PERENCANAAN SALURAN DAN BANGUNAN IRIGASI Umum Penetapan Bentuk dan Dimensi Saluran Irigasi Perancangan irigasi Perancangan Bangunan Pelengkap Perencanaan bentuk dan dimensi saluran pembuang BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Perpustakaan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan Halaman: 1 dari 79

2 BAB I PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Pelatihan berbasis kompetensi. Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja Kompeten ditempat kerja. Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan Desain materi pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri. 1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang instruktur. 2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari instruktur Isi Materi pelatihan 1) Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun peserta pelatihan. 2) Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. Halaman: 2 dari 79

3 3) Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek. f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Penerapan materi pelatihan 1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. 2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah: a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja. d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency- RCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan Persyaratan Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui: Halaman: 3 dari 79

4 1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau 2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4 Pengertian-pengertian / Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Halaman: 4 dari 79

5 1.4.7 Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional. Halaman: 5 dari 79

6 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli Muda Perencana Irigasi yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi - Kode Unit, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Penerapan Peraturan dan Perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi Penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi Perencanaan Layout Daerah Irigasi Perencanaan Bangunan Utama (Bendung) Parameter Standar Penggambaran Irigasi Panduan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi 2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu Unit kompetensi yang akan dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi Durasi / waktu pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu Kesempatan untuk menjadi kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. Halaman: 6 dari 79

7 2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. memeriksa kemajuan peserta pelatihan. menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Judul Unit Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi Kode Unit Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk merencanakan saluran dan irigasi Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan Menerapkan Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi, dan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L). Menerapkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air Mengumpulkan data irigasi Merencanakan Layout Daerah Irigasi Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 1. Menetapkan bentuk dan dimensi saluran irigasi 1.1 Bentuk penampang, bahan, dan struktur saluran irigasi dirancang dengan cermat kondisi tanah dan kriteria. 1.2 Kapasitas setiap saluran dihitung dengan teliti luasan daerah yang akan diairi. 1.3 Dimensi saluran dihitung dengan cermat kriteria yang telah ditetapkan. 1.4 Elevasi muka air di setiap saluran dan dihitung dengan cermat. 1.5 Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran dikonsultasikan kepada pihak terkait. Halaman: 7 dari 79

8 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 2. Menetapkan bentuk, bahan, dan dimensi irigasi ( bagi, sadap, pengatur, dan ukur) 3. Menetapkan bentuk, bahan, dan dimensi pelengkap (gorong-gorong, talang, sipon, terjun, dsbnya) 4. Menetapkan bentuk dan dimensi saluran pembuang 2.1 Bentuk, bahan, dan struktur dirancang dengan cermat sesuai dengan fungsinya dan memenuhi criteria. 2.2 Dimensi irigasi dihitung dengan cermat kondisi tanah serta mengacu pada criteria. 2.3 Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi irigasi dikonsultasikan kepada pihak terkait. 3.1 Rencana letak, jenis, dan tipe pelengkap pada layout jaringan irigasi diperiksa kembali dengan teliti. 3.2 Bentuk, bahan, dan struktur pelengkap dirancang dengan cermat sesuai dengan fungsi, dan kriteria. 3.3 Dimensi pelengkap dihitung dengan cermat kondisi tanah serta mengacu pada kriteria. 3.4 Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi pelengkap dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan. 4.1 Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi dirancang dengan cermat kondisi tanah. 4.2 Kapasitas setiap saluran pembuang dihitung dengan teliti sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. 4.3 Dimensi saluran pembuang dihitung dengan cermat kriteria yang telah ditetapkan. 4.4 Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran pembuang dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan Batasan Variabel 1) Kontek Variabel a. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi utamanya pada irigasi. Halaman: 8 dari 79

9 b. Unit kompetensi ini berllaku dalam merencanakan saluran dan irigasi c. Unit kompetensi ini diterapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas irigasi, meliputi: (1) Identifikasi dalam saluran dan irigasi. (2) Pemahaman pemilihan kriteria irigasi (3) Pemahaman langkah-langkah dalam 2) Perlengkapan dan Peralatan a. Peralatan: Komputer dan software dalam menyelesaikan tugas individual dan kelompok b. Bahan: studi kasus untuk tugas individu/kelompok Peta topografi, Data survei, informasi dan hasil invertigasi lapangan c. Fasilitas: Ruangan dan lokasi studi lapangan 3) Tugas-tugas yang harus dilakukan : a. Menetapkan bentuk dan dimensi saluran irigasi b. Menetapkan bentuk, bahan dan dimensi irigasi ( bagi, sadap, pengatur dan ukur) c. Menetapkan bentuk, bahan dan dimensi pelengkap (gorong-gorong, talang, sipon, terjun, dsbnya) d. Menetapkan bentuk dan dimensi saluran pembuang. 4) Materi dan peraturan-peraturan yang diperlukan : a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait Panduan Penilaian 1) Kondisi Pengujian a. Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. b. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : Tes tertulis, Tes lisan (wawancara) dan atau Praktek/simulasi, Porto folio atau metode lain yang relevan; 2) Penjelasan prosedur penilaian; Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait. a. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi: Halaman: 9 dari 79

10 (1) F45 AMPI Menerapkan Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi, dan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L). (2) F45 AMPI Menerapkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air (3) F45 AMPI Mengumpulkan data irigasi (4) F45 AMPI Merencanakan Layout Daerah Irigasi b. Unit kompetensi yang terkait, meliputi: (1) F45 AMPI Merencanakan Bangunan Utama (Bendung) (2) F45 AMPI Menerapkan parameter, dan standar penggambaran Irigasi (3) F45 AMPI Menyusun Panduan Operasi dan Pemeliharaaan Irigasi Kriteria Perencanaan (4) F45 AMPI Melakukan Aplikasi Model Matematis jaringan irigasi 3) Pengetahuan yang dibutuhkan : a. Perencanaan saluran irigasi b. Bangunan irigasi ( bagi, sadap, box tersier, box kwarter, dsbnya) c. Mekanika tanah d. Hidrolika e. Teknologi Bahan. 4) Keterampilan yang dibutuhkan : a. Merencanakan saluran irigasi kriteria (KP-01, KP-03, dan KP-05) b. Merencanakan bentuk dan dimensi irigasi sesuai ketentuan dalam kriteria irigasi Halaman: 10 dari 79

11 5) Aspek Kritis Aspek kritis yang harus diperhatikan : a. Ketelitian dalam menghitung dimensi saluran dan irigasi criteria b. Ketelitian dalam menghitung tinggi muka air di c. Kecermatan dalam merencanakan bentuk dan dimensi saluran pembuang d. Kecermatan dalam merencanakan Merencanakan bentuk, bahan, dan dimensi pelengkap Kompetensi kunci No Kompetensi Kunci Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi 3 2. Mengomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 3 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2 6. Memecahkan masalah 3 7. Menggunakan teknologi 3 Halaman: 11 dari 79

12 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan / 1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. 2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. 3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. 4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan Permulaan dari proses pembelajaran 1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. 2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki Pengamatan terhadap tugas praktek 1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya. 2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan Implementasi 1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman. 2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. 3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan Halaman: 12 dari 79

13 3.2 Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. 3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya sebagai instruktur. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut: Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 1 Kriteria Unjuk No Kerja/Indikator Unjuk Kerja 1.1 Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi dirancang dengan cermat kondisi tanah dan kriteria 1) Dapat menjelaskan kriteria yang Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi Menetapkan bentuk dan dimensi saluran irigasi Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi dengan cermat kondisi tanah Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1. Menjelaskan tentang kriteria yang digunakan dalam merencanakan saluran irigasi 2. Menjelaskan tentang bentuk penampang yang umum digunakan dalam Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 13 dari 79

14 Kriteria Unjuk No Kerja/Indikator Unjuk Kerja digunakan dalam merencanakan saluran irigasi 2) Dapat menjelaskan bentuk penampang yang umum digunakan dalam irigasi 3) Mampu mengidentifikasi jenis saluran layout jaringan irigasi 4) Mampu menetapkan perlunya penguatan pada saluran yang rawan terkena gerusan 5) Mampu merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi kondisi tanah 6) Harus mampu bersikap taat dan konsisten terhadap kriteria dalam merencanakan saluran 7) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam merencanakan saluran irigasi 1.2 Kapasitas setiap saluran dihitung dengan teliti luasan daerah yang akan diairi 1) Dapat menjelaskan cara menghitung kapasitas saluran irigasi kriteria 2) Mampu menghitung Tujuan Pembelajaran dan kriteria Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menghitung kapasitas setiap saluran dengan teliti luasan daerah yang akan diairi Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran irigasi 3. Menjelaskan tata cara mengidentifika si jenis saluran layout jaringan irigasi 4. Menjelaskan tata cara menetapkan perlunya penguatan pada saluran yang rawan terkena gerusan 5. Menjelaskan tata cara merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi kondisi tanah 6. Menjelaskan tata cara merencanakan saluran irigasi secara cermat dan teliti 1.Menjelasakan tentang cara menghitung kapasitas saluran irigasi kriteria 2. Menjelaskan cara menghitung kapasitas saluran primer, sekunder, dan primer Sumber/ Referensi yang Disarankan Pemerintah tentang Irigasi a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 75 menit Halaman: 14 dari 79

15 Kriteria Unjuk No Kerja/Indikator Unjuk Kerja kapasitas saluran primer, sekunder, dan primer luasan daerah yang akan diairi 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung kapasitas setiap jenis saluran irigasi 1.3 Dimensi saluran dihitung dengan cermat kriteria yang telah ditetapkan 1) Dapat menyebutkan kriteria untuk dimensi saluran 2) Dapat menyebutkan data yang dibutuhkan untuk menghitung dimensi saluran 3) Dapat menjelaskan rumus yang digunakan dalam mendimensi saluran irigasi 4) Mampu menghitung dimensi saluran irigasi 5) Harus mampu bersikap cermat dan taat dalam menerapkan kriteria pada perhitungan dimensi saluran 1.4 Elevasi muka air di setiap saluran dan dihitung dengan cermat 1) Dapat menjelaskan cara menentukan elevasi muka air Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menghitung dimensi saluran dengan cermat kriteria yang telah ditetapkan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menghitung elevasi muka air di setiap saluran dan Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran luasan daerah yang akan diairi 3. Menjelaskan tentang tata cara menghitung kapasitas setiap jenis saluran irigasi dengan cermat dan teliti 1. Menjelaskan tentang kriteria untuk dimensi saluran 2.Menjelaskan tentang data yang dibutuhkan untuk menghitung dimensi saluran 3.Menjelaskan tentang rumus yang digunakan dalam mendimensi saluran irigasi 4.Menjelaskan tentang cara menghitung dimensi saluran dengan cermat dan teliti 1. Menjelaskan tentang cara menentukan elevasi muka air di setiap saluran dan 2.Menjelaskan tata cara Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 Jam Pelajaran Indikatif 75 menit 60 menit Halaman: 15 dari 79

16 Kriteria Unjuk No Kerja/Indikator Unjuk Kerja di setiap saluran dan 2) Mampu menghitung elevasi muka di setiap saluran 3) Mampu menghitung elevasi muka air di setiap 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung elavsi muka air di setiap saluran dan 1.5 Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran dikonsultasikan kepada pihak terkait 1) Dapat menjelaskan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran secara lengkap 2) Mampu memeriksa kembali hasil perancangan saluran irigasi 3) Mampu membuat rangkuman hasil perancangan saluran irigasi 4) Mampu mengonsultasika n hasil perancangan saluran irigasi kepada pihak terkait 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menjelaskan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran kepada pihak terkait Diskusi: Tujuan Pembelajaran dengan cermat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengkonsulta sikan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran kepada pihak terkait Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran menghitung elevasi muka di setiap saluran dengan cermat dan teliti 3.Menjelaskan tata cara menghitung elevasi muka air di setiap dengan cermat dan teliti 1. Menjelaskan tentang hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran secara lengkap 2.Menjelaskan cara memeriksa kembali hasil perancangan saluran irigasi 3.Menjelaskan cara membuat rangkuman hasil perancangan saluran irigasi 4.Menjelaskan cara mengonsultasi kan hasil perancangan saluran irigasi kepada pihak terkait 5.Memebrikan contoh cara menjelaskan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran kepada pihak terkait degan cermat dan teliti Sumber/ Referensi yang Disarankan s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 16 dari 79

17 Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 2 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 2.1 Bentuk, bahan dan struktur dirancang dengan cermat sesuai dengan fungsinya dan memenuhi kriteria 1) Dapat menjelaskan jenis dari masingmasing irigasi 2) Dapat menjelaskan fungsi dari masing-masing irigasi 3) Mampu merancang bentuk bagi dan sadap 4) Mampu merancang bahan yang digunakan untuk membangun irigasi 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam merancang irigasi 6) Harus mampu bersikat taat dan konsisten terhadap penerapan kriteria dalam merancang irigasi 2.2 Dimensi irigasi dihitung dengan cermat kondisi tanah serta mengacu pada kriteria 1) Dapat menjelaskan kriteria irigasi Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi Menetapkan bentuk, bahan, dan dimensi irigasi ( bagi, sadap, pengatur, dan ukur) Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat merancang bentuk, bahan dan struktur dengan cermat sesuai dengan fungsinya dan memenuhi kriteria Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat menghitung dimensi irigasi dengan cermat kondisi tanah serta mengacu pada kriteria Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1.Menjelaskan tentang jenis dari masingmasing irigasi 2. Menjelaskan tentang fungsi dari masingmasing irigasi 3. Menjelaskan cara merancang bentuk bagi dan sadap 4. Menjelaskan cara merancang bahan yang digunakan untuk membangun irigasi 5. Menjelaskan cara merancang irigasi dengan cermat dan teliti 1.Menjelaskan tentang kriteria irigasi 2. Menjelaskan cara merancang bagi yang terdapat pada jaringan irigasi Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Jam Pelajaran Indikatif 15 menit 60 menit Halaman: 17 dari 79

18 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 2) Mampu merancang bagi yang terdapat pada jaringan irigasi kriteria 3) Mampu merancang sadap yang terdapat pada jaringan irigasi kriteria 4) Mampu merancang ukur yang terdapat pada jaringan irigasi kriteria 5) Mampu membuat gambar sket hasil perancangan irigasi 6) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung dimensi irigasi 7) Harus mampu bersikat taat dan konsisten terhadap penerapan kriteria dalam menghitung dimensi irigasi 2.3 Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi irigasi dikonsultasikan kepada pihak terkait 1) Mampu memeriksa kembali hasil perhitungan dimensi irigasi Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengkonsultasi kan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi irigasi kepada pihak terkait Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran kriteria 3. Menjelaskan tentang tata cara merancang sadap yang terdapat pada jaringan irigasi kriteria 4. Menjelaskan tentang tata cara merancang ukur yang terdapat pada jaringan irigasi kriteria 5. Menjelaskan cara membuat gambar sket hasil perancangan irigasi 6. Menjelaskan cara menghitung dimensi irigasi dengan cermat dan teliti 1.Menjelaskan tata cara memeriksa kembali hasil perhitungan dimensi irigasi 2. Menjelaskan cara membuat rangkuman hasil perancangan Sumber/ Referensi yang Disarankan Pemerintah tentang Irigasi a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 18 dari 79

19 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 2) Mampu membuat rangkuman hasil perancangan irigasi 3) Dapat menjelaskan hasil perhitungan irigasi kepada pihak terkait 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mengonsultasikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi irigasi kepada pihak terkait Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran irigasi 3. Memberikan contoh cara menjelaskan hasil perhitungan irigasi kepada pihak terkait 4. Menjelaskan cara mengonsultasik an hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi irigasi kepada pihak terkait dengan cermat dan teliti Sumber/ Referensi yang Disarankan tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif Diskusi: Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 3 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 3.1 Rencana letak, jenis dan tipe pelengkap pada layout jaringan irigasi diperiksa kembali dengan teliti 1) Dapat menjelaskan jenis pelengkap pada jaringan irigasi 2) Dapat menjelaskan tata letak setiap jenis pelengkap pada jaringan irigasi 3) Dapat menjelaskan fungsi setiap Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi Menetapkan bentuk, bahan, dan dimensi pelengkap (gorong-gorong, talang, sipon, terjun, dsbnya) Metode Sumber/ Tujuan Pelatihan Tahapan Referensi yang Pembelajaran yang Pembelajaran Disarankan Disarankan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu memeriksa kembali rencana letak, jenis dan tipe pelengkap pada layout jaringan irigasi dengan teliti 1. Ceramah 2. Diskusi 1.Menjelaskan tentang jenis pelengkap pada jaringan irigasi 2. Menjelaskan tentang tata letak setiap jenis pelengkap pada jaringan irigasi 3. Menjelaskan tentang fungsi setiap jenis pelengkap 4. Menjelaskan cara menetapkan jenis a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 15 menit Halaman: 19 dari 79

20 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja jenis pelengkap 4) Mampu menetapkan jenis pelengkap sesuai kondisi topografi 5) Mampu memeriksa ulang rencana letak, jenis dan tipe pelengkap pada layout jaringan irigasi 6) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dakam memeriksa rencana letak, jenis dan tipe pelengkap pada layout jaringan irigasi 3.2 Bentuk, bahan, dan struktur pelengkap dirancang dengan cermat sesuai dengan fungsi dan kriteria 1) Dapat menjelaskan kriteria yang digunakan dalam pelengkap 2) Dapat menjelaskan bentuk setiap jenis pelengkap 3) Dapat menjelaskan bahan yang digunakan dalam pelengkap 4) Mampu merancang bentuk bahan, dan struktur pelengkap sesuai dengan fungsi Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu merancang bentuk, bahan, dan struktur pelengkap dengan cermat sesuai dengan fungsi dan kriteria Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran pelengkap sesuai kondisi topografi 5. Menjelaskan cara memeriksa ulang rencana letak, jenis dan tipe pelengkap pada layout jaringan irigasi dengan cermat dan teliti 1.Menjelaskan tentang kriteria yang digunakan dalam pelengkap 2. Menjelaskan tentang bentuk setiap jenis pelengkap 3. Menjelaskan tentang bahan yang digunakan dalam pelengkap 4. Menjelaskan cara merancang bentuk bahan, dan struktur pelengkap sesuai dengan fungsi dan kriteria 5. Menjelaskan cara merancang bentuk bahan, dan struktur Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 30 menit Halaman: 20 dari 79

21 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja dan kriteria 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam merancang bentuk bahan, dan struktur pelengkap sesuai dengan fungsi 6) Harus mampu bersikap taat dan konsisten terhadap penerapan criteria dalam merencanakan bentuk bahan, dan struktur pelengkap 3.3 Dimensi pelengkap dihitung dengan cermat kondisi tanah serta mengacu pada kriteria 1) Dapat menjelaskan cara menghitung dimensi pelengkap 2) Mampu menghitung dimensi goronggorong yang dibutuhkan kriteria 3) Mampu merancang terjun kriteria 4) Mampu merancang sipon kriteria 5) Mampu Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menghitung dimensi pelengkap dengan cermat kondisi tanah serta mengacu pada kriteria Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran pelengkap sesuai dengan fungsi dengan cermat dan teliti 1.Menjelaskan tentang cara menghitung dimensi pelengkap 2. Menjelaskan tata cara menghitung dimensi gorong-gorong yang dibutuhkan kriteria 3.Menjelaskan cara merancang terjun kriteria 4. Menjelaskan tata cara merancang sipon kriteria 5.Menjelaskan cara merancang merancang Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 60 menit Halaman: 21 dari 79

22 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja merancang talang kriteria 6) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung dimensi pelengkap sesuai dengan fungsi 7) Harus mampu bersikap taat dan konsisten terhadap penerapan criteria dalam menghitung dimensi pelengkap 3.4 Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi pelengkap dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan 1) Dapat menjelaskan hasil penetapan bentuk dan perhitunan dimensi pelengkap 2) Mampu membuat rangkuman hasil pelengkap irigasi 3) Mampu membuat gambar sket hasil perhitungan dimensi pelengkap jaringan irigasi 4) Dapat menjelaskan bentuk dan Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengkonsultasikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi pelengkap kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran talang kriteria 6. Menjelaskan tata cara menghitung dimensi pelengkap sesuai dengan fungsi dengan cermat dan teliti 1.Menjelaskan tentang hasil penetapan bentuk dan perhitunan dimensi pelengkap 2. Menjelaskan cara membuat rangkuman hasil pelengkap irigasi 3.Menjelaskan cara membuat gambar sket hasil perhitungan dimensi pelengkap jaringan irigasi 4. Menjelaskan tentang bentuk dan rancangan bengunan pelengkap irigasi kepada pihak terkait 5. Memberikan contoh cara menjelaskan hasil penetapan Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 22 dari 79

23 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja rancangan bengunan pelengkap irigasi kepada pihak terkait 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menjelaskan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi pelengkap kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan Diskusi: Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran bentuk dan perhitungan dimensi pelengkap kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan dengan cermat dan teliti Sumber/ Referensi yang Disarankan Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Jam Pelajaran Indikatif Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 4 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 4.1 Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang dirancang dengan cermat kondisi tanah 1) Dapat menjelaskan fungsi saluran pembuang pada jaringan irigasi 2) Dapat menjelaskan kriteria saluran pembuang 3) Mampu merancang bentuk penampang saluran pembuang Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi Menetapkan bentuk dan dimensi saluran pembuang Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang dengan cermat kondisi tanah Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1.Menjelaskan tentang fungsi saluran pembuang pada jaringan irigasi 2. Menjelaskan tentang kriteria saluran pembuang 3. Menjelaskan cara merancang bentuk penampang saluran pembuang 4. Menjelaskan cara merancang bahan dan struktur saluran pembuang 3. Menjelaskan cara Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 23 dari 79

24 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 4) Mampu merancang bahan dan struktur saluran pembuang 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang kondisi tanah 4.2 Kapasitas setiap saluran pembuang dihitung dengan teliti sesuai dengan kriteria 1) Dapat menjelaskan cara menghitung kapasitas saluran pembuang kriteria 2) Mampu menghitung kapasitas setiap saluran pembuang pada jaringan irigasi 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung kapasitas saluran pembuang 4) Harus mampu bersikat taat dan konsisten terhadap penerapan kriteria perhitungan kapasitas saluran pembuang 4.3 Dimensi saluran pembuang dihitung dengan cermat kriteria yang telah Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menghitung kapasitas setiap saluran pembuang dengan teliti sesuai dengan kriteria Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menghitung dimensi saluran pembuang Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang kondisi tanah dengan cermat dan teliti 1.Menjelaskan tentang cara menghitung kapasitas saluran pembuang kriteria 2. Menjelaskan cara menghitung kapasitas setiap saluran pembuang pada jaringan irigasi 3. Menjelaskan cara menghitung kapasitas saluran pembuang dengan cermat dan teliti 1.Menjelaskan tentang cara menghitung dimensi saluran pembuang kriteria Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B Jam Pelajaran Indikatif 45 menit 45 menit Halaman: 24 dari 79

25 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja ditetapkan 1) Dapat menjelaskan cara menghitung dimensi saluran pembuang kriteria 2) Mampu menghitung dimensi saluran pembuang sesuai dengan kapasitasnya 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung dimensi saluran pembuang 4) Harus mampu bersikat taat dan konsisten terhadap penerapan kriteria perhitungan dimensi saluran pembuang 4.4 Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran pembuang dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan 1) Dapat menjelaskan hasil penetapan bentuk dan perhitunan dimensi saluran pembuang 2) Mampu memeriksa kembali hasil perancangan saluran pembuang irigasi 3) Mampu membuat rangkuman hasil perancangan saluran pembuang yang terdapat pada jaringan irigasi Tujuan Pembelajaran dengan cermat kriteria yang telah ditetapkan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengkonsultasikan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran pembuang kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 2. Menjelaskan cara menghitung dimensi saluran pembuang sesuai dengan kapasitasnya dengan cermat dan teliti 3. Menjelaskan cara menghitung dimensi saluran pembuang sesuai dengan kapasitasnya 4. Menjelaskan perlunya penerapan kriteria dalam perhitungan dimensi saluran pembuang secara konsisten 1.Menjelaskan tentang hasil penetapan bentuk dan perhitunan dimensi saluran pembuang 2. Menjelaskan tata cara memeriksa kembali hasil perancangan saluran pembuang irigasi 3. Menjelaskan cara membuat rangkuman hasil perancangan saluran pembuang yang terdapat pada jaringan irigasi 4. Memberikan contoh cara menjelaskan bentuk dan rancangan Sumber/ Referensi yang Disarankan b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi a. Pedoman atau peraturan tentang criteria saluran dan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B b. SNI terkait c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 25 dari 79

26 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 4) Dapat menjelaskan bentuk dan rancangan saluran pembuang irigasi kepada pihak terkait 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menjelaskan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran pembuang kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan Diskusi: Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran saluran pembuang irigasi kepada pihak terkait dengan cermat dan teliti Sumber/ Referensi yang Disarankan Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Jam Pelajaran Indikatif Halaman: 26 dari 79

27 BAB IV PERENCANAAN SALURAN DAN BANGUNAN IRIGASI 4.1 Umum Bab ini berisi uraian mengenai penetapan bentuk dan dimensi saluran irigasi, merancang irigasi, merancang pelengkap, serta uraian mengenai cara merencanakan bentuk dan dimensi saluran pembuang. 4.2 Penetapan Bentuk dan Dimensi Saluran Irigasi Sistem irigasi di Indonesia secara umum menerapkan saluran irigasi tanpa pasangan sejauh secara teknis bisa dipertanggung jawabkan. Pada ruas tertentu jika keadaan tidak memungkinkan dapat digunakan saluran pasangan Perencanaan Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi dirancang dengan cermat kondisi tanah dan kriteria. Kriteria yang digunakan dalam merencanakan saluran irigasi adalah KP-03. Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampang trapesium tanpa pasangan adalah pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis. Perencanaan saluran harus memberikan penyelesaian biaya pelaksanaan dan pemeliharaan yang paling rendah. Erosi dan sedimentasi di setiap potongan melintang harus minimal dan berimbang sepanjang tahun. Ruas-ruas saluran harus mantap. Jenis saluran layout jaringan irigasi secara umum dapat dibedakan menjadi; a. Jaringan irigasi utama 1) Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bagi yang terakhir, lihat juga Gambar ) Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada sadap terakhir. 3) Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber yang memberi air pada utama proyek) ke jaringan irigasi primer. 4) Saluran muka tersier membawa air dari sadap tersier ke petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya. Halaman: 27 dari 79

28 b. Jaringan saluran irigasi tersier 1) Saluran tersier membawa air dari sadap tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir. 2) Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah 3) Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak sehingga akses petani dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang paling ujung. 4) Pem sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar petani sehingga partisipasi petani lebih meningkat, dan pemnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta diharapkan letaknya dapat mewakili wilayah P3A atau GP3A setempat. c. Garis Sempadan Saluran Dalam rangka pengamanan saluran dan maka perlu ditetapkan garis sempadan saluran dan irigasi yang jauhnya ditentukan dalam peraturan perundangan sempadan saluran. Gambar 4.1. Saluran-saluran primer dan sekunder Saluran yang airnya bisa disadap langsung oleh sawah, adalah saluran kwarter. Di beberapa ruas tertentu, perlu adanya penguatan pada saluran yang rawan terkena gerusan. Alasan dilakukannya penguatan terhadap saluran pada lokasi tersebut adalah untuk menahan gerusan yang dapat menyebabkan erosi dan longsoran pada dinding saluran. Halaman: 28 dari 79

29 Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin, potongan melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang terbaik. Usaha untuk mendapatkan bentuk yang ideal dari segi hidrolis dengan saluran tanah berbentuk trapesium, akan cenderung menghasilkan potongan melintang yang terlalu dalam atau sempit. Hanya pada saluran dengan debit rencana sampai dengan 0,5 m 3 /dt saja yang potongan melintangnya dapat mendekati bentuk setengah lingkaran. Saluran dengan debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan dangkal dengan perbandingan b/h (n) sampai 10 atau lebih. Harga n yang tinggi untuk debit-debit yang lebih besar adalah perlu, sebab jika tidak, kecepatan rencana akan melebihi batas kecepatan maksimum yang diizinkan. Lebih-lebih lagi, saluran yang lebih lebar mempunyai variasi muka air sedikit saja dengan debit yang berubah-ubah, dan ini mempermudah pembagian air. Pada saluran yang lebar, efek erosi atau pengikisan talut saluran tidak terlalu berakibat serius terhadap kapasitas debit. Dan karena ketinggian air yang terbatas, kestabilan talut dapat diperoleh tanpa memerlukan bahu (berm) tambahan. Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah persyaratan pembebasan tanah dan penggaliannya lebih tinggi, dan dengan demikian biaya pelaksanaannya secara umum lebih mahal. Salah satu metode untuk mendimensi penampang saluran adalah menggunakan metode kecepatan ijin. Dalam saluran dibedakan langkah-langkah berikut: 1) Untuk tiap ruas saluran tentukan debit rencana dan kemiringan yang terbaik kemiringan medan yang ada dan ketinggian sadap tersier yang diperlukan 2) Untuk masing-masing saluran berikutnya, mulai dari utama hingga ujung saluran sekunder, plotlah data Q-I setiap ruas saluran (dari Gambar 4.2) 3) Untuk tiap ruas saluran tentukan besarnya kecepatan yang diizinkan sesuai dengan kondisi tanah 4) Cek apakah garis I R makin besar dengan berkurangnya Qd (ke arah hilir) 5) Cek apakah kecepatan rencana tidak melebihi kecepatan yang diizinkan 6) Jika pada langkah 4 dan 5 tidak ditemui kesulitan, maka saluran akan diselesaikan dengan kemiringan yang dipilih dari langkah 1. 7) Kemiringan saluran dapat dimodifikasi sebagai berikut: Halaman: 29 dari 79

30 a) Bila kecepatan rencana melebihi kecepatan yang diizinkan, maka besarnya kemiringan saluran akan dipilih dan mungkin akan diperlukan terjun b) Bila kemiringan saluran pada langkah 1 untuk suatu ruas tertentu akan lebih landai daripada yang diperlukan untuk garis I R, maka kemiringan tersebut akan ditambah dan akan dibuat dalam galian Selanjutnya lihat bagian KP 03 Saluran. Gambar 4.2. Bagan saluran Perlunya ketaatan dan konsistensi terhadap kriteria dalam merencanakan saluran, serta kecermatan dan ketelitian dalam merencanakan saluran irigasi Menghitung Kapasitas saluran Kapasitas setiap saluran irigasi dihitung dengan teliti luasan daerah yang akan diairi. Berdasarkan kriteria, rumus di bawah ini dapat digunakan untuk menghitung kapasitas saluran: C. NFR. A Q e dimana; Q : Debit rencana, l/dt c : Koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan, (lihat pasal KP-03) NFR : Kebutuhan bersih (netto) air di sawah, l/dt/ha A : Luas daerah yang diairi, ha Halaman: 30 dari 79

31 e : Efisiensi irigasi secara keseluruhan Sebagai contoh perhitungan, jika luas daerah yang akan diairi 100 ha, nilai kebutuhan air disawah 1,2 lt/det/ha dan koefisien golongan adalah 1, maka kapasitas saluran tersebut adalah l/det jika efisiensi irigasinya diasumsikan 0,72. Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung kapasitas setiap jenis saluran irigasi Menghitung Dimensi Saluran Dimensi saluran dihitung dengan cermat kriteria yang telah ditetapkan. Yang termasuk kriteria saluran irigasi, adalah koefisien Strikler (K) tergantung pada debit yang dialirkan. Data penting yang dibutuhkan untuk mendimensi saluran adalah debit air (Q, m 3 /det). Untuk potongan saluran pembuang, aliran dianggap sebagai aliran tetap dan untuk itu diterapkan rumus Strickler (lihat juga pasal KP-03) untuk menghitung kecepatan aliran, dengan rumus sebagai berikut: dimana : v : kecepatan aliran, m/dt k : koefisien kekasaran strickler, m 1/3 /dt R : jari-jari hidrolis, m I : kemiringan energi Untuk menghitung dimensi saluran irigasi, maka data penting yang diperlukan adalah debit yang dialirkan (Q, m 3 /det) serta kecepatan aliran (v, m.det) yang akan dirancang dengan tetap mengacu pada kecepatan minimum dan maksimum yang diijinkan. Dari kedua data tersebut, bisa dihitung luas penampang desain saluran (A = Q/v), yang kemudian dengan mengasumsikan bentuk penampang adalah trapezium, dan perhitungan iterasi/ trial dengan menetapkan salah satu parameter (kedalaman aliran (h) atau kah lebar dasar saluran (b)) awal yang tetap. Perlunya kecermatan dan ketaatan dalam menerapkan kriteria pada perhitungan dimensi saluran Menghitung Elevasi Muka Air di Saluran dan Bangunan Elevasi muka air di setiap saluran dan dihitung dengan cermat sesuai dengan kriteria. Halaman: 31 dari 79

32 Salah satu faktor penting dalam menentukan elevasi muka air di saluran atau adalah tinggi tekanan hilang (head loss). Secara umum, untuk menghitung elevasi muka air di saluran dapat didekati denganpersamaan; Elevasi muka air di saluran hulu = tinggi muka air di hilir saluran + kehilangan tinggi tekanan (head loss) sepanjang saluran. Secara rinci perhitungan elevasi muka air di setiap, melalui tahapan berikut: 1) hitung tinggi muka air di sadap tersier. 2) Hitung kehilangan di saluran kuarter dan tersier serta, dijumlahkan menjadi tinggi muka disawah yang diperlukan dalam petak tersier. 3) Tentukan kehilangan tinggi energi di sadap tersier dan persediaan untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan utama. Rumusnya : P = A + a + b + c + d + e + f + g + h + Z di mana: P : muka air di saluran primer atau sekunder A : elevasi di sawah a : lapisan air di sawah, 10 cm b : kehilangan tinggi energi di saluran kuarter kesawah 5 cm c : kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter 5 cm/boks d : kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi = kemiringan kali panjang atau I x L (disaluran tersier; lihat Gambar 4.1) e : kehilangan tinggi energi di boks bagi, 5 cm/boks f : kehilangan tinggi energi di gorong-gorong, 5 cm per g : kehilangan tinggi eriergi di sadap Δh : variasi tinggi muka air, 0,10 h 100 (kedalaman rencana) Z : kehilangan tinggi energi di - tersier yang lain (misal jembatan). Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung elavsi muka air di setiap saluran dan Konsultasi Hasil Penetapan dan Perhitungan Dimensi Saluran Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran dikonsultasikan kepada pihak terkait. Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran harus memuat detail komponen dimensi yang lengkap. Komponen dimensi saluran dikatakan lengkap, jika terdiri dari komponen: lebar (b), kedalaman aliran (h), kemiringan talud (1/m), tinggi jagaan (h ) dan kemiringan dasar saluran (S). Halaman: 32 dari 79

33 Dalam konsultasi dengan pihak terkait, perlu diperiksa kembali hasil perancangan saluran irigasi apakah sudah sesuai dengan kriteria yang berlaku atau tidak. Indikasi hasil perancangan saluran irigasi yang telah sesuai standar pedoman, diantaranya: 1) Kecepatan aliran lebih kecil dari kecepatan izin 2) Bentuk dan dimensi saluran memenuhi kriteria saluran Selanjutnya, komponen dimensi saluran yang didesain hasil perhitungan dapat dirangkum dalam suatu table disertai gambar potongan melintang penampang yang ditinjau untuk sepanjang saluran, dengan memuat besaran dari masing-masing parameter berikut: 1) Lebar saluran 2) Kedalam saluran 3) Kemiringan talud 4) Kemiringan dasar saluran 5) Tinggi jagaan 6) Kecepatan aliran 7) Panjang saluran Hasil perhitungan dan rangkuman perancangan saluran irigasi di atas selanjutnya dikonsultasikan kepada pihak terkait. Adapun tujuan mengonsultasikan hasil perancangan saluran irigasi tersebut adalah untuk mendapat persetujuan terhadap rancangan yang dilakukan dan pada akhirnya dapat menjadi rancangan definitif. Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menjelaskan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran kepada pihak terkait. 4.3 Perancangan irigasi Berdasarkan kriteria KP-04, maka yang dimaksud dengan irigasi meliputi seluruh yang melengkapi saluran-saluran irigasi dan pembuang, termasuk - yang diperlukan untuk keperluan komunikasi, angkutan, eksploitasi dan pemeliharaan Perencanaan bentuk, bahan dan struktur Irigasi Bentuk, bahan dan struktur dirancang dengan cermat sesuai dengan fungsinya dan memenuhi kriteria. a. Bangunan Utama Bangunan utama (bendung) dapat didefinisikan sebagai kompleks yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air. Fungsi utamanya adalah untuk menaikkan muka air, sehingga dapat dialirkan ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Halaman: 33 dari 79

34 Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang masuk. Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan pelengkap. b. Saluran irigasi Pada jaringan irigasi utama, saluran irigasi dapat digolongkan menjadi empat bagian, sebagai berikut: 1) Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bagi yang terakhir. 2) Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada sadap terakhir. 3) Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber yang memberi air pada utama proyek) ke jaringan irigasi primer. 4) Saluran muka tersier membawa air dari sadap tersier ke petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya. c. Bangunan bagi dan Sadap Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada waktu tertentu. Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan system proporsional. Yaitu bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut : 1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama 2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama. 3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi. Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem golongan. Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu dan alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional. 1) Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih. Halaman: 34 dari 79

35 2) Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke saluran tersier penerima. 3) Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian. 4) Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter) Fungsi sadap pada saluran sekunder, adalah untuk mengalirkan air ke saluran tersier yang langsung dapat dimanfaatkan oleh sawah. Bentuk bagi ataupun sadap umumnya berupa segiempat, dengan alasan agar efisien dalam penggunaan material. d. Bangunan pengukur dan Pengatur Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan primer dan di sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi ukur aliran atas bebas (free overflow) dan ukur alirah bawah (underflow). Beberapa dari pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air. Tabel 4.1. Alat-alat ukur Halaman: 35 dari 79

36 e. Bangunan Pembawa Bangunan- pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran. Aliran yang melalui ini bisa superkritis atau subkritis. Bangunan pembawa dapat berupa: terjun, got miring, goronggorong, talang, siphon, terowongan. f. Bangunan Lindung Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar saluran. Bangunan lindung dapat berupa; pembuang silang, pelimpah, penggelontor sedimen, penguras, saluran pembuang samping, dan saluran gendong. g. Jalan dan Jembatan Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan. Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum didekatnya, maka tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut. Biasanya jalan inspeksi terletak di sepanjang sisi saluran irigasi. Jembatan dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan umum. h. Bangunan Pelengkap Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Pada umumnya tanggul diperlukan di sepanjang sungai di sebelah hulu bendung atau di sepanjang saluran primer. Bangunan- pelengkap yang dibuat di dan sepanjang saluran meliputi: 1) Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman sewaktu terjadi keadaan-keadaan gawat; 2) Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak lereng; 3) Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya (sipon dan gorong-gorong panjang) oleh benda-benda yang hanyut; 4) Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk. 5) Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara petani dan petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian permasalahan yang terjadi di lapangan. Pemnya Halaman: 36 dari 79

37 disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta letaknya di setiap sadap/offtake. Bahan/material yang digunakan untuk membangun irigasi pada umumnya adalah pasangan batu kali. Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam merancang irigasi, serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria dalam merancang irigasi Menghitung Dimensi Bangunan Irigasi Dimensi irigasi dihitung dengan cermat kondisi tanah serta mengacu pada kriteria. Kriteria irigasi didasarkan pada: 1) Kesesuaian dengan fungsi yang dibebankan kepada, 2) Mudahnya dan pelaksanaan 3) Mudahnya operasional dan pemeliharaan 4) Biaya konstruksi dan pemeliharaan 5) Terbiasanya petugas operasi dengan tipe tersebut Menurut kriteria, ketentuan untuk merancang bagi yang terdapat pada jaringan irigasi, adalah sebagai berikut: 1) Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintupintu bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air, sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur debit. 2) Pada cabang saluran dipasang pintu pengatur untuk saluran terbesar dan dipasang alat-alat pengukur dan pengatur di - sadap yang lebih kecil 3) Untuk membatasi sudut aliran dalam percabangan bagi dibuat sudut aliran antara 0 o sampai 90 o. (lihat KP-04) 4) Untuk saluran primer garis tinggi, kehilangan tinggi energi harus tetap kecil: 5 sampai 10 cm. Akibatnya pengatur di saluran primer lebar. 5) Guna mengurangi kehilangan tinggi energi dan sekaligus mencegah penggerusan, disarankan untuk membatasi kecepatan di pengatur sampai kurang lebih 1,5 m/dt. 6) Lebar pintu didesain sedemikian sehingga pada waktu pintu dibuka penuh, mercu samping belum mempunyai pengaruh terhadap pembendungan positif pada debit air sebesar 85% kali debit rencana maksimum (Q 85 %). 7) Untuk lebih lengkap dapat dilhat buku kriteria irigasi tentang, KP-04 Halaman: 37 dari 79

38 Berdasarkan kriteria, cara untuk merancang sadap sekunder yang terdapat pada jaringan irigasi, adalah sebagi berikut: 1) Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran sekunder dan oleh sebab itu, melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas - sadap ini secara umum lebih besar daripada 0,250 m 3 /dt 2) Ada empat tipe yang dapat dipakai untuk sadap sekunder, yakni : a) Alat ukur Romijn Bangunan Bagi dan Sadap 81 Kriteria Perencanaan - Bangunan b) Alat ukur Crump-de Gruyter c) Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar d) Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume 3) Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga debit sebesar 2 m 3 /dt ; dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn dipasang bersebelahan. Untuk debit-debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang lebar. Berdasarkan kriteria, cara merancang ukur yang terdapat pada jaringan irigasi adalah dengan menggunakan ambang lebar. Bangunan ukur ambang lebar merupakan yang kokoh dan mudah dibuat, juga karena mempunyai berbagai bentuk mercu dan ini mudah disesuaikan dengan tipe saluran apa saja. Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi empat adalah: dimana : Q : debit m 3 /dt C d : koefisien debit C d = 0,93 + 0,10 h 1 /L, for 0,1 < h 1 /L < 1,0 h 1 : tinggi energi hulu, m L : panjang mercu, m C v : Koefisien kecepatan datang g : percepatan gravitasi, m/dt 2 ( 9,8) b c : lebar mercu, m h 1 : kedalaman air hulu terhadap ambang ukur, m Harga koefisien kecepatan datang dapat dicari dari Gambar 4.3, yang memberikan harga harga C v untuk berbagai bentuk bagian pengontrol. Halaman: 38 dari 79

39 Gambar 4.3. C v sebagai fungsi perbandingan C d A*/A 1 Karakteristik alat ukur ambang lebar : a. Asal saja kehilangan tinggi energi alat ukur cukup untuk menciptakan aliran kritis, tabel debit dihitung dengan kesalahan kurang dari 2 % b. Kehilangan tinggi energi untuk memperoleh aliran moduler lebih rendah, jika dibandingkan dengan kehilangan tinggi energi lain. c. Sudah ada teori hidrolika untuk menghitung kehilangan energi yang diperlukan. d. Karena peralihan penyempitan bertahap, alat ukur ini mempunyai masalah sedikit saja dengan benda-benda hanyut. e. Pembacaan debit dilapangan mudah, khususnya jika papan duga diberi satuan debit. f. Alat ukur ini mengangkut sedimen, bahkan disaluran dengan aliran subkritis. g. Bangunan kuat tidak mudah rusak. h. Dibawah kondisi hidrolis dan batas yang serupa, adalah yang paling ekonomis dari semua jenis ukur lain. Ketentuan/ cara membuat gambar sket hasil perancangan irigasi, adalah sebagai berikut: a. Sket gambar harus dibuat cukup jelas untuk memudahkan dalam menstransformasikan kedalam gambar. b. Jenis gambar yang harus dibuat berupa: gambar denah, potongan memanjang, potongan melintang dan detil, jika diperlukan gambar tiga dimensi. c. Ukuran dimensi, skala dan symbol harus jelas d. Dsbnya. Halaman: 39 dari 79

40 Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung dimensi irigasi, serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria dalam menghitung dimensi irigasi Konsultasi Hasil Penetapan Bentuk dan Perhitungan Dimensi Bangunan Irigasi Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi irigasi dikonsultasikan kepada pihak terkait. Setelah penetapan bentuk dan perhitungan dimensi selesai dilakukan,,ala hasil perhitungan dimensi irigasi perlu diperiksa kembali. Indikasi hasil rancangan irigasi sudah sesuai dengan pedoman/ standar, terlihat dari: a. tata letak sudah memenuhi kriteria b. Jenis, tipe, bentuk dan dimensi sudah ditentukan yang dihitung kriteria irigasi c. Pintu ukur pada setiap sudah ditentukan d. Sket gambar untuk semua irigasi telah dibuat sesuai dengan ketentuan Selanjutnya, perlu dibuat rangkuman hasil perancangan irigasi yang telah dilakukan. Komponen yang terdapat dalam rangkuman perancangan irigasi, antara lain: a. Jenis b. Dimensi c. Lokasi Hasil penetapan bentuk dan perhitungan irigasi kemudian disampaikan kepada pihak terkait. Tujuan pennyampaian hasil rancangan irigasi kepada pihak terkait adalah untuk memberikan penjelasan tentang hasil rancangan irigasi, apakah rancangan tersebut sudah sesuai dengan kriteria baik dari bentuk maupun cara melakukan perhitungan dimensinya. Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengonsultasikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi irigasi kepada pihak terkait. 4.4 Perancangan Bangunan Pelengkap Berdasarkan kriteria KP-05, terdapat beberapa jenis pelengkap yang terdapat pada jaringan irigasi diantaranya: a. Bangunan pembawa b. Gorong-gorong Halaman: 40 dari 79

41 c. Sipon d. Talang dan flum e. Bangunan terjun f. Got miring g. Jalan inspeksi h. Bangunan akhir Memeriksa Ulang Rencana letak, jenis dan tipe pelengkap pada layout jaringan irigasi Rencana letak, jenis dan tipe pelengkap pada layout jaringan irigasi diperiksa kembali dengan teliti. Bangunan pembawa adalah yang diperlukan untuk membawa aliran air di tempat-tempat di mana tidak mungkin dibuat potongan saluran biasa tanpa pasangan. Bangunan pembawa mungkin diperlukan karena: 1) persilangan dengan jalan, yang diperlukan: gorong-gorong, jembatan 2) keadaan topografi yang berakibat terbatasnya lebar saluran atau perubahan kemiringan secara tiba-tiba, atau di tempat-tempat di mana kemiringan medan melebihi kemiringan saluran; yang diperlukan: talang, flum, terjun atau saluran pasangan, 3) persilangan dengan saluran atau sungai; yang diperlukan: sipon atau gorong-gorong, 4) menjaga agar muka air tetap setinggi yang diperlukan di daerahdaerah rendah; yang dibutuhkan: talang, flum atau saluran pasangan, 5) perlu membuang kelebihan air dengan pembuang; yang dibutuhkan: pembuang. a. Gorong-gorong a.1. Umum Gorong-gorong adalah yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), bawah jalan, atau jalan kereta api. Gorong-gorong berupa saluran tertutup, dengan peralihan pada bagian masuk dan keluar. Gorong-gorong akan sebanyak mungkin mengikuti kemiringan saluran. Gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka selama tidak tenggelam. Gorong-gorong (lihat Gambar 4.4) mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir. Sebagian dari potongan melintang mungkin berada diatas muka air. Dalam hal ini gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas. Halaman: 41 dari 79

42 Gambar 4.4. Standar peralihan saluran a.2. Kecepatan aliran Kecepatan yang dipakai di dalam gorong-gorong bergantung pada jumlah kehilangan energi yang ada dan geometri lubang masuk dan keluar. Untuk tujuan-tujuan, kecepatan diambil: 1,5 m/dt untuk gorong-gorong di saluran irigasi dan 3 m/dt untuk gorong-gorong di saluran pembuang. a.3. Ukuran-ukuran Standar Hanya diameter dan panjang standar saja yang mempunyai harga praktis. Diameter minimum pipa yang dipakai di saluran primer adalah 0,60 m. Gambar 4.5. menyajikan dimensi-dimensi dan detail khusus untuk pipa beton standar. Halaman: 42 dari 79

43 Gambar 4.5. Standar pipa beton a.4. Penutup Minimum Penutup di atas gorong-gorong pipa di bawah jalan atau tanggul yang menahan berat kendaraaan harus paling tidak sama dengan diameternya, dengan minimum 0,60 m. Gorong-gorong pembuang yang dipasang di bawah saluran irigasi harus memakai penyambung yang kedap air, yaitu dengan ring penyekat dari karet. Seandainya sekat penyambung ini tidak ada, maka semua gorong-gorong di bawah saluran harus disambung dengan beton tumbuk atau pasangan. a.5. Gorong gorong Segi Empat Gorong-gorong segi empat dibuat dari beton bertulang atau dari pasangan batu dengan pelat beton bertulang sebagai penutup. Gorong-gorong tipe pertama terutama digunakan untuk debit yang besar atau bila yang dipentingkan adalah gorong-gorong yang kedap air. Halaman: 43 dari 79

44 Gorong-gorong dari pasangan batu dengan pelat beton bertulang sangat kuat dan pembuatannya mudah. Khususnya untuk tempat-tempat terpencil, gorong gorong ini sangat ideal. Gambar 4.6 menyajikan contoh tipe gorong-gorong yang telah dijelaskan diatas. Gambar 4.6. Gorong-gorong segi empat a.6. Kehilangan tinggi energi untuk gorong-gorong yang mengalir penuh Untuk gorong-gorong pendek (L<20m) seperti yang biasa direncana dalam jaringan irigasi, harga-harga seperti yang diberikan pada Tabel 4.2. dapat dianggap sebagai mendekati benar atau untuk rumus : dimana : Q : debit, m 3 /dt µ : koefisien debit (lihat Tabel 4.2) A : luas pipa, m 3 g : percepatan gravitasi, m/dt² ( 9,8) z : kehilangan tinggi energi pada gorong gorong, m Tabel 4.2. Harga-harga µ dalam gorong-gorong pendek Halaman: 44 dari 79

45 a.7. Standar Ukuran dan Penulangan Gorong-Gorong Segi Empat a.7.1 Analisis Pembebanan Perhitungan struktur didasarkan pada asumsi tanah lunak yang umumnya disebut highly compressible, dengan mengambil hasil pembebanan terbesar/maksimum dari kombinasi pembebanan sebagai berikut : 1) berat sendiri gorong-gorong persegi beton bertulang 2) beban roda atau muatan rencana untuk middle tire sebesar 5 ton 3) beban kendaraan di atas konstruksi gorong-gorong persegi ini diperhitungkan setara dengan muatan tanah setinggi 100 cm 4) tekanan tanah aktif 5) tekanan air dari luar 6) tekanan hidrostatik (qa) 7) asumsi kedalaman lapisan penutup tanah adalah sebesar 1,0 m a.7.2 Desain Parameter Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan struktur goronggorong ini disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.3. Parameter desain gorong-gorong persegi empat (box culvert) Halaman: 45 dari 79

46 a.7.3 Penulangan Penulangan gorong-gorong beton bertulang ini dirancang sedemikian rupa sehingga : 1) diameter tulangan yang digunakan 16 mm dan 12 mm 2) bentuk/ukuran segmen penulangan sederhana, praktis dan dapat dipakai pada beberapa segmen gorong-gorong serta beratnya pun diperhitungkan sedemikian rupa sehingga mudah dirakit/dipasang dan diikat 3) pembengkokan dan penempatan tulangan direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan pemakai jalan bila penutup beton pecah karena benturan keras atau aus (ujung tulangan tidak akan menonjol ke permukaan lantai kendaraan) a.7.4 Dasar-dasar Pelaksanaan Konstruksi gorong-gorong persegi beton bertulang ini dirancang dengan cara pengecoran di tempat, menggunakan perancah sementara dan bekisting yang harus dibongkar segera setelah kekuatan beton tercapai yaitu umur beton kurang lebih 28 hari. Panjang gorong-gorong persegi, merupakan lebar jalan ditambah dua kali lebar bahu jalan dan dua kali tebal dinding sayap. Konstruksi goronggorong persegi beton bertulang ini direncanakan dapat menampung berbagai variasi lebar perkerasan jalan, sehingga pada prinsipnya panjang gorong-gorong persegi adalah bebas, tetapi pada perhitungan volume dan berat besi tulangan diambil terbatas dengan lebar perkerasan jalan yang umum yaitu 3,5 ; 4,5 ; 6 dan 7 m. Fungsi dari terjun pada saluran irigasi adalah untuk mengatasi perbedaan ketinggian yang terlalu besar antara kemiringan saluran dengan kemiringan medan. Dengan kata lain, terjun berfungsi sebagai pengatur tinggi mukai air. b. Sipon b.1. Umum Sipon (Gambar 4.7) adalah yang membawa air melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Pada sipon air mengalir karena tekanan. Perencanaan hidrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan pada bagian siku sipon serta kehilangan pada peralihan keluar. Diameter minimum sipon adalah 0,60 m untuk memungkinkan pembersihan dan inspeksi. Karena sipon hanya memiliki sedikit fleksibilitas dalam mengangkut lebih banyak air daripada yang direncana, Halaman: 46 dari 79

47 ini tidak akan dipakai dalam pembuang. Walaupun debit tidak diatur, ada kemungkinan bahwa pembuang mengangkut lebih banyak benda-benda hanyut. Gambar 4.7. Contoh sipon Agar pipa sipon tidak tersumbat dan tidak ada orang atau binatang yang masuk secara kebetulan, maka mulut pipa ditutup dengan kisi-kisi penyaring (trashrack). Biasanya pipa sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di sebelah hulu agar air tidak meluap di atas tanggul saluran hulu. Di saluran-saluran yang lebih besar, sipon dibuat dengan pipa rangkap (double barrels) guna menghindari kehilangan yang lebih besar di dalam sipon jika itu Halaman: 47 dari 79

48 tidak mengalirkan air pada debit rencana. Pipa rangkap juga menguntungkan dari segi pemeliharaan dan mengurangi biaya pelaksanaan. Sipon yang panjangnya lebih dari 100 m harus dipasang dengan lubang periksa (manhole) dan pintu pembuang, jika situasi memungkinkan, khususnya untuk jembatan sipon. Pemasangan sipon (yang panjangnya lebih dari 100 m) memerlukan seorang ahli mekanik dan hidrolik. b.2. Kecepatan aliran Untuk mencegah sedimentasi kecepatan aliran dalam sipon harus tinggi. Tetapi, kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya kehilangan tinggi energi. Oleh sebab itu keseimbangan antara kecepatan yang tinggi dan kehilangan tinggi energi yang diizinkan harus tetap dijaga. Kecepatan aliran dalam sipon harus dua kali lebih tinggi dari kecepatan normal aliran dalam saluran, dan tidak boleh kurang dari 1 m/dt, lebih disukai lagi kalau tidak kurang dari 1,5 m/dt Kecepatan maksimum sebaiknya tidak melebihi 3 m/dt. b.3. Perapat pada lubang masuk pipa Bagian atas lubang pipa berada sedikit di bawah permukaaan air normal ini akan mengurangi kemungkinan berkurangnya kapasitas sipon akibat masuknya udara ke dalam sipon. Kedalaman tenggelamnya bagian atas lubang sipon disebut air perapat (water seal). Tinggi air perapat bergantung kepada kemiringan dan ukuran sipon, pada umumnya: 1,1 hv < air perapat < 1,5 hv (sekitar 0,45 m, minimum 0,15 m) di mana hv = beda tinggi kecepatan pada pemasukan. b.4. Kehilangan tinggi energi Kehilangan tinggi energi pada sipon terdiri dari : 1) Kehilangan masuk 2) kehilangan akibat gesekan 3) kehilangan pada siku 4) kehilangan keluar b.5. Kisi-kisi penyaring Kisi-kisi penyaring (lihat Gambar 4.8) harus dipasang pada bukaan/ lubang masuk di mana benda-benda yang menyumbat menimbulkan akibat-akibat yang serius, misalnya pada sipon dan gorong-gorong yang panjang. Kisi-kisi penyaring dibuat dari jeruji-jeruji baja dan mencakup seluruh bukaan. Jeruji tegak dipilih agar bisa dibersihkan dengan penggaruk (rake). Halaman: 48 dari 79

49 Gambar 4.8 Kisi-kisi penyaring b.6. Pelimpah Biasanya sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di hulu itu (lihat Gambar 4.7). Dalam kondisi penempatan pengeluaran sedimen direncanakan pada ruas ini, serta ketersediaan lahan/ruang mencukupi, maka disarankan dilakukan penggabungan pelimpah dengan pengeluar sedimen(sediment excluder). Pelimpah samping adalah tipe paling murah dan sangat cocok untuk pengaman terhadap kondisi kelebihan air akibat bertambahnya air dari luar saluran. Debit rencana pelimpah sebaiknya diambil 60% atau 120% dari Qrencana (lihat Bab 7 KP-04). Penggabungan peluap dan pengeluar sedimen (sediment excluder) dalam satu kompleks perlu mempertimbangkan debit dan keleluasaan ruang yang ada. b.7. Sipon Jembatan Kadang-kadang akan sangat menguntungkan untuk membuat apa yang disebut jembatan sipon. Bangunan ini membentang di atas lembah yang lebar dan dalam. Mungkin juga (dan ekonomi) untuk membuat talang bertekanan. c. Talang dan Flum Talang (Gambar 4.9) adalah saluran buatan yang dibuat dari pasangan beton bertulang, kayu atau baja maupun beton ferrocement, didalamnya air mengalir dengan permukaan bebas, dibuat melintas lembah dengan panjang tertentu (umumnya di bawah 100 m), saluran pembuang, sungai, jalan atau rel kereta api, dan sebagainya. Saluran talang, minimum ditopang oleh 2 (dua) pilar atau lebih dari konstruksi pasangan batu untuk tinggi kurang 3 meter (beton bertulang pertimbangan biaya) dan konstruksi pilar dengan beton bertulang untuk tinggi lebih 3 meter. Halaman: 49 dari 79

50 Gambar 4.9. Contoh talang Sedangkan flum adalah saluran-saluran buatan yang dibuat dari pasangan, beton baik yang bertulang maupun tidak bertulang, baja atau kayu maupun beton ferrocement. Didalamnya air mengalir dengan permukaan bebas, dibuat melintas lembah yang cukup panjang > 60 meter atau disepanjang lereng bukit dan sebagainya. Dan dasar saluran flum tersebut terletak diatas muka tanah bervarasi tinggi dari 0 meter dan maksimum 3 meter. Untuk menopang perbedaan tinggi antara muka tanah dan dasar saluran flum dapat dilaksanakan dengan tanah timbunan atau pilar pasangan batu atau beton bertulang. Halaman: 50 dari 79

51 c.1. Talang c.1.1 Potongan Melintang Potongan melintang tersebut ditentukan oleh nilai banding b/h, dimana b adalah lebar dan h adalah kedalaman air. Nilai-nilai banding berkisar antara 1 sampai 3 yang menghasilkan potongan melintang hidrolis yang lebih ekonomis. c.1.2 Kemiringan dan Kecepatan Kecepatan di dalam lebih tinggi daripada kecepatan dipotongan saluran biasa. Tetapi, kemiringan dan kecepatan dipilih sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadikecepatan superkritis atau mendekati kritis, karena aliran cenderung sangat tidak stabil. Untuk nilai banding potongan melintang pada pasal c.1, ini memberikan kemiringan maksimum I = 0,002. c.1.3 Peralihan Peralihan masuk dan keluar dapat diperkirakan dengan Gambar 4.10 dan menghitung kehilangan tinggi energi. Untuk menentukan panjang peralihan di hulu maupun dihilir dihitung dengan rumus: dimana; B : lebar permukaan air di saluran b : lebar permukaan air di bagian talang L : panjang peralihan atau transisi antara talang dengan saluran α : sudut antara garis as talang dengan garis pertemuan permukaan air Gambar Panjang peralihan talang c.1.4 Tinggi Jagaan Tinggi jagaan untuk air yang mengalir dalam talang atau flum didasarkan pada debit, kecepatan dan faktor-faktor lain. Harga-harga tinggi jagaan dapat diambil dari KP 03 Saluran, pasal Saluran Pasangan. Untuk talang yang melintas sungai atau pembuang, harus dipakai hargaharga ruang bebas berikut 1) pembuang intern Q5 + 0,50 m 2) pembuang ekstern Q25 + 1,00 m Halaman: 51 dari 79

52 3) sungai: Q 25 + ruang bebas bergantung kepada keputusan perencana, tapi tidak kurang dari 1,50 m. Perencana akan mendasarkan pilihannya pada karakteristik sungai yang akan dilintasi, seperti kemiringan, benda-benda hanyut, agradasi atau degradasi. c.1.5 Bahan Pipa-pipa baja sering digunakan untuk talang kecil karena mudah dipasang dan sangat kuat. Untuk debit kecil, pipa-pipa ini lebih ekonomis daripada tipe-tipe atau bahan lainnya. Tetapi baja memiliki satu ciri khas yang harus mendapat perhatian khusus baja mengembang (ekspansi) jika kena panas. Ekspansi baja lebih besar dari bahan-bahan lainnya. Oleh sebab itu harus dibuat sambungan ekspansi. Sambungan ekspansi hanya dapat dibuat di satu sisi saja atau di tengah pipa, bergantung kepada bentang dan jumlah titik dukung (bearing point). Pipa-pipa terpendam tidak begitu memerlukan sarana-sarana semacam ini karena variasi temperatur lebih kecil dibanding untuk pipa-pipa di udara terbuka. Flum dibuat dari kayu, baja atau beton. Untuk menyeberangkan air lewat saluran pembuang atau irigasi yang lain, petani sering menggunakan flum kayu. Flum baja atau beton dipakai sebagai talang. Untuk debit-debit yang besar, lebih disukai flum beton. Kedua tipe tersebut dapat berfungsi ganda jika dipakai sebagai jembatan orang (baja) atau kendaraan (beton). Flum merupakan saluran tertutup jika dipakai sebagai jembatan jalan. c.1.6 Standar Ukuran dan Penulangan Talang a). Analisis Pembebanan Pembebanan talang (aquaduct) irigasi selain beban air irigasi diperhitungkan juga beban lalu lalang sesuai fungsi jembatan sebagai jembatan inspeksi. Pembebanan akibat berat air sesuai volume air yang melalui talang yaitu debit x panjang bentang talang. Sedang pembebanan jembatan telah diuraikan dalam KP-06 parameter. Bangunan talang dilengkapi jembatan terdiri dari dua bagian yaitu : atas dan bawah (hitungan selengkapnya lihat KP-04). c.2 Bangunan Elevated Flume Elevated flume merupakan saluran air melalui celah sempit yang ditinggikan dari permukaan tanah. Kemiringan memanjang saluran flume dibuat curam daripada saluran dihulu atau dibagian hilirnya. Kecepatan maksimum yang diijinkan 4 m/det, kecepatan normal 0,7 sampai 3 m/dt. Bila tingginya cukup maka kemiringan saluran flume dapat dibuat lebih besar daripada 1/250 atau 1/400 (0,00285 atau 0,00250). Halaman: 52 dari 79

53 Secara umum aliran dielevated flume ini dihitung sebagai aliran merata di hilir dan hulu saluran. Standar panjang saluran transisi sebagai berikut : Gambar 4.11 Standar Saluran Transisi Konstruksi flume umumnya menggunakan beton dengan potongan melintang segi empat dan secara normal setiap 8 m diberi waterstop seperti gambar dibawah ini. Gambar 4.12 Saluran tiap 6 atau 8 m diberi water stop c.2.1 Penentuan dimensi Penentuan dimensi potongan flume segi empat dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu: a) Menggunakan Grafik Konstruksi flume biasanya menggunakan beton, dimensinya diketahui melalui grafik yang tertera pada Gambar 4.13 di bawah ini. Dimensi dapat ditentukan jika diketahui debit (Q) dan slope atau kemiringan memanjang saluran serta koefisien kekasaran (n). Halaman: 53 dari 79

54 Gambar Grafik untuk menentukan dimensi Flume b dan d flume dimana : b : lebar saluran d : tinggi aliran dalam saluran n : koefisien kekasaran I : kemiringan (slope) potongan memanjang b) Dengan perhitungan Perhitungan yang digunakan sama dengan rumus untuk perhitungan saluran terbuka. Tinggi jagaan (freeboard) dihitung dengan : 1. minimum tinggi jagaan sekitar 0,10 sampai 1,50 kali lining saluran dihulu dan dihilir. 2. Fb = 0,07 d + hv + (0,05 0,15) Gambar Potongan memanjang flume Halaman: 54 dari 79

55 Persamaan untuk perhitungan gesekan karena kemiringan I di elevated flume dan perhitungan kehilangan tinggi (jenis peralihan punggung patah) dapat dilihat pada KP-04. Sedangkan Harga-harga koefisien kehilangan tinggi energi masuk (inlet) dan keluar (outlet) dapat dilihat pada Tabel 5.3 pada Kriteria Perencanaan Saluran (KP-03). Di Indonesia pada umumnya saluran flume diletakkan diatas timbunan (kurang dari 3 m). Elevated flume diletakkan diatas pilar dengan pertimbangan antara lain : 1) Bila timbunan lebih dari 3 m 2) Harga biaya timbunan tanah lebih mahal daripada biayapilar yang disebabkan antara lain sumber tanah timbunan lokasinya jauh dari proyek. 3) Terkait masalah pembebasan tanah c.2.2 Daftar Dimensi Elevated Flume Untuk memudahkan menentukan dimensi saluran Elevated Flume, maka dibuat daftar yang terkait dimensi, debit, kecepatan dan kemiringan memanjang saluran seperti yang terlihat pada Tabel 5.10 KP-04. Desain parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan struktur elevated flume dan kriteria penulangan talang beton bertulang ini dirancang sedemikian dapat dilihat pada KP-04. d. Bangunan Terjun d.1 Umum Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian fungsional, masingmasing memiliki sifat-sifat yang khas (lihat Gambar 4.15). 1) Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi superkritis 2) bagian di mana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah 3) bagian tepat di sebelah hilir potongan U dalam Gambar 4.15, yaitu tempat di mana energi diredam 4) bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi d.2 Bagian Pengontrol Pada bagian pertama dari ini, aliran di atas ambang dikontrol. Hubungan tinggi energi yang memakai ambang sebagai acuan (h 1 ) dengan debit (Q) pada pengontrol ini bergantung pada ketinggian ambang (p 1 ), potongan memanjang mercu, kedalaman bagian pengontrol yang tegak lurus terhadap aliran, dan lebar bagian pengontrol ini. Halaman: 55 dari 79

56 Bangunan- pengontrol yang mungkin adalah alat ukur ambang lebar atau flum leher panjang, pengatur mercu bulat dan celah pengontrol trapesium (Lihat KP-04). Gambar 4.15 Bangunan terjun dan peredam energy Pada waktu menentukan bagian pengontrol, kurve Q-h 1 dapat diplot pada grafik. Pada grafik yang sarna harus diberikan plot debit versus kedalaman air saluran hulu, seperti yang ditunjukkan pada Gambar Dengan cara menganekaragamkan harga-harga pengontrol, kedua kurve dapat dibuat untuk bisa digabung dengan harga-antara umum aliran di saluran tersebut. Keuntungan dari penggabungan semacam ini adalah bahwa pengontrol tidak menyebabkan kurve pengempangan (dan sedimentasi) atau menurunnya muka air (dan erosi) di saluran hulu. Gambar 4.16 Penggabungan kurve Q y 1 dan Q h 1 sebuah Halaman: 56 dari 79

57 d.3 Bangunan Terjun Tegak Bangunan terjun tegak menjadi lebih besar apabila ketinggiannya ditambah. Juga kemampuan hidrolisnya dapat berkurang akibat variasi di tempat jatuhnya pancaran di lantai kolam jika terjadi perubahan debit. Bangunan terjun sebaiknya tidak dipakai apabila perubahan tinggi energi, diatas melebihi 1,50 m. Dengan terjun tegak, luapan yang jatuh bebas akan mengenai lantai kolam dan bergerak ke hilir pada potongan U (lihat Gambar 4.15). Akibat luapan dan turbulensi (pusaran air) di dalam kolam di bawah tirai luapan, sebagian dari energi direndam di depan potongan U. Energi selebihnya akan diredam di belakang potongan U. Sisa tinggi energi hilir yang memakai dasar kolam sebagai bidang persamaan, Hd, tidak berbeda jauh dari perbandingan Z/H 1, dan kurang lebih sama dengan 1,67H 1 (lihat Persamaan 5.13 KP-04). Harga H d ini dapat dipakai untuk menentukan Z sebuah terjun tegak. Bangunan terjun dengan bidang tegak sering dipakai pada saluran induk dan sekunder, bila tinggi terjun tidak terlalu besar. Menurut Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi (1980) tinggi terjun tegak dibatasi sebagai berikut : (1) Tinggi terjun maksimum 1,50 meter untuk Q < 2,50 m 3 / dt. (2) Tinggi terjun maksimum 0,75 meter untuk Q > 2,50 m 3 / dt Perencanaan hidrolis terjun dipengaruhi oleh besaran-besaran berikut : H 1 = tinggi energi di muka ambang, m H = perubahan tinggi energi pada, m H d = tinggi energi hilir pada kolam olak, m q = debit per satuan lebar ambang, m2/dt g = percepatan gravitas, m/dt2 ( 9,8) n = tinggi ambang pada ujung kolam olak, m Besaran-besaran ini dapat digabungkan untuk membuat perkiraan awal tinggi terjun : Z = ( H + H d ) H 1 Untuk perikiraan awal Hd, boleh diandaikan, bahwa H d 1,67 H 1 Kemudian kecepatan aliran pada potongan U dapat diperkirakan dengan dan selanjutnya, Halaman: 57 dari 79

58 y u = q/v u Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan bilangan Froude tak berimensi : Geometri terjun tegak dengan perbandingan panjang yd/ z dan Lp/z kini dapat dihitung dari Gambar Pada Gambar ditunjukkan yd dan Lp Gambar Grafik tak berdimensi dari geometri terjun tegak Kriteria terjun tegak, antara lain: 1) Jika dibuat dari pasangan batu, kehilangan ketinggian permukaan air kurang dari 1 m (Z < 1 m) 2) Jika dibuat dari pasangan beton, maka Z > 1 meter 3) Terjunan tegak umumnya ditempatkan pada saluran tersier Analisis hidrolisnya, lihat KP-05 d.4 Bangunan Terjun Miring Permukaan miring, yang menghantar air ke dasar kolam olak, adalah praktek yang umum, khususnya jika tinggi energi jatuh melebihi 1,5 m. Pada terjun, kemiringan permukaan belakang dibuat securam mungkin dan relatif pendek. Jika peralihan ujung runcing dipakai di antara permukaan pengontrol dan permukaan belakang (hilir), disarankan untuk memakai kemiringan yang tidak lebih curam dari 1:2 (lihat Gambar 4.18). Halaman: 58 dari 79

59 Gambar Bangunan terjun miring Alasannya adalah untuk mencegah pemisahan aliran pada sudut miring. Jika diperlukan kemiringan yang lebih curam, sudut runcing harus diganti dengan kurve peralihan dengan jari-jari r 0,5 Hl maks. Harga-harga y u dan H d, yang dapat digunakan untuk kolam di belakang potongan U, mungkin dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel A2.6 (Lampiran 2 KP-04) Tinggi energi H u pada luapan yang masuk kolam pada potongan U mempunyai harga yang jauh lebih tinggi jika digunakan permukaan hilir yang miring, dibandingkan apabila luapan jatuh bebas seperti pada terjun tegak. Sebabnya ialah bahwa dengan terjun tegak, energi diredam karena terjadinya benturan luapan dengan lantai kolam dan karena pusaran turbulensi air di dalam kolam di bawah tirai luapan. Dengan terjun miring, peredaman energi menjadi jauh berkurang akibat gesekan dan aliran turbulensi di atas permukaan yang miring. e. Got Miring Bila saluran mengikuti kemiringan lapangan yang panjang dan curam, maka sebaiknya dibuat got miring. Aliran dalam got miring (lihat Gambar 4.19) adalah superkritis dan bagian peralihannya harus licin dan berangsur agar tidak terjadi gelombang. Gelombang ini bisa menimbulkan masalah di dalam potongan got miring dan kolam olak karena gelombang sulit diredam. Halaman: 59 dari 79

60 Gambar 4.19 Tipe-tipe got mirin segiempat e.1 Peralihan USBR (1978) mengajurkan agar aturan-aturan berikut diikuti dalam geometris bagian peralihan (masuk dan keluar) : 1) Kotangen sudut lentur permukaan air (α) tidak boleh kurang dari 3,375 kali bilangan Froude aliran (Bila kriteria ini tidak berhasil mengontrol pelenturan, maka pelenturan maksimum sebaiknya 30 o pada peralihan masuk dan 25 o pada peralihan keluar) 2) Peralihan masuk nonsimetris dan perubahan-perubahan pada trase tepat didepan harus dihindari karena hal-hal tersebut bisa mengakibatkan terjadinya gelombang-gelombang silang di dalam got miring dan arus deras di dalam kolam olak. 3) Kecepatan saluran di got miring tidak melebihi 2 m/dt untuk saluran pasangan batu dan 3 m/dt untuk saluran dari pasangan beton. Kriteria dan persamaan untuk perhitungan lantai peralihan dapat dilihat dalam KP-04. e.2. Bangunan Pembawa Persamaan Bernoulli s dipakai untuk menghitung perubahan aliran di dasar got miring. Persamaan tersebut harus dicoba dulu : d 1 + h v1 + Z 1 = d 2 + h v2 + h f + Z 2 dimana : d 1 : kedalaman diujung hulu kolam, m Halaman: 60 dari 79

61 h v1 : tinggi kecepatan di ujung hulu, m d 2 : kedalaman di ujung hilir kolam, m h v2 : tinggi kecepatan di ujung hilir, m h f : kehilangan energi akibat gesekan pada ruas, m Z 1 : jarak bidang referensi, m Z 2 : jarak bidang referensi, m Kehilangan energi karena gesekan h f sama dengan sudut gesekan ratarata Sa pada ruas kali panjangnya L. Dengan rumus Manning/ Strickler, sudut gesekan tersebut adalah : dimana : v : kecepatan, m/dt k : koefisien kekasaran, m 1/3 /dt R : jari-jari hidrolis, m Kehilangan energi akibat gesekan, h f boleh diabaikan untuk got miring yang panjangnya kurang dari 10 m. Potongan biasa untuk bagian miring ini adalah segi empat. Tetapi, andaikata ada bahaya terjadinya aliran yang tidak stabil dan timbulnya gelombang, maka potongan dengan dasar berbentuk segi tiga dan dinding vertikal dapat dipilih. Tinggi dinding got miring yang dianjurkan sama dengan kedalaman maksimum ditambah dengan tinggi jagaan (lihat Tabel 4.4) atau 0,4 kali kedalaman kritis di dalam potongan got miring ditambah dengan tinggi jagaan, yang mana saja yang lebih besar. Tabel 4.4. Tinggi minimum untuk got miring (dari USBR, 1973) Bila kecepatan di dalam got miring lebih dari 9 m/dt, maka kemungkinan volume air tersebut bertambah akibat penghisapan udara oleh air. Peninggian dinding dalam situasi ini termasuk persyaratan yang harus dipenuhi, di samping persyaratan bahwa kedalaman air tidak boleh kurang dari 0,4 kali kedalaman kritis. Halaman: 61 dari 79

62 f. Jalan inspeksi Layout petak tersier juga mencakup jalan inspeksi dan jalan petani. Operasi dan pemeliharaan saluran dan di dalam petak tersier membutuhkan jalan inspeksi di sepanjang saluran irigasi sampai ke boks bagi yang terletak paling ujung/hilir. Karena kendaraan yang di pakai oeh ulu-ulu dan para pembantunya adalah sepeda atau sepeda motor, maka lebar jalan inspeksi diambil sekitar 1,5-2,0 m. Jalan inspeksi untuk saluran tersier dibangun dengan lapisan dasar dan kerikil setebal 0,20 m supaya cukup kuat. Kerikil terbaik untuk pembuatan jalan adalah bahan aluvial alamiah yang dipilih dari sungai yang mengalir di daerah proyek. Jalan inspeksi untuk saluran tersier dapat juga dibangun dengan lapisan dasar dari sirtu dan/atau Lapis Pondasi Agregat Kelas B setebal 0.20 m supaya kuat. Batu-batu bongkah yang terlalu besar atau kerikil bergradasi jelek hendaknya dihindari. Di daerah-daerah datar atau rawa-rawa sebaiknya tinggi jalan diambil 0,3-0,5 m di atas tanah di sekelilingnya. Gambar Jembatan pada jalan petani dan jalan inspeksi Halaman: 62 dari 79

63 g. Bangunan akhir Bangunan akhir harus dibuat di ujung saluran pembawa kuarter untuk membuang kelebihan air. Bangunan akhir berupa pelimpah yang disesuaikan dengan muka air rencana. Untuk membilas endapan, itu dilengkapi dengan skot balok. Gambar Bangunan akhir di saluran kwarter Penentuan jenis pelengkap yang diperlukan juga dipengaruhi oleh lokasi dan kondisi topografi setempat. Sebagai contoh, jenis pelengkap yang dapat digunakan pada saluran yang melintasi lembah/sungai yang cukup dalam adalah talang air. Tujuan pemeriksaan ulang terhadap rencana letak, jenis dan tipe pelengkap pada layout jaringan irigasi adalah untuk memastikan bahwa rancangan yang dibuat sudah sesuai tata aturan yang telah ditetapkan pedoman krietria dan kondisi lapangan sebenarnya. Halaman: 63 dari 79

64 Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam memeriksa rencana letak, jenis dan tipe pelengkap pada layout jaringan irigasi Perencanaan Bentuk, bahan, dan struktur pelengkap Bentuk, bahan, dan struktur pelengkap dirancang dengan cermat sesuai dengan fungsi dan kriteria. Dalam merencanakan dan merancang jenis pembawa berupa sipon yang relative pendek dengan aliran penuh, maka kecepatan aliran yang diijinkan adalah kurang dari 2 m/det. Yang termasuk dalam pengatur, antara lain adalah: a. Pintu Skot balok b. Pintu sorong c. kontrol celah trapezium Bahan/material yang umum digunakan dalam merancang pelengkap berupa terjunan di saluran tersier adalah pasangan batu kali. Sedangkan untuk talang/flum yang terdapat pada saluran pembawa dapat menggunakan bahan dari kayu. Cara merancang bentuk, bahan, dan struktur pelengkap dapat dilihat pada sub bab sebelumnya, sedangkan detail pedoman dan lampiran dapat dilihat pada kriteria KP-04. Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam merancang bentuk bahan, dan struktur pelengkap sesuai dengan fungsi, serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria dalam merencanakan bentuk bahan, dan struktur pelengkap Perhitungan Dimensi pelengkap Dimensi pelengkap dihitung dengan cermat kondisi tanah serta mengacu pada kriteria. Perhitungan dimensi pelengkap disajikan pada sub bab Berikut ini diberikan beberapa contoh perhitungan ketentuan untuk masing-masing pelengkap. Kehilangan energi yang terjadi pada sipon terkait dengan rancangan sipon adalah: 1) Kehilangan masuk 2) kehilangan akibat gesekan 3) kehilangan pada siku 4) kehilangan keluar Halaman: 64 dari 79

65 Salah satu rumus yang dapat digunakan untuk menghitung dimensi gorong-gorong yang dibutuhkan kriteria adalah: Q=μ.A (2.g.z) dimana : Q : debit, m 3 /dt μ : koefisien debit A : luas pipa, m 3 g : percepatan gravitasi, m/dt² ( 9,8) z : kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong, m Kriteria rancangan untuk terjunan tegak KP-04, Panjang kolam olakan: L C. Z. dc 0,25 lebar bukaan: Q = B 1,71 H 3/2 1 Ketinggian energi disebelah hulu: 2 V H h g lebar total : Bt = B + 0,2 h 1 Kriteria rancangan untuk sipon kriteria, antara lain: kecepatan aliran dalam sipon harus dua kali dari kecepatan di saluran, berkisar 1,5 < V sipon < 3,0 m/det. Dan termasuk aliran tertutup. yang harus diperhatikan, adalah terjadi beberapa kehilangan energi, diantaranya: 1) Kehilangan akibat adanya kisi-kisi 2) Kehilangan pada saat masuk 3) Kehilangan akibat gesekan 4) Kehilangan akibat adanya tikungan 5) Kehilangan pada saat keluar Kriteria rancangan untuk talang kriteria, harus memperhatikan; Ketinggian air didalam talang ditentukan dengan persamaan : Q b. h. 2. g.( H ). 2 1 h2 Tinggi energi di hulu talang Halaman: 65 dari 79

66 H1 h1 2 V1 2. g Kehilangan energi yang diperhitungkan, diantaranya: - Kehilangan energi pada saat masuk - Kehilangan energi akibat gesekan - Kehilangan energi pada saat keluar Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung dimensi pelengkap sesuai dengan fungsi, serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan criteria dalam menghitung dimensi pelengkap Mengonsultasikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi pelengkap Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi pelengkap dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan. Indikasi bahwa rancangan pelengkap telah disetujui dan ditetapkan, terlihat dari semua rancangan pelengkap telah mendapatkan persetujuan dari pemberi tugas atau pihak terkait yang berwenang untuk menetapkan. Rangkuman hasil pelengkap irigasi juga harus dibuat untuk memudahkan dalam pemeriksaan dan analisis berikutnya. Hal penting yang harus ada dalam rangkuman atas hasil perancangan pelengkap irigasi, diantaranya adalah: 1) Jenis, 2) Dimensi 3) material yang digunakan, 4) elevasi muka air dihulu dan dihilir, 5) lokasi 6) Jumlah Selain rangkuman hasil perancangan, gambar sket hasil perhitungan dimensi pelengkap jaringan irigasi juga harus dibuat. Tujuan pembuatan sket gambar hasil perhitungan dimensi pelengkap jaringan irigasi adalah sebagai landasan bagi juru gambar untuk mentransfer menjadi gambar pedoman KP-07. Rancangan pelengkap irigasi yang telah selesai dibuat kriteria harus dijelaskan kepada pihak terkait. Tujuan memberikan penjelasan hasil rancangan banguna pelengkap kepada pihak terkait, adalah untuk diketahui dan dicek apakah sudah Halaman: 66 dari 79

67 sesuai dengan standar dan pedoman, untuk kemudian disetujui dan ditetapkan. Untuk itu perlu kecermatan dan ketelitian dalam menjelaskan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi pelengkap kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan. 4.5 Perencanaan bentuk dan dimensi saluran pembuang Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pertimbangan biaya pelaksanaan dan pemeliharaan yang terendah. Ruas-ruas harus stabil terhadap erosi dan sedimentasi minimal pada setiap potongan melintang dan seimbang. Dengan adanya saluran pembuang, air dari persawahan menjadi lebih bersih dari sedimen. Erosi di saluran pembuang akan merupakan kriteria yang menentukan. Kecepatan rencana hendaknya tidak melebihi kecepatan maksimum yang diizinkan. Kecepatan maksimum yang diizinkan bergantung kepada bahan tanah serta kondisinya. Saluran pembuang direncana di tempat-tempat terendah dan melalui daerahdaerah depresi. Kemiringan alamiah tanah dalam trase ini menentukan kemiringan memanjang saluran pembuang tersebut. Apabila kemiringan dasar terlalu curam dan kecepatan maksimum yang diizinkan akan terlampaui, maka harus dibuat pengatur (terjun). Kecepatan rencana sebaiknya diambil sama atau mendekati kecepatan maksimum yang diizinkan, karena debit rencana atau debit puncak tidak sering terjadi, debit dan kecepatan aliran pembuang akan lebih rendah di bawah kondisi eksploitasi rata-rata. Khususnya dengan debit pembuang yang rendah, aliran akan cenderung berkelok-kelok (meander) bila dasar saluran dibuat lebar. Oleh karena itu, biasanya saluran pembuang direncana relatif sempit dan dalam. Variasi tinggi air dengan debit yang berubah-ubah biasanya tidak mempunyai arti penting. Potongan-potongan yang dalam akan memberikan pemecahan yang lebih ekonomis. Kemiringan dasar saluran pembuang biasanya mengecil di sebelah hilir sedangkan debit rencana bertambah besar. Parameter angkutan sedimen relatif I R dalam prakteknya akan menurun di sebelah hilir akibat akar R kuadrat. Sejauh berkenaan dengan air buangan yang relatif bersih dari sawah, hai ini tidak akan merupakan masalah yang berarti. Keadaan ini harus dihindari apabila air buangan yang bersedimen harus dialirkan. Bila saluran air alamiah digunakan sebagai saluran pembuang, maka umumnya akan lebih baik untuk tidak mengubah trasenya karena saluran alamiah ini sudah menyesuaikan potongan melintang dan kemiringannya dengan alirannya sendiri. Dasar dan talutnya mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap kikisan jika dibandingkan dengan saluran pembuang yang baru dibangun dengan kemiringan talut yang sama. Halaman: 67 dari 79

68 Pemantapan saluran air dan sungai alamiah untuk menambah kapasitas pembuang sering terbatas pada konstruksi tanggul banjir dan sodetan dari lengkung meander. Air dari saluran pembuang mempunyai pengaruh negatif pada muka air tanah atau pada air yang masuk dari laut dan sebagainya. Oleh sebab itu perencana harus mempertimbangkan faktor tersebut dengan hati-hati guna memperkecil dampak yang mungkin timbul Perencanaan Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang dirancang dengan cermat kondisi tanah. Fungsi saluran pembuang pada jaringan irigasi adalah untuk mengalirkan air yang sudah tidak terpakai dan membuang kelebihan air akibat curah hujan yang tinggi. a. Kriteria Saluran Pembuang a.1 Geometri Potongan melintang saluran pembuang direncana relatif lebih dalam daripada saluran irigasi dengan alasan sebagai berikut : 1) Untuk mengurangi biaya pelaksanaan dan pembebasan tanah 2) Variasi tingggi muka air lebih besar, perubahan-perubahan pada debit pembuangan dapat diterima untuk jaringan pembuang permukaan 3) Saluran pembuang yang dalam akan memiliki aliran yang lebih stabil pada debit-debit rendah, sedangkan saluran pembuang yang lebih besar akan menunjukkan aliran yang berbelok-belok. Perbandingan kedalam lebar dasar air (n = b/h) untuk saluran pembuang sekunder diambil antara 1 dan 3. Untuk saluran pembuang yang lebih besar, nilai banding ini harus paling tidak 3. Tipe-tipe potongan melintang disajikan pada gambar 4.22 Untuk saluran pembuang skunder dan primer, lebar dasar minimum diambil 0,60 m. a.2 Kemiringan Talut Saluran Pembuang Pertimbangan-pertimbangan untuk kemiringan talut sebuah saluran pembuang buatan mirip dengan pertimbangan untuk saluran irigasi. Harga-harga kemiringan minimum talut untuk saluran pembuang pada berbagai bahan tanah diambildari Tabel 4.5 dan Gambar Tabel 4.5 Kemiringan talut minimum untuk saluran pembuang Halaman: 68 dari 79

69 Gambar Tipe-tipe potongan melintang saluran pembuang a.3 Lengkung saluran pembuang Jari-jari minimum lengkung sebagai yang diukur dalam as untuk saluran pembuang buatan adalah sebagai berikut: Halaman: 69 dari 79

70 Tabel 4.6 jari-jari lengkung untuk saluran pembuang tanah Jika diperlukan jari-jari yang lebih kecil, jari- jari tersebut boleh dikurangi sampai 3xlebar dasar dengan cara memberi pasangan bagian luar lengkungan saluran. a.4 Tinggi jagaan Karena debit pembuang rencana akan terjadi dengan periode ulang ratarata 5 tahun, maka tinggi muka air rencana maksimum diambil sama dengan tinggi muka tanah. Galian tambahan tidak lagi diperlukan. Apabila jaringan pembuang utama juga mengalirkan air hujan buangan dari daerah-daerah bukan sawah dan harus memberikan perlindungan penuh terhadap banjir, maka tinggi jagaan akan diambil 0,4-0,1 m (lihat gambar 4.22 dan 4.23). Gambar 4.23 Tinggi jagaan untuk saluran pembuang (dari USBR) Untuk keperluan drainase, tinggi tanggul dihilir bendung didesain menggunakan Q 20 atau Q 25 th. Jika ternyata resiko jika terjadi banjir di hilir juga tinggi maka dapat dipertimbangkan debit banjir yang sama dengan debit banjir rencana untuk bendungnya. Halaman: 70 dari 79

71 Bentuk saluran pembuang umumnya menggunakan bentukn trapezium. Sedangkan bahan dan struktur saluran pembuang antara lain berupa: a) Untuk saluran pembuang yang lurus dan tanah yang tahan erosi b) Pada daeran tikungan atau tanah yang labil, saluran diperkuat dengan menggunakan pasangan Perlunya kecermatan dan ketelitian merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang kondisi tanah Menghitung Kapasitas Saluran Pembuang Kapasitas setiap saluran pembuang dihitung dengan teliti sesuai dengan kriteria. Saluran pembuang merupakan gabungan dari buang dari sawah dan kelebihan air hujan: Q buangan = Qd (sawah) + Qd (tempat lain) Menurut kriteria, perhitungan kapasitas saluran pembuang, dipengaruhi oleh: Air buang dari sawah; Qd = 1,62 Dm A0,92 Air buangan dari tempat-tempat lain di luar sawah; Qd = 0,116 R (1)5 A0,92 Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung kapasitas saluran pembuang, serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria perhitungan kapasitas saluran pembuang Menghitung Dimensi Saluran Pembuang Dimensi saluran pembuang dihitung dengan cermat kriteria yang telah ditetapkan. a. Rumus dan Kriteria Hidrolis a.1. Rumus Aliran Untuk potongan saluran pembuang, aliran dianggap sebagai aliran tetap dan untuk itu diterapkan rumus Strickler (atau dengan metode Manning). dimana : v : kecepatan aliran, m/dt k : koefisien kekasaran strickler, m 1/3 /dt R : jari-jari hidrolis, m I : kemiringan energi Halaman: 71 dari 79

72 a.2. Koefisien Kekasaran Strickler Koefisien Strickler k bergantung kepada sejumlah faktor, yakni: - Kekasaran dasar dan talut saluran - Lebatnya vegetasi - Panjang batang vegetasi - Ketidak teratruan dan trase, dan - Jari-jari hidrolis dan dalamnya saluran. Karena saluran pembuang tidak selalu terisi air, vegetasi akan mudah sekali tumbuh disitu dan banyak mengurangi harga k. Penyiangan yang teratur akan memperkecil harga pengurangan ini. Harga-harga k pada Tabel 4.7. dapat dipakai untuk merencanakan saluran pembuang, dengan mengandaikan bahwa vegetasi dipotong secara teratur. Tabel 4.7. Koefisien kekasaran Strickler untuk saluran pembuang Untuk saluran-saluran alamiah tidak ada harga umum k yang dapat diberikan. Cara terbaik untuk memperkirakan harga itu ialah membandingkan saluran-saluran alamiah tersebut dengan harga-harga k dijelaskan di dalam keputusan yang relevan (sebagai contoh, lihat Ven Te Chow,1985). a.3. Kecepatan maksimum yang di izinkan Penentuan kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran pembuang dengan bahan kohesif mirip dengan yang diambil untuk saluran irigasi; V maks = v b x A x B x C x D Faktor D ditambahkan apabila dipakai banjir rencana dengan priode ulang yang tinggi.dianggap bahwa kelangkaan terjadinya banjir dengan priode ulang diatas 10 tahun menyebabkan terjadinya sedikit kerusakan akibat erosi. Ini dinyatakan dengan menerima v maks yang lebih tinggi untuk keadaan semacam ini; lihat Gambar 4.24 untuk harga-harga D. Nilai D sama dengan 1 untuk priode ulang dibawah 10 tahun. Halaman: 72 dari 79

73 Gambar Koefesien koreksi untuk berbagai priode ulang D Untuk jaringan pembuangan intern, air akan dihitung sebagai bebas sedimen. Untuk aliran pembuang silang, asal air harus diperiksa. Jika air itu berasal dari daerah-daerah yang berpembuang alamiah, maka konsentrasi sedimen dapat diambil ppm. Air dihitung sebagai bebas sedimen, apabila air pembuang silang berasal dari daerah persawahan. Untuk konstruksi pada tanah-tanah nonkohesif, kecepatan dasar yang di izinkan adalah 0,6 m/dt. Apabila dikehendaki saluran pembuang juga direncanakan mempunyai fungsi untuk menunjang pemeliharaan lingkungan dan cadangan air tanah maka kecepatan saluran pembuang pada daerah yang memerlukan konservasi lingkungan tersebut dapat dikurangi. Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar waktu dan tekanan infiltrasi dan sehingga akan menambah kapasitas peresapan air kedalam tanah, namun perlu dipertimbangkan adanya perubahan demensi saluran yang lebih besar akibat pengurangan kecepatan ini Tinggi muka air Tinggi muka air saluran pembuang di jaringan intern bergantung kepada fungsi saluran. Di jaringan tersier, saluran tanah membuang airnya langsung kesaluran pembuangan (kuarter dan tersier) dan tinggi muka air pembuang rencana mungkin sama dengan tinggi permukaan air tanah. Jaringan pembuang primer menerima air buangan dari petak-petak tersier dilokasi yang tepat. Tinggi muka air rencana di jaringan utama ditentukan dengan muka air yang diperlukan di ujung saluran pembuang tersier. Tinggi muka air di jaringan pembuang primer yang berfungsi untuk pembuang air dari sawah dan mungkin daerah-daerah bukan sawah dihitung sebagai berikut: Halaman: 73 dari 79

74 1) untuk pengaliran debit rencana, tinggi muka air mungkin naik sampai sama dengan tinggi permukaan tanah. 2) Untuk pengaliran debit puncak, pembuang air dari sawah dianggap nol; harga-harga tinggi muka air yang diambil ditunjukan pada Gambar Konsep dasar saluran pembawa tidak menghendaki adanya pengendapan di saluran sedangkan pada saluran pembuang diusahakan agar air cepat dapat dibuang sehingga tidak menyebabkan penggenangan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman /padi. Sejalan dengan menguatnya aspek lingkungan maka saluran pembuang dapat direncanakan dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi dengan tujuan agar terjadi infiltrasi yang besar sebelum mengalir kembali ke sungai. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kwalitas lingkungan yang lebih hijau, memperbesar cadangan air tanah dan mengurangi debit air di saluran pembuang. Batas atas kecepatan atas yang diizinkan adalah kecepatan yang tidak menyebabkan erosi untuk jenis tanah tertentu pada saluran dan dapat dihitung berdasar gaya seret. Batas atas kecepatan yang diizinkan atau yang tidak menyebabkan erosi, untuk saluran lurus dengan kemiringan kecil serta kedalaman aliran lebih kecil dari 0,90 m menurut U.S Bereau of Reclamation (Fortier dan Scobey 1925) sebagai berikut : Tabel 4.8. Kecepatan Maksimum yang diizinkan (oleh Portier dan Scobey) Halaman: 74 dari 79

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain : PERENCANAAN SALURAN Perencanaan Pendahuluan. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain : - Trase jalur saluran pada peta tata letak pendahuluan. - Ketinggian tanah pada jalar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERAPIAN DAN PEMELIHARAAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan BUKU

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi. PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi. B. Indikator Setelah selesai pembelajaran ini, mahasiswa mampu: Menghitung dimensi

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA 7.1 UMUM Untuk dapat mengalirkan air dari bendung ke areal lahan irigasi maka diperlukan suatu jaringan utama yang terdiri dari saluran dan bangunan pelengkap di jaringan

Lebih terperinci

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

Penyamaan Persepsi Tim Perencana MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Penyamaan Persepsi Tim Perencana BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN Kunci Jawaban Tugas-Tugas (Teori) Daftar Cek Unjuk Kerja (Praktek)...

DAFTAR ISI. Daftar Isi BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN Kunci Jawaban Tugas-Tugas (Teori) Daftar Cek Unjuk Kerja (Praktek)... DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I KONSEP PENILAIAN... 2 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Tujuan... 2 1.3 Metoda Penilaian... 2 BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN... 4 2.1 Kunci Jawaban Tugas-Tugas (Teori)... 4 2.2

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar.... Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK). 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan..... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi Teknis Kriteria perencanaan jaringan irigasi teknis berisi instruksi standard dan prosedur bagi perencana dalam merencanakan irigasi teknis.

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI BIMBINGAN TEKNIS PADA MITRA KERJA NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR.. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).. 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.. 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 i BAB I PENGANTAR. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan...... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 3 1.4

Lebih terperinci

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Pemeriksaan Hasil Kompilasi Pengolahan Data BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER RC14-1361 TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER SEJARAH IRIGASI Keberadaan sistem irigasi di Indonesia telah dikenal sejak zaman Hindu, pada zaman tersebut telah dilakukan usaha pembangunan prasarana irigasi sederhana.

Lebih terperinci

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

DISAIN SALURAN IRIGASI. E f f e n d y Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139

DISAIN SALURAN IRIGASI. E f f e n d y Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 PILAR Jurnal Teknik Sipil, Volume 7, No., September 01 ISSN: 1907-6975 DISAIN SALURAN IRIGASI E f f e n d y Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar

Lebih terperinci

Perancangan Metode Survei

Perancangan Metode Survei MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Perancangan Metode Survei BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013 PENGERTIAN TENTANG IRIGASI Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI KOORDINASI KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PENGGALIAN BADAN SALURAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PENGGALIAN BADAN SALURAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PENGGALIAN BADAN SALURAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan saluran berarti menentukan dimensi saluran dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi medan sedemikian

Lebih terperinci

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI RC14-1361 MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI SISTEM PENGAMBILAN AIR Irigasi mempergunakan air yang diambil dari sumber yang berupa asal air irigasi dengan menggunakan cara pengangkutan yang paling memungkinkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR 2 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 Penjelasan Materi Pelatihan.... 2 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN AKHIR KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENGANTAR...

Lebih terperinci

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (KPBK) JABATAN KERJA AHLI MUDA PERENCANA IRIGASI

KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (KPBK) JABATAN KERJA AHLI MUDA PERENCANA IRIGASI KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (KPBK) JABATAN KERJA AHLI MUDA PERENCANA IRIGASI A. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Pelatihan berdasarkan kompetensi perlu diselenggarakan karena adanya Kesenjangan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23 PENGANTAR Pada konteks pelaksanaan uji kompetensi atau penilaian berbasis kompetensi, seorang Asesor Uji Kompetensi memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam mencapai kualitas uji kompetensi

Lebih terperinci

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

DESAIN BANGUNAN IRIGASI DESAIN BANGUNAN IRIGASI 1. JENIS JENIS BANGUNAN IRIGASI Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai

Lebih terperinci

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi GEOMETRIK IRIGASI Komponen-komponen sebuah jaringan irigasi teknis dapat dibedakan berdasarkan fungsinya. Untuk mengetahui komponen-komponen suatu jaringan irigasi dapat dilihat pada peta ikhtisar. Peta

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang. acuan penulisan dan pembuatan program,

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang. acuan penulisan dan pembuatan program, BAB 3 METODOLOGI 3.1. Pendekatan Penelitian Adapun pendekatan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Judul Unit Kompetensi Menyediakan Data Untuk Pembuatan Gambar Kerja. 1.2 Kode Unit. 1.3 Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN BADAN SALURAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN BADAN SALURAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN BADAN SALURAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

KODE UNIT KOMPETENSI INA

KODE UNIT KOMPETENSI INA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR AIR MINUM JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN PERPIPAAN MEMBUAT RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI INA.52.00.204.

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERSIAPAN KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PLPB 02

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MENGHITUNG VOLUME HASIL PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN AREAL PERTANAMAN DAERAH IRIGASI UPT-1 SUNGAI PAKU BERDASARKAN DEBIT AIR PADA SALURAN PRIMER BENDUNGAN SUNGAI PAKU

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN AREAL PERTANAMAN DAERAH IRIGASI UPT-1 SUNGAI PAKU BERDASARKAN DEBIT AIR PADA SALURAN PRIMER BENDUNGAN SUNGAI PAKU ANALISIS PERUBAHAN LUASAN AREAL PERTANAMAN DAERAH IRIGASI UPT- SUNGAI PAKU BERDASARKAN DEBIT AIR PADA SALURAN PRIMER BENDUNGAN SUNGAI PAKU Virgo Trisep Haris, 2 Lusi Dwi Putri,2 Universitas Lancang Kuning,

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI. mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.

BAB I STANDAR KOMPETENSI. mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Unit Standar Kompetensi Kerja yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : mengidentifikasikan

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III Bab III Metode Analisis METODE ANALISIS 3.1 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Di dalam pemilihan teknologi drainase, sebaiknya menggunakan teknologi sederhana yang dapat di pertanggung jawabkan

Lebih terperinci

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR OTOMOTIF SUB SEKTOR KENDARAAN RINGAN MEMERIKSA SISTEM KEMUDI BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6 Panduan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c periu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c periu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru No.46, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Jasa Konstruksi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 24/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI.

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI. ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI Oleh RACHMANSYAH 0800787315 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB-2 JARINGAN IRIGASI

BAB-2 JARINGAN IRIGASI 1 BAB-2 JARINGAN IRIGASI Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya.

Lebih terperinci

Irigasi dan Bangunan air 1 EVAN MESI/ F

Irigasi dan Bangunan air 1 EVAN MESI/ F Menghitung deit Rencana (Q rencana ) Petak Tersier Winangun (PTW) Rumus Umum : Q rencana = NFR x e t x 8,64 Dimana : : Luas area petak tersier yg dialiri (ha) NFR : Keutuhan air di sawah (mm/hr) e t :

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG MANDOR PEKERJAAN TANAH

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG MANDOR PEKERJAAN TANAH MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG MANDOR PEKERJAAN TANAH Pemeriksaan, Pengukuran dan Pelaporan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan Tanah BUKU INFORMASI 2011 K E M E N T E R I A

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMELIHARAAN SALURAN KENCONG TIMUR JARINGAN IRIGASI PONDOK WALUH DI WILAYAH SUNGAI BONDOYUDO BEDADUNG KABUPATEN JEMBER

OPTIMALISASI PEMELIHARAAN SALURAN KENCONG TIMUR JARINGAN IRIGASI PONDOK WALUH DI WILAYAH SUNGAI BONDOYUDO BEDADUNG KABUPATEN JEMBER OPTIMALISASI PEMELIHARAAN SALURAN KENCONG TIMUR JARINGAN IRIGASI PONDOK WALUH DI WILAYAH SUNGAI BONDOYUDO BEDADUNG KABUPATEN JEMBER Masruro Tufani Ahmad 1), Nadjadji Anwar 2), Bahmid Tohary 2) 1) Program

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI KUNYIT KABUPATEN TANAH LAUT

IDENTIFIKASI SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI KUNYIT KABUPATEN TANAH LAUT Identifikasi Saluran Primer dan Sekunder Daerah Irigasi Kunyit (Herliyani Farial Agoes, dkk ) IDENTIFIKASI SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI KUNYIT KABUPATEN TANAH LAUT Herliyani Farial Agoes

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.226.00. Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Bangunan Ukur Debit Cypoletti Ambang lebar Flume tenggorok panjang BANGUNAN UKUR DEBIT Agar pengelolaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Air Pengelolaan air pada sistem irigasi adalah kunci keberhasilan pembangunan irigasi itu sendiri. Keadaan lingkungan air yang dipengaruhi evapotranspirasi yang harus

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 337 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 337 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 337 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Kondisi aliran dalam saluran terbuka yang rumit berdasarkan kenyataan bahwa kedudukan permukaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE PERANCANGAN SISTEM DRAINASE Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pemecahan dengan biaya pelak-sanaan dan pemeliharaan yang minimum. Ruas-ruas saluran harus stabil terhadap erosi dan sedimentasi

Lebih terperinci

LAPORAN PERENCANAAN IRIGASI

LAPORAN PERENCANAAN IRIGASI LAPORAN PERENCANAAN IRIGASI Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air I Dosen : Drs. Odih Supratman, MT Oleh : Adi Hamdani 1203220 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1 JURUSAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC)... 4 1.4. Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MENERAPKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI (UUJK), KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata. Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif F.45 TPB I 08

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata. Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif F.45 TPB I 08 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KATA PENGANTAR... 4 1.1 Konsep

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PEMBERIAN AIR DAN PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN SEKUNDER PADA IRIGASI NAMU SIRA-SIRA Kec.SEI BINGAI Kab.LANGKAT

TINJAUAN PEMBERIAN AIR DAN PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN SEKUNDER PADA IRIGASI NAMU SIRA-SIRA Kec.SEI BINGAI Kab.LANGKAT TINJAUAN PEMBERIAN AIR DAN PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN SEKUNDER PADA IRIGASI NAMU SIRA-SIRA Kec.SEI BINGAI Kab.LANGKAT LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI R E P U B L I K I N D O N E S I A DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN SALURAN KP 03 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Inspektur Bendungan Tipe Urukan Klasifikasi : Pengawasan Bagian Sub Bidang Pekerjaan Bendungan Kualifikasi : Sertifikat IV (Empat) / Ahli

Lebih terperinci