MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS NO. KODE : - I BUKU INFORMASI

2 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Penjelasan Materi Pelatihan Penerapan Materi Pelatihan Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertian-pengertian / Istilah... 4 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Standar Kompetensi Unit Kompetensi yang Dipelajari... 6 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan BAB IV PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS Umum Identifikasi Permintaan Produksi Kesiapan Sumber Daya Produksi Pembuatan Jadwal Produksi BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Kepustakaan (Buku Informasi) Peralatan/Mesin Bahan Halaman: 1 dari 67

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Pelatihan berbasis kompetensi. Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan persyaratan di tempat kerja Kompeten ditempat kerja. Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat dijadikan panduan pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi yang lebih menekankan kepada peran aktif peserta pelatihan dalam meningkatkan seluruh aspek kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap keterampilan peserta pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal Pelatihan Individual / mandiri. 1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. 2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih Isi Materi Pelatihan 1) Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. 2) Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan kegiatan praktik, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan berisi: a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari memahami informasi. b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. Halaman: 2 dari 67

4 c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja. 3) Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja berisi : a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. e. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Penerapan Materi Pelatihan 1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja. 2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah: a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja. d. Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja. e. Memiliki tanggapan-tanggapan hasil penilaian oleh pelatih Pengakuan Kompetensi Terkini Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan Persyaratan Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan sikap kerja, karena telah: 1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan sikap kerja yang sama atau 2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau Halaman: 3 dari 67

5 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan keterampilan yang sama Pengertian-Pengertian / Istilah Profesi Profesi adalah suatu big pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan mengintegrasikan antara big pendidikan big pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perung-ungan yang berlaku. Halaman: 4 dari 67

6 1.5.9 Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional / atau internasional. Halaman: 5 dari 67

7 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1. Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Pelaksana Produksi Campuran Aspal Panas yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas - Kode Unit, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Komunikasi Kerjasama di Tempat Kerja; Penerapan Kerja Lingkungan (K3-L); Pengaturan pelaksana ; Kegiatan akhir ; Pembinaan kompetensi kelompok kerja Pengertian Standar Kompetensi Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu Unit kompetensi yang akan dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas Durasi / waktu pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu Kesempatan untuk menjadi kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. memeriksa kemajuan peserta pelatihan. Halaman: 6 dari 67

8 menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan penilaian Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal Penyiapan campuran aspal panas Judul Unit : Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas Kode Unit : Deskripsi Unit Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan sikap kerja yang diperlukan untuk menyiapkan campuran aspal panas Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 1. Melakukan identifikasi permintaan 2. Memeriksa kesiapan sumber daya 3. Membuat jadwal Batasan Variabel 1.1 Konfirmasi permintaan dilakukan kepada atasan langsung. 1.2 Klarifikasi jenis produk dilakukan kepada Quality control. 1.3 Sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan disiapkan berdasarkan hasil konfirmasi klarifikasi. 1.1 Kesiapan personil anggota kelompok kerja diperiksa sesuai dengan penugasannya. 1.2 Kesiapan peralatan diperiksa yang meliputi kondisi kesiapan genset, mesin pencampur aspal wheel loader. 1.3 Kesiapan material bahan bakar diperiksa untuk memenuhi kebutuhan. 1.4 Kesiapan kelengkapan K3 Lingkungan diperiksa kembali sebelum pelaksanaan. 1.5 Kesiapan alat angkut dikoordinasikan dengan bagian peralatan. 1.1 Jenis kuantitas diidentifikasi. 1.2 Rencana disusun berdasarkan kapasitas mesin pencampur aspal yang ada. 1.3 Urutan waktu sesuai jenis campuran aspal panas disiapkan untuk pedoman dalam mem campuran aspal panas. 1.4 Shift personil diatur sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. a. Kontek Variabel 1). Unit kompetensi ini diterapkan dalam kelompok kerja atau individual untuk menyelesaikan pekerjaan menyiapkan campuran aspal panas. Halaman: 7 dari 67

9 2). Unit kompetensi ini diterapkan di tempat kerja dengan dukungan ketersediaan permintaan, kelompok kerja sumber daya. 3). Unit kompetensi ini diterapkan dalam kondisi lingkungan yang mendukung. b. Perlengkapan yang diperlukan 1) Alat: a. Peralatan (mesin pencampur aspal); b. Peralatan penunjang (wheel loader dump truck ); c. Alat Pelindung Diri (APD); d. Alat Pengaman Kerja (APK); e. Rambu-rambu pencegahan pencemaran lingkungan. 2) Bahan: a. Material. b. Surat permintaan dari instansi intern/ekstern; c. Formulir job mix formula; d. Daftar personil kelompok campuran aspal panas; c. Tugas-tugas yang harus dilakukan : 1). Melakukan identifikasi permintaan ; 2). Memeriksa kesiapan sumber daya ; 3). Membuat jadwal. d. Peraturan-peraturan yang diperlukan 1). Ung-ung Kerja peraturan lainnya terkait dengan keselamatan kerja; 2). Ung-ung Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup peraturan lainnya terkait dengan pencegahan pencemaran lingkungan; 3). Pedoman Pemeliharaan Pengoperasian (Operation and Maintenance Manual) Mesin Pencampur Aspal; 4). Manual Pemeriksaan Unit Pencampur Aspal Panas (Asphalt Mixing Plant) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Panduan Penilaian a. Penjelasan Pengujian 1) Prosedur penilaian Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja dengan menggunakan metode uji yang tepat untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Halaman: 8 dari 67

10 2) Tempat Lokasi kerja atau tempat pelatihan (training ground) yang memenuhi syarat. 3) Penguasaan unit kompetensi sebelumnya : FKK.PS : Melakukan komunikasi kerjasama di tempat kerja. FKK.PS : Menerapkan ketentuan keselamatan kesehatan kerja lingkungan di tempat kerja. 4) Keterkaitan dengan kompetensi lain: FKK.PS : Mengatur pelaksanaan campuran aspal panas. FKK.PS : Melakukan kegiatan akhir harian. FKK.PS : Melakukan Pembinaan kompetensi kelompok kerja campuran aspal panas. b. Kondisi Pengujian 1). Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan kegiatan melakukan identifikasi permintaan, memeriksa kesiapan sumber daya, menyiapkan jadwal, yang digunakan untuk menyiapkan campuran aspal panas, yang merupakan bagian dari pekerjaan memroduksi campuran aspal panas. 2). Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi / praktek; 3). Penilaian dapat dilaksanakan secara simulasi di tempat pelatihan (training ground) atau di tempat kerja. c. Pengetahuan yang diperlukan: 1). Kerja Lingkungan (K3-L); 2). Standar Mutu Campuran Aspal Panas; 3). Jenis spesifikasi campuran aspal panas; 4). Pengetahuan material ; 5). Sistem pelaporan. d. Keterampilan yang dibutuhkan : 1). Melakukan komunikasi dengan benar di tempat kerja; 2). Menerapkan ketentuan keselamatan kesehatan kerja lingkungan di tempat kerja; 3). Melakukan identifikasi permintaan dengan melakukan klarifikasi jenis campuran aspal panas yang akan di kepada Quality control; 4). Memeriksa kesiapan sumber daya sebelum pelaksanan dilakukan; 5). Membuat jadwal sesuai dengan kapasitas mesin pencampur aspal jenis yang diminta. e. Aspek Kritis 1) Kecermatan dalam melakukan identifikasi permintan ; Halaman: 9 dari 67

11 2) Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan kesiapan sumberdaya ; 3) Ketelitian dalam membuat jadwal ; Kompetensi Kunci No Kompetensi Kunci Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisis mengorganisasikan 2 informasi 2. Mengkomunikasikan informasi ide-ide 2 3. Merencanakan mengorganisasikan kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis teknis 2 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 1 Halaman: 10 dari 67

12 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1. Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara mandiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Pelatih kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan / perencanaan a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan pengalaman yang telah dimiliki. d. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan keterampilan Permulaan dari proses pembelajaran a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan tugas praktik yang terdapat pada tahap belajar. b. Mereview meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki Pengamatan terhadap tugas praktik a. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. b. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih kesulitan yang ditemukan selama pengamatan Implementasi a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman. b. Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktik. c. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah diperoleh Penilaian Melaksanakan tugas terkait penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan 3.2. Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses Halaman: 11 dari 67

13 belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan mengatasi kesulitan belajar Belajar Berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih pakar/ahli dari tempat kerja Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan penjelasan penyusunan strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode pelatihan yang disarankan, media yang digunakan, session plan, strategi penilaian dari setiap penugasan yang diberikan kepada seorang peserta pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan: Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 1 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas : Melakukan identifikasi permintaan Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Konfirmasi permintaan dilakukan kepada atasan langsung. Pada akhir pembelajar-an sesi ini, peserta dapat 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 1. Menjelaskan rincian permintaan yang memerlukan kesatuan pendapat 1. UU No 1 th 1970 Tentang 55 mnt 1) Dapat menjelaskan rincian permintaan yang memerlukan kesatuan pendapat semua pihak yang terkait melakukan konfirmasi permintaan kepada atasan langsung. 3. Peragaan semua pihak yang terkait 2. Menjelaskan memberikan peragaan prosedur untuk menentukan jenis produk yang harus disiapkan atas dasar permintaan Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 2) Mampu menentukan jenis produk yang harus disiapkan atas dasar permintaan 3. Menjelaskan memperagakan produk yang harus disiapkan atas dasar permintaan kepada atasan langsung. 4. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagaker jaan 5. Permen Tenaga 3) Dapat melakukan konfirmasi produk yang 4. Menjelaskan memberikan contoh permintaan Kerja 01/MEN/198 0 Halaman: 12 dari 67

14 harus disiapkan ke dalam surat atas dasar perintah Bangunan permintaan kepada operator 6. Permen kepada pencampur aspal. Tenaga atasan langsung. 5. Pelaksanaan Kerja 04 7 mnt** 4) Mampu menginterpretasikan - Menentukan jenis peragaan: th1985 permintaan produk yang harus Pesawat ke disiapkan atas dasar Tenaga dalam surat permintaan Produksi perintah 7. Permen kepada operator - Menginterpretasikan Tenaga pencampur permintaan Kerja No 05 aspal. ke dalam surat tahun 1985 perintah kepada operator Pesawat pencampur aspal. Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun 2000 Penyelengga raan Jasa 9. Permen PU No 09/PER/M/2 008 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) Big PU 10. Kpts Bersama Menteri Tenaga Kerja Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/1 986 Tentang Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen Tenaga Kerja 05/MEN/199 6 Sistem Manajemen Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara Halaman: 13 dari 67

15 pelaksanaan 13. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk pembuatan jadwal 1.2 Klarifikasi jenis produk dilakukan kepada quality control. 1) Dapat menjelaskan jenis produk yang diminta untuk diinterpretasikan ke dalam kualitas. 2) Mampu melakukan klarifikasi jenis produk kepada quality control berdasarkan permintaan. 3) Mampu menyiapkan job mix formula yang telah dibuat oleh quality control sesuai dengan permintaan. Pada akhir pembelajar-an sesi ini, peserta dapat melakukan klarifikasi jenis produk kepada quality control. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan jenis produk yang diminta untuk diinterpretasikan ke dalam kualitas 2. Menjelaskan memberikan contoh jenis produk kepada quality control berdasar-kan permintaan. 3. Menjelaskan memberikan langkah untuk menyiapkan job mix formula yang telah dibuat oleh quality control sesuai dengan permintaan. 4. Pelaksanaan peragaan - melakukan klarifikasi jenis produk kepada quality control berdasarkan permintaan. - menyiapkan job mix formula yang telah dibuat oleh quality control 1. UU No 1 th 1970 Tentang Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 4. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagaker jaan 5. Permen Tenaga Kerja 01/MEN/198 0 Bangunan 6. Permen Tenaga Kerja 04 th1985 Pesawat Tenaga Produksi 7. Permen Tenaga Kerja No 05 tahun 1985 Pesawat Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun 2000 Penyelengga raan Jasa 9. Permen PU No 09/PER/M/2 008 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) Big PU 10. Kpts 80 mnt 8 mnt** Halaman: 14 dari 67

16 Bersama Menteri Tenaga Kerja Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/1 986 Tentang Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen Tenaga Kerja 05/MEN/199 6 Sistem Manajemen Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara pelaksanaan 13. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk pembuatan jadwal 1.3 Sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan disiapkan berdasarkan hasil konfir-masi klarifikasi. 1) Dapat menjelaskan sumber daya yang dibutuhkan dalam mem jenis kualitas sesuai dengan permintaan. 2) Dapat mengidentifikasi kebutuhan sumber daya untuk memenuhi permintaan 3) Mampu melakukan Pada akhir pembelajar-an sesi ini, peserta dapat menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan berdasar-kan hasil konfirmasi klarifikasi. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan sumber daya yang dibutuhkan dalam mem jenis kualitas sesuai dengan permintaan. 2. Menjelaskan cara untuk mengidentifikasi kebutuhan sumber daya untuk memenuhi permintaan 3. Menjelaskan memberikan langkah untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan. 4. Peragaan: - Cara melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk menyiapkan sumber daya yang 1. UU No 1 th 1970 Tentang Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 4. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagaker jaan 5. Permen Tenaga Kerja 01/MEN/198 0 Bangunan 6. Permen Tenaga 50 mnt 10 mnt** Halaman: 15 dari 67

17 koordinasi dengan pihak terkait untuk menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan. dibutuhkan. Kerja 04 th1985 Pesawat Tenaga Produksi 7. Permen Tenaga Kerja No 05 tahun 1985 Pesawat Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun 2000 Penyelengga raan Jasa 9. Permen PU No 09/PER/M/2 008 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) Big PU 10. Kpts Bersama Menteri Tenaga Kerja Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/1 986 Tentang Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen Tenaga Kerja 05/MEN/199 6 Sistem Manajemen Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara pelaksanaan 13. Buku Petunjuk dari Halaman: 16 dari 67

18 institusi terkait untuk pembuatan jadwal Diskusi kelompok: Dilakukan setelah selesai penjelasan peragaan yang mencakup seluruh materi sub bab Melakukan identifikasi permintaan Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung oleh instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta. 15 mnt Elemen Kompetensi 2 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Memeriksa kesiapan sumber daya Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Kesiapan personil anggota kelompok kerja diperiksa sesuai dengan penugasannya Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa kesiapan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan posisi personil kelompok kerja dalam proses yang berkualitas sesuai dengan permintaan 1. UU No 1 th 1970 Tentang Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 40 mnt 1) Dapat menjelaskan posisi personil kelompok kerja dalam proses yang berkualitas sesuai dengan permintaan. personil anggota kelompok kerja sesuai dengan penugasannya. 2. Menjelaskan cara mengidentifikasi kesesuaian personil anggota kelompok kerja dengan daftar penugasan-nya. 3. Menjelaskan memberikan 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 4. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 5. Permen 2) Dapat mengidentifikasi kesesuaian personil anggota kelompok kerja dengan daftar penugasan-nya. langkah-langkah cara menentukan kesiapan personil untuk pelaksanaan tugas sesuai dengan permintaan. 4. Menjelaskan 01/MEN/1980 Bangunan 6. Permen 04 th1985 3) Harus mampu menentukan kesiapan personil untuk pelaksanaan tugas sesuai dengan permintaan. memberikan contoh pembuatan surat perintah kerja kepada setiap anggota kelompok kerja yang terlibat dalam pelaksanaan secara proporsional. Pesawat Tenaga Produksi 7. Permen No 05 tahun 1985 Pesawat 4) Mampu membuat surat perintah kerja kepada setiap anggota kelompok kerja yang terlibat dalam pelaksanaan secara proporsional. 5. Pelaksanaan peragaan: - Menentukan kesiapan personil untuk pelaksanaan tugas - Membuat surat perintah kerja kepada setiap anggota kelompok kerja Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun 2000 Penyelenggar aan Jasa 9. Permen PU No 09/PER/M/20 08 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) 5 mnt Halaman: 17 dari 67

19 Big PU 10. Kpts Bersama Menteri Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/19 86 Tentang Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen 05/MEN/1996 Sistem Manajemen Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara pelaksanaan 13. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk pembuatan jadwal 2.2 Kesiapan peralatan diperiksa yang meliputi kondisi kesiapan genset, mesin pencampur aspal wheel loader 1) Dapat menjelaskan prosedur pemeriksaan kesiapan peralatan 2) Harus mampu memeriksa kondisi kesiapan operasi genset (bila meng gunakan sumber listrik sendiri) sesuai dengan hasil pemeriksaan yang tertuang dalam daftar simak kondisi genset. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa kesiapan peralatan yang meliputi kondisi kesiapan genset, mesin pencampur aspal wheel loader 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kesiapan peralatan 2. Menjelaskan memperagakan cara pemeriksaan kondisi kesiapan operasi genset (bila meng gunakan sumber listrik sendiri) sesuai dengan hasil pemeriksaan yang tertuang dalam daftar simak kondisi genset. 3. Menjelaskan memperagakan cara pemeriksaan kondisi kesiapan operasi mesin pencampur aspal yang dikoordinasikan dengan operator mesin pencampur aspal. 4. Menjelaskan memperagakan cara 1. UU No 1 th 1970 Tentang Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 4. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 5. Permen 01/MEN/1980 Bangunan 6. Permen 04 th1985 Pesawat Tenaga Produksi 7. Permen 45 mnt Halaman: 18 dari 67

20 ) Harus mampu memeriksa kondisi kesiapan operasi mesin pencampur aspal yang dikoordinasikan dengan operator mesin pencampur aspal. 4) Harus mampu memeriksa kondisi kesiapan operasi wheel loader yang dikoordinasi-kan dengan operator wheel loader 2.3 Kesiapan material bahan bakar diperiksa untuk memenuhi kebutuhan. 1) Dapat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa kesiapan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan pemeriksaan kondisi kesiapan operasi wheel loader yang dikoordinasi-kan dengan operator wheel loade 5. Pelaksanaan peragaan: - Memeriksa kondisi kesiapan operasi genset (bila meng gunakan sumber listrik sendiri) - Memeriksa kondisi kesiapan operasi mesin pencampur aspal yang dikoordinasikan dengan operator mesin pencampur aspal. - Memeriksa kondisi kesiapan operasi wheel loader yang dikoordinasikan dengan operator wheel loader 1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan material yang diperlukan untuk memenuhi No 05 tahun 1985 Pesawat Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun 2000 Penyelenggar aan Jasa 9. Permen PU No 09/PER/M/20 08 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) Big PU 10. Kpts Bersama Menteri Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/19 86 Tentang Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen 05/MEN/1996 Sistem Manajemen Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara pelaksanaan 13. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk pembuatan jadwal 1. UU No 1 th 1970 Tentang Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 15 mnt** 30 mnt Halaman: 19 dari 67

21 menjelaskan prosedur pemeriksaan material yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan 2) Harus mampu memeriksa kesiapan material (agregat, filler aspal) untuk memenuhi kebutuhan. 3) Mampu memeriksa kesiapan bahan bakar untuk kebutuhan operasional mesin pencampur aspal. material bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan. kebutuhan 2. Menjelaskan memperagakan cara pemeriksaan kesiapan material (agregat, filler aspal) untuk memenuhi kebutuhan. 3. Menjelaskan memperagakan cara pemeriksaan kesiapan bahan bakar untuk kebutuhan operasional mesin pencampur aspal. 4. Pelaksanaan peragaan: - Memeriksa memeriksa kesiapan material (agregat, filler aspal) untuk memenuhi kebutuhan. - Memeriksa kesiapan bahan bakar untuk kebutuhan operasional mesin pencampur aspal 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 4. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 5. Permen 01/MEN/1980 Bangunan 6. Permen 04 th1985 Pesawat Tenaga Produksi 7. Permen No 05 tahun 1985 Pesawat Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun 2000 Penyelenggar aan Jasa 9. Permen PU No 09/PER/M/20 08 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) Big PU 10. Kpts Bersama Menteri Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/19 86 Tentang Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen 05/MEN/1996 Sistem Manajemen 15 mnt** Halaman: 20 dari 67

22 Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara pelaksanaan 13. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk pembuatan jadwal 2.4 Kesiapan kelengkapan K3 Lingkungan diperiksa kembali sebelum pelaksanaan. 1) Dapat menjelaskan prosedur pemeriksaan perlengkap an K3 lingkungan 2) Harus mampu memeriksa kembali kesiapan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai prosedur sebelum pelaksanaan. 3) Harus mampu memeriksa kembali Alat Pengaman Kerja (APK) yang telah tersedia sebelum pelaksanaan. 4) Harus mampu memeriksa kembali kondisi lingkungan kerja sebelum pelaksanaan operasi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memeriksa kembali kesiapan kelengkapan K3 Lingkungan sebelum pelaksanaan. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan perlengkap an K3 lingkungan 2. Menjelaskan memperagakan cara pemeriksaan kembali kesiapan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai prosedur sebelum pelaksanaan. 3. Menjelaskan memperagakan cara pemeriksaan kembali Alat Pengaman Kerja (APK) yang telah tersedia sebelum pelaksanaan. 4. Menjelaskan memperagakan cara pemeriksaan kembali kondisi lingkungan kerja sebelum pelaksanaan operasi 5. Pelaksanaan peragaan: - Memeriksa kembali kesiapan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai prosedur sebelum pelaksanaan. - Memeriksa kembali Alat Pengaman Kerja (APK) yang telah tersedia sebelum pelaksanaan. - Memeriksa kembali kondisi lingkungan kerja sebelum pelaksanaan operasi 1. UU No 1 th 1970 Tentang Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 4. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 5. Permen 01/MEN/1980 Bangunan 6. Permen 04 th1985 Pesawat Tenaga Produksi 7. Permen No 05 tahun 1985 Pesawat Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun 2000 Penyelenggar aan Jasa 9. Permen PU No 09/PER/M/20 08 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) Big PU 35 mnt 15 mnt** Halaman: 21 dari 67

23 Kpts Bersama Menteri Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/19 86 Tentang Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen 05/MEN/1996 Sistem Manajemen Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara pelaksanaan 13. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk pembuatan jadwal 2.5 Kesiapan alat angkut dikoordinasikan dengan bagian peralatan 1) Dapat menjelaskan kesiapan alat angkut yang dibutuhkan yang dikoordinasi-kan dengan bagian peralatan 2) Harus mampu menentukan jenis jumlah alat angkut yang dibutuhkan untuk mengangkut campuran aspal panas. 3) Mampu mengkoordinasikan penyiapan alat angkut campuran aspal panas dengan bagian peralatan 4) Dapat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengoordinas ikan kesiapan alat angkut dengan bagian peralatan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan kesiapan alat angkut yang dibutuhkan yang dikoordinasikan dengan bagian peralatan 2. Menjelaskan memperagakan cara menentukan jenis jumlah alat angkut yang dibutuhkan untuk mengangkut campuran aspal panas. 3. Menjelaskan memberikan contoh cara mengkoordinasikan penyiapan alat angkut campuran aspal panas dengan bagian peralatan 4. Pelaksanaan peragaan: - Menentukan jenis jumlah alat angkut yang dibutuhkan untuk mengangkut 1. UU No 1 th 1970 Tentang Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 4. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 5. Permen 01/MEN/1980 Bangunan 6. Permen 04 th1985 Pesawat Tenaga Produksi 7. Permen 40 mnt 15 mnt** Halaman: 22 dari 67

24 mengidenti-fikasi jenis kuantitas yang harus mendapat prioritas pelaksanaannya. campuran aspal panas. - Mengkoordinasikan penyiapan alat angkut campuran aspal panas dengan bagian peralatan No 05 tahun 1985 Pesawat Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun 2000 Penyelenggar aan Jasa 9. Permen PU No 09/PER/M/20 08 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) Big PU 10. Kpts Bersama Menteri Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/19 86 Tentang Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen 05/MEN/1996 Sistem Manajemen Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara pelaksanaan 13. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk pembuatan jadwal Diskusi kelompok: Dilakukan setelah selesai penjelasan peragaan yang mencakup seluruh materi sub bab memeriksa kesiapan sumber daya. Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung oleh instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta. 15 mnt* Halaman: 23 dari 67

25 Elemen Kompetensi 3 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Membuat jadwal Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Jenis kuantitas diidentifikasi. Pada akhir pembelajaran sesi ini, 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi 1. Menjelaskan jenis, kualitas kuantitas 1. UU No 1 th 1970 Tentang 55 mnt 1) Dapat menjelaskan jenis, kualitas kuantitas yang harus dipenuhi dalam satu hari (waktu yang ditentukan). peserta dapat mengidentifik asi Jenis kuantitas kelompok 3. Peragaan yang harus dipenuhi dalam satu hari (waktu yang ditentukan). 2. Menjelaskan cara untuk mengindentifikasi semua jenis kualitas Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 4. UU No 13 th 2) Dapat mengindentifikas i semua jenis kualitas yang harus dikerjakan pada hari yang sama. yang harus dikerjakan pada hari yang sama. 3. Menjelaskan cara untuk mengindentifikasi kualitas yang harus 2003 Tentang Ketenagakerj aan 5. Permen 01/MEN/1980 3) Dapat mengidenti-fikasi kualitas yang harus dkerjakan. dkerjakan. 4. Menjelaskan cara untuk mengindentifikasi jenis kuantitas Bangunan 6. Permen 04 th1985 4) Dapat mengidenti-fikasi jenis kuantitas yang harus mendapat prioritas pelaksanaannya. yang harus mendapat prioritas pelaksanaan-nya. Pesawat Tenaga Produksi 7. Permen No 05 tahun 1985 Pesawat Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun 2000 Penyelenggar aan Jasa 9. Permen PU No 09/PER/M/20 08 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) Big PU 10. Kpts Bersama Menteri Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/19 86 Tentang Halaman: 24 dari 67

26 Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen 05/MEN/1996 Sistem Manajemen Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara pelaksanaan 13. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk pembuatan jadwal 3.2 Rencana disusun berdasarkan kapasitas mesin pencampur aspal yang ada. 1) Dapat menjelaskan hubungan rencana dengan kapasitas mesin pencampur aspal. 2) Dapat mengidentifikasi kapasitas mesin pencampur aspal yang dipergunakan 3) Mampu menentukan rencana (harian atau bulanan) untuk melayani permintaan berdasarkan kapasitas mesin pencampur aspal. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat menyusun rencana berdasarkan kapasitas mesin pencampur aspal yang ada. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan hubungan rencana dengan kapasitas mesin pencampur aspal. 2. Menjelaskan cara untuk mengidentifikasi kapasitas mesin pencampur aspal yang dipergunakan 3. Menjelaskan memberikan contoh rencana (harian atau bulanan) untuk melayani permintaan berdasarkan kapasitas mesin pencampur aspal. 4. Peragaan: - Cara menentukan rencana (harian atau bulanan) untuk melayani permintaan berdasarkan kapasitas mesin pencampur aspal. 1. UU No 1 th 1970 Tentang Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 4. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 5. Permen 01/MEN/1980 Bangunan 6. Permen 04 th1985 Pesawat Tenaga Produksi 7. Permen No 05 tahun 1985 Pesawat Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun 2000 Penyelenggar aan Jasa 65 mnt 17 mnt** Halaman: 25 dari 67

27 Permen PU No 09/PER/M/20 08 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) Big PU 10. Kpts Bersama Menteri Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/19 86 Tentang Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen 05/MEN/1996 Sistem Manajemen Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara pelaksanaan 13. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk pembuatan jadwal 3.3 Urutan waktu sesuai jenis campuran aspal panas disiapkan untuk pedoman dalam mem campuran aspal panas. 1) Dapat menjelaskan posisi penyiapan jadwal terkait dengan pelaksanaan 2) Dapat mengidentifikasi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat menyiapkan urutan waktu sesuai jenis campuran aspal panas untuk pedoman dalam mem campuran aspal panas. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan posisi penyiapan jadwal terkait dengan pelaksanaan 2. Menjelaskan cara untuk mengidentifikasi urutan waktu sesuai jenis campuran aspal panas yang harus dikerjakan. 3. Menjelaskan cara untuk menentukan prioritas yang harus 1. UU No 1 th 1970 Tentang Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 4. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 5. Permen 45 mnt Halaman: 26 dari 67

28 urutan waktu sesuai jenis campuran aspal panas yang harus dikerjakan. dikerjakan 4. Menjelaskan memberikan langkah pembuatan jadwal harian berdasarkan prioritas 01/MEN/1980 Bangunan 6. Permen 3) Dapat menentukan prioritas yang harus dikerjakan urutan yang telah tersusun. 5. Menjelaskan memberikan langkah 04 th1985 Pesawat Tenaga Produksi 4) Mampu membuat jadwal harian berdasarkan prioritas pembuatan jadwal bulanan atau sesuai dengan permintaan yang berkelanjutan. 7. Permen No 05 tahun 1985 Pesawat urutan yang telah tersusun. 6. Peragaan: - Membuat jadwal harian berdasarkan Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun mnt** 5) Mampu membuat jadwal bulanan atau sesuai dengan permintaan yang berkelanjutan. prioritas urutan yang telah tersusun. - Membuat jadwal bulanan atau sesuai dengan permintaan yang berkelanjutan Penyelenggar aan Jasa 9. Permen PU No 09/PER/M/20 08 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) Big PU 10. Kpts Bersama Menteri Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/19 86 Tentang Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen 05/MEN/1996 Sistem Manajemen Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara pelaksanaan 13. Buku Halaman: 27 dari 67

29 Petunjuk dari institusi terkait untuk pembuatan jadwal 3.4 Shift personil diatur sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. 1) Dapat mengidentifikasi jadwal penugasan shift kelompok sesuai dengan jadwal yang telah dibuat 2) Dapat menentukan kelompok kerja sesuai dengan kebutuhan berdasarkan jadwal yang telah dibuat. 3) Dapat mengatur penugasan shift personil/ kelompok kerja sesuai dengan jadwal Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengatur shift personil sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan cara mengidentifikasi jadwal penugasan shift kelompok sesuai dengan jadwal yang telah dibuat 2. Menjelaskan cara menentukan kelompok kerja sesuai dengan kebutuhan berdasarkan jadwal yang telah dibuat. 3. Menjelaskan cara mengatur penugasan shift personil/ kelompok kerja sesuai dengan jadwal 1. UU No 1 th 1970 Tentang Kerja 2. UU No 23 th 1992 Tentang 3. UU No 18 th 1999 Tentang Jasa 4. UU No 13 th 2003 Tentang Ketenagakerj aan 5. Permen 01/MEN/1980 Bangunan 6. Permen 04 th1985 Pesawat Tenaga Produksi 7. Permen No 05 tahun 1985 Pesawat Angkat Angkut 8. PP No 29 tahun 2000 Penyelenggar aan Jasa 9. Permen PU No 09/PER/M/20 08 Pedoman Sistem Manajemen Kerja (K3) Big PU 10. Kpts Bersama Menteri Menteri PU No Kep 174/Men/198 6 No 104/KPTS/19 86 Tentang 55 mnt Halaman: 28 dari 67

30 Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi 11. Permen 05/MEN/1996 Sistem Manajemen Kerja (SMK3) 12. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk tata cara pelaksanaan 13. Buku Petunjuk dari institusi terkait untuk pembuatan jadwal Diskusi kelompok: 15 mnt** Dilakukan setelah selesai penjelasan peragaan yang mencakup seluruh materi sub bab membuat jadwal. Pelaksanaan diskusi kelompok dibimbing langsung oleh instruktur dengan pembagian kelompok disesuaikan dengan kondisi peserta. Instruktur yang diusulkan untuk Materi Pelatihan Menyiapkan Produksi Campuran Aspal Panas Instruktur Teori: Instruktur Praktek: Catatan : 1. Jam pelajaran indikatif dalam menit 2. *) Pelaksanaan diskusi kelompok dilaksanakan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi. **) Pelaksanaan peragaan langsung pada penyajian setiap KUK. ***) Pelaksanaan praktik dilakukan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi, atau pada akhir penyajian seluruh elemen kompetensi, tergantung pada metoda yang diterapkan. Halaman: 29 dari 67

31 BAB IV PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS 4.1 Umum Yang dimaksud dengan campuran aspal panas adalah campuran yang terdiri dari kombinasi tertentu dari agregat yang dicampur dengan aspal dengan melalui proses pembakaran/pemanasan. Pencampuran dilakukan di mesin pencampur aspal panas, sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencapur mengerjakannya, maka kedua-duanya dipanaskan masing-masing pada temperatur tertentu. Beberapa pengertian jenis campuran aspal panas. a. Latasir (lapis tipis aspal pasir/sand sheet). Kelas A B. Latasir adalah lapis penutup permukaan jalan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau campuran keduanya aspal keras yang dicampur, dihampar dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu. Pemilihan kelas A atau kelas B terutama tergantung pada gradasi pasir yang digunakan b. Lataston (lapis tipis aspal beton/hrs). Lapis lataston pada dasrnya adalah lapis permukaan yang berupa mortar pasir aspal yang diberi sisipan butiran kasar. Lataston adalah lapis permukaan yang terdiri atas lapis aus (lataston lapis aus/hrs-wc) lapis permukaan antara (lataston lapis permukaan antara/hrs-base) yang terbuat dari agregat yang bergradasi senjang dengan dominasi pasir aspal keras yang dicampur, dihampar dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatus tertentu.(catatan: gradasi yang benar-benar senjang, tercermin dimana butiran-butiran lolos No 30 paling sedikit 80% dari butiran-butiran lolos No 8. Untuk material lataston hampir selalu dilakukan pencampuran pasir alam agregat halus pecah mesin). c. Laston (lapis aspal beton/ac). Laston adalah lapis permukaan atau lapis pondasi yang terdiri atas laston lapis aus (AC- WC), laston lapis permukaan antara(ac-bc), laston lapis pondasi (AC-Base). Tabel 4.1 Jenis campuran aspal panas, tebal nominal minimum Jenis campuran Simbol Tebal nominal minimum (mm) Toleransi tebal (mm) Latasir kelas A SS-A 15 - Latasir kelas B SS-B 20 - Lataston Lapis aus HRS-WC 30 Lapis permukaan antara HRS-BC 35 ± 4 Laston Lapis aus AC-WC 40 ±3 Lapis permukaan antara AC-BC 50 ±4 Lapis pondasi AC-BASE 60 ±5 Sumber dari: Puslitbang Jalan JembatannBalitbang PU, Rancangan Spesifikasi Umum big Jalan Jembatan. Edisi: Januari 2008 Halaman: 30 dari 67

32 4.2 Identifikasi permintaan Permintaan. Pelaksana campuran aspal panas harus selalu memperhatikan permintaan. Karena setiap bagian dari struktur di lapangan mempunyai beberapa kriteria yang berlain-lainan, dengan demikian job-mix-formula juga berlain-lainan pula. Seperti kita ketahui bahwa agregat akan membentuk 90 sampai 95 % dari total campuran beton aspal. Untuk itu pelaksana mesin pencampur aspal panas harus dapat menguraikan rincian permintaan yang sudah disepakati dengan semua pihak yang terkait, dengan cara memilah-milah sesuai dengan kebutuhan petugas yang terkait dari mesin pencampur aspal. Petugas terkait diantaranya : 1) Operator mesin pencampur aspal panas dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan mesin pencampur aspal. 2) Operator wheel loader bersama mekanik terkait dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan wheel loader. 3) Operator genset dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan mesin generator. 4) Juru cold bin dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan bahan sesuai dengan jenis, ukuran, waktu ketersediaannya. 5) Juru ketel dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan aspal sesuai dengan jenisnya waktu ketersediaannya. a. Rincian permintaan. Pada awalnya pelaksana mendapat perintah untuk mem adalah dari atasan langsung, termasuk job mix formula. Untuk memerinci permintaan pelaksana membagi dalam : 1) Institusi yang memesan. 2) Jenis pesanan dari masing-masing institusi. 3) Prioritas institusi pemesan jenis pesanan. Kemudian pelaksana mesin pencampur aspal panas harus dapat menguraikan rincian permintaan yang sudah disepakati dengan semua pihak yang terkait, dengan cara memilah-milah sesuai dengan kebutuhan petugas yang terkait dari mesin pencampur aspal. Petugas terkait diantaranya : 1) Operator mesin pencampur aspal panas dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan mesin pencampur aspal. 2) Operator genset dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan mesin generator. 3) Operator pengisi bahan dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan bahan sesuai dengan jenis, ukuran, waktu ketersediaannya. 4) Operator wheel loader bersama mekanik terkait dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan wheel loader. Dari job mix formula, pelaksana, dengan melalui rapat koordinasi dengan atasan langsung, menentukan urutan jenis campuran aspal panas yang akan dilaksananakan. Sudah barang tentu untuk menentukan urutan jenis campuran aspal panas perlu memperhitungkan efisiensi dari biaya mesin pencampur aspal panas. Seperti kita ketahui bahwa untuk Halaman: 31 dari 67

33 merubah jenis produk perlu waktu, sehingga pertimbangan ini harus ditentukan dalam rapat koordinasi. b. Penentuan jenis produk. Setelah menerima berkas pesanan dari atasan langsung, kemudian memerinci permintaan, pelaksana wajib segera memberikan order/perintah tertulis berkoordinasi dengan para operator, diantaranya : 1) operator mesin pencampur aspal. 2) operator wheel loader. 3) operator genset. 4) Juru cold bin. 5) Juru ketel. Dalam berkoordinasi tersebut pelaksana menguraikan terhadap jenis produk pesanan dari masing-masing pemesan proritasnya. Dari job mix formula, pelaksana harus dapat menguraikan menjadi kebutuhan waktu pelaksanaan aktual, kebutuhan bahan, kebutuhan tenaga manusia, kebutuhan wheel loader, kebutuhan bahan bakar, kebutuhan dump truck. Dengan demikian pelaksana harus memerinci terhadap : 1) kebutuhan volume agregat kasar agregat halus dengan jadwal kedatangannya. 2) kebutuhan volume jenis aspal dengan jadwal kedatangannya. 3) kebutuhan volume jenis bahan bakar dengan jadwal kedatangannya. 4) kebutuhan volume jenis filler dengan jadwal kedatangannya. 5) Kebutuhan jumlah kapasitas wheel loader dengan jadwal kedatangannya. 6) Kebutuhan jumlah kapasitas dump truck dengan jadwal kedatangannya. 7) Kebutuhan bahan bakar minyak dengan jadwal kedatangannya. 8) Kebutuhan sumber daya manusia jadwal kedatangannya. Dari kebutuhan bahan-bahan jadwal kedatangannya yang sudah dibahas, pelaksana membuat laporan hasil rapat ke atasan langsung tembusan kepada : 1) Bagian peralatan. 2) Bagian logistik. 3) Bagian administrasi keuangan. Langkah-langkah yang harus ditempuh pelaksana diantaranya : 1) Mengikuti rapat koordinasi dengan atasan langsung. Dari rapat koordinasi ini pelaksana mendapat kesepakatan jenis produk urutan. 2) Dengan dasar job mix formula jenis produk yang akan di, pelaksana menjabarkan menjadi kebutuhan bahan jadwal pelaksanaannya. 3) Membuat surat perintah kepada para operator dengan ditembuskan keatasan langsung unit lain yang terkait. Halaman: 32 dari 67

34 c. Penentuan konfirmasi produk. Dari tindakan pelaksana yang telah memerinci seperti dalam butir a) b) diatas, akan menghasilkan beberapa butir-butir laporan secara ringkas, berupa kebutuhan alat, kebutuhan bahan, kebutuhan tenaga manusia, jadwal. Dari data uraian diatas pelaksana memberikan langkah-langkah konfirmasi produk yang harus disiapkan kepada atasan langsung, sedemikian rupa sehingga atasan langsung dapat membuat langkah-langkah kebijakan dalam perusahaan untuk perencanaan manajemen perusahaan terkait. Pelaksana memberikan langkah-langkah konfirmasi produk atas dasar permintaan kepada atasan langsung, dengan menguraikan : 1) Kebutuhan bahan, alat, jenis, termasuk penjadwalannya. 2) Kebutuhan sumber daya manusia, termasuk penjadwalannya, dengan langkah-langkah sebagai berikut : Memilah mengompail permintaan berdasar institusi pemesan. Mempelajari rancangan campuran (job mix formula). Meterjemahkan data-data nilai tonase nilai job mix formula dari masing-masing institusi pemesan menjadi data-data : a. kebutuhan agregat kasar. b. kebutuhan agregat halus. c. kebutuhan filler. d. kebutuhan aspal. e. kebutuhan additive f. kebutuhan dump truck. g. kebutuhan wheel loader. h. kebutuhan tenaga. Membuat matriks kebutuhan bahan dalam periode tanggal tertentu terhadap institusi pemesan; dibuat kumulatif kebutuhan bahannya. Membuat jadwal pelaksanaan pengangkutannya. Membuat data-data tersebut diatas untuk lampiran surat yang ditujukan kepada atasan langsung, operator, sebagai arsip. Menjelaskan sekaligus menyerahkan kepada atasan langsung datadata yang dibuat seperti tersebut diatas. Meminta tanda terima. Mengarsipkan semua surat dengan lampiran data tersebut berdasar setiap institusi pemesan campuran aspal panas. d. Interpretasi permintaan kepada operator pencampur aspal. Demikian juga dari data uraian diatas pelaksana memberikan langkah-langkah konfirmasi produk yang harus disiapkan kepada operator pencampur aspal. Data ini lebih detail, harus disajikan dalam bentuk formulir yang mudah di cerna oleh operator pencampur aspal. Sehubungan dengan permintaan tersebut, pelaksana mesin pencampur aspal panas akan menterjemahkan kedalam surat perintah kepada operator pencampur aspal, yang harus tertera : 1) Jenis produk. 2) Pemeriksaan kesiapan mesin secara periodik. Halaman: 33 dari 67

35 4.2.2 Jenis produk 3) Jenis ukuran agregat filler. 4) Jenis tipe aspal. 5) Temperatur dari aspal. 6) Additive yang perlu disiapkan. Pelaksana mesin pencampur aspal panas dalam membuat langkah-langkah permintaan kedalam surat perintah kepada operator pencampur aspal kepada operator harus meliputi meliputi beberapa langkah : Memberikan jenis produk. Data job mix formula dilampirkan pada surat perintah kepada operator pencampur aspal. Data-data : a. kebutuhan agregat kasar. b. kebutuhan agregat halus. c. kebutuhan filler. d. kebutuhan aspal. e. kebutuhan additive f. kebutuhan dump truck. g. kebutuhan wheel loader. h. kebutuhan tenaga. dilampirkan pada surat perintah kepada operator pencampur aspal. Jadwal pelaksanaan dilampirkan pada surat perintah kepada operator pencampur aspal. Meminta tanda terima. Mengarsipkan semua surat dengan lampiran data tersebut berdasar setiap institusi pemesan campuran aspal panas. a. Jenis produk untuk diinterpretasikan ke dalam kualitas. Seperti kita ketahui bahwa campuran aspal panas ada beberapa kriteria. Beberapa kriteria sifat dari campuran aspal panas panas adalah : 1) Stabilitas. 2) Durabilitas. 3) Fleksibilitas. 4) Kekesatan (skid resistance). 5) Ketahanan kelelahan (Fatique resistance). 6) Kemudahan dalam pelaksanaan (workability). Selain dari itu ada juga jenis yang berlainan karena perbedaan dalam struktur dilapangan, diantaranya adalah seperti pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Jenis campuran aspal panas Jenis campuran simbol Latasir A SS-A Latasir B SS-B Lataston Lapis aus HRS-WC Lapis permukaan antara HRS-BC Halaman: 34 dari 67

36 Laston Lapis aus Lapis permukaan antara Lapis pondasi AC-WC AC-BC AC-base Dengan dasar spesifikasi dari pemesan, job mix formula, jenis produk yang diminta, pelaksana dapat menginterpretasikan menjadi kualitas yang harus dibuat, sedemikian rupa sehingga semua operator dapat memahaminya. b. Klarifikasi jenis produk kepada Quality control. Dengan dasar spesifikasi dari pemesan, job mix formula, jenis produk yang diminta, pelaksana harus mengklarifikasi jenis produk kepada Quality control, sehingga selama proses tim dari Quality control dapat memantau secara periodik hasil sesuai SOP dari perusahaan terkait. Quality control sangat memerlukan penjelasan jenis produk yang akan di, untuk keperluan pemeriksaan produk nantinya. Bentuk klarifikasi ini akan diwujudkan dalam hal-hal sebagai berikut : 1) Jenis produk. 2) Kualitas produk. 3) Prosentase berat dari masing ukuran agregat. 4) Prosentase berat dari filler. 5) Prosentase berat dari aspal. 6) Prosentase berat filler. 7) Prosentase berat Additive (jika diperlukan). c. Penyiapan job mix formula yang telah dibuat oleh Quality control. Design mix formula/dmf (formula campuran rancangan) harus diupayakan paling tidak 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya pekerjaan sesuai jadwal, harus sudah diserahkan kepada direksi pekerjaan secara tertulis, yang mencakup : 1) Ukuran nominal maksimum partikel. 2) Sumber-sumber agregat. 3) Prosentase setiap fraksi agregat yang akan digunakan, pada penampung dingin penampung panas. 4) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang di isyaratkan. 5) Kadar aspal total efektif terhadap berat total campuran. 6) Temperatur pencampuran. Segera setelah formula campuran rancangan (DMF) disetujui oleh direksi pekerjaan, penyedia jasa harus melakukan penghamparan percobaan paling sedikit 50 ton. Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium digunakan untuk membuat benda uji Marshall maupun untuk pemadatan membal (refusal). Apabila percobaan tersebut gagal memenuhi spesifikasi maka perlu dilakukan penyesuaian percobaan harus diulang kembali. 12 (dua belas) benda uji Marshall harus dibuat dari campuran yang digunakan dalam penghamparan percobaan diambil dari mesin pencampur aspal panas atau dari muatan truk di lokasi mesin pencampur aspal panas dalam kotak yang terbungkus rapi untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium. Dari ke 12 benda uji jika sudah memenuhi persyaratan, maka selanjutnya digunakan sebagai rujukan kepadatan campuran aspal panas. Percobaan campuran di lokasi mesin Halaman: 35 dari 67

37 pencampur aspal panas percobaan pelaksanaan yang sudah memenuhi persyaratan disetujui sebagai job mix formula. Segera setelah pelaksana menerima job mix formula dari tim Quality control, diarsipkan di dalam file sesuai masing-masing pemesan. Penyimpanan dalam harus dimasukkan didalam map yang sudah tertentu nomor pengkodean sesuai peraturan perusahaan yang berlaku. Rumusan campuran kerja tersebut harus menunjukkan hal-hal sebagai berikut : 1) Nilai pasti persentase berat agregat yang lolos pada setiap saringan yang telah ditetapkan. 2) Nilai pasti kadar aspal dalam campuran. 3) Nilai pasti suhu pada saat campuran keluar dari pusat pencampur. 4) Nilai pasti suhu pada saat campuran tiba di lapangan. Dari hasil penelitian di laboratorium akan didapat kombinasi dari masing-masing ukuran agregat, yang diwujudkan dalam nilai prosen. Kombinasi dari masingmasing ukuran ini didapat dengan beberapa cara, diantaranya adalah : 1) Cara trial and error (coba-coba salah). 2) Cara grafis. Seperti contoh dalam tabel 3 dengan cara coba-coba salah didapat kombinasi untuk mendekatkan dengan hasil Job mix formula didapat prosentase seperti berikut ini : agregat kasar 28%. agregat sega 43%. agregat halus 25%. filler 4%. Job mix formula ini merupakan kumpulan dari susunan komposisi agregat kasar, agregat halus, filler, aspal, Additive (jika ada), yang harus dapat diwujudkan dalam nilai ton atau kg, untuk 1 ton hot mix. Sehingga untuk untuk nilai tonase sesuai pesanan dapat dihitung kebutuhan masing-masing komponen-komponen hot mix tersebut, dengan ditambahkan faktor tambahan. Faktor tambahan ini sesuai pengalaman dari masing-masing perusahaan. Setelah pelaksana membuat memperkirakan kebutuhan volume untuk masing-masing perusahaan pemesan, hasil tersebut diserahkan operator bagian pemesanan bahan dari perusahaan, demikian juga sebagai lampiran surat laporan kepada atasan langsung. Sebagai ilustrasi di sini disajikan contoh job mix formula. Tabel 3. Contoh hasil job mix formula saringan Job mix formula Spesifikasi % lewat 2 ½'' ½'' - - 1'' ¾ '' ½ '' ⅜ '' # # # # Halaman: 36 dari 67

38 saringan Job mix formula Spesifikasi % lewat # # # Tabel 4. LAPORAN HARIAN PELAKSANA PRODUKSI ASPAL PANAS ASPAL JENIS SUMBER KENDARAAN PENGANGKUT TANGGAL PENERIMAAN JUMLAH Agregat 2 ½'' 1 ½'' 1'' ¾ '' ½ '' ⅜ '' # 4 # 8 # 16 # 30 # 50 # 100 # 200 Agregat kasar Agregat seg Agregat halus Filler Kombina si gradasi Kasar 28% Seg 43% Halus 25% Filler 4% , Job mix formula Sumber daya a. Sumber daya yang dibutuhkan dalam mem sesuai dengan permintaan. Pelaksana akan menguraikan sumber daya yang dibutuhkan dengan dasar jenis permintaan dari perusahaan pemesan, job mix formula, spesifikasi teknik. Uraian sumber daya yang dibutuhkan dalam mem jenis kualitas sesuai dengan permintaan, meliputi : 1) Matrix kebutuhan bahan terhadap jadwal waktu yang diperlukan. 2) Matrix kebutuhan alat terhadap jadwal waktu yang diperlukan. 3) Matrix kebutuhan genset terhadap jadwal waktu yang diperlukan. 4) Matrix kebutuhan tenaga terhadap jadwal waktu yang diperlukan. b. Identifikasi kebutuhan sumber daya sesuai dengan permintaan. Jenis kebutuhan sumberdaya untuk konsumsi pelaksana adalah : a) Bahan untuk, termasuk agregat, aspal, filler, bahan bakar minyak, Additive. b) Peralatan, termasuk dump truck, wheel loader. c) Genset (mesin pembangkit listrik). d) Pemeliharaan periodik mesin pencampur aspal. e) Mekanik mesin listrik. f) Tenaga operator. g) Tenaga pembantu operator. h) Pekerja. Untuk kebutuhan bahan seperti yang diuraikan pada bab c) kecuali bahan bakar minyak Additive. Kebutuhan bahan bakar minyak dapat dilihat pada Halaman: 37 dari 67

39 buku petunjuk mesin pencampur aspal, karena setiap merk negeri pembuatnya mesin pencampur aspal panas akan berbeda-beda kebutuhan bahan bakar minyaknya. Untuk Additive harus sesuai dengan buku petunjuk dari pabrik Additive yang bersangkutan. Kebutuhan peralatan harus disesuaikan dengan kapasitas alat-alat, volume per satuan waktu, waktu siklus, kondisi jalan untuk transportasi termasuk kondisi lalu lintas, sedemikian sehingga salah satu jenis alat dari komposisi alat-alat tidak ada yang mengalami idle (tidak beroperasi). Keberadaan genset merupakan peralatan pendukung jika sudah ada utilitas tenaga listrik dari PLN sudah ada. Tetapi tetap harus disediakan untuk kesiapan operasional. Pemeliharaan periodik, disini termasuk penyiapan suku cag yang dapat diperkirakan dengan mengacu pada buku panduan dari pabrik yang bersangkutan; karena ada suku cag yang harus diganti dipersiapkan suku cagnya sesuai dengan jumlah jam kerja operasionalnya. Pemeliharaan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk keberlanjutan operasional mesin terkait. Kebutuhan sumber daya manusia tergantung jumlah kegiatan per satuan waktu, atau dapat dikatakan tergantung jumlah pesanan. Sehingga perlu ada tenaga yang tetap, untuk melayani pesanan campuran aspal panas yang banyak, bagian-bagian pekerjaan tertentu dapat dikerjasamakan dengan pihak lain yang kompeten untuk menanganinya. Bagian-bagian pekerjaan tertentu yang dimaksud disini misalnya perbaikan bagian-bagian mesin tertentu, sebagainya. c. Koordinasi dengan pihak terkait untuk menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan. Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengoordinir dengan pihak terkait untuk menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan, meliputi : 1) Membuat rincian semua item/bagian dari sumber daya yang dibutuhkan. 2) Membuat ringkasan secara matrix antara sumber daya yang dibutuhkan terhadap jadwal waktu yang diperlukan. 3) Membuat jadwal kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan. 4) Membuat surat ungan rapat koordinasi kepada pihak terkait yang sudah ditentukan agenda waktunya. Dalam notulen rapat ini harus sudah ditentukan : a) Kegiatan yang harus dilaksanakan untuk masing-masing peserta. b) Nama personal atau institusi yang bertanggung jawab. c) Tanggal mulai kegiatan. d) Tanggal selesai kegiatan. e) Penyiapan sumber daya dari masing-masing personal atau institusi yang bertanggung jawab. 5) Membuat check list untuk kontrol secara periodik. 6) Kontrol secrara periodik langsung di tempat untuk meyakinkan kondisi yang sebenarnya terjadi. Halaman: 38 dari 67

40 7) Menyerahkan check list kepada perorangan/institusi terkait untuk dapat diisi secara periodik. 8) Memberikan alternative penyelesaian atau memutuskan apa yang harus dikerjakan. 9) Memplotkan hasil yang aktual pada grafik/diagram rencana. 10) Melaporkan hasil yang aktual kepada atasan langsung secara periodik. Semua kontrol dibuat secara periodik agar jika terjadi kelainan dari rencana, dapat segera diputuskan cara penyelesaiannya. Untuk hasil minimal setiap hari, atau jika ada kejadian yang sangat significant. 4.3 Kesiapan sumber daya Personil kelompok kerja a. Posisi personil kelompok kerja. Pelaksana campuran aspal panas panas harus memerinci kebutuhan semua jenis sumber daya dengan dasar volume, seperti yang sudah diuraikan diatas di dalam butir Perincian tersebut adalah untuk semua institusi pemesan jadwal penyelesaiannya. Dengan dasar itu pelaksana menata personil yang diperlukan untuk operasional. Pelaksana harus menentukan posisi personil, jika perlu dengan dibuat perputaran atau rotasi diantara personil, berdasakan : 1) Keahlian yang dimiliki. 2) Kemampuan masing-masing personil. 3) Etos kerja. 4) Volume pekerjaan atau jumlah pesanan atau permintaan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan kualitas yang sesuai permintaan, penyelesaian sesuai waktu yang diperlukan. Dalam kondisi kegiatan mesin pencampur aspal panas harus slow down (diperlambat), posisi personil dapat diadakan perubahan atau ditata ulang. Pelaksana harus mempunyai catatan rekaman semua personil, sehingga dapat membuat personil pada big tertentu untuk dikategorikan sebagai grade atau kualitas tertentu. b. Identifikasi kesesuaian personil. Setiap personil yang direncanakan untuk menangani bagian-bagian pekerjaan tertentu, harus yang sudah bersertifikat. Pelaksana aspal panas harus mengompail sertifikat keahlian dari semua personil di lingkungan mesin pencampur aspal. Dengan demikian setiap menghadapi pesanan dengan volume yang besar dapat segera menata komposisi personil sesuai dengan keahliannya. Selain itu untuk menata personil juga masih harus memperhitungkan tingkat kemampuan dari personil pada big keahlian yang sama. c. Penentuan kesiapan personil. Setelah pelaksana menerima surat pesanan dari semua institusi pemesan, pelaksana segera menyiapkan kebutuhan bahan, alat, tenaga, membuat jadwal waktu. Mengambil arsip sertifikat keahlian, Halaman: 39 dari 67

41 memplotkan personil terkait, kedalam bagian pekerjaan sesuai keahliannya. Dari hasil ini dibuat matrix antara nama personil terhadap bagian pekerjaannya juga ditentukan pula jadwalnya. Kemudian perlu dibuat absen harian yang harus ditanda tangani 3 kali, waktu masuk, istirahat siang waktu pulang. Untuk meyakinkan kesiapan personil perlu ada rapat koordinasi yang harus ditentukan tanggal, jam, agenya. Perlu dibuat notulen rapat, sehingga tertera kesanggupan, kemampuan, kesiapan dari masing-masing personil. Dari hasil tersebut pelaksana kemungkinan akan menentukan ulang untuk memposisikan masing-masing personil. Langkah-langkah kesiapan personil untuk pelaksanaan tugas sesuai dengan permintaan, dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Membuat daftar kebutuhan sumber daya, yang harus dipisahkan antara bahan, alat tenaga. 2) Membuat jadwal : a) Jadwal kebutuhan bahan. b) Jadwal kebutuhan alat. c) Jadwal kebutuhan tenaga. 3) Menyeleksi personil berdasarkan sertifikat keahlian yang dimilikinya. 4) Menentukan kebutuhan personil sesuai keahliannya. 5) Menentukan grade kemampuannya dari personil yang mempunyai keahlian yang sama. 6) Dibuat matrix antara nama personil terhadap bagian pekerjaannya juga ditentukan pula jadwalnya. 7) Membuat daftar absen. 8) Rapat koordinasi. 9) Memosisikan ulang dari personil sesuai dari hasil rapat koordinasi. d. Pembuatan surat perintah kerja. Dengan selesainya kegiatan seperti di butir c) diatas yang diakhiri dengan rapat koordinasi kemudian memosisikan ulang dari personil sesuai dari hasil rapat koordinasi, dapat dibuat surat perintah kerja yang harus lengkap tertera : 1) Posisi jabatan. 2) Big pekerjaan. 3) Jam kerja. 4) Jadwal Shift/regu. Dalam rapat koordinasi semua personil harus meyakinkan kepada pelaksana mengenai kesanggupan, kemampuan, kesiapan dari masingmasing personil; sehingga pelaksana dalam membuat surat perintah kerja tidak akan berubah-ubah. Mekanisme dalam pembuatan surat perintah kerja diuraikan dalam langkahlangkah sebagai berikut : 1) Merekap hasil rapat koordinasi. 2) Memosisikan ulang dari personil sesuai dari hasil rapat koordinasi. Karena kemungkinan ada personil yang berhalangan. 3) Mengatur Shift/regu. Halaman: 40 dari 67

42 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi 4) Membuat konsep surat perintah kerja yang ditembuskan ke pejabat-pejabat yang terkait yang berkepentingan. 5) Mengarsipkan surat perintah kerja Peralatan a. Penjelasan prosedur pemeriksaan kesiapan peralatan. Dalam menguraikan prosedur pemeriksaan kesiapan peralatan langkah-langkah prosedur pemeriksaan kesiapan peralatan diuraikan seperti dibawah ini. Tetapi secara umum mempunyai prosedur sebagai berikut : 1) Memeriksa daftar simak kondisi alat yang telah dibuat oleh masing-masing operator peralatan. 2) Memeriksa secara fisik untuk data yang masih kurang meyakinkan. 3) Mengkonsultasikan hasil pemeriksaan dengan operator yang bersangkutan untuk kesiapan peralatann yang dimaksud. Selanjutnya secara terperinci dapat diuraikan seperti dibawah ini, (diambil dari: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Bangunan, Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant) No : 001/BM/2007 Pemeriksaan secara umum perlu terlebih dahulu dilakukan sebelum peralatan pencampur aspal itu beroperasi. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan adalah sebagai berikut : Buku Informasi Edisi: Halaman: 41 dari 67

43 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Dapat mengerti tata cara pemeriksaan pengujian. Alat testing peralatan harus dalam kondisi yang baik. Periksa semua komponen dari peralatan pencampur aspal. Pastikan semua kerusakan sudah diperbaiki sebelum peralatan beroperasi. Periksa ketelitian semua skala timbangan secara periodik. Cek skala setel menuju angka nol setiap akan memulai pekerjaan. Periksa kondisi stokpile. Agregat harus dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya. Periksa secara teratur temperatur agregat cek kelembabannya (moisture content). Periksa secara visual kemungkinan aya asap hitam dari gas buang; wama agregat yang dikeringkan. Jika tidak normal berarti ada ketidak beresan dalam pembakaran pada sistem pemanas. Periksa secara teratur temperatur aspal. Periksa penyetelan skala untuk timbangan. Apakah operator sudah melaksanakan pengamatan sensitivitas secara teratur terhadap berat secara benar. Periksa ayakan, bins, kemungkinan terdapat lubang yang terlalu banyak. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara harian. Periksa takaran (batch) atau timbangan agar waktu pencampuran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Periksa secara visual kemungkinan aya campuran yang tersisa, untuk mengecek aya campuran yang tidak homogen atau tidak sempurna. Periksa temperatur campuran secara teratur. Buku Informasi Edisi: Halaman: 42 dari 67

44 14. Periksa bak truk sebelum dilakukan pemuatan, periksa kemungkinan aya oli atau minyak yang akan mempengaruhi campuran aspal panas yang dimuat. 15. Periksa kemampuan kerja keseragaman campuran yang dimuat kedalam bak truk. 16. Ambil contoh atau sample dari campuran untuk dikirim ke laboratorium yang telah mendapat akreditasi. 17. Periksa apakah timbangan sudah dikalibrasi. b. Pemeriksaan kondisi kesiapan operasi genset (bila menggunakan sumber listrik sendiri). 1) Periksa kondisi fungsi kerja generator. 2) Periksa kapasitas (KVA), bahan bakar, sistem kabel, jumlah generator. 3) Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. c. Pemeriksaan kondisi kesiapan operasi mesin pencampur aspal panas. Dalam menguraikan prosedur pemeriksaan kondisi kesiapan operasi mesin pencampur aspal panas ini harus dikoordinasikan dengan operator mesin pencampur aspal. Langkah-langkah prosedur pemeriksaan kondisi kesiapan operasi mesin pencampur aspal panas dapat diuraikan seperti dibawah ini, (diambil dari: Departemen Pekerjaan Umum Direktotar Jenderal Bina Marga, Manual Bangunan, Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant) No : 001/BM/2007 1) Periksa baut mur apakah terpasang kencang atau tidak, khusus baut untuk motor, poros, peralatan pengalih tenaga, sistem vibrasi harus dikencangkan betul-betul. 2) Periksa arah putaran motor. Identifikasi arah perputaran motor pada poros sesuai spesifikasi. 3) Periksa pelumasan-pelumasan apakah terlaksana dengan baik. a) Periksa setiap poros apakah terlumas dengan baik. b) Identifikasi kondisi pelumasan untuk tempat engkol kompressor perseneling motor reduksi sekat peralatan vibrasi. c) Pelumasan untuk poros pintu, gemuki poros pintu pengaduk, poros pintu wadah penimbang agregat. d) Identifikasi pelumasan untuk peminyak dari pipa udara apakah terlaksana baik. 4) Periksa tegangan rantai penggulung ban-v (V-belt). 5) Periksa tegangan rantai wadah elevator. 6) Periksa penunjuk skala penimbang apakah menunjukkan titik nol. 7) Periksa wadah penimbangan aspal sistem penyemprotan aspal apakah berjalan baik dipanaskan kembali. 8) Periksa setiap pintu apakah tertutup baik. a) Silinder penimbang agregat apakah dalam posisi out (pintu tertutup). b) Silinder penyalur agregat apakah pada posisi in (pintu terbuka). Halaman: 43 dari 67

45 c) Silinder katup penimbangan aspal apakah pada posisi in (pintu terbuka). d) Silinder pengumpan ulir isian apakah pada posisi in (posisi terbuka). e) Silinder pembuangan isian apakah pada posisi in (pintu terbuka). f) Silinder pengaduk apakah pada posisi out (pintu tertutup). 9) Periksa dekompresi pengukuran tekanan apakah seg menunjukkan 5,5 s/d 6,5 Kg/cm 2 apakah pembukaan atau penutupan setiap pintu dikerjakan dengan baik. 10) Periksa rasio pengadukan yang ditentukan. 11) Periksa pemasokan agregat apakah betul-betul siap. 12) Periksa pemasokan isian apakah betulbetul siap. 13) Periksa apakah aspal bersirkulasi dengan baik. 14) Periksa pengapian pembakar apakah sudah siap. Bin Dingin. 1) Lakukan pemeriksaan terhadap kondisi semua bin. Cek apakah banyak terjadi kerusakan atau berlubang-lubang. 2) Periksa kondisi lapisan pemisah antara bin apakah terjadi bercelah atau sobek. 3) Periksa kondisi fungsi kerja dari sistem pengeluaran, bukaan pemasok (feeder gate), open gate. 4) Lakukan pemeriksaan terhadap ban pengangkut apakah terjadi sobek, jalannya tidak lancar; apakah lebar pengangkut, kecepatan ban pengangkut, kapasitas ban pengangkut sudah sesuai spesifikasi. 5) Periksa lebar loader terhadap mulut bin. 6) Lakukan pemeriksaan lainnya secara menyeluruh. Lihat tata cara pemeriksaan pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya. Drum Pengering. 1) Lakukan pemeriksaan kemiringan serta fungsi drum pengering, dengan sudut inklinasi kurang Iebih 3 ½. 2) Periksa dimensi drum pengering : panjang (m) diameter (m); apakah kecepatan putaran sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. 3) Periksa kondisi dari ring penggerak (ring gear) pada drum pengering, rollroll penggerak termasuk mounting block, roda sproket, rantai roller, gigi pinion, trunnion roller bearing. Jika sudah rusak, perbaiki atau ganti. 4) Periksa kebersihan bagian dalam drum pengering. 5) Periksa letak atau tempat semburan api apakah terdapat di depan atau di belakang, serta kondisi burner nozzle, turbo blower, burner box, burner cone, katup pengontrol tekanan, pompa minyak, strainer thermometer. 6) Periksa kondisi fungsi penyemprotan bahan bakar (tekanan berkisar antara 2 sampai dengan 2,3 kg/cm2). 7) Periksa kondisi fungsi sistem pengaturan udara serta tempat semburan api. 8) Periksa kondisi atau tingkat kerusakan fungsi pintu pemasukan (charging chute) pintu pengeluaran (discharging chute). Cek thermostat thermometer apakah masih berfungsi dengan baik. Halaman: 44 dari 67

46 9) Untuk tipe drum mix, harus diperiksa kondisi penyemprot aspal. 10) Periksa kondisi motor-motor yang ada pada sistem pengering, apakah ada bunyi yang tidak normal atau kebocoran oli. 11) Periksa fungsi kerja pemasukan agregat dari elevator dingin volume material yang masuk apakah terjadi kebocoran material. 12) Periksa fungsi kerja pengeluaran agregat dari elevator panas volume material apakah terjadi kebocoran material. 13) Periksa kondisi serta susunan "flight cup" apakah sudah sesuai dengan desain atau persyaratan spesifikasi. 14) Apakah komponen-komponen pada pengering sudah dikalibrasi. 15) Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Pengumpul Debu. 1. Periksa kondisi fungsi kerja dari pengumpul debu tipe cyclone (mechanical collector) bagian atas bawah, tipe filter kain, wet scrubber. 2. Periksa kondisi fungsi kerja dumper gate atau weight dumper. 3. Periksa kondisi fungsi kerja fan. 4. Periksa kondisi fungsi kerja bantalan (bearing). 5. Periksa kondisi fungsi kerja dari V-belt. 6. Periksa kondisi fungsi kerja corong (duct) pada pengumpul debu, apakah terjadi penyumbatan. 7. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Penyaring Sistem Bin Panas 1. Periksa kondisi fugsi kerja hot elevator termasuk casing, bukaan atas (upper chute), tutup elevator. 2. Periksa kondisi fungsi kerja dari wheel, bantalan, roda sproket, rantai roller, motor roda gigi, pin-pin penghubung. 3. Periksa kondisi fungsi kerja serta kebersihan penyaring getar, wirenet. 4. Periksa kemampuan muat penyaring dibandingkan dengan kemampuan material yang lolos, ukuran saringan (cm), kapasitas saringan (t/jam). 5. Periksa kondisi dek dari penyaring, jika rusak robek maka diganti. 6. Periksa kondisi fungsi kerja dari penggetar, jika terdapat bunyi aneh periksa bantalannya tutup bantalan. 7. Periksa kondisi fungsi kerja motor penggerak, v-belt, tutup belt, tutup seal debu, pegas ellips. 8. Periksa kondisi, keausan, fungsi kerja dari semua hopper bin panas yang terbuat dari pelat baja, bukaannya, pipa pengeluaran agregat yang berlebih, pipa pengeluaran material yang oversize. 9. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. 10. Lakukan pemeriksaan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Halaman: 45 dari 67

47 Sistem Timbangan. 1. Periksa kondisi fungsi kerja dari timbangan agregat, sertasensitivitasnya, apakah sudah dikalibrasi. 2. Periksa kondisi fungsi kerja dari timbangan filler, serta sensitivitasnya, apakah sudah dikalibrasi. 3. Periksa kondisi fungsi kerja dari timbangan aspal, serta sensitivitasnya, apakah sudah dikalibrasi. 4. Periksa kondisi fungsi kerja dari hook-bolt, pisau (knife-edge), karet peredam (absorbing rubber), metal penggantung (hanging metal), penunjuk skala (dial-indicator), dush pot, hopper bukaan atau pintu pada timbangan. 5. Periksa kondisi fungsi kerja dari pada timbangan aspal hopper pembuangan, katup tiga arah (three way valve), pompa, v-belt, pipa pembuangan. 6. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Sistem Pemasok Filler (Filler Feeder System). 1. Periksa kondisi fungsi kerja dari filler elevator. 2. Periksa kondisi fungsi kerja dari bin penampung filler (filler storage bin) serta tidak ada kebocoran. 3. Periksa kondisi fungsi kerja dari pemasokan filler (filler feeder) screw feeder. 4. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. 5. Lakukan pemeriksaan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Sistem Pemasokan Aspal Unit Penyemprotan. 1. Periksa kondisi, fungsi kerja, kapasitas dari pompa aspal (transfer pump). 2. Periksa kondisi fungsi kerja dari pompa penyemprot aspal (spray pump). 3. Periksa kondisi fungsi kerja tangki aspal pemanasnya. 4. Periksa kondisi fungsi kerja semua thermometer, apakah sudah dikalibrasi. 5. Periksa kerataan distribusi aspal ke seluruh pugmil. 6. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Unit Pencampur (Mixer Unit). 1. Periksa kondisi, fungsi kerja, kapasitas unit pencampur. 2. Periksa kondisi, fungsi kerja dari pedal pugmill liner, jarak pedal pugmill ke dinding (cm), kemampuan untuk membuka pugmill. 3. Periksa kondisi fungsi kerja poros pugmill (kelurusannya, keausan), gigi, roda sproket, rantai roller, motor roda gigi, seal, bantalan, pintu bukaannya. 4. Periksa apakah homogenitas campuran suhunya baik waktu ditumpahkan dari pugmill. Halaman: 46 dari 67

48 5. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Sistem Kontrol Operasi (Operation Control System). 1. Periksa kondisi, fungsi kerja rang sistem kontrol, distribution board, panel pengontrol. 2. Periksa kondisi fungsi dari sistem kontrol seperti kompressor, silinder udara (air cylinder), filter udara, pelumas, sistem kontrol baik sistem pneumatic maupun elektrik. 3. Periksa hal-hal lain yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan pemeliharaan sesuai buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. d. Pemeriksaan kondisi kesiapan operasi wheel loader Dalam pemeriksaan kondisi kesiapan operasi wheel loader harus dikoordinasikan dengan operator wheel loader, karena operator wheel loader adalah pemakai langsung. Langkah-langkah prosedur pemeriksaan kondisi kesiapan operasi wheel loader dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Walk around inspection. 2) Pemeriksaan : Level pelumas engine. Level minyak hidrolik. Level minyak transmisi. Level minyak rem. Level Level air pendingin engine. Level cairan batere. Indikator filter udara. Kekencangan V-belt Kondisi ban. 3) Pengujian : Backup alarm. Sistim rem. Lampu kerja pengaman. 4) Pemberian gemuk / greasing : Backhoe boom, stick, bucket, swing cylinder bearing. Loader bucket, cylinder linkage bearings. Stabilizer cylinder bearings. Swing frame cylinder bearing. Selama dalam proses pemeriksaan harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) APK (Alat Pengaman Kerja) Selama dalam proses pemeriksaan tidak dibenarkan merokok Material a. Prosedur pemeriksaan material. Untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jadwal yang sudah dirancang, pelaksanan perlu melakukan pemeriksaan material. Material untuk ini perlu diperiksa masalah mutu/jenis, Halaman: 47 dari 67

49 volume. Segkan materialnya sendiri yang utama adalah agregat, filler aspal, walaupun material pendukung sendiri juga perlu untuk pemeriksaannya, misalnya bahan bakar minyak, spare parts, pelumas lain-lain. Untuk agregat ada tiga jenis gradasi yang dipakai dalam campuran aspal panas, yaitu : Gradasi seragam (uniform graded). Gradasi rapat (dense graded). Gradasi senjang (gap graded). Pemeriksaan volume, mutu dibahas seperti dibawah ini : 1) Volume. Untuk pemeriksaan volume, seperti sudah dibahas terdahulu, bahwa pelaksana setelah menerima job mix formula, harus sudah bisa membuat kebutuhan bahan dari masing-masing material. Kemudian diurai sesuai kebutuhan waktu pemesan, sehingga dapat menjadi material schedule. Atau dapat dikatakan jadwal pendatangan material dapat ditentukan. Tetapi perlu diingat bahwa jadwal pendatangan material perlu diberi faktor keamanan waktu, agar jika sampai ada masalah dari supplier/pemasok bahan, masih dapat diatasi penyelesaiannya. Untuk itu material setiap fraksi agregat paling tidak harus sudah ada dalam bentuk stok material untuk kebutuhan satu bulan, selanjutnya tumpukan persediaan harus dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan berikutnya. 2) Mutu. a) Pada awalnya pelaksana sebelum memesan material, harus meyakini terlebih dahulu dengan melihat kondisi ditempat langsung. Apakah betul perusahaan supplier/pemasok sanggup memasok sesuai jadwal yang ditentukan. b) Untuk material tertentu pelaksana perlu meyakini apakah material dari pemasok sudah di test di laboratorium yang sudah terakreditasi. c) Pelaksana harus minta copy hasil test laboratorium seperti dimaksud pada butir b) diatas, selain untuk meyakini mutu, juga untuk lampiran surat-surat yang ditembuskan ke atasan langsung pemesan campuran aspal panas. 1. Agregat secara umum. a. Crew dari laboratorium mesin pencampur aspal panas harus sudah memperhitungkan penyerapan aspal oleh agregat. b. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%. c. Berat jenis (bulk specific grafity) dari agregat kasar halus minimal 2,5 perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2. d. Fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus pecah mesin, pasir harus ditumpuk terpisah. 2. Agregat kasar. a. Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan saringan No. 8 (2,36 mm) harus bersih, keras, awet, harus bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya memenuhi ketentuan seperti dalam tabel 4.1. Halaman: 48 dari 67

50 Tabel 4.1 Ketentuan agregat kasar Pengujian Standar Nilai Kekekalan bentuk SNI Maks. 12% agregat terhadap larutan natrium magnesium sulfat Abrasi dengan SNI Maks. 40% mesin Los Angeles Kelekatan agregat SNI Min. 95% terhadap aspal Angularitas 95/90(*) Partikel pipih lonjong RSNI T Maks 10% Material lolos SNI Maks 1% saringan No 200 Catatan: (*) menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka big pecah satu atau lebih 90% agregat kasar mempunyai muka big pecah dua atau lebih. b. Fraksi agregat kasar harus batu pecah. Ukuran maksimum agregat adalah satu saringan yang lebih besar dari ukuran nominal maksimum. Ukuran nominal maksimum adalah satu saringan yang lebih kecil dari saringan pertama (teratas) dengan bahan tertahan kurang dari 10%. c. Agregat kasar untuk latasir kelas A kelas B boleh dari kerikil yang bersih. 3. Agregat halus. a. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau pengsaringan batu pecah terdiri dari bahan yang lolos saringan no 8 (2,36 mm) sesuia SNI b. Pasir boleh digunakan dalam campuran aspal panas. Prosentase maksimum yang diijinkan untuk laston (AC) adalah 10%. c. Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. d. Agregat pecah halus pasir harus dipasok ke mesin pencampur aspal panas dengan melalui pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus pasir dapat dikontrol dengan baik. e. Ketentuan agregat halus harus memenuhi seperti pada tabel 4.2. Tabel 4.2 ketentuan agregat halus Pengujian Standar Nilai Nilai setara pasir SNI Min 50% untuk SS, HRS, AC bergradasi halus Min 70% untuk AC bergradasi kasar Material lolos saringan No SNI Maks 8% 200 Kadar Lempung SNI 3423:2008 Maks 1% Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm) AASHTO TP-33 atau ASTM Min 45% Halaman: 49 dari 67

51 Angularitas (kedalaman dari permukaan 10 cm) C Min 40% 4. Bahan pengisi/filler. Bahan pengisi yang ditambahkan harus dari semen portlan, bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki tidak menggumpal. Debu batu (stone dust) bahan pengisi yang ditambahkan harus kering bebas dari gumpalan-gumpalan bila diuji dengan penyaringan sesuai SNI harus mengandung bahan yang lolos saringan No 200 (75 micron) tidak kurang dari 75% dari yang lolos saringan No 30 (600 micron) mempunyai sifat non plastis. 5. Aspal. a. Aspal yang digunakan harus salah satu dari jenis aspal keras Pen 40, aspal keras Pen 60, aspal polimer, aspal dimodifikasi dengan asbuton, aspal multigrade yang memenuhi persyaratan standar SNI. b. Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI Pengambilan contoh bahan aspal dari setiap truk tangki harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah, bawah. Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi titik lembek. Aspal di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam tangki penyimpanan sebelum hasil pengujian tersebut memenuhi ketentuan dari spesifikasi. Apabila hasil pengujian tersebut lolos pengujian, tidak berarti aspaldari truk tangki yang bersangkutan diterima secara final, kecuali aspal contoh yang mewakili telah memenuhi semua sifat-sifat aspal yang di syaratkan spsifikasi. 6. Bahan aditif. a. Bahan aditif untuk aspal. Aditif kelekatan anti pengelupasan harus ditambahkan kedalam aspal apabila diperintahkan disetuji oleh direksi pekerjaan. Jenis aditif yang digunakan harus dicampur kedalam bahan aspal dengan cara sesuai petunjuk pabrik pembuatnya. b. Bahan aditif untuk campuran. Apabila kualitas campuran aspal panas yang menggunakan bahan pengikat aspal keras Pen 60 atau Pen 40 dipang perlu ditingkatkan, maka sesuia direksi pekerjaan dapat menambahkan aditif ke dalam campuran beraspal tersebut dengan cara sesuai petunjuk pabrik pembuatnya. d) Setelah mendapatkan data dari pemasok, khusus untuk agregat perlu dibuat rencana kombinasi campurannya agar memenuhi spesifikasi. Dasarnya adalah dengan data analisa saringan. Sebagai contoh dapat diberikan di sini. Halaman: 50 dari 67

52 Data analisa saringan agregat dari pemasok. Lolos (%) Saringan Agregat Agregat Agregat kasar seg halus Filler 2 ½'' ½'' '' ¾ '' ½ '' ⅜ '' # 4 2,3 55,9 98,2 - # # # # # # Spesifikasi campuran aspal panas. Saringan Spesifikasi 2 ½'' - 1 ½'' - 1'' 100 ¾ '' ½ '' ⅜ '' # # # # # # # Rencana kombinasi campuran agregat. Lolos (%) Agregat Agregat Agregat Kombinasi Filler Saringan kasar seg halus agregat Spesifikas i 4% % % % % % % % 2 ½'' ½'' '' ¾ '' , ½ '' , , ⅜ '' , , , # 4 2,3 0,6 55,9 24,0 98,2 24,6-4 53, # , , ,8-4 40, # , , ,8-4 34, Halaman: 51 dari 67

53 # , , , , # , , , ,73 17, # , , ,35 8, # , , , ,81 4, Salah satu cara untuk menentukan prosentase dari masing-masing ukuran agregat adalah dengan cara trial and error (coba-coba salah), sampai masuk dalam range (jajaran) dari spesifikasi. Dalam contoh diatas didapat dengan prosentase sebagai berikut : Agregat 28% Agregat seg 43% Agregat halus 25% Filler 4% Akhirnya didapat hasil kombinasi tersebut menjadi : Saringan Kombinasi agregat Spesifikasi 2 ½'' ½'' - - 1'' ¾ '' 91, ½ '' 82, ⅜ '' 68, # 4 53, # 8 40, # 16 34, # 30 26, # 50 17, # 100 8, # 200 4, b. Pemeriksaan kesiapan material (agregat, filler aspal). Pemeriksaan kesiapan material disini dimaksud adalah, ada beberapa kemungkinan : 1) Jika area mesin pencampur aspal panas terbatas, perlu dengan sistem jadwal pendatangan material. Kasus ini terjadi jika memakai movable AMP. 2) Jika area mesin pencampur aspal panas cukup luas, maka dengan sitem stok material. Langkah-langkah pemeriksaan kesiapan material (agregat, filler aspal) untuk memenuhi kebutuhan, dilakukan sebagai berikut : 1) Volume dari bahan-bahan tersebut pertama kali diperiksa dari surat pembelian barang (surat order), apakah sudah terpenuhi dengan kebutuhan. 2) Volume agregat filler diperiksa melalui bukti penerimaan barang, biasanya dengan dikonversi dari jumlah dump truck yang masuk menjadi volume M 3. Jika mesin pencampur aspal panas tersebut dengan menggunakan stone-crusher/mesin-pemecah-batu sendiri, operator stonecrusher harus membuat surat laporan harian memperkirakan volume harian agregat yang sudah di. Untuk aspal dapat periksa dari surat order/pesanan dalam bentuk drum atau dengan aspal curah. Halaman: 52 dari 67

54 3) Kemudian diperiksa secara fisik dilapangan. Untuk aspal pemeriksaannya dengan jumlah drum atau jika dengan menggunakan aspal curah dapat diketahui dari volume setiap truk pengangkut aspal curah. Segkan untuk agregat pemeriksaan fisik dilapangan dengan memperkirakan kebenaran dari laporan tertulis secara kumulative dari operator stone-crusher. 4) Pemeriksaan cara penimbunan agregat. Cara membuat stock pile sangat mempengauhi gradasi agregat. Segregasi dari agregat dapat terjadi sewaktu proses penimbunan pemindahan agregat. Kag-kag juga sewaktu pemindahan agregat terjadi proses kontaminasi dengan tanah. Hal ini sering terjadi karena operator wheel loader kurang menyadari. Untuk itu perlu pengetahuan khusus bagi operator wheel loader. Untuk menghindari segregasi kontaminasi agregat tersebut perlu beberapa upaya, diantaranya adalah : a. Mengurangi pemindahan agregat, jika diperlukan pemindahan agregat maka dapat dilakukan jika kadar air agregat mendekati kadar optimum. b. Menghindari tumpukan yang terlalu tinggi. c. Memberi muatan pada alat angkut setinggi pintu belakang saja tidak terlalu tinggi. Stock piles Timbunan yang mengerucut terlalu tinggi sehingga butiran agregat besar akan meluncur kebawah setiap ditambah tumpukan, sehingga akan terjadi segregasi. Model timbunan semacam ini butiran agregat yang besar masih akan meluncur kebawah pada sisi yang curam sehingga pada sisi tersebut akan terjadi segregasi. Model timbunan yang rendah untuk mengurangi terjadinya segregasi. Halaman: 53 dari 67

55 c. Pemeriksaan kesiapan bahan bakar untuk kebutuhan operasional mesin pencampur aspal. Dalam prosedur pemeriksaan kesiapan bahan bakar untuk kebutuhan operasional mesin pencampur aspal, pelaksana memeriksa order/pemesanan. Dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Melihat order dibagian terkait/bagian logistik. 2) Memeriksa jumlah/volume dalam surat pesanan. 3) Secara fisik diperiksa tangki penampung bahan bakar dilapangan apakah volume sudah ada kewajaran untuk kebutuhan operasional mesin pencampur aspal Pemeriksaan kelengkapan K3 lingkungan. Tangga yang memadai aman untuk naik ke landasan (plat form) alat pencampur landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit perlengkapan harus dipasang. Untuk mencapai puncak bak truk, perlengkapan untuk landasan atau perangkat lain yang sesuai harus disediakan sehingga direksi pekerjaan dapat mengambil benda uji. Untuk memudahkan pelaksanaan kalibrasi timbangan, pengambilan benda uji lain-lainnya, maka suatu sistem pengangkat atau katrol harus disediakan untuk menaikkan peralatan dari tanah ke landasan (plat form) atau sebaliknya. Semua roda gigi, roda beralur (pulley), rantai, rantai gigi bagian bergerak lainnyayang berbahaya harus seluruhnya dipagar dilindungi. Lorong yang cukup lebar tidak terhalang harus disediakan di sekitar tempat pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari benda yang jatuh dari landasan (plat form) alat pencampur. Pelaksana mesin pencampur aspal panas mempunyai kewenangan untuk memeriksa perlengkapan K3 lingkungan, karena pelaksana mesin pencampur aspal, harus : 1) Bertanggung jawab untuk memastikan penerapan sistem manajemen K3-L di tempat kerjanya memastikan bahwa seluruh resiko yang ada di areanya telah terdentifikasi, terdokumentasi, terkendali. 2) Memastikan bahwa program K3-L di area kerjanya telah dijalankan dengan baik. 3) Membina memastikan bahwa semua tenaga kerja di lingkungannya termasuk pihak ketiga telah memahami mematuhi semua ketentuan K3-L. a. Prosedur pemeriksaan perlengkapan K3 lingkungan. Prosedur pemeriksaan perlengkapan K3-L : 1) Memeriksa keseluruhan lokasi mesin pencampur aspal panas yang mempunyai potensi dampak kurang baik terhadap lingkungan hidup. 2) Memeriksa sekaligus memberikan penyuluhan kepada seluruh tenaga dibawah tanggung jawabnya, kewajiban untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup. 3) Memeriksa pembuangan limbah yang harus tersedia di kawasan mesin pencampur aspal. 4) Memeriksa sekaligus memberikan penyuluhan kepada seluruh tenaga dibawah tanggung jawabnya, kewajiban untuk melakukan upaya Halaman: 54 dari 67

56 keselamatan kesehatan kerja dilingkungannya baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. 5) Memeriksa perlengkapan K3 sekaligus memberikan penyuluhan kepada seluruh tenaga dibawah tanggung jawabnya, kewajiban untuk memakai menerapkan perlengkapan K3. b. Pemeriksaan kembali kesiapan Alat Pelindung Diri (APD). Sebelum pelaksanaan, pelaksana mesin pencampur aspal panas wajib untuk memeriksa alat pelindung diri (APD). Semua peralatan pelindung diri harus diletakkan ditempat yang sudah ditentukan, untuk masing-masing jenis alat pelindung diri. Langkah-langkah pemeriksaan kesiapan Alat Pelindung Diri : 1) Memberikan penyuluhan kepada seluruh tenaga dibawah tanggung jawabnya, kewajiban untuk memakai alat pelindung diri. 2) Minta informasi kondisi kesiapan alat pelindung diri dari masing-masing bagian dari petugas di dibawah tanggung jawabnya. 3) Alat pelindung diri yang sudah tidak layak harus diganti. 4) Memeriksa setiap petugas yang melaksanakan tugasnya harus memakai sesuai dengan alat pelindung diri terkait dengan tugasnya. c. Pemeriksaan kembali Alat Pengaman Kerja (APK). Sebelum pelaksanaan, pelaksana mesin pencampur aspal panas wajib untuk memeriksa alat pengaman kerja (APK) diseluruh area mesin pencampur aspal. Semua alat pengaman kerja harus diletakkan ditempat yang sudah ditentukan, untuk masing-masing jenis alat pengaman kerja. Langkah-langkah pemeriksaan kesiapan Alat Pengaman Kerja : 1) Memberikan penyuluhan kepada seluruh tenaga dibawah tanggung jawabnya, kewajiban untuk memeriksa kembali alat pengaman kerja diseluruh area mesin pencampur aspal panas sebelum pelaksanaan. 2) Minta informasi kondisi kesiapan alat pengaman kerja dari masing-masing bagian dari petugas di dibawah tanggung jawabnya. 3) Alat pengaman kerja yang sudah tidak layak atau rusak harus dilaporkan untuk diusulkan diganti. 4) Memeriksa kembali setiap petugas yang melaksanakan tugasnya harus menerapkan semua alat pengaman kerja di tempat kerjanya sesuai peraturan yang berlaku sebelum pelaksanaan. d. Pemeriksaan kembali kondisi lingkungan kerja. Sebelum pelaksanaan, pelaksana mesin pencampur aspal panas wajib untuk memeriksa kembali kondisi lingkungan kerja diseluruh area mesin pencampur aspal. Semua kondisi lingkungan kerja yang mempunyai potensi dampak lingkungann yang kurang baik segera dilaporkan keatasan langsung atau jika memungkinkan segera diatasi penyelesaiannya. Langkah-langkah pemeriksaan kembali kondisi lingkungan kerja : 1) Memberikan penyuluhan kepada seluruh tenaga dibawah tanggung jawabnya, kewajiban untuk memeriksa kembali kondisi lingkungan kerja yang mempunyai potensi dampak lingkungann yang kurang baik sebelum pelaksanaan. Halaman: 55 dari 67

57 2) Memeriksa kembali kondisi diseluruh lingkungan kerja jika menemukan kondisi lingkungan kerja yang mempunyai potensi dampak lingkungann yang kurang baik sebelum pelaksanaan, untuk segera dilaporkan keatasan langsung atau jika memungkinkan segera diatasi penyelesaiannya. 3) Kondisi lingkungan kerja yang jelas mempunyai potensi dampak yang kurang baik harus segera diatasi, atau jika penyelesaiannya sudah di luar tanggung jawab pelaksana, pelaksana harus lapor ke atasan langsung Penyiapan alat angkut. a. Kesiapan alat angkut yang dibutuhkan. Alat angkut untuk mengangkut campuran aspal panas harus mempunyai bak terbuat dari logam yang rapat, bersih, rata, yang telah disemprot dengan sedikit air sabun, atau minyak solar setipis mungkin, untuk mencegah melekatnya campuran aspal panas pada bak truk. Setiap genangan bahan yang disemprotkan pada lantai dinding bak truk harus dibuang dengan cara memosisikan bak truk miring, sebelum aspal campuran panas dituang kedalam bak truk. Tiap alat angkut harus disiapkan terpal/kanvas atau bahan lain yang cocok, untuk mempertahankan temperatur campuran aspal panas. Alat angkut yang dapat menyebabkan segregasi pada bahan campuran aspal panas akibat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, kondisinya harus diperbaiki terlebih dahulu seblum dipakai dalam pelaksanaan. Jumlah alat angkut harus dihitung sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi tanpa berhenti. Sebelum pelaksanaan, pelaksana campuran aspal panas panas harus membuat metode penyiapan alat angkut yang dibutuhkan yang dikoordinasikan dengan bagian peralatan. Peralatan angkut yang diperlukan pada mesin pencampur aspal panas adalah sejenis dump truck. Metode perhitungan jumlah alat angkut ini adalah berdasar pada : Kecepatan pengiriman campuran aspal panas panas ke lapangan harus tidak boleh melebihi dari kapasitas mesin pencampur aspal. Alat angkut tidak boleh idle (nganggur). Segkan untuk menghitung jumlah alat angkut yang dibutuhkan adalah tergantung dari : 1) Kecepatan dari mesin pencampur aspal. 2) Kapasitas alat angkut. 3) Cycle time dari alat angkut, segkan Cycle time tergantung dari : a) Kondisi jalan untuk angkutan. b) Kondisi lalu lintas. c) Kemahiran pengemudi. 4) Kondisi manajemen dari perusahaan yang terkait. Pelaksana berkoordinasi dengan bagian peralatan, untuk menjamin mengontrol alat angkut siap beroperasi. b. Penentuan jenis jumlah alat angkut. Untuk menentukan jumlah alat angkut, harus meperhitungkan semua kapasitas dari alat-alat yang beroperasi, sedemikian rupa sehingga jangan sampai mesin Halaman: 56 dari 67

58 asphalt finisher berhenti operasi karena menunggu campuran aspal panas yang dibawa oleh alat angkut. Atau sebaliknya jangan sampai alat angkut menjadi idle/nganggur. Sebelum pelaksanaan, pelaksana campuran aspal panas harus menentukan jenis jumlah alat angkut yang dibutuhkan untuk mengangkut campuran aspal panas. Pelaksana berkoordinasi dengan bagian peralatan untuk mendapatkan informasi kapasitas alat angkut yang akan beroperasi, kondisi alat angkut tersebut. Jenis alat angkut adalah berupa dump truk, dimana bagian dalam baknya harus dari pelat besi yang rata, tidak terdapat lekukan-lekukan. Langkah-langkah untuk menentukan jenis jumlah alat angkut campuran aspal panas adalah : 1) Berkoordinasi dengan bagian peralatan untuk memberikan informasi jenis kapasitas alat angkut yang akan beroperasi. 2) Menghitung jumlah alat angkut yang akan di perlukan,yang harus memperhitungkan : a) Cycle time/waktu siklus (yang tergantung juga dari kondisi jalan angkutan jarak angkut). b) Kecepatan pelaksanaan penggelaran atau kapasitas dari asphalt finisher di lapangan. c) Kapasitas alat angkut. d) Etos kerja, ketrampilan, kemahiran para petugas. 3) Membuat jadwal kebutuhan alat angkut. 4) Dalam kondisi tertentu sebelum pelaksanaan, pelaksana campuran aspal panas harus membuat koordinasi dengan bagian peralatan untuk menentukan Shift pengemudi alat angkut. c. Koordinasi penyiapan alat angkut campuran aspal panas. Sebelum pelaksanaan, pelaksana campuran aspal panas harus berkoordinasi dengan bagian peralatan untuk menyiapkan alat angkut campuran aspal panas. Alat angkut harus dalam keadaan siap pakai sudah siap di dalam area mesin pencampur aspal panas lengkap dengan peralatannya. Langkah-langkah prosedur penyiapan alat angkut campuran aspal panas yang harus dikoordinasikan dengan bagian peralatan. 1) Memeriksa kondisi fisik alat angkut kebersihannya. 2) Jumlah alat angkut yang sudah ditentukan dalam perhitungan. 3) Memeriksa peralatan alat perlengkapan (terpal, dongkrak, kunci ban, segi tiga pengaman, ban cagan, sabuk pengaman). 4) Alat semprot cairan untuk bak truk di lokasi mesin pencampur aspal panas. 4.4 Pembuatan Jadwal Produksi Jenis, kualitas kuantitas. a. Jenis, kualitas kuantitas. Pesanan campuran aspal panas panas ada beberapa jenis kualitas. Jenis campuran aspal panas panas adalah : 1) Latasir A (SS-A). 2) Latasir B (SS-B). Halaman: 57 dari 67

59 3) Lataston : a) Lapis aus (HRS-WC). b) Lapis permukaan antara (HRS-BC). 4) Laston : a) Lapis aus (AC-WC). b) Lapis permukaan antara (AC-BC). c) Lapis pondasi (AC-base). Dari beberapa jenis campuran aspal panas panas tersebut di identifikasi karena mempunyai beberapa kualitas tergantung job mix formula. Demikian juga jumlah pesanan diidentifikasi. Kemudian dari jenis, kulitas kuantitas dirangkum untuk keperluan pendataan administrasi keperluan perhitungan selanjutnya. Data kuantitas dapat untuk menentukan jumlah alat angkut, jumlah komponen material, penjadwalan. b. Identifikasi semua jenis kualitas. Setelah pelaksana menerima beberapa surat-surat pesanan, jenis kualitas yang harus dikerjakan pada hari yang sama, diidentifikasi. Hasil identifikasi merupakan rangkuman jenis, kualitas, prioritas yang harus di. c. Identifikasi kualitas yang harus dikerjakan. Setelah pelaksana menerima hasil dari tim laboratorium, dari semua pesanan diidentifikasi sesuai kualitasnya. Hasil identifikasi berupa rangkuman kualitas dari semua pesanan yang diserahkan juga ke operator mesin pencampur aspal panas untuk dasar. Kualitas yang harus dibuat dilihat dari : 1) Material nya (kualitas agregat, kualitas filler, kualitas aspal). 2) Analisa saringan. 3) Kondisi mesin pencampur aspal panas. d. Identifikasi jenis kuantitas yang harus mendapat prioritas pelaksanaannya. Dari semua pesanan diidentifikasi jenis kuantitasnya, ditentukan urutan prioritasnya untuk dibuatkan jadwal. Jadwal tersebut nantinya harus diserahkan kepada operator mesin pencampur aspal. Untuk efisiensi dalam operasional mesin pencampur aspal panas, pesanan yang banyak dengan jenis tertentu perlu mendapat prioritas dalam pelaksanaannya. Karena penggantian screen/saringan memerlukan waktu beberapa jam. Dengan demikian hal ini akan mempengaruhi cara menentukan jadwal. Untuk pesanan dengan jenis yang berlain-lainan dengan jumlah yang masing-masing jenis sedikit, tidak menutup kemungkinan dapat diserahkan mesin pencampur aspal panas yang lain Penyusunan rencana a. Penjelasan hubungan rencana dengan kapasitas mesin pencampur aspal. Dengan berkoordinasi dengan bagian peralatan, pelaksana harus mengetahui kapasitas mesin pencampur aspal. Dengan mengetahui Halaman: 58 dari 67

60 kapasitas mesin pencampur aspal, dapat untuk merencanakan baik harian maupun bulanan. Demikian juga dapat untuk merencanakan pembuatan jadwal pelaksanaan. TetapI kecepatan permintaan dilapangan tidak bisa melebihi kapasitas mesin pencampur aspal. Perhitungan kapasitas mesin pencampur aspal dapat dilihat pada butir c) bab ini dibawah. Dalam penyusunan rencana, pelaksana, selain harus mengetahui kapasitas mesin pencampur aspal, juga harus mengetahui kapasitas wheel loader, kapasitas dump truck. Untuk mengetahui kapasitas wheel loader alat angkut dump truck dapat diuraikan seperti dibawah ini : Wheel loader. Kecepatan wheel loader bervariasi tergantung dengan type dari negara pabrik pembuatnya. Kecepatan sesuai gigi versnelling berkisar antara 7 KM/jam sampai 40 KM/jam. Jika diambil rata-ratanya sewaktu operasi, kecepatan wheel loader dengan muatan adalah 5 KM/Jam maju maupun mundur, segkan kecepatan tanpa muatan maju maupun mundur untuk jarak sampai dengan 30 M adalah 10 KM/Jam, kecepatan tanpa muatan maju maupun mundur untuk jarak lebih dari 30 M adalah 14 KM/Jam. Kecepatan tersebut diatas adalah dengan kondisi tanah dasar yang datar, tetapi jika kondisi lapangan yang kurang menguntungkan, perlu dikalikan dengan faktor sesuai kondisinya diperkirakan dilapangan sesuai percobaan pengalaman. Untuk waktu yang tetap (fixed time) yaitu waktu untuk mengganti gigi versnelling, berganti arah, mengambil muatan, diasumsikan 0,35 menit. Untuk mendapatkan perjam effective dari wheel loader adalah, (volume material teronggok (heap volume) dalam sebuah bucket) x (jumlah trip perjam). Dari perhitungan rumus tersebut dengan memperhitungkan segala pengaruhpengaruhnya dapat dibuat sebuah gambar grafik yang menunjukkan perjam (dalam 1 jam kerja effective wheel loader adalah 45 menit), dengan berbagai macam jarak pengangkutan berbagai macam volume ukuran bucket. Karena kecepatan tanpa muatan maju maupun mundur untuk jarak sampai dengan 30 M adalah 10 KM/Jam, kecepatan tanpa muatan maju maupun mundur untuk jarak lebih dari 30 M adalah 14 KM/Jam, maka dalam garafik, terdapat beda penyelesaian pada jarak < 30 M > 30 M. Dari grafik tersebut dapat untuk dengan segera mendapatkan perkiraan dari wheel loader, dengan ketentuan-ketentuan yang telah disebutkan diatas, yaitu kondisi tanah dasar, waktu effective operasioanal dalam 1 jam operasi, prosentasi pengisian bucket. Halaman: 59 dari 67

61 Halaman: 60 dari 67

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1

Lebih terperinci

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

Penyamaan Persepsi Tim Perencana MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Penyamaan Persepsi Tim Perencana BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar.... Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK). 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan..... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERAPIAN DAN PEMELIHARAAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Asphalt Mixing Plant Manager Kode Jabatan Kerja : INA. 5111333 / KON. MT1. V Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan BUKU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR.. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).. 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.. 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 i BAB I PENGANTAR. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan...... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 3 1.4

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Pemeriksaan Hasil Kompilasi Pengolahan Data BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.008.02

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN ATAS (BASE COURSE) NO. KODE : -K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN BAWAH (SUB BASE COURSE) NO. KODE : -K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR 2 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 Penjelasan Materi Pelatihan.... 2 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI F45.TLBA.01.002.02

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K)

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K) STANDAR LATIHAN (S L K) Bidang Ketrampilan Nama Jabatan Kode SKKNI : Pengawasan Jalan : Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads) : INA.5211.322.05 DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.001.02 BUKU KERJA

Lebih terperinci

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) A. MOBILISASI & MANAGEMEN KESELAMATAN LALU LINTAS Mobilisasi adalah kegiatan yang diperlukan dalam kontrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL FORMULA CAMPURAN KERJA BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal,aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERSIAPAN KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PLPB 02

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENGANTAR...

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN: KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE) NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : OPERATOR BATCHING PLANT (BATCHING PLANT OPERATOR) Kode Jabatan Kerja : Kode Pelatihan : INA-5200.221.08 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama untuk menggerakkan roda perekonomian nasional, hal ini karena jalan memiliki peran penting dan strategis untuk mendorong

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 135 STUDI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS HRS-BASE (STUDI KASUS PAKET KEGIATAN PENINGKATAN JALAN HAMPALIT PETAK BAHANDANG STA. 26+500 s.d.

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI KOORDINASI KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STANDAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN AKHIR KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL AGREGAT KASAR KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MENERAPKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI (UUJK), KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG BIAYA TOTAL PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI:.01 BUKU KERJA

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN BADAN SALURAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN BADAN SALURAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN BADAN SALURAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN: KAJIAN KINERJA CAMPURAN LAPIS PONDASI JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI (HRS-BASE) BERGRADASI SENJANG DENGAN JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI (AC-BASE) BERGRADASI HALUS Meggie Huwae Oscar

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PAM.MM02.003.01 BUKU DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Tinjauan Teknis dan Ekonomi Penggunaan Aspal Beton dan Hot Rolled Sheet Sebagai Bahan Pelapisan Ulang Permukaan Jalan ( Kasus Ruas Widang Gresik Sta 7+150 s/d Sta 10+200 ) Djoko Sulistiono, Amalia FM,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang sangat dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan lainnya, terutama bidang perekonomian.

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG BEKERJASAMA DENGAN REKAN KERJA NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Judul Unit Kompetensi Menyediakan Data Untuk Pembuatan Gambar Kerja. 1.2 Kode Unit. 1.3 Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SETELAH OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI F45.500.2.2.19.II.02.005.01

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN: PENGARUH PERUBAHAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LATASTON JENIS LAPIS PONDASI DAN LAPIS AUS Tri Utami Wardahni Oscar H.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6 Panduan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi memberikan tantangan tersendiri bagi pelayanan fasilitas umum yang dapat mendukung mobilitas penduduk. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov.

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov. PROYEK AKHIR PU Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA 0+000 - STA 1+500 Kab. Luwu Utara Prov. Sulawesi Selatan Pembimbing : Ir. Sulchan Arifin, M.Eng. Dipresentasikan Oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KETENTUAN K3 DAN KETENTUAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN DI TEMPAT KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat yang diiringi dengan peningkatan mobilitas penduduk. Salah satu prasarana transportasi adalah jalan yang

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Teknisi Geoteknik Klasifikasi : Bagian Sub Bidang Sumber Daya Air Kualifikasi : Sertifikat III (tiga) / Teknisi Senior Kode Jabatan Kerja

Lebih terperinci

KAJIAN KADAR ASPAL HASIL EKSTRAKSI PENGHAMPARAN DAN MIX DESIGN PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (ACWC) GRADASI HALUS

KAJIAN KADAR ASPAL HASIL EKSTRAKSI PENGHAMPARAN DAN MIX DESIGN PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (ACWC) GRADASI HALUS KAJIAN KADAR ASPAL HASIL EKSTRAKSI PENGHAMPARAN DAN MIX DESIGN PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (ACWC) GRADASI HALUS Lusi Dwi Putri 1, Sugeng Wiyono 2, dan Anas Puri 3 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN Asrul Arifin ABSTRAK Pengujian dilaboratorium terdiri dari Tes Ekstraksi, Uji Analisa Saringan dan Tes Marshall. Uji Ekstraksi harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah pada

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23 PENGANTAR Pada konteks pelaksanaan uji kompetensi atau penilaian berbasis kompetensi, seorang Asesor Uji Kompetensi memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam mencapai kualitas uji kompetensi

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

KODE UNIT KOMPETENSI INA

KODE UNIT KOMPETENSI INA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR AIR MINUM JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN PERPIPAAN MEMBUAT RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI INA.52.00.204.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkerasan jalan raya dibagi menjadi dua jenis yaitu perkerasan kaku (Rigid Pavement) dan perkerasan lentur (flexible Pavement) dan pada perkerasan lentur terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa adalah pembangunan jalan Daendles pada zaman Belanda, yang dibangun dari Anyer di Banten sampai

Lebih terperinci

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Empat elemen kompetensi

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN 4.1.1 UMUM DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pelebaran Perkerasan adalah pekerjaan menambah lebar perkerasan pada jalan lama

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,

Lebih terperinci