Analisis Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Model Slip di Bawah Pengaruh Gaya Gravitasi

dokumen-dokumen yang mirip
Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi

Bab III Solusi Dasar Persamaan Lapisan Fluida Viskos Tipis

Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi

Analisis Kestabilan Linear dan Simulasi

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut :

MODEL MATEMATIKA DENGAN SYARAT BATAS DAN ANALISA ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS PADA PELAT HORIZONTAL. Leli Deswita 1)

Definisi dan Sifat Fluida

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Thrust bearing [2]

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Analisis Kestabilan Linear dan Simulasi

SIMULASI ARUS LALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KECEPATAN MODEL KERNER KONHÄUSER

3.1 Analisis Dimensional persamaan Navier Stokes

FISIKA DASR MAKALAH HUKUM STOKES

BAB II LANDASAN TEORI

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

BAB 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Dasar

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Permukaan Peregangan dengan Kondisi Batas Konveksi di Titik-Stagnasi

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI NURI ANGGI NIRMALASARI

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Aliran Darah Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Tanpa Penyempitan Arteri Dan Dengan Penyempitan Arteri

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

Pengaruh Temperatur terhadap Pembentukan Vorteks pada Aliran Minyak Mentah dengan Metode Beda Hingga

Pengantar Metode Perturbasi Bab 1. Pendahuluan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Simulasi Model Gelombang Pasang Surut dengan Metode Beda Hingga

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.

I. PENDAHULUAN. II. DASAR TEORI Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

TEKANAN TANAH LATERAL

Kajian Pola Aliran Berayun dalam Kolom Bersekat

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR

Analisis Model Fluida Casson untuk Aliran Darah dalam Stenosis Arteri

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

UNIVERSITAS DIPONEGORO OPTIMASI DAERAH SLIP PADA PERMUKAAN BERTEKSTUR PADA PELUMASAN MEMS (MICRO ELECTRO MECHANICAL SYSTEMS) TUGAS SARJANA

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

Kata Kunci :konveksi alir bebas; viskos-elastis; bola berpori 1. PENDAHULUAN

Distribusi Tekanan pada Fluida

PEMODELAN ARUS LALU LINTAS ROUNDABOUT

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan...

BAB II KAJIAN TEORI. homogen yang dikenal sebagai persamaan forced Korteweg de Vries (fkdv). Persamaan fkdv yang dikaji dalam makalah ini adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

Penerapan Metode Multiple Scales untuk Masalah Galloping pada DuaSpans Kabel Transmisi

[1] Beggs, H. Dale: Gas Production Operations, Oil and Gas Consultants International, Inc., Tulsa, Oklahoma, 1993.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS DAN PENERAPANNYA PADA MASALAH ARUS LALU LINTAS CHRISTOPHER DANNY

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

MODEL KUASISTATIK UNTUK EFEK SURFAKTAN TAK LARUT PADA LAPISAN KONDENSAT DI PIPA TRANSMISI GAS

BERKAS SOAL BIDANG STUDI : FISIKA

γ adalah tegangan permukaan satuannya adalah N/m

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

RENCANA PEMBELAJARAN (RP) / GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) E-LEARNING MATA KULIAH FENOMENA TRANSPORT

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 3 CONDENSING VAPOR

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal (SWE)

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

Pada kehidupan sehari-hari kita kerap kali menjumpai zat-zat cair yang selalu ada di

PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD

BABAK PENYISIHAN SELEKSI TINGKAT PROVINSI BIDANG KOMPETISI

Bab IV Analisis dan Diskusi

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Salah satu contoh MEMS: accelerometer silikon untuk aplikasi sensor pada otomotif [2]

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

MEKANIKA FLUIDA I HMKK 325. Dr. Aqli Mursadin Rachmat Subagyo, MT

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

Panduan Praktikum 2012

KONSTRUKSI MODEL MATEMATIKA PENURUNAN HUKUM KEKEKALAN MASSA GUNA MENGURANGI KEMACETAN ARUS LALU LINTAS DI INDONESIA

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Transkripsi:

Vol. 14, No. 1, 69-76, Juli 017 Analisis Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Model Slip di Bawah Pengaruh Gaya Gravitasi Sri Sulasteri Abstrak Hal yang selalu menjadi perhatian dalam lapisan fluida tipis adalah masalah ketidakstabilan aliran fluida, berupa terbentuknya finger pada garis kontak, daerah dimana fase padat, cair, dan gas bertemu. Tulisan ini membahas tentang analisis kestabilan aliran fluida viskos tipis pada suatu bidang inklinasi, dibawah pengaruh gaya gravitasi dengan mengunakan model slip. Adapun parameter yang digunakan adalah pengaruh gravitasi, sudut kontak, dan parameter slip. Simulasi numerik menunjukkan bahwa gaya gravitasi memberi pengaruh terhadap kondisi kestabilan aliran fluida. Kata Kunci: Bidang inklinasi, garis kontak, gravitasi, model slip, sudut kontak. 1. Pendahuluan Aliran fluida berbentuk suatu lapisan tipis adalah hal yang dapat ditemukan dalam banyak bidang, antara lain lapisan jantung dan kornea mata (bidang medis/biologi), lapisan (cat) pada dinding (bidang teknik), serta pembuatan mikrochip (bidang industri). Hal yang selalu menjadi perhatian dalam lapisan fluida tipis adalah masalah ketidakstabilan aliran fluida; dalam banyak kasus, bagian depan dari fluida (front) membentuk profil berbentuk finger atau rivulets. Kondisi seperti ini seringkali tidak diinginkan. Salah satu contoh lapisan fluida tipis sederhana adalah aliran fluida yang mengalir di atas suatu bidang inklinasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Salah satu aspek penting dari model ini adalah kelakuan dari fluida pada bagian depan dari bidang inklinasi, yaitu daerah di mana fase padat, cair, dan gas bertemu, yang dikenal sebagai garis kontak (contact line). Hasil-hasil percobaan menunjukkan bahwa beberapa saat setelah fluida dilepaskan, garis kontak menjadi tidak stabil jika diberikan gangguan pada arah melintang (Kondic, 00). Salah satu teori tentang fluida menyatakan bahwa ketika suatu fluida viskos bertemu dengan suatu permukaan padat, maka model yang tepat untuk kondisi batasnya adalah kondisi tidak-slip pada batas padat-cair (Bertozzi, 1998). Akan tetapi, penggunaan kondisi tidak-slip pada masalah lapisan fluida tipis yang sedang dikaji, tidaklah dapat diterapkan karena akan menyebabkan masalah singularitas pada garis kontak. Ada dua metode yang mungkin diterapkan untuk mengatasi masalah singular ini, yaitu dengan menggunakan prekursor berupa suatu fluida, atau dengan memberikan kondisi slip pada permukaan padat (Spaid dan Homsy, 1996). Tulisan ini akan membahas kondisi kestabilan dari aliran fluida yang berupa lapisan tipis yang mengalir pada bidang inklinasi dibawah pengaruh gaya gravitasi, pada model slip. Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin, Makassar, email: chelli_math@yahoo.co.id.

70. Model Matematika Model matematika dari lapisan fluida tipis dibangun dari Persamaan Kontinuitas (continuity equation) dan Persamaan Navier-Stokes, serta melibatkan faktor gravitasi sebagai gaya eksternal. Kondisi batas yang terlibat dalam masalah lapisan fluida tipis adalah kondisi batas pada dua lapis batas (interface), yaitu lapis batas fluida dengan permukaan padat (solid) dan fluida dengan udara (permukaan bebas). Pada lapis batas fluida-permukaan padat, akan digunakan parameter slip. Dalam penurunan model, digunakan asumsi bahwa ketebalan lapisan fluida sangat kecil dibandingkan panjang bidang, serta fluida yang mengalir adalah fluida viskos dan bersifat tak mampat. Gambar 1. Model Lapisan Fluida Tipis yang Mengalir pada Bidang Inklinasi, di Bawah Pengaruh Gravitasi. Selanjutnya, dengan merata-ratakan kecepatan fluida atas ketebalannya (hampiran lubrikasi), serta menggunakan kondisi batas tidak slip pada lapis batas permukaan padat-fluida, maka diperoleh persamaan lapisan fluida tipis: h 1 h h h gh h hcos gh sin i h (1) t dimana g adalah gravitasi, ρ densitas fluida, µ adalah viskositas fluida, α adalah sudut inklinasi, adalah konstanta slip, serta i adalah vektor satuan dalam arah x. Persamaan (1) selanjutnya dibawa ke bentuk tak berdimensi dengan melakukan penskalaan h h, x, y, t x, y, t () hc xc xc tc

71 Gambar. Model Lapisan Fluida Tipis yang Diskalakan. Didefinisikan panjang kapiler a / g, dan bilangan kapiler Ca = µu/γ. Panjang kapiler a menyatakan seberapa besar pengaruh tegangan permukaan terhadap gravitasi, sedangkan bilangan kapiler Ca menyatakan perbandingan antara kekentalan fluida dengan 1/ tegangan permukaan. Misalkan U adalah skala untuk kecepatan dan D( ) Ca cot, maka dengan menggunakan skala: x c 1/ a h c a xc xc 1 hc, c, U h sin, serta c g sin t () hc sin tc diperoleh persamaan lapisan fluida tipis tak berdimensi untuk model slip yaitu h h h h h h D h h h. (4) t x Persamaan (4) yang selanjutnya digunakan untuk menganalisis kestabilan aliran fluida.. Solusi Dasar dari Model Slip Jika persamaan (4) hanya dipandang sebagai persamaan dalam variabel x, maka diperoleh persamaan differensial parsial satu variabel: h h hh xxx D h hh x h h x. (5) x x t Kondisi slip yang digunakan pada model, menyebabkan permukaan bebas dapat bersentuhan dengan permukaan padat (b 0). Hal ini mengharuskan adanya syarat kemiringan dari garis kontak.

7 Gambar. Model dengan Parameter Slip. Oleh karena itu, syarat batas yang mungkin untuk model slip adalah: h(0, t) = 1, h(l x, t) = 0, h x (L x, t) = C (θ) (6) dengan C(θ) menyatakan nilai kemiringan garis kontak, yang diekspresikan sebagai fungsi dari bilangan kapiler Ca dan sudut kontak θ, C ( ) Ca 1/ tan. Definisikan h 0 (ξ) = h(x,t) dengan ξ = x Ust, adalah solusi gelombang berjalan dari persamaan (5), dengan syarat batas (6). Selanjutnya, diperoleh persamaan differensial biasa: 1 h 0 D( ) h0 1 0 (7) h0 yang menyatakan solusi dari h 0 (x Ust) dengan Us= 1 + β. Solusi dasar untuk persamaan lapisan fluida tipis untuk model slip adalah solusi dari Persamaan (7). Solusi ini diperoleh dengan pendekatan numerik yaitu dengan metode beda hingga (diskritisasi dengan menggunakan empat titik), dengan melibatkan parameter slip β, kemiringan kontak C(θ), serta komponen normal gravitasi D(α). Gambar 4. Solusi h(x) dengan Parameter C(θ) yang Bervariasi, β = 0,1, dan D 0.

7 Gambar 4 adalah grafik fungsi solusi h(x) dengan parameter C(θ) yang bervariasi, dengan β dan D(α) yang tetap, yaitu β = 0,1 dan D(α) = 0. Gambar 4 menunjukkan bahwa untuk C 0, 1, parameter kemiringan kontak tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap solusi dasar. Sedangkan untuk nilai C(θ) > 0,1 solusi h(x) tidaklah valid, karena terdapat nilai h(x) yang negatif di daerah dekat garis kontak. Hal ini disebabkan karena hampiran lubrikasi yang digunakan dalam penurunan model lapisan fluida tipis menggunakan asumsi bahwa kemiringan dari permukaan bebas haruslah kecil, yang berarti haruslah C 1. Jadi, selanjutnya hanya akan digunakan parameter C(θ) untuk C(θ) 0,1 dalam menguji kestabilan solusi. (b) (a) Gambar 5. Solusi h(x) dengan C(θ) = 0,05 untuk: (a) D(α) = 0 dan β yang Bervariasi, (b) β = 0,1 dan D(α) yang Bervariasi. Adapun Gambar 5 memperlihatkan profil solusi h(x) dengan parameter β dan D(α). Gambar 5(a) menunjukkan solusi untuk nilai parameter slip yang bervariasi, dengan kemiringan kontak C(θ) dan D(α) yang tetap. Profil dari grafik menunjukkan bahwa semakin kecil nilai β, maka ketinggian gundukan makin besar. Hal ini menunjukkan bahwa ada kebergantungan antara parameter slip β dengan ketinggian gundukan dari solusi. Akan tetapi, karena terbentuknya gundukan ini menggambarkan adanya ketidakstabilan dari solusi, berarti perubahan parameter slip β tidaklah menyebabkan solusi menjadi stabil. Sedangkan gambar 5(b) memperlihatkan peranan dari parameter D(α) terhadap kestabilan dari solusi dasar. Gambar ini memperlihatkan terjadinya gundukan di dekat garis kontak dari setiap grafik, yang mengindikasikan terjadinya ketidakstabilan aliran fluida. Akan tetapi dibandingkan dengan parameter β dan C(θ), parameter D(α) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketidakstabilan solusi h(x). 4. Analisis Kestabilan Linier Pandang Persamaan (4) dalam variabel (ξ, y, t) dan asumsikan solusinya dalam bentuk y, t h h, y t h,, 0 1 dengan 1dan h1 O(1), maka Persamaan (4) menjadi:

74 h t h h h h h D h h h x U s h (8) dengan ξ = x Ust dan = ( ξ, y). Persamaan (8) dapat dinyatakan dalam bentuk Fourier dalam y, yaitu dengan mengekspresikan h iqyt, y, t, te 1, dimana q adalah bilangan gelombang, yang berkaitan dengan periode dari perturbasi (q = π/λ), sedangkan σ adalah derajat ketidakstabilan solusi. Dengan demikian, jika diberikan suatu q maka diperoleh suatu masalah nilai eigen: φ = σφ, (9) dengan adalah operator linier yang memenuhi: Analisis kestabilan solusi diperoleh dengan menyelesaikan Persamaan (9) secara numerik. Prosedur numeriknya adalah dengan mencari σ (nilai eigen) terbesar dari setiap q yang diberikan, sehingga diperoleh grafik fungsi σ(q). Gambar 6. Derajat Ketidakstabilan σ(q) dengan Parameter C ( ) 1, D(α) = 0, β = 0,1. Gambar 6 menunjukkan bahwa untuk C ( ) 1, parameter kemiringan kontak tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap derajat ketidakstabilan. Hal ini dapat dijelaskan dengan

75 memperhatikan kebergantungan C(θ) terhadap solusi dasar. Profil dari solusi dasar tidaklah sensitif terhadap perubahan C(θ) untukc ( ) 1, bahkan pada daerah di sekitar garis kontak. Gambar 7 di bawah adalah grafik fungsi σ(q) dengan parameter β dan D(α). Gambar 7(a) menunjukkan bahwa terdapat daerah dari q dimana laju pertumbuhan σ(q) bernilai positif, yaitu daerah yang dibatasi oleh q = 0 dan qs = π/λ. Kondisi paling tidak stabil terjadi pada qm 0,5 atau berkorespondensi dengan λm 1,6. Hasil lain yang tampak dari gambar 7(a) yaitu bahwa derajat ketidakstabilan σ(q) bertambah jika parameter slip β berkurang. Hasil ini bersesuaian dengan solusi dasar dari model slip, yaitu nilai maksimum dari h(x) bertambah jika parameter slip β berkurang. Adapun gambar 7(b) menunjukkan bahwa kenaikan nilai D(α) menyebabkan penurunan derajat ketidakstabilan σ(q), serta pergeseran posisi dari σ(qm) dan σ(qs). Hasil ini sejalan dengan hasil pada solusi dasar, yaitu kenaikan nilai D(α) menyebabkan solusi dasar lebih stabil. (a) (b) 5. Kesimpulan Gambar 7. Solusi h(x) dengan C(θ) = 0,05 untuk: (a) D(α) = 0 dan β yang Bervariasi, (b) β = 0,1 dan D(α) yang Bervariasi. Tulisan ini membahas masalah ketidakstabilan dari lapisan fluida tipis yang mengalir di atas suatu bidang inklinasi, dengan menggunakan model slip. Parameter yang digunakan adalah konstanta slip β, sudut kontak C(θ), dan komponen normal gravitasi D(α). Analisis yang dilakukan mengacu pada solusi dasar dari persamaan lapisan fluida tipis, serta derajat ketidakstabilan dari solusi dasar yang diperturbasi. Simulasi numerik menunjukkan bahwa penurunan nilai parameter slip menyebabkan solusi dasar menjadi lebih tidak stabil, sedangkan kenaikan nilai D(α) menyebabkan profil lebih stabil. Adapun perubahan parameter C(θ) tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap profil solusi dasar. Ketiga parameter ini juga memberikan efek ketidakstabilan yang sama pada derajat ketidakstabilan. Simulasi numerik juga menunjukkan bahwap parameter D(α) yang berkaitan dengan sudut dari bidang inklinasi (komponen normal gravitasi) mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan kondisi kestabilan dari solusi.

76 Daftar Pustaka Bertozzi, A.L. dan Brenner, M.P. 1997. Linear stability and transient growth in driven contact lines. Phys. Fuids, 9, pp. 50-59. Bertozzi, A.L. 1998. The mathematics of moving contact lines in thin liquid films, Notices Amer. Math. Soc., 45, pp. 689-697. Hoffman, J.D., 199. Numerical Methods for Engineers and Scientists. McGraw-Hill, Inc., New- York. Kondic, L., 00. Instabilities in gravity driven flow of thin fluid films. SIAM Review, Vol. 45, pp. 95-115. Spaid, M.A. dan Homsy, G.M., 1996. Stability of newtonian and viscoelastic dynamic contact lines. Phys. Fuids, 8, No..