BAB IV SIMULASI MODEL

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU

BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DAN FUNGSI STOK UANG

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO

V ILUSTRASI ( ) ( ), 0 (37) (Bukti : lihat Lampiran 7) Untuk strategi perdagangan tersebut diperoleh: (Bukti : lihat Lampiran 8)

STRUKTUR UPAH [OPISSEN YUDISYUS ESDM ILMU EKONOMI]

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU

M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR

PERKIRAAN POLA MIGRASI ANTARPROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN INDEKS KETERTARIKAN EKONOMI

FORMULA SELISIH DAN PENJUMLAHAN BARISAN BILANGAN k-fibonacci. Rini Adha Apriani ABSTRACT

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi

BAB II KONSEP DASAR PERMODELAN RESERVOIR PANAS BUMI. Sistem hidrotermal magma terdiri dari dua bagian utama yaitu ruang magma dan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN KESEIMBANGAN UMUM PASAR BARANG DAN PASAR UANG

MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T

Karakteristik Limit dari Proses Kelahiran dan Kematian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BIFURKASI HOPF DALAM MODEL EPIDEMI DENGAN WAKTU TUNDAAN DISKRET

PEMODELAN DAN PENYELESAIAN NUMERIK DARI PERMASALAHAN PENYEBARAN ASAP MENGGUNAKAN METODE VOLUME HINGGA Arif Fatahillah 1

MODEL DINAMIKA PERTUMBUHAN EKONOMI PEDESAAN DAN PERKOTAAN SUGIYANTORO

S - 4 IDENTIFIKASI DATA RATA-RATA CURAH HUJAN PER-JAM DI BEBERAPA LOKASI

DASAR DASAR TEORI OF INTEREST & ANUITAS Jakarta, 10 Mei Oleh : Masyhar Hisyam Wisananda, S.Si, ASAI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jl. Ir Sutami 36 A Surakarta Telp: ABSTRAK

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang berpengaruh terhadap

APLIKASI REGRESI SPLINE UNTUK MEMPERKIRAKAN TINGKAT FERTILITAS WANITA BERDASARKAN UMUR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi telah meningkatkan permintaan energi. Pada mulanya. manusia memenuhi kebutuhan energi mereka dengan daya otot,

Identifikasi Unsur-unsur Radioaktif dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor yang mempengaruhi..., Ellyn Herlia Nur Hidayah, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

BAB 2 LANDASAN TEORI

HASIL EMPIRIS. Tabel 4.1 Hasil Penilaian Numerik

PENURUNAN MODEL BLACK-SCHOLES DENGAN METODE BINOMIAL UNTUK SAHAM TIPE EROPA

BAB 9 PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIIL

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Surachmad (1989 :131) bahwa,

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

Teori Ekonomi Keynes: Pasar Uang dan Pasar Tenaga Kerja

MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION

4. Hasil Penelitian. Tabel 4.1 Koefisien Korelasi Inflasi, Suku Bunga dan Return Kurs terhadap

I. PENDAHULUAN. badan di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

IV. METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengaruh Aggregasi Terhadap Parameter Long Memory Time Series (Studi Kasus : Data Saham LQ 45)

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

Model Probit Untuk Ordinal Response

Lampiran 2. Petunjuk penggunaan model pasokan bahan baku yang dibangun dalam Powersim Studio 2005

: Widi Pramudito NPM :

PEMODELAN DAN SIMULASI TINGGI GENANGAN BANJIR DI KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

Pemetaan dan Pemodelan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan di Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Model Probit

Keputusan Melakukan Investasi

TEORI INVESTASI. Minggu 9

IV. MODEL ANALISIS IS-LM

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

Bab 4. Analisis. y t + a 1 y t 1 + a 2 y t 2 + a 3 y t 3 + a 4 y t 4 = b 1 u t 1 + b 2 u t 2 + b 3 u t 3 + b 4 u t 4 (4.1) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 100 jenis tembakau dihasilkan di Indonesia. Dari sekitar 200 juta kilogram

VII. SIMPULAN DAN SARAN

Dielektrika, ISSN Vol. 2, No. 2 : , Agustus 2015

BAB V PROGRAMA LINIER : MODEL TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya organisasi lainnya, sumber daya manusia merupakan faktor. produksi yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap faktor

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. disederhanakan dengan memerhatikan asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. sekarang maupun di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut,

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB IV METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

KESEIMBANGAN AGREGAT DEMAND AGREGAT SUPPLY

Pemodelan Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Hiv dan Aids Provinsi Jawa Timur Menggunakan Regresi Poisson Bivariat

Universitas Sumatera Utara

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT

5. Kemudian yang terakhir adalah mencari GTT yang dapat menggantikan GTT 28 yaitu GTT yang mempunyai daya 200 kva dan ditemukan adalah GTT 01

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan

MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

Pokok Bahasan 1 RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Kerangka Pikir

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA)

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR...

FUNGSI ACKLEY DAN PENCARIAN NILAI OPTIMUMNYA MENGGUNAKAN ALGORITMA STROBERI. Muhamad Fadilah Universitas Jenderal Soedirman

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV SIMULASI MODEL Dalam Bab III telah dielaskan sifat-sifat sistem dinamik dari model, khususnya untuk m 1 = m 2. Sekarang akan dibuat simulasi model untuk menggambarkan sifat-sifat sistem dinamik, baik untuk m 1 = m 2 ataupun m 1 m 2. Untuk mensimulasikan model ini, terlebih dahulu ditentukan besaran parameter model sebagaimana disaikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Besaran parameter model m A k z N 1 0.6 0.55 0.4 0.06 0.2 2 0.6 0.35 0.2 0.06 0.2 0.3 0.06 0.07 0 Parameter-parameter pada Tabel 1 di atas menunukkan bahwa daerah ke-1 identik dengan daerah ke-2 kecuali dalam hal kecenderungan mengkonsumsi komoditas ( ) dan tingkat kenyamanan (A ). Daerah ke-1 lebih tinggi kecenderungan mengkonsumsi komoditasnya dibanding daerah ke-2, begitu pula daerah ke-1 lebih nyaman lingkungan daerahnya dibanding daerah ke-2. Dengan spesifikasi di atas, dapat ditentukan 1 = -0.342857 dan 2 = -0.342857, ini menunukkan kelemahan return terhadap pengaruh skala dari knowledge di daerah ke-1 dan daerah ke-2. Menurut Akibat 1 pada Bab III, sistem dinamik memiliki satu titik ekuilibrium, sebagaimana ditunukkan pada Gambar 4. 0 Z 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 000 0 000 0 000 800 000 Z Gambar 4 Keberadaan titik ekuilibrium yang tunggal dari sistem dinamik.

Kemudian dengan Akibat 1 pada Bab III, dengan bantuan Software Mathematica 6.0 (Lampiran 4 dan Lampiran 5), dapat ditentukan nilai ekuilibrium variabel-variabel sistem dinamik yang disaikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Nilai ekuilibrium variabel sistem dinamik Variabel = 1 = 2 N 35.06 64.94 w 7.96 4 7.96 4 K 5.62 6 1.04 7 k = s 7.45 4 2.07 5 c 9. 4 1.11 5 F 3.99 6 7.39 6 y 9.55 4 1.24 5 U 3.33 4 3.33 4 r 0.21 0.21 Z 6.67 5 K 1. 7 Dari Tabel 2 dapat dapat disimpulkan bahwa pada saat ekuilibrium, 35.06% penduduk memilih tinggal di daerah ke-1, 64.94% tinggal di daerah ke-2, tingkat upah di daerah ke-1 sama dengan tingkat upah di daerah ke-2, total cadangan modal, tingkat produksi, pendapatan per kapita dan tingkat konsumsi daerah ke-1 lebih kecil dari pada daerah ke-2, hal ini menunukkan bahwa walaupun daerah ke-1 lebih nyaman, namun karena tingkat kecenderungan mengkonsumsi komoditasnya lebih tinggi (tingkat kecenderungan meraih kekayaannya rendah), maka tingkat ekonominya dan umlah penduduknya menadi lebih rendah dibandingkan dengan daerah ke-2 yang tingkat kenyamanannya lebih rendah. 4.1 Efek Perubahan Tingkat Kecenderungan Mengkonsumsi Komoditas Untuk melihat dampak yang teradi apabila daerah ke- mengurangi tingkat kecenderungannya untuk mengkonsumsi komoditas, 2 dan 1 masing-masing dikurangi 3.33%, sedangkan parameter yang lain tetap seperti pada Tabel 1.

berikut Persentase peningkatan/penurunan nilai variabel dihitung dengan prosedur ( A ) ( A ) 1 ( A ) 0% (4.1) dengan ( A1) adalah nilai ekuilibrium variabel dengan paremeter A1 dan ( A) adalah nilai ekuilibrium variabel dengan paremeter A. Persamaan (4.1) akan digunakan untuk mengevaluasi persentase dampak perubahan parameter yang lain. Simbol digunakan untuk menyatakan bahwa parameter ditingkatkan, sedangkan tanda digunakan untuk menyatakan bahwa parameter diturunkan. Persentase perubahan nilai ekuilibrium variabelvariabel sistem dinamik akibat menurunnya tingkat kecenderungan mengkonsumsi komoditas disaikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Persentase perubahan nilai ekuilibrium variabel sistem dinamik akibat perubahan tingkat kecenderungan mengkonsumsi komoditas Perubahan variabel 1 2 = 1 = 2 = 1 = 2 N 61.17-33.03-80.29 43.35 w -15.54-15.54 32.08 32.08 K 21.64-49.46-68.66 127.92 k = s -5.62-9.59 27.77 29.09 c -12.34-9.58 27.77 22.59 F 36.13-43.43-73.97 89.33 y -12.02-9.59 27.77 23.24 U -9.59-9.59 27.77 27.77 r 11.91-16.93 Z -13.13 26. K -24.53 59.00

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa penurunan tingkat kecenderungan untuk mengkonsumsi komoditas di daerah ke-1 sebesar 3.33% menyebabkan naiknya tingkat suku bunga sebesar 11.91%, berpindahnya 33.03% penduduk daerah ke-2 menuu daerah ke-1, meningkatnya tingkat produksi daerah ke-1, berkurangnya tingkat upah, pendapatan per kapita dan konsumsi kedua daerah pada saat ekuilibrium dicapai. Sebaliknya penurunan tingkat kecenderungan mengkonsumsi komoditas di daerah ke-2 sebesar 3.33% menyebabkan berkurangnya tingkat suku bunga sebesar 16.93%, peningkatan tingkat upah, pendapatan per kapita dan konsumsi kedua daerah, berpindahnya 80.28% penduduk daerah ke-1 menuu daerah ke-2, meningkatnya tingkat produksi dan cadangan modal daerah ke-2 pada saat ekuilibrium. Grafik hubungan tingkat kecenderungan mengkonsumsi komoditas daerah ke- ( ) dengan umlah penduduk daerah ke- (N ), dan tingkat suku bunga (r), disaikan masing-masing dalam Gambar 5 dan Gambar 6. N 1 0 80 N 2 80 0.50 0.52 0.54 0.56 1 0.35 0.36 0.37 0.38 0.39 2 Gambar 5 Hubungan tingkat kecenderungan mengkonsumsi komoditas daerah ke- ( ) dengan umlah penduduk daerah ke- (N ).

r r 0.35 0.4 0.3 0.2 0.1 0.30 0.25 0. 0.15 0. 0.05 1 0.45 0.50 0.55 0. 0.30 0.32 0.34 0.36 0.38 2 Gambar 6 Hubungan tingkat kecenderungan mengkonsumsi komoditas daerah ke- ( ) dengan suku bunga (r). Dari Gambar 5 terlihat bahwa umlah penduduk di setiap daerah berbanding terbalik dengan tingkat kecenderungan daerah tersebut dalam mengkonsumsi komoditas. Gambar 6 menyatakan bahwa pengurangan kecenderungan mengkonsumsi komoditas di daerah ke-1 akan menaikkan tingkat suku bunga, sebaliknya pengurangan kecenderungan mengkonsumsi komoditas di daerah ke-2 ustru akan menurunkan tingkat suku bunga. 4.2 Efek Perubahan Tingkat Kenyamanan Daerah Untuk melihat dampak yang teradi apabila daerah ke- meningkatkan tingkat kenyamanannya, A1 dan A 2 dinaikkan masing-masing sebesar 3.33%, sedangkan parameter yang lain tetap seperti pada Tabel 1. Persentase perubahan nilai ekuilibrium variabel-variabel sistem dinamik akibat perubahan tingkat kenyamanan daerah ke- disaikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Persentase perubahan nilai ekuilibrium variabel sistem dinamik akibat kenaikan tingkat kenyamanan daerah Perubahan variabel A1 A2 = 1 = 2 = 1 = 2 N 41.63-22.47-56.34 30.42 w -12.09-12.09 16.38 16.38 K 14.27-37.45-43.78 67.93 k = s -.49-7.50 14.19.51 c -.49-7.50 14.19.51 F 24.51-31.84-49.19 51.78 y -.49-7.50 14.19.51 U -7.50-7.50 14.19 14.19 r 8.97-9.62 Z -.18 13.47 K -19.32 28.76 Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perbaikan tingkat kenyamanan daerah yang lebih nyaman (daerah ke-1) menyebabkan penurunan semua nilai ekuilibrium variabel sistem dinamik selain umlah penduduk, tingkat produksi dan cadangan modal daerah ke-1 serta tingkat suku bunga pada saat ekuilibrium. Sedangkan perbaikan tingkat kenyamanan daerah yang kurang nyaman (daerah ke-2) menyebabkan peningkatan semua nilai ekuilibrium variabel sistem dinamik selain umlah penduduk, tingkat produksi dan cadangan modal daerah ke-1 serta tingkat suku bunga pada saat ekuilibrium. Grafik efek perubahan tingkat kenyamanan daerah ke- (A) terhadap umlah penduduk daerah ke- (N ) dan tingkat suku bunga (r) disaikan masing-masing dalam Gambar 7 dan Gambar 8.

N 1 N 2 80 80 0.45 0.46 0.47 0.48 0.49 0.50 A 1 0.2 0.4 0.6 0.8 0.2 A 2 Gambar 7 Hubungan tingkat kenyamanan daerah ke- (A ) dengan umlah penduduk daerah ke- (N ). r 0.30 0.25 0. 0.15 0. 0.05 r 0. 0.15 0. 0.05 0.42 0.44 0.46 0.48 0.50 A 1 0.21 0.22 0.23 0.24 0.25 A 2 Gambar 8 Hubungan tingkat kenyamanan daerah ke- (A ) dengan suku bunga (r). Dari Gambar 7 dapat disimpulkan bahwa nilai ekuilibrium umlah penduduk daerah ke- akan semakin besar ika tingkat kenyamanan daerah tersebut uga semakin besar, sedangkan Gambar 8 menunukkan bahwa nilai ekuilibrium tingkat suku bunga akan turun ika daerah ke-2 (yang tingkat kenyamanannya kurang) meningkatkan kenyamanan daerahnya. 4.3 Efek Perubahan Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Knowledge Untuk melihat dampak kenaikan tingkat efisiensi pemanfaatan knowledge, parameter m 1 dan m dinaikkan sebesar 3.33%, m 2 naik sebesar 0.38275%, sedangkan parameter yang lain tetap seperti pada Tabel 1. Persentase perubahan nilai ekuilibrium variabel-variabel sistem dinamik akibat perubahan tingkat efisiensi pemanfaatan knowledge disaikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Persentase perubahan nilai ekuilibrium variabel sistem dinamik akibat perubahan tingkat efisiensi pemanfaatan knowledge Perubahan m m1 m 2 variabel = 1 = 2 = 1 = 2 = 1 = 2 N 0.00 0.00 182.42-98.49-81.72 44.12 w 331.87 331.87 66.51 12.15 37.82 44.16 K 331.87 331.87 164.12-99.05-70.91 139.83 k = s 331.87 331.87 97.16 97.16 34.24 34.24 c 331.87 331.87 97.16 97.16 34.24 34.24 F 331.87 331.87 370.27-98.30-74.80 7.76 y 331.87 331.87 97.16 97.16 34.24 34.24 U 331.87 331.87 97.16 97.16 34.24 34.24 r 0.00 78.05-13.37 Z 238.43 52.54 35.31 K 331.87-6.78 65.94 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kenaikan tingkat efisiensi pemanfaatan knowledge di kedua daerah menyebabkan meningkatnya tingkat produksi, upah, pendapatan per kapita, tingkat saving di kedua daerah tanpa memberikan pengaruh terhadap suku bunga dan perpindahan penduduk. Kenaikan tingkat efisiensi pemanfaatan knowledge di daerah ke-1 menyebabkan meningkatnya nilai ekuilibrium variabel sistem dinamik daerah tersebut, kecuali total cadangan modal. Kenaikan tingkat efisiensi pemanfaatan knowledge di daerah ke-2 menyebabkan meningkatnya nilai ekuilibrium variabel sistem dinamik daerah tersebut, selain tingkat suku bunga. Efek perubahan parameter terhadap tingkat produksi daerah ke- (F), umlah penduduk daerah ke- (N ), cadangan modal daerah ke- (K ), dan tingkat pendapatan per kapita daerah ke- (y ) masing-masing disaikan dalam Gambar 9,, 11 dan 12.

35 6 Produksi 30 25 15 5 0 1 2 3 A4 A 5 6 7 m8 asal 1 2 1 2 Perubahan parameter m 1 m 2 Daerah-1 Daerah-2 Gambar 9 Efek perubahan parameter terhadap produksi daerah ke- (F ). Jumlah penduduk 1 0 80 0 asal 1 2 3 A 4 A 1 2 1 52 m6 1 7m 2 m8 Perubahan parameter Daerah-1 Daerah-2 Gambar Efek perubahan parameter terhadap umlah penduduk daerah ke- (N ). Cadangan modal 50 45 35 30 25 15 5 0 6 asal 1 2 3 A 4 A 5 6 7 m 8 1 2 1 2 m 1 Perubahan parameter m 2 Daerah-1 Daerah-2 Gambar 11 Efek perubahan parameter terhadap cadangan modal daerah ke- (K ).

Pendapatan per kapita 50 30 0 4 asal 1 2 23 A4 A 5 m 2 1 6 m m 1 1 2 7 8 Perubahan parameter Daerah-1 Daerah-2 Gambar 12 Efek perubahan parameter terhadap pendapatan per kapita daerah ke- (y ). Dari Gambar 9,, 11, dan 12 bisa disimpulkan bahwa peningkatan efisiensi pemanfaatan knowledge lebih efektif untuk meningkatkan nilai ekuilibrium variabel produksi, pendapatan per kapita, dan cadangan modal daerah tersebut dibandingkan pengurangan tingkat kecenderungan mengkonsumsi komoditas dan perbaikan tingkat kenyamanan daerah.