BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan model think pair share sebagai upaya meningkatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MTs. Ubudiyah Kec. Bati-

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas II yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 16 orang

INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

perbaikan pada siklus kedua, berdasarkan hasil diskusi, kemudian RPP yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Action Research ) terhadap proses pembelajaran IPA SD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. a. Latar Belakang Berdirinya Madrasah. oleh H. Mar ie beserta tokoh masyarakat Desa Malintang pada tahun 1973.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah merosotnya moral siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Badariyah terletak di Desa Tatah Layap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Dalam penelitian penggunaan media Flip Chart untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai guru,sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Badariyah terletak di Desa Tatah Layap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. meningkatkan sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa materi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan menggunakan model picture and

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. dan bukan pada input kelas, seperti silabus dan materi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis Pekerjaan Pada Siswa Kelas III A MI Darussalam Pagesangan-Surabaya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindakan penelitian adalah sebagai berikut. a. Observasi awal dan wawancara dengan guru kelas II SD Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Ngabean yang menjadi subjek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Lion Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III Metode Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Beruntung Baru Kabupaten Banjar. Subjek penelitian adalah siswa siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Tindakan BAB IV

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam

INSTRUMEN SUPERVISI GURU MENGAJAR

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Tindakan Sebelum dilaksanakan tindakan, peneliti melakukan survey terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Survey dilaksanakan oleh peneliti pada awal bulan Agustus 2013 di kelas V SD N Purwodiningratan, Jebres, Surakarta yaitu tentang proses pembelajaran penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dan kualitas proses pembelajarannya. Kondisi awal tersebut diperoleh dari data nilai ulangan harian mata pelajaran IPS semester 1 siswa kelas V tahun ajaran 2012/2013 (lampiran 3 halaman 121), observasi proses belajar mengajar IPS kelas V (lampiran 6 halaman 127), wawancara dengan guru dan siswa kelas V (lampiran 1 halaman 118), dan hasil pre-test tentang peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha (lampiran 2 halaman 119). 1. Observasi Proses Pembelajaran di Kelas Observasi awal (pra siklus) proses pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Agustus 2013 pukul 09.00-11.15 WIB. Peneliti bertindak sebagai pengamat (observer) dan guru kelas V SD N Purwodiningratan yaitu Ibu Dra.Muthammimah yang bertindak sebagai guru pengajar. Peneliti melakukan pengamatan proses pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan berpedoman pada lembar observasi penilaian proses siswa selama pembelajaran berlangsung (lampiran 30 halaman 197-199 ). Hasil pengamatan proses pembelajaran siswa yaitu : (1) Siswa kurang memperhatikan pembelajaran yang sedang diajarkan oleh guru, (2) Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Mereka hanya duduk diam, mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru, tidak ada pertanyaan dari siswa itu sendiri. Hal itu disebabkan posisi guru ketika mengajar lebih banyak di depan. (3) Siswa kurang diajak commit bekerja to user sama dengan temannya sehingga 52

digilib.uns.ac.id 53 pembelajaran menjadi monoton, (4) Siswa cukup memahami yang diajarkan oleh guru. Hasil penilaian proses pembelajaran pra siklus dapat dilihat secara detail pada lampiran 6 halaman 127. Penilaian proses yang pertama berdasarkan pada perhatian. Data penilaian proses tentang perhatian siswa pada pra siklus dapat dilihat dalam tabel 1 : Tabel 4.1. Tabel Perhatian Siswa Dalam Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia No Tingkat Perhatian Frekuensi Siswa Persentase 1 Perhatian 10 38,46% 2 Kurang Perhatian 13 50% 3 Tidak Perhatian 3 11,54% Jumlah 26 100% Tabel 4.1 di atas menunjukkan keadaan tingkat perhatian siswa proses pembelajaran pada kondisi awal. Dari tabel terdapat 10 siswa atau 38,46% siswa yang memperhatikan dalam proses pembelajaran, 13 siswa atau 50% siswa kurang memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru, 3 siswa atau 11,54% siswa yang tidak memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 1 : 14 12 10 38,46% 50% Frekuensi 8 6 4 11,54% Frekuensi 2 0 Perhatian Kurang Tidak Perhatian Perhatian Tingkat Perhatian Gambar 4.1. Grafik Tingkat Perhatian Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan commit Sejarah to user Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

digilib.uns.ac.id 54 Bertolak dari sajian tabel 4.1 dan gambar grafik 4.1 tersebut, menunjukkan bahwa tingkat perhatian siswa terhadap pembelajaran masih rendah. Hal ini dibuktikan tingkat perhatian siswa masih di bawah 50%. Sedangkan hasil data proses pembelajaran pra siklus tentang tingkat keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 2 : Tabel 4.2. Tabel Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia No Tingkat Keaktifan Frekuensi Siswa Persentase 1 Aktif 6 23,08% 2 Kurang Aktif 11 42,30% 3 Tidak Aktif 9 34,62% Jumlah 26 100% Tabel 4.2 di atas menunjukkan keadaan tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada kondisi awal yaitu 6 siswa atau 23,08% siswa yang aktif dalam proses pembelajaran, 11 siswa atau 42,30% siswa kurang aktif selama proses pembelajaran, 9 siswa atau 34,62% siswa yang tidak aktif selama proses pembelajaran. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 2 : 12 10 42,30% Frekuensi 8 6 4 23,08% 34,62% Frekuensi 2 0 Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif Tingkat Keaktifan Gambar 4.2. Grafik Tingkat Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha

digilib.uns.ac.id 55 Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar grafik 4.2 di atas menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa masih rendah. Sedangkan hasil data tingkat kerja sama siswa dalam proses pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha pada pra siklus dapat dilihat tabel 3 berikut ini : Tabel 4.3. Tabel Tngkat Kerja Sama Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha No Tingkat Kerja Sama Frekuensi Siswa Persentase 1 Kerja Sama 0 0% 2 Kurang Kerja Sama 0 0% 3 Tidak Kerja Sama 26 100% Jumlah 26 100% Tabel 4.3 di atas menunjukkan keadaan tingkat kerja sama siswa selama proses pembelajaran pada kondisi awal yaitu 26 siswa (100%) tidak menunjukkan kerja sama dalam proses pembelajaran IPS. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 3 : Frekuensi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 100% 0 0 Kerja Sama Kurang Kerja Tidak Kerja Sama Sama Tingkat Kerja Sama Frekuensi Gambar 4.3. Grafik Tingkat Kerja Sama Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar grafik 4.3 di atas menunjukkan bahwa tingkat kerja sama siswa commit masih to rendah user yaitu 26 siswa atau 100% tidak

digilib.uns.ac.id 56 melakukan kerja sama dengan temannya sehingga pembelajaran menjadi monoton. Sedangkan hasil data tingkat pemahaman siswa dalam proses pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha pada pra siklus dapat dilihat tabel 4 berikut ini : Tabel 4.4. Tabel Tingkat Pemahaman Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha No Tingkat Pemahaman Frekuensi Siswa Persentase 1 Paham 12 46,15% 2 Kurang Paham 13 50% 3 Tidak Paham 1 3,85% Jumlah 26 100% Tabel 4.4 di atas menunjukkan keadaan tingkat pemahaman siswa selama proses pembelajaran pada kondisi awal yaitu 12 siswa atau 46,15% yang memahami materi yang telah diajarkan oleh guru, 13 siswa atau 50% kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru, dan 1 siswa yang tidak memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4 : Frekuensi 14 12 10 8 6 4 2 0 46,15% Paham 50% Kurang Paham 3,85% Tidak Paham Tingkat Pemahaman Frekuensi Gambar 4.4. Grafik Tingkat Pemahaman Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar grafik 4.4 di atas menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa masih rendah yaitu 53,85 % siswa yang

digilib.uns.ac.id 57 belum memahami materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Berdasarkan hasil observasi tentang proses pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada pra siklus yang meliputi aspek perhatian, keaktifan, kerja sama, dan pemahaman tersebut, diindikasikan bahwa pembelajaran IPS belum mencapai hasil yang optimal. Sehingga kualitas proses pembelajaran tergolong rendah, karena rata-rata masih di bawah 80% dari jumlah siswa yang ada yaitu 26 siswa. Dengan demikian, perlu diadakan suatu tindakan untuk pembelajaran selanjutnya. 2. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa Kelas V Peneliti melakukan wawancara dengan guru (Dra.Muthammimah) dan beberapa siswa kelas V SD Negeri Purwodiningratan pada hari Senin, 19 Agustus 2013. Wawancara dilakukan secara bebas, kemudian hasil wawancara ditulis secara ringkas (lampiran 1 halaman 118). Wawancara dengan Dra.Muthammimah dilakukan di ruang Kantor Kepala Sekolah pada pukul 07.15-08.40 WIB. Dari wawancara yang telah dilakukan sebagaimana terdapat pada lampiran 1 halaman 121 dapat ditarik kesimpulan bahwa ada permasalahan terhadap pembelajaran IPS. Sebagian besar siswa kelas V mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPS terutama materi-materi yang siswa harus menguasai konsep-konsepnya. Materi tersebut diantaranya adalah konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, guru menggunakan metode pembelajaran berupa ceramah dan pemberian tugas, dan kualitas proses pembelajarn IPS rendah dikarenakan tingkat perhatian, keaktifan, kerja sama, dan pemahaman siswa kurang optimal. Sedangkan wawancara dengan beberapa siswa kelas V dilakukan di ruang kelas V pada pukul 09.15-09.30 WIB. Siswa yang menjadi Narasumber yaitu Berlian, Muvta, Septi, dan Tegar. Hasilnya yaitu menurut sebagian besar siswa, materi IPS itu sulit dan membosankan. Alasannya berhubungan dengan kata-kata commit yang to sulit user dicerna dan siswa malas untuk

digilib.uns.ac.id 58 membaca apalagi memahami materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. 3. Hasil Pre-Test Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Hasil tes penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu- Budha di Indonesia sebelum dilaksanakan tindakan dengan menggunakan metode permainan tebak kata adalah masih rendah karena dari jumlah 25 siswa, terdapat 19 siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Sehingga ketuntasan belajar siswa secara klasikal baru mencapai 24% dari jumlah siswa atau sebanyak 6 siswa yang tuntas dari 25 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 76% ( lihat lampiran 5 halaman 126 ). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 5: Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Sebelum Tindakan (Pra Siklus) No Interval Nilai Batas kelas Fi xi fi. xi % fk 1 10-21 9,5-21,5 1 15,5 15,5 4 1 2 22-33 21,5-33,5 5 27,5 137,5 20 6 3 34-45 33,5-45,5 8 39,5 197,5 32 14 4 46-57 45,5-57,5 4 51,5 206 16 18 5 58-69 57,5-69,5 3 63,5 190,5 12 21 6 70-81 69,5-81,5 4 75,5 302 16 25 Jumlah 25 1048 100 Rata- rata = 1048: 25 = 41,92 Tingkat ketuntasan klasikal = 6 : 25 x 100% = 24% Berdasarkan tabel 4.5 tersebut dapat disajikan dengan grafik. Berikut gambar 5 grafik nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia sebelum dilakukan tindakan (pra siklus) :

digilib.uns.ac.id 59 Gambar 4.6. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Sebelum Tindakan Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.5 grafik nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia sebelum dilaksanakan tindakan tersebut, diindikasikan bahwa rata-rata konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pra siklus rendah yaitu hanya 6 siswa dengan persentase 24% yang memperoleh nilai di atas KKM, dan 19 siswa lainnya dengan persentase 76% yang memperoleh nilai di bawah KKM. Nilai terendah, tertinggi, nilai rata-rata klasikal dan presentase ketuntasan klasikal hasil pre test sebelum dilakukan tindakan dapat dilihat pada tabel 6 :

digilib.uns.ac.id 60 Tabel 4.6. Hasil Tes Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Keterangan Nilai Sebelum Tindakan Nilai Terendah 10 Nilai Tertinggi 80 Rata-rata Nilai 41,92 Siswa Belajar Tuntas 6 Persentase Ketuntasan 24% Berpijak dari data hasil pre test penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada kondisi awal, peneliti dengan guru kelas V berdiskusi tentang solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Purwodiningratan, Surakarta. Tindak lanjut dari pemecahan masalah tersebut yaitu guru menggunakan metode permainan tebak kata. B. Deskripsi Hasil Tindakan Penelitian tentang penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu- Budha pada kelas V SD Negeri Purwodiningratan, Surakarta dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. 1. Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada tanggal 4 November 2013, dan pertemuan kedua pada tanggal 6 November 2013. Masing-masing pertemuan terdiri dari 2 x 35 menit. Tahapan-tahapan pada siklus I adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Jumat, 1 November 2013. Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Rancangan tindakan didasarkan pada solusi permasalahan yang muncul yaitu dengan menggunakan metode permainan tebak kata.

digilib.uns.ac.id 61 Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) pada siklus I disusun 2 x pertemuan. Setiap pertemuan dengan alokasi 2x35 menit. Adapun isi dari RPP yakni : standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, karakter siswa yang diharapkan, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan sumber belajar, dan penilaian ( lampiran 8 halaman 132 ). 2). Mempersiapkan Media yang Digunakan Dalam Pembelajaran Peneliti mempersiapkan media flip chart untuk menjelaskan materi tentang konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, media kartu tebak kata yang terbuat dari kertas karton yang berukuran 10 x 10 cm digunakan sebagai pertanyaan tebakan dan 5 x 2 cm digunakan sebagai jawaban tebakan. 3). Lembar Observasi Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan sebagai instrumen penyaji kinerja guru selama proses pembelajaran, sedangkan lembar observasi siswa digunakan sebagai instrumen aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi tersebut merupakan penilaian tentang kualitas proses pembelajaran. Pedoman (lampiran 35 halaman 216 ) dan lembar observasi kinerja guru dapat dilihat pada lampiran 31 dan 32 halaman 200-207. Pedoman ( lampiran 30 halaman 197-199) dan lembar observasi siswa dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 193-194. 4). Lembar Evaluasi Lembar evaluasi digunakan sebagai tes akhir dalam proses pembelajaran. Kisi-kisi soal evaluasi ( lampiran 12 dan 13 halaman

digilib.uns.ac.id 62 154-155 ), dan lembar evaluasi dapat dilihat pada lampiran 14 dan 15 halaman 156-161. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V dalam melaksanakan pembelajaran IPS tentang konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunakan metode permainan tebak kata. Peneliti sebagai observer dan guru kelas V ( Dra.Muthammimah ) sebagai pengajar. Tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu : 1). Pertemuan 1 Pertemuan pertama mempelajari tentang peninggalan sejarah kerajaan Hindu di Indonesia yaitu Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Kediri, Kerajaan Bali, Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit. Kegiatan awal yang dilaksanakan oleh guru menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang dilakukan oleh guru yaitu membuka pelajaran dengan doa, mengucapkan pancasila bersama siswa, dan bernyanyi Satu Nusa Satu Bangsa,. Kemudian diadakan presensi kehadiran siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Pertemuan pertama, siswa yang masuk ada 25 dan yang tidak masuk ada 1 siswa. Guru melakukan apersepsi untuk mengkaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan materi yang akan diajarkan yaitu Siapakah yang pernah pergi ke Candi Prambanan?. Lalu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menyebutkan kerajaan Hindu beserta peninggalannya di Indonesia dengan benar. Langkah selanjutnya masuk pada kegiatan inti pembelajaran yang menghabiskan waktu kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan oleh guru meliputi : eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a). Eksplorasi

digilib.uns.ac.id 63 (1) Guru menjelaskan materi tentang kerajaan Hindu beserta peninggalannya di Indonesia dengan menggunakan media flip chart. (2) Guru bertanya jawab dengan siswa b). Elaborasi (1) Siswa secara berpasangan melaksanakan permainan tebak kata. Contoh : Kiri Kanan A B Kerajaan Tarumanegara Aku adalah kerajaan Hindu tertua di Jawa Aku didirikan pada abad ke 5 M Aku mempunyai raja terkenal bernama Purnawarman Siapakah Aku? Keterangan : A adalah siswa yang menjawab tebakan B adalah siswa yang memberikan pertanyaan tebakan (2) Guru menilai siswa yang menjawab tebakan. Pedoman penilaian kegiatan permainan tebak kata dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 149. c). Konfirmasi (1) Guru mengkonfirmasi kegiatan yang sudah dilakukan siswa. (2) Memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang pembelajaran yang commit sudah to dilakukan. user

digilib.uns.ac.id 64 Akhir pembelajaran guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang sudah dipelajari. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah. Kegiatan akhir pembelajaran ini, guru menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. 2). Pertemuan 2 Pertemuan kedua mempelajari peninggalan sejarah kerajaan Budha di Indonesia yaitu Kerajaan Kalingga, dan Kerajaan Sriwijaya. Tujuan utamanya adalah siswa dapat menyebutkan kerajaan Budha beserta peninggalannya di Indonesia dengan benar. Kegiatan awal yang dilaksanakan oleh guru menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang dilakukan oleh guru yaitu membuka pelajaran dengan doa. Kemudian diadakan presensi kehadiran siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Pertemuan kedua, siswa yang tidak masuk 1 siswa. Guru melakukan apersepsi untuk mengkaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan materi yang akan diajarkan yaitu Siapakah yang pernah pergi ke Candi Borobudur?. Lalu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menyebutkan kerajaan Budha beserta peninggalannya di Indonesia dengan benar. Langkah selanjutnya masuk pada kegiatan inti pembelajaran yang menghabiskan waktu kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan oleh guru meliputi : eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a). Eksplorasi (1) Guru menjelaskan materi tentang kerajaan Budha beserta peninggalannya di Indonesia dengan menggunakan media flip chart. (2) Guru bertanya jawab dengan siswa b). Elaborasi (1) Siswa secara berpasangan melaksanakan permainan tebak kata. Contoh

digilib.uns.ac.id 65 Kiri A Kanan B Kerajaan Kalingga Aku berdiri sekitar abad 6 M Aku terletak di daerah Jawa Tengah Ratuku bernama Ratu Sima Siapakah Aku? Keterangan : A adalah siswa yang menjawab tebakan B adalah siswa yang memberikan pertanyaan tebakan (2) Guru menilai siswa yang menjawab tebakan. Pedoman penilaian kegiatan permainan tebak kata dapat dilihat pada 10 lampiran halaman 149. c). Konfirmasi (1) Guru mengkonfirmasi kegiatan yang sudah dilakukan siswa. (2) Memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada akhir pembelajaran guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang sudah dipelajari. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah. Kegiatan akhir pembelajaran ini, guru menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit.

digilib.uns.ac.id 66 c. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui kinerja guru dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui proses pembelajaran siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS tentang konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunkan metode permainan tebak kata. Hasil Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu : 1) Hasil Observasi Guru Hasil observasi terhadap guru pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 31 dan 32 halaman 200-207. Ada 4 aspek yang diamati oleh peneliti yaitu : a) Aspek Pra Pembelajaran Dalam aspek pra pembelajaran meliputi : guru mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran, serta memeriksa kesiapan. Hasil observasi dari aspek ini, rata-rata yang diperoleh guru pada pertemuan pertama dan kedua adalah 4 dengan kategori sangat baik. b) Membuka Pembelajaran Dalam aspek membuka pembelajaran meliputi : melakukan kegiatan absensi, dan menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan. Hasil observasi dari aspek ini, rata-rata yang diperoleh oleh guru pada pertemuan pertama 3 dengan kategori baik, sedangkan pada pertemuan kedua rata-rata yang diperoleh guru adalah 3,5 dengan kategori baik. c) Kegiatan Inti Pembelajaran Dalam aspek kegiatan inti pembelajaran meliputi : (1) Penguasaan Materi Pelajaran Aspek yang diamati dari penguasaan materi pelajaran yaitu menunjukkan penguasaan materi pembelajaran, mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki commit belajar to user dan karakteristik siswa, mengaitkan

digilib.uns.ac.id 67 materi dengan realitas kehidupan. Rata-rata penguasaan materi pelajaran yang diperoleh guru pada pertemuan pertama adalah 3,5 dengan kategori baik, dan pada pertemuan kedua adalah 3,75. (2) Pendekatan/Strategi Pembelajaran Aspek yang diamati dari pendekatan/strategi pembelajaran yaitu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran secara runtun, menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring), melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Rata- rata yang diperoleh guru pada pertemuan pertama dan kedua dari aspek ini adalah 3,67 dengan kategori baik. (3) Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran Aspek yang diamati dari sumber belajar/media pembelajaran yaitu menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien, menghasilkan pesan yang menarik, melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/sumber, melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual. Ratarata yang diperoleh guru pada pertemuan pertama dan kedua dari aspek ini adalah 3,25 dengan kategori baik. (4) Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Aspek yang diamati dari pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa yaitu menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa, menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif, menumbuhkan commit keceriaan to user dan antusiasme siswa dalam belajar.

digilib.uns.ac.id 68 Rata-rata yang diperoleh guru pada pertemuan pertama dari aspek ini adalah 3,25 dengan kategori baik. Sedangkan pada pertemuan kedua rata-rata yang diperoleh guru adalah 3 dengan kategori baik. (5) Penilaian Proses dan Hasil Aspek yang diamati dari penilaian proses dan akhir yaitu memantau kemajuan belajar selama proses, dan melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan). Rata-rata yang diperoleh guru pada pertemuan dari aspek ini adalah 3,5. Sedangkan pertemuan kedua, rata-rata yang diperoleh guru adalah 4 dengan kategori sangat baik. (6) Penggunaan Bahasa Aspek yang diamati dari penggunaan bahasa yaitu menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar, menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai. Rata-rata yang diperoleh guru dari aspek ini adalah 3,5. Sedangkan pertemuan kedua adalah 4 dengan kategori sangat baik. d) Penutup Dalam aspek penutup ini meliputi : melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan atau tugas sebagai remidi/pengayaan. Rata-rata guru pada pertemuan pertama dari aspek ini adalah 2,5 dengan kategori cukup baik. Sedangkan pada pertemuan kedua, rata-rata yang diperoleh oleh guru adalah 3,5. Untuk lebih jelasnya tentang hasil observasi terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran dapat dilihat tabel 7 :

digilib.uns.ac.id 69 Tabel 4.7. Hasil Observasi Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran Nilai B Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa kinerja guru pada siklus pertama mengalami peningkatan yaitu pada pertemuan pertama rata-ratanya adalah 3,35 dan pada pertemuan kedua rataratanya adalah 3,52. Sehingga rata-rata kinerja guru dalam proses pembelajaran pada siklus I adalah 3,44 dengan kategori baik. 2) Hasil Observasi Kualitas Proses Siswa dalam Pembelajaran Hasil observasi kualitas proses pembelajaran siswa kelas V SD Negeri Purwodiningratan, Surakarta pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 193-194. Pengamatan kualitas proses pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu- Budha di Indonesia dengan menggunakan metode permainan tebak kata meliputi empat aspek yakni perhatian, keaktifan, kerja sama, dan pemahaman. Pengamatan pertama didasarkan pada aspek tingkat perhatian siswa. Hasil data tingkat perhatian siswa pada siklus I dapat dilihat dalam tabel 8 : Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata Kategori 3,35 3,52 3,44 Baik Tabel 4.8. Tabel Perhatian Siswa Dalam Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus I No Tingkat Perhatian Frekuensi Siswa Persentase 1 Perhatian 15 60% 2 Kurang Perhatian 10 40% 3 Tidak Perhatian 0 0% Jumlah 25 100% Dari tabel 4.8 dapat diperoleh bahwa terdapat 15 siswa atau 60% siswa yang memperhatikan pembelajaran yang berlangsung, 10

digilib.uns.ac.id 70 siswa atau 40% yang kurang memperhatikan pembelajaran, dan tidak ada siswa atau 0 % yang tidak memperhatikan pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 7 : 25 20 60% Frekuensi 15 10 5 40% Frekuensi 0 0% Perhatian Kurang Tidak Perhatian Perhatian Tingkat Perhatian Gambar 4.7. Grafik Tingkat Perhatian Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus I Bertolak dari sajian tabel 4.8 dan gambar grafik 4.7 tersebut, menunjukkan bahwa tingkat perhatian siswa masih di bawah kriteria yang ditetapkan (80%). Oleh karena itu, diperlukan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Aspek kedua yaitu tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu- Budha di Indonesia. Hasil pengamatan siklus I tentang aspek tingkat keaktifan siswa dapat dilihat tabel 9 di bawah ini :

digilib.uns.ac.id 71 Tabel 4.9. Tabel Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus I No Tingkat Keaktifan Frekuensi Siswa Persentase 1 Aktif 11 44% 2 Kurang Aktif 14 56% 3 Tidak Aktif 0 0% Jumlah 25 100% Tabel 4.9 di atas menunjukkan keadaan tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I yaitu 11 siswa atau 44% siswa aktif dalam proses pembelajaran, 14 siswa atau 56% siswa kurang aktif selama proses pembelajaran, 0 siswa atau 0% siswa yang tidak aktif selama proses pembelajaran. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 8 : Frekuensi 16 14 12 10 8 6 4 2 0 44% Aktif 56% 0% Kurang Tidak Aktif Aktif Tingkat Keaktifan Frekuensi Gambar 4.8.Grafik Tingkat Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Siklus I Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar grafik 4.8 di atas menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa masih di bawah kriteria

digilib.uns.ac.id 72 yang ditetapkan (80%). Dengan demikian diperlukan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Aspek ketiga yang diamati yaitu tingkat kerja sama siswa dalam proses pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Hasil pengamatan pada siklus I tentang aspek tingkat kerja sama siswa dapat dilihat tabel 10 di bawah ini : Tabel 4.10.Tabel Tngkat Kerja Sama Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha No Tingkat Kerja Sama Frekuensi Siswa Persentase 1 Kerja Sama 19 76% 2 Kurang Kerja Sama 6 24% 3 Tidak Kerja Sama 0 0% Jumlah 25 100% Tabel 4.10 di atas menunjukkan keadaan tingkat kerja sama siswa selama proses pembelajaran pada siklus I yaitu 19 siswa (76%) menunjukkan kerja sama dalam proses pembelajaran IPS, 6 siswa (24%) menunjukkan kurang kerja sama dalam proses pembelajaran IPS, dan tidak ada siswa atau 0 % yang tidak menunjukkan tidak kerja sama dalam pembelajaran IPS. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 9 : Frekuensi 20 15 10 5 0 76% Kerja Sama 24% 0% Kurang Tidak Kerja Kerja Sama Sama Tingkat Kerja Sama Column2 Column1 Frekuensi Gambar 4.9. Grafik Tingkat Kerja Sama Siswa dalam Proses Pembelajaran commit IPS to user Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Siklus I

digilib.uns.ac.id 73 Berdasarkan tabel 4.10 dan gambar grafik 4.9 di atas menunjukkan bahwa tingkat kerja sama siswa masih di bawah kriteria yang ditetapkan yaitu 80%. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Aspek keempat yang diamati oleh peneliti pada siklus I yaitu tentang tingkat pemahaman siswa. Tingkat pemahaman siswa pada siklus I dapat di lihat pada tabel 11 : Tabel 4.11. Tabel Tingkat Pemahaman Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Siklus I No Tingkat Pemahaman Frekuensi Siswa Persentase 1 Paham 15 60% 2 Kurang Paham 10 40% 3 Tidak Paham 0 0% Jumlah 25 100% Frekuensi 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Tabel 4.11 di atas menunjukkan keadaan tingkat pemahaman siswa selama proses pembelajaran pada siklus I yaitu 15 siswa atau 60% yang memahami materi yang telah diajarkan oleh guru, 10 siswa atau 40% kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru, dan 0% siswa yang tidak memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 10 : 60% Paham 40% Kurang Paham 0% Tidak Paham Frekuensi Tingkat Pemahaman Gambar 4.10. Grafik Tingkat Pemahaman Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan commit Hindu-Budha to user Siklus I

digilib.uns.ac.id 74 Berdasarkan tabel 4.11 dan gambar grafik 4.10 di atas menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa masih di bawah kriteria yang ditetapkan yaitu 80%. Berdasarkan hasil observasi siswa tentang proses pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu- Budha di Indonesia siklus I yang meliputi aspek perhatian, keaktifan, kerja sama, dan pemahaman tersebut, diindikasikan bahwa pembelajaran IPS tersebut belum mencapai hasil yang optimal yaitu di bawah kriteria yang ditetapkan (80%).Dengan demikian, perlu diadakan suatu tindakan pada siklus selanjutnya agar kualitas proses pembelajaran IPS 80%. 3) Hasil Nilai Kemampuan Siswa dalam Permainan Tebak Kata Hasil nilai kemampuan siswa dalam kegiatan permainan tebak kata pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 189. Nilai tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel 12 distribusi frekuensi berikut ini : Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Siswa dalam Kegiatan Permainan Tebak Kata No Interval Nilai Batas bawah fi xi fi. xi % Fk 1 20-33 19,5-33,5 1 26,5 26,5 4 1 2 34-47 33,5-47,5 2 40,5 81 8 3 3 48-61 47,5-61,5 5 54,5 272,5 20 8 4 62-75 61,5-75,5 6 66,5 399 24 14 5 76-89 75,5-89,5 4 80,5 322 16 18 6 90-103 89,5-103,5 7 94,5 661,5 28 25 Jumlah 25 1762,5 100 Rata- rata = 1.762,5: 25 = 70,5 Tingkat ketuntasan klasikal = 17 : 25 x 100% = 68% Berdasarkan tabel 4.12 tersebut dapat disajikan dengan grafik. Berikut gambar 11 grafik nilai kemampuan siswa dalam kegiatan permainan tebak kata pada siklus I :

digilib.uns.ac.id 75 Gambar 4.11. Grafik Nilai Kemampuan Siswa dalam Kegiatan Permainan Tebak Kata Pada Siklus I Berdasarkan tabel 12 dan gambar 11 grafik nilai kemampuan siswa dalam kegiatan permainan tebak kata pada siklus I, diindikasikan bahwa rata-rata konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia siklus I sudah cukup baik yaitu rata-ratanya 71,62 di atas KKM (KKM=63). Akan tetapi, ketuntasan klasikal belum mencapai indikator yang ditetapkan 80 %. Dengan demikian perlu diadakan perbaikan tindakan pada pembelajaran selanjutnya. 4) Hasil Tes Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu- Budha Siklus I Setelah diadakan tindakan siklus I yang terdiri dari dua pertemuan diperoleh data nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha yang dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 191. Data tersebut dapat disajikan tabel 13 di bawah ini :

digilib.uns.ac.id 76 Tabel. 4.13. Distribusi Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus I Interval Batas No Nilai bawah fi xi fi. xi % Fk 1 60-65 59,5-65,5 9 62,5 562,5 36 9 2 66-71 65,5-71,5 4 68,5 274 16 13 3 72-77 71,5-77,5 2 74,5 149 8 15 B 4 78-83 77,5-83,5 4 80,5 322 16 19 5 84-89 83,5-89,5 5 86,5 432,5 20 24 e 6 90-95 89,5-95,5 1 92,5 92,5 4 25 r Jumlah 25 1832,5 100 drata- rata = 1.832,5: 25 = 73,3 a Tingkat ketuntasan klasikal = 17 : 25 x 100% = 68% Berdasarkan tabel 13 tersebut dapat disajikan dengan grafik. Berikut gambar 12 grafik nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada siklus I : Gambar 4.12. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus I Berdasarkan tabel 13 dan gambar 12 grafik nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah commit kerajaan to user Hindu-Budha di Indonesia pada

digilib.uns.ac.id 77 siklus I, diindikasikan bahwa rata-rata konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia siklus I sudah cukup baik yaitu rataratanya 73,3 di atas KKM (KKM=63). Nilai terendah, tertinggi, nilai ratarata klasikal dan persentase ketuntasan klasikal hasil test siklus I dapat dilihat pada tabel 14 : Tabel 4.14. Hasil Tes Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus I Keterangan Nilai sebelum Tindakan Nilai Terendah 60 Nilai Tertinggi 90 Rata-rata Nilai 73,3 Siswa Belajar Tuntas 17 Persentase Ketuntasan 68% Berpijak dari data hasil tes penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada siklus I diperoleh hasil ketuntasan masih dibawah kriteria yang ditetapkan yaitu 80%. Maka peneliti dengan guru kelas V berdiskusi tentang solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Purwodiningratan, Surakarta. Tindak lanjut dari pemecahan masalah tersebut yaitu diadakan siklus II sebagai perbaikan dari pelaksanaan siklus I. d. Refleksi Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I di atas menunjukkan terjadinya peningkatan proses maupun hasil dari kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan. Peningkatan siklus I dapat dilihat di bawah ini : 1) Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran IPS Peningkatan kualitas proses pembelajaran IPS siklus I dapat dilihat dari empat aspek :

digilib.uns.ac.id 78 a) Perhatian Perhatian siswa terhadap pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunakan metode permainan tebak kata telah menunjukkan peningkatan dari kondisi awal 23,08% menjadi 60%. Siswa lebih memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru karena media dan metode yang digunakan menarik yaitu media flip chart dan metode permainan tebak kata yang tidak pernah dilakukan oleh guru sebelumnya. b) Keaktifan Keaktifan siswa terhadap pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunakan metode permainan tebak kata telah menunjukkan peningkatan dari kondisi awal 23,08 % menjadi 44 %. Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan permainan tebak kata, aktif bertanya. c) Kerja Sama Siswa yang melakukan kerja sama dengan baik dalam proses pembelajaran pada siklus I sebesar 76 % atau sebanyak 19 siswa, sedangkan 6 siswa atau 24 % siswa kurang kerja sama dengan teman lainnya. Aspek kerja sama setelah dilakukan metode permainan tebak kata pada siklus I menunjukkan peningkatan dibandingkan sebelum dilakukannya tindakan yaitu tidak ada kerja sama siswa dalam kelompok karena metode yang diajarkan ceramah dan pemberian tugas. d) Perhatian Perhatian siswa ketika mengikuti proses pembelajaran pada siklus I sebesar 60 %. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan siswa dalam aspek perhatian terhadap materi yang diajarkan dibandingkan sebelum dilakukan tindakan (pra siklus) dengan prosentase commit 45,15% to user

digilib.uns.ac.id 79 2) Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha. Penggunaan metode permainan tebak kata pada siklus I tidak hanya dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, tetapi juga meningkatkan hasil pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai yakni sebelum dilakukan tindakan (hasil pre-test) rata-ratanya 41,96 dan setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan metode permainan tebak kata rata-ratanya menjadi 73,54. Ketuntasan klasikal sebelum dilakukan tindakan hanya 24% atau 6 siswa yang nilainya di atas KKM (KKM=63). Tetapi setelah dilakukan tindakan pada siklus satu, ketuntasan klasikalnya sebesar 76% atau 19 siswa yang nilainya di atas KKM (KKM=63). Data perkembangan nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia disajikan pada tabel 15 sebagai berikut : Tabel 4.15. Perkembangan Hasil Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Sebelum Tindakan dengan Siklus I Keterangan Rata-Rata Nilai Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan 41,96 24% Siklus I 73,3 76% Dari tabel 15 di atas, dapat disajikan dalam grafik perkembangan penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada gambar 13 :

digilib.uns.ac.id 80 80 70 73.3 76 60 50 40 30 41.96 24 Sebelum Tindakan Siklus I 20 10 0 Rata-rata nilai Ketuntasan Klasikal Gambar 4.13. Grafik Perkembangan Hasil Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Sebelum Tindakan dengan Siklus I Selain keberhasilan yang ditunjukkan pada siklus I, ternyata juga terdapat kekurangan dari tindakan siklus I yang menyebakan hasil pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha kurang maksimal. Beberapa kekurangannya, antara lain : 1) Guru a) Penggunaan metode permainan tebak kata, guru belum menjelaskan langkah-langkah cara melakukannya sehingga siswa masih ada yang bingung dalam melaksanakan permainan tebak kata. b) Penilaian kemampuan siswa dalam kegiatan permainan tebak kata belum sesuai dengan pedoman penilaian kegiatan siswa dalam bermain tebak kata. c) Kegiatan penutup. guru belum melibatkan siswa untuk melakukan refleksi maupun membuat rangkuman.

digilib.uns.ac.id 81 2) Siswa a) Materi tentang sejarah kerajaan Hindu-Budha sudah diberikan oleh guru sebelum menggunakan metode permainan tebak kata. Ketika guru memberikan materi tersebut dengan metode yang berbeda dan media yang digunakan flipchart, ada 10 siswa yang kurang memperhatikannya. Sehingga hasil dari evaluasi kurang maksimal. b) Siswa belum terbiasa melakukan permainan tebak kata, sehingga sebagian siswa yang menjadi penebak terkadang hanya 1 pertanyaan saja yang dibacakan. Sehingga, yang menjadi pasangannya tidak bisa menjawabnya. Hal ini menandakan kerja sama siswa kurang baik. Dari refleksi di atas, tindakan yang dilaksanakan pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Penelitian dikatakan berhasil apabila indikator keberhasilan mencapai 80%. Pada siklus I ini baru mencapai 76%. Karena tindakan pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan, maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan penelitian pada siklus II. 2. Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada tanggal 15 November 2013, dan pertemuan kedua pada tanggal 16 November 2013. Masing-masing pertemuan terdiri dari 2 x 35 menit. Tahapan-tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pada tindakan siklus I, maka perlu diadakan perbaikan pada siklus II. Kegiatan perencanaan siklus II dilakukan pada hari Jumat, 8 November 2013. Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

digilib.uns.ac.id 82 Rancangan tindakan didasarkan pada solusi permasalahan pada siklus I. Adapun langkah perbaikan dari tindakan siklus I, yaitu : 1) Peneliti berdiskusi dengan guru yakni peneliti menjelaskan kembali metode permainan tebak kata dengan variasi yang berbeda. Pada siklus I metode permainan tebak kata dilakukan dengan berpasangan, tetapi pada siklus II, metode permainan tebak kata dilakukan dengan cara kuis, dan guru harus menjelaskan langkah-langkah permainan tebak kata dengan cara kuis agar siswa tidak bingung ketika melaksanakannya. 2) Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru harus memahami pedoman penilaian kegiatan siswa dalam permainan tebak kata agar penilaian kegiatan siswa pada siklus II sesuai dengan pedomannya. 3) Pada kegiatan penutup, guru memberikan refleksi tentang pembelajaran yang sudah dilakukan. 4) Kualitas proses pembelajaran siswa dalam aspek perhatian, keaktifan, kerja sama, dan pemahaman ditingkatkan dengan cara menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, memotivasi, dan mengaktifkan siswa. 5) Memperbaiki langkah-langkah pembelajaran yang menekankan penggunaan metode permainan tebak kata. Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) pada siklus I disusun 2 x pertemuan. Setiap pertemuan dengan alokasi 2x35 menit. Adapun isi dari RPP yakni : standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, karakter siswa yang diharapkan, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan sumber belajar, dan penilaian ( lampiran 16 halaman 161 ). 2). Mempersiapkan Media commit yang Digunakan to user Dalam Pembelajaran

digilib.uns.ac.id 83 Peneliti mempersiapkan media flip chart untuk menjelaskan materi tentang konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, media kartu tebak kata yang terbuat dari kertas karton yang berukuran 10 x 10 cm digunakan sebagai pertanyaan tebakan dan 5 x 2 cm digunakan sebagai jawaban tebakan. 3). Lembar Observasi Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan sebagai instrumen penyaji kinerja guru selama proses pembelajaran, sedangkan lembar observasi siswa digunakan sebagai instrumen aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi tersebut merupakan penilaian tentang kualitas proses pembelajaran. Pedoman (lampiran 35 halaman 216) dan lembar observasi kinerja guru dapat dilihat pada lampiran 33-34 halaman 208-215. Pedoman (lampiran 30 halaman 197-199) dan lembar observasi siswa dapat dilihat pada lampiran 29 halaman 195. 4). Lembar Evaluasi Lembar evaluasi digunakan sebagai tes akhir dalam proses pembelajaran. Kisi-kisi soal evaluasi (lampiran 20 dan 21 halaman 181-182), dan lembar evaluasi dapat dilihat pada lampiran 22 dan 23 halaman 183-188. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V dalam melaksanakan pembelajaran IPS tentang konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunakan metode permainan tebak kata. Peneliti sebagai observer dan guru kelas V ( Dra.Muthammimah ) sebagai pengajar. Tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu : 1) Pertemuan 1 Pertemuan pertama mempelajari tentang peninggalan sejarah kerajaan Hindu commit di Indonesia to user yaitu Kerajaan Kutai, Kerajaan

digilib.uns.ac.id 84 Tarumanegara, Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Kediri, Kerajaan Bali, Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit. Kegiatan awal yang dilaksanakan oleh guru menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang dilakukan oleh guru yaitu membuka pelajaran dengan doa, mengucapkan pancasila bersama siswa. Kemudian diadakan presensi kehadiran siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Pertemuan pertama, siswa yang masuk ada 24 dan yang tidak masuk ada 2 siswa. Guru melakukan apersepsi untuk mengkaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan materi yang akan diajarkan yaitu Siapakah yang pernah melihat cerita Raden Kian Santang?. Lalu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menyebutkan kerajaan Hindu beserta peninggalannya di Indonesia dengan benar. Langkah selanjutnya masuk pada kegiatan inti pembelajaran yang menghabiskan waktu kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan oleh guru meliputi : eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a). Eksplorasi (1) Guru menjelaskan materi tentang kerajaan Hindu beserta peninggalannya di Indonesia dengan menggunakan media flip chart. (2) Guru bertanya jawab dengan siswa b). Elaborasi (1) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 12 siswa. (2) Masing-masing kelompok berdiri berjajar ke belakang. (3) Dengan metode permainan tebak kata, guru membacakan tebakan kepada kedua kelompok. (4) Masing-masing kelompok mengambil jawaban tebakan, kemudian di tempel di papan karton. ( dapat dilihat pada lampiran 53 halaman commit 250 to ). user

digilib.uns.ac.id 85 c). Konfirmasi (1) Guru mengkonfirmasi kegiatan yang sudah dilakukan siswa. (2) Pemberian reward bagi prestasi siswa. (3) Memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada akhir pembelajaran, siswa bersama guru membuat kesimpulan mengenai pembalajaran yang telah dilakukan, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang sudah dipelajari. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah. Kegiatan akhir pembelajaran ini, guru menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. 2) Pertemuan 2 Pertemuan kedua mempelajari peninggalan sejarah kerajaan Budha di Indonesia yaitu Kerajaan Kalingga, dan Kerajaan Sriwijaya. Tujuan utamanya adalah siswa dapat menyebutkan kerajaan Budha beserta peninggalannya di Indonesia dengan benar. Kegiatan awal yang dilaksanakan oleh guru menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang dilakukan oleh guru yaitu guru melakukan apersepsi untuk mengkaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan materi yang akan diajarkan yaitu Siapakah yang pernah pergi ke Candi Borobudur? ; Dimana letak Candi Borobudur?. Lalu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menyebutkan kerajaan Budha beserta peninggalannya di Indonesia dengan benar. Langkah selanjutnya masuk pada kegiatan inti pembelajaran yang menghabiskan waktu kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan oleh guru meliputi : eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a). Eksplorasi

digilib.uns.ac.id 86 (1) Guru menjelaskan materi tentang kerajaan Budha beserta peninggalannya di Indonesia dengan menggunakan media flip chart. (2) Guru bertanya jawab dengan siswa. b). Elaborasi (1) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 12 siswa. (2) Masing-masing kelompok berdiri berjajar ke belakang. (3) Dengan metode permainan tebak kata, guru membacakan tebakan kepada kedua kelompok. (4) Masing-masing kelompok mengambil jawaban tebakan, kemudian di tempel di papan karton. ( dapat dilihat pada lampiran 53 halaman 250 ). c). Konfirmasi (1) Guru mengkonfirmasi kegiatan yang sudah dilakukan siswa. (2) Pemberian reward bagi prestasi siswa. (3) Memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada akhir pembelajaran, siswa bersama guru membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang sudah dipelajari. Lalu, guru memberikan pekerjaan rumah. Kegiatan akhir pembelajaran ini, guru menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. c. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui kinerja guru dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui proses pembelajaran siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS tentang konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunakan metode permainan tebak kata. Hasil commit Observasi to user yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

digilib.uns.ac.id 87 1) Hasil Observasi Guru Hasil observasi terhadap guru pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 33 dan 34 halaman 208-215. Ada 4 aspek yang diamati oleh peneliti yaitu : a) Aspek Pra Pembelajaran Dalam aspek pra pembelajaran meliputi : guru mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran, serta memeriksa kesiapan. Hasil observasi dari aspek ini, rata-rata yang diperoleh guru pada pertemuan pertama dan kedua adalah 4 dengan kategori sangat baik. b) Membuka Pembelajaran Dalam aspek membuka pembelajaran meliputi : melakukan kegiatan absensi, dan menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan. Hasil observasi dari aspek ini, rata-rata yang diperoleh oleh guru pada pertemuan pertama dan kedua adalah 4 dengan kategori sangat baik. c) Kegiatan Inti Pembelajaran Dalam aspek kegiatan inti pembelajaran meliputi : (1) Penguasaan Materi Pelajaran Aspek yang diamati dari penguasaan materi pelajaran yaitu menunjukkan penguasaan materi pembelajaran, mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa, mengaitkan materi dengan realitas kehidupan. Rata-rata penguasaan materi pelajaran yang diperoleh guru pada pertemuan pertama adalah 3,75 dengan kategori baik, dan pada pertemuan kedua adalah 4 dengan kategori sangat baik. (2) Pendekatan/Strategi Pembelajaran Aspek yang diamati dari pendekatan/strategi pembelajaran commit yaitu melaksanakan to user pembelajaran sesuai dengan

digilib.uns.ac.id 88 kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran secara runtun, menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring), melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Rata- rata yang diperoleh guru pada pertemuan pertama adalah 3,33 dengan kategori baik dan pertemuan kedua dari aspek ini adalah 3,67 dengan kategori baik. (3) Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran Aspek yang diamati dari sumber belajar/media pembelajaran yaitu menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien, menghasilkan pesan yang menarik, melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/sumber, melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual. Ratarata yang diperoleh guru pada pertemuan pertama dan kedua dari aspek ini adalah 3,75 dengan kategori baik. (4) Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Aspek yang diamati dari pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa yaitu menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa, menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif, menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar. Rata-rata yang diperoleh guru pada pertemuan pertama dan adalah 4 dengan kategori sangat baik. (5) Penilaian Proses dan Hasil Aspek yang diamati dari penilaian proses dan akhir yaitu memantau kemajuan belajar selama proses, dan melakukan penilaian commit akhir to user sesuai dengan kompetensi (tujuan).

digilib.uns.ac.id 89 Rata-rata yang diperoleh guru pada pertemuan pertama dan kedua dari aspek ini adalah 4 dengan kategori sangat baik. (6) Penggunaan Bahasa d) Penutup Aspek yang diamati dari penggunaan bahasa yaitu menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar, menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai. Rata-rata yang diperoleh guru pada pertemuan pertama dan kedua dari aspek ini adalah 4 dengan kategori sangat baik. Dalam aspek penutup ini meliputi : melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan atau tugas sebagai remidi/pengayaan. Rata-rata guru pada pertemuan pertama dari aspek ini adalah 3,5 dengan kategori baik. Sedangkan pada pertemuan kedua, rata-rata yang diperoleh oleh guru adalah 3 dengan kategori baik Untuk lebih jelasnya tentang hasil observasi terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran dapat dilihat tabel 16 : Tabel4.16. Hasil Observasi Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran Nilai Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata Kategori 3,81 3,82 3,82 Baik Berdasarkan tabel 16 di atas menunjukkan bahwa kinerja guru pada siklus kedua mengalami peningkatan yaitu pada pertemuan pertama rata-ratanya adalah 3,81 dan pada pertemuan kedua rata-ratanya adalah 3,82. Sehingga rata-rata kinerja guru dalam proses pembelajaran pada siklus II adalah 3,82 dengan kategori baik.

digilib.uns.ac.id 90 2) Hasil Observasi Kualitas Proses Siswa dalam Pembelajaran Hasil observasi kualitas proses pembelajaran siswa kelas V SD Negeri Purwodiningratan, Surakarta pada siklus II dapat dilihat pada lampiran halaman. Pengamatan kualitas proses pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunakan metode permainan tebak kata meliputi empat aspek yakni perhatian, keaktifan, kerja sama, dan pemahaman. Pengamatan pertama didasarkan pada aspek tingkat perhatian siswa. Hasil data tingkat perhatian siswa pada siklus II dapat dilihat dalam tabel 17 : Tabel 4.17. Tabel Perhatian Siswa Dalam Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus II No Tingkat Perhatian Frekuensi Siswa Persentase 1 Perhatian 23 95,83% 2 Kurang Perhatian 1 4,17% 3 Tidak Perhatian 0 0% Jumlah 24 100% Berdasarkan tabel 17 dapat diperoleh bahwa terdapat 25 siswa atau 95,83% siswa yang memperhatikan pembelajaran yang berlangsung, 1 siswa atau 4,17% yang kurang memperhatikan pembelajaran, dan tidak ada siswa atau 0 % yang tidak memperhatikan pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 13 :

digilib.uns.ac.id 91 25 95,83 Frekuensi 20 15 10 5 0 4,17% 0% Perhatian Kurang Tidak Perhatian Perhatian Tingkat Perhatian Frekuensi Gambar 14. Grafik Tingkat Perhatian Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus II Bertolak dari sajian tabel 17 dan gambar 14 grafik tersebut, menunjukkan bahwa tingkat perhatian siswa di atas kriteria yang ditetapkan (80%) yaitu sebesar 95,83%. Aspek kedua yaitu tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu- Budha di Indonesia. Hasil pengamatan siklus II tentang aspek tingkat keaktifan siswa dapat dilihat tabel 18 di bawah ini : Tabel 4.18. Tabel Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus II No Tingkat Keaktifan Frekuensi Siswa Persentase 1 Aktif 23 95,83% 2 Kurang Aktif 1 4,17% 3 Tidak Aktif 0 0% Jumlah 24 100%

digilib.uns.ac.id 92 Tabel 18 di atas menunjukkan keadaan tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada siklus II yaitu 23 siswa atau 95,83% siswa aktif dalam proses pembelajaran, 1 siswa atau 4,17% siswa kurang aktif selama proses pembelajaran, 0 siswa atau 0% siswa yang tidak aktif selama proses pembelajaran. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 15 : Frekuensi 25 20 15 10 5 0 95,83% Aktif 4,17% 0% Kurang Tidak Aktif Aktif Tingkat Keaktifan Frekuensi Gambar 4.15.Grafik Tingkat Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Siklus II Berdasarkan tabel 18 dan gambar 15 grafik di atas menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa di atas kriteria yang ditetapkan (80%). Dengan demikian tindakan siklus II sudah berhasil. Aspek ketiga yang diamati yaitu tingkat kerja sama siswa dalam proses pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Hasil pengamatan pada siklus II tentang aspek tingkat kerja sama siswa dapat dilihat tabel 19 di bawah ini :

digilib.uns.ac.id 93 Tabel 4.19. Tabel Tngkat Kerja Sama Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Siklus II No Tingkat Kerja Sama Frekuensi Siswa Persentase 1 Kerja Sama 24 100% 2 Kurang Kerja Sama 0 0% 3 Tidak Kerja Sama 0 0% Jumlah 24 100% Tabel 19 di atas menunjukkan keadaan tingkat kerja sama siswa selama proses pembelajaran pada siklus II yaitu semua siswa (24 siswa) menunjukkan kerja sama dalam proses pembelajaran IPS. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 16 : 30 25 100% Frekuensi 20 15 10 5 0 Kerja Sama 0 % Kurang Kerja Sama 0% Tidak Kerja Sama Tingkat Kerja Sama Frekuensi Gambar 4.16. Grafik Tingkat Kerja Sama Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Siklus II Berdasarkan tabel 19 dan gambar grafik 16 di atas menunjukkan bahwa tingkat kerja sama siswa di atas kriteria yang ditetapkan yaitu 80%.

digilib.uns.ac.id 94 Aspek keempat yang diamati oleh peneliti pada siklus II yaitu tentang tingkat pemahaman siswa. Tingkat pemahaman siswa pada siklus II dapat di lihat pada tabel 20 : Tabel 4.20. Tabel Tingkat Pemahaman Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Siklus II No Tingkat Pemahaman Frekuensi Siswa Persentase 1 Paham 23 95,83% 2 Kurang Paham 1 4,17% 3 Tidak Paham 0 0% Jumlah 24 100% Tabel 20 di atas menunjukkan keadaan tingkat pemahaman siswa selama proses pembelajaran pada siklus II yaitu 23 siswa atau 95,83% yang memahami materi yang telah diajarkan oleh guru, 1 siswa atau 4,17% kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru, dan 0% siswa yang tidak memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 17 : Frekuensi 25 20 15 10 5 0 95,83% Paham 4,17% 0% Kurang Tidak Paham Paham Tingkat Pemahaman Frekuensi Gambar 4.17. Grafik Tingkat Pemahaman Siswa dalam Proses Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Siklus II

digilib.uns.ac.id 95 Berdasarkan tabel 20 dan gambar 17 di atas menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa sudah di atas kriteria yang ditetapkan (80%) yaitu sebesar 98,53%. Berdasarkan hasil observasi siswa tentang proses pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu- Budha di Indonesia siklus II yang meliputi aspek perhatian, keaktifan, kerja sama, dan pemahaman tersebut, diindikasikan bahwa pembelajaran IPS tersebut sudah mencapai hasil yang optimal yaitu di atas kriteria yang ditetapkan (80%).Dengan demikian, kualitas proses pembelajaran dinyatakan berhasil. 3) Hasil Nilai Kemampuan Siswa dalam Permainan Tebak Kata Hasil nilai kemampuan siswa dalam kegiatan permainan tebak kata pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 190. Nilai tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel 21 distribusi frekuensi berikut ini : Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Siswa dalam Kegiatan Permainan Tebak Kata Siklus II No Interval Batas Nilai bawah fi xi fi. xi % Fk 1 50-58 49,5-58,5 1 54 54 4,17 1 2 59-67 58,5-67,5 4 63 252 16,67 5 3 68-76 67,5-76,5 4 72 288 16,67 9 4 77-85 76,5-85,5 9 81 729 37,5 18 5 86-94 85,5-94,5 3 90 270 8,33 21 6 95-103 94,5-103,5 3 99 297 12.5 24 Jumlah 24 1890 100 Rata- rata = 1890: 24 = 78,75 Tingkat ketuntasan klasikal = 20 : 24 x 100% = 83,33% Berdasarkan tabel 21 tersebut dapat disajikan dengan grafik. Berikut gambar 18 grafik nilai kemampuan siswa dalam kegiatan permainan tebak kata pada siklus II :

digilib.uns.ac.id 96 Gambar 4.18. Grafik Nilai Kemampuan Siswa Dalam Kegiatan Permainan Tebak Kata Pada Siklus II Berdasarkan tabel 21 dan gambar 18 grafik nilai kemampuan siswa dalam kegiatan permainan tebak kata pada siklus II, diindikasikan bahwa rata-rata konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia siklus II sudah baik yaitu rata-ratanya 78,75 di atas KKM (KKM=63), dan ketuntasan klasikal sudah mencapai indikator yang ditetapkan 80 %. Dengan demikian kegiatan siswa dalam permainan tebak kata dinyatakan berhasil. 4) Hasil Tes Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu- Budha Siklus II Setelah diadakan tindakan siklus II yang terdiri dari dua pertemuan diperoleh data nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha yang dapat dilihat pada lampiran 29 halaman 195. Data tersebut dapat disajikan tabel 22 di bawah ini :

digilib.uns.ac.id 97 Tabel. 4.22. Distribusi Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus II No Interval Nilai Batas bawah fi xi fi. xi % fk 1 60-66 59,5-66,5 2 63 126 8,33 2 2 67-73 66,5-73,5 1 70 70 4,17 3 3 74-80 73,5-80,5 2 77 154 8,33 5 4 81-87 80,5-87,5 9 84 756 37,5 14 5 88-94 87,5-94,5 7 91 637 29,17 21 6 95-101 94,5-101,5 3 98 294 12,5 24 Jumlah 24 2036 100 Rata- rata = 2036: 24 = 84,88 Tingkat ketuntasan klasikal = 23 : 24 x 100% = 95,83% Berdasarkan tabel 22 tersebut dapat disajikan dengan grafik. Berikut gambar 19 grafik nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada siklus II : Gambar 4.19. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus II Berdasarkan tabel 22 dan gambar 19 grafik nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada

digilib.uns.ac.id 98 siklus II, diindikasikan bahwa rata-rata konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia baik yaitu rata-ratanya 84,88 di atas KKM (KKM=63). Nilai terendah, tertinggi, nilai rata-rata klasikal dan prosentase ketuntasan klasikal hasil test siklus II dapat dilihat pada tabel 23 : Tabel 4.23. Hasil Tes Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus II Keterangan Nilai sebelum Tindakan Nilai Terendah 60 Nilai Tertinggi 100 Rata-rata Nilai 84,88 Siswa Belajar Tuntas 23 Persentase Ketuntasan 95,83% Berpijak dari data hasil tes penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada siklus II diperoleh hasil ketuntasan sudah di atas kriteria yang ditetapkan yaitu 80%. Hal ini menunjukkan keberhasilan penggunaan metode permainan tebak kata, sehingga tindakan dapat dihentikan. d. Refleksi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus II di atas menunjukkan terjadinya peningkatan proses maupun hasil dari kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan. Peningkatan siklus II dapat dilihat di bawah ini : 1) Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran IPS Peningkatan kualitas proses pembelajaran IPS siklus I dapat dilihat dari empat aspek : a) Perhatian Perhatian siswa terhadap pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunakan metode permainan tebak kata telah menunjukkan peningkatan commit to dari user siklus I 60% menjadi 95,83%.

digilib.uns.ac.id 99 Siswa lebih memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru karena media dan metode yang digunakan menarik yaitu media flip chart dan metode permainan tebak kata dilakukan dengan cara yang berbeda yakni kuis sehingga siswa lebih antusias, dan memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. b) Keaktifan Keaktifan siswa terhadap pembelajaran IPS materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan menggunakan metode permainan tebak kata telah menunjukkan peningkatan dari siklus I 44 % menjadi 95, 83%. Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan permainan tebak kata, aktif bertanya. c) Kerja Sama Siswa yang melakukan kerja sama dengan sangat baik dalam proses pembelajaran pada siklus II sebesar 100 % atau sebanyak 24 siswa, dan tidak ada siswa yang tidak menunjukkan kerja sama. Aspek kerja sama setelah dilakukan metode permainan tebak kata pada siklus II menunjukkan peningkatan dibandingkan tindakan siklus I yaitu dari 76 % menjadi 100 %. d) Pemahaman Pemahaman siswa ketika mengikuti proses pembelajaran pada siklus II sebesar 95,83 %. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan siswa dalam aspek pemahaman terhadap materi yang diajarkan dibandingkan tindakan siklus I dengan prosentase 60% 2) Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha. Penggunaan metode permainan tebak kata pada siklus II tidak hanya dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, tetapi juga meningkatkan hasil pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha commit di Indonesia. to user Hal ini dibuktikan dengan adanya

digilib.uns.ac.id 100 peningkatan nilai yakni tindakan siklus I rata-ratanya yaitu 73,54, sedangkan siklus II dengan metode yang sama yaitu permainan tebak kata dengan cara kuis rata-ratanya menjadi 84,875. Ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 76% atau 19 siswa yang tuntas, dan siklus II sebesar 84,875% atau 23 siswa yang tuntas di atas KKM ( KKM=63 ). Data perkembangan nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia disajikan pada tabel 24 sebagai berikut : Tabel 4.24. Perkembangan Hasil Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Siklus I dengan Siklus II D a Keterangan Rata-Rata Nilai Ketuntasan Klasikal Siklus I 73,54 76% Siklus II 84,875 95,83% Tabel24 di atas, dapat disajikan dalam grafik perkembangan penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada gambar 20 : 120 100 80 95.83 84.88 73.54 76 60 40 Sebelum Tindakan Siklus II 20 0 Rata-rata nilai Ketuntasan Klasikal Gambar 4.20. Grafik Perkembangan Hasil Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia commit Siklus to user I dengan Siklus II

digilib.uns.ac.id 101 Dari refleksi di atas, tindakan yang dilaksanakan pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Penelitian dikatakan berhasil apabila indikator keberhasilan mencapai 80%. Pada siklus II mencapai 95,83%. Karena tindakan pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan, maka penelitian dapat dihentikan dan dinyatakan berhasil. C. Perbandingan Hasil Tindakan Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kualitas proses dan hasil siswa kelas V SD Negeri Purwodiningratan dalam pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha dengan menggunakan metode permainan tebak kata dari siklus I ke siklus II. Peningkatan kualitas proses dari siklus I ke siklus II ditunjukkan dengan sebaran frekuensi yang meliputi : aspek perhatian, aspek keaktifan, aspek kerja sama, dan aspek pemahaman. 25 : Pertama, aspek perhatian dari siklus I ke siklus II dapat dilihat tabel Tabel 4.25. Data Frekuensi Kualitas Proses Aspek PerhatianPada Siklus I dan Siklus II Aspek Kualitas Siklus I Siklus II Proses Frekuensi % Frekuensi % Perhatian 15 60 23 95,83 Kurang Perhatian 10 40 1 4,17 Tidak Perhatian 0 0 0 0 Jumlah 25 100 24 100 Tabel 25 di atas menunjukkan adanya peningkatan frekuensi pengamatan kualitas proses pembelajaran aspek perhatian dari siklus I ke siklus II. Dari tabel 25 di atas, perbandingan kualitas proses pembelajaran aspek perhatian siklus I ke siklus II dapat dibuat gambar 21 grafik di bawah ini :

digilib.uns.ac.id 102 25 95,83% 20 15 10 5 60% 40% Perhatian Kurang Perhatian Tidak Perhatian 0 Siklus I 0% 0 % Siklus II Gambar 4.21. Grafik Frekuensi Kualitas Proses Pembelajaran Aspek Perhatian Pada Siklus I dan Siklus II Aspek kedua yaitu keaktifan siswa. Data keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat tabel 26 : Tabel 4.26. Data Frekuensi Kualitas Proses Aspek Keaktifan SiswaPada Siklus I dan Siklus II Aspek Kualitas Siklus I Siklus II Proses Frekuensi % Frekuensi % Aktif 11 44 23 95,83 Kurang Aktif 14 56 1 4,17 Tidak Aktif 0 0 0 0 Jumlah 25 100 24 100 Tabel 26 di atas menunjukkan adanya peningkatan frekuensi pengamatan kualitas proses pembelajaran aspek keaktifan dari siklus I ke siklus II. Dari tabel 26 di atas, perbandingan kualitas proses pembelajaran aspek keaktifan siklus I ke siklus II dapat dibuat gambar 22 grafik di bawah ini :

digilib.uns.ac.id 103 25 95,83% 20 15 10 5 44% 56% Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif 0 Siklus I 0% 0 % Siklus II Gambar 4.22. Grafik Frekuensi Kualitas Proses Pembelajaran Aspek Keaktifan Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Aspek ketiga yaitu kerja sama. Data kerja sama siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat tabel 27 : Tabel 4.27. Aspek Kualitas Proses Data Frekuensi Kualitas Proses Aspek Kerja Sama SiswaPada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Frekuensi % Frekuensi % Kerja Sama 19 76 24 100 Kurang Kerja Sama 6 24 0 0 Tidak Kerja Sama 0 0 0 0 Jumlah 25 100 24 100 Tabel 27 di atas menunjukkan adanya peningkatan frekuensi pengamatan kualitas proses pembelajaran aspek kerja sama dari siklus I ke siklus II. Dari tabel 27 di atas, perbandingan kualitas proses pembelajaran aspek kerja sama siklus I ke siklus II dapat dibuat gambar 23 grafik di bawah ini :

digilib.uns.ac.id 104 30 25 20 15 10 5 0 95,83% 60% 40% 0% 0% 0 % Siklus I Siklus II Kerja Sama Kurang Kerja Sama Tidak Kerja Sama Gambar 4.23. Grafik Frekuensi Kualitas Proses Pembelajaran Aspek Kerja Sama Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Aspek keempat yaitu pemahaman siswa. Data pemahaman siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat tabel 28 : Tabel 4.28. Data Frekuensi Kualitas Proses Aspek Pemahaman SiswaPada Siklus I dan Siklus II Aspek Kualitas Siklus I Siklus II Proses Frekuensi % Frekuensi % Paham 15 60 23 95,83 Kurang Paham 10 40 1 4,17 Tidak Paham 0 0 0 0 Jumlah 25 100 24 100 Tabel 28 di atas menunjukkan adanya peningkatan frekuensi pengamatan kualitas proses pembelajaran aspek pemahaman siswa dari siklus I ke siklus II. Dari tabel 28 di atas, perbandingan kualitas proses pembelajaran aspek pemahaman siklus I ke siklus II dapat dibuat gambar 24 grafik di bawah ini :

digilib.uns.ac.id 105 25 95,83% 20 15 10 5 0 60% 40% 4,17% 0% 0 % Siklus I Siklus II Paham Kurang Paham Tidak Paham Gambar 4.24. Grafik Frekuensi Kualitas Proses Pembelajaran Aspek Pemahaman Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Peningkatan hasil juga ditunjukkan sebaran frekuensi nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha yang semakin meningkat dari siklus I ke siklus II dengan rata-rata di atas KKM (KKM=63). Data tersebut dapat dilihat tabel 29 : Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Pada Siklus I dan Siklus II Interval No Nilai Batas Kelas Siklus 1 Siklus 2 1 60-66 59,5-66,5 9 2 2 67-73 66,5-73,5 6 1 3 74-80 73,5-80,5 3 2 4 81-87 80,5-87,5 3 9 5 88-94 87,5-94,5 4 7 6 95-101 94,5-101,5 0 3 Jumlah 25 24 Siswa tuntas 19 23 Siswa tidak tuntas 6 1 Nilai Rata- rata 73,54 84,88 Ketuntasan klasikal 76% 95,83%

digilib.uns.ac.id 106 Tabel 29 di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha dari siklus I ke siklus II. Perbandingan nilai rata-rata kelas dari tiap siklus mengalami peningkatan yakni siklus I nilai rata-ratanya 73,54 dan pada siklus II nilai rata-ratanya 84,88. Hal ini membuktikan bahwa metode permainan tebak kata tepat digunakan untuk pembelajaran IPS terutama materi konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu- Budha. Berdasarkan tabel 29 di atas perbandingan nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha tiap siklus dapat dibuat grafik pada gambar 25 berikut ini : Gambar 4.25. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Siswa Kelas V SD Negeri Purwodiningratan Pada Siklus I dan Siklus II D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tindakan dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan baik kualitas proses maupun nilai penguasaan konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha dengan menggunakan metode permainan tebak kata pada siklus I dan siklus II. Penelitian ini telah berhasil sebagaimana menjawab dari rumusan masalah pada commit bab to I. user