TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

dokumen-dokumen yang mirip
EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real. Lina Nurhayati, Universitas Sanggabuana

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

II. TINJAUAN PUSATAKA

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak

TOPOLOGI RUANG LINEAR

BEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF. Kata kunci : pemetaan nonexpansive, pemetaan condensing, pemetaan kompak.

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

II. LANDASAN TEORI ( ) =

KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS

KAJIAN KONSEP RUANG NORMA-2 DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA

SIFAT P-KONVEKS PADA RUANG FUNGSI MUSIELAK-ORLICZ TYPE BOCHNER. Yulia Romadiastri

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

KESTABILAN PERSAMAAN FUNGSIONAL JENSEN.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 ; untuk k = n 0 ; untuk k n. e [n]

Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL. Indah Yanti

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua

Sifat-sifat Ruang Banach

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

untuk setiap x sehingga f g

BAB 3 KONDISI SPECTRUM. Pada bab ini akan diperlihatkan hasil utama dari penelitian ini. Hasil utama yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER

HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR

Teorema Titik Tetap Pada Ruang Ultrametrik Diskrit

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

SYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

(MS.3) SUBRUANG CONINVARIAN DARI MATRIKS KUADRAT KOMPLEKS

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG ULTRAMETRIK DISKRIT

BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI

SIFAT-SIFAT PEMETAAN BILINEAR

PENGEMBANGAN RUANG FUNGSI KLASIK Oleh: Encum Sumiaty FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A =

KEKONVEKSKAN DAERAH FISIBEL SECOND ORDER CONE PROGRAMMING DENGAN NORMA 1

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1-2 ISSN SIFAT-SIFAT RUANG HASIL KALI DALAM-n KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG NORM-n STANDAR. Shelvi Ekariani KK Analisis dan Geometri FMIPA ITB

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB II DASAR DASAR TEORI

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

HASIL PRESENTASI ALJABAR LINIER ( SUB RUANG VEKTOR ) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linier. Dosen Pengampu : Darmadi, S,Si, M.

BAB I PENDAHULUAN. umum ruang metrik dan memperluas pengertian klasik dari ruang Euclidean R n, sehingga

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik

Parameterisasi Pengontrol yang Menstabilkan Melalui Pendekatan Faktorisasi

TEOREMA TITIK TETAP BANACH UNTUK MENDAPATKAN SYARAT KEKONVERGENAN METODE JACOBY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

REPRESENTASI FUNGSIONAL-2 DI l p. Yosafat Eka Prasetya Pangalela Institut Teknologi Bandung

OPERATOR SELF ADJOINT PADA RUANG HILBERT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

TEOREMA TITIK TETAP BANACH

KONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK

Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut

BAB III PEMETAAN TAK MENGEMBANG PADA RUANG BANACH. Konsep dari Ruang Banach-2 pada ruang linear bemonn-2

BAB II LANDASAN TEORI

yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi

Transkripsi:

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH Nur Aeni, S.Si., M.Pd Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM nuraeniayatullah@gmail.com ABSTRAK Info: Jurnal MSA Vol. 2 No. 1 Edisi: Januari Juni 2014 Artikel No.: 2 Halaman: 9-14 ISSN: 2355-083X Prodi Matematika UINAM Suatu fungsi dari suatu ruang vektor ke dalam ruang vektor lain disebut trasnsformasi. Jadi transformasi linier merupakan fungsi linier antar ruang vektor. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji transformasi linier pada Ruang Banach. Berdasarkan tujuan penelitian maka diperoleh Suatu transformasi T : V W dari suatu ruang Banach (V,. v ) ke ruang Banach (W,. w ) dikatakan kontinu di x 0, jika untuk setiap ε > 0 terdapat δ > 0 sehingga setiap x ε V dengan x x 0 v < δ berlaku T(x) T(x 0 ) w < ε. Transformasi T dikatakan kontinu di setiap titik pada V. Misalkan X dan Y dua ruang banach dan T : X Y suatu transformasi linier. Jika T kontinu di suatu titik pada X maka T kontinu pada X. Jika T : X X, T kontinu di y ε X, jika dan hanya jika setiap (x n) konvergen ke y berakibat barisan (Tx n) konvergen ke Ty. Jika V dan W ruang Banach dan T : V W transformasi linier kontinu, norma dari T dinotasikan dengan T didefinisikan sebagai T = sup { Tx w x v 1} dan Misalkan X dan Y dua ruang linier bernorma dan pemetaan T : X Y adalah kontinu pada X jika dan hanya jika T terbatas. Kata Kunci: Ruang Vektor, Ruang Banach, dan Transformasi Linier 1. PENDAHULUAN Suatu fungsi dari suatu ruang vektor ke dalam ruang vektor lain disebut trasnsformasi. Jadi transformasi linier merupakan fungsi linier antar ruang vektor. Selanjutnya Ruang Banach merupakan ruang bernorma yang lengkap. Dalam penelitian ini akan dikaji transformasi linier pada Ruang Banach. Misalkan X dan Y dua ruang Banach atas K. Transformasi T : X Y dikatakan linier jika untuk setiap α, β, ε K dan x, y ε X berlaku T (α.x + β.y) = α. T(x) + β. T(y). Transformasi linier jika dari ruang Banach X ke himpunan skalar K disebut fungsional linier pada X. Jika f funsional linier pada X ke K, maka f (α.x+β.y)=α. f (x) + β. f(y), x, y ε X dan α, β, ε K jika T : X Y linier maka T (0) = 0 dan T (-x) = -T(x), sebab T(0) = T (x x) = T (x) T(x) = 0 dan T (-x) = T (0 x) = T(0) T (-x) = 0 T (-x) = -T(x). Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik mengkaji Transformasi Linier pada Ruang Banach. 2. TINJAUAN PUSTAKA RUANG VEKTOR Suatu himpunan menjadi ruang vektor jika himpunan tersebut dilengkapi dengan dua operasi yaitu operasi tambah dan operasi kurang perkalian skalar dan memenuhi beberapa aksioma tertentu. Himpunan ini juga harus tertutup terhadap kedua operasi ini artinya jika V suatu himpunan sebarang dan R suatu himpunan skalar maka kedua operasi tersebut harus memenuhi definisi berikut: Definisi 2.1 (Berberian, 1961 : 3) Ruang vektor V atas R adalah himpunan obyekobyek x, y, z,... disebut vektor. Vektor nol dinotasikan dengan θ, untuk setiap vektor x, negatif dari x dinotasikan dengan x. Aksiomaaksioma berikut diasumsikan berlaku: 9

(A) Untuk setiap pasangan vektor x, y di V terdapat vektor yang disebut jumlah x dan y, dinotasikan x + y di V, dan berlaku: (A1) x + y = y + x untuk setiap x, y ε V (A2) x + (y + z) = (x + y) + z untuk setiap x, y, z ε V (A3) Terdapat dengan tunggal θ ε V sedemikian sehingga x + θ = x untuk setiap x ε V (A4) Untuk setiap x ε V, terdapat dengan tunggal x ε V yang disebut negatif x sedemikian sehingga x + (-x) = θ (M) Untuk setiap skalar λ dan setiap vektor x di V, terdapat vektor disebut hasil kali x dengan λ, dinotasikan dengan λx di V, dan berlaku: (M1) λ (x + y) = λx + λy, untuk setiap x, y ε V dan λ adalah skalar (M2) (λ + μ) x = λx + μx, untuk setiap x ε V dan λ, μ adalah skalar (M3) (λμ) x = λ( μx ), untuk setiap x ε V dan λ, μ adalah skalar (M4) 1. x = x untuk setiap x ε V Sebagai catatan x + (-y) biasa ditulis dengan x y Teorema 2. 2 (Berberian, 1961: 6) Untuk sebarang ruang vektor: (i) Persamaan vektor x + y = z mempunyai satu dan hanya satu penyelesaian x (ii) Jika z + z = z maka z = θ (iii) λθ = θ untuk setiap skalar λ (iv) 0x = θ untuk setiap vektor x (v) Jika λx = θ maka λ = 0 atau x = θ (i) Jika y, z adalah vektor maka x = z + (-y) adalah penyelesaian dari x + y = z, sebab x + y = [z + (-y)] + y = z +[(-y) + y] = z + θ. Selanjutnya jika x1 dan x2 penyelesaian dari x + y = z maka x1 + y = z = x2 + y. Diperoleh (x1 + y) + (-y) = (x2 + y) + (-y), x1 + [ y + (-y)] = x2 + [ y + (-y)], x1 + θ = x2 + θ, x1 + x2. Jadi persamaan x + y = z mempunyai tepat satu penyelesaian. (ii) θ adalah penyelesaian dari z + z = z sebab θ + z = z. Berdasarkan (i) z = θ adalah satu-satunya penyelesaian dari z + z = z. (iii) λθ = λ(θ + θ) = λθ + λθ. berdasarkan (ii), λθ = θ. (iv) 0x = (0 + 0)x = 0x + 0x. berdasarkan (ii), 0x = θ. (v) Diberikan λx = θ. Jika λ = 0 maka bukti selesai. Jika λ 0 maka terdapat 1 λ sehingga Jadi λ. 1 λ = 1. 1. λx = λ (1). θ, λ (1. λ) x = λ ( 1 ). θ, 1. x = θ, x = θ λ 10

Akibat 2.3 (Berberian, 1961: 7) Untuk sebarang ruang vektor V beerlaku: (i) (-λ)x = λ( x) = -(λx) (ii) λ(x y) = λx λy (iii) (λ μ)x = λx μx (i) θ = 0x = (λ + ( λ))x = λx + ( λ)x. Jadi (- λ)x = -(λx). Dengan cara serupa, θ = λθ = λ(x + ( x)), θ = λx + λ( x). Jadi λ( x) = (λx) (ii) Untuk setiap λ R,, x, y V. Akan ditunjukkan λ(x y) = λx λy λ(x y) = λ(x + (-y)) menurut (M2) = λx +λ (-y) Menurut (i), λ( y) = λy Jadi λ(x y) = λx + ( λy) = λx - λy bahwa (iii) Untuk setiap λ, μ R,, x V. Akan ditunjukkan bahwa (λ μ)x = λx μx. (λ μ)x = (λ +(- μ))x = λx + ( μ)x menurut (M2) Menurut (i) ( μ)x = (μx), jadi (λ μ)x = λx + ( (μx)) = λx μx RUANG VEKTOR BERNORMA Pada ruang vektor dapat didefinisikan kuantitas suatu vektor dan jarak antara dua vektor, kuantitas dan jarak inilah yang disebut norma dari suatu ruang vektor atau norma selisih dua vektor. Pengertian norma dan suatu ruang vektor akan didefinisikan sebagai beriktu: Definisi 2.4 (Nababan, 1992 : 13) Misalkan V suatu ruang vektor atas R. Suatu pemetaan. : V R disebut norma dari V, jika kondisi berikut dipenuhi: a. x 0, x ε V b. Jika x ε V, x = 0, jika dan hanya jika x = θ c. ax = a x, untuk semua x ε V dan a ε R d. x + y x + y, untuk semua x, y ε V Catatan: 1. Pasangan (V,. ) disebut ruang vektor bernorma dan x disebut norma dari x. 2. Jarak antara vektor x dan y, ditulis x y atau y x RUANG BANACH Definisi 2.5 (Nababan, 1992 : 13) Ruang vektor V dikatakan bernorma jika terdapat fungsi bernilai riil pada. : V R dengan sifat-sifat sebagai berikut: 1. a 0 untuk setiap a ε V a = 0 jika dan hanya jika a = θ 2. αa = α a untuk setiap α ε R, a ε V 3. a + b a + b untuk setiap a, b ε V Jika Vruang vektor bernorma, notasi yang biasa digunakan adalah (V,. ). Definisi 2.6 (berberian, 1961 : 97) Ruang Banach adalah ruang vektor bernorma yang lengkap 11

TRANSFORMASI LINIER Dalam kalkulus telah dikenal fungsi bernilai riil, yaitu untuk setiap fungsi memetakan bilangan riil ke bilangan riil. Sekarang akan diperluas pemetaannya bukan hanya pada bilangan riil, dalam hal ini pemetaan ruang bernorma yang disebut transformasi linear, yaitu suatu pernyataan matematis yang memetakan suatu ruang vektor ke ruang vektor lain. Definisi 2.7 T : V W disebut transformasi linear jika: (i). T( x + y) = T(x) + T(y) untuk semua vektor x dan y di V (ii). T(kx) = k T(x) untuk semua vektor x dan V dan semua skalar k. Contoh Misalkan T: R 2 R 2 adalah fungsi yang didefinisikan oleh T(x) = (a - b, a + b) T adalah transformasi linear. Jika x = (a1, b1) dan y = (a2, b2), maka x + y = (a1 + a2, b1 + b2), sehingga: T(x + y) = ([a1 + a2] [b1 + b2], [a1 + a2] + [b1 + b2]) = (a1 b1, a1 + b1) + (a2 b2, a2 + b2) = T(x) + T(y) T(kx) = (ka1 b1, ka1 + b1) = k (a1 b1, a1 + b1) = k T(x) 3. PEMBAHASAN Suatu fungsi dari suatu ruang vektor ke dalam ruang vektor lain disebut trasnsformasi. Jadi transformasi linier merupakan fungsi linier antar ruang vektor. Berkaitan dengan pembahasan selanjutnya, berikut akan diuraikan pengertian dan beberapa teorema-teorema penting mengenai transformasi linier pada ruang Banach. Definisi 3.1 (Nababan, 1992: 15) Misalkan X dan Y dua ruang Banach atas K. Transformasi T : X Y dikatakan linier jika untuk setiap α, β, ε K dan x, y ε X berlaku T (α.x + β.y) = α. T(x) + β. T(y) Transformasi linier jika dari ruang Banach X ke himpunan skalar K disebut fungsional linier pada X. Jika f funsional linier pada X ke K, maka f (α.x + β.y) = α. f (x) + β. f(y), x, y ε X dan α, β, ε K jika T : X Y linier maka T (0) = 0 dan T (-x) = -T(x), sebabt(0) = T (x x) = T (x) T(x) = 0 dan T (-x) = T (0 x) = T(0) T (-x) = 0 T (-x) = -T(x) Definisi 3.2 (Nababan, 1992: 11) Suatu transformasi T : V W dari suatu ruang Banach (V,. v ) ke ruang Banach (W,. w ) dikatakan kontinu di x0, jika untuk setiap ε > 0 terdapat δ > 0 sehingga setiap x ε V dengan x x 0 v < δ berlaku T(x) 12

T(x 0 ) w < ε. Transformasi T dikatakan kontinu di setiap titik pada V. Lemma 3.3 ((Nababan, 1992: 15) Misalkan X dan Y dua ruang banach dan T : X Y suatu transformasi linier. Jika T kontinu di suatu titik pada X maka T kontinu pada X. Misalkan T kontinu di titik x0 ε X dan ε > 0 diberikan sebarang, maka terdapat δ > 0 sehingga: Tx 0 Tx < ε bila x 0 x < δ ambil x1 ε X sebarang, maka untuk semua x ε X dengan x 1 x < δ berlaku: x 0 (x x 1 + x 0 ) = x 1 x < δ dan Tx 1 Tx = Tx 0 T(x x 1 + x 0 ) < ε Ini berarti T kontinu di x1, karena x1 diambil sebarang di X maka T kontinu pada X. Teorema 3.4 (Nababan, 1992: 15) Jika T : X X, T kontinu di y ε X, jika dan hanya jika setiap (xn) konvergen ke y berakibat barisan (Txn) konvergen ke Ty. ( ) Dik: T kontinu di y ε X Diambil sebarang (xn) konvergen ke y Akan ditunjukkan (Txn) konvergen ke Ty Ambil bilangan positif sebarang Karena T kontinu di y ε X maka terdapat δ > 0 sehingga untuk setiap x ε X dan x y < δ Tx Ty < ε, karena (xn) konvergen ke y berarti terdapat n bilangan asli sehingga n K maka x n y < δ berakibat pula sesuai Tx n Ty) < ε berarti (Txn)( Txn) konvergen ke Ty. Definisi 3.5 (Nababan, 1992: 18) Jika V dan W ruang Banach dan T : V W transformasi linier kontinu, norma dari T dinotasikan dengan T didefinisikan sebagai T = sup { Tx w x v 1}. Teorema 3.6 (Nababan, 1992: 16) Misalkan X dan Y dua ruang linier bernorma dan pemetaan T : X Y adalah kontinu pada X jika dan hanya jika T terbatas. ( ) Misalkan T kontinu pada X, maka T kontinu di 0 ε X. Ambil δ > 0 sehingga Ty 1 bila x < δ Misalkan x < 1, maka T( 1 )δx 1,akan tetapi 2 T (1/2) δx = ½ δtx Jadi Tx = 2/δT( 1 2 )δx 2/δ Ini menunjukkan bahwa T terbatas. (<=) misalkan T terbatas. Untuk membuktikan T kontinu pada X, cukup ditunjukkan T kontinu T kontinu di 0 ε X. Misalkan ε > 0 sebarang dan M ε R sehingga, Tx M bila x 1. Ambil δ > 0 sehingga δm < ε misalkan x < δ Jadi δ 1 x = δ 1 x δ 1 δ = 1 13

Akibatnya: T(δ 1 x) M, x < δ Jadi Tx = δ. T(δ 1 x) δ. M < ε Ini berarti T kontinu di 0 ε X 4. KESIMPULAN Suatu transformasi T : V W dari suatu ruang Banach (V,. v ) ke ruang Banach (W,. w ) dikatakan kontinu di x0, jika untuk setiap ε > 0 terdapat δ > 0 sehingga setiap x ε V dengan x x 0 v < δ berlaku T(x) T(x 0 ) w < ε. Transformasi T dikatakan kontinu di setiap titik pada V. Misalkan X dan Y dua ruang banach dan T : X Y suatu transformasi linier. Jika T kontinu di suatu titik pada X maka T kontinu pada X. JikaT : X X, T kontinu di y ε X, jika dan hanya jika setiap (xn) konvergen ke y berakibat barisan (Txn) konvergen ke Ty. Jika V dan W ruang Banach dan T : V W transformasi linier kontinu, norma dari T dinotasikan dengan T didefinisikan sebagai T = sup { Tx w x v 1}. Misalkan X dan Y dua ruang linier bernorma dan pemetaan T : X Y adalah kontinu pada X jika dan hanya jika T terbatas. 5. DAFTAR PUSTAKA Berberian, K. S. 1961. Introduction to Hilbert Space. Oxpord University Press, New York. Dwijanto, E. 1994. Analisis Real. Ikip Semarang Press, Semarang. Kreyzeg, E. 1978. Introduction Functional Analysis with Application. Kanada: John Wiley & Sons Nababan, T. P. 1992. Teorema Titik Tetap di Ruang Metrik dan Aplikasinya. Institut Teknologi Bandung, Bandung. 14