HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

BAHAN METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

PELAKSANAAN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Transkripsi:

18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya terjadi pada bulan April. Curah hujan pada saat penelitian berkisar antara 131.1-570.6 mm/bulan dengan hari hujan antara 12-27 hari (Lampiran 1). Hasil analisis tanah pada awal penelitian menunjukkan bahwa reaksi tanah pada lokasi penelitian bersifat agak masam. Kandungan C-organik dalam tanah tergolong tinggi. Unsur P-tersedia, kandungan N-total, dan kandungan K tergolong sedang. Sementara itu untuk kondisi unsur-unsur mikro dalam tanah berada dalam kondisi sangat rendah sampai tinggi (Lampiran 2). Pada analisis tanah di akhir penelitian kandungan P-tersedia pada semua petak perlakuan berada pada kondisi tinggi (Lampiran 3). Hal ini karena bertambahnya ketersediaan fosfor dalam tanah berasal dari residu pemupukan sebelumnya, perlakuan pemupukan fosfor, dan pemberian pupuk kandang kambing. Kriteria penilaian sifat tanah dapat dilihat pada Lampiran 4. Kondisi tanaman pada saat awal penelitian terlihat tidak seragam pada ulangan 1 dibandingkan ulangan 2 dan 3. Perbedaan ini disebabkan tergenangnya petakan ulangan 1 sehingga aerasi tanah menjadi buruk dan tidak menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman. Sistem drainase yang dibuat pada awal penelitian belum mampu mengalirkan air secara penuh ketika terjadi hujan lebat yang berlangsung lama. Pada awalnya sampel yang diamati berjumlah 15 sampel per petak perlakuan, namun kemudian dikurangi hingga 10 sampel. Hal ini dilakukan karena hujan lebat sepanjang hari menyebabkan tanaman kerdil, daun menguning, dan pertumbuhannya tidak seragam. Selama proses pertumbuhan tanaman, terjadi beberapa serangan hama dan penyakit. Hama-hama yang menyerang terdiri dari belalang (Valanga mausiena), ulat pemakan daun, dan kutu pengisap daun (Empoasca sp.). Sementara itu penyakit yang menyerang yaitu busuk akar yang disebabkan oleh cendawan Phytophtora parasitica. Serangan hama dan penyakit ini biasanya terjadi karena adanya genangan air di lahan atau musim hujan yang terlalu lama (Mardiah et al.,

19 2009). Intensitas serangan hama dan penyakit masih dapat diatasi tanpa perlu menggunakan bahan kimia untuk membasminya. Selain itu, serangan yang terjadi tidak terlalu memberikan dampak nyata bagi pertumbuhan tanaman. Pada pertanaman ini, areal juga ditumbuhi oleh beberapa jenis gulma seperti Ageratum conyzoides, Mimosa invisa, Caladium bicolor dan sebagainya. Pengendalian gulma dilakukan setiap 2 minggu secara manual dengan mencabut langsung menggunakan tangan atau alat koret. Ciri Morfologi Rosela Merah dan Rosela Ungu Berdasarkan pengamatan, secara penampakkan fisik maupun melalui pengukuran, rosela merah dan rosela ungu memiliki beberapa ciri morfologi yang berbeda satu sama lain. Berikut disajikan ciri morfologi rosela merah dan rosela ungu. Tabel 1. Ciri Morfologi Rosela Merah dan Ungu Komponen Merah Ungu Batang Warna Merah Merah kehitaman Daun Bentuk Menjari agak ramping Menjari agak gembung Warna Hijau dengan sedikit merah di bagian belakang Merah kehitaman di seluruh bagian Buku Jarak antar Buku 2.5-3 cm 4-5 cm Bunga Muncul Pertama 10 MST 11 MST Wana Mahkota Oranye muda Merah Muda Kaliks Warna Merah Ungu Bentuk Menguncup di bagian Membuka di bagian ujung ujung Diameter 2.5 cm 3-3.5 cm Panjang 4-4.5 cm 5 cm Bobot Basah dengan 7-8 g 8-10 g Buah Segar Bobot Basah tanpa 5-6 g 6-8 g Buah Segar Buah Bobot 3-3.5 g 3.4 g Warna Hijau muda dengan sedikit merah di ujung buah Hijau muda dengan sedikit merah di ujung buah Seduhan Warna Merah cerah Hitam pekat Keasaman Sangat asam Tidak Asam Aroma Sangat Harum Harum

20 Gambar 8. Perbedaan antara Rosela Merah dan Ungu : a) Bentuk Kaliks, b) Daun Gambar 9. Perbedaan Warna Kaliks Basah Rosela Merah dan Ungu (dari kanan ke kiri) Gambar 10. Perbedaan Mahkota Bunga : a) Rosela Merah, b) Rosela Ungu Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Hasil uji F menunjukkan pemberian pupuk fosfor pada empat taraf berpengaruh tidak nyata, nyata maupun sangat nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif seperti disajikan pada Tabel 2. Secara umum terdapat perbedaan yang sangat nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif yang ditunjukkan oleh kedua aksesi rosela merah dan ungu.

21 Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Peubah Perlakuan Koefisien Keragaman Pemupukan Aksesi Interaksi (%) Tinggi per Tanaman 5 tn ** tn 3.34 7 tn ** tn 2.95 9 tn ** tn 2.74 11 ** ** tn 2.03 13 tn ** tn 2.11 Cabang Primer per Tanaman 5 tn ** tn 12.96 7 ** ** tn 7.86 9 tn ** tn 5.86 11 tn ** tn 6.04 13 tn ** tn 4.36 Cabang Sekunder per Tanaman 5 tn ** tn 25.49 7 tn ** tn 14.46 9 tn ** tn 8.60 11 * ** tn 13.84 13 tn ** tn 9.99 Jumlah Buku per Tanaman 5 tn * tn 14.44 7 tn ** tn 13.31 9 tn ** tn 5.78 11 tn ** tn 8.44 13 tn ** tn 7.06 Jumlah Daun per Tanaman 5 tn ** tn 7.91 7 tn * tn 11.63 9 * ** tn 9.34 11 tn ** tn 8.08 13 tn ** tn 5.68 Luas per Daun tn ** tn 7.74 Jumlah Kaliks Panen 1 tn ** tn 16.88 Panen 2 tn tn tn 29.77 Panen 3 tn ** tn 14.83 Panen 4 tn ** tn 14.13 per Tanaman tn ** tn 7.78 Bobot Basah Kaliks Panen 1 tn tn tn 24.76 Panen 2 tn * tn 25.98 Panen 3 tn ** tn 15.94 Panen 4 tn ** tn 16.58 per Tanaman tn ** tn 8.68 Kaliks per Petak ** ** tn 11.19

22 Peubah Perlakuan Koefisien Keragaman Pemupukan Aksesi Interaksi (%) Bobot Basah Buah Panen 1 tn ** tn 17.18 Panen 2 tn tn tn 29.77 Panen 3 tn ** tn 14.85 Panen 4 tn ** tn 14.46 per Tanaman tn ** tn 8.35 Per Kaliks tn ** tn 2.58 Per Buah tn ** tn 5.41 Tajuk per Tanaman * ** tn 12.04 Akar per Tanaman tn * tn 15.24 Tajuk per Petak ** ** ** 5.00 Bobot Kering Kaliks Panen 1 tn tn tn 23.61 Panen 2 tn ** tn 24.18 Panen 3 tn tn tn 15.41 Panen 4 tn ** tn 17.32 per Tanaman tn ** tn 8.60 Kaliks per Petak ** ** tn 8.36 Buah Panen 1 tn ** tn 17.35 Panen 2 tn tn tn 28.79 Panen 3 tn ** tn 14.94 Panen 4 tn ** tn 14.57 per Tanaman tn ** tn 7.90 Per Kaliks tn ** tn 2.62 Per Buah * ** tn 6.69 Tajuk per Tanaman ** ** ** 7.51 Akar per Tanaman tn * tn 25.74 Tajuk per Petak ** ** ** 4.13 Kandungan Antosianin per Kaliks tn ** tn 26.32 Produksi Antosianin per Tanaman tn ** tn 34.07 Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tinggi per Tanaman Pada penelitian ini perlakuan pupuk fosfor tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi rosela merah dan ungu kecuali pada umur 11 MST (Tabel 2). Gambar 11 memperlihatkan pada awal penanaman, kedua aksesi rosela mengalami peningkatan tinggi tanaman hal ini diperlihatkan dengan kurva yang cenderung meningkat. Menjelang 11 MST laju pertumbuhan mulai menurun diakibatkan masa pemunculan bunga sehingga menghambat pertumbuhan

23 vegetatif. Pada akhir pengamatan, tinggi rosela merah mencapai 148.13 cm/tanaman, sedangkan rosela ungu hanya 143.6 cm/tanaman. Gambar 11. Pertumbuhan Tinggi per Tanaman Rosela Merah dan Ungu pada 5-13 MST Jumlah Cabang Primer per Tanaman Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfor berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan cabang primer rosela merah dan ungu hanya pada saat 7 MST (Tabel 2). Tanaman rosela merah cenderung memiliki jumlah cabang primer per tanaman yang lebih banyak dibandingkan rosela ungu (Gambar 12). Pada akhir pengamatan, perlakuan 36 kg P 2 O 5 /ha memberikan jumlah cabang primer rosela merah sebanyak 60.33 cabang/tanaman dan rosela ungu sebanyak 47 cabang/tanaman yang didapat dari perlakuan 54 kg P 2 O 5 /ha. Gambar 12. Jumlah Cabang Primer per Tanaman Rosela Merah dan Ungu pada 5-13 MST

24 Jumlah Cabang Sekunder per Tanaman Perlakuan pupuk fosfor rupanya memberikan pengaruh nyata terhadap penambahan jumlah cabang sekunder hanya pada umur 11 MST (Tabel 2). Pada akhir pengamatan, perlakuan 54 kg P 2 O 5 /ha memberikan jumlah cabang sekunder rosela merah sebanyak 262.67 cabang/tanaman dan jumlah cabang sekunder rosela ungu sebanyak 154.33 cabang/tanaman. Gambar 13. Jumlah Cabang Sekunder per Tanaman Rosela Merah dan Ungu pada 5-13 MST Gambar 13 memperlihatkan keseragaman jumlah cabang sekunder pada rosela merah dan ungu hanya terjadi hingga tanaman berusia 7 MST. Menjelang 9 MST mulai memperlihatkan perbedaan bahwa rosela merah memiliki jumlah cabang sekunder yang lebih banyak dibandingkan rosela ungu. Jumlah Buku per Tanaman Hasil uji F menunjukkan pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata pada jumlah buku rosela merah maupun ungu pada semua umur tanaman (Tabel 2). Gambar 14 memperlihatkan jumlah rosela merah dan ungu yang cenderung seragam. Pada akhir pengamatan, jumlah buku rosela merah sebanyak 406.33 buku/tanaman yang didapat dari perlakuan 36 kg P 2 O 5 /ha, sedangkan pada rosela ungu sebanyak 352 buku/tanaman yang didapat dari perlakuan 54 kg P 2 O 5 /ha.

25 Gambar 14. Jumlah Buku per Tanaman Rosela Merah dan Ungu pada 5-13 MST Jumlah Daun per Tanaman Perlakuan fosfor memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun rosela merah maupun ungu hanya pada umur 9 MST (Tabel 2). Gambar 15 memperlihatkan adanya keseragaman jumlah daun rosela merah dan ungu pada awal penanaman hingga mencapai umur 7 MST kemudian menjelang 9 MST mulai terlihat adanya perbedaan jumlah. Pada akhir pengamatan, perlakuan 54 kg P 2 O 5 /ha memberikan jumlah daun rosela merah sebanyak 704.67 daun/tanaman dan 539.92 daun/tanaman untuk rosela ungu. Gambar 15. Jumlah Daun per Tanaman Rosela Merah dan Ungu pada 5-13 MST

26 Adanya translokasi nutrisi dari daun tua menuju daun muda akibat berpindahnya fosfor dalam jaringan tanaman menyebabkan jumlah daun tanaman rosela menjelang masa berbunga (12 MST) cenderung mengalami penurunan laju pertumbuhan walaupun nilai yang didapat tetap menunjukkan kenaikan. Luas per Daun Luas per daun pada berbagai taraf dosis pupuk fosfor disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfor tidak berpengaruh nyata pada luas per daun rosela merah maupun rosela ungu. Luas per daun rosela merah sebesar 35.66 cm 2, sedangkan luas per daun rosela ungu sebesar 41.62 cm 2. Tabel 3. Luas per Daun Rosela Merah dan Ungu Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 ----------------------------- Luas per Daun (cm 2 ) ------------------------------ Merah 35.03 34.97 39.07 33.57 35.66 a Ungu 40.07 44.33 39.90 42.17 41.62 b Rata-rata 37.55 39.65 39.48 37.87 Keterangan : Angka pada aksesi yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5 % Bobot Basah dan Bobot Kering Tajuk serta Akar per Tanaman Perlakuan pupuk fosfor berpengaruh sangat nyata pada bobot kering tajuk per tanaman, berpengaruh nyata pada bobot basah tajuk per tanaman dan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan kering akar per tanaman (Tabel 2). Pada rosela merah, bobot basah tajuk per tanaman sebesar 2 736.94 g/tanaman dan bobot kering tajuk per tanaman sebesar 817.47 g/tanaman, sedangkan yang bobot basah akar per tanaman rosela merah sebesar 238.96 g/tanaman dan bobot kering akar per tanaman sebesar 77.03 g/tanaman. Pada rosela ungu, bobot basah tajuk per tanaman sebesar 3 303.37 g/tanaman dan bobot kering tajuk per tanaman sebesar 1 060.79 g/tanaman, sedangkan bobot basah akar per tanaman rosela ungu sebesar 270.94 g/tanaman bobot kering akar per tanaman sebesar 87.38 g/tanaman.

27 Tabel 4. Bobot Basah dan Bobot Kering Tajuk serta Akar per Tanaman Rosela Merah dan Ungu Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 -------------------- Bobot Basah Tajuk per Tanaman (g) -------------------- Merah 2 773.71 2 782.13 2 559.06 2 940.84 2 763.94 a Ungu 2 907.32 3 433.51 3 339.76 3 532.90 3 303.37 b Rata-rata 2 840.52 b 3 107.82 a 2 949.41 ab 3 236.87 a -------------------- Bobot Kering Tajuk per Tanaman (g) -------------------- Merah 854.27 789.00 818.89 807.72 817.47 a Ungu 868.29 1 098.75 1 132.29 1 143.81 1 060.79 b Rata-rata 861.28 b 943.88 a 975.59 a 975.77 a ---------------------- Bobot Basah Akar per Tanaman (g) -------------------- Merah 229.77 252.34 232.93 240.78 238.96 a Ungu 245.05 282.34 276.01 280.35 270.94 b Rata-rata 237.41 267.34 254.47 260.57 ----------------------- Bobot Kering Akar per Tanaman (g) ------------------ Merah 73.33 81.45 74.95 78.38 77.03 a Ungu 78.65 92.99 86.61 91.25 87.38 b Rata-rata 75.99 87.22 80.78 84.82 Keterangan : Angka pada aksesi atau dosis yang diikuti huruf berbeda pada baris atau kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5 % Bobot Basah dan Bobot Kering Tajuk per Petak Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfor memberikan pengaruh sangat nyata pada bobot basah dan bobot kering tajuk per petak (Tabel 2). Bobot basah tajuk per petak rosela merah sebesar 46.19 kg/petak dan 55.96 kg/petak untuk rosela ungu, sedangkan pada bobot kering tajuk per petak rosela merah sebesar 14.50 kg/petak dan rosela ungu sebesar 18.46 kg/petak. Tabel 5. Bobot Basah dan Bobot Kering Tajuk per Petak Rosela Merah dan Ungu Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 ---------------------- Bobot Basah Tajuk per Petak (kg) ---------------------- Merah 44.85 38.32 54.86 46.74 46.19 a Ungu 40.91 59.62 66.78 61.51 55.96 b Rata-rata 42.88 b 48.97 ab 58.32 a 54.13 a ---------------------- Bobot Kering Tajuk per Petak (kg) --------------------- Merah 15.07 13.92 15.76 13.26 14.50 a Ungu 15.81 19.78 20.05 18.20 18.46 b Rata-rata 15.44 b 16.85 ab 17.91 a 15.73 b Keterangan : Angka pada aksesi atau dosis yang diikuti huruf berbeda pada baris atau kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5 %

28 Rasio Bobot Tajuk dan Kaliks per Tanaman Tabel 6 memperlihatkan bahwa penggunaan asimilasi fotosintat rosela merah lebih efisien dibandingkan rosela ungu. Rosela merah hanya membutuhkan 5.48 g bobot kering tajuk untuk menghasilkan 1 g bobot kering kaliks, sedangkan rosela ungu membutuhkan 6.46 g bobot kering tajuk untuk menghasilkan 1 g bobot kering kaliksnya. Tabel 6. Rasio Tajuk dan Kaliks per Tanaman Rosela Merah dan Ungu Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 ------------------------ Rasio Tajuk-Kaliks per Tanaman --------------------- Merah 6.17 5.39 5.44 4.91 5.48 Ungu 5.43 7.02 6.85 6.53 6.46 Rata-rata 5.80 6.20 6.14 5.72 Jumlah Kaliks per Tanaman Pertumbuhan Generatif Tanaman Jumlah kaliks rosela merah dan ungu pada panen ke-1 hingga panen per tanaman tidak memberikan pengaruh nyata pada setiap taraf dosis pupuk fosfor (Tabel 2). Data jumlah kaliks per tanaman tersaji pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Kaliks per Tanaman Rosela Merah dan Ungu Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 --------------------------------- Panen 1 (buah) --------------------------------- Merah 66.00 62.33 79.33 65.00 68.17 a Ungu 33.00 37.67 32.00 38.67 35.34 b Rata-rata 49.50 50.00 55.67 51.84 --------------------------------- Panen 2 (buah) --------------------------------- Merah 34.67 43.33 40.00 55.67 43.42 Ungu 32.33 25.33 44.00 45.00 36.67 Rata-rata 33.50 34.33 42.00 50.34 --------------------------------- Panen 3 (buah) --------------------------------- Merah 169.00 168.67 172.67 191.33 175.42 a Ungu 76.33 83.33 85.33 94.00 84.75 b Rata-rata 122.67 126.00 129.00 142.67 --------------------------------- Panen 4 (buah) --------------------------------- Merah 141.33 141.00 149.33 152.57 146.06 a Ungu 61.00 60.67 55.00 53.00 57.42 b Rata-rata 101.17 100.84 102.17 102.79 -------------------------- Panen per Tanaman (buah) -------------------------- Merah 411.00 415.33 441.33 464.67 433.08 a Ungu 202.67 207.00 216.33 230.67 214.17 b Rata-rata 306.84 311.17 328.83 347.67

29 Kaliks rosela merah dan ungu mulai dipanen pada saat tanaman berusia 14 MST. Tabel 7 memperlihatkan bahwa pada panen ke-1, kaliks rosela merah yang dipanen berjumlah hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah kaliks rosela ungu. Pada panen berikutnya rosela merah masih menunjukkan jumlah kaliks yang lebih banyak dibandingkan rosela ungu. Jumlah kaliks per tanaman rosela merah sebesar 433.08 buah/tanaman sedangkan rosela ungu hanya 214.17 buah/tanaman. Bobot Basah dan Bobot Kering Kaliks per Tanaman Pemberian empat dosis pupuk fosfor tidak berpengaruh nyata pada bobot basah kaliks per tanaman (Tabel 2). Bobot kaliks basah per tanaman rosela merah sebesar 1 596.92 g/tanaman, sedangkan rosela ungu sebesar 2 205.38 g/tanaman. Tabel 8. Bobot Basah Kaliks per Tanaman Rosela Merah dan Ungu Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 ----------------------------------- Panen 1 (g) ----------------------------------- Merah 255.80 277.33 254.70 288.43 269.07 Ungu 327.80 275.77 353.07 306.47 315.78 Rata-rata 291.80 276.55 303.89 297.45 ----------------------------------- Panen 2 (g) ----------------------------------- Merah 173.77 229.27 205.33 255.27 215.91 a Ungu 256.47 200.70 331.40 353.00 285.39 b Rata-rata 215.12 215.00 268.37 304.14 ----------------------------------- Panen 3 (g) ----------------------------------- Merah 571.63 669.43 665.33 733.27 659.92 a Ungu 838.83 854.40 817.43 973.10 870.94 b Rata-rata 705.23 761.92 741.38 853.19 ----------------------------------- Panen 4 (g) ----------------------------------- Merah 485.27 473.90 443.03 405.90 452.03 a Ungu 682.67 709.23 762.43 778.73 733.27 b Rata-rata 583.97 591.57 602.73 592.32 --------------------------- Panen per Tanaman (g) ----------------------------- Merah 1 486.47 1 649.93 1 568.39 1 682.87 1 596.92 a Ungu 2 105.77 2 040.10 2 264.33 2 411.30 2 205.38 b Rata-rata 1 796.12 1 845.02 1 916.36 2 047.09 Keterangan : Angka pada aksesi yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5 % Tabel 8 juga memperlihatkan adanya peningkatan bobot basah kaliks mulai panen ke-1 hingga panen ke-3, namun mulai mengalami penurunan pada panen ke-4 yaitu sebesar 31.5% pada rosela merah dan penurunan 15.8% pada rosela ungu.

30 Hasil uji F menunjukkan pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering kaliks pada panen ke-1 hingga panen ke-4 maupun panen per tanaman (Tabel 2). Terjadi penurunan bobot basah kaliks per tanaman sebesar 90.2-91.2% pada rosela merah dan 92.4-92.7% pada rosela ungu (Tabel 9). Tabel 9. Bobot Kering Kaliks per Tanaman Rosela Merah dan Ungu Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 ----------------------------------- Panen 1 (g) ----------------------------------- Merah 25.10 21.57 25.13 22.50 23.58 Ungu 21.07 24.80 21.53 24.23 22.91 Rata-rata 23.09 23.19 23.33 23.37 ----------------------------------- Panen 2 (g) ----------------------------------- Merah 13.57 16.47 16.77 19.23 16.51 a Ungu 22.17 17.60 28.07 29.27 24.28 b Rata-rata 17.87 17.04 22.42 24.25 ----------------------------------- Panen 3 (g) ----------------------------------- Merah 49.97 59.40 59.20 70.90 59.87 Ungu 61.10 63.67 61.70 71.17 64.41 Rata-rata 55.54 61.54 60.45 71.04 ----------------------------------- Panen 4 (g) ---------------------------------- Merah 45.33 44.57 41.63 40.17 42.93 a Ungu 60.00 54.87 61.80 62.27 59.74 b Rata-rata 52.67 49.72 51.72 51.22 ------------------------------ Panen per Tanaman (g) -------------------------- Merah 138.53 146.37 150.43 164.57 142.88 a Ungu 159.77 156.57 165.40 175.17 171.33 b Rata-rata 164.34 160.94 173.10 186.94 Keterangan : Angka pada aksesi yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5 % Bobot Basah dan Bobot Kering Kaliks per Petak Peningkatan bobot basah dan bobot kering kaliks per petak rosela merah maupun ungu dipengaruhi sangat nyata oleh pemupukan fosfor (Tabel 2). Tabel 10 memperlihatkan bahwa bobot basah kaliks per petak rosela merah tertinggi senilai 33.38 kg/petak pada perlakuan 36 kg P 2 O 5 /ha. Bobot kering kaliks per petak rosela merah terbesar didapat dari perlakuan 36 kg P 2 O 5 /ha yaitu sebesar 3.35 kg/petak. Bobot basah kaliks per petak rosela merah mengalami penurunan sebesar 90.8%. Pada rosela ungu, bobot basah kaliks per petak terbesar didapat dari perlakuan 54 kg P 2 O 5 /ha yaitu 46.32 kg/petak, sedangkan bobot kering kaliks per petak rosela ungu terbesar juga didapat dari perlakuan 54 kg P 2 O 5 /ha yaitu 3.51

31 kg/petak (Tabel 10). Terjadi penurunan kadar air sebesar 92.4% dari bobot basah kaliks per petak rosela ungu. Tabel 10. Bobot Basah dan Bobot Kering Kaliks per Petak Rosela Merah dan Ungu Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 ---------------------- Bobot Basah Kaliks per Petak (kg) --------------------- Merah 28.73 30.65 33.38 31.42 31.05 a Ungu 40.12 38.62 42.28 46.23 41.81 b Rata-rata 34.43 b 34.64 b 37.83 ab 38.83 a --------------------- Bobot Kering Kaliks per Petak (kg) --------------------- Merah 2.77 2.82 3.35 3.08 3.01 a Ungu 3.24 3.13 3.31 3.51 3.30 b Rata-rata 3.01 b 2.98 b 3.20 ab 3.43 a Keterangan : Angka pada aksesi atau dosis yang diikuti huruf berbeda pada baris atau kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5 % Bobot Basah dan Bobot Kering Buah per Tanaman Tabel 11. Bobot Basah Buah per Tanaman Rosela Merah dan Ungu Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 ----------------------------------- Panen 1 (g) ----------------------------------- Merah 178.20 168.30 214.20 175.50 184.05 a Ungu 95.70 109.23 92.80 112.13 102.47 b Rata-rata 136.95 138.77 153.50 143.82 ----------------------------------- Panen 2 (g) ----------------------------------- Merah 110.93 138.67 128.00 178.13 138.93 Ungu 103.47 81.07 140.80 144.00 117.34 Rata-rata 107.20 109.87 134.40 161.07 ----------------------------------- Panen 3 (g) ----------------------------------- Merah 625.30 624.07 638.87 707.93 649.04 a Ungu 290.07 316.67 324.27 357.20 322.05 b Rata-rata 457.69 470.37 481.57 532.57 ----------------------------------- Panen 4 (g) ----------------------------------- Merah 409.87 408.90 433.07 442.73 423.64 a Ungu 195.20 194.13 176.00 169.60 183.73 b Rata-rata 302.54 301.52 304.54 306.17 ---------------------------- Panen per Tanaman (g) ---------------------------- Merah 1 324.30 1 339.93 1 414.13 1 504.30 1 395.67 a Ungu 684.43 701.10 733.87 782.93 725.58 b Rata-rata 1 004.37 1 020.52 1 074.00 1 143.62 Keterangan : Angka pada aksesi yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5 %

32 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah maupun kering buah per tanaman rosela (Tabel 2). Bobot basah buah per tanaman rosela merah sebesar 1 395.67 g/tanaman, sedangkan rosela ungu sebesar 725.58 g/tanaman (Tabel 11). Bobot kering buah per tanaman rosela merah 380.94 g/tanaman, sedangkan bobot kering buah per tanaman rosela ungu sebesar 210.24 g/tanaman dan (Tabel 12). Tabel 12. Bobot Kering Buah per Tanaman Rosela Merah dan Ungu Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 ----------------------------------- Panen 1 (g) ----------------------------------- Merah 46.33 43.76 55.69 45.63 47.85 a Ungu 25.84 29.49 25.06 30.28 27.67 b Rata-rata 36.09 36.63 40.38 38.00 ----------------------------------- Panen 2 (g) ----------------------------------- Merah 29.95 37.44 34.56 48.10 37.51 Ungu 32.07 25.13 43.65 44.64 36.37 Rata-rata 31.01 31.29 39.11 46.37 ----------------------------------- Panen 3 (g) ----------------------------------- Merah 150.07 149.78 153.33 169.90 155.77 a Ungu 75.42 82.33 84.31 92.87 83.73 b Rata-rata 112.75 116.06 118.82 131.39 ----------------------------------- Panen 4 (g) ----------------------------------- Merah 135.26 134.94 142.91 146.10 139.80 a Ungu 66.37 66.01 59.84 57.66 62.47 b Rata-rata 100.82 100.48 101.38 101.88 ---------------------------- Panen per Tanaman (g) ----------------------------- Merah 361.61 365.91 386.49 409.73 380.94 a Ungu 199.70 202.96 212.85 225.45 210.24 b Rata-rata 280.66 284.44 299.67 317.59 Keterangan : Angka pada aksesi yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5 % Bobot Basah dan Bobot Kering Per Kaliks Per Buah Perlakuan pemupukan fosfor memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering per buah serta tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah dan kering per kaliks maupun bobot basah per buah rosela merah dan ungu (Tabel 2). Bobot basah per kaliks rosela merah sebesar 6.91 g/kaliks dan bobot kering per kaliks sebesar 0.90 g/kaliks. Bobot basah per buah rosela merah mengalami penyusutan sebesar 87.52% (Tabel 13).

33 Bobot basah per kaliks rosela ungu berkisar antara 8.53 g/kaliks dan bobot kering per kaliks sebesar 3.26 g/kaliks. Bobot basah per buah rosela ungu mengalami penyusutan sebesar 88.89 % (Tabel 13). Tabel 13. Bobot Basah dan Kering per Kaliks per Buah Rosela Merah dan Ungu Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 -------------------------- Bobot Basah per Kaliks (g) -------------------------- Merah 6.92 6.97 7.84 5.89 6.91 a Ungu 8.75 9.83 7.83 7.71 8.53 b Rata-rata 7.84 8.40 7.84 6.80 -------------------------- Bobot Kering per Kaliks (g) ------------------------- Merah 0.92 0.87 1.03 0.76 0.90 a Ungu 0.98 1.12 9.87 1.06 3.26 b Rata-rata 0.95 1.01 5.45 0.91 -------------------------- Bobot Basah per Buah (g) -------------------------- Merah 2.84 3.13 3.05 3.24 3.07 a Ungu 3.34 3.37 3.30 3.40 3.35 b Rata-rata 3.09 3.25 3.18 3.32 -------------------------- Bobot Kering per Buah (g) -------------------------- Merah 0.78 0.89 0.83 0.90 0.85 a Ungu 0.93 1.00 0.91 0.98 0.96 b Rata-rata 0.86 b 0.95 a 0.87 ab 0.94 a Keterangan : Angka pada aksesi atau dosis yang diikuti huruf berbeda pada baris atau kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5 % Kandungan Antosianin per kaliks Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa secara umum perlakuan pemupukan fosfor pada empat taraf tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan antosianin per kaliks rosela merah maupun ungu (Tabel 2). Gambar 16 menunjukkan bahwa kandungan antosianin per kaliks tertinggi pada rosela merah didapat dari perlakuan pemupukan 54 kg P 2 O 5 /ha yaitu sebesar 1.37 mmol/g dan 3.68 mmol/g untuk rosela ungu. Secara nyata terlihat bahwa kandungan antosianin rosela ungu lebih besar 268-448% dibandingkan kandungan antosianin rosela merah serta terdapat pola bahwa rosela yang mendapat perlakuan pupuk fosfor dengan dosis tinggi memiliki kandungan antosianin yang juga tinggi (Gambar 16).

34 Gambar 16. Pengaruh Pemupukan Fosfor terhadap Kandungan Antosianin per Kaliks Rosela Merah dan Ungu pada Umur 16 MST Produksi Antosianin per Tanaman Pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap produksi antosianin per tanaman rosela merah dan ungu. Gambar 17 menunjukkan bahwa produksi antosianin per tanaman tertinggi pada rosela merah didapat dari perlakuan pemupukan 54 kg P 2 O 5 /ha yaitu sebesar 3.17 mol/tanaman dan 6.85 mol/tanaman untuk rosela ungu. Gambar 17. Pengaruh Pemupukan Fosfor terhadap Produksi Antosianin per Tanaman Rosela Merah dan Ungu pada Umur 16 MST Hasil penelitian Tripatmasari (2008) menunjukkan bahwa pemupukan dengan kotoran sapi dan atau NPK (100 kg SP-36/ha) tidak nyata meningkatkan

35 kandungan antosianin daun dewa. Mualim (2009) menyatakan bahwa rata-rata produksi antosianin kolesom nyata tertinggi pada pemupukan PK dan terendah pada pemupukan NP (100 kg SP-36/ha), tetapi pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan antosianinnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan dan produksi antosianin yang tinggi didapatkan dari dosis pupuk fosfor tertinggi (54 kg P 2 O 5 /ha). Hal ini karena antosianin yang terbentuk pada rosela bukan merupakan hasil cekaman seperti pada penelitian sebelumnya, melainkan terbentuk karena secara genetik tanaman rosela telah memiliki kemampuan mensintesis antosianin lebih baik dibandingkan tanaman lain. Fosfor yang diberikan pada tanaman rosela secara tidak langsung berperan meningkatkan kandungan antosianin per kaliks. Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa fosfor adalah komponen struktural penyusun ADP dan ATP yang merupakan pentransfer energi proses metabolit pada tanaman. Antosianin yang terbentuk pada rosela memanfaatkan energi (eritrosa 4-fosfat) yang didapat dari proses glikolisis sehingga pemupukan fosfor membantu biosintesis antosianin dengan memberikan sumber energi pada lintasan sikimat. Kandungan antosianin per kaliks yang tinggi menyebabkan produksi antosianin per tanaman juga tinggi. Peningkatan bobot basah kaliks per tanaman meningkatkan produksi antosianin per tanaman. Hal ini karena produksi antosianin per tanaman didapat dari hasil kali kandungan antosianin per kaliks dengan bobot basah kaliks per tanaman.

36 Pembahasan Pada penelitian ini perlakuan pupuk fosfor pada taraf 0, 18, 36, dan 54 kg P 2 O 5 /ha dengan kandungan fosfor sedang pada media tanam menunjukkan bahwa perlakuan tersebut berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang sekunder per tanaman umur 11 MST, jumlah daun per tanaman umur 9 MST, bobot basah tajuk per tanaman, dan bobot kering per buah, serta berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi per tanaman umur 11 MST, jumlah cabang primer per tanaman umur 7 MST, bobot kering tajuk per tanaman, bobot basah dan bobot kering tajuk per petak, serta bobot basah dan bobot kering kaliks per petak. Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Rosela Rosela merupakan tanaman perdu yang selama pertumbuhan ditopang oleh jumlah cabang yang secara langsung akan berpengaruh terhadap hasil kaliks kering. Semakin banyak jumlah cabang akan memberikan hasil kaliks yang tinggi. Batang tersusun dari ruas yang merentang di antara buku-buku batang tempat melekatnya daun sehingga menyebabkan jumlah kaliks rosela akan semakin banyak apabila jumlah buku semakin meningkat seiring perpanjangan batang. Gardner et al., (1991) menyatakan setelah pembungaan pertumbuhan generatif berubah menjadi sangat kuat sehingga membatasi pembagian hasil asimilasi untuk pertumbuhan daun, batang, dan akar tambahan. Menurut Okosun (2000) rosela merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh cukup lama dan hanya sebagian dari hasil fotosintat yang digunakan untuk produksi sehingga jika bunga muncul, kuncup-kuncup daun baru akan tetap muncul. Hal ini menyebabkan tanaman rosela tetap mengalami pertumbuhan vegetatif yang cukup baik, meskipun bunga yang akan menghasilkan kaliks telah muncul. Secara umum pertumbuhan rosela merah dan ungu tampak sama namun dari hasil pengamatan dapat terlihat bahwa terdapat perbedaan (Tabel 1). Rosela merah memiliki tinggi per tanaman yang lebih besar, jumlah cabang primer dan sekunder per tanaman, jumlah buku per tanaman, serta jumlah daun per tanaman yang lebih banyak dibandingkan rosela ungu, namun rosela ungu memiliki luas

37 per daun hingga bobot basah dan kering tajuk serta akar per tanaman yang lebih besar. Rosela merah cenderung lebih cepat dalam pertumbuhan tinggi maupun jumlah cabang yang berakibat jumlah kaliks per tanaman yang dihasilkan akan lebih banyak dibandingkan rosela ungu. Jumlah kaliks rosela merah memang lebih banyak, namun bobot basah maupun kering kaliks per tanaman rosela ungu lebih besar. Hal ini karena kaliks rosela ungu memiliki ukuran yang lebih besar dan kulit yang lebih tebal dibandingkan kaliks rosela merah. Buah dan kaliks rosela yang berdaging adalah hasil dari pertumbuhan generatif dimana pada fase ini tanaman menyimpan sebagian karbohidrat yang dibentuknya. Penimbunan karbohidrat tersebut menyebabkan bobot kaliks dan buah rosela bertambah. Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Rosela Pada penelitian ini perlakuan pupuk fosfor secara umum memberikan pengaruh tidak nyata meskipun beberapa peubah pada pertumbuhan vegetatif dan generatif menunjukkan pengaruh nyata hingga sangat nyata. Respon tanaman yang rendah terhadap penambahan fosfor yang diberikan diduga karena fosfor dalam tanah sudah cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman rosela. Hasil analisis tanah pada awal percobaan menunjukkan bahwa kandungan P-tersedia dalam tanah tergolong sedang yaitu 28.50 ppm (Lampiran 2). Ketersediaan fosfor dalam tanah dapat berasal dari residu pemupukan sebelumnya, perlakuan pemupukan fosfor, dan pemberian pupuk kandang kambing. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan kandungan P-tersedia saat akhir penelitian yaitu sebesar 50.5 ppm. Tercukupinya fosfor pada tanaman rosela juga diduga karena curah hujan yang tinggi (Lampiran 1) yang menyebabkan fosfor dilarutkan oleh air sehingga tersedia untuk tanaman dan memudahkan penyerapan unsur fosfor secara difusi. Oleh karena itu, kandungan P-tersedia yang berasal dari dalam tanah dan pupuk kandang diperkirakan sudah mencukupi kebutuhan pertumbuhan rosela. Tersedianya P bagi tanaman juga disebabkan oleh rendahnya kejenuhan Al (1.66 cmol(+)/kg) dan unsur Ca (2.54 cmol(+)/kg) yang sangat mudah mengikat unsur P menjadi bentuk senyawa yang tidak tersedia. Menurut Hardjowigeno

38 (2003) salah satu penyebab kekurangan P di dalam tanah adalah pengikatan (fiksasi) oleh Al pada tanah masam atau Ca pada tanah alkalis. Meningkatnya pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah buku, jumlah cabang, jumlah daun, luas daun maupun bobot tajuk akar rosela ialah hasil dari aktivitas pembelahan sel dan pemanjangan sel yang merupakan pertumbuhan di atas tanah. Menurut Okosun (2000) fosfor secara nyata merupakan hal penting dalam pertumbuhan vegetatif tanaman rosela. Respon terkecil terhadap aplikasi pada tinggi tanaman di awal pertumbuhan tanaman rosela ditunjukkan oleh tanah dengan kandungan fosfor terendah. Nitrogen membantu pertumbuhan vegetatif rosela dengan bantuan fosfor dan kalium yang secara tidak langsung menggiatkan perakaran sehingga fotosintesis dapat berjalan dengan baik yang berguna meningkatkan pertumbuhan generatif. Menurut Tindall (1983) bobot basah dan bobot kering kaliks per tanaman secara nyata dipengaruhi oleh pupuk kandang dan aplikasi pemupukan fosfor. Okosun (2000) menambahkan produktivitas kaliks kering rosela/ha secara nyata dipengaruhi oleh kombinasi pemupukan N dan P. Oleh karena itu, nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan pelengkap satu sama lainnya yang akan menaikkan produksi. Interaksi dan Korelasi Tanaman Rosela Interaksi antara pemupukan fosfor dan dua aksesi rosela berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering tajuk per tanaman, serta bobot basah dan kering tajuk per petak (Tabel 2). Hal ini diduga karena pemberian pupuk kandang 15 ton/ha dan kandungan P-tersedia tanah pada awal penelitian menyebabkan kebutuhan P-tersedia yang akan diserap tanaman sudah terpenuhi sehingga pemupukan fosfor pada dosis tertentu dan perbedaan aksesi rosela yang digunakan secara umum tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif dan generatif rosela. Hasil terbaik untuk bobot kering tajuk per tanaman didapat dari kombinasi rosela ungu dengan dosis 54 kg P 2 O 5 /ha (1.14 kg/tanaman), bobot basah tajuk per petak terbaik didapat dari kombinasi rosela ungu dengan dosis 36 kg P 2 O 5 /ha dan 54 kg P 2 O 5 /ha (61.78 dan 61.51 kg/petak), serta bobot kering tajuk per petak

39 terbaik didapat dari kombinasi rosela ungu dengan dosis 36 kg P 2 O 5 /ha (20.05 kg/petak). Tabel 14. Interaksi Pemupukan Fosfor dan Aksesi Rosela Aksesi P 2 O 5 (kg/ha) Rata-rata 0 18 36 54 -------------------- Bobot Kering Tajuk per Tanaman (kg) ------------------ Merah 0.85 ab 0.79 a 0.82 a 0.81 a 0.82 Ungu 0.87 b 1.10 bc 1.13 cd 1.14 d 1.06 Rata-rata 0.86 0.94 0.98 0.98 --------------------- Bobot Basah Tajuk per Petak (kg) --------------------- Merah 44.85 bc 38.32 a 54.86 d 46.74 cd 46.19 Ungu 40.91 ab 59.62 de 61.78 e 61.51 e 55.96 Rata-rata 42.88 48.97 58.32 54.13 --------------------- Bobot Kering Tajuk per Petak (kg) --------------------- Merah 15.07 b 13.92 a 15.76 bc 13.26 a 14.50 Ungu 15.81 bc 19.78 de 20.05 e 18.20 d 18.46 Rata-rata 15.44 16.85 17.91 15.73 Keterangan : Angka pada aksesi dan dosis yang diikuti huruf berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5 % Pertumbuhan generatif yang meliputi jumlah kaliks per tanaman, bobot basah kaliks per tanaman, bobot kering kaliks per tanaman, bobot basah kaliks per petak, bobot kering kaliks per petak, bobot basah buah per taanman, bobot kering buah per tanaman, kandungan antosianin per kaliks, dan produksi antosianin per tanaman memiliki korelasi dengan berbagai pertumbuhan vegetatif. Jumlah kaliks per tanaman berkorelasi positif nyata dengan luas per daun (r=0.73*), bobot basah tajuk per tanaman (r=0.77*), bobot basah akar per tanaman (r=0.76*), dan bobot kering akar per tanaman (r=0.72), serta berkorelasi positif sangat nyata dengan jumlah cabang primer per tanaman (r=0.95**), jumlah cabang sekunder per tanaman (r=0.99**), jumlah buku per tanaman (r=0.96**), jumlah daun per tanaman (r=0.99**), dan bobot kering tajuk per tanaman (r=0.80**). Hal ini membuktikan bahwa untuk mendapat jumlah kaliks per tanaman yang banyak harus merangsang pertumbuhan jumlah cabang sehingga jumlah cabang yang meningkat membuat jumlah buku akan semakin banyak pula karena pada dasarnya kaliks rosela tumbuh di setiap ketiak bukunya. Bobot basah tajuk per tanaman, bobot kering tajuk per tanaman, bobot basah akar per tanaman, dan bobot kering akar per tanaman berkorelasi positif nyata dengan jumlah daun per tanaman dan luas per daun. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Susanti (2006) dan Mualim (2009) yang menyatakan

40 bahwa jumlah daun yang lebih banyak (luas daun lebih besar) akan meningkatkan hasil asimilasi sehingga bobot basah dan bobot kering tajuk meningkat. Pada penelitian ini bobot basah dan bobot kering tajuk per tanaman maupun bobot kering tajuk per petak dipengaruhi secara nyata dan sangat nyata oleh perlakuan pupuk fosfor, namun tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering akar per tanaman. Hal ini berarti pupuk fosfor yang diberikan sudah mampu menghasilkan fotosintat baru yang lebih efisien pada tajuk meskipun belum memindahkan banyak fotosintat ke akar, namun laju penyerapan hara yang dilakukan akar cukup optimal untuk menopang pertumbuhan rosela. Bobot kering kaliks per petak termasuk komponen penting karena umumnya kaliks rosela dijual dalam bentuk kering. Bobot kering kaliks per petak berkorelasi positif nyata dengan seluruh peubah kecuali tinggi per tanaman (r=0.44) dan bobot kering kaliks per tanaman (r=0.42). Peningkatan jumlah kaliks per tanaman akan meningkatkan bobot basah kaliks per petak sehingga bobot kering kaliks per petak yang layak jual pun akan meningkat. Hasil panen merupakan hasil penimbunan bobot kering dalam waktu tertentu yang merupakan hasil dari pemanfaatan radiasi sinar matahari. Bobot kering total merupakan akibat dari efisiensi penyerapan dan pemanfaatan energi matahari yang tersedia sepanjang musim tanam (Gardner et al., 1991). Bagian rosela yang bernilai ekonomi tinggi adalah kaliks. Kaliks rosela dijual dalam bentuk kering, maka parameter bobot kering menjadi parameter yang penting dalam penelitian ini. Pada dasarnya ada tiga faktor yang mempengaruhi produktivitas rosela yaitu faktor genetik, faktor lingkungan (keadaan tanah maupun pengaruh iklim), dan faktor teknik budidaya (pemupukan, pemangkasan, maupun manajemen). Produktivitas (produksi per luasan lahan) yang lebih tinggi secara ekonomi akan lebih menguntungkan dibandingkan jika hanya produksinya (produksi per tanaman) saja yang tinggi tetapi produktivitasnya rendah (Mualim, 2009). Oleh karena itu, perlakuan yang menyebabkan produktivitas kaliks kering tertinggi dianggap terbaik. Penelitian ini memperlihatkan bahwa produktivitas kaliks

41 kering terbesar didapat dari kombinasi antara aksesi rosela ungu dengan perlakuan fosfor sebanyak 54 kg P 2 O 5 /ha yaitu sebesar 1.76 ton/ha. Gambar 18. Produktivitas Kaliks Kering Rosela Merah dan Ungu Kandungan antosianin per kaliks dan produksi antosianin per tanaman berkorelasi positif sangat nyata dengan jumlah kaliks per tanaman dan bobot basah kaliks per tanaman. Korelasi ini karena produksi antosianin per tanaman merupakan hasil kali antara bobot basah kaliks per tanaman dengan kandungan antosianinnya sehingga bobot basah kaliks per tanaman yang tinggi akan meningkatkan jumlah produksi antosianin per tanaman rosela. Hasil korelasi dapat dilihat pada Tabel 15.

20 Tabel 15. Korelasi antara Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Rosela Peubah Tinggi Cab. Prim Cab. Sekun Jum. Buku Jum. Daun Luas Daun BB Tajuk Tinggi 1 Cab. Primer 0.67 1 Cab. Sekunder 0.54 0.96** 1 Jumlah Buku 0.80* 0.95** 0.98** 1 Jumlah Daun 0.79* 0.93** 0.99** 0.94** 1 Luas Daun 0.54 0.67 0.43 0.53 0.73* 1 BB Tajuk/tan 0.53 0.83** 0.76* 0.87** 0.76* 0.77* 1 BK Tajuk/tan 0.44 0.84** 0.79* 0.78* 0.82** 0.76* 0.93** 1 BB Akar/tan 0.57 0.79* 0.76* 0.73* 0.76* 0.76* 0.94** 0.91** 1 BK Akar/tan 0.65 0.74* 0.72* 0.73* 0.71* 0.77* 0.93** 0.86** 0.99** 1 Jumlah Kaliks 0.59 0.95** 0.99** 0.96** 0.99** 0.73* 0.77* 0.80** 0.76* 0.72* 1 BB Kaliks/tan 0.58 0.70* 0.96** 0.92** 0.97** 0.79* 0.62 0.69 0.64 0.60 0.97** 1 BK Kaliks/tan 0.42 0.60 0.74* 0.75* 0.73* 0.74* 0.22 0.29 0.32 0.27 0.74* 0.87** 1 BB Kaliks/petak 0.43 0.85** 0.86** 0.83** 0.86** 0.79* 0.79* 0.87** 0.86** 0.81** 0.85** 0.75* 0.42 1 BK Kaliks/petak 0.44 0.88** 0.88** 0.86** 0.88** 0.83** 0.82** 0.89** 0.87** 0.82** 0.87** 0.86** 0.42 0.99** 1 Kand.Antosianin 0.65 0.97** 0.98** 0.98** 0.95** 0.78* 0.85** 0.87** 0.83** 0.79* 0.97** 0.89** 0.59 0.93** 0.95** 1 Prod.Antosianin 0.57 0.94** 0.94** 0.94** 0.91** 0.76* 0.88** 0.89** 0.86** 0.82** 0.94** 0.84** 0.49 0.95** 0.97** 0.99** 1 BK Tajuk BB Akar BK Akar Jum. Kal BB Kal BK Kal BB Kal/p BK Kal/p Kand. Anto Prod. Anto Keterangan : BB = Bobot Basah Kal = Kaliks Anto = Antosianin BK = Bobot Kering Kand = Kandungan