BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika dari tanaman. Keadaan cuaca merupakan faktor eksternal yang meliputi suhu, kelembaban udara dan curah hujan. Tabel 4.1. Keadaan Cuaca Selama Penelitian Bulan Suhu max ( o C) Suhu min ( o C) Suhu rata-rata ( o C) Kelembaban udara (%) Curah hujan (mm) Juni 32,3 20,7 26, Juli 32,1 20,2 26, Agustus 32,3 19, September 33,7 21,5 27, Sumber data : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun klimatologi Semarang. Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum berkisar o C (Cahyono, 2003), sedangkan pada saat penelitian berlangsung rata-rata suhu udara diatas suhu optimum. Suhu minimum, paling rendah pada bulan Agustus yaitu 19,7 o C, suhu udara maximum semuanya di atas 32 o C. Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman buncis adalah % (Cahyono, 2003), pada saat penelitian kelembaban udara diatas 70 %. Curah hujan yang dikehendaki tanaman buncis untuk tumbuh dengan baik adalah mm per tahun (Cahyono, 2003), curah hujan bulanan selama penelitian (Tabel 4.1) masih dalam kisaran rendah di bulan Juni dan Agustus 2015, bahkan pada bulan Juli dan September 2015 tidak ada hujan. Suhu udara, kelembaban udara dan curah hujan pada saat penelitian kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik. 16

2 Tanah Tanah merupakan faktor yang berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman. Kandungan unsur hara di dalam tanah yaitu hara makro dan hara mikro sangat diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara akan diserap oleh akar tanaman sebagai nutrisi untuk proses fotosintesis. Adanya pemberian pupuk hijau dapat menjaga ketersediaan unsur hara, memperbaiki sifat biologi tanah dan meningkatkan bahan organik dalam tanah. Manfaat pupuk hijau ini terbukti pada saat analisis tanah, sebelum (awal) pemberian pupuk hijau daun gamal (Gliricidia sepium) kandungan C-Organik sebesar 2,8 % (Tabel 4.2) mengalami peningkatan setelah pemberian pupuk hijau daun gamal (Gliricidia sepium) ditunjukkan pada (Tabel 4.3) perlakuan 3 ton ha -1 4,37 %, 6 ton ha -1 5,06 %, 9 ton ha -1 5,38 % dan 12 ton ha -1 5,93 %. Tabel 4.2 merupakan analisis tanah (awal) sebelum pemberian pupuk hijau daun gamal (Gliricidia sepium). Tabel 4.2. Analisis Tanah Sebelum Penelitian N- P- K- C- ph C/N KTK BI Total Tersedia Tersedia Organik Cmol (%) (ppm) (ppm) (%) (+) kg -1 (g cc -1 ) 0, ,8 5, ,83 0,93 [sedang] [sedang] [sangat [sedang] [agak [[rendah] [rendah] rendah] masam] Keterangan : Metode analisis N-Kjeldahl, P-Bray, K-Morgan, C-Organik-Walkly dan Black, phph meter, KTK-Destilasi. Sumber harkat: Hardjowigeno, Ilmu Tanah, Tanah yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman buncis dalam penelitian ini adalah tanah Andosol. Analisis tanah awal menunjukkan N-Total 0,37 % [sedang], P-Tersedia 24 ppm [sedang], K-Tersedia 34 ppm [sangat rendah], ph 5,04 [agak masam]. Kondisi tanah terbaik (tidak mengandung bahan toksik) terjadi pada kondisi agak masam sampai netral (ph 5,0-7,5) Sutanto (2010a). Syarat ph optimum untuk tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) berkisar 5,5-6 (Cahyono, 2003). Nilai ph pada media tanah yang dipakai pada penelitian ini masih dalam kisaran ph yang tidak mengandung bahan toksik. Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Kondisi tanah pada (Tabel 4.2) memiliki nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang 17

3 rendah, nilai KTK yang semakin tinggi berarti bahan tersebut mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan nilai KTK rendah (Hardjowigeno,2010). Bobot Isi (BI) merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bobot isi, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya bobot isi berkisar dari 1,1-1,6 g/cc (Hardjowigeno,2010). Hasil bobot isi tanah 0,93 g/cc, yang masih berada dibawah bobot isi tanah pada umumnya. Tabel 4.3. Analisis Tanah Setelah Penelitian N-Total (%) P-Tersedia (ppm) K-Tersedia (ppm) C-Organik (%) 0 ton ha -1 3 ton ha -1 6 ton ha -1 9 ton ha ton ha -1 0,11 0,13 0,20 0,22 0,23 [rendah] [rendah] [rendah] [sedang] [sedang] 19,55 19,22 18,59 18,51 18,47 [sedang] [sedang] [sedang] [sedang] [sedang] 3,76 9,76 9,68 15,52 15,48 [sangat [rendah] [rendah] [rendah] [rendah] rendah] 3,02 [tinggi] p H 5,94 [agak masam] C/N 26,80 [sangat KTK (Destilasi) Cmol (+) kg -1 BI (g cc -1 ) tinggi] 10,59 [rendah] 0,83 4,37 [tinggi] 5,92 [agak masam] 34,22 [sangat tinggi] 17,93 [sedang] 0,82 5,06 [sangat tinggi] 6,35 [agak masam] 25,57 [sangat tinggi] 11,42 [rendah] 0,83 5,38 [sangat tinggi] 6,08 [agak masam] 24,54 [tinggi] 15,84 [rendah] 0,89 5,93 [sangat tinggi] 6,05 [agak masam] 26,31 [sangat tinggi] 16,98 [rendah] 0,85 Keterangan : Metode analisis N-Kjeldahl, P-Bray, K-Larut dalam air, C-Organik-Spektrofotometer p H-p H meter, KTK-Destilasi. Analisis tanah dilakukan 70 Hari Setelah Tanam. Sumber harkat : Hardjowigeno, Ilmu Tanah, Keberadaan unsur hara tanah yang diperlihatkan pada (Tabel 4.3) merupakan hasil analisis tanah (akhir) setelah pemberian pupuk hijau daun gamal (Gliricidia sepium). Hasil analisis tanah sebelum penelitian yang ditunjukkan pada (Tabel 4.2) dibandingkan dengan analisis tanah akhir yang diperlihatkan pada (Tabel 4.3) yakni unsur hara makro N, P, K keberadaannya menunjukkan penurunan. Tetapi dengan penambahan dosis pupuk hijau daun gamal (Gliricidia sepium) yang semakin tinggi secara berkala mampu meningkatkan N total dalam tanah. Peningkatan N total ini dapat 18

4 disebabkan oleh tingginya kandungan N daun gamal (Gliricidia sepium) yang diaplikasikan. Sedangkan perbandingan C/N analisis tanah (akhir) dari perlakuan pemberian daun gamal (Gliricidia sepium) pada (Tabel 4.3) masih tinggi. Tabel 4.4. Analisis Jaringan Daun Gamal Sebelum Diaplikasikan N-Total P-Total K-Total C/N * (%) (%) (%) 0,7 0,15 1,52 14,56 Keterangan : Metode analisis N-Kjeldahl, P dan K-Eks. H2SO4+H2O * : Fermentasi 1 minggu (Seni et al., 2013) Serangan Hama, Penyakit dan Gulma Selama penelitian berlangsung, hama yang menyerang tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah ulat jengkal (Plusia signata), gejala serangan daun tampak berlubang. Dikendalikan secara manual dengan cara mengambil ulat yang menyerang tanaman. Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) yang terserang penyakit menunjukkan gejala pada daun terdapat bercak-bercak kecil berwarna coklat kekuningan, penyebabnya adalah cendawan (Cercospora canescens). Dikendalikan dengan mengurangi organ daun yang terserang penyakit. Sedangkan gulma yang dijumpai seperti rumput teki (Cyperus rotundus), alang-alang (Imperata cylindrica) dan putri malu (Mimosa pudica). Dikendalikan dengan melakukan penyiangan Pengamatan Utama Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan tanaman merupakan suatu proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman (Sitompul dan Guritno,1995). Pengaruh pemberian pupuk hijau daun gamal (Gliricidia sepium) terhadap variabel pertumbuhan tanaman buncis dapat diketahui dari hasil analisis sidik ragam yang ditunjukkan pada Tabel 4.5. Parameter yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk hijau daun gamal (Gliricidia sepium) terhadap pertumbuhan 19

5 tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah tinggi tanaman, brangkasan basah dan brangkasan kering tanaman. Dalam pertumbuhan suatu tanaman unsur hara sangatlah diperlukan. Pertumbuhan tanaman buncis pada (Tabel 4.5) saling tidak berbeda nyata hal ini karena pemberian pupuk hijau yang dilakukan masih menunjukkan C/N yang tinggi (Tabel 4.3). C/N tanah yang tinggi (Tabel 4.3) disebabkan oleh pemberian pupuk hijau daun gamal (Gliricidia sepium) dalam bentuk segar. C/N masih tinggi menjadikan mikroba aktif dan berkembang biak secara cepat, menghasilkan CO 2 dalam jumlah besar. Dalam keadaan ini nitrogen dalam bentuk nitrat menghilang dalam tanah, karena kebutuhan mikroba akan unsur ini untuk membentuk jaringan tubuhnya (Buckman dan Brady,1978). Hara yang seharusnya digunakan oleh tanaman digunakan oleh mikroba. Dengan kata lain, mikroba bersaing dengan tanaman untuk merebutkan hara yang ada (Rosmarkam dan Yuwono,2002). Tabel 4.5. Pengaruh Dosis Pupuk Hijau Daun Gamal (Gliricidia sepium) Terhadap Tinggi Tanaman, Brangkasan Basah Tanaman dan Brangkasan Kering Tanaman Perlakuan (ton ha -1 ) Tinggi Tanaman (cm) Brangkasan Basah Tanaman (g) Brangkasan Kering Tanaman (g) 0 68,86 a 54,89 a 14,11 a 3 78,51 a 52,54 a 13,32 a 6 65,53 a 54,40 a 14,34 a 9 68,31 a 55,78 a 13,76 a 12 73,49 a 65,88 a 15,02 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata antar perlakuan menurut Uji BNJ pada taraf 5%. Berdasarkan Uji BNJ pada taraf 5 % terhadap tinggi tanaman, brangkasan basah tanaman dan brangkasan kering tanaman, seperti yang ditunjukkan pada (Tabel 4.5) pemberian berbagai dosis pupuk hijau daun gamal tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan pengaruh dosis pupuk lainnya. Meskipun pengaruh dosis pupuk tidak berbeda nyata, pengaruh dosis pupuk terhadap pertumbuhan memberikan peningkatan rata-rata bagi pertumbuhan tanaman. Rata-rata tinggi tanaman buncis pada dosis 0 ton ha -1 sebagai kontrol dibandingkan dengan perlakuan 3 ton ha -1 dan 12 ton ha -1 menunjukkan peningkatan. Peningkatan terbesar pada dosis 3 ton ha -1 20

6 sebesar 78,51 cm kemudian disusul pemberian dosis 12 ton ha -1 sebesar 73,49 cm. Sedangkan tanaman buncis yang diberi perlakuan dosis pupuk belum mampu mencapai tinggi sesuai dengan diskripsi varietas yaitu ± 200 cm. Hal ini diduga pada saat pembelahan meristem mengalami hambatan yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya unsur hara sesuai yang dikehendaki tanaman agar tumbuh dengan optimal. Tidak terpenuhinya unsur hara bagi tanaman diduga karena bahan organik dari perlakuan dosis yang diberikan belum terdekomposisi dengan sempurna sehingga unsur hara yang terkandung didalamnya belum dapat diserap dengan baik oleh akar tanaman. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. - Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO 3 atau NH4 + dari tanah. Pemberian pupuk hijau daun gamal yang memiliki kandungan N jaringan tinggi (Tabel 4.4) terhadap kandungan kimia tanah terutama unsur N meningkat. Akan tetapi unsur N dalam tanah mudah mengalami kehilangan baik karena tercuci oleh air pengairan atau proses denitrifikasi. Didalam tanaman antara unsur hara P dan K saling ketergantungan. Unsur K berperan dalam transport unsur hara ke seluruh jaringan tanaman, termasuk hara P ke daun dan mentranslokasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Styaningrum et al.,2013). Analisis tanah awal (Tabel 4.2) menunjukkan P tersedia (sedang) dan K tersedia (sangat rendah), analisis tanah setelah penelitian (Tabel 4.3) 70 Hari Setelah Tanam (HST) P tersedia (sedang) dan K tersedia (sangat rendah hingga rendah) dan analisis jaringan tanaman P total 0,15 % dan K total 1,52 % (Tabel 4.4). Diduga unsur hara makro P dan K tidak sepenuhnya diserap oleh tanaman bagi pertumbuhannya, sehingga hasil pertumbuhan tidak saling berbeda nyata. Pupuk hijau merupakan pupuk organik, umumnya mengandung unsur hara yang relatif kecil dan biasanya lambat tersedia di dalam tanah sehingga proses pelepasan unsur hara lambat. Pelepasan unsur hara yang lambat menyebabkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah belum mampu menunjang pertumbuhan tanaman (Tawakkal, 2009 dalam Nurmayulis et al., 2014). 21

7 Gambar 4.1. Kurva pengaruh dosis pupuk hijau terhadap tinggi tanaman buncis umur 14 HST- 84 HST Berdasarkan Gambar 4.1 tinggi tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) pada umur HST (Hari Setelah Tanam) pada semua perlakuan saling tidak berbeda nyata. Pertumbuhan tanaman dapat digolongkan dalam fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif tinggi tanaman yang telah melewati umur pertumbuhan awal menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang besar (Kunianto, 2010 dalam Mahdiannoor, 2011). Hal ini dapat dilihat (Gambar 4.1) tinggi tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) pada umur 28 HST-70 HST. Fase generatif ditandai dengan munculnya bunga, berdasarkan pengamatan di lapangan 42 HST adalah tanaman mulai berbunga kemudian 56 HST adalah 80 % tanaman berbunga. Dalam fase generatif saat proses pembentukan polong pertumbuhan akan menurun karena unsur hara yang ada lebih banyak dimanfaatkan untuk proses terbentuknya polong (Mahdiannoor,2011). Ditunjukkan (Gambar 4.1) umur tanaman 70 HST-84 HST. Dari semua perlakuan dosis pupuk hijau daun gamal berpengaruh terhadap rata-rata tinggi tanaman, paling tinggi cenderung ditunjukkan pada dosis 3 ton ha -1. Hasil penelitian yang dilakukan Lahadassy Jusuf et al., (2007) menjelaskan bahwa penggunaan daun gamal dengan dosis lebih dari 8 ton ha -1 cenderung mengurangi laju pertumbuhan vegetatif dan berat basah tanaman. Pada Tabel 4.5 hasil rata-rata pengaruh pemberian dosis pupuk hijau daun gamal paling tinggi, terhadap brangkasan basah dan brangkasan kering tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) terdapat pada perlakuan 12 ton ha -1 hasilnya yaitu 65,88 g dan 15,02 g. Brangkasan basah yang tidak beda nyata dibanding kontrol 22

8 diduga karena minimnya ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Sedangkan untuk mencapai brangkasan basah yang optimal, tanaman membutuhkan cukup unsur hara agar peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat mencapai optimal serta memungkinkan adanya peningkatan kandungan air tanaman. Kandungan air mempengaruhi brangkasan basah tanaman. Berdasarkan dari kurva (Gambar 4.2) pengaruh dosis pupuk hijau terhadap berat brangkasan basah tanaman buncis masih menunjukkan peningkatan sampai dosis terbesar, yang mana dari kurva belum dapat ditentukan dosis optimalnya. Gambar 4.2. Kurva pengaruh dosis pupuk hijau terhadap berat brangkasan basah tanaman buncis Berat basah tanaman umumnya sangat berfluktuasi, bergantung pada keadaan kelembaban tanaman (Gardner et al.,1985 dalam Lahadassy Jusuf et al., 2007). Pada saat penelitian curah hujan relatif rendah dan suhu tinggi (Tabel 4.1) sehingga diduga pertumbuhan tanaman buncis terganggu dan pemberian pupuk menjadi kurang berpengaruh dan penyerapan unsur hara di dalam tanah terhambat. 23

9 Gambar 4.3. Kurva pengaruh dosis pupuk hijau terhadap berat brangkasan kering tanaman buncis Brangkasan kering tanaman merupakan efisiensi dari penyerapan dan pemanfaatan radiasi matahari yang tersedia sepanjang musim pertumbuhan. Berdasarkan Gambar 4.3 peningkatan dosis pupuk hijau daun gamal awalnya mengalami penurunan. Namun peningkatan dosis lebih lanjut 6 ton ha -1 berdampak pada peningkatan berat brangkasan kering hingga menurun kembali pada dosis 9 ton ha -1 dan dosis 12 ton ha -1 menunjukkan peningkatan berat brangkasan kering tanaman. Berdasarkan dari kurva (Gambar 4.3) pengaruh dosis pupuk hijau terhadap berat brangkasan kering tanaman buncis masih menunjukkan peningkatan sampai dosis terbesar, yang mana dari kurva belum dapat ditentukan dosis optimalnya Hasil Tanaman Pengaruh pemberian pupuk hijau daun gamal (Gliricidia sepium) terhadap variabel hasil tanaman buncis dapat diketahui dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel

10 Tabel 4.6. Pengaruh Dosis Pupuk Hijau Daun Gamal (Gliricidia sepium) Terhadap Panjang Polong Per Tanaman, Berat Individu Polong Segar, Jumlah Polong Segar Per Tanaman, Berat Polong Segar Per Tanaman, Berat Polong Segar Per Petak Netto dan Berat Polong Segar Per Hektar Perlakuan (ton ha -1 ) Panjang Polong/ Tanaman (cm) Berat Individu Polong Segar (g) Jumlah Polong Segar/ Tanaman (polong) Berat Polong Segar/ Tanaman (g) Berat Polong Segar/ Petak Netto (g) Berat Polong Segar/ Hektar (Ton) 0 16,71 a 8,06 a 111,20 a 93,25 a 932,52 a 4,97 a 3 16,30 a 8,32 a 122,20 a 102,91a 1029,14a 5,48 a 6 17,12 a 8,37 a 98,20 a 83,52 a 835,28 a 4,45 a 9 16,74 a 7,89 a 111,00 a 89,69 a 896,96 a 4,78 a 12 16,67 a 8,29 a 126,00 a 104,04a 1040,48a 5,54 a Keterangan: 1.Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata antar perlakuan menurut Uji BNJ pada taraf 5%. 2.Berat polong segar per hektar diperoleh dari konversi berat polong segar per petak netto. Aplikasi pupuk hijau daun Gamal tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) seperti panjang polong per tanaman, berat individu polong, jumlah polong segar per tanaman, berat polong segar per tanaman, berat polong segar per petak netto dan berat polong segar per hektar (Tabel 4.6). Nilai panjang polong buncis terbaik dari kelima perlakuan belum mencapai panjang polong sesuai deskripsi varietas buncis yaitu ± 20 cm. Ditunjukkan pada (Gambar 4.4) meskipun belum mencapai panjang polong sesuai deskripsi varietas, panjang polong buncis per tanaman terbaik diperoleh dengan pemberian dosis pupuk 6 ton ha -1 17,12 cm (Tabel 4.6) yang hampir mendekati panjang polong sesuai deskripsi varietas disusul pemberian dosis 9 ton ha -1 16,74 cm. Pada perlakuan dosis 3 ton ha -1 16,30 cm dan 12 ton ha -1 16,67 cm nilai rata-rata panjang polong berada dibawah kontrol 0 ton ha -1 16,71 cm. 25

11 Gambar 4.4. Kurva pengaruh dosis pupuk hijau terhadap panjang polong tanaman buncis Pada (Tabel 4.6) meskipun pemberian dosis pupuk hijau daun gamal tidak berbeda nyata pengaruhnya, dari dosis 0 ton ha -1 (kontrol) sampai dengan perlakuan dosis tertinggi 12 ton ha -1, terhadap berat individu polong, hasil lain ditunjukkan dengan pemberian dosis pupuk hijau daun gamal yang semakin tinggi mampu meningkatkan rata-rata berat individu polong. Hasil peningkatan rata- rata ini terjadi pada perlakuan dosis pupuk hijau daun gamal ditunjukkan (Gambar 4.5) dengan dosis 3 ton ha -1 berat individu polong 8,32 g, 6 ton ha -1 berat individu polong 8,37 g dan 12 ton ha -1 sebesar 8,29 g dibandingkan dengan kontrol sebesar 8,06 g. Gambar 4.5. Kurva pengaruh dosis pupuk hijau terhadap berat individu polong segar Jumlah polong merupakan salah satu veriabel pengamatan yang menentukan hasil tanaman buncis pada lingkungan tumbuhnya. Jika tanaman mampu menghasilkan polong yang banyak berarti lingkungan tumbuhnya telah sesuai menurut Meilya dan Juang (2013). 26

12 Gambar 4.6. Kurva pengaruh dosis pupuk hijau terhadap jumlah polong segar tanaman buncis Berdasarkan Gambar 4.6 peningkatan dosis pupuk hijau awalnya meningkatkan jumlah polong, sampai dosis 3 ton ha -1. Namun dengan pemberian dosis lebih lanjut 6 ton ha -1 jumlah polong mengalami penurunan, peningkatan dosis 9 ton ha -1 dan 12 ton ha -1 kembali meningkatkan jumlah polong buncis. Hasil jumlah polong tanaman buncis tidak berbeda nyata berarti semua perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang sama. Hal ini dapat disebabkan adanya faktor lingkungan yang kurang mendukung. Pada saat muncul bunga 42 HST (Hari Setelah Tanam) dan pada saat pembentukan polong rata-rata suhu udara tinggi menyebabkan banyak bunga yang gugur dan kurang baik untuk pembentukan polong. Selain itu kelembaban udara yang tinggi berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman, terutama bagi pertumbuhan vegetatif yang dapat berdampak pada hasil. Jika kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah sehingga penyerapan unsur hara juga rendah, hal ini akan mengurangi ketersediaan hara untuk pertumbuhan tanaman. 27

13 Gambar 4.7. Kurva pengaruh dosis pupuk hijau terhadap berat polong segar per tanaman buncis Pemberian dosis pupuk tidak berbeda nyata terhadap berat polong segar per tanaman. Hasil peningkatan dosis pupuk 3 ton ha -1 sebesar 102,91 g lebih tinggi dibandingkan kontrol sebesar 93,25 g. Peningkatan dosis lebih lanjut 6 ton ha -1 dan 9 ton ha -1 menunjukkan penurunan (Gambar 4.7) kemudian dosis 12 ton ha -1 kembali meningkatkan berat polong segar per tanaman. Pengaruh dosis pupuk terhadap berat polong segar per tanaman belum mencapai potensi hasil sesuai deskripsi varietas. Gambar 4.8. Kurva pengaruh dosis pupuk hijau terhadap berat polong segar per petak netto Pemberian dosis pupuk tidak berbeda nyata terhadap berat polong segar per petak netto dan berat polong segar per hektar. Berdasarkan hasil terbaik pengaruh dosis pupuk terhadap berat polong segar per petak netto sebesar 1040,48 g dan berat polong segar per hektar sebesar 5,54 ton pada perlakuan dosis pupuk 12 ton ha -1 28

14 mampu memberikan hasil terbaik. Dosis pupuk hijau yang optimal terhadap berat polong segar per petak netto (Gambar 4.8) dan berat polong segar per hektar (Gambar 4.9) belum dapat diketahui, kurva berat polong segar per petak netto dan per hektar masih menunjukkan peningkatan sampai dosis terbesar. Gambar 4.9. Kurva pengaruh dosis pupuk hijau terhadap berat polong segar per hektar 29

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang datanya tidak diuji secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Juni 2015-September 2015. Yang dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang disajikan dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. Hasil pengamatan selintas tidak dianalisis secara stastistik dan digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 Desember Januari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 Desember Januari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan dalam melakukan penelitian inimeliputi hasil pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1 Pengamatan Selintas Pengamatan selintas adalah jenis pengamatan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian 4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012). 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber protein nabati yang penting karena mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi. Manfaat yang dapat

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian Lokasi percobaan bertempat di desa Jayamukti, Kec. Banyusari, Kab. Karawang mendukung untuk budidaya tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Kompos Kulit Biji Kopi Pengomposan kulit biji kopi dilakukan selama 30 hari, proses pembuatan kompos ini berlangsung secara aerob karena pada saat pembuatan memerlukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk majemuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, bobot segar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan bekas tambang PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa tengah pada bulan Maret

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan penelitian terdiri atas pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK HIJAU DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK HIJAU DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) PENGARUH DOSIS PUPUK HIJAU DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) THE EFFECT OF GAMAL LEAVES GREEN MANURE (Gliricidia sepium) DOSES TO THE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis Parameter yang diamati pada hasil pertumbuhan tanaman kubis terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, diameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang dikumpulkan melalui dua percobaan yang telah dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tinggi Tanaman (cm ) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak tanam yang berbeda serta interaksi antara kedua perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Keberhasilan Pertumbuhan dan produksi kacang hijau sangat bergantung pada ketersediaan unsur hara yang ada dalam tanah, selain unsur hara dalam tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Data pengamatan selintas dan utama disajikan berbentuk tabel pengamatan beserta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam parameter tinggi tanaman pada lampiran 5a hingga 5h menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk daun, waktu aplikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

JURNAL SAINS AGRO

JURNAL SAINS AGRO JURNAL SAINS AGRO http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/saingro/index e-issn 2580-0744 KOMPONEN HASIL DAN HASIL KACANG TANAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN DOLOMIT DI TANAH MASAM JENIS ULTISOL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

3. METODE DAN PENELITIAN

3. METODE DAN PENELITIAN 3. METODE DAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada awal bulan September sampai dengan akhir Desember 2012. Tempat pelaksanaan penelitian di Dusun Plalar, Desa Kopeng,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT 29 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh nyata perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar. Kadar air, ph, C-Organik, Bahan Organik, N total. Berikut data hasil analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar. Kadar air, ph, C-Organik, Bahan Organik, N total. Berikut data hasil analisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Analisis kompos dilakukan untuk mengetahui dan memastikan bahwa kompos jarak pagar yang digunakan sebagai perlakuan dapat meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap tinggi tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.a) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlakuan dalam penelitian ini tersusun atas lima taraf perlakuan. Dalam setiap perlakuan terdapat lima kali ulangan. Kelima perlakuan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman sorgum mempunyai daerah adaptasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci