KONSTRUKSI BARISAN HITUNG SERAGAM SEIMBANG BERBASIS BARISAN TRANSISI KODE GRAY

dokumen-dokumen yang mirip
PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

MENGHITUNG DETERMINAN MATRIKS MENGGUNAKAN METODE SALIHU

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

KONSTRUKSI LEXICOGRAPHIC UNTUK MEMBANGUN KODE HAMMING (7, 4, 3)

INVERS SUATU MATRIKS TOEPLITZ MENGGUNAKAN METODE ADJOIN

SEPARABILITAS SUATU KLAS SANDI GRAY N-ERSIKLIK

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT / 2 SKS

MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINIER WAKTU DISKRIT. Soleha, Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Surabaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 2.

BAB II LANDASAN TEORI

1.1. Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 1.2. Susunan Koordinat Ruang R n 1.3. Vektor di dalam R n 1.4. Persamaan garis lurus dan bidang rata

KODE LEXICOGRAPHIC UNTUK MEMBANGUN KODE HAMMING (7, 4, 3) DAN PERLUASAN KODE GOLAY BINER (24, 12, 8)

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI

Table of Contents. Table of Contents 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATRIKS BUJUR SANGKAR AJAIB ORDE GENAP KELIPATAN EMPAT MENGGUNAKAN METODE DURER

ALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN INTERVAL LINEAR

Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

ANALISIS PERMAINAN EMPAT BILANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

Kode, GSR, dan Operasi Pada

Invers Tergeneralisasi Matriks atas Z p

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Sandi Blok. Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

OPERASI MODIFIKASI ARITMATIKA INTERVAL TERHADAP INVERS MATRIKS INTERVAL

Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel)

KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

Pembagi Bersama Terbesar Matriks Polinomial

Kode Sumber dan Kode Kanal

Ruang Vektor Euclid R n

Latihan 5: Inner Product Space

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT

UNNES Journal of Mathematics

Matematika Diskrit. Reza Pulungan. March 31, Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

BAB I NOTASI, KONJEKTUR, DAN PRINSIP

Aplikasi Matriks Circulant Untuk Menentukan Nilai Eigen Dari Graf Sikel (Cn)

Proses Decoding Kode Reed Muller Orde Pertama Menggunakan Transformasi Hadamard

DIAGONALISASI MATRIKS HILBERT

INF-104 Matematika Diskrit

Jln. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos Perintis Kemerdekaan Street, Makassar, Indonesia, Post Code 90245

Semi Modul Interval [0,1] Atas Semi Ring Matriks Fuzzy Persegi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF

KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

MODEL MATEMATIS KODE BINER GRAY TERREFLEKSI DALAM KEADAAN TERPISAH

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DIMENSI METRIK PADA BEBERAPA KELAS GRAF

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

KONSTRUKSI MATRIKS SINGULAR DARI SUATU MATRIKS YANG MEMENUHI SIFAT KHUSUS TUGAS AKHIR

IV. MATRIKS PEMADANAN MAKSIMAL

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

Sifat Strong Perron-Frobenius Pada Solusi Positif Eventual Sistem Persamaan Differensial Linier Orde Satu

IDEAL PRIMA FUZZY DI SEMIGRUP

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DENGAN GENERALISASI METODE JACOBI

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

Deteksi dan Koreksi Error

ON SOLUTIONS OF THE DISCRETE-TIME ALGEBRAIC RICCATI EQUATION. Soleha Jurusan Matematika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Menentukan Invers Drazin dari Matriks Singular Dengan Metode Leverrier Faddeev

SIFAT SIFAT MATRIKS SUDOKU TESIS SHOBAH SALAMAH

METODE UNTUK MENGKOREKSI KESALAHAN (ERROR) DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS JARANG ABSTRAK

POLINOMIAL KARAKTERISTIK MATRIKS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB GRAF HASIL KALI KARTESIUS DARI GRAF SIKEL

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

Invers Drazin Dari Matriks Sirkulan

Aljabar Linier Lanjut. Kuliah 1

MENENTUKAN PERPANGKATAN MATRIKS TANPA MENGGUNAKAN EIGENVALUE

Karakterisasi Matriks Leslie Ordo Empat

Aljabar Linear Elementer

PROGRAM FRAKSIONAL LINIER DENGAN KOEFISIEN INTERVAL. Annisa Ratna Sari 1, Sunarsih 2, Suryoto 3. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

Aljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 5

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

ABSTRAK. Kata kunci : CBIR, GLCM, Histogram, Kuantisasi, Euclidean distance, Normalisasi. v Universitas Kristen Maranatha

MATRIKS BENTUK KANONIK RASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN PEMBAGI ELEMENTER INTISARI

Definisi : det(a) Permutasi himpunan integer {1, 2, 3,, n}:

INF-104 Matematika Diskrit

REALISASI ERROR-CORRECTING BCH CODE MENGGUNAKAN PERANGKAT ENKODER BERBASIS ATMEGA8535 DAN DEKODER MENGGUNAKAN PROGRAM DELPHI

SPECTRUM PADA GRAF STAR ( ) DAN GRAF BIPARTISI KOMPLIT ( ) DENGAN

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

ANALISIS RELASI INPUT-OUTPUT DALAM EKONOMI DENGAN MATRIKS TRANSAKSI

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

SUBRUANG MARKED. Suryoto Jurusan Matematika, FMIPA-UNDIP Semarang. Abstrak

BASIS RUANG VEKTOR EIGEN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS

Syarat Perlu dan Cukup Struktur Himpunan Transformasi Linear Membentuk Semigrup Reguler 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF SIKLUS DENGAN BANYAK TITIK GENAP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut

Transkripsi:

Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 34 KONSTRUKSI BARISAN HITUNG SERAGAM SEIMBANG BERBASIS BARISAN TRANSISI KODE GRAY N. D. Sintiari, I. N. Suparta, D. Waluyo Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha e-mail: niluhdewisintiari@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konstruksi barisan hitung seragam seimbang φ(n,t) untuk beberapa pasangan terurut (n,t) dimana faktor persekutuan terbesar dari n t, dilambangkan dengan fpb(n,t) lebih dari 1. Barisan hitung seragam φ(n,t) adalah barisan hitung n-bit dimana banyaknya perubahan bit diantara sebarang dua katakode berurutan adalah t. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan, dengan cara mencermati menelaah pengetahuan dalam berbagai sumber pustaka yang menunjang penelitian ini. Dalam hal ini juga digunakan kerja laboratorium dengan menggunakan perangkat lunak Excel. Untuk mencari konstruksi barisan hitung seragam, langkah pertama adalah menentukan matriks sirkulan biner nonsingular. Langkah kedua adalah mentransformasi barisan transisi kode Gray n-bit menjadi barisan transisi dari barisan hitung seragam φ(n,t) dengan menggunakan matriks sirkulan biner nonsingular. Langkah ketiga adalah menganalisis distribusi barisan transisi dari φ(n,t) apakah dapat menghasilkan barisan hitung seragam seimbang. Hasil penelitian ini adalah beberapa konstruksi barisan hitung seragam yang memiliki sifat-sifat tertentu. Beberapa konstruksi tersebut merupakan barisan hitung seragam seimbang. Kata-kata kunci: kode Gray, matriks sirkulan biner, barisan hitung seragam, barisan hitung seragam seimbang ABSTRACT This research aimed to find some constructions of balanced uniform counting sequence φ(n,t) for some ordered pairs (n,t) where the greatest common divisor of n and t, denoted by gcd(n,t) is greater than 1. A uniform counting sequence φ(n,t) is an n-bit counting sequence where the number of bit changes between any two successive codewords in the sequence is equal to t. The method used in this research was literature review by observing and analyzing the content of various literatures which support the current research. It also used laboratory work by using software Excel. In order to construct a uniform counting sequence, the first step is determining the binary nonsingular circulant matrices. The second step is transforming the transition sequence of n-bit Gray code into transition sequence of uniform counting sequence by using the binary nonsingular circulant matrix. The third step is analyzing the transition count distribution of whether it possible to build balanced uniform counting sequence. The results of

Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 35 the research were constructions of uniform counting sequences that have certain properties. Some of these constructions are balanced uniform counting sequences. Keywords: Gray code, binary circulant matrices, uniform counting sequence, balanced uniform counting sequence PENDAHULUAN Barisan hitung (counting sequence) yang dilambangkan dengan φ(n) termasuk dalam kode terurut, banyak diaplikasikan pada logika sirkuit (Suparta, 2006). Jenis barisan hitung dibedakan berdasarkan beberapa hal, antara lain jarak Hamming antar katakode berurutan distribusi penghitung transisinya. Jarak Hamming adalah banyaknya bit berbeda dari dua buah katakode pada suatu barisan hitung pada setiap posisi yang berseuaian. Himpunan bilangan yang menyatakan posisi dari perubahan bit pada dua katakode berurutan disebut transisi. Setiap elemen transisi dinamakan bilangan transisi. Transisi dari setiap dua buah katakode berurutan pada suatu barisan hitung dari katakode pertama hingga katakode ke 2 n dinyatakan dalam sebuah barisan transisi. Barisan transisi dari barisan hitung φ(n) dituliskan sebagai S φ(n) := s 1, s 2,..., s 2 n Dalam hal ini, s i adalah transisi dari katakode ke (i 1) ke katakode ke, s n 2 adalah transisi dari katakode ke 2 n ke katakode pertama. Perhitungan transisisi bit ke-i untuk dari barisan hitung yang dinotasikan dengan TC φ(n) (i) adalah banyaknya perubahan bit yang terjadi pada posisi bit kepada barisan hitung Penghitung transisi bit ke-i tidak lain adalah banyaknya kemunculan bilangan transisi i di S φ(n). Distribusi dari penghitung transisi barisan hitung φ(n) yang berbentuk: TC φ(n) = (TC φ(n) (1), TC φ(n) (2),..., TC φ(n) (n)) disebut distribusi penghitung transisi dari φ(n). Jika i,j ϵ {1, 2,..., n} terpenuhi TC φ(n) (i) - TC φ(n) (j) 2, barisan hitung φ(n) disebut seimbang (balanced), jika terpenuhi TC φ(n) (i) - TC φ(n) (j) = 0, barisan hitung φ(n) disebut seimbang total (totally balanced), jika terpenuhi TC φ(n) (i) - TC φ(n) (j) 4, barisan hitung φ(n) disebut hampir seimbang (nearly balanced). Penghitung transisi dari setiap posisi bit pada suatu barisan hitung merupakan bilangan genap. Salah satu jenis barisan hitung yang paling terkenal adalah kode Gray biner (binary Gray code), yaitu barisan hitung dengan sifat bahwa jarak Hamming dari dua buah katakode yang berurutan sama dengan satu. Kode Gray biner (dilambangkan dengan G(n)) memiliki berbagai aplikasi dalam meminimalisasi kesalahan (error) pada proses transmisi data dalam bentuk signal analog, database, juga dalam penyelesaian puzzle. Barisan hitung seragam (uniform counting sequence) adalah barisan hitung dimana jarak Hamming dari setiap dua buah katakode berurutan adalah konstan. Sebuah barisan hitung seragam yang sekaligus seimbang disebut barisan hitung seragam seimbang

Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 36 (balanced uniform counting sequence). Barisan ini dibutuhkan dalam merancang percobaan atau merancang menguji sirkuit-sirkuit listrik sistem informasi. Sebuah barisan hitung seragam dengan panjang n jarak Hamming antar dua katakode berurutannya sama dengan t dinotasikan dengan Untuk efisiensi, pada tulisan ini himpunan dinotasikan dengan sementara dinotasikan dengan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan konstruksi barisan hitung seragam yang dapat menghasilkan barisan hitung seragam seimbang atau hampir seimbang untuk suatu pasangan terurut Jika maka merupakan kode Gray biner. Dalam Suparta (2006) telah dibuktikan bahwa untuk setiap bilangan bulat positif n > 1, selalu terdapat kode Gray seimbang Beberapa barisan hitung seragam seimbang juga dapat dikonstruksi dari kode Gray seimbang. Robinson (1981) memperkenalkan konstruksi barisan hitung seragam dengan basis kode linier. Namun keseimbangan barisan yang dihasilkan tidak mudah dianalisis. Suparta (2006) juga memperkenalkan beberapa macam konstruksi, salah satunya adalah barisan hitung Konstruksi ini dapat menghasilkan barisan hitung seragam seimbang untuk setiap pasangan bilangan bulat positif yang sesuai dengan Namun saat ini belum ditemukan konstruksi untuk menghasilkan barisan hitung seragam seimbang dengan Berlandasan pada hal tersebut, penelitian ini difokuskan pada konstruksi barisan hitung seragam seimbang untuk membentuk barisan hitung seragam seimbang dengan Dalam hal ini, kode Gray yang digunakan pada konstruksi disebut sebagai kode basis. Dalam penelitian ini, barisan hitung seragam seimbang dikonstruksi dengan menggunakan matriks sirkulan biner nonsingular, yakni matriks sirkulan dengan entrientrinya elemen {0,1} yang memiliki determinan 1. Matriks sirkulan banyak diaplikasikan dalam signal processing, teori pengkodean, image processing, digital image disposal, self regress, desain (Geller, 2004). Matriks sirkulan biner berbentuk: 1 n 3 2 2 1 4 3 n1 n2 1 n n1 n 2 1 (1) Dalam hal ini, Barisan terurut disebut generator matriks sirkulan (1). Matriks (1) dengan t entri 1 pada generatornya dilambangkan dengan Matriks sirkulan biner nonsingular dapat digunakan untuk mengkonstruksi barisan hitung seragam sebab kombinasi linier dari vektor-vektor baris dapat menghasilkan kata biner n-bit yang membentuk barisan hitung seragam.

Lemma 1. Jika Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 37 adalah matriks sirkulan biner nonsingular, maka kombinasi linier dari vektorvektor baris menghasilkan kata biner n-bit.. Notasikan vektor baris matriks sebagai kata biner dengan panjang yaitu Karena nonsingular, himpunan merupakan basis bagi ruang Karena ruang berdimensi maka kombinasi linier dari menghasilkan kata biner pada Untuk menghasilkan barisan transisi dari barisan hitung seimbang barisan transisi kode Gray dipetakan berdasarkan matriks Barisan hitung seragam yang dihasilkan dari pemetaan tersebut selanjutnya dianalisis keseimbangannya. Suparta (2006) mengkonstruksi barisan hitung seragam seimbang φ(n,t), untuk fpb(n,t) = 1 berdasarkan kode Gray biner seimbang, dengan mempermutasikan distribusi penghitung transisinya menjadi distribusi reguler. Dalam penelitian ini, teori tentang distribusi reguler juga diaplikasikan untuk membentuk barisan hitung seragam seimbang. Distribusi dari dua bilangan bulat positif adalah sebuah permutasi siklis dari dua bilangan bulat positif, dinotasikan dengan Suatu blok-t dalam distribusi adalah susunan bilangan berurutan di dengan Karena adalah permutasi siklis, terdapat buah blok-t berbeda yang masing-masing dimulai dari elemen-elemen berbeda di Sebuah distribusi adalah dari bilangan disebut distribusi reguler jika untuk sebarang dua blok-t, selisih dari banyaknya (demikian pula banyaknya b) dalam dua blok tersebut adalah atau, untuk suatu. Dalam Suparta (2006) telah ditunjukkan bahwa sebarang distribusi dapat disusun sedemikian rupa sehingga menjadi distribusi reguler. Jika distribusi reguler memenuhi maka dimana menyatakan penjumlahan bilangan pada blok-t. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Metode kepustakaan adalah deskripsi teoritis tentang objek yang diteliti dengan cara mendalami, mencermati, menelaah, mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam berbagai sumber pustaka untuk menunjang penelitian. Pustaka yang relevan dengan penelitian ini antara lain: Aljabar Linier, Aljabar Abstrak, Teori Pengkodean (terutama tentang kode Gray barisan hitung). Selain itu, dalam penelitian juga digunakan metode kerja laboratorium, dengan menggunakan software Excel. Program Excel digunakan untuk mengamati pola generator matriks sirkulan biner yang menghasilkan determinan 1. Dari pola yang ditemukan, dirumuskan konjektur (dugaan), yang selanjutnya dibuktikan kebenarannya secara formal. Dalam penelitian ini, determinan matriks sirkulan dicari dengan metode Gauss, yaitu dengan mereduksi matriks menjadi matriks segitiga. Konjektur yang terbukti benar dirumuskan dalam bentuk teorema. Matriks sirkulan biner nonsingular tersebut digunakan untuk mentransformasi barisan transisi kode Gray menjadi barisan transisi barisan hitung seragam berdasarkan pemetaan yang telah dirumuskan sebelumnya, kemudian dianalisis keseimbangannya.

Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 38 HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mentransformasi barisan transisi kode Gray menjadi barisan transisi dari barisan hitung seragam, dirumuskan pemetaan berdasarkan suatu matriks sirkulan biner nonsingular. Pada penjelasan berikutnya, barisan transisi kode Gray dilambangkan dengan barisan transisi dari barisan hitung seragam dilambangkan dengan. Definisi 1 Misal terdapat himpunan Sebuah t subset dari didefinisikan sebagai himpunan bagian dari yang memiliki tepat t elemen, fungsi adalah fungsi yang memetakan ke himpunan yaitu himpunan yang elemennya adalah t subset dari Fungsi akan digunakan untuk mentransformasi menjadi berdasarkan suatu matriks sirkulan biner nonsingular. Misal dengan adalah himpunan kolom yang memuat entri 1 pada baris ke- matriks nonsingular Pemetaan yang memetakan setiap elemen menghasilkan barisan transisi sebagai berikut. Hal ini akan dibuktikan pada teorema berikut. Teorema 2 Barisan adalah barisan transisi dari barisan hitung seragam dimana untuk Sebelumnya akan dibuktikan bahwa berlaku Perhatikan bahwa tidak ada kombinasi linier lain dari yang menghasilkan vektor Karena adalah barisan transisi, jelas berlaku Ambil sebarang katakode dengan Karena katakode berbeda pada posisi dimana entri dari kolom-kolom adalah 1. Ini berarti, transisi dari ke adalah Perhatikan bahwa Selanjutnya, yang berarti transisi dari ke adalah Lebih lanjut, seragam adalah himpunan dengan kardinalitas. Jadi, adalah barisan transisi dari barisan hitung

Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 39 Contoh 1 Misal sehingga Ambil kode basis Barisan transisi dari dengan barisan transisi. hasil pemetaan (1) adalah: Misalkan terdapat kata biner dengan panjang n, komplemen dari kata biner didefinisikan sebagai kata biner Dalam hal ini, menotasikan penjumlahan dalam, yaitu Teorema 3 Misal genap, ganjil. Jika adalah barisan hitung seragam. Maka barisan adalah barisan hitung seragam Perhatikan bahwa barisan diperoleh dengan mengkomplemenkan setiap katakode dengan indeks ganjil. Karena genap ganjil, maka ganjil. Ambil sebarang katakode Jika bobot adalah maka bobot adalah Karena genap maka memiliki paritas yang sama. Dengan demikian, katakode memiliki paritas bobot yang sama. Ini berarti merupakan permutasi dari Jadi, barisan memuat katakode berbeda. Selanjutnya, berlaku akibatnya Hal ini juga berlaku untuk katakode Jadi, adalah barisan hitung seragam

Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 40 Selanjutnya, perhatikan bahwa mengkomplemenkan setiap katakode dari merupakan barisan hitung seragam diperoleh dengan cara sehingga juga Beberapa akibat dari Teorema 3 dinyatakan dalam Akibat Teorema 3 (a) (b) sebagai berikut. Akibat Teorema 3 (a) Barisan: memiliki barisan transisi yang sama, yaitu Barisan hitung: memiliki barisan transisi yang sama sebab diperoleh dengan cara mengkomplemenkan setiap katakode dari Selanjutnya, misal adalah barisan transisi dari Untuk setiap transisi dari ke adalah sehingga transisi dari ke maupun dari ke adalah Hal ini juga berlaku untuk katakode Akibatnya, barisan transisi dari adalah Akibat Teorema 3 (b) Misal n genap, ganjil. Jika adalah barisan hitung seragam seimbang, maka adalah barisan hitung seragam seimbang. Lebih lanjut, jika seimbang total, maka seimbang total. Misal Sesuai Akibat Teorema 2 (a), Sehingga dimana Jika adalah barisan hitung seragam seimbang, maka berlaku Dengan demikian, Ini berarti adalah barisan hitung seragam seimbang. Akibatnya, jika maka

Secara umum, jika Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 41 adalah barisan transisi dari kode Gray seimbang total, maka barisan transisi yang dihasilkan berdasarkan pemetaan adalah barisan transisi dari barisan hitung seragam seimbang total. Pada bagian berikutnya dijelaskan beberapa konstruksi matriks sirkulan biner nonsingular beserta barisan hitung seragam yang dihasilkan. Barisan Hitung Seragam dengan Konstruksi berikut pada dasarnya memberikan hasil yang sama dengan konstruksi yang diberikan oleh Suparta (2006) tentang barisan hitung seragam dimana Konstruksi tersebut dapat pula dianalisis dengan menggunakan matriks sirkulan biner. Teorema 4 Misalkan ganjil, dengan (2) Jika maka nonsingular, jika maka singular. Berdasarkan Teorema 4, jika barisan hitung seragam yang dihasilkan dari matriks (2) merupakan barisan hitung seragam seimbang. lengkap dari Teorema 4 dapat dilihat pada Sintiari (2014). lain dapat dilihat pada Suparta (2006). Berdasarkan Teorema 4, tidak mungkin untuk mengkonstruksi barisan hitung seragam dengan generator jika Pada bagian selanjutnya, akan dibahas tentang konstruksi barisan hitung seragam untuk kasus Barisan Hitung Seragam dengan Untuk kasus belum ditemukan konstruksi umum untuk membentuk barisan hitung seragam seimbang untuk sebarang pasangan Berikut beberapa konstruksi yang ditemukan. Teorema 5 Misal ganjil, dengan dimana (4) Jika maka nonsingular. Sebagai akibat dari Teorema 5, jika maka adalah matriks singular. Penghitung transisi dari sebagai berikut. yang dikonstruksi berdasarkan matriks (4) dapat ditentukan (5)

(bukti dari teorema ini dapat dilihat pada Sintiari (2014)) Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 42 Teorema 6 Misal ganjil, kode basis merupakan kode Gray seimbang yang memuat bilangan bilangan dimana dengan genap. Misal dengan Jika maka pemetaan menghasilkan barisan hitung seragam seimbang. berdasarkan matriks (4) yang nonsingular dapat Karena maka Perhatikan bahwa istribusi penghitung transisi dari barisan hitung seragam yang diperoleh dari matriks (4) adalah (5). Selanjutnya, kelompokkan penghitung transisi menjadi himpunan yaitu, yang berbentuk: (6) untuk. Dari (5) (6), dapat disimpulkan bahwa dengan nilai bergantung pada jumlah bilangan berurutan di. Ini berarti dengan merupakan suatu -blok di Distribusi penghitung transisi Misal memuat bilangan bilangan tanpa mengurangi keumuman misalkan sehingga Misalkan pula maka Jika maka jika maka Selanjutnya susun agar membentuk distribusi reguler. Perhatikan bahwa, jika maka jika maka Dalam hal ini, atau atau untuk (i) Untuk kasus maka memiliki distribusi reguler yang sama memuat bilangan Dengan demikian, selisih antara banyaknya bilangan (demikian pula ) di setiap t-blok di tidak lebih dari 1. (ii) Untuk kasus maka sedemikian sehingga memuat elemen Sementara untuk yang lainnya, hanya memuat bilangan Notasikan yang memuat bilangan sebagai yang memuat bilangan sebagai Jika maka tidak ada t-blok di yang memuat dua bilangan

Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 43 Dengan demikian, setiap t-blok di juga hanya akan memuat sebuah bilangan atau hanya memuat bilangan Dengan demikian, selisih antara banyaknya bilangan (demikian pula ) di setiap t-blok di tidak lebih dari 1. Perhatikan bahwa Dengan demikian, untuk setiap yang berarti Jadi barisan hitung seragam yang dihasilkan seimbang. Dalam penelitian ini, barisan hitung seragam yang dikonstruksi berdasarkan matriks (4) belum dapat dibuktikan keseimbangannya untuk setiap pasangan Konstruksi tersebut menghasilkan barisan hitung seragam hampir seimbang. Teorema 7 Misal ganjil, dengan Jika kode basis yang digunakan dalam (4) merupakan kode Gray seimbang, maka matriks (4) dapat menghasilkan barisan hitung seragam yang hampir seimbang. Perhatikan persamaan (5) (6). Misal memuat bilangan bilangan dimana dengan genap. Tanpa mengurangi keumuman misal Akibatnya, memuat bilangan bilangan atau memuat bilangan bilangan Untuk setiap susun sehingga membentuk distribusi reguler. Misal adalah distribusi reguler yang memuat bilangan bilangan adalah distribusi reguler yang memuat bilangan bilangan Perhatikan bahwa jika kedua t-blok berasal dari distribusi yang sama, maka selisih banyaknya bilangan pada kedua blok tersebut pastilah kurang dari atau sama dengan 1, sebab distribusinya reguler. Selanjutnya, andaikan terdapat buah t-blok pada yang memuat bilangan terdapat buah t-blok pada yang memuat bilangan Karena reguler, maka terdapat buah t-blok pada yang memuat bilangan terdapat buah t-blok pada yang memuat bilangan Dengan demikian, (i) Banyaknya bilangan pada adalah sehingga: (ii) Banyaknya bilangan pada adalah sehingga: Dari (i) (ii) diperoleh:

Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 44 Perhatikan bahwa Karena maka persamaan terakhir terjadi jika hanya jika Ini berarti tidak ada dua t-blok yang selisih antara banyaknya bilangan pada bloknya lebih dari 2. Dengan demikian, yang berarti untuk Contoh 3 Barisan hitung seragam seimbang dapat disusun dari kode Gray seimbang berdasarkan matriks (4), dengan Dalam hal ini, Dalam hal ini, dimana dimana Barisan Hitung Seragam Barisan hitung seragam dengan yang dapat dibuat berbentuk Teorema 9 Misal ganjil. Matriks (7) dengan adalah matriks nonsingular. (bukti dari teorema ini dapat dilihat pada Sintiari (2014)) Penghitung transisi dari dengan yang dikonstruksi berdasarkan matriks (7) dapat ditentukan sebagai berikut. (8)

Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 45 Berdasarkan Teorema 2, berdasarkan barisan hitung seragam dapat dikonstruksi barisan hitung seragam Jika barisan hitung seragam menghasilkan barisan hitung seragam dengan distribusi penghitung transisi yang cukup baik. Teorema 10 Misal ganjil, kode basis merupakan kode Gray seimbang dengan distribusi penghitung transisi memuat bilangan bilangan dengan dimana genap. Jika genap, maka matriks (7) dapat menghasilkan barisan hitung seragam yang hampir seimbang Misal memuat bilangan bilangan Kelompokkan posisi bit dari menjadi 2 himpunan, yaitu yang masing-masing memuat bilangan bilangan adalah himpunan baris pada kolom pertama matriks (7) yang memiliki entri 1, adalah himpunan baris pada kolom pertama matriks (7) yang memiliki entri 0. Dengan kata lain, Selanjutnya distribusikan bilangan ke sesuai aturan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Indeks Penghitung Transisi Kode Gray Indeks 1 2 3 4 5......... Dalam hal ini, berlaku jika memiliki indeks yang sama. Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa berlaku Untuk itu, akan ditunjukkan bahwa yang dirumuskan sebelumnya tidak memuat lebih dari dua penghitung transisi bit dengan indeks yang sama. Perhatikan bahwa posisi bit yang memiliki indeks sama memiliki selisih sama dengan 2 (secara siklis), kecuali posisi bit dengan indeks Untuk setiap penjumlahan penghitung transisi posisi bit yang memuat sepasang penghitung transisi dengan indeks sama bukan terdapat pada:. (9)

1urnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 46 Posisi bit pada (9) dapat dipang sebagai gabungan dua barisan aritmatika yaitu: Sementara penjumlahan penghitung transisi posisi bit yang memuat sepasang penghitung transisi dengan indeks sama dengan terdapat pada: (1 0) Posisi bit pada (10) dapat dipang sebagai barisan aritmatika yaitu: Dengan demikian, Ini berarti, pada (8) tidak memuat lebih dari dua penghitung transisi bit dengan indeks yang sama. Karena bit dengan indeks yang sama, maka Contoh 4 Barisan hitung seragam seimbang berdasarkan matriks (7).Dalam hal ini, Jadi, berlaku yang berarti hampir seimbang. tidak memuat lebih dari dua penghitung transisi berlaku disusun dari kode Gray seimbang dimana dengan Barisan Hitung Seragam Pada bagian berikut, dijelaskan konstruksi lain berbentuk yang menghasilkan barisan hampir seimbang. Meskipun menghasilkan barisan hitung seragam yang sama dengan konstruksi pada bagian C yaitu namun konstruksi ini memiliki generator yang berbeda. Kelebihan dari konstruksi berikut dibandingkan dengan konstruksi pada bagian C adalah bahwa konstruksi berikut lebih sederhana menghasilkan barisan hitung seragam hampir seimbang untuk setiap ganjil, jika kode basisnya adalah kode Gray seimbang. Matriks sirkulan yang digunakan ditampilkan pada teorema berikut. Teorema 11 Misal ganjil. Jika dengan (11) maka adalah matriks nonsingular. (bukti dari teorema ini dapat dilihat pada Sintiari (2014)) Penghitung transisi dari sebagai berikut. yang dikonstruksi berdasarkan matriks (8) dapat ditentukan Barisan hitung seragam hasil konstruksi berdasarkan matriks (11) merupaakan barisan hitung seragam hampir seimbang sebagaimana dinyatakan pada teorema berikut.

1urnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 47 Teorema 12 Misal ganjil, Jika kode basis yang digunakan merupakan kode Gray seimbang, maka matriks (11) dapat mengkonstruksi barisan hitung seragam yang hampir seimbang. Misal memuat bilangan bilangan dengan dimana genap. Sesuai Teorema 2.6, maka dapat disusun sedemikian sehingga membentuk distribusi reguler Perhatikan bahwa untuk setiap j ϵ {1, 2,..., n}, barisan adalah ( )-blok di Karena sehingga berlaku dimana adalah sebarang ( )-blok di Selanjutnya, jelas Dengan demikian Contoh 5. Barisan hitung seragam seimbang berdasarkan matriks (11). Dalam hal ini, dapat disusun dari kode Gray seimbang dimana dengan Jadi, yang berarti hampir seimbang. PENUTUP Barisan hitung seragam dapat dikonstruksi dengan menggunakan matriks sirkulan biner yang nonsingular. Untuk mengkonstruksi barisan hitung seragam, dirumuskan fungsi untuk mentransformasi barisan transisi dari kode Gray seimbang menjadi barisan transisi dari barisan hitung seragam Dalam hal ini, menyatakan panjang katakode menyatakan jarak setiap katakode berurutan di Untuk kasus selalu dapat dikonstruksi barisan dengan basis kode Gray seimbang. Namun, belum ditemukan konstruksi untuk membentuk barisan untuk setiap pasangan dengan Untuk menghasilkan barisan hitung seragam seimbang, semua konstruksi yang telah dijelaskan mensyaratkan untuk menggunakan kode Gray seimbang sebagai basis. Dari penelitian ini, diperoleh beberapa macam kontruksi untuk membentuk barisan hitung seragam seimbang. Akan tetapi, hasil yang diperoleh belum maksimal sebab hasil ini belum mencakup setiap pasangan Beberapa konstruksi barisan hitung seragam yang diperoleh dari penelitian ini belum dapat dibuktikan apakah dapat menghasilkan barisan seimbang. Penulis meyakini hasil penelitian ini masih dapat dikembangkan untuk mendapatkan konstruksi barisan hitung seragam seimbang dengan Oleh sebab itu, penulis berharap dapat ditemukan cara yang lebih baik untuk mengkonstruksi barisan hitung seragam seimbang.

1urnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 48 UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kassih kepada Prof. Drs. Sariyasa, M.Sc., Phd. Dr. Gede Suweken, Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha untuk setiap saran bimbingan untuk perbaikan tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Geller, D, et.al. 2004. On Circulant Matrices. Makalah. State University of Newyork at Stony Brook. Tersedia pada http://www.math.sunysb.edu/ ~sorin/eprints/circulant.pdf diakses tanggal 7 Januari 2014. Hefferon, J. 2012. Linear Algebra. Mathematics, Saint Michael s College Colchester, Vermont, USA. Powell, P. D. 2011. Calculating Determinants Of Block Matrices. Makalah. Department of Physics, University of Illinois at Urbana-Champaign, Green St. Urbana. Tersedia pada http://arxiv.org/ pdf/1114379.pdf diakses tanggal 19 Juli 2013. Richardson, T R. Urbanke. 2006. Modern Coding Theory. USA: Cambridge University Press. Robinson, J. P. M. Cohn. 1981. Counting Sequence. Journal of IEEE Trans. Computers, Volume C-30, (hlm. 17-23). Sintiari, N D. 2014. Konstruksi Barisan Hitung Seragam Seimbang Berbasis Barisan Transisi Kode Gray. Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha. Suparta, I N. 2006. Counting Sequence, Gray Codes and Lexicodes. Disertasi. Delft University of Technology.